FAKTOR-FAKTOR PENENTU ATAS PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL DI INDONESIA
ABSTRAK
Irna Pratiwi S1 Ekstensi Akuntansi Penelitian ini menguji faktor-faktor yang dapat menentukan tingkat pengungkapan modal intelektual yaitu kinerja modal intelektual, nilai tersembunyi, profitabilitas perusahaan, jenis industri, ukuran perusahaan, dan efektivitas dewan komisaris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tingkat pengungkapan modal intelektual diukur dengan metode analisa konten terhadap laporan tahunan yang dipublikasikan dengan menggunakan kerangka checklist. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 204 perusahaan untuk tahun 2011. Hasil pengujian membuktikan bahwa profitabilitas perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual perusahaan. Semakin tinggi nilai profitabilitas perusahaan dan ukuran perusahaan maka tingkat pengungkapan modal intelektual semakin tinggi. Kinerja modal intelektual dan efektivitas dewan komisaris berpengaruh signifikan negatif terhadap pengungkapan modal intelektual. Nilai tersembunyi (the hidden value) dan jenis industri tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual perusahaan.
Kata Kunci: pengungkapan modal intelektual, kinerja modal intelektual, nilai tersembunyi (the hidden value), profitabilitas, jenis perusahaan, ukuran perusahaan, efektivitas dewan komisaris
viii Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Latar Belakang Pada abad informasi saat ini, persaingan bisnis global mengarah kepada perekonomian berbasis informasi, yang mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma yang menuntut kesiapan berbagai perusahaan yang ada untuk bersaing memasuki pasar dengan menciptakan nilai dari setiap produk atau jasa yang dihasilkan. Ekonomi berbasis pengetahuan menyediakan sarana untuk mempertahankan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing internasional. Oleh karena itu, perusahaan harus merubah strategi bisnisnya dari bisnis berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan
pengetahuan
(knowledge-based
business).
Perusahaan
yang
berbasis
pengetahuan menerapkan konsep manajemen pengetahuan yang bertugas mencari informasi mengenai bagaimana cara memilih, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya agar efisien. Perhatian khusus perusahaan terhadap modal intelektual menjadi solusi tepat untuk menjawab masalah tersebut. Pada umumnya, nilai produk dan jasa tergantung kepada pengembangan dari knowledgebased intangibles, seperti teknologi, know-how, desain produk, marketing, persepsi pelanggan, dan kreativitas karyawan. Saat ini, investasi pada aset berwujud mempunyai risiko yang tinggi terhadap perubahan. Perpindahan nilai perusahaan dari aset berwujud ke aset tidak berwujud membuat perusahaan menjadi bergantung pada karyawan dan teknologi untuk beroperasi sehari-hari. Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan investasi pada R&D (Research & Development) agar dapat menghasilkan penemuan-penemuan dan inovasi produk baru untuk menjangkau pelanggan. Teknologi informasi agar dapat menciptakan penghematan waktu pemrosesan, dan efisiensi dalam pengolahan produk. Pengetahuan, kompetensi, dan loyalitas karyawan agar dapat bertahan untuk menghasilkan produk unggulan perusahaan. Investasi dalam membina hubungan baik dengan pemasok dan pelanggan melalui iklan, pelayanan penjualan, dan membuka saluran distribusi. Jika dilihat dari alur prosesnya maka investasi tersebut merupakan input pada perusahaan dan akhirnya menghasilkan output berupa kenaikan laba, peningkatan kinerja dan cash flow yang akhirnya menaikkan nilai saham perusahaan. Modal intelektual adalah aset tidak berwujud perusahaan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan usahanya untuk memperoleh laba yang maksimal. Modal intelektual juga merupakan keunggulan kompetitif perusahaan yang unik dan sulit ditiru oleh perusahaan lain sehingga memastikan bahwa perusahaan lebih unggul dibandingkan dengan ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
kompetitornya (Barney, 1991). Hingga sekarang belum ada definisi yang pasti yang dapat diterima luas oleh peneliti mengenai modal intelektual. Sejauh ini, peneliti hanya mengkategorikan modal intelektual ke tiga jenis kategori modal intelektual, human capital, structural capital, dan relational capital (Sveiby, 1997). Ketiga jenis kategori inilah yang sering digunakan oleh peneliti dalam penelitian mengenai modal intelektual. Menurut International Federation of Accountants (IFAC), modal intelektual (intellectual capital) sinonim dengan kekayaan intelektual (intellectual property), aset intelektual (intellectual asset), dan aset pengetahuan (knowledge asset). Hal menarik lainnya dari modal intelektual adalah pada tahun 2012 ini terdapat keputusan pengadilan Amerika Serikat yang memenangkan produsen telepon pintar Apple terhadap pesaingnya Samsung yang berasal dari Korea Selatan. Atas kekalahannya, Samsung diharuskan membayar sebesar $1,05M karena telah melakukan pelanggaran hak cipta dan paten. Apple mengklaim tujuh patennya yang telah ditiru Samsung, yaitu paten desain iPhone dan iPad; paten utilitas mengenai user interface dan teknologi layar multisentuh; dan aksesori penjualan mengenai desain dan kemasan produknya. Bagi para pemegang saham Apple, keputusan tersebut menguntungkan karena harga saham Apple naik 1,8% . Menurut seorang analis, Mark Newman, dampak terbesar dari keputusan itu adalah rusaknya reputasi dan citra merek Samsung di AS dan juga seluruh dunia. Peristiwa yang dialami Apple dan Samsung membuktikan bahwa modal intelektual merupakan keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu, pengungkapan modal intelektual juga merupakan hal yang penting, baik bagi pengguna laporan keuangan maupun pembuat laporan keuangan. Modal intelektual berperan dalam kegiatan usaha perusahaan sehingga apabila kinerja modal intelektual dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perusahaan tentu akan bisa mencapai profit yang optimal juga. Perusahaan yang telah menyadari bahwa peran modal intelektual sangat penting, maka perusahaan akan berusaha untuk menyediakan fasilitas yang menunjang pengembangan produk, melatih karyawannya, memberikan tunjangan yang cukup ke karyawan agar karyawan tetap loyal, menggunakan sistem informasi berteknologi tinggi, serta menjaga hubungan baiknya dengan investor, pelanggan, pemasok, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas perusahaan tersebut. Menurut Edvinson (1997), konsep modal intelektual (intellectual capital) pertama kali dikenal pada tahun 1969. Secara umum digunakan untuk menjelaskan perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku perusahaan. Adanya peningkatan perbedaan antara nilai buku dan nilai perusahaan, merupakan bukti bahwa akuntansi tradisional menjadi berkurang manfaatnya karena tidak dapat menggambarkan nilai perusahaan secara lengkap (Gutrie dan Yongvanich, ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
2004; Lev, 2001). Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa apabila suatu perusahaan semakin bergantung pada modal intelektual maka akan semakin kurang bermanfaat prosedur akuntansi keuangan dan pelaporannya untuk mempresentasikan kesehatan perusahaan (Roslender dan Fincham, 2004). Dalam PSAK No. 19 (Revisi 2010) tentang aset tak berwujud, modal intelektual diperlakukan seperti goodwill yang dihasilkan secara internal, sehingga tidak boleh diakui sebagai aset dan semua biaya yang terjadi dibebankan pada saat terjadinya, sehingga menyebabkan nilai buku perusahaan disajikan dibawah nilai yang seharusnya. Hal ini merupakan penyebab adanya perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar perusahaan. PSAK No. 19 (Revisi 2010) juga menyebutkan bahwa perusahaan dianjurkan untuk dapat mengungkapkan informasi mengenai aset tak berwujud signifikan yang dikendalikan perusahaan namun tidak diakui sebagai aset karena tidak memenuhi kriteria pengakuan. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk menyampaikan pada stakeholders bahwa perusahaan memiliki modal intelektual tinggi yang mana tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan. Perusahaan
menyampaikan
laporan
mengenai
modal
intelektualnya
melalui
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Pengungkapan yang baik dan sistematis, memberikan informasi yang lebih komprehensif untuk investor karena laporan tahunan merupakan salah satu alat marketing perusahaan (Meer-Kooistra dan Zijlstra, 2006) yang dapat digunakan untuk menyediakan informasi mengenai nilai perusahaan yang sebenarnya dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan kekayaan serta meningkatkan reputasi perusahaan (Bruggen et al., 2009). PSAK 19 (revisi 2010) secara implisit telah menyinggung modal intelektual, namun penelitian mengenai pengungkapan modal intelektual di Indonesia masih terhitung baru dan dalam dunia bisnis praktik modal intelektual masih belum diketahui secara luas di Indonesia. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan basis konvensional (conventional based) dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin teknologi. Di samping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Sebaiknya hal tersebut perlu diperhatikan oleh perusahaan karena merupakan elemen pembangun modal intelektual bagi perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasiinovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk berkualitas baik di mata konsumen.
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan di luar negeri
mengenai
pengungkapan modal intelektual, seperti White et al. (2007) yang meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengungkapan modal intelektual pada 96 perusahaan bioteknologi yang terdaftar di pasar modal Australia. Dengan menggunakan metode analisa konten yang berpedoman pada kerangka checklist yang dikembangkan oleh Bukh et al. (2005), studi ini menemukan bahwa independensi dewan, usia perusahaan, tingkat hutang, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual perusahaan. An et al. (2011) meneliti pengaruh jenis industri, ukuran perusahaan, dan kinerja 49 perusahaan dual listed di Shanghai atau Shenzhen Stock Exchanges dan Hong Kong Stock Exchange tahun 2006. Penelitian ini menemukan bahwa jenis industri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual, perusahaan besar lebih banyak melaporkan modal intelektualnya daripada perusahaan kecil, dan ada hubungan positif antara kinerja perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual. Li et al. (2007) juga meneliti faktor dari pengaruh pasar dan tata kelola perusahaan yang mempengaruhi tingkat pengungkapan modal intelektual terhadap 100 perusahaan listed di Inggris yang kaya akan pengetahuannya. Studi tersebut menemukan bahwa pengaruh pasar yaitu the hidden value dengan proxy market-to-book-ratio dan volatilitas harga memiliki pengaruh positif signifikan sedangkan umur listing memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap pelaporan modal intelektual. Pengaruh tata kelola perusahaan yaitu komite audit memiliki pengaruh positif dengan pengungkapan modal intelektual. Sedangkan, ownership share dan director share memiliki pengaruh negatif signifikan. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Di Indonesia, penelitian mengenai pengungkapan modal intelektual sudah dilakukan oleh Istianingsih (2011) meneliti faktor-faktor penentu pengungkapan informasi dan kinerja modal intelektual pada perusahaan publik dari berbagai sektor industri Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka checklist yang dikembangkan oleh Li et al. (2008) untuk mengukur tingkat pengungkapan modal intelektual perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, tingkat hutang, kepemilikan institusi, kepemilikan BUMN, dan indeks corporate governance berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan informasi modal intelektual. Sedangkan usia perusahaan terbukti berpengaruh negatif terhadap pengungkapan modal intelektual. Sementara itu, jenis industri, profitabilitas, dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual perusahaan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa kinerja modal intelektual berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi modal intelektual. ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
LANDASAN TEORI Williams (2001), dan Miller dan Whiting (2008) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela mengenai modal intelektual memungkinkan investor dan stakeholder lainnya untuk lebih baik dalam menilai kemampuan perusahaan di masa depan, melakukan penilaian yang tepat terhadap perusahaan, dan
mengurangi persepsi risiko
mereka. Perusahaan
mengungkapkan modal intelektual pada laporan keuangan mereka dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi investor, serta meningkatkan nilai perusahaan (Miller dan Whiting 2005). Menurut Jensen dan Meckling (1976), hubungan keagenan sebagai “kontrak/ perjanjian dimana principal menugaskan agent untuk melakukan beberapa jasa atas nama principal dengan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agent”. Pihak manajemen perusahaan berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya dengan meminimalkan biaya keagenan (Jensen and Meckling 1976). Langkah manajemen untuk meminimalkan biaya keagenan adalah dengan melaporkan hasil akuntansi yang relevan kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) sehingga dapat menambah reputasi manajer, yang merupakan mekanisme untuk mengurangi kerugian agen (Eisenhard, 1989). Reputasi yang baik seharusnya menghasilkan kompensasi yang lebih tinggi karena biaya monitoring agency dapat diminimumkan jika principal yakin akan laporan akuntansi tersebut. Perilaku pengungkapan manajemen merupakan pengaruh dari kepentingan manajemen atas informasi yang akan diungkapkan dalam laporan (Forker, 1992). Pernyataan ini dapat berkembang kepada
tingkat
pengungkapan
modal
intelektual,
dimana
manajemen
dapat
mempertimbangkan tingkat pengungkapan dan secara tidak langsung mengurangi ketidakpastian bagi investor yang berhubungan dengan dampak dari modal intelektual pada nilai perusahaan. Tingkat pengungkapan modal intelektual yang tinggi diharapkan memberikan bentuk pengawasan yang intensif bagi perusahaan untuk mengurangi perilaku oportunistik dan kesenjangan informasi. Teori stakeholders menggambarkan dengan tepat mengenai motivasi dan faktor pendorong atas keputusan perusahaan di Indonesia yang terdaftar di public (BEI) untuk mengungkapkan informasi tersebut. Hal ini dianggap sebagai salah satu bukti di mana entitas bertindak proaktif untuk menyatakan pengaruhnya kepada stakeholders (Frendy dan Wijaya, 2011). Oleh karena itu, perusahaan yang telah terdaftar di BEI memiliki tanggung jawab dalam memberikan pengungkapan lebih kepada seluruh stakeholdersnya agar dapat memberikan informasi-informasi mengenai perusahaannya dalam rangka menjaga hubungan
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
baik dengan stakeholders dan memberikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan tahunan. Resource-based view memandang bahwa sumber daya perusahaan sebagai penggerak utama di balik daya saing dan kinerja perusahaan. Teori yang dipelopori oleh Penrose (1959) ini juga mengemukakan bahwa perusahaan sebagai kumpulan sumber daya heterogen yang dapat menciptakan keunggulan bersaing. Sumber daya perusahaan yang unik dan tidak mudah ditiru oleh pesaing akan membuat perusahaan lebih mampu untuk bersaing (Barney, 1991 dalam Sonnier, 2008). Sumber daya perusahaan mencakup aset berwujud serta aset tidak berwujud yang digunakan secara efektif dan efisien untuk menerapkan strategi kompetitif dan keuntungan tertentu. Sementara peran aset berwujud sudah terbentuk dengan baik dalam literatur dan dalam praktek, maka peran aset tidak berwujud sebagai sumber daya strategis yang perlu dan layak diteliti (Belkaoui, 2003).
PENGEMBANGAN HIPOTESIS Berdasarkan teori dan temuan peneliti sebelumnya, penelitian ini memprediksi kinerja modal intelektual berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal intelektual sesuai dengan penelitian Istianingsih (2011). Pengaruh positif dipilih karena penelitian ini seperti juga Istianingsih (2011) meneliti pengaruh kinerja modal intelektual terhadap pengungkapan modal intelektual pada semua industri yang ada di Indonesia sedangkan penelitian Putri (2011) hanya pada perusahaan di sektor perbankan. Perusahaan dengan kinerja modal intelektual yang tinggi akan cenderung memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin meyakinkan investor akan keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan. Kepemilikan atas human capital, structural capital dan relational capital yang merupakan komponen modal intelektual dapat meyakinkan investor bahwa perusahaan dapat beroperasi dan berkembang dalam jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan tidak akan ragu untuk memberikan pengungkapan yang lebih rinci mengenai modal intelektual yang mereka miliki agar stakeholders mengetahui secara pasti aset yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah: H1: Kinerja modal intelektual berpengaruh positif dengan pengungkapan modal intelektual. Miller dan Whiting (2005) dan Li et al. (2007) yang berpendapat bahwa market-tobook value ratio berhubungan positif dengan pengungkapan modal intelektual. Perusahaan dengan market-to-book value ratio yang tinggi mengindikasikan adanya aset tersembunyi yaitu modal intelektual. Dengan pengelolaan dan pemanfaatan modal ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
intelektual akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, sehingga menghasilkan keuntungan kompetitif maupun nilai lebih bagi perusahaan. Oleh karena itu, apabila perusahaan memiliki nilai market to book ratio yang tinggi, maka perusahaan tidak akan ragu untuk memberikan pengungkapan yang lebih rinci mengenai modal intelektual yang mereka miliki agar stakeholders mengetahui secara pasti aset yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H2: Market-to-book value ratio berhubungan positif dengan pengungkapan modal intelektual Garcia-Meca et al. dan An et al. (2011) yang berpendapat bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan cenderung memberikan informasi yang lebih rinci, sebab mereka ingin memberikan informasi mengenai sumber profitnya yang merupakan gambaran dari kinerja perusahaan dalam mengelola semua asetnya. Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: H3: Return on assets berpengaruh positif dengan pengungkapan modal intelektual. Berdasarkan teori dan temuan peneliti sebelumnya, Bukh et al. (2005), Bozzolan (2003) dan Woodcock dan Whiting (2009) dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang bernilai modal intelektual tinggi akan mengungkapkan informasi modal intelektualnya lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Hal ini disebabkan bahwa perusahaan ingin menyampaikan kepemilikan modal intelektualnya dan untuk memberikan sinyal kepada investor atas kemampuan perusahaan yang sesungguhnya. Selain itu, permintaan terhadap pengungkapan modal intelektual juga besar terhadap perusahaan yang memiliki teknologi tinggi karena dipandang melakukan investasi dalam jumlah yang sangat besar dalam modal intelektual seperti sumber daya manusia, pengetahuan, brand, program untuk memperta-hankan loyalitas pelanggan, dan lain sebagainya. Dengan demikian hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah: H4: Perusahaan yang beroperasi pada industri yang bernilai modal intelektual tinggi akan memiliki indeks pengungkapan modal intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi pada industri yang bernilai modal intelektual rendah. An et al. (2011), Istianingsih (2011) yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan yang besar berpengaruh positif dengan pengungkapan modal intelektual. Hal ini disebabkan karena perusahaan berukuran besar merasakan adanya tekanan dari shareholders dan para analis investasi untuk melakukan pengungkapan yang lebih ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
banyak. Pemantauan yang lebih ketat dari pihak penguasa, adanya kebutuhan untuk memperoleh dana dengan biaya yang rendah, dan besarnya struktur bisnis membuat permintaan untuk menyediakan informasi perusahaan menjadi lebih besar (Haniffa dan Cooke, 2002). Menurut Raffournier (1995), bagi perusahaan besar pengungkapan informasi yang lebih rinci akan relatif lebih murah karena biasanya perusahaan sudah menyediakan informasi tersebut untuk kepentingan intern. Selain itu, laporan tahunan juga merupakan sumber utama informasi bagi kompetitor. Perusahaan yang berukuran kecil cenderung enggan membuat pengungkapan yang lebih rinci tentang aktivitas mereka karena khawatir akan risiko kehilangan nilai kompetitifnya. Dengan demikian hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah: H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif dengan pengungkapan modal intelektual. White et al. (2007) dan Istianingsih (2011) yang berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat efektivitas dewan komisarisnya tinggi akan cenderung memberikan informasi yang lebih rinci. Hal ini disebabkan karena penerapan prinsip CG yang baik dan monitoring yang efektif oleh dewan komisaris dalam perusahaan diharapkan dapat memberi perlindungan yang lebih baik terhadap investor. Bentuk perlindungan tersebut diwujudkan dengan keterbukaan informasi melalui pengungkapan wajib dan sukarela dalam laporan tahunan. Salah satu bentuk pengungkapan sukarela adalah pengungkapan modal intelektual. Dengan penerapan CG yang lebih baik dan fungsi dewan komisaris yang berjalan efektif, diharapkan dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan modal intelektual dengan lebih baik juga. H6: Efektivitas dewan komisaris berpengaruh positif dengan pengungkapan modal intelektual.
METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan dan tahunan yang telah diterbitkan oleh perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan sudah diaudit. Sumber data diperoleh dari situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id dan finance.yahoo.com. Model yang digunakan untuk menguji hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut : ICDIi = β0 + β1 VAICTMi + β2 MBi + β3 RO A i + β4 TIPEi + β5 SIZEi + β6 DEKOMi + εi Keterangan : ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
ICDI : tingkat pengungkapan modal intelektual perusahaan dengan proksi analisa konten; VAICTM : kinerja modal intelektual perusahaan; MB : market-to- book value ratio ; ROA : profitabilitas perusahaan dengan proxy return on assets; TIPE : variabel dummy industri bernilai 1 untuk perusahaan yang beroperasi pada industri yang bermuatan modal intelektual tinggi dan 0 apabila sebaliknya; SIZE : logaritma natural dari total aset; DEKOM : praktik corporate governance dengan proxy indeks efektivitas dewan komisaris; β0 adalah konstanta; β1 sampai β6 adalah koefisien regresi; ε adalah error. Tabel 4.1 Tabel Penyeleksian Populasi No 1.
Kriteria penyeleksian sampel penelitian Perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun
Jumlah Perusahaan 438
2011, 2.
Perusahaan yang tidak memiliki laporan tahunan
(40)
di situs BEI tahun 2011, 3.
Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan
(17)
tahun 2011 dalam satuan Rupiah (Rp) 4.
Perusahaan yang tidak memiliki nilai operating
(79)
income, net income, dan value added yang positif, 5.
Perusahaan yang tidak memiliki informasi harga
(5)
pasar saham biasa pada akhir tahun 2011, 6.
Perusahaan yang tidak memiliki total ekuitas
(1)
positif, 7.
Perusahaan yang memiliki beberapa jenis saham
(29)
biasa yang tertera dalam neraca pada laporan keuangannya, 8.
Perusahaan yang merupakan outlier
(69)
Jumlah laporan tahunan dan keuangan perusahaan yang
198
menjadi bahan observasi Sumber : Hasil Olah Penulis
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 1. Kinerja modal intelektual Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya pengaruh positif kinerja modal intelektual terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual. Hal ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya yang memprediksi adanya pengaruh positif dari kinerja modal intelektual perusahaan terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual perusahaan. Pengungkapan modal intelektual masih dianggap informasi yang rahasia (proprietary information) bagi perusahaan di Indonesia. Berdasarkan data pengungkapan modal intelektua dalam penelitian ini ditemukan bahwa sedikit sekali perusahaan yang mengungkapkan informasi mengenai hubungan dengan pelanggan, kontrak dengan pihak yang menguntungkan, dan modal manusia dianggap informasi yang rahasia. Hal ini mungkin saja terjadi karena perusahaan menilai bahwa biaya untuk mengungkapkan modal intelektualnya lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh perusahaan. Laporan tahunan merupakan sumber utama informasi bagi kompetitor maka perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai modal intelektual yang besar enggan membuat pengungkapan yang lebih rinci tentang aktivitas mereka karena khawatir hanya akan menimbulkan competitive disadvantage. Apabila pengungkapan dilakukan secara luas, perusahaan khawatir keunggulan kompetitifnya dapat diambil kompetitor yang akan menyebabkan perusahaan tersingkir dari dunia bisnis. Oleh karena itu, pengungkapan modal intelektual tidak dilakukan secara luas karena risiko bisnisnya lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh perusahaan. Pengungkapan modal intelektual mungkin saja telah dibuat oleh perusahaan. Namun, penggunaan informasi tersebut hanya diperuntukkan bagi pihak internal saja seperti majority shareholders dan kreditor besar perusahaan. 2. Market-to-book value ratio Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya hubungan positif market-to-book ratio terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual. Tidak adanya hubungan variabel market-to-book value ratio dengan tingkat pengungkapan modal intelektual SC dan RC serta hubungan signifikan negatif dengan tingkat pengungkapan modal intelektual HC dalam penelitian ini bisa saja disebabkan karena perusahaan merasa biaya dari pengungkapan informasi atas pengungkapan modal intelektual yang dimiliki perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan manfaat yang didapat ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
perusahaan untuk mengungkapkannya ke dalam laporan tahunan. Biaya informasi tersebut jika diungkapkan secara rinci akan dapat diketahui oleh kompetitornya sehingga dikhawatirkan keunggulan kompetitif perusahaan dapat ditiru/ diambil. Apabila hal tersebut terjadi, perusahaan bisa tersingkir dari dunia bisnis. 3. Profitabilitas Perusahaan Hasil penelitian ini dapat membuktikan adanya pengaruh signifikan positif profitabilitas perusahaan terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Garcia-Meca et al. (2005) dan An et al. (2011). Dengan profitabilitas yang tinggi, perusahaan akan cenderung memberikan informasi yang lebih rinci dikarenakan perusahaan ingin meyakinkan investor dan stakeholders lainnya mengenai profitabilitas perusahaan yang merupakan gambaran kinerja perusahaan dalam mengelola semua asetnya. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bergantung pada kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, sehingga peran modal intelektual sangat diperlukan untuk memastikan tercapainya laba yang optimal. Oleh karena itu, perusahaan akan mengungkapkan modal intelektualnya lebih banyak sebagai alat komunikasi atau sinyal kepada investor mengenai investasi mereka dalam rangka peningkatan pertumbuhan jangka panjang. Hal ini sesuai dengan signalling theory yang dijelaskan dalam Bab 2, dimana semakin banyak perusahaan berinvestasi dalam modal intelektualnya yaitu pada modal manusia (HC), modal struktur (SC) dan modal hubungan (RC), maka perusahaan akan mengungkapkan informasi modal intelektualnya lebih banyak karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan mengungkapkan hal ini sebagai nilai lebih. Berdasarkan political cost theory dalam Istianingsih (2011), perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memiliki insentif lebih untuk melakukan pengungkapan agar dapat menunjukkan kepada pasar sumber dari keuntungan mereka.
4. Jenis Industri Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya pengaruh positif jenis industri terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual (SC dan RC). Hal ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya yang memprediksi adanya pengaruh positif pada jenis industri terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak sesuai dengan temuan Bukh et al. (2005), Bozzolan (2003) dan Woodcock dan Whiting (2009), namun sesuai dengan penelitian Istianingsih (2011) dan An et al. (2011). Tidak adanya hubungan variabel ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
jenis industri yang memisahkan antara perusahaan yang beroperasi pada industri bermuatan modal intelektual tinggi dan rendah dengan tingkat pengungkapan modal intelektual dalam penelitian ini bisa saja disebabkan oleh metodologi pemisahan jenis industri yang hanya menggunakan kategori industri di ICMD. Hal ini terlihat dari angka beban R&D yang relatif kecil atau dari nilai marketing expenditure yang relatif kecil (Istianingsih, 2011). Selain itu, perusahaan yang diduga termasuk industri yang memiliki nilai modal intelektual tinggi ternyata terdapat 47% bank dan 44% perusahaan asuransi yang memiliki modal intelektual rendah atau kurang dari nilai 2,50 dimana menurut Pulic (2000) nilai tersebut merupakan nilai yang dianggap tinggi dalam kepemilikan modal intelektual. Namun, berdasarkan pengujian dengan variabel dependen tingkat pengungkapan modal intelektual yang dipecah pada lampiran 8 pada perusahaan yang termasuk dalam industri bernilai modal intelektual tinggi lebih mengungkapkan modal manusianya (HC) dibandingkan dengan perusahaan yang termasuk dalam industri bernilai modal intelektual rendah. Hal ini menunjukkan perusahaan yang termasuk dalam industri yang bermuatan modal intelektual tinggi mereka memiliki aset modal manusia yang tinggi. 5. Ukuran Perusahaan Hasil penelitian ini dapat membuktikan adanya pengaruh signifikan positif ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual. Penelitian ini sejalan dengan temuan An et al. (2011) dan Istianingsih (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula hubungan yang dijalin perusahaan dengan pihak luar sehingga perusahaan merasa dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas atas pengungkapan modal intelektualnya. Selain itu, perusahaan besar juga memiliki investasi modal intelektual dalam jumlah yang besar pada modal manusianya (HC). Perusahaan besar memiliki jumlah pemegang saham yang banyak dan lebih menjadi sorotan di pasar modal, sehingga perusahaan dituntut untuk mengungkapkan informasi untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan stakeholders lainnya. Oleh karena itu, perusahaan besar cenderung mengungkapkan informasi modal intelektual lebih luas untuk menunjukkan adanya nilai kompetitif perusahaan yang dapat menjadi nilai tambah perusahaan di mata investor 6. Efektivitas Dewan Komisaris
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh signifikan negatif efektivitas dewan komisaris perusahaan terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual. Hal ini mungkin disebabkan karena pengungkapan modal intelektual sebagian besar merupakan pengungkapan sukarela sehingga perusahaan memilih untuk tidak melaporkan pengungkapan modal intelektualnya secara luas ke dalam laporan tahunan. Pengungkapan modal intelektual masih dianggap informasi yang rahasia bagi perusahaan di Indonesia. Dewan komisaris memahami kerahasiaan informasi tersebut sehingga ia mendorong manajemen perusahaan untuk tidak melakukan pengungkapan yang luas atas modal intelektual perusahaan karena modal intelektual merupakan informasi rahasia perusahaan (proprietary information). Hal ini mungkin saja terjadi karena dewan komisaris perusahaan menilai bahwa biaya untuk mengungkapkan modal intelektualnya lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh perusahaan. Selain itu, menurut Cerbioni dan Parbonetti (2007) corporate governance dapat bersifat subtitusi (pengganti) terhadap pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunan. Apabila dikaitkan dengan efektivitas dewan komisaris berarti perusahaan lebih memilih untuk meningkatkan kinerja efektivitas dewan komisaris untuk menunjukkan bahwa corporate governance perusahaan telah berjalan dengan baik, sehingga hal ini dapat mengurangi biaya keagenan yang ditimbulkan dari adanya asimetri informasi Cerbioni dan Parbonetti (2007). Dengan efektivitas dewan komisaris yang baik, stakeholders percaya akan informasi yang disampaikan perusahaan dalam laporan tahunannya walaupun pengungkapan modal intelektual tidak terlalu komprehensif. Laporan tahunan merupakan sumber utama informasi bagi kompetitor maka perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai modal intelektual yang besar dengan membuat pengungkapan yang lebih rinci tentang aktivitas mereka karena khawatir hanya akan menimbulkan competitive disadvantage. Apabila pengungkapan dilakukan secara luas, perusahaan khawatir keunggulan kompetitifnya dapat diambil kompetitor yang akan menyebabkan perusahaan tersingkir dari dunia bisnis. Oleh karena itu, pengungkapan modal intelektual tidak dilakukan secara luas karena risiko bisnisnya lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh perusahaan. Pengungkapan modal intelektual mungkin saja telah dibuat oleh perusahaan. Namun, penggunaan informasi tersebut hanya diperuntukkan bagi pihak internal saja seperti majority shareholders dan kreditor besar perusahaan.
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penentu yang dapat berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan modal intelektual dengan bahan observasi pengungkapan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2011. Selain itu penelitian ini juga melihat tingkat pengungkapan modal intelektual yang dilakukan oleh perusahaan. Dari keseluruhan pengujian empiris yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengungkapan yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan di Indonesia pada tahun 2011 adalah modal strukturnya. Hal ini dilakukan karena perusahaan ingin menonjolkan keunggulan perusahaan dari segi struktur dan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Modal struktur yang banyak diungkapkan adalah item kebudayaan perusahaan, struktur perusahaan, kesepakatan keuangan, dan fleksibilitas organisasi. Pengungkapan mengenai modal relasi yang paling banyak diungkapkan adalah item public relation dan item diffusion & networking. Sedangkan untuk kategori pengungkapan modal manusia yang paling banyak diungkapkan adalah item jumlah dan pelatohan karyawan. Berdasarkan hasil regresi model penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa profitabiltas perusahaan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap pengungkapan modal intelektual. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka tingkat pengungkapan modal intelektual semakin luas. Oleh karena itu, perusahaan akan menunjukkan hasil kinerja baiknya yang dihasilkan dari pengelolaan modal intelektual kepada stakehoders melalui luasnya pengungkapan modal intelektual dalam laporan tahunan sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Kemudian, perusahaan yang berukuran besar akan mengungkapkan modal intelektualnya lebih luas. Faktanya, perusahaan besar menjadi pusat perhatian investor. Oleh karena itu, perusahaan besar termotivasi untuk mengungkapkan modal intelektualnya lebih luas agar mendapat nilai tambah di mata investor. Kinerja modal intelektual dan efektivitas dewan komisaris mempunyai pengaruh yang signifikan negatif terhadap pengungkapan modal intelektual. Perusahaan menganggap bahwa informasi modal intelektual merupakan informasi yang bersifat rahasia dan tidak patut untuk diungkapkan secara luas di dalam laporan tahunan. Oleh karena itu, perusahaan menurunkan pengungkapan modal intelektualnya di laporan tahunan agar nilai kompetitifnya tidak diketahui oleh kompetitor. Efektivitas dewan komisaris dalam mengawasi dan memonitoring good corporate governance (GCG) perusahaan di Indonesia telah dinilai cukup baik. Namun, ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
dewan komisaris memahami bahwa informasi modal intelektual merupakan informasi yang bersifat rahasia maka dewan komisaris mendorong manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi modal intelektual perusahaan secara luas. Hal ini dilakukan perusahaan untuk melindungi nilai kompetitifnya dimana apabila diungkapkan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Saran Terkait dengan keterbatasan penelitian yang sudah disebukan sebelumnya, berikut adalah beberapa saran untuk penelitian selanjutnya: 1. Menambah jumlah sampel penelitian dengan memanjangkan periode waktu penelitian. 2. Menambah faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi pengungkapan modal intelektual yang belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya. 3. Menambah cakupan penelitian berupa media lain yang dipublikasikan oleh perusahaan, misalnya press release. 4. Mengklasifikasikan jenis industri beserta perusahaannya selain berdasarkan ICMD. 5. Menguji secara terpisah industri perbankan dan non-perbankan, karena industri perbankan tingkat leverage cenderung tinggi sehingga berbeda dengan industri lainnya.
DAFTAR REFERENSI
Abeysekera, I. (2010). The Influence of Board Size on Intellectual Capital Disclosure by Kenyan Listed Firms. Journal of Intellectual Capital 11, 504-518. Adisaputra, Diky. (2011). Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan: studi empiris perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2005-2009. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. An Y., Davey, H., dan Eggleton, I. (2011). The Effects of Industry Type, Company Size, and Peformance on Chinese Companies' IC Disclosure: A Research Note. AAFBJ 5(3). An Y., dan Davey, H. (2010). Intellectual capital disclosure in Chinese (mainland) companies. Journal of Intellectual Capital, 11(3), 326-347. Barney, J. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management 17, 99-120.
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Belkaoui, Ahmed Riahi (2003). Intellectual capital and firm performance of US multinational firms: A study if the resource-based and stakeholder views. Journal of Intellectual Capital 4(2), 215-226. Boedi, S. 2008. Pengungkapan Intellectual Capital dan Kapitalisasi Pasar. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Branco, M. C., dan Rodrigues, L. L. (2008). Factors influencing social responsibility disclosure by portuguese companies. Journal of Business Ethics 83(4), 685 – 701. Brennan, N. (2001) . Reporting Intellectual Capital in Annual Reports: Evidence from Ireland. Accounting, Auditing & Accountability Journal 14, 423-436. Bruggen, A., Vergauwen, P., dan Dao, M. (2009). Determinants of intellectual capital disclosure: evidence from Australia. Management Decision, 47(2), 233-245. Bukh, P. N., Nielsen, C., Gormsen, P., and Mouritsen, J. (2005). Disclosure of Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectuses. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 18(2), 713-732. Chan, Kin Hang (2009). Impact of intellectual capital on organisational performance. Journal of Intellectual Capital, 16 (1), 22-39. Chen, M., Cheng, S., dan Hwang, Y. (2005). An empirical investigation of the relationship between intellectual capital and firm’s market value and financial performance. Journal of Intellectual Capital, 6 (2), 159-176. Bozzolan, S., Favotto, F., and Ricceri, F. (2003). Italian Annual Intellectual Capital Disclosure : An Empirical Analysis. Journal of Intellectual Capital 4(4), 543-558. Bozzolan, S., O'Regan, P., and Ricceri, F. (2006). Intellectual Capital Disclosure (ICD): A Comparison of Italy and The UK. Journal of Human Resources Costing and Accounting 10(2). Canibano, L., Garcia-Ayuso, M, dan Sanchez, P. (2000). The value relevance and managerial and implications of intangibles: A literature review. The Journal of Accounting Literature 19, 102-130 Cerbioni, F., dan Parbonetti, A. (2007). Exploring the effects of corporate governance on intellectual capital disclosure; an analysis of European biotechnology companies. European Accounting Review 16(4), 791-826. Dapoers, F. (2000). A cost-benefit study of voluntary disclosure: some empirical evidence from French listed companies. The European Accounting Review 9(2), 245-263. Deegan, C. (2004). Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company. Sydney
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Edvinsson, L., and Malone, M.S. (1997). Intellectual Capital: The Proven Way to Establish Your Company's Real Value by Measuring Its Hidden Brainpower. London: Judy Piatkus. Fatima, Hasna. (2012). Analisis pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Fitriani, Ayu E. (2012). Pengaruh Stuktur Corporate Governance terhadap Pengungkapan Modal Intelektual (Studi pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Firrer, S. dan Williams, S. M. (2003). Intellectual capital and traditional measures of corporate performance. Journal of Intellectual Capital. Frendy dan Indra Wijaya Kusuma. (2011). The impact of financial, non-financial, and corporate governance attributes on the practice of global reporting initiative based environmental disclosure. Simposium Nasional Akuntansi, 050. Garcia-Meca, E., Parra, I., Larran, M., dan Martinez, I. (2005). The explanatory factors of intellectual capital disclosure to financial analysts. European Accounting Review 14(1), 63-104. Ghosh, S. dan Mondal, A. (2009). Indian software and pharmaceutical sector IC and financial performance. Journal of Intellectual Capital, 10 (3), 369-388. Gibson. (2009). Financial Reporting Analysis (10th edition). Canada: Thomson south western. Goh, P.C., and Lim, K.P. (2004). Disclosing Intellectual Capital in Company Annual Reports: Evidence from Malaysia. Journal of Intellectual Capital 5(3), 500-510. Gujarati, D. N. dan Porter, D. C. (2009). Basic Econometrics. (5th Edition). Asia: McGrawHill Education. Guthrie, J., and Petty, R. (2000). Intellectual Capital: Australian Annual Reporting Practices. Journal of Intellectual Capital 1. Guthrie, J., Petty, R., and Ricceri, F. (2006). The Voluntary Reporting of Intellectual Capital: Comparing Evidence from Hong Kong and Australia. Journal of Intellectual Capital 7(2), 254-271. Guthrie, J., Petty, R., Yongvanich, K., and Ricceri, F. (2004). Using Content Analysis as A Research Method to Inquire into Intellectual Capital Reporting. Journal of Intellectual Capital 5.
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Hermawan, Ancella A. (2009). Pengaruh efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit, Kepemilikan oleh keluarga dan peran monitoring Bank terhadap Kandungan Informasi Laba. Unpublished Disertation FEUI, Graduate Program in Accounting, Universitas Indonesia. Hunter, L., Webster, E., and Wyatt, A. (2005). Measuring Intangible Capital: A Review of Current Practice. Intellectual Property Research Institute. Istianingsih. (2011). Faktor-Faktor Penentu Pengungkapan Informasi Dan Kinerja Modal Intelektual Serta Dampaknya Terhadap Kemampual Imbal Hasil Saham Dalam Memprediksi Laba Masa Depan Perusahaan. Disertasi FEUI, Graduate Program in Accounting, Universitas Indonesia. Jane Godfrey, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. (2010). Accounting Theory, 7th Edition. Kamath, G.B. (2007). The Intellectual Capital Performance of Indian Banking Sector. Journal of Intellectual Capital 8(1), 96-123. Kaplan, R. and Norton, D. (2004). Measuring the strategic readiness of intangible assets. Harvard Business Review 82 (2), 52-63. Li, J., Pike, R., dan Haniffa, R. (2007). Intellectual Capital Disclosure in Knowledge Rich Firms: The Impact of Market and Corporate Governance Factors. Working Paper Series. UK: School of Management University of Bradford. 07/06. Li, J., Pike, R., and Haniffa, R. (2008). Intellectual Disclosure and Corporate Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research 38(2), 137-159. Lev, B. (2001). Intangibles, Management, Measurement, and Reporting. Washington, DC: Brookings Institution. Luqman, M. (2012). Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI 2010. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. M. C. Jensen, and W. H. Meckling. (1978). Theory of the Firm : Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Mouritsen, J., Bukh, P.N., and Marr, B. (2001). Reading an Intellectual Capital Statement: Describing and Prescribing Knowledge and Management Strategies. Journal of Intellectual Capital 2. Murti, Anugraheni Cahyaning. (2010). Analisis Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Nachrowi, Nachrowi D. dan Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Pernebit FE UI. Oliveira, L., Rodrigues, L.L. and Craig, R. (2006). Firm-Specific Determinants of Intangibles Reporting: Evidence from Portuguese Stock Market. Journal of Human Resource Costing and Accounting, 11-33. Sayidah, Nur. (2007). Pengaruh kualitas corporate governance terhadap kinerja perusahaan publik (studi kasus peringkat 10 besar CGPI tahun 2003,2004,2005). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, 11, 1-19. Sihotang, P., Winata A. (2008). The intellectual capital disclosures of technology-driven companies: evidence from Indonesia. International Journal of Learning and Intellectual Capital 5(1),63-82. PSAK No. 19 (Revisi 2010). Aset Tak Berwujud. Ikatan Akuntan Indonesia. Pulic, Ante. (1998). Measuring the Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy. Presented in 1998 at the 2nd McMaster World Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the Austrian Team for Intellectual Potential. ________. (2000). MVA and VAICTM Analysis of Randomly Selected Companies from FTSE 250. London: Austrian Intellectual Capital Research Center. www.vaicon.net/download/ftse30.pdf. ________. (2001). Value Creation Efficiency Analysis of Croatian Banks 1996-2000. www.vaic-on.net. ________. (2005). Basic Information on VAICTM. www.vaic-on.net /download/VAICcalculation.pdf. ________. (2008). The Principle of Intellectual Capital Efficiency – A Brief Description. The Economist.
Economist
Intelligence
Unit.
www.vaic-
on.net/download/Casestudies/principles_2008.pdf. Putri, Tiesha Narandha. (2011). Pengaruh Kinerja Modal Intelektual, Tingkat Hutang, dan Praktik Corporate Governance terhadap Tingkat Pengungkapan Modal Intelektual (Studi Empiris Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010). Skripsi. Universitas Indonesia. Ren, J. (2009, August). The Empirical Study on the Relationship between Corporate Intellectual Capital and Corporate Performance. Paper presented at the Fuzzy Systems and Knowledge Discovery. Sixth International Conference in China.
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Roos, J., Roos, G., Edvinsson, L., and Dragonetti, N.C. (1997). Intellectual Capital Navigating in the New Business Landscape. London: Macmillan. Ross, S. A., Westerfield, R. W. dan Jordan, B. D. (2010). Fundamentals of Corporate Finance (9th Edition). New York: McGraw-Hill. Sihasale, Hermina, 2001. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi, Semarang: Universitas Diponegoro. Sonnier, B.M. (2008). Intellectual Capital Disclosure: High Tech versus Traditional Sector Companies. Journal of Intellectual Capital 9, 2008. Journal of Intellectual Capital 9 (4), 705-722. Sonnier, B.M., Carson, K.D., and Carson, P.P. (2009). An Examination of the Impact of Firm Size and Age on Managerial Disclosure of Intellectual Capital by High-Tech Companies. Journal of Business Strategies 26. Starovic, D. and Marr, B. (2003). Understanding Corporate Value - Measuring and Reporting Intellectual Capital. Chartered Institute of Management Accountants, London. Stewart, T. A. (1997). Intellectual Capital - The New Wealth of Organizations. Nicholas Brealy Publishing Limited. Sullivan, P. H. Jr. dan Sullivan, P. H. Sr. (2000). Valuing intangible companies- An intellectual capital approach. Journal of Intellectual Capital, 1 (4), 328. Sveiby, K. E. (1997). The New Organizational Wealth: Managing and Measuring Knowledge-Based Assets. San Fransisco, CA: Berrett-Koehler Publishers. Tan, H. P., Plowman, D., dan Hancock, P. (2007). Intellectual capital and financial returns on companies. Journal of Intellectual Capital, 8 (1), 76-95. Ulum, I., Ghozali, I. dan Chariri, A. (2008). Intellectual capital dan kinerja keuangan perusahaan: suatu analisis dengan pendekatan partial least square. Call for paper. Simposium Nasional Akuntansi XI. Ikatan Akuntansi Indonesia. Pontianak. Uma Sekaran, Roger Bougie. (2009). A Skill Building Approach. Research Methods for Business. Vergauwen, P., Bollen, L., and Oirbans, E. Intellectual Capital Disclosure and Intangible Value Drivers: An Empirical Study. Journal of Intellectual Capital 45(7), 1163-1180. Vergauwen, P. dan Van Alem, F. (2005). Annual reports IC Disclosures in the Netherlands, France, and Germany. Journal of Intellectual Capital 6(1), 89-104. ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia
Welker, M. (1995). Disclosure Policy, Information Asymmetry, and Liquidity in Equity Markets. Contemporary Accounting Research 11(2), 801–827. White, G., Lee, A., and Tower, G. (2001). Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure in Listed Biotechnology Companies. Journal of Intellectual Capital 2. White, G., Lee, A., and Tower, G. (2007). Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure in Listed Biotechnology Companies. Journal of Intellectual Capital 8(3), 517-537. Williams, M. S. (2001). Are Intellectual Capital Performance and Disclosure Practices Related?. Journal of Intellectual Capital 2(3), 192-203. Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews. Jakarta: UPP STIM YKPN. Zéghal, Daniel dan Maaloul. (2010). Analyzing Value Added as an indicator of intellectual capital and its consequences on company performance. Journal of Intellectual Capital 11(1), 39-60.
ix Faktor-fator penentu..., Irna Pratiwi, FE, 2013
Universitas Indonesia