FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM KEBERHASILAN MEDIASI DI PENGADILAN
Firmansyah, S.H., LL.M. TM Luthfi Yazid, S.H., LL.M.
Comparative Study of Judicial System between Japan and Indonesia 2007 - Jepang
MEDIASI DI PENGADILAN (Court-Annexed Mediation) Dasar hukum: Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan jo. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai jo. Pasal 130 HIR / Pasal 154 Rbg.
2
MEDIASI DI PENGADILAN (Court-Annexed Mediation)
Semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk terlebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator.
Penyelesaian perkara melalui mediasi diharapkan dapat mengurangi penumpukan perkara yang selama ini terjadi di pengadilan.
3
PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN
Pada hari sidang pertama hakim mewajibkan para pihak berperkara untuk menempuh mediasi.
Para pihak memilih mediator : * Mediator yang dimiliki oleh pengadilan * Mediator di luar pengadilan
Proses mediasi yang menggunakan mediator pengadilan berlangsung selama 22 hari kerja sedangkan untuk mediasi yang menggunakan mediator di luar pengadilan berlangsung selama 30 hari kerja.
Jika tercapai kesepakatan para pihak dapat meminta akta perdamaian. Akta ini disebut Akta van dading.
Jika tidak, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara (litigasi).
4
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG 1. Iktikad Baik Para Pihak Pada bulan Juli tahun 2004, sebuah kapal mengalami kerusakan dalam serangan badai topan Mindule saat berada di perairan Korea. Pemilik kapal tersebut yang merupakan sebuah perusahaan pelayaran berbadan hukum Indonesia, menganggap bahwa musibah tersebut dianggap sebagai suatu kerugian yang sifatnya menyeluruh (constructive total loss) dan mengklaim pembayaran asuransi senilai US$ 1,175,000.00 (Satu Juta Seratus Tujuh Puluh Lima Ribu Dolar Amerika Serikat) kepada perusahaan asuransi. Namun dikarenakan kapal tersebut tidak memenuhi syarat Class Maintained Certificate (CMC) dan kegagalan Penggugat untuk mematuhi syarat duty of disclosure, mengakibatkan perusahaan asuransi tersebut menolak penutupan kerugian.
5
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Penggugat melayangkan klaimnya kepada perusahaan asuransi sekaligus terhadap pialang asuransi kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Namun kasus ini berhasil dimediasikan dimana pihak perusahaan asuransi bersedia membayar sebesar US$ 340,000.00 (Tiga Ratus Empat Puluh Ribu Dolar Amerika Serikat).
6
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Namun Penggugat kembali melayangkan gugatan terhadap pihak pialang asuransi dengan jenis gugatan yang sama, yakni meminta ganti kerugian sebesar US$795,398.00 (Tujuh Ratus Sembilan Puluh Lima Ribu Tiga Ratus Sembilan Puluh Delapan Dolar Amerika Serikat), di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Penggugat berpendapat bahwa penyelesaian sengketa secara damai di kasus sebelumnya hanya berlaku antara Penggugat dengan pihak perusahaan asuransi, bukan terhadap pialang asuransi. Pada mediasi di tahap awal persidangan, para pihak sepakat untuk memilih mediator dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dengan demikian, berdasarkan Perma No. 2 tahun 2003, jangka waktu mediasi adalah 22 hari. 7
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Upaya mediasi pada tahap awal sidang tidak berhasil ditempuh sehingga perkara harus diperiksa lebih lanjut oleh majelis hakim pemeriksa perkara (litigasi). Namun, dalam proses pemeriksaan tersebut, Tergugat kemudian menyatakan kehendaknya untuk menyelesaikan perkara dengan damai. Hal ini dikarenakan keinginan Tergugat untuk menjaga image nya selaku perusahaan pialang asuransi. Jika kasus ini terus berlangsung maka dikhawatirkan dapat merusak nama baiknya sebagai sebuah perusahaan pialang asuransi yang bonafide. 8
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Perdamaian tersebut kemudian dikukuhkan dalam bentuk Akta Van Dading. Dalam akta tersebut, Tergugat bersedia membayar US$ 130,000.00 (Seratus Tiga Puluh Ribu Dolar Amerika Serikat). Di lihat dari contoh di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa salah satu faktor pendukung keberhasilan mediasi berasal dari iktikad baik para pihak sendiri.
9
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG 2. Advokat Yang Dapat Meyakinkan Kliennya Untuk Bermediasi Dan Mediator Yang Gigih Untuk Memediasikan Para Pihak Pada tahun 2007, terjadi sengketa dalam sebuah perusahaan pertambangan. Seorang Direktur (dalam hal ini ialah pemegang saham mayoritas) diberhentikan sementara oleh Komisaris perusahaan. Merasa pemberhentian sementara tersebut tidak beralasan, Direktur tersebut mengadakan RUPS luar biasa untuk mempertanyakan alasan dari pemberhentian sementaranya. Selain itu, RUPS luar biasa tersebut juga membahas mengenai benartidaknya keterangan pengunduran diri Presiden Direktur (merupakan pemegang saham minoritas) yang disampaikan melalui e-mail kepada si Direktur. Namun, pada saat RUPS luar biasa dilangsungkan, Presiden Direktur tidak menghadiri RUPS tersebut. Sebagai hasil dari RUPS luar biasa, si Direktur yang diberhentikan sementara tersebut kemudian diangkat menjadi Presiden Direktur. 10
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Sengketa timbul ketika mantan Presiden Direktur merasa dirinya masih menjabat posisi tersebut. Ia mengklaim bahwa ia sudah mengirimkan surat yang menyatakan keinginannya yang masih ingin menjabat sebagai Presiden Direktur dan telah menganulir pernyataannya dalam e-mail yang sebelumnya ia kirim kepada si Direktur. Merasa RUPS luar biasa tersebut diadakan tidak secara legal dan pengangkatan Presiden Direktur didalilkan tidak sah menurut hukum, ia melayangkan gugatan kepada Presiden Direktur yang baru melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam gugatan tersebut ia juga meminta ganti kerugian sebesar US$ 1,000,000.00 (Satu juta Dolar Amerika Serikat). Pada tahap mediasi, kedua belah pihak sepakat untuk memilih mediator yang berasal dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Karena mediator yang dipilih berasal dari Pengadilan, maka jangka waktu mediasi adalah 22 hari. 11
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Arogansi yang tinggi para pihak membuat penyelesaian sengketa melalui mediasi terasa sulit. Para pihak bahkan tidak ingin bertemu muka atau berada pada ruangan yang sama semenjak sengketa terjadi. Dalam proses mediasi, para advokat dari kedua belah pihak gigih dalam meyakinkan kliennya untuk bermediasi. Namun usaha itu terasa cukup sulit dan sempat menjadi sebuah perdebatan yang panas. Saling melempar tuduhan pun sempat terjadi. Masing-masing pihak mendalilkan dirinya yang benar.
12
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Setelah jangka waktu 22 hari telah lewat, seharusnya perkara kembali diperiksa oleh majelis hakim (litigasi), namun mediator berinisiatif meminta kepada ketua majelis hakim untuk memperpanjang jangka waktu mediasi tersebut. Akibat dari usaha gigih advokat kedua pihak dan mediator, akhirnya kasus ini berhasil untuk diselesaikan melalui mediasi. Para pihak akhirnya setuju untuk bermediasi dan mengambil jalan keluar dengan cara pembelian saham minoritas Penggugat oleh Tergugat selaku pemegang saham mayoritas sebesar US$ 315,000,- (Tiga Ratus Lima Belas Ribu Dolar Amerika Serikat). Perdamaian ini kemudian dikukuhkan oleh Pengadilan melalui Akta Van Dading. Tak dapat dipungkiri, peranan advokat dan mediator dalam kasus ini mengambil andil yang besar dalam keberhasilan mediasi. 13
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG 3. Hakim Pemeriksa Perkara Gigih Untuk Memediasikan Para Pihak Sebuah kecelakaan pesawat terbang terjadi pada tahun 2005 di Medan. Kecelakaan tersebut mengakibatkan di antaranya kematian Tuan X dan Nyonya Y, pasangan yang menikah dengan aliran kepercayaan (tidak dicatatkan ke kantor catatan sipil).
14
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Akibat dari kematian itu, pihak maskapai penerbangan memberikan santunan dan ganti rugi kepada ahli waris masing-masing. Ternyata diketahui bahwa Tuan X juga telah menikah dengan Nyonya Z secara Islam. Hal ini dibuktikan dengan buku pernikahan. Sehingga, di mata hukum, ahli waris Tuan X adalah Nyonya Z beserta anakanaknya. Maskapai penerbangan tersebut pun memberikan santunan dan ganti rugi sebesar Rp. 350.000.000,- kepada Nyonya Z selaku ahli waris dari Tuan X.
15
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Pada tahun 2006, Nyonya Z dan maskapai penerbangan tersebut digugat melalui Pengadilan Negeri Medan. Gugatan berasal dari saudara-saudara Tuan X yang meyatakan bahwa merekalah ahli waris yang sah dari Tuan X. Mereka beralasan perkawinan yang terjadi antara Tuan X dan istrinya tidak sah. Bahwa peralihan agama Tuan X menjadi pemeluk agama Islam adalah tidak sah karena dalam kesehariannya, Tuan X masih berperilaku seperti seorang pemeluk agama Budha. Akibatnya mereka mendalilkan pernikahan yang terjadi antara Tuan X dan istrinya secara Islam pun tidak sah. Sehingga, menurut mereka, ahli waris Tuan X berdasarkan hukum adalah mereka selaku saudara-saudara dari Tuan X. 16
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Dalam gugatan tersebut mereka meminta uang santunan dan ganti kerugian yang telah diberikan kepada Nyonya Z untuk dikembalikan kepada mereka selaku ahli waris Tuan X yang sah. Para pihak sepakat untuk menunjuk mediator dari Pengadilan Negeri Medan. Dengan demikian, jangka waktu mediasi adalah 22 hari. Namun, mediasi tidak dapat mencapai kesepakatan sehingga perkara harus diperiksa lebih lanjut dalam proses litigasi oleh majelis hakim. Berbagai macam proses hukum acara telah dijalani. Setelah memberikan kesimpulan, para pihak tinggal menunggu putusan dari majelis hakim. Namun majelis hakim tetap mengupayakan mediasi untuk menyelesaikan sengketa tersebut. 17
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Sudah lewat dari dua bulan sejak kesimpulan diserahkan oleh seluruh pihak namun majelis hakim pemeriksa perkara tetap belum mengeluarkan putusannya. Ia masih mengupayakan para pihak untuk bermediasi. Akhirnya usaha gigih hakim tersebut tidak sia-sia. Para pihak setuju untuk bermediasi. Dalam perjanjian perdamaian tersebut, Penggugat akhirnya sepakat untuk mengeluarkan maskapai penerbangan dari perkara. Dan Nyonya Z sepakat untuk memberikan Rp. 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah).
18
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Sepintas mungkin terlihat tidak masuk akal, karena Penggugat hanya meminta Rp. 350.000.000 (Tiga Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) dalam gugatannya. Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata angka ini timbul dari perhitungan tambahan jumlah warisan Tuan X yang masih belum dibagikan. Hasil mediasi ini kemudian dikukuhkan melalui Akta Van Dading. 19
MEDIASI DALAM PRAKTIK: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Yang dapat digarisbawahi dari kasus tersebut adalah bahwa proses mediasi tidak hanya dapat dilangsungkan dalam awal persidangan, namun juga tidak menutup kemungkinan selama masa pemeriksaan oleh majelis hakim (litigasi).
Konsep tersebut serupa dengan konsep wakai yang ada di Jepang.
20
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang berperan dalam mediasi dapat dilihat dari sisi: ¾
Para pihak
¾
Advokat
¾
Mediator
¾
Hakim
21