FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN DAN TEKNIK BUDIDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PENYAKIT KANKER BATANG KOPI DI KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG
ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Faktor-faktor Lingkungan dan Teknik Budidaya yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015 Andika Septiana Suryaningsih NIM A34100035
ABSTRAK ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH. Faktor-faktor Lingkungan dan Teknik Budidaya yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Dibimbing oleh SURYO WIYONO. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Kopi memiliki nilai ekonomi penting dan merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia. Hama dan penyakit menjadi salah satu faktor pembatas dalam produksi kopi. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman kopi adalah penyakit kanker batang kopi. Penyakit kanker batang kopi merupakan penyakit baru dan belum diketahui penyebabnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor– faktor lingkungan dan teknik budidaya yang berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Metode yang dilaksanakan meliputi pengambilan data sekunder, metode wawancara petani, serta pengamatan langsung kejadian dan keparahan penyakit di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan penyakit kanker batang kopi adalah umur tanaman kopi, frekuensi penggunaan herbisida, kurangnya pemupukan, dan curah hujan yang mengalami peningkatan selama sepuluh tahun terakhir. Kata kunci: Kanker batang, kopi, penyakit.
ABSTRACT ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH. Environmental Factors and Agronomical Practices Related to Coffee Stem Canker Disease in Tanggamus, Lampung. Supervised by SURYO WIYONO. Coffee is one of the important commodities in Indonesia. Pests and diseases are important limiting factors in coffee production in Indonesia. In Lampung, coffee is facing a new devastating disease namely coffee stem canker. The purpose of this research was to investigate the environmental factors and agronomical practices associated with coffee stem canker disease in Lampung. The research was done by obtaining secondary data, interview with farmers, as well as observation of disease incidence, and disease severity. The results showed that factors associated with coffee stem canker were rainfall, age of the plant, frequency of herbicide use, and application of fertilizer. Key word: Coffee, disease, stem canker.
©Hak Cipta Milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang - Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN DAN TEKNIK BUDIDAYA YANG BERKAITAN DENGAN PENYAKIT KANKER BATANG KOPI DI KABUPATEN TANGGAMUS, LAMPUNG
ANDIKA SEPTIANA SURYANINGSIH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul Faktor-faktor Lingkungan dan Teknik Budidaya yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi di Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc. Agr selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda Naisah dan ayahanda Tuhadi atas semua kasih sayang, doa, nasihat, dan dukungan hingga penulis sampai pada tahap ini. Terima kasih kepada Bapak Sukirno dan Bapak Sasmita, pegawai UPTD Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Lampung atas informasi selama penulis melakukan penelitian. Terima kasih kepada Bapak Solihin, Ketua Kelompok Tani Dusun Tebatsari atas waktu dan informasi yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya atas doa dan semangat yang selalu diberikan, teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 47 atas kebersamaannya selama ini, teman-teman LAWALATA IPB, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Penulis berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2015 Andika Septiana Suryaningsih
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Penentuan Lahan Pengambilan Data Primer Penentuan Kejadian dan Keparahan Penyakit Data Sekunder Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Tanaman Kopi di Kecamatan Pulaupanggung, Tanggamus Sejarah Penyakit Kanker Batang Kopi Kejadian dan Keparahan Penyakit Kanker Batang Kopi Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi Faktor-Faktor Iklim Keterkaitan Teknik Budidaya Tanaman Kopi dengan Penyakit Kanker Batang Kopi SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
ix ix ix 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 6 7 7 7 10 14 15
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Kejadian dan keparahan penyakit kanker batang kopi Desa Way Ilahan Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung Jumlah hari hujan (hari) di Kecamatan Pulaupanggung Analisis antara teknik budidaya tanaman kopi dengan keparahan penyakit kanker batang 5 Herbisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan Golongan 6 insektisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan Golongan
7 8 8 11 12 12
DAFTAR GAMBAR 1 Tanaman kopi yang diberi pupuk organik dari limbah kulit buah kopi 2 Tanaman lain yang ditanam dalam satu lahan dengan tanaman kopi a. Tanaman lada b. Tanaman pisang c. Tanaman jengkol 3 Hama dan penyakit pada tanaman kopi di Desa Way Ilahan (a), Penggerek batang kopi Zeuzera coffeae (b), Kanker batang kopi 4 Gejala penyakit kanker batang kopi(a), infeksi pada daun (b), infeksi pada batang bawah (c), infeksi pada batang atas 5 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung 6 Jumlah hari hujan (hari) di Kecamatan Pulaupanggung
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil analisis tabulasi silang antara teknik budidaya kopi dengan keparahan penyakit kanker batang menggunakan program statistika SPSS 16.0 2 Kuisioner terstruktur tentang teknik budidaya kopi
5 5 6 6 9 9
18 22
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Nilai ekspor kopi terhadap nilai ekspor hasil pertanian dan nilai ekspor nonmigas selama periode 1999-2003 masing-masing sebesar 11.75% dan 0.7%. Posisi Indonesia juga cukup strategis dalam perdagangan kopi dunia yaitu menempati posisi keempat negara produsen dan pengekspor kopi terbesar di dunia. Berdasarkan data dari BPS (2013), produksi kopi pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 6.3% dibandingkan dengan tahun 2010. Produksi kopi pada tahun 2012 naik sebesar 6.8% dan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2013. Fluktuasi produksi kopi dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah gangguan dari berbagai organisme pengganggu tanaman. Sekitar 90% produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan kopi rakyat dan sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan adalah kopi robusta. Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan jenis kopi arabika, namun kurang berhasil karena infeksi penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) (Semangun 2006). Pengusahaan kopi robusta awalnya untuk mengatasi kerusakan akibat penyakit karat daun kopi karena kopi robusta lebih tahan terhadap penyakit tersebut. Kini kopi robusta telah berkembang pesat dan mendominasi areal tanaman kopi di Indonesia. Sentra penghasil kopi di Indonesia adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Jawa Timur (Yahmadi 2007). Salah satu penyakit tanaman kopi yang baru diketahui akhir-akhir ini adalah penyakit kanker batang kopi yang terjadi di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Beberapa lahan kopi di Tanggamus terserang penyakit yang belum dikenal sebelumnya. Penyakit yang disebut petani lokal sebagai kanker kopi ini menyerang tanaman kopi tua dan sudah tidak produktif lagi (Heri 2013). Tanaman kopi yang terserang patogen kanker batang kopi memiliki gejala daun–daun menguning dan agak layu. Bagian batang yang sakit berwarna cokelat tua dan pecah–pecah. Jenis patogen yang menyerang belum diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Kerugian produksi kopi akibat penyakit kanker batang kopi pada masa yang akan datang diharapkan dapat ditekan bila penyebab penyakit dan faktor yang berpengaruh diketahui. Tujuan Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor lingkungan dan teknik budidaya yang berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi di Lampung. Manfaat Memberikan informasi hubungan antara berbagai faktor lingkungan dan teknik budidaya dengan penyakit kanker batang kopi serta menjadi landasan dalam pengembangan teknik pengendalian penyakit kanker batang kopi.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Maret sampai April 2014 di lahan petani kopi Desa Way Ilahan, Kecamatan Pulaupanggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Metode Penelitian Penentuan Lahan Lahan yang diamati berada di Desa Way Ilahan, Kecamatan Pulaupanggung. Petak pengamatan adalah 15 kebun dengan umur ≤ 20 tahun dan 16 kebun dengan umur > 20 tahun. Pada setiap kebun diambil 5 sampel tanaman secara acak. Pengambilan Data Primer Pengambilan data primer dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan tanaman langsung dan penggalian informasi mengenai teknik budidaya pertanian. Pengamatan tanaman langsung dilakukan untuk menentukan kejadian dan keparahan penyakit, tingkat serangan gulma, dan sistem pertanaman. Penggalian informasi mengenai teknik budidaya tanaman dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Penentuan Kejadian Penyakit dan Keparahan Penyakit Kejadian penyakit ditentukan denga rumus:
DI n N
DI = n/N x 100% = kejadian penyakit (disease incidence) = jumlah tanaman yang terserang = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati Keparahan penyakit ditentukan dengan rumus:
DS ni vi N V
DS = ∑ (ni . vi)/N.V x 100% = keparahan Penyakit( disease severity) = jumlah bagian tanaman terserang pada kategori ke-I = kategori kerusakan ke-I = jumlah tanaman yang diamati = nilai kategori serangan tertinggi
Nilai kategori kerusakan 0 tidak ada serangan 1 nekrosis pada batang dengan panjang ≤ 1 cm 2 nekrosis pada batang dengan panjang >1 cm – 5 cm 3 kanker meliputi ≤30 % lingkar batang 4 kanker meliputi > 30 % lingkar batang
3 Data Sekunder Data sekunder yang diambil adalah data curah hujan dan hari hujan 10 tahun terakhir (2004-2013) yang diperoleh dari Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K), Kecamatan Pulaupanggung. Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis tabulasi silang dan uji chisquare. Analisis tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara teknik budidaya dan keparahan penyakit. Uji chi square dilakukan untuk menguji hubungan antar peubah. χ2 = ∑ (f0 - fe)2 fe χ2 fe f0 H0
= nilai chi square = frekuensi yang diharapkan = frekuensi yang diamati = tidak terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit H1 = terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit Nilai χ2 dibandingkan pada tingkat α=0.05 pada perhitungan menggunakan SPSS 16.0. Kriteria keputusan adalah sebagai berikut: a. Apabila χ2> P 0.05 maka terima H0, yang berarti tidak terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit b. Apabila χ2 ≤ P 0.05 maka terima H1, yang berarti terdapat hubungan antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Tanaman Kopi di Kecamatan Pulaupanggung, Tanggamus Kecamatan Pulaupanggung terletak di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Luas wilayah Kecamatan Pulaupanggung seluas 9369 ha yang terdiri atas 5472 ha kebun, 1759 ha tegalan/ladang, 1111 ha pekarangan/pemukiman, 934 ha sawah, 10 ha kolam, dan 83 ha lain-lain. Tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam adalah tanaman kopi. Jenis kopi yang ditanam oleh petani di Desa Way Ilahan adalah kopi robusta. Perbanyakan kopi dilakukan dengan cara penyambungan dan bibit kopi dari biji. Penyambungan merupakan salah satu perbanyakan vegetatif dan dilakukan di pertanaman kopi dewasa. Penyambungan di pertanaman kopi dewasa dilakukan untuk kegiatan rehabilitasi tanaman dengan mengganti klon yang lebih unggul (Rahardjo 2012). Perbanyakan kopi dengan pembibitan dilakukan dengan menyemai biji kopi. Bibit kopi biasanya diambil dari biji kopi yang berwarna merah. Biji kopi dikupas kulit luarnya kemudian disemai. Setelah berdaun empat, bibit kopi dipindah ke polybag dan setelah berdaun delapan bibit kopi dapat ditanam di lahan. Rentang waktu dari proses persemaian hingga tanam di lahan sekitar 6-8 bulan. Selain itu petani juga melakukan teknik penyulaman untuk menggantikan tanaman kopi yang mati. Pemangkasan dilakukan oleh petani satu kali dalam satu tahun. Pemangkasan biasanya dilakukan setelah masa panen selesai. Pemangkasan dilakukan agar tanaman membentuk cabang yang baru dan dapat meningkatkan produktivitas hasil buah kopi. Pemangkasan diperlukan untuk memperoleh cabang-cabang buah secara optimal sebab, buah-buah kopi terbentuk pada cabang-cabang yang tumbuh menyamping. Pemangkasan dilakukan agar tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi dan merangsang pertumbuhan cabang yang diperlukan untuk pembentukan buah. Pemangkasan dapat merangsang pembentukan bunga dan untuk membuang cabang-cabang tua yang sudah tidak produktif lagi atau cabang yang terserang hama dan penyakit (Siswoputranto 1993). Pemangkasan dibagi menjadi pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk dilakukan untuk membentuk mahkota pohon yang diinginkan dengan cara memangkas pucuknya. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk menjaga produktivitas hasil buah kopi. Pemangkasan pemeliharaan juga dilakukan untuk mengandalikan hama dan penyakit untuk mengurangi penyebaraaan serangan hama dan penyakit. Pemangkasan peremajaan dilakukan untuk memperbaik sifat tanaman yang kurang baik (Panggabean 2011). Pengendalian gulma dilakukan petani dengan cara mekanis dan menggunakan herbisida. Pengendalian secara mekanis dilakukan secara manual dengan membabat rumput dan tumbuhan liar lainnya. Dalam satu tahun, pengendalian secara manual biasanya dilakukan sebanyak 3-4 kali. Petani menggunakan herbisida dengan pertimbangan meminimalkan biaya tenaga kerja dan waktu. Pemupukan merupakan kegiatan yang bertujuan menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman kopi. Manfaat pemupukan adalah perbaikan kondisi tanaman, meningkatkan produksi dan mutu hasil, serta menstabilkan
5 produksi. Jenis pupuk yang digunakan ada dua macam yaitu pupuk organik dan anorganik. Petani menggunkan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan atau limbah kulit buah kopi (Gambar 1), sedangkan pupuk anorganik menggunakan pupuk urea, KCl dan NPK. Namun hanya sebagian kecil petani yang menggunakan pupuk anorganik karena mahalnya harga pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu saat pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. a
Gambar 1 Tanaman kopi yang diberi pupuk organik dari limbah kulit buah kopi. Selain menanam tanaman kopi, petani juga menanam tanaman lain dalam satu lahan yang sama atau menggunakan sistem tumpangsari. Tanaman lain yang ditanaman antara lain lada, pisang, jengkol dan kelapa (Gambar 2). Tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai tanaman penaung. Selain berfungsi sebagai tanaman penaung, tanaman tersebut dapat menghasilkan uang tambahan saat kopi belum panen. a
b
c
Gambar 2 Tanaman lain yang ditanam dalam satu lahan dengan tanaman kopi (a), Tanaman lada (b), Tanaman pisang (c), Tanaman jengkol. Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas dalam produksi kopi, oleh karena itu diperlukan pengendalian yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hama yang sering menyerang tanaman kopi di Way Ilahan adalah penggerek batang kopi ,dan penggerek buah kopi. Penggerek batang kopi Zeuzera coffeae (Lepidoptera: Cossidae) merusak pada bagian batang tanaman kopi dengan menggerek batang. Gejala yang terlihat adalah bagian batang yang terserang akan layu, kering dan kemudian mati. Penggerek buah kopi Hypothenemus hampeii (Coleoptera: Scolytidae) merupakan hama pada tanaman kopi. Penggerek buah kopi akan menyerang buah kopi dengan cara menggerek buah kopi dengan membuat lubang kecil pada buah kopi (Waller 2007). Namun menurut petani, hama tersebut dianggap tidak terlalu penting atau tidak terlalu merugikan sehingga tidak dilakukan pengendalian. Hal yang menarik adalah petani menggunakan insektisida untuk mengendalikan semut. Sebelum panen, petani akan melakukan penyemprotan pada tanaman kopi dengan tujuan agar semut tidak akan
6 mengganggu pada saat proses pemanenan sedang berlangsung. Penyemprotan biasanya dilakukan dua kali yaitu saat panen pertama dan panen kedua. a
b
Gambar 3 Hama dan penyakit pada tanaman kopi di Desa Way Ilahan (a), Penggerek batang kopi Zeuzera coffeae (b), Kanker batang kopi. Penyakit utama yang menyerang tanaman kopi di Way Ilahan adalah kanker batang kopi. Petani mengalami kerugian yang cukup besar karena penyakit tersebut dan belum ada pengendalian yang cukup efektif untuk menekan perkembangan penyakit tersebut. Penyakit lain yang menyerang tanaman kopi yaitu karat daun, bercak daun cercospora, jamur upas, nematoda akar kopi (Semangun 2000). Namun, penyakit-penyakit tersebut tidak banyak menyerang pertanaman kopi di Way Ilahan. Sejarah Penyakit Kanker Batang Kopi Penyakit kanker batang kopi pertamakali dilaporkan pada akhir tahun 2010 oleh petani setempat (Sudarto 2014). Pada tahun 2012, Tim Klinik Tanaman IPB melakukan kunjungan ke Desa Way Ilahan untuk melihat langsung penyakit kanker batang kopi yang dilaporkan (Wiyono 2014). Penyakit kanker batang kopi dapat ditemukan di lapangan dengan gejala pada bagian batang dan pada bagian daun. Gejala pada bagian daun yaitu daun menguning dari pangkal hingga ujung dan layu (Gambar 4). Gejala pada bagian batang yaitu batang berwarna cokelat tua kehitaman dan kulit batang pecah-pecah hingga mengelupas (Gambar 4). Infeksi berat dapat mengakibatkan kematian pada tanaman kopi. a
b
c
Gambar 4 Gejala penyakit kanker batang kopi (a), infeksi pada daun (b), infeksi pada batang bawah (c), infeksi pada batang atas. Gejala penyakit kanker batang kopi dapat ditemukan di lapangan dengan membentuk titik-titik tertentu pada lahan kopi. Jika ada tanaman kopi yang terserang penyakit kanker batang, biasanya tanaman kopi lain di sekitarnya akan ikut terinfeksi. Pengendalian yang dilakukan oleh petani hanya sebatas
7 pemangkasan pada tanaman kopi yang sudah terserang namun penyakit kanker batang terus menyerang tanaman kopi. Pada tahun 2013 penyakit tersebut telah menimbulkan kerusakan yang cukup parah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Luas serangan penyakit kanker batang kopi terkonsentrasi di dua kecamatan di Kabupaten Tanggamus yaitu Kecamatan Pulaupanggung dan Kecamatan Airnaningan. Kejadian penyakit kanker batang kopi juga dilaporkan sudah terjadi di Kabupaten Lampung Barat yang merupakan penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung. Jika tidak segera ditangani dengan serius maka penyakit tersebut menimbulkan kerugian yang cukup besar. Penyebab penyakit kanker batang kopi hingga saat ini sedang dilakukan penetian di Departemen Proteksi Tanaman sehingga pengendalian yang efektif belum dapat dilakukan. Pengendalian yang dilakukan saat ini adalah sanitasi lingkungan di perkebunan kopi seperti pemangkasan tanaman kopi yang terserang, pencabutan tanaman kopi dan melakukan pembakaran tanaman kopi yang terserang, penyiangan gulma secara teratur, dan pemberian pupuk. Kejadian dan Keparahan Penyakit Kanker Batang Kopi Rata-rata kejadian penyakit kanker batang kopi berbeda antara umur tanaman kopi. Kelompok umur tanaman kopi kurang dari sama dengan 20 tahun terinfeksi sebesar sebesar 30.67% sedangkan kelompok umur tanaman kopi lebih dari 20 tahun terinfeksi sebesar 52.25% (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kanker batang kopi banyak menginfeksi tanaman kopi yang sudah tua. Keparahan penyakit kanker batang kopi pada kelompok umur tanaman kopi kurang dari sama dengan 20 tahun sebesar 28.67%, sedangkan pada kelompok umur tanaman kopi lebih dari 20 tahun sebesar 45.93%. Intensitas keparahan penyakit kanker batang kopi cukup tinggi terutama pada kelompok umur tanaman lebih dari 20 tahun. Tabel 1 Kejadian dan keparahan penyakit kanker batang kopi Desa Way Ilahan. Peubah Kejadian penyakit (%) Keparahan penyakit (%)
Umur tanaman (tahun) < 20 > 20 30.67 ± 18.87 52.25 ± 17.84 28.67 ± 11.60 45.93 ± 20.32
Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Penyakit Kanker Batang Kopi Perkembangan penyakit tanaman dapat terjadi karena interaksi dari faktor biotik dan abiotik. Faktor-faktor tersebut adalah tanaman inang yang rentan, patogen yang virulen, kondisi lingkungan yang menguntungkan, campur tangan manusia dan waktu interaksi. Proses penyakit digambarkan sebagai skema limas segitiga penyakit. Faktor-Faktor Iklim Faktor lingkungan yang sangat memengaruhi perkembangan penyakit tanaman adalah faktor iklim. Faktor iklim seperti curah hujan dan suhu dapat memengaruhi penyebaran patogen. Penyakit pada tanaman cenderung sensitif terhadap perubahan iklim melalui interaksi antara inang, patogen, dan vektor-vektor potensial (Garrett 2009).
8
Tabel 2 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggunga.
2004
Jan 22
Feb 132
Curah hujan di Kecamatan Pulaupanggung pada bulan -i Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt 123 119 43 10 0 0 0 240
2005
406
198
105
123
152
100
162
76
75
2006
62
57
282
256
43
15
3
6
2007
151
159
209
491
278
91
668
2008
148
157
206
691
20
101
2009
410
120
213
120
152
2010
227.5
406
267
43
2011
117
247
229.5 157
Tahun
a
2012
283.5 255.5
2013
352.5
177
Total
Nov 89
Des 348
114
79
301
1891
14
2
23
38
801
107
0.5
117
23
314
2608
48
154
112
117
112
325
2251
78
44
106
18
160
100
315
1836
72
29
108
578.5
69
54.5
74.5
483
2412
239
13
107
22
1
67
175.5 147.5 292.5
283.5
149
71.5
20.5
0
29
123
208
380
1961
249.5 297.5 137.5 61.5 289.5
32
25.5
241
155
420
2439
1126
1658
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Pulaupanggung
Tabel 3 Jumlah hari hujan (HH) di Kecamatan Pulaupanggunga. Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 a
Jan 14 16 13 8 8 19 12 11 12 22
Feb 9 12 10 9 9 11 15 12 13 9
Hari hujan di Kecamatan Pulaupanggung pada bulan -i Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt 10 12 6 4 0 0 0 15 10 11 10 7 9 8 5 3 9 12 5 5 2 1 5 1 10 9 8 8 5 5 1 7 10 13 2 5 1 10 4 12 15 10 6 6 2 6 2 12 18 3 6 4 5 7 7 5 10 9 2 4 4 1 3 11 7 8 6 6 2 0 3 7 8 13 10 6 14 5 4 6
Total Nov 8 4 8 1 9 9 8 5 9 9
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Pulaupanggung
Des 23 21 3 7 16 15 7 9 16 17
101 116 74 78 99 113 97 81 89 123
9 3000
Curah hujan (mm)
2500 2000 1500 1000 500 0 2002
2004
2006
2008 Tahun
2010
2012
2014
Gambar 5 Jumlah curah hujan (mm) di Kecamatan Pulaupanggung. 160
Jumlah hari
120
80
40
0 2002
2004
2006
2008 Tahun
2010
2012
2014
Gambar 6 Jumlah hari hujan (hari) di Kecamatan Pulaupanggung. Curah hujan di Kecamatan Pulaupanggung diduga berdampak terhadap perkembangan penyakit kanker batang kopi. Jumlah curah hujan selama 10 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan terutama pada empat tahun terakhir saat pertama kali penyakit kanker batang dilaporkan terjadi. Jumlah curah hujan selama empat tahun terakhir yang mengalami peningkatan tersebut berkorelasi dengan peningkatan penyakit kanker batang kopi. Iklim menjadi semakin ekstrim dan tak terduga. Perubahan iklim memengaruhi tanaman di ekosistem alam dan pertanian (Stern, 2007). Perubahan iklim juga mengganggu dan mengubah distribusi hama dan penyakit, yang menimbulkan ancaman bagi pertanian. Perubahan pola curah hujan dan suhu dapat menyebabkan epidemi yang parah pada tanaman karena beberapa jenis patogen
10 akan cenderung mendukung satu sama lain (Chakraborty 2005). Perubahan iklim dapat menimbulkan pergeseran pola distribusi patogen (Lopez et al. 2002). Pada bulan agustus tahun 2010 terjadi cuaca yang cukup ekstrim yaitu jumlah hari hujan sebanyak tujuh hari dengan jumlah curah hujan sebanyak 578.5 mm (Tabel 2) (Tabel 3). Kondisi tersebut dapat menguntungkan patogen untuk menginfeksi inang. Kondisi cuaca yang ekstrem tersebut diduga berkaitan dengan munculnya penyakit kanker batang kopi pada akhir tahun 2010. Hubungan antara iklim dengan penyakit kanker batang tidak dianalisis secara kuantitatif, hal tersebut disebabkan data luas serangan penyakit kanker batang tidak tersedia. Namun, data suhu untuk wilayah Kecamatan Pulaupanggung tidak dapat diperoleh karena ketidaktersediaan data tersebut pada BP3K Kecamatan Pulaupanggung dan BMKG wilayah Lampung. Ketidaktersediaan data suhu menyebabkan faktor suhu tidak dapat dianalisis hubungannya dengan perkembangan penyakit kanker batang kopi. Keterkaitan Teknik Budidaya Tanaman Kopi dengan Penyakit Kanker Batang Kopi Faktor budidaya tanaman sangat erat kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman karena merupakan inang utama bagi OPT. Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh petani dapat menimbulkan keadaan yang tepat untuk OPT berkembang dan akan menimbulkan kehilangan hasil atau kerugian bagi petani. Teknik budidaya tanaman kopi yang dilakukan petani berkaitan dengan keparahan penyakit kanker batang kopi yaitu umur tanaman dan frekuensi penggunaan herbisida (Tabel 4). Faktor umur berpengaruh terhadap penyakit kanker batang kopi dengan nilai P kurang dari 0.05. Lebih dari separuh tanaman kopi di Desa Way Ilahan berumur lebih dari 20 tahun atau sudah cukup tua, sehingga ketahanan tanaman kopi terhadap serangan hama dan penyakit semakin berkurang. Frekuensi penggunaan herbisida oleh petani berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi dengan nilai P kurang dari 0.05. Herbisida memiliki potensi untuk memengaruhi penyakit tanaman melalui beberapa mekanisme. Glifosat merupakan herbisida yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada dosis sub-lethal, glyphosate dapat menyebabkan turunnya tingkat fitoaleksin dan meningkatnya kerentanan terhadap patogen (Duke 2007). Aplikasi herbisida yang tidak merata dapat memengaruhi sifat-sifat tanah, mikroorganisme dan tanaman. Aktivitas metabolisme dan pertumbuhan patogen dalam tanah menjadi meningkat karena menghasilkan perubahan fisiologis pada tanaman yang mengakibatkan tanaman menjadi rentan terhadap pernyakit. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan komposisi tanaman inang yang menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan patogen , perubahan mekanisme pertanahan alami, dan perubahan struktur inang yang dapat mengakibatkan kerentanan yang memudahkan infeksi patogen (Altman 1989). Herbisida yang sering digunakan oleh petani adalah isopropilamina glifosat (Tabel 5). Selain mengendalikan gulma dengan menggunakan herbisida, petani juga mengendalikan gulma secara mekanis atau dengan penyiangan gulma. Penyiangan gulma tidak berpengaruh terhadap perkembangan penyakit kanker batang karena frekuensi petani melakukan penyiangan gulma tidak konsisten dalam satu tahun.
11
Tabel 4 Analisis antara teknik budidaya tanaman kopi dengan keparahan penyakit kanker batang. Teknik budidaya Umur tanaman Penggunaan herbisida Frekuensi penggunaan herbisida Penggunaan pupuk organik
Penggunaan pupuk anorganik
Penyiangan gulma Tumpangsari Keadaan gulma
≤ 20 tahun > 20 tahun Ya Tidak 0-1 kali 2 kali ≥3 kali Ya Tidak Pupuk nitrogen Tidak menggunakan < 100 kg/ha 100-200 kg/ha > 200 kg/ha Pupuk fosfor Tidak menggunakan < 100 kg/ha 100-200 kg/ha > 200 kg/ha Pupuk kalium Tidak menggunakan < 100 kg/ha 100-200 kg/ha > 200 kg/ha 0-1 kali 2-3 kali >4 kali Ya Tidak Rendah Sedang Tinggi
Keparahan penyakit ≤ 30% > 30% 8 7 3 13 9 18 2 2 3 4 2 13 6 3 8 14 3 6 10 1 0 0
15 3 0 1
11 0 0 0
18 1 1 0
11 0 0 0 2 8 1 11 0 4 5 2
16 4 1 0 5 12 3 20 0 3 11 6
X
Pa
4.044
0.044
0.423
0.516
7.204
0.027
0.026
0.873
-
-
-
-
-
-
0.516
0.772
-
-
1.944
0.378
a
Nilai P< 0.05 menunjukkan ada hubungan asosiasi antara teknik budidaya dengan keparahan penyakit kanker batang
Secara kualitatif penggunaan pupuk organik maupun anorganik tidak dapat dianalisis kaitannya dengan penyakit kanker batang kopi karena sangat sedikit petani yang menggunakan pupuk. Pupuk organik yang biasanya digunakan oleh petani yaitu pupuk kandang, pupuk kompos dan kulit kopi sisa dari penggilingan kopi. Petani memberikan 1 ember pupuk organik untuk 1 pohon kopi atau sekitar 2 kg pupuk/tanaman/tahun. Jumlah tersebut sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Kekurangan hara pada tanaman dapat menyebabkan
12 menurunnya kondisi tanaman atau tanaman menjadi rentan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun, saat sebelum berbunga dan setelah panen. Petani tidak menggunakan pupuk anorganik seperti pupuk NPK, urea, dan KCl karena harganya yang mahal. Mereka lebih memilih menggunakan pupuk organik yang bisa mereka dapatkan secara cuma-cuma. Hanya sebagian kecil petani yang menggunkan pupuk anorganik oleh karena itu, faktor penggunaan pupuk organik tidak dapat dianalisis. Dosis pupuk organik yang kurang dan tidak melakukan pemupukan secara anorganik menyebabkan tanaman semakin kekurangan hara. Presentase serangan patogen dapat meningkat ketika tanaman kekurangan unsur hara (Saragi 2008). Nutrisi tanaman dapat dapat memengaruhi kerentanan terhadap penyakit melalui perubahan metabolik tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi perkembangan patogen (Spann dan Schumann 2010). Faktor umur tanaman yang tua dan tidak dilakukan pemupukan membuat tanaman kopi rentan terhadap penyakit, terutama penyakit kanker batang kopi. Tabel 5 Herbisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan golongan. Bahan aktif
Golongan aktif
Isopropilamina glifosat Parakuatdiklorida 2.4D metil amina
Organofosfat Piridin Fenoksi
bahan
Jumlah petani pengguna 20 4 1
Petani kopi di Desa Way Ilahan menggunakan pestisida secara intensif dalam pengendalian gulma dan OPT. Dalam pengendalian OPT, petani menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama semut. Sebelum panen, petani melakukan penyemprotan pada tanaman kopi dengan tujuan agar semut-semut tidak mengganggu pada saat proses pemanenan sedang berlangsung. Penyemprotan biasanya dilakukan dua kali yaitu saat panen pertama dan panen kedua. Hal tersebut sangat berbahaya terutama untuk tanaman kopi yang dipanen karena akan meninggalkan residu pada tanaman kopi tersebut. Untuk pengendalian penyakit tidak menggunakan fungisida bahkan cenderung tidak melakukan pengendalian apapun. Insektisida yang sering digunakan petani adalah golongan fipronil (Tabel 6). Tabel 6 Insektisida yang digunakan petani berdasarkan bahan aktif dan golongan. Bahan aktif
Golongan aktif
Fipronil Beta sipemetrin Alfametrin Sipermetrin
Pirazol Piretroid Piretroid Piretroid
bahan
Jumlah petani pengguna 13 11 5 2
13 Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif yaitu resistensi hama, ledakan hama sekunder, resurjensi hama, dan residu pestisida (Adriyani 2006). Saat ini, Jepang telah memberlakukan batas maksimum residu pestisida dengan sangat ketat pada bahan makanan, termasuk bahan baku dari biji kopi maupun kakao. Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Karantina Jepang, biji kakao indonesia juga pernah terdeteksi mengandung pestisida yang melampaui batas residu maksimum yang ditetapkan khususnya pestisida 2,4D (Wiryadiputra 2013). Kasus lainnya yaitu penolakan biji kopi Indonesia di Jepang sebanyak 10 kontainer yang berisi 200 ton akibat melebihi batas residu maksimum pestida karena mengandung unsur aktif pestisida isocarb dan carbaryl melebihi ambang batas yang diizinkan (Wijayanti 2013).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penyakit kanker batang kopi pertama kali dilaporkan terjadi di Provinsi Lampung pada tahun 2010. Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit kanker batang kopi di antaranya tanaman kopi yang tua dan lemah karena pemupukan yang kurang, frekuensi penggunaan herbisida, serta curah hujan yang mengalami peningkatan selama 10 tahun terakhir. Saran Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab penyakit kanker batang kopi dan pengendalian yang efektif untuk mengandalikan penyakit tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adriyani R. 2006. Usaha pengendalian pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan. [Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 3(1):95-106. Tersedia pada: http://210.57.222.46/index.php/JKL/art icle/view/739/739. Altman J, Rovira AD. 1989. Herbicide-pathogen interaction in soil-borne root diseases. Canadian Journal of Plant Pathology. [Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 11(1):166-172. Tersedia pada: http://www.tandfonline.com/na1 01/home/literatum/publisher/tandf/journals/content/tcjp20/1989/tcjp20.v011 .i02/07060668909501133/production/07060668909501133.fp.png_v03. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi perkebunan besar menurut jenis tanaman [Internet] [diunduh 2013 Des 25]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. Chakraborty S. 2005. Potential impact of climate change on plant pathogen interaction. Australasian Plant Pathhology [Internet]. [diunduh 2014 Des 04]; 34(1):443-448. Tersedia Pada:http://link.springer.com/article/10.1071/ AP 05084. Cook RJ, Yarham DJ. 2006. Epidemiology in suistainable systems. Di dalam: Cooke BM, Jones DG, Kaye B, editor.The Epidemiology of PlantDiseases. Berlin (DE): Springer. hlm 309-334. Duke SO, Cerdeira AL, Matallo MB. 2007. Herbicide effects on plant disease. Pest Management Science. [Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 18(1):36-40. Tersedia pada: http://w3.ufsm.br/herb/DFS1024/HERBICIDE%20EFFE CTS%20ON%20PLANT%20DISEASE.pdf. Garrett KA, Nita M, De Wolf ED, Gomez L, Sparks AH. 2009. Plant pathogens as indicators of climat change. Di dalam: Letcher T, editor. Climate and Global Change: Observed Impact on Planet Earth. Amsterdam (NE): Elsevier. hlm 425-437. Heri.2013. Tanaman kopi di Tanggamus terserang kanker [Internet]. [diunduh 2013 Nov 29]. Tersedia pada: http://lampung.tribunnews.com/2013/03/15/ tanaman-kopi-di-tanggamus-terserang-kanker. Lopez RY, Pacheco IT, Gonzalez RG, Hernandez MI, Quijano JA, dan Garcia ER. 2012. The effect of climate change on plant diseases. African Journal Of Biotechnology. [Internet]. 11(10):2417-1428. Tersedia pada: http://www.academicjournals.org/AJB. DOI:10.5897/AJB10.2442. Panggabean E. 2011. BukuPintar Kopi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Rahardjo P. 2012. Kopi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Saragi SM. 2008. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap penakit pada beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) di lapangan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Sastrahidayat IR. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Surabaya (ID): Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Siswoputranto PS. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.
16 Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Spann TM, Schumann AW. 2010. Mineral Nutrition Contributes to Plant Disease and Pest Resistance. EDIS University of Florida Publication #HS1181[Internet]. [diunduh 2014 Des 31]; 1-4. Tersedia pada: http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/HS/HS118100.pdf. Stern N. 2007. The Economic of Climate Change. Cambridge (UK): Cambridge University Press. Waller JM, Bigger M, Hillocks RJ. 2007. Coffee Pests, Diseases & TheirManagement. London (GB): Biddles Ltd. Wijayanti L. 2013. Efektivitas Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) pada Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah [Thesis]. Bogor (ID): Institur Pertanian Bogor. Wiryadiputra S. 2013. Residu Pestisida pada Biji Kakao Indonesia dan Produk Variannya, serta Upaya Penanggulangan [Internet]. [diunduh pada 2014 Des 31]; 1(1):40-62. Tersedia pada: http://iccri.net/download/Review/Volume% 201%20No.%201/4.%20skd%20rev-rhl-final.pdf Yahmadi Mudrig. 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan kopi di Indonesia. Surabaya (ID). Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI).
LAMPIRAN
18 Lampiran 1 Hasil analisis tabulasi silang antara teknik budidaya kopi dengan keparahan penyakit kanker batang menggunakan program statistika SPSS 16.0 Umur tanaman * Keparahan
Umur Tanaman Total
Crosstabulation Keparahan ≤30% >30% 20 tahun 8 7 30 tahun 3 13 11 20
Total 15 16 31
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1Value df (2-sided) sided) sided) a 4.045 1 .044 2.675 1 .102 4.154 1 .042 .066 .050
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear 3.914 1 .048 Association N of Valid Casesb 31 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,32. b. Computed only for a 2x2 table Penggunaan herbisida * Keparahan Crosstabulation Keparahan ≤30 >30 Penggunaan Ya 9 18 herbisida Tidak 2 2 Total 11 20
Total 28 4 31
19 Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
.423a
1
.516
Continuity Correctionb
.008
1
.928
Likelihood Ratio
.407
1
.523
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.601 .409
1
.447
.522
31
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,42. b. Computed only for a 2x2 table
Frekuensi penggunaan herbisida * keparahan Crosstabulation Keparahan ≤30 >30 Frekuensi 0-1 kali 3 4 penggunaan 2 kali 2 13 herbisida ≥3 kali 6 3 Total 11 20
Total 7 15 9 31
Chi-Square Tests Value 7.204a 7.526
df 2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .027 .023
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear 1.397 1 .237 Association N of Valid Cases 31 a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48.
20 Penggunaan pupuk organik * keparahan Crosstabulation Keparahan ≤30 >30 Penggunaan Ya 8 14 pupuk Tidak 3 6 organik Total 11 20
Value .026a .000 .026
Total 22 9 31
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1df (2-sided) sided) sided) 1 .873 1 1.000 1 .872 1.000 .606
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear .025 1 .875 Association N of Valid Casesb 31 a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,19. b. Computed only for a 2x2 table Penyiangan gulma * keparahan Crosstabulation Keparahan ≤30 >30 Penyiangan 0-1 kali 2 5 gulma 2-3 kali 8 12 >4 kali 1 3 Total 11 20
Total 7 20 4 31
Chi-Square Tests Value df a .516 2 .529 2
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .772 Likelihood Ratio .767 Linear-by-Linear .002 1 .968 Association N of Valid Cases 31 a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,42.
21
Keadaan gulma * keparahan Crosstabulation Keparahan ≤30 >30 Keadaan gulma
Total
Rendah
4
3
7
Sedang
5
11
16
Tinggi
2
6
8
11
20
31
Total
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
1.944a
2
.378
Likelihood Ratio
1.891
2
.388
Linear-by-Linear Association
1.566
1
.211
N of Valid Cases
31
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,48.
22 Lampiran 2 Kuisioner terstruktur tentang teknik budidaya kopi Kabupaten/Kota : …………………… Pewawancara : ………………….. Kecamatan : ………………………… Tanggal wawancara : ……………. Desa : ………………………… Tempat wawancara : Kebun/Rumah Kampung: …………………………. Waktu wawancara : pk. …. s/d …… Karakteristik Petani 1. Nama : …………………………………. 2. Umur : …………………………………. tahun 3. Pendidikan tertinggi : ………………………………….. [ ] Tidak sekolah [ ] SD [ ] SMP [ ] SMU [ ] Perguruan Tinggi 4. Pekerjaan utama : …………………………………… 5. Pengalaman berusahatani kopi: [ ] 5-10 tahun [ ] 10 tahun 6. Luas kebun kopi yang diusahakan: [ ] < 2.5 ha [ ] 2.5 – 5 ha [ ] 5 – 10 ha [ ] > 10 ha 7. Status kepemilikan lahan: [ ] pemilik dan penggarap [ ] penyewa [ ] penggarap [ ] lainnya ………………. Budidaya Kopi 8. Varietas kopi yang ditanam: ………………………………. 9. Asal benih: [ ] membuat benih sendiri [ ] membeli di toko pertanian/kios [ ] membeli dari petani lain [ ] lainnya …………………………… 10. Umur tanaman saat ini: [ ] 5 tahun [ ] 5 – 10 tahun [ ] 10 – 15 tahun [ ] 15 – 20 tahun [ ] > 20 tahun 11. Populasi tanaman perluasan lahan? 12. Pola tanam:
23 [ ] monokultur [ ] tumpang sari dengan tanaman …………… [ ] lainnya ……………… 13. Sejarah lahan sebelumnya …… 15. Apakah Bapak menggunakan pupuk kandang? [ ] ya, jenis pupuk kandang ........... dosis ................kg/ha. [ ] tidak 16. Apakah Bapak menggunakan pupuk buatan? [ ] ya, jenis pupuk buatan yang digunakan a. Urea dosis ................ kg/ha, diberikan pada umur ................... b. KCl dosis .................. kg/ha, diberikan pada umur .................. c. Lainnya ...................... [ ] tidak 17. Apakah Bapak melakukan penyiangan gulma? [ ] ya, berapa kali .................pada umur tanaman .................. [ ] tidak 18. Apakah Bapak menggunakan herbisida? [ ] ya, berapa kali .................Jenis apa .................. [ ] tidak 19. Apakah Bapak melakukan pemangkasan? [ ] ya, berapa kali .................pada umur tanaman .................. [ ] tidak 20 Penilaian keadaan gulma 1 = tidak ada 2 = medium 3 = menutup rapat 21. Kejadian penyakit (perkebun) DI = n/N x 100% DI = Kejadian penyakit (Disease Incidence) n = Jumlah tanaman yang terserang N = Jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati 22. Keparahan penyakit DS = ∑ (ni . vi)/N.V x 100% DS = Keparahan Penyakit( Disease Severity) ni = Jumlah bagian tanaman terserang pada kategori ke-I = kategori kerusakan ke-I vi N = Jumlah tanaman yang diamati V = Nilai kategori serangan tertinggi Nilai kategori kerusakan 0 tidak ada serangan 1 bercak kecil < 1 cm 2 memanjang > 1 cm – 5 cm 3 30 % - 1 lingkar batang 4 > 30 % - 1 lingkar batang
24 Hama dan Penyakit Tanaman Kopi 19. Hama apa saja yang sering menyerang tanaman kopi? [ ] Penggerek buah kopi Hypothenemus hampei [ ] Penggerek ranting Xyloborus coffeae [ ] Kutu tempurung Coccus viridis [ ] Kutu kebul Planococcus citri 20. Bagaimana Bapak mengendalikan hama tersebut? [ ] disemprot menggunakan insektisida ....................... [ ] lainnya …………………. 21. Penyakit apa yang sering menyerang tanaman kopi? [ ] ......................... [ ] ............................ [ ] .............................. [ ] ............................... 22. Bagaimana Bapak mengendalikan penyakit tersebut? [ ] disemprot menggunakan ....................... [ ] lainnya …………………. 23. Berapa kali Bapak melakukan penyemprotan pestisida dalam satu tahun? [ ] 1 kali [ ] 2 kali [ ] 3 kali [ ] lainnya ................... 24. Dari mana Bapak mendapat informasi mengenai jenis pestisida yang digunakan pada kopi? [ ] dari petugas pertanian [ ] kios pertanian [ ] petani lain [ ] mencoba sendiri [ ] lainnya ……………………….. 25. Pada saat Bapak memutuskan untuk menyemprot, apa yang menjadi dasar pertimbangan? [ ] banyak bibit mati [ ] tampak ada gejala serangan hama/penyakit pada daun [ ] serangan hama/penyakit meningkat [ ] petani sekitarnya menyemprot [ ] sudah waktunya menyemprot (berjadwal) 26. Pada saat menyemprot apakah Bapak mencampur lebih dari satu jenis pestisida? [ ] ya [ ] tidak 27. Bila ya, apa alasan Bapak mencampur pestisida tersebut? [ ] menghemat waktu [ ] menghemat tenaga [ ] agar dapat membunuh hama/penyakit sekaligus [ ] lainnya................................. 28. Dalam mencampur pestisida, Bapak menggunakan berapa jenis pestisida? [ ] 2 jenis [ ] 3 jenis [ ] 4 jenis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 14 September 1993, anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Tuhadi dan Ibu Naisah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 4 Adiluwih Pringsewu pada tahun 2005 dan pendidikan SMPN 1 Adiluwih Pringsewu pada tahun 2008. Penulis menyelesaikan Pendidikan di SMAN 1 Gadingrejo Pringsewu pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).