244
FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PENCAPAIAN CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS MOJO KOTA SURABAYA DETERMINANTS FACTOR OF LOW COVERAGE IN HEALTH SERCTOR MINIMUM SERVICE STANDARDS ACHIEVEMENT OF MOJO PRIMARY HEALTH CARE SURABAYA Irenius Siriyei, Ratna Dwi Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Achievement of the Minimum Service Standards (MSS) coverage for the Health Sector in Mojo Primary Health Center in 2011–2012 showed that many indicators did not meet the targets. In 2012, it still could not meet 13 MSS national indicators, 12 MSS East Java Province indicators, and 9 MSS Surabaya District indicators. This study aimed to identify the determinant factors of determinants factor of low coverage in health serctor minimum service standards achievement of Mojo Primary Health Care. This was an observational study with by cross sectional approach. Data was obtained from direct interviews with respondents using questionnaires. This study showed that characteristics of human resources (HR) of Training and Teamwork indicated percentage coverage of more than 50%, categorized as good; while that for Workload was less than 50%, categorized as good. The percentage coverage of Availability of funds was 50%, categorized as poor; Planning Management Functions (P1) was less than 50%, categorized as good; Implementation (P2) was 50%, categorized as good; Monitoring, Control, and Assessment (P3) was 75 %, categorized as good. The determining factors of the low achievement of the Minimum Service Standards for Health Sector in the PHC Mojo, Surabaya, were the factors of Training, Workload, and Planning Process (P1). Keywords:
determining factors, indicators of minimum service standards, management functions, program management
PENDAHULUAN Pencapaian
dari 12 indikator (54,5%) pada tahun 2011, turun cakupan
Standar
Pelayanan
menjadi 10 indikator (45,5%) pada tahun 2012.
Minimal Bidang Kesehatan di Puskesmas Mojo pada
Berdasarkan data tersebut di atas, diketahui
tahun 2010 sampai 2012 secara keseluruhan belum
bahwa cakupan indikator SPM di Puskesmas Mojo
memenuhi target. Bila dibandingkan dengan target
yang tidak memenuhi target indikator SPM Nasional
SPM Nasional (Depkes), cakupan indikator SPM
(Depkes) dan target indikator SPM Provinsi Jawa
Puskesmas Mojo yang tidak memenuhi target
Timur,
mengalami kenaikan dari 12 Indikator (54,5%) di
Sedangkan cakupan indikator SPM yang tidak
tahun 2011, menjadi 14 indikator (63,6%) pada
memenuhi target indikator SPM Kota Surabaya
tahun 2012. Bila dibandingkan dengan target SPM
mengalami penurunan. Walaupun terjadi penurunan,
Provinsi
SPM
namun jumlah indikator SPM yang belum memenuhi
Puskesmas Mojo yang tidak memenuhi target
target tersebut masih cukup tinggi. Tingginya jumlah
mengalami kenaikan dari 10 indikator (45,5%) pada
indikator
tahun 2011, naik menjadi 13 indikator (59,0%) di
menunjukkan rendahnya pencapaian cakupan SPM.
tahun 2012. Bila dibandingkan dengan target SPM
Tingginya
Kota Surabaya, cakupan SPM Puskesmas Mojo
memenuhi target di Puskesmas Mojo Surabaya
yang tidak memenuhi target mengalami penurunan
perlu
Jawa
Timur,
cakupan
indikator
cenderung
SPM
mengalami
yang
angka
mendapatkan
tidak
indikator
memenuhi
SPM
perhatian,
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
peningkatan.
yang
karena
target
tidak
seperti
245
dijelaskan
dalam
Permenkes
741/Menkes/Per/VII/2008 Pelayanan
Minimal
Kabupaten/Kota,
RI
tentang Bidang
Freeman, dan Gilbert, 1996). Manajemen adalah
Standar
aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan
Kesehatan
pencapaian
Di
pengawasan
terhadap
pekerjaan
orang
lain,
cakupan
sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah tolok ukur
secara efisien dan efektif (Robbins, dan Coulter,
kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
2010).
Daerah
memberikan
kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau
keperluan
pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-
kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
taraf kesejahteraan rakyat (Departemen Kesehatan,
nyata.
2008).
pelaksanaannya adalah managing (pengelolaan).
Pelayanan
bahwa
Nomor
Kabupaten/Kota, dasar
untuk
dan
mengurus
Manajemen
adalah
Manajemen
suatu
adalah
proses
suatu
atau
kegiatan,
latar
George Terry merumuskan fungsi manajemen yang
atau
terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan
kesenjangan antara target cakupan indikator SPM
Controlling (POAC), fungsi manajemen ini kemudian
dan hasil pencapaian cakupan indikator SPM tahun
diadopsi juga oleh Kementerian Kesehatan RI
2010-2012
(Munijaya, 2012). Fungsi manajemen tersebut di
Berdasarkan data dan uraian dalam belakang,
diketahui
di
bahwa
Puskesmas
terdapat
Mojo
gap
Surabaya.
Pencapaian cakupan SPM Bidang Kesehatan di
atas dapat dijabarkan sebagai berikut.
Puskesmas Mojo Surabaya secara keseluruhan
Planning(perencanaan)
belum memenuhi target cakupan indikator SPM Bidang ditetapkan Kesehatan
Kesehatan oleh
di
Kabupaten/Kotayang
Departemen
Provinsi
Jawa
Kesehatan, Timur,
dan
Adalah proses perumusan tujuan organisasi sampai
penetapan
alternatif
kegiatan
untuk
Dinas
mencapainya. Tanpa fungsi perencanaan, tidak
Dinas
akan ada kejelasan urutan kegiatan untuk mencapai
Kesehatan Kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan
tujuan
organisasi.
untuk menganalisis faktor determinan rendahnya
ditetapkan
pencapaian cakupan SPM di Puskesmas Mojo
digunakan oleh pimpinan untuk melakukan supervisi,
Surabaya.
dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan staf
tugas
Melalui
fungsi
pokok
staf
perencanaan,
yang
kemudian
untuk menjalankan tugasnya. TINJAUAN PUSTAKA
Organizing(pengorganisasian)
Manajemen Puskesmas Manajemen
Adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
adalah
proses
merencanakan,
menghimpun dan mengatur semua sumber daya
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
(potensi)
yang
dimiliki
pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai
semua sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi.
sasaran organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner,
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
oleh
organisasi
dan
246
Actuating(Pelaksanaan) Actuating pelaksanaan
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran
atau
meliputi,
fungsi
penggerakan
yang hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM
directing,
commanding,
tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan/atau
motivating, staffing, coordinating. Actuating atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses
manfaat pelayanan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
bimbingan kepada staf agar mereka menjalankan
741/Menkes/Per/VII/2008
tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten
yang dimiliki (quality of care) dan dukungan sumber
Kota, yang dimaksud dengan Standar Pelayanan
daya yang tersedia (quality of service). Kejelasan
Minimal Bidang Kesehatan atau SPM Kesehatan
komunikasi,
adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang
pengembangan
motivasi,
dan
Tentang
Standar
penerapan kepemimpinan yang efektif akan sangat
diselenggarakan
membantu suksesnya manajer melaksanaan fungsi
(Departemen Kesehatan, 2008). Standar Pelayanan
manajemen ini.
Minimal Bidang Kesehatan atau SPM Kesehatan
Controlling(Monitoring)
disusun berdasarkan amanat dari Pasal 4 ayat (1)
Monitoring pengendalian
atau
(wasdal)
pengawasan
adalah
proses
dan untuk
Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor tentang
Pedoman
Penyusunan
Kabupaten/Kota
65
Tahun
dan
2005
Penerapan
mengawasi secara terus menerus kegiatan staf
Standar Pelayanan Minimal. Dengan adanya SPM
dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah
Bidang Kesehatan, diharapkan pelayanan kesehatan
disusun
terjadi
yang paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi
pribadi
pada tingkat yang paling minimal secara nasional,
(interpersonal role), peran penyambung informasi
sehingga dapat mengurangi kesenjangan pelayanan
(information transfer role), dan peran pengambil
kesehatan.
dan
mengadakan
penyimpangan.peran
koreksi
jembatan
jika
antar
keputusan (decision-making role). Penilaian kinerja Puskesmas adalah suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi Kesehatan Puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari Menurut
Peraturan
Pemerintah
Republik tingkat Puskesmas sebagai instrumen mawas diri,
Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman karena setiap
Puskesmas melakukan
penilaian
penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan kinerja seara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan Minimal, yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Kabupaten / Kota melakukan verifikasi hasilnya. Minimal (SPM) adalah, adalah ketentuan tentang Aspek
yang
dinilai
meliputi
hasil
pencapaian
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan cakupan dan manajemen kegiatan termasuk mutu urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap pelayanan khusus (khusus bagi Puskesmas yang warga secara minimal. Indikator SPM adalah tolok mengembangkan mutu pelayanan khusus) atas ukur
prestasi
kuantitatif
dan
kualitatif
yang
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
247
perhitungan seluruh Puskesmas. Berdasarkan hasil
diketahui bahwa dari usia responden yang paling tua
verifikasi,
Kabupaten/Kota
berusia 54 tahun dan yang paling muda berusia 29
bersama Puskesmas dapat menetapkan Puskesmas
tahun. Karakteristik umur koordinator program pada
ke dalam kelompok (I, II, III) sesuai dengan
Puskesmas
pencapaian kinerjanya (Departemen Kesehatan,
berusia di atas 40 tahun yaitu 60,0%, sedangkan
2006).
responden yang berusia kurang dari 40 tahun
Dinas
Kesehatan
Mojo.
Sebagian besar
responden
memiliki presentase 40%. Mayoritas responden METODE
adalah perempuan (66,7%). Masa kerja mayoritas
Penelitian
ini
observasional
yang
merupakan bersifat
responden di Puskesmas Mojo Surabaya adalah
penelitian
deskriptif.
sebagai koordinator program adalah kurang dari 10
Data
tahun (55%).
dikumpulkan secara cross sectional pada satu waktu. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Mojo Surabaya.
Penelitian
dilaksanakan
selama
Keunggulan suatu organisasi ditentukan
Juli
oleh cara bagaimana manajemen mengelola dan
sampai dengan Agustus. Sampel dalam penelitian
memberdayakan sumber daya sebagai masukan
ini adalah seluruh koordinator program Puskesmas
(input) organisasi. Input adalah semua jenis sumber
Mojo yang dipilih dengan teknik non probability
daya
sampling menggunakan cara purposive sampling.
transformasi maupun konversi untuk menghasilkan
Ada 20 program yang termasuk dalam SPM dipilih
keluaran (output). Sumber daya (resources) adalah
koordinatornya untuk menjadi responden dalam
segala sesuatu yang dibutuhkan dan digunakan
penelitian ini
manajemen
masukan
yang
untuk
digunakan
mencapai
dalam
tujuan
proses
organisasi.
Sumber daya yang diperlukan manajemen dapat dibedakan atas sumber daya manusia (human
HASIL DAN PEMBAHASAN
resources) dan sumber daya non manusia (non
Sebagian besar responden berpendidikan lain
human resources). Sumber daya manusia adalah
memiliki pendidikan S1 sebesar 30,0% dan S2
aset penting organisasi dan motor penggerak proses
sebesar
15%.
manajemen.
Tabel 1
Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Variabel Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013
D3
sebesar
55%.
Sedangkan
Berdasarkan
responden
hasil
wawancara,
Pencapaian Indikator Tercapai n Kerjasama Tim Baik Cukup Pelatihan Baik
Tidak Tercapai n
%
%
7 0
38,88 0
11 2
61,11 100,00
6
42,86
8
57,14
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
248
Pencapaian Indikator Tercapai n Kurang Beban Kerja Berat Sedang Ringan
Pelatihan
%
1
16,67
5
83,33
2 3 2
33,33 33,33 40,00
4 6 3
66,67 66,67 60,00
adalah
Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau
merupakan investasi organisasi yang penting dalam
target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan
sumber daya manusia (SDM). Pelatihan melibatkan
waktu tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa
segenap sumber daya manusia untuk mendapatkan
semakin tinggi beban kerja
pengetahuan
peluangnya
sehingga
dan
Tidak Tercapai n
%
pengembangan
dan
keterampilan
mereka
segera
pembelajaran
mampu
mencapai
cakupan
dapat
indikator SPM. Untuk itu beban kerja merupakan
menggunakannya dalam pekerjaan (Wibowo, 2013).
aspek pokok yang menjadi dasar untuk menyusun
Hasil semakin
penelitian
baik
responden,
menunjukkan
pelatihan
maka
akan
untuk
maka semakin rendah
yang
semakin
bahwa
sebuah program. Tingginya beban kerja sebenarnya
oleh
dapat disiasati dengan meningkatkan kerjasama
diterima tinggi
dalam
peluang
tim.
Penelitian
ini
membuktikan
bahwa
pencapaian cakupan indikator SPM. Sedangkan
semakin baik kerjasama tim maka semakin tinggi
semakin kurangnya pelatihan, maka semakin tinggi
pula kemungkinan tim tersebut menapai target SPM
Indikator yang tidak mencapai target cakupan SPM.
yang sudah ditentukan.
Tabel 2
Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Variabel Non Sumber Daya Manusia di Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013
Pencapaian Indikator Tercapai n Ketersediaan Sumber Dana Baik Cukup Kurang Sarana Prasarana Baik Cukup Kurang
Tidak Tercapai n
%
%
2 4 1
40,00 28,57 100,00
3 10 0
60,00 71,43 0
5 2 0
50,00 28,57 0
5 5 3
50,00 71,43 100,00
Variabel non sumber daya manusia dalam
Sebaliknya,
semakin
penelitian ini adalah ketersediaan sumber dana dan
kekurangan
biaya
keberadaan sarana
semakin rendah peluangnya memenuhi target SPM.
dalam
prasarana.
menunjukkan
penelitian
cenderung
memiliki untuk
Begitu pula dengan keberadaan sarana prasarana
ketersediaan dana, pencapaian cakupan Indikator
penunjang program juga berpengaruh terhadap
SPM
pencapaian target SPM. Semakin baik sarana
nampaknya
akan
semakin
biasanya
yang
baik
juga
bahwa
Hasil
program
semakin
baik.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
249
prasarana
(peralatan
medis
dan
non
medis),
dapat
diselesaikan
secara
efisien
dan
efektif
berdampak pada semakin tingginya pencapaian
(Robbins, dan Coulter, 2010). Pencapaian output
cakupan indikator SPM.
berupa capaian target SPM tentu melalui proses
Pencapaian Cakupan Indikator SPM dan
manajemen. Sumber daya baik human maupun non human yang melalui proses manajemen yang baik
Manajemen Puskesmas
akan membawa program tersebut pada kinerja yang
Manajemen adalah aktivitas kerja yang
baik.
melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut Tabel 3
Distribusi Pencapaian Cakupan SPM dan Manajemen Puskesmas Mojo Surabaya Tahun 2013 Pencapaian Indikator Tercapai n
Perencanaan (P1) Baik Cukup Kurang Pelaksanaan (P2) Baik Cukup Kurang Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3) Baik Cukup Kurang
Perencanaan mencakup
adalah
mendefinisikan
Tidak Tercapai n
%
%
3 1 3
60,00 25,00 27,27
2 3 8
40,00 75,00 72,72
6 1 0
42,86 25,00 0
8 3 2
57,14 75,00 100
4 3 0
30,77 50 0
9 3 1
69,23 50 100
proses
sasaran
yang
organisasi,
menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai
sesuai dengan tahapan perencanaan yang baik dan benar. Menurut Terry (2012), pelaksanaan (actuating)
sasaran itu, dan menyusun serangkaian rencana
merupakan
yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan dan
pelaksanaan yang meliputi beberapa proses seperti
mengoordinasikan pekerjaan organisasi (Robbins,
directing, commanding, motivating, staffing, dan
dan Coulter, 2009). Penelitian ini membuktikan
coordinating. Actuating atau fungsi penggerakan
bahwa semakin baik proses perencanaan (P1),
pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staf
maka semakin tinggi pencapaian cakupan indikator
agar mereka menjalankan tugas pokoknya sesuai
SPM
kurangnya
dengan keterampilan yang dimiliki (quality of care)
tingginya
dan dukungan sumber daya yang tersedia (quality of
yang
perencanaan
diperoleh. (P1)
Sedangkan
berdampak
pada
sebuah
fungsi
penggerakan
indikator SPM yang tidak mencapai target cakupan.
service).
Kurangnnya proses perencanaan (P1) disebabkan
motivasi, dan penerapan kepemimpinan yang efektif
antara lain karena,masih ada koordinator program
akan
yang
melaksanaan fungsi manajemen ini.
membuat (menyusun) perencanaan tidak
Kejelasan
sangat
komunikasi,
membantu
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
pengembangan
suksesnya
manajer
Berdasarkan
250
hasil penelitian diketahui bahwa semakin baik
Mojo
proses pelaksanaan (P2), maka semakin tinggi
perencanaan (P1).
pencapaian
indikator
SPM
yang
Kota
Surabaya
adalah
faktor
proses
diperoleh. Untuk
meningkatkan kinerja program dalam
Sedangkan semakin lemahnya proses pelaksanaan pencapain (P2)
berdampak
pada
semakin
SPM,
koordinator
program
perlu
rendahnya mengusulkan pelatihan ke Dinas Kesehatan Kota
pencapaian cakupan indikator SPM. sesuai dengan kebutuhan masing-masing program. Monitoring atau pengawasan dan pengendalian Kepala
Puskesmas
juga
perlu
mengusulkan
(wasdal) adalah proses untuk mengawasi secara peninjauan ulang atau mengurangi tugas tambahan terus menerus kegiatan staf dalam melaksanakan di luar dari tugas pokok yang diterima oleh rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koordinator program untuk mengurangi beban kerja koreksi jika terjadi penyimpangan. Semakin baik mereka
sehingga
mampu
meningkatkan
fokus
proses pengawasan, pengendalian, dan penilaian kerjanya. Perencanaan program harus dilakukan (P3), maka semakin tinggi pencapaian cakupan sesuai
dengan
tahapan
dan
langkah-langkah
indikator yang memenuhi target. Rendahnya proses pembuatan (penyusunan) program yang baik dan pengawasan, pengendalian, dan penilaian (P3) akan benar. Rencana capaian setiap periode juga harus berdampak pada kinerja program dalam memenuhi dibuat untuk memudahkan dalam proses monitoring target cakupan SPM. Dengan demikian diduga kuat program. yang
menjadi
faktor
determinan
rendahnya
pencapaian cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
bidang
kesehatan
di
Puskesmas
Mojo
Surabaya adalah faktor pelatihan, faktor beban kerja, dan perencanaan (P1).
SIMPULAN Faktor Input
yang menjadi determinan
rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang
kesehatan
di
Puskesmas
Mojo
Kota
Surabaya yaitu faktor pelatihan dan faktor beban kerja.
Sedangkan faktor kerjasama
ketersediaan prasana
(alat
dana
(biaya),
medis
dan
tim, faktor
dan
faktor
sarana
non
medis)
bukan
merupakan faktor determinan. Faktor proses yang menjadi determinan rendahnya pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Puskemas
DAFTAR PUSTAKA Gde Munijaya, 2010. Manajemen Kesehatan. Edisi.3. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta, 2010. Depkes. R.I. 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta; Dirjen Bina Kesmas, 2008. Depkes R.I. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Kepmenkes RI. No. 741/Menkes/Per/VII/2008. Jakarta; Departemen Kesehatan RI. 2008. Depkes RI. 2009. Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Puskesmas. Kepmenkes RI. No.857/Menkes/SK/IX/2009. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 2009. Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2011. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2011. Dinkes Kota Surabaya. 2013. Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Surabaya. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013. Endang S. Sulaeman, 2009. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktik di Puskesmas. Suarakarta, 2009. James A.F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel R. Gilbert, 1996. Manajemen. Jilid 2. Edisi
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013
251
Bahasa Indonesia. Prenhallindo; Jakarta, 1996. Lijan P. Sinambela, 2012. Kinerja Pegawai, Teori Kinerja dan Implikasi. Edisi Pertama. Graha Ilmu; Yogyakarta, 2012. Philip Kotler, Kevin L. Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1. Penerbit Erlangga; Jakarta, 2009. Menpan RI. 2011. Pedoman Analisis Jabatan. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 33 Tahun 2011. Jakartan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, 2011. Stephen P. Robbins., Timothy A. Judge, 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12., Buku 2. Salemba Empat. Jakarta, 2008. Stephen P. Robbins., Mary Coulter, 2010. Manajemen. Edisi 10., Jilid 1. Penerbit Erlangga; Jakarta, 2010. Wibowo, 2013. Manajemen Kinerja. Edisi.3, Cetakan 7. Rajawali Pers; Jakarta, 2013.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 3 Juli-Agustus 2013