Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 – 7 Mei 2009
FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS PEMBESIAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Wahyu Wuryanti1 dan Andreas Wibowo2 Puslitbang Permukiman, Balitbang, Dep. PU, Jl. Penyaungan Cileunyi Kabupaten Bandung 1 E-mail:
[email protected] 2 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Estimasi Produktivitas kerja merupakan bagian vital dalam menentukan biaya konstruksi yang lebih akurat. Nilai koefisien produktivitas yang dicantumkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang kumpulan Analisa Biaya Konstruksi (ABK) tahun 2007 lebih mencerminkan kondisi umum sehingga perlu disesuiakan dengan proyek yang spesifik. Dalam riset ini menyajikan hasil pengukuran produktivitas pekerjaan beton khususnya untuk bagian pekerjaan pembesian. Tujuan riset ini diarahkan pada investigasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan melalui analisis statistik dengan kaidah-kaidah yang telah baku. Hasil analisis data menunjukkan terjadinya overestimasi koefisien pekerjaan pembesian dan perlunya dikotomi antara produktivitas pembesian balok dan kolom. Studi ini menyarankan bahwa koefisien produktivitas pembesian yang tercantum dalam SNI perlu dilengkapi dengan penjelasan pemberlakuan koefisein hanya sampai lantai tiga, selebihnya perlu ada justifikasi lain. Ada enam faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja yaitu (1) intensitas interupsi, (2) tingkat kesulitan pekrjaan, (3) luas area kerja, (4) faktor cuaca, (5) tingkat pengawasan dan (6) kelancaran pasokan material. Hasil studi menegaskan bahwa dua faktor yang paling sensitif terhadap produktivitas adalah intensitas interupsi dan kelancaran pasokan material. Artinya bahwa bila perusahaan ingin meningkatkan produktivitas pekerjanya, maka kedua faktor tersebut perlu benarbenar diperhatikan. Kata-kata kunci: produktivitas, pembesian, analisis statistik PENDAHULUAN Dalam sebuah proyek konstruksi, suatu hasil estimasi biaya merupakan salah satu dasar pertimbangan untuk membuat keputusan strategis dalam menentukan apakah meneruskan atau tidak proyek yang direncanakan, pemilihan tipe konstruksi, penentuan metoda dan teknologi konstruksi, pemilihan kontraktor pelaksana, dan seterusnya. Salah satu komponen biaya langsung adalah upah tenaga kerja. Untuk mengestimasi besaran biaya upah, seorang estimator harus melakukan estimasi produktivitas tenaga kerja. Estimasi dapat didasarkan pada pengalaman yang sudah dimiliki selama ini atau diperoleh dari sumber informasi lain seperti dokumen kontrak, literatur, atau standar yang ada. Terkait dengan produktivitas tenaga kerja, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim), Departemen Pekerjaan Umum telah melaksanakan studi biaya konstruksi untuk level pekerjaan konstruksi, yang dimulai sekitar tahun 1980-an. Hasil studi selama bertahun-tahun dipublikasikan pada tahun 2002 sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) Analisa Biaya Konstruksi (SNI ABK) untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan (Badan Standarisasi Nasional 2002). Setelah lima tahun berjalan SNI ABK memperoleh respon yang cukup positif dari pelaku jasa konstruksi, terutama dari dinas-dinas teknis di daerah. Meski demikian, ada beberapa isu yang perlu mendapatkan perhatian; di antaranya adalah indeks produktivitas tenaga kerja. Sebagaimana diketahui, SNI ABK didasarkan pada hasil pengamatan langsung di lapangan sebagai data primer dan data produktivitas dari beberapa kontraktor yang dijadikan sampel sebagai penunjang. Indeks yang disajikan lebih mencerminkan kondisi yang umum. Di lain pihak proyek konstruksi dikenal sebagai serangkaian kegiatan yang memiliki sifat dan karaketeristik yang unik dan tidak repetitif. Kondisi yang unik menuntut perlakuan yang berbeda dalam hal penentuan indeks produktivitas. Indeks yang sudah selayaknya dikoreksi untuk disesuaikan dengan kondisi pekerjaan. Paparan yang diuraikan dalam tulisan ini merupakan hasil penelitian berkaitan dengan perhitungan faktor berpengaruh dalam perhitungan indeks produktivitas yang telah dilakukan di Puslitbangkim pada tahun 2008, dimana penulis juga terlibat dalam riset tersebut. Riset ini dimaksudkan agar dapat menjadi koreksi dalam memahami metodologi penentuan indeks produktivitas di dalam SNI ABK untuk mengakomodasi sifat dan karakteristik unik setiap proyek konstruksi. Karena ruang lingkup pekerjaan konstruksi yang sangat luas, penelitian ini lebih difokuskan pada pekerjaan beton, khususnya pekerjaan pembesian.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M – 25
Wahyu Wuryanti dan Andreas Wibowo
1. KAJIAN PUSTAKA 1.
Definisi produktivitas
Produktivitas adalah salah satu terminologi yang sering didengungkan dalam setiap aspek kehidupan; bahkan kata ini juga kerapkali digunakan sebagai salah satu alat pemasaran (Sumanth 1985). Definisi yang lebih tepat yang diasosiasikan sebagai hubungan input-output baru dimunculkan pada abad ke-20. Pada tahun 1950 the Organization for European Economic Cooperation (OEEC) mendefinisikan produktivitas sebagai hasil bagi (quotient) output dengan salah salah faktor produksi. Dalam hal ini dimungkinkan adanya produktivitas modal, investasi, atau bahan mentah tergantung pada output dihubungkan dengan apa, modal, investasi atau bahan mentah. Beberapa pengertian dasar perlu dipahami untuk menghindarkan pencampuradukan makna seperti produktivitas dan produksi. Produksi adalah aktivitas untuk menghasilkan barang dan/atau jasa. Produktivitas terkait dengan penggunaan yang efisien dari sumber daya (input) dalam menghasilkan barang dan/atau jasa (output). Secara kuantitatif, produksi dinyatakan sebagai jumlah yang diproduksi sementara produktivitas sebagai rasio antara output yang dihasilkan atas pemanfaatan input.1 Hal yang perlu dicermati adalah peningkatan produksi tidak selamanya berarti peningkatan produktivitas. Terminologi produktivitas kerapkali dikacaukan juga dengan terminologi efisiensi dan efektivitas meski ketiganya berbeda. Efisiensi adalah rasio antara output aktual dan output standar yang diharapkan sementara efektivitas adalah tingkat pencampaian sebuah tujuan (degree of accomplishment of objectives). Efektivitas mencerminkan seberapa baik hasil tercapai sementara efisiensi seberapa baik input digunakan untuk mencapai tujuan dan produktivitas mempunyai pengertian keduanya. Secara matematis dapat dirumuskan bahwa: Indeks poduktivit as =
f(efektivitas) ................................................................ (1) F(efisiensi)
dengan f dan F adalah operator fungsi Thomas and Kramer (1988) mendefinisikan sebagai jumlah jam kerja (work-hour) yang dibutuhkan per satu satuan pekerjaan, produktivitas adalah input dibagi output yang dihitung dalam interval waktu tertentu. Oglesby et al. (1989) mendefinisikan secara lebih spesifik produktivitas dalam konstruksi sebagai efektivitas kemampuan manajemen, tenaga kerja, material, peralatan, perlengkapan, dan area kerja yang digunakan, atau mendukung, aktivitas dalam memproduksi gedung, pabrik, struktur atau fasilitas tetap lainnya pada biaya yang paling rendah. Definisi lain diberikan oleh de Souza dan Thomas (1996). Produktivitas, diukur dengan unit rate, adalah hubungan antara input (orang-jam) dan output (jumlah pekerjaan yang diselesaikan). 2.
Faktor berpengaruh terhadap produktivitas
Khoramshah, Dehghan dan Mortaheb (2006) telah melakukan studi untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan berbagai faktor yang mempengaruhi produktivtas konstruksi. a) Faktor eksternal Faktor-faktor yang berasal dari lingkungan eksternal dan di luar kontrol perusahaan manajemen disebut faktor eksternal. (1) Kondisi kerja proyek
(2)
•
Iklim dan cuaca. Dampak cuaca dapat mengurangi produktivitas tukang dan/atau kerja menurun. Berkurangnya produktivitas tukang umumnya disebabkan karena daya tahan tubuh akibat tekanan panas atau dingin. Menurunnya kinerja proyek yang diakibatkan oleh cuaca dapat menyebabkan ketidakmampuan personil untuk bekerja pada kondisi cuaca buruk dan /atau angin kencang.
•
Karakteristik budaya. Pemahaman terhadap karakteristik budaya dan perbedaannya merupakan masalah penting terutama bila berkaitan kerja dengan pekerja asing.
Pemasok dan kualitas rantai pasokan Meningkatnya produktivitas konstruksi sangat berkaitan dengan para supplier dan kualitas rantai pasokan (supply chain).
1 Dalam sektor konstruksi, produksi dinyatakan, misalnya, sebagai berapa m2 bekisting yang dihasilkan per satu satuan waktu (jam, hari, minggu) sementara produktivitas dinyatakan sebagai m2/orang-satuan waktu (m2/orang-jam, m2/orang-hari).
M - 26
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Faktor Berpengaruh terhadap Produktivitas Pembesian pada Konstruksi Bangunan Gedung
(3)
•
Pemasok. Selama produksi dari pemakso meliputi sejumlah besar nilai proyek, peluang untuk meningkatkan produktivitas tergantung pada kategori ini.
•
Quality of supply chain. Buruknya rencana rantai pasokan dapat menaikkan biaya dan durasi proyek.
Peraturan pemerintah Faktor ini tidak dapat dikendalikan oleh pihak industri dan kadangkala merupakan faktor yang dapat memicu naiknya biaya.
(4)
Keunikan perusahaan Setiap proyek selalu mempunyai keunikan tersendiri. Faktor-faktor lingkungan seperi landscape, cuaca dan kondisi fisik di lokasi membuat proyek tersebut menjadi spesifik. Dengan keunikan tersebut memperlukan beberapa modifikasi dalam proses konstruksinya sehingga berpengaruh pada produktivitas kerja.
b) Faktor internal Beberapa faktor yang berasal dari dalam perusahaan disebut faktor internal dan biasanya dikendalikan di dalam manajemen perusahaan. •
Sumber daya manajemen meliputi material, peralatan dan sumber daya manusia
•
Teknologi
•
Manajemen
•
Contractual issue
•
Perubahan order
•
Kerja ulang di lapangan
•
Isu yang berkaitan dengan desain meliputi kemampuan konstruksi, inovasi, penyelidikan geoteknik, denah, ruang lingkup proyek, ketidak-cukupan spesifikasi, standarisasi
•
Kendala lapangan dan organisasi
•
Komunikasi
•
Kecelakaan saat konstruksi
Kesimpulan dalam tulisan tersebut menjelaskan bahwa untuk meningkatkan produktivitas kerja perlu dikenali dan dipahami terlebih dahulu faktor-faktor internal dan eksternal. Selama faktor eksternal tidak dapat untuk dikendalikan atau diubah, maka perlu dilakukan monitoring dan kehati-hatian dalam mengelola faktor-faktor internal. 3.
Analisis statistik
Analisis bivariat dilaksanakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai perbedaan secara signifikan atau tidak. Isu yang perlu diangkat, yaitu apakah tes statistik didasarkan pada tes parametrik atau non-parametrik (atau dikenal juga dengan sebutan distribution-free test). Untuk dapat melaksanakan tes parametrik, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi: (i) data harus berada dalam level inteval atau rasio, (ii) distribusi dari skor populasi adalah normal, dan (iii) varians dari dua variabel haruslah homogen. Namun beberapa studi menunjukkan bahwa persyaratan-persyaratan ini dapat direlaksasi (Bryman dan Cramer 1999). Mengingat bahwa persyaratan pertama sudah dapat dipenuhi, diasumsikan bahwa tes parametrik dapat digunakan dalam analisis bivariat. Dalam kegiatan penelitian ini, analisis varians (ANOVA) satu arah (one-way analysis of variance) F-test dilakukan. Sebagai analisis regresi linear digunakan dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a0 + a1 X 1 + a2 X 2 + a3 X 3 + ... + an X n + e ....................................................(1) Dengan Y = variabel dependen, a = koefisien regresi, X = variabel independen, e = galat (error)
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 27
Wahyu Wuryanti dan Andreas Wibowo
Dalam studi ini, produktivitas dianggap sebagai variabel dependen sementara faktor-faktor intensitas interupsi, tingkat kesulitan pekerjaan, luas area kerja, tingkat pengawasan, cuaca, dan kelancaran pasokan material menjadi variabel independen
2.
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Tiga proyek konstruksi yang dijadikan sampel adalah Proyek 1 Gedung IX Universitas Katolik Parahyangan dengan kontraktor utama PT Adhi Karya (Persero), Proyek 2 Central Park Jakarta dengan kontraktor utama PT Total Bangun Persada Tbk, dan Proyek 3 Gedung Penunjang Departemen Pertahanan dengan kontraktor utama PT Pembangunan Perumahan (Persero). Pengamatan proyek sampel dilaksanakan dalam rentang waktu Mei sampai November 2008. Selain produktivitas pekerja ada beberapa faktor yang juga diamati dan diukur secara subjektif yaitu kelancaran pasokan material, tingkat kesulitan pekerjaan, intensitas interupsi pekerjaan, luas area kerja, kondisi cuaca saat pengamatan, dan pengawasan yang masing-masing dinyatakan dalam Skala Likert (1-5). Untuk meminimumkan terjadinya perbedaan persepsi antarsurveyor, setiap surveyor dibekali dengan panduan survei yang sama sebelum melakukan pengamatan. Secara keseluruhan berhasil dikumpulkan tepat 500 data hasil pengukuran yang berasal dari sampel Proyek 1 (296), Proyek 2 (174), dan Proyek 3 (30). Dibandingkan dengan proyek-proyek sampel lainnya, proyek sampel 3 memang memiliki jumlah data yang relatif terbatas karena masa observasi yang relatif pendek. Data produktivitas pekerjaan penulangan beton bertulang dibagi menjadi tiga sub paket kegiatan yaitu produktivitas pemasangan tulangan utama, produktivitas pemasangan sengkang, dan produktivitas penulangan total dihitung dengan rumusan berikut: P (kg/jam) =
Jumlah besi terpasang (kg) .......................................................... (2) Waktu yang dibutuhkan (jam)
dengan P =produktivitas. Unit produktivitas(U) yang dinyatakan dalam satuan orang-hari (OH)/kg dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut:
∑ Pekerja U (OH/kg) =
P(kg jam ) 5 jam/hari
......................................................................... (3)
Hasil analisis deskriptif produktivitas pekerja yang dinyatakan sebagai kg/pekerja/jam disajikan dalam Tabel 1. Pada selang keyakinan 90%, produktivitas Proyek 1 berada dalam interval 52,9 kg/pekerja/jam dan 86,1 kg/pekerja/jam sementara Proyek 2 berada dalam selang 32,8 kg/pekerja/jam dan 40,1 kg/pekerja/jam. Dengan jumlah data yang lebih sedikit, Proyek 3 memiliki selang antara 43,4 kg/pekerja/jam da 76,9 kg/pekerja/jam. Sebagaimana terlihat, terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara proyek 1 (69,5 kg/pekerja/jam) dan proyek 2 (36,43 kg/pekerja/jam). Tabel 1. Analisis deskriptif pekerjaan pembesian (kg/pekerja/jam) Mean Lower bond Upper bond 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Proyek 1 69,5044 52,9398 86,0691 56,3615 50,7050 20.969,524 144,80858 8,54 2.296,13 2.287,59 42,24 13,281 195,939
Proyek 2 36,4369 32,8043 40,0695 33,7839 30,6050 589,365 24,27685 6,56 179,33 172,77 26,99 2,494 9,966
Proyek 3 60,1547 43,3645 76,9448 54,7202 41,0150 2.021,831 44,96478 14,66 218,00 203,34 40,22 2,098 4,842
Bila produktivitas pekerjaan pembesian dinyatakan sebagai OH/kg sesuai dengan satuan yang digunakan dalam Standar Nasional Indonesia, data yang ada dikonversi dengan menggunakan Persamaan 3 diperoleh hasil seperti pada Tabel 2. Proyek Sampel 1 memiliki rata-rata 0,0048 kg/OH, Proyek Sampel 2 0,0077 kg/OH dan Proyek Sampel 3 0,0048 kg/OH atau tidak terjadi perbedaan yang berarti secara visual antara Proyek Sampel 1 dan Proyek Sampel 3.
M - 28
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Faktor Berpengaruh terhadap Produktivitas Pembesian pada Konstruksi Bangunan Gedung
Tabel 2. Analisis deskriptif pekerjaan pembesian (OH/kg) Mean Lower bond Upper bond 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Proyek 1 0,004800 0,004410 0,005190 0,004409 0,003944 0,000 0,0034082 0,0001 0,0234 0,0233 0,0031 2,318 7,518
Proyek 2 0,007756 0,007022 0,008491 0,007265 0,006542 0,000 0,0049079 0,0011 0,0305 0,0294 0,0056 1,850 4,855
Proyek 3 0,004765 0,003777 0,005752 0,004574 0,004878 0,000 0,0026441 0,0009 0,0136 0,0127 0,0035 1,185 2,954
Untuk menghindari dampak outliers (data ekstrem) dilakukan eliminasi atas lima data tertinggi dan terendah untuk sampel Proyek 1 dan Proyek 2, kecuali Proyek 3 karena alasan keterbatasan data dilakukan analisis deskriptif ulang, dengan hasil diperlihatkan dalam Tabel 3. Secara rata-rata produktivitas pekerjaan pembesian adalah 0,0058 kg/OH dan dengan tingkat keyakinan 90% akan berada dalam interval 0,0054 kg/OH dan 0,0062 kg/OH. Sementara itu Gambar 1 memperlihatkan bagaimana produktivitas terdistribusi dalam bentuk histogram. Tabel 3. Analisis deskriptif pekerjaan pembesian secara keseluruhan (OH/kg) produktivitas_OH_per_kg
Mean 95% Confidence Interval for Mean 5% Trimmed Mean Median Variance Std. Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis
Lower Bound Upper Bound
Statistic ,005795 ,005433 ,006158 ,005378 ,004587 ,000 ,0040443 ,0001 ,0305 ,0304 ,0041 1,998 5,856
Std. Error ,0001846
,111 ,222
Gambar 1. Histogram produktivitas pekerjaan pembesian (OH/kg) Selanjutnya dengan menggunakan SPSS v.15 dilakukan uji beda produktivitas untuk tipe struktur yang berbeda. Hasil ANOVA diperlihatkan pada Tabel 5 yang statistik F menunjukkan terjadi perbedaan secara statistik untuk tipe komponen struktur yang berbeda. Karena ada dua tipe struktur yang cukup dominan yaitu kolom dan balok, maka hanya dirasa perlu untuk menguji keduanya saja dengan hasil diperlihatkan pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 29
Wahyu Wuryanti dan Andreas Wibowo
Produktivitas rata-rata pekerjaan pembesian untuk kolom adalah 0,0045 OH/kg sementara untuk balok 0,0059 OH/kg. Statistik uji beda menegaskan bahwa produktivitas pekerjaan balok dan pekerjaan kolom berbeda secara statistik. Hasil ini menegaskan perlunya adanya pembedaan pekerjaan pembesian untuk kolom dan balok. Argumentasi yang barangkali bisa digunakan adalah tingkat kesulitan pekerjaan, termasuk posisi bekerja di mana pekerja harus jongkok dan menunduk untuk merakit baja tulangan balok sementara untuk kolom bisa dilakukan dengan berdiri. Tabel 5. ANOVA produktivitas pembesian untuk tipe struktur yang berbeda Between Groups Within Groups Total
Sum of squares ,000 ,008 ,008
df 2 477 479
Mean Square ,000 ,000
F 9,089
Sig. ,000
Tabel 6. Beda produktivitas pembesian untuk tipe struktur yang berbeda tipe Kolom Balok
produktivitas_OH_per_kg
N 95 301
Mean ,004515 ,005851
Std. Deviation Std. Error Mean ,0029201 ,0002996 ,0041455 ,0002389
Tabel 7. Uji beda produktivitas pembesian untuk tipe struktur yang berbeda t-test for Equality of Means
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower ,004
Upper -,0013364
Lower ,0004576
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower -,0022360 -,0004368
,001
-,0013364
,0003832
-,0020916
Sig. (2tailed)
T
df
Lower -2,921
Upper 394
-3,487
223,303
-,0005812
Isu lain yang sering dikaitkan dengan studi produktivitas adalah bahwa lokasi ketinggian lantai. Asumsi yang kerap digunakan adalah bahwa keduanya mempunyai korelasi negatif. Asumsi ini dapat diterima sejauh pengukuran produktivitas juga mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk transportasi sumber daya ke lokasi yang dimaksud. Bila tidak, perlu ada tes statistik untuk menguji apakah produktivitas juga tetap berkorelasi negatif bilamana waktu transportasi diabaikan dalam perhitungan. Tabel 8 memperlihatkan hasil uji ANOVA untuk lokasi pemasangan yang berbeda. Bila lantai 4 digunakan sebagai cutoff atau data dikelompokkan menjadi dua grup yaitu sampai lantai empat dan di atas lantai empat, maka, secara visual, terjadi perbedaan yang cukup berarti antara keduanya yaitu 0,0052 OH/kg dan 0,0062 OH/kg (Tabel 8a). Hasil Levene’s test memperlihatkan asumsi bahwa varians sama tidak dapat diterima (tidak ditunjukkan dalam tabel karena alasan keterbatasan ruang). Selanjutnya hasil uji beda (Tabel 8b) memiliki statistik p=0,01 yang menegaskan bahwa terjadi perbedaan secara statistik antara dua kelompok data. Dengan kata lain, terjadi perubahan (penurunan) produktivitas pemasangan antara lokasi pemasangan sampai lantai empat dan setelah lantai empat. Tabel 8a. Beda produktivitas pembesian untuklokasi pemasangan yang berbeda (cutoff=4) produktivitas_OH_per_kg
lantai >= 4 <4
N 173 300
Mean ,005243 ,006187
Std. Deviation Std. ErrorMean ,0035392 ,0002691 ,0042906 ,0002477
Tabel 8b. Uji beda produktivitas pembesian untuklokasi pemasangan yang berbeda (cutoff=4) t-test for Equality of Means
T Lower Equal variances assumed Equal variances not assumed
M - 30
df Upper
Sig. (2tailed) Lower
Mean Difference Upper
Std. Error Difference Lower
95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower
-2,453
471
,015
-,0009444
,0003850
-,0017008
-,0001879
-2,582
415,434
,010
-,0009444
,0003657
-,0016633
-,0002255
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Faktor Berpengaruh terhadap Produktivitas Pembesian pada Konstruksi Bangunan Gedung
Untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan pembesian dilakukan analisis regresi linear. Dalam hal ini, produktivitas diperlakukan sebagai variabel dependen dan faktor yang berpengaruh sebagai variabel independen. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, ada enam faktor yang diyakini berpengaruh yaitu tingkat pengawasan, luas area kerja, intensitas interupsi, kondisi cuaca, tingkat kesulitan, dan pasokan material yang masing-masing dinilai secara subjektif menggunakan rating Likert. Ringkasan model dapat dilihat pada Tabel 9a yang memperlihatkan koefisien determinasi 0,121 yang harus diakui cukup rendah namun demikian tetap secara statistik signifikan (p=0,000) pada Tabel 9b. Tabel 9a. Model summary regresi pekerjaan pembesian Model 1
R ,348(a)
R Square ,121
Adjusted R Square ,110
Std. Error of the Estimate ,0038155
a Predictors: (Constant), pengawasan, luas_kerja, interupsi, cuaca, kesulitan, supply_material
Tabel 9b. ANOVA regresi pekerjaan pembesian Model 1
Sum of Squares ,001 ,007 ,008
Regression Residual Total
Df 6 473 479
Mean Square ,000 ,000
F 10,860
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), pengawasan, luas_kerja, interupsi, cuaca, kesulitan, supply_material b Dependent Variable: produktivitas_OH_per_kg
Koefisien regresi memperlihatkan bagaimana hubungan antara masing-masing faktor dengan tingkat produktivitas dan tingkat kepentingannya. Tabel 9c menunjukkan bahwa semua koefisien memiliki tanda positif; artinya ada korelasi yang positif antara faktor dan tingkat produktivitas. Namun, untuk menghindari terjadinya mispersepsi di sini, produktivitas dinyatakan dalam satuan OH/kg yang artinya semakin tinggi nilai justru menunjukkan semakin rendah produktivitas. Sementara itu skala Likert yang digunakan memiliki arti semakin tinggi semakin menunjukkan kondisi yang lebih negatif. Dengan demikian, koefisien-koefisien yang dihasilkan melalui analisis regresi sesuai dengan ekspektasi. Misal, semakin tinggi rating pasokan material (atau semakin sulit) akan berdampak semakin tinggi konsumsi sumber daya per satuan output (OH/kg) atau semakin rendah produktivitasnya. Tabel 9c. Koefisien regresi pekerjaan pembesian
Model 1
(Constant) supply_material Kesulitan Interupsi luas_kerja Cuaca pengawasan
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,001 ,001 ,001 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 5,82E-005 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
Standardized Coefficients Beta ,142 ,034 ,179 ,015 ,093 ,096
t B -,563 2,828 ,695 3,672 ,309 2,081 2,095
Sig. Std. Error ,574 ,005 ,487 ,000 ,757 ,038 ,037
a Dependent Variable: produktivitas_OH_per_kg
Selanjutnya, hal-hal lain yang menarik untuk dikaji adalah bahwa ada empat faktor yang secara statistik signifikan pada tingkat signifikasi 5% yaitu pasokan material (0,005), intensitas interupsi (0,000), cuaca (0,0038) dan ketatnya pengawasan (0,0037). Dari keenam faktor yang ada, dua faktor yang paling sensitif terhadap produktivitas adalah intensitas interupsi (standardized beta=0,179) dan kualitas pasokan material (beta=0,142). Hasil ini menegaskan bahwa bila perusahaan ingin meningkatkan produktivitas pekerjanya, maka kedua hal ini perlu benar-benar diperhatikan.
3. KESIMPULAN a.
b.
Secara rata-rata koefisien produktivitas pekerjaan pembesian 0,0058 OH/kg. Koefisien ini lebih rendah dari apa yang direkomendasikan oleh SNI yaitu 0,0070 OH/kg atau produktivas yang diukur oleh SNI lebih rendah dari proyek sampel. Terjadi perbedaan yang secara statistik signifikan untuk pekerjaan pembesian balok dan kolom. Secara rata-rata pembesian balok dan kolom, berturut-turut, adalah 0,0059 OH/kg dan 0,0045 OH/kg. Tingkat kesulitan pekerjaan ditengarai menjadi alasan perbedaan ini.
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M - 31
Wahyu Wuryanti dan Andreas Wibowo
c.
d.
Ada kecenderungan terjadi penurunan produktivitas pembesian dari lantai keempat. Secara rata-rata produktivitas pekerjaan pembesian sampai lantai keempat adalah 00052 OH/kg, turun menjadi 0,0062 OH/kg. Hasil uji beda menunjukkan secara statistik perbedaan ini signifikan. Dari keenam faktor yang dimasukkan dalam model, faktor intensitas interupsi, faktor cuaca, faktor pengawasan secara statistik signifikan berpengaruh pada tingkat produktivitas pekerjaan pembesian. Keenam faktor memiliki tanda positif yang artinya semakin tinggi rating (semakin sulit) akan berdampak kepada penurunan produktivitas. Dua faktor yang memiliki sensitivitas tertinggi adalah intensitas interupsi dan kualitas pasokan material.
DAFTAR PUSTAKA Abdel-Razek, R.H. et al. (2007). “Labor Productivity: Benchmarking and Variability in Egyptian Projects”, International Journal of Project Management, Vol. 25, 189-197. Badan Standarisasi Nasional (2002). Standar Nasional Indonesia: Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Bryman, A. and Cramer, D. (1999). Quantiative Data Analysis with SPPP Release 8 for Windows, Routledge, London. De Souza, U.E.L, dan Thomas, H.R. (1996). “Development of an Explanatory Model for Concrete Formwork Labor Productivity” in D.A. Langford dan A. Retik (eds), The Organization and Management of Construction: Shaping Theory and Practice, E&FN Spon, London, 27-38. De Souza, U.E.L, dan Thomas, H.R. (1996). “The Use of Conversion Factors for the Analysis of Concrete Formwork Labor Productivity” in D.A. Langford dan A. Retik (eds), The Organization and Management of Construction: Shaping Theory and Practice, E&FN Spon, London, 14-26. Halpin, D.W. dan Riggs, L.S. (1992). Planning and Analysis of Construction Operations, John Wiley&Sons, New York. Liu, C., and Song, Y. (2005). “Multifactor Productivity Measures of Construction Sectors using OECD Input-Output Database”, Journal of Construction Research, Vol. 6, No. 2, 209-202. Oglesby, C.H. (1989). Productivity Improvement in Construction, Mc-Graw Hill, New York. Sumanth, D.J. (1985). Productivity Engineering and Management, Mc-Graw Hill, New York. Thomas, H.R. et al. (1999). “Loss of Labor Productivity due to Delivery Methods and Weather”, ASCE Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 125, No. 1, 39-46. Thomas, H.R., dan Kramer, D.F. (1988). The Manual of Construction Productivity Measurement and Performance Evaluation, the Construction Industry Institute, the University of Texas at Austin. Thomas, H.R., dan Sakarcan A. S. (1993). “Forecasting Labor Productivity Using Factor Model”, ASCE Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 120, No.1, 228-239. Wibowo, A., dan Wuryanti, W. (2008). “Indeks Produktivitas Pekerjaan Pembesian Pada Konstruksi Gedung’, Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2008, Penerapan Teknologi Informasi di Bidang Teknik Sipil, Surabaya
M - 32
Universitas Pelita Harapan – Universitas Atma Jaya Yogyakarta