HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar Belakang : Penyakit Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular dan ditularkan oleh vektor nyamuk pembawa virus dengue. Infeksi Demam Berdarah dengue terus mengalami peningkatan prevalensi setiap tahunnya. Dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk memutus mata rantai penularan demam berdarah dengue dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN-DBD). Hasil studi pendahuluan warga Demangan telah melakukan 3M, tetapi masih ada yang tidak teratur menguras bak mandi, tidak tahu tentang Demam berdarah dengue dan cara penularannya. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue dengan perilaku pencegahan penyakit Demam berdarah dengue di wilayah Kelurahan Demangan. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini kepala keluarga (KK) di Wilayah Kelurahan Demangan. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified sampling dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Korelasi Product Moment. Hasil: Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dalam kategori baik sebesar (66,7%). Perilaku pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue yang dilakukan dalam kategori baik sebesar (91,9%). Hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai r hitung sebesar 0,397 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Bardarah Dengue (DBD) dengan perilaku pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue di wilayah kelurahan Demangan. Kata Kunci: Tingkat pengetahuan, perilaku pencegahan, DBD, masyarakat
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Demam berdarah dengue adalah penyakit febris-virus akut, disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejalanya1. Dalam tiga dekade terakhir banyak kasus demam berdarah dengan virus sebagai penyebab dilaporkan di daerah-daerah Asia Tenggara dan Pasifik Barat dengan manifestasi klinis yang bervariasi, vektor yang berbeda dan angka kematian yang berlainan2. Di wilayah pengawasan WHO Thailand merupakan negara peringkat pertama yang melaporkan banyak kasus demam berdarah dengue dirawat di rumah sakit. Indonesia peringkat kedua dengan jumlah kasus demam berdarah dengue
yang dilaporkan lebih dari 10.000 setiap tahunnya. Insiden DBD tertinggi dilaporkan tahun 1987 dengan jumlah kasus 22.760 dan 1039 kasus meninggal (CFR 4,6%). Dari tahun 1996 sampai 2000 angka kesakitan terendah pada tahun 1999 dan tertinggi pada tahun 1996. Pada tahun 2000 terjadi kejadian luar biasa (KLB) diempat kabupaten dan tiga kota. Kabupaten yang mengalami KLB adalah kabupaten Gresik, Kediri, Pacitan, Madiun sedangkan kota yang mengalami KLB adalah kota Madiun, Mojokerto, dan Probolinggo3. Potret demam berdarah dengue di Indonesia semakin kusam. Hal ini terbukti dari jumlah prevalensi demam berdarah dengue tahun 1999 sebanyak 21.134 kasus, tahun 2000 dengan CFR: 1,4% dan IR: 15,99% per 100.000 penduduk, tahun 2001 dengan CFR:
1,1% dan IR: 21,66% per 100.000 penduduk, tahun 2002 dengan CFR: 1,3% dan IR: 19,24%, tahun 2003 dengan IR: 23,87% per 100.000 penduduk, tahun 2004 sebanyak 74.015 kasus, tahun 2005 dengan IR: 43,35% dan CFR: 1,4% per 100.000 penduduk , tahun 2006 dengan IR: 52,48 dan CFR: 1,04% per 100.000 penduduk. Pada bulan Januari 2007 dengan 9001 kasus, hal ini manjadi petunjuk kurangnya upaya masyarakat dalam menangani demam berdarah dengue4. Kota Yogyakarta adalah kota yang padat penduduk, data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menunjukkan 45 kelurahan di wilayah Yogyakarta endemis untuk kasus Demam berdarah dengue. Data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menunjukkan jumlah penderita DBD tahun 2010 mencapai 1152 orang dan 1 orang meninggal sedangkan tahun 2011 penderita DBD mengalami penurunan dengan angka kejadian 443 orang dan 2 orang meninggal (sampai bulan November 2011) angka ini dianggap masih relatif tinggi5. Kelurahan Demangan merupakan satu dari lima kelurahan yang dibawahi Kecamatan Gondokusuman. Data dari Puskesmas Gondokusuman I adalah jumlah penderita demam berdarah dengue di kelurahan Demangan pada tahun 2010 sebanyak 21 orang sedangkan pada tahun 2011 penderita demam berdarah dengue mengalami penurunan sebanyak 5 orang (sampai bulan Februari) meskipun sudah dilakukan fogging 6 kali dalam 1 tahun yaitu pada tahun 2010 dan dilakukan 3 kali fogging pada tahun 2011 (sampai bulan Februari) namun masih ada beberapa warga yang menderita demam DBD6. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 17 November 2011 dengan melakukan kunjungan ke rumah warga sebanyak 5 rumah. Didapatkan data dari warga yang tinggal disekitar Kelurahan Demangan sudah melakukan 3M (menguras, mengubur dan menutup tempat penampungan air) namun ada sebagian dari mereka yang tidak mengetahui tentang demam berdarah dan cara penularannya meskipun mereka sudah melakukan 3M5. 2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam bardarah dengue (DBD) dengan
perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue di wilayah kelurahan Demangan yang sudah dilakukan masyarakat didaerah tersebut. b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah dengue di wilayah Kelurahan Demangan. 2) Mengetahui perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue yang dilakukan masyarakat di wilayah Kelurahan Demangan. 3) Mengetahui keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue di wilayah kelurahan Demangan Yogyakarta. B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue dengan perilaku pencegahan DBD di wilayah kelurahan Demangan dengan pendekatan cross-sectional yaitu melakukan pengukuran pada saat bersamaan antara factor resiko dengan penyakit7. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012 di wilayah Kelurahan Demangan Yogyakarta. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian8. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) baik laki-laki maupun perempuan yang berada di RW 11. Data yang didapatkan oleh peneliti mengenai jumlah kepala keluarga (KK) yang berada di RW 11 Wilayah Kelurahan Demangan adalah sebanyak 181 KK yang tersebar dalam 4 RT. Teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling yaitu pengambilan sampel yang terdiri dari unit yang mempunyai karateristik heterogen, dilakukan dengan cara mengidentifikasi karateristik umum dari anggota populasi dan menentukan strata dari setiap karateristik8. Karateristik dalam penelitian ini adalah penduduk yang sudah tinggal di Wilayah Kelurahan Demangan kurang lebih selama 5 tahun, mampu berkomunikasi secara verbal, mampu menulis dan membaca, berusia >18 tahun dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Dengan perhitungan menggunakan rumus slovin didapatkan hasil 99 responden. A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian a. Karakteristik responden Responden yaitu kepala keluarga (KK) baik laki-laki maupun perempuan di Wilayah Kelurahan Demangan. Karakteristik responden
diteliti berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, informasi, dan sumber informasi. Hasil analisis karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kelurahan Demangan
Tabel 4.1 menunjukkan karateristik menurut umur mayoritas responden berumur 31-40 tahun sebanyak 35 orang (35,4%). Responden berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan SMA 57 orang (57,6%). Sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta, yaitu sebanyak 33 orang (33,3%). Responden pernah memperoleh informasi yaitu sebanyak 76 orang (76,8%). Memperoleh
informasi tentang penyakit DBD dari TV, yaitu sebanyak 40 orang (40,4%). b. Analisis Univariat 1) Pengetahuan tentang penyakit DBD. Data tingkat pengetahuan tentang penyakit DBD dikategorikan dalam skala ordinal menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang penyakit DBD dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit DBD di Wilayah Kelurahan Demangan
2). Perilaku Pencegahan DBD Data upaya pencegahan DBD dikategorikan dalam 2 kategori
menjadi baik dan buruk. Distribusi frekuensi data perilaku pencegahan DBD dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan DBD di Wilayah Kelurahan Demangan
c. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk pembuktian hipotesis atau untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
perilaku pencegahan DBD yang dapat dilihat pada tabulasi silang berikut ini:
Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit DBD dengan Perilaku Pencegahan DBD di Wilayah Kelurahan Demangan
Pembuktian hipotesis menggunakan uji Korelasi Product Moment. Hasil analisis korelasi Product Moment untuk menguji hubungan antara Tabel 4.5 Hasil Uji Korelasi Product Moment
pengetahuan dengan perilaku pencegahan seperti pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai r hitung sebesar 0,397 dengan nilai p value 0,000. Hasil ini menunjukkan nilai p value lebih kecil daripada 0,05 (p<0,05) pada taraf signifikan 10% yang berarti menolak H0, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dengan perilaku masyarakat untuk mencegah DBD di wilayah Kelurahan Demangan.
2. PEMBAHASAN a. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kelurahan Demangan Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat kategori baik sebesar 66,7%. Tingkat pengetahuan kategori baik adalah kemampuan mengingat materi tentang DBD yang telah dipelajari sebelumnya, dapat menjelaskan secara benar dan mengaplikasikan dalam perilaku pencegahan penyakit demam berdarah dengue. Pengetahuan pada hakikatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang objek tertentu9. Pengetahuan yang terbentuk bergantung pada penginderaan yang dilakukan oleh individu. Dalam penelitian ini pengetahuan tentang penyakit DBD mencakup materi tentang DBD, persebaran, pencegahan dan penanganan apabila menderita DBD. Pengetahuan menjadi dasar bagi masyarakat untuk dapat melakukan perilaku yang benar berkaitan dengan penyakit DBD. Hasil analisis karakteristik umur sebesar 35,4% responden berumur 31- 40 tahun. Rentang usia ini adalah usia dewasa dimana seseorang telah mengalami perkembangan baik secara fisik maupun mental dan mencapai tingkat kematangan emosional. Semakin baik tingkat kematangan emosional seiring dengan pertambahan usianya, maka akan terbentuk kemampuan untuk berfikir sehingga mendukung untuk memperoleh pengetahuan. Sesuai dengan pendapat dari Nursalam (2003) menyebutkan semakin cukup umur seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih matang dalam berfikir 10. Mantra menyebutkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan dalam pembangunan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berpendidikan SMA sebesar 57,6%. Tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh responden, membentuk pola pikir dan kemampuan untuk menerima informasi dengan baik. Hal inilah yang mendukung terbentuknya pengetahuan yang baik pada responden. Umumnya semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka pekerjaan seseorang juga semakin baik tingkatannya. Dalam penelitian ini responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 33,3%. Keadaan ini dapat diartikan bahwa responden mempunyai pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk kebutuhan akan informasi kesehatan. Dengan pendapatan tersebut maka seseorang akan dapat membeli media elektronik seperti TV dan media elektronik lainnya untuk memenuhi kebutuhan informasi. Tersedianya informasi penyakit DBD akan meningkatkan pengetahuan responden. Hal ini sejalan dengan pendapat Nursalam (2003) menyebutkan pekerjaan merupakan aktivitas dilakukan untuk memperoleh penghasilan yang dapat menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga10. Faktor pekerjaan seseorang mempengaruhi informasi yang didapatkan. Hasil penelitian 76,8% responden pernah mendapatkan informasi penyakit DBD, dan diperoleh dari televisi sebesar 40,4%. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krianto (2009) cit Indah (2011) bahwa 64,4%, informasi tentang penyakit DBD diperoleh dari TV, dan 33% dari petugas kesehatan. Walaupun dalam penelitiannya sampel yang digunakan adalah murid SD, terlihat bahwa TV sebagai pusat informasi yang memegang peranan penting dalam melakukan edukasi kesehatan kepada masyarakat. b. Perilaku Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue yang Dilakukan Masyarakat di Wilayah Kelurahan Demangan Pada tabel 4.3 masyarakat yang berperilaku baik dalam pencegahan DBD sebesar 91,9%. Hasil ini diartikan bahwa masyarakat telah melakukan perilaku dan tindakan yang benar untuk pencegahan DBD. Perilaku tersebut diwujudkan dalam perilaku menguras, mengubur dan menimbun sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah terjadinya DBD. Terbentuknya perilaku erat hubungannya dengan umur, status sosial, dan ekonomi serta berbagai aspek kehidupan lainnya (Noor, 2008). Dilihat dari faktor umur diketahui 35,4% responden berumur 31-40 tahun. Pada rentang umur ini, responden telah mencapai kematangan emosional sehingga mampu mengambil keputusan tepat berkaitan dengan perilaku yang bermanfaat terhadap kehidupannya.
Responden sadar pentingnya perilaku pencegahan DBD, sehingga secara sadar pula responden menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah timbulnya penyakit DBD. Didukung pendapat dari Sunaryo (2004) bahwa lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu baik fisik, biologis, maupun social, lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku12. Dari faktor sosial ekonomi mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta sebesar 33,3%. Dapat diartikan bahwa responden mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana penunjang terbentuknya perilaku pencegahan DBD. Sesuai dengan teori Green yang menyebutkan bahwa ketersediaan sarana, prasarana dan fasilitas merupakan faktor pendukung terbentuknya perilaku kesehatan11. c. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Demam Bardarah Dengue (DBD) dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kelurahan Demangan Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam bardarah dengue (DBD) dengan perilaku pencegahan penyakit DBD di wilayah Kelurahan Demangan. Hasil analisis korelasi product moment pada tabel 4.5 diperoleh nilai r hitung sebesar 0,397 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Dapat diartikan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD memberikan kontribusi signifikan terhadap terbentuknya perilaku masyarakat untuk mencegah DBD di wilayah Kelurahan Demangan. Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang penyakit DBD membentuk pemahaman tentang cara pencegahan penyakit DBD. Masyarakat mengetahui bahwa untuk mencegah DBD dengan tindakan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air hujan serta dengan perilaku pendukung yaitu menaburkan bubuk larvasida, menggunakan kelambu, menggunakan obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. Pengetahuan membuat masyarakat mampu melakukan perilaku yang benar dalam mencegah DBD. Didukung pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa individu cenderung berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya11. Pengetahuan tentang DBD yang dimiliki masyarakat akan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Pola pikir tersebut akhirnya akan mengubah perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat yaitu perilaku pencegahan DBD. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Notoadmodjo (2003) yang menyatakan pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku seseorang11. Semakin baik pengetahuan maka akan semakin baik perilaku yang terbentuk. Sesuai dengan hasil tabulasi silang pada tabel 4.4 diketahui sebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan baik sebesar (66,7%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebagian besar memiliki perilaku baik sebesar (24,2%), sedangkan responden yang berpengetahuan kurang, semuanya (2,0%) memiliki perilaku buruk. Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astuti (2006) bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan container index di Kelurahan Maguwoharjo (p<0,05) 13. Didukung juga penelitian Asrini (2007) dengan hasil penelitian ada hubungan signifikan antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang kegiatan 3M (menguras, menutup dan mengubur) dengan angka bebas jentik di Kelurahan Baciro Yogyakarta (p<0,05)14. Kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya. Didukung juga teori Green yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan faktor presdisposisi pembentuk perilaku kesehatan11. D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Berdarah Dengue di wilayah Kelurahan Demangan dalam kategori baik sebesar (66,7%). b. Perilaku pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue yang dilakukan masyarakat di wilayah Kelurahan Demangan dalam kategori baik sebesar
(91,9%). c. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit Demam Bardarah Dengue (DBD) dengan perilaku pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue di wilayah kelurahan Demangan. Ditunjukkan hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai r hitung sebesar 0,397 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: a. Bagi Prodi Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Menambahkan mata kuliah demam berdarah dengue ke dalam kurikulum, mengingat bahwa keperawatan dan kesehatan masyarakat berhubungan langsung dengan masyarakat dan penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang berbahaya dan tidak asing lagi dimasyarakat sehingga diharapkan mahasiswa mampu menguasai materi demam berdarah dengue untuk diterapkan dimasyarakat tentang pencegahannya. b. Masyarakat di Kelurahan Demangan Masyarakat diharapkan aktif dalam kegiatan kegiatan penyuluhan tentang demam berdarah dengue untuk menambah wawasan.dan kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan PSN-DBD secara mandiri untuk memberantas jentik nyamuk dan mengurangi penularan DBD. c. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lingkup yang lebih luas tentang demam berdarah dengue pada variabel lain yang mempengaruhi perilaku pencegahan DBD, seperti sikap, perilaku tenaga kesehatan, penyuluhan kesehatan dan faktor lingkungan. E. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. 1999. Demam Berdarah Dengue edisi 2. Jakarta: EGC 2. Soedarmo, S. 2009. Demam Berdarah ( Dengue) Pada Anak. Jakarta: Universitas Indonesia 3. Soegijanto, S.2008. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press 4. Departemen Kesehatan RI: KepMenkes No.581/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. 5. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Jumlah Penderita DBD Per-Kelurahan Per- Bulan Di Kota Yogyakarta Tahun 2010-2011 6. Profil kesehatan data survailance puskesmas Gondokusuman I 2010-2011 7. Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 8. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta 9. Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo 10. Nursalam.2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 11. Notoatmodjo, S.2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 12. Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC 13. Astuti,I.,2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dengan Container Index Di Kelurahan Maguwoharjo. Skripsi Universitas Gajah Mada 14. Asrini,N.,2007 Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Masyarakat Tentang Kegiatan 3M (Menguras, Menutup Dan Mengubur) Dengan Angka Bebas Jentik Di Kelurahan Baciro Yogyakarta. Skripsi Universitas Gajah Mada