Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Oktober 2012 Sofura Meirliana Furi Rahayu PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI MOUNTAINEERING PADA MOUNTAINEER (PENDAKI GUNUNG) WANITA ABSTRAK Mountaineering adalah suatu teknik gabungan pendakian yang memerlukan teknik dan alat-alat khusus serta sebutan untuk orang yang melakukan mountaineering adalah mountaineer. Mountaineering seringkali identik dengan dunia pria yang dikaitkan dengan karakteristik kuat dan berani. Padahal hobi mendaki gunung atau mountaineering juga dapat dilakukan oleh wanita. Menurut Badil (2009) pada umumnya yang mendorong seseorang untuk melakukan mountaineering adalah faktor psikologis, kepuasan batin saat mencapai puncak bersama tim, setelah menghadapi berbagai rintangan, dan merasakan lebih mendalam ciptaan Tuhan atas alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap motivasi berprestasi mountaineering pada mountaineer (pendaki gunung) wanita. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial, sedangkan variabel terikat adalah motivasi berprestasi mountaineering. Penelitian ini melibatkan 60 orang mountaineer (pendaki gunung) wanita yang menjadi anggota dalam Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA) pada suatu Universitas, yang dipilih dengan teknik Snowball Sampling. Untuk skala dukungan sosial disusun berdasarkan bentukbentuk dukungan sosial dari Sarafino (1994). Untuk skala motivasi berprestasi mountaineering disusun berdasarkan karakteristik motivasi berprestasi oleh McClelland (dalam Mulianto, 2006). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji Parametrik dengan teknik Pearson (1-Tailed), diketahui bahwa hasil koefisien korelasi sebesar 0,619 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi mountaineering terhadap mountaineer (pendaki gunung) wanita, dan semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula motivasi berprestasi mountaineering terhadap mountaineer (pendaki gunung) wanita. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Motivasi Berprestasi Mountaineering, Mountaineer (Pendaki Gunung) Wanita
Faculty of Psychology University of Gunadarma October 2012 Sofura Meirliana Furi Rahayu EFFECT OF SOCIAL SUPPORT MOUNTAINEERING ACHIEVEMENT MOTIVATION TO MOUNTAINEER WOMEN ABSTRACT
Mountaineering is a technique that requires a combination of climbing techniques and special tools as well as a term for people who do mountaineering is a mountaineer. Mountaineering is often synonymous with the world of men who were associated with the characteristics of strong and courageous. In fact, mountain climbing or mountaineering hobby can also be done by women. According Badil (2009) in general that drives someone to do mountaineering are psychological factors, inner satisfaction when it reaches the peak with the team, after encountering a variety of obstacles, and a deeper sense of God's creation of the universe. This study aimed to investigate the effect of social support on achievement motivation mountaineer mountaineering women. The independent variable in this study is social support, while the dependent variable is a mountaineering achievement motivation. The study involved 60 people mountaineer women who are members of the Student Nature Lovers (Mapala) at a university, which is selected by snowball sampling technique. For the scale of social support is based on the forms of social support from Sarafino (1994). For mountaineering achievement motivation scale is based on the characteristics of achievement motivation by McClelland (in Mulianto, 2006). According to analysis performed using the technique of Pearson Parametric test (1-Tailed), note that the correlation coefficient is 0.619 with a significance level of 0.000 (p <0.05). From these results we can conclude that the hypothesis in this study received. This means that the higher the social support, the higher the achievement motivation of the mountaineer mountaineering women, and lower social support will get low achievement motivation towards mountaineer mountaineering women. Keywords: Social Support, Mountaineering Achievement Motivation, Mountaineer Women
mountaineering dan lain-lain (MAHESA,
BAB I PENDAHULUAN
2010). Sebutan
A. Latar Belakang Masalah
melakukan
untuk
orang
yang
mountaineering
adalah
Mountaineering merupakan sebuah
mountaineer. Mountaineer legendaris Soe
kegiatan menarik yang bisa menyegarkan
Hok Gie, anggota Mapala UI yang
pikiran bahkan menjadi hobi bagi banyak
meninggal di Puncak Mahameru pada
orang sekarang ini serta dapat menjadi
tahun 1969. Ia menjawab, “Karena aku
prestasi yang dapat dibanggakan. Aktivitas
mencintai hidup.” Hal senada diutarakan
mountaineering nampaknya bukan lagi
oleh Norman Edwin, pendaki lain yang
merupakan suatu kegiatan yang langka,
meninggal di Aconcagua, Argentina pada
artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh
tahun 1992, “Karena aku menghargai
orang tertentu saja yang menamakan diri
kehidupan ini.” (Harry & Christian, 2005).
sebagai
kelompok
Pencinta
Mountaineering
Alam,
ataupun
jelajah
semacamnya.
alam liar tak hanya di khususkan untuk
Melainkan telah dilakukan oleh orang-
para pria. Para kaum wanita pun bisa
orang dari kalangan umum (MAHESA,
melakukannya dengan porsi yang hampir
2010).
sama dengan pria. Pria maupun wanita
Penjelajah
Alam
dan
adalah
suatu
bisa mendaki gunung, tetapi dengan
pendakian
yang
catatan, mereka harus fit, baik secara fisik
Mountaineering teknik
gabungan
memerlukan teknik dan alat-alat khusus
maupun
(EKAPASERS,
Kegiatan
menghadapi tantangan dan ancaman yang
mountaineering merupakan petualangan
sama dengan pendaki pria (Banyuista,
yang menantang, kadang pula merupakan
2012).
kegiatan seseorang.
yang
2006).
sangat
Orang
ekstrim
akan
untuk
mempunyai
mental,
Menurut pendaki
karena
Junko
wanita
wanita
Tabei
Jepang
juga
seorang (dalam
perasaan puas tersendiri bila sampai di
Himpalaunas.com, 2012) mountaineering
puncak gunung dan melihat keindahan
bukanlah olah raga kompetisi sehingga
kawah gunung dari jarak dekat. Didalam
dapat menekuni perjalanan selangkah demi
mountaineering banyak hal-hal yang harus
selangkah menurut kemampuan sendiri.
diketahui
aturan-aturan
Mountaineering juga bukan pacuan, baik
pendakian,
dengan manusia, waktu, maupun alam.
persiapan, cara-cara yang baik untuk
Mountaineering adalah proses menikmati
pendakian,
berupa
:
perlengkapan
alam itu sendiri.
Motivasi berprestasi yang tinggi
(pendaki
gunung)
dipengaruhi oleh faktor internal seperti
penelitian
ini
keinginan untuk memuaskan kebutuhan
peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada
orang lain serta mencapai tujuan yang
pengaruh
diinginkan.
Hal
motivasi berprestasi mountaineering pada
menimbulkan
adanya
seperti
internal
kebutuhan
tersebut
faktor eksternal hidup.
wanita
dianggap
dukungan
sehingga
penting
sosial
dan
terhadap
mountaineer (pendaki gunung) wanita ?
Menurut
McClelland dan Atkinson (dalam Esti,
B. Tujuan Penelitian
2002) motivasi berprestasi adalah dimana seseorang berjuang untuk mencapai sukses atau
memilih
suatu
kegiatan
yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial
berorientasi untuk tujuan sukses atau
terhadap
gagal.
mountaineering Motivasi
berprestasi
yang
ada
motivasi
berprestasi
pada
mountaineer
(pendaki gunung) wanita.
didalam diri mountaineer tidak lepas dari pengaruh dukungan sosial yang di dapat. Menurut
Cohen
Retnowati,
&
2009)
Syme dukungan
C. Manfaat Penelitian
(dalam sosial
Adapun
manfaat
yang
merupakan suatu bentuk hubungan yang
diperoleh dari penelitian ini, yaitu :
bersifat menolong yang melibatkan aspek
1. Manfaat Teoritis
perhatian,
emosi,
informasi,
bantuan
ingin
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
instrumen dan penelitian. Dukungan sosial
memperkaya
khasanah
ilmu
dapat diberikan baik dari keluarga, orang
pengetahuan
khususnya
bidang
yang dicintai, teman, masyarakat serta
psikologi sosial dan dapat dipakai
institusi atau organisasi tempat bernaung
sebagai pedoman dalam penelitian lebih
kepada
lanjut terutama yang berkaitan dengan
mountaineer
melakukan
yang
hendak
mountaineering
untuk
mencapai puncak tertinggi.
dukungan berprestasi
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti belum
sosial
dan
mountaineering
motivasi pada
mountaineer (pendaki gunung) wanita. 2. Manfaat Praktis
menemukan ada penelitian lain yang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meneliti tentang pengaruh dukungan sosial
membantu
terhadap
berprestasi
gunung) dan masyarakat serta rekan
mountaineer
satu tim dalam pendakian mengenai
mountaineering
motivasi pada
mountaineer
(pendaki
seberapa besar dukungan sosial yang
atau mengelakkan perasaan tidak suka,
diberikan kepada mountaineer (pendaki
motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari
gunung) wanita dan seberapa besar
luar tetapi motivasi tumbuh dari dalam
motivasi
diri. (Sardiman, 2004).
yang
berprestasi
muncul
mountaineering
dari
dalam
diri
Menurut McClelland (1953) motivasi
mountaineer (pendaki gunung) wanita
berprestasi adalah motif yang mendorong
tersebut.
individu
untuk
meraih
sukses
dan
bertujuan untuk meraih hasil dengan standar tertentu.
BAB II
Sedangkan para ahli motivasi awal
TINJAUAN PUSTAKA
mengemukakan
bahwa
motivasi
berprestasi adalah sifat umun yang selalu
A. Motivasi Berprestasi
ditunjukan di berbagai bidang. Sebaliknya,
Mountaineering
sebagian besar teoritikus kontemporer 1. Definisi
Motivasi
Berprestasi
percaya
bahwa
motivasi
berprestasi
mungkin agak spesifik terhadap tugas dan
Mountaineering
peristiwa tertentu. Motivasi berprestasi a. Definisi Motivasi Berprestasi
juga terdiri dari berbagai bentuk yang
Motif berasal dari bahasa Latin movere
berbeda,
yang
berarti
bergerak
atau
bahasa
tergantung
tujuan
spesifik
individu (Ormrod, 2008).
diartikan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil
sebagai sebuah kekuatan yang terdapat
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
dalam diri organisme yang mendorong
motivasi
untuk berbuat (driving force). Motif tidak
dalam diri individu untuk menyelesaikan
berdiri sendiri, tetatpi saling berkaitan
sesuatu dan memperoleh kesuksesan yang
dengan faktor-faktor lain, baik faktor
maksimal.
Inggrisnya
to
move.
Motif
berprestasi
adalah
dorongan
internal maupun faktor eksternal. Hal-hal yang
mempengaruhi
motif
disebut
motivasi (Basuki, 2008).
b. Definisi Mountaineering Mountaineering
menurut
istilah
Motivasi berprestasi adalah serangkaian
umumnya adalah segala kegiatan yang
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
bermedan gunung (Pucangpendowogear,
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
2011).
melakukan sesuatu, dan bila tidak suka,
(2009) mountaineering berasal dari kata
maka akan berusaha untuk meniadakan
“mountain”
Menurut
yang
Sergapindonesia.com
berarti
gunung.
Mountaineering adalah kegiatan mendaki
menjadi hobi bagi banyak orang serta
gunung yang terdiri dari tiga tahap
menjadi prestasi yang dapat dibanggakan.
kegiatan, yaitu : hill walking, merupakan
Serta dorongan dalam diri individu
perjalanan pendakian bukit-bukit yang
untuk melakukan kegiatan menarik yang
landai, tidak mempergunakan peralatan
bisa menyegarkan pikiran dengan teknik
dan
dan alat-alat khusus,
teknis
pendakian.
Scrambling,
menyelesaikan
merupakan pendakian pada tebing batu
pendakian dan memperoleh kesuksesan
yang tidak terlalu terjal, tangan hanya
yang maksimal untuk dapat mendaki
digunakan
sampai puncak gunung.
sebagai
keseimbangan.
Climbing, merupakan pendakian yang membutuhkan
penguasaan
teknik
pendakian.
2. Konsep-konsep Motivasi Berprestasi a. Teori-teori Motivasi
Sedangkan menurut EKA PASERS
Menurut
Prabowo
Riyanti
(2006) Mountaineering adalah suatu teknik
(1998),
gabungan pendakian yang memerlukan
mengenai motivasi, yaitu teori drive,
teknik dan alat-alat khusus.
teori insentif, teori oponen proses, dan
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan mountaineering
adalah
suatu
teknik
terdapat
&
beberapa
teori
teori tingkat optimal. 1) Teori Drive Teori drive diuraikan sebagai
gabungan pendakian dengan kegiatan yang
teori-teori
bermedan gunung yang dapat menjadi hobi
motivasi.
bagi banyak orang serta menjadi prestasi
mencapai tujuan yang memadai
yang dapat dibanggakan.
yang
Motivasi
Berprestasi
Pada
tentang
manusia
mengurangi
dorongan c. Definisi
dorongan
dapat
keadaan
apabila
dapat
menyenangkan dan memuaskan. 2) Teori Insentif
Mountaineering Berdasarkan uraian diatas dapat diambil
Teori insentif adalah teori-
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
teori dorongan tentang motivasi,
motivasi
mountaineering
karena
ciri-ciri
tertentu
yang
adalah dorongan dalam diri individu untuk
mereka
miliki,
objek
tujuan
menyelesaikan sesuatu dan memperoleh
mendorong perilaku kearah tujuan
kesuksesan yang maksimal dalam kegiatan
tersebut.
yang
berprestasi
bermedan
gunung
yang
dapat
3) Teori Oponen Proses
6) Mencari
Dasar dari teori ini adalah pengamatan
bahwa
banyak
kesempatan
untuk
merealisasikan rencana yang telah diprogramkan
keadaan emosi motivasi diikuti
McClelland (dalam Berry, 1997)
oleh keadaan yang bertentangan
mengusulkan tiga karakteristik orang agar
atau berlawanan. Teori ini juga
memiliki motivasi berprestasi tinggi, yaitu:
berbicara tentang motivasi untuk
1) Berprestasi tinggi seperti situasi di
mendapatkan kenikmatan sesudah
mana dapat mengambil tanggung
mengatasi tantangan.
jawab pribadi untuk mencari solusi
4) Teori Tingkat Optimal
bagi masalah
Teori
tingkat
optimal
disebut dengan just right theory atau teori yang baik-baik saja. Individu
dimotivasi
untuk
2) Menetapkan tujuan prestasi yang cukup sulit 3) Umpan balik dari apa yang di lakukan
berperilaku dalam suatu cara untuk
Berdasarkan beberapa pendapat di
mencapai tingkat dorongan yang
atas diperoleh suatu rumusan baru tentang
optimal.
karakteristik motivasi berprestasi yaitu meliputi : memiliki tingkat tanggung
b. Karakteristik Motivasi Berprestasi
jawab
pribadi
yang
tinggi,
berani
Mulianto,
mengambil dan memikul resiko, memiliki
2006) mengemukakan enam karakteristik
tujuan yang realistik, memiliki rencana
orang yang mempunyai motivasi tinggi,
kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
yaitu:
merealisasikan
McClelland
(dalam
1) Memiliki tingkat tanggung jawab
tujuan,
memanfaatkan
umpan balik yang kongkret dalam semua kegiatan yang dilakukan serta mencari
pribadi yang tinggi 2) Berani mengambil dan memikul
kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
resiko 3) Memiliki tujuan yang realistik 4) Memiliki
rencana
kerja
yang
B.
Dukungan Sosial
menyeluruh dan berjuang untuk merealisaiskan tujuan
1. Definisi Dukungan Sosial
5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam semua yang dilakukan
kegiatan
Istilah dukungan dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Marliyah, 2004) sebagai sesuatu yang
didukung;
sokongan
atau
bantuan.
meningkatkan
kemampuannya
dalam
Dukungan dapat berarti bantuan atau
mengelola masalah-masalah yang dihadapi
sokongan yang diterima seseorang dari
setiap hari.
orang
lain.
Dukungan
ini
biasanya
diperoleh dari lingkungan sosial yaitu orang-orang
yang
didalamnya
adalah
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial
dekat,
termasuk
Menurut Sheridan & Radmacher
anggota
keluarga,
(dalam, Sari 2011) menyatakan bahwa dukungan
orang tua dan teman. Dukungan sosial dapat berlangsung
sosial
interpersonal
merupakan
yang
melibatkan
aspek-
perhatian
emosi,
secara alamiah didalam jejaring bantuan
aspek
keluarga, tetangga, kawan dan teman
penilaian dan bantuan instrumental. Ciri-
sebaya,
dan
ciri setiap aspek tersebut oleh Smet dan
organisasi, yang secara spesifik diciptakan
Taylor (dalam, Sari 2011) dijelaskan
atau direncanakan untuk mencapai tujuan
sebagai berikut :
atau
didalam
kelompok
a.
(Robert, 2009). Menurut
Gottlieb
informasi,
transaksi
Informasi Dapat berupa saran- saran, nasihat
(1983)
menjelaskan bahwa dukungan sosial terdiri
dan
dari informasi atau nasihat verbal atau
dipergunakan oleh korban dalam
nonverbal, bantuan nyata atau tindakan
mencari
yang diberikan oleh keakraban sosial atau
pemecahan masalahnya.
didapat karena kehadiran orang yang
b.
petunjuk
jalan
yang
keluar
dapat
untuk
Perhatian Emosi
mendukung serta hal ini mempunyai
Berupa kehangatan, kepedulian dan
manfaat emosional atau efek perilaku
dapat empati yang meyakinkan
penerima.
korban,
dirinya
diperhatiakan orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bahwa
c.
Penilaian
dukungan sosial adalah bantuan yang
Berupa
diterima seseorang dari orang lain yang
dorongan
bermanfaat
persetujuan terhadap gagasan atau
bagi
individu
sebagai
untuk
maju
positif, atau
perasaan individu lain.
informasi verbal atau non verbal, saran bahkan bantuan yang nyata atau tingkah
penghargaan
d.
Bantuan Instrumental
laku yang diberikan oleh orang-orang yang
Berupa dukungan materi seperti
akrab dengan individu didalam lingkungan
benda atau barang yang dibutuhkan
sosialnya untuk mencapai tujuan dan
dan bantuan finansial.
karena menjadi anggota dalam
3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Sarafino
(1994)
mengklasifikasikan
bentuk
dukungan
sosial ke dalam lima bentuk, yang terdiri
kelompok,
sehingga
individu
merasa dirinya dapat diterima oleh kelompok tersebut.
dari : a. Dukungan Emosional Dukungan
4. Sumber-sumber
yang
melibatkan
Sosial Dukungan
ekspresi dari empati, kepedulian, perhatian
kepada
orang
lain.
Dukungan
sosial
sangat
diperlukan, individu yang termasuk
Dukungan ini dapat memberikan
dalam
memberikan
dukungan
perasaan
aman
sosial
meliputi
pasangan
perasaan
dimiliki
dalam
dan
nyaman,
dan
situasi-situasi
dicintai
stres
yag
(suami/istri), orang tua, anak, sanak keluarga, dan teman (Nursalam, 2007).
dirsakan individu.
Menurut Rodin & Salovey
b. Dukungan Penghargaan Dukungan
ini
memberikan
(dalam Nursalam, 2007) beberapa
perasaan berharga bagi individu
pendapat
yang menganggap bahwa dirinya
sumber dukungan sosial terutama
memiliki kemampuan yang berbeda
dalam konteks hubungan yang
dengan
akrab
orang
lain
sehingga
atau
mengatakan
kualitas
menimbulkan rasa percaya diri
keluarga
dan
pada individu.
merupakan
sumber
bahwa
hubungan perkawinan dukungan
sosial yang paling penting.
c. Dukungan Instrumental Dukungan yang berupa pemberian
Dukungan alamiah berasal
bantuan secara langsung seperti
dari lingkungan keluarga (baik
bantaun uang atau materi lainnya.
kecil maupun besar), hubungan
d. Dukungan Informasi Dukungan
yang
dekat (sahabat karib, teman dekat, terdiri
dari
pacar,
pasangan
hidup),
pemberian nasihat, arahan, saran
sekampung,
atau umpan balik mengenai apa
sebangsa,
yang dilakukan orang lain.
seorganisasi, sekantor, seagama,
e. Dukungan dari Jaringan Sosial Dukungan
yang
menimbulkan
perasaan memiliki pada individu
dan 2003).
sesuku,
orang
sebagainya
sepulau,
sekelompok,
(Wiryasaputra,
5. Faktor-faktor
C. Mountaineer
yang
Mempengaruhi Dukungan Sosial Stanley (dalam Sari, 2011)
1. Pengertian Mountaineer Mountaineer
faktor- faktor yang mempengaruhi
merupakan
bahasa
dukungan sosial adalah sebagai
Inggris yang berarti pendaki gunung atau
berikut :
seorang
a. Kebutuhan fisik
Moeliono (dalam Kamus Besar Bahasa
pendaki
gunung.
Menurut
dapat
Indonesia, 1988) pendaki berasal dari kata
dukungan
daki yang berarti orang yang mendaki. Jadi
sosial. Adapun kebutuhan fisik
pendaki gunung adalah orang yang berolah
meliputi sandang, pangan dan
raga dengan mendaki gunung.
Kebutuhan
fisik
mempengaruhi
Menurut
papan. istilah
b. Kebutuhan sosial Orang
yang
aktualisasi
diri
EKAPASERS
mountaineer
diartikan
(2006) sebagai
mempunyai
sebutan untuk seseorang yang senang
yang
baik
melakukan kegiatan dialam bebas atau
ingin
mendaki gunung atau yang lebih dikenal
cenderung
selalu
mendapatkan
pengakuan
di
dengan mountaineering. Sedangkan
dalam kehidupan masyarakat.
menurut
Untuk itu pengakuan sangat
SISPALAOASIS
(2011)
mountaineer
diperlukan untuk memberikan
adalah berasal dari kata “mountain” yang
penghargaan.
berarti gunung. Mountaineer adalah orang
c. Kebutuhan psikis
yang melakukan kegiatan mendaki gunung sedang
yang terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu
baik
hill walking, scrambling, climbing dan
ringan maupun berat, maka
bentuk climbing terdiri dari rock climbing
orang tersebut akan cenderung
serta snow ice climbing.
Jika orang tersebut menghadapi
masalah
mencari dukungan sosial dari
Dari beberapa uraian diatas dapat
orang- orang sekitar sehingga
disimpulkan bahwa mountaineer adalah
dirinya
seorang pendaki gunung yang senang
merasa
dihargai,
diperhatikan dan dicintai.
melakukan kegiatan dialam bebas mulai dari
melintasi
pendakian
bukit
gunung
sampai yang
dengan
mempunyai
tingkat kesulitan tinggi dan membutuhkan peralatan khusus.
pada kekuatan dan daya tahan fisik secara
2. Persiapan Bagi Mountaineer Menurut MAHESA (2010) persiapan
mendetail diantaranya adalah : a.
umum untuk mendaki gunung yaitu:
Sebagai tahap awal penyesuaian
a. Kesiapan mental Mental amat berpengaruh, karena
fisik, diterapkan latihan daya tahan
jika mentalnya sedang fit, maka
dengan lari seminggu tiga kali.
fisik pun akan fit, tetapi bisa saja
b.
Latihan kecepatan dan daya tahan Sprint
terjadi sebaliknya.
menjadi
pilihan
latihan
untuk meningkatkan dan melatih
b. Kesiapan fisik Beberapa latihan fisik yang perlu
kecepatan serta daya tahan. Tetapi
kita lakukan, misalnya : stretching
berikan interval antara sprint dan
atau perenggangan agar tubuh kita
jalan kaki.
dapat
terlatih
kelenturannya.
c.
Latihan kekuatan
Jogging (lari pelan-pelan) waktu,
Untuk
jarak dan kecepatan selalu kita
dilakukan latihan beban.
melatih
kekuatan
fisik
Di luar latihan wajib tersebut, para
tambah dari waktu sebelumnya.
mountaineer juga disarankan melakukan
c. Kesiapan administrasi Mempersiapkan seluruh prosedur
olahraga renang atau bersepeda di waktu
yang dibutuhkan untuk perijinan
senggang.
memasuki
menyeimbangkan latihan fisik yang sudah
kawasan
yang akan
Kesiapan
Tujuannya
untuk
dijalani.
dituju. d.
Fase penyesuaian
pengetahuan
dan D. Wanita
ketrampilan Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal
1. Pengertian Wanita Pengertian
yang perlu bagi pendaki adalah
wanita
menurut
pengetahuan tentang navigasi darat,
Moeliono (dalam Kamus Besar Bahasa
survival serta EMC (emergency
Indonesia,
medical care) praktis.
dewasa. Dewasa berarti sampai di umur
1988)
adalah
perempuan
akil balig (bukan anak-anak atau remaja 3. Model Latihan Bagi Mountaineer Menurut
Rukmantara,
(2011)
lagi) dan telah mencapai kematangan baik secara fisik maupun dalam berpikir. Menurut Subhan (2004) dalam
latihan fisik yang diterapakan menekankan buku
Kakawin
Arjunawiwaha
XXXII
disebutkan bahwa kata wanita berasal dari
mewujudkan
bahasa Kawi yang sepadan dengan kata
sendiri.
Priya atau perempuan. Sedangkan menurut
bukanlah
teori Heraty Noerhadi (dalam Subhan,
harus diwujudkan dalam realitas
2004) menyebutkan bahwa kata wanita
sosial.
dianggap lebih lembut, halus dan indah,
kebenaran
Sebab teori
itu
kebenaran
semata,
tetapi
c. Moralitas anti kekerasan Sifat
sehingga sesuai dengan kodratnya.
dasar
wanita
adalah
telah
kelembutan dan kehalusan budi
diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan
pekerti sebab hal ini merupakan
bahwa wanita adalah perempuan dewasa
refleksi dari sifat feminitasnya.
Dari
penjelasan
yang
yang telah mencapai kematangan baik secara fisik maupun berfikir dan dianggap
E. Pengaruh Dukungan Sosial
lebih lembut, halus dan indah, sehingga sesuai dengan kodratnya.
Terhadap Motivasi Berprestasi Mountaineering pada Mountaineer (Pendaki Gunung) Wanita
2. Tahap Perkembangan Moral Wanita Mountaineering
Menurut Gilligan (dalam Dariyo, 2004)
membagi
perkembangan
moral
kegiatan yang cukup banyak peminatnya sekarang.
wanita menjadi tiga tahap, yaitu : a. Orientasi untuk mempertahankan
merupakan
Kegiatan
alam
bebas
ini
memang menjanjikan kenikmatan. Bahkan
hidup pribadi
sampai sekarang hanya mereka yang
Transisi pertama yang dilakukan
berhasil mendaki sampai puncak gunung
wanita
untuk
adalah
menuju
rasa
mendapatkan
dan
merasakan
tanggung
jawab,
wanita
kenikmatan tersebut serta menghasilkan
menyadari
bahwa
dirinya
prestasi
mempunyai relasi dengan orang lain dalam lingkungan sosial. b. Kebaikan sebagai pengorbanan
yang
dapat
dibanggakan.
(Suratmo, 2008). Banyak orang beranggapan bahwa wanita tidak mampu untuk melakukan
diri
mountaineering. Anggapan itu salah besar,
Transisi kedua yang dilakukan
dengan rasa ingin tahu yang sangat besar,
wanita
dari
kebaikan
motivasi berprestasi dan dukungan sosial
kebenaran.
Seorang
yang didapat semua itu dapat dilakukan
wanita mau mengambil keputusan
dengan tidak sia-sia. Pendapat itu pula di
sebagai langkah konkret guna
dukung oleh McClelland (dalam Rumiani,
menuju
adalah
2006) motivasi berprestasi adalah motif
BAB III
yang mendorong individu untuk meraih
METODE PENELITIAN
sukses dan bertujuan untuk meraih hasil dengan standar tertentu.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Motivasi
berprestasi
mountaineering yang ada didalam diri
Dalam penelitian ini beberapa variabel
mountaineer tidak lepas dari pengaruh
yang akan dikaji adalah :
dukungan sosial yang di dapat. Menurut
Variabel Bebas
Gottlieb
Variabel Terikat : Motivasi Berprestasi
(1983)
berpendapat
bahwa
: Dukungan Sosial
Mountaineering
dukungan sosial adalah dukungan yang terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau
B. Definisi Operasional Variabel
tindakan yang diberikan oleh keakraban
Penelitian
sosial atau didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional
Definisi
penelitian
dalam
penelitian ini adalah :
atau efek perilaku bagi pihak penerima. Berdasarkan uraian di atas penulis
1. Dukungan Sosial
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Dukungan sosial merupakan
terhadap dukungan sosial dengan motivasi
bantuan yang diterima individu dari
berprestasi
orang-orang
mountaineering
pada
tertentu
kehidupannya
mountaineer (pendaki gunung) wanita.
lingkungan
dan
sosial
dalam
berada
dalam
tertentu
seperti
teman, sahabat, kekasih, orang tua
F. Hipotesis
yang membuat si penerima merasa Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
ditarik
hipotesis
bahwa
ada
diperhatikan, dihargai dan dicintai. Variabel ini diukur dengan skala
pengaruh positif terhadap dukungan sosial
dukungan
dengan
berprestasi
berdasarkan bentuk-bentuk dukungan
mountaineer
sosial dari Sarafino (1994) yaitu
motivasi
mountaineering
pada
(pendaki gunung) wanita.
dukungan
sosial
yang
emosional,
disusun
dukungan
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan dari jaringan sosial.
2. Motivasi Berprestasi Mountaineering Motivasi mountaineering
memiliki organisasi Pencinta Alam atau
berprestasi
Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA)
dorongan
yaitu Universitas Veteran Jakarta dengan
adalah
dalam diri individu untuk melakukan
nama
kegiatan
bisa
Universitas Indonesia Fakultas Geografi
menyegarkan pikiran dengan teknik
dengan nama MAPALA Geographical
dan alat-alat khusus, menyelesaikan
Mountaineering
pendakian
Gunadarma
menarik
kesuksesan
dan
yang
memperoleh
yang maksimal untuk
MAPALA
GIRIGAHANA,
Club,
dengan
Universitas
nama
MAPALA
MAPA Gunadarma, Universitas Negeri
puncak
Jakarta dengan nama MAPALA EKA
gunung. Pada penelitian ini, motivasi
CITRA, Politeknik Negeri Jakarta dengan
berprestasi
nama MAPALA ASTADECA, Poltekkes
dapat
mendaki
sampai
mountaineering
diukur
dengan menggunakan skala motivasi
Kemenkes
berprestasi
MAPALA MAGIPALA dan Universitas
mountaineering
Jakarta
II
dengan
nama
motivasi
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nama
berprestasi dari McClelland (dalam
MAPALA FRAME. Sedangkan sampel
Mulianto,
memiliki
dalam penelitian ini adalah mountaineer
tingkat tanggung jawab pribadi yang
(pendaki gunung) wanita yang senang
tinggi,
melakukan kegiatan mountaineering dan
berdasarkan
karakteristik
2006)
berani
yaitu
mengambil
dan
memikul resiko, memiliki tujuan yang
yang pernah melakukan mountaineering.
realistik, memiliki rencana kerja yang menyeluruh
dan
berjuang
untuk
D. Validitas dan Reliabilitas Alat
merealisaiskan tujuan, memanfaatkan
Pengumpul Data
umpan balik yang kongkret dalam Untuk mengetahui apakah item-item
semua kegiatan yang dilakukan dan untuk
yang digunakan telah mengukur apa yang
merealisasikan rencana yang telah
seharusnya diukur dan dapat diandalkan
diprogramkan.
konsistensinya
mencari
kesempatan
maka
dilakukan
uji
validitas dan reliabilitas. C. Subjek Penelitian
1.
Validitas Validitas dikonsepsikan sebagai
Subjek dalam penelitian ini adalah
sejauh mana ketepatan dan kecermatan
60 mountaineer (pendaki gunung) wanita
suatu instrumen pengukur (tes) dalam
yang diambil dari 7 Universitas yang
melakukan
fungsi
ukurnya
(Azwar,
2010).
Maka
peneliti
menggunakan
(MAPALA) yang berada di dalam suatu
metode konsistensi internal, yaitu dengan
universitas. Untuk memperoleh sampel
mengkorelasikan skor setiap item dengan
tersebut, peneliti terlebih dahulu meminta
total skor item, menggunakan teknik
bantuan kepada rekan
korelasi Product Moment dari Karl
anggota pada MAPALA di Universitas
Pearson.
Veteran Jakarta dan Universitas Indonesia Fakultas
2.
serta
rekan
yang
menjadi ketua umum pada MAPALA di
Reliabilitas Azwar
Geografi
yang menjadi
(2010)
mengartikan
Universitas Negeri Jakarta.
konsep reliabilitas sebagai sejauh mana
Kemudian peneliti menggandakan
hasil pengukuran dapat dipercaya. Untuk
angket yang telah disusun sebanyak 60
pengujian alat ukur ini menggunakan
eksemplar yang akan dibagikan kepada
formulasi Alpha Cronbach.
para mountaineer (pendaki gunung) wanita yang menjadi anggota mahasiswa pencinta
E. Teknik Analisis Data
alam (MAPALA) dalam suatu universitas.
Dalam teknik analisis data, penulis
B. Pelaksanaan Penelitian
menggunakan teknik analisis statistik, alat statistik yang digunakan adalah dengan
1.
Dalam pengambilan data, peneliti
analisis regresi sederhana yang digunakan
menggunakan sistem try out terpakai.
untuk menganalisis pengaruh dukungan
Hal ini digunakan untuk efisiensi waktu
sosial
berprestasi
dan tenaga. Pengambilan data dimulai
mountaineer
pada tanggal 5 Agustus 2012 di
(pendaki gunung) wanita dengan analisis
Universitas Veteran Jakarta dengan
data yang menggunakan bantuan program
MAPALA
SPSS for Windowsversion 17.0.
GIRIGAHANA.
terhadap
mountaineering
motivasi pada
yang
bernama
Peneliti
menyebar
angket sebanyak 11 angket. BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian
Pada tanggal 6 Agustus 2012, peneliti menitipkan angket kepada salah satu
rekan
MAPALA
yang menjadi
anggota
Geographical
Mountaineering Club dari Fakultas Dalam
penelitian
ini
populasi
penelitian adalah mahasiswa pencinta alam
Geografi Universitas Indonesia. Angket yang disebar sebanyak 5 angket. Pada
tanggal
9
Agustus
2012,
peneliti
reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Kesepakatan umum
menyebar angket sebanyak 9 angket. 11
menyatakan bahwa reliabilitas dianggap
Agustus 2012 di Universitas Negeri
cukup memuaskan jika ≥ 0,700 (Azwar,
Jakarta
2010).
Dilanjutkan
pada
dengan
tanggal
MAPALA
yang Peneliti
Berdasarkan analisis data dengan
menyebar angket sebanyak 12 angket.
menggunakan teknik Korelasi Product
Pada tanggal 14 Agustus 2012, peneliti
Moment
menitipkan angket kepada salah satu
diperoleh untuk skala dukungan sosial dari
rekan untuk diberikan kepada rekan
55
lainnya di Poltekkes Kemenkes Jakarta
sehingga jumlah item yang valid adalah 38
II
yang
item yang mempunyai nilai korelasi > 0,3
bernama MAGIPALA. Angket yang
(dari tabel product moment) yang berada
disebar sebanyak 4 angket, dan di
pada rentang korelasi antara 0,317 sampai
Politeknik Negeri Jakarta dengan nama
dengan 0,671. Uji reliabilitas pada skala
MAPALA yang bernama ASTADECA.
dukungan sosial didapatkan nilai alpha
Angket
sebesar 0,907 maka item-item dukungan
bernama
EKA
dengan
CITRA.
nama
yang
MAPALA
disebar
sebanyak
9
Pearson
item,18
(1-tailed),
item
dinyatakan
maka
gugur
sosial dianggap reliabel.
angket. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
Sedangkan untuk skala motivasi
2012 di Universitas Syarif Hidayatullah
berprestasi mountaineering dari 32 item,10
Jakarta dengan nama MAPALA yang
item dinyatakan gugur sehingga jumlah
bernama FRAME. Angket yang disebar
item yang valid adalah 22 item yang
sebanyak 10 angket. Dari 60 angket
mempunyai nilai korelasi > 0,3 (dari tabel
yang tersebar maka yang kembali ke
product
peneliti dan memenuhi kriteria untuk
rentang korelasi antara 0,301 sampai
dianalisis sebanyak 60 eksemplar.
dengan 0,637. Uji reliabilitas pada skala motivasi
2. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur Perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas skala dukungan sosial dan skala motivasi
berprestasi
mountaineering.
Suatu kesepakatan umum menyatakan bahwa suatu item dikatakan valid apabila nilai
koefisiennya
0,300
dan
uji
moment)
yang
berprestasi
berada
pada
mountaineering
didapatkan nilai alpha sebesar 0,811 maka item-item
motivasi
berprestasi
mountaineering dianggap reliabel.
faktor lain diluar variabel bebas dukungan
3. Uji asumsi a.
sosial. Faktor-faktor lainnya itu dapat
Uji Normalitas Untuk
uji
normalitas
dalam
berupa interaksi sosial, kepercayaan diri
penelitian ini menggunakan program SPSS
atau kecemasan yang dapat mempengaruhi
yaitu uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil
motivasi berprestasi mountaineering.
uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov, skala dukungan sosial diketahui
c. Uji hipotesis
nilai signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05).
Berdasarkan hasil uji asumsi, baik uji
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor
normalitas maupun uji linearitas, dapat
dukungan sosial pada subjek penelitian
diketahui bahwa data berdistribusi normal
adalah normal.
dan
Sedangkan hasil uji normalitas skala motivasi
berprestasi
mountaineering
linear.
Oleh
selanjutnya dengan
data
karena
itu,
penelitian
menggunakan
uji
untuk
dianalisis Parametrik
diketahui nilai signifikasi 0,000 (p < 0,05).
dengan teknik Pearson (1-Tailed) pada
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor
progam SPSS ver 20.0 for Windows.
motivasi
berprestasi
mountaineering
Berdasarkan dilakukan,
adalah tidak normal.
analisis
diketahui
data
bahwa
yang
koefisien
korelasi yang diperoleh sebesar 0,619 b. Uji Linearitas
dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 (p
Dari hasil pengukuran regresi sederhana
< 0,05). Hasil tersebut menunjukkan
diperoleh nilai F sebesar 36,084 dengan
bahwa hipotesis penelitian ini diterima,
signifikansi 0,000
artinya
(p < 0,05). Dengan
ada
pengaruh
yang
sangat
demikian maka dapat disimpulkan bahwa
signifikan antara dukungan sosial dengan
terdapat pengaruh yang linear antara
motivasi berprestasi mountaineering pada
dukungan
mountaineer (pendaki gunung) wanita,
sosial
dengan
motivasi
dengan arah hubungan yang positif. Maka
berprestasi mountaineering. Sedangkan nilai R Square dari hasil
semakin tinggi dukungan sosialnya maka
pengukuran regresi sederhana diperoleh
akan semakin tinggi motivasi berprestasi
nilai sebesar 0,384 atau 38,4% yang dapat
mountaineering
ditafsirkan bahwa variabel bebas dukungan
(pendaki gunung) wanita, demikian pula
sosial
sebaliknya
memiliki
pengaruh
konstribusi
pada
semakin
mountaineer
rendah
dukungan
sebesar 38,4% terhadap variabel terikat
sosialnya maka akan semakin rendah
motivasi berprestasi mountaineering dan
motivasi berprestasi mountaineering pada
61,6% lainnya dipengaruhi oleh faktor-
mountaineer (pendaki gunung) wanita.
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
a. Kesimpulan
melihat apakah terdapat pengaruh antara dukungan berprestasi
sosial
dengan
motivasi
mountaineering
pada
mountaineer (pendaki gunung) wanita. Dari hasil analisis yang dilakukan terdapat pengaruh positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan motivasi berprestasi
mountaineering
pada
mountaineer (pendaki gunung) wanita. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh para mountaineer (pendaki gunung) wanita maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi mountaineering yang muncul dari dalam mountaineer (pendaki gunung)
wanita,
dan
begitu
pula
sebaliknya.
Berdasarkan
hasil
pengumpulan
data menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki dukungan sosial yang tinggi dan motivasi berprestasi mountaineering yang tinggi pula. Hasil analisis data penelitian yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan
motivasi
mountaineering (pendaki
berprestasi
pada
gunung)
mountaineer
wanita.
Semakin
tingginya dukungan sosial maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi mountaineering
pada
mountaineer
(pendaki gunung) wanita, dan begitu pula sebaliknya.
Selain itu dengan adanya dukungan sosial yang didapatkan oleh individu, maka individu akan dapat meningkatkan motivasi
berprestasi
dan
memotivasi
mountaineer (pendaki gunung) wanita menjadi lebih baik, karena individu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi cenderung lebih menghayati pengalaman hidupnya sebagai sesuatu yang positif, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan lebih memandang kehidupannya secara optimis dibandingkan dengan individu yang memiliki dukungan sosial yang rendah.
b. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Saran untuk subjek penelitian Penulis
menyarankan
untuk
tetap
mempertahankan motivasi berprestasi mountaineering yang tinggi. Dengan adanya dukungan sosial yang tinggi yang
sudah
diperoleh
diharapkan
dapat
subjek lebih
mengembangkan motivasi berprestasi mountaineeringnya,
yang
nantinya
akan
menjadi
bekal
serta
menumbuhkan rasa kepercayaan diri
Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta : Grasindo.
dalam menjalani pendakian. 2. Untuk
Pihak
Instansi
yang
Bersangkutan Disarankan
agar
progam-progam
dapat yang
membuat menunjang
dukungan sosial dan progam-progam yang berkaitan dengan peningkatan
EKAPASERS. (2006). Mountaineering. Modul (tidak diterbitkan). Jakarta : EKAPASERS, SMAN 109. Esti, S. (2002). Psikologi pendidikan. Malang : Grasindo. Gottlieb. (1983). Social support strategis : guidelines for mental health practice. Baverly Hills : Sage Publications.
motivasi berprestasi mountaineering, sehingga hal yang dirasakan dapat mendukung
atau
memotivasi
para
mountaineer (pendaki gunung) wanita. 3. Saran untuk penelitian lebih lanjut Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba menggunakan variabelvariabel atau subjek lain.
Harry. & Christian. (2005). Jejak sang petualang. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Himpalaunas.com. (2012). Junko Tabei, buktikan pendaki wanita bisa capai puncak Everest. Jakarta 21 Januari 2012. http://www.himpalaunas.com/artikel/s osok/2012/01/21/junko-tabeibuktikan-pendaki-wanita-bisa-capaipuncak-everest
DAFTAR PUSTAKA Azwar. (2010). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Badil, R. (2009). Soe Hok Gie..sekali lagi. Jakarta : Gramedia. Banyuista. (2012). Tips untuk wanita pendaki gunung / kegiatan alam bebas. http://komikstrips.multiply.com/journ al/item/528/Tips_Untuk_Wanita_Pend aki_Gunung_Kegiatan_Alam_Bebas.? &show_interstitial=1&u=%2Fjournal %2Fitem
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta : Penerbit Gunadarma. Berry, L. (1997). Psychology at work. Singapore : McGraw-Hill Companies.
MAHESA. (2010). Materi pencinta alam. Makasar : MAHESA, Universitas Hasanudin. http://www.mahesa.or.id/materipencintaalam/mountaineering/bahaya-digunung
MAHESA. (2010). Materi pencinta alam. Makasar : MAHESA, Universitas Hasanudin. http://www.mahesa.or.id/materipencintaalam/mountaineering/mountaineering
MAHESA. (2010). Materi pencinta alam. Makasar : MAHESA, Universitas Hasanudin. http://www.mahesa.or.id/materipencintaalam/mountaineering/persiapanmendaki-gunung-2
Marliyah, L., Dewi, F. & Tommy, P. (2004). Jurnal provitae, volume 1. Jakarta : Universitas Tarumanegara & Yayasan Obor Indonesia. McClelland. & Atkinson. (1953). The Achievement Motive. New York : Appleton Century Crolts, Inc. Moeliono. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Mulianto, S. (2006). Panduan lengkap perspektif syariah. Jakarta : Elex Media Komputindo. Nursallam. & Kurniawati. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinveksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Ormord, J. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Pucangpendowogear. (2011). Mountaineering. Jakarta 8 Juli 2011. http://pucangpendowogear.wordpress. com/2011/07/08/mountaineering/
Retnowati, S. (2009). Hardiness, Harga Diri, Dukungan Sosial dan Depresi pada Remaja Penyintas Bencana di Yogyakarta. Humanitas, Vol. VI No. 2 Agustus 2009. Riyanti, D. & Prabowo, H. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Gunadarma. Robert, A., Gilbert. (2009). Buku pintar pekerja sosial – jilid 2. Jakarta : Gunung Mulia. Rukmantara, R. (2011). Hobi mendaki gunung bikin tubuh lebih fit. Jakarta 11 Februari2011.http://female.kompas.co m/read/2011/02/11/13460090/Hobi.M endaki.Gunung.Bikin.Tubuh.Lebih.Fit
Rumiani. (2006). Prokrastinasi Akademik di Tinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember 2006. Sarafino, E. P. (1994). Health psychology : biopsychology interactions. New York : John Wiley & Sons. Sardiman, A. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Sari, K. (2011). Konsep dukungan sosial. Jakarta 25 Februari 2011. http://artidukungansosial.blogspot.co m/2011/02/teori-dukungan-sosial.html
Sergapindonesia.com. (2009). Dasardasar mountaineering. Jakarta 12 Desember 2009. http://www.sergapindonesia.com/inde x.php?topic=86.0
SISPALAOASIS. (2011). Pengertian mountaineer. Padang Juni 2011. http://jefrinaldi.blogspot.com/2011/06/pengertia n-mountaineering.html
Subhan, Z. (2004). Kodrat Perempuan, Takdir atau Mitos?. Jakarta : PT. LkiS Pelangi Aksara. Suratmo, Y. (2008). Penyebab kematian pendaki gunung. Jakarta 17 Juli 2008. http://www.kabarinews.com/article.cf m?articleID=31644
Wiryasaputra, S. T. (2003). Mengapa berduka kreatif mengelola perasaan duka. Yogyakarta : Kanisius.