LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
F. Teknologi Pengolahan Produk Kulit Ikan
1. Potensi Produksi Ikan Pari Total hasil tangkap ikan pari meningkat drastis dibandingkan jenis ikan lainnya secara nasional dalam kurun waktu 2005 – 2006 (Tabel 4-5) (Anonim, 2008). Berdasarkan data Tabel 4-5, rerata persentase kenaikan produksi ikan pari jenis pari macan, kelelawar dan burung melebihi jumlah ikan secara keseluruhan dari persentase kenaikan rata-rata produksi perikanan nasional. Hal ini membuktikan bahwa kulit ikan pari memiliki produksi yang cukup besar dan berpotensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan sebagi usaha-usaha ekonomi produktif penyamakan dan pengolahan produk kulit. Tabel 4-5. Produksi Perikanan Tangkap Di Laut Tahun 2005 – 2006 (Ton) No 1 2 3 4 5
Tahun Produksi
Jenis Ikan Pari Pari Mmcan Pari kelelawar Pari burung Pari hidung sekop Pari kekeh Produksi Nasional
2005 26.944 200 975 120 28.492 3.991.940
2006 29.069 2.768 4.790 12 17.945 4.059.690
Rerata Kenaikan (%) 2005 – 2006 7,89 1284 391,28 -90,00 -37,02 1,70
2. Karakteristik Ikan Pari Menurut Mukhtar (2008), ikan pari (rays) termasuk dalam sub grup Elasmobranchii, yaitu kelompok ikan bertulang rawan dan grup Cartilaginous (Last and Stevens, 1994). Ikan pari mempunyai bentuk tubuh gepeng melebar (depressed), mempunyai ekor yang memanjang menyerupai cemeti. Pada beberapa spesies, ekor ikan pari dilengkapi duri penyengat sehingga disebut sting-rays, matanya terletak di kepala bagian samping. Ukuran ikan pari dewasa bervariasi, mulai dari ukuran lebar 5 cm dengan panjang 10 cm (famili Narkidae) hingga berukuran sangat besar (lebar 610 cm & panjang 700 cm (pari manta, famili Mobulidae). Bagian-bagian ikan pari dapat dilihat pada Gambar 4-13.
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 42
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
a
b
nasal aperture mulut
mata spiracle
bagian ventral gill slits
tubuh bagian dorsal ekor dorsal fin
pelvic fin
anus
Gambar 4-13. Bagian-bagian ikan pari: atas (a) & bawah (b)
Kulit pari memiliki bentuk dan corak sisik yang sangat khas, berupa butiranbutiran kecil (manik-manik) yang dapat memancarkan cahaya yang gemerlapan apabila disamak dengan baik. Manik-manik tersebut dapat diamplas sampai rata dengan permukaan kulit dan atau dibiarkan dalam bentuk aslinya (utuh). Pada bagian tengah kulit terdapat deretan butiran yang cukup besar (disebut mutiara), sedangkan butiran lainnya semakin ke tepi semakin kecil (Irianto dkk, 2007). Butiran sisik seperti mutiara pada permukaan kulit ikan pari seperti terlihat pada Gambar 4-14.
manik-manik
mutiara
Gambar 4-14. Mutiara dan manik-manik kulit ikan pari
3. Penyamakan Kulit Pari Menurut Anonim (2005), proses penyamakan kulit pada dasarnya adalah kegiatan mengubah kulit mentah yang bersifat labil yaitu cepat membusuk menjadi kulit tersamak (leather) yang stabil untuk dijadikan bahan baku produk kulit dengan harga jual yang Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 43
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
cukup tinggi. Secara garis besar proses penyamakan dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: a. Penyamakan nabati (mimosa/tannin): menggunakan bahan penyamak dari ekstra/sari tumbuh-tumbuhan (akasia, nangka, secang, bakau, dan lain sebagainya). b. Penyamakan mineral: mengunakan mineral sebagai agensia penyamak, seperti: krom, besi, dan zirkonium. c. Penyamakan sintetis: menggunakan bahan penyamak kimia (formaldehid & syntan).
Menurut Haq dkk (2000) & Sahubawa (2009), proses penyamakan mengikuti tahapan-tahapan berikut: (1). Sortasi dan penimbangan. Sortasi dilakukan untuk membersihkan bahan baku dari benda-benda asing, termasuk darah, lendir, bau fesing dan bau amis. Penimbangan dilakukan untuk menentukan banyaknya kemikalia yang akan digunakan. (2). Perendaman (soaking). Tujuannya untuk mengembalikan kadar air kulit sehingga mendekati kondisi kulit segar, serta mempersiapkan kulit secara fisik dan kimia untuk memulai proses penyamakan. Proses perendaman menggunakan bahan antiseptik dengan tujuan untuk menghilangkan jamur dan bakteri yang terdapat pada kulit. (3). Pencucian. Tujuannya untuk membersihkan sisa garam, menghilangkan sisa daging, sisa lemak, darah, dan kotoran lain yang menempel pada kulit. Pencucian dilakukan melalui 2 cara yaitu: (a) memasukkan kulit ke dalam bak berisi air dan diaduk. Air yang telah kotor dibuang dan diganti dengan air bersih, diaduk kembali berulangulang sampai air bekas pencucian bersih ; (b) merentangkan kulit di atas lantai dengan bagian daging menghadap ke atas dan menyikat bagian daging sambil disiram dengan air bersih hingga kotorannya hilang. (4). Pengapuran. Tujuannya adalah melepaskan epidermis dari kulit dan membuka tenunan kulit dengan cara hidrolisa sehingga serat-serat kolagen dan elastin menjadi serat-serat yang lebih kecil, terjadi penyabunan lemak sehingga mudah dihilangkan dari permukaan kulit. (5). Pembuangan daging dan sisik. Setelah kulit dipisahkan dari daging, sisa-sisa daging yang melekat dihilangkan agar tidak mengganggu proses penyamakan, sisik yang menempel pada kulit dihilangkan dengan cara pengerokkan sisik searah dengan arah posisi tumbuh sisik. (6). Pembuangan kapur. Setelah proses pengapuran masih terdapat sisa kapur yang perlu dibuang. Selain kapur bebas, terdapat pula kapur terikat dalam kulit yang dibuang dengan cara pencucian kembali dengan air bersih yang mengandung garam (larutan garam). Garam yang terbaik adalah amonium sulfat, proses pembuangan Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 44
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
kapur dapat lebih mudah karena tidak ada pengendapan dan tidak terjadi pembengkakan pada kulit. (7). Pelumatan. Pelumatan merupakan istilah khusus yang bertujuan untuk membuka tenunan kulit lebih sempurna melalui aktivitas enzim. Fungsi enzim melanjutkan hidrolisa dari serat kolagen dan elastin. Proses ini bertujuan untuk menjadikan kulit halus dan lemas. Kulit yang telah dibuang kapurnya menjadi lemas, bahan-bahan yang digunakan dalam pelumatan dapat berupa bahan sintetik (pancreol, peroly, curtrilin, enzyln, dan oropon). Pelumatan yang berlebihan dapat menyebabkan kulit terlalu lemas dan menipis. Tujuan pelumatan ini juga adalah untuk melanjutkan pembuangan semua zat-zat bukan kolagen yang belum hilang dalam proses pengapuran secara enzimatis. (8). Pikel (pengasaman). Pikel adalah peredaman kulit dalam larutan garam dan asam setelah kulit dikapur, dilumatkan dan dikerok. Pemikelan dapat memperbaiki penetrasi zat penyamak. Pemanasan pada pemikelan yang berlebihan dapat mengakibatkan rajah terkelupas. (9). Penyamakan. Penyamakan absorbsi dari zat penyamak dalam larutan oleh substansi kulit yang akan mengubah kulit mentah menjadi kulit tersamak yang stabil. (10). Pengetaman. Kulit setelah ditumpuk selama 1-2 hari diperas untuk menghilangkan airnya. Kulit diketam dengan mesin ketam untuk mengatur tebal kulit hingga merata seluruh kulit. Kulit ditimbang untuk menentukan jumlah bahan yang diperlukan dalam proses selanjutnya, kemudian kulit dicuci dengan air mengalir. (11). Penetralan. Penetralan biasanya menggunakan garam alkali (NaHCO3 dan Neutrigan), tujuannya adalah terjadi reaksi pengikatan zat warna pada substansi kulit secara perlahan-lahan, sehingga zat warna akan meresap sedikit kedalam substansi kulit sebelum berikatan. Penetralan juga untuk melindungi substansi kulit tersamak dari asam-asam yang terikat maupun yang bebas karena dengan adanya asam-asam tersebut maka proses perwarnaan tidak sempurna. (12). Pewarnaan atau pengecatan. Pewarnaan adalah pemberian zat warna yang dapat meresap ke dalam jaringan kulit sehingga berfungsi sebagai warna dasar. Terdapat 2 zat warna kulit tersamak yaitu warna alami (dari tumbuh-tumbuhan dan hewan) serta zat warna buatan (sintesis). (13). Peminyakan kulit. Metode peminyakan kulit yaitu memberikan minyak pada lembaran kulit degan cara mengulas, pelemakan dalam tong berputar, dan pencelupan dalam lemak panas. Pelemakan dalam tong berputar untuk mencegah keluarnya zat penyamak, mencegah oksidasi zat penyamak dan membuat rajah lebih elastis. Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 45
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
(14). Pengeluaran air dan pengeringan kulit tersamak. Pengeringan dilakukan dengan cara biasa (pengeringan angin), tetapi lebih baik jika suhu dinaikkan secara betahap. Setelah pengeringan, dilanjutkan dengan pengerjaan mekanis, diantaranya pengetupan, pementangan, dan menghempelas pada rajah kulit. Pres panas (seterika) untuk mengkilapkan warna dan untuk memberi tarikan mekanis pada kulit untuk melemaskannya.
4. Ukuran dan Harga Kulit Pari Tersamak Kulit ikan sebagai hasil sampingan industri perikanan bisa mencapai 5 – 10% dari bobot ikan. Kulit ikan pari yang disamak sampai tahap penyelesaian (finishing) mempunyai nilai tambah cukup tinggi, tergantung dari jenis dan kualitasnya. Harga kulit ikan pari mentah per lembarnya antara Rp 20.000 – 40.000, sedangkan kulit jadinya dihitung dengan lebar punggungnya, kira-kira Rp 12.000 – 15.000/inci. Rata-rata kulit ikan pari mempunyai lebar antara 6 - 15 inci. Harga kulit tersamak tergantung dari jenis dan ukurannya. Harga kulit tersamak dari ikan pari jenis pasir berbeda dengan jenis cingir atau jenis macan. Semakin indah rajah/mutiara/manik-manik kulit yang dimunculkan serta makin lebar garis punggungnya, harga per incinya akan semakin mahal (Untari dkk, 2007 ; Sahubawa, 2009 & 2010). Menurut Direktur CV. Fanri Collection (2009), ikan pari memiliki jenis yang beranekaragam, yaitu pari batu halus, krikil, cingir, mondol, macan dan duri. Masingmasing jenis memiliki ukuran berbeda (kecil, sedang, besar), kecuali jenis krikil dan batu halus yang hanya memiliki kulit ukuran kecil. Ukuran kulit dan kisaran harga kulit ikan pari tersamak seperti diperlihatkan pada Tabel 4-6. Tabel 4-6. Ukuran Kulit dan Kisaran Harga Kulit Ikan Pari Tersamak Ukuran Kecil Sedang Besar
Lebar Garis Punggung ±5 inci ±8 inci ±11 inci
Jenis Ikan Pari Batu halus, krikil Cingir, mondol Cingir, mondol, duri, macan, dll
Harga (Rp/inci) Jenis batu halus dan krikil: 5.000 - 9.000 Jenis cingir dan mondol: 8.000 - 10.000 Jenis macan: 7.000 - 9.000 Jenis duri: 50.000/40cm
5. Produk Kulit (Utama dan Turunan) Dewasa ini, salah satu komoditi perikanan andalan ekspor penting yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah produk kulit ikan (pari, kakap, kerapu, nila, mas, gurame, dan sejenisnya). Nilai ekspor produk kulit Indonesia pada periode tahun 2000-2004 mengalami peningkatan, yaitu dari US$ 1,225 milyar Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 46
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
pada tahun 2000 menjadi US$ 3,106 milyar pada tahun 2004 (Antara News cit Irianto dkk, 2007). Jenis-jenis produk utama dan turunan yang berasal dari kulit ikan, antara lain: tas, sepatu, dompet (laki-laki dan wanita), ikat pinggang, cover handphone, dan gantungan kunci mobil, dan berbagai aksesoris lainnya. Produk utama yang berasal dari kulit ikan pari tersamak ialah produk kulit yang memanfaatkan bagian mutiara terbesar dari kulit pari, sedangkan produk turunan diolah (reuses) dari sisa kulit produk utama. Khususnya untuk kulit pari, beberapa produk utama dapat diperlihatkan pada Gambar 415, serta produk turunan seperti pada Gambar 4-16.
Gambar 4-15. Beberapa jenis produk utama kulit ikan pari
Gambar 4-16. Produk-produk turunan kulit ikan pari
Menurut Sahubawa dkk, (2010), produk kulit dapat dipasarkan dalam bentuk kulit awetan (awetan garam kering), kulit tersamak, serta bentuk barang kerajinan di pasar lokal, nasional, serta ekspor. Pemasaran kulit ikan di pasar lokal dan nasional Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 47
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
umumnya dalam bentuk kulit awetan dan tersamak untuk memenuhi kebutuhan industri kerajinan kulit dalam negeri. Industri kerajinan kulit dalam negeri seperti yang ada di Sidoarjo, Magetan, Semarang, Yogyakarta, dan Bandung merupakan pasar potensial bagi kulit ikan tersamak. Menurut Untari dkk (2007), kulit ikan tersamak dan produk kulit ikan memiliki peluang pasar ekspor yang cukup luas. Volume dan nilai ekspor komoditi kulit tersamak serta barang kulit dapat dilihat pada Tabel 4-7. Tabel 4-7. Ekspor komoditas kulit selama tahun 2005-2006 No 1 2
Tahun 2005 Tahun 2006 Ribu Ton Juta US$ Ribu Ton Juta US$ Total ekspor produk kulit 258.731,546 85.659,953 327.172,270 100.798,624 a. Kulit (raw hides, skins, 13.096 103.400 9.847 140.026 leather). b. Barang Kulit (articles of 19.043 149.575 14.575 160.647 leather). c. Sepatu (footwear, part of 104.202 1.428.518 112.216 1.599.766 such articles). Jumlah 136.341 1.681.493 136.638 1.900.439 % 2abc terhadap 1 52,70 1.963 41,76 1.885 Sektor
Sumber: Statistik ekspor impor, BPS. 2006
Data statistik tersebut menunjukkan bahwa bisnis produk perkulitan memiliki potensi yang cukup besar di bidang industri, dimana pada tahun 2005 industri perkulitan memiliki kapasitas ekspor kulit cukup besar, meskipun terjadi sedikit penurunan di tahun 2006. Pengembangan industri perkulitan tersebut, akan diikuti dengan peningkatan inovasi kalangan usaha dalam pemanfaatan limbah kulit secara maksimal untuk berbagai produk turunan dan atau aksesoris yang memiliki nilai tambah cukup besar. Berbagai jenis limbah kulit dan contoh produk kulit yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4-8. Tabel 4-8 memperlihatkan bahwa limbah kulit ikan pari tersamak yang merupakan sisa dari pembuatan produk kulit utama masih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Diketahui bahwa setelah pembuatan produk utama, dengan limbah kulit ikan pari jenis ukuran kecil dan sedang masih dapat dihasilkan 1 produk turunan, dengan nilai jual yang cukup tinggi, hampir sama dengan nilai jual produk utama, sedangkan untuk limbah kulit ikan pari jenis ukuran besar dapat dihasilkan 2 produk turunan. Dengan demikian, limbah kulit pari sisa pembuatan produk utama memiliki potensi ekonomi cukup besar untuk dimanfaatkan secara optimal. Menurut Direktur CV. Fanri Collection (Usaha Kecil Produk Kulit Ikan) Sleman Yogyakarta, permintaan produk kulit ikan pari tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Bandung, Bali dan Malang, namun pada saat libur panjang banyak sekali wisatawan domestik dari berbagai daerah yang membeli produk kulit ikan Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 48
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Tabel 4-8. Beragam jenis ukuran kulit pari dan contoh produk kulit yang dihasilkan Jenis & Ukuran Kulit Pari
Kecil
Sedang
Contoh Produk Utama Cover handphone Tempat kartu nama Gantungan kunci
∑ Produk
1
Kisaran Harga (Rp.000) s100-150 125 75-125
Dompet laki-laki (5 inci)
150
Dompet wanita Dompet laki-laki (6 inci) Ikat pingang mata 1 Ikat pinggang duri
250 175 250 500
1
Tas Besar
1.500 1
Dompet wanita
300
Produk dari Limbah Kulit Tersamak
∑Produk
Kisaran Harga (Rp.000)
gantungan kunci tanpa mata
1
75-100
cover handphone tanpa mata
1
75-100
gantungan kunci tanpa mata ikat pinggang tanpa mata
2 (gantungan kunci & ikat pinggang)
75-100 125
Sumber: Data primer 2010 diolah
Menurut Sahubawa (2011), berbagai jenis produk kulit ikan komersial lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan permintaan pasar tingg, baik di pasar domestik maupun ekspor adalah dompet, tas, gantungan kunci dan berbagai aksesoris lainnya, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4-17. Haga produk kulit ukuran kecil berukuran kecil (seperti gantungaan kunci) berkisar antara Rp 75.000 – 125.000, dompet pria Rp 150.000 – 225.000, dompet wanita Rp 225.000 – 400.000, serta ikat pinggang (mata penuh ±Rp 700.000, mata-3 ±Rp 500.000, serta mata-1 Rp 350.000-400.000).
G. Teknik Pengolahan Produk Kulit Ikan 1. Alat dan Bahan Peralat yang dipakai dalam pembuatan produk yaitu: alat tulis (spidol, pensil, penggaris besi dan plastik, gunting), mesin gerinda keramik, alat cat semprot (spray gun), sikat (sikat gigi, plastik, besi), pemotong (pisau/chutter), jarum jahit, dan mesin jahit. Berbagai macam bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yaitu: kulit tersamak (kulit konpensional dan nonkonpensional), lem cair, benang jahit, bensin, kain vuring, cat mobil serta tinner, dan jenis bahan lainnya. 2. Persiapan Pembuatan Produk Turunan Produk turunan merupakan produk yang memiliki fungsi dalam penggunaannya, hanya saja berasal dari limbah kulit ikan pari tersamak yang tidak memiliki mutiara terbesar, tetapi kulitnya masih dapat digunakan untuk membuat produk kulit, sehingga dapat menghasilkan nilai jual yang cukup tinggi. Pemanfaatan kulit ikan pari tersamak dalam pembutan produk utama dan turunan seperti terlihat pada Gambar 4-18. Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 49
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-17. Jenis produk kulit ikan pari (Sumber: Sahubawa, 2011) Limbah kulit tersamak berupa sisa kulit yang tidak mempunyai ruang tengah (butir mutiara), yang meliputi spesimen sekitar mata, punggung bagian pinggir kanan dan kiri, serta ekor. Berdasarkan perhitungan berat kulit jenis ukuran sedang terhadap kulit pari utuh, diketahui persentase kulit ikan pari tersamak sebagai berikut. a. Total rendemen limbah kulit pari memiliki
: ± 62,50%
b. Rendemen kulit pari untuk produk utama
: ± 37,50%
c. Rendemen kulit pari untuk produk turunan
: ± 21,25%
d. Rendemen limbah kulit pari produk turunan
: ± 41,25%
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 50
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
A
B
C
D
E
Gambar 4-18. Pemanfaatan limbah kulit ikan pari (A: kulit ikan pari utuh, B: pengambilan spesimen kulit bagian tengah untuk produk utama, C: limbah kulit ikan pari setelah pengambilan bagian tengah, D: sampel limbah kulit yang dimanfaatkan untuk produk turunan, E: limbah kulit pari setelah pembuatan produk turunan)
Selama ini limbah produk kulit ikan pari biasanya dibuang dan atau dijual ke penadah barang bekas harga Rp 50.000/kg (di Jakarta dan Surabaya). Setiap 1 lembar limbah kulit ikan pari jenis ukuran sedang (jenis mondol ukuran ±8 inci) memiliki berat ±0,1 kg dengan harga Rp 5.000/lembar. Setiap 1 lembar limbah kulit ikan pari tersebut dapat menghasilkan 1 produk turunan (seperti cover handphone, gantungan kunci, ikat pinggang, dan aksesoris lainnya). Proses pembuatan produk turunan (gantungan kunci mobil dan sepeda motor, serta cover handphone) dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pemilihan kualitas bahan baku Limbah kulit tersamak adalah berupa sisa kulit bagian atas, bawah, kiri dan kanan dari kulit utama (kulit bagian tengah yang memiliki butiran mutiara untuk pembuatan produk utama), yang masih memiliki kondisi fisik yang baik (butiran mutiara tidak cacat dan kulit tidak robek) serta memiliki ukuran yang cukup dengan pola ukuran produk turunan. Limbah kulit pari tersamak dan proses pemilihan kualitas bahan baku limbah kulit dapat dilihat pada Gambar 4-19 dan 4-20. b. Pembuatan pola Pembentukan pola tergantung dari model yang diinginkan, seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, oval, atau lonjong (Gambar 4-21). Pola dipotong dengan gunting (Gambar 4-22), kemudian dilakukan pelemasan dan penipisan dengan mesin pengamplas (Gambar 4-23), selanjutnya dilakukan penempelan karton pada kulit dengan lem cair (Gambar 4-24).
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 51
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-19. Limbah (sisa) kulit pari tersamak hasil pengolahan produk utama
Gambar 4-20. Pemilihan kulit untuk produk utama disesuaikan pola produk
Gambar 4-21. Cara pemotongan pola dengan gunting
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 52
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-22. Contoh pola produk kulit turunan
Gambar 4-23. Proses pelemasan dan penipisan
Gambar 4-24. Penempelan kulit pada karton c. Penggrendaan Kulit yang sudah dilapisi dengan karton (lihat Gambar 4-24), kemudian digrenda jalan tempat jaitan untuk memudahkan proses penjahitan. Penggrendaan dilakukan
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 53
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
dengan mesin grenda keramik (Gambar 4-25), dengan hasil akhir produk seperti diperlihatkan pada Gambar 4-26.
Gambar 4-25. Proses penggrendaan tempat jahitan
Gambar 4-26. Kulit setelah proses grenda
d. Penghalusan Penghalusan permukaan kulit produk dengan mesin pengamplas (Gambar 4-27) dan amplas manual (Gambar 4-28) hingga permukaannya rata dan halus. Setelah proses penghalusan, kemudian disikat debu yang masih melekat di sela-sela kulit dengan sikat gigi dan sikat kawat (Gambar 4-29).
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 54
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-27. Penghalusan dengan mesin amplas
Gambar 4-28. Pengamplasan manual
Gambar 4-29. Pembersihan permukaan kulit dengan sikat besi halus
e. Pengecatan Terdapat 2 jenis proses pengecatan yaitu pengecatan dasar dan pengecatan tutup (clear). Pengecatan dasar menggunakan campuran jenis cat mobil yang berfungsi sebagai pemberi warna dasar dan tinner sebagai pengencer, menggunakan alat pengecat semprot Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 55
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
(spray gun) (Gambar 4-30). Selesai pengecatan dasar, permukaan kulit disikat rata dengan sikat gigi agar cat yang disemprotkan tersebar merata dan seragam di permukaan kulit, dan terutama di selah-selah butiran mutiara. Pengecatan dasar dilakukan dua kali, dengan selang waktu ±10 menit. Langkah selanjutnya dilakukan pengecatan tutup memakai campuran jenis cat mobil yang berfungsi sebagai cat tutup dan pelindung cat dasar, serta tinner sebagai pengencer (Gambar 4-31). Selesai pengecatan tutup, kulit didiamkan semalaman (over night), supaya cat terserap merata dan kering. Hasil produk kulit setelah pengecatan tutup dapat dilihat pada Gambar 4-32.
Gambar 4-30. Pengecatan dasar
Gambar 4-31. Pengecatan tutup f. Pemotongan Pola Pemotongan pola dengan alat pemotong seperti gunting dan chutter (Gambar 4-33). Pola kulit setelah proses pemotongan dapat dilihat pada Gambar 4-34. Langkah selanjutnya lapisan karton yang menempel pada kulit, digosok dengan sikat gigi yang telah dicelupkan dalam bensin. Setelah itu, karton ditarik sedikit demi sedikit dilepaskan dari Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 56
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
kulit. Kulit tersebut nantinya akan digabungkan dengan lapisan bagian interior produk. Jadi, selanjutnya dilakukan pembuatan bagian interior produk terlebih dahulu. Proses pelepasan karton tersebut dapat dilihat pada Gambar 4-35.
Gambar 4-32. Kulit setelah pengecatan tutup
g. Desain interior produk Desain interior produk diawali dengan memotong pola kulit sapi tersamak dan kain vuring sebagai bahan pelengkap produk (Gambar 4-36). Kulit sapi tersamak digunakan sebagai bahan dasar bagian interior produk, dan setiap sap (bagian interior) dilapisi kain vuring. Kulit sapi tersamak diseset dengan mesin seset agar kulit sapi lebih tipis dan lebih mudah dalam proses penggabungan dan penjahitan (Gambar 4-37). Langkah selanjutnya, kulit sapi dibuat sesuai dengan model yang diinginkan, seperti bagian interior yang memiliki tempat untuk kartu nama dan KTP, tempat untuk uang koin, atau diberi tambahan motif garis-garis dengan mesin pengepres (Gambar 4-38).
Gambar 4-33. Pemotongan pola
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 57
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Proses pembuatan bagian interior dilakukan dengan menempel kulit sapi yang sudah dimotif dan kain vuring sebagai pelapis dengan lem cair (Gambar 4-39), kemudian diikuti penjahitan bagian pinggir supaya lebih kuat (Gambar 4-40). Bagian interior produk dapat dilihat pada Gambar 4-41. Selain itu, dapat juga diberi tambahan kait gantungan kunci (Gambar 4-42) sebagai pelengkap fungsi dari suatu produk untuk menambah daya tarik produk.
Gambar 4-34. Pola setelah proses pemotongan
Gambar 4-35. Pelepasan karton
Gambar 4-36. Pemotongan kulit sapi dan kain vuring Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 58
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-37. Penyesetan kulit sapi
Gambar 4-38. Pembuatan motif garis
Gambar 4-39. Penempelan kulit sapi dengan kain vuring
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 59
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-40. Penjahitan kulit sapi dengan kain vuring
Gambar 4-41. Bagian interior produk
Gambar 4-42. Pemasangan kait gantungan kunci
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 60
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
h. Pembentukkan produk Setelah bagian interior selesai dibuat, selanjutnya bagian eksterior dan finishing produk, dengan langkah-langkah pembuatan sebagai berikut: (a) pemasangan kancing (Gambar 4-43), (b) penempelan kain vuring pada kulit ikan pari dengan lem cair (Gambar 4-44), dan (c) penjahitan bagian pinggir kulit (Gambar 4-45). Proses penggabungan bagian interior dengan kulit ikan dilakukan dengan cara mengoleskan lem cair pada seluruh tepi kulit, kemudian ditempelkan pada kulit ikan pari (Gambar 4-46). Langkah selanjutnya, penjahitan pada setiap tepi dari gabungan bagian interior dengan kulit pari supaya lebih kuat (Gambar 4-47). Selain itu juga dilakukan pemasangan kait gantungan kunci sebagai pelengkap fungsi produk (Gambar 4-48).
Gambar 4-43. Pemasangan kancing
Gambar 4-44. Penempelan kain vuring pada kulit pari
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 61
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Gambar 4-45. Penjahitan gabungan kulit pari dan kain vuring
Gambar 4-46. Penggabungan bagian interior dengan kulit ikan pari
Gambar 4-47. Penjahitan akhir
Gambar 4-48. Pemasangan kait gantungan kunci
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 62
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
i. Finishing Pada tahap finishing, dibersihkan sisa lem yang masih menempel pada produk dengan cara disikat menggunakan sikat gigi atau menggosok permukaan kulit dengan karet mentah (Gambar 4-49). Selain itu juga dilakukan pemotong sisa benang dengan gunting atau dibakar dengan api (Gambar 4-50). Produk turunan yang merupakan hasil akhir dari tahap finishing dapat dilihat pada Gambar 4-51.
Gambar 4-49. Pembersihan sisa lem dengan kain-bensin
Gambar 4-50. Pembersihan sisa benang jahit nyala-api
a
b
Gambar 4-51. Produk utama (a), dan produk turunan (b) Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 63
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
3. Analisis Nilai Ekonomi Limbah Kulit & Produk Turunan Kulit ikan pari umumnya dimanfaatkan untuk pembuatan produk utama (tas, dompet laki-laki dan wanita, cover handphone, gantungan kunci dan ikat pinggang). Produk utama menggunakan spesimen kulit dengan butiran mutiara dibagian tengah kulit (Gambar 4-52). Limbah kulit belum dimanfaatkan untuk produk turunan dan hanya dibuang sebagai limbah, namun dengan kemajuan Ipteks limbah kulit tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk-produk turunan dengan nilai ekonomi tinggi.
Gambar 4-52. Kulit pari produk utama
± 5 inci
± 8 inci
(a) Ukuran Kecil
(b) Ukuran Sedang
± 11 inci (c) Ukuran Besar
Gambar 4-53. Limbah kulit ikan pari tersamak Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 64
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Analisis nilai ekonomi ditujukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang dapat diperoleh dari limbah kulit ikan pari tersamak dari setiap ukuran kulit. Ukuran kulit ikan pari dibedakan menjadi 3 jenis (kecil, sedang, dan besar) (lihat Tabel 4-9). Limbah kulit hasil pembuatan produk utama terlihat pada Gambar 4-53, berupa sisa kulit yang tidak mempunyai ruang tengah yang hanya tersisa bagian sekitar mata, punggung bagian pinggir kanan dan kiri, serta bagian ekor. Produk turunan yang diolah dari sisa kulit produk utama seperti terlihat pada Gambar 4-54, 4-55, 4-56. Nilai jual produk utama/turunan adalah selisih penjualan produk utama/turunan dengan biaya bahan baku dan proses produksi. Biaya proses produksi setiap produk = Rp 10.500. Diketahui harga limbah kulit ikan pari sebesar Rp 50.000/kg. Setiap lembar limbah kulit pari jenis mondol ukuran ±8 inci beratnya ±0,1 kg, sehingga setiap 1 lembar limbah kulit pari memiliki harga ±Rp5.000. Masing-masing jenis kulit pari tersamak memiliki kisaran harga berbeda. Komponen proses produksi produk turunan kulit pari tersamak yaitu: a. Harga setiap kulit tersamak (jenis pari mondol Rp 8.000/inci) Ukuran kecil
= Rp 40.000
Ukuran sedang = Rp 64.000 Ukuran besar
= Rp 88.000
b. Biaya pengolahan produk = Rp 10.500/buah Rasio nilai ekonomi yang diperoleh dari 1 lembar limbah kulit pari (ukuran kecil, sedang, dan besar) dari nilai jual produk utama serta produk turunan dapat dilihat pada Tabel 4-9.
Gambar 4-54. Gantungan kunci mobil Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 65
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Tabel 4-9. Rasio Nilai Ekonomi Limbah Kulit Ikan Pari
1 2 3
Ukuran Kulit
Harga (Rp)
(1) Kecil Sedang Besar
(2) 150.000 175.000 300.000
Biaya Harga Biaya Proses (Rp) Proses Produksi Produksi (Rp) (Rp) (3) (4) (5) 50.500 75.000 15.500 74.500 75.000 15.500 98.500 200.000 26.000 Rasio Rerata Nilai Ekonomi
Total Nilai Jual (Rp) (2-3) + (4-5) (6) 159.000 160.000 375.500
Rasio Nilai Ekonomi (Rp) (6) : (2-3) (7) 1,60 : 1 1,59 : 1 1,86 : 1 1,68 : 1
Gambar 4-55. Gantungan kunci sepeda motor
Gambar 4-56. Cover handphone
Berdasarkan Tabel 4-9, ternyata rata-rata rasio nilai ekonomi (ketiga jenis ukuran kulit pari) sebesar 1,68 : 1, dengan demikian diketahui nilai ekonomi/manfaat dari usaha pemanfaatan limbah kulit ikan pari menjadi produk turunan memiliki nilai yang cukup Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 66
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
besar, yakni mencapai 68% lebih besar dari nilai produk utama. Kulit ikan pari jenis ukuran besar memiliki nilai ekonomi yang paling besar diantara jenis ukuran kulit pari lain. Jadi limbah yang berasal dari kulit pari jenis ukuran besar, sebaiknya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan nilai tambah. 4. Tingkat Penerimaan Konsumen Pada penelitian ini dibuat 3 jenis produk warna hitam dan coklat, yaitu: (a) gantungan kunci mobil, (b) gantungan kunci sepeda motor, & (c) cover handphone. Hasil pengujian tingkat penerimaan (preferensi) konsumen menggunakan metode score sheet. Pada pengujian tingkat preferensi konsumen, digunakan 3 sekmen pasar dengan jumlah 50 responden, masing-masing: mahasiswa, karyawan (PNS, administrasi, buruh), serta wirausaha. Responden yang melakukan uji bersifat tidak terlatih. a. Mahasiswa Responden terdiri dari laki-laki 16 orang (32%) dan wanita 34 orang (68%) dengan umur <25 tahun, dengan karakteristik: memiliki sepeda motor (74%) dan handphone (100%). Data uji penerimaan konsumen, berdasarkan tingkat penerimaan terhadap faktor bentuk, kebutuhan, dan warna produk, dapat dilihat pada Tabel 6, 7, 8. Tabel 4-10. Data hasil uji penerimaan produk sesuai bentuk & keinginan Tingkat Penerimaan Bentuk (∑Skor) Kebutuhan (∑Skor) M1 M2 M3 M1 M2 M3 1230 730 1040 910 830 1260 urutan dari yang paling disukai (M1, urutan dari yang paling disukai (M3, M3, M2) M1, M2) Ket. : M1 = Gantungan kunci mobil (Model 1) M2 = Gantungan kunci sepeda motor (Model 2) M3 = Cover handphone (Model 3)
Tabel 4-11. Data hasil uji penerimaan produk berdasarkan aspek warna Tingkat Penerimaan Warna (∑ panelis) M2 M3 H C H C H C 24 26 23 27 33 17 coklat lebih disukai coklat lebih disukai hitam lebih disukai M1
Ket. : M1 = M2 = M3 = H =
Gantungan kunci mobil (Model 1) Gantungan kunci sepeda motor (Model 2) Cover handphone (Model 3) Warna hitam, C = Warna coklat
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 67
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM
LAPORAN PERKEMBANGAN HIBAH PEMBELAJARAN e-Learning Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM, 2011
Tabel 4-12. Data hasil uji kesukaan Suka atau Tidak S = 45 org (90%) T = 5 org (10%)
Uji Kesukaan Produk Kulit (% orang) Contoh Produk Paling Disukai Warna Paling Disukai Dompet = 26 org (52%) Hitam = 19 org (38%) Sepatu = 4 org (8%) Coklat = 13 org (26%) Sabuk = 2 org (4%) Merah = 6 org (12%) Tas = 9 org (18%) Pink = 6 org (12%) Gantungan kunci = 6 org (12%) Biru = 2 org (4%) Cover handphone = 3 org (6%) Putih = 2 org (4%) Hijau = 2 org (4%)
b. Bentuk Skor uji tingkat penerimaan konsumen sebesar 1.230 untuk gantungan kunci mobil, 730 untuk gantungan kunci sepeda motor, dan 1.040 untuk cover handphone. Dengan demikian urutan produk yang paling disukai responden yaitu gantungan kunci mobil, cover handphone dan gantungan kunci sepeda motor.
c. Kebutuhan Jumlah skor dari data uji tingkat penerimaan konsumen terhadap faktor kebutuhan, menunjukkan bahwa produk yang paling dibutuhkan responden yaitu cover handphone sebanyak 1.260 skor, gantungan kunci mobil sebanyak 910 skor dan gantungan kunci sepeda motor sebanyak 830 skor. Hasil tersebut menunjukkan bawa 100% kepemilikan handphone mempengaruhi penerimaan konsumen, sedangkan 74% kepemilikan sepeda motor tidak mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan produk, karena penerimaan terhadap gantungan kunci mobil lebih besar daripada gantungan kunci sepeda motor. d. Warna Jumlah responden dari data uji tingkat penerimaan konsumen terhadap warna produk untuk setiap model yaitu sebagai berikut. 1). Gantungan kunci mobil: 24 responden menyukai warna hitam dan 26 lainnya menyukai warna coklat. 2). Gantungan kunci sepeda motor: 23 responden menyukai warna hitam dan 27 lainnya menyukai warna coklat. 3). Cover handphone: 33 responden menyukai warna hitam dan 17 lainnya menyukai warna coklat.
Prodi Teknologi Hasil Perikanan
Page 68
Jurusan Perikanan, Fak. Pertanian UGM