ESENSI, Volume 12 No.2/2009 ANALISIS PENERAPAN TARGET COSTING DALAM PENETAPAN HARGA BANDWIDTH DEDICATED UNTUK MENGOPTIMALKAN PERENCANAAN LABA (Studi kasus pada PT Generasi Indonesia Digital) F. Agung Himawan Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav 24 Jakarta 13340 (021) 8564932 ABSTRAK Metode target costing merupakan metode yang dapat mengefisiensikan biaya produk atau jasa sepanjang daur hidup produk bandwidth dedicated dan diterapkan pada tahap penelitian dan proses produksi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui penerapan target costing untuk produk bandwidth dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital dan apakah penerapan target costing tersebut dapat mengoptimalkan perencanaan laba perusahaan atau tidak. Dari hasil analisa penulis dengan metode target costing, dapat disimpulkan bahwa target costing dapat diterapkan pada produk bandwidth dedicated dan juga dapat mengoptimalkan perencanaan laba. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai drifting cost yaitu Rp. 2.035.711.899,-, dan target costing yaitu Rp. 1.893.770.589,-, ada selisih diantara keduanya yang artinya perusahaan masih dapat melakukan efisiensi biaya. Setelah di lakukan efisiensi biaya menghasilkan drifting cost mencapai target costing, maka dalam penyusunan proyeksi laba/rugi perusahaan setelah target costing menghasilkan peningkatan laba menjadi Rp.117.660.863 dan perusahaan mendapatkan ROS sejumlah 5,8%. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring meningkatnya kebutuhan perusahaan-perusahaan akan tehnologi informasi, banyak perusahaan IT yang menawarkan produk untuk pemenuhan kebutuhan tersebut yaitu semakin banyaknya perusahaan internet yang lazim disebut dengan ISP (Internet Service Provider) yang memberikan layanan dan menyediakan koneksi internet. Penentuan harga ini menjadi sangat penting bagi setiap perusahaan Internet atau Internet Service Provider, banyak cara atau metode untuk melakukan perhitungan harga tersebut tetapi banyak perusahaan Internet yang melakukan perhitungan berdasarkan hitungan sendiri atau berdasarkan feeling dengan mengacu pada biaya-biaya yang dikeluarkan. Perusahaan tidak dapat mengendalikan harga kecuali pasarlah yaitu permintaan dan penawaran yang menentukan harga, metode target costing dikembangkan berdasarkan observasi dari dua karakteristik penting pasar dan biaya, proses target costing merupakan sebuah sistem perencanaan laba dan pengendalian biaya hingga dapat menghasilkan harga yang sesuai dengan keinginan pasar tanpa merugikan perusahaan artinya target perusahaan tetap dapat tercapai. Batasan Masalah Dengan alasan adanya beberapa produk yang ditawarkan oleh PT Generasi Indonesia Digital, maka dalam penulisan ini akan dibatasi pada satu produk dengan persentase penjualan paling besar, produk tersebut adalah Bandwidth Dedicated. Adapun data pada periode tahun 2005. F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 1
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Perumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan target costing dalam penentuan harga bandwidth dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital? 2. Apakah penerapan target costing dapat mengoptimalkan perencanaan laba pada PT Generasi Indonesia Digital ? Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun tujuan dari analisa ini adalah sebagai berikut, : 1. Untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuan harga bandwidth dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan target costing dapat mengoptimalkan perencanaan laba pada PT Generasi Indonesia Digital. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal. Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi tersebut. 2.2 Konsep Harga Persaingan yang semakin ketat dan kompetitif membuat penetapan harga jual produk bukan hal gampang dan harga merupakan elemen yang akan menghasilkan pendapatan. Selain di pengaruhi oleh biaya-biaya, harga jual kerap ditentukan oleh pasar, sehingga harga pasar (market price) di gunakan untuk menentukan target biaya. 2.3 Pengertian Harga Harga terbentuk dari hasil kesepakatan antara pembeli dan penjual dalam menilai suatu produk (barang atau jasa) dan nilai tersebut tercermin dalam harga yang dinyatakan dalam unit moneter. Ada beberapa pertimbangan penting dalam penentuan harga jual menurut Boyd dan Walker hal. 45 [ 2], yaitu : (a) Sifat permintaan pada pasar yang dituju (b) Strategi bisnis dan pemasaran (c) Diferensiasi produk (d) Harga pesaing (e) Harga barang-barang pengganti (f) Biaya produk Dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar untuk memiliki atau menggunakan suatu produk. 2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Dari definisi harga yang dikemukakan diatas, tentunya perlu diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan harga jual. Soemarso S.R hal.20 [3] mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 2
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 (a) Biaya (cost) Jika harga jual yang ditetapkan dan volume penjualannya ternyata tidak dapat menutupi biaya yang telah terjadi, maka tentunya perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan yang diharapkan, bahkan mengalami kerugian. (b) Harga barang pesaing (Competitive prices) Harga barang pesaing ini juga mempengaruhi karena jika kita menghasilkan barang yang sama dengan pesaing, sedangkan harga jual yang kita tetapkan ternyata lebih mahal, maka produk kita akan tersisih. (c) Pasar (Market) Selain itu pasar juga berpengaruh karena dipasar terjadi interaksi antara permintaan dan penawaran. (d) Elastisitas permintaan (elasticity demand) Elastisitas permintaan yaitu bila penjual ingin menaikan volume penjualannya sedangkan kurva permintaan untuk produk tersebut adalah elastis, maka cukup menurunkan harga sedikit dan memperoleh kenaikan volume yang lebih besar. (e) Reaksi pesaing dan konsumen (competitor and consumer reaction) Reaksi pesaing juga harus diperhatikan karena jika pesaing menetapkan harga lebih murah untuk produk yang sejenis, maka konsumen cenderung untuk membeli produknya. Sedangkan menurut Mulyadi, M.sc hal.347 [4] faktor-faktor mempengaruhi harga jual produk dan jasa adalah ditentukan oleh : a. Penimbangan permintaan b. Penawaran di pasar
yang
Dengan demikian biaya bukan merupakan penentuan harga jual, karena permintaan Menurut Sardjono I.N seperti yang dikutip oleh Soemarso S.R , hal.21 [3] faktor-faktor tersebut adalah : 1. Penilaian subyektif oleh konsumen atas barang/jasa tersebut 2. Harga pokok dari pada barang/jasa 3. Strategi harga oleh perusahaan-perusahaan pesaing 4. Peraturan pemerintah Apabila diteliti, faktor-faktor tersebut diatas merupakan akibat tindakan keempat pihak yang berhubungan dengan masalah penetapan harga. Pihakpihak itu adalah : 1. Konsumen/pembeli 2. Perusahaan itu sendiri 3. Perusahaan Pesaing 4. Pemerintah Pihak-pihak itu nantinya juga turut berperan dalam kebijaksanaan harga (Pricing Policy). Menurut Commitee on Price Determination for the Conference on price Research seperti yang di kutip oleh Soemarso S.R hal.25 [3]. Kebijaksanaan harga (pricing policy) adalah, The general principles and rules, if any, that are employed by a firm in making price decision, regardless of whether or not these principles are rationally explicable with reference to a market ebvironment in which the firm operates.
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 3
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 2.5 Perencanaan Laba Perencanaan laba dilakukan dan dimiliki oleh setiap perusahaan sebagai acuan dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan perusahaan, yang selanjutnya ditujukan untuk sasaran akhir perusahaan dan bermanfaat sebagai pedoman untuk mempertahankan arah kegiatan yang pasti. Dalam perencanaan laba, harus mempertimbangkan unsur yang mempengaruhi laba yaitu pendapatan dan biaya dalam suatu periode. Menurut Ir. Kuswadi, MBA, hal.17 [1] “Secara sederhana, laba atau rugi adalah pendapatan dikurangi seluruh beban/biaya yang telah dikeluarkan, sebagaimana terlihat dalam persamaan laba rugi dibawah ini”.
PENDAPATAN – BEBAN/BIAYA = LABA (RUGI)
2.6 Konsep Biaya Biaya merupakan unsur utama dalam penelitian ini. Dalam membahas masalah biaya, dikenal dengan istilah ”Different cost for different purpose” istilah tersebut menjelaskan bahwa biaya merupakan alat informasi pengelolaan didalam perusahaan yang dijalankan oleh manajemen, agar pengelolaan perusahaan tersebut berjalan secara efektif. Biaya merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menetapkan harga jual produknya. Biaya menjadi batas terendah bagi perusahaan dalam menetapkan harga produknya. 2.6.1 Pengertian Biaya Menurut Charles T. Horngren hal.73 [6] ”Biaya dapat dirumuskan sebagai suatu pengorbanan atau penyerahan sumber-sumber daya untuk tujuan tertentu. Biaya seringkali diukur dengan satuan-satuan moneter (misalnya dollar atau rupiah) yang harus dibayar untuk barang dan jasa” Biaya adalah suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan guna mendapatkan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal terjadinya dinyatakan dengan pengurangan kas atau harga lainnya pada saat kini atau dimasa mendatang. Menurut Usry Hammer hal. 20-21 [7] : “Expense may be defined as a measured outflow of goods or services, which is matched with revenue to determine income or as ….. The decrease in net assets as a result of the use of services in the creation of revenue or of the imposition of taxes by government units. Expense is measured by the amount of the decrease in assets or the increase in aliabilities related to the decrease in assets goods and the rendering of service…. Expense in its broadest sense includes all expired costs which are deductible from revenues.” Dari penjelasan yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang yang dilakukan untuk memperoleh aktiva dan dapat memberikan manfaat ekonomis dimasa yang mendatang, dan dikelompokan sebagai harta.
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 4
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 2. Beban (expense) adalah pengorbanan sumber ekonomis atau manfaat yang telah diberikan dan sekarang telah habis yang merupakan pengurangan dari pendapatan. 2.6.2. Klasifikasi Biaya Biaya diklasifikasikan secara berbeda-beda dan tidak ada yang lebih superior antara klasifikasi yang satu dengan yang lain, karena semua klasifikasi tersebut penting dan berguna. Klasifikasi yang memadai tergantung dari lingkungan organisasi, produk perusahaan, tujuan dari analisa biaya itu sendiri dan kebutuhan manajemen. Hammer et al, hal.28-29 [8] mengklasifikasikan biaya berdasarkan hubungan biaya dengan beberapa hal dibawah ini, : 1. Produk 2. Volume produksi 3. Departemen pabrikase dan bagian-bagian lainnya 4. Periode akuntansi 5. Tujuan pengendalian 6. Keputusan, tindakan atau evaluasi Dan pengelompokannya berdasarkan pada beberapa hal, berikut disampaikan pada penjelasan dibawah ini, 1. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Fungsi Pokok perusahaan, hubungannya dengan produk Berdasarkan hal ini biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : Pertama, biaya pabrikase disebut juga biaya produksi (biaya manufaktur) atau biaya pabrik (Factory cost), yaitu biaya yang terjadi sehubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dibagi menjadi : (1) Biaya Bahan baku (direct material/DM) yaitu semua bahan/material yang membentuk bagian-bagian integral, bagian yang melengkapi suatu produk jadi dan dapat dimasukan langsung dalam kalkulasi biaya produk. Sebaliknya bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk tersebut namun tidak menjadi bagian dari produk atau mungkin menjadi bagian dari produk namun tidak dapat ditelusuri secara langsung. (2) Biaya tenaga kerja langsung (direct labour), yaitu tenaga kerja yang mengubah bahan langsung menjadi produk jadi dan dapat langsung ditelusuri ke produk-produk tersebut. (3) Biaya Overhead (factory overhead/manufacturing overhead/FOH), yaitu biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrikase yang tidak dapat dibebankan langsung pada produk tertentu. Kedua, biaya komersial diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok besar yaitu, (1) Biaya Pemasaran (distribusi dan penjualan), yaitu menyangkut semua biaya yang dikeluarkan mulai pada saat penerimaan pesanan pelanggan sampai saat produk jadi/jasa sampai ke tangan pelanggan. (2) Biaya administrasi, meliputi semua biaya yang terjadi dalam mengendalikan perusahaan, yang tidak termasuk biaya produksi atau pemasaran.
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 5
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 2. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Perilaku Biaya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Berdasarkan hal ini biaya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : (1) Biaya variabel, yaitu biaya yang berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (2) Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya perubahan volume penjualan. (3) Biaya semivariabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan volume penjualan. 3. Klasifikasi Biaya Berdasarkan Hubungan Antara Biaya dengan Departemen Pabrikase (Manufacturing Departement) Pada umumnya, departemen-departemen dalam sebuah pabrik dapat di golongkan ke dalam dua kategori, yaitu departemen produksi dan departemen jasa. Biaya-biaya yang dikeluarkan departemen produksi akan dibebankan kepada produk dan biaya-biaya dari departemen jasa merupakan bagian dari total overhead pabrik, karena itu harus dimasukan dalam biaya produk. (a) Beban langsung dan tidak langung bagi sebuah departemen Suatu biaya yang berasal dari sebuah departemen yang segera dapat diidentifikasikan pada departemen tersebut dapat dianggap sebagai biaya departemen langsung. Jika suatu biaya dipikul bersama oleh beberapa departemen yang mengambil manfaat dari pengeluaran biaya tersebut, maka biaya itu dinamakan biaya tidak langsung atau biaya bersama (common cost). (b) Beban bersama dan biaya gabungan/biaya bersama (common cost) Adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa-jasa oleh dua operasi atau lebih. Biaya gabungan (Koint cost) terjadi bila produksi suatu jenis barang hanya dapqat dilakukan jika satu jenis barang lain atau lebih juga di produksi pada saat yang sama. 2.7 Metode Target Costing 2.7.1 Pengertian Target Costing Metode atau sistem pengukuran biaya terus berkembang. Namun sistem pengukuran tersebut saling melengkapi. Salah satunya adalah target costing. Target costing merupakan suatu proses manajemen biaya dan perencanaan keuntungan yang dilakukan secara sistematis. Metode target costing menetapkan biaya target untuk membantu masing-masing fungsi dalam merencanakan dan merancang konsep yang tepat agar produk yang dihasilkan berhasil di pasar dan memperoleh laba yang diinginkan. Target costing efektif diterapkan pada tahap perencanaan sehingga membantu manajemen dalam mengoptimalkan perencanaan laba. Dalam melakukan target costing ini, ada enam prinsip utama yang harus dilakukan. (1) Prinsip Pertama, biaya yang mengikuti harga atau priceled costing. Menurut prinsip pertama ini, harga pasar suatu produk digunakan untuk menentukan target biaya yang terjadi atau biaya yang akan dikurangi. (2) Prinsip kedua, fokus pada konsumen. Konsumen tentu menginginkan suatu produk yang bermutu tinggi, dengan harga yang murah dan waktu pengiriman yang cepat. (3) Prinsip Ketiga, Fokus pada desain. Pengendalian biaya ditekankan pada tahap desain proses dan produk. (4) Prinsip keempat, melibatkan berbagai fungsi atau bidang. Suatu tim yang terdiri dari berbagai fungsi atau bidang perlu dilibatkan dalam membuat suatu produk. F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 6
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 (5) Prinsip kelima, adalah keterlibatan rantai nilai (value-chain). Semua pihak yang terlibat dalam rantai nilai, sepertisupplier, distributor, penyedia jasa, dan konsumen harus dilibatkan dalam proses target costing. (6) Prinsip keenam yaitu terakhir, adalah melakukan orientasi terhadap siklus hidup produk (product lifecycle). Beberapa literatur yang mengemukakan pengertian target costing, yaitu : 1. Menurut Hansen dan Mowen, hal. 509 [9] ”Kalkulasi biaya target (target costing) adalah suatu metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana pelanggan bersedia membayarnya. Ini juga sering disebut sebagai kalkulasi biaya berdasarkan harga (price-driven costing).” 2. Menurut Mc Watters, Morse dan Zimmerman hal. 113 & 126 [10]: ”Target costing is a strategic management prosess for reducing costs at the early stages of product planning and design. Target costing begins with the identification of a market opportunity and the design of a product or service to meet the market opportunity and make a profit for the organization.” Metode target costing memperlakukan biaya sebagai variabel dependen, yaitu ditentukan dari hasil harga target dikurangi laba target. Formula target costing dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut : Biaya Target = Harga Target – Laba Target Setelah biaya target didapatkan, selanjutnya manajemen mencari cara untuk merekayasa ulang komponen, memperbaiki rancangan, menemukan cara produksi yang lebih efisien, dan menurunkan biaya pemasok 2.7.2 Alasan Penerapan Target Costing Menurut Garrison, Noreen, [11], metode target costing dikembangkan berdasarkan observasi dari dua karakteristik penting yaitu pasar dan biaya. 1. Pertama adalah bahwa perusahaan tidak dapat megendalikan harga, kecuali pasarlah (Permintaan dan Penawaran) yang menentukan harga, dan perusahaan yang berusaha untuk mengabaikan hal ini, mereka menanggung resikonya sendiri. 2. Kedua adalah bahwa sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap desain. 2.7.3 Karakteristik target Costing Menurut R.A Supriyono hal 155 [12], karakteristik target costing adalah sebagai berikut : 1. Target costing diterapkan dalam tahap pengembangan dan perencanaan serta costing ini berbeda dari sistem pengendalian biaya standar yang diterapkan dalam tahap produksi. 2. Target costing bukan merupakan metode manajemen untuk pengendalian biaya dalam pemikiran tradisional, namun salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi biaya. 3. Dalam proses penentuan biaya target, banyak metode ilmu manajemen yang digunakan, sebab tujuan manajerial penentuan biaya target meliputi teknikteknik pengembangan dan perancangan produk. 4. Kerjasama banyak departemen diperlukan dalam melaksanakan target costing. 5. Target Costing disesuaikan dengan produk yang akan di produksi. F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 7
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 2.7.4 Tujuan Target Costing Berdasarkan beberapa teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa target costing mempunyai dua tujuan, yaitu : 1) Untuk mengurangi biaya produk baru agar tingkat keuntungan yang dikehendaki dapat tercapai 2) Untuk memotivasi seluruh karyawan perusahaan agar memperoleh laba target pada saat pengembangan produk baru dengan menjalankan metode target costing di seluruh aktivitas perusahaan. 2.7.5 Tahap-tahap Pelaksanaan Target Costing Menurut R.A Supriyono hal 156 [12] proses target costing secara luas dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu : 1) Perencanaan korporasi. Tahap ini dimulai dengan dilakukannya penelitian pasar untuk mengetahui kebutuhan/keinginan konsumen, harga yang berlaku dan volume produksi yang diinginkan. 2) Pengembangan proyek produk baru tertentu. Pada tahap ini, departemen perencanaan korporasi memberi informasi kepada departemen perencanaan perekayasaan tentang jenis produk yang ingin dikembangkan dan isi perubahan rancangan model yang didasarkan atas riset pasar. 3) Penentuan rencana dasar untuk produk baru tertentu. Dalam tahap ini, manajer produk meminta setiap departemen untuk menelaah : (1) bahan yang diperlukan; (2) Proses pengolahan; dan (3) Menaksir biaya. Sesuai dengan laporan yang dibuat oleh departemen-departemen tersebut, dihitunglah biaya taksiran total (drifting cost). Dalam waktu yang sama, harga target ditentukan oleh divisi pemasaran. Dari harga target dan laba, selanjutnya dapat dihitung biaya yang diperkenankan (allowable cost) atau biaya target (target cost) melalui pengurangan dari harga jual target dengan laba target. 4) Rancangan produk. Pada tahap ini, departemen rancangan menyusun draft cetak biru percoban untuk sekumpulan biaya target setiap komponen. Kegiatan ini memerlukan informasi dari setiap departemen. Departemen rancangan juga membuat produk percobaan yang sesungguhnya sesuai dengan cetak biru yang telah dibuat, kemudian departemen manajemen biaya menaksir biaya tersebut. Drifting cost dihitung sebagai biaya yang diestimasikan berdasarkan biaya periode yang sedang berjalan (current cost projection). 5) Rencana pemindahan produksi. Pada tahap ini, kondisi perlengkapan produksi diperiksa dan departemen manajemen biaya menaksir biaya sesuai dengan draft cetak biru. Departemen perekayasaan produksi menyusun standar nilai bahan yang akan dikonsumsi, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya. 2.7.6 Prosedur Penerapan Target Costing Menurut Amin Wijaya Tunggal hal 200-206 [13], penetapan target cost dapat menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kondisi yang ada pada tiap perusahaan namun umumnya ada tiga tahap prosedur penetapan target costing yaitu : (1) Perencanaan dan desain produk yang berkualitas tinggi yang dapat sangat memenuhi kebutuhan pelanggan. (2) Menentukan target cost untuk produk dan kemudian membuat target dengan menerapkan perekayasaan nilai (Value Engineering). Secara singkat allowable cost ditentukan dengan cara sebagai berikut: F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 8
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 a.
b.
Suatu kemampulabaan (profitability) produk diperkirakan berdasarkan indeks kemampulabaan target (target profitability indeks) yaitu rasio laba terhadap modal sendiri yang menentukan rencana jangka panjang. Harga produk dan biaya ditentukan untuk mencapai laba yang ditargetkan. Biaya yang ditargetkan dihitung berdasarkan allowable cost method, menurut Amin Wijaya Tunggal hal 200-206 [13] adalah sebagai berikut :
Rencana laba jangka panjang Indeks kemampulabaan
Harga jual yang ditargetkan - Laba yang ditargetkan = Biaya yang diperlukan (target selling price) (target profit) (allowable cost)
Biaya yang (target cost)
ditargetkan
Drifting cost dihitung sebagai biaya yang diestimasikan berdasarkan biaya produk yang sedang berjalan (current cost projection). Perhitungan ini dilakukan oleh departemen suatu perusahaan. (3) Mendapat Target Cost pada tahap produksi, dengan menggunakan metode biaya standar (Standar costing) Pada tahap ini, pekerja pabrik bertangung jawab menspesifikasikan aktivitas aktual setelah mengadakan target cost. Secara umum dapat dikatakan target cost digunakan menetapkan biaya standar. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk, baik dalam kondisi operasi berjalan maupun yang diantisipasi. 2.7.7 Target Costing (biaya target) versus Standard Cost (Biaya standar) Tabel 2.1 Perbedaan Standard Cost dengan Target Cost No 1
2
3
4
Standard Cost Penetapannya berdasarkan pada analisa internal dari proses manufaktur Penetapan standar mengacu pada insinyur (engineer) Biaya standar + Mark up yang diinginkan = harga pasar yg diinginkan Diterapkan pada tahap produksi
No 1
Hanya menekankan pada penentuan dan pencapaian standard cost
4
2
3
Target Cost Penetapannya berdasarkan pada analisa exsternal dari pasar dan pesaing Penetapan standar mengacu pada pasar. Harga pasar yg kompetitif – Mark Up yg diinginkan = biaya yang diperkenankan (allowable cost) Diterapkan pada tahap pengembangan dan perancangan produk Menekankan pada penentuan dan pencapaian target cost dan mendorong untuk pengurangan biaya
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 9
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk produk, baik dalam kondisi operasi maupun yang diantisipasikan. Biaya standar memiliki dua komponen yaitu : (a) Standar fisik, merupakan kuantitas standar masukan-keluaran. Penetapan biaya standar yang didasarkan pada standar fisis dibagi menjadi, 4.
5. a.
b.
c.
Standar dasar (basic standar) Adalah tolak ukur yang digunakan sebagai patokan pembanding untuk prestasi kerja yang diharapkan dan yang sesungguhnya. Standar yang berlaku (current standard) Standar aktual yang diharapkan Adalah standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi yang diharapkan akan terjadi. Standar ini merupakan estisasi yang cukup wajar atas hasil aktual. Standar normal Adalah standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi yang normal. Standar teoritis Adalah standar yang ditetapkan untuk suatu tingkat operasi dan efisiensi yang ideal atau maksimum.
(b) Standar harga, merupakan biaya standar atau tarif per unit masukan atau input. Keberhasilan metode penetapan biaya standar ini sangat tergantung pada keandalan, ketepatan dan sikap menerima perusahaan terhadap standar tersebut, kecermatan juga diperlukan sekali untuk meyakinkan bahwa faktor telah dipertimbangkan dalam menetapkan standar. 3. METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Dalam penulisan ini, penulis menggunakan Metode atau Analisa Deskriptif yang melukiskan keadaan objek atau persoalannya, tetapi tidak menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Metode Deskriptif ini yang akan menjelaskan data pada waktu sekarang serta untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada dan hal hal yang berkaitan dengan kemungkinan penerapan target costing pada PT Generasi Indonesia Digital. 3.2 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penulisan ini adalah mengenai penetapan harga bandwidth dedicated untuk mengoptimalkan laba dengan metode target costing pada perusahaan jasa internet PT Generasi Indonesia Digital (Gen-iD) periode tahun 2005. 3.3 Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, karena data yang ada merupakan data yang sudah ada pada perusahaan tersebut contohnya laporan penjualan, daftar harga produk yang dimiliki perusahaan, daftar perbandingan harga dengan perusahaan lain yang memiliki produk yang sama. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Berikut beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan, F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 10
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 1. Dokumentasi, 2. Wawancara, 3. Penelitian Kepustakaan (Library research),
3.5 Metode Analisis Data Setelah diperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang ada, maka data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode sebagai berikut : 1. Analisis kuantitatif Analisa kuantitatif adalah suatu cara analisis yang memakai rumus-rumus untuk menentukan biaya target dan angka-angka untuk menjelaskan pemahaman tentang data yang digunakan. a.
Tahap pertama yang dilakukan penulis adalah pengembangan dan penentuan produk milik perusahaan yang akan di analisa.
b. Melakukan analisa proses produksi, hal ini dilakukan dengan tujuan agar penulis dapat memahami proses produksi secara keseluruhan akan produk yang dianalisa dengan harapan lebih akuratnya pembagian komponen biaya dalam perhitungan selanjutnya. c.
Selanjutnya dengan melakukan analisa harga, terdiri dari harga yang berlaku saat ini di perusahaan, harga kompetitir dan kemungkinan harga pasar.
d. Penentuan perhitungan dengan metode target costing
Target profit = Return on sales (ROS) = net income
: penjualan
Target cost = Target selling price – target profit
e.
Menghitung ratio untuk pembebanan biaya pada produk, dengan mengacu pada persentase ratio dari hasil penjualan thn 2005 perusahaan. Product Penjualan Ratio / % A X1 X1 / Y x 100% = (A%) B X2 X2 / Y x 100% = (B%) C X3 X3 / Y x 100% = (C%) D X4 X4 / Y x 100% = (D%) Total Y 100%
f.
Dalam perhitungan dengan metode target costing, digunakan perhitungan dengan ratio yang sudah di dapat pada perhitungan sebelumnya (point e). Product
B. Bahan Baku (a)
B. TKL (b)
B. Over Head (c)
B. lain-lain (d)
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 11
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 A B C D Total
A% x (a) B% x (a) C% x (a) D% x (a) (a)
A% x (b) B% x (b) C% x (b) D% x (b) (b)
A% x (c) B% x (c) C% x (c) D% x (c) (c)
A% x (d) B% x (d) C% x (d) D% x (d) (d)
g. Mengumpulkan semua biaya yang muncul pada proses produksi, dilanjutkan dengan membuat biaya taksiran (drifting cost) Biaya taksiran (drifting cost) = Biaya bahan + biaya tenaga kerja + biaya proses + biaya overhead pabrik lainnya + biaya R & D + biaya pemasaran + biaya administrasi
Biaya taksiran (drifting cost) = Total Biaya x X% (Persentase produk Bandwidth dedicated) h. Melakukan perhitungan ulang (cost reduction) dan kemungkinan untuk melakukan efisiensi biaya. i.
Analisis Optimalisasi laba, dengan membuat proyeksi berdasarkan target costing.
2. Analisis kualitatif Analisa kualitatif merupakan suatu cara analisis dengan memberikan penjelasan yang bersifat definisi atas istilah teknis dan teoritis dengan mendeskripsikan suatu proses dan dengan cara pembahasan yang logis dan sistematis. 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan dan Perencanaan Target Sebagaimana diketahui bahwa target costing merupakan sistem perencanaan laba jangka panjang dan pengendalian biaya yang berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan konsumen untuk membayar produk atau jasa yang ditawarkan serta efisiensi biaya produk. Analisa dan pembahasan dilakukan penulis dengan menelusuri tahapan untuk mencapai tujuan dalam penerapan metode target costing, mulai dari menganalisa proses produksi, analisa harga pasar, penghitungan laba target, target costing, drifting costing, melakukan efisiensi biaya sehingga mendapatkan kesimpulan pencapaian optimalisasi perencanaan laba perusahaan. 4.1.1 Analisa Proses Produksi Analisa proses produksi dilakukan untuk memahami lebih dalam akan produk yang dihasilkan, dan juga dapat mempermudah penulis dalam melakukan tahap selanjutnya menuju target costing. Proses produksi yang ditampilkan ini adalah proses produksi secara spesifik menyangkut produk yang akan di jadikan objek penelitian dalam penulisan skripsi ini, yaitu Bandwidth Dedicated, gambar dibawah ini F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 12
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 merupakan proses pengiriman bandwidth dedicated dari GEN-ID sampai kepelanggan dengan teknologi leased line.
Gambar 4.1 : Konfigurasi Leased Line
4.1.2 Analisa Harga Analisa harga dilakukan untuk menambah informasi pada tahap selanjutnya, harga bandwidth dedicated suatu perusahaan internet service provider dengan perusahaan lain yang sejenis (competitor) tidak mempunyai perbedaan yang signifikan, perbedaan diantaranya hanya berkisar 2,5% sampai dengan 15% dari prise list. Tabel 4.1 Daftar Harga Pesaing (Competitor) Keteran RADNET gan INDONET CBN INDOSAT 64 Kbps
Rp 3.200.000
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000
Rp 4.700.000
128 Kbps
Rp 6.200.000
Rp 7.000.000
Rp 6.400.000
Rp 8.000.000
256 Kbps
Rp12.100.000
Rp13.000.000
Rp11.600.000
Rp 13.500.000
512 Kbps
Rp 23.200.000
Rp24.000.000
Rp22.000.000
Rp 24.200.000
1024 Kbps
Rp 43.800.000
Rp46.000.000
Rp
Rp 44.400.000
-
Untuk menghindari ketidakfokusan pada masalah, penulis hanya penampilan harga competitor untuk harga produk yang akan di analisa. Daftar harga untuk produk bandwidth dedicated di GEN-ID, adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Daftar Harga Produk Bandwidth Dedicated GEN-ID NO
Keterangan
Harga
1
64 Kbps
Rp
2
128 Kbps
Rp
6,900,000
3
256 Kbps
Rp
12,700,000
4
512 Kbps
Rp
23,900,000
5
1024 Kbps
Rp
45,000,000
3,900,000
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 13
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Setelah mendapatkan komponen harga diatas yaitu harga bandwidth dedicated dan harga leased line, maka total biaya yang harus di bayar oleh pelanggan adalah sebagai berikut :
NO
Tabel 4.3 Daftar Total Biaya untuk Koneksi Internet DESCRIPTIO N BANDWIDTH LEASED LINE TOTAL PRICE
1
64 Kbps
Rp
3,900,000
Rp
1,350,000
Rp
5,250,000
2
128 Kbps
Rp
6,900,000
Rp
2,130,000
Rp
9,030,000
3
256 Kbps
Rp
12,700,000
Rp
3,400,000
Rp
16,100,000
4
512 Kbps
Rp
23,900,000
Rp
5,400,000
Rp
29,300,000
5
1024 Kbps
Rp
45,000,000
Rp
8,500,000
Rp
53,500,000
Hasil analisa dan perbandingan harga GEN-ID dengan harga pesaing yaitu INDONET, CBN, RadNet dan INDOSAT terlihat adanya perbedaan. Jika dibandingkan dengan CBN dan INDOSAT, GEN-ID memiliki harga yang lebih baik dan memungkinkan bersaing, namun jika dibandingkan dengan INDONET dan RadNet, harga GEN-ID masih lebih tinggi. Berdasarkan pengamatan penulis bahwa kemampuan pasar cenderung menginginkan harga murah dengan kualitas bandwidth dedicated yang baik. Penulis mencoba menyimpulkan bahwa dengan situasi harga pasar tersebut diatas, GENID mempunyai pilihan antara menurunkan harga atau tetap bertahan dengan harga yang ada saat ini. 4.2 Laba Target Penulis melakukan perhitungan laba target berdasarkan historical data yang ada di perusahaan, sebagai bahan acuan perhitungan adalah laporan laba/rugi perusahaan tahun 2005. Perhitungan laba target di lakukan untuk mendapatkan persentase laba/profit perusahaan yang kemudian nilai tersebut akan digunakan dalam perhitungan target costing. Rumus yang di gunakan untuk menghitung laba target adalah, Target Profit = Net Income (Laba Target) : Penjualan Diketahui : Net Income 2005 = Rp. 271.597.684,Penjualan 2005 = Rp. 4.162.675.765,-
Target Profit =
=
271.597.684 _____________ X 100% 4.162.675.765 7%
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 14
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas, maka dihasilkan target profit sebesar 7% artinya perusahaan mempunyai net profit sebesar 7% dari total pendapatan perusahaan selama tahun 2005.
4.3 Target Costing Target costing dihitung dengan menggunakan informasi tentang harga jual atau penjualan dan target profit untuk produk. Penjualan ditentukan berdasarkan informasi dari laporan laba/rugi perusahaan tahun 2005, dan target profit ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus net income/laba target dibagi penjualan dari informasi laba/rugi perusahaan tahun yang sama yaitu 2005. Target Costing = Target Selling Price –Target Profit
Target Costing
= Rp. 2.036.312.461 – ( 7% x 2.036.312.461 ) = Rp. 2.036.312.461 – 142.541.872 = Rp. 1.893.770.589
Total penjualan untuk bandwidth dedicated tahun 2005 adalah Rp. 2.036.312.461,- setelah dilakukan perhitungan guna mencapai tujuan yaitu efisiensi biaya dengan metode target costing maka mendapatkan hasil Rp. 1.893.770.589,-. Artinya untuk mencapai laba yang diharapkan perusahaan, tidak boleh melebihi target cost sejumlah Rp. 1.893.770.589,-. Jika hal ini terjadi maka harus dilakukan penekanan atau efisiensi biaya. 4.4 Drifting Cost Drifting Cost adalah biaya taksiran, perhitungan drifting cost dilakukan dengan menjumlahkan biaya produksi dan biaya non produksi. Setelah seluruh biaya dijumlahkan, akan dikalikan dengan alokasi biaya produk. Pada tahap ini untuk melakukan drifting cost, sebelum menjumlahkan seluruh biaya, penulis melakukan perhitungan alokasi untuk pembebanan biaya pada produk. 4.4.2 Menghitung Alokasi untuk Pembebanan Biaya pada Produk Pada tahap ini penulis menentukan alokasi untuk pembebanan biaya produk, menghitung persentase dengan sumber informasi mengacu pada hasil penjualan perusahaan tahun 2005. Berikut ditampilkan alokasi setiap produk, adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Daftar Alokasi Biaya Produk No
Produk
Rp
%
1
Bandwidth
2.036.312.461
49%
2
Collocation
1.375.654.690
33%
3
Project
311.818.182
7,5%
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 15
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 4
Lain-lain Total Omzet
438.890.432
10,5%
4.162.675.765
100%
Dari hasil yang ditampilkan pada table diatas, mempunyai arti bahwa penjualan untuk produk bandwidth dedicated dengan jumlah Rp. 2.036.312.461,mempunyai alokasi biaya sebesar 49% dari total biaya yang digunakan perusahaan. 4.4.1 Pengumpulan Komponen Biaya Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan biaya yang timbul pada proses produksi, biaya diambil dari laporan laba/rugi perusahaan tahun 2005. Setelah melakukan analisa ulang maka dipisahkan antara biaya yang berhubungan langsung dengan produk (biaya pabrikasi) dengan biaya administrasi umum dan biaya pemasaran. Berikut penulis tampilkan daftar komponen biaya yang telah di kelompokan dan di hitung alokasinya untuk produk bandwidth dedicated: Biaya Taksiran (Drifting Cost) = Total Biaya x n% (Alokasi Produk Bandwidth Dedicated)
Biaya Taksiran (Drifting Cost) = Rp. 4.154.514.079 x 49 % = Rp. 2.035.711.899 Dalam setiap komponen biaya, dapat dilihat seperti pada tabel 5.6 dibawah ini, Tabel 4.5 Daftar Biaya Drifting Cost Biaya Produksi
Total Biaya
Biaya Bandwidth
B. Bahan Langsung
Rp1,647,206,554
49%
Rp
807,131,211
B. Tenaga Kerja Langsung
Rp
113,136,261
49%
Rp
55,436,768
B. Overhead
Rp1,514,639,735
49%
Rp
742,173,470
B. Adm dan Umum
Rp
788,901,993
49%
Rp
386,561,977
B. Pemasaran
Rp
90,629,536
49%
Rp
44,408,473
Biaya Non Produksi
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 16
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Rp4,154,514,079
Rp2,035,711,899
Setelah mengalokasikan biaya untuk produk bandwidth dedicated yaitu 49% dari total biaya, di dapat hasil dengan nilai Rp. 2.035.711.899,- yang artinya bahwa biaya taksiran untuk produk bandwidth dedicated adalah senilai Rp. 2.035.711.899,Setelah penulis melakukan perhitungan target costing dan juga drifting cost, maka di dapatkan hasil dari masing-masing perhitungan yaitu dengan target costing Rp. 1.893.770.589,- sedangkan perhitungan dengan drifting cost Rp. 2.035.711.899,-. Dapat kita lihat bahwa ada selisih diantara keduanya, selisihnya adalah ( Rp. 2.035.711.899 – Rp. 1.893.770.589 = Rp. 141.941.310 ) artinya dengan penerapan metode target costing perusahaan dapat melakukan optimalisasi biaya mencapai RP. 141.941.310,- sehingga optimalisasi perencanaan laba perusahaan dapat tercapai. 4.5 Efisiensi Biaya (EB) Untuk mencapai target costing, maka perlu dilakukan efisiensi biaya. Peninjauan ulang terhadap setiap komponen biaya perlu dilakukan sehingga efisiensi biaya lebih tepat sasaran, efisiensi dilakukan tanpa mengurangi kualitas produk. Ketidakefisienan biaya disebabkan karena tidak adanya perhitungan anggaran yang tepat dan juga belum tersosialisasinya aturan yang berlaku di perusahaan, contohnya adalah biaya gaji karyawan sebagai tenaga kerja tidak langsung cukup tinggi dengan terlalu banyaknya sumber daya manusia yang melakukan fungsi yang sama dalam perusahaan, hal ini dapat di efisiensikan.. Penulis telah melakukan perhitungan efisiensi biaya untuk keseluruhan biaya yang timbul, metode pembebanan biaya yang dipilih perusahaan adalah metode full costing, sehingga semua komponen biaya harus dihitung dan dialokasikan pada produk. Berikut dibawah ini efisiensi untuk setiap komponen biaya produksi. 1. Biaya Bahan langsung Biaya bahan langsung diefisiensikan sebesar 7%, angka tersebut di dapat dari hasil persentase perbandingan antara drifting cost dengan target cost. Tabel 4.6 Daftar Efisiensi Biaya untuk Biaya Bahan Langsung Biaya Produksi Biaya Bahan Langsung Total
Biaya Sebelum EB 807,131,211.46 807,131,211.46
Efisiensi Biaya (EB) 56,499,184.80 56,499,184.80
Biaya Setelah EB 750,632,026.66 750,632,026.66
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja langsung diefisiensikan dengan angka yang sama yaitu sebesar 7% dari biaya sebelumnya, ditampilkan pada tabel 4.7 dibawah ini. Tabel 4.7 Daftar Efisiensi Biaya untuk Biaya Tenaga Kerja Langsung F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 17
ESENSI, Volume 12 No.2/2009
Biaya Produksi Biaya tenaga kerja langsung Total
Biaya Sebelum EB
Efisiensi Biaya (EB)
Biaya Setelah EB
55,436,767.89
3,880,573.75
55,436,767.89
3,880,573.75
51,556,194.14 51,556,194.14
3. Biaya Overhead Beberapa komponen biaya overhead diefisiensikan masing-masing 7 % dari biaya sebelumnya, ditampilkan pada tabel 4.8 dibawah ini. Tabel 4.8 Daftar Efisiensi Biaya untuk Biaya Overhead
Biaya Produksi
Biaya Sebelum EB
Efisiensi Biaya (EB)
Biaya Setelah EB
Biaya Overhead Rak dan perangkat
137,177,453.63
-
137,177,453.63
Kabel
14,489,790.00
-
14,489,790.00
Wireless
16,317,000.00
1,142,190.00
15,174,810.00
IP VPN B.Tenaga Kerja Tidak Langsung Maintenace, System, Hardware
2,050,650.00
-
2,050,650.00
237,893,946.99
16,652,576.29
221,241,370.70
49,047,858.30
3,433,350.08
45,614,508.22
Marketing fee
276,367,020.23
19,345,691.42
257,021,328.81
Perjalanan Dinas Cadangan discount sales
1,051,295.00
73,590.65
977,704.35
1,131,900.00
79,233.00
1,052,667.00
Cadangan incentive Izin dan dokumen
1,955,100.00 4,691,456.00
136,857.00 -
1.818.243.00 4,691,456.00
742,173,470.15
40,863,488.44
701,309,981.71
Total EB pada BOP
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 18
ESENSI, Volume 12 No.2/2009
4. Biaya Administrasi dan Umum Mayoritas biaya administrasi dan umum diefisiensikan masingmasing 7 % dari biaya sebelumnya, ditampilkan pada tabel 4.9 dibawah ini, Tabel 4.9 Daftar Efisiensi Biaya untuk Biaya Administrasi dan Umum Biaya Non Produksi
Biaya Sebelum EB
Efisiensi Biaya (EB)
Biaya Setelah EB
Biaya Administrasi dan Umum THR
19,426,577.24
1,359,860.41
18,066,716.83
Tunjangan Bonus
8,049,315.26
563,452.07
Biaya Honor
3,255,805.00
Tunjangan Uang Saku
32,340,000.00
2,263,800.00
Tunjangan lembur
1,764,000.00
123,480.00
Tunjangan tlp
25,726,650.32
1,800,865.52
Tunjangan Transport
1,225,000.00
-
1,225,000.00
Tunjangan kost
882,000.00
-
882,000.00
Biaya Medical
3,981,363.68
-
3,981,363.68
Biaya Asuransi
21,340,123.77
-
21,340,123.77
Biaya Sewa Kantor
110,132,378.93
-
110,132,378.93
Listrik dan tlp
40,614,788.27
2,843,035.18
Keperluan kantor
10,098,211.55
706,874.81
7,485,863.19 -
3,255,805.00 30,076,200.00 1,640,520.00 23,925,784.80
37,771,753.09 9,391,336.74
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 19
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Alat tulis dan cetakan
7,944,852.65
Perangko dan materai
2,841,265.00
Dapur
7,595,551.25
Pendidikan dan Pelatihan Biaya Kirim dokumen/barang
2,067,800.00
-
2,067,800.00
494,410.00
-
494,410.00
Izin dan Dokumen
4,016,807.83
-
4,016,807.83
Sumbangan Pemeliharaan dan pengolahan Denda dan keterlambatan
20,331,766.00
1,423,223.62
7,657,720.00
536,040.40
331,191.00
-
331,191.00
Majalah dan Koran
745,535.00
-
745,535.00
Biaya Penyusutan
53,698,863.82
-
53,698,863.82
12,708,460.28
373,853,516.29
Total
386,561,976.57
556,139.69
7,388,712.96 -
531,688.59
2,841,265.00 7,063,862.66
18,908,542.38 7,121,679.60
5. Biaya Pemasaran Biaya pemasaran diefisiensikan dengan angka yang sama yaitu sebesar 7% dari biaya sebelumnya. Tabel 4.10 Daftar Efisiensi Biaya untuk Biaya Pemasaran
Biaya Non Produksi
Biaya Sebelum EB
Efisiensi Biaya (EB)
Biaya Setelah EB
Biaya Pemasaran Transportasi dan BBM
28,694,182.44
2,008,592.77
26,685,589.67
Jamuan
8,418,190.20
589,273.31
7,828,916.89
Iklan
7,296,100.00
510,727.00
6,785,373.00
44,408,472.64
3,108,593.08
41,299,879.56
Total
4.6 Drifting Cost Mencapai Target Cost Dari hasil analisa dan perhitungan, serta dilakukannya efisiensi biaya untuk beberapa komponen biaya yang memungkinkan untuk di perkecil tanpa mengurangi kualitas produk, maka dihasilkan nilai drifting cost yang dapat mencapai target cost. Angka yang dihasilkan drifting cost yaitu Rp. 2.035.711.898,71 dapat mencapai target cost senilai Rp. 1.893.770.589,- dengan efisiensi biaya, setelah dilakukan analisa dan perhitungan maka efisiensi biaya didapat hasil sejumlah Rp. F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 20
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 117.060.300,- perincian setiap komponen biaya dan biaya apa saja yang diefisiensikan dapat dilihat pada lampiran.
4.7. Analisa Ulang Harga Produk Setelah pencapain drifting cost kepada target costing, penulis melakukan analisa dan perhitungan ulang terhadap harga produk, karena satuan produk ini adalah Kbps maka semua biaya di hitung untuk per Kbpsnya. Sehingga di dapat hasil untuk harga baru yang cukup kompetitif, dengan dasar perhitungan seperti pada tabel 4.12 dibawah ini. Total bandwidth dedicated yang dimiliki GEN-ID berdasarkan lampiran laporan laba/rugi perusahaan 2005 adalah 4 Mbps ditambah 512 Kbps atau total dalam Kbps adalah 4608 Kbps, total bandwidth ini harus diketahui untuk proses perhitungan selanjutnya. Tabel 4.11 Daftar Alokasi Biaya untuk Harga Bandwidth Dedicated Keterangan
Biaya Setelah EB
Bandwidth
Bulan
4,608.00
12
Biaya Produksi Biaya Bahan Langsung
750,632,026.66
162,897.58
13,574.80
Biaya Tenaga Kerja Langsung
51,556,194.14
11,188.41
932.37
- Rak dan perangkat
137,177,453.63
29,769.41
2,480.78
- Kabel
14,489,790.00
3,144.49
262.04
- Wireless
15,174,810.00
3,293.14
274.43
- IP VPN Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Maintenace, System, Hardware
2,050,650.00
445.02
37.08
221,241,370.70
48,012.45
4,001.04
45,614,508.22
9,898.98
824.92
Marketing fee
257,021,328.81
55,777.20
4,648.10
Perjalanan dinas
977,704.35
212.18
17.68
cadangan discount sales
1,052,667.00
228.44
19.04
Cadangan incentive
1,818,243.00
394.58
32.88
Izin dan Dokumen
4,691,456.00
1,018.11
84.84
Biaya Overhead Biaya Bahan Tidak Langsung
Biaya Non Produksi Biaya Administrasi dan Umum F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 21
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 THR
18,066,716.83
3,920.73
326.73
Tunjangan Bonus
7,485,863.19
1,624.54
135.38
Biaya Honor
3,255,805.00
706.55
58.88
Tunjangan Uang Saku
30,076,200.00
6,526.95
543.91
Tunjangan lembur
1,640,520.00
356.02
29.67
Tunjangan tlp
23,925,784.80
5,192.23
432.69
Tunjangan Transport
1,225,000.00
265.84
22.15
Tunjangan kost
882,000.00
191.41
15.95
Biaya Medical
3,981,363.68
864.01
72.00
Biaya Asuransi
21,340,123.77
4,631.10
385.93
Biaya Sewa Kantor
110,132,378.93
23,900.26
1,991.69
Listrik dan tlp
37,771,753.09
8,197.00
683.08
Keperluan kantor
9,391,336.74
2,038.05
169.84
Alat tulis dan cetakan
7,388,712.96
1,603.45
133.62
Perangko dan materai
2,841,265.00
616.59
51.38
Dapur
7,063,862.66
1,532.96
127.75
Pendidikan dan Pelatihan Biaya Kirim dokumen/barang
2,067,800.00
448.74
37.40
494,410.00
107.29
8.94
Izin dan Dokumen
4,016,807.83
871.70
72.64
Sumbangan Pemeliharaan dan pengolahan
18,908,542.38
4,103.42
341.95
7,121,679.60
1,545.50
128.79
Denda dan keterlambatan
331,191.00
71.87
5.99
Majalah dan Koran
745,535.00
161.79
13.48
Biaya Penyusutan
53,698,863.82
11,653.40
971.12
26,685,589.67
5,791.14
482.60
Biaya Pemasaran Transportasi dan BBM Jamuan F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 22
ESENSI, Volume 12 No.2/2009
Biaya Iklan Total
7,828,916.89
1,698.98
141.58
6,785,373.00
1,472.52
122.71
1,918,651,598.35
416,374.04
34,697.84
Dari daftar tabel 4.11 diatas, maka diketahui bahwa harga untuk per-kbps adalah Rp. 34.697,84. Sehingga untuk harga bandwidth dedicated baru setelah penerapan metode target costing ditampilkan pada table 5.13 dibawah ini. Tabel 4.12 Daftar Harga Bandwidth Dedicated Hasil Penerapan Metode Target Costing Keterangan Harga
64
Kbps
Rp 2,220,661.76
128
Kbps
Rp 4,441,323.52
256
Kbps
Rp 8,882,647.04
512
Kbps
Rp17,765,294.08
1,024
Kbps
Rp35,530,588.16
Harga/Kbps
Rp34,697.84
Hasil dari tabel 4.12 daftar harga diatas, berarti dengan penerapan metode target costing selain mengefisiensikan biaya juga dapat menurunkan harga jual bandwidth dedicated. Harga yang di tampilkan di atas berdasarkan biaya yang ada, u untuk perencanaan optimalisasi laba perusahaan dapat menaikan harga dengan memasukan komponen target laba yang dikehendaki. 4.8 Analisa Optimalisasi Laba Untuk menganalisa apakah dengan metode target costing harapan perusahaan dalam mengefisiensikan biaya dapat tercapai sehingga perencanaan laba akan tercapai dengan optimal, berikut dibawah ini penulis menampilkan proyeksi laba/rugi dilanjutkan dengan perhitungan ROS untuk produk bandwidth dedicated dengan drifting cost dan proyeksi laba/rugi setelah menggunakan target costing. 1. Proyeksi Laba Rugi dengan Drifting Cost Tabel 4.13 Proyeksi Laba/Rugi Produk Bandwidth Dedicated Rp 2,036,312,461.00
Penjualan (Penjualan thn 2005) Biaya Produksi : Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung
Rp 807,131,211.46 Rp 55,436,767.89
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 23
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 Overhead Total Biaya Produksi Biaya Non Produksi : Biaya Administrasi dan Umum Biaya Pemasaran Total Biaya Non Produksi
Rp 742,173,470.15 Rp 1,604,741,449.50
Rp 386,561,976.57 Rp 44,408,472.64
Laba Operasi
Rp
430,970,449.21
Rp
600,562.29
Tabel 4.13 diatas memberikan informasi bahwa laba target yang di proyeksikan untuk bandwidth dedicated dengan asumsi nilai penjualan tahun 2005, adalah sebesar Rp. 600.562,29 pembulan menjadi Rp. 600.562,-. Persentase laba untuk produk bandwidth dedicated setelah proses efisiensi biaya dengan menggunakan rumus ROS sebagai berikut :
ROS
=
Laba Target --------------------------- x 100% Penjualan Bandwidth
=
Rp. 600.562,---------------------- x 100% Rp 2.036.312.461,-
=
0.03 %
2. Proyeksi Laba/Rugi dengan Metode Target Costing Tabel 4. 14 Proyeksi Laba/Rugi Produk Bandwidth Dedicated Rp 2,036,312,461.00
Penjualan (Penjualan thn 2005) Biaya Produksi : Bahan Baku Langsung Tenaga Kerja Langsung Overhead Total Biaya Produksi Biaya Non Produksi : Biaya Administrasi dan Umum Biaya Pemasaran Total Biaya Non Produksi Laba Operasi
Rp 750,632,026.66 Rp 51,556,194.14 Rp 701,309,981.71 Rp 1,503,498,202.51 Rp 373,853,516,29 Rp 41,299,879.56 Rp Rp
415,153,395.85 117,660,862.64
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 24
ESENSI, Volume 12 No.2/2009
Laba target yang diproyeksikan untuk bandwidth dedicated pada tabel 4.14 diatas sebesar Rp. 117.660.862,64 pembulatan menjadi Rp. 117.660.862,-. Persentase laba untuk produk bandwidth dedicated setelah proses efisiensi biaya akan dihitung oleh penulis dengan menggunakan rumus ROS sebagai berikut : Laba Target ROS = --------------------------- x 100% Penjualan Bandwidth
=
Rp. 117.660.863,---------------------- x 100% Rp 2.036.312.461,-
=
5,8 %
Persentase laba target untuk bandwidth dedicated berdasarkan perhitungan diatas terjadi perubahan, semula sebesar 0,03% menjadi sebesar 5,8% setelah proses efisiensi biaya. Dengan demikian menunjukan bahwa penerapan metode target costing melalui proses efisiensi biaya menghasilkan proyeksi laba yang optimal. Mengoptimalkan perencanaan laba dapat tercapai dengan penerapan target costing melalui pendekatan pasar dalam menilai kemampuan pelanggan untuk menggunakan dan membayar produk bandwidth dedicated, dan pendekatan biaya untuk melakukan efisiensi biaya pada tahap proses produksi tanpa mengurangi kualitas produk. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, penelitian dan pembahasan penulis mengenai penerapan target costing produk bandwidth dedicated untuk mengoptimalkan laba pada perusahaan PT Generasi Indonesia Digital, maka dapat di simpulkan bahwa : 1. Penerapan metode target costing melalui proses efisiensi biaya untuk produk bandwidth dedicated pada PT Generasi Indonesia Digital dapat dilakukan. Mulai dari menganalisa proses produksi, dilanjutkan dengan menganalisa harga pasar, pada tahapan ini dilakukan perbandingan antara harga GENID dengan harga pesaing, perbedaan harga berkisar antara 2,5% sampai 15%, harga yang dimiliki GENID ada pada rata-rata. Sebelum penerapan target costing dilakukan perhitungan laba target dan menghasilkan target profit sebesar 7%, dari angka tersebut dilanjutkan dengan menghitung target costing dilanjutkan dengan perhitungan drifting cost, terdapat selisih antara keduanya sebesar Rp. 141.941.310,artinya perusahaan masih dapat melakukan efisiensi biaya. 2. Dengan penerapan target costing melalui efisiensi biaya, menyebabkan penurunan biaya produksi dan memungkinkan perusahaan untuk menetapkan biaya target yang lebih rendah daripada biaya yang diperkirakan akan terjadi. Target Costing yang mungkin diterapkan pada F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 25
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 PT Generasi Indonesia Digital dapat mengoptimalkan laba produk bandwidth dedicated dengan menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 117,660,863,- dengan persentase laba meningkat dari 0,03% menjadi 5,8% setelah menerapkan metode target costing melalui efisiensi biaya. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat , maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh PT Generasi Indonesia Digital untuk dapat mengendalikan biaya produksinya dan mengoptimalkan laba perusahaan, adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan perlu melakukan analisa secara selektif terhadap biaya-biaya yang muncul dalam proses produksi, sehingga dapat membedakan biaya mana yang dapat di hindari atau di efisiensikan dan biaya yang tidak berpengaruh terhadap kualitas produk dan atau jasa.. 2. Perusahaan harus memiliki tim perencanaan yang handal dan bagian penganggaran yang paham terhadap tujuan perusahaan, peran HRD harus diutamakan dalam hal memposisikan karyawan pada setiap departemen sesuai dengan keahliannya. Menempatkan karyawan pada posisi yang tepat dapat di katakan sebagai proses efisiensi. 3. Target costing adalah suatu system yang sangat membutuhkan ketelitian, oleh karenanya sangat disarankan ketelitian tersebut harus dimiliki setiap karyawan yang berhubungan dengan proses produksi serta pendukungnya untuk dapat mengurangi biaya baik langsung maupun tidak langsung. Dengan berkurangnya suatu biaya maka secara langsung akan berpengaruh pada peningkatan laba. 4. Setiap peraturan yang berlaku di perusahaan harus disosialisasikan kepada seluruh karyawan, sehingga karyawan memiliki rasa tanggungjawab. DAFTAR PUSTAKA (1) Drs. Leonardus Saiman, MSc., Makalah Manajemen Produksi/Operasi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nusantara, Jakarta, 2001 (2) Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com., Ph. D dan Drs. Indriyo Gito Sudarmo, Management Produksi, Edisi ketiga revisi, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, BPFE Yogyakarta, 1984. (3) Don R. Hansen & Maryanne M. Mowen, Buku 1, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. (4) Don R. Hansen & Maryanne M. Mowen, Buku 2, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian, Cost Management : Accounting and Control, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001. (5) Soemarso, SR, Peranan Harga Pokok Dalam Penentuan Harga Jual, Edisi Kedua, ESG, Jakarta, 1984. (6) Ir. Kuswadi, MBA, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya, tahun 2005 (7) F. John Morine, 100 Teknik Meningkatkan Laba : Teknik mengurangi biaya, Teknik yang efektif untuk menarik piutang, Teknik memperoleh marjin laba tinggi, dan lain-lain, Seri Manajemen No. 124, PT Pustaka Binaman Pressindo, 1986.
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 26
ESENSI, Volume 12 No.2/2009 (8) Charles T. Horngren,Ph.D., C. P. A, Stanford University, editor: Gunawan Hutauruk, MBA., Pengantar Akuntansi Manajemen, Jilid 1, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, 1984. (9) Drs. Mulyadi, M.Sc., Akuntan, Akuntansi Biaya, Edisi 5, Universitas Gadjah Mada, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 1991. (10) Satyo, Media Akuntansi, Referensi Kalangan Profesional, SAP: Transparansi & Akuntabilitas Pemerintah, edisi 50/Tahun XII/Oktober 2005 (11) Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak, MBA, Target Costing dan Kaizen Costing, Harvarindo, Jakarta, 2005. (12) Armanto Witjaksono, Akuntansi Biaya, Penerbit Graha Ilmu, Edisi Pertama, Yogyakarta, 2006.
F. Agung Himawan “Analisis Penerapan Target Costing .................” 27