Exposure-Practice, Analysis,
Generalization, Aplication (EAGA):
Sebuah Gagasan dari Ruang Kelas
Oleh : Ikhsenudin
Latar Belakang Dari pengalaman penulis dalam mengajar bahasa Inggris di berbagai sekolah di Lampung selama lima tahun lebih dan pengama tan yang dilakukannya pada sekolah-sekolah di empat provinsi di Indonesia, yaitu: Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Kalimantan Barat, dapat dikatakan bahwa metodologi pengajaran bahasa masih menjadi masalah pengajaran bahasa Inggris di Indonesia. Di samping itu secara umum, ada beberapa kekhasan (characteristics) situasi kelas bahasa Inggris pada sekolah-sekolah tersebut. Pertama, kurikulum yang berlaku bagi pengajaran di Indonesia, termasuk GBPP (Garis garis Besar Program Pengajaran)-nya, berlaku secara seragam. Artinya tidak ada pilihan lain bagi guru kecuali harus melaksanakannya termasuk kepada mereka yang sebenamya belum memiliki kemampuan yang disyaratkan secara didaktis untuk mendapatkan pengajaran suatu kemampuan tertentu. Kedua, kelas-kelas, termasuk kelas bahasa lnggris, umumnya besar (beranggota mencapai empat puluh orang). Ketiga, pengajaran bahasa mendapat kebijaksanaan yang sam a dengan pengajaran yang lain. Keempat, para guru, terutama di sekolah-sekolah yang less-developed, memiliki keterbatasan penguasaan rnetode pengajaran. Kelima, usia pembelajar (dalam hal ini siswa SMP dan SMU/Kejuruan) rata-rata di atas masa peka (cf Lenneberg 1967). Kondisi pengajaran bahasa Inggris di Indonesia yang memiliki kekhasan-kekhasan seperti itu sedikit-banyak telah ditindaklanjuti - oleh beberapa kalangan seperti TEFLIN dan sanggar-sanggar pemantapan kerja guru (PKG) bahasa Inggris. Selain itu ada beberapa penelitian yang difokuskan pada masalah-masalah tersebut baik
1
berupa penelitian mandiri. kelompok, skripsi, tesis, maupun disertasi seperti Muhammad (1987), Su'udi (1989), Mukhaiyar (1991), Yunus et at. (1993), dan Ikhsanudin (1993). Tulisan ini diupayakan untuk turut memberikan sumbangan terhadap pemecahan-pemecahan terhadap masalah yang dihadapi oleh para guru bahasa Inggris di Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan tersebut. Sisi yang digarap pada makalah ini adalah alternatif metode pengajaran pada situasi kelas yang memiliki kekhasan seperti tersebut di atas. Tujuan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa metode-metode pengajaran yang dikembangkan secara mutakhir di berbagai buku dan jumal tentang pengajaran bahasa In!;lgris belum banyak yang sesuai (match) dengan kekhasan-kekhasan situasi kelas di Indonesia seperti yang tergambar di atas. Pola penyajian makalah ini tidak mengikuti pola Anthony (1963) melainkan pola Richards dan Rodgers (1986). Hal ini disebabkan pertimbangan kemutakhiran, kepraktisan, dan kekonsekwenan. Namun, walaupun penulis ini memiliki penilaian yang berbeda terhadap mereka, dengan pertimbangan keterbatasan halaman di dalam makalah ini tidak disertakan diskusi tentang keunggulan dan kekurangan dua pola penyajian itu.
Landasan Teori/Ancangan (Approach) Tumpuan teoritis metode pengajaran yang diperkenalkan di dalam makalah ini disusun secara eklektis dengan memanfaatkan karya beberapa pakar yang cukup monumental. Oi dalam metode ini bahasa di pandang sebagai alat untuk mengkomunikasikan makna dan pesan yang meliputi pendapat, perasaan, dan gagasan. Oleh karena itu struktur bahasa harus diajarkan secara berkaitan dengan fungsi bahasa yang menurut Finocchairo terdiri atas emotive speech, phatic speech, cognitive speech, rhetorical speech, metelinquel speech, dan poetic speech atau yang menurut Jakobson (1960) , dengan sedikit perbedaan redaksional, terdiri atas per sonal, interpersonal, directive, referenstiel, metelinquistic, dan imaginative. Krashen (1981; 1982a dan b) membedakan proses pemerolehan bahasa dari proses pembelajaran bahasa yang diistilahkan dengan language acquisition dan language learning. Pembelajaran bahasa
2
adalah penyajian aturan-aturan bahasa secara formal dan dilakukan secara sengaja atau, sering dikatakan, secara sadar. Proses psikis yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran adalah akomodasi i c]. Piaget 1979 dalam Massimo Piattelli-Palmarini terj.--. 1980 him. 31-32). Di lain pihak, pemerolehan bahasa, mengacu kepada penyesuaian diri secara alamiah terhadap aturan-aturan bahasa melalui penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Proses 'psik is yang dibutuhkan untuk melakukan pemerolehan adalah asimilasi (Ibid.). Menurut Krashen dan Terrel (1983:26-27) yang aktif dalam proses komunikasi adalah hasil pemerolehan sedangkan hasil pembelajaran menurut Krashen hanya merupakan "pemantau" atau monitor yang digunakan oleh pembelajar untuk mengecek kebenaran ujaran yang hendak dihasilkannya di dalam berkomunikasi. Agar orang dewasa dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara cepat dalam bahasa target, proses pemerolehan dapat dijadikan alternatif yang cukup baik. Dalam hal terakhir disebut penulis ini berkeyakinan bahwa baik pembelajaran maupun pemerolehan sarna-sarna penting tetapi diperlukan adanya penyeimbangan yang oleh Pia get (Massimo Piattelli-Palmarini, 1979 terj.--. 1980 dan Piaget, 1968. Ter]. Chaninah Maschler, 1971 :87 -92) disebut penyeimbangan internal (internal equilibriation). Dalam kaitan dengan hal yang disebut terakhir itu, penyeimbangan juga dibutuhkan oleh pembelajar bahasa untuk menyeimbangkan dirinya dengan Iingkungan. Secara lebih jelas, di dalam otak pembelajar ada skema yang diperoleh dari keseluruhan pengalamannya. Skema tersebut dipergunakan untuk mencerna setiap input yang masuk ke dalam otaknya. Manakala terjadi kesenjangan antara skema dengan input maka pembelajar mengalami state of diequilibriuni.. Untuk menanggu langi keadaan itu pembelajar perlu melakukan aktifitas penyeim bangan (equilibriatian). Secara operasional, penyeimbangan hanya dilakukan secara sepihak, yaitu pembelajar terhadap input, tidak seba Iikny a. Dulay, Burt, dan Krashen Di dalam Krashen (1982b) dan (1982) dijelaskan bahwa ada tiga prosesor internal yang bekerja ketika seseorang belajar dan memperoleh bahasa kedua, yaitu: penyaring ((ilter) , pengatur (organizer), dan pemantau (monitor). Penyaring mengacu kepada faktor afektif yang menyeleksi bahasa atau bagian bahasa yang hendak diperoleh, misalnya: tipe-tipe frasa dan butir-butir kosa kata yang dibutuhkan atau diminati. Di dalarn
3
penyaring terdapat motif dan keadaan emosi yang bersama-sama melakukan fungsi penyaringan itu. Dalam kaitan dengan hal tersebut, semakin tinggi kadar filter atau semakin rapat saringan yang dimiliki seorang pembelajar maka semakin sedikit input kebahasaan yang didapat oleh seorang pembelajar dan, sebaJiknya, semakin rendah kadar filter atau semakin renggang saringan yang dimiliki seorang pembelajar maka semakin banyak input yang didapatnya. Sistem pemrosesan internal berikutnya adalah penqatur, yaitu pengatur tahap-tahap input sistem bahasa yang baru. Artinya di dalam proses internal itu tidak semua input kebahasaan yang datang diserap begitu saja melainkan diserap secara bertahap. Di dalam bagian yang mirip dengan LAD yang dikemukakan oleh Chomsky (1965) itu terdapat tiga subbagian, yaitu: (1) konstruksi transisional yang digunakan oleh pembelajar sebelum suatu struktur diperoleh secara lengkap; (2) kesalahan-kesalahan yang muncul secara sistematis di dalam ujaran pembelajar; dan (3) aturan-aturan bahasa yang normal setelah suatu struktur diperoleh secara lengkap oleh pembelajar. Sistem pemrosesan internal yang ketiga adalah pemantau atau monitor, yaitu alat untuk mengecek ketepatan ujaran yang dihasilkan oleh si pembelajar. Perangkat itu dihasilkan dari proses-proses pembelajaran yang pernah dialami oleh pernbelajar. Tingkat penggunaan perangkat itu berbeda-beda pada masing-masing pernbe lajar. Tingkat penggunaan tersebut paling tidak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) usia pembelajar, (2) banyaknya pembelajaran (yang dilakukan secara sengaja/sadar) oleh pembelajar, (3) sifat dan fokus yang dibutuhkan oleh kegiatan verbal yang dilakukan, dan (4) kepribadian individu pembelajar (Dulay, Burt, dan Krashen, 1982). Dalam kaitan dengan hal tersebut, ada tiga cara pembelajar memanfaatkan sistem pemrosesan internal. Pertama, informasi masuk dari lingkungan bahasa ke dalam sistem dan melalui ketiga pengolah sebelum dikeluarkan menjadi tingkah laku verbal. Kedua, itu informasi masuk lalu disaring dan langsung dicek oleh monitor sebelum menjadi tingkah laku verbal. Ketiga, informasi masuk, disaring oleh filter, diolah oleh pengatur, dan langsung dikeluarkan menjadi tingkah laku verbal. Agar lebih jelas, di bawah ini disalin bagan yang ada di dalam Dulay, Burt, dan Krashen (1982:46) yang merupakan modifikasi dari bagan yang ada di dalam Burt, Dulay, dan Finocchairo (1977: 100).
4
LANGUAGE ENV -
.
~&&B~I FILTER
I
I
ORGANIZER
I
MONITOR
I
VERBAL BEHAV
I·
Krashen (1981), di samping menguraikan proses psikofinguistik dan kognitif seperti yang dijeJaskan di atas, juga menguraikan kondisi yang dibutuhkan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan balk. Kondisi tersebut adalah: (1) input harus dapat dipahami (comprehensible); (2) tingkat kesulitan input harus berada pada aras (level) sedikit lebih tinggi daripada kemampuan pembelajar (i+ 1) sesuai dengan urutan alamiah (cf Krashen dan Terrel 1983:32; Krashen 1985: 1,2); (3) kuantitas input tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit dalam arti informasi yang terlalu banyak tidak akan terserap semua oleh pembelajar, bahkan membosankan, dan informasi yang terlalu sedikit menyebabkan kelambatan proses pembelajaran; dan (4) input dipelajari dalam kondisi rileks (low-anxiety).
Desain
1. Tl(juan Tujuan penggunaan metode yang disusun untuk kebutuhan pengajaran bahasa Inggris di sekolah adalah agar para siswa mampu memahami dan menggunakan struktur bahasa Inggris untuk keperluan komunikasi dalam konteks Bahasa Inggris sebaqai bahasa asing. Metode ini dapat dipergunakan baik untuk pemula (tahun pertama SMP) maupun untuk pelajar tingkat lanjut. Metode ini tidak menga jukan target kemampuan yang dicapai setelah siswa belajar bahasa Inggris selama satu satuan tertentu seperti yang disodorkan oleh Krashen dan Terrel (1983:74) yang mengklaim setelah pembelajaran bahasa Spanyol selama 100 sampai dengan 150 jam pembelajar mampu get in dengan orang Spanyol sekalipun tidak sefasih menggunakan bahasa pertama. Walaupun demikian, metode ini menjanjikan pencapaian kemampuan menggunakan struktur bahasa asing paling tidak mendekati sesuai dengan tuntutan OBPP, terutama dalam komunikasi tertulis.
5
2. Silabus Silabus yang digunakan dalam menggunakan metode ini adalah gabungan antara silabus struktural dan silabus fungsional, seperti yang tertuang, walaupun secara "malu-malu", di dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bahasa Inggris yang dikeluarkan oleh Oepartemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994. Di dalam teknik ini siIabus yang dianjurkan adalah GBPP 1994.
3. Pola Pernbelajaran Pola pernbelajaran di dalam metode ini ditekankan pada kegiatan pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang telah disiapkan oleh guru atau tim guru sekolah. Masing-masing pertemuan dapat berisi tiqa sampai sepuluh tugas (tasks) yang masing masing terdiri atas satu sampai tujuh nornor/butir pertanyaan/isian. LKS tersebut disusun sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran mengikuti pola ex posure-practice, anaLysis, generalization, dan aplication (EAGA) secara berurutan. LKS tersebut tidak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berbahasa siswa melainkan untuk menggiring siswa agar siswa mampu membuat kesimpuJan dari butir pengajaran pada saat terkait. Dari kegiatan pengerjaan tugas itu diharapkan terjadi proses pemerolehan dan pembeJajaran bahasa secara seimbang. Berkaitan dengan hal di etas, proses pengisian atau pengerjaan tugas-tugas yang ada di dalam LKS dan seluruh kegiatan pada umumnya diupayakan berada daJam kondisi dan situasi rileks dan menyenangkan. Oengan demikian diharapkan sistem pengolah inter nal pertama (penyaring) yang sering disebut filter afektif tidak bekerja terJalu rapat sehingga informasi yang masuk ke dalarn sistem pengolah internal tidak "terhalanq" (blocked). Ada tiga jenis kegiatan penting di dalam penyelesaian tugas tugas di dalam LKS. Jenis-jenis kegiatan itu adalah: (1) kegiatan individual, (2) kegiatan kelompok (groupwork) atau kegiatan berpasanqan (pairwork) , dan (3) kegiatan kelas. Kegiatan individual dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang lebih Juas kepada pembelajar untuk mengakses input-input kebahasaan yang ada di dalam LKS dengan sistem pengolah internal kedua (pengatur). Kegiatan kelompok dan kegiatan kelas digunakan untuk mengaktifkan dan membangun informasi sistem pengoJah ketiga (monitor) dengan cara memanfaatkan monitor sendiri maupun monitor teman belajar.
6
4. Peranan Pembelajar Pembelajar berlaku sebagai masyarakat kelas dalam arti mereka dapat bekerja sendiri-sendiri maupun bekerja-sarna dengan siswa lain dalam memahami dan mengerjakan tugas-tugas yang ada di dalam LKS. Yang perlu diperhatikan adalah mereka bukan hanya menerima instruksi dan bekerja seperti robot tetapi memiliki inisiatif untuk memecahkan berbagai masalah yang disajikan di dalam LKS. Mereka dapat bertanya kapan saja kepada guru apabila menemui kesulitan di dalam memahami tugas. Dalam kegiatan individual pembelajar mencurahkan perhatian untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam LKS tanpa berdiskusi dengan teman belajar. DaJam kegiatan kelompok para pembelajar memecahkan masalah melalui diskusi dengan teman belajar sekelompok. Untuk mengendalikan ketertiban dan menjamin kealamiahan proses belajar diperlukan seorang pemimpin informal kelompok yang tanpa melalui pemilihan formal. Pemimpin kelompok diharapkan berasal dari pembelajar yang berinisiatif untuk memimpin kegiatan saat itu. Arus diskusi akan lebih alamiah apabila pemimpin kelompok sekedar mengendalikan ketertiban sementara arus diskusi tidak diinterupsi sepanjang tidak terjadi keributan atau kemacetan. Dalam kegiatan kelas, para pembelajar dipimpin oleh guru memecahkan masalah yang ada di dalam LKS. Kegiatan tersebut sangat penting karena biasanya apa-apa yang disampaikan oleh guru dijadikan standar kebenaran gramatika atau use bahasa alih-alih (instead of) hasil kegiatan kelompok. Dalam kegiatan kelas diu payakan agar para pembelajar mengemukakan pendapat sebebas dan serileks mungkin, tanpa tekanan apapun agar kemauan mereka mengemukakan pendapat tidak demotivated.
5. Peranan Guru Guru di dalam kelas bahasa Inggris yang menggunakan metode ini berperan sebagai fasilitator. Dia tidak mencekoki pembelajar dengan berbagai konsep dan tidak juga membiarkan pembelajar berlaku serta berkreasi secara bebas. Dia merencanakan kegiatan belajar berdasarkan GBPP, memberi motivasi atau secara lebih luas menjarangkan filter afektif pembelajar, memimpin kegiatan secara umum, memonitor kegiatan pembelajar, membantu memahami kegiatan, dan memberikan solusi akhir atas masalah-masalah/butir butir kebahasaan yang dibelajari.
7
Peranan di atas adalah peranan yang langsung berhubungan dengan penyampaian materi pelajaran. Di sam ping itu ada peran lain yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru. Peran-peran tersebut adalah peran-peran yang berkaitan dengan penyiapan kondisi psikhis siswa untuk atau selama mengikuti pelajaran. Pertarna, guru harus dapat menimbulkan sikap positif siswa terhadap bahasa lnggris. Peranan itu sangat penting mengingat tanpa sikap positif murid tidak akan berantusias dalam mengikuti pelajaran. Kedua, Guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris. Selanjutnya agar siswa merasa aman dan nyaman dalam belajar, guru harus dapat merendahkan tingkat kekhawatiran dan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam beJajar. Dengan tiga kondisi tersebut diharapkan saringan afektif siswa akan lebih renggang sehingga input yang dapat masuk ke dalam diri siswa bisa Jebih banyak dan lebih teratur.
6. Peranan Materi Belajar Materi belajar memiliki peranan sentral di dalam metode ini. Materi belajar bukan semata-mata yang "disuapkan" kepada pembela jar meJainkan lebih mengarah kepada peran pengarah proses belajar. Oleh karena itu materi beJajar tidak boJeh terJalu mudah dan tidak boleh terlaJu sukar yang dalam istilah Krashen comprehensibel input. Materi yang terlaJu mudah tidak menimbuJkan kesenjangan antara skema dan input sehingga kondisi disequilibrium tidak ada dan akibatnya tidak terjadi proses equilibriation. Di lain pihak, materi yang terlaJu sukar menyebabkan kesenjangan yang terlaJu jauh sehingga proses equilibriation (melaJui comprehension) tidak dapat diJakukan oleh siswa karena terlalu berat. Kalau kondisi yang terakhir ini terjadi secara berulang-ulang maka motivasi siswa mati/loyo. Dengan mengikuti materi yang tersusun sedemikian rupa itu dengan berbagai kegiatannya seorang pembelajar secara tidak sadar dapat memperoleh kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi. Selain itu, menjalani materi-materi pembelajaran para pembelajar mendapat pemahaman tentang butir-butir kebahasaan yang nantinya dapat berfungsi sebagi monitor. Sesuai dengan silabus yang digunakan yaitu gabungan antara silabus struktural dan fungsional, materi belajar disusun dengan dua titik penekanan, yaitu: bentuk dan fungsi. Berikut ini adalah contoh materi yang sesuai dengan silabus tersebut.
8
Topic: Asking for Information Examples
Not e s
Statements
He will see you. i shall not see you next week
Use the simple form of main verb after willi shall.
Yes/No Quest.
Will you see me next week?
Use will in short an swer.
Information Question
When will you see me?
Will comes before the subject in most infor mation questions
7. Peranan Bahasa Pertama Diupayakan bahasa yang digunakan dalam keseluruhan proses belajar adalah bahasa target. Dengan penggunaan bahasa target secara ekstensif siswa memiliki kesempatan untuk selalu mengguna kan bahasa target tersebut. Penggunaan bahasa sumber (bahasa pertama) sedapat mungkin dihindarkan. Bahasa tersebut hanya dapat dipergunakan manakala terjadi kemacetan komunikasi atau selalu terjadi miskomunikasi. Jadi bahasa sumber hanya berperan sebagai penolong demi lancarnya komunikasi di dalam proses pembelajar an/pemerolehan.
Prosedur Prosedur penyajian di dalam teknik ini meliputi lima langkah utama, yaitu: exposure-practice (pengeksposan dan latihan), analysis (penelaahan), generalization (perampatan), eplicetion (penerapan). Empat langkah utama itu masing-masing dapat dilakukan dengan berbagai cara selama cera-care tersebut tidak menyalahi prinsip prinsip yang dipegang di dalam teknik ini. Namun untuk menjaga kerunutan di dalam proses pembelajaran, urutan implementasi empat langkah tersebut sebaiknya tidak dirubah.
9
1. Exposure-Practice Pada langkah ini guru mengekspos butir-butir (items) bahasa yang pokok yang nantinya akan dikuasai (comprehended) oleh siswa dan diJanjutkan dengan pemberian latihan (practice). Pengeksposan dapat dilakukan dengan cara penyajian dialog, teks, fragmen drama atau film, atau bentuk lain, baik secara audio, visual, maupun audiovisual, sedangkan latihan dapat diberikan secara tertuJis dan Iisan dengan berbagai bentuknya. Namun, kalau dianggap eukup dapat dipilih latihan tertulis atau Iisan saja. Prinsip-prinsip yang sangat penting di dalam langkah pengeksposan ini adalah: pertama, butir butir kebahasaan dan latihan harus dalam konteks yang jelas sehingga fungsi butir-butir kebahasaan itu dapat tertangkap dengan mudah; kedua, latihan hendaknya disesuaikan dengan jenis input yang diberikan dalam arti bentuknya sesuai dan isinya representatif; ketiga, latihan dalam tahap ini hanya dikerjakan sekilas: keempat, butir-butir latihan yang tidak terselesaikan dalam kegiatan sekilas itu disisakan untuk kegiatan berikutnya, dengan kata lain siswa tidak ditekan untuk menyelesaikan sernua tugas yang diberikan. Tujuan dilakukannya langkah ini adalah memberikan input kepada siswa agar terjadi state of disequilibrium keeil. Dari state of disequilibrium kecil itu diharapakan siswa dapat segera melakukan equilibrietion melalui asimilasi dengan skema kebahasaan yang ada di dalam dirinya. Kalau input itu terlalu tinggi untuk diasimilasi karena skema yang ada di dalam diri siswa kurang maka terjadiJah state of disequilibrium yang lebih besar sehingga memerlukan equilibriation yang lain yaitu akomodasi. Akomodasi siswa terhadap input yang diberikan dilakukan melalui langkah-Iangkah yang lain.
2. Analysis Pada langkah 101 siswa diberi kesempatan untuk melakukan analisis terhadap input kebahasaan yang diberikan pada langkah exposure. Analisis dilakukan dengan mengerjakan tugas-tugas expo sure yang tersisa dan tugas-tugas pendalaman dengan pemberian kesempatan untuk mengamati bahan-bahasan yang diekspos bersama konteksnya pada kegiatan sebelumnya. Kegiatan ini dapat terbentur kesulitan manakala kegiatan exposure hanya dilakukan hanya dengan perangkat elektronik klasikal karena pemutaran atau penayangan kembali suatu bahan membutuhkan waktu dan menganggu konsentrasi
10
siswa yang tidak membutuhkan pengulangan. Untuk itu dalam setiap penyajian bahan pelajaran manual harus disediakan. Jalan keluar yang lain adalah alat bantu mengajar yang disediakan perangkat personal (individual) yang dapat memenuhi kebutuhan seluruh siswa dalam satu kelas. Seperti langkah pertama. langkah ini juga memiliki prinsip dan tujuan yang harus dipegang dalam proses pengajaran dan pembe lajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut. Pertama. tugas-tugas harus dibuat sedemikian rupa sehingga tugas tersebut tidak bersifat pengujian melainkan bersifat arahan dengan jawaban yang dapat dicari di dalam bahan pelajaran yang dieksposkan baik bersifat referensial (pengacuan) maupun inferensial (memerlukan infersensi). Ke dua. tugas harus meliputi bentuk dan fungsi butir kebahasaan. Ke tiqa, butir-butir tugas tetap terikat pada konteks bahasa. Ke empat. tugas harus tersusun secara sistematis sesuai dengan kelompok-kelompok butir-butir kebahasaan yang bersangkutan agar proses perampatan yang akan dilakukan pada langkah berikutnya tidak berbelit-belit. Tujuan yang tercakup di dalam langkah ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan akomodasi, yaitu menyesuaikan dirinya dengan skema kebahasaan yang dimilikinya terhadap input kebahasaan yang dihadapinya.
3. Generalization Setelah menganalisis butir-butir kebahasaan yang disajikan siswa perlu membuat perampatan-perampatan (generalizations). Proses perampatan dilakukan dengan meninjau ulang (reuiew) tugas-tugas pendalaman. Agar tidak memakan waktu dan lebih terjamin kebenarannya, proses perampatan ini harus dilakukan dengan ban tuan guru secara langsung Di dalarn kelas yang cukup besar proses perampatan sangat membutuhkan kepiawaian guru dalam memanfaatkan papan tuJis atau ouerhead projector. ~.gar pelaksanaan tahap in: dapat bermakna bagi kemudahan siswa dalam belajar bahasa, dalarn melaksanakannya guru sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. Pertarna, guru hanya bertugas membantu/mengarahkan siswa membuat perampatan. Ke dua, guru dapat menolong siswa membuatkan perampatan apabila siswa sudah benar-benar tidak mungkin menemukan perampatan yang tepat. Ke tiga, kelebihan siswa yang berbeda-beda dapat
11
dimanfaatkan dengan pemberian kesempatan secara bergantian untuk mengemukakan hasil rampatan. Tujuan perampatan adalah agar butir-butir kebahasaan yang dibelajari menjadi sederhana dan dapat diingat dengan mudah. Selain itu, dengan perampatan kesan yang masuk ke dalam otak siswa lebih kuat. Dengan kesederhanaan, kesistematisan, dan kekuatan kesan diharapkan butir-butir kebahasaan yang didapat dapat diretrieve dengan mudah dan dapat diaktifkan di dalam komunikasi. Artinya, hasil belajar bahasa itu tidak sekedar menjadi monitor.
4. Application Yang dimaksud aplikasi adalah kegiatan penerapan kemampuan berbahasa yang baru diperoleh untuk keperluan komunikasi dalam konteks yang tepat. Aplikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tulisan, tergantung pada kemampuan apa yang ditekankan pada saat itu. Aplikasi yang baik adalah aplikasi yang membutuhkan kreatifitas siswa untuk berekspresi tidak hanya mereplikasi atau bahkan mengulang butir dan konteks kebahasaan yang pernah disajikan. Oleh karena itu guru harus dapat mengupayakan konteks kebahasaan (baik konteks nyata (real] maupun khayal jimaginative]) yang baru sebagai ajang aplikasi kemampuan berbahasa siswa. Tujuan tahap ini adaJah memberi kesempatan kepada siswa untuk me-retrieve skema yang baru diperoleh untuk digunakan secara tepat. Disamping sebagi pemberian kesempatan tersebut, tahap aplikasi dapat juga dijadikan sarana evaluasi yang tidak disadari oleh siswa. Karena ketidaksadaran bahwa mereka sedang dievaluasi itu siswa dapat secara rileks berekspresi menggunakan kemampuannya tanpa tekanan maupun kekhawatiran (anxiety).
Penutup Teknik (atau dalam perspektif lain dapat disebut "rnetode") yang tertuang di dalam paper ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, teknik ini dapat digunakan untuk memperkenalkan butir atau konteks kebahasaan yang baru secara efektif. Di samping itu, teknik ini juga sangat sesuai digunakan untuk proses belajar mengajar di sekolah-sekolah dengan jumlah siswa yang cukup besar
12
seperti di Indonesia karena memang teknik ini dirancang khusus untuk itu. Namun hal itu tidak berarti bahwa teknik ini tidak dapat digunakan untuk kelas ke cil. Bahkan teknik ini cukup efektif digunakan untuk kelas dengan batas terkecil terdiri atas sepuluh orang. Kelemahan teknik ini adalah pada pengajaran bahasa kedua. Sebab kelemahan tersebut adalah karena pembelajaran bahasa kedua membutuhkan model bahasa penutur asli, kelas kecil, dan kesernpa tan praktek langsung yang lebih banyak. Kelemahan berikutnya. teknik ini membosankan untuk mengajarkan butir-butir kebahasaan yang pernah diajarkan (pengulangan) karena adanya tahap exposure. Namun kekurangan yang disebut terakhir itu dapat ditanggulangi dengan sedikit modifikasi. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan meniadakan langkah exposure dan langsung menuju latihan tahap pertama .•
13
Lampiran
Contoh Kegiatan Belajar Mengajar Dengan Teknik EAGA I. Kegiatan Topik T ema Butir Kelas Waktu
Asking for Information Future Activities Kala Mendatang Simpleks (Simple Future Tense) II SMP 2 X 45 menit
Langkah-Iangkah: 1. Salam dan apersepsi 2. Penyampaian rencana topik pelajaran dengan menggunakan struk tur yang akan dipelajari (Simple Future Tense). "We shall talk about ...." "Today we shall discuss "You will learn 3. Penyajian tugas pertama; a. tugas dibagikan dalam keadaan tertutup b. siswa membuka tugas apabila semua siswa telah menerima tugas yang sarna c. siswa mengerjakan tugas secara individu dan dimonitor oleh guru d. siswa menghentikan kegiatan ketika waktu yang disediakan . suntuk e. guru memimpin diskusi kelas untuk memperoJeh jawaban atas tugas yang baru dikerjakan oleh siswa. 4. Penyajian tugas ke dua; a. tugas dibagikan dalam keadaan tertutup
14
b. siswa membuka tugas apabila semua siswa telah menerima tugas yang sama c. siswa mengerjakan tugas secara berpasangan dan dimonitor oleh guru d. siswa menghentikan kegiatan ketika waktu yang disediakan suntuk. 5. Penyajian tugas ke tiga; a. tugas dibagikan dalam keadaan tertutup b. siswa membuka tugas apabila semua siswa telah menerima tugas yang sarna c. siswa mengerjakan tugas secara kelompok dengan anggota empat orang dan dimonitor oleh guru d. siswa menghentikan kegiatan ketika waktu yang disediakan suntuk e. guru memimpin diskusi kelas untuk memperoleh jawaban atas tugas yang baru dikerjakan oleh siswa. 6. Penyajian tugas ke em pat; a. pembagian tugas dengan bagian muka di bawah b. siswa membuka tugas apabila semua siswa telah menerima tugas yang sarna c. siswa mengerjakan tugas secara berpasangan orang dan dimonitor oleh guru d. siswa menghentikan kegiatan ketika waktu yang disediakan suntuk e. siswa membandingkan hasil kerjanya dengan hasil kerja pasangan lain f. guru memimpin diskusi kelas untuk memperoleh jawaban atas tugas yang baru dikerjakan oleh siswa. 7. Penyajian tugas ke lima; a. tugas dibagikan dalam keadaan tertutup b. siswa membuka tugas apabila semua siswa telah menerima tugas yang sama c. siswa mengerjakan tugas secara kelompok dengan anggota empat orang dan dirnonitor oleh guru
15
d. siswa menghentikan kegiatan ketika waktu yang disediakan suntuk e. siswa membandingkan hasil kerjanya dengan hasil kerja pasangan lain f. guru memimpin diskusi kelas untuk memperoleh jawaban atas tugas yang baru dikerjakan oleh SiSW3. 8. Penyajian tugas ke enam; a. penulisan tugas di papan tulis b. siswa mengerjakan tugas tertulis secara berpasangan dengan pemantauan guru c. siswa mempraktekkan dialog pada tugas enam yang telah dibuatnya d. guru bersama siswa membuat komentar tentang penampilan dialog yang telah dilakukan. 9. Penyajian tugas ke tujuh (Pekerjaan Rumah); 3. guru menyampaikan secara lisan tugas rumah yang harus dikerjakan oleh siswa b. siswa menanggapi dan mengkonfirmasikan pendapatnya tentang tugas yang akan dibuatnya kepada sesama kawan dan kepada guru c. setelah mencapai kesepakatan SiSW3 menuliskan instruksi tugas rumah tersebut. 10. Penutupan; Guru menggunakan simple future tense untuk menyampaikan pelajaran mendatang dan meyakinkan siswa bahwa pelajaran tersebut bermanfaat bagi mereka, menarik, dan mudah.
II. Lembaran Kegiatan Siswa TASK I:
Part l :
Understand the following questions!
1. Will Jack go to Surabaya? 2. Where will Jack go? 3. Will Jack go with you? 4. When will Jack go to Bandar Lampung? 5. What shal I do if I have enough money?
16
Part 2: Listen to the cassette by reading the text below! TEXT Jack is my classmate. He and his father will go to Ambon this week. In Ambon he will visit his grandfather. Next month, Jack and his
father will go to Bandar Lampung.
Jack is a happy kid. He always go to the other town every weekend.
If I have enough money, I shall visit my grandfather, too.
Part 3:
Answer the questions of part 1 by fill in the blanks below!
l . No, he ... not.
2. He 3. No,
go to .... .
4.
He
... . .. to Bandar Lampung
5.
You
visit your grandfather.
TASK II: Part 1: Analyze the following sentences! 1
I
Shall
2
He
Will
3
Will
4
Will
write a story read a magazine
not
not
you
open the window?
he
go to school?
Part 2:
Insert the following sentences into the table!
1. Will Jack and Tom go to school tomorrow? 2. I shall make a note here. 3. He will not run. 4. Will not you sit here? 5. The mathematic teacher wiH help us.
17
He
Will
not
read a newspaper
1
2
3 4 5
TASK Ill:
Complete the following sentences!
1. The sky is too cloudy. I think it ... rain. 2. Jim got up at 06.30. He must get to school before 07.00. I think he ... be ... to school. 3. Ronny: How many questions are our homework? Amen Ten. Ten questions? Ronny Amen Yes, there are ten questions. Ronny ... you read them for me? Amen Sure, I .... Ronny ... we answer the question together? Amen Yes, ....... TASK IV: Complete the following dialogue! Baker : Will you come to my house tomorrow? .Jirnrny : No, I won't. Baker : You will not. Jimmy: Absolutely. Baker : So, you will be at home? Jimmy: No, I .... I shall go to the library tomorrow. Will you go to the library, too? Baker : No, I ... 't. I ... do my homework at home.
18
TASK V:
In groups of four, discuss the following problems'
1. When using future tense. we use ... as an operator. a. shall or will b. will c. shall 2. In simple future tense the position of main verb is a. before will or shall b. after will or shall c. before the subject 3. We can use ... if the subject is the first person. a. will only b. shall only c. shell or will d. neither shall nor will 4.
ln asking for information about future activities we can use .... a. simple past tense b. c.
5.
d. past progressive tense The position of not in negative simple future tense is a. before will/shall b.
6.
7.
present progressive tense simple future tense
after will/shall
c. directly after the subject In interrogative sentence, the position of will/shall is a.
before the subject
b.
after the subject
c.
after not
The position of question-word in future tense is a.
before the subject
b.
after the subject
c.
before will/shall
d.
after will/shall
19
8.
The operator for short answer in future tense is a. b.
will (example: Yes, I will) shall (example: Yes, I shall)
9.
In telling your friend about your planning, you can use .... a. future tense b. past tense 10. Choose the correct sentence below! a. I will make some progress yesterday. b. My father will helped me tomorrow. c. Jack will come here next sunday.
TASK VI:
In pairs, make a dialogue about what you will do after you finish
your SMP. Then, present the dialogue in front of the class.
Daftar Pustaka Anthony,
Edward M.
1963. "Approach, Method, and
Technique.
English Language Teaching 17. him. 63-7. Brown. H Douglas. 1993. "TESOL at Twenty-Five: What Are the Issues?" Di Dalam Silberstein. 1993. him. 16-31. Burt. Marina; Heidi Dulay; dan Marry Finocchairo (Ed.). 1977. View points on English as a Second Language. New York: Regents. Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge, Mass.: The M.I.T. Press. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Menengah Umum Mata Pelajaran Bahasa /nggris. Jakarta: Depdikbud. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Bahasa lnqqtis. Jakarta: Depdikbud. Dulay, Heidi; Marina Burt; dan Stephen Krashen. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press. lkhsanudin. 1993 A Descriptive Analysis of the Two Major Models of
20
Teaching Methodology
Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Krashen. Stephen D. 1977. The Monitor Model tor Adult Second Language Performance". Di dalam Burt. Marina: Heidi Dulay: dan Marry Finocchairo (ed.) 1977. him. 152-61 - - - - . 198 J. Second Language Acquisition and SeCt nid Language Learning. Oxford: Pergamon. - - - - . 1982a "Theory Versus Practice in Language Teaching". Di dalam Blair 1982. him. 15-30.
- - - - . 1982b.Plinciples and Practice in Second Language Acqui sition. Oxford: Pergamon. - - - - . J983. "Applications of Psycholinguistics Research to Classroom". Di dalam James (ed.) 1983. him. 51-66.
1985.
the
The Input Hypothesis: Issues and Implications.
London: Longman. Lenneberg, E. 1967. Biological Foundations Wiley [, Sons.
of Language.
New York:
Mukhaiyar. J 991. "Perbandingan Pendekatan Komunikatif dengan Metoda Audiolingual dalam Mengembangkan Kemampuan Lisan Bahasa Inggris." Disertasi IKIP Jakarta. Muhammad, Arni. 1987. "Sumbangan Manajemen Kelas dan Cara EvaJuasi Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Kelas I SMA Negeri Sumatera Barat." Disertasi.
Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta November 1987.
Piaget, Jean. 1968. "Le Structuralisme". Paris: Press Universitaires
de France. Terj. Chaninah Maschler, 197 J. Structuralism. London: Routledge and Kegan Paul. - - - - 1979. "The psychogenesis of knowledge and its episte mological significance". Di dalam Piattelli-Palmarini (ed.) 1979. Terj.-. 1980. Piattelli-Palmarini, Massimo (ed.). 1979. "Theories du lanqaqe.theories de lapprentissaqe." Editions du Seuil. Terj. - - . 1980.
Language Learning: The Debate between Jean Piaget and Noam Chomsky. Cambridge Mass: Harvard University Press. Richards, Jack C. dan Theodore S. Rodgers. 1986.Approaches andMethods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Silberstein, Sandra. 1993. State of the Art TESOL Essays. Alexandria, Virginia: TESOL.
21
Su'udi, Astini. 1989. "Kontribusi Kedwibahasaan, Ingatan Semantik dan Intuisi Bahasa terhadap Prestasi Belajar Bahasa Asing." Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta. Yunus, Muhammad et al. 1993. Metode-metode PKG dan Pengajaran Bahasa Inggris di Kola Madya Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
22
MAJALAH ILMIAH MARANATHA DITERBITKAN OLEH U.K MARANA THA IMAN DAN IlMU
tiin Surat Keputusan Menteri
Penerangan Republik Indonesia
Tanggal 26 Juni 1995 no. 21201SK;
DIT JEN PPG!STT/1995
Pellndung: Rektor Penasehat : PR I PR II dan PR III Ketua Pengarah : Prof. Dr. J.S. liem Wakil Ketua Pengarahl Penanggung Jawab : Drs. Jonathan Sarwono Ketua Penyunting : Ora. Marcellia Susan Penyuntlng Ahll : Dr. Andreas Blnloro Dewanto SE. M.S. Ir. D.A. Soelisna SH. MPD Drs. Marla Christine MSc. Daniel S. Wibowo dr .. MSc. Drs. Peter R. Nelwan M.A. Sekreterle : Ir. Christina Wlrawan Ora. Susan Yuwono Bendahare: Lifen Nanlwljaya, SE 5ta' Penyuntlng : Anny Nurbasari SE, M.P. Ora. Melinda Dlrgandln Drs. Robert Oloan R Ora. Sianlyali S. Hidayat Drs. Sutlman A.H. Ir. Teddy Markus Zakarla
DAfTAR lSI I. Exposure Practise Analysis Gen
eralization Aplication (EAGA)
Sebuah Gagasan dari Ruang Kelas
Ikhsanudin 1 2. Sosial Budaya Masyarakat Suku Terasing (Kubu) : Suatu Tinjauan Sudirman Sy 23 3. The Teaching of English at Two Elementary Schools in Salatiga. I Made Markus................................ 37 4. Penyelidikan Daerah Rawan Kecelakaan Dengan Sistem 3 - L Budi Hartanto 46 5. Suatu Koosep Pengembangan Karir Dosen Tetap Perguruan Tinggi Swasta D.A. Soelisna 53 6. Sumber-Sumber Modal Usaha dan Permasalahannya. Nunung Nuryanl 62 7. Aspek Psikologik dari Kehidupan Pemikahan Slanlwatl S. Hldayat 67 8. Research University , bentuk Perguruan Tinggi Swasta di Masa Depan Jonathan Sarwono. 76
SYARAT PENGIRIMAN NASKAH Majalah IImlah Maranatha adalah Media Informasl Komunlkasl Wahana Pengkajlan berbagal dlslplln IImu serta mengembangan IPTEK di UK Maranatha. Redaksl mengundang para ahli dosen sarjana dan praktlsl balk dl IIngkungan UK Maranatha maupun dlluar UK Maranatha untuk turul berpartisipasi menyumbang dan lutisan IImlah ataupun hasll penelman uang orlsinal obyektll dan dapat dlpertanggungjawabkan seeara IImiah. Naskah dapat dltulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggrls Naskah dlketlk pada kertas ukuran kuarto Jarak dua spasi dlsusun sebagai berlkut: Judul Nama Penulls lsi Tullsan. Daltar Pustaka dan dllengkapi dengan blograli singkat dan seiembar pas toto ukuran 3 x 4 em. Tullsan berklsar antara 5.000 - 6.000 kata. redaksi berhak mengubah tutisan tanpa mengurangl makna sebenaroya. Untuk naskah yang dlmuat akan dlberi Imbalan. Penglrlman naskah dalam dlsket akan kami terlma dengan senang hatl. Semua naskah diklrim pada Skretarlat Majaiah IImlah Maranatha : JI. Prof. drg. Surla Sumantrl No. 65 Telp. 212186 Fax. 215154 Bandung 40164.
GPnet"..z~ ~ (EAGAI ; Sebu-.h Gag...." AUoWIg K~".
Analp'I
d.,
,.........."
S_ial Bud.,. M.sy.raka' S uku 1e'.'"9 {KuOuJ ; Sua m Tini .~n Sud llfflan Sy
The Te«hing of English .
Two Bei........'Y School. in SlIlati9" I Made MarlluS
Penyehdtka" Owrllh A_ a " Kecel.kaan Oengan Silllenl 3 • l Budi Ha rranto
Su a tu Kon aep Pe nge mb llng . n Kar;. Dosen Ta lap Pergurus" Tinggi 5• • • ' . V. A.. Soeli.<;(I1J
S umbet· Su mbe, Moda. Usah' dan Per m'sala ha nn,. Nunung NlJI'f8fH Allpek Paikologik dari Kehidupa" Pernik.han
Sia"""'" , S. Hidayaf
Rea.af ch Univer s ity ; bentu" Pe,iUf'\Ia" 1"'99 ; Swa.ta dI M_ Depon ..IotJ
"~~ ~~~~o~.~s~.~...
ISS N
7 08 ..
Vot lIfT......"
"'1'"