EXCELLENT- Journal of Human Resources Management and Organizational Behavior Vol. 1 No. 2 ISSN 1979-2700
Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Adi Unggul Bhirawa (STIE-AUB) Surakarta (2016) ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DINAS BINA MARGA KABUPATEN GROBOGAN DENGAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING Novi Nurkumala Kusumawati STIE AUB SURAKARTA Abstrak Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif maka perlu memperhatikan partisipasi dalam penyusunan anggaran serta adanya motivasi kerja yang tinggi dan ketidakpastian lingkungan dalam hubungan keputusan yang berkaitan dengan anggaran Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menguji: 1) pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan, 2) pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kepuasan kerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan, 3) pengaruh motivasi terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan, 4) ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan, 5) motivasi memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Data dikumpulkan dari 37 responden dengan menggunakan metode sensus. Analisis data dilakukan melalui analisis instrument penelitian yang meliputi uji validitas menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s alpha; uji asumsi klasik menggunakan normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinieritas dan uji hipotesis meliputi analisis regresi sederhana, dan nilai selisih mutlak, koefisien determinasi (R2), uji t, uji F. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial terbukti dalam penelitian ini, 2) ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial terbukti dalam penelitian ini, 3) motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial terbukti dalam penelitian ini, 4) ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada tingkat signifikansi 10%, 5) motivasi memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial tidak terbukti dalam penelitian ini, 6) hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa nilai R square total sebesar 0,729, artinya variabel kinerja manajerial dijelaskan oleh partisipasi penyusunan anggaran dengan ketidakpastian lingkungan dan motivasi sebagai variabel moderating sebesar 72,9% dan sisanya sebesar 27,1% dijelaskan faktor lain di luar model penelitian, misalnya variabel komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Kata kunci : partisipasi penyusunan anggaran, ketidakpastian lingkungan, motivasi, kinerja manajerial. Abstract Managerial performance is one factor that can be used to improve organizational effectiveness. In order for these objectives to be achieved effectively it is necessary to pay attention to budgetary participation and greater motivation and environmental uncertainly in relation to decisions related to the budget. This research aims to know: 1) The influence of budgetary participation toward the managerial performance in Dinas Bina Marga sub-province Grobogan, 2) The influence of environmental uncertainly toward the managerial performance in Dinas Bina Marga sub-province Grobogan, 3) The influence of motivation toward the managerial performance in Dinas Bina Marga sub-province Grobogan, 4) environmental uncertainty moderates the effect of budgetary participation on managerial performance in Dinas Bina Marga sub-province Grobogan, 5) motivation moderates the effect of budgetary participation on managerial performance in Dinas Bina Marga sub-province Grobogan.The data are collected from 37 respondents by using a sensus method. They are analyzed through the research instruments such as a product moment test and the reliability test by using a Cronbach Alpha technique, classical assumption by using a normality method, heteroscedastisity and multicolinierity; the hypothesis test was analyzed by simple regression analysis, and absolute difference value test, determination coefficient (R2), t test, F test.The research result shows that 1) the influence of budgetary participation is positive and significant toward the managerial performance proved the research, 2) the influence of environmental uncertainly is positive and significant toward the managerial performance proved the research, 3) the influence of motivation is positive and significant toward the managerial performance proved the research, 4) environmental uncertainty moderates the effect of budgetary participation on managerial performance in significantcy 10%, 5) motivation moderates the effect of budgetary participation on managerial performance unproved the research, 6) Coefficient determination show that total R Square is 0.729, the meaning managerial performance variable explained by a budgetary participation with environmental uncertainty and motivation as moderating variable is 72,9% and while its remain 27,1% is explained by other variable which is not involved in the regression model such as commitment organizational, job satisfaction. Key word: budgetary participation, environmental uncertainty, motivation, managerial performance.
15
PENDAHULUAN Pada dasarnya proses penyusunan anggaran adalah merupakan kegiatan yang penting dan melibatkan berbagai pihak, seperti manajer dan bawahan yang sama-sama memegang peranan penting dalam mempersiapkan dan mengevaluasi penyusunan anggaran tersebut serta tujuan dari anggaran itu sendiri, dan anggaran juga dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja manajer. Perusahaan memerlukan anggaran sebagai salah satu komponen penting yang digunakan manajemen untuk mengendalikan operasi perusahaan. Anggaran membantu manajer untuk lebih bertanggungjawab karena anggaran merupakan cara untuk mengkomunikasikan rencana, mengalokasikan sumber daya, menentukan tujuan, dan berfungsi sebagai patokan dalam suatu organisasi (Garrison dan Noreen dalam Bradshaw et al. 2007). Maksum (2009), berpendapat bahwa kebutuhan akan anggaran bukan hanya dirasakan oleh perusahaanperusahaan yang berskala besar, tetapi juga dirasakan perlu oleh perusahaan-perusahaan berskala menengah maupun kecil. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran sangat diperlukan karena akan menghasilkan informasi yang lebih baik. Partisipasi dalam proses penganggaran diharapkan dapat meningkatkan kinerja manajer, yaitu ketika tujuan dirancang dan disetujui maka manager akan menginternalisasi tujuan yang ditetapkan dan memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapainya karena mereka terlibat secara langsung dalam penyusunan anggaran. Penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja banyak dilakukan, namun kebanyakan bukti-bukti empiris memberikan hasil bervariasi dan tidak konsisten. Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa partisipasi penganggaran dan kinerja memiliki hubungan yang positif. Dengan adanya partisipasi tersebut manajer akan memperoleh informasi mengenai lingkungan yang dihadapi dan yang akan dihadapi serta mencari solusinya dan partisipasi tersebut juga dapat meningkatkan kebersamaan dan rasa memiliki inisiatif untuk menyumbangkan ide, sehingga keputusan yang dihasilkan dapat diterima. Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada suatu kondisi ketidakpastian lingkungan dapat terjadi pada individu yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran dan setiap individu pasti mengalami ketidakpastian
16
lingkungan yang tinggi jika merasa lingkungan di sekitar mereka tidak dapat diprediksi dan tidak dapat memahami bagaimana komponen lingkungan akan berubah. Jika ketidakpastian lingkungan rendah, individu dapat memprediksi keadaan sehingga langkahlangkah yang akan diambil dapat direncanakan dengan lebih akurat. Ketidakpastian lingkungan akan menyulitkan manajer dalam membuat perencanaan dan melakukan pengendalian terhadap operasional perusahaan. Untuk mencapai mencapai kinerja yang maksimal, salah satu potensi perusahaan yang harus memperoleh perhatian dari manajer yaitu informasi yang dapat berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasikan aktivitas dan kondisi perusahaan saat itu. Informasi yang relevan dan bermanfaat berdasarkan persepsi manajer dan informasi peribadi yang dimiliki bawahan dapat digunakan untuk membantu penyusunan anggaran yang akurat karena bawahan mampu mengatasi ketidakpastian lingkungan di wilayah tanggungjawabnya dan dapat memprediksi lingkungannya sendiri. Kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Setiap instansi akan berusaha untuk selalu meningkatkan kinerja manajerialnya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan suatu instasi. Kontribusi manajer pada organisasi akan menjadi penting jika dilakukan dengan tindakan efektif dan berperilaku secara benar. Manajer dengan motivasi kerja yang tinggi dapat diharapkan menghasilkan kinerja yang maksimal. Untuk menjaga kelangsungan operasional instansi, seorang pemimpin harus memperhatikan serta berusaha mempengaruhi dan mendorong pegawainya. Agar perilaku seorang pekerja sesuai dengan tujuan organisasi, maka harus ada perpaduan antara motivasi akan pemenuhan kebutuhan mereka sendiri dan permintaan organisasi. Dalam hal ini motivasi sangat berperan penting dalam meningkatkan semangat kerja manajer dalam melaksanakan setiap tugasnya. Motivasi adalah kondisi psikologis seseorang yang muncul lantaran ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Di tempat kerja, motivasi atau gairah kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal yakni persepsi dan harapan karyawan terhadap pekerjaan itu sediri dan faktor eksternal seperti gaji, kedudukan, pangkat, prestasi dan beberapa faktor lainnya. Ketiga variabel diatas sangat erat kaitannya dalam menetukan tinggi rendahnya
kinerja sebuah organisasi. Pencapaian kinerja yang maksimal akan menggambarkan sejauh mana visi, misi, target maupun sasaran dari organisasi dapat terwujud yang keseluruhannya tertuang ke dalam strategic planning suatu organisasi. Termasuk organisasi pemerintah yang sejak memasuki era reformasi ini, sangat dituntut agar semua lembaga-lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, harus mampu mewujudkan kinerja yang baik.
daerah wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi. Dengan demikian kinerja manajerial merupakan suatu gambaran mengenai tingkat penyelesaian pelaksanaan sesuatu kegiatan program, tugas secara efisien dan efektif dalam mencapai sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi. Dikaitkan dengan penelitian ini, kinerja yang dimaksud adalah kinerja manajerial di Dinas Binas Marga Kabupaten Grobogan.
Alasan dilakukan penelitian pada Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan karena Dinas Bina Marga merupakan salah satu organisasi publik yang bertujuan mensejahterakan masyarakat yang seharusnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat khususnya dalam hal program peningkatan dan pembangunan infrastuktur jalan dan jembatan di Kabupaten Grobogan. Pada kenyataan, kinerja Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan masih belum baik atau sesuai dengan harapan. Keadaan ini ditandai dengan sering terjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan tahunannya baik dari segi fisik pengelolaan proyek maupun administrasinya baik yang disebabkan oleh faktor intern maupun faktor eksternal, sehingga tidak dapat melaksanakan rencana kegiatan tahunan sesuai jadwal. Hal tersebut berpengaruh pada penganggaran dan mencerminkan bahwa kinerja manajerial pada instansi tersebut belum dapat mencapai tujuan organisasi dengan baik.
Kinerja manajerial merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, laporan pertanggungjawaban, pembinaan, dan pengawasan. Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini yakni kinerja kepala dinas, kepala bidang, kepala bagian, kepala seksi, dan kepala sub bidang, kepala sub bagian, kepala sub seksi. Dalam kegiatan manajerial yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, Kinerja manajerial merupakan seberapa jauh manajer melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, Kinerja manajerial ini diukur dengan mempergunakan indicator (Mahoney et.al, 1963) : Perencanaan, Investigasi, Koordinasi, Evaluasi, Supervisi, Staffing, Negosiasi, Representasi. Menurut Indrianto (1993) dalam Soepomo (1998), kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapatkan kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakanya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria, sistem penganggaran (reward) dan konflik. Ada dua alasan menurut Brownel (1982) dalam Wasisto dan Sholihin (2004) mengapa partisipasi menjadi topik yang menarik dalam akuntansi manajemen. Pertama, partisipasi pada umumnya merupakan pendekatan manajerial yang dinilai dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi, kedua, beberapa penelitian yang menguji hubungan antara partisipasi dengan kinerja menunjukan hasil
TINJAUAN PUSTAKA 1. Kinerja Manajerial Ada beberapa arti mengenai kinerja (performance), seperti yang Istilah kinerja berasal dari Job Performance (prestasi kerja) atau Actual Performance (prestasi sesungguhnya). Sedangkan pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial bersifat abstrak dan kompleks (Mulyadi dan Johny, 2000). Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam
17
yang tidak konsisten. Argyris (1952) dalam Fitri (2004) menemukan adanya hubungan yang positif antara partisipasi penganggaran dan kinerja. Ia menyimpulkan, agar partisipasi anggaran mempunyai pengaruh terhadap kinerja, maka yang pertama kali harus ada penerimaan atas tujuan anggaran. Dalam hal ini, partisipasi anggaran memainkan peranan sentral dalam mendapatkan penerimaan atas tujuan anggaran.
berdasarkan logika; (3) Setiap manajer diharapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan sehingga anggaran merupakan suatu hasil mengambil keputusan yang berdasarkan pada asumsi tertentu; dan (4) Keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksana tugas fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Nafarin (2000: 12) ada beberapa tujuan disusunnya anggaran antara lain: (1) Untuk digunakan sebagai landasan yuridisual formal dalam memilih sumber dan pengguna dana;(2) Untuk mengadakan pembatasanjumlah dana yang dicari dan digunakan; (3) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari dan digunakan; (4) Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dan agar dapat mencapai hasil yang maksimal; (5) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat, (6) Menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan karyawan.
Menurut Mercant (1981) dalam Fitri (2004) , hubungan negatif antara anggaran partisipatif dan kinerja manajerial dapat terjadi akibat tingkat partisipasi yang tinggi berdampak terhadap menurunnya kinerja. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh budgetary slack yang timbul akibat partisipasi yang tinggi dalam penganggaran tersebut. Manajer membuat slack ini dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah, biaya lebih tinggi atau mengestimasikan terlalu tinggi jumlah out put yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit out put (Ikhsan dan Ishak, 2005). Dalam kontek organisasi pemerintah daerah, pengukuran kinerja pimpinan SKPD dilakukan untuk menilai seberapa baik Pimpinan SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. pengukuran kinerja pimpinan SKPD merupakan wujud dari vertical accountability yaitu pengevaluasian kinerja bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accountability pemerintah daerah yaitu kepada masyarakat atas amanah yang diberikan kepadanya.
Partisipasi anggaran didefinisikan sebagai keterlibatan manajer-manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran (Govindarajan, 2003: 70). Partisipasi anggaran memberikan kesempatan bagi para manajer untuk ikut menyusun anggaran, pada umumnya tujuan menyeluruh dari anggaran dikomunikasikan kepada para manajer, yang kemudian membantu mengembangkan anggaran yang dapat memenuhi tujuan tersebut, dalam partisipasi anggaran, penekanan dilakukan pada pemenuhan tujuan secara umum,bukan pada setiap jenis anggaran. Partisipasi anggaran memberikan rasa tanggung jawab kepada manajer dan bawahan yang mendorong timbuinya kreatifitas, karena para bawahan yang menciptakan anggaran, maka besar kemungkinan tujuan anggaran merupakan tujuan pribadi manajer tersebut, yang menyebabkan semakin tingginya tingkat keselarasan tujuan.
2. Partisipasi Penyusunan Anggaran Adisaputro dan Asri (1996: 6) anggaran adalah suatu pendekatan yang formal secara sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan,koordinasi dan pengawasan. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Anggaran harus bersifat formal artinya bahwa anggaran disusun dengan sengaja dan sungguhsungguh dalam bentuk tertulis; (2) Anggaran harus bersifat sistematis, artinya anggaran harus bersifat sistematis, atau anggaran disusun dengan berurutan dan
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan memungkinkan bagi para manajer (sebagai bawahan) untuk melakukan negosiasi dengan atasan mereka mengenai kemungkinan target anggaran yang dapat
18
dicapai. Dengan partisipasi akan terjadi mekanisme pertukaran informasi, pertukaran informasi membuat masingmasing manajer akan memperoleh informasi tentang pekerjaannya. Informasi ini memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang tugas yang akan mereka lakukan, dengan demikian diharapkan kinerja akan meningkat.
ketidakpastian lingkungan yang di persepsikan. Miliken (1987) dalam Akhbar (2006) juga menyatakan bahwa top manajemen organisasi dapat mengalami tiga tipe ketidakpastian lingkungan tersebut, mereka dapat mencoba memahami, merasakan dan merespon kondisi lingkungan eksternal. Lingkungan yang statis menciptakan ketidakpastian lebih sedikit bagi para manajer daripada lingkungan yang dinamis. Dan karena ketidakpastian merupakan ancaman terhadap keefektifan organisasi, manajemen mencoba untuk meminimalkan (Robbins, 1999:229).
3. Ketidakpastian Lingkungan Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi ketidakpastian rendah berdampak baik terhadap kinerja organisasi. Dimana informasi pribadi (Prive Informative) yang dimiliki bawahan mampu mengatasi ketidakpastian di wilayah tanggung jawabnya dapat digunakan untuk memprediksi kejadian di masa datang. Namun, bagi atasan, tidak selalu kondisi ketidakpastian yang rendah akan menguntungkan walaupun atasan memiliki kesempatan untuk memperoleh informasi dengan lebih mudah. Sementara (Gregson 1994) dalam Asriningati (2006) mengartikan sebagai “persepsi individual atas ketidakpastian yang berasal dari lingkungan organisasi”.
Dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ketidakpastian sebagai rasa ketidakmampuan individu dalm memprediksi sesuatu secara tepat, dan ketidakpastian lingkungan sebagai persepsi individual atas ketidakpastian yang berasal dari lingkungan organisasi. 4. Motivasi Chung & Megginson (1981: 136) menyatakan bahwa ”motivation is defined as goal-directed behavior. It concerns the levelof effort one exert in persuing a goal ... it is closely related to employee satisfaction and job performance”
Lingkungan instansi dapat berbentuk lingkungan khusus dan lingkungan umum. Lingkungan umum mencakup kondisi yang mungkin mempunyai dampak terhadap individu, namun relevansinya tidak begitu jelas. Lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung memiliki relevansi terhadap kehidupan organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan khusus merupakan sesuatu yang khas bagi setiap organisasi dan berubah sesuai dengan kondisinya.
Menurut Hasibuan (2007:141), motivasi berasal dari kata Latin Movere yang berarti dorongan atau menggerakan. Motivasi ( motivation ) dalam manajemen hanya ditunjukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan pada khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Miliken (1987) dalam Akhbar (2006) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, dan sated uncertainty). Effect uncertainty adalah ketidakpastian memprediksi pengaruh lingkungan di masa yang akan datang terhadap organisasi. Response uncertainty adalah ketidak mampuan memprediksi konsekuensi dari pilihanpilihan keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertainty merupakan suatu hal selalu dihubungkan dengan
Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson (Moenir, 2002: 136), mengemukakan bahwa ”motivasi berasal dari kata motif adalah suatu kehendak atau keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang itu berbuat”. Pentingnya motivasi, karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
19
Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintergrasi pada tujuan yang diinginkan.
sikap, dan kemampuan-kemampuan. Sedangkan yang tergolong pada faktorfaktor yang berasal dari organsiasi meliputi pembayaran atau gaji, keamanan pekerjaan, sesama pegawai, pengawasan, pujian, dan pekerjaan itu sendiri. Hierarki Kebutuhan mengikuti teori jamak yakni seseorang berperilaku/ bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam – macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya, jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, bahwa dapat disimpulkan dorongan yang dimiliki individu yang merangsang untuk melakukan tindakan ( kegiatan ) dalam mencapaui tujuan yang diharapkan. Motivasi seorang pegawai untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasi. Faktor-faktor yang tergolong individual adalah kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN Ketidakpastian Lingkungan(X2) Partisipasi Penyusunan
Kinerja
Anggaran (X1)
Manajerial (Y)
Motivasi (X3)
Gambar 1. KERANGKA KONSEPTUAL Sumber : Diana Febrianti, Ikhsan Budi Riharjo (2013); Feriyana Kusumawati,Muhammad Agus Salam (2012); Deliana (2004); Leslie Kren (1992); Dr. Melek Eker ( 2007). HIPOTESIS H1: Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. H2: Ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. H3: Motivasi berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. H4: Ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan
H5:
anggaran terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Motivasi memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan.
METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan, di Jl. Mayjend Sutoyo Siswomiharjo No 48 Purwodadi Grobogan. Hal ini dilakukan guna ketersediaan data bagi peneliti dalam
20
pengambilan sampel penelitian karena peneliti bekerja di instansi tersebut. Adapun obyek dari penelitian ini adalah pegawai di Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh pegawai di Kantor Induk Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan yang berjumlah 37 orang. Oleh karena jumlah anggota populasi penelitian hanya 37 orang, maka pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik atau metode sensus, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan anggota sample penelitian (Murti Suwarni dan Wahyuni, 2005: 70). DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Jenis Data a. Data Kuantitatif Nawawi (2001: 97) mengemukakan bahwa “data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka, baik yang berasal dai hasil transformasi data kualitatif maupun data yang sejak semula sudah bersifat kuantitatif”. Mantra (2004: 130) mengemukakan bahwa data kuantitatif adalah data yang bersumber pada: a) Data primer yang bersumber pada hasil wawancara terstruktur terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. b) Data sekunder yang bersumber pada sensus penduduk atau data statistik yang dikumpulkan oleh beberapa instansi atau lembaga penelitian. b. Data Kualitatif Nawawi (2001: 97) mengemukakan bahwa data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian. Dalam penelitian ini data kualitatif berupa: 1. Tanggapan responden tentang kinerja manajerial. 2. Tanggapan responden tentang partisipasi penyusunan anggaran. 3. Tanggapan responden tentang ketidakpastian lingkungan. 4. Tanggapan responden tentang motivasi. 2. Sumber Data a. Data Primer Menurut Umar (2001: 99), data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara
atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. b. Data Sekunder Menurut Umar (2001: 100), data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk tabeltabel atau diagram. 3. Teknik Pengumpulan Data Keputusan mengenai alat pengambil data mana yang akan digunakan terutama ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau data yang diambil. Di samping itu, jenis alat yang digunakan disesuaikan pula dengan metode penelitian yang digunakan (Mantra, 2004: 79). Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh data primer, sedangkan dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. a. Dokumentasi “Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip, dokumen resmi, statistik, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan” (Nawawi, 2001: 133). Data yang diperoleh dari berbagai dokumen tertulis ini merupakan data sekunder yang digunakan sebagai pelengkap dari data primer. Informasi yang dicari adalah yang mempunyai kaitan atau hubungan dengan variabel penelitian. b. Kuesioner Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni (2006: 89) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data kuesioner paling efisien karena peneliti tidak perlu mendatangi responden, cukup menyiapkan daftar pertanyaan tertulis yang dikirim kepada responden untuk dijawab. Cara ini sesuai pula apabila jumlah responden cukup besar atau lokasi mereka tersebar di beberapa wilayah. Dalam penelitian ini, kuesioner yang dikirim kepada responden adalah kuesioner berstruktur dengan pertanyaan tertutup.
21
Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut : (Arikunto, 2002 : 146). TEKNIS ANALISIS 1. Pengujian data a. Uji Validitas Uji validitas merupakan uji homogenitas item pertanyaan per variabel untuk menunjukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur untuk melakukan fungsinya. Semakin tinggi validitas alat ukur, maka semakin kecil varian kesalahannya. Dengan demikian uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Untuk menguji validitas kuisioner digunakan rumus kolerasi Produk Moment Person, yaitu : ( Arikunto, 2002; 146 )
rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
2 k Rn 1 2 k 1 1
Keterangan : r : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan
b
1
: jumlah varian butir
: varian total Keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan apabila diperoleh nilai r hitung > r tabel dengan taraf signifikan 5 %, maka butir pertanyaan tersebut reliabel. Uji reliabilitas dengan SPSS ver 12 yang akan dilakukan adalah menggunakan Reliability Analysis dengan Cronbach Alpha (). Jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005 : 44), maka dapat dikatakan variabel tersebut reliabel. c. Uji Linieritas. Uji linieritas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya suatu distribusi sebuah data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data linier maka digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya jika hasil uji linieritas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan non linier. Uji linier yang akan dilakukan adalah dengan uji Langrange Multiplivariat. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai C² hitung atau (n x R²). 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu memiliki distribusi normal. Data yang normal adalah data yang sebarannya berada disekitar garis normal, tidak melenceng ke kiri dan ke kanan serta polanya mengikuti arah kurva normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode kolmogorov smirnov, dengan melihat nilai signifikansi pada 0,05. Jika nilai signifikansi yang
Keterangan : rxy = koefisien korelasi Product Momen Y X N
2
2
Person = skor item total = skor pertanyaan = jumlah pertanyaan Dengan Kinerja jika diperoleh r hitung > r tabel, butir pertanyaan tersebut valid, tetapi jika r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. Selanjutnya uji validitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan Program SPSS ver 12 for windows. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan kriteria tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur (kuesioner). Suatu kuisioner dapat dikatakan mantap bila dalam pengukurannya secara berulang – ulang dapat memberikan hasil yang sama (dengan catatan semua kondisi tidak berubah). Jadi suatu kuisioner disebut reliabel atau handal apabila jawaban seseorang atas pertanyaan adalah konsistensi dari waktu ke waktu. Untuk mengukur reliabilitas digunakan alat ukur dengan teknik
22
dihasilkan >0,05 maka data berdistribusi normal. b. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedasti-sitas dapat menggunakan uji Glester. Dalam uji ini, apabila hasilnya besar dari 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Multikolineritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi apakah tidak terdapat korelasi yang tinggi antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Korelasi antar variabel independen ini dapat dideteksi dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflation Factor (VIF). 3. Uji Hipotesa a. Moderated Regression Analysis (MRA) Untuk menguji hipotesis digunakan model regresi berganda dengan pendekatan uji interaksi atau yang sering disebut denagan moderated regression analysis (MRA). Model yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam persamaan. Y = a + b1X1+b2X2+ b3X3+ e Y1= a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4 (X1X2)+ b5 (X1X3)+ e1 Keterangan: Y = Kinerja Manajerial A = Konstanta. X1 = Partisipasi Anggaran X2 = Ketidakpastian Anggaran X3 = Motivasi b1 b2 b3.. = Koefisien Korelasi. e = Standar Error. b. Uji Nilai Selisih Mutlak Menurut Frucot and Shearon (1991) dalam Ghozali (2005:153) mengajukan model regresi untuk menguji pengaruh moderasi yaitu dengan model nilai selisih mutlak dari variabel independen dengan rumus persamaan regresi: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 │X1 – X2 │+ b5 │X1 – X3 │+ e
Dimana: Y = Kinerja Manajerial X1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran X2 = Ketidakpastian Anggaran X3 = Motivasi a = Intercept atau konstanta b1, b2, b3 = Koefisien Regresi │X1 – X2│= Interaksi yang diukur dengan nilai absolute perbedaan antara X1 dan X2 │X1 – X3│= Interaksi yang diukur dengan nilai absolute perbedaan antara X1 dan X3 e = Standar Error 4. Uji t Uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh masing – masing variabel independen Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan komposisi hipotesis Ho : i = 0, Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara individual Ha : i 0, Ada pengaruh yang signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara individual 2. Menentukan level signifikan = 5%. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Hipotesis diterima artinya hipotesis terbukti, apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Hipotesis ditolak artinya hipotesis tidak terbukti. 5. Uji F . Uji ini dilakukan dengan program SPSS. Uji ini digunakan untuk menguji keberartian koefisien regresi secara bersama – sama / serentak 1. Menentukan komposisi hipotesis Ho : 1 = 2 = 3 = 0, Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama. Ha : 1 2 3 0, Ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama. 2. Menentukan level of signifikan = 5% Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Hipotesis diterima artinya hipotesis terbukti, apabila nilai
23
signifikansi < 0,05 maka Hipotesis ditolak artinya hipotesis tidak terbukti. 6. Uji R2 Koefisien determinansi merupakan suatu nilai yang menggambarkan total variasi dari y (variabel dependen) dari sebuah persamaan regresi. Nilai koefisen determinasi ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Apabila nilai koefisien determinansi sama dengan 0 maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Sebaliknya apabila nilai Koefisien determinansi sama dengan 1
maka semua variasi variabel dependen dapat dijelaskan secara sempurna oleh variabel independen. Secara manual rumus uji tersebut adalah :
MSE R²
=
1Sy2
(Nachrowi,2006:127) Keterangan : R² = nilai koefisien determinasi disesuaikan MSE = Mean Square Error/Residual Sy2 = Sum Square Total /n-1
HASIL DAN ANALISIS 1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas 1) Validitas item pertanyaan untuk variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) Tabel 1. Korelasi item pertanyaan terhadap variabel Partisipasi Penyusunan Anggaran Item Pertanyaan ritem rtabel Keterangan X1_1 0,532 0,316 Valid X1_2 0,541 0,316 Valid X1_3 0,601 0,316 Valid X1_4 0,702 0,316 Valid X1_5 0,386 0,316 Valid X1_6 0.318 0,316 Valid X1_7 0,471 0,316 Valid Sumber: Data yang diolah, 2015 Korelasi item-item pertanyaan terhadap yang valid dalam menjelaskan variabelnya. variabel yang mempunyai nilai ritem lebih Tabel IV.6 diatas menunjukkan bahwa dari 7 besar dari rtabel merupakan item pertanyaan item pertanyaan semua valid. 2) Validitas item pertanyaan untuk variabel Ketidakpastian Lingkungan (X2) Tabel 2. Korelasi item pertanyaan terhadap variabel Ketidakpastian Lingkungan Item Pertanyaan ritem rtabel Keterangan X2_1 0,360 0,316 Valid X2_2 0,735 0, 316 Valid X2_3 0,508 0, 316 Valid X2_4 0,650 0, 316 Valid X2_5 0,483 0, 316 Valid X2_6 0,758 0,316 Valid X2_7 0,523 0,316 Valid X2_8 0,461 0,316 Valid Sumber: Data yang diolah, 2015 Korelasi item-item pertanyaan terhadap yang valid dalam menjelaskan variabelnya. variabel yang mempunyai nilai ritem lebih Tabel IV.7 diatas menunjukkan bahwa dari besar dari rtabel merupakan item pertanyaan 8 item pertanyaan semua valid. 3) Validitas item pertanyaan untuk Motivasi (X3)
24
Tabel 3. Korelasi item pertanyaan terhadap variabel Motivasi Item Pertanyaan ritem rtabel Keterangan X3_1 0,451 0,316 Valid X3_2 0,400 0,316 Valid X3_3 0,427 0,316 Valid X3_4 0,430 0,316 Valid X3_5 0,392 0,316 Valid X3_6 0,397 0,316 Valid X3_7 0,668 0,316 Valid Sumber : Data yang diolah, 2015 Korelasi item-item pertanyaan terhadap yang valid dalam menjelaskan variabelnya. variabel yang mempunyai nilai ritem lebih Tabel IV.8 diatas menunjukkan bahwa dari 7 besar dari rtabel merupakan item pertanyaan item pertanyaan semua valid. 4) Validitas item pertanyaan untuk variabel Kinerja (Y) Tabel 4. Korelasi item pertanyaan terhadap variabel Kinerja Manajerial Item Pertanyaan ritem rtabel Keterangan Y_1 0,416 0,316 Valid Y_2 0,386 0,316 Valid Y_3 0,468 0,316 Valid Y_4 0,385 0,316 Valid Y_5 0,467 0,316 Valid Y_6 0,361 0,316 Valid Y_7 0,456 0,316 Valid Y_8 0,443 0,316 Valid Sumber: Data yang diolah, 2015 Korelasi item-item pertanyaan terhadap yang valid dalam menjelaskan variabelnya. variabel yang mempunyai nilai ritem lebih Tabel IV.9 diatas menunjukkan bahwa dari 8 besar dari rtabel merupakan item pertanyaan item pertanyaan semua valid. b. Uji Reliabilitas Tabel 5. Hasil uji reliabilitas Variabel Alpha Kriteria Keterangan Cronbach Partisipasi Penyusunan Anggaran Ketidakpastian Lingkungan Motivasi Kinerja Manajerial
0,779 0,832 0,738 0,730
Alpha Cronbach> 0,60 maka reliabel
Reliabel
Reliabel Reliabel Reliabel tumb) sebesar 0,6, yaitu masing-masing sebesar 0,779;0,832;0,738;0,730 > 0,60 sehingga dapat dikatakan bahwa butirbutir pertanyaan seluruh variabel dalam keadaan reliabel.
Hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa, koefisien (r) alpha hitung seluruh variabel lebih besar dibandingkan dengan kriteria yang dipersyaratkn atau nilai kritis (rule of 2. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Berganda
25
Tabel 6. Hasil Olah Data Analisis Regresi berganda a Coefficients
Model 1 (Constant) Partisipasi Penyusunan Anggaran Ketidakpastian Lingkungan Motivasi
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 20,785 3,976
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF ,000
t 5,228
,367
,116
,279
3,166
,003
,967
1,034
,447
,078
,524
5,732
,000
,902
1,109
,545 ,093 a. Dependent Variable: Kinerja Manajerial
,529
5,844
,000
,920
1,087
b. Analisis Uji Nilai Selisih Mutlak Tabel 7. Hasil Olah Data Nilai Selisih Mutlak Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
Std. Error
1
(Constant)
37.658
.601
Zscore: Partisipasi Penyusunan Anggaran
.272
.280
.124
.973
.338
Zscore(x2) Ketidakpastian Lingkungan
.745
.270
.339
2.760
.010
Zscore: Motivasi
1.079
.274
.492
3.943
.000
Absx1_x2
-.844
.450
-.258
-1.878 .070
Absx1_x3
.396
.444
.124
.892
Beta
t
Sig.
62.703 .000
.379
a. Dependent Variable: Kinerja Manajerial Hasil Regresi Berganda Y1 = 20,785 + 0,367 X1 + 0,447 X2 + 0,545 X3 + є Sig (0,000)** (0,003)** (0,000)** (0,000)** Pada tingkat signifikan pada α = 5%, partisipasi penyusunan anggaran, ketidakpastian lingkungan dan motivasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
Hasil Uji Nilai Selisih Mutlak Y2 = 37,658 + 0,272 X1 + 0,745 X2 + 1,079 X3 - 0,844 │X1 – X2 │+ 0,396 │X1 – X3 │ Sig: (0,000)**(0,338) (0,010)** (0,000)** (0,070)* (0,379) Variabel partisipasi penyusunan anggaran, meningkatkan kinerja manajerial, koefisien ketidakpastian lingkungan, dan motivasi Moderat │X1 – X3│sebesar 0.396 berarti berpengaruh positif terhadap kinerja mengindikasi bahwa setiap peningkatan manajerial, sedangkan koefisien moderat│X1 – interaksi partisipasi penyusunan anggaran X2 │sebesar -0.844 dengan tingkat signifikansi dengan peningkatan motivasi akan 0,070 (signifikan pada level 10%); mengakibatkan kenaikan kinerja manajerial mengindikasi bahwa setiap peningkatan sebesar 0.004, tetapi tidak signifikan karena partisipasi penyusunan anggaran didukung nilai signifikan 0.379 > 0.05. dengan penurunan ketidakpastian akan b. Uji t
26
Tabel 8. Hasil Uji t Persamaan
Model
t
Sig
I
Partisipasi Penyusunan Anggaran Ketidakpastian Lingkungan Motivasi Ketidakpastian sebagai pemoderasi Motivasi sebagai pemoderasi
3.166 5.732 5.844 -1.878 0,892
0,003** 0,000** 0,000** 0,070* 0,379
II
Sumber : data olah, 2015 Keterangan: ** signifikan pada tingkat α 5% * signifikan pada tingkat α 10% a. Partisipasi Penyusunan Anggaran ( PPA ) dengan nilai signifikansi 0,003 < 0,05 berarti bahwa PPA berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh PPA terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kab.Grobogan, terbukti (H1 terbukti). b. Ketidakpastian Lingkungan ( KL ) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 berarti bahwa KL berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh KL terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kab.Grobogan, terbukti (H2 terbukti). c. Motivasi ( MO ) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 berarti bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, maka hipotesis yang c. Uji F
menyatakan ada pengaruh MO terhadap kinerja manajerial Dinas Bina Marga Kab.Grobogan, terbukti (H3 terbukti). d. Ketidakpastian lingkungan sebagai pemoderasi dengan nilai signifikansi 0,070 < 0,10 berarti bahwa ketidakpastian lingkungan memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Semakin meningkat partisipasi penyusunan anggaran dan semakin kecil ketidakpastian lingkungan maka akan meningkatkan kinerja manajerial (H4 terbukti). e. Motivasi sebagai pemoderasi dengan nilai signifikansi 0,379 > 0,05 berarti bahwa motivasi tidak terbukti memoderasi pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial (H5 tidak terbukti).
Tabel 9. Hasil Uji F ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 130,416 43,152 173,568
df 3 33 36
Mean Square 43,472 1,308
F 33,245
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Partisipasi Penyusunan Anggaran, Ketidakpastian Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja Manajerial
Hasil uji secara serempak (Uji F) diketahui besarnya nilai F = 33,245 signifikansi 0,000<0,05. Sehingga dapat disimpulkan d. Koefisien Determinasi
secara bersama-sama variabel mempengaruhi kinerja manajerial.
27
bebas
Tabel 10. Uji Determinasi Model Summaryb
Model 1
R ,867a
R Square ,751
Adjusted R Square ,729
Std. Error of the Estimate 1,144
DurbinWatson 1,570
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Partisipasi Penyusunan Anggaran, Ketidakpastian Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja Manajerial
Uji R2 didapatkan hasil sebesar 0,729 atau 72,9 %. Nilai R square sebesar 0,729, artinya variabel kinerja manajerial dijelaskan oleh partisipasi penyusunan anggaran dengan ketidakpastian lingkungan dan motivasi
sebagai variabel moderating sebesar 72,9% dan sisanya 27,1% dijelaskan faktor lain diluar model penelitian, misalnya variabel komitmen organisasi dan kepuasan kerja. dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. 7. Hasil uji secara serempak (Uji F) diketahui besarnya nilai F = 33,245 signifikansi 0,000<0,05. Sehingga dapat disimpulkan secara bersama-sama variabel bebas mempengaruhi kinerja manajerial.
KESIMPULAN 1. Variabel partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Ini berarti apabila partisipasi penyusunan anggaran semakin baik maka semakin tinggi kinerja manajerial. 2. Variabel ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Ini berarti semakin tinggi ketidakpastian lingkungan maka semakin tinggi kinerja manajerial. 3. Variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Ini berarti semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi kinerja manajerial , dengan asumsi variabel partisipasi penyusunan anggaran dan ketidakpastian lingkungan konstan. 4. Variabel ketidakpastian lingkungan memoderasi hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial dalam arah negatif dengan tingkat signifikansi 10%, dengan kata lain semakin meningkat partisipasi penyusunan anggaran dan semakin kecil ketidakpastian lingkungan maka akan meningkatkan kinerja manajerial. 5. Variabel Motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial dengan kata lain motivasi tidak dapat memperkuat hubungan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. 6. Uji R2 didapatkan hasil sebesar 0.729 atau 72.9 %. yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 72.9% sedangkan sisanya (27.1%)
REFERENSI Adisaputro dan Asri. 1996. Penganggaran Perusahaan. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Anthony, Robert N dan Govindarajan. 2007. Management Control System buku2. Terjemahan Kurniawan Tjakrawala. Jakarta: Salemba Empat. Akhbar, Fakri, 2006. Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kinerja Lingkungan Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asriningati. 2006. Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Swasta Di DI Yogyakarta). Skripsi Program S-1. Universitas Islam Indonesia. Bradshaw, J., Joanne Hills, Chris Hunt, and Bhagwan Khanna. 2007. Can Budgetary Slack Still Prevail within New Zealand’s News Public Management ?. Working Paper no.53.
28
Cokroaminoto.wordpress.comm, 2010, Meningkatkan Motivasi dan Kinerja Karyawan. Chung, Kae H, Leon C. Megginson, 1981, Organizational Behavior, Developing Managerial Skills . New York: Harper & Row Publishers. Coryanata, Isma. 2004. Pelimpahan Wewenang dan Komitmen Organisasi dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Simposium Nasional Akuntansi VII. Dwirandra, A.A.N.B. 2006. Pengaruh Interaksi ketidakpastian LIngkungan, Desentralisasi, dan Agregat Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Penelitian. Bali: Fakultas EkonomiUniversitas Udayana. Duncan, R. B., 1972, Characteristic of Organization Environment and Perceived Environment Uncertainty. Administration Science Quartely 17: 313 – 327 dalam Gregson, Tery et al. 1994. Role Ambiguity, Role Conflict, and Perceived Environment Uncertainty: Are the Scales Measuring Separate Construct for Accountans?. Behavioral Research in Accounting 6: 145 – 159. Deliana, 2004. Pengaruh Partisipasi Anggran terhadap Kinerja Manajerial dan Kepuasan Kerja dengan gaya Kepemimpinan dan Persepsi Ketidakpastian Lingkungan sebagai Variabel Moderator, Tesis Magister Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Eker, M., Dr. 2007. “The Impact Of Budget Participation on Managerial Performance Via Organizational Commitment: A Study On The Top 500 Firms in Turkey”. Fibrianti Diana. dan Riharjo Budi Ikhsan (2013). Pengaruh Partisipasi anggaran, Desentralisasi,komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial pada pemerintahan kota surabaya. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Volume 1 No.1 Januari 2013. Falikhatun. 2007. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Budgetary Slack dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan dan Kohesivitas Kelompok. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6 No. 2. Fitri. Fauziah A. 2000. Pengaruh organizational commitment, information asymmetry dan budget emphasis dalam hubungan atara
partisipasi dan slack anggaran. Tesis S2. Universitas gadjah mada. Govindarajan, 1986, Impact of Participation in the Budgetary Process of Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contingency Perspektives. Decisio Sciences: 496 – 516. Govindarajan, V. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Harif Amali Rivai, 2005, Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitment Organisasional terhadap Intensi Keluar: Pengujian Empiris Model Turn Over Lum et.al., Jurnal Bisnis Indonesia, Volume 3 No. 1 April 2001, hal 335 – 352. Hasibuan M.S.P., 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta. Husein Umar, 2001, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Edisi Revisi, Gramedia Pusaka Utama, Jakarta. Hadari Nawawi, 2001, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cetakan Kedelapan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ida Bagus Mantra, 2004, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset. Imam Ghozali, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbitan Universitas Diponegoro, Semarang. Ikhsan, A. dan M. Ishak. 2005. Akuntansi Keprilakuan. Jakarta: Salemba Empat. Kusumawati Fariyana dan Salam Agus Muhammad (2012). Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Pengelolaan keuangan Daerah: Kepuasan Kerja dan Motivasi sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal InFestasi, Volume 8 No.2 Desember 2012, hal 209 – 218. Kren, L., 1992, Budgetary Participation and Managerial Performance The Impact of Information and Environment Volatility. The Accounting Review 3: 511 – 526. Maksum, Azhar. 2009. Peran Ketidakpastian Lingkungan dan Karakteristik Personal dalam Memoderasi Pengaruh Partispasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 1(1), h:1-17. Mahoney, T. A. et.al., 1965, The Job of Management. Industrial Relation 2: 97 – 110. Moeheriono, 2009, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
29
Mulyadi. dan Jhony. 2000. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Yogyakarta: Aditya Media. Nafarin, M. 2000. Penganggaran Perusahaan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Rajapresentasi.com, 2010, Meningkatkan Kinerja Karyawan. Ruky, A. S. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Rahayu, Isti. 1999. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Partisipasi Penganggaran dan Kinerja Manajerial. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia (JAAI), Vol. 3 No. 2. Supomo, B. dan N. Indriantoro. 1998. “Pengaruh Struktur Dan Kultur Organisasional Terhadap Keefektifan Anggaran Partisipatif Dalam Peningkatan Kinerja Manajerial”. KELOLA. No. 18, Juli 1998. Soetrisno. 2010. Pengaruh Partisipasi, Motivasi dan Pelimpahan Wewenang dalam Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial. Semarang: Tesis Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan). Sumardiyah dan Sri Susanta (2004). Job Relevant Information dan Ketidakpastian Lingkungan dalam Hubungan Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial. Seminar Nasional Akuntansi VII. Siagian, Sondang. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Siegel and Marconi. 1989. Behavioural Accounting. Ohio: South-Western Publishing Co. Soobaroyen, Teeroven. 2005. Management Control System and Dysfunctional Behaviour : An Emprical Investigation. United Kingdom. University of Wales, Aberystwyth. Wasisto, Arief dan Sholihin, Mahfud. 2004. “Peran Partisipasi Penganggaran dalam Hubungan antara Keadilan Prosedural dengan Kinerja Manajerial dan Kepuasan Kerja”. SNA VII, Denpasar Bali 2-3 Desember 2004. Young. S. Mark. 1985. Participative Badgeting: The Effects Of Risk Aversion and Asymetric Information on Badgetary Slack. Journal Accounting Research, Vol. 23.
30