Evaluasi Program Pemberian MP-ASI Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin di Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis Tahun 2014 Siti Awaliyati Deliabilda1 dan Wiku Bakti Bawono Adisasmito2 1,2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan program MP-ASI anak usia 6-24 bulan keluarga miskin di Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis tahun 2013. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan program MP-ASI belum mencapai target. Pada penggunaan sumber daya sebagai input dapat disimpulkan bahwa jumlah maupun kompetensi SDM telah sesuai dengan yang seharusnya. Nutrisi yang terkandung dalam MP-ASI belum sesuai dengan kebutuhan sasaran. Jumlah yang disediakan dengan yang direncanakan telah sesuai. Petunjuk pelaksanaan belum tersedia sehingga perlu segera disusun karena dalam pelaksanaan program banyak hal yang perlu definisi yang jelas. Proses manajemen logistik telah berjalan dengan baik. Pencatatan dan pelaporan serta monitoring program perlu ditingkatkan. Rekomendasi penyelesaian permasalahan adalah memaksimalkan kinerja pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, melakukan pengawasan terhadap daya terima sasaran saat penimbangan posyandu setiap minggu, penyusunan petunjuk pelaksanaan perlu dilakukan segera, pengkajian ulang terkait indikator yang digunakan, dan kerja sama dengan industri rumah tangga makanan yang ada di Kabupaten Ciamis. Kata Kunci : evaluasi, MP-ASI, cakupan, input, proses, output
Evaluation of Complementary Feeding for Children 6-24 Months from Poor Families Program in Puskesmas Cipaku Ciamis Regency 2013 Abstract This thesis aims to evaluate complementary feeding program implementation for Children 6-24 Months from Poor Families in Ciamis Regency 2013. This research is qualitative research and use purposive sampling as sampling technique of informan. The result shows that scope of program is not reach the target. Inputs that used as program resources can be concluded the the quantity and quality of human resources in accordance with the supposed. Nutrients contained in compelementary feeding is not in accordance with the needs of the target. The amount provided in accordance with the plan. Implementation guidelines are not yet available. Overall, the logistics management prosess has been going well. But the prosess of recording and reporting, also monitoring programs need to be improved. Recommendations for solving the probels is to maximize the performance of nutrition program in Dinas Kesehatan Ciamis Regency, supervising the target in posyandu everyweek, reviewing of relevant indicators used, and cooperation with domestic food isdustry in Ciamis. Keyword : evaluation, complementary feeding, input, process, output
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Pendahuluan Periode lahir hingga 24 bulan pertama merupakan masa yang penting untuk menurunkan kekurangan gizi dan dampak buruknya (Bryce, et al, 2008). Akan tetapi, sebagian besar anakanak beresiko kekurangan gizi karena hanya satu dari tiga anak usia 6-24 tahun mendapatkan MP-ASI yang sesuai dengan standar WHO (Khanal, et al, 2013). Buruknya pemberian MPASI kepada anak usia 6-24 bulan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Stewart, et al, 2013). Di dunia, satu pertiga kematian balita disebabkan oleh gizi buruk yang disebabkan oleh buruknya pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (UNICEF, 2012). Selain itu, sekitar 165 juta anak mengalami stunting yang merupakan dampak dari nutrisi yang buruk, infeksi, dan lemahnya stimulasi psikososial (Stewart, et al, 2013). Insiden stunting yang tertinggi adalah dalam dua tahun pertama kehidupan, terutama setelah enam bulan hidup ketika ASI eksklusif saja tidak dapat memenuhi kebutuhan energi anak yang sedang tumbuh pesat (Imdad, et al, 2011). Hasil Riskesdas tahun 2007, 2010, dan 2013 membuktikan bahwa di Indonesia masih ditemukan masalah-masalah terkait gizi. Masalah tersebut antara lain tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita, tingginya prevalensi anak pendek dan sangat pendek (stunting) pada anak balita, meningkatnya kecenderungan gizi lebih pada berbagai kelompok umur, tingginya bayi yang terlahir dengan berat badan rendah (BBLR), dan rendahnya pengetahuan dan sikap perilaku gizi seimbang pada berbagai kelompok umur. (UNICEF, 2012). Selain itu, sekitar 55,8 persen anak-anak Indonesia masih tinggal di rumah tangga dengan konsumsi per kapita kurang dari US $ 2 per hari. Tingkat pemberian ASI eksklusif hanya 32 persen sementara anak usia 6-24 bulan yang menerima makanan pendamping ASI yang tepat hanya 41 persen. Prevalensi stunting tetap tinggi di Indonesia dengan perkiraan nasional dari 36 persen, meskipun di beberapa daerah ada yang mencapai 60 persen. Hanya 18 persen anakanak yang bebas dari salah satu dari enam dimensi deprivasi (pendidikan, partisipasi tenaga kerja, kesehatan, tempat tinggal, sanitasi, dan air) (UNICEF, 2012-2013). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari kemiskinan dan gizi kurang terhadap prevalensi noncomunicable disease adalah dengan adanya gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) atau di Indonesia disebut dengan program 1000 hari kehidupan. Rentang usia
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
tersebut dimulai sejak 9 bulan selama dalam kandungan hingga dua tahun setelah lahir. (Abegunde, et al, 2007; Victora, et al, 2008; Bappenas, 2012). Indonesia juga telah membuat rencana aksi nasional pangan dan gizi 2011-2015 (Dokumen Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, 2010). Salah satu strateginya adalah melalui program pemberian MP-ASI dengan sasaran anak usia 6-24 bulan keluarga miskin sebanyak 90 kali dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan (Kepmenkes No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, 2008). Mengingat masalah gizi yang masih banyak di Indonesia, Pemerintah juga menempatkan program pemberian MP-ASI anak usia 6-24 bulan keluarga miskin dalam Standar Pelayanan Minimal. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang menempatkan indikator gizi buruk dalam indikator kinerja utama yang ingin dicapai oleh Kabupaten Ciamis. Dari hasil pelaksanakan pada tahun 2012, ditemukan bahwa jumlah anak usia 6-24 bulan yang berasal dari keluarga miskin di Kabupaten Ciamis adalah 3.513 orang. (Profil Kesehatan Dinkes Ciamis, 2012). Jumlah tersebut meningkat sebanyak 525 orang di tahun 2013 sehingga menjadi 4.038 orang (Laporan Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, 2013). Puskesmas Cipaku merupakan Puskesmas dengan jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskinnya terbanyak kedua pada tahun 2012, yaitu 352 orang (Profil Kesehatan Dinkes Ciamis, 2012). Akan tetapi, jumlah anak usia 6-24 bulan yang mendapatkan MP-ASI hanya 14 orang atau sekitar 3,98 persen dari total anak yang usia 6-24 bulan dari keluarga miskin (Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Cipaku, 2012). Selama ini program gizi jarang mengikuti perencanaan yang sistematis, pelaksanaan, dan evaluasi (planning, implementation, and evaluation/PIE) sehingga menghambat peningkatan efektivitas program (Lutter, et al, 2013; Stewart, et al, 2013). Proses yang berjalan hanya menghasilkan hal yang normatif dan gagal menghasilkan pedoman yang diprioritaskan, ringkas, dan berbasis bukti. Evaluasi program masih lemah dan sumber daya belum memadai untuk menganalisis dan menjawab tantangan global. (Bryce, et al, 2008).
Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif cenderung menekankan hal yang rinci, karakteristik deskripsi
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
verbal, kasus, dan menjelaskan alasan yang mendasari berbagai pola perilaku. Analisis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena (Arikunto, 1992). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cipaku selama Februari sampai dengan April 2014. Metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau pengumpulan dokumen yang terkait dengan topik penelitian. Instrumen yang digunakan adalah rekaman gambar dan mencatat hal-hal apa saja yang ditemukan dari hasil penginderaan; pedoman wawancara; dan lembar check list. Informan penelitian terdiri dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Koordinator pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, pelaksana program gizi Puskesmas Cipaku, Bidan Desa Selacai, Kader posyandu Desa Selacai, dan ibu-ibu dari sasaran yang menerima MP-ASI yang berada di Desa Selacai (dua orang). Data yang telah diperoleh melalui pengumpulan data kemudian dianalisis. Alur yang digunakan dalam analisis data secara umum dimulai dari reduksi data, kemudian penyajian data, dan terakhir adalah penarikan kesimpulan. Setelah diperoleh kesimpulan hasil penelitian, peneliti menggunakan analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threat) untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan yang ditemui. Dengan diketahuinya informasi tersebut, dapat diperoleh asumsi perencanaan sehingga dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan program di masa mendatang. Selain itu, peneliti juga menggunakan
Hasil Penelitian Jumlah sasaran menjadi penentu dalam menentukan tercapai atau tidaknya target program. Di Puskesmas Cipaku ditemukan bahwa yang menjadi sasaran MP-ASI tidak hanya anak yang berusia antara 6-24 bulan, tetapi juga terdapat anak yang berusia di atas 24 bulan. Sasaran tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan ketersediaan sumber daya keuangan yang belum mampu mencukupi kebutuhan seluruh sasaran dan adanya anak yang berusia lebih dari 24 bulan dengan status gizi kurang dan gizi buruk. Meskipun sasaran dipilih berdasarkan pertimbangan kebutuhan, tindakan tersebut menimbulkan bias data dalam menentukan pencapaian cakupan sasaran program. Di satu sisi, sepuluh sasaran yang dipilih berada dalam satu program yang sama. Tetapi di sisi lain, sasaran yang dipilih tidak semua sesuai dengan sasaran yang seharusnya. Dalam melaporkan
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
pencapaian cakupan programnya, Puskesmas Cipaku menggunakan sasaran dengan jumlah sepuluh orang karena pada pelaksanaannya sasaran yang berusia di atas 24 bulan tersebut mendapatkan intervensi dengan menggunakan dana dari program MP-ASI. Berdasarkan fakta di lapangan tersebut, maka peneliti menghitung pencapaian cakupan dengan menggunakan dua jenis sasaran, yaitu sasaran sesuai pelaksanaan dan sasaran sesuai dengan definisi seharusnya. Berikut tabel target dan realisasi sasaran program pemberian MPASI di Puskesmas Cipaku dan total di Kabupaten Ciamis. Tabel 1. Target dan Capaian Sasaran Program Pemberian MP-ASI di Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis Tahun 2013
SPM Nasional & Kab. Ciamis
Renstra Dinkes No
1 2 3
Nama
Jumlah Sasaran
Puskesmas Cipaku (sesuai pelaksanaan) Puskesmas Cipaku (sesuai definisi) Kabupaten Ciamis
Target
Capaian
Target
Capaian
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
142
55
78
12,8
10
100
142
7
10
142
55
78
3,8
3
100
142
2,1
3
4038
55
2221 2,25
91
100
4038
2,2
91
Berdasarkan tabel 1. tersebut dapat disimpulkan bahwa target cakupan program pemberian MP-ASI yang telah ditetapkan dalam Renstra Kabupaten Ciamis maupun SPM masih belum tercapai baik berdasarkan jumlah sasaran sesuai pelaksanaan maupun sesuai definisi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat masalah dalam pelaksanaan programnya sehingga perlu diidentifikasi, baik dari segi input maupun implementasinya. Sumber Daya Manusia Dilihat dari segi kuantitasnya, sumber daya manusia yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Cipaku dirasa sudah memadai karena telah memiliki satu orang pelaksana program gizi dengan latar belakang Akademi Gizi dan S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat. Selain itu, keterlibatan bidan desa dan kader telah membantu pelaksanaan program. Terlebih setiap desa telah memiliki bidan desa dengan rata-rata lima orang kader setiap posyandunya. Pengalaman kerja sebagai pelaksana program gizi Puskesmas Cipaku telah mecapai 19 tahun. Meskipun demikian, program pemberian MP-ASI baru dilaksanakan selama empat periode. Pengalaman dalam mengelola program pemberian MP-ASI diperoleh dari empat periode tersebut dan program-program gizi serupa lainnya, seperti PMT dan PMT-P. Oleh karena itu,
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis memberikan pelatihan terkait manajemen pelaksanaan program kepada pelaksana program gizi Puskesmas. Selanjutnya Puskesmas mensosialisasikan kepada bidan desa dan kader di wilayah kerjanya. Fasilitas Data yang diperlukan untuk pelaksanaan program adalah data yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Sasaran program pemberian MP-ASI adalah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin. Untuk pelaksanaan program pemberian MP-ASI, keluarga miskin belum didefinisikan secara jelas dan tertulis. Dampaknya dapat terlihat dari jawaban pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, pelaksana program gizi Puskesmas Cipaku, dan bidan desa. Jika terdapat perbedaan definisi terkait kriteria keluarga miskin, maka dapat menimbulkan bias data, terutama saat data telah terkumpul di Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Pada tahun 2013, data sasaran diperoleh dari hasil evaluasi pelaksanaan program pada tahun 2012, laporan hasil pendataan sasaran dari bidan desa dan kader, serta hasil kunjungan kepada calon sasaran. Dari data sasaran seluruhnya tersebut dipilih prioritasnya, sesuai ketersediaan sumber daya. Data sasaran juga diperlukan untuk penyediaan jumlah MP-ASI yang akan didistribusikan agar sesuai dengan sasaran yang dipilih. Sayangnya belum ada pencatatan terhadap MP-ASI yang didiistribusikan maupun yang diterima. Dilihat dari jenisnya, MP-ASI yang disediakan oleh Puskesmas Cipaku untuk konsumsi perharinya berupa MP-ASI pabrikan yang terdiri dari bubur susu SUN 40 gram, susu Frisian Flag 13,3 gram, dan biskuit MP-ASI SUN 54 gram. Dengan jumlah 107,3 gram perorang perhari tersebut, maka mendapatkan 430 kkal energi dan 11 gram protein. MP-ASI tersebut juga telah sesuai dengan yang diterima oleh bidan desa, kader, maupun sasaran. Adapun total anggaran yang dibutuhkan Rp3.500,00 perorang perhari. MP-ASI yang telah tersedia memerlukan tempat yang dapat menjaga kualitas MP-ASI sebelum dikonsumsi oleh sasaran. Tempat penyimpanan MP-ASI yang digunakan di Puskesmas Cipaku, Puskesmas Pembantu Desa Selacai, dan sasaran dipilih dengan mempertimbangkan kebersihan ruangan, keamanan lingkungan ruangan terhadap MP-ASI, dan menghindari hal-hal yang dapat mengurangi kualitas MP-ASI. Adapun alat transportasi yang digunakan oleh pelaksana program gizi Puskesmas Cipaku untuk mendistribusikan kepada sasaran adalah jasa ojek. Sumber Daya Keuangan
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Sumber daya keuangan untuk program pemberian MP-ASI hanya berasal dari BOK. Seluruh anggaran BOK yang diperoleh Puskesmas menjadi otoritas Puskesmas. Oleh karena itu, penetapan
prioritas
Rp3.900.000.000,00
anggaran anggaran
menjadi untuk
keputusan
Puskesmas,
internal
Puskesmas
Puskesmas.
Cipaku
Dari
mendapatkan
Rp75.000.000,00 dan Rp3.540.000,00 di antaranya digunakan untuk pelaksanaan program pemberian MP-ASI. Selain ketidakcukupan anggaran untuk mencakup seluruh sasaran, hambatan yang ditemukan adalah terkait kelengkapan administrasi dan kemampuan SDM dalam melengkapi administrasi yang sesuai dengan petunjuk teknis. Peraturan yang sering berubah-ubah dalam proses pelaksanaan BOK secara keseluruhan. Hal tersebut menghambat proses administrasi karena membuat pengelola BOK di Puskesmas harus mengubah pula format dalam hal administrasi. Masalah keterlambatan dalam pencairan di Puskesmas Cipaku diantisipasi dengan menggunakan dana pribadi terlebih dahulu. Dengan demikian, agenda dan program yang telah direncanakan dapat berjalan sesuai rencana. Petunjuk Pelaksanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis belum memiliki petunjuk pelaksanaan secara tertulis terkait program pemberian MP-ASI yang dilaksanakan dua tahun terakhir ini. Petunjuk pelaksanaan yang sesuai dengan sitiuasi dan kondisi di Kabupaten Ciamis belum disusun karena baru dimulai dua tahun dan tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan dengan pedoman penyelenggaraan sebelumnya. Menyadari pentingnya petunjuk pelaksanaan, pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis memberikan pengarahan kepada pelaksana program gizi Puskesmas. Selanjutnya Puskesmas mensosialisasikan kepada internal Puskesmas dan bidan desa. Informasi yang diperoleh kader disampaikan oleh bidan desa. Perencanaan Perencanaan (PoA) yang disusun oleh Puskesmas terdiri dari PoA tahunan dan bulanan. PoA bulan menjadi salah satu dasar pertimbangan untuk pencairan dana BOK. Meskipun Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan program, pengarahan tetap dilakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran antarPuskesmas. PoA yang disusun oleh Puskesmas Cipaku melibatkan bidan desa dan kader, terutama dalam menentukan sasaran program. PoA yang disusun dijadikan patokan untuk pelaksanaan program. Berdasarkan rencana kegiatan tahun 2013, terdapat beberapa informasi terkait hal-hal yang direncanakan. Sasaran program berjumlah sepuluh orang. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
pelaksanaan selama 90 hari adalah Rp3.540.000,00, sudah termasuk biaya transportasi. MPASI yang diberikan berupa MP-ASI pabrikan yang terdiri dari bubur susu SUN @120 gram 10 bungkus, susu Frisian Flag @400gram 1 dus, dan biskuit MP-ASI SUN @18 gram 90 bungkus untuk konsumsi dalam waktu 30 hari. Puskesmas Cipaku akan melaksanakan pemberian MP-ASI pada Oktober hingga Desember. Hal yang berbeda antara perencanaan dan pelaksanaannya adalah terkait waktu pelaksanaan karena pada pelaksanaannya, MP-ASI dilaksanakan pada Juli hingga Agustus. Pengadaan Proses pengadaan MP-ASI di Puskesmas Cipaku dilaksanakan dengan cara pembelian oleh pelaksana program gizi Puskesmas Cipaku setiap satu bulan sekali. Sumber daya keuangan yang digunakan berasal dari BOK. Setiap proses pengadaan dilaksanakan pula pengecekan terkait jenis MP-ASI yang dipesan, tanggal kadaluarsa, dan jumlah MP-ASI yang tersedia. Penyimpanan Sebelum didistribusikan, MP-ASI pengalami masa penyimpanan sekitar 1-3minggu, tergantung jadwal pendistribusian. Penyimpanan di Puskesmas Cipaku dilakukan di gudang obat. penyimpanan MP-ASI tidak langsung mengenai lantai, akan tetapi dialasi terlebih dahulu oleh kayu agar MP-ASI tidak lembab. Di Puskesmas Cipaku, selama proses penyimpanan
dilakukan
pengelompokkan
MP-ASI
berdasarkan
sasaran
sehingga
memudahkan saat akan didistribusikan. MP-ASI sasaran yang tidak hadir pada saat pendistribusian akan disimpan sementara di bidan desa. Di Desa Selacai, MP-ASI disimpan sementara di Puskesmas Pembantu Desa Selacai. MP-ASI disimpan di ruangan bersih dan aman dari hewan yang merusak kualitas MP-ASI. Lama penyimpanan di Puskesmas Pembantu tersebut biasanya tidak lebih dari satu minggu. Adapun di sasaran, MP-ASI disimpan di wadah yang kedap udara dan tidak terkena sinar matahari langsung. Pendistribusian Metode yang digunakan dalam pendistribusian MP-ASI dari Puskesmas Cipaku hingga diterima sasaran dilakukan secara fleksibel, disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan domisili sasaran. MP-ASI yang didistribusikan oleh Puskesmas Cipaku melibatkan bidan desa dan kader. Saat pendistribusian MP-ASI kepada sasaran, ibu sasaran mengatakan pernah mendapatkan penjelasan cara penyiapan dan penyajian MP-ASI. Selain itu, dalam pemberian kepada sasaran selalu menjaga kebersihan. Dalam mempersiapkan MP-ASI, ibu sasaran mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan alat makan yang bersih.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Monitoring Monitoring terhadap perencanaan dan pelaksanan program telah dilakukan, baik dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten kepada Puskesmas Cipaku maupun dari pelaksana program terhadap sasaran. Monitoring terhadap detail pelaksanaan program kurang diperhatikan karena lebih difokuskan kepada ketercapaian target program. Pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis juga memperoleh data terkait cakupan diperoleh dari pengelola BOK. Padahal terdapat tiga jenis monitoring yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Terkait jadwal pelaksanaan monitoring juga terjadi perbedaan jawaban antara pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, pelaksana program gizi Puskesmas Cipaku, bidan desa, dan kader. Hasil monitoring menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan dan tinggi badan antarbulannya. Akan tetapi masih ditemukan beberapa masalah, antara lain hasil penilaian status gizi belum menggembirakan meski sudah ada beberapa sasaran yang membaik, kontrol terhadap konsumsi MP-ASI di sasaran masih lemah karena tidak dapat diketahui secara pasti apakah MP-ASI telah dikonsumsi dengan porsi yang tepat oleh sasaran yang tepat. Analisis SWOT Sebelum melakukan pengembangan program, dalam tahap perencanaan perlu dilakukan asumsi perencanaan untuk mengetahui faktor penopang maupun penghambat yang diperkirakan akan muncul saat pelaksanaan program. Salah satu cara untuk membuat asumsi perencanaan adalah dengan analisis SWOT. Dengan analisis SWOT, dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan dari pelaksanaan program. Hasil penelitian pada pelaksanaan program tahun 2013 dapat menjadi gambaran SWOT sebagai dasar untuk mengembangkan program selanjutnya. a. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Program Penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan program dapat dilihat dari nilai penampilan yang dinyatakan dengan baik dan buruk serta nilai kepentingan yang dinyatakan dengan penting dan tidak penting. Penilaian dari hasil penelitian digambarkan dalam matriks berikut.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Baik dan Penting a. Kuantitas dan kualitas SDM telah sesuai kebutuhan b. Bidan desa dan kader dilibatkan c. Metode pelaksanaan dalam proses manajemen logistik telah dilaksanakan dengan baik d. Monitoring terhadap sasaran dilakukan setiap satu minggu sekali oleh kader dan sebulan sekali oleh Puskesmas dan bidan desa e. Terjadi peningkatan BB dan TB sasaran.
Baik tetapi Tidak Penting Target perencanaan Puskesmas tercapai
Cipaku
Buruk tetapi Penting a. Sasaran yang dipilih tidak sesuai dengan kriteria seharusnya, di mana dari sepuluh orang yang diberikan MPASI, hanya tiga orang yang mendapatkan MP-ASI pada usia 6-24 bulan. b. Kriteria keluarga miskin di Kabupaten Ciamis belum didefinisikan dengan jelas sehingga dapat menimbulkan bias data. c. Nutrisi yang terkandung dalam 107,3 gram MP-ASI per orang per hari belum sesuai dengan kebutuhan energi dan protein sasaran. d. Tidak ada laporan terkait jumlah MP-ASI yang didistribusikan dan diterima karena belum ada formulir pemantauan. e. Pengawasan terhadap konsumsi MP-ASI oleh sasaran masih terdapat beberapa kendala, seperti tidak terpantaunya jumlah MP-ASI yang dikonsumsi dan siapa saja yang mengkonsumsi. f. Ketersediaan sumber daya keuangan tidak sebanding dengan tingginya target cakupan yang harus tercapai. g. Petunjuk pelaksanan yang disusun secara tertulis belum tersedia. h. Target cakupan yang tinggi tidak sebanding dengan kemampuan Puskesmas dalam penyediaan MP-ASI. i. Tidak ada pencatatan dan pelaporan terhadap MP-ASI yang masuk, keluar, sisa, dan rusak pada saat proses penyimpanan. j. Tidak ada proses pencatatan dan pelaporan pada saat pendistribusian sehingga tidak ada bukti tertulis yang dapat menunjukkan bahwa MP-ASI yang disediakan hingga diberikan kepada sasaran tidak terjadi kekurangan, kelebihan, maupun kerusakan. k. Pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis dalam proses monitoring belum berperan. Buruk dan Tidak Penting -
Gambar 3. Matriks Kekuatan dan Kelemahan Program
Pada kolom baik dan penting merupakan kekuatan dari program yang telah terlaksana pada tahun 2013 dan menjadi prioritas. Sedangkan kolom baik tetapi tidak penting merupakan kekuatan perogram yang tidak menjadi prioritas. Kolom buruk dan penting merupakan kelemahan program padahal merupakan unsur yang penting dalam program. Untuk keberhasilan organisasi, kelemahan tersebut perlu diperbaiki. Kolom buruk dan tidak penting berisikan kelemahan program yang tidak menjadi prioritas. b. Analisis Peluang Program Penilaian terhadap peluang program dapat dilihat dari nilai daya tarik yang dinyatakan dengan tinggi dan rendah serta nilai kemungkinan keberhasilan yang dinyatakan dengan tinggi dan rendah. Penilaian dari hasil penelitian digambarkan dalam matriks berikut.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Berdaya Tarik dan
Berdaya Tarik Rendah tetapi
Kemungkinan Keberhasilan Tinggi
Kemungkinan Keberhasilan Tinggi
a. Bekerja sama dengan PKK Kecamatan dan
a. Monitoring daya terima MP-ASI sasaran dapat
Desa/Kelurahan dalam pemberian penyuluhan
dilakukan pada saat pelaksanaan penimbangan
kepada ibu-ibu sasaran
mingguan oleh kader dapat bersamaan
b. Bekerja sama dengan pengusaha industri rumah tangga makanan yang ada di wilayah kerja
b. Pedoman pemberian MP-ASI disusun c. Pencatatan dan pelaporan pada saat pengadaan
Puskesmas Cipaku
hingga distribusi dilaksanakan
Berdaya Tarik Tinggi tetapi
Berdaya Tarik dan
Kemungkinan Keberhasilan Rendah
Kemungkinan Keberhasilan Rendah
a. Mendapat anggaran dari APBD Provinsi
a. Pengadaan
b. Mendapat anggaran dari APBD Kabupaten
MP-ASI
untuk
seluruh
sasaran
menggunakan dana BOK
Gambar 4. Daya Tarik dan Kemungkinan Keberhasilan
Pada kolom berdaya tarik dan kemungkinan keberhasilan tinggi merupakan peluang keberhasilannya paling tinggi. Sedangkan kolom berdaya tarik rendah tetapi kemungkinan keberhasilan tinggi merupakan peluang yang keberhasilannya tinggi meskipun berdaya tarik rendah. Kolom berdaya tarik dan kemungkinan keberhasilan rendah memiliki peluang yang paling rendah di antara alternatif yang ada. c. Analisis Hambatan Program Penilaian terhadap hambatan program dapat dilihat dari nilai kemungkinan munculnya hambatan yang dinyatakan dengan sering dan jarang serta nilai seriusnya hambatan yang dinyatakan dengan serius dan tidak serius. Penilaian dari hasil penelitian digambarkan dalam matriks berikut. Munculnya Hambatan Sering dan Serius
Munculnya Hambatan Jarang tetapi Serius
a. Jumlah sasaran hasil pendataan tidak sesuai dengan
a. MP-ASI diberikan kepada sasaran yang tidak
kenyataan di lapangan
tepat (di atas usia 24 bulan)
b. Kurangnya sumber daya untuk pengadaan MP-ASI
b. Tempat penyimpanan MP-ASI saat MP-ASI
c. MP-ASI yang diberikan kepada sasaran tidak
disimpan
sesuai dengan kebutuhan
mengalami
terkotaminasi
hewan
kebocoran pengerat
dan dapat
mempengaruhi kualitas MP-ASI Munculnya Hambatan Sering tetapi Tidak Serius
Munculnya Hambatan Jarang dan Tidak Serius
-
Gambar 5. Sering dan Keseriusan Hambatan
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Pada kolom munculnya hambatan sering dan serius merupakan hambatan yang perlu segera dicari alternatif pemecahannya karena sering terjadi dan bersifat serius. Sedangkan kolom munculnya hambatan jarang tetapi serius tetap harus diantisipasi pemecahan masalahnya agar tidak berkelanjutan.
Pembahasan Tiga hal yang berpengaruh dalam perbaikan suatu program adalah kepemimpinan, sistem pemberian pelayanan, dan ilmu untuk melakukan perbaikan. Ketiga hal tersebut saling terkait satu sama lain. Kepemimpinan yang baik akan menghasilkan sistem pemberian pelayanan yang baik sehingga membentuk ilmu perbaikan yang lebih baik pula. Kepemimpinan perlu dimiliki oleh setiap sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan program di Puskesmas Cipaku. Kepemimpinan perlu muncul, terutama dalam diri Kepala Puskesmas Cipaku selaku pimpinan tertinggi di Puskesmas. Pemimpin merupakan seseorang yang mendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Azwar, 1996). Kompleksnya kelemahan yang terjadi selama pelaksanaan tahun 2013 menimbulkan suatu pemikiran untuk melakukan strategi ulang dari implementasi yang telah digunakan. Strategi tersebut dapat disusun berdasarkan hasil analisis peluang program (Lutter, et al, 2013). Akan tetapi, strategi ulang program tidak dapat berhasil apabila tidak didukung oleh ketiga hal yang berpengaruh dalam perbaikan program tersebut. Sebagai pihak yang paling mengerti permasalahan gizi kurang dan gizi baik serta tercakupnya MP-ASI untuk seluruh baduta gakin, Kepala Puskesmas harus menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan pengelompokkan permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan program tahun 2013, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan merumuskan penyelesaian masalah untuk jangka pendek, menengah, dan panjang hingga akhirnya permasalahan tersebut dapat tertanggulangi. Penyelesaian masalah jangka pendek dan menengah dilakukan untuk mencegah permasalahan yang telah terjadi sebelumnya dan dapat segera diselesaikan terjadi kembali. Dalam penyelesaian masalah ini perlu adanya keterlibatan pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis untuk melakukan monitoring pelaksanaan program secara berkelanjutan dan disusunnya petunjuk pelaksanaan program. Alternatif pemecahan masalah lain yang dapat
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
segera dilaksanakan adalah keterlibatan kader dalam memantau daya terima MP-ASI pada saat penimbangan. Pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis perlu melakukan monitoring dengan detail, terutama pada hasil laporan yang diterima dari Puskesmas. Apabila ditemukan keganjilan atau permasalahan, perlu dilakukan perbaikan berkesinambungan. Perbaikan berkesinambungan yang dimaksud adalah melakukan plan, do, check, dan act. Plan melakukan identifikasi permasalahan dan membuat perencanaan sesuai permasalahan terjadi yang terdiri dari urutan dan interaksi, kriteria dan metode, serta sumber daya yang diperlukan. Do berarti melaksanakan rencana yang telah disusun. Check berarti melakukan pemantauan dan analisis proses yang dilaksanakan. Act berarti perbaikan dari hasil pemantauan dan analisis proses. Perbaikan terhadap Renstra Kabupaten Ciamis dan SPM selalu dilakukan setiap tahun. Ke depannya, apabila target masih jauh untuk dicapai, maka pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis mengajukan usulan perbaikan target Renstra Kabupaten Ciamis dan SPM tersebut. Penyusunan petunjuk pelaksanaan program dengan jelas dan detail sesuai dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi di lapangan. Dengan menyusun petunjuk pelaksanaan, maka beberapa permasalahan dapat terselesaikan, yaitu kejelasan terkait kriteria keluarga miskin, pengorganisasian, ketersediaan formulir pencatatan dan pelaporan, serta kejelasan terkait pemberian nutrisi yang sesuai dengan usia sasaran. Pelaksana program gizi Puskesmas perlu memperhatikan program sasaran dari program pemberian MP-ASI. Meskipun memiliki alasan untuk akhirnya memilih sasaran dengan usia di atas 24 bulan, tetapi hal tersebut justru menimbulkan masalah baru. Salah satunya adalah terkait validitas data. Jika sasaran balita gizi kurang dan gizi buruk lebih diutamakan, lebih baik anggaran yang semula dialokasikan untuk pemberian MP-ASI dialihkan kepada program PMT dan PMT-P. Pengawasan dapat dilakukan setiap minggu pada saat penimbangan. Selain itu, pada saat penimbangan tersebut, ibu sasaran perlu diberikan pendidikan dan pemahaman terhadap kandungan nilai gizi, fungsi MP-ASI, dan solusi alternatifnya apabila MP-ASI terpaksa tidak dapat diberikan seluruhnya kepada sasaran. Ibu sasaran juga perlu diberikan informasi dan pengetahuan terkait menu makanan lokal yang dapat dijadikan MP-ASI. PKK Kecamatan
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
maupun desa/kelurahan juga dapat dilibatkan, terutama dalam pemberdayaan ibu-ibu sasaran serta penyuluhan terkait MP-ASI. Penyelesaian masalah untuk jangka panjang menitikberatkan pada penyusunan kembali strategi pelaksanaan program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan utama adalah kurangnya sumber daya keuangan sehingga proses pengadaan hanya dilakukan seadanya sesuai sumber daya yang ada. Terbatasnya MP-ASI dalam pengadaan juga menyebabkan cakupan sangat jauh dari target yang seharusnya. Dalam penyelesaian masalah ini, diperlukan jiwa kepemimpinan yang tinggi dari Kepala Puskesmas karena terkait dengan berbagai stakeholder dan memerlukan konsistensi dalam pelaksanaannya. Program yang dapat menjadi alternatif dalam penyelesaian masalah ini adalah program untuk pengadaan MP-ASI maupun sumber daya keuangan. Cara yang ditempuh adalah dengan melibatkan kepala kecamatan dan kepala desa setempat berikut dengan PKK serta pengusaha industri rumah tangga, terutama di bidang makanan, yang berada di wilayah kerja Kabupaten Ciamis, khususnya wilayah kerja Kecamatan Cipaku. Unsur-unsur dalam penyelesaian masalah ini dapat mengikuti unsur dalam perencanaan yang terdiri dari perumusan misi; perumusan masalah; perumusan tujuan umum dan tujuan khusus; perumusan kegiatan; asumsi perencanaan; strategi pendekatan; kelompok sasaran, baik langsung maupun tidak langsung; waktu; organisasi dan tenaga pelaksana; biaya; dan metode penilaian dan kriteria keberhasilan.
Kesimpulan Indikator Renstra Kabupaten Ciamis dan SPM Kabupaten Ciamis serta nasional tidak tercapai karena sasaran yang tercakup oleh program tidak memenuhi target. Kesenjangan tersebut terjadi karena target yang tinggi tidak didukung oleh input dan proses yang memadai. Jumlah maupun kompetensi SDM telah sesuai dengan yang seharusnya. Dalam hal jenis MP-ASI, nutrisi yang terkandung belum sesuai dengan kebutuhan sasaran. Akan tetapi, dilihat dari jumlah yang disediakan dengan yang direncanakan telah sesuai. Petunjuk pelaksanaan belum tersedia sehingga perlu segera disusun karena dalam pelaksanaan program banyak hal yang perlu definisi yang jelas. Proses manajemen logistik telah berjalan dengan baik. Akan tetapi masih perlu perbaikan dalam proses pencatatan dan pelaporan. Peran pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis juga perlu ditingkatkan, terutama pada saat monitoring program.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Penyelesaian masalah jangka pendek dan menengah terdiri dari memaksimalkan kinerja pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, terutama dalam proses monitoring; penyusunan petunjuk pelaksanaan dilakukan segera; metode pengawasan terhadap daya terima sasaran dapat dilakukan pada saat penimbangan posyandu yang dilakukan setiap minggu berikut dengan pemberian pemahaman terkait terhadap kandungan nilai gizi, fungsi MP-ASI, dan solusi alternatifnya; dan penetapan sasaran sesai dengan target seharusnya. Sedangkan penyelesaian masalah jangka panjang adalah dengan penyusunan ulang strategi pelaksanaan program hingga mencapai tujuan Program yang dapat menjadi rekomendasi adalah melakukan penyediaan MP-ASI dengan melibatkan pengusaha industri rumah tangga makanan di wilayah kerja Kabupaten Ciamis yang bekerja sama dengan pemerintah setempat. Saran Saran yang dapat diberikan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis adalah perlunya melakukan monitoring secara intensif oleh pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis agar pencapaian program dapat terus meningkat. Selain itu, penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan program pemberian MP-ASI anak usia 6-24 bulan keluarga miskin perlu dilakukan segera karena diperlukan sebagai standar dan pedoman dalam pelaksanaan program. Kerja sama dengan sektor lain perlu dilakukan agar dalam pelaksanaannya tidak selalu mengandalkan sumber daya keuangan dari pemerintah. Pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis perlu memantau terus perkembangan program. Apabila target masih sulit dicapai, maka perlu dilakukan revisi dalam perbaikan Renstra Kabupaten Ciamis dan SPM yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Adapun saran untuk Puskesmas Cipaku, antara lain penetapan sasaran diupayakan untuk sesuai definisi, yaitu anak usia 6-24 bulan. Selain itu, Ibu baduta gakin yang tidak mendapatkan MP-ASI perlu diberikan penyuluhan atau pendidikan terkait bagaimana menyiapkan dan memberikan MP-ASI lokal dengan kandungan nutrisi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan. Bagi Ibu baduta gakin yang mendapatkan MP-ASI, perlu diberikan menumenu mengolah makanan untuk anaknya dengan bahan dasar yang diberikan oleh Puskesmas Cipaku sehingga makanan lebih bervariasi. Pelaksanaan program dapat dilakukan dengan melibatkan sektor lain, seperti PKK kecamatan maupun desa/kelurahan serta melakukan kerja sama dengan industri rumah tangga makanan yang ada di Kabupaten Ciamis. Daftar Referensi Abegunde D.O., Mathers C.D., Adam T., Ortegon M. & Strong K. (2007) The burden and costs of chronic diseases in low-income and middle-income countries. Lancet 370, 1929–1938. Ahmed, T., et al. (2012). Global Murden of Maternal and Child Undernutrition and Micronutrient Deficiencies. Oxford University Press, 7-17. Arikunto, Suharsimi. (1992). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Ed. 3. Binarupa Aksara. Bappenas. (2012). Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan. Bappenas, Jakarta. Bhutta, Zulfiqar A., et al. (2008). What Works? Interventions for Maternal and Child Undernutrition and Survival. Lancet. Vol. 371. 417-440. Black R.E., Allen L.H., Bhutta Z.A., Caulfield L.E., de Onis M., Ezzati M. et al. (2008) Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health consequences. Lancet 371, 243–260. Black, R. E., Cousens, S., Johnson, H. L., Lawn, J. E., Rudan, I., Bassani, D. G., Mathers, C. (2010). Global, Regional, And National Causes Of Child Mortality In 2008: A Systematic Analysis. The Lancet, 375(9730), 1969-87. Retrieved From Http://Search.Proquest.Com/Docview/366333637? Accountid=17242 [8 Januari 2014] Bryce, Jennifer, et al. (2008) Maternal and Child Nutrition: Effective Action at National Level. Lancet. Vol. 371. 510-526. Bryce, J., et al. (2010). The Accelerated Child Survival And Development Programme In West Africa: A Retrospective
Evaluation.
The
Lancet,
375(9714),
572-82.
Retrieved
From
Http://Search.Proquest.Com/Docview/ 199033758?Accountid=17242 [27 Januari 2014] Cahyaningsih, Dwi Sulistyo, 2011. Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Trans Info Media. Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten. (2012) Data Subbagian Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2012. Subbagian Kepegawaian, Ciamis.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten. (2013). Laporan Tahunan BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2013. Dinas Kesehatan Kabupaten, Ciamis. Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten. (2013) Laporan Tahunan Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2013. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, Ciamis. Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten. (2013) Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2012. Bidang Sumber Daya Kesehatan, Ciamis. Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten. (2012) Rencana Kerja Tahun 2013 Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Subbagian Program, Ciamis. Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten (2009) Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten, Ciamis. Ciamis. Puskesmas Cipaku. (2013). Laporan Tahunan BOK Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis Tahun 2013. Puskesmas Cipaku, Ciamis. Ciamis. Puskesmas Cipaku. (2012). Laporan Tahunan Program Gizi Puskesmas Cipaku Tahun 2012. Puskesmas Cipaku, Ciamis. Control, Centers for Disease. (1999) Framework for Program Evaluation in Public Health. CDC, Atlanta. Darmayanti, Fera, (2014). Variasi MP-ASI Harian. Yogyakarta: Notebook. Defense Centers of Excellence. (2012) Program Evaluation Guide. Virginia: DCoE. Duggan, A. K., et al. (1999) Evaluation of Hawaii’s Healthy Start Program. The Future of Children. Vol. 9 No. 1 Hlm. 66-90. Gage, A. J. (2005) A Guide for Monitoring and Evaluating Child Health Programs. MEASURE Evaluation, Carolina Population Center. Green, L. W. (2006). Public health asks of systems science: To advance our evidence-based practice, can you help us get more practice-based evidence? American Journal of Public Health, 96, 406–409. Hawe, P., et al. (1990) Evaluating Heath Promoting, A Health Worker Guide. Mac Lennan and Petty, Australia. Health, Fraser. (2009) A Guide to Planning and Conducting Program Evaluation. Canada: Michael Smith Foundation. Iannotti, L., et al (2012) Review of Milk and Dairy Programmes Affecting Nutrition. Journal of Development Effectiveness 5, 82-115. Imdad A., Yakoob M.Y. & Bhutta Z.A. (2011) Impact of maternal education about complementary feeding and provision of complementary foods on child growth in developing countries. BMC Public Health 11 (Suppl. 3), S25 doi:10.1186/1471-2458-11-S3-S25. Accessed 9 August 2013. Indonesia. Badan Pusat Statistik. (2012) Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Indonesia, Badan Pusat Statistik (2012) Teknik Penetapan Garis Kemiskinan untuk Menghitung Jumlah Jumlah Penduduk Miskin. Dari http://banten.bps.go.id/download/kemiskinan.pdf [13 Mei 2014] Indonesia, Badan Pusat Statistik, et al. (2013) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: BPS.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Indonesia. Bappenas. (2012) Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia 2011. Bappenas,
Dari:
Http://Www.Undp.Or.Id/Pubs/Docs/Report%20on%20The%20achievement%20of%20the%
20mdgs%20in%20indonesia%202011.Pdf [3 Desember 2013] Indonesia, Departemen Kesehatan, 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ilyas, Yaslis. 1999. Modul Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia. Depok: FKM UI. Indonesia, Departemen Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, serta Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Indonesia, Departemen Kesehatan (2007) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Indonesia, Departemen Kesehatan. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Indonesia, Departemen Kesehatan. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI. Indonesia, Kementerian Kesehatan. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Indonesia. Kementerian Kesehatan. (2011) Riset Kesehatan Dasar 2007, Kementrian Kesehatan, Jakarta. Indonesia. Kementerian Kesehatan. (2011) Riset Kesehatan Dasar 2010, Kementrian Kesehatan, Jakarta. Indonesia. Kementerian Kesehatan. (2011) Riset Kesehatan Dasar 2013, Kementrian Kesehatan, Jakarta. Issel, M. (2009) Health Program Planning and Evaluation: A Practical and Systemic Approach for Community Health, Edisi ke-2. Jones and Bartlett Learning: Sudbury, MA. Jawa Barat, Dinas Kesehatan Provinsi. (2012). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Bandung. Khanal, V., et al. (2013). Determinants of complementary feeding practices among Nepalese children aged 6-23 months: findings from demographic and health survey 2011. BMC Pediatrics, 13, pp. 131. Kertonegoro, Sentanoe. (1992). Manajemen Organisasi. Widya Press, Jakarta. Lutter, Chessa K., et al. (2013). Key Principles to Improve Programme and Interventions in Complementary Feeding. John Wiley & Sons Ltd Maternal and Child Nutrition. 101-115. Maris, Saul, S., et al. (2008). Effective International Action Againt Undernutrition: Why has It Proven So Difficult and What Can be Done to Accelerate Progress? Lancet. Vol. 371. 608-621. Marris, Barb Van dan Braz King, (2007). Evaluating Health Promotion Program. Toronto: The Health Communication Unit. Dari http://www.thcu.ca [8 Maret 2014]
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
McDavid, J. C., & Hawthorn, L. R. L. (2006). Program Evaluation & Performance Measurement: An Introduction to Practice. Sage Publications Inc. Nugroho, Riant. (2012). Public Policy:: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen Kebijakan. Kompas Gramedia, Jakarta. O'Connor-Fleming, et al. (2006). A framework for evaluating health promotion programs . Health Promotion Journal of Australia 17(1):pp. 61-66. Patilima, Hamid. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung. Patton, M. Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods. Sage Publications Inc., United State of America. Paul K.H., et al. (2011). Beyond food insecurity: how context can improve complementary feeding interventions. Food and Nutrition Bulletin 32, 244–253. Pietrzak, J., et al. (1990). Understanding Disability, From Theory to Pracice. MacMillan Press Ltd Publication, London. Pudjiadi, Solihin (1990). Ilmu Gizi Klinis. Jakarta: Ilmu Gizi Indonesia. Rossi, P. H., Lipsey, M. W., & Freeman, H. E. (2004). Evaluation: A systematic approach (7th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage. Supariasa, I Dewa Nyoman, et al. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG. Stewart, C. P., et al. (2012). Contextualising Complementary Feeding in a Broader Framework for Stunting Prevention. John Wiley & Sons Ltd. Maternal and Child Nutrition. 9, 27-45. Sutomo, Budi, (2013). Kumpulan Resep MP-ASI Harian untuk Bayi (6-24 Bulan). Jakarta: Anak Kita. Tabrany, H. (2005). Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. United Nation. (2013). The Millennium Development Goals Report 2013. United Nation, Dari: Http://Www.Un.Org/Millenniumgoals/Pdf/Report-2013/Mdg-Report-2013-English.Pdf [8 Januari 2014] Van Marris, B., & King, B. (2006). Evaluating Health Promotion Programs. Health Communication Unit, Centre for Health Promotion, University of Toronto. Victora C.G., et al. (2008). Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. Lancet 371, 340–357. Victora C.G., et al. (2010). Worldwide timing of growth faltering: revisiting implications for interventions. Pediatrics 125, e473–e480. Epub 2010 Feb 15. Vorster, Hester H., et al. (2010). the Link Between Poverty and Malnutrition: A South African Perspective. Journal of Interdiciplinary Health Science Vol. 15 No. 1. 1-6 Wandersman, A., Snell-Johns, J., Lentz, B., Fetterman, D., Keener, D., Livet, M., et al. (2005b). The Principles of Empowerment Evaluation. In D. Fetterman & A. Wandersman (Eds.), Empowerment evaluation principles in practice. New York: Guilford Press.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014
Windsor RA. (2004). Evaluation of Health Promotion, Health Education and Disease Prevention Programs, 3rd ed. California: Mayfield Publishing Co. WHO, (2000). Complementary Feeding: Family Foods for Breastfed Children. Prancis: WHO. World Health Organization. (1998). Health Promotion Evaluation: Recommendations to Policymakers. Report of the WHO European Working Group on Health Promotion Evaluation. WHO, Copenhagen. Wu, Qiong, et al. (2013) Improving the Intake of Nutrious Food in Children Aged 6-23 Months in Wuyi County, China: A Multi-Method Approach. Croation Medical Journal. 157-170. UNICEF, (2002). UNICEF and the Global Strategy on Infant and Young Child Feeding (GSIYCF): Understanding the Past – Planning the Future. UNICEF. UNDP.
(2004).
Perkembangan
Pencapaian
MDGs
Indonesia.
Dari
http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/BI/IndonesiaMDG_BI_Goal1.pdf [13 Mei 2014] UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke Depan bagi Indonesia. Dari http://www.unicef.org/indonesia/id/A1_-_B_Ringkasan_Kajian_MDG.pdf [15 Mei 2014] UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak. Dari: http://www.unicef.org/indonesia/id/A6__B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf [9 Maret 2014] UNICEF.
(2013).
UNICEF
Annual
Report
2012
for
Indonesia,
EAPRO.
Dari
:
http://www.unicef.org/about/annualreport/files/Indonesia_COAR_2012.pdf [8 Maret 2014] USAID. 2010. Nutrition Report 2010. US: USAID. Usha Ramakrishnan and Ray Yip Experiences and Challenges in Industrialized Countries: Control of IronDeficiency in Industrialized Countries. J. Nutr. 132: 820S–824S, 2002 Uvere, P. O. dan Henrietta Nkechi Ene-Obong.. (2013). Complementary Local Foods for Infants in Developing Countries. Springer. 75-93. Zahrial, Dian Prima dan Yudith Mangiri, (2013). MP-ASI Perdana. Jakarta: Asha Book.
Evaluasi program..., Siti Awaliyati Deliabilda, FKM UI, 2014