HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN JUMLAH ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi
Disusun Oleh : ANI FITRYANINGSIH J310110031
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
ii
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN JUMLAH ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMS GILINGAN SURAKARTA Ani Fitryaningsih J310110031 Pembimbing : 1. Dr Mutalazimah, SKM, M.Kes 2. Ruli Sudaryanto, SST, SGz Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Email :
[email protected] ABSTRACT Stunting are the condition of the body that is highly short with a standard level of devisi to 2 primary school under median length or the height. Among other affecting factors are intake eat, infectious disease, the level of education, level of income parents, and the level knowledge parents, the number of children in family, and weight born. To assess correlations weight born and the number of children in a family by the incident stunting in toddlers age 24-59 months in the work area of puskesmas gilingan surakarta. This research used crosssectional design within 83 sample toddlers who were selected through simple random sampling technique. Data the number of children in get through interview while weight born in gathered from kms and books cohort puskesmas. The analysis used both pearson product moment and rank the spearman. Most toddlers have weight born that is normal (90.4 %). The number of children in family in the category of large (61,4 %). Toddlers who experienced weight of low birth have a normal nutrition is 87.5 % higher compared with toddlers that experienced weight born normal have a normal nutrition only 58,7 %. Families with the number of children small have a normal nutrition is 62.5 % and families with the number of children large have a normal nutrition is 60.8 %. There are no correlation weight born with the genesis stunting (p=0,431). There are no correlation the number of children in a family by the incident stunting (p= 0,592). There are no correlation weight born and the number of children in a family by stunting scene in toddlers age 24-59 months primary health center of Gilingan Surakarta. Keyword: toddlers , weight born , the number of children in the family , stunting literature
iii
ABSTRAK Stunting merupakan keadaan tubuh yang sangat pendek dengan tingkat standar devisi -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Faktor yang mempengaruhi stunting, antara lain asupan makan, penyakit infeksi, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan orang tua, dan tingkat pengetahuan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, dan berat badan lahir. Mengetahui hubungan berat badan lahir dan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan crosssectional dengan jumlah 83 sampel balita dengan tekhnik simple random sampling. Data jumlah anak di dapatkan melalui wawancara sedangkan berat badan lahir di peroleh dari KMS dan Buku Kohort Puskesmas. Analisis menggunakan uji statistik pearson product moment dan rank spearman. Hasil : Sebagian besar balita memiliki berat badan lahir yaitu normal (90,4%). Jumlah anak dalam keluarga dalam kategori besar (61,4%). Balita yang mengalami berat badan lahir rendah memiliki status gizi normal lebih tinggi yaitu 87,5% dibanding dengan balita yang mengalami berat badan lahir normal yang memiliki status gizi normal hanya 58,7%. Keluarga dengan jumlah anak kecil yang memiliki status gizi normal yaitu sebesar 62,5% dan jumlah anak besar yang memiliki status gizi normal hanya 60,8%. Tidak ada hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting (p=0,431). Tidak ada hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting (p=0,592). Tidak ada hubungan berat badan lahir dan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Kata Kunci : balita, berat badan lahir, jumlah anak dalam keluarga, kejadian stunting.
iv
PENDAHULUAN
terhadap status gizi janin yang akan
Masalah
gizi
merupakan
dilahirkan (Nurhaeni, 2008).
masalah kesehatan yang terjadi pada
Berat lahir rendah merupakan
masyarakat, terutama dalam siklus
faktor risiko yang sangat signifikan
kehidupan.
atau
untuk pertumbuhan terutama enam
kekurangan gizi umumnya terjadi
bulan pertama. Berat bayi rendah
pada balita karena setiap siklus
diikuti asupan makan dan pelayanan
kehidupan
kesehatan
dalam
Masalah
gizi
sangat
proses
berpengaruh
pertumbuhan
dan
yang
pertumbuhan
Pemantauan
pertumbuhan
pada
memadai,
sering terjadi infeksi selama masa
perkembangan (Depkes RI, 2007). pertumbuhan
tidak
yang
menyebabkan
akan
terhambat
balita sangat penting karena untuk
akhirnya menjadi pendek (stunting)
mengetahui
ada
tidaknya
dan cenderung memiliki status gizi
hambatan
pada
saat
masa
kurang atau buruk (ACC/SCN, 2000).
dini
seperti
Jumlah anak >2 merupakan
merupakan
faktor risiko stunting pada usia 24-36
keadaan tubuh yang sangat pendek
bulan, terbukti dari hasil penelitian
dengan tingkat standar devisi -2 SD
yang dilakukan oleh Chandra (2013)
dibawah median panjang atau tinggi
menyatakan bahwa ada kaitannya
badan
jumlah anak dengan stunting. Hal ini
pertumbuhan stunting.
atau
sejak Stunting
(Manary
dan
Solomons,
2009).
disebabkan oleh beberapa faktor Faktor yang mempengaruhi
diantaranya
yaitu
kurangnya
stunting, antara lain asupan makan,
pengetahuan
penyakit infeksi, tingkat pendidikan,
anak
tingkat
pendapatan
orang
tua,
pemerintah dan tingkat pendidikan
tingkat
pengetahuan
orang
tua,
orang tua (Nurjanah, 2013).
jumlah anak dalam keluarga, dan
yang
Menurut
mengetahui dianjurkan
hasil
jumlah oleh
RISKESDAS
berat badan lahir. Kurangnya daya
tahun 2013 angka prevalensi pendek
beli atau pendapatan ekonomi yang
secara nasional adalah 37,2% yang
rendah dalam satu keluarga secara
berarti
tidak langsung akan menyebabkan
keadaan tahun 2010 (35,6%) dan
masalah status pada ibu hamil
tahun 2007 (36,8%). Di Jawa Tengah
dimana kekurangan zat besi pada
prevalensi stunting
ibu
yang terdiri 16,9% sangat pendek
hamil
akan
berpengaruh
terjadi
peningkatan
dari
sebesar 33,9%
1
dan 17% pendek (Riskesdas, 2013).
data
Survey pendahuluan yang dilakukan
metode
di Puskesmas Gilingan Surakarta
kuesioner. Analisis dilakukan secara
angka prevalensi stunting pada tahun
univariat
2013 adalah 16,6% dan pada tahun
univariat untuk mengetahui distribusi
2014
stunting
masing-masing variabel, sedangkan
sebesar 15,8%. Berdasarkan latar
analisis bivariat adalah analisis yang
belakang diatas maka peneliti akan
dilakukan
meneliti
berat
hubungan antara variabel bebas dan
badan lahir dan jumlah anak dalam
variabel terikat yaitu berat badan lahir
keluarga dengan kejadian stunting
dan jumlah anak dengan kejadian
pada balita usia 24-59 bulan di
stunting.
Puskesmas Gilingan Surakarta.
menggunakan uji korelasi product
METODE PENELITIAN
moment.
Penelitian ini merupakan penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
observasional dengan pendekatan
Analisis Univariat
cross
Karakteristik Responden
angka
prevalensi
tentang
sectional,
hubungan
dilaksanakan
di
wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surkarta yang terdiri dari Kelurahan Gilingan, Kelurahan
Kelurahan
Punggawan,
Kestalan.
Penelitian
dilaksanakan secara bertahap mulai bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2016 di Puskesmas Gilingan Surakarta. Subyek penelitian ini adalah ibu dan balita usia 24-59 bulan dengan sampel 83 orang. Variabel yang diteliti adalah berat badan lahir balita, jumlah anak dalam keluarga, dan stunting. Data-data yang badan
dikumpulkan balita
adalah
tinggi
menggunakan
antropometri. Data berat badan lahir diukur dengan melihat buku KMS dan
jumlah
anak
menggunakan
wawancara dan
dengan
bivariat.
untuk
Analisis
Analisis
mengetahui
dilakukan
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kondisi Ibu Balita Variabel F % Usia Ibu <34 th 59 71,1 34-40 th 16 19,3 >40 th 8 9,6 Pendidikan Ibu Tidak sekolah 1 1,2 SD 12 14,5 SMP 21 25,3 SMA 44 53 Tamat PT 5 6 Pekerjaan Ibu PNS 1 1.2 Karyawan 18 21.7 swasta/pabrik Pedagang 3 3.6 Buruh 1 1.2 Ibu Rumah Tangga 54 65.1 Tidak bekerja 6 7.2 Pendapatan Sesuai UMR 41 49,4 Tidak Sesuai UMR 42 50,6
2
penelitian ini jika pendapatan dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa
stu
bulan
itu
Rp
1.200.000,-
usia ibu balita lebih banyak ibu yang
sedangkan tidak sesuai UMR jika
berusia dibawah 34 tahun yaitu
pendapatan
sebesar
1.200.000,-. Hal ini dapat dikatakan
59
ibu
balita
dengan
dalam
sebulan
presentase 71,1%. Umur yang baik
bahwa
untuk
sesuai dengan UMR masih dapat
seorang
ibu
yang
hamil
pendapatan
yang
sebaiknya tidak terlalu tua ataupun
mencukupi
terlalu muda. Umur yang kurang dari
keluarga sehingga status gizi anak
20 tahun atau yang lebih dari 35
tetap baik meskipun jumlah anak
tahun, akan berisiko tinggi pada saat
dalam keluarga >2.
melahirkan dan sangat menentukan berat
badan
lahir
bayi
yang
dikandungnya (Ruswana, 2006). Pendidikan
terakhir
makan
Pendidikan mempengaruhi tingkat
ibu
kebutuhan
tidak
status
pendidikan
kenyataannya
akan
dari
gizi
balita,
dapat
dilihat
balita
yang
sebagian besar SMA sebesar 44
memiliki ibu dengan latar belakang
orang
53%
pendidikan yang lebih tinggi akan
di
wilayah
mendapatkan wawasan serta ilmu
yang
bekerja
cara menguasai tentang masalah
dengan
pekerjaan tersebut
ibu
presentase balita
banyak
sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu
pertumbuhan,
sebanyak 54 orang dengan jumlah
pengetahuan
presentase sebesar 65,1%. Hasil
rumah tangga akan lebih mengatahui
dari penelitian ini didapatkan ibu
tumbuh
dengan pendapatan keluarga tidak
seharusnya
sesuai
menu
dengan
sebanyak presentase
42
UMR orang sebesar
yaitu
ada
perkembangan gizi.
kembang lebih
makanan
Pekerjaan anaknya
dan ibu dan
mengutamakan yang
bergizi
dengan
seimbang untuk anaknya. Ibu yang
50,6%.
bekerja diluar rumah akan lebih
Kategori F % Jenis Kelamin Perempuan 40 48,2 Laki-laki 43 51,8 Umur <36 bulan 42 50,6 36-48 bulan 25 30,1 >48 bulan 16 19,3 Dikatakan sesuai UMR pada
cenderung
tidak
memperhatikan
tumbuh kembang anak, sehingga terkadang status gizi anak tidak maksimal terpenuhi. Tabel 2 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
3
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
besar
balita
berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 43 orang
<2 Kejadian Stunting Stunting Normal
32
38,6
32 51
38,6 61,4
dengan presentase (51,8%), untuk umur balita sebagian besar berumur <36
bulan
dengan
berjumlah
42
presentase
Penelitian
orang
(50,6%).
Purwaningrum
dan
Wardani (2012) mengatakan bahwa jenis kelamin akan mempengaruhi asupan makan yang
dikonsumsi,
jenis kelamin laki-laki asupan makan yang
dikonsumsi
lebih
banyak
deandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Umur
merupakan
faktor
penting dalam menentukan status gizi
seseorang.
Kesalah
dalam
penentuan umur akan menyebabkan intrepretasi status gizi salah, karena
Sebagian besar keluarga memiliki jumlah anak lebih dari ≥2 atau dalam kategori besar yaitu 61,4%, dan balita yang memiliki berat badan lahir normal lebih tinggi debandingkan dengan berat badan lahir rendah yaitu
sebesar
karakteristik
90,4%.
Distribusi
statistik
deskrptif
berdasarkan berat badan lahir dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan Berat Badan Lahir Statistik Berat Badan Deskriptif Lahir (gram) Mean 3066,27 Standar Deviasi 478,699 Minimal 1500 Maksimal 4200
pada saat kita mengintrepretasikan status gizi dalam berat badan dan
Mean atau rata-rata berat badan lahir
tinggi badan tidak disertai umur maka
balita
akan sulit dan akan menimbulkan
bahwa balita yang dilahirkan memiliki
kesalahan yang lebih fatal, akibatnya
berat
status gizi tidak sesuai dengan umur
minimum
(Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2013).
sebesar 1500gram dimana dapat
Tabel 3 Distribusi Berat badan lahir, Jumlah anak dalam keluarga, dan Kejadian stunting
diartikan bahwa masih adanya berat
Variabel Berat Badan Lahir BBLR Normal Jumlah Anak ≥2
F
%
8 75
9,6 90,4
51
61,4
3066,27gram badan dari
yang berat
yang
berarti
normal.
Nilai
badan
lahir
badan lahir rendah yaitu 1500gram, berat badan lahir yang rendah sangat rentan
terhadap
infeksi,
hal
ini
disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang.
4
Tabel 5 Karakteristik Statistik Deskriptif Berdasarkan Jumlah Anak Dalam Keluarga Statistik Deskriptif Jumlah Anak Mean 2,11 Standar Deviasi 1,012 Minimal 1 Maksimal 5 Mean atau rata-rata jumlah anak dalam keluarga berdasarkan Tabel 5 yaitu 2,11 dapat diartikan bahwa keluarga memiliki jumlah anak yang besar.
Berdasarkan
tabel
3
menunjukkan bahwa jumlah anak dalam
keluarga
sebagian
besar
berjumlah 2 anak (38,6%). Menurut Faradevi (2011) jumlah anak dalam keluarga
akan
mempengaruhi
ketersediaan pangan dalam keluarga. Tingkat
pendapatan
keluarga
dalam
dalam
jumlah
satu
banyak
Rata-rata
nilai
TB/U
dari
Tabel. 6 diatas termasuk dalam kategori status gizi normal yaitu -1,57 yang berarti nilai TB/U menurut zscore >-2 SD. Nilai minimum dari data penelitian TB/U tersebut yaitu sebesar -7,09 yang berarti masuk dalam kategori stunting yaitu >-3 SD. Hal
ini
dikarenakan
penelitian balita stunting
pada
saat
yang mengalami
tersebut
berada
dalam
keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, sehingga penanganan untuk lebih lanjut dalam menangani asupan
setiap
harinya
tidak
maksimal, dan faktor genetik dari kedua
orangtua
juga
dapat
mempengaruhi anak tersebut. Tabel
6
menunjukkan
bahwa
ataupun sedikit akan mempengaruhi
sebagian
tingkat ketersediaan pangan yang
dengan presentase (61,4%) adalah
berbeda. Jumlah anak yang banyak
balita normal sedangkan balita yang
pada
status
stunting 32 balita dengan presentase
ekonomi yang rendah akan memiliki
(38,6%). Hasil tersebut menunjukkan
peluang atau rentan terhadap gizi
balita
buruk.
kenaikan
Tabel 6. Distribusi Z-Score indeks TB/U Balita Usia 24-59 Bulan Statistik Deskriptif z-score TB/U Mean -1,57 Standar Deviasi 1,47 Minimal -7,09 Maksimal 2,33
penelitian sebelumnya oleh Septria
keluarga
dengan
besar
yang
balita
51
stunting
balita
mengalami
dibandingkan
dengan
(2015) di wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta yang memperoleh data balita stunting sebesar 23,4%. Kenaikan
tersebut
diperkirakan
sebesar
15,2%.
Berdasarkan
RISKESDAS 2013, target pemerintah
5
untuk balita yang mengalami stunting
yaitu dibawah 20%.
Tabel 7 Distribusi Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Stunting Z-Score TB/U Berat Total Badan Stunting Normal * p Lahir % % % N N N Total Total Total BBLR 1 12.5 7 87.5 8 100 0,431 Normal 31 41.3 44 58.7 75 100 *Uji Korelasi Product Moment Tabel 7 menunjukkan bahwa
yang memiliki berat badan lahir
responden dengan z-score TB/U
rendah dikarenakan waktu hamil
dalam kategori normal yang memiliki
atau waktu dalam kandungan, umur
berat
rendah
ibu balita yang belum cukup untuk
yaitu
hamil, status gizi ibu pada saat
dengan
hamil, dan keadaan ekonomi yang
dengan
rendah
badan
presentasenya 87,5%
lahir lebih
tinggi
dibandingkan
presentase
responden
akan mengakibatkan
dengan z-score TB/U dalam kategori
hamil
normal yang memiliki berat badan
memenuhi kebutuhan nutrisi janin
normal hanya 58,7%. Berdasarkan
pada saat pertumbuhan plasenta
analisis
menghasilkan
yang lebih luas. Jika bayi tersebut
p>0,431 yang berarti Ho diterima
mengalami status gizi kurang sejak
sehingga disimpulkan bahwa tidak
awal kehamilan yang dikarenakan
ada hubungan antara berat badan
asupan
lahir dengan kejadian stunting pada
kebutuhannya
balita usia 24-59 bulan di wilayah
berdampak pada berat badan saat
Kerja
lahir yaitu anak yang lahir akan
bivariat
Puskesmas
Gilingan
Surakarta.
kekurangan
ibu
asupan
ibu
tidak
untuk
mencukupi
maka
akan
menjadi pendek.
Berdasarkan penelitian yang
Umur ibu balita pada saat
dilakukan dengan cara melihat buku
penelitian ini masih banyak yang
KMS (Kartu Menuju Sehat) dan buku
berumur dibawah 34 tahun, dimana
Kohort yang ada di Puskesmas data
umur yang masih kurang cukup
berat badan lahir sudah baik, karena
pada
berat
diatas
memungkinkan balita yang akan
normal yaitu >2500 gram. Tetapi
dilahirkan memiliki berat badan lahir
untuk satu atau dua balita juga ada
rendah. Pada penelitian ini diketahui
badan
lahir
sudah
masa
hamil
akan
6
tidak ada hubungan berat badan
riwayat berat badan lahir <2500
lahir
karena
gram dengan berat badan lahir
ditemukan dari 83 responden riwayat
>2500 gram tidak ada hubungan
berat badan lahir rendah hanya
yang
dialami 8 orang, hal ini juga menjadi
stunting dengan nilai p >0,057.
faktor
memungkinkan
Balita
yang
merupakan kelompok yang rentan
dengan
stunting
yang
terjadinya
data
kurang
signifikan.
signifikan dengan kejadian dengan
usia
2-3
tahun
atau rawan terhadap status gizi.
Hasil penelitian yang dilakukan
Salah
satu
faktor
yang
dapat
oleh Sutiari dan Wulandari (2011)
mempengaruhi
menjelaskan
ada
atau buruk pada balita adalah berat
hubungan yang signifikan antara
lahir rendah. Bayi dengan berat lahir
berat badan lahir normal dengan
rendah mengalami pertumbuhan dan
nilai
perkembangan lebih lambat pada
bahwa
p>0,354.
tidak
Tidak
adanya
hubungan dikarenakan anak yang
organ-organ tubuhnya.
mengalami BBLR mampu mengejar keterlambatan
pertumbuhan
status gizi kurang
Selain itu Rasyid, Mayulu, dan Kandaou
(2011)
mengemukakan
layaknya anak yang memiliki berat
bahwa sebagian orang tua yang
badan lahir normal, faktor yang
belum
mempengaruhi yaitu asupan yang
pemenuhan asupan zat gizi pada
dikonsumsi sehingga untuk mecapai
balita serta faktor ekonomi, faktor
pertumbuhan dan status gizi baik,
lingkungan yang kurang bersih atau
selain asupan juga pola asuh yang
hygiene dan balita yang sangat
sudah baik.
kurang
Hal yang sama juga dibuktikan
begitu
dalam
mengerti
tentang
perawatan
atau
asuhan yang akan memudahkan
pada penelitian yang dilakukan oleh
balita
tersebut
Herawati (2011) mengatakan bahwa
penyakit infeksi.
mudah
terkena
Tabel 8 Distribusi Jumlah Anak Dalam Keluarga dengan Kejadian Stunting Z-Score TB/U Total Stunting Normal p* Jumlah N % N % N % Anak Total Total Total Besar 20 39.2 31 60.8 51 100 0,592 Kecil 12 37.5 20 62.5 32 100 *Uji Korelasi Product Moment
7 vii
Berdasarkan tabel 13 diatas menunjukkan
responden
orang tua yang rendah (Nurjanah,
dengan z-score TB/U dalam kategori
2013). Jumlah anak dalam satu
normal yang memiliki jumlah anak
keluarga
kategori kecil presentasenya lebih
ketersediaan pangan keluarga, jika
tinggi
dalam satu keluarga memiliki banyak
yaitu
bahwa
pemerintah dan tingkat pendidikan
62,5%
dibandingkan
akan
mempengaruhi
presentase responden dengan z-
anak dengan
score TB/U dalam kategori normal
yang
berstatus
yang memiliki jumlah anak dalam
maka
akan
keluarga
anak mengalami kurang gizi.
dengan
hanya 60.8%.
kategori
Hasil
besar
keadaan keluarga ekonomi
rendah
mempunyai
peluang
uji analisis
Pada penelitian ini faktor yang
korelasi Person Product Moment
dapat melatar belakangi tidak ada
menunjukkan p value 0,592 yang
hubungan
berarti
dapat
kejadian stunting yaitu ibu yang
disimpulkan tidak ada hubungan
sudah memiliki anak banyak dan
antara jumlah anak dalam keluarga
mengetahui
dengan kejadian stunting pada balita
merawat anak meskipun pendidikan
usia 24-59 bulan di wilayah Kerja
kurang, penelitian ini sejalan dengan
Puskesmas Gilingan Surakarta. Hal
penelitian yang dilakukan oleh Sari
ini sama dengan penelitian yang
(2014) jumlah anak dihubungkan
dilakukan
dkk
dengan cara merawat anak dan
(2015) mengatakan bahwa tidak
memberikan asupan makan pada
terdapat hubungan antara jumlah
anak sehingga asupan gizi anak
anak dengan stunting yang memiliki
dapat tercukupi dan tidak akan
nilai p value sebesar 0,90.
mengalami keadaan status gizi yang
Ho
diterima
oleh
Berbeda
Karundeng,
dengan
penelitian
jumlah
anak
pengalaman
dengan
tentang
kurang.
yang dilakukan oleh Chandra (2013)
Ibu yang memiliki anak lebih
yang menyatakan bahwa jumlah
dari
anak >2 merupakan faktor risiko
berpengalaman
stunting pada usia 24-36 bulan, hal
anak serta mengetahui bagaimana
ini disebabkan oleh beberapa faktor
cara
diantaranya
makan anak untuk yang anak yang
pengetahuan anak
yang
yaitu
kurangnya
mengetahui dianjurkan
2
tentu
untuk
akan dalam
menyukupi
sangat merawat asupan
jumlah
selanjutnya. Akan tetapi pada saat
oleh
penelitian dilakukan ada beberapa
viii 8
balita
yang
dititipkan
kepada
muda dengan cara mengoptimalkan
neneknya dikarenakan orang tua
pertemuan dengan ibu hamil dan
balita sibuk bekerja untuk memenuhi
perlu meneliti faktor-faktor seperti
nafkah
tempat
anaknya,
meyebabkan
hal
ini
pemberian
akan asupan
tinggal
makanan
sejak
dan
pemberian dini
yang
makan untuk balita tidak maksimal
berpengaruh terhadap status gizi.
karena
REFERENSI
terkadang
nenek
lupa
dengan jam makan anaknya atau tidak hanya memberikan makanan seadanya saja. SIMPULAN Sebagian besar balita memiliki berat badan lahir normal sebanyak 90,4%
sedangkan
jumlah
anak
dalam keluarga dalam kategori ≥2 lebih besar yaitu 61,4% dengan mayoritas balita mengalmi status gizi normal yaitu sebanyak 61,4%. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta (p>0,431). Tidak
ada
hubungan
antara
jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas
Gilingan
Surakarta
(p>0,592). SARAN Beradasarkan
penelitian
yang
dilakukan maka perlu meningkatkan penyuluhan serta motivasi tentang pemenuhan
asupan
dan
nutrisi
untuk janin yang dikandung pada ibu hamil dengan umur yang masih
ACC/SCN & International Food Policy Research Institute (IFPRI). 2000. 4th Report on The World nutrition Situation, NutritionThroughout The Life Cyl. Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Jogjakarta : AR Group Candra, A. 2013. Hubungan Underlying Factors Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-2 Tahun. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Malang Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Jakarta Faradevi, R. 2011. Perbedaan Besar Pengeluaran Jumlah Anak Serta Asupan Energi Dan Protein Balita Antara Balita Kurus Dan Normal. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Fitri, 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada Balita (12-59 Bulan) Di Sumatera. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Herawati, D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta : PT Dian Rakyat
ix 9
Karundeng, LR., Ismanto, AY., dan Kundre, R. 2015. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas KAO Kecamatan KAO Kabupaten Halmahera Utara. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manary, M. J., dan Solomons, N. W. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan Public Health Nutrition Editor. Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M., & Arab, L. Blackwell Publishing Ltd, Oxford. Nurjanah, N, et al. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Balita Dengan Status Gizi di Rw 07 Wilayah Kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung. Purwaningrum, S dan Wardani, Y. 2012. Hubungan Antara Asupan Makanan Dan Status Kesadaran Gizi Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon Bantul. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013 Ruswana. 2006. Ibu Hamil Resiko Tinggi. Availble ://www.Media Castore.com/cybermed/detailPYK=178,hml. Diakses pada tanggal 23 Mei 2015 Septria, DW. 2015. Hubungan Presepsi Ibu Dan Partisipasi Balita Ke Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta. Program Studi Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Supariasa, IDN., Bakri, B., dan Fajar, I. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Kedokteran EGC
x 10