EVALUASI PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER
MUHAMMAD AMIN SHODIQ
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul βEvaluasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Terminal Tawang Alun Jemberβ adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2013 Muhammad Amin Shodiq NIM A44080018
ABSTRAK MUHAMMAD AMIN SHODIQ. Evaluasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Terminal Tawang Alun Jember. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Transportasi publik adalah salah satu komponen penting dari sistem transportasi perkotaan. Terminal bus merupakan bagian dari transportasi publik tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun rencana pengelolaan RTH pada terminal bus Tawang Alun berdasarkan evaluasi terhadap pengelolaan yang ada pada saat ini. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan survei lapang secara langsung yaitu dengan pengamatan, pengukuran, wawancara, serta kuesioner kepada sejumlah responden. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis SWOT untuk menyusun rekomendasi strategi pengelolaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa 1) organisasi pengelola sudah ada, namun belum memiliki suatu bagian yang secara spesifik yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan RTH, 2) jadwal rutin pemeliharaan hanya terstruktur untuk beberapa kegiatan serta metode kerja yang belum sesuai dengan standar, 3) jumlah tenaga kerja adalah 18 orang, sedangkan kebutuhan efektif untuk kegiatan pemeliharaan RTH hanya 6 orang, 4) jumlah alat dan bahan yang digunakan masih terbatas, dan 5) dana pemeliharaan untuk satu tahun yang tersedia adalah Rp 20.200.000, sedangkan jumlah yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 41.960.423. Kata kunci:moda transportasi, pemeliharaan lanskap, rencana pengelolaan, SWOT, transportasi publik.
ABSTRACT MUHAMMAD AMIN SHODIQ. Evaluation of Green Open Space Management in Tawang Alun Jember Bus Station. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN. Public transportation is an important infrastructure part of the cityβs traffic system. Bus station is a part of the public transportation services. The objective of this research is to arrange the management plan of gren open space based on evaluation to the existing management in Tawang Alun Bus Station.This research used site survey approach that consist of observation, directly measurement, interviews, and questionaire to the respondents. The data obtained are then analyzed by SWOT that is analyze method to arrange the management strategy. Based on the result of this research, it was found that 1) management organization already existed but does not yet have a division that is specially responsible for the green open space maintenance, 2) the schedule is only done to some maintenance activities, furthermore working methods that do not fit the standard, 3) there ara 18 labour, but TTAJ only need 6 labour to maintain the green open space, 4) the amount of equipment and materials which is used still limited, and 5) the available budget for maintenance is Rp 20.200.000, but the required budget is Rp 41.960.423. Keywords : landscape maintenance, management plan, public transportation, SWOT, transportation mode.
EVALUASI PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER
MUHAMMAD AMIN SHODIQ
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Β©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Judul Skripsi Nama NIM
: Evaluasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Terminal Tawang Alun Jember : Muhammad Amin Shodiq : A44080018
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, M.S. Pembimbing Skripsi
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilakukan adalah Evaluasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Terminal Tawang Alun Jember. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis dalam menyelesaikan masa studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin M.Sc, dan Dr. Kaswanto yang telah memberikan saran dan masukan pada skripsi ini, 3. Kepala UPT Terminal Gatot Triyono Amd, LLAJ, ST selaku Kepala Terminal Tawang Alun Jember dan Bapak Nova Ritonga atas bimbingannya selama di lapangan, 4. Teman-teman seperjuangan di Mahos (Ali, Enjoy, Andre, Ndaru, Desi, Mario, Empe, Eja, Fathiin, Faris) dan teman-teman ARL45 lainnya. 5. Adik-adik kelas angkatan ARL 46, 47, 48, dan 49. 6. Derry Riskawati atas waktu, doa, dan semangatnya. 7. Miftakhul Bakhrir R. H, S.P. selaku kakak penulis, Roqibul M. N dan Atafii Habibi selaku adik penulis, Bapak Sururi dan Ibu Siti Fatimah selaku orangtua penulis, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangsih penerapan ilmu penulis sebagai rekomendasi bagi pengelolaan lanskap Terminal Tawang Alun Jember, khususnya pada pemeliharaan ruang terbuka hijau. Bogor, April 2013 Muhammad Amin Shodiq
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
3
Terminal sebagai Ruang Publik
3
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Terminal
3
Pengelolaan Lanskap dan Pemberdayaannya
4
METODE
6
Lokasi dan Waktu Penelitian
6
Alat dan Bahan
7
Tahapan dan Metode Penelitian
7
HASIL PENELITIAN
13
Analisis Situasional Lokasi Penelitian
13
Aspek Ekologi
19
Aspek Sosial Budaya
20
Aspek Legal
29
Aspek Pengelolaan
30
PEMBAHASAN
32
Aspek Ekologi
32
Aspek Sosial Budaya
33
Aspek Legal
34
Aspek Pengelolaan
36
Analisis SWOT
37
Strategi Pengelolaan
44
SIMPULAN DAN SARAN
71
Simpulan
71
Saran
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
72 74 92
DAFTAR TABEL 1 Jenis Data yang Diperlukan 2 Matriks SWOT 3 Curah Hujan (mm) Kecamatan Rambipuji Menurut Bulan Tahun 2011 4 Jumlah Hari Hujan Kec. Rambipuji Menurut Bulan (2011) 5 Jenis dan Jumlah Vegetasi Penyusun RTH TTAJ 6 Banyaknya Bus dan Penumpang Menurut Bulan Tahun 2011 7 Tingkat Kepentingan Faktor Internal RTH TTAJ 8 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal RTH Terminal 9 Penilaian Bobot Strategis Internal Pengelolaan RTH Terminal 10 Penilaian Bobot Strategis Eksternal Pengelolaan RTH Terminal 11 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) RTH Terminal 12 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) RTH Terminal 13 Matriks SWOT Pengelolaan RTH TTAJ 14 Perangkingan Alternatif Strategi Pengelolaan RTH TTAJ 15 Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman 16 Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman 17 Jumlah Tenaga Kerja Pemeliharaan RTH TTAJ 18 Biaya Pemeliharaan RTH TTAJ 19 Biaya Kebutuhan Bahan 20 Jenis, Fungsi, dan Jumlah Peralatan Pemeliharaan
8 12 19 19 23 24 39 40 40 40 41 41 43 44 47 48 49 51 52 64
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Kerangka Pikir Penelitian Lokasi Terminal Tawang Alun Matriks Internal Eksternal Bagian Depan Terminal Akses Terminal Tawang Alun Jember Signage Terminal Tawang Alun Jember Pos Kontrol Perjalanan Angkutan Tempat Khusus Pemberangkatan MPU Ruang Tunggu/Peron Fasilitas Kantin dan Kios pada Terminal Tata Ruang Eksisting Terminal Tawang Alun Jember Musholla Terminal Tawang Alun Kantor Pusat Terminal Tawang Alun Fasilitas Parkir Motor Curah Hujan Bulanan Kec. Rambipuji Tahun 2011 Taman pada Area Pelayanan RTH sebagai Peneduh RTH sebagai Penunjuk Arah pada Jalur Bus AKDP Tumpukan Sampah pada Taman Kondisi RTH Terminal Tawang Alun Jenis Kendaraan Jasa Transportasi
2 6 11 14 14 15 15 16 16 16 18 18 18 18 19 21 21 22 22 23 24
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Usia Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Tempat Tinggal Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Frekuensi Datang ke Terminal Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Jenis Angkutan Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Tujuan Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Akses Menuju Terminal Grafik Persepsi Pengguna Terhadap Suasana Terminal Grafik Persepsi Pengguna Terhadap Fasilitas Struktur Organisasi Pengelola RTH Reklame pada Teminal Tumpukan Sampah Penyebab Bau: Tumpukan pada Tempat Sampah (kiri) dan Sampah pada Taman (kanan) Pos Keamanan Jalan/Paving yang Rusak Matriks Internal-Eksternal (IE) RTH TTAJ Rekomendasi Struktur Organisasi Pengelola RTH TTAJ Contoh Vertical Garden Lokasi Rekomendasi Vertical Garden Contoh Pemangkasan Rumput dengan Mesin Pangkas Gendong Pelatihan Tenaga Kerja Pemeliharaan Papan Himbauan pada Taman Jenis-jenis Pagar Taman
25 25 26 26 27 27 27 28 28 29 29 31 34 34 35 35 42 45 51 55 58 66 69 70
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner Pengguna 2 Standar Pelaksanaan Kerja Pemeliharaan Taman dan Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan Taman dan Kebersihan 3 Standar Penampilan Komponen Tanaman dan Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan Taman Dan Kebersihan 4 Standar Penampilan Komponen Pelengkap Taman dan Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan Taman Dan Kebersihan 5 HPT dan Cara Penanganannya
74 79 84 88 90
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat, perkembangan transportasi publik sangat dibutuhkan untuk mengurangi polusi udara kota yang semakin buruk akibat bertambahnya jumlah kendaraan pribadi. Untuk itu pengadaan dan pengelolaan fasilitas sarana dan prasarana transportasi publik harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu fasilitas tersebut adalah terminal penumpang. Terminal penumpang adalah tempat yang paling penting sebagai titik pergantian moda angkutan umum dalam kota dan keberadaannya sangat dibutuhkan bagi masyarakat. Agar semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk menggunakan transportasi publik di terminal maka kenyamanan beraktifitas masyarakat harus ditingkatkan. Salah satunya adalah dengan cara optimalisasi pengelolaan lanskap pada terminal. Elemen lanskap yang sangat berpengaruh adalah keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di dalam terminal. Komponen utama RTH adalah tanaman yang berperan penting dalam menjaga iklim mikro dan memberi kenyamanan dalam lingkungan tersebut (Lestari dan Kencana 2008). Namun, keberadaan RTH dalam terminal seringkali tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik sehingga RTH yang ada tidak dapat memenuhi fungsi dan peranannya dengan maksimal. Terminal Tawang Alun Jember (TTAJ) merupakan terminal penumpang utama dan terbesar yang ada di Kabupaten Jember. Keberadaan TTAJ sangat penting dan berpengaruh terhadap moda transportasi di Kabupaten Jember. Selain memenuhi kebutuhan transportasi dalam kota, terminal ini juga memenuhi kebutuhan lintas kota dan propinsi. Sebagai ruang publik,TTAJ juga memiliki RTH baik berupa taman maupun vegetasi lainnya. Pengelolaan RTH pada kawasan lanskap TTAJ tersebut masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi fisik RTH yang ada di terminal tersebut. Penelitian ini diharapkan mampu membantu meningkatkan pelaksanaan pengelolaan RTH Tawang Alun dengan cara memberikan rekomendasi rencana pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun Jember.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menyusun rencana pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada TTAJ berdasarkan evaluasi terhadap pengelolaan yang ada pada saat ini.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini berupa rekomendasi rencana pengelolaan RTH TTAJ dan diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu bagi pengelola terminal untuk pengelolaan RTH TTAJ yang lebih baik.
2 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka pikir penelitian yang dibuat sebagai acuan penelitian yang dilakukan terhadap pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun Jember (TTAJ) (Gambar 1). Data yang dikumpulkan meliputi aspek ekologi, aspek sosial budaya, aspek legal serta aspek pengelolaan berkaitan dengan RTH TTAJ. Keberadaan RTH sebagai salah satu elemen pada lanskap pada TTAJ harus diperhatikan pengelolaannya. Pengelolaan RTH ini berkaitan dengan jenis-jenis RTH yang ada serta fungsi dan peranan RTH dalam menunjang aktifitas pengguna jasa transportasi di Terminal Tawang Alun Jember. Untuk mengetahui pengelolaan yang ada pada saat ini maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan RTH TTAJ. Evaluasi pengelolaan RTH TTAJ juga dilakukan untuk mengetahui bahwa pengelolaan RTH TTAJ saat ini sudah memenuhi kebutuhan RTH tersebut atau belum. Metode evaluasi yang digunakan adalah dengan menggunakan metode SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Metode SWOT melihat kondisi pengelolaan RTH TTAJ yang ada pada saat ini dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki. Hasil analisis tersebut adalah strategi pengelolaan berupa tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan pengelolaan RTH TTAJ. Faktor-faktor tersebut dianalisis hingga menghasilkan rencana pengelolaan RTH TTAJ. Rencana pengelolaan yang dihasilkan mencakup bentuk struktur organisasi pengelola, jadwal dan metode kerja, tenaga kerja, alat dan bahan, serta rancangan anggaran biaya pengelolaan.
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA Terminal sebagai Ruang Publik Ruang publik adalah suatu tempat yang dapat menunjukkan perletakan sebuah objek yang dapat diakses secara fisik maupun visual oleh masyarakat umum untuk melakukan aktifitasnya, baik aktifitas fisik maupun sosial (Hariyono 2007). Terminal adalah salah satu bentuk dari ruang publik. Sebagai ruang publik, terminal memilliki fungsi utama sebagai tempat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan transportasi dengan menggunakan jasa angkutan darat seperti bus dan angkutan kota. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, pada Pasal 1 disebutkan bahwa Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Menurut Juknis LLAJ tahun 1995 yang disitasi Karda (2010) fungsi terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi. Kenyamanan tersebut sangat dipengaruhi oleh fasilitas yang ada di dalam terminal tersebut. Salah satu fasilitas penunjang yang dimaksud dalam Kepmenhub no. 31 tahun 1995 Pasal 3 adalah taman. Taman adalah salah satu bentuk ruang terbuka hijau (RTH) kota. Oleh karena itu pengelolaan taman di dalam terminal sebagai RTH perlu diperhatikan untuk menjaga keberlanjutan RTH tersebut sehingga dapat memenuhi fungsi dan peran pentingnya bagi pengguna jasa angkutan di dalam terminal.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Terminal Taman adalah salah satu bentuk ruang terbuka hijau (RTH) kota yang memiliki fungsi dan peran penting bagi masyarakat kota. Salah satu fungsinya adalah sebagai fasilitas yang dapat memberi kenyamanan bagi pengguna jasa di terminal. Pada Pasal 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan yang dimaksud dengan RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) tujuan penataan RTHKP adalah menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan; mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan; dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman (Pasal 2). Sedangkan fungsi RTHKP adalah pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; tempat perlindungan plasma nutfah dan
4 keanekaragaman hayati; pengendali tata air; dan sarana estetika kota (Pasal 3). RTH berfungsi sebagai paru-paru kota karena keberadaannya sangat penting untuk menyerap serta mengolah gas polutan menjadi gas oksigen yang sangat kita butuhkan, menurunkan suhu lingkungan, dan peningkatan kelembaban melalui proses asimilasi dan evapotranspirasi yang dimilikinya (Joga dan Antar 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu hektar RTH mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen yang dapat dikonsumsi oleh 1500 orang per hari (Geralks yang disitasi Hakim 2011), mengurangi suhu hingga 5-8 derajat celsius, meredam kebisingan 25-80% (Carpenter 1975), dan menyerap gas polutan 7580%. RTH merupakan salah satu komponen penting dalam ekosistem kota, selain berfungsi untuk memperbaiki lingkungan kota, area hijau ini juga berperan dalam memelihara kesejahteraan dan meningkatkan kualitas kehidupan penghuni kota (Hakim 2011). RTH pada terminal memiliki fungsi utama sebagai sarana estetika kota serta memperbaiki kualitas lingkungan pada kawasan terminal, terutama pengendali polusi udara serta penurunan suhu lingkungan, sehingga dapat memberi kenyamanan bagi pengguna ketika beraktifitas di dalam kawasan terminal.
Pengelolaan Lanskap dan Pemberdayaannya Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula (Arifin dan Arifin 2005). Selain itu, kegiatan pemeliharaan bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman (Dwianto 2008). Pengelolaan lanskap meliputi sumberdaya fisik dan biofisik lingkungan binaan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku (Wardiningsih 2005 yang disitasi Pujowati 2009). Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan lanskap, diperlukan proses survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan 1989 yang disitasi Sebastian 2009). Pengelolaan suatu kawasan lanskap mempunyai beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dasar untuk mewujudkan program pengelolaan yang baik, yaitu (Sternloff dan Warren 1984): a. memiliki tujuan dan standar pemeliharaan. b. pemeliharaan harus berdasarkan penggunaan secara ekonomis terhadap waktu, tenaga, peralatan, dan bahan.
5 c. pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan pada perencanaan pemeliharaan tertulis dan bersifat logis untuk dilaksanakan. d. jadwal operator pemeliharaan harus berdasarkan pada kebijakan dan prioritas yang benar. e. pemeliharaan yang menekankan pada upaya pemeliharaan pencegahan/ preventif. f. divisi pemeliharaan harus terorganisir dengan baik. g. sumberdana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan. h. sumberdaya tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan. i. bertanggung jawab terhadap keamanan operator pemeliharaan serta masyarakat sekitar. j. program pengelolaan harus dirancang untuk memelihara lingkungan alami. k. pemeliharaan menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan pembuatan taman serta fasilitasnya. l. operator pemelihara taman bertanggung jawab bagi pandangan masyarakat terhadap pengelola taman. Pemberdayaan kembali atau revitalisasi adalah sebuah proses untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan juga nilai semula. Revitalisasi adalah upaya untuk mengembalikan serta menghidupkan kembali vitalitas yang pernah ada pada kawasan kota yang mengalami degradasi, melalui intervensi fisik dan nonfisik (rehabilitasi ekonomi, rekayasa sosial-budaya serta pengembangan institusional). Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat). Revitalisasi bertujuan untuk memberikan kehidupan baru yang produktif yang akan mampu memberikan kontribusi positif pada kehidupan sosial-budaya, terutama kehidupan ekonomi kota. Selain itu revitalisasi juga bertujuan untuk menciptakan suatu kawasan yang dapat dikatakan bermakna saat orang-orang yang berada di dalamnya merasa nyaman (Weinheimer III 1997). Proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota. Revitalisasi fisik merupakan strategi jangka pendek yang dimaksudkan untuk mendorong terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, dan revitalisasi sosial atau institusional (Sani 2008). Pengelolaan lanskap khususnya RTH pada terminal Tawang Alun perlu dilakukan sebuah upaya revitalisasi untuk menjaga keberlanjutan dan kelestariannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah rencana pengelolaan yang terdiri dari sruktur organisasi pengelola, jadwal dan metode kerja, jumlah tenaga kerja, alat dan bahan yang digunakan, serta anggaran pembiayaan pengelolaan. Rencana pengelolaan disusun agar pengelolaan pada RTH terminal dapat berjalan dengan efisien dan terarah.
6
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terminal Tawang Alun Jember yang terletak di Jalan Brawijaya, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. (Gambar 2). Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan mulai bulan Juli 2012 hingga Desember 2012 yang terdiri dari kegiatan persiapan, inventarisasi, analisis sintesis, pembuatan rencana pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun, dan diakhiri dengan pembuatan laporan akhir.
(Sumber: Bakosurtanal 2003)
(Sumber: Google.com)
(Sumber: Googlemaps.com)
Gambar 2 Lokasi Terminal Tawang Alun Terminal Bus Tawang Alun merupakan terminal utama yang melayani angkutan dalam kota serta angkutan lintas kota dengan rute Surabaya-Jember-
7 Banyuwangi (lewat Tanggul dan lewat Kencong yang juga melewati kota Lumajang). Terminal ini juga melayani jalur Bus Patas (cepat terbatas) JemberYogya, Jember-Surabaya, Jember-Malang, serta Jember-Denpasar.
Alat dan Bahan a. b. c.
a. b. c.
Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain : Peralatan untuk mengumpulkan data (meteran, alat tulis, buku sketsa, kamera digital) Alat-alat gambar Program untuk deliniasi peta dengan AutoCAD 2010, serta untuk mengolah data responden kuesioner dengan Ms. Office Excel 2007. Sedangkan bahan yang digunakan adalah : Buku-buku sebagai referensi dan tinjauan pustaka Peta tata ruang sebagai acuan Kuisioner untuk wawancara
Tahapan dan Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas kegiatan persiapan dengan pembuatan proposal serta pengurusan perizinan, kemudian inventarisasi yaitu dengan pengambilan data di lapangan dan melalui pustaka, analisis sintesis dengan metode matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat), kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rencana pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun sesuai tujuan penelitian, dan diakhiri dengan pembuatan laporan akhir. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survey lapang yaitu pengamatan secara langsung dan pengisian kuesioner serta wawancara dengan responden. Selain itu juga dilakukan pendekatan terhadap pustaka untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Metode Pengambilan Data Kegiatan pengambilan data dilakukan secara langsung di lokasi penelitian maupun melalui tinjauan pustaka. Data yang dikumpulkan meliputi aspek ekologi, aspek sosial budaya, aspek legal, serta aspek pengelolaan. Data tersebut difokuskan pada RTH eksisting serta pengelolaannya saat ini yang ada pada lokasi penelitian (Tabel 1). Kemudian dilakukan pembuatan peta dasar berdasarkan deliniasi batasan Terminal Tawang Alun. Data ini diambil dari masterplan yang dimiliki oleh terminal dan diperkuat dengan wawancara terhadap pihak pengelola. Data ini didapatkan dari kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Jember. Kemudian dilakukan pengukuran secara langsung pada tapak untuk mendapatkan data pengukuran yang lebih akurat. Selain pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi lapang secara langsung pada lokasi penelitian dan studi tinjauan pustaka, pengambilan data juga dilakukan dengan cara wawancara kepada pihak pengelola dan pengguna, serta penyebaran kuesioner kepada pengguna. Penentuan sample wawancara dan kuesioner dilakukan dengan dua cara yaitu kepada Key persons
8 dan sample terhadap sejumlah responden. Key persons adalah pihak yang memiliki posisi paling penting dalam penentuan kebijakan pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun Jember. Metode untuk menentukan jumlah responden wawancara dan kuesioner pengguna adalah dengan menggunakan metode Slovin yang disitasi Umar (2005) dengan rumus berikut: π=π/(1+ ππ2 ) Keterangan: n : jumlah responden yang dibutuhkan N : ukuran populasi e : batas ketelitian Tabel 1 Jenis Data yang Diperlukan Jenis Data
Unit
Sumber
Kegunaan
Ekologis Kondisi Umum Letak
koordinat
Batasan
m2
Vegetasi
unit
Pihak pengelola Pihak pengelola dan Lapang Lapang
Analisis deskriptif Zonasi peta dasar Analisis untuk evaluasi kondisi RTH Eksisting
Iklim
kelembaban
derajat celsius %
curah hujan
mm/tahun
BMG
orang
Pihak pengelola Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner
Analisis deskriptif pengguna
dokumen
Pustaka
Analisis deskriptif sebagai acuan dalam rencana pengelolaan
program pengelolaan
Program
Pihak pengelola
organisasi pengelola
-
Pihak pengelola
Jumlah tenaga kerja Jadwal dan alokasi waktu Bahan dan alat
Orang Unit
Pihak pengelola Pihak pengelola Pihak pengelola
Pembiayaan
Rupiah
Pihak pengelola
suhu
BMG BMG
Analisis daya dukung
Sosial Budaya jumlah pengguna karakteristik pengguna (Usia) aktivitas dan perilaku pengguna
tahun -
Aspek Legal Peraturan dan Perundangan terkait Aspek Pengelolaan
Analisis deskriptif untuk mengetahui kondisi dan tujuan pengelolaan saat ini
9 Metode Pengolahan Data Pengolahan dan penyusunan data yang telah dikumpulkan pada tahap inventarisasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang deskripsi kondisi biofisik pada lokasi penelitian, deskripsi sosial budaya pengguna pada lokasi penelitian, dan deskripsi kegiatan pengelolaan yang ada saat ini. Data yang ada kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi dan kendala pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun. Pengolahan data yang dilakukan adalah digitalisasi RTH TTAJ,analisis deskriptif, serta analisis karakteristik dan persepsi pengguna. a.
Digitalisasi RTH TTAJ Data kondisi di lapangan didigitalisasi dengan menggunakan program AutoCAD. Data yang didigitalisasi merupakan data deliniasi batasan kawasan terminal, lahan terbangun, serta posisi dan jumlah RTH eksisting pada lokasi penelitian. Data ini kemudian dijadikan sebagai peta dasar yang digunakan sebagai acuan penelitian. b.
Analisis Deskriptif Analisis yang dilakukan untuk mengolah data inventarisasi yang didapat dari pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan pengelola, serta melalui studi pustaka. Analisis ini digunakan untuk menganalisis potensi dan kendala yang ada pada aspek ekologi dan biofisik, aspek sosial budaya, serta aspek pengelolaan yang telah dilakukan (Sandy 2010). c.
Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengguna Analisis ini dilakukan dengan cara wawancara serta penyebaran kuisioner kepada para pengguna terminal Tawang Alun Jember dengan jumlah yang ditentukan dengan metode Slovin. Responden untuk kuesioner dipilih secara acak. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan tentang karakteristik pengguna, persepsi terhadap kondisi terminal, serta harapan pengguna untuk pengelolaan lanskap terminal Tawang Alun Jember. Lembar kuisioner tersebut yang diberikan kepada responden dilampirkan (Lampiran 1). Jawaban dari kuesioner selanjutnya diolah dengan menggunakan Ms. Excel. Metode Analisis SWOT Metode analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan RTH TTAJ adalah metode analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti 1997). Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui atau melihat kondisi pengelolaan RTH TTAJ saat ini dengan membandingkan faktor internal dari kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan degan pembobotan dan pemberian rating (Sandy 2010). Kerangka atau tahapan kerja dengan menggunakan analisis SWOT adalah sebagai berikut: a.
Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua faktor kekuatan
10 dan kelemahan tersebut, serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor-faktor tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal adalah untuk mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman yang ada (David 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan RTH TTAJ. b.
Penentuan Bobot Setiap Variabel Setelah diketahui faktor internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan tingkat kepentingannya. Pemberian nilai tingkat kepentingan dilakukan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai berikut (Kinnear dan Taylor 1991): 5 = sangat penting 4 = penting 3 = cukup penting 2 = kurang penting 1 = sangat kurang penting Untuk faktor kekuatan dan peluang, semakin besar tingkat kepentingannya maka akan bernilai semakin besar, sedangkan untuk faktor kelemahan dan ancaman bernilai sebaliknya. Setelah mendapatkan nilai tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (perbandingan berpasangan). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai berikut (David 2008): 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor 1991). c.
Penentuan Peringkat (Rating) Nilai pembobotan pada setiap variabel kemudian dikalikan dengan peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor pembobotan. Total skor pembobotan didapatkan dari hasil penjumlahan skor pembobotan dari semua faktor strategis. Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa faktor internal lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5 maka dinyatakan faktor internal kuat. Hal yang sama juga berlaku untuk total skor pembobotan EFE (David 2008). Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan dalam matriks Internal-Eksternal (IE) (Gambar 3). Pemetaan ke Matriks IE bertujuan untuk mengetahui kondisi pengelolaan yang ada pada saat ini berdasarkan faktorfaktor internal eksternal. Matriks IE terbagi menjadi sembilan kolom dengan pembagian kolom I, II, dan IV untuk strategi yang tumbuh dan membangun
11 (Growth and Build); kolom III, V, dan VII untuk strategi yang mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX untuk strategi pemanenan dan divestasi (Harvest and Divest) (David 2008). Nilai total skor pembobotan dipetakan pada Matriks IE untuk mengetahui posisi pengelolaan RTH TTAJ saat ini pada kolom-kolom yang ada. Posisi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dan menyusun strategi yang tepat untuk pengelolaan RTH TTAJ. d.
Penyusunan Alternatif Strategi Alat bantu untuk menyusun strategi pengelolaan RTH TTAJ adalah matriks SWOT (Tabel 2) yang berisi kemungkinan strategi alternatif yang dapat digunakan. Terdapat empat jenis strategi yang dihasilkan, yaitu: 1. Strategi SO, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengambil peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST, yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO, yaitu dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan. 4. Strategi WT, yaitu dengan meminimalisir kelemahan-kelemahan untuk menghindari ancaman.
Gambar 3 Matriks Internal Eksternal Matriks SWOT tersebut dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi pengelolaan RTH TTAJ sehingga kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diminimalisir dan diatasi.
12 e.
Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi Penentuan rangking prioritas strategi yang telah dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait dan berpengaruh dalam strategi tersebut. Kemudian dilakukan penjumlahan skor pembobotan dari masingmasing faktor tersebut. Hasil perhitungan tersebut menjadi nilai bagi strategi yang ada. Penentuan rangking prioritas dilakukan berdasarkan urutan nilai strategi yang terbesar hingga yang terkecil. Perangkingan ini dilakukan secara subyektif dengan memaksimumkan kekuatan (Strenght) dan peluang (Opportunity) serta meminimumkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Tabel 2 Matriks SWOT Eksternal Internal
Opportunities
Threats
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk Strenghts mengatasi ancaman yang dihadapi Mendapatkan keuntungan dari Meminimumkan kesempatan yang ada untuk kelemahan dan Weakness mengatasi kelemahanmenghindari ancaman yang kelemahan ada Sumber: Rangkuti (1997) Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
Strategi Pengelolaan RTH TTAJ Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana program pengelolaan RTH sesuai dengan strategi yang telah dihasilkan dari analisis. Rencana pengelolaan tersebut meliputi struktur organisasi pengelola berdasarkan peranan serta deskripsi pekerjaan yang dimiliki olehmasing-masing bagian pengelola, kemudian dilakukan penghitungan tenaga kerja yang dibutuhkan, penyusunan jadwal kerja yang sesuai, penghitungan jumlah alat dan bahan yang digunakan dalam pengelolaan, hingga menghitung pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk usaha pengelolaan yang dilakukan. Selain itu, disusun juga strategi-strategi lainsebagai rekomendasi terhadap pengelolaan RTH TTAJ selanjutnya.
13
HASIL PENELITIAN Analisis Situasional Lokasi Penelitian Terminal Tawang Alun merupakan salah satu terminal yang terbesar dan memiliki peran yang sangat penting untuk moda transportasi umum di Kabupaten Jember. Terminal Tawang Alun melayani semua trayek angkutan kota, Mobil Penumpang Umum (MPU) untuk angkutan perdesaan, serta angkutan Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) yang melayani perjalanan menuju kota Surabaya, Malang, Banyuwangi, hingga Denpasar. Oleh karena itu memiliki peranan yang sangat penting terhadap mobilitas masyarakat baik yang berasal dari Jember maupun perjalanan untuk menuju ke Jember. Transportasi dalam kota Jember dapat dilayani oleh jasa angkutan kota dengan jumlah sebanyak 19 trayek. Masing-masing trayek ditandai dengan kode berupa huruf. Trayek tersebut menghubungkan Terminal Tawang Alun sebagai pusat dengan beberapa terminal lain yang ada di kota Jember seperti Terminal Arjasa, Terminal Pakusari, dan Terminal Ajung. Selain itu juga menghubungkan beberapa lokasi penting yang dijadikan endpoint/titik balik bagi angkutan kota, misalnya Kampus UNEJ, Alun-Alun Jember, Pasar Tanjung, pusat perdagangan, dan lain sebagainya. Terminal Tawang Alun terletak di jalan Brawijaya, Kec. Rambipuji, Kabupaten Jember. Letaknya yang berada di pinggir jalan raya memudahkan pengguna untuk mengakses terminal ini (Gambar 4). Bagian sebelah utara TTAJ dibatasi oleh Jalan Brawijaya dan pertokoan, bagian timur dan selatan dibatasi oleh lahan pertanian, sedangkan bagian barat dibatasi oleh permukiman warga (Gambar 11). Luas keseluruhan Terminal Tawang Alun adalah 27.179,30 m2 dengan pembagian tata ruang terminal yang terdiri atas lima bagian, yaitu: 1) area penerimaan (6.432,47 m2), 2) area pelayanan (7.157,35 m2), 3) area angkutan MPU (3.096,47 m2), 4) area angkutan kota (1.853,65 m2), dan 5) area bus AKDP (8.639,36 m2). Pada area penerimaan terdapat pintu masuk pada bagian timur dan pintu keluar terminal pada bagian barat (Gambar 5), pada bagian depan terdapat pos pengawas Direktorat Lalu Lintas Jalan (DLLAJ) dan signage Terminal Tawang Alun Jember (Gambar 6). Selain itu, juga terdapat dua pos kontrol perjalanan, masing-masing untuk angkutan kota dan angkutan MPU (Gambar 7). Pada area ini juga terdapat taman-taman sebagai kawasan RTH TTAJ. Area angkutan kota adalah tempat angkutan kota menaikkan dan menurunkan penumpang, tidak ada tempat khusus untuk masing-masing trayek karena sebagian besar angkutan kota langsung melanjutkan perjalanan trayeknya setelah menurunkan penumpang. Seperti halnya area angkutan kota, area angkutan MPU adalah tempat angkutan MPU menaikkan dan menurunkan penumpang. Terdapat tempat khusus untuk masing-masing trayek, namun sudah tidak dipergunakan lagi karena angkutan kota lebih memilih untuk parkir menunggu penumpang pada bagian pinggir area tersebut (Gambar 8). Area bus AKDP terletak di bagian paling belakang terminal dengan luas area yang lebih besar daripada area angkutan MPU dan area angkutan kota. Pada area ini terdapat tempat khusus yang dilengkapi dengan penunjuk yang
14 jelas untuk masing-masing trayek. Pada masing-masing area tersebut terdapat pos keamanan, tetapi beberapa pos tidak terlihat adanya petugas keamanan.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4 Bagian Depan Terminal Pada area pelayanan terdapat fasilitas-fasilitas utama yang dimiliki oleh terminal yaitu, peron atau ruang tunggu, kantin, rumah makan, kompleks pertokoan, toilet, musholla, tempat penurunan penumpang bus AKDP, serta Kantor Pusat Terminal Tawang Alun Jember. Koridor pejalan kaki pada area pelayanan ini merupakan penghubung antar area yang lainnya. Peron untuk penumpang angkutan kota dan MPU hanya berupa tempat duduk dari beton, sedangkan peron untuk penumpang bus AKDP berupa sebuah ruangan dengan tembok kaca, terdapat AC, toilet, tempat duduk, serta papan informasi digital (Gambar 9). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan lebih kepada para calon penumpang yang menunggu keberangkatan bus AKDP. Hal ini juga dipengaruhi oleh budaya pengguna jasa angkutan kota dan MPU yang lebih memilih untuk menunggu di pintu keluar atau di kawasan luar terminal sehingga pihak pengelola terminal tidak menyediakan fasilitas yang lebih pada peron kedua area tersebut.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 5 Akses Terminal Tawang Alun Jember: Pintu Keluar (kiri) dan Pintu Masuk (kanan) Fasilitas musholla terletak di bagian selatan area bus yang dilengkapi dengan toilet dan berdekatan dengan warung makan untuk para sopir bus AKDP
15 (Gambar 12). Pada area pelayanan juga terdapat Pos Pengamanan yang menjadi tempat para petugas keamanan berkumpul. Kantin terletak diantara area angkutan MPU dan angkutan kota, terdapat 18 warung masing-masing berukuran 4 meter persegi. Selain itu, terdapat toko makanan kecil, oleh-oleh, maupun counter pulsa (Gambar 10). Fasilitas toilet total berjumlah 11 toilet khusus laki-laki, 11 toilet untuk perempuan, serta 5 toilet yang dapat dipergunakan oleh laki-laki maupun perempuan. Toilet tersebut terletak tersebar merata di kawasan terminal sehingga mudah ditemui oleh para pengguna jasa. Untuk mempergunakan toilet tersebut para pengguna dikenakan tarif yang dibayarkan kepada penjaga yang juga bertugas untuk membersihkan toilet tersebut. Kantor pusat terminal terletak diantara area angkutan MPU dan area Bus AKDP (Gambar 13). Pada kantor tersebut terdapat ruangan Kepala Terminal, ruang administrasi terminal, serta ruang pusat informasi. Jadwal keberangkatan bus AKDP diumumkan melalui pengeras suara oleh pusat informasi tersebut sehingga dapat diketahui oleh calon penumpang yang menunggu di peron bus AKDP. Fasilitas tempat parkir motor terletak di bagian sisi barat terminal. Parkiran tersebut memiliki fasilitas berupa bangunan peneduh, pos petugas keamanan, dan toilet. Selain itu juga terdapat parkiran motor yang terletak di bagian area angkutan MPU (Gambar 14).
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 6 Signage Terminal Tawang Alun Jember
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 7 Pos Kontrol Perjalanan Angkutan: Pos Angkutan Kota (kiri) dan Pos MPU (kanan)
16
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 8 Tempat Khusus Pemberangkatan MPU
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 9 Ruang Tunggu/Peron: Peron Angkutan MPU (kiri) dan Peron Bus AKDP (kanan)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 10 Fasilitas Kantin (kiri) dan Kios (kanan) pada Terminal
Gambar 11 Tata Ruang Eksisting Terminal Tawang Alun Jember
11
17
18 Gambar 11Tata Ruang Eksisting Terminal Tawang Alun Jember
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 12 Musholla Terminal Tawang Alun
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 13 Kantor Pusat Terminal Tawang Alun
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 14 Fasilitas Parkir Motor: Parkir Motor MPU (kiri) dan Parkir Motor Utama (kanan)
19 Aspek Ekologi Iklim dan Cuaca Berdasarkan data dari Cabang Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Kabupaten Jember tahun 2011, rata-rata curah hujan tertinggi pada Kabupaten Jember terjadi pada bulan Desember sedangkan rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus. Banyaknya curah hujan Kec. Rambipuji pada 4 stasiun pengukur secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Gambar 15. Tabel 3 Curah Hujan (mm) Kecamatan Rambipuji Menurut Bulan Tahun 2011 Curah hujan (mm)
stasiun pengukur
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Rata-rata
Rambipuji
282
242
193
191
111
5
0
0
0
102
215
338
139,92
Dam makam
244
305
162
292
125
8
0
0
10
195
262
402
167,08
Curah Malang
251
213
156
262
157
2
5
0
0
34
187
444
142,58
Rawatamtu
267
242
182
338
127
19
7
0
0
69
239
464
162,83
Sumber: Cabang Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Kab. Jember (2012) Tabel 4 Jumlah Hari Hujan Kec. Rambipuji Menurut Bulan (2011) Hari hujan
stasiun pengukur
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Rambipuji
12
14
16
12
7
2
0
0
0
12
12
14
Dam makam
18
13
16
16
7
2
0
0
1
11
18
15
Curah Malang
17
14
14
11
8
1
1
0
0
6
16
15
Rawatamtu
15
13
15
16
8
2
2
0
0
7
15
21
mm
Sumber: Cabang Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Kab. Jember (2012) 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul
Agu Sep Okt Nov Des
Bulan
Gambar 15 Curah Hujan Bulanan Kec. Rambipuji Tahun 2011 Berdasarkan data curah hujan diatas, jumlah bulan basah (> 60 mm) pada tahun 2011 adalah 8 bulan, sedangkan jumlah bulan kering (< 60 mm) adalah 4 bulan, maka dapat dihitung nilai rasio bulan kering terhadap bulan basah (Q) untuk menentukan jenis iklim dengan rumus:
20 π=
jumlah bulan kering Γ 100% jumlah bulan basah
Jadi nilai Q yang didapat adalah = 4/8 X 100 % = 50 %. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson (1951), maka iklim pada Terminal tersebut termasuk kedalam tipe iklim C yaitu daerah agak basah (Koesmaryono dan Handoko 1995). Tanah dan Hidrologi Bentuk topografi lokasi penelitian datar, karena lokasi tersebut merupakan hasil bentukan lahan buatan dengan cara urugan. Seperti daerah Jember lainnya jenis tanah pada lokasi penelitian adalah jenis tanah latosol dan regosol (Maulana 2010). Pada aspek hidrologi, sumber air berasal dari sumber air tanah yang digali dan dipompa sebagai sumber utama kebutuhan air pada terminal, terutama untuk toilet. Kemudian limbah cair yang berasal dari toilet serta saluran drainase dialirkan langsung menuju ke sungai kecil yang terletak di sebelah timur dan selatan terminal. Penyiraman RTH pada terminal hanya mengandalkan turunnya hujan, tidak ada jadwal teratur penyiraman tanaman oleh pihak pengelola terminal. Vegetasi Vegetasi pada RTH terminal cukup beragam yang terdiri dari beberapa jenis pohon, semak, dan tanaman penutup tanah berupa rumput dan herba. RTH tersebut tersebar merata pada kawasan terminal dalam bentuk taman, jalur hijau, serta tanaman dalam pot. Total luas RTH pada kawasan Terminal Tawang Alun Jember adalah sebesar 4.991,62 m2, atau sekitar 17,82% dari total luas wilayah terminal. Sebagian besar berfungsi sebagai elemen estetika pada kawasan terminal (Gambar 16). Terdapat juga vegetasi yang berfungsi sebagai peneduh misalnya pada area parkiran motor dan area tunggu angkutan kota (Gambar 17). Selain itu, terdapat vegetasi yang berfungsi sebagai pembatas sekaligus sebagai pengarah bagi kendaraan umum yang akan meninggalkan terminal, misalnya pada area jalur keluar bus (Gambar 18). Berdasarkan pengamatan pada lokasi, RTH terminal didominasi oleh pohon, sedangkan semak dan tanaman penutup tanah terlihat pada beberapa sudut sebagai penambah estetika lingkungan terminal. Namun kondisi vegetasi tersebut terlihat tidak terawat dengan baik dan terkesan dibiarkan tumbuh liar begitu saja (Gambar 20). Selain itu, tinggi pagar taman yang terlalu pendek menyebabkan pengguna dapat dengan mudah membuang sampah pada area taman (Gambar 19). Oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan pemeliharaan dengan jadwal yang terstruktur dengan baik agar RTH pada kawasan terminal tersebut dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Jumlah dan jenis tanaman penyusun RTH TTAJ dapat dilihat pada Tabel 5. Aspek Sosial Budaya Pengguna Terminal Tawang Alun Jember adalah masyarakat pengguna jasa transportasi umum yang membutuhkan jasa pelayanan baik untuk jarak pendek maupun jarak jauh. Untuk melayani kebutuhan jarak pendek disediakan angkutan kota dan bus DAMRI, untuk jarak jauh disediakan MPU dan bus AKDP, sedangkan untuk tujuan khusus terdapat jasa transportasi berupa Taxi (Gambar 21). Masyarakat yang menggunakan jasa layanan ini tidak hanya berasal dari
21 daerah dalam kota Jember saja, tetapi masyarakat dari luar Jember juga dapat ikut memanfaatkan moda transportasi umum tersebut. Tujuan masyarakat menggunakan moda transportasi tersebut cukup beragam, mulai dari sebagai sarana untuk menuju ke sekolah, tempat kerja, hingga untuk bepergian. Hal ini mempengaruhi intensitas penggunaan terminal. Terdapat kelompok masyarakat yang menggunakan jasa transportasi di terminal secara rutin setiap hari maupun secara berkala baik itu mingguan, bulanan, maupun tahunan.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 16 Taman pada Area Pelayanan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 17 RTH sebagai Peneduh
22
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 18 RTH sebagai Penunjuk Arah pada Jalur Bus AKDP Berdasarkan data dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Balai Pelayanan LLAJ Wilayah V Jember, jumlah MPU mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2011 tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 271 unit. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kabupaten Jember, jumlah penumpang bus cenderung mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 (Jember Dalam Angka 2012). Secara rinci dapat dilihat dari Tabel 6. Peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas terminal perlu dilakukan untuk mencegah tingkat penurunan pengguna jasa transportasi umum yang dapat menimbulkan ledakan jumlah kendaraan pribadi. Usaha tersebut dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi umum sehingga dapat menimbulkan dampak positif untuk mengurangi polusi udara kota Jember.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 19 Tumpukan Sampah pada Taman
23
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 20 Kondisi RTH Terminal Tawang Alun Tabel 5 Jenis dan Jumlah Vegetasi Penyusun RTH TTAJ No
Nama lokal
Nama ilmiah
Jumlah
Satuan
1
Pohon Kersen
Muntingia calabura L.
2
pohon
2
Petai cina
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
4
pohon
3
Bunga kupu-kupu
Bauhinia purpurea Linn.
1
pohon
4
Palem ekor tupai
Wodyetia bifurcata
47
pohon
5
Palem putri
Veitchia merilii (Becc.) Becc.
48
pohon
6
Pepaya
Carica papaya L.
9
pohon
7
Glodogan tiang
Polyalthia longifolia Sonn.
6
pohon
8
Tanjung
Mimusops elengi L.
40
pohon
9
Angsana
Pterocarpus indicus Willd.
48
pohon
10
Cemara gembel
Cupressus papuana
4
pohon
11
Glodogan bulat
Polyalthia fragrans (Dalz.) Bedd.
1
pohon
12
Ketapang
Terminalia catappa L.
7
pohon
13
Lontar
Borassus flabellifer L.
1
pohon
14
Nangka
Artocarpus heterophyllus Lam.
2
pohon
15
Palem aja
Roystenia regia (Kunth) O.F.Cook
4
pohon
16
Palem sadeng Perdu Euphorbia
Lavistona rotundifolia Lam.
2
pohon
Euphorbia milii Ch.Des Moulins
0,72
m2
Codiaeum variegatum Bi.
3
rumpun
19
Puring Semak Palem wregu
Rhapis excelsa (Thunb.) A. Henry
4
batang
20
Teh-tehan
Acalypha macrophylla Oliv.
58
rumpun
21
Bambu jepang
Arundinaria pumila
8
rumpun
22
Duranta
Duranta repens Auct. Non Jacq
1
rumpun
23
Pedilanthus tithymaloides (L.) Poit.
94,27
m2
24
Patah tulang Rumput dan herba Rumput gajah mini
Axonopus compressus (Sw.) Beauv.
592,51
m2
25
Adam hawa
Rhoeo discolor
5,08
m2
26
Telo-telo
Ipomoea batatas (L.) Lam.
785,32
m2
17 18
24
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 21 Jenis Kendaraan Jasa Transportasi: Angkutan Kota (kiri atas), Bus AKDP (kanan atas), Angkutan MPU (kiri bawah), dan Taxi (kanan bawah) Tabel 6 Banyaknya Bus dan Penumpang Menurut Bulan Tahun 2011 Berangkat Datang Bus Penumpang Bus Penumpang 1 7.542 121.052 7.542 94.987 Januari 2 6.786 106.943 6.786 83.884 Februari 3 7.394 116.392 7.394 91.828 Maret 4 7.170 114.741 7.170 90.817 April 5 7.433 113.011 7.433 92.295 Mei 6 7.172 112.908 7.172 91.663 Juni 7 8.554 136.949 8.554 108.327 Juli 8 8.336 133.283 8.336 108.947 Agustus 9 9.095 188.871 9.095 140.732 September 10 Oktober 8.746 134.881 8.746 109.329 11 November 8.499 137.203 8.499 106.754 12 Desember 8.619 141.192 8.619 109.547 95.346 1.557.426 95.346 1.229.110 tahun 2011 75.919 1.635.689 72.717 1.309.404 tahun 2010 tahun 2009 78.310 1.615.512 78.310 1.339.540 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jember (2012) No
Bulan
25 Analisis Karakteristik Pengguna Jasa Penyebaran kuesioner dan wawancara dilakukan terhadap 106 orang responden yang dipilih secara acak untuk mengetahui karakteristik pengguna jasa Terminal Tawang Alun. Jumlah minimum kuesioner didapat dari perhitungan metode Slovin dengan data populasi menggunakan jumlah pengguna jasa terminal pada tahun 2011 (Jember Dalam Angka 2012). Karakteristik yang ditanyakan meliputi sembilan hal, yaitu: 1) Jenis Kelamin, 2) Usia, 3) Pekerjaan, 4) Pendidikan Terakhir, 5) Frekuensi Datang ke Terminal, 6) Status Tempat Tinggal, 7) Tujuan Penggunaan Jasa, 8) Jenis Jasa Transportasi yang Digunakan, serta 9) Kendaraan Menuju Terminal. Data responden terdiri dari 60% orang berjenis kelamin laki-laki dan 40% orang perempuan (Gambar 22). Sebagian besar pengguna jasa berusia 14-25 tahun yaitu sebanyak 84%, kemudian 15% berusia 25-55 tahun, serta 1% responden berusia <14 tahun (Gambar 23). Sebanyak 73% responden masih berstatus pelajar/mahasiswa, 10% sebagai karyawan swasta, 12% sebagai pegawai negeri sipil, 3% sebagai wirausaha, dan 2% tidak menyebutkan pekerjaannya (Gambar 24). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 60% responden adalah lulusan SMA, 27% responden lulusan sarjana, 9% responden lulusan diploma, 2% responden lulusan SMP, dan 2% lulusan SD (Gambar 25).
40% laki-laki 60%
perempuan
Gambar 22 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Jenis Kelamin
1%
15%
14-25 tahun < 14 tahun 25-55 tahun
84%
Gambar 23 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Usia
26 Berdasarkan kuesioner, pengguna jasa terminal sebagian besar merupakan penduduk dalam kota Jember yaitu sebanyak 79% responden, sedangkan 21% responden merupakan penduduk luar kota Jember (Gambar 26). Intensitas penggunaan terminal dapat dilihat dari frekuensi pengguna jasa datang ke terminal yaitu sebanyak 43% datang ke terminal setiap satu bulan sekali, 36% setiap setahun sekali, 8% seminggu 3 kali atau lebih, 4% setiap hari kerja, 4% seminggu sekali, 2% pada akhir pekan, serta 3% baru pertama kali datang ke terminal (Gambar 27). 3%
2% 12% Pegawai Negeri Sipil 10%
Karyawan Swasta Pelajar/Mahasiswa Wirausaha Lain-Lain
73%
Gambar 24 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Pekerjaan 2% 2%
SD
27%
SMA diploma sarjana
9%
60%
SMP
Gambar 25 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Berdasarkan jenis angkutan yang digunakan, 43% responden menjawab menggunakan jasa angkutan kota. Sedangkan 57% responden menggunakan bus AKDP untuk tujuan yang lebih jauh (Gambar 28). Sebanyak 81% responden menggunakan jasa transportasi umum untuk bepergian, 16% untuk sekolah, serta 3% untuk bekerja (Gambar 29). Berdasarkan data kuesioner 62% responden menggunakan kendaraan pribadi, sedangkan 38% responden menggunakan angkutan umum (Gambar 30).
27
21% Penduduk dalam kota Jember Penduduk luar kota Jember 79%
Gambar 26 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Tempat Tinggal 3% 2% 4%
4%
Setiap hari kerja seminggu sekali
8%
seminggu 3 kali atau lebih 36%
sebulan sekali setahun sekali 43%
pertama kali akhir pekan
Gambar 27 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Frekuensi Datang ke Terminal
43% 57%
angkutan kota bus AKDP
Gambar 28 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Jenis Angkutan
28 3% 16% bepergian sekolah bekerja
81%
Gambar 29 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Tujuan
38% angkutan umum kendaraan pribadi 62%
Gambar 30 Karakteristik Pengguna Jasa Berdasarkan Akses Menuju Terminal Analisis Persepsi Pengguna Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil dari data kuesioner. Persepsi pengguna terhadap kebersihan terminal paling tinggi menyatakan cukup dengan persentase 49,06 %; kemudian 40,57 % menyatakan kurang; sedangkan 10,38 % menyatakan baik. Selanjutnya persepsi pengguna terhadap kenyamanan terminal sebanyak 49,06 % menyatakan kurang; 41,51 % menyatakan cukup; dan 9,43 % menyatakan baik. Untuk persepsi pengguna terhadap keamanan terminal, sebanyak 40,57 % menyatakan cukup; 32,08 % menyatakan kurang; dan 27,36 % menyatakan baik. Persepsi pengguna Terminal Tawang Alun Jember dapat dilihat pada Gambar 31. Gambar 32 menunjukkan grafik persepsi pengguna terhadap fasilitas yang ada pada Terminal Tawang Alun Jember. Persepsi pengguna terhadap toilet yang ada paling tinggi menyatakan cukup yaitu sebanyak 67,92 %; kemudian 22,64 % menyatakan baik; dan 9,43 % menyatakan kurang. Persepsi pengguna terhadap peron (ruang tunggu) paling tinggi sebanyak 65,09 % menyatakan cukup; 14,15 % menyatakan kurang; serta 20,75 % menyatakan baik. Untuk tempat ibadah pada terminal (mushola) sebanyak 42,45 % menyatakan baik; 33,96 % menyatakan cukup; dan 21,70 % menyatakan kurang. Kemudian untuk fasilitas kantin, sebanyak 39,62 % menyatakan kurang; 36,79 % menyatakan cukup; dan 23,58 % menyatakan baik. Fasilitas parkir menurut pengguna adalah sebanyak 43,40 %
29 menyatakan kurang; 38,68 % menyatakan cukup; dan 17,92 % menyatakan baik. Sedangkan untuk fasilitas taman yang ada pada terminal, sebanyak 50,00 % menyatakan kurang; 43,40 % menyatakan cukup; dan 6,60 % menyatakan baik. 60,00 50,00 40,00 % 30,00 20,00 10,00 0,00 kebersihan
kenyamanan baik
cukup
keamanan
kurang
Gambar 31 Grafik Persepsi Pengguna Terhadap Suasana Terminal 80,00 70,00 60,00 %
50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 toilet
peron baik
tempat ibadah
kantin
cukup
kurang
parkir
taman
Gambar 32 Grafik Persepsi Pengguna Terhadap Fasilitas Aspek Legal Berdasarkan pasal 3 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, salah satu fasilitas penunjang yang harus ada pada kawasan sebuah Terminal adalah Taman, atau secara umum bisa disebut sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Taman tersebut memiliki banyak fungsi yaitu sebagai sarana untuk memperindah lingkungan terminal, karena taman tersebut sebagai salah satu bentuk RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP). Hal ini tercantum pada pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2007
30 tentang Penataan RTHKP. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor: HK.209/1/2/DRJD/2012 tentang Kebersihan Lingkungan Kerja, Sarana dan Prasarana Transportasi Darat menginstruksikan bahwa pengelola terminal untuk melakukan penghijauan dan memanfaatkan lahan kosong sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta menyusun program pemeliharaannya. Berdasarkan pasal 29 UU nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah perkotaan paling sedikit adalah 20 % dari total luas wilayah tersebut. Aspek Pengelolaan Program Pengelolaan Program Pengelolaan yang dilaksanakan oleh pihak pengelola Terminal adalah kegiatan rutin berupa pengelolaan kebersihan terminal secara keseluruhan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut ini: 1. pembersihan area terminal dengan penyapuan secara rutin 3 kali/hari pada seluruh area pada pukul 05.30, 10.00, dan 16.00. 2. pengangkutan sampah yang ada di area terminal ke tempat penampungan sampah dan diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan Kab. Jember. 3. pembersihan toilet umum secara rutin. 4. pengecatan fasilitas yang dilakukan secara insidental sesuai kebutuhan. Selain itu, juga dilakukan kegiatan pemeliharaan taman-taman yang ada di dalam kawasan terminal, yaitu sebagai berikut ini: 1. penyiraman penyiraman tanaman tidak dilakukan secara rutin. Penyiraman hanya dilakukan sebulan sekali jika tidak turun hujan. Penyiraman tanaman hanya mengandalkan adanya air hujan. Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana seperti gayung dan ember dari sumber air secara langsung. 2. pemupukan pemupukan tanaman dilakukan secara rutin, yaitu sebulan sekali dengan menggunakan pupuk urea sebanyak kurang lebih 10 kilogram untuk seluruh tanaman yang ada di terminal. 3. pemangkasan pemangkasan dilakukan tidak terjadwal. Pemangkasan dilakukan apabila terdapat cabang atau ranting pohon yang dapat dirasa dapat mengganggu aktifitas di terminal. Pemangkasan dilakukan dengan peralatan sederhana seperti parang dan sabit. 4. penyulaman dan penanaman penyulaman dilakukan apabila terdapat lahan pada taman yang terlihat kosong dengan menggunakan tanaman hasil setek atau tunas dari tanaman pada area lain yang masih baik. Organisasi Pengelola Organisasi pengelola RTH Terminal dikepalai oleh Kepala UPT Terminal, yaitu Bapak Gatot Triyono, Amd LLAJ, ST. Kemudian dibawahnya ada Penanggung jawab Kebersihan yaitu Bapak Sukarmin yang memiliki anggota sebanyak 18 orang. Pembagian jumlah tenaga kerja dibagi berdasarkan waktu
31 kerja dan lokasi yang ada di terminal. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada waktu pagi hingga sore adalah 14 pekerja dengan pembagian lokasi untuk landasan bus dikelola oleh 5 orang pekerja, landasan angkutan kota 5 orang, Mobil Penumpang Umum (MPU) 2 orang, serta untuk pemeliharaan taman sebanyak 2 orang. Pada waktu malam hari terdapat 4 orang pekerja yang bertugas untuk semua ruang yang ada di terminal. Bagan organisasi pengelola RTH Terminal Tawang Alun Jember dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33 Struktur Organisasi Pengelola RTH Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan masih sederhana dan jumlahnya terbatas. Peralatan yang dimiliki oleh pengelola terminal adalah sapu dan serokan sebanyak 18 pasang yang diberikan kepada masing-masing petugas kebersihan, 3 unit gerobak sampah, dan 1 buah sabit. Pengelola juga memiliki satu buah bangunan yang berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan peralatan, namun kondisinya kurang baik. Kegiatan pemeliharaan sebagian besar menggunakan swadaya dari petugas kebersihan itu sendiri. Untuk bahan yang digunakan berupa air dan pupuk. Air digunakan untuk menyiram tanaman yang diambil langsung secara manual dari sumber air. Pupuk digunakan untuk menambah zat hara tanah untuk tanaman. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea sebanyak 10 kilogram dalam satu kali pemupukan yang dilakukan dalam 1 bulan. Anggaran Biaya Anggaran untuk pengelolaan RTH terminal oleh Penanggung jawab Kebersihan berasal dari APBD Dinas Perhubungan Kab. Jember yang dikelola oleh UPT. Terminal. Anggaran ini sebanyak 10 % dari total APBD untuk operasional terminal dalam periode satu tahun. Perincian untuk anggaran dana tersebut masih terbatas untuk pengadaan peralatan pemeliharaan dan upah tenaga kerja petugas kebersihan.Jumlah anggaran untuk peralatan pemeliharaan adalah sebesar Rp 4.000.000 untuk satu tahun, sedangkan untuk upah tenaga kerja honorer yaitu sebesar Rp 16.200.000 untuk menggaji 18 orang dengan gaji bulanan sebesar Rp 75.000 untuk masing-masing pekerja selama satu tahun.
32
PEMBAHASAN Aspek Ekologi Iklim Data cuaca pada tahun 2011 menunjukkan fluktuasi jumlah curah hujan yang cukup signifikan. Rata-rata curah hujan harian tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 412 mm. Sedangkan untuk rata-rata hujan harian terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 0,00 mm. Keempat stasiun pengukur pada Kec. Rambipuji mendata sama sekali tidak terjadi hujan pada bulan Agustus. Hal ini seharusnya dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pengelola terminal terutama untuk penyiraman tanaman pada pemeliharaan fisik RTH Terminal. Sebaiknya penyiraman tanaman dapat dijadwalkan secara rutin dengan menggunakan sumber air buatan, jadi tidak hanya mengandalkan air hujan. Iklim tropis pada daerah Jember yang sangat baik untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Apabila dipadukan dengan pengelolaan yang baik maka sifat fisik tanaman pada RTH terminal akan muncul dan dapat berfungsi dengan optimal. Tanah dan Hidrologi Berdasarkan data, jenis tanah pada lokasi penelitian adalah tanah Latosol dan Regosol. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang umum ditemukan pada daerah di Kabupaten Jember lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh posisi Kabupaten Jember yang diapit oleh Pegunungan Iyang dan Pegunungan Ijen. Jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi sehingga sangat cocok untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan tanaman (Sudewa 2011). Selain itu keberadaan sungai sebagai saluran irigasi lahan pertanian di bagian timur dan selatan terminal dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk pemeliharaan RTH Terminal Tawang Alun Jember. Vegetasi Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi, pada RTH terminal Tawang Alun terdapat 26 spesies tanaman. Tanaman-tanaman tersebut terdiri dari jenis tanaman penutup tanah, semak, perdu, hingga pohon. Sebagian besar tanaman tersebut berfungsi sebagai estetika. Selain itu beberapa tanaman berfungsi sebagai peneduh, pengarah, pembatas, dan produksi. Pada saat ini fungsi-fungsi tersebut masih berjalan dengan baik, namun pada beberapa titik RTH tersebut tidak berfungsi sebagai mana mestinya karena kondisinya yang kurang mendapat perhatian penuh dari pihak pengelola. Oleh karena itu, RTH yang sudah ada sebisa mungkin dipertahankan dan mendapatkan pemeliharaan fisik yang baik agar dapat memenuhi fungsinya dengan optimal. RTH pada kawasan terminal berperan penting terhadap aktifitas yang ada di terminal yaitu sebagai ameliorasi iklim mikro untuk meningkatkan kenyamanan. RTH yang ada berfungsi sebagai peneduh dengan cara memberi naungan terhadap sinar matahari, menurunkan suhu udara, menambah kelembaban udara, serta menahan arah angin. Fungsi utama RTH TTAJ adalah sebagai elemen estetika lingkungan terminal. Fungsi tersebut dicapai dengan menghadirkan taman-taman
33 pada lingkungan terminal, terutama pada kawasan peron. Lahan potensial untuk RTH sementara ini hanya dimanfaatkan sebagai tempat reklame (Gambar 34). Aspek Sosial Budaya Berdasarkan data kuesioner, jumlah pengguna terminal berdasarkan jenis kelamin tidak terlalu berbeda secara signifikan. Namun, berdasarkan usia pengguna terminal didominasi oleh pengguna berusia 14-25 tahun dan 25-55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna jasa terminal berada pada usia produktif. Hasil ini disebabkan karena sebagian besar pengguna jasa membutuhkan kendaraan umum untuk mobilitas dalam memenuhi kegiatan mereka sehari-hari. Mobilitas pengguna jasa dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dimiliki oleh para pengguna jasa tersebut. Sebagian besar pengguna adalah pelajar/mahasiswa dan pegawai negeri sipil. Pengguna yang bertempat tinggal di Kota Jember lebih banyak daripada pengguna yang bertempat tinggal di luar Kota Jember. Jenis jasa angkutan dipengaruhi oleh tujuan penggunaan jasa transportasi tersebut. Para pengguna di terminal lebih banyak menggunakan jasa transportasi Bus AKDP dengan intensitas tertinggi adalah satu bulan sekali. Tujuannya penggunaan jasa tersebut sebagian besar adalah untuk bepergian. Sedangkan untuk pengguna yang membutuhkan mobilitas untuk jarak dekat dapat menggunakan angkutan kota yang dapat berhenti dimanapun sehingga pengguna tidak perlu menunggu di dalam terminal. Sebagian besar pengguna menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju ke terminal dan hampir setengahnya memanfaatkan fasilitas parkir yang disediakan oleh pihak terminal. Namun, sepertiga dari jumlah responden menggunakan jasa angkutan umum juga untuk menuju ke terminal. Hal inimenunjukkan bahwa fungsi terminal sebagai tempat pergantian moda transportasi masyarakat masih berjalan dengan baik. Persepsi pengguna terhadap kebersihan terminal adalah cukup baik. Hal ini terlihat dari pendapat responden bahwa jumlah tempat sampah kurang tersedia, terlihat tumpukan sampah pada tempat tertentu yang menimbulkan bau tidak sedap, serta terlihat genangan air pada selokan (Gambar 35). Sampah tersebut menumpuk pada tempat sampah yang melebihi kapasitasnya, selain itu juga terdapat tumpukan sampah pada areal taman. Hal ini disebabkan karena pengguna dapat membuang sampah dengan mudah akibat ketinggian pagar taman yang terlalu rendah. Persepsi pengguna terhadap keamanan terminal adalah cukup baik, namun sebagian besar responden menyatakan bahwa petugas keamanan kurang terlihat dan jumlah pos keamanan masih kurang. Hal tersebut terjadi karena petugas keamanan terpusat di area peron bus, sedangkan beberapa pos keamanan terlihat tanpa petugas keamanan (Gambar 36). Persepsi pengguna terhadap kenyamanan terminal adalah kurang. Sebagian besar pengguna merasakan panas baik diluar maupun didalam bangunan terminal, tempat duduk dalam peron kurang tersedia, dan jalan/paving koridor pejalan kaki banyak mengalami kerusakan (Gambar 37). Hal ini harus segera diatasi oleh pengelola dengan cara memperbanyak pohon peneduh, penambahan jumlah tempat duduk, serta memperbaiki jalan/paving yang rusak. Upaya ini dilakukan untuk memberikan pelayanan yang baik sehingga pengguna jasa merasa nyaman ketika beraktifitas di dalam kawasan terminal.
34
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 34 Reklame pada Teminal
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 35 Tumpukan Sampah Penyebab Bau: Tumpukan pada Tempat Sampah (kiri) dan Sampah pada Taman (kanan) Aspek Legal Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan no. 31 tahun 1995 pasal 3, taman merupakan salah satu fasilitas penunjang yang harus ada pada setiap terminal tipe A. Terminal Tawang Alun adalah salah satu terminal tipe A sehingga penyelenggaraan taman pada terminal ini harus dilakukan dengan baik. Selain itu pemeliharaan taman pada Terminal Tawang Alun sebagai salah satu RTH kota Jember mutlak diperlukan untuk mempertahankan fungsi dan tujuannya.
35
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 36 Pos Keamanan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 37 Jalan/Paving yang Rusak: Paving pada Peron (kiri) dan Jalur Pejalan Kaki (kanan) RTH terminal seharusnya mampu menunjang aktifitas pada terminal terutama sebagai fasilitas yang dapat menambah kenyamanan pengguna jasa transportasi di terminal. Berdasarkan pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP), fungsi taman kota sebagai RTHKP salah satunya adalah sebagai sarana estetika kota. Oleh karena itu untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsinya tersebut, pengelola harus memiliki program pengelolaan yang baik, terutama pada pemeliharaan fisik taman seperti penyiraman, pemupukan, pemangkasan, serta
36 pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hal ini diperkuat dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perhubungan agar pengelola terminal dapat memanfaatkan lahan kosong sebagai RTH serta harus menyusun program pemeliharaannya. Jumlah proporsi RTH eksisting pada TTAJ adalah sebesar 17,82%, sedangkan pada UU nomor 26 tahun 2007 dinyatakan bahwa proporsi RTH publik pada wilayah perkotaan paling sedikit adalah sebesar 20%. Oleh karena itu perlu dilakukan penambahan jumlah RTH pada kawasan Terminal Tawang Alun Jember. Aspek Pengelolaan Beberapa program pengelolaan yang telah dilakukan sudah cukup baik, namun sebagian besar program tidak terjadwal secara rutin. Kegiatan yang dilakukan secara rutin dan terjadwal hanya penyapuan area terminal dan pembersihan toilet. Sedangkan untuk pemeliharaan fisik taman, kegiatan rutin yang dilakukan hanya pemupukan, namun hal tersebut juga dilakukan tanpa melalui perhitungan dosis yang dibutuhkan oleh tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik lain seperti penyiraman, pemangkasan, dan penyulaman dilakukan hanya apabila dirasa perlu oleh pengelola. Hal ini menyebabkan kondisi RTH terminal yang kurang menunjukkan sifat fisik yang optimal. Tanaman sebagai salah satu elemen dalam taman perlu dipelihara keberadaannya. Kegiatan pemeliharaan tanaman merupakan salah satu aspek penting dalam pemeliharaan taman. Keberhasilan pemeliharaan tanaman akan turut menunjang penampilan tanaman itu sendiri. Pada dasarnya tanaman memerlukan perawatan yang baik sesuai dengan kebutuhan dan syarat tumbuhnya. Apabila tidak dirawat dengan baik tanaman tidak akan menampilkan sifat fisik yang diinginkan, layu, berpenyakit, bahkan mati (Arifin 2005). Agar tujuan dari setiap pemeliharaan tercapai, maka pemeliharaan perlu dilakukan secara terjadwal sesuai dengan kebutuhan masing-masing kegiatan. Program pengelolaan tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak dikelola oleh organisasi yang baik. Organisasi pengelola RTH Terminal Tawang Alun sudah ada tetapi belum memiliki suatu bagian yang secara spesifik bertugas untuk pemeliharaan RTH. Pengelolaan lanskap terminal saat ini masih terbatas pada pengelolaan kebersihan dibawah bagian Penanggung Jawab Kebersihan. Sebaiknya terdapat suatu bagian yang bertugas untuk mengatur dan mengawasi pemeliharaan RTH pada Terminal, bisa disebut dengan Penanggung Jawab Pemeliharaan Taman. Zonasi kerja telah dilakukan berdasarkan lokasi, namun hal tersebut kurang efektif untuk pemeliharaan taman karena jumlah dan tingkat pemeliharaan pada masing-masing zona berbeda secara signifikan. Jumlah tenaga kerja kebersihan sudah cukup dan dapat diberdayakan sebagai operator pemeliharaan taman. Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu pelatihan. Alat dan bahan yang dimiliki oleh pengelola terminal masih terbatas. Berdasarkan wawancara dengan Penanggung Jawab Kebersihan, keterbatasan alat tersebut sering menghambat pekerjaan pengelolaan lanskap terminal. Oleh karena itu, sebaiknya diperlukan penambahan alat dan pengadaan bahan secara efektif sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
37 Anggaran biaya yang dikeluarkan saat ini masih terbatas pada pengadaan alat dan bahan serta upah tenaga kerja petugas kebersihan. Anggaran tersebut belum mempertimbangkan anggaran untuk biaya pemeliharaan taman. Biaya pemeliharaan taman perlu dianggarkan secara teliti dan terperinci. Secara umum dapat ditentukan dari hasil pencatatan kegiatan yang dilakukan oleh operator dan supervisor pemelihara taman. Hasil tersebut kemudian dipadukan dengan penjadwalan pemeliharaan taman yang dilakukan dengan baik dan benar untuk mengetahui data kebutuhan alat, bahan, dan tenaga kerja secara akurat (Arifin dan Arifin 2005). Analisis SWOT Strategi pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun Jember dapat ditentukan dengan menggunakan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Terdapat dua jenis faktor yaitu faktor internal (dari dalam) yang terdiri atas kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weakness) serta faktor eksternal (dari luar) yang terdiri atas peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Metode analisis ini disebut dengan metode SWOT. Identifikasi Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal adalah faktor yang dimiliki oleh tapak, faktor ini ditentukan berdasarkan pengamatan di lapangan serta hasil diskusi dengan pengelola dan pengguna. a. Kekuatan 1. Banyaknya jumlah taman yang sudah ada. Lahan yang dijadikan sebagai taman sudah ada pada terminal Tawang Alun Jember. Taman tersebut merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk memperindah lingkungan dan menambah kenyamanan bagi pengguna jasa transportasi di terminal. 2. Lahan potensial untuk pengembangan RTH. Lahan pada terminal masih ada yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Lahan tersebut dibiarkan begitu saja sehingga banyak ditumbuhi oleh rumput liar dan gulma. Lahan tersebut dapat digunakan untuk menambah dan mengembangkan jumlah RTH pada kawasan terminal. 3. SDM dan anggaran yang sudah dipersiapkan. Berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola, anggaran telah ditentukan setiap tahunnya serta jumlah SDM yang cukup, yaitu 18 orang yang telah dibagi dalam masing-masing wilayah kerja. 4. Jadwal rutin pekerja kebersihan. Pekerja kebersihan bekerja berdasarkan jadwal yang rutin. Namun pekerjaan yang dikerjakan hanya penyapuan perkerasan yang dilakukan sebanyak 3 kali/hari pada jam 05.30, 10.00, dan 16.00. 5. Keragaman vegetasi eksisting yang cukup tinggi. Berdasarkan pengamatan dilapangan, RTH eksisiting yang ada pada tapak sangat beragam yang terdiri dari jenis pohon, semak, serta tanaman penutup tanah. Selain itu vegetasi tersebut memiliki fungsi masing-masing yang dapat menunjang aktivitas pengguna jasa transportasi umum di terminal.
38 b. Kelemahan 1. Kurangnya program pemeliharaan taman. Kegiatan pemeliharaan yang ada pada saat ini masih dilakukan secara insidentil tanpa jadwal yang jelas dan terstruktur. Misalnya pemangkasan pada pohon yang dilakukan apabila terlihat tumbuh tidak rapi dan mengganggu pengguna. 2. Kurangnya kepedulian pengguna. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masih terlihat sampah yang berserakan termasuk pada area taman padahal jumlah tempat sampah yang disediakan sudah cukup banyak. 3. Sifat fisik tanaman pada RTH yang belum baik. Tanaman pada RTH Terminal Tawang Alun belum menunjukkan sifat fisik yang maksimal. Hal ini akibat pemeliharaan tanaman yang kurang maksimal, termasuk akibat jadwal pemupukan dan penyiraman yang tidak terstruktur. 4. Keterbatasan alat dan bahan untuk pemeliharaan. Jumlah alat dan bahan yang ada masih sangat kurang. Berdasarkan pengamatan, kurangnya peralatan ini cukup menghambat kinerja para petugas dalam melakukan pemeliharaan lanskap terminal. Sebagian peralatan merupakan swadaya dari para petugas kebersihan. 5. Keterbatasan pengetahuan terhadap pemeliharaan taman. Kegiatan pemeliharaan taman dilakukan secara insidentil sehingga pihak pengelola belum merasa terlalu penting untuk melakukan kegiatan pemeliharaan yang sesuai dengan standar dan prosedur yang dibutuhkan oleh tanaman. Identifikasi Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal adalah faktor yang dari luar yang mempengaruhi tapak, faktor ini ditentukan berdasarkan pengamatan di lapangan serta hasil diskusi dengan pengelola dan pengguna. a. Peluang 1. Jumlah pengguna dan intensitas penggunaan yang tinggi. Berdasarkan pengamatan, pengguna terminal berasal dari dalam maupun luar kota Jember. Sebagian besar pengguna merupakan pelajar dan pekerja yang rutin menggunakan transportasi umum setiap hari kerja, selain itu juga terdapat pengguna yang memanfaatkan angkutan umum untuk bepergian terutama pada waktu akhir pekan. 2. Keinginan pengelola untuk pengelolaan RTH yang lebih baik. Berdasarkan tujuan pengelola adalah menyediakan fasilitas untuk pengguna terminal maka pengelolaan RTH merupakan hal harus dilakukan untuk menunjang aktivitas para pengguna jasa transportasi umum di terminal Tawang Alun Jember. 3. Program pemerintah daerah untuk pengembangan RTH Kota. Sebagai salah satu RTH Kota maka pengelolaan RTH pada terminal akan mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah karena hal tersebut merupakan tanggungjawab bersama untuk menyelenggarakan RTH untuk masyarakat kota Jember.
39 a. Ancaman 1. Vandalisme oleh para pengguna. Berdasarkan pengamatan di lokasi, banyak terdapat sampah pada area taman serta banyak coretan pada beberapa fasilitas terminal seperti bangku tunggu. Vandalisme ini dilakukan oleh para pengguna yang memanfaatkan terminal sebagai tempat umum. Hal ini dipengaruhi banyaknya pengguna terminal yang berstatus pelajar, mulai dari murid sekolah menengah pertama (SMP) hingga mahasiswa. 2. Tingginya peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi masyarakat Jember terutama sepeda motor dapat mempengaruhi intensitas penggunaan transportasi umum. Akibatnya peran terminal sebagai tempat pergantian moda transportasi akan semakin menurun. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kualitas pelayanan pada terminal sehingga masyarakat masih memiliki keinginan untuk menggunakan jasa transportasi umum. 3. Kurangnya kesadaran pengguna terhadap peran dan fungsi RTH Terminal. RTH terminal sebagai fasilitas umum oleh pengguna terminal dianggap sebagai tanggung jawab penuh pengelola terminal, sehingga perilaku pengguna untuk menjaga kebersihan dan keindahan areal taman masih belum optimal. Padahal RTH tersebut memiliki peran dan fungsi untuk menunjang aktivitas pengguna terminal yaitu untuk kenyamanan dan keindahan lingkungan terminal. 4. Gangguan HPT dan cuaca yang tidak dapat diprediksi. Adanya gangguan hama penyakit tanaman (HPT) dan perubahan cuaca yang dapat datang sewaktu-waktu merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan sehingga pengelolaan dengan pencegahan akan lebih baik dan menghemat biaya pemeliharaan RTH terminal. Penilaian Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis Eksternal Setiap faktor strategis internal dan eksternal masing-masing diberikan penilaian berdasarkan tingkat kepentingannya. Nilai tersebut ditentukan oleh pengaruh setiap faktor terhadap pengelolaan RTH terminal (Tabel 7 dan Tabel 8). Tabel 7 Tingkat Kepentingan Faktor Internal RTH TTAJ simbol S1 S2 S3 S4 S5 simbol W1 W2 W3 W4 W5
faktor kekuatan (strenght) Banyaknya jumlah taman yang ada Lahan potensial untuk RTH SDM dan anggaran yang dipersiapkan Jadwal rutin pekerja kebersihan Keragaman vegetasi eksisting faktor kelemahan (weakness) Kurangnya program pemeliharaan Kurangnya kepedulian pengguna Sifat fisik tanaman belum baik Keterbatasan alat dan bahan pemeliharaan Keterbatasan pengetahuan pemeliharaan
tingkat kepentingan kekuatan yang besar kekuatan yang sangat besar kekuatan yang sangat besar kekuatan yang besar kekuatan yang besar tingkat kepentingan kelemahan yang sangat berarti kelemahan yang kurang berarti kelemahan yang berarti kelemahan yang sangat berarti kelemahan yang berarti
40 Tabel 8 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal RTH Terminal simbol O1 O2 O3 simbol T1
faktor peluang (opportunity)
tingkat kepentingan
Jumlah pengguna dan intensitas tinggi Keinginan pengelolaan RTH yang lebih baik Program pengembangan RTH kota pemerintah daerah faktor ancaman (threats)
peluang yang besar peluang yang besar
Vandalisme pengguna
ancaman yang besar ancaman yang sangat besar ancaman yang sedang ancaman yang besar
T2
Tingginya peningkatan kendaraan pribadi
T3 T4
Kurangnya kesadaran pengguna Gangguan HPT dan cuaca
peluang yang sedang tingkat kepentingan
Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Setelah memperoleh nilai tingkat kepentingan masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (Tabel 9 dan Tabel 10), yaitu membandingkan masing-masing faktor terhadap faktor lainnya secara berpasangan. Tabel 9 Penilaian Bobot Strategis Internal Pengelolaan RTH Terminal simbol S1 S1 1 S2 2 S3 2 S4 1 S5 1 W1 1 W2 1 W3 1 W4 1 W5
total bobot 26 0,14 19 0,10 3 23 0,13 3 2 21 0,12 3 1 1 14 0,08 1 1 2 3 18 0,10 1 1 1 1 1 10 0,06 1 2 3 2 1 3 15 0,08 1 2 2 3 2 3 3 19 0,10 1 1 1 3 2 2 3 2 16 0,09 total 181 1 Tabel 10 Penilaian Bobot Strategis Eksternal Pengelolaan RTH Terminal simbol O1 O2 O3 T1 T2 T3 T4
O1 3 1 1 3 1 1
S2 3
S3 2 1
O2 1 1 1 3 3 1
S4 2 1 2
S5 3 1 3 3
O3 3 3 1 2 1 1
W1 4 3 3 2 1
T1 3 3 3 3 2 1
total
W2 3 3 3 3 3 3
T2 1 1 2 1 3 3
W3 3 3 2 1 2 3 1
W4 3 3 2 2 1 2 1 1
T3 3 1 3 2 1 1
W5 3 3 3 3 1 2 2 1 2
T4 3 3 3 3 1 3
total 14 14 13 9 13 13 8 84
bobot 0,17 0,17 0,15 0,11 0,15 0,15 0,10 1
41 Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan tiap bobot adalah: 1. Bobot 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal. 2. Bobot 2 jika indikator faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal. 3. Bobot 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal. 4. Bobot 4 jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting daripada faktor vertikal. Selanjutnya bobot dari setiap faktor dikalikan dengan nilai tingkat kepentingannya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 11 dan Tabel 12). Matriks IFE dan EFE digunakan dalam membuat peringkat prioritas strategi pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun Jember. Tabel 11 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) RTH Terminal Faktor Srategis Internal Kekuatan (Strenght) Banyaknya jumlah taman yang ada Lahanpotensial untuk RTH SDM dan anggaran yang dipersiapkan Jadwal rutin pekerja kebersihan Keragaman vegetasi eksisting Kelemahan (Weakness) Kurangnya program pemeliharaan Kurangnya kepedulian pengguna Sifat fisik tanaman belum baik Keterbatasan alat dan bahan pemeliharaan Keterbatasan pengetahuan pemeliharaan Total
bobot rating
skor
0,14 0,10 0,13 0,12 0,08
4 5 5 4 4
0,56 0,50 0,65 0,48 0,32
0,10 0,06 0,08 0,10 0,09 1
1 4 2 1 2 32
0,10 0,24 0,16 0,10 0,18 3,29
bobot
rating
skor
0,17 0,17 0,15
4 4 3
0,68 0,68 0,45
0,11 0,15 0,15 0,10 1
2 1 3 2 19
0,22 0,15 0,45 0,20 2,83
Tabel 12 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) RTH Terminal Faktor Strategis Eksternal Peluang (Opportunity) Jumlah pengguna dan intensitas tinggi Keinginan pengelolaan RTH yang lebih baik Program pengembangan RTH kota pemerintah daerah Ancaman (Threat) Vandalisme pengguna Tingginya peningkatan kendaraan pribadi Kurangnya kesadaran pengguna Gangguan HPT dan cuaca Total
42 Menurut David (2008), jika nilai total skor IFE dan EFE lebih dari 2,5 maka nilai tersebut menunjukkan kondisi yang kuat. Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE yang ditampilkan pada Tabel 17 dan Tabel 18, kondisi internal dan eksternal RTH Terminal Tawang Alun kuat yaitu sebesar 3,29 untuk kondisi internal dan 2,83 untuk total skor kondisi eksternal. Berdasarkan skor yang didapat dari pembobotan rangking di atas, maka dapat diketahui posisi RTH Terminal Tawang Alun pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melelui matriks internal-eksternal (IE). Matriks IE tersebut memiliki dua dimensi kunci, yaitu skor total matriks IFE pada sumbu x dan total matriks EFE pada sumbu y. Berdasarkan perhitungan diatas, total skor matriks IFE adalah 3,29 dan total skor matriks EFE adalah 2,83 (Gambar 38).
Gambar 38 Matriks Internal-Eksternal (IE) RTH TTAJ Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, RTH Terminal berada pada kuadran IV. Posisi tersebut menunjukkan bahwa RTH Terminal berada pada posisi growth and build. Berdasarkan matriks tersebut maka strategi yang disusun adalah untuk meningkatkan pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun. Secara spesifik, strategi pengelolaan yang dapat digunakan oleh pihak pengelola RTH Terminal akan diperoleh dari matriks SWOT. Matriks SWOT Setelah melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal, untuk mendapatkan strategi pengelolaan yang sesuai adalah dengan menggunakan matriks SWOT (Tabel 13).Selanjutnya terdapat delapan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks faktor internal eksternal, yaitu: 1. Merancang Rencana Program Pengelolaan 2. Pengembangan RTH TTAJ 3. Antisipasi HPT secara Berkala 4. Pembuatan Pagar untuk Antisipasi Vandalisme
43 5. 6. 7. 8. Tabel 13
Pelatihan Tenaga Kerja Pemeliharaan Menambah Jumlah Peralatan Meningkatkan Program Pemeliharaan Fisik Membuat Papan Tulisan Pada Taman Matriks SWOT Pengelolaan RTH TTAJ Peluang (Opportunity)
Faktor (O1) Jumlah pengguna Eksternal dan intensitas yang tinggi
Faktor Internal Kekuatan (Strenght) (S1) Banyaknya jumlah taman yang ada (S2) Lahan potensial pengembangan RTH (S3) SDM dan anggaran yang disiapkan (S4) Jadwal rutin pekerja kebersihan (S5) Keragaman vegetasi eksisting Kelemahan (Weakness) (W1) Kurangnya program pengelolaan (W2) Kurangnya kepedulian pengguna (W3) Sifat fisik tanaman belum baik (W4) Keterbatasan alat dan bahan pemeliharaan (W5) Keterbatasan pengetahuan pemeliharaan
(O2) Keinginan pengelolaan RTH yang lebih baik (O3) Program pengembangan RTH oleh Pemda Strategi SO 1. Merancang rencana program pengelolaan 2. Pengembangan RTH TTAJ
Strategi WO 1. Pelatihan tenaga kerja pemeliharaan 2. Menambah jumlah peralatan 3. Meningkatkan program pemeliharaan fisik
Ancaman (Threat) (T1) Vandalisme (T2) Tingginya peningkatan kendaraan pribadi (T3) Kurangnya kesadaran pengguna (T4) Gangguan HPT dan cuaca Strategi ST 1. Antisipasi HPT secara berkala 2. Pembuatan pagar untuk antisipasi vandalisme
Strategi WT 1. Membuat papan tulisan pada taman
Pembuatan Tabel Rangking Alternatif Strategi Penentuan rangking alternatif strategi dilakukan berdasarkan nilai yang didapatkan dari analisis kuantitatif terhadap skor pembobotan faktor internal eksternal. Faktor-faktor yang dianalisis merpakan faktor yang mempengaruhi strategi tersebut. Setelah semua alternatif strategi mendapatkan nilai, kemudian disusun urutan rangkingdari strategi yang memiliki total nilai yang terbesar hingga yang terkecil (Tabel 14). Urutan rangking tersebut merupakan urutan prioritas pelaksanaan alternatif strategi tersebut. Alternatif strategi yang memiliki nilai total tertinggi adalah merancang rencana program pengelolaan dengan nilai 2,82. Sedangkan alternatif strategi yang memiliki nilai terkecil adalah pembuatan pagar untuk antisipasi vandalisme dengan total nilai 0,61.
44 Tabel 14 Perangkingan Alternatif Strategi Pengelolaan RTH TTAJ Alternatif Strategi Merancang rencana program pengelolaan Pengembangan RTH Terminal Meningkatkan program pemeliharaan fisik Menambah jumlah peralatan Pelatihan tenaga kerja pemeliharaan Antisipasi HPT secara berkala Membuat papan tulisan pada taman Pembuatan pagar untuk antisipasi vandalisme
Faktor yang berpengaruh S1,S3,S4 O2,O3 S2 O1,O3 W1,W2,W3 O2,O3 W1,W3,W4,W5 O2 W1,W3,W5 O2 S1,S5 T4 W1,W2 T2,T3 S1 T1
Total Nilai
Rangking
2,82
I
1,63
II
1,63
III
1,22
IV
1,12
V
1,08
VI
0,94
VII
0,61
VIII
Strategi Pengelolaan Berdasarkan hasil analisis aspek ekologi, sosial budaya, legal, dan pengelolaan kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT sehingga muncul strategi pengelolaan yang dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pihak pengelola RTH Terminal Tawang Alun. Sistem perangkingan alternatif strategi bertujuan untuk menentukan prioritas dari masing-masing strategi tersebut. Alternatif strategi tersebut dibahas secara rinci berikut ini. Merancang Rencana Program Pengelolaan A. Organisasi Pengelola Pemeliharaan taman/RTH terutama pada taman umum diperlukan sistem organisasi yang baik. Sistem organisasi pemeliharaan terdiri dari beberapa seksi secara spesifik dan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja (Arifin dan Arifin 2005). Seksi-seksi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Hal tersebut juga berlaku untuk RTH pada kawasan Terminal Tawang Alun Jember (TTAJ) (Gambar 39). Terdapat perbedaan antara struktur organisasi yang direkomendasikan dengan struktur organisasi pengelola RTH TTAJ pada saat ini. Pengelolaan RTH TTAJ tetap dipimpin oleh Kepala UPT Terminal sebagai pihak yang memiliki kewenangan tertinggi pada Terminal Tawang Alun. Namun, pengelolaan RTH tidak menjadi bagian pekerjaan dari Penanggung Jawab Kebersihan. Selanjutnya terdapat divisi/bagian baru yang disebut Penanggung Jawab Pemeliharaan Lanskap, divisi ini memiliki tanggung jawab penuh untuk merencanakan serta mengawasi jalannya program pemeliharaan RTH di lapangan. Selain itu, Penanggung Jawab Pemeliharaan Lanskap bertugas untuk merencanakan pengorganisasian program pengelolaan dengan baik. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengorganisasian yang baik dilakukan dengan cara: 1. Inventarisasi dan identifikasi fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara.
45 2. Membuat perencanaan pemeliharaan rutin yang mencakup hal berikut: a. Penyusunan standar pemeliharaan fasilitas dan peralatan taman. b. Identifikasi dan pembuatan daftar kebutuhan tugas pemeliharaan rutin secara spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan. c. Penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin. d. Penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan. e. Penentuan kebutuhan tenaga kerja. f. Penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan. g. Penetapan perkiraan waktu pelaksanaan tugas yang tepat. 3. Merencanakan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidentil. 4. Merencanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman. 5. Membuat jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan perorangan, kelompok, maupun untuk kontraktor. 6. Melakukan pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan. 7. Membuat sistem analisis biaya pemeliharaan.
Gambar 39 Rekomendasi Struktur Organisasi Pengelola RTH TTAJ Selanjutnya Penanggung Jawab Pemeliharaan Lanskap membawahi seksiseksi yang terdiri atas tiga bagian yaitu: 1. Seksi Pemeliharaan Tanaman Seksi ini bertugas dalam berbagai pemeliharaan fisik tanaman pada RTH TTAJ. Pemeliharaan tersebut meliputi kegiatan penyiraman, pemangkasan, pemupukan, penyulaman tanaman, penyiangan gulma, serta pengendalian hama penyakit tanaman. 2. Seksi Pemeliharaan Elemen Keras Tugas seksi ini meliputi kegiatan pemeliharaan terhadap elemen keras taman seperti pagar taman, lampu, perkerasan, saluran drainase, dan lainlain. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembersihan, perbaikan, penggantian, pengecatan ulang, dan sebagainya.
46 3. Seksi Logistik dan Pergudangan Tugas seksi ini meliputi pendataan dan perawatan terhadap peralatan pemeliharaan, pembersihan peralatan setelah digunakan, mengontrol kelancaran kerja peralatan, serta melakukan perbaikan apabila terdapat kerusakan. Selain itu seksi ini juga bertanggung jawab dalam hal pengadaan bahan pemeliharaan seperti air, pupuk, dan pestisida. Ketiga seksi tersebut berkoordinasi secara langsung dengan operator pemeliharaan di lapangan dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan RTH TTAJ. Staff lapangan yang ada harus memiliki keterampilan dan kemampuan yang baik dalam melaksanakan setiap kegiatan pemeliharaan RTH TTAJ. B.
Jadwal dan Metode Kerja Jadwal pemeliharaan merupakan kerangka waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan. Tujuan penyusunan jadwal adalah agar pelaksanaan kegiatan pemeliharaan teratur dan terstruktur dengan baik sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan yang diperlukan untuk RTH TTAJ. Jadwal ini disusun dalam bentuk tabel/gambar yang mudah dipahami oleh operator pemeliharaan taman/RTH TTAJ. Hal-hal yang tertera dalam jadwal pemeliharaan meliputi perincian jenis kegiatan pemeliharaan; waktu pelaksanaan; pelaku dan penanggung jawab; keperluan jumlah tenaga kerja, peralatan, dan bahan; prosedur pelaksanaan kegiatan; serta standar dan target capaian pekerjaan. Kegiatan pemeliharaan dapat diuraikan berdasarkan kebutuhan waktu dan frekuensi pelaksanaannya (Arifin et al. 2008) (Tabel 16). Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan harus dilakukan dengan prosedur pelaksanaan yang benar. Kegiatan pemeliharaan taman untuk mencapai target yang diharapkan dilakukan dengan mengetahui syarat-syarat standar umum pelaksanaan pemeliharaan, selain itu operator harus mengetahui peralatan standar dan jumlah bahan yang sesuai dengan kebutuhan (Arifin dan Arifin 2005) (Lampiran 2). C.
Tenaga Kerja Tenaga kerja pemeliharaan taman merupakan faktor yang penting sebagai pelaku utama di lapangan. Keterampilan dan keahlian operator pemeliharaan taman sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas kegiatan pemeliharaan taman/RTH. Efektifitas kerja operator pemeliharaan taman sangat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu (Arifin dan Arifin 2005): 1. Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh para operator pemeliharaan taman. 2. Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman. 3. Ketersediaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan. 4. Tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan. 5. Kelancaran komunikasi antara pimpinan (manajer) dengan para mandor dan antara mandor dengan operator pemeliharaan taman di lapangan. Kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan luasan taman yang dipelihara dapat dihitung berdasarkan pengukuran terhadap kapasitas kerja operator pemeliharaan (Tabel 15). Selain itu kebutuhan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh laju kerja pegawai dan jumlah jam kerja produktif pegawai yang dicapai dalam rata-rata
47 mingguan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pemeliharaan RTH TTAJ dapat dilihat pada Tabel 17. Penggunaan tenaga kerja yang terampil berguna dalam pemanfaatan waktu kerja, penggunaan peralatan pemeliharaan, serta pengadaan bahan pemeliharaan yang efisien. Tenaga kerja yang kurang atau belum terampil dapat ditingkatkan kemampuannya dengan melalui pelatihan. Tabel 15 Kapasitas Kerja Operator Pemeliharaan Taman Kapasitas kerja/jam1 400
Kebutuhan kerja2 592,51
pembersihan/penyapuan perkerasan
800
3610,77
m2
3
penyiraman rumput dan tanaman penutup tanah
150
592,51
m2
4
penyiraman semak
150
171,59
m2
5
250
592,51
m2
10
171,59
m2
40
171,59
m2
8
pemangkasan rumput dengan mesin gendong pamangkasan semak dan groundcover gunting pangkas penyiangan dan penggemburan semak dengan kored pemupukan organik rumput
100
592,51
m2
9
pemupukan organik penutup tanah
100
790,40
m2
10
pemupukan organik semak
100
171,59
m2
11
pemupukan anorganik rumput
200
592,51
m2
12
pemupukan anorganik penutup tanah
200
790,40
m2
13
200
171,59
m2
500
790,40
m2
500
171,59
m2
16
pemupukan anorganik semak penyemprotan pestisida penutup tanah dengan sprayer gendong penyemprotan pestisida semak dengan sprayer gendong penyulaman tanaman rumput (lempeng)
10
592,51
m2
17
penyulaman penutup tanah
3
790,40
m2
18
penyulaman semak
3
171,59
m2
19
penyiraman pohon pemangkasan bentuk pohon dengan gunting pangkas penyiangan dan penggemburan pohon dengan cangkul
15
226
pohon
5
226
pohon
7
226
pohon
No
Jenis kegiatan pemeliharaan taman
1
pembersihan/penyapuan rumput
2
6 7
14 15
20 21
Satuan m2
Sumber: 1 Nia (1992) disitasi Arifin dan Arifin (2005) 2 Pengamatan lapangan Perlu dilakukan pengawasan dari setiap pekerjaan dan individu tenaga kerja untuk mendapatkan hasil kegiatan pemeliharaan yang diharapkan. Untuk meningkatkan motivasi kerja operator pemeliharaan taman dapat dilakukan dengan cara memberikan bonus serta jaminan keselamatan dan keamanan kerja. Hak-hak tenaga kerja harus dipenuhi karena hal tersebut telah diatur oleh perundang-undangan ketenagakerjaan serta standar peraturan daerah.
Frekuensi Pemeliharaan harian mingguan bulanan triwulan semesteran tahunan insidental 1 pembersihan/penyapuan areal taman v 2 pembuangan sampah v 3 penyiraman tanaman v 4 pembersihan/pemangkasan ranting-ranting kering v 5 penggemburan dan aerasi tanah v 6 penyiangan gulma v 7 pemotongan rumput v 8 pemangkasan semak v 9 pemangkasan bentuk semak dan pohon v 10 pencegahan hama penyakit v 11 pembersihan hardscape taman v 12 pemupukan rumput, groundcover, semak v 13 pemupukan pohon v 14 pemangkasan ranting/dahan pohon v 15 peremajaan tanaman v 16 pengecatan ulang hardscape v 17 penataan ulang/redesign taman v 18 evaluasi pemeliharaan v 19 penyulaman tanaman v Sumber: Arifin dan Arifin (2005) no
Kegiatan Pemeliharaan
48
Tabel 16 Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman
49 Tabel 17 Jumlah Tenaga Kerja Pemeliharaan RTH TTAJ No 1 2
Jabatan Penanggung Jawab Pemeliharaan Lanskap Seksi Pemeliharaan Tanaman
3
Seksi Pemeliharaan Elemen Keras
4
Seksi Logistik dan Pergudangan
5
Staff Lapangan
Pekerjaan merencanakan serta mengawasi jalannya program pemeliharaan RTH TTAJ merencanakan serta mengawasi kegiatan pemeliharaan fisik tanaman merencanakan serta mengawasi kegiatan pemeliharaan elemen keras pada lanskap TTAJ bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penyimpanan alat dan bahan pemeliharaan RTH TTAJ melaksanakan kegiatan pemeliharaan fisik tanaman dan elemen keras di lapangan
Jumlah (orang) 1 1 1
1 6
D.
Alat dan Bahan Peralatan pemeliharaan digunakan untuk membantu meringankan beban pekerjaan operator pemelihara taman/RTH. Penggunaan peralatan yang sesuai akan mempermudah kegiatan pemeliharaan sehingga waktu yang dihabiskan untuk kegiatan pemeliharaan akan berjalan dengan efisien dan efektif. Hal ini akan berpengaruh terhadap pengurangan biaya tenaga kerja pemeliharaan (Sternloff dan Warren 1984). Kebutuhan jenis dan jumlah peralatan yang digunakan dapat diketahui melalui jenis kegiatan pemeliharaan yang dilakukan. Bahan pemeliharaan yang digunakan harus disediakan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada taman/RTH. Jumlah bahan yang disediakan tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Hal-hal yang mempengaruhi kebutuhan bahan adalah jenis tanaman yang dipelihara, usia tanaman, waktu pemeliharaan, serta iklim dan cuaca. Bahan pemeliharaan taman/RTH sedikitnya meliputi air untuk penyiraman, pupuk untuk nutrisi tanaman, dan pestisida untuk pengendalian hama penyakit tanaman. Dosis bahan yang digunakan berbeda-beda tergantung pada kebutuhan masing-masing tanaman. E.
Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya (RAB) perlu disusun sebagai acuan dalam hal pendanaan kegiatan pemeliharaan taman/RTH. Selain itu, RAB disusun dengan tujuan efisiensi dan efektifitas kegiatan pemeliharaan. Oleh karena itu, RAB harus disusun dengan rinci dan teliti. Penyusunan anggaran biaya tergantung pada beberapa hal berikut (Arifin dan Arifin 2005): 1) luas areal taman, 2) desain taman dan intensitas penggunaan elemen-elemen taman, 3) standar biaya tenaga kerja harian, honorer, dan pegawai tetap, 4) kelengkapan dan efektifitas peralatan pemeliharaan taman, 5) bahan habis pakai, serta 6) biaya tenaga supervisor dan tenaga ahli. Biaya pemeliharaan yang diperlukan dihitung berdasarkan kapasitas kerja dan kebutuhan kegiatan pemeliharaan RTH di Terminal Tawang Alun Jember (Tabel 18 dan 19). Jumlah biaya untuk periode satu tahun adalah sebesar Rp 41.960.423 (empat puluh juta sembilan ratus enam puluh ribu empat ratus dua puluh tiga rupiah. Sedangkan untuk pengadaan bahan diperlukan dana sebesar Rp 8.817.780 (delapan juta delapan ratus tujuh belas ribu tujuh ratus delapan puluh rupiah).
50 Pengembangan RTH pada Terminal Tawang Alun Jember Strategi ini dapat dilaksanakan dengan cara memanfaatkan lahan dan lokasi yang potensial pada kawasan terminal. Pengembangan RTH dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah RTH atau meningkatkan kualitas RTH yang ada pada saat ini. Pengembangan RTH pada TTAJ dilakukan dengan tujuan dan fungsi tertentu. Fungsi penanaman RTH yaitu sebagai ameliorasi iklim mikro untuk meningkatkan kenyamanan, rekayasa lingkungan, keperluan arsitektural, dan estetika/keindahan lingkungan. Untuk peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan variasi jenis tanaman, terutama untuk jenis-jenis lokal. Tanaman dalam lanskap dapat mengendalikan iklim dengan cara memberi naungan dari sinar matahari, menurunkan suhu udara, menambah kelembaban udara, menahan angin, dan menahan silau. Fungsi ini dapat dikontrol dengan penggunaan jenis tanaman pohon, semak, serta rumput yang sesuai. Tanaman dipergunakan untuk merekayasa lingkungan agar terbentuk kualitas lingkungan yang baik dengan cara mengendalikan sistem air (hidrologi), mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan, memperbaiki aroma udara, dan menjadi habitat bagi satwa, terutama satwa burung. Tanaman dalam lanskap juga digunakan untuk keperluan arsitektural seperti membentuk ruang, membagi ruang, pembatas (border), penutup (screen), dan pengarah. Sedangkan untuk fungsi estetika, tanaman dapat menampilkan ciri fisik yang dapat diindera oleh manusia seperti komposisi warna, bentuk, tekstur, ukuran, dan aroma. Selain itu tanaman juga dapat membingkai pandangan, memberi latar belakang, menonjolkan obyek tertentu, melembutkan garis dan massa bangunan, menyatukan elemen arsitektur bangunan, serta menciptakan pola bayangan. Penambahan RTH yang direkomendasikan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: 1. Pembuatan taman baru Pembangunan taman baru dapat dilaksanakan pada lahan yang belum dimanfaatkan. Pembuatan taman baru juga bertujuan untuk membantu mengurangi polusi udara pada lingkungan terminal dengan sifat tanaman yang dapat menyerap gas polutan dan menjerap partikel padat. Tanaman yang efektif dalam hal ini memiliki ciri-ciri berdaun jarum, berbulu, bersisik, kasar dan bergerigi, serta memiliki permukaan daun yang lengket. Selain itu, dapat dipergunakan juga tanaman berdaun tebal. Beberapa jenis tanaman yang dapat menyerap polusi kendaraan bermotor yaitu (Dahlan 1992): a. Damar (Agathis alba) b. Mahoni (Swietenia macrophylla) c. Glodogan Tiang (Polyalthea longifolia) d. Tanjung (Mimusops elengi) e. Daun Kupu-Kupu (Bauhinia purpurea) f. Petai Cina (Leucaena leucocephala) g. Akasia (Acacia auriculiformis) h. Beringin (Ficus benjamina) 2.
Pembuatan ecoscreen Ecoscreen adalah suatu bentuk RTH yang berupa tanaman merambat yang ditanam dalam pot/planter box dan dirambatkan melalui rangka kawat. Ecoscreen dapat digunakan untuk menambah estetika lingkungan terminal. Tanaman
51 yangdigunakan pada Ecoscreen adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat. Ecosreen dapat dibuat dengan biaya yang relatif murah serta memiliki tingkat pemeliharaan semiintensif sehingga biaya pemeliharaannya juga tidak terlalu tinggi. Ecoscreen ini sangat cocok untuk ditempatkan pada area pelayanan terminal. Selain itu, pembuatan Ecoscreen juga dapat menggunakan pot gantung. 3.
Pembuatan vertical garden RTH yang dapat ditambahkan dapat berupa vertical garden (Gambar 40). Hal ini dilakukan untuk antisipasi ruang sempit. Jumlah vertical garden yang direkomendasikan adalah sebanyak 1.130 m2. Lokasi untuk rekomendasi pembuatan vertical garden dapat dilihat pada Gambar 41. Namun, vertical garden memiliki tingkat pemeliharaan yang tinggi sehingga membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi pula.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 40 Contoh Vertical Garden Meningkatkan Program Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan fisik yang dilakukan secara teratur dan terencana bertujuan untuk mencapai standar penampilan elemen taman secara maksimal. Untuk mencapai standar penampilan tersebut, diperlukan syarat-syarat umum pelaksanaan perawatan taman dan kebersihan, baik untuk elemen lunak taman (soft materials) maupun elemen pelengkap taman berupa bangunan taman (hard materials) (Lampiran 3 dan 4). Pemeliharaan fisik pada RTH terminal perlu ditingkatkan daripada sebelumnya untuk mendapatkan penampilan fisik RTH yang paling optimal. Peningkatan pemeliharaan fisik yang utama meliputi penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama penyakit tanaman, pemupukan, penyulaman, penggemburan dan aerasi tanah, serta penyiangan gulma. A. Penyiraman Tujuan Penyiraman Air merupakan kebutuhan utama bagi tanaman. Secara alami tanaman mendapatkan air dari proses pengembunan, pengabutan, hujan, serta penyerapan air tanah oleh akar. Namun, seringkali jumlah air yang tersedia lebih sedikit daripada jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman terutama pada saat musim kemarau. Oleh karena itu, kegiatan pemeliharaan yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara rutin dan teratur adalah penyiraman.
51 Tabel 18 Biaya Pemeliharaan RTH TTAJ
rumput penyapuan penyiraman pemangkasan pemupukan organik pemupukan anorganik penyemprotan pestisida penyulaman perdu dan semak penyiraman pemangkasan penyiangan gulma pemupukan organik pemupukan anorganik penyemprotan pestisida penyulaman pohon penyiraman pemangkasan penyiangan gulma pemupukan organik pemupukan anorganik penyemprotan pestisida penyulaman perkerasan penyapuan
Kapasitas kerja
Kebutuhan kerja
Satuan
Total waktu
Frekuensi
Kebutuhan per tahun
HOK/tahun
Biaya/HOK
Total
400 150 250 100 200 500 10
592,51 592,51 592,51 592,51 592,51 592,51 592,51
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
1,48 3,95 2,37 5,93 2,96 1,19 59,25
harian harian bulanan triwulan triwulan bulanan insidental
260 260 12 4 4 12 3
48,14 128,38 3,56 2,96 1,48 1,78 22,22
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2.407.072 6.418.858 177.753 148.128 74.064 88.877 1.110.956
150 10 40 100 200 500 3
171,59 171,59 171,59 171,59 171,59 171,59 171,59
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
1,14 17,16 4,29 1,72 0,86 0,34 57,20
harian bulanan mingguan triwulan triwulan bulanan insidental
260 12 52 4 4 12 3
37,18 25,74 27,88 0,86 0,43 0,51 21,45
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.858.892 1.286.925 1.394.169 42.898 21.449 25.739 1.072.438
15 5 7 7 7 15 3
226 226 226 226 226 226 226
ohon pohon pohon pohon pohon pohon pohon
15,07 45,20 32,29 32,29 32,29 15,07 75,33
mingguan semesteran bulanan semesteran semesteran bulanan insidental
52 2 12 2 2 12 3
97,93 11,30 48,43 8,07 8,07 22,60 28,25
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
4.896.667 565.000 2.421.429 403.571 403.571 1.130.000 1.412.500
800
3610,77
260
146,69
Rp
50.000
Rp
7.334.377
m2
4,51
harian
52
Jeniskegiatan
52 Lanjutan Tabel 18 penutup tanah penyiraman
150
790,4
m2
5,27
2
mingguan
53
34,91
Rp
50.000
Rp
1.745.467
pemangkasan
10
790,4
m
79,04
triwulan
4
39,52
Rp
50.000
Rp
1.976.000
penyiangan gulma
40
790,4
m2
19,76
bulanan
12
29,64
Rp
50.000
Rp
1.482.000
790,4
2
7,90
triwulan
4
3,95
Rp
50.000
Rp
197.600
2
1,98
Rp
50.000
Rp
98.800
pemupukan organik
100
pemupukan anorganik
200
penyemprotan pestisida penyulaman
790,4
m m
3,95
triwulan
4
2
1,58
bulanan
12
2,37
Rp
50.000
Rp
118.560
263,47
1
32,93
Rp
50.000
Rp
1.646.667
500
790,4
m
3
790,4
m2
insidental
total biaya pemeliharaan RTH TTAJ
Rp 41.960.423
Tabel 19 Biaya Kebutuhan Bahan Jenis
Kebutuhan
Satuan 2
Frekuensi
Dosis NPK (kg)
Dosis pupuk kandang (kg)
Harga
Harga
rumput
592,51
m
semester
177,75
Rp
817.663
0
Rp
0
semak dan perdu
171,59
m2
semester
51,48
Rp
236.794
514,77
Rp
514.770
penutuptanah
790,4
m2
semester
237,12
Rp
1.090.752
1580,80
Rp
1.580.800
pohon
226
pohon
semester
995
Rp
4.577.000
0
Rp
0
2095,57
Rp
2.095.570
Harga Rp 2.300 Rp 500
Satuan kilogram kilogram
Total Jenis Pupuk NPK pupuk kandang
1461,35
Rp
6.722.210
53
54 Tujuan diperlukannya penyiraman pada tanaman adalah (Arifin et al. 2005): 1. Memudahkan perakaran tanaman menyerap larutan hara dari dalam tanah. 2. Meningkatkan kelembaban tanah untuk mencegah kekurangan air akibat proses evapotranspirasi sehingga tanaman menjadi layu. 3. Menyediakan air sebagai unsur utama dalam proses fotosintesis. Setiap jenis tanaman membutuhkan kadar air yang berbeda-beda, tergantung oleh waktu (musim), ukuran dan usia tanaman, serta keadaan lingkungan. Dibutuhkan pengetahuan terhadap kebutuhan air masing-masing jenis tanaman yang ada pada RTH TTAJ agar jumlah air yang digunakan cukup dan efektif. Waktu Penyiraman Waktu yang ideal untuk kegiatan penyiraman adalah pada pagi hari dan sore hari. Jika penyiraman dilakukan pada siang hari, maka air akan banyak menguap oleh panas matahari. Penyiraman dilakukan secara rutin, kecuali ketika terjadi hujan. Pada tanaman yang baru ditanam, penyiraman dilakukan setiap hari selama 2-3 bulan pertama. Selanjutnya penyiraman rutin dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari. Untuk daerah dengan kelembaban tinggi sebaiknya penyiraman dilakukan pada pagi hari untuk menghindari munculnya cendawan (Arifin dan Arifin 2005). Metode Penyiraman Pelaksanaan penyiraman tanaman dipengaruhi oleh ukuran taman/RTH serta ketersedian peralatan yang dimilki oleh pengelola. Penyiraman yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan gembor, ember dan gayung, selang plastik, sprinkler, teknik tabung, hingga dengan menggunakan mobil tangki air. Berikut penjelasan masing-masing teknik penyiraman secara rinci (Arifin et al. 2008): 1. Penyiraman dengan gembor, gayung, dan ember adalah teknik penyiraman yang paling sederhana dan diaplikasikan pada taman dengan ukuran yang relatif kecil/sempit. Penyiraman dengan gayung perlu diperhatikan agar tidak terlalu keras mengenai permukaan tanah agar tanah tidak mengotori tanaman yang ada. 2. Penyiraman dengan selang plastik merupakan cara paling umum yang dilakukan. Teknik ini sering juga dilakukan untuk penyiraman rumput. Selang plastik dapat dipasang dengan sprayer untuk mengatur debit dan pola penyebaran air yang dikeluarkan. 3. Penyiraman dengan sprinkler secara otomatis berdasarkan mekanisme tekanan air digunakan untuk penyiraman hamparan rumput yang luas. Sprinkler diletakkan pada posisi yang strategis agar efisien dalam penggunaan air. Sprinkler tersebut dapat ditanam secara permanen, namun ada pula beberapa jenis yang dapat dipindah-pindahkan. 4. Penyiraman dengan teknik tabung adalah penyiraman dengan menggunakan potongan bambu atau paralon yang ditanam sedalam 20-30 cm di bawah lingkar tajuk pohon. Pengisian air langsung dilakukan pada tabung-tabung tersebut. Tujuannya agar air dapat langsung diabsorbsi oleh air pada daerah perakarannya. Teknik ini perlu dilakukan pada musim kemarau untuk mengantisipasi laju evapotranspirasi tanaman yang cepat. 5. Penyiraman dengan menggunakan mobil tangki air biasanya diterapkan pada taman/RTH dengan ukuran yang relatif besar.
Gambar 41 Lokasi Rekomendasi Vertical Garden
41
55
Gambar 41Lokasi Rekomendasi Vertical Garden
56 B. Pemangkasan Jenis dan Tujuan Pemangkasan Menurut Arifin dan Arifin (2005), jenis pemangkasan tanaman dan pohon dapat dibedakan berdasarkan tujuan pemangkasan tersebut. Tujuan pemangkasan tanaman ada tiga yaitu untuk tujuan kesehatan tanaman, penampilan tanaman, serta keamanan pengguna taman. 1. Pemangkasan untuk kesehatan tanaman Pemangkasan dilakukan pada bagian pohon yang mengalami kerusakan seperti patah, retak, mati/kering, dan berpenyakit. Tujuannya adalah agar kerusakan tersebut tidak menjalar ke bagian lain yang masih sehat, terutama jika penyakit disebabkan oleh cendawan atau parasit lainnya. Selain itu, pemangkasan dilakukan pada bagian yang tumpang tindih untuk menghindari terjadinya gesekan yang dapat menyebabkan luka. Pemangkasan bagian tanaman yang kecil dan dalam jumlah yang banyak akan lebih efektif daripada pemangkasan pada bagian yang besar. Hal tersebut terjadi karena luka yang besar akan dapat sembuh dalam waktu yang lebih lama. Selain itu, proses pengerjaannya relatif lebih sulit. Pemangkasan untuk kontrol penyakit dilakukan dengan memotong hingga 10 cm di bawah bagian batang yang terserang penyakit atau terkena infeksi. Kemudian luka bekas pangkasan tersebut diolesi dengan etil alkohol 70 %. Perlu diperhatikan dan dihindari pemangkasan pada saat daun masih basah karena organisme parasit akan mudah berkembang. 2. Pemangkasan untuk penampilan tanaman Penampilan tanaman dapat dikontrol dengan cara mempertegas kembali bentuk tanaman atau membuat bentuk baru tanaman dengan pemangkasan. Biasanya dilakukan pada tanaman dengan penanaman formal. Kesan formal dapat dicapai dalam bentuk yang simetri dan monumental. Kontrol terhadap penampilan tanaman juga bertujuan untuk mengimbangi bentuk arsitektur bangunan yang ada disekitarnya. Pemangkasan tanaman dengan bentuk sesuai yang diinginkan dikenal dengan istilah Topiari. Tajuk tanaman dapat dibentuk menjadi bentuk spiral, silinder, bulat, kubus, hewan, dan lain-lain. 3. Pemangkasan untuk keamanan pengguna Pemangkasan ini bertujuan untuk menghindari kerusakan tanaman yang dapat mengancam keamanan manusia pengguna disekitarnya. Misalnya bagian tanaman yang sudah tua sebaiknya dipangkas karena sewaktu-waktu dapat tumbang dan membahayakan pengguna jasa. Batang/dahan tanaman yang mengenai kabel telepon dan kabel listrik perlu dipangkas untuk menghindari gesekan yang dapat mengganggu kesehatan tanaman serta dapat menyebabkan terjadinya korsleting/kebakaran. Pemangkasan pada bagian tanaman yang menjuntai harus dilakukan secara teratur. Pada koridor pejalan kaki diperlukan ruang yang terbebas dari juntaian ranting dan pohon sekitar 2,5 m dari permukaan tanah agar tidak mengganggu aksesibilitas pejalan kaki. Alat dan Bahan Pemangkasan Hasil pemangkasan yang baik selain dipengaruhi oleh kemampuan operator pemangkasan, hal yang perlu diperhatikan adalah peralatan yang digunakan serta ketersediaan bahan untuk kegiatan pemangkasan. Peralatan yang lengkap dan
57 memadai akan memperlancar pemangkasan, beberapa alat yang penting dalam kegiatan pemangkasan adalah sebagai berikut (Arifin dan Arifin 2005): a. Gergaji tangan (6 gigi/inci) untuk pemangkasan biasa. b. Gergaji tarik (panjang sekitar 1 m) untuk memotong batang yang besar. c. Pemangkas galah/tree pruner (panjang 3-4 m) untuk memangkas dahan/ranting kecil yang terletak pada tempat yang tinggi. d. Tali/tambang (panjang 50 m, diameter 1 cm) untuk alat bantu naik pohon. e. Tali/tambang (panjang 30 m, diameter 1,5 cm) untuk pengikat batang besar. f. Palu (ukuran kecil) untuk potongan-potongan pendek dan membentuk potongan akhir yang dibantu dengan pisau tajam. g. Pisau dan parang untuk merapikan bekas potongan. h. Belt Snap pengikat gergaji dan kaleng cat. i. Sabuk pengaman sebagai pengikat tubuh operator pemangkasan. j. Gunting dahan untuk pemangkasan ranting, cabang pohon/perdu, dan dahan kecil. k. Alat pangkas rumput gendong (grass cutter) atau dorong (grass mower). Sedangkan untuk bahan pemangkasan adalah bahan pelapis luka bekas pangkasan. Bahan tersebut digunakan untuk mencegah adanya infeksi oleh cendawan dan parasit lainnya. Selain untuk pembalut luka, bahan-bahan berikut ini dapt berfungsi sebagai desinfektan dan perangsang pembentukan kalus (Arifin dan Arifin 2005): a. Orange shellac untuk menutupi luka bekas pada kulit batang. b. Aspal, terpentin petroleum, atau minyak mineral. c. Creosot paints/tir kayu untuk permukaan luka yang besar/lebar. d. Grafting waxes/lilin yang dipanaskan ditambah alkohol untuk luka-luka kecil. e. Cat rumah/tembok dan cat kayu. f. Lanolin paints untuk membalut jaringan kambium dan kulit. g. Bubur Bordeaux (larutan kental terusi dan kapur tohor). Metode Pemangkasan Hal yang harus diperhatikan dalam pemangkasan adalah waktu dan cara kerja pelaksanaan pemangkasan (Arifin et al. 2008). Berikut penjelasannya secara rinci: 1. Waktu pemangkasan rumput sebaiknya dilakukan sebelum rumput berbunga dan dilakukan sebelum pemberian pupuk. Frekuensi pemangkasan rumput sedikitnya dilakukan sebulan sekali (Gambar 42). 2. Waktu pemangkasan semak dapat dilakukan secara temporal, yaitu jika pertumbuhannya berlebihan atau jika ditemukan bagian tanaman yang terkena penyakit. Apabila tujuan pemangkasan semak adalah untuk pemangkasan bentuk border/pagar/topiari, maka dilakukan secara terjadwal dengan frekuensi sebulan sekali. Untuk tanaman semak yang dimanfaatkan penampilan bunganya seperti bunga soka (Ixora javanica) kegiatan pemangkasan sebaiknya dilakukan setelah masa pertumbuhan generatif (masa pembungaan) dan sebelum pemberian pupuk. 3. Waktu pemangkasan pohon/perdu sebaiknya dilakukan setelah masa berbunga dan berbuah. Pemangkasan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif pada musim selanjutnya, apabila diikuti dengan pemberian pupuk (Arifin dan Arifin 2005). Untuk jenis tanaman
58 yang menggugurkan daun, pamangkasan dilakukan ketika tanaman masih memiliki daun. Tujuannya agar percabangan yang hidup dan yang mati dapat diketahui sehingga dapat mencapai bentuk ideal yang diinginkan. Pemangkasan pohon pada akhir musim hujan memiliki keuntungan untuk memperkecil kehilangan air akibat transpirasi berlebih, menghindari serangan penyakit karena kelembaban tidak setinggi musim hujan, mempercepat pertumbuhan vegetatif, merangsang pembungaan pada musim berikutnya.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 42 Contoh Pemangkasan Rumput dengan Mesin Pangkas Gendong Berdasarkan jenis tanaman yang dipangkas, metode/cara pemangkasan dapat dilakukan dengan teknik yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya secara rinci: 1. Pemangkasan rumput Untuk area rumput yang tidak terlalu luas, pemangkasan rumput dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan gunting rumput dan sabit. Sedangkan untuk area yang lebih luas, penggunaan mesin pangkas baik mesin pangkas gendong maupun mesin pangkas dorong akan lebih efektif dari segi tenaga, waktu, dan biaya. 2. Pemangkasan semak Pemangkasan secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas/gunting dahan, sabit, dan parang. Pemangkasan semak yang berfungsi sebagai pembatas/border dapat dilakukan dengan mesin pangkas. Teknik pemangkasan yang banyak digunakan adalah teknik hair cut. Caranya adalah dengan memangkas ujung-ujung tanaman dengan panjang yang sama menggunakan hedge trimmer (Lestari dan Kencana 2008). Teknik ini sesuai untuk pemangkasan bentuk topiari dan tanaman pembatas. 3. Pemangkasan perdu dan pohon Pemangkasan pada ranting/dahan pohon dapat dilakukan dengan metode single-cut dilakukan pada cabang berdiameter kecil (< 2 cm) dengan menggunakan gunting pangkas. Untuk ukuran diameter batang yang lebih besar (> 2 cm) dapat dilakukan dengan teknik double-cut (pemotongan dua arah) menggunakan alat gergaji. Sedangkan untuk ranting/dahan yang tinggi dapat digunakan gergaji galah (tree pruner). Teknik lain yang dapat
59 dilakukan adalah dengan cara menjarangkan cabang-cabang tanaman secara selektif untuk menstimulasi pertumbuhan cabang baru (Lestari dan Kencana 2008). Setelah pemangkasan dahan/ranting segera dilakukan pengolesan bekas luka dengan menggunakan desinfektan untuk menghindari serangan jamur dan hama. Penanganan limbah pemangkasan (sampah organik) dapat dilakukan dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos, sebagai mulsa atau bahan penutup tanah untuk mengurangi laju evaporasi, serta bantalan playground. Selain itu pada beberapa jenis tanaman sisa pemangkasan dapat dimanfaatkan kembali untuk perbanyakan secara vegetatif. C.
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tanaman yang terserang hama dan penyakit tanaman (HPT) akan menurunkan kualitas fisik dan penampilan suatu taman. Hama adalah binatang yang dapat menyerang sebagian maupun seluruh bagian tanaman, sedangkan penyakit disebabkan oleh cendawan (jamur), virus, dan bakteri. Serangan HPT dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, hal tersebut juga akan mengganggu keamanan dan kenyamanan pengguna disekitar taman (Arifin dan Arifin 2005). Pengendalian terhadap HPT dapat dilakukan secara tepat dan efektif dengan cara mengetahui gejala serangan HPT, jenis hama/penyakit, serta penyebabnya. Beberapa gejala serangan HPT dan cara penanganannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Cara terbaik untuk mengendalikan HPT adalah dengan pengambilan secara manual menggunakan tangan atau dengan bantuan alat bantu. Selain itu, pengendalian dapat dilakukan dengan memangkas sebagian maupun seluruh bagian tanaman yang terserang. Untuk mencegah penularan terhadap tanaman lain, sisa pangkasan yang terinfeksi segera dimusnahkan dengan cara dibakar. Jika infeksi sudah terlalu serius maka pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida, bakterisida, fungisida, dan bahan lain. Penggunaan bahan penyemprotan yang berasal dari bahan organik lebih baik daripada bahan kimia. D. Pemupukan Tujuan dan Manfaat Kegiatan pemupukan dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah tempat tumbuh tanaman. Hal ini dilakukan agar tanaman tidak kekurangan tanaman. Selain itu, pemupukan dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah sehingga tanah menjadi gembur dan daya pegang air menjadi lebih baik (Arifin et al. 2008). Apabila kegiatan pemupukan dilakukan secara teratur maka penampilan dan kesehatan tanaman dalam taman/RTH akan terjaga dengan baik. Bagi tanaman, pupuk bermanfaat sebagai bahan utama metabolisme, melangsungkan pertumbuhan, dan perkembangan (Budiana 2008). Kekurangan unsur hara tanaman dapat dilihat dari gejala yang terjadi. Gejala tersebut hampir sama dengan gejala serangan penyakit. Setelah mengetahui gejala kekurangan unsur hara, maka segera ditentukan dosis dan jenis pupuk yang tepat. Jenis Pupuk Jenis dan jumlah pemberian pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berdasarkan bahannya, pupuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari dekomposisi
60 bahan alami, yaitu dari sisa kotoran hewan (pupuk kandang) dan dari sisa bagian tanaman (kompos). Pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan kimia dengan kandungan unsur hara tertentu. Contoh pupuk anorganik adalah NPK, Urea, ZA, dan TSP. Berdasarkan aplikasinya, pupuk dibedakan menjadi pupuk akar dan pupuk daun (Budiana 2008). Pupuk akar diaplikasikan dengan cara ditaburkan atau ditanam di sekitar akar tanaman. Pupuk tersebut diserap sedikit demi sedikit oleh serabut akar tanaman untuk kemudian ditranslokasikan ke jaringan daun sebagai unsur utama dalam proses fotosintesis. Sedangkan pupuk daun diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke permukaan daun dan media tanamnya. Pupuk daun sebagian diserap melalui lapisan kulit terluar daun (epidermis) dan sebagian lain diserap melalui akar. Pupuk yang diberikan harus mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur hara makro terdiri atas C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Unsur hara mikro terdiri atas unsur B, Fe, Mn, Cu, Cl, Zn, dan Mo (Budiana 2008). Metode Pemupukan Jumlah dan frekuensi pemupukan tergantung dari jenis dan umur tanaman. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil optimal dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berikut ini penjelasan rinci mengenai dosis, waktu, serta teknik pemupukan berdasarkan masing-masing jenis tanaman (Arifin et al. 2008). a) Pemupukan Pohon 1. Dosis pemupukan Dosis untuk pohon kecil dengan diameter batang kurang dari 15 cm adalah 0,5-1 kg pupuk NPK per setiap 2,5 cm diameter batang yang diukur pada ketinggian 150 cm dari permukaan tanah. Dosis untuk pohon besar dengan diameter batang lebih dari 15 cm adalah 1-2 kg pupuk NPK per setiap 2,5 cm diameter batang. Pupuk kandang atau kompos diberikan pada saat penanaman. 2. Waktu pemupukan Frekuensi pemupukan pada pohon muda dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun pada dua tahun pertama, dan sedikitnya satu kali dalam satu tahun. Pohon yang telah dewasa dan tua dipupuk satu kali dalam satu tahun. 3. Teknik pemupukan Teknik Trenching yaitu dengan membuat parit sejajar dengan lingkar tajuk pohon dengan menggunakan cangkul. Lebar dan kedalaman parit yang dibuat sebesar 20 cm. Untuk meningkatkan pemeliharaan, sebaiknya pupuk anorganik diberikan bersamaan dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos. Teknik Punch-bar yaitu dilakukan dengan membuat lubang-lubang pemupukan atau lubang biopori mengikuti lingkar tajuk pohon. Jarak antar lubang 75 cm dengan kedalaman lubang sebesar 20 cm. Lubang tersebut diisi pupuk kemudian ditutup kembali dan dipadatkan bagian permukaannya. Teknik ini digunakan untuk pohon berukuran besar. Teknik ini memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik daripada disebar merata.
61
b) 1.
2.
3.
c) 1.
2.
3.
d) 1.
2.
Lingkar tajuk atau bokoran sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu sebelum pemupukan. Hal ini dilakukan agar pupuk yang diberikan tepat sasaran. Pemupukan Semak dan Perdu Dosis pemupukan Dosis pupuk kandang untuk semak dan perdu adalah sekitar 3 kilogram per meter persegi. Sedangkan untuk pupuk anorganik dosis yang diberikan sesuai anjuran sekitar 30 gram NPK per meter persegi. Waktu pemupukan Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat sebelum penanaman dan pada saat pemeliharaan sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun. Sedangkan untuk pupuk anorganik sebaiknya diberikan sebanyak 3-4 kali dalam satu tahun. Teknik pemupukan Pemupukan untuk semak dan perdu yang ditanam secara massal dilakukan dengan teknik parit (trenching) pada bagian pinggir tanaman. Pemupukan juga dapat dilakukan dengan teknik bokoran yaitu pupuk diberikan secara melingkar di sekitar batang mengikuti lebar tajuk tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan menggunakan kored atau cangkul dengan tujuan sekaligus untuk menggemburkan tanah. Pemupukan Tanaman Penutup Tanah Dosis pemupukan Dosis pupuk kandang yang diberikan adalah 2 kilogram per meter persegi. Sedangkan untuk pupuk anorganik sesuai dengan rekomendasi atau sekitar 30 gram per meter persegi. Waktu pemupukan Pemupukan untuk tanaman semusim dilakukan setiap penggantian tanaman atau pada saat penanaman ulang. Sedangkan untuk tanaman tahunan, frekuensi pemupukan yang diberikan adalah sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun. Teknik pemupukan Pemupukan dapat dilakukan dengan cara disebar pada permukaan tanah pada sela-sela tanaman. Kemudian diaduk dengan kored sekaligus untuk menggemburkan tanah. Pemupukan Rumput Dosis pemupukan Pemupukan dengan Urea atau NPK (15-15-15) diberikan dengan dosis sebanyak 30 gram per meter persegi. Pemupukan untuk rumput yang cukup luas adalah melarutkan pupuk dalam air sebanyak 40 ml untuk luasan sebesar satu meter persegi. Pupuk kandang tidak direkomendasikan diberikan pada rumput untuk mencegah pertumbuhan gulma. Waktu pemupukan Frekuensi pemupukan rumput sebaiknya diberikan sebanyak 2-3 kali dalam satu tahun. Pemupukan dapat diberikan setelah proses pemangkasan. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mencegah penguapan pupuk akibat sinar matahari. Selain itu, agar rumput tidak berubah menjadi terbakar (gosong).
62 3. Teknik pemupukan Pupuk dapat disebarkan secara langsung pada permukaan rumput kemudian disiram secukupnya agar permukaan daun rumput tidak terbakar. Cara lain yang lebih baik adalah dengan melarutkan pupuk dengan konsentrasi yang sesuai dengan air untuk selanjutnya disiramkan ke hamparan rumput. E.
Penyulaman Penyulaman merupakan kegiatan untuk menggantikan tanaman yang sudah mati atau rusak akibat serangan hama penyakit, kerusakan mekanis, maupun tanaman sudah tua. Untuk taman yang baru dibangun, penyulaman dilakukan apabila tanaman yang baru ditanam tersebut mati/rusak akibat gangguan lingkungan maupun kesalahan teknis seperti kekeringan, kesalahan pemupukan, dan kesalahan penanaman. Sedangkan untuk taman yang sudah terawat dengan baik, penggantian tanaman yang mati atau rusak dengan tanaman yang baru akan memberikan bentuk dan penampilan taman yang tetap menarik dan terkesan terpelihara dengan baik. Penggantian tanaman harus dilakukan secara teratur terutama pada tanaman semusim dengan masa hidup yang terbatas. Jenis tanaman tersebut akan mati setelah melewati masa pembungaan dan pembuahan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyulaman tanaman adalah (Arifin dan Arifin 2005): 1. Tersedianya tanaman pengganti dengan kondisi lebih baik dari tanaman yang akan diganti. 2. Tanaman yang rusak atau mati sebaiknya dicabut atau dibuang telebih dahulu agar tidak mengganggu tanaman lain yang masih baik dan sehat. 3. Mempersiapkan kembali lubang tanam bekas tanaman yang diganti agar dapat ditanami kembali dengan memastikan bahwa lubang tanam tersebut bebas dari gangguan patogen tanah. 4. Lubang tanam dibiarkan selama 3-4 hari dan bila perlu diberi pupuk kandang. 5. Tanaman pengganti dikeluarkan dari wadahnya (pot, karung, atau polibag) sebelum ditanam. 6. Penyiraman tanaman baru harus dilakukan secara rutin. F.
Penggemburan dan Aerasi Tanah Penggemburan dan aerasi tanah penting dan perlu dilakukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang optimal. Penggemburan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan sirkulasi udara yang baik pada daerah perakaran. Oleh karena itu, penggemburan tanah perlu dilakukan secara teratur tergantung pada kondisi sifat fisik tanah pada taman. Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan ini adalah sebagai berikut (Arifin et al. 2008): 1. Alat penggemburan Penggemburan secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan linggis, cangkul, garpu tanah, atau kored. Sedangkan untuk pembuatan lubang sirkulasi udara dapat menggunakan mesin aerator. 2. Waktu pelaksanaan Penggemburan dilakukan jika kondisi permukaan tanah pada area penanaman sudah padat. Pelaksanaan penggemburan sebaiknya tidak dilakukan pada musim kemarau atau pada saat terik matahari untuk
63 menghindari laju evaporasi yang tinggi sehingga tanaman menjadi stress. Penggemburan dilakukan secara teratur sedikitnya 3 kali setahun dan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan gulma. 3. Teknik penggemburan Penggemburan pada tanaman perdu dan pohon dilakukan dengan cara membuat bokoran di sekeliling pangkal batang dengan radius 50-100 cm tergantung pada besar kecilnya pohon. Bokoran dibuat dengan menggunakan kored atau garpu dengan hati-hati agar tidak sampai merusak perakaran pohon. Penggemburan semak yang ditanam massal dilakukan dengan cara mencangkuli permukaan tanah dengan membuat lajur/bedengan sekaligus untuk membersihkan gulma yang tumbuh disekitarnya. Sedangkan untuk semak yang ditanam secara individual, dilakukan dengan membuat bokoran disekeliling pangkal batang dengan radius 30-50 cm. Penggemburan tanaman penutup tanah (groundcover) dilakukan sebelum peremajaan tanaman. Penggemburan pada area berumput dilakukan dengan cara membuat lubanglubang udara pada jarak tertentu (misalnya 20 cm X 20 cm). Penggemburan dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti linggis atau aerator. Penggemburan pada rumput juga dapat dilakukan dengan cara mengubah tekstur tanah, yaitu dengan menambah komposisi pasir. Sedangkan pada padang rumput, penggemburan dapat diganti dengan cara melakukan perbaikan drainase tanah. G.
Penyiangan Gulma Gulma merupakan tanaman yang kehadirannya tidak diiinginkan dalam area taman. Kehadiran gulma dapat mengganggu pertumbuhan tanaman utama karena akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan ruang tempat tumbuh. Selain itu keberadaan gulma dapat mengurangi keindahan taman. Oleh karena itu keberadaan gulma dikendalikan dengan cara melakukan penyiangan. Biasanya gulma tumbuh diantara tanaman rumput, bedengan tanaman penutup tanah dan semak yang ditanam secara massal, bahkan diantara pepohonan. Gulma tersebut berupa tumbuhan berdaun kecil seperti rumput-rumput liar dan tumbuhan berdaun lebar seperti bayam-bayaman, putri malu, dan sebagainya (Arifin dan Arifin 2005). Sebagai tindakan preventif, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan pupuk kandang dan tidak memberikan pupuk kandang pada saat penanaman. Hal ini dilakukan karena benih gulma banyak terdapat pada pupuk kandang. Penyiangan gulma dapat dilakukan secara manual maupun secara kimiwi. Teknik penyiangan gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan tangan maupun dengan bantuan alat seperti kored atau cangkul. Gulma dicabut atau dicungkil hingga perakarannya agar tidak tumbuh kembali. Pengendalian secara kimiawi dengan herbisida biasanya dilakukan untuk area yang relatif luas. Pemilihan herbisida harus tepat sasaran agar tidak menggangu pertumbuhan tanaman utama. Penggunaan herbisida sebaiknya tidak dilakukan pada hamparan rumput. Penyiangan gulma pada perdu dan pohon dapat dilakukan dengan cara membuat bokoran di sekeliling pangkal batang tanaman pada radius jarak tertentu
64 sesuai dengan ukuran tanaman. Pelaksanaan penyiangan gulma sebaiknya dilakukan secara teratur sedikitnya sekali dalam sebulan atau sesuai dengan tingkat sebaran pertumbuhan gulma yang ada pada taman. Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan penggemburan dan aerasi tanah yang dilakukan sebelum pemupukan tanaman. Menambah Jumlah Peralatan Pemeliharaan Efisiensi dan efektifitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik serta ketersediaan peralatan pemeliharaan yang memadai. Oleh karena itu, pengelola harus mengetahui jenis, fungsi, serta cara kerja peralatan pemeliharaan taman (Arifin dan Arifin 2005). Peralatan pemeliharaan harus ditingkatkan untuk mendukung kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada RTH terminal (Tabel 20). Tabel 20 Jenis, Fungsi, dan Jumlah Peralatan Pemeliharaan No
Nama
1
Sapu dan serokan
2
Gerobak sampah
3
Linggis
4
Cangkul
5
Parang
6
Asahan parang
7
Garpu tanah
8
Kored/cangkul kecil
9
Gembor
10
Selang plastik
Jumlah sekarang
Jumlah yang dibutuhkan
alat untuk membersihkan taman dari sampah maupun sisa pemangkasan alat pengangkut sampah dengan tenaga manusia digunakan untuk membuat lubang tanam dan lubang pemupukan serta sebagai alat ungkit kanstin ukuran besar
18
18
3
5
0
3
digunakan untuk membuat lubang tanam, parit, serta pekerjaan pemupukan
0
5
digunakan untuk memangkas tanaman secara manual digunakan untuk mempertajam parang digunakan untuk membalik tanah secara manual digunakan untuk menggemburkan tanah dalam taman sekaligus untuk menyiangi gulma digunakan untuk menyiram tanaman secara manual dengan semprotan halus digunakan untuk menyiram tanaman secara manual, menghubungkan sumber air dengan tanaman yang akan disiram
0
5
0
3
0
3
0
5
0
5
0
3
Fungsi
65 Lanjutan Tabel 26 11
Gunting pangkas
12
Gergaji tangan
13
Tree pruner
14
Mesin pangkas gendong
15
Tangki sprayer
16
Masker
17
Sarung tangan
18
Sepatu boot
19
Tangga bambu/aluminium
digunakan untuk memangkas rumput dan semak, serta membuat topiari digunakan untuk memangkas dahan/ranting pohon yang rendah digunakan untuk memangkas dahan/ranting kecil yang letaknya tinggi Digunakan untuk memangkas rumput secara otomatis tangki pestisida gendong untuk penyemprotan
0
3
0
3
0
3
0
2
0
5
alat untuk melindungi sistem pernapasan operator pemeliharaan taman, khususnya pada waktu penyemprotan pestisida alat pelindung tangan operator pemeliharaan taman alat pelindung kaki operator pemeliharaan taman
0
18
0
18
0
5
menjangkau tempat/bagian yang tinggi, misalnya memangkas bagian tanaman, mengganti bola lampu, pengecatan elemen taman
0
2
Jumlah peralatan yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan kebutuhan operator pemeliharaan taman. Jumlah tersebut juga telah disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Selain itu, hal ini dilakukan untuk efektifitas pengeluaran dana pemeliharaan untuk pengadaan peralatan pemeliharaan. Perawatan peralatan pemeliharaan dilakukan dengan cara membersihkan, mencuci, mengeringkan, kemudian menyimpan dengan rapi di gudang setelah penggunaan di lapangan. Selain itu, setiap ada gangguan/kerusakan pada peralatan tersebut segera dilakukan perbaikan. Perawatan dan penyimpanan yang baik bertujuan untuk mencegah rusaknya peralatan, sehingga memiliki masa efektif yang relatif lama. Masa efektif juga dipengaruhi oleh keahlian para operator pemeliharaan taman dalam mengoperasikan peralatan tersebut. Pelatihan Tenaga Kerja Pemeliharaan Pengelolaan taman/RTH dipengaruhi oleh kemampuan dan keahlian operator pemeliharaan yang ada. Operator pemelihara taman harus mengetahui dan mampu mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang telah
66 ditanam. Pemelihara taman/RTH harus mengerjakan aspek pemeliharaan secara keseluruhan serta memiliki rencana kerja pemeliharaan (Arifin dan Arifin 2005). Operator pemeliharaan harus mengetahui teknik instalasi, pengetahuan tentang desain yang berhubungan dengan pemeliharaan, serta mengetahui dan menguasai semua peralatan dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan. Peningkatan kemampuan dan keahlian dapat dilakukan dengan adanya pelatihan tenaga kerja pemeliharaan. Program pelatihan dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kerja, keahlian, serta sikap ketika melakukan pekerjaannya (Sternloff dan Warren 1984). Pelatihan dilakukan dengan cara memberikan pengajaran berupa teori dan pengetahuan umum pemeliharaan didalam kelas dan juga diberikan pendidikan secara praktik di lapangan (Gambar 43). Materi pelatihan yang diberikan adalah manajemen pemeliharaan taman/RTH, teknis pelaksanaan pemeliharaan, metode penggunaan peralatan pemeliharaan, serta penggunaan bahan pemeliharaan secara efektif. Pelatihan dilakukan oleh ahli di bidang arsitektur lanskap, terutama ahli pada bidang pemeliharaan lanskap.
(Sumber: Kaswanto)
(Sumber: Greensourceinc.com)
Gambar 43 Pelatihan Tenaga Kerja Pemeliharaan: Pelatihan dalam Kelas (atas) dan Praktik Lapangan (bawah) Pelatihan dapat dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pelatihan dapat diadakan secara mandiri oleh pengelola RTH terminal maupun dapat bekerja sama dengan instansi lain. Pelatihan akan meningkatkan
67 kemampuan dan keahlian operator pemeliharaan taman/RTH sehingga diharapkan kegiatan pemeliharaan dapat berjalan dengan lebih baik secara efektif. Manfaat lain yang didapatkan adalah penghematan biaya baik dari segi efektifitas penggunaan bahan serta investasi biaya pemeliharaan peralatan. Antisipasi HPT Secara Berkala Hama dan penyakit tanaman dapat merusak elemen tanaman dalam taman. Selain itu, keberadaannya juga mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna taman. Berdasarkan penyebabnya, penyakit yang disebabkan oleh cendawan/jamur, bakteri, virus, dan nematoda termasuk kedalam penyakit yang menular (infectious plant diseases). Sedangkan penyakit tidak menular (noninfectious plant diseases) disebabkan oleh kekurangan zat hara O2, CO2, atau cahaya; kekurangan atau kelebihan air tanah; polusi udara; serta nilai pH tanah yang kurang sesuai. Perlu dilakukan antisipasi secara teratur dan berkala untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam taman. Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengetahui gejala serangan HPT dan segera melakukan pengendalian yang terdiri dari pengendalian secara mekanis fisik, budidaya, biologi, dan kimiawi (Arifin dan Arifin 2005). Pengendalian yang paling mudah dilakukan adalah dengan cara mengambil hama secara manual dengan menggunakan tangan atau alat bantu kemudian memusnahkannya. Selain itu, bagian tanaman yang terserang HPT segera dipotong atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Cara ini efektif untuk taman skala kecil. Sedangkan pengendalian secara fisik dilakukan dengan cara memanipulasi faktor suhu, kelembaban udara, serta cahaya sehingga kondisinya tidak cocok untuk pertumbuhan hama dan penyakit. Pengendalian dengan budidaya dilakukan dengan cara menekan perkembangbiakan HPT dan kesempatannya untuk menyerang tanaman. Hal ini dilakukan denga cara melakukan pengolahan tanah yang baik, penggemburan tanah secara teratur, penyiraman tanaman yang cukup dan tidak berlebihan, serta mengurangi penggunaan pupuk dengan kadar nitrogen tinggi agar tanaman tidak menjadi sukulen sehingga rentan terhadap HPT. Pengendalian secara biologi dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem pada lingkungan sekitar. Cara ini sederhana namun sulit untuk diaplikasikan. Pengendalian ini dilakukan dengan menghadirkan predator/patogen alami dari hama/penyakit yang menyerang tanaman. Hal ini dilakukan untuk memusnahkan hama/penyakit secara alami. Pengendalian secara kimiawi sebagai alternatif terakhir dilakukan dengan menggunakan pestisida. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pestisida digolongkan berdasarkan sasaran hama dan penyakit yang akan dikendalikan, yaitu insektisida (hama serangga), akarisida (hama tungau), rodentisida (hama pengerat), fungisida (cendawan/jamur), bakterisida (bakteri), nematisida (cacing), serta herbisida (gulma). Pemberian pestisida dapat dilakukan dengan cara penyemprotan, penyuntikan, maupun penaburan disekitar tanaman. Hal yang perlu diperhatikan adalah segi keamanan dari kesehatan operator, pengguna taman/RTH, dan manusia yang berada di sekitar taman/RTH tersebut. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari dan harus memperhatikan arah dan kecepatan angin. Persiapan alat dan bahan yang diperlukan dalam penyemprotan pestisida adalah:
68 1. Jenis pestisida yang sesuai dengan jenis hama/penyakit tanaman yang akan dikendalikan atau dikontrol. 2. Air bersih sebagai pelarut pestisida. 3. Unit alat penyemprot seperti handsprayer atau knapsacksprayer (gendong). 4. Alat pengukur/takaran, ember, pengaduk, dan saringan. 5. Sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, masker, topi, dan sepatu boot yang digunakan oleh operator. Setelah alat dan bahan dipersiapkan dengan baik, tahapan pelaksanaan pengendalian hama penyakit tanaman yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi hama/penyakit yang menyerang tanaman. 2. Memilih pestisida yang efektif untuk mengendalikan hama/penyakit yang teridentifikasi. Diusahakan untuk memilih pestisida yang berdaya racun relatif ringan, mudah terurai, dan telah direkomendasikan untuk jenis tanaman tertentu. 3. Melarutkan pestisida dengan cara serta dosis yang benar sesuai dengan label yang tercantum pada kemasan pestisida. Larutkan dengan air bersih dalam ember, diaduk, kemudian masukkan kedalam alat penyemprot (sprayer). 4. Melakukan penyemprotan dengan cara yang benar searah dengan arah hembusan angin. Operator penyemprotan menggunakan perlengkapan keamanan kesehatan. Penyemprotan dilakukan pada bagian yang terserang atau langsung pada hama. Selain itu, dapat dilakukan pada seluruh bagian tanaman dengan tujuan perlindungan tanaman. 5. Menempatkan pestisida di dalam tanah dekat dengan perakaran tanaman atau ketiak daun bila menggunakan jenis pestisida sistemik (biasanya dalam bentuk butiran). Setelah terkena air pestisida akan larut dan diserap oleh tanaman. 6. Operator tidak boleh makan atau merokok ketika melakukan kegiatan penyemprotan. Kemudian segera membersihkan diri dengan mencuci tangan, mandi, dan berganti pakaian untuk menghindari keracunan. Membuat Papan Tulisan pada Taman Papan tulisan pada taman bertujuan untuk memberikan informasi maupun himbauan kepada para pengguna taman. Papan tulisan tersebut dapat berupa papan nama tanaman atau papan himbauan bagi pengguna taman. Papan tulisan tersebut dapat bermanfaat untuk mencegah kerusakan taman akibat ketidaktahuan dan ketidakpedulian pengguna taman (Arifin dan Arifin 2005). Sebagai elemen keras, papan tulisan sebisa mungkin diletakkan pada tempat yang susah dijangkau oleh pengguna untuk menghindari tindakan vandalisme. Desain yang baik dan menarik akan memudahkan untuk dilihat oleh pengguna. Selain corat-coret oleh pengguna, faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah faktor iklim. Material yang dapat digunakan adalah material seng atau kayu dengan cat sebagai tulisan, penggunaan material hendaknya menggunakan material yang kuat dan tahan lama. Papan nama tanaman berfungsi untuk memberikan informasi mengenai jenis-jenis tanaman. Sedangkan papan himbauan berfungsi untuk memberikan informasi atau himbauan persuasif untuk ikut melestarikan RTH pada terminal (Gambar 44). Secara psikologis, peringatan berupa himbauan akan lebih efektif daripada larangan. Upaya pemeliharaan yang baik dan harus dilakukan oleh pengelola
69 adalah pengecatan ulang setiap setahun sekali, perbaikan jika rusak, bahkan penggantian apabila papan tulisan tersebut mengalami kerusakan parah. Pemeliharaan ini dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan fungsi dari papan tulisan tersebut. Pengecatan dapat dilakukan pada lokasi maupun perbaikan pada tempat khusus. Pemeliharaan ini sangat penting agar papan tulisan tersebut tetap informatif dan dapat menarik perhatian pengunjung (Arifin dan Arifin 2005).
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 44 Papan Himbauan pada Taman Membuat Pagar untuk Antisipasi Vandalisme Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, vandalisme adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya). Bentuk vandalisme yang dijumpai pada taman umum dapat terjadi pada elemen keras taman maupun pada tanaman dalam taman tersebut. Vandalisme pada elemen keras taman berupa mencorat-coret, membuang sampah sembarangan pada areal taman, memecahkan lampu taman, serta merusak rambu-rambu taman. Sedangkan pada elemen tanaman, tindakan vandalisme dapat berupa mengambil atau mencabut tanaman, mencoret dan melukai batang pohon, serta memotong atau merusak bagian pohon (Arifin dan Arifin 2005). Tindakan vandalisme tersebut dapat menghilangkan fungsi yang dimiliki oleh elemen keras pada taman, sedangkan pada elemen tanaman, hal tersebut dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat mengakibatkan kematian tanaman. Tindakan vandalisme dipengaruhi oleh kepribadian dan budaya masyarakat yang tidak atau kurang menghargai barang-barang milik umum (public goods). Vandalisme dapat mengurangi nilai estetika taman. Untuk melestarikan keindahan taman, pengelola perlu melakukan antisipasi terhadap tindakan vandalisme pengguna. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan membuat pagar untuk taman yang ada. Pagar yang dibuat bertujuan untuk melindungi taman dari gangguan luar yang tidak diinginkan. Selain itu material dan bentuk yang dimiliki pagar tersebut dapat meningkatkan nilai estetika taman (Arifin dan Arifin 2005). Pemilihan material pagar perlu disesuaikan dengan tujuannya. Secara umum terdapat 2 kelompok material pagar yang dapat digunakan yaitu (Gambar 45):
70 1. Pagar material lunak dengan menggunakan tanaman semak atau perdu. Jenis tanaman yang dapat digunakan adalah teh-tehan, pangkas kuning, landepan, Ruelia, Diefenbachia, bambu pagar, maupun jenis-jenis Sansiviera. 2. Pagar dengan material keras. Material yang dapat digunakan adalah bahan alami seperti pagar bambu, papan kayu, dan dolken. Material lain yang lebih keras yang dapat digunakan adalah besi teralis, tembok beton, maupun pagar dengan kawat.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 45 Jenis-jenis Pagar Taman: Pagar Kawat (kiri) dan Pagar Tanaman (kanan) Menurut Arifin dan Arifin (2005) prinsip pagar yang digunakan dalam taman hendaknya memenuhi beberapa ketentuan seperti berikut: 1. Pagar memiliki fungsi yang sesuai dengan tujuan desain taman. 2. Pembuatan pagar dan pemilihan jenis bahan disesuaikan dengan dana yang tersedia. 3. Memperhatikan kekuatan dan ketahanan pagar terhadap iklim sekitar. 4. Mempertimbangkan biaya pemeliharaan. 5. Mempertimbangkan segi/unsur estetikanya. Intesitas perawatan pagar tergantung dari jenis material yang digunakan. Pagar tanaman membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif daripada material keras. Pagar tanaman membutuhkan pemeliharaan fisik seperti penyiraman, pemupukan, dan lain-lain. Sedangkan material keras membutuhkan perawatan seperti pengecatan, pengelasan, perbaikan, serta penggantian. Fungsi utama pagar adalah untuk melindungi tanaman dari gangguan luar. Namun, dengan bentuk dan desain yang memiliki nilai estetika diharapkan pengguna taman memiliki rasa segan untuk tidak melakukan tindakan vandalisme.
71
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Terminal Tawang Alun saat ini adalah: 1) organisasi pengelola sudah ada, namun belum memiliki suatu bagian yang secara spesifik yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan RTH, 2) jadwal rutin pemeliharaan hanya terstruktur untuk beberapa kegiatan serta metode kerja yang belum sesuai dengan standar, 3) jumlah tenaga kerja yang sudah ada belum efektif untuk kegiatan pemeliharaan RTH, 4) jumlah alat dan bahan yang digunakan masih terbatas, dan 5) dana pemeliharaan yang tersedia masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan suatu rencana pengelolaan (Management Plan) yang disusun berdasarkan lima hal, yaitu: 1. Penyusunan organisasi pengelola RTH TTAJ 2. Pembuatan jadwal pemeliharaan 3. Peningkatan kualitas tenaga kerja 4. Peningkatan jumlah alat dan bahan secara efektif 5. Peningkatan anggaran biaya pemeliharaan
Saran Saran yang dapat diberikan dari skripsi ini adalah: 1. Rencana Pengelolaan RTH Terminal Tawang Alun dapat segera disusun oleh pihak UPT Terminal selaku pengelola sebagai acuan program pemeliharaan agar RTH TTAJ dapat memiliki penampilan yang terbaik serta dapat memenuhi fungsinya dengan baik. 2. Peta masterplan Terminal Tawang Alun Jember perlu diperbarui untuk memudahkan kegiatan yang berhubungan dan membutuhkan peta tersebut. Hal ini disarankan karena pihak Terminal Tawang Alun belum memiliki peta materplan terbaru sesuai kondisi eksisting Terminal Tawang Alun Jember pada saat ini.
72
DAFTAR PUSTAKA Arifin H. S. dan Arifin N. H. S. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VIII Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. 169 hal. Arifin H. S, Munandar A, Arifin N. H. S, Pramukanto Q, Damayanti V. D. 2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Cetakan Pertama Edisi Kedua. Bogor: Tim Sampoerna Hijau. Arifin H. S. 2005. Tanaman Hias Tampil Prima. Cetakan II. Jakarta: Penebar Swadaya. 168 hal. Budiana N. S. 2008. Memupuk Tanaman Hias. Cetakan V. Jakarta: Penebar Swadaya. 84 hal. Carpenter P. L, Walker T. D, Lanphear F. O. 1975. Plant In The Landscape. San Fransisco: Wh. Freeman and Company. 418 hal. David F. R.2008. Manajemen Strategi ke-10. Terjemahan oleh Budi S. Strategic Management: Concepts and Cases. Jakarta: Salemba Empat. Dwianto R. 2008. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor. Hakim R. 2011. KOMPONEN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANSKAP: Prinsip-Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Bumi Aksara. Hariyono P. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek. Jakarta: PT. Bumi Aksara Joga N dan Antar Y. 2007. Komedi Lenong Satire Ruang Terbuka Hijau. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Karda. 26 April 2010. Terminal Penumpang dan Sistem Jaringan Angkutan Umum. [Internet]. [Diunduh 2012 Juli 12]. Tersedia pada http://kardady.wordpress.com /2010/04/26/terminal-penumpang-dan-sistemjaringan-angkutan-umum/ Kinnear T. C dan Taylor J. R. 1991. Riset Pemasaran ed ke-3. Jakarta: Erlangga. Koesmaryono J dan Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. 190 hal. Lestari G dan Kencana P. I. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar Swadaya. Maulana Y. 2010. Kota Jember: Kota Seribu Gumuk [internet]. [diunduh pada 2012 Desember 31]. Tersedia pada http://yustian.com/kabupaten-jemberkota-seribu-gumuk. Parker J dan Bryan P. 1989. Landscape Management and Maintenance. Great Britain: Gower Publishing Company. 177 hal. Pujowati P. 2009. Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri di Daerah Aliran Sungai Karang Mumus, Kalimantan Timur [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis:Reorientasi konsep perencanaan strategi untuk menghadapi abad 21. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sandy D. A. S. 2010. Manajemen Program Rekreasi Berbasis Ekologi di Taman Budaya, Sentul City Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.
73 Sani A. P. 2008. Revitalisasi Kawasan Kota. [internet]. [Diunduh 2011 Maret 22]. Tersedia pada http://ardypurnawansani.wordpress.com/ 2008/ 06/15/ revitalisasi-kawasan-kota/ Schmidth F.H dan Ferguson J.H. 1951. Rainfall Types Based on Wet and Dry Period for Indonesia with western New Guinea. Kementrian Perhubungan Djawatan Meteorologi dan Geofisika. Verhandelingen No. 42. Jakarta Sebastian S. 2009. Rencana Pengelolaan Lanskap Pantai Tanjung Bayang Makassar Melalui Pendekatan Aspek Ekologi dan Sosial Ekonomi [Skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap. Institut Pertanian Bogor. Sternloff R. E dan Warren R. 1984. Park and Maintenance Management. New York: John Wiley & Sons Inc. 326 hal. Sudewa A. 2011. Berbagai Jenis Tanah di Indonesia [internet]. [Diunduh 2012 Desember 28]. Tersedia pada http://arisudev.wordpress.com/2011/07/13/ berbagai-jenis-tanah-di-indonesia/ Umar H. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): Rajagrafindo Persada. Wardiningsih S. 2005. Rencana Pengelolaan Lanskap Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Weinheimer III J. F. 1997. A Place of Our Own. [Thesis]. Virginia: Virginia Polytechnic Institute and State University.
74 Lampiran 1 Kuesioner Pengguna Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Nama mahasiswa Judul penelitian
: Muh. Amin Shodiq / A44080018 : Revitalisasi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Terminal Tawang Alun Jember Kuisioner Pengguna Jasa di Terminal Tawang Alun Jember Responden Yth. Terimakasih atas waktu yang telah Anda sediakan untuk mengisi kuisioner ini. Data yang ada dalam kuisioner ini selanjutnya akan digunakan dalam kegiatan penelitian skripsi dan tidak akan dipublikasikan. Mohon untuk memberi tanda silang pada kotak yang disediakan Jenis Kelamin ο¨ Laki-laki ο¨ Perempuan Usia ο¨ <14 tahun ο¨ 14-25 tahun ο¨ 25-55 tahun ο¨ >55 tahun Pekerjaan ο¨ PNS ο¨ Karyawan Swasta ο¨ Wirausahawan ο¨ Pelajar ο¨ Mahasiswa ο¨ TNI ο¨ Ibu Rumah Tangga ο¨ Lainnya : ........................... Pendidikan terakhir ο¨ SD ο¨ SMP ο¨ SMA ο¨ D1/D2/D3 * ο¨ S1/S2/S3 * *coret yang tidak perlu 1. Frekuensi datang ke terminal ο¨ Setiap hari ο¨ Seminggu 3 kali atau lebih ο¨ Sebulan sekali ο¨ Setahun sekali ο¨ Pertama kali 2. Status tempat tinggal pengguna jasa ο¨ Penduduk dalam kota Jember ο¨ Penduduk luar kota Jember 3. Jenis jasa transportasi umum yang sering digunakan ο¨ Kendaraan dalam kota (angkutan kota) ο¨ Kendaraan luar kota (bus AKDP) 4. Tujuan menggunakan jasa tansportasi angkutan umum untuk ο¨ Bekerja
75 ο¨ Sekolah ο¨ Bepergian ο¨ Berdagang 5. Kendaraan menuju terminal ο¨ Angkutan Umum ο¨ Kendaraan Pribadi ο¨ Jalan Kaki 6. Parkir Kendaraan ο¨ Parkir ο¨ Tidak Parkir Pendapat Anda tentang KEBERSIHAN terminal 1. Sampah a) Jumlah tempat sampah ο¨ Tidak tersedia (tidak terlihat adanya tempat sampah) ο¨ Kurang tersedia (terlihat beberapa tempat sampah) ο¨ Tersedia (terlihat di semua tempat utama) b) Keberadaan sampah di terminal ο¨ Sampah banyak berserakan ο¨ Terlihat tumpukan sampah di beberapa tempat tertentu ο¨ Tidak terlihat sampah 2. Genangan air (becek) pada musim hujan ο¨ Ada ο¨ Tidak ada 3. Aroma ο¨ Tercium bau tidak sedap ο¨ Biasa saja Pendapat Anda tentang KENYAMANAN terminal 1. Suasana di dalam bangunan terminal ο¨ Panas ο¨ Biasa saja ο¨ Teduh 2. Suasana di luar bangunan terminal ο¨ Panas ο¨ Panas berdebu saat musim kemarau ο¨ Terdapat becek/genangan air saat musim hujan ο¨ Biasa saja ο¨ Teduh 3. Tempat duduk ο¨ Tidak tersedia tempat duduk ο¨ Kurang tersedia (banyak pengguna jasa yg tidak mendapat tempat duduk saat menunggu) ο¨ Tersedia (semua pengguna jasa dapat duduk dengan nyaman saat menunggu angkutan) 4. Koridor pejalan kaki
76 ο¨ Jalan/paving rusak ο¨ Licin ο¨ Baik dan nyaman Pendapat Anda tentang KEAMANAN terminal 1. Petugas keamanan ο¨ Cukup (terlihat dan mudah dihubungi) ο¨ Kurang (jarang terlihat) ο¨ Tidak cukup (sama sekali tidak terlihat di lapangan) 2. Pos keamanan ο¨ Cukup ο¨ Tidak cukup Pendapat Anda tentang FASILITAS terminal 1. Toilet a. Jumlah toilet yang dibutuhkan ο¨ Kurang tersedia (sulit dijumpai/antrian panjang) ο¨ Cukup tersedia (mudah ditemui/tidak antri) b) Sumber air ο¨ Tidak ada air ο¨ Kurang lancar ο¨ Lancar c) Penjaga kebersihan toilet ο¨ Ada ο¨ Tidak ada d) Tarif toilet ο¨ Mahal ο¨ Murah ο¨ Gratis e) Kebersihan toilet ο¨ Sangat kotor (bau dan becek) ο¨ Sedang (tidak bau) ο¨ Sangat bersih (tidak bau dan kering) 2. Peron a) Bangku tunggu ο¨ Tidak tersedia (sulit dijumpai) ο¨ Kurang tersedia (banyak yang berdiri) ο¨ Tersedia (semua bisa duduk) b) Informasi keberangkatan ο¨ Tidak ada informasi sama sekali ο¨ Informasi dengan suara kurang jelas terdengar ο¨ Informasi dengan suara terdengar dengan jelas ο¨ Hanya ada informasi dengan tulisan (layar digital) ο¨ Terdapat informasi dengan suara dan tulisan c) Penunjuk jurusan ο¨ Tidak ada penunjuk jurusan
77
3.
4.
5.
6.
7.
ο¨ Kurang jelas dan membingungkan ο¨ Terlihat jelas dan mudah dimengerti Tempat ibadah a) Kapasitas ο¨ Sempit (antri waktu shalat) ο¨ Sedang (tidak antri) ο¨ Luas (leluasa) b) Sumber air ο¨ Tidak ada air ο¨ Kurang lancar ο¨ Lancar Kantin a) Lokasi dengan ruang tunggu ο¨ Jauh dari jangkauan ο¨ Mudah diketahui dan strategis b) Kios makanan ο¨ Sedikit dan tidak lengkap ο¨ Kurang lengkap ο¨ Lengkap dan beragam c) Kapasitas dan fasilitas ο¨ Sempit dan sedikit meja makan ο¨ Luas dan tersedia meja makan Parkir kendaraan pribadi a) Kapasitas lahan parkir ο¨ Kurang cukup dan sering tidak tersedia (antrian banyak setiap hari) ο¨ Kurang cukup dan sering tersedia (antrian banyak pada hari tertentu saja) ο¨ Luas dan selalu tersedia b) Lokasi dengan ruang tunggu terminal ο¨ Jauh dari jangkauan ο¨ Dekat dan strategis Taman a) Kondisi taman ο¨ Tidak terawat ο¨ Kurang terawat ο¨ Rapi dan terawat dengan baik b) Keindahan taman ο¨ Tidak menarik ο¨ Kurang menarik dan biasa saja ο¨ Menarik dan enak dipandang c) Lokasi ο¨ Tidak terlihat dan tertutupi ο¨ Mudah dilihat dan strategis Apa yang perlu ditambahkan pada terminal (boleh memilih lebih dari 1 jawaban, maksimal 3 jawaban) ο¨ Bangunan Peneduh ο¨ Taman dan Pepohonan ο¨ Pos dan petugas keamanan ο¨ Penerangan
78 ο¨ ο¨ ο¨ ο¨ ο¨ ο¨ ο¨ ο¨ ο¨
Toilet umum Tempat sampah Bangku tunggu pada peron Kantin dan kios-kios Sumber informasi Tempat parkir ............................... ............................... ...............................
Harapan terhadap pengelolaan Terminal Tawang Alun Jember 1. Kebersihan ...................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ................................................................................................... 2. Keamanan ...................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ................................................................................................... 3. Kenyamanan ...................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ................................................................................................... 4. Keindahan ...................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ................................................................................................... 5. Fasilitas terminal ...................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ................................................................................................... 6. Pelayanan jasa angkutan umum ...................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...................................................................................................
Kerahasiaan informasi Anda terjamin. Terimakasih atas partisipasinya.
79 Lampiran 2 Standar Pelaksanaan Kerja Pemeliharaan Taman dan Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan Taman dan Kebersihan No
Jenis Pekerjaan
Alat dan Bahan
1
Pemangkasan Rumput
Grass mower, gunting pangkas rumput, parang, pengki, sapu lidi, sekop kecil
2
Penggemburan Media Rumput
Garpu tanah, pengki, gerobak kecil, serbuk gergaji halus, dan humus pasang (top soil kompos)
Syarat-Syarat Umum Pelaksana Pemeliharaan Taman dan Kebersihan β Minimal 1 kali seminggu dipangkas, tidak bergelombang, harus rata, tidak terlalu pendek β Rumput gajah 2,5 cm; rumput manila/peking 1,5 cm β Hasil pangkasan dibuang ke tong sampah β Bila mati (gundul) disulam kembali/diganti, dengan catatan luasan yang gundul/mati tidak banyak/masih bisa disulam dengan rumput sekitarnya β Rumput untuk keperluan penyulaman diambil dari bagian tepi taman dengan cara penjarangan β Digemburkan dengan menggunakan garpu tanah, dilakukan dengan perlahan dengan kedalaman 5-10 cm β Penebaran topdress (campuran antara serbuk gergaji, humus pasang, dan rumput dengan perbandingan 7:3:1) minimal 1 kali setahun β Kegiatan penggemburan dengan garpu dan penebaran topdress dengan hampir secara bersamaan untuk menghindari terinjaknya tanah yang telah digemburkan pada saat penebaran topdress
80 Lanjutan Lampiran 2 3 Pendangiran dan Aerasi Tanah
Garpu tanah, cangkul
4
Pemangkasan Tanaman
Gunting pangkas (untuk semak), gunting setek/dahan (untuk perdu tinggi), pengki, gergaji (untuk batang besar), obat desinfektan/cat/ter (bila perlu)
5
Penyiraman
Selang, portable sprinkler
β Untuk memperbaiki aerasi tanah dilakukan 1 kali seminggu dengan alat congkel seperti garpu tanah, cangkul, linggis, dan kored β Secara rutin dan baik serta gembur tanah β Untuk pohon dan palem dilakukan dengan cara pembuatan bokoran disekeliling pangkal batang dengan radius 50 cm disesuaikan diameter batang (bila mungkin) β Cara dan frekuensi pemangkasan disesuaikan menurut kebutuhan masingmasing jenis tanaman β Memangkas cabang, dahan, dan ranting tanaman yang retak, patah, mati, dan terserang penyakit β Membuang tunas-tunas yang lemah dan tunas air β Memangkas bagian tanaman yang tumbuh berlebihan, sehingga merusak bentuk keseluruhan sesuai petunjuk (untuk tanaman semak/ground cover) β Teknik pemangkasan dapat dilihat pada buku penuntun β Dilakukan setiap 2 kali sehari (bila tidak hujan), pagi dan sore secara rutin (jam 06.00 s/d 16.00) β Penyiraman pada siang hari dilakukan langsung pada permukaan tanah, jangan sampai mengenai daun tanaman untuk menghindari daun yang terbakar β Air yang dipergunakan bersih, tidak berbau dan tidak kotor, tidak sadah, tidak membawa penyakit, tidak merusak, dan mematikan tanaman
81
6
Pemupukan
Sarung tangan, ember plastik, sekop kecil, handsprayer (untuk pupuk daun)
7
Pemberantasan Hama (HPT) dan Pencegahannya
Knapsack sprayer/blower, sarung tangan, masker
8
Pemberantasan Gulma
Sarung tangan (manual), pengki
β Jumlah air disesuaikan dengan kebutuhan, merata, dan basah sampai keperakaran bawah agar tanaman dapat tumbuh secara optimum β Pupuk anorganik 3 bulan 1 kali sesuai petunjuk dan checklist NPK, KCL,UREA, TSP, CSN, GANDASIL A & B β Pupuk organik sebulan 1 kali sesuai petunjuk dan checklist TB, kompos, T. Sapi, kotoran ayam, serbuk, dll. β Pupun daun (pupuk sintesis) yaitu diberikan hormon daun 1 bulan 1 kali seperti Bay Forlan, dan sejenisnya (MG) β Khusus untuk pemupukan rumput dengan urea, setelah ditabur segera disiram dengan air secukupnya untuk menghindari daun terbakar β 2 minggu 1 kali disemprot obat gabungan pestisida yang efektif yang bersifat sistematik dengan dosis direkomendasikan sesuai label (campuran, pestisida, bacterida, insektisida) β Penyemprotan dilakukan sore hari serta memperhatikan arah dan kecepatan angin β Mencabut tanaman (rumput liar selain tanaman yang dikehendaki) dengan tidak merusak rumput/tanaman utama β Gulma harus dicabut sampai seluruh akarnya (akar rimpang/stolon utnk rumput liar) secara rutin setiap hari β Pemberantasan gulma pada perdu dan pohon dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pendangiran
82 Lanjutan Lampiran 2 9 Penyulaman Tanaman
Sekop kecil atau cangkul, Furadan
10
Meremajakan dan Mempertahankan Bentuk Tanaman
Manual
11
Pembersihan Area Taman
Sapu lidi, pengki
β Tanaman pengganti harus jenis yang sama dan dalam kondisi sehat/lebih baik dari tanaman yang akan diganti β Penyulaman jangan sampai merusak tanaman lain yang masih sehat β Lubang tanam untuk tanaman baru harus bebas dari patogen (taburkan furadan secukupnya) β Lubang tanam diberi pupuk kandang dan didiamkan beberapa saat (bila perlu) β Menjarangkan tanaman untuk tanaman semak rendah dan groundcover (minimal 3 bulan 1 kali) β Menyulam/mengganti tanaman yang rusak/mati/sakit/hilang β Meremajakan tanaman yang sudah tua β Penanaman harus sesuai dengan jenis tanaman yang ada (rumput, groundcover) β Menyapu dengan alat yang sesuai β Disapu dari setiap sudut-sudut dan sesuai dengan arah angin β Menyapu dengan tidak menimbulkan debu, sebelumnya dipercikan air dulu β Sampah dan debu dimasukkan dalam keranjang sampah dan tidak dibuang keselokan/sungai/parit β Buang sampah ke penampungan sampah β Periksa kembali pekerjaan yang sudah dikerjakan β Dilakukan setiap kali ada kotoran/sampah
83 Lanjutan Lampiran 2 12 Pembersihan Papan
13
Sikat ijuk
Pembersihan Pot Sikat ijuk dan Lampu Taman Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
β Pergunakan sikat ijuk/kain lap β Gunakan air untuk membantu membersihkan kotoran yang menempel β Pergunakan sikat ijuk/kain lap β Lakukan dengan perlahan, jangan sampai cat terkelupas
84 Lampiran 3 Standar Penampilan Komponen Tanaman dan Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan Taman Dan Kebersihan No
Item pekerjaan
1
Rumput
Standar penampilan komponen Hijau, subur, dan rapat Sejenis (tidak ada tanaman liar) Bebas dari sampah/kotoran/bau
Tidak tergenang air
Merata, rapi, tidak berbunga
Gembur
Ketinggian 2
Tanaman Kelompok tanaman semak dan yang serasi perdu Habitat sama
Tumbuh dengan baik dan subur
Sesuai dengan lokasi dan menurut fungsi Bebas dari hama, sampah, puing, dan batuan
Syarat-syarat umum pelaksanaan perawatan taman dan kebersihan Disiram air minimum 1 kali sehari kecuali waktu hujan Bebas dari rumput lain dan tanaman liar, pencabutan dilakukan setiap hari Disapu, tidak ada sampah, batubatuan atau puing dan sarang binatang, bebas dari bau yang tidak sedap Kemiringan ke arah saluran air disesuaikan dengan keadaan di lapangan Dipangkas secara rutin 1 kali seminggu, disulam yang mati/gundul dan tidak sampai berbunga Keadaan tanahnya selalu gembur, digemburkan dengan cara penebaran topdress (campuran antara serbuk gergaji, humus pasang, dan rumput dengan perbandingan 7:3:1) minimum 1 kali setahun Rumput gajah sekitar 3 cm, rumput manila/peking sekitar 2 cm Bentuk dan warna tanaman buat daun yang serasi Tempat tumbuh dan sifat pertumbuhan yang hampir sama β Dirawat secara rutin β Pemupukan 3 bulan sekali (pupuk alam) β Penggemburan tanah 1 kali sebulan Penempatan tanaman yang tepat, diperhatikan kegunaan, lokasi, dan keadaan tempat β Penyemprotan hama 1 kali seminggu atau 3 hari sekali bila diperlukan β Dibersihkan dari sampah,
85 puing dan batuan, sarang binatang serta tidak ada bau yang tidak sedap 3
Tanaman pagar/ Border
Merata dan rapi
Bebas dari rumput liar, sampah, dan puing Sejenis Sesuai dengan fungsinya Bebas dari hama tanaman 4
Tanaman hias berbunga
Cerah, indah
Mudah dirawat
Berbunga secara merata
Bebas dari rumput liar Bebas dari hama 5
Tanaman pelindung
Jenis yang baik
Berfungsi untuk pelindung
Penanaman yang baik
Ketinggian tertentu, pangkas/ gunting terencana seminggu sekali Pencabutan rumput liar secara rutin (1 kali seminggu), pembersihan dari sampah dan puing Jenis tanaman yang sama, penyulaman yang mati/gundul Disesuaikan dengan kebutuhan, pagar batas tinggi antara 150-200 cm, pagar hias 25-40 cm Penyemprotan 1 kali seminggu atau 3 hari sekali bila perlu Dengan warna-warna atau daun yang cerah, kuning, oranye, dan sebagainya yang sesuai Tidak memerlukan peralatan khusus (misalnya dengan rumah kaca) perawatannya mudah β Berbunga bersamaan di dalam kelompok secara bersama β Diusahakan dengan pemupukan dengan pupuk kandang/pupuk buatan/pupuk perangsang bunga pada waktu tertentu (menurut petunjuk) Pencabutan rumput liar,pembersihan sampah, puing, dan sarang binatang setiap saat Penyemprotan 1 kali seminggu atau 3 hari sekali bila perlu Disesuaikan dengan lingkungan β Tidak mudah rontok, mudah dibersihkan, dan perakarannya tidak merusak daerah sekelilingnya β Disesuaikan menurut kegunaannya, tanaman untuk parkir dibedakan dengan tanaman dekat bangunan Lubang tanam pohon disiapkan terlebih dahulu dengan volume 0,8 m X 0,8 m X 0,8 m (sesuai lokasi) diisi dengan campuran
86
Bebas dari hama
6
Tanaman Soliter (tanaman khusus)
Tanaman yang sendiri
Tumbuh dengan baik dan subur Sesuai dengan alokasi/ menurut fungsinya Bebas dari hama, sampah, puing, dan kotoran 7
Tanaman dalam ruang (Indoor Plant)
Subur
Dipilih
Dirawat dengan baik
tanah subur, pasir, dan pupuk (7:3:1) β Pengobatan atau penyemprotan hama 1 kali seminggu (bila perlu) β Bebas dari benalu dan parasit lainnya Tampil dengan baik, berdiri sendiri dan menarik disuatu area yang relatif luas (kosong), sebagai aksen yang baik di tengah lapangan atau titik pandang seperti palem merah, agave kuning, dan cycas Dirawat secara rutin, pupuk 3 kali sebulan, penggemburan tanah 1 kali, penyiraman Penempatan yang tetap (perhatikan kegunaan dan situasi/lokasinya) β Dibersihkan dari sampah dan kotoran lain β Penyemprotan hama 1 kali seminggu (bila perlu) β Disiram secara rutin, disiram 1 kali sehari, kecuali tanaman kering β Tanaman pot/bak disiram pagi dan sore (pada waktu malam hari dikeluarkan dari gedung minimal 2 hari 1 kali) Tidak semua tanaman bisa hidup di ruangan apalagi ruangan berAC, pemilihan tanaman hendaknya disesuaikan dengan habitat/sifat tanaman, misalnya dieffenbachia, palem-paleman untuk ruangan AC β Perawatan secara rutin sangat diperlukan β Penyiraman tidak terlalu basah dan juga tidak terlalu kurang (menurut ketentuan sifat tanaman) β Penggantian tanaman dan media tanam secara rutin minimal 1 kali setahun atau setiap 3 bulan sekali
87
8
Tanaman epifit
Kuat dan serasi
Terawat
Bersih 9
10
Tanaman air
Indah, terawat, dan bersih
Tanah Subur
Remah dan gembur Bersih dari sampah dan puing Bebas dari hama Netral 11
Air
Bersih
Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
β Dilaksanakan pengecekan secara rutin terhadap hama, disemprot insektisida 3 hari 1 kali atau 1 kali seminggu (bila perlu) β Pembersihan dari sampah atau debu baik pada bak/pot bunga maupun pada daun β Tidak mudah lepas, diikat dengan tali ijuk β Tanaman disesuaikan dengan iklim setempat β Disiram dengan air tawar (pagi dan sore) β Disemprot dengan obat hama dan perangsang bunga ( 1 kali seminggu) β Bersih dari sarang binatang β Sesuai dengan fungsinya β Dibersihkan dari daun kering β Dipupuk 1 kali sebulan β Dibebaskan dari debu dan sarang binatang Mengandung zat-zat hara atau zat tumbuh (campuran khusus tanah, pasir, dan pupuk = 7:3:1) Mudah digemburkan, mudah meresap air, dan mudah ditembus akar tanaman Dibersihkan dari sampah terutama yang tidak mudah lapuk (bersih dari puing dan kotoran) Untuk menghindari jamur disemprot dengan antijamur (fungisida) Tidak asam dan tidak basa (pH 67) β Tidak mengandung bahan kimia atau minyak yang merusak tanaman β Tidak berbau yang tidak sedap β Bebas dari sampah β Bisa dipakai untuk menyiram tanaman
88 Lampiran 4 Standar Penampilan Komponen Pelengkap Taman dan Syarat-syarat Umum Pelaksanaan Perawatan Taman Dan Kebersihan No
Itempekerj aan
1
Lampu taman
2
Pagar
3
Kolam air mancur
4
Keran penyiraman taman
Standarpena Syarat-syarat umum pelaksanaan mpilan perawatan taman dan kebersihan komponen Tegak dan Dipasang dengan baik, dengan peraturan rapi sesuai dengan desain Sambungan kabel tertutup rapi, Kabel penempatan/pemasangan kabel di dalam tertutup atau dipasang dengan sebaik-baiknya Tidak karat, dicat dengan baik dan Dicat (tidak disesuaikan dengan lingkungan dan dicek terkelupas) secara rutin Bahan kap lampu yang tahan air/panas, Tahan air tahan terhadap benturan kecil Sinar dapat menerangi lingkungan dengan Nyala cukup/ berfungsi Tidak mudah goyah, dengan bahan yang Kuat tegak baik sesuai dengan ketentuan teknik tertentu Berfungsi Disesuaikan dengan kegunaan/kebutuhan dengan baik dan lokasi Rapi dan Bahan atau warna disesuaikan pula dengan serasi kebutuhan dan dirawat dengan baik β Selalu berisi air Cukup baik β Tidak mudah bocor, cukup kuat dengan dan kuat bahan yang baik β Memenuhi segi-segi teknik/konstruksi Disesuaikan dengan keadaan lingkungan , Indah serasi baik bentuk dan coraknya Berfungsi Keluar air, ada sirkulasi air, tidak dalam dengan baik keadaan kering Bersih dari β Dibersihkan secara rutin dari lumut, lumut, sampah, atau kotoran lain sampah, atau β Tidak berbau yang tidak sedap dan kotoran lain tidak ada sarang binatang Kuat, tidak bocor, tidak berkarat, dan Kuat dan rapi dikontrol secara rutin Penempatan Penempatan titik keran pada lokasi tertentu baik yang baik dan tidak terlihat oleh umu β Keluar air dengan baik, dapat dibuka dan ditutup Berfungsi β Dibuatkan bak kontrol dengan tutup dengan baik yang dapat dibuka/ditutup dan dipasang kunci
89 Lanjutan Lampiran 4 5 Pot bunga/ Planter Kuat Box/ Container Indah dan serasi Berfungsi dengan baik Bersih Cat selalu dijaga Berlubang 6
Tempat sampah
Selalu bersih Cat tidak terkelupas Tidak pecah/ penyok Tidak berbau
Tidak mudah pecah, dengan bahan tanah liat/teracota atau teraso dengan ketentuan teknik/konstruksi Sesuai dengan keadaan lingkungan baik bentuk, warna maupun tanaman bunganya Tanaman yang ditanam dapat hidup dengan subur β Bersih dari lumut atau sampah β Dikontrol secara rutin β Bebas dari bau yang tidak sedap β Tidak kusam dan mengelupas β Pengecatan ulang sekali setahun β Tidak tergenang air β Lubang drainase tidak tersumbat β Dibersihkan 2 kali sehari (pagi dan sore) β Sampah diangkat ke bak penampungan Cat bak sampah selalu rapi, dicat kembali bila terkelupas Hindari dari benturan, bila pecah segera diganti dengan yang baru
Tong sampah dicuci dan disikat 1 kali seminggu 7 Partere Tidak goyang, penyangga/rangka kawat Kuat (tanaman tidak keropos semak β Rajin dipangkas Indah/sesuai pembatas) β Pucuk pohon jangan sampai tumbuh tidak bentuk teratur Tanaman Jangan ada lubang yang tidak tumbuh daun subur 8 Papan Tegak, Dijaga jangan sampai miring atau roboh rambu berdiri kuat imbauan Warna Jika ada warna yang kusam cepat diganti atau Sign cerah dengan yang baru Board Penempatan tepat, mudah terluhat orang, Mudah dapt dibaca dengan baik, dan tidak terbaca menghalangi pemandangan indah Tidak mudah dicuri/diambil orang, tidak Aman mudah dijangkau oleh tangan jahil yang melakukan tindakan vandalisme Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
90 Lampiran 5 HPT dan Cara Penanganannya Bagian Terserang Daun
β Daunkerdil dan keriput
Ulat
Daun dan batang muda
β Daun dan batang muda rusak dimakan β Daun tergulung
Rayap
Akar dan batang
β Tanaman meranggas, layu, dan mati
Belalang
Daun dan batang muda
Siput dan keong
Akar dan daun
Hama Semut/Tawon
Gejala
β Daun rusak dimakan seperti tergunting β Kulit batang muda terkelupas β Daun dan akar rusakdimakan β Daun berlubang
Cara Penanganan β Daunyang terserang dipotong β Ulat diambil secara manual lalu dimusnahkan β Tanaman disemprot insektisida β Tanaman yang diserang dicabut β Media tanam disterilkan β Belalang diambil secara manual lalu dimusnahkan β Tanaman disemprot insektisida β Hama diambil secara manual β Bagian tanaman yang terserang embun jelaga dibersihkan dengan air sabun atau dipangkas β Tanaman disemprot dengan insektisida
Kutu daun (Macrosiphum rosae Linn)
Pucukdan daun
β Bagian terserang keriting karena cairannya terisap β Bagian daun dan batang berwarna hitam karena terserang embun jelaga
Kumbang
Daun, tangkai, akar, dan kuntum bunga
β Bagian yang terserang rusak dan berlubang β Larva menyerang perakaran
β Kumbang dikumpulkan, lalu dimusnahkan β Tanaman disemprot dengan insektisida
Daun dan pucuk
β Timbul titik-titikmerah berwarna kuning/abu-abu kecokelatan pada daun dan pucuk karena cairannya terisap
β Tanaman disemprot dengan akarisida
Tunas
β Tanaman tumbuh abnormal
Tungau (Tetranychus telarius) Lalat (Dasyncura rhodophaga) Cacing Penyakit
Busuk daun
Busuk bunga (cendawan Botyris cinerea Pers. Fr)
Media tanam dan akar Bagian Terserang Daun, batang, dan bunga pada tanaman sukulen
Bunga
β Kotoran cacing menggunung di permukaan media tanam Gejala
β Tanaman yang terserang dibakar β Tanaman disemprot dengan insektisida β Media disiram air/air sabun hingga cacing keluar, lalu cacing diambil secara manual Cara Penanganan
β Terdapat bercak putih bertepung pada bagian terserang β Daun berguguran
β Bagian tanaman yang terserang dibuang β Penyemprotan daun sehat dengan fungisida
β Kuntum bunga yang telah membuka membusuk berwarna cokelat dan berbintil hitam
β Bunga yang mulai mekar dibungkus dengan kantong β Penanganan pascapanen bunga yang benar β Tanaman disemprot dengan fungisida
91 Lanjutan Lampiran 5 Busuk batang
Batang
Busuk abuabu
Daun dan bunga yang gugur
β Batang lemah dan berlendir β Tanaman tampak membusuk β Tampilan tanaman berserat abu-abu
Jamur upas (cendawan Corticium salmonicolor)
Batang
β Batang terdapat lapisan kerak berwarna merah β Batang lambat laun akan membusuk dan mati
Karat daun (cendawan Phragmidium mucronatum)
Daun
β Warna jingga kemerahan pada sisi bawah daun β Daun mudah gugur
Daun
β Terdapat tepung putih di bagian atas dan bawah daun β Daun berubah warna merah, kuning, lalu berguguran
Tepung mildew (cendawan Oidium sp.)
Sumber: Lestari dan Kencana (2008)
β Bagian tanaman yang tidak terserang diberi belerang β Bagian tanaman yang terserang dibuang β Daun yang sehat disemprot dengan fungisida β Kulit batang yang sakit dikelupas dan dikerok, lalu diolesi cat atau dipangkas bagian yang terinfeksi berat β Tanaman disemprot dengan fingisida yang berbahan aktif tridemorf β Daun yang terserang dipotong dan dimusnahkan β Tanaman disemprot dengan fungisida β Daun yang sakit dipangkas dan dimusnahkan β Tanaman disemprot dengan fungisida belerang
92
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jember, Jawa Timur pada tanggal 6 Mei 1990. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sururi dan Ibu Siti Fatimah. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1994 di Taman Kanak-Kanak El Wardah Desa Balunglor, Jember. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah Melati Balung pada tahun 1996, pendidikan menengah pertama penulis diselesaikan pada tahun 2005 di Madrasah Tsanawiyah Baitul Arqom Balung. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Jember hingga tahun 2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada bulan Juli tahun 2008. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kompetisi, kepanitian, serta keorganisasian. Kompetisi yang pernah diikuti penulis salah satunya adalah IPB Art Contest 2010 pada lomba Perkusi. Kepanitian yang pernah diikuti salah satunya adalah Gema Nusantara 2008 dan IPB Green Living Movement. Organisasi yang pernah diikuti penulis adalah Bike To Campus Bogor sebagai wakil ketua, kepengurusan HIMASKAP 2011 sebagai Kepala Divisi Sosial Lingkungan, serta sebagai Sekretaris Umum pada Komunitas Pecinta Alam Himaskap (KOALA) IPB. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Desain Penanaman Lanskap (ARL321) semester 6 tahun ajaran 2011-2012, Sejarah Perkembangan Lanskap (ARL201) semester 3 tahun ajaran 2012-2013, dan Pengelolaan Lanskap (ARL412) semester 7 tahun ajaran 2012-2013.