i
EVALUASI PENAMPILAN SIFAT HORTIKULTURA DAN POTENSI HASIL PADA JAGUNG MANIS DAN JAGUNG KETAN
UMI MARYAMAH A24120005
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Penampilan Sifat Hortikultura dan Potensi Hasil pada Jagung Manis dan Jagung Ketan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Umi Maryamah NIM A24120005
i
ABSTRAK UMI MARYAMAH. Evaluasi Penampilan Sifat Hortikultura dan Potensi Hasil pada Jagung Manis dan Jagung Ketan. Dibimbing oleh SURJONO HADI SUTJAHJO dan ANGGI NINDITA. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan karakter hortikultura dan potensi hasil dari genotipe jagung manis dan jagung ketan. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Kampus IPB Dramaga pada bulan Januari sampai dengan Mei 2016. Penelitian menggunakan rancangan augmented dengan faktor tunggal yaitu genotipe jagung. Materi genetik yang digunakan adalah 32 genotipe uji dan 6 genotipe pembanding. Genotipe uji terdiri atas 26 genotipe jagung ketan dan 6 genotipe jagung manis. Genotipe pembanding terdiri atas 3 varietas jagung ketan (URI, Kumala, Victoria) dan 3 varietas hibrida jagung manis (Bonanza, Secada, Talenta). Genotipe jagung ketan dan jagung manis yang diuji menunjukkan keragaman karakter hortikultura kecuali pada karakter ASI (Anthesis Silking Interval). Terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, dan bobot biji tongkol-1 terhadap produktivitas. Genotipe jagung ketan yang memiliki karakteristik hortikultura dan produktivitas yang baik adalah JLP16, JWP127, JWP223, JWP21, JWP32, JKP2, dan JLL1. Adapun genotipe jagung manis yang memiliki karakteristik hortikultura dan produktivitas yang baik adalah SD3. Kata kunci: augmented, karakter kualitatif, karakter kuantitatif, produksi
ABSTRACT UMI MARYAMAH. Evaluation of Horticultural Character Performance and Yield Potential on Sweet Corn and Waxy Corn. Supervised by SURJONO HADI SUTJAHJO and ANGGI NINDITA. The research was aimed to evaluate horticultural character performance and yield potential on sweet corn and waxy corn. The field experiment was conducted at Leuwikopo Teaching Farm and Laboratory of Plant Breeding, Bogor Agricultural University from January to May 2016. The experiment was arranged in augmented design with genotype as factor. The genetic material was consisted of 32 corn genotype and 6 commercial varieties as check. There are 26 genotype of waxy corn and 6 genotype of sweet corn. There are three genotype of waxy corn varieties as check (URI, Kumala, Victoria) and three genotype of sweet corn varieties (Bonanza, Secada, Talenta) as check. Waxy corn and sweet corn genotype elucidated diversity on horticulture characters except ASI (Anthesis Silking Interval). The positive correlation were resulted between ear lenght, ear diameter, ear height, and ear weight to corn productivity. Genotypes of waxy corn which have higher horticultural characteristic and yield potential are JLP16, JWP127, JWP223, JWP21, JWP32, JKP2, and JLL1. The genotype of sweet corn that has higher horticultural characteristic and yield potential is SD3. Keyword : augmented, qualitative character, quantitative character, production.
ii
EVALUASI PENAMPILAN SIFAT HORTIKULTURA DAN POTENSI HASIL PADA JAGUNG MANIS DAN JAGUNG KETAN
UMI MARYAMAH A24120005
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
iii
iv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Evaluasi Penampilan Sifat Hortikultura dan Potensi Hasil pada Jagung Manis dan Jagung Ketan dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S. dan Ibu Anggi Nindita, S.P., M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan dorongan selama penyelesaian tugas akhir. 2. Ibu Dr. Desta Wirnas, S.P.,M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan rekomendasi kepada penulis. 3. Bapak Sabar Diharjo dan Ibu Painah selaku orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik secara moriil dan materiil. 4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas bantuan beasiswa Bidikmisi yang menunjang perkuliahan penulis selama di IPB. 5. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan ilmunya. 6. Bapak Maman yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian. 7. Keluarga Agronomi dan Hortikultura angkatan 49 (Lotus) atas bantuan dan kerja sama selama menjalankan perkuliahan, penelitian, dan penyelesaian tugas akhir. 8. Sahabat seperjuangan dari Tingkat Persiapan Bersama : Syabina, Susi, Ulfa, Astuti, Nurul, Lia, Ayu, dan Laila. 9. Citra Nandini, Abdul Rahman, Li’ana, Frani Amanda, dan Suryadi yang membantu penulis dari penelitian hingga penulisan skripsi. 10. Devi Alvida, Nurul Hidayati, Mira Sintia, Danti Budiati, Riri Damayanti, Hana Nabila, Rina Agustina, Lulu Farohat, dan Devi Kurnia yang membantu penulis ketika melakukan penelitian di lapang. Semoga penelitian yang penulis lakukan dapat memberikan manfaat bagi semua orang dan dapat memberikan informasi khususnya untuk pengembangan jagung manis dan jagung ketan selanjutnya.
Bogor, September 2016 Umi Maryamah
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Jagung Manis Botani dan Morfologi Jagung Ketan Pemuliaan Jagung Manis Pemuliaan Jagung Ketan METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Rancangan Percobaan Pelaksanaan Penelitian Pengamatan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keragaan Karakter Kuantitatif Genotipe Jagung Analisis Koefisien Korelasi Linier Antarkarakter Keragaaan Karakter Kualitatif Genotipe Jagung Analisis Gerombol KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
v vii vii vii 1 1 1 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 5 6 9 9 9 10 12 16 18 21 21 21 21 25 35
DAFTAR TABEL
1. Kategori dan skor ketahanan genotipe jagung terhadap penyakit bulai berdasarkan persentase serangan 2. Hasil rekapitulasi sidik ragam terhadap karakter kuantitatif tanaman jagung 3. Nilai rata-rata tiap peubah berdasarkan kelompok genotipe jagung. 4. Korelasi linier antar karakter kuantitatif genotipe jagung 5. Rekapitulasi nilai rata-rata tiap karakter pada genotipe jagung ketan 6. Rekapitulasi nilai rata-rata tiap karakter pada genotipe jagung manis 7. Rekapitulasi hasil pengamatan kualitatif genotipe jagung
8 11 12 13 14 15 17
DAFTAR GAMBAR
1. Susunan baris biji 2. Penutupan kelobot 3. Skor warna biji pada genotipe jagung 4. Skor pengisian tongkol 5. Penyakit dan gejala serangan hama pada pertanaman jagung 6. Skor warna pada biji jagung 7. Hasil pengelompokan menggunakan analisis gerombol terhadap genotipe jagung manis 8. Hasil pengelompokan menggunakan analisis gerombol terhadap genotipe jagung ketan 9. Hasil pengelompokan menggunakan analisis gerombol terhadap genotipe jagung ketan dan jagung manis
7 7 8 8 10 16 18 19 20
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data iklim bulan Januari hingga April 2016 2. Genotipe jagung ketan dan jagung manis yang digunakan sebagai materi genetik dalam penelitian. 3. Keragaan tongkol genotipe uji jagung ketan dengan genotipe pembanding 4. Keragaan tongkol genotipe uji jagung manis dengan genotipe pembanding 5. Deskripsi varietas Talenta 6. Deskripsi varietas Secada 7. Deskripsi varietas Bonanza 8. Deskripsi varietas Kumala 9. Deskripsi varietas URI
27 27 28 29 30 31 32 33 34
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang digemari oleh masyarakat karena memiliki rasa yang manis. Jagung manis memiliki kandungan gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jagung lainnya sehingga memiliki rasa yang lebih manis dan sesuai dengan keinginan masyarakat (Syukur dan Rifianto, 2013). Jagung manis umumnya dikonsumsi dalam bentuk jagung muda yang direbus atau dibakar. Kebutuhan akan tersedianya jagung manis semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik (2015) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan impor jagung manis sebesar 6,26% per tahun. Hal ini menandakan bahwa produksi jagung manis nasional belum dapat mencukupi permintaan pasar. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu produktivitas jagung manis di dalam negeri yang masih rendah. Produktivitas jagung manis di Indonesia rata-rata 8,31 ton ha-1 (Muhsanati et al., 2006) dengan potensi hasil jagung manis mencapai 14-18 ton ha-1. Jagung ketan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kandungan amilopektin yang tinggi. Kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan tekstur jagung menjadi lunak dan pulen (Widowati et al., 2006). Wilayah yang menjadi sentra produksi jagung ketan di Indonesia yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah di Papua (BPS, 2014). Sebagian besar wilayah tersebut adalah wilayah bagian timur Indonesia sehingga jagung ketan kurang dikenal di Pulau Jawa. Faktor yang menyebabkan jagung ketan sedikit dibudidayakan yaitu jagung ketan umumnya jagung lokal yang mempunyai potensi hasil rendah yaitu kurang dari 2 ton ha-1 (Rouf et al., 2010). Peningkatan produksi jagung ketan perlu untuk dilakukan seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap jagung ketan. Karakter unggul yang terdapat pada jagung manis dan jagung ketan mendorong pemulia untuk mengembangkan jagung ketan yang pulen dan memiliki kandungan gula yang tinggi serta memiliki produktivitas yang baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk menggabungkan kedua karakter tersebut adalah melalui program pemuliaan tanaman. Keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman ditentukan oleh adanya keragaman genetik yang luas (Azrai, 2004). Keragaman genetik merupakan syarat mutlak dalam keberhasilan suatu program pemuliaan tanaman (Sutjahjo et al., 2015). Keragaman merupakan sumber untuk mendapatkan informasi genetik pada karakter yang diamati. Tahapan awal yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi terhadap keragaman genetik jagung manis dan jagung ketan.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan karakter hortikultura dan potensi hasil dari genotipe jagung manis dan jagung ketan.
2
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat keragaman genetik untuk karakter hortikultura dan potensi hasil di antara genotipe – genotipe jagung manis dan jagung ketan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Jagung Manis Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) tergolong dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Graminae, famili Graminaceae, dan genus Zea (Tjitrosoepomo, 1991). Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan tanaman semusim. Tanaman jagung manis memiliki siklus hidup yang lebih pendek yaitu 60 – 70 hari. Paruh pertama dari siklus hidupnya merupakan tahap vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung manis termasuk monoceous yaitu bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah tetapi masih terdapat dalam satu pohon. Bunga jantan dalam bentuk malai dan terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina sebagai tongkol yang terletak pada pertengahan tinggi batang (Sembiring, 2009). Secara fisik atau morfologi bunga jantan pada tanaman jagung manis berwarna putih. Tepung sari dihasilkan oleh malai dalam rentang waktu 1 – 3 hari sebelum rambut tongkol keluar. Rambut tongkol berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Satu malai dalam tanaman jagung manis dapat menghasilkan 25 juta tepung sari (Dahlan dan Slamet, 1992). Komponen genetik pada jagung manis disebabkan adanya mutasi gen resesif yang mencegah perubahan gula menjadi pati. Terdapat delapan gen resesif yang terdapat pada jagung manis, yaitu: amylose-extender 1 (ae1), brittle 1 (bt1), brittle 2 (bt2), sugary 1 (su1), shrunken 2 (sh2), dull 1 (du1), sugary enhancer (se1), dan waxy 1 (wx1). Gen pengendali kemanisan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu gen yang mengakumulasi gula dan mereduksi pati (bt1, bt2, sh2, dan se1) dan gen yang mengubah kandungan polisakarida (ae1, su1, du1, se1, dan wx1) (Syukur dan Rifianto, 2013).
Botani dan Morfologi Jagung Ketan Jagung ketan (Zea mays ceratina) tergolong dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Graminae, famili Graminaceae, dan genus Zea (Tjitrosoepomo, 1991). Jagung ketan (Zea mays ceratina) merupakan tanaman semusim. Tanaman jagung ketan memiliki siklus hidup selama 70 - 90 hari (Maemunah dan Yusran, 2010). Paruh pertama dari siklus hidupnya merupakan tahap vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
3
pertumbuhan generatif. Tanaman jagung ketan termasuk monoceous yaitu bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah tetapi masih terdapat dalam satu pohon. Bunga jantan dalam bentuk malai dan terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina sebagai tongkol yang terletak pada pertengahan tinggi batang (Sembiring, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rouf et al. (2010) menyatakan bahwa terdapat perbedaan warna bunga jantan (malai) dalam jagung ketan Gorontalo dibandingkan dengan jagung manis yaitu bunga jantan pada tanaman jagung ketan berwarna merah dan kuning, sedangkan pada jagung manis berwarna putih. Menurut Iriany et al. (2005), jagung ketan memiliki beberapa karakteristik morfologi antara lain tinggi tanaman jagung ketan 135 – 150 cm, ukuran tongkol jagung ketan lebih kecil dibandingkan dengan jagung manis dan berukuran pendek. Jagung ketan memiliki warna biji putih dengan biji berbentuk semi mutiara.
Pemuliaan Jagung Manis Karakterisasi merupakan tahapan penting dalam pemuliaan tanaman jagung sebelum dilakukan pelepasan varietas. Karakterisasi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai genotipe yang memiliki produksi yang lebih baik (Wigathendi et al., 2014). Dengan mengetahui informasi sifat sifat penting dari suatu genotipe yang akan digunakan sebagai bahan pemuliaan (breeding materials), akan memudahkan perolehan varietas yang diinginkan. Selain itu, nilai heritabilitas (daya waris) dan korelasi antar sifat sangat dibutuhkan dalam mendukung terbentuknya varietas yang diinginkan (Amzeri, 2009). Penelitian terkait karakterisasi jagung manis sudah banyak dilakukan. Penelitian terkini terkait karakterisasi jagung manis yaitu oleh Wigathendi et al. (2014) yang melakukan karakterisasi terhadap tujuh genotipe jagung manis hibrida dengan menggunakan parameter kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, secara umum sifat kualitatif pada jagung manis sangat dipengaruhi oleh sifat salah satu tetua. Menurut Gepts dan Hancock (2006) menyatakan bahwa sifat kualitatif pada jagung manis sangat dipengaruhi oleh satu gen yang paling dominan. Hasil parameter kuantitatif menunjukkan bahwa karakter tanaman yang meliputi tinggi tongkol dan bobot biomassa memiliki persamaan, sedangkan sifat tinggi tanaman terdapat perbedaan. Hal ini diperkuat oleh Zainudin (2005) yang menyatakan bahwa perbedaan varietas akan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman.
Pemuliaan Jagung Ketan Pemuliaan tanaman adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi genetik suatu tanaman, sehingga diperoleh suatu varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih baik. Perbaikan sifat genetik tanaman pada umumnya dilakukan dengan tiga cara yaitu (1) penggabungan sifat-sifat, baik yang berasal dari dua atau lebih tetua dan kemudian dilakukan seleksi; (2) seleksi sifat sifat yang telah tersedia dalam suatu
4
populasi alam yang heterogen; (3) memanipulasi atau merubah susunan genom dan gen secara mutasi (Purwati, 1997 dalam Duriat et al., 1997). Karakterisasi merupakan tahapan penting dalam pemuliaan tanaman. Penelitian terkini terkait karakterisasi jagung ketan yaitu oleh Maemunah dan Yusran (2010) yang melakukan karakterisasi dan identifikasi keragaman karakter morfologi kultivar jagung ketan di Kecamatan Ampana. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara morfologi terdapat banyak kesamaan morfologi tanaman jagung ketan meskipun berasal dari daerah yang berbeda. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Balitsereal Maros pada tahun 2011 yang melakukan uji evaluasi daya hasil pada 9 populasi jagung ketan yang dilanjutkan dengan evaluasi stabilitas hasil. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa populasi jagung ketan Muneng Sintetik dengan tipe biji mutiara / flint memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan populasi yang lain.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penanaman dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga Bogor pada bulan Januari sampai April 2016. Pengamatan pascapanen mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Materi genetik yang digunakan pada penelitian ini adalah 32 genotipe uji dan 6 genotipe pembanding. Genotipe uji terdiri dari 26 genotipe jagung ketan yang merupakan generasi Selfing 1 (S1) dan 6 genotipe jagung manis (Lampiran 1). Genotipe pembanding terdiri atas 3 varietas jagung ketan (URI, Kumala, Victoria) dan 3 varietas hibrida jagung manis (Bonanza, Secada, Talenta). Pupuk yang digunakan yaitu 300 kg urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1. Insektisida yang digunakan adalah karbofuran dengan dosis 5 kg ha -1. Alat yang digunakan adalah alat pertanian konvensional (cangkul, kored, tugal, ajir, label), alat pengukuran dan pengamatan (meteran, jangka sorong, timbangan, mistar, kamera digital, alat tulis), dan alat persilangan (kertas sungkup, spidol, stapler, paper clip, plastik). Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan augmented faktor tunggal yaitu genotipe jagung. Genotipe jagung terdiri dari 32 genotipe uji dan 6 genotipe pembanding. Genotipe pembanding diulang sebanyak 4 kali sementara genotipe uji tidak diulang sehingga terdapat 56 satuan percobaan.
5
Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Federer, 1994): Yij = (µ+ρi+τj+εij)nij i = 1,2,3,4 dan j =1,2,3,......36 Keterangan: Yij : nilai pengamatan pada perlakuan genotipe ke j dan kelompok ke-i µ : nilai rata-rata umum ρi : pengaruh kelompok ke-i τj : pengaruh utama perlakuan genotipe ke-j εij : pengaruh galat percobaan yang menyebar normal nij : nilai satu bila perlakuan genotipe ke-j terletak pada kelompok ke-i dan nol bila tidak
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah, aplikasi pupuk kandang dan kapur pertanian satu minggu sebelum tanam. Tanah dibersihkan dari gulma dan digemburkan dengan menggunakan traktor. Tanah diberi pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 dan kapur pertanian dengan dosis 300 kg ha-1 (Ariyanto, 2011). Penanaman Penanaman dilakukan satu minggu setelah pengolahan tanah. Setiap genotipe ditanam dalam satu plot baris dengan panjang 5 meter. Tiap genotipe jagung ditanam satu benih setiap lubang. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Saat penanaman ditambahkan insektisida granul berbahan aktif karbofuran dengan dosis 17 kg ha -1 pada tiap lubang tanam. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada benih dari tiap genotipe jagung yang tidak tumbuh pada saat 1 MST. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 3-4 MST bersamaan dengan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperkuat perakaran sehingga tanaman tidak mudah rebah. Pengendalian penyakit bulai dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang. Pemupukan dilakukan saat tanaman jagung berumur 1 MST dan 3 MST. Pupuk yang digunakan yaitu 300 kg urea ha-1, 200 kg SP-36 ha-1, dan 100 kg KCl ha-1. Pupuk urea diberikan setengah dosis rekomendasi pada saat 1 MST dan sisanya diberikan pada 3 MST. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan satu dosis rekomendasi pada 1 MST. Pemupukan dilakukan dengan cara dialur pada jarak ± 8 cm dari lubang tanam dengan kedalaman ± 10 cm.
6
Selfing (penyerbukan sendiri) Kegiatan selfing dilakukan pada 5 tanaman selain tanaman contoh saat tanaman berumur 46-53 HST. Penyerbukan dilakukan pada saat tongkol sudah muncul rambut yang siap diserbuki dengan panjang >2 cm. Tongkol yang sudah diserbuki ditutup menggunakan kantong kertas dan diberi label. Tongkol hasil selfing digunakan sebagai sample untuk pengukuran kandungan gula pada jagung. Pemanenan dan Pascapanen Pemanenan dilakukan pada saat tongkol jagung sudah terisi sempurna yang ditandai oleh rambut tongkol yang sudah berwarna coklat kehitaman dan mengering (18-22 hari setelah penyerbukan atau sekitar 68-72 HST) (Sari et al. 2013). Pascapanen dilakukan dengan menjemur tongkol jagung di dalam greenhouse selama satu minggu. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap peubah kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh yang diambil secara acak dari setiap genotipe. Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh untuk semua peubah kuantitatif kecuali pada peubah persentase tumbuh tanaman, umur silking, umur anthesis, dan ASI (Anthesis Silking Interval) dan semua peubah kualitatif kecuali skor ketahanan terhadap penyakit bulai. Peubah kuantitatif yang diamati meliputi : 1. Daya tumbuh (%), dihitung saat tanaman berumur 1 MST dengan cara menghitung persentase benih yang tumbuh dari setiap genotipe. 2. Tinggi tanaman (cm), diukur dari atas permukaan tanah hingga dasar malai dilakukan setelah masak susu. 3. Tinggi tongkol utama (cm), diukur dari atas permukaan tanah sampai buku di mana tongkol teratas berada dilakukan setelah masak susu. 4. Diameter batang (cm), diukur pada batang dengan ketinggian 10 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong digital dilakukan pada 2 minggu sebelum panen. 5. Umur anthesis (hari), dihitung jumlah hari dari tanam sampai dengan 75% tanaman dalam plot telah muncul tassel. 6. Umur silking (hari), dihitung jumlah hari dari tanam sampai 75% tanaman dalam plot keluar rambut tongkol. 7. ASI (Anthesis Silking Interval), dihitung selisih antara umur anthesis dengan umur silking. 8. Bobot tongkol per tanaman (gram), diukur dengan menimbang bobot kering tongkol utama dari tanaman contoh. 9. Panjang tongkol (cm), diukur dari pangkal hingga ujung tongkol utama pada tanaman contoh. 10. Diameter tongkol (mm), diukur pada bagian tengah tongkol utama pada tanaman contoh dengan menggunakan jangka sorong. 11. Jumlah baris biji, dihitung jumlah baris biji melingkar di bagian tengah pada setiap tongkol utama dari tanaman contoh. 12. Jumlah biji, dihitung jumlah biji jagung pada setiap tongkol utama dari tanaman contoh.
7
13. Bobot biji tongkol-1 (gram), diukur dengan menimbang biji kering yang telah dipipil pada tongkol utama dari tanaman contoh. 14. Bobot 100 biji (gram), diukur dengan menghitung 100 biji dan ditimbang. 15. Kadar gula (0Brix), diukur dengan hand refractometer saat tongkol sudah siap dipanen dan belum dipetik dari tanaman. 16. Produktivitas pipilan kering (ton/ha), dihitung dengan menggunakan rumus (Efendi et al., 2013)
Peubah kualitatif yang diamati meliputi : 1. Susunan baris biji, diamati susunan baris biji pada tongkol utama dari tanaman contoh dengan kriteria: 1) regular; 2) irregular; 3) straight; 4) spiral.
Gambar 1. Susunan baris biji Sumber : IBPGR (1991) 2. Penutupan kelobot, dilakukan skoring penutupan kelobot pada tongkol utama dari tanaman contoh dengan kriteria : 1) sangat baik; 2) baik; 3) cukup; 4) jelek; 5) sangat jelek.
Gambar 2. Penutupan kelobot
8
3. Warna biji, diamati berdasarkan kriteria : 1) putih; 2) kuning; 3) kuning tua; 4) oranye; 5) oranye tua.
Gambar 3. Skor warna biji pada genotipe jagung 4. Skor ketahanan terhadap serangan bulai (%), dilakukan saat tanaman berumur 5 MST dengan melihat gejala penyakit bulai. Perhitungan persentase serangan bulai dan kategori skor ketahanan menurut Muls et al. (2013) : I = ( A / B ) x 100 % Keterangan : I : Persentase serangan penyakit bulai A : Jumlah tanaman terserang penyakit bulai B : Populasi tanaman yang tumbuh tiap baris Tabel 1. Kategori dan skor ketahanan genotipe jagung terhadap penyakit bulai berdasarkan persentase serangan Persentase serangan (%) 0 – 10 >10 – 20 >20 – 40 >40 – 60 >60 – 100
Kategori ketahanan Sangat tahan Tahan Agak tahan Peka Sangat peka
Skor 1 2 3 4 5
5. Pengisian tongkol, dilakukan skoring pengisian tongkol pada tongkol utama dari tanaman contoh dengan kriteria : 1) sangat baik; 2) baik; 3) cukup; 4) jelek; 5) sangat jelek.
Gambar 4. Skor pengisian tongkol
9
Analisis Data Data yang telah diperoleh dilakukan uji asumsi galat sebelum dianalisis. Adapun analisis data meliputi : 1. Analisis ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar genotipe uji, dengan menggunakan software SAS 9.1. Tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai rata-rata tersesuaikan (adjusted mean) untuk tiap genotipe. Uji F dilakukan pada data kuantitatif. Jika analisis ragam menunjukkan nilai berbeda nyata maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji lanjut BNT taraf α = 5%. 2. Analisis korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah melalui koefisien korelasi (Walpole, 1982). Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan program Minitab 6, perhitungan koefisien korelasi dilakukan pada data kuantitatif untuk menghitung keeratan hubungan antar peubah yang diamati dengan metode Pearson. 3. Analisis gerombol Analisis gerombol dilakukan dengan perhitungan koefisien ketidakmiripan menggunakan metode Gower dan pengelompokkan (clustering) dengan metode Ward menggunakan perangkat lunak R.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Kondisi iklim di sekitar lahan meliputi curah hujan, kelembaban, dan suhu disajikan dalam Lampiran 1. Curah hujan tertinggi pada saat penelitian dilakukan yaitu 644 mm per bulan di bulan Maret, sedangkan curah hujan terendah yaitu 415 mm per bulan di bulan Januari (BMKG, 2016). Berdasarkan data curah hujan tersebut, bulan Januari - April dapat digolongkan sebagai bulan basah. Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra (2006) yang menyatakan bahwa penggolongan tanaman semusim mengikuti klasifikasi iklim Oldeman, bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm diklasifikasikan sebagai bulan basah, sedangkan bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm diklasifikasikan sebagai bulan kering. Suhu harian berkisar 23,8-31,3oC dengan kelembaban berkisar 85-89%. Menurut Koswara (1986), curah hujan rata-rata yang dibutuhkan oleh pertanaman jagung sebesar 100-125 mm bulan-1. Curah hujan yang cukup tinggi dapat menyebabkan munculnya serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan menyebabkan kerebahan pada tanaman jagung. Suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertanaman jagung antara 21-34oC. Penyakit yang menyerang pertanaman jagung pada fase vegetatif yaitu penyakit bulai (Sclerospora maydis) (Gambar 5a). Serangan penyakit bulai terjadi saat tanaman berumur 4 MST. Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan
10
Peronoclerospora maydis. Pengendalian penyakit bulai dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang terserang. Hama yang ditemukan pada pertanaman jagung yaitu belalang (Valanga nigricornis), lalat bibit (Atherigona sp.), dan ulat penggerek batang (Sesamia inferens). Beberapa gulma yang ditemukan pada pertanaman jagung yaitu Borreria alata, Mimosa pudica, dan teki.
(a) (b) a. Penyakit bulai pada tanaman jagung b. Gejala serangan hama lalat bibit (Atherigona sp.) c. Gejala serangan hama belalang (Valanga nigricornis)
(c)
Gambar 5. Penyakit dan gejala serangan hama pada pertanaman jagung
Keragaan Karakter Kuantitatif Genotipe Jagung Karakter kuantitatif yang diamati terdiri dari karakter vegetatif dan generatif. Karakter vegetatif tanaman jagung diamati setelah muncul bunga jantan. Karakter generatif diamati setelah muncul bunga jantan dan bunga betina. Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar genotipe uji. Hasil rekapitulasi sidik ragam keragaan karakter kuantitatif genotipe jagung ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa faktor kelompok atau ulangan tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah pengamatan kecuali panjang tongkol. Adanya respon yang sama pada kelompok yang berbeda menunjukkan bahwa lingkungan pada lokasi penelitian bersifat homogen. Faktor genotipe berpengaruh nyata terhadap semua peubah karakter vegetatif dan generatif kecuali pada peubah ASI (Anthesis Silking Interval). Pengaruh yang nyata pada genotipe uji terdapat pada seluruh peubah pengamatan kecuali ASI (Anthesis Silking Interval) dan diameter batang. Perbandingan antara genotipe uji terhadap genotipe pembanding menunjukkan pengaruh yang nyata pada sebagian besar peubah yang diamati, kecuali pada peubah umur silking, umur anthesis, dan ASI (Anthesis Silking Interval). Nilai koefisien keragaman (KK) menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam percobaan (Gomez dan Gomez, 1995). Nilai koefisien keragaman (KK) dari peubah kuantitatif yang diamati berkisar antara 0,31 hingga 29,52. Nilai koefisien keragaman (KK) tertinggi terdapat pada peubah bobot biji yaitu 29,52%. Nilai koefisien keragaman (KK) terendah terdapat pada peubah produktivitas yaitu
11
0,31%. Seluruh peubah pengamatan kuantitatif berada pada kisaran koefisien keragaman yang normal yaitu di bawah 30%. Berdasarkan rekapitulasi nilai koefisien keragamanan, secara umum pengaruh lingkungan dan faktor lain masih dapat dikendalikan dalam percobaan. Tabel 2. Hasil rekapitulasi sidik ragam terhadap karakter kuantitatif tanaman jagung Peubah Daya tumbuh (%) Umur silking (hari) Umur anthesis (hari) ASI (hari) Tinggi tanaman (cm) Tinggi tongkol (cm) Diameter batang (mm) Panjang tongkol (cm) Diameter tongkol (mm) Jumlah baris biji Bobot tongkol (gram) Bobot biji (gram) Bobot 100 biji (gram) Kadar gula (Brix) Jumlah biji (butir) Produktivitas (ton ha-1)
776,12 ** 35,06 **
KT genotipe pembanding (C) 2.906,72 ** 77,74 **
KT genotipe uji (L) 441,51 ** 29,30 **
3,93 tn
33,82 **
67,14 **
0,72 tn
0,76 tn
9,89 tn
KT kelompok
KT genotipe
64,14 tn 2,15 tn
KT L vs C
KK (%)
496,28 ** 0,04 tn
9,28 3,02
29,52 **
0,54 tn
3,08
1,17 tn
0,71 **
0,29 tn
5,77
1.837,37 **
4.823,19 **
1.090,87 **
9.303,15 **
6,22
49,09 tn
940,24 **
2.732,73 **
517,76 **
4.652,08 **
9,63
8,79 tn
7,71 **
23,38 **
4,78 **
17,41 *
9,33
5,02 *
15,17 **
21,77 **
10,01 **
137,27 **
9,54
3,22 tn
59,37 **
90,54 **
31,99 **
724,93 **
7,99
2,06 tn
8,79 **
24,45 **
3,47 **
89,99 **
7,08
871,22 tn
1.557,87 **
2.536,75 **
928,18 **
15.554,07 **
28,76
605,10 tn
1.122,63 **
1.638,00 **
845,15 **
6.870,27 **
29,52
6,41 tn
145,08 **
68,85 **
152,73 **
296,53 **
20,83
0,18 tn 6.752,16 tn
8,30 ** 2.9781,98 **
19,32 ** 79.180,56 **
3,10 ** 9.609,53 **
109,18 tn 408.13 **
7,75 18,51
0,0001 tn
3,42 **
6,23 **
1,82 **
37,55 **
0,31
Keterangan : KT = kuadrat tengah, KK = koefisien keragaman, C = kuadrat tengah genotipe pembanding, L = kuadrat tengah genotipe uji, * = berpengaruh nyata pada taraf 0,05, ** = berpengaruh nyata pada taraf 0,01, tn = tidak berpengaruh nyata, L vs C = perbandingan antara genotipe uji terhadap genotipe pembanding. Pengaruh nyata antara genotipe uji dan genotipe pembanding dijelaskan dengan menyajikan perbandingan nilai rata-rata genotipe untuk tiap peubah kuantitatif. Tabel 3 menunjukkan perbedaan yang nyata untuk beberapa karakter. Genotipe pembanding jagung ketan memiliki nilai yang nyata lebih tinggi pada karakter bobot biji dan produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok genotipe uji jagung ketan masih memiliki produktivitas yang rendah. Genotipe uji jagung manis menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata secara statistik dengan genotipe pembanding pada karakter bobot biji dan
12
produktivitas. Genotipe pembanding pada jagung manis nyata lebih unggul dalam karakter bobot biji dan produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok genotipe uji jagung manis masih memiliki produktivitas yang rendah. Genotipe pembanding jagung manis yang digunakan adalah varietas hibrida. Kutka (2011) menyatakan bahwa penggunaan jagung hibrida mampu memberikan hasil panen hingga dua kali lebih tinggi dibandingkan varietas bersari bebas . Produksi jagung manis hibrida lebih unggul dibandingkan jagung manis bersari bebas (jagung lokal) karena jagung hibrida merupakan hasil persilangan dari tetua-tetua yang unggul dengan memanfaatkan sifat heterosis dari tetua-tetuanya (Putra et al., 2008) Tabel 3. Nilai rata-rata tiap peubah berdasarkan kelompok genotipe jagung. Jagung ketan Jagung manis BNT Peubah Genotipe Genotipe Pembanding Pembanding 0,05 uji uji a a Daya tumbuh (%) 92,92 88,34 81,75a 93,54 a 23,30 a a a a Umur anthesis (hari) 46,65 43,50 49,50 50,50 4,28 Umur silking (hari) 50,47a 47,17a 53,53a 54,92 a 4,59 a a a a Tinggi tanaman (cm) 209,32 184,48 186,42 185,88 36,90 a a a a Tinggi tongkol (cm) 108,08 89,00 92,29 90,62 28,66 Diameter tanaman 16,57a 18,29a 16,31a 18,03 a 13,20 (mm) Bobot tongkol (gram) 49,59a 75,03a 77,00a 95,22 a 56,43 a a a a Panjang tongkol (gram) 10,34 13,27 13,96 15,79 3,60 a a a a Diameter tongkol(mm) 30,80 37,45 38,77 44,03 8,67 a a a a Jumlah baris biji 10,03 11,98 12,95 15,05 2,53 Bobot biji (gram) 35,84b 63,16a 55,78b 72,73 a 13,42 Bobot 100 biji (gram) 21,57a 22,55a 15,60a 15,78 a 13,42 a a a a Jumlah biji 156,43 279,75 341,61 454,67 146,99 -1 b a b a Produktivitas (ton ha ) 2,22 3,89 3,44 4,45 0,03 Kadar gula (brix) 8,48a 10,1a 12,50a 14,03 a 2,40 Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 5%.
Analisis Koefisien Korelasi Linier Antarkarakter Analisis korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah melalui koefisien korelasi (Walpole, 1982). Menurut Matjik dan Sumertajaya (2006) koefisien korelasi dinotasikan menggunakan huruf r dengan kisaran nilai -1 ≤ r ≥ 1, nilai r mendekati 1 atau -1 semakin erat hubungannya dan nilai r yang mendekati nol menunjukkan hubungan antar peubah semakin lemah. Nilai r (1) menunjukkan bahwa kedua karakter berbanding lurus, sedangkan nilai r (-1) menunjukkan kedua karakter berbanding terbalik. Perhitungan nilai koefisien korelasi diamati dari 10 karakter dan didapatkan 45 pasang nilai koefisien korelasi
13
antarkarakter. Pasangan karakter yang memiliki keeratan nyata sebanyak 30 pasang, semua kombinasi memiliki keeratan hubungan yang berbanding lurus. Tabel 4. Korelasi linier antarkarakter kuantitatif genotipe jagung US TT Ttong Dtan Ptong Dtong Btong Prod Bbiji
UA US 0,98** - 0,05tn - 0,06tn 0,02tn 0,02tn tn - 0,15 - 0,16tn 0,31 * 0,31 * 0,06tn 0,05tn 0,17tn 0,16tn tn 0,11 0,08tn 0,09tn 0,07tn
TT
Ttong
Dtan
Ptong
Dtong Btong
Prod
0,93** 0,84** 0,54** 0,54** 0,43** 0,40** 0,41**
0,77** 0,48** 0,43** 0,41** 0,38 * 0,37 *
0,65** 0,73** 0,54** 0,63** 0,61**
0,85** 0,86** 0,72** 0,79**
0,80** 0,69** 0,81**
0,92**
0,70** 0,88**
Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, UA = umur anthesis, US = umur silking, TT = tinggi tanaman, Ttong = tinggi letak tongkol, Dtan = diameter tanaman, Ptong = panjang tongkol, Dtong = diameter tongkol, Btong = bobot tongkol, Prod = produktivitas pipilan kering, Bbiji = Bobot biji per tongkol. Berdasarkan Tabel 4 karakter umur anthesis berkorelasi nyata dan positif terhadap umur silking sebesar 0,98, artinya semakin genjah umur berbunga jantan maka semakin genjah umur berbunga betina. Tinggi tanaman berkorelasi nyata dan positif terhadap tinggi tongkol sebesar 0,93, artinya semakin tinggi tanaman jagung maka letak tongkolnya juga semakin tinggi. Komponen hasil merupakan karakter yang penting dalam pemuliaan jagung. Terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, dan bobot biji tongkol-1 terhadap produktivitas yang berturut-turut nilai koefisien korelasinya adalah 0,72, 0,69, 0,70, dan 0,92. Korelasi positif yang nyata juga terdapat pada karakter tinggi tanaman dan tinggi tongkol terhadap bobot biji tongkol-1 (r = 0,41** dan r = 0,37*). Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya tinggi tanaman dan tinggi tongkol akan diikuti oleh respon bertambahnya bobot biji tongkol-1. Hasil penelitian Bara (2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi tanaman, jumlah daun semakin banyak. Menurut Gardner et al. (2008), tanaman yang memiliki jumlah daun yang lebih banyak memiliki peluang untuk menangkap dan memanfaatkan energi matahari yang lebih banyak dalam proses fotosintesis untuk memproduksi fotosintat. Selain itu, tinggi tanaman juga berkorelasi positif dan sangat nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol, dan bobot tongkol. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang tinggi memiliki potensi hasil tongkol yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang rendah.
14
Karakter Agronomi dan Daya Hasil Keragaan genotipe jagung uji dapat dianalisis menggunakan pendekatan karakter kuantitatif agronomi. Karakter tersebut antara lain tinggi tanaman, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, dan produktivitas. Tabel 5. Rekapitulasi nilai rata-rata tiap karakter pada genotipe jagung ketan Tinggi Panjang Diameter Bobot Prod Genotipe tanaman tongkol tongkol tongkol (ton ha-1) (cm) (cm) (mm) (gram) JLP11 209,97 UK 9,39 29,67 44,52 2,40 JLP12 194,36 UK 8,71 32,23 30,40 1,56 UK JLP13 207,16 9,91 31,21 38,99 1,97 JLP14 180,77 9,71 32,05 43,60 2,25 UK JLP15 202,11 9,02 30,98 50,10 2,51 JLP16 215,76 UK 12,27 33,05 56,89 2,74 K UK JLP17 207,36 8,00 23,83 0,09 1,51 JWP121 222,36 UK 10,05 28,95 15,77 0,74 JWP122 196,37 UK 10,55 26,77 41,38 2,21 UK JWP123 192,96 6,36 27,10 71,07 0,46 JWP124 227,91 UK 8,98 29,53 39,45 1,99 JWP125 179,17 8,97 27,01 35,14 2,16 JWP126 189,56 U 9,61 30,22 36,80 2,14 UK JWP127 227,36 10,53 32,43 55,02 2,92 K JWP128 215,31 UK 9,20 31,35 46,63 2,35 UK JWP129 251,11 10,52 32,88 49,39 2,47 JWP221 222,36 UK 8,10 29,92 22,13 1,15 JWP222 162,16 7,88 31,60 20,97 1,08 JWP223 250,16 UK 11,54 34,10 54,63 2,87 K UK JWP21 226,57 10,83 36,44 71,34 3,63 K UK JWP32 223,71 10,04 31,97 51,19 2,80 K JKP2 303,31 UK 18,36 UKV 44,88 K 148,03 UK 6,99 UKV UK JLL1 226,57 13,07 34,09 65,94 3,41 K JLK1 270,57 UKV 18,91 UKV 32,98 87,88 2,26 UK UKV UK JLK2 242,36 17,49 46,53 16,86 1,04 URI 164,25 12,00 36,36 75,89 3,95 Kumala 163,66 14,10 35,83 52,69 2,56 Victoria 225,60 13,73 40,12 96,50 5,15 BNT 0,05 28,66 3,60 8,67 56,43 0,03 Keterangan : Prod = produktivitas pipilan kering, angka yang diikuti huruf U, K, V masing-masing nyata lebih tinggi dari pembanding U = URI, K = Kumala, V = Victoria. Secara umum, keragaan agronomi genotipe uji jagung ketan yang memiliki tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI dan Kumala yaitu genotipe JLP11, JLP12, JLP13, JLP15, JLP16, JLP17, JWP121, JWP122, JWP123, JWP124, JWP127, JWP128,
15
JWP129, JWP221, JWP223, JWP21, JWP32, JKP2, JLL1, dan JLK2. Genotipe JWP126 memiliki tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI. Genotipe JLK1 memiliki tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI, Kumala, dan Victoria (Tabel 5). Panjang tongkol pada genotipe JKP2, JLK1, dan JLK2 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI, Kumala, dan Victoria. Diameter tongkol pada genotipe JLK2 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI dan Kumala, sedangkan diameter tongkol genotipe JKP2 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding Kumala. Bobot tongkol pada genotipe JKP2 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI dan Kumala. Nilai produktivitas pada genotipe JKP2 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding URI, Kumala, dan Victoria. Genotipe yang memiliki nilai produktivitas yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding Kumala yaitu JLP16, JWP127, JWP223, JWP21, JWP32, dan JLL1 (Tabel 5). Tabel 6. Rekapitulasi nilai rata-rata tiap karakter pada genotipe jagung manis Tinggi Panjang Diameter Bobot Prod Genotipe tanaman tongkol tongkol tongkol (ton ha-1) (cm) (cm) (mm) (gram) SD2 180,71 T 13,66 37,82 82,55 2,57 T SD3 193,36 15,07 41,61 73,97 3,40 T Golden 113,16 10,47 27,86 15,36 0,64 T Hawaii 218,36 13,58 41,18 90,29 4,20 T Bimmo 223,51 T 14,62 42,54 78,85 3,61 T Baruna 189,97 T 16,27 T 43,15 124,16 T 6,24 BST Bonanza 198,65 17,61 45,19 117,86 5,30 Secada 219,80 17,15 47,64 104,26 5,26 Talenta 139,20 12,61 39,29 63,52 2,80 BNT 0,05 28,66 3,60 8,67 56,43 0,03 Keterangan : Prod = produktivitas pipilan kering, angka yang diikuti huruf B, S, T masing-masing nyata lebih tinggi dari pembanding B = Bonanza, S = Secada, dan T = Talenta. Berdasarkan Tabel 6, genotipe SD2, SD3, Hawaii, Bimmo, dan Baruna memiliki tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding Talenta. Genotipe Baruna memiliki panjang tongkol dan bobot tongkol yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding Talenta. Genotipe SD3, Hawaii, dan Bimmo memiliki produktivitas yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding Talenta. Produktivitas pada genotipe Baruna nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe pembanding Bonanza, Secada, dan Talenta.
16
Keragaaan Karakter Kualitatif Genotipe Jagung Keragaan karakter kualitatif yang diamati meliputi warna biji, skor ketahanan bulai, skor penutupan kelobot, skor pengisian tongkol, dan susunan baris biji (Tabel 7). Secara umum, genotipe jagung ketan (genotipe uji dan pembanding) memiliki warna biji yang putih, sedangkan genotipe uji jagung manis berwarna oranye hingga oranye tua, dan genotipe pembanding jagung manis berwarna kuning hingga kuning tua. Intensitas warna kuning hingga oranye pada biji jagung mengindikasikan adanya kandungan karotenoid pada biji jagung, sedangkan biji jagung yang berwarna putih tidak mengandung karotenoid (Suarni dan Widowati, 2007).
1. 2. 3. 4. 5.
Warna putih pada biji jagung Warna kuning pada biji jagung Warna kuning tua pada biji jagung Warna oranye pada biji jagung Warna oranye tua pada biji jagung
Gambar 6. Skor warna pada biji jagung Berdasarkan skor ketahanan terhadap penyakit bulai (Tabel 7), genotipe uji jagung ketan memiliki tingkat ketahanan bulai dari kriteria agak tahan hingga sangat tahan. Genotipe URI dan Victoria memiliki tingkat ketahanan bulai dengan kriteria sangat tahan. Genotipe Kumala memiliki tingkat ketahanan bulai dengan kriteria peka. Genotipe uji dan genotipe pembanding jagung manis memiliki tingkat ketahanan bulai dari kriteria peka hingga sangat tahan. Genotipe yang peka terhadap penyakit bulai yaitu Golden. Genotipe Bonanza dan Secada memiliki ketahanan bulai dengan kriteria sangat tahan, sedangkan genotipe Talenta memiliki kriteria tahan. Menurut Hoerussalam et al. (2013), ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu sifat yang sangat penting dalam pemuliaan tanman karena mempengaruhi kualitas dan tingkat produksi. Genotipe uji dan genotipe pembanding jagung manis dan jagung ketan memiliki penutupan kelobot yang tergolong cukup hingga sangat baik. Susunan baris biji pada genotipe uji jagung ketan dan jagung manis yaitu irregular. Susunan baris biji pada genotipe pembanding jagung ketan yaitu irregular dan pada genotipe pembanding jagung manis yaitu straight.
17
Tabel 7. Rekapitulasi hasil pengamatan kualitatif genotipe jagung Genotipe
Warna biji
Ketahanan bulai
Genotipe uji jagung ketan JLP11 Putih Tahan JLP12 Oranye Tahan JLP13 Putih Agak tahan JLP14 Putih Tahan JLP15 Putih Sangat tahan JLP16 Putih Tahan JLP17 Putih Sangat tahan JWP121 Putih Tahan JWP122 Putih Tahan JWP123 Putih Tahan JWP124 Kuning Agak tahan JWP125 Putih Agak tahan JWP126 Putih Sangat tahan JWP127 Putih Sangat tahan JWP128 Putih Sangat tahan JWP129 Putih Sangat tahan JWP221 Putih Sangat tahan JWP222 Putih Agak tahan JWP223 Putih Sangat tahan JWP21 Putih Sangat tahan JWP32 Putih Sangat tahan JKP1 Putih Agak tahan JKP2 Putih Tahan JLL1 Putih Sangat tahan JLK1 Kuning Sangat tahan JLK2 Oranye tua Agak tahan Genotipe pembanding jagung ketan URI Putih Sangat tahan Kumala Putih Peka Victoria Putih Sangat tahan Genotipe uji jagung manis SD2 Oranye Sangat tahan SD3 Oranye Agak tahan Golden Oranye Peka Hawaii Oranye tua Tahan Bimmo Oranye Sangat tahan Baruna Oranye Tahan Genotipe pembanding jagung manis Bonanza Kuning tua Sangat tahan Secada Kuning Sangat tahan Talenta Kuning Tahan
Penutupan kelobot
Pengisian tongkol
Susunan baris biji
Sangat baik Baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Sangat baik Baik Sangat baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik Baik Baik Sangat baik
Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat jelek Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Sangat baik Baik Cukup Baik Cukup Sangat baik
Spiral Irregular Straight Irregular Irregular Straight Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Irregular Spiral Straight Irregular Spiral Irregular Irregular Spiral Straight
Baik Baik Sangat baik
Baik Cukup Sangat baik
Irregular Irregular Straight
Cukup Cukup Cukup Sangat baik Baik Baik
Baik Cukup Baik Baik Cukup Cukup
Straight Straight Irregular Irregular Straight Regular
Cukup Sangat baik Baik
Sangat baik Sangat baik Baik
Straight Straight Spiral
18
Analisis Gerombol Analisis gerombol bertujuan untuk mengelompokkan data pengamatan ke dalam beberapa kelas sehingga anggota di dalam satu kelas lebih homogen atau serupa dibandingkan dengan anggota di dalam kelas lain (Wahyuni, 2014). Analisis gerombol dilakukan pada 9 genotipe jagung manis, 29 genotipe jagung ketan dengan 14 peubah kuantitatif dan 5 peubah kualititatif menghasilkan dendogram seperti pada Gambar 7 dan Gambar 8. 1
Golden Secada Bonanza 2a
2
Baruna Hawaii
2b
Talenta SD3 Bimmo SD2
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
Koefisien ketidakmiripan Gambar 7. Hasil pengelompokan menggunakan analisis gerombol terhadap genotipe jagung manis Secara umum, genotipe jagung manis terbagi menjadi dua kelompok besar dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,6 (Gambar 7). Kelompok 1 hanya berisi satu genotipe yaitu Golden. Golden memiliki produktivitas yang rendah (0,64 ton ha-1) dan peka terhadap serangan bulai. Kelompok 2 terbagi menjadi dua subkelompok yaitu subkelompok 2a dan 2b yang terpisah dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,37. Subkelompok 2a didominasi oleh genotipe yang memiliki produktivitas 5,0 – 6,5 ton ha-1 dan tahan terhadap serangan bulai. Subkelompok 2b didominasi oleh genotipe yang memiliki produktivitas 2,5 – 4,0 ton ha-1 dan tahan terhadap serangan bulai.
19
Berdasarkan Gambar 8, genotipe jagung ketan terbagi menjadi dua kelompok besar dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,43. Kelompok 1 terdiri dari genotipe JLK1 dan JKP2. Genotipe JLK1 dan JKP2 memiliki penampilan fisik tanaman dan tongkol yang mirip yaitu dengan tinggi tanaman lebih dari 250 cm dan panjang tongkol lebih dari 18 cm. Kelompok 2 terbagi menjadi dua subkelompok yaitu subkelompok 2a dan 2b yang terpisah dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,39. Subkelompok 2a hanya terdiri dari satu genotipe yaitu JLK 2. Subkelompok 2b didominasi oleh genotipe yang memiliki penampilan fisik tanaman dan tongkol yang mirip yaitu dengan tinggi tanaman kurang dari 250 cm, panjang tongkol kurang dari 18 cm dan diameter tongkol kurang dari 45 mm. 1
JLK1 JKP2 JLK2 Victoria Kumala URI JWP125 JLL1 JWP128 JWP127 JWP123 JWP222 JWP122 JLP14 JLP12 JWP124 JWP221 JWP121 JLP17 JWP129 JWP126 JWP32 JLP15 JWP21 JLP16 JLP13 JWP223 JLP11
2 2a 2b
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
Koefisien ketidakmiripan Gambar 8. Hasil pengelompokan menggunakan analisis gerombol terhadap genotipe jagung ketan
20
Golden JLK1 JKP2 Baruna SD3 Bimmo SD2 Secada Bonanza Victoria Hawaii JLK2 Talenta Kumala URI JWP125 JLP12 JWP124 JWP223 JWP129 JLL1 JWP127 JWP123 JWP222 JWP122 JLP14 JWP221 JWP121 JLP17 JWP126 JWP128 JWP32 JLP15 JWP21 JLP16 JLP13 JLP11
1 2a 2 2b
3a 3b
0,5
0,4 0,4
0,3
0,2
0,1 0,1
0,0 0,0
Koefisien ketidakmiripan Gambar 9. Hasil pengelompokan menggunakan analisis gerombol terhadap genotipe jagung ketan dan jagung manis Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa secara umum seluruh genotipe terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 1 dan 2. Kelompok 1 hanya berisi genotipe Golden. Genotipe Golden memiliki nilai rata-rata karakter kuantitatif yang lebih rendah dibandingkan genotipe lainnya sehingga terpisah dari genotipe lainnya dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,44. Kelompok 2 terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 2a dan 2b yang terpisah dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,39. Kelompok 2b terbagi menjadi dua subkelompok yaitu 3a dan 3b yang terpisah dengan koefisien ketidakmiripan sebesar 0,3. Subkelompok 3a didominasi oleh genotipe jagung manis yang memiliki produktivitas tinggi. Subkelompok 3b didominasi oleh genotipe jagung ketan yang memiliki penampilan fisik dan tongkol yang mirip.
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Genotipe jagung ketan dan jagung manis yang diuji menunjukkan keragaman karakter hortikultura pada sebagian besar karakter yang diamati kecuali pada ASI (Anthesis Silking Interval). Terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol, dan bobot biji tongkol-1 terhadap produktivitas. Karakter tinggi tanaman dan tinggi tongkol berkorelasi positif dengan bobot biji tongkol -1. Genotipe jagung ketan yang memiliki karakter hortikultura yang baik dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi adalah JLP16, JWP127, JWP223, JWP21, JWP32, JKP2, dan JLL1. Genotipe jagung manis yang memiliki karakter hortikultura yang baik dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi adalah SD3. Genotipe – genotipe tersebut memiliki skor yang baik untuk karakter ketahanan terhadap serangan bulai, karakter penutupan kelobot, dan karakter pengisian tongkol.
Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap genotipe JLP16, JWP127, JWP223, JWP21, JWP32, JKP2, JLL1, dan SD3. Genotipe tersebut berpotensi untuk menghasilkan jagung ketan dan jagung manis yang memiliki karakter hortikultura dan potensi hasil yang baik, sehingga dapat dilakukan persilangan untuk mendapatkan tipe jagung ketan dengan rasa yang manis.
DAFTAR PUSTAKA Amzeri A. 2009. Penampilan lima kultivar jagung madura. Agrovigor 2 (1) : 23 -30. Ariyanto S.E. 2011. Perbaikan kualitas pupuk kandang sapi dan aplikasinya pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.). J. Teknologi dan Sains 4 (2) : 164 – 175. Azrai M. 2004. Penampilan varietas jagung unggul baru bermutu protein tinggi di Jawa dan Bali. Bul.Plasma Nutfah 10 (2). Bara A. 2009. Pengaruh dosis pupuk kandang dan frekuensi pemberian pupuk urea terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) di lahan kering. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2016. Data iklim tahun 2016. Stasiun Klimatologi Darmaga. Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi jagung menurut provinsi (ton) periode 1993-2013. http://www.bps.go.id.[14 Desember 2015].
22
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015b. Statistik ekspor impor komoditas pertanian 2001 - 2014. http://www.bps.go.id. [14 Desember 2015]. Dahlan M. dan Slamet.1992. Pemuliaan tanaman jagung. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman 1. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia. Jawa Timur. Efendi, R., Bunyamin Z. dan Aviv A. 2013. Karakter phenotipic jagung hibrida Bima 3. Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Federer, W.T. 1994. Augmented Experiment Design With Recovery of Interblock and Intervariety Information. Ithaca (US) : Biometric Units Cornell University. Gardner FP, Pearce RB. dan Mitchell RL. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati S, penerjemah. UI Pr, Jakarta. Terjemahan dari : Physiology of Crop Plants. Geptz P. and Hancock J. 2006. The future of plant breeding. Crop Science 46: 1630-1634. Gomez K.A. dan Gomez A.A. 1995. Prosedur Statistika untuk Percobaan Pertanian. Sjamsudin E. dan Baharsjah J.S., penerjemah. UI Pr, Jakarta. Terjemahan dari : Statistical Prosedures for Agricultural Research. Hoerussalam, Purwantoro A. dan Khaeruni A. 2013. Induksi ketahanan jagung (Zea mays L.) terhadap penyakit bulai melalui seed treatment serta pewarisannya pada generasi S1. J. Ilmu Pertanian 16 : 42 – 59. Iriany N., Takdir A., Nuni A.S., Isnaini M. dan Muhammad D. Perbaikan potensi hasil populasi jagung pulut. Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 2005. Makasar 29-30 September 2005. [IBPGR] International Board for Plant Genetic Resource. 1991. Descriptors for Maize. IBPGR, Roma. Kartasapoetra A.G. 2006. Klimatologi : Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta. Koswara J. 1986. Jagung. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kutka F. 2011. Open pollinated vs hybrid maize cultivars. Sustainability 3 : 1531 – 1554. Maemunah dan Yusran. 2010. Karakterisasi morfologi varietas jagung ketan di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una Una. Media Litbang Sulteng IV (1) : 42-51. Matjik A.H. dan Sumertajaya I.M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Pr, Bogor. Muhsanati, Syarif dan Rahayu. 2006. Pengaruh beberapa takaran kompos Tithonia terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.). J.Jerami 1 (2) : 87-91. Muls A., Nanci N. dan Pabendon M.B. 2013. Skrining galur/varietas lokal jagung terhadap penyakit bulai. Seminar Nasional Serealia. 27-28 Juli 2013, Maros, Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Putra, R.Y., Kumar, B. dan Ruswandi, D. 2008. Daya gabung umum galur-galur jagung manis di Jawa Barat. Zuriat 19 (2) : 210-217. Purwati E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Dalam Duriat A.S., Soeganda, A.H.Permadi W.W.H., Sinaga R.M., Hilman Y. dan Basuki R.S. Teknologi produksi tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran : Lembang.
23
Rouf A.A., A. Zubair D., Walangadi M.Y., Antu dan Sukarto. 2010. Pengkajian pemurnian benih jagung pulut di provinsi Gorontalo. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Gorontalo. Sari N.P. 2015. Evaluasi karakter agronomi bebapa genotipe jagung lokal dan galur-galur pemuliaan sebagai jagung semi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sembiring S. 2009. Studi karakteristik beberapa varietas jagung (Zea mays L.) hasil three way cross. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Suarni dan Widowati S. 2007. Struktur, komposisi, dan nutrisi jagung. Dalam Jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Sutjahjo S.H., Herison C., Sulastrini I. dan Marwiyah S. 2015. Pendugaan keragaman genetik beberapa karakter pertumbuhan dan hasil pada genotipe tomat lokal. J. Hort. Indonesia 25 (4) : 304-310. Syukur M. dan Rifianto A. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya, Jakarta. Tjitrosoepomo G. 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Pr., Yogyakarta. Walpole R.E. 1982. Pengantar Statistika. Bambang S., penerjemah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Terjemahan dari : Introduction to Statistic 3rd Edition. Wahyuni S. 2014. Analisis genetik karakter kunatitatif dan pecah buah pada tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Widowati, S., Santosa, S. dan Suarni. 2006. Mutu gizi dan sifat fungsional jagung. Prosiding seminar dan lokakarya nasional jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Wigathendi A.E., Andi S. dan Arifin N.S. 2014. Karaketerisasi tujuh genotipe jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) hibrida. J. Prod. Tan. 2 (8) : 658-664. Zainudin A. 2005. Respon tiga varietas jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) terhadap perlakuan pupuk organik. GAMMA 1 (1) : 69-75.
24
25
LAMPIRAN
21
27
Lampiran 1. Data iklim bulan Januari hingga April 2016 Temperatur (oC) Kelembaban udara (%) Curah hujan (mm) Januari 26,4 86 415,0 Februari 25,7 89 610,0 Maret 26,5 86 644,0 April 26,7 85 558,2 Rata-rata 26,3 86 556,8 Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (2016). Lampiran 2. Genotipe jagung ketan dan jagung manis yang digunakan sebagai materi genetik dalam penelitian. Genotipe Keterangan Genotipe uji jagung ketan JLP 11 Jagung Lombok Putih 11 JLP 12 Jagung Lombok Putih 12 JLP 13 Jagung Lombok Putih 13 JLP 14 Jagung Lombok Putih 14 JLP 15 Jagung Lombok Putih 15 JLP 16 Jagung Lombok Putih 16 JLP 17 Jagung Lombok Putih 17 JWP121 Jagung Walamize Putih 121 JWP122 Jagung Walamize Putih 122 JWP123 Jagung Walamize Putih 123 JWP124 Jagung Walamize Putih 124 JWP125 Jagung Walamize Putih 125 JWP126 Jagung Walamize Putih 126 JWP127 Jagung Walamize Putih 127 JWP128 Jagung Walamize Putih 128 JWP129 Jagung Walamize Putih 129 JWP 221 Jagung Walamize Putih 221 JWP 222 Jagung Walamize Putih 222 JWP 223 Jagung Walamize Putih 223 JWP 21 Jagung Walamize Putih 21 JWP 32 Jagung Walamize Putih 32 JKP 1 Jagung Kefaminano Putih 1 JKP 2 Jagung Kefaminano Putih 2 JLL 1 Jagung Lokal Lombok 1 JLK 1 Jagung Lokal Kuning 1 JLK 2 Jagung Lokal Kuning 2
Genotipe Keterangan Genotipe uji jagung manis SD 2 Varietas bersari bebas SD 3 Varietas bersari bebas Golden Varietas bersari bebas Hawaii Varietas bersari bebas Bimmo Varietas bersari bebas Baruna Varietas bersari bebas Genotipe pembanding jagung manis Bonanza Varietas hibrida Secada Varietas hibrida Talenta Varietas hibrida Genotipe pembanding jagung ketan URI Varietas bersari bebas Kumala Varietas hibrida Victoria Varietas hibrida
28
Lampiran 3. Keragaan tongkol genotipe uji jagung ketan dengan genotipe pembanding
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Keterangan : (a) (b) (c) : genotipe pembanding, (d) (e) (f) : genotipe uji
29
Lampiran 4. Keragaan tongkol genotipe uji jagung manis dengan genotipe pembanding
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Keterangan : (a) (b) (c) : genotipe pembanding, (d) (e) (f) : genotipe uji
30
Lampiran 5. Deskripsi varietas Talenta Golongan varietas Bentuk tanaman Tinggi tanaman Kekuatan perakaran Ketahanan terhadap kerebahan Diameter batang Ukuran daun a. Panjang daun b. Lebar daun Warna daun Permukaan daun Warna malai Umur panen Bentuk tongkol Ukuran tongkol a. Panjang tongkol b. Diameter tongkol Warna rambut Berat per tongkol Jumlah tongkol per tanaman Susunan baris biji Jumlah baris biji Warna biji Kadar gula Berat 1.000 biji Produktivitas Keterangan
: : : : : :
hibrida silang tunggal tegak 157,7 - 264,0 cm kuat tahan 2,9 - 3,2 cm
: : : : : : :
75 - 89,4 cm 7,0 - 9,7 cm hijau agak kasar kuning 67 - 75 hari setelah tanam kerucut
: : : : : : : : : : :
19,7 - 23,5 cm 4,5 - 5,4 cm kuning 221,2 - 336,7 gram 1 tongkol lurus 12 - 16 baris kuning 12,1 - 13,6 0brix 150 - 152 gram 13 - 18,4 ton ha-1
beradaptasi dengan baik di : dataran rendah sampai medium dengan altitude 150 - 650 m dpl.
Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3634/Kpts/SR.120/10/2009
31
Lampiran 6. Deskripsi varietas Secada Golongan varietas Bentuk tanaman Tinggi tanaman Diameter batang Ukuran daun a. Panjang daun b. Lebar daun Warna daun Umur berbunga Warna malai Umur panen Bentuk tongkol Ukuran tongkol a. Panjang tongkol b. Diameter tongkol Warna rambut Berat per tongkol Jumlah tongkol per tanaman Susunan baris biji Jumlah baris biji Warna biji Kadar gula Berat 1.000 biji
: : : :
hibrida tegak 260 - 285 cm (sampai ujung malai) 2,5 - 3,3 cm
: : : : : : :
98 - 110 cm 10,6 - 11,5 cm hijau tua 58 - 61 hari setelah tanam hijau kekuningan 96 - 99 hari setelah tanam silindris
: : : : : : : : : :
Produktivitas
:
Keunggulan
:
Keterangan
:
21,03 - 21,83 cm 5,72 - 5,94 cm hijau kekuningan 326 - 384 gram 1 -2 tongkol per tanaman lurus dan rapat 16 - 18 baris kuning 11,19 - 13,49 0brix 185- 192 gram 35,85 - 38,88 ton ha-1 (dengan kelobot) ukuran tongkol besar dan berdaya hasil tinggi beradaptasi dengan baik pada ketinggian 800 - 1.100 m dpl
32
Lampiran 7. Deskripsi varietas Bonanza Golongan varietas Bentuk tanaman Tinggi tanaman Diameter batang Ukuran daun a. Panjang daun b. Lebar daun Warna daun Permukaan daun Umur berbunga Warna malai Umur panen Bentuk tongkol Ukuran tongkol a. Panjang tongkol b. Diameter tongkol Berat per tongkol Jumlah tongkol per tanaman Susunan baris biji Jumlah baris biji Warna biji Kadar gula Berat 1.000 biji
: : : :
hibrida silang tunggal tegak 220 - 250 cm 2,0 - 3,0 cm
: : : : : : : :
85 - 95 cm 8,5 - 10 cm hijau tua berbulu 55 - 60 hari setelah tanam putih bening 82 - 84 hari setelah tanam silindris
: : : : : : : : :
Produktivitas
:
20 - 22 cm 5,3 - 5,5 cm 467 - 495 gram 1 - 2 tongkol rapat 16 - 18 baris kuning 13 - 15 0brix 175 - 200 gram 33,0 - 34,5 ton ha-1 (dengan kelobot)
Sumber : Ditjenhorti (2016)
33
Lampiran 8. Deskripsi varietas Kumala Golongan varietas Bentuk tanaman Tinggi tanaman Kekuatan perakaran Ketahanan terhadap kerebahan Diameter batang Ukuran daun a. Panjang daun b. Lebar daun Warna daun Permukaan daun Umur berbunga Warna malai Umur panen Bentuk tongkol Ukuran tongkol a. Panjang tongkol b. Diameter tongkol Warna rambut Berat per tongkol Jumlah tongkol per tanaman Susunan baris biji Jumlah baris biji Warna biji Kadar gula Berat 1.000 biji Produktivitas Ketahanan terhadap penyakit
: : : : : :
hibrida silang tunggal tegak 220 - 250 cm kuat tahan 1,9 - 2,2 cm
: : : : : : : :
85 - 94 cm 8,0 - 9,3 cm hijau kasap 43 - 45 hari setelah tanam putih bening 62 - 67 setelah tanam silindris
: : : : : : : : : : : :
Keterangan
:
17 - 19 cm 4,2 - 4,6 cm hijau muda 240 - 270 gram 1 - 2 tongkol lurus dan rapat 11 - 12 baris putih bening 12 - 15,5 0brix 150 - 159 gram 12,5 - 15 ton ha-1 agak tahan terhadap penyakit Downey mildew beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 20 - 50 m dpl pada musim kemarau dan peralihan.
Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 596/Kpts/SR.120/11/2007
34
Lampiran 9. Deskripsi varietas URI Golongan varietas Bentuk tanaman Tinggi tanaman Tinggi letak tongkol Umur berbunga Warna batang Perakaran Bentuk malai Warna malai Warna rambut Bentuk tongkol Susunan baris biji Warna biji Jumlah baris biji Penutupan kelobot Bobot 1000 biji Potensi hasil Keterangan Asal
Sumber : Balitbang (2012)
: : : : : : : : : : : : : : : : : : :
bersari bebas tegak 177 cm 85 cm 50 HST hijau tua kuat semi kompak krem krem kemerahan besar kerucut agak lurus dan rapat putih 14 - 16 baris menutup tongkol dengan baik 356 gram 9,4 ton ha-1 agak tahan terhadap penyakit bulai plasma nutfah pulut lokal Sulawesi Selatan (Lokal Takalar) disilangkan dengan populasi MS2 dan dilanjutkan dengan persilangan Backcross sebanyak empat kali dan dilanjutkan dengan seleksi massa positif
35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 30 Juli 1994 dari Bapak Sabar Diharjo dan Ibu Painah. Penulis merupakan putri keempat dari empat bersaudara. Penulis menempuh studi di SDN Canden 3 pada tahun 2000 – 2006, SMPN 1 Banyudono pada tahun 2007 – 2009, SMAN 1 Simo, Boyolali pada tahun 2009 – 2012. Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan pada tahun 2012 dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis merupakan mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi Bina Desa BEM KM IPB sebagai bendahara pada tahun 2012-2013 dan pada tahun 2014 sebagai bendahara Departemen Eksternal Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON). Penulis pernah melaksanakan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) didanai DIKTI pada tahun 2015 dengan judul Seleksi Genotipe Jagung (Zea mays) Berkadar Amilopektin Tinggi untuk Mendukung Diversifikasi Pangan. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Ilmu Tanaman Pangan tahun 2014/2015 dan asisten praktikum Pengantar Pemuliaan Tanaman tahun 2015/2016. Selain itu, penulis juga aktif di beberapa kepanitiaan di kampus.