Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
EVALUASI PEMBUATAN SENYAWA BERTANDA 131I-HIPPURAN UNTUK DIAGNOSIS FUNGSI GINJAL EVALUATION OF MAKING 131I- HIPPURAN LABELED COMPOUNDS FOR DIAGNOSIS RENAL FUNCTION Maskur, Purwoko, Chairuman, Yono Sugiharto, dan Sriyono Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka – Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan (15313), Telp. 021-7563141 Email :
[email protected] Abstrak. Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN telah berhasil membuat senyawa
bertanda 131I-Hippuran dan telah dimanfaatkan beberapa rumah sakit di Indonesia untuk diagnosis fungsi ginjal. Pembuatan dilakukan dengan cara mereaksikan radioisotop I-131 dan ligan Ortho Iodo Hippurate sehingga terjadi pertukaran isotop I-127 stabil dan I-131 radioaktif. Secara kualitas, senyawa bertanda tersebut telah memenuhi syarat yang ditetapkan US Farmakope, kemurnian radiokimia >95%. Namun, yield proses masih kecil yaitu <49%. Untuk meningkatkan yield maka dilakukan evaluasi beberapa parameter proses. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses penandaan dapat menghasilkan kemurnian radiokimia >95% melalui proses pemurnian menggunakan resin dan jika tanpa pemurnian dihasilkan radiokimia <75,33%. Waktu pemanasan telah dilakukan 3 – 4,5 jam, semakin besar waktu pemanasan maka yield yang dihasilkan semakin besar. Konsentrasi bahan baku I-131 bulk direkomendasikan >13,7 mCi/ml, jika konsentrasi terlalu kecil maka kemurnian radiokimia dan yield yang dihasilkan sangat kecil. 131 Kata kunci: evaluasi, radioisotop I-131, senyawa bertanda I- Hippuran, diagnosis, yield proses Abstract. Center for Radioisotope and Radiopharmaceutical Technology - BATAN has successfully
produce the 131I- Hippuran labeled compounds which have been used in several hospitals in Indonesia for the diagnosis of renal function. The production was performed by reacting radioisotope I-131 and ligand Ortho Iodo hippurate resulting in the exchange of stable isotopes of the I-127 with I-131 radioactive. In quality, the compound have matched with US Pharmacope qualifications, radiochemical purity > 95%. However, the process still result a small yield of <49%. To improve the yield, several process parameters were then evaluated. The results showed that the labeling process can produce a radiochemical purity > 95% through the purification process using resin where as without purification the result showed radiochemical purity <75.33%. The heating time was conducted from 3 to 4.5 hours, the greater the heating time, the greater the resulting yield. The recommended concentration of I-131 bulk was > 13.7 mCi/ml, if the concentration was too small, the radiochemical purity and yield were very small. Keywords : evaluation, radioisotope I-131, the compound labeled 131I- Hippuran, diagnosis, yield process
kondisi tubuh, bahkan bisa berakhir pada kematian. Dewasa ini, jumlah penderita kerusakan fungsi ginjal meningkat terutama di kota-kota besar, dikarenakan pola hidup yang tidak sehat, stress, kurang berolahraga, makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan
PENDAHULUAN Ginjal adalah organ tubuh penting dalam tubuh manusia, khususnya dalam membuang sampah metabolisme dan racun dalam darah melalui urin. Apabila ginjal tidak berfungsi dengan baik dapat berakibat serius terhadap
C - 11
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
lainnya. Selain itu, kerusakan fungsi ginjal juga dapat disebabkan faktor keturunan [1].
pada energi 364 KeV ( 81 %) sehingga dapat digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma atau jenis kanker kelenjar adrenal lainnya [6].
131 Senyawa bertanda I-Hippuran merupakan senyawa bertanda yang berfungsi untuk diagnosis fungsi ginjal dan salurannya [2,3,4]. Senyawa bertanda 131I-Hippuran merupakan senyawa bertanda yang sudah dikembangkan didunia sejak Tahun 1970–an dan pada tahun 1990-an Pusat Produksi Radioisotop (PPR) BATAN secara rutin telah memproduksi senyawa bertanda tersebut untuk mensuplai kebutuhan rumah sakit di Indonesia. Namun, sejak berdirinya perusahaan BUMN yaitu PT Batan Teknologi maka PPR-BATAN sudah tidak melakukan kegiatan produksi lagi dan diambil alih oleh PT Batan Teknologi. Seiring berjalannya waktu, pada Tahun 2014 PT Batan Teknologi sedang mengalami kendala teknis sehingga tidak dapat berproduksi lagi. Namun, rumah sakit membutuhkan senyawa bertanda tersebut untuk mendiagnosis fungsi ginjal.pasien. Oleh karena itu, sejak Tahun 2014 Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN melakukan kegiatan rutin produksi senyawa bertanda 131I-Hippuran untuk diagnosis fungsi ginjal. Produk yang dihasilkan mempunyai kemurnian radionuklida dan radiokimia yang cukup tinggi, yaitu >98%. Namun, yield proses masih kecil ±25%. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi proses dengan beberapa variabel untuk mencapai kondisi optimum.
Metode yang digunakan dalam pembuatan senyawa bertanda ini adalah metode pertukaran isotop, yaitu 127I yang bersifat stabil pada senyawa OIH ditukarkan dengan isotop 131I yang bersifat radioaktif. Pertukaran isotop berlangsung pada suasana asam (pH 5) dan suhu 120 0C seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini: 127
I
O
131
I
ONa N H
127
ONa
131
+Na I
O
131
R- I 1.+ Na Gambar
I
O N H O
R-131I + Na127I+H2O
Gambar 1. Skema reaksi penandaan Hippuran
131
I-
Pada proses reaksi penandaan 131IHippuran terjadi pertukaran isotopik melalui reaksi substitusi nukleofilik dimana iodium radioaktif menggantikan Iodium stabil [7]. Untuk menjamin kualitas produk maka dalam 131 pembuatan senyawa bertanda I-Hippuran, dilakukan kendali kualitas. Kualitas dari produk harus sesuai persyaratan yang telah ditetapkan USP (Farmakope Amerika) ataupun IAEA (International Atomic Energy Agency). PTRR BATAN saat ini telah berhasil membuat senyawa bertanda 131I-Hippuran dan sudah digunakan untuk diagnosis fungsi ginjal di beberapa rumahsakit di Indonesia, yaitu RSUD ULIN Kalimantan, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Khusus Bedah An Nur Yogyakarta. Namun, hingga saat ini belum diperoleh kondisi optimum proses pembuatan 131I-Hippuran. Oleh karena itu pada penelitian ini perlu dilakukan evaluasi proses untuk mencari variabel proses yang perlu dioptimasi.
Senyawa bertanda 131I- Hippuran dibuat dengan mereaksikan antara senyawa Ortho Iodo Hippurate (OIH) dengan radioisotope I-131. OIH merupakan zat yang ideal untuk pemeriksaan renografi. Zat tersebut setelah disuntikkan secara intravena akan segera dieksresikan oleh ginjal [5]. I-131 adalah radioisotop dengan umur paro 8.04 hari , pemancar partikel beta pada energi maksimum 610 KeV dan energi rata-rata 192 KeV, disamping itu juga sebagai pemancar gamma
C - 12
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
bertukar dengan I-131 dari radioisotop Na-131I sehingga akan terbentuk senyawa bertanda 131IHippuran. Senyawa bertanda tersebut masih belum murni karena masih bercampur dengan pengotor Iodium bebas. Oleh karena itu masih perlu proses pemurnian lebih lanjut
BAHAN DAN METODE Alat Peralatan utama yang digunakan adalah Hot Cell, Glove Box yang dilengkapi perisai Pb, Laminair Air Flow dari Lab Conco, Dose Calibrator Atomlab sebagai pengukur konsentrasi radioaktivitas, perangkat kromatografi, kertas whaman-1 untuk kromatografi, hotplate, penangas, Gamma Counter Mini Assay (Nucleus) , botol steril, filter penyaring bakteri dari Millipore
Pemurnian senyawa bertanda 131I-Hippuran Disiapkan kolom penukar ion yang bagian bawahnya diberi glass wool dan bagian atasnya resin Dowex penukar anion yang telah diaktivasi menggunakan HCl. Kemudian kolom tersebut dialiri air bebas mineral, selanjutnya senyawa bertanda 131I–Hippuran dialirkan ke dalam kolom dan dibiarkan menetes perlahan secara gravitasi dan tapisan ditampung
Bahan Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan senyawa bertanda 131I-Hippuran ini adalah Radioisotop Na-131I (hasil sintesis PTRR-BATAN melalui aktivasi neutron yang diiradiasi di reaktor nuklir PRSG-BATAN), Ortho Iodo Hippurate (OIH), asam asetat glasial, Kertas pH universal, NaOH seluruhnya diperoleh dari MERCK
Sterilisasi Produk Proses sterilisasi dilakukan dengan metode sterilisasi akhir, yaitu dengan menyaring produk menggunakan filter penyaring bakteri ukuran pori 0,45 µm. Penyaringan dilakukan di ruang steril yang dilengkapi Laminair Air Flow (LAF). Sebelum digunakan, lampu UV pada LAF terlebih dahulu dinyalakan minimal 1 jam dan disemprot desinfektan (alkohol teknis 70%).
Prosedur Penelitian Pembuatan radioisotop I-131 Radioisotop I-131 diperoleh dengan mengiradiasi bahan sasaran TeO2 alam di reaktor nuklir RSG- GAS BATAN secara aktivasi neutron. Paska iradiasi, terjadi reaksi nuklir 130Te(n,)131Te β 131I. Radioisotop 131I yang terbentuk dipisahkan dari Te dengan cara distilasi kering pada suhu 750 0C sehingga Te meleleh dan 131I menguap. Kemudian, uap 131I ditangkap kolom charcoal dan selanjutnya dielusi menggunakan larutan NaOH sehingga diperoleh produk radioisotop I-131 dalam bentuk senyawa Na-131I .
Pengujian Kualitas Produk: Pengujian kualitas produk meliputi konsentrasi radioaktivitas, derajat keasaman (pH), kemurnian radiokimia, tampak visual. Konsentrasi radioaktivitas diukur menggunakan instrument Dose Calibrator pada dial 22,2, pengukuran derajat keasaman diukur menggunakan kertas pH universal, pengujian visual dilihat menggunakan mata dengan alas (bacgoround) warna hitam dan putih serta dibantu penerangan lampu sehingga jika ada partikel akan terlihat. Pengujian radiokimia menggunakan metode kromatografi, dengan fase diam kertas whatman 1 dan fase gerak campuran n butanol : asam asetat : air = 4:1:1, kemudian kromatogram diukur menggunakan gamma counter mini assay.
Pembuatan senyawa bertanda 131I-Hippuran Senyawa bertanda 131I –Hippuran dibuat dengan cara mereaksikan antara OIH dengan radioisotop I-131 pada suasana asam pH 5 sehingga akan terjadi pertukaran isotop antara I-127 pada OIH
C - 13
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
100 0C dalam suasana asam (pH =4,5 sampai 5) sehingga terjadi reaksi pertukaran isotop antara I-127 pada ligan OIH diganti I-131 yang bersifat radioaktif sehingga terbentuklah senyawa bertanda 131I-Hippuran. Senyawa bertanda yang terbentuk diuji kemurnian radiokimianya dengan metode kromatografi kertas dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Gambar 3 berikut ini:
HASIL DAN PEMBAHASAN Setiap senyawa bertanda yang dihasilkan harus dilakukan pengujian kualitas dan memenuhi standar keberterimaan yang telah ditetapkan. Dalam pembuatan senyawa bertanda 131 I-Hippuran telah dilakukan uji kemurnian radiokimia terhadap bahan baku Iodium-131 bulk. Adapun hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini:
131I-Hippuran sebelum pemurnian
400000
I-131 Bulk
400000 350000 300000 250000
200000
cacahan
cacahan
300000
100000
150000 100000
0 -5-100000 0
200000
50000
5
10
15
0 -5
jarak elusi (cm)
-50000 0
5
10
15
jarak elusi (cm)
Gambar 2. Kemurnian Radiokimia Iodium-131 Bulk
Gambar 3. Senyawa Bertanda Sebelum pemurnian
Dari Gambar 2 ditunjukkan grafik hubungan antara jarak elusi dan cacahan. Elusi kromatografi menggunakan fase diam kertas whatman 1 dan fase gerak campuran larutan n. Butanol : asam asetat : air dengan perbandingan 4:1:1. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa radioisotop Iodium-131 bulk terdeteksi pada RF (Retension Factor) = 0,0-0,3 dengan kemurnian radiokimia mendekati 100%. Hal ini menunjukkan bahwa I-131 bulk tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai bahan baku pembuatan senyawa bertanda. Kemurnian radiokimia bahan baku ini sangat penting karena sangat mempengaruhi kualitas hasil penandaan 131 I-Hippuran. Semakin besar kemurnian radiokimia I -131 maka semakin besar pula kemurnian radiokimia senyawa bertanda 131IHippuran yang dihasilkan.
131
I-Hippuran
Dari Gambar 3 ditunjukkan grafik hubungan antara jarak elusi dan cacahan 131 senyawa bertanda I-Hippuran. Dari gambar tersebut diketahui bahwa sebelum proses pemurnian, ternyata ada 2 puncak kromatogram, yaitu 131I-Hippuran berada pada RF = 0,7 – 0,9 dan pengotor Iodium -131 RF = 0,0-0,3. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa bertanda 131IHippuran yang dihasilkan masih belum murni dan perlu dilakukan proses pemurnian. Proses pemurnian senyawa bertanda I-Hippuran dilakukan dengan cara melewatkan produk tersebut ke dalam kolom yang berisi resin dowex penukar anion dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Gambar 4 berikut ini: 131
131 Proses penandaan I-Hippuran dilakukan dengan mereaksikan antara radioisotop I-131 bulk dan ligan OIH pada suhu
C - 14
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
106,8 mCi), konsentrasi radioaktivitas (7,2 – 52,5 mCi/ml), waktu pemanasan (3 – 4,5 jam). Parameter yang tetap adalah suhu proses, yaitu 100 0C dan jumlah ligan OIH ±300 mg. Hasil proses pembuatan senyawa bertanda 131IHippuran diperoleh kemurnian radiokimia sebelum pemurnian berkisar antara 70,64 sampai 76,35 %, tetapi pada batch 6 diperoleh kemurnian radiokimia sebelum pemurnian yang kecil sekali, yaitu 25,01 %. Yield proses diperoleh antara 25,45 – 49,0% tetapi batch 6 yield proses sangat kecil, yaitu 8,64%. Persyaratan kemurnian radiokimia senyawa bertanda yaitu 95%, namun kemurnian radiokimia sebelum pemurnian < 76,35% sehingga perlu dilakukan proses pemurnian. Paska pemurnian menggunakan kolom yang berisi resin penukar anion diperoleh senyawa 131 bertanda I-Hippuran yang memenuhi persyaratan, yaitu kemurnian radiokimia > 95%. Untuk mengevaluasi lebih rinci pengaruh konsentrasi I-131 dan hasil penandaan senyawa bertanda 131I-Hippuran sebelum proses pemurnian ditunjukkan pada Gambar 5 berikut ini:
131I-Hippuran (setelah pemurnian) 900000 800000 700000
cacahan
600000 500000 400000 300000 200000 100000 0
-4
-100000 -2
0
2
4
6
8
10
12
14
Gambar 4. Senyawa Bertanda Hippuran Sebelum pemurnian
131
jarak elusi (cm)
I-
Pada Gambar 4. ditunjukkan kromatogram senyawa bertanda 131I-Hippuran paska proses pemurnian yang mempunyai puncak tunggal pada Rf = 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa setelah proses pemurnian, kandungan I-131 bebas pada saat sebelum pemurnian pada Rf=0,1 yang ditunjukkan pada Gambar 3 sudah tidak ada karena telah dilewatkan kolom penukar anion resin dowex, sehingga seluruh I-131 bebas terikat kolom, dan 131 I-Hippuran lolos sebagai produk. Adapun data-data hasil pembuatan senyawa bertanda 131I-Hippuran beberapa batch proses ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini:
Grafik Hubungan antara konsentrasi I-131 dan Kemurnian radiokimia 131I-Hippuran (sebelum pemurnian) 90
Tabel. 1. Data Hasil Proses Pembuatan 131I-Hippuran Waktu trasi PemanaI-131 san (mCi/ml) (jam)
1 2 3 4 5 6 7 8
13,7 21,36 52,5 22,5 19,25 7,2 44 41,5
4 3 3 4,5 3 3 3 3
Kemurnian Radiokimia (sebelum pemurnian) % 75,15 71,25 73,23 76,35 70,64 25,01 71,15 71,23
Yield Radiokimia % (setelah pemurnian) % 45,98 29,49 33,3 49,0 30,38 8,64 25,45 27,23
95,66 95,45 97,96 97,90 98,96 95,75 97,56 96,43
80
75.15
71.25
73.23
76.35 70.64
71.15
71.23
70
Konsentrasi I-131 (mCi/ml) dan Kemurnian radiokimia (%)
No Konsen-
60
Konsentrasi I-131 (mCi/ml)
50 25.01 52.5
40
44
41.5
30
20
21.36
Kemurnian 131IHippuran sebelum pemurnian (%)
22.5 19.25
10 13.7 7.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Batch Proses
Gambar 5. Grafik Hubungan Konsentrasi I-131 131 dan Kemurnian I-Hippuran (sebelum pemurnian)
Dari Tabel 1 ditunjukkan ada beberapa parameter dalam proses pembuatan 131IHippuran. Sedangkan parameter yang selalu berubah adalah jumlah radioaktivitas (32,4 –
C - 15
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Dari Gambar 5 ditunjukkan bahwa pembuatan senyawa bertanda 131I-Hippuran menggunakan bahan baku I-131 dengan konsentrasi antara 13,7 sampai 52,5 dihasilkan 131 senyawa bertanda I-Hippuran dengan kemurnian radiokimia yang relatif tidak jauh berbeda, yaitu 70,64 sampai 76,35 %. Namun, proses yang menggunakan I-131 konsentrasi encer (7,2 mCi/ml) menghasilkan senyawa bertanda 131I-Hippuran kemurnian radiokimia yang sangat rendah, yaitu 25%. Hal ini menunjukkan konsentrasi I-131 yang terlalu encer menyebabkan proses pertukaran isotop radioaktif I-131 dan isotop stabil I-127 pada ligan Ortho Iodo Hippurate (OIH) tidak berjalan dengan baik. Salah satu persyaratan senyawa bertanda 131 I-Hippuran adalah kemurnian radiokimia >95%. Dari data-data yang ditunjukkan Gambar 5 di atas diketahui bahwa senyawa bertanda yang dihasilkan memiliki kemurnia radiokimia <76,35%. Hal ini berarti belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemurnian radiokimia dilakukan proses pemurnian dengan jalan melewatkan produk senyawa bertanda yang belum murni tersebut ke dalam kolom yang berisi resin Dowex penukar anion. Hasil pemurnian ditunjukkan pada Gambar 6 berikut ini:
Dari Gambar 6 ditunjukkan bahwa sebelum dilakukan proses pemurnian ternyata kemurnian radiokimia seluruh batch proses pembuatan senyawa bertanda 131I-Hippuran tidak memenuhi persyaratan karena <95%. Setelah dilakukan proses pemurnian, hasilnya seluruh batch telah memenuhi persyaratan, radiokimianya sudah >95%. Namun, nilai terbesar masih 98,96%. Idealnya, paska pemurnian diperoleh kemurnian radiokimia 100%. Oleh karena itu, kedepan masih perlu dilakukan optimasi aktivasi resin dan jumlah resin agar paska pemurnian seluruh I-131 bebas dapat terikat resin sehingga dihasilkan senyawa bertanda 131I-Hippuran dengan kemurnian radiokimia 100%. Parameter penting dalam sebuah proses pembuatan senyawa bertanda adalah Yield, yaitu prosentase perbandingan antara jumlah produk yang dihasilkan dibandingkan jumlah teoritisnya. Proses pembuatan senyawa bertanda 131 I-Hippuran menggunakan bahan baku ligan OIH sebanyak 300 mg, suhu pemanasan 100 0C, pH 4,5 – 5 merupakan parameter tetap. Selain itu, ada beberapa parameter yang selalu berubah, yaitu konsentrasi I-131 dan waktu pemanasan. Hasil proses pembuatan selengkapnya ditunjukkan pada Gambar 7 berikut ini: Grafik Hubungan Yield Proses dan Konsentrasi I-131 serta Waktu Pmanasan
Grafik Kemurnian Radiokimia Senyawa Bertanda 131 I-Hippuran Sebelum dan setelah pemurnian
60
Kemurnian Radiokimia (%)
100
95.66
95.45
97.96
97.9
98.96
95.75
97.56
Yield(%) ; Konsentrasi I-131(mCi/ml); waktu pemanasan(jam)
120
96.43
Sebelum Pemurnian 80
75.15
71.25
73.23
76.35 71.15
70.64
71.23
60
Setelah Pemurnian
40 25.01
52.5
50
Konsentrasi I131(mCi/ml)
49 45.98
44
41.5
40
33.3 30
30.38
29.49
25.45
27.23
Yield Proses(%)
22.5
21.36
20
Waktu Pemanasan (jam)
19.25
13.7 10
8.64
20
4
3
4.5
3
7.2
3
3
3
3
0 1 0 1
2
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
8
Batch Proses
8
Batch Proses
Gambar 7. Hubungan Konsentrasi I-131 bulk dan waktu pemanasan Hasil pengujian kemurnian terhadap Yield Proses
Gambar 6. Grafik kemurnian radiokimia senyawa bertanda 131I-Hippuran sebelum dan sesudah pemurnian
C - 16
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Dari Gambar 7 ditunjukkan bahwa produk senyawa bertanda 131I-Hippuran seluruh batch proses menghasilkan yield yang relatif masih kecil, yaitu <49%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi parameter proses belum optimal. Ditinjau dari konsentrasi bahan baku I-131 bulk, ternyata besar kecilnya konsentrasi I-131 bulk (13,7 – 52,5 mCi/ml) tidak selalu mempengaruhi jumlah yield proses yang dihasilkan, namun jika konsentrasi terlalu kecil (7,2 mCi/ml) maka yield proses yang dihasilkan juga sangat kecil. Hal ini disebabkan jika konsentrasi I-131 terlalu encer, maka kebolehjadian pertukaran isotop I-131 dan I-127 juga semakin kecil sehingga keberhasilan proses penandaan 131I-Hippuran juga semakin kecil.
KESIMPULAN Senyawa bertanda 131I-Hippuran telah berhasil dibuat, namun dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa kondisi proses belum optimal. Saat ini proses penandaan dapat menghasilkan kemurnian radiokimia >95% namun harus melalui proses pemurnian, tanpa proses pemurnian maka kemurnian radiokimia masih <76,35 sehingga menyebabkan yield proses masih kecil, yaitu <49%. Untuk mencapai kondisi proses optimal, maka perlu dilakukan penelitian optimasi proses penandaan dengan parameter utama suhu, waktu pemanasan, pH reaksi, dan jumlah resin untuk pemurnian. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Rohadi (Kepala Bidang Teknologi Radiofarmaka) PTRR BATAN yang telah membimbing kami sehingga terselesaikannya kegiatan penelitian ini.
Pada Gambar 7 juga ditunjukkan bahwa waktu pemanasan proses penandaan bervariasi antara 3 sampai 4,5 jam dan hasil yield terbesar adalah proses dengan waktu pemanasan 4,5 jam dihasilkan yield 49%, berikutnya waktu pemanasan 4 jam dihasilkan yield 45,98%, dan waktu pemanasan 3 jam dihasilkan yield <33,3%. Data ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemanasan maka semakin dihasilkan yield semakin besar. Hal ini menunjukkan reaksi penandaan berjalan lambat sehingga perlu waktu yang agak lama. Untuk mempercepat proses, perlu dilakukan optimasi suhu pemanasan. Saat ini, suhu pemanasan adalah 100 0C dan selanjutnya perlu dilakukan optimasi suhu yang lebih tinggi. Selain suhu pemanasan, juga perlu dilakukan optimasi terhadap pH penandaan karena pH merupakan parameter penting yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu reaksi kimia. Saat ini, pH reaksi dilakukan pada pH 4,5 sampai 5. Selain itu, perlu dilakukan optimasi penentuan jumlah resin yang tepat agar dihasilkan kemurnian radiokimia mendekati 100%.
DAFTAR PUSTAKA 1. ANONIM, Penderita Gagal Ginjal Meningkat DiIndonesia, http://www.republika.co.id/berita/nasional/u mum/13/03/18/mjtph8-penderita-gagalginjal-di-indonesia-meningkat, diakses April 2014, 2. THELLE T., BISKJAER N, 1985 , Combined [99mTc]DMSA kidney scintigraphy and [131I]hippuran renography in children with urinary tract infections, Acta Paediatr Scand, Sep;74(5):720-5 3. ROLAND A.M. KANGEN, ANNIE K., VAN ZENTEN, HANK BEEKHUIZ, JOS G. W. KOSTERINK, D. ALBERTUS PIERS, July 1995, Iodine-131 Hippuran for the estimation of Renal Plasma flow Requirement for Radiochemical Purity, European Journal of Nuclear Medicine Vol. 22 No. 7.
C - 17
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
4. Anonim, Jan 1994, Material Safety Data Sheet Hippuran I-131 Injection, Mallinkrodt Nuclear Medicine. 5. A. HUSSEIN S. KARTAMIHARDJA,, Pemanfaatan Teknologi Nuklir Di Bidang Nefrologi, Bagian Kedokteran Nuklir, Universitas Padjadjaran Bandung, https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei= bN_fVf7SLtG1uQT1nI6gDQ#q=Pemanfaatan +Teknologi+Nuklir+Di+Bidang+Nefrologi%2 C, diakses Januari 2015. 6. Anonim, Radionuclide Safety Data Sheet, http://www.stanford.edu/dept/EHS/prod/resea rchlab/radlaser/RSDS_sheets/I131_Inorganic. pdf diakses Juni 2014 7. PURWOKO, 2015, Teknologi Produksi Senyawa Bertanda Iodium dan Samarium”, Diktat Pelatihan Operator Fasilitas Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka, Jakarta.
C - 18