301
EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PADA PROGRAM PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA EVALUATION OF MINIMUM SERVICE STANDARD IMPLEMENTATION ON TODDLER PNEUMONIA PATIENTS DETECTION PROGRAM Dining Fijri Radina, Nyoman Anita Damayanti Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Airlangga, Surabaya E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Minimum Service Standard is type and quality of basic services. Detection of toddler pneumonia patients was the lowest achievement among other indicators in Bangkalan District in 2012 (only 48,10% of target). The study armed to evaluate the implementation of toddler pneumonia patients program base in inputs, processes, and outputs.This was an observational analytic study with cross sectional design. Interviews and observations were constructed to 10 Puskesmas in Bangkalan District. The results showed that the available, the availability and sufficiency of data was good, availability and sufficiency of logistic was good, availability human resources was moderate, availability and sufficiency of finance was moderate, implemention planning was moderate, patien service was moderate, , implemention discovery of case was bad, implemention elucidation was bad, implemention training was good, implementation trainings was good, implementation coorperation and partnership were bad, implementation monitoring is bad, implementation preparation of reports is good, and implementation evaluation was moderate, and achievement target is bad. Keywords: evaluation, implementation, pneumonia, toddler
PENDAHULUAN
tidak memenuhi target yaitu Penemuan Penderita
Puskesmas
Pneumonia
Balita
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan
Bangkalan
Tahun
Kabupaten/Kota, menurut KMK no 128 Tahun 2004
rendahnya capaian dari indikator tersebut yaitu
salah satu fungsi Puskesmas adalah memberikan
hanya 48,10% dari target seharusnya (100%).
pelayanan
kepada
sebagai bagian dari Unit
masyarakat
Puskemas
Tujuan
di
Puskesmas
2012
penelitian
Kabupaten
dikarenakan
adalah
paling
mengevaluasi
memerlukan suatu pedoman yang dapat dijadikan
pelaksanaan SPM (Standar Pelayanan Minimal)
standar. Salah
pada aspek ketersediaan/kecukupan input, proses
satu
pedoman yang dapat
membantu tugas Puskesmas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Pelayanan
Minimal
selaku UPTD Dinas
Bidang
adalah
Standar
Kesehatan
di
pelaksanaan, Penderita
dan
output
Pneumonia
Program
Balita
di
Penemuan Puskesmas
Kabupaten Bangkalan tahun 2012.
Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
PUSTAKA
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
Evaluasi
berhak diperoleh setiap warga negara.
Evaluasi
adalah
faktor
penentu
Target SPM bidang Kesehatan Kabupaten
keberhasilan suatu hal. Hal tersebut termasuk
Bangkalan yang harusnya dipenuhi tahun 2010
mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai
ternyata hingga tahun 2012 tidak semua target dapat
penentu program, produk, atau tujuan, atau fungsi
terpenuhi. Salah satu program (indikator) SPM yang
potensial dari pendekatan alternatif untuk mencapai
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
302
tujuan tertentu (Sanders & Worten, 2010). Evaluasi
menetapkan apakah program dapat dilanjutkan
atau kegiatan penilaian adalah merupakan bagian
lagi atau dimodifikasi untuk yang akan datang.
integral dari fungsi manajemen dan didasarkan pada
Sedangkan menurut Umar (2002) evaluasi
sistem informasi manajemen. Evaluasi dilaksanakan
terbagi ke dalam lima macam, yaitu:
karena adanya dorongan atau
1.
keinginan untuk
mengukur pencapain hasil kerja atau
kegiatan
System
Assessment
yaitu
evaluasi
yang
memberikan informasi tentang keadaan atau
pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah
posisi
ditetapkan (Siswanto, 2005)
sssessment
Pengertian evaluasi adalah proses mencari
suatu
sistem, pada
menghasilkan
Contohnya
program
informasi
system
promosi
mengenai
akan posisi
keterangan (menyelidiki) mengenai tampilan suatu
terakhir dari seluruh elemen pada program
program (Wijono, 2007). Evaluasi juga dimaksudkan
promosi yang tengah diselesaikan.
untuk mendapatkan informasi yang relevan guna
2.
Program
Planning
yaitu
evaluasi
yang
pengambilan keputusan (Supriyanto & Damayanti,
membantu pemilihan aktivitas dalam program
2007). Pengertian evaluasi dari berbagai sumber
tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
dapat disimpilkan bahwa, evaluasi adalah proses
kebutuhan. Contohnya program promosi, model
penyelidikan atau penilaian terhadap pelaksanaan
ini dapat dipakai dalam pemilihan aktivitas
kegiatan atau
promosi yang terbaik. Setelah dipilih, aktivitas
pencapaian hasil kerja terhadap
tujuan yang telah ditetapkan.
tersebut direalisasikan dalam satu kesatuan
Menurut Wijono (2007) terdapat berbagai 3.
model evaluasi antara lain: 1.
2.
Implementation Program yaitu evaluasi yang
Evaluasi diagnostik yang merupakan bagian dari
menyiapkan informasi apakah program sudah
proses penilaian kebutuhan. Evaluasi ini biasa
diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang
digunakan untuk menetapkan apa yang penting
tepat seperti yang direncanakan. Pada program
dan dibutuhkan oleh individu maupun kelompok,
promosi, evaluasi ini dapat digunakan untuk
dalam hal pengetauan, perubahan perilaku,
menentukan apakah program promosi yang
kemampuan, keterampilan dan sumber daya
dilaksanakan telah sesuai dengan segmentasi,
lainnya.
target, dan posisi di pasar.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan dalam
proses
intervensi
3.
program promosi.
pelaksanaan
untuk
program
diindentifikasi
dan
dan dinilai
4.
Improvement
Program yaitu evaluasi
memberikan
informasi
tentang
yang
bagaimana
program berfungsi, bagaimana program bekerja,
kebenaran pelaksanaannya.
bagaimana
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang
mungkin
dilakukan
selesai
kegiatan. Pada program promosi, evaluasi ini
untuk
digunakan untuk menilai proses pelaksanaan
dilaksanakan,
sesudah dengan
program maksud
mengantisipasi dapat
masalah
mengganggu
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
yang
pelaksanaan
303
5.
promosi, apakah program berjalan baik dan
Menurut Wijono (2007) Evaluasi formatif adalah
sesuai
bagaimana
evaluasi yang dilakukan dalam proses pelaksanaan
penanggulangan masalah jika timbul masalah
program dan intervensi untuk diidentifikasi dan dinilai
dalam implementasinya.
kebenaran pelaksanaannya. Pengertian evaluasi dari
dengan
Certification
rencana,
Program
yang
berbagai pakar dpat disimpulkan, bahwa evaluasi
memberikan informasi mengenai nilai atau
formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap
manfaat
mengevaluasi
pelaksanaan, digunakan untuk mengubah atau
apakah program promosi berdampak pada
memperbaiki program, serta memberikan umpan
konsumen potensial.
balik
program.
yaitu
Model
evaluasi
ini
Menurut Supriyanto & Damayanti (2007)
2.
Evaluasi
formatif
dilakukan
kemajuan
dan
hambatan
yang
dihadapi. Langkah Melakukan Evaluasi Formatif
evaluasi terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
tentang
pada
proses
Langkah dalam melakukan evaluasi formatif menurut
program (program masih berjalan)
McGowan et al (2007) adalah
Evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang
a.
Setiap merencanakan
evaluasi formatif harus
dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu
dimulai dengan menetapkan tujuan evaluasi
program. Biasanya evaluasi sumatif dilakukan
yang secara khusus terkait dengan tujuan
pada waktu program telah selesai
pelaksanaan.
Secara
Umum,
berdasarkan
berbagai
b.
Memilih teknik pengukuran maksudnya yaitu
model evaluasi yang telah disebutkan sebelumnya,
menentukan apa yang harus diukur, misalnya
evaluasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
mengukur
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Dalam
proses,
penelitian ini, evaluasi yang digunakan adalah
sikap, pengetahuan, dan tindakan, apakah
adalah Evaluasi Formatif karena yang dievaluasi
tindakan berdampak alur kerja, atau
adalah pelaksanaan program.
dampak terhadap keuangan.
Evaluasi Formatif
c.
hasil,
menilai
mengukur
langkah-langkah
ketersediaan,
mengukur
mungkin
Hal yang perlu dipertimbangkan juga mencakup
Menurut Ray dan Konin (2011) evaluasi
tentang hambatan dan fasilitas untuk melakukan
formatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk
evaluasi, pertimbangkan pula siapa yang akan
memperbaiki program. Menurut
melakukan
Azwar (2007)
pekerjaan
evaluasi,
dan
apa
evaluasi formatif adalah suatu bentuk evaluasi yang
anggaran yang ada untuk mendukung evaluasi
dilaksanakan pada tahap pengembangan program
formatif
dan sebelum program dimulai. Evaluasi formatif ini
d.
Memilih
desain
studi,
pertanyaan
yaitu
terkait
menghasilkan informasi yang akan dipergunakan
mengajukan
untuk mengembangkan program, agar program bisa
bagaimana data akan diperoleh. Juga perlu
lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.
dipilih menggunakan penilaian kualitatif dan
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
dasar
saat
tentang
304
kuantitatif,
pastikan
juga
besarnya
ukuran
sampel. e.
Puskesmas
dengan capaian total rata-rata SPM
yang rendah.
Menentukan siapa yang menggunakan hasil evaluasi formatif sehingga harapannya analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN
temuan
Input program
dapat
dimanfaatkan
oleh
para
Input (masukan) merupakan tahap awal
pemangku kepentingan. METODE
dalam pelaksanaan kegiatan. Input yang baik, akan
Penelitian dilakukan pada 10 Puskesmas di
membentuk proses, dan akhirnya output yang
Kabupaten Bangkalan. Unit analisis Puskesmas
diinginkan. Komponen input, proses, dan output
adalah petugas pengelola program, dan petugas
merupakan
suatu
kesatuan
yang
kesehatan di 10 Puskesmas
dipisahkan.
Input
program
terdiri
yang menangani
tidak
dapat
atas
data
Program Penemuan Penderita Pneumonia Balita di
(kartu/register harian dan laporan bulanan), SDM
Kabupaten Bangkalan tahun 2012. Pemilihan lokasi
(petugas
10 Puskesmas berasal dari 5 Puskesmas dengan
logistik(peralatan, obat media cetak dan media
capaian total rata-rata SPM yang tinggi dan 5
elektronik), dan pendanaan. Variabel Input program
kesehatan
dan
pengelola
program),
ditunjukkan dalam tabel 1.
Tabel 1 Kategori nilai input Program Penemunan Pneumonia Balita Komponen Input program Data
Nilai 80%
Ketegori Baik
Keterangan ketersediaan lengkap
SDM Logistik Pendanaan
73% 79,625% 50%
Sedang Baik Sedang
ketersediaan kurang lengkap ketersediaan dan kecukupan lengkap ketersediaan dan kecukupan kurang terpenuhi
Berdasarkan Tabel 1, dalam input program
baik
karena
Puskesmas
menyediakan
dan
yang memiliki nilai baik adalah data dan SDM,
memberikan peralatan, obat, media cetak dan
sedangkan untuk logistik dan pendanaan terkategori
elektronik secara lengkap.. Kemudian untuk SDM
sedang. Data bernilai baik karena Dinas Kesehatan
dan
telah memfasilitas Puskesmas
berbagai
secara lengkap
pendanaan hal
tergolong
yaitu
sangat
sedang
dikarenakan
sedikitnya
petugas
berupa pemberian blanko register harian dan laporan
kesehatan dengan kualifikasi lulusan kedokteran
bulanan. Khusus untuk data Dinas Kesehatan
spesialis anak, jarangnya diadakan pelatihan untuk
mewajibkan
petugas
Puskesmas
melaporkan
datanya
(terutama data laporan bulanan) dan dilain sisi
kesehatan
dan
pengelola
program,
minimnya dana.
melaksanakan
Nilai input program dengan kategori sedang
kewajibannya untuk melakukan pelaporan ke Dinas
yaitu SDM dan pendanaan akan berdampak pada
Kesehatan Kabupaten BangkalanLogistik bernilai
pelaksanaaan program lainnya. Ketersediaan SDM
hampir
semua
Puskesmas
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
305
yang kurang lengkap akan mempengaruhi kinerja
penderita dan terakhir Care Seeking), penemuan
SDM pada proses program. Ketersediaan dan
kasus,
kecukupan pendanaan yang kurang terpenuhi juga
kemitraan, monitoring, penyusun laporan, serta
mempengaruhi pelaksanaan pada proses program.
evaluasi.
Proses Program
berbagai kegiatan yaitu perencanaan, penyuluhan,
Karakteristik
terukur
yang
akan
penyuluhan,
Pada
kegiatan
pelatihan,
kerjasama
penunjang,
kemitraan/kerjasama,
dan penanganan Pneumonia balita) bergantung
laporan dan evaluasi. Pada
proses
jejaring
monitoring,
penyususnan
program
perencanaan,
Seperti pada pelaksanaan proses yang terdiri dari
pelayanan
kegiatan pokok yaitu pelayanan penderita serta
sedang, sedangkan penemuan kasus, kerjasama-
pencarian dan penemuan kasus. Proses Program
kemitraan,
terdiri
kemudian untuk pelatihan dan penyusun laporan
atas
(deteksi
dini
perencanaan,
pelayanan
penderita
penderita,
pengobatan,
merujuk
penderita,
dan
terdapat
pembentukan
menunjukkan mutu layanan kesehatan (penemuan
pada sifat dari proses itu sendiri (Pohan, 2006).
pelatihan,
dan
dan
evaluasi
monitoring
terkategori
terkategori
buruk,
terkategori baik.
Tabel 2 Kategori Nilai Proses Program Penemunan Pneumonia Balita Komponen Proses program Perencanaan Pelayanan penderita Penemuan kasus Penyuluhan Pelatihan Kerjasama dan kemitraan Monitoring Penyusun laporan Evaluasi
Nilai 75% 73% 46% 17% 80% 24% 47% 80% 65%
Berdasarkan Tabel 2 nilai yang paling baik
Kategori sedang sedang buruk buruk baik buruk buruk baik sedang
Keterangan kurang sesuai petunjuk teknis kurang sesuai petunjuk teknis tidak sesuai petunjuk teknis tidak sesuai petunjuk teknis sesuai petunjuk teknis tidak sesuai petunjuk teknis tidak sesuai petunjuk teknis sesuai petunjuk teknis kurang sesuai petunjuk teknis
ada petunjuk tertulis mengenai cara merujuk pasien.
adalah penyusunan laporan dan pelatihan karena
Hasil
hampir semua Puskesmas melakukan penyusunan
evaluasi dilakukan oleh semua Puskesmas , namun
laporan sesuai petunjuk teknis pada panduan
sangat jarang Puskesmas
program dan melakukan pelatihan pada bidan desa
masalah dan solusi.
dan
kade.
Semua
Puskesmas
melakukan
penelitian
menunjukkan
Kegiatan pada
bahwa
kegiatan
yang mengevaluasi
proses program terdapat
perencanaan namun jarang melakukan perencanaan
nilai yang tergolong paling buruk yaitu penyuluhan,
strategi dan kebutuhan pendanaan. Selanjutnya
kerjasama dan kemitraan, penemuan kasus serta
adalah
pelayanan
monitoring. Penyuluhan nilainya sangat rendah
terdapat kegiatan care seeking yang
dikarenakan sangat jarang (hanya 2 dari 10 )
pelayanan
penderita,
penderita,
pada
jarang dilakukan karena tidak ada kewajiban bagi
Puskesmas
Puskesmas
Kerjasama
untuk
melakukan
care
seeking,
sedangkan dalam merujuk pasien, sejauh ini belum
yang dan
melakukan
kemitraan
juga
penyuluhan. jarang
sekali
dilakukan, terutama kerjasama dengan organisasi
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
306
kemasyarakatan,
tokoh
Output Program
masyarakat/agama,
pemerintah daerah, pihak swasta, dan
organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
profesi. Ketidak sesuaian pelaksanaan penemuan
RI Nomor 828 tahun 2008 tentang petunjuk teknis
kasus dengan petunjuk teknisnya yaitu sangat jarang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
(hanya 2 dari 10 ) Puskesmas
Kabupaten/Kota,
penemuan
kasus
di
yang melakukan tingkat
rumah
target
Penderita Pneumonia
Program
Penemuan
Balita tahun 2010 adalah
tangga/masyarakat dan sarkes swasta. Kegiatan
100%. Namun Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
terahir yaitu monitoring, dilakukan oleh semua
harus melakukan penetapan target capaian sesuai
Puskesmas , meskipun yang sering dilakukan hanya
situasi
memonitoring terkait pencatatan/pelaporan saja.
Peraturan Pemerintah RI No 65 Tahun 2008 bahwa
daerahnya
berdasarkan
petunjuk
teknis
Nilai proses program yang memiliki kategori
SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan,
sedang adalah Perencanaan, Pelayanan penderita,
prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan
dan Evaluasi. Kemudian nilai proses program yang
daerah serta kemampuan kelembagaan dan personil
memiliki kategori buruk yaitu Penemuan kasus,
daerah dalam bidang yang bersangkutan.
Penyuluhan,
Kerjasama
dan
kemitraan,
Output
dan
program berupa capaian program
Monitoring. Kegiatan Proses Program yang bernilai
penemuan penderita pneumonia balita tahun 2012.
sedang akan menyebabkan ouput program menjadi
Pada tingkat nasional, terdapat target Kementrian
tidak optimal, kemudian untuk nilai proses program
Kesehatan yaitu 100% dan pada tingkat kabupaten
yang terkategori sedang akan menyebabkan output
terdapat
program tidak memenuhi target capaian.
Bangkalan yaitu 80%.
target
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Tabel 3 Kategori Nilai Output Program Penemunan Pneumonia Balita Komponen Output program
Nilai
Ketegori
Keterangan
Target kabupaten
30%
buruk
capaian tidak sesuai target
Target nasional
10%
buruk
capaian tidak sesuai target
Beberapa target capaian terkait Program
yang mampu memenuhi target Nasional dan hanya 3
Penemuan Penderita Pneumonia Balita yaitu target
Puskesmas
yang mampu memenuhi target Dinas
Nasional 100% dan target Dinas Kesehatan yaitu
Kesehatan
Kabupaten
80%. Target 80% yang disyaratkan Dinas Kesehatan
penjelasan
tersebut,
bukan berasal dari penetapan sendiri, namun
Penemuan Penderita Pneumonia
penetapan dari Dinas Kesehatan Provinsi, sehingga
buruk. Ada berbagai hal yang menyebabkan tidak
kurang sesuai dengan situasi Kabupaten Bangkalan.
tercapainya target, selain karena target tidak sesuai
Hal tersebut dapat terlihat dari capaian Puskesmas
dengan situasi daerah, namun juga diakibatkan
Bangkalan. maka
di Kabupaten Bangkalan hanya ada 1 Puskesmas
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
Berdasarkan
output
Program
Balita tergolong
307
karena ketidaksesuaia input dan proses program
input secara tidak langsung berhubungan dengan
dengan petunjuk teknis.
output.
Hubungan Input, Proses, dan Output
Puskesmas
Kabupaten Bangkalan untuk
Menurut Pohan (2006), Manajemen Sistem
saat ini belum mampu memenuhi target capaian
adalah keterkaitan antara input, proses, dan output
Program Penemuan Penderita Pneumonia Balita.
Input akan mempengaruhi proses, begitu pula
Salah satu upaya agar Puskesmas dapat mencapai
proses akan mempengaruhi output. Berdasarkan
target
pendapat Pohan tersebut maka dapat diketaui
Pneumonia Balita, dengan cara melaksanakan input
bahwa terdapat hubungan langsung antara proses
sesuai petunuk teknis dan
dengan output, serta hubungan tidak langsung
sesuai dengan petunjuk teknis Program Penemuan
antara input dengan output. Hasil penelitian di 10
Penderita Pneumonia Balita.
Puskesmas
capaian
Program
Penemuan
Penderita
melaksanakan proses
di Kabupaten Bangkalan diketahui
bahwa ada hubungan antara input dengan proses
SIMPULAN
yaitu jika prosesnya tidak sesuai maka, akan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
berpengaruh pada input, sehingga input program
10 Puskesmas
menjadi
di Kabupaten Bangkalan, terdapat
penelitian
juga
hubungan antara input dan proses, serta proses dan
menunjukkan bahwa, tidak ada Puskesmas
yang
output. Hal ini menunjukkan bahwa input program
input
pada
akan
tidak
sesuai.
programnya
Hasil
sesuai,
namun
mempengaruhi
proses
program,
proses
program akan mempengaruhi output program. Salah
pelaksanaannya sesuai petunjuk teknis. Proses program akan mempengaruhi output
satu cara untuk mencapai target capaian maka
(capaian program), jika prosesnya tidak sesuai maka
Puskesmas harus memiliki input dan melaksanakan
output
proses sesuai petunjuk teknis.
juga
tidak
sesuai.
Berdasarkan
hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada Puskesmas
Saran untuk Puskesmas adalah kegiatan
yang saat proses program tidak sesuai petunjuk
penemuan kasus tidak hanya di pelayanan tingkat
teknis, memiliki output (capaian program) yang
pertama,
sesuai petunjuk teknis (target).
(petugas kesehatan) praktek swasta dan Posyandu.
Evaluasi Pelaksanaan Program Penemuan Penderita
Pneumonia
Balita
di
Puskesmas
namun
Puskesmas
juga
ke
dokter/bidan/perawat
harusnya
penyuluhan/penyebaran
memberikan informasi
kepada
Kabupaten Bangkalan Tahun 2012 menunjukkan
masyarakat terutama ibu balita, membentuk mitra
hasil yaitu terdapat hubungan antara input program
kerjasama
dengan pelaksanaan proses, kemudian terdapat
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah daerah
hubungan pula antara proses Program Penemuan
dan pihak swasta serta organisasi profesi, serta
Penderita Pneumonia Balita dengan output (target
melakukan monitoring tidak hanya terkait pencatatan
capaian). Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
dan pelaporan saja, namun juga terhadap kinerja
dengan
organisasi
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013
kemasyarakatan,
308
SDM ( Petugas kesehatan dan pengelola program), ketersediaan obat, media cetak dan elektronik. Saran untuk Dinas Kesehatan seharusnya memiliki target sendiri untuk program penemuan Pneumonia balita yang sesuai dengan keadaan Pneumonia di Kabupaten Bangkalan tidak hanya berdasarkan intervensi dari Dinas Kesehatan Provinsi.
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan, M. S. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta. Bumi Aksara. Keputusan Menteri Kesehatan No 1537A Tahun 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Jakarta: Setjen Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No 828 Tahun 2008. Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Di Kabupaten / Kota. . Jakarta: Setjen Departemen Kesehatan RI. McGowan, J., Cusack, C., dan Poon, E. 2007. Formative Evaluation: A Critical Component in EHR Implementation. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/?term=for mative+evaluation+measures (sitasi 4 Mei 2013) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 741 Tahun 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Jakarta: Setjen Departemen Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005. Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Jakarta: Deputi Menteri Sekretaris Negara. Pohan, I. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta. EGC. Sander, J., dan Worten, R., 2010. Program Evaluation: Alternative Approaches and Practical Guidelines (4th Edition). USA. Prentice Hall PTR . Siswanto, B. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta. PT.Bumi Aksara. Stoner, F., dan Gilbert, R. 1996. Manajemen terjemahan. Jakarta. PT. Indeks. Supriyanto, S., dan Damayanti, N. A. 2007. Perencanaan & Evaluasi. Surabaya. Airlangga University Press. Terry, G. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Terjemahan. Jakarta. PT. Bumi Aksara. Umar, H. 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Wijono, D. 2007. Evaluasi Program Kesehatan dan Rumah Sakit. Surabaya. CV. Duta Prima Airlangga.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 1 Nomor 4 September-Desember 2013