1
EVALUASI PAKAN HASIL RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PADA IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis STADIA PENDEDERAN
DODI AHMAD SETIAWIBOWO
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
1
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
EVALUASI PAKAN HASIL RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PADA IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis STADIA PENDEDERAN
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
DODI AHMAD SETIAWIBOWO C14052848
2
3
RINGKASAN
DODI AHMAD SETIAWIBOWO. Evaluasi Pakan Hasil Riset Unggulan Strategis Nasional pada Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis Stadia Pendederan. Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI dan DEDY YANIHARTO. Kerapu bebek Cromileptes altivelis merupakan salah satu ikan budidaya yang memiliki permintaan yang tinggi dan harga yang mahal. Produksi ikan kerapu Indonesia selama kurun waktu 1992-2001 masih mengandalkan pada tangkapan dari alam. Kegiatan budidaya ikan ini baru mulai berkembang sejak tahun 1999. Permasalahan dalam pengembangan budidaya ikan ini yaitu dalam penyediaan pakan buatan yang bermutu untuk menggantikan ikan rucah yang dirasakan makin sulit baik dalam penyediaan maupun mutunya yang kurang bagus. Pemerintah melalui program Riset Unggulan Strategis Nasional telah berhasil menemukan formula pakan untuk pendederan ikan kerapu bebek ini. Formula pakan tersebut sebelum diaplikasikan lebih lanjut hendaknya perlu pengujian secara terus menerus. Pengujian itu diperlukan sebagai kontrol terhadap formula pakan hasil RUSNAS sekaligus untuk mengevaluasi hasil temuan formula dan tidak menutup kemungkinan untuk kemudian dilakukan beberapa perubahan dalam formula pakan apabila nanti ditemukan kekurangan dalam penerapannya di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Januari 2010 bertempat di Fish-culture Teaching Industry Otorita Batam dan Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan pakan. Pakan perlakuan yang digunakan terdiri atas pakan RUSNAS dan pakan komersil. Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis dengan ukuran awal 4,5 ± 0,2 cm. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari yakni pada pukul 07.00, 11.00, dan 15.00 WIB. Dalam penelitian ini dievaluasi jumlah konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi lemak, retensi protein, dan survival rate (SR). Data diuji dengan analisis ragam dan uji t-test dua sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pakan RUSNAS stadia pendederan memberikan efek pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan pakan komersil dan oleh karenanya layak untuk digunakan.
3
4
EVALUASI PAKAN HASIL RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PADA IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis STADIA PENDEDERAN
DODI AHMAD SETIAWIBOWO
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
4
5
Judul skripsi
:
Evaluasi Pakan Hasil Riset Unggulan Strategis Nasional pada Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis Stadia Pendederan.
Nama Mahasiswa
: Dodi Ahmad Setiawibowo
Nomor Pokok
: C14052848
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Muhammad Agus Suprayudi
Ir. Dedy Yaniharto, M.Sc
NIP. 19650418199103 1 003
NIP. 19651124199301 1 001
Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 19610410198601 1 002
Tanggal Lulus :
5
i
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Pakan Hasil Riset Unggulan Strategis Nasional pada Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis stadia pendederan” ini, sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. M. Agus Suprayudi sebagai Pembimbing I Skripsi
yang telah
memberikan banyak pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Bapak Ir. Dedy Yaniharto, M.Sc Sebagai Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan selama penelitian. 3. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sebagai fasilitator untuk pelaksanaan penelitian ini. 4. Bapak Dr. Dedi Jusadi selaku pembimbing akademik yang banyak memberikan bimbingannya. 5. Bapak Wisnu S. dan para stafnya di BPPT Batam. 6. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga tercinta atas semangat, doa, dan dukungan yang diberikan. 7. Babeh Wasjan, mbak Retno, Kang Yossy, Kang Daniek atas bimbingannya selama di laboratorium 8. Bapak Maryanta dan Ibu Yuli saat mengurus administrasi studi. 9. Keluarga BDP 42, khususnya anggota Garong Community (Ega, Batankz, Pohang, Bonet, Besse, dan Aming), anggota lab Nutrisi, serta Cipit, Evan, dan Boppung yang selalu membantu dari mulai proses penelitian hingga penulisan skripsi ini. 10. BDP 41 (Khususnya Bain, Maul, Rizky, dan Tata), BDP 43, dan BDP 44. 11. Keluarga besar HKRB Putra Tanah Gersang Bau Garam. 12. Teman-teman ngopi Oky, Jelembung, Toyek, Bonchu, Jibun, Congek, Butheng, Ebez, Doyok, dll. 13. Teman-teman facebookers R. Andreas Al-Kwarizmi Zahlen, Imam Hidayat, Susetyo Hadiwinata, Eyang Dipo, Eyang Surogati Purwo, Dian Rehanz, Salahhudien G.Z., Romo Hudoyo Hupudio, Achmad Chodjim, Moyo
i
ii
Surokarto, Eyang Hakimi, Abah Bujal, Abah Anom Manunggal, Soma Jenar, dan Leonardo Rimba atas sharingnya dalam dunia hitam-putih serta filsafat ketuhanannya. 14. Teman-teman penikmat dunia sastra dan puisi. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2010
Dodi Ahmad Setiawibowo
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 7 Oktober 1986 dari pasangan Bapak Supriyatmo dan Ibu Sri Mulyani. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Rembang tahun 2005, penulis melanjutkan studi di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Pengurus Asrama TPB C2 sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Himpunan Mahasiswa Akuakultur sebagai pengurus staf Pengembangan Sumberdaya Manusia (2007-2008) dan Pengurus Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB) (2007-2008). Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada beberapa mata kuliah yaitu Nutrisi Ikan (2008-2009), dan Teknologi Produksi Plankton, Benthos dan Alga (2008-2009). Penulis juga pernah melakukan praktek pembenihan dan pembesaran ikan koi Cyprinus carpio di Isaku Koi Farm Blitar pada bulan Juli-Agustus 2008. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi berjudul
“EVALUASI
PAKAN
HASIL
RISET
UNGGULAN
STRATEGIS
NASIONAL PADA IKAN KERAPU BEBEK Cromileptes altivelis STADIA PENDEDERAN”.
iii
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
iv
I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2 . Tujuan .......................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
3
2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek ..................
3
2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan ...................
3
2.1.2. Kebutuhan Protein........... ................................................
5
2.1.3. Kebutuhan Lemak ...........................................................
5
2.1.4. Kebutuhan Karbohidrat ....................................................
6
2.2. Kebutuhan Mikronutrien .............................................................
7
III. BAHAN DAN METODE .......................................................................
9
3.1. Waktu dan Tempat........ .............................................................
9
3.2. Metode Perlakuan Pakan ...........................................................
9
3.3. Pemeliharaan Ikan.... .................................................................
9
3.4. Analisis Kimia...... .......................................................................
10
3.5. Analisis Statistik ........................................................................
10
3.6. Parameter Uji
........................................................................
11
3.6.1. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) ........................................
11
3.6.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH).......................................
11
3.6.3. Retensi Protein (RP) .........................................................
11
3.6.4. Retensi Lemak (RL) ..........................................................
11
3.6.5. Efisiensi Pakan (EP) .........................................................
12
3.6.6. Derajat Kelangsungan hidup (SR) ....................................
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................... .....................................
13
4.1. Hasil.......................... .................................................................
13
4.2. Pembahasan.............. ................................................................
14
V. KESIMPULAN.......................... ............................................................
19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
20
LAMPIRAN................................................................................................
22
i
ii
DAFTAR GAMBAR 1. Skema pemanfaatan energi oleh ikan ........................................................
4
2. Bobot awal rata-rata (H0), pertengahan (H30), dan akhir (H60) ikan kerapu bebek .............................................................................................
13
3. Kematian ikan akibat stres-penyakit pada perlakuan pakan RUSNAS setelah sampling H30 .................................................................................
16
4. Kelainan bentuk tulang pada ikan perlakuan pakan RUSNAS setelah H30
17
ii
iii
DAFTAR TABEL 1. Kebutuhan
optimum
karbohidrat
dalam
pakan
untuk
pertumbuhan
beberapa ikan budidaya ................................................................................ 7 2. Komposisi proksimat pakan perlakuan .......................................................... 9 3. Jumlah pakan yang dikonsumsi (JKP), kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL) ikan kerapu bebek ........................................................... 13
iii
iv
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Prosedur analisis proksimat ........................................................................ 22
2.
Perhitungan laju pertumbuhan, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup kerapu bebek selama penelitian .............................................................. .. 25
3.
Perhitungan retensi protein. ..................................................................... .. 26
4.
Perhitungan retensi lemak ....................................................................... .. 27
5.
Data sampling ikan .................................................................................. .. 28
6.
Keabnormalan ikan .................................................................................. .. 29
7.
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan kerapu bebek Cromileptes altivelis ................................................................................. .. 29
8.
Uji T-test .................................................................................................. .. 30
iv
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kerapu merupakan jenis ikan karang yang memiliki harga jual tinggi di pasar internasional. Hongkong dan Cina merupakan negara pengimpor ikan kerapu dengan daya serap pasar yang cukup tinggi. Sadovy dan Vincent (2002) dalam Petersen dan Muldoon (2007) menyebutkan bahwa Hongkong merupakan titik perdagangan utama untuk ikan karang terutama kerapu. Rata-rata 60% dari perdagangan ikan karang diekspor ke Hongkong dengan jumlah mencapai 15000-20000 ton per tahun. Selain itu Johnson (2007) menyebutkan bahwa permintaan akan ikan karang hidup diprediksikan terus mengalami kenaikan. Permintaan yang besar akan kerapu menyebabkan eksploitasi besarbesaran di alam oleh para nelayan. Hal yang sangat disayangkan yaitu penangkapan ikan kerapu di alam dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Mous et al. (2000) menyebutkan bahwa penurunan populasi terumbu karang oleh para nelayan Indonesia yang menggunakan sianida menyebabkan kematian terumbu karang. Kematian terumbu karang tersebut mencapai luasan 0.047, 0.052 dan 0.060 m2 per 100 m2 per tahun. Hal ini juga nantinya dapat menyebabkan semakin berkurangnya stok kerapu di alam. Kondisi ini tentu saja menjadi sorotan dunia internasional dan tidak dapat dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, budidaya kerapu merupakan alternatif terakhir yang bisa dilakukan. Indonesia sebagai Negara maritim dengan ribuan pulaunya memiliki potensi besar dalam budidaya kerapu. Sadovy et al. (2003) menyebutkan bahwa Indonesia bersama dengan Philippines, Australia, PRC, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Taipei, Cina merupakan negara pengekspor utama ikan karang hidup. Bahkan FAO (2003) mencatat Indonesia sebagai negara produsen kerapu kedua setelah Hong Kong, Cina selama kurun waktu 1992-2001. Akan tetapi, produksi
ikan
kerapu
Indonesia
selama
kurun
waktu
tersebut
masih
mengandalkan pada tangkapan dari alam. Koeshendrajana (2007) menyebutkan bahwa selama kurun waktu 1999-2003, 86-93% ikan kerapu diproduksi dari tangkapan alam sedangkan budidaya hanya menyumbang 4-14% saja. Kerapu bebek Cromileptes altivelis merupakan salah satu ikan karang yang memiliki permintaan yang tinggi dan harga yang mahal. Sadovy et al. (2003) menyebutkan bahwa Cromileptes altivelis bersama dengan Cheilinus undulatus dan Plectopormus leopardus merupakan kelompok ikan kerapu yang memiliki
1
2
nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu, komoditas ini sangat layak untuk dikembangkan. Dalam prakteknya, pembudidayaan kerapu bebek terbentur oleh beberapa kendala yang harus dihadapi. Salah satu kendala tersebut yaitu permasalahan pakan. Selama ini para pembudidaya masih mengandalkan pakan dari alam yang
sering
disebut
sebagai
ikan
rucah.
Dengan
semakin
maraknya
pembudidayaan kerapu bebek, maka ikan rucah dirasakan tidak dapat memenuhi lagi dilihat dari segi jumlah maupun kualitasnya yang tidak menentu. Di samping itu ikan rucah dapat pula menjadi pembawa bibit penyakit karena penyediaannya berasal dari alam yang berada di luar kontrol manusia (Sim et al., 2005). Usaha untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan pembuatan pakan buatan yang tepat mutu, jumlah, dan harga. BPPT di bawah naungan RISTEK telah melakukan beberapa ujicoba formulasi pakan buatan. Berdasarkan beberapa uji coba formula pakan yang telah dilakukan, maka telah diketahui kebutuhan nutrisi untuk ikan kerapu stadia pendederan. Formula pakan tersebut sebelum diaplikasikan lebih lanjut hendaknya perlu pengujian secara terus menerus. Pengujian itu diperlukan sebagai kontrol terhadap formula pakan hasil RUSNAS sekaligus untuk mengevaluasi hasil temuan formula dan tidak menutup kemungkinan untuk kemudian dilakukan beberapa perubahan dalam formula pakan apabila nanti ditemukan kekurangan dalam penerapannya di lapangan. Dengan melihat beberapa alasan tersebut, maka pengujian pakan hasil RUSNAS secara aplikatif di lapangan dipandang perlu untuk dilakukan. 1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penggunaan formula pakan RUSNAS yang telah dihasilkan oleh BPPT di bawah RISTEK.
2
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek 2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan Pada ikan, sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung zat gizi yang berasal dari karbohidrat, lipid, dan protein (makro nutrient). Bahan organik makronutrien ini dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar metabolik, dan dapat disimpan dalam tubuh untuk dimanfaatkan selanjutnya, atau ditumpuk dalam materi penyusun pertumbuhan somatik hewan (Houlihan et al., 2001). Energi yang diperoleh oleh makhluk hidup ini dapat menimbulkan panas. Panas dari tubuh hewan berasal dari oksidasi zatzat organik dan makanan yang diberikan digunakan sebagai sumber energi. Oleh karena itu nilai energi suatu bahan makanan dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan nilai gizi dari bahan makanan tersebut (Houlihan et. al., 2001). Kecukupan energi dalam pakan sangat penting karena ikan akan merombak pakan untuk memenuhi kebutuhan energinya sebelum digunakan untuk pertumbuhan. Energi yang diperoleh dari pakan digunakan sebagai sumber energi utama yang dalam pembagian energi disebut dengan Gross Energy. Gross Energy (GE) dapat didefenisikan sebagai total energi yang terdapat dalam makanan. Semua energi yang diperoleh dari asupan pakan yang dikonsumsi oleh ikan, tidak semuanya dipergunakan untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan ikan karena energi tersebut akan dibagi menjadi Digestible energy (DE) yaitu energi yang dapat dicerna dan Fecal energy (FE) yaitu energi yang digunakan untuk kegiatan pembuangan hasil eksresi pada ikan berupa feses. Digestible energy ini umumnya digunakan sebagai dasar penyusunan formulasi pakan untuk pengoptimuman penggunaan bahan pakan (Halver, 2002). Digestible energy akan dipergunakan oleh ikan untuk proses metabolisme dan hasil buangan metabolisme yang terbagi menjadi Metabolizable energy (ME) yaitu energi yang dapat dipergunakan untuk kegiatan metabolisme dan Metabolic Excretion yaitu energi yang dikeluarkan oleh ikan untuk proses pembuangan urin (Urine Excretion) dan Gill Excretion (GE). Energi yang dipergunakan untuk kegiatan metabolisme didalam tubuh ikan ini dibagi lagi menjadi dua yang akan dipergunakan untuk kegiatan aktivitas metabolisme seperti kegiatan mengkonsumsi oksigen dalam media pemeliharaan
3
4
yang biasa disebut dengan Heat Increment (HiE) atau dengan kata lain dalam proses fisiologis ikan disebut dengan Specific Dynamic Action yaitu energi yang diperlukan oleh ikan untuk aktivitas hidup harian ikan. Selanjutnya, energi yang tersisa dari proses kegiatan metabolisme adalah energi bersih yang disebut dengan Net Energy (NE) yang akan dipergunakan maintenance atau perawatan ikan seperti metabolisme basal, aktivitas ikan, aktivitas renang, adaptasi terhadap suhu dan sisanya baru akan dipergunakan untuk pertumbuhan. Jadi, energi yang akan dipergunakan untuk pertumbuhan adalah energi yang tertinggal setelah kebutuhan untuk metabolisme basal ikan terpenuhi dan jika masih ada yang tersisa energi tersebut akan dipergunakan untuk kegiatan reproduksi. Proses pemanfaatan energi oleh ikan digambarkan oleh (NRC, 1993) dalam diagram berikut ini :
Gambar 1. Skema pemanfaatan energi oleh ikan
4
5
2.1.2. Kebutuhan Protein Protein di dalam tubuh sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan, penggantian jaringan-jaringan tubuh yang rusak dan pertumbuhan (Houlihan et al., 2001). Kebutuhan protein dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh jumlah dan jenis-jenis asam amino essensial, kandungan protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan (Lovell, 1988). Protein dapat juga digunakan sebagai sumber energi. Protein akan dikatabolisme jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi. Lovell (1988) menyebutkan bahwa dalam penyusunan ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein dan energi. Pakan yang kandungan energinya rendah dapat menyebabkan ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk metabolisme, sehingga bagian protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang. Sebaliknya jika kandungan energi pakan terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dimakan. Keadaan ini dapat membatasi jumlah protein pakan yang dimakan ikan, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi relatif rendah. Fungsi lain dari protein yaitu sebagai bahan penyusun utama enzim, hormon, dan antibodi. Oleh karena itu, dengan melihat betapa pentingnya fungsi protein maka pemberian protein secara optimum sangat diperlukan agar memberikan pertumbuhan yang optimal bagi ikan dan efisiensi pakan yang tinggi (Webster dan Lim, 2000). Penelitian mengenai kebutuhan protein oleh ikan kerapu bebek telah dilakukan. Giri et al. (1999) meyebutkan bahwa kerapu bebek membutuhkan kandungan protein sebesar 54,2 % dalam pakannya. 2.1.3. Kebutuhan Lemak Lemak adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter dan benzena. Senyawa organik ini terdapat didalam sel dan berfungsi sebagai sumber energi. Peranan lemak sebagai sumber energi terutama terdapat pada ikan karnivora seperti kerapu. Pada ikan karnivor, ketersediaan karbohidrat dalam pakannya sangat rendah. Halver (2002) menyebutkan bahwa kebanyakan ikan laut memenuhi kebutuhan energinya dari protein dan lemak. Oleh karena itu, penambahan lemak secara tepat dalam formulasi pakan dapat meningkatkan keefektifan penggunaan protein. Penggunaan lemak sebagai sumber energi dan
5
6
peningkatan efisiensi penggunaan protein untuk pertumbuhan ini sering disebut protein sparing effect (Houlihan et al., 2001). Fungsi lain dari lemak yaitu sebagai komponen esensial penyusun membran sel (Halver, 2002). Selanjutnya, SITH (2009) menyebutkan bahwa fungsi lipid juga berkaitan erat sebagai pelarut dalam penyerapan vitamin A, D, E, dan K, serta menjaga keseimbangan daya apung ikan di dalam air. Selain sebagai sumber energi, lemak juga penting sebagai sumber asam lemak esensial (Halver, 2002). Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh ikan. Oleh karena itu, pemenuhannya mutlak harus diberikan melalui pakan. NRC (1993) menyebutkan bahwa Ikan tidak mampu melakukan sintesis asam lemak dari golongan golongan ω3 dan ω6. Selain itu, disebutkan pula bahwa asam lemak Eicosapentanoat (EPA) dan asam lemak Dokosaheksanoat (DHA) merupakan asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan ikan. Asam lemak dari golongan ω3 dapat dicerna secara lebih efisien oleh ikan daripada lemak golongan ω6. Ikan laut membutuhkan lemak golongan ω3 lebih banyak daripada ω6. Sebaliknya, pada ikan tawar kebutuhan akan lemak golongan ω6 lebih banyak daripada lemak golongan ω3 (Houlihan et al., 2001). Informasi mengenai tingkat kebutuhan lemak pada ikan masih sangat sedikit. Akan tetapi, informasi mengenai komposisi asam lemak cukup banyak. Informasi ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebutuhan lemak dalam formulasi pakan. SITH (2009) menyebutkan bahwa ikan membutuhkan lemak sekitar 4-18% dalam pakannya. 2.1.4. Kebutuhan Karbohidrat Karbohidrat merupakan salah satu makro nutrien dan menjadi sumber energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat pemanfaatan karbohidrat dalam pakan umumnya rendah, terutama ikan karnivora. Hal ini karena terkait oleh keberadaan enzim yang dapat membantu mencerna karbohidrat dalam sistem pencernaannya. Oleh karena itu, ikan karnivora lebih sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan herbivora (Krogdahl, 2005). SITH (2009) menyebutkan bahwa kebutuhan ikan akan karbohidrat berkisar antara 10-30% bahkan untuk ikan karnivora seperti kerapu kurang dari 10%. Walaupun kebutuhan ikan akan karbohidrat relatif sedikit, tetapi peranan
6
7
karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. NRC (1993) melaporkan bahwa karbohidrat berperan sebagai prekusor untuk keperluan berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat. Kekurangan karbohidrat dalam pakan akan menyebabkan terjadinya tingkat katabolisme protein dan lemak yang tinggi untuk mensuplai kebutuhan energi ikan. Tabel 1 menunjukkan beberapa penggunaan karbohidrat dalam batas yang optimum bagi ikan.
Tabel 1.
Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk pertumbuhan beberapa ikan budidaya
Jenis ikan
Karbohidrat
Sumber
Referensi
(%)
karbohidrat
Atlantik salmon
6-15
Starch
Hemre et. al (1995)*
Seabream merah
30
Dekstrin
Koshio (2002)*
Milkfish
35
Dekstrin
Lim et. al (1991)*
Common carp
30-40
-
Takeuchi (1979)*
Kerapu
<10
-
SITH (2009)
Ikan Mas
20-30
-
SITH (2009)
Aian Sea Bass
20
-
Catacutan dan Coloso (1997)*
*)dalam Webster dan Lim (2002) 2.2. Kebutuhan Mikronutrien Mikronutrien merupakan bahan gizi dalam pakan yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Komponen zat gizi ini walaupun kebutuhannya sedikit namun kekurangan akan zat gizi ini dapat memberikan dampak yang buruk bagi pertumbuhan ikan. Bahkan dapat pula menyebabkan abnormalitas pada tubuh ikan. Komponen ini yaitu vitamin dan mineral. Vitamin merupakan senyawa organik esensial yang dibutuhkan oleh ikan dalam jumlah yang relatif sedikit. Ia termasuk kedalam komponen pelengkap yang keberadaanya dalam makanan sangat diperlukan untuk menormalkan pertumbuhan dan perawatan kesehatan dan ketidakcukupan dalam bahan makanan dapat mengakibatkan pengembangan kondisi spesifik patologik. Webster dan Lim (2002) menyebutkan bahwa vitamin berperan dalam ketahanan tubuh dan mempunyai efek dalam pertumbuhan. Halver (2002)
menyebutkan beberapa efek dari kekurangan vitamin.
Kekurangan beberapa jenis vitamin dapat menyebabkan kelumpuhan, katarak,
7
8
skoliosis, anemia, pertumbuhan menurun, anorexia, dan peningkatan mortalitas. Vitamin merupakan katasilator (pemacu) dalam proses metabolisme. Vitamin merupakan bagian dari enzim atau koenzim yang berperan dalam pengaturan berbagai proses metabolisme. Selain itu, ia juga berperan dalam membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru, mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh, dan turut berperan dalam pembentukan senyawasenyawa tertentu di dalam tubuh. Beberapa vitamin diketahui level penggunaannya yang cukup besar di dalam pakan dan oleh karenanya kadang tidak disebut dalam golongan vitamin namun dimasukkan ke dalam zat gizi seperti halnya zat makanan penghasil energi. Beberapa vitamin itu adalah choline, inositol, and ascorbic acid (Halver, 2002). Pada umumnya vitamin akan rusak oleh panas dan sinar ultraviolet. Oleh karena itu, sebaiknya dalam penyimpanan pakan hendaknya tidak terpapar oleh sinar matahari (Halver, 2002). ADCP (1980) menyebutkan bahwa beberapa vitamin akan rusak selama proses pelleting dan masa penyimpanan. Oleh karena itu untuk menghindari kehilangan protein selama proses pelleting biasanya dosis vitamin diberikan secara berlebih. Mineral merupakan unsur anorganik yang dibutuhkan oleh organisme perairan (ikan) untuk proses hidupnya secara normal. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh ikan sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting. Dalam penyusunan pakan buatan mineral mix biasanya ditambahkan berkisar antara 2 – 5% dari total jumlah bahan baku dan bervariasi bergantung pada jenis ikan yang akan mengkonsumsinya. Mineral berperan dalam pembentukan struktur jaringan, metabolisme seluler, sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan enzim aktivator, dan membantu pemeliharaan tekanan osmotik dalam tubuh ikan (Houlihan et al., 2001).
8
9
III. 3.1.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Fish-culture Teaching Industry Otorita Batam
dan Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010. 3.2.
Metode perlakuan pakan Pakan yang diujikan yaitu formula pakan hasil RUSNAS dan pakan
komersil untuk pendederan ikan kerapu bebek yang biasa dipergunakan oleh para pembenih secara umum. Hasil proksimat masing-masing pakan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi proksimat pakan perlakuan Komposisi Proksimat
Pakan RUSNAS (%)
Pakan komersil (%)
Protein
56,11
51,31
Lemak
18,75
15,61
Abu
15,92
13,79
Serat Kasar
1,36
1,29
BETN
7,86
17,99
DE (kkal/100 g pakan)*
367,88
351,33
C/P**
6,56
6,84
Keterangan : *) DE = Digestible Energi Berdasarkan NRC (1993) Energi 1 gram protein = 3.5 kkal; 1 gram karbohidrat = 2.5 kkal; 1 gram lemak = 8.1 kkal **) Rasio energi/protein
3.3.
Pemeliharaan ikan Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kerapu bebek
Cromileptes altivelis ukuran 4,5 ± 0,2 cm. Ikan tersebut dipelihara dalam bak fiber dengan volume efektif 350 liter. Masing-masing bak diisi ikan sebanyak 50 ekor. Sebelum perlakuan pakan, ikan diadaptasikan terlebih dahulu dalam satu wadah pemeliharaan berupa bak fiber dengan volume air 3000 liter selama 20 hari.
9
10
Selama masa adaptasi, ikan diberi pakan komersil. Satu hari sebelum perlakuan ikan dipuasakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari stres saat sampling awal. Pemuasaan ini juga dimaksudkan untuk menyeragamkan kondisi ikan, yaitu pengosongan lambung sehingga nantinya bobot yang ditimbang benar-benar bobot ikan bukan bobot ikan dan pakan yang ada di dalam lambung. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00, dan 15.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation (sekenyangnya). Sedangkan penggantian air dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari 1 jam setelah pemberian pakan. Penggantian air dilakukan hingga 100%. Selama pemeliharaan, jika terdapat ikan yang mati maka segera diambil dan dilakukan penimbangan. Sampling dilakukan pada awal, pertengahan, dan akhir penelitian. Sama halnya dengan sampling, pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, konduktivitas, dan salinitas dilakukan pada awal, tengah, dan akhir penelitian.
3.4.
Analisis Kimia Analisis kimia yang dilakukan meliputi proksimat pakan uji, tubuh ikan di
awal dan akhir percobaan, serta beberapa parameter kualitas air. Analisis proksimat pakan uji meliputi pengukuran kadar protein, lemak, serat kasar, abu, dan air. Sedangkan analisis proksimat tubuh ikan meliputi pengukuran kadar air, protein, dan lemak. Seluruh analisis proksimat dilakukan dengan metode AAOC (1984) dalam Takeuchi (1988). Prosedur analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 1. Parameter kualitas air yang di ukur meliputi oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), suhu, dan salinitas. Seluruh parameter kualitas air diukur dengan menggunakan membrane electrodamethode.
3.5.
Analisis Statistik Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Perbedaan antar perlakuan dihitung menggunakan uji T-test . Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft ecxel.
10
11
3.6.
Parameter Uji
3.6.1. Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Jumlah konsumsi pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah konsumsi pakan = bobot pakan awal – bobot pakan akhir 3.6.2. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) Laju pertumbuhan harian (LPH) dapat dihitung berdasarkan rumus : Wt = Wo (1+0,01α)t Keterangan : Wt
= bobot rata-rata individu pada waktu t (gram)
Wo
= bobot rata-rata individu pada waktu awal (gram)
α
= laju pertumbuhan harian (%)
t
= waktu pemeliharaan
3.6.3. Retensi Protein (RP) Retensi protein merupakan perbandingan antara jumlah protein yang tersimpan dalam tubuh ikan dengan jumlah protein dalam pakan yang diberikan. Nilai RP dihitung berdasarkan rumus : RP = Keterangan:
F
I P
x100%
F = kandungan protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (gram) I = kandungan protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (gram) P = jumlah protein yang dikonsumsi oleh ikan (gram)
3.6.4. Retensi Lemak (RL) Retensi lemak merupakan perbandingan antara jumlah lemak yang tersimpan dalam tubuh ikan dengan jumlah lemak yang diberikan. Nilai RL dapat dihitung berdasarkan rumus : RL = Keterangan:
F
I P
x100%
F = kandungan lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (gram) I = kandungan lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (gram) P = jumlah lemak yang dikonsumsi oleh ikan (gram)
11
12
3.6.5. Efisiensi Pakan (EP) Efisiensi pakan menunjukkan kualitas makanan yang diberikan. Efisiensi pakan dapat dihitung berdasarkan rumus :
EP =
(Wt
D ) Wox100% F
Keterangan : Wt
= bobot total ikan uji pada akhir percobaan (gram)
Wo
= bobot total ikan uji pada awal percobaan (gram)
D
= bobot ikan uji yang mati selama pemeliharaan (gram)
F
= jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan
3.6.6. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) SR merupakan perbandingan antara jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan.. Nilai SR dapat dihitung berdasarkan rumus : SR = Keterangan:
Nt x100% No Nt = jumlah individu akhir No = jumlah individu akhir
12
13
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Gambar 1 menunjukkan adanya penambahan bobot rata-rata pada ikan uji. Penambahan bobot akhir rata-rata dari bobot awal rata-rata pada perlakuan pakan RUSNAS sebesar 10,1 kali lipat sedangkan pada pakan komersil yaitu 8,7
bobot (gram)
kali lipat. 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
12.27 10.47 5.53 4.76 1.21 H0
H30 rusnas
H60
komersil
Gambar 2. Bobot awal rata-rata (H0), pertengahan (H30), dan akhir (H60) ikan kerapu bebek. Parameter kinerja pertumbuhan ikan uji selama penelitian berupa konsumsi pakan (JKP), kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (FCR), retensi protein (RP), dan retensi lemak (RL) disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah pakan yang dikonsumsi (JKP), kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), dan retensi lemak (RL) ikan kerapu bebek. Parameter JKP (gram)
Perlakuan pakan RUSNAS
Komersil
605,37 ± 43,68
a
531,78 ± 2,71
b
SR (%)
75,33 ± 3,06
LPH (%)
3,93 ± 0,01
EP (%)
76,85 ± 1,44
RP (%)
20,47 ± 0,38
RL (%)
18,88 ± 0,35
94,67 ± 1,15
a
3,67 ± 0,01
b
a
b
b
84,17 ± 0,34
a
b
25,85 ± 0,36
a
a
33,97 ± 0,46
b
1. Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05) (lihat Lampiran 8). 2. Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata + simpangan baku.
13
14
Semua parameter yang diamati dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Jumlah konsumsi pakan (JKP) lebih banyak pada perlakuan dengan pakan RUSNAS. Begitupun dengan nilai konversi pakan (FCR) dan laju pertumbuhan harian (LPH). Sedangkan nilai kelangsungan hidup (SR), retensi protein (RP), dan retensi lemak (RL) lebih tinggi pada pakan komersil dibandingkan dengan pakan RUSNAS. 4.2. Pembahasan Pakan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan energi yang berbeda. Begitupun bahan-bahan penyusun pakan yang lainnya tidak berasal dari bahan baku yang sama. Bahkan proses atau prosedur pembuatan pakannya pun berbeda. Pakan RUSNAS dibuat dengan cara konvensional sedangkan pakan komersil merupakan pakan pabrikan yang dalam pembuatannya melalui standar pabrikasi yang ketat, dimana produk pakan yang dipasarkan harus melalui bagian Quality Control terlebih dahulu. ADCP (1980) menyebutkan bahwa Quality Control merupakan bagian dari industri pakan yang bertugas memferifikasi produk berdasarkan standar kualitas dan juga memonitoring kualitas bahan baku pakan selama masa penyimpanan hingga proses pembuatan pakan. Dengan
melihat
segala
perbedaan
tersebut
maka
faktor
yang
mempengaruhi kinerja pertumbuhan juvenil ikan kerapu bebek dalam penelitian ini sangat kompleks. Akan tetapi, dapat dilakukan suatu pendekatan untuk menjelaskan pengaruh pakan terhadap kinerja pertumbuhan juvenil kerapu bebek dalam penelitian ini. Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ukuran baik panjang, berat atau volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ini secara fisik diekspresikan dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh pada periode waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah energi yang tersedia di pakan digunakan untuk metabolisme standar, proses pencernaan, dan untuk aktivitas. Setelah pemeliharaan selama 60 hari, terjadi penambahan bobot pada semua perlakuan. Hal ini mengindikasikan bahwa baik pakan RUSNAS maupun komersil memberikan efek bagi pertumbuhan ikan. Dengan kata lain, terjadi kelebihan energi sehingga dapat digunakan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi keefektifan dan keefisienan pakan dapat dilakukan dengan pendekatan energi.
14
15
Jumlah konsumsi pakan (JKP) erat kaitannya dengan pemenuhan energi yang dibutuhkan oleh ikan dan rasa dari pakan. NRC (1993) mengemukakan bahwa jumlah energi harus menjadi pertimbangan yang utama dalam pembuatan pakan, jika energi pakan terlalu tinggi maka ikan akan memakan sejumlah kecil pakan
tersebut.
Sedangkan
menurut
Halver
(2002),
faktor
lain
yang
mempengaruhi konsumsi pakan adalah palatabilitas. Dalam penelitian ini, jumlah konsumsi pakan RUSNAS jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pakan komersil. Kandungan energi dalam pakan RUSNAS 3,67 kkal/gram sedangkan pakan komersil 3,51 kkal/gram. Ditinjau dari kandungan energi pakannya, antara pakan RUSNAS dan komersil tidak berbeda terlalu jauh. Hal ini berarti rasa dari pakan RUSNAS lebih disukai ikan daripada pakan komersil. Houlihan et al. (2001) menyebutkan bahwa kriteria penerimaan pakan oleh ikan ditentukan oleh terlihat tidaknya pakan, ukuran partikel, serta organoleptik yang berhubungan dengan bau, rasa, dan tekstur. Selama 30 hari perlakuan, ikan yang diberi pakan RUSNAS terlihat lebih rakus jika dibandingkan dengan pakan komersil (Lampiran 5). Tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan yang diberi perlakuan pakan komersil lebih tinggi dibandingakan dengan pakan RUSNAS (Tabel 3). Perlu untuk diketahui bahwa kematian ikan yang diberi pakan RUSNAS banyak terjadi setelah sampling pada H30 (Lampiran 5). Hal ini diduga karena ikan mengalami stres. Pengamatan secara visual terlihat bahwa warna ikan berubah menjadi kehitaman dan tidak mau makan setelah sampling. Hal ini terus berlanjut, dan pada akhirnya banyak ikan yang mati selama pemeliharaan 30 hari berikutnya. Stres adalah suatu kondisi yang meyebabkan ketidaksenangan fisik ataupun psikologi dan menyebabkan respon psikologi yang spesifik. Sebagai contoh, kondisi stres akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, gula darah, dan pengeluaran cortisol. Stres dapat terjadi karena tekanan lingkungan fisik, kimia, biologi, ataupun karena kegiatan prosedural seperti sortir (Floyd, 2009). Stres dapat berlangsung dalam jangka pendek dan mendadak atau jangka panjang dan kronis. Stres jangka pendek mempunyai dampak terhadap kesehatan. Sedangkan stres jangka panjang sangat berkontribusi sebagai penyebab banyak penyakit dan kematian (Foster dan Smith, 2010). Seperti yang diungkapkan oleh Foster dan Smith (2010), dalam penelitian ini ikan yang mati terlihat merah pada bagian kepala dan juga warna tubuh yang hitam (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa stres yang dipicu oleh perlakuan
15
16
sampling pada H30 berlangsung dalam jangka panjang yang menyebabkan daya tahan tubuh ikan menurun dan menyebabkan sakit maupun kematian. Warna merah pada bagian kepala menunjukkan bahwa ikan terserang penyakit sedangkan warna kehitaman pada tubuh ikan menunjukkan bahwa ikan mengalami stres.
Gambar 3.
Kematian ikan akibat stres-penyakit pada perlakuan pakan RUSNAS setelah sampling H30.
Pemulihan
ikan
dari
kondisi
stres
sangat
lama
sekali.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa ada komponen yang kurang atau tidak tersedia dalam pakan RUSNAS. Dalam penelitian ini dilakukan pencetakan ulang terhadap pakan RUSNAS untuk menyesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pengeringan pakan tidak menggunakan oven, namun dengan cara dijemur. Pada proses pencetakan ulang ini diduga menyebabkan beberapa komponen penting yang seharusnya telah cukup tersedia menjadi rusak atau bahkan hilang. Dengan melihat gejala yang terjadi yaitu stres dan tulang bengkok (Gambar 4), maka dapat disimpulkan bahwa komponen dalam pakan yang hilang tersebut adalah vitamin. Halver (1972) dalam Halver (1992) menyebutkan bahwa kekurangan vitamin C dapat menyebabkan terjadinya kelainan bentuk tulang (skoliosis atau lordosis) pada ikan salmon. Data mengenai keabnormalan ikan dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada umumnya vitamin akan rusak oleh panas dan sinar ultraviolet. Oleh karena itu, sebaiknya dalam penyimpanan pakan hendaknya tidak terpapar oleh sinar matahari (Halver, 2002). Selanjutnya, ADCP (1980) menyebutkan bahwa beberapa vitamin akan rusak selama proses pelleting (pencetakan) dan masa penyimpanan. Oleh karena itu, untuk menghindari kehilangan protein selama proses pelleting biasanya dosis vitamin diberikan secara berlebih. Proses pencetakan ulang yang dilakukan dalam penelitian ini tidak ditambahkan vitamin lagi. Selain itu, dalam prosesnya ditambahkan air dan
16
17
dilakukan penjemuran untuk proses pengeringannya. Hal ini tentu akan menyebabkan kandungan vitamin yang semula sudah cukup tersedia dalam pakan sedikit banyak hilang karena larut dalam air, proses pelleting (pencetakan), dan penjemuran.
Gambar 4. Kelainan bentuk tulang pada ikan perlakuan pakan RUSNAS setelah H30 Laju pertumbuhan harian (LPH) erat kaitannya dengan efisiensi pakan. Laju pertumbuhan harian pada pakan RUSNAS lebih tinggi jika dibandingkan dengan pakan komersil. Namun demikian, efisiensi pakan RUSNAS lebih rendah daripada pakan komersil. Millamena et al. (2002) menjelaskan bahwa persentase efisiensi pakan merupakan pertambahan bobot (pertumbuhan) dibagi dengan jumlah konsumsi pakan. Oleh karena itu, seharusnya efisiensi pakan akan berkorelasi positif dengan pertumbuhan. Dalam penelitian ini, ikan yang diberi pakan RUSNAS jumlah konsumsi pakan dan laju pertumbuhan hariannya lebih baik dibandingkan dengan pakan komersil. Ikan tersebut juga mengalami stres berkepanjangan setelah sampling pada H30. Kondisi stres berdampak terhadap konsumsi pakan. Selanjutnya konsumsi pakan berdampak pada pertumbuhan. Oleh karena itu, sedikit banyak stres tentu juga berdampak pada efisiensi pakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Ishibashi et al. (1992) yang menunjukkan bahwa stres menyebabkan penurunan efisiensi pakan. Penurunan efisiensi pakan ini dapat dilihat dengan membandingkan efisiensi pakan pada sampling kedua dan ketiga (Lampiran 5). Berdasarkan data sampling tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan efisiensi pakan yaitu dari 81,01 ± 2,88 pada H30 menjadi 76,85 ± 1,44 pada H60. Dengan melihat kondisi ini, maka dapat dijelaskan bahwa korelasi yang berbanding terbalik antara efisiensi pakan dan laju pertumbuhan pada ikan yang diberikan pakan RUSNAS pada H60 terjadi karena stres. Selain itu, laju pertumbuhan harian yang lebih tinggi pada pakan RUSNAS menunjukkan bahwa selama 30 hari awal pemeliharaan, pertumbuhan ikan benar-benar optimum. Hal ini
17
18
didukung dengan data efisiensi pakan pada H30 yang tidak berbeda nyata dengan pakan komersil. Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran nilai retensi protein dan retensi lemak. Nilai retensi merupakan gambaran jumlah nutrien yang mampu diserap dari dalam pakan untuk disimpan di dalam tubuh. Protein dan lemak merupakan nutrien yang dapat berfungsi sebagai sumber energi selain karbohidrat. Dalam pembuatan pakan, protein diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan sedangkan lemak diharapkan dapat menyumbangkan energi untuk aktifitas ikan sehingga dapat berfungsi sebagai protein sparring effect. Nilai retensi protein dan retensi lemak pada pakan RUSNAS lebih kecil dari pada pakan komersil. Dilihat dari nilai retensi protein, dapat dikatakan bahwa protein dalam pakan komersil lebih efektif digunakan untuk pertumbuhan. Sedangkan jika dilihat dari retensi lemaknya maka dapat dikatakan bahwa lemak dalam pakan RUSNAS lebih efektif digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok ikan walaupun fungsi protein sparing effect lemak dalam kedua pakan dapat terjadi. Seperti halnya efisiensi pakan, nilai retensi protein pakan RUSNAS sedikit banyak juga dipengaruhi oleh keadaan stres yang terjadi pada ikan setelah H30. Jika ditinjau berdasarkan Gambar 1 mengenai pemanfaatan energi oleh ikan, maka dapat diduga bahwa sebagian energi yang semula dapat digunakan untuk pertumbuhan dialihkan untuk pemulihan stres. Padahal ikan lebih efisien menggunakan protein sebagai sumber energi (Lovell,1989). Di samping itu, nafsu makan ikan juga menurun akibat stres (Ishibashi et al., 1992). Hal ini tentunya akan berdampak pada jumlah protein yang dikonsumsi oleh ikan dan selanjutnya dapat menyebabkan penurunan retensi protein. Hal serupa juga dapat dilihat dalam penelitian Lesmana (2009). Dalam penelitiannya, dilakukan pengujian pakan untuk mengetahui pengaruh suplementasi Fe 0, 100 dan 500 ppm dalam meningkatkan performa tumbuh ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis sebelum dan setelah mendapatkan stressor. Secara keseluruhan retensi protein setelah diberikan stressor lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa stressor). Retensi protein ikan tanpa stressor berkisar antara 25,88-27,47% sedangkan ikan dengan stressor 17,95-21,76%. Kualitas air selama penelitian ini masih berada dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan ikan kerapu bebek. Data mengenai kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7.
18
19
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan formula pakan RUSNAS stadia pendederan memberikan efek pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pakan komersil dan oleh karenanya layak untuk digunakan.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Aquaculture Development and Coordination Programme. 1980. Fish Feed Technology. Food and Agriculture Organitation: Rome. FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations). 2003. Fishery Statistics, Catches and Landings 1991. Rome: FAO. Floyd, R.F. 2009. Stress – Its Role in Fish Disease. The Institute of Food and Agricultural Sciences : CIR919 Florida Foster
and Smith. 2007. Stress and Fish Health. Live Aquaria. http://www.liveaquaria.com/general/general.cfm?general_pagesid=79. (12 Januari 2010).
Giri, N.A., K. Suwirya, dan M. Marzuqi. 1999. Kebutuhan Protein, Lemak, dan Vitamin C Yuwana Kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 5(3): 38-44. Halver, JE. 2002. Fish Nutrition. Third Edition. Washington : Academy Press Inc. 798 pp. Houlihan, D, T Boujard and M. Jobling. 2001. Food Intake in Fish. Blacwell Science. British Library. 418 pp. Ishibashi Y., K. Kato, S. Ikeda, O. Murata, T. Nasu, and H. Kumai. 1992. Effect of Dietary Ascorbic Acid on Tolerance to Intermitten Hypoxic Stress in Japanese Parrot Fish. Department of Fisheries, Faculty of Agriculture, Kinki University, Nakamachi, Nara 631 : Japan. Johnson, B. (ed.) 2007. Economics and Market Analysis of The Live Reef-Fish Trade in The Asia–Pacific Region. Canberra :ACIAR Working Paper No. 63, 173 pp. Koeshendrajana S.2007.Production and Marketing of Live Reef-Fish for Food in Indonesia. Canberra :ACIAR Working Paper No. 63, 173 pp. Krogdahl, A. G.L. Hemre, and T.P. Mommsen. 2005. Carbohydrates in Fish Nutrition: Digestion and Adsorption in Postlarval Stage. Aquaculture Nutrition 11 p: 103-122. Lesmana, I. .2009. Pengaruh Suplementasi zat besi (Fe) dalam Meningkatkan Performa Tubuh Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis Sebelum dan Setelah Diberikan Stressor. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lovell, T. 1988. Nutrition and Feeding of Fish. Auburn University. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. 260 pp. Millamena, O.M., R.M. Coloso, and F.P. Pascual. 2002. Nutrition in Tropical Aquaculture. SEAFDEC. Tigbauanm Iloilo, Philippines. 221pp. 20
21
Mous, P.J., Pet-Soede L., Erdmann M., Cesar H.S.J., Sadovy Y. and Pet J.S. 2000. Cyanide fishing on Indonesian coral reefs for the live food fish market – What is the problem? SPC Live Reef Fish Information Bulletin 7:20–27. National Research Council. 1993. Nutrition Requirement Fishes. National Academy Press. Washington D.C. 102 pp. Petersen E.H. and Muldoon G. 2007. Wholesale and retail price integration in the live reef-fish food trade. Canberra : ACIAR Working Paper No. 63, 173 pp. Sadovy J.Y., Donaldson T.J., Graham T.R., McGilvrary F., Muldoon G.J., Philips M.J., Rimmer M.A., Smith A. and Yeeting B. 2003. While stocks last: the live reef food fish trade. Asian Development Bank: Manila. Sim, S.Y., Rimmer, M.A., Williams, K., Toledo, J.D., Sugama, K., Rumengan, I. and Phillips, M.J. 2005. A Practical Guide to Feeds and Feed Management for Cultured Groupers, Network of Aquaculture Centres in Asia-Pacific, Bangkok, Thailand. SITH. 2009. Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB –VEDCA –SEAMOLEC : Bandung. Takeuchi, T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutriens. In: Fish Fish Nutrition and Mariculture. Watanabe, T. Department of Aquatic Biosience. Tokyo University of Fisheries. JICA p:179-226. Webster, C. D. and Lim, C. 2002. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing: USA p:1-27
21
22
LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat A. Kadar Protein i) Oksidasi Ditimbang 0.5-1 gram bahan dalam alumunium foil, dimasukkan bahan yang telah ditimbang ke dalam labu kjeldhal. Tambahkan 3 gram katalis dan 10 ml H2SO4 pekat untuk mempercepat penguraian. Panaskan dalam rak oksidasi selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna menjadi hijau bening. Dinginkan, lalu encerkan dengan aquades hingga volume 100 ml digunakan gelas ukur yang kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer, setelah itu didestilasi. ii) Destilasi Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu yang sebelumnya telah diisi setengahnya dengan aquades, kemudian didihkan selama 10 menit. Elenmeyer yang berisi 10 ml H2SO4 0.05 N dan 2 tetes larutan indikator disimpan dibawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan. Dimasukkan 5 ml larutan sampel ke dalam tabung destilasi melalui corong yang telah dibilas dengan aquades. Kemudian masukkan 10 ml NaOH 30% melalui corong dan tutup. Campurkan alkaline dalam labu disuling menjadi uap air selama 10 menit setelah terjadi pengembunan pada kondensor. Labu elenmeyer diturunkan sehingga ujung pipa kondensor berada dileher labu, diatas permukaan larutan. Bilas kondensor dengan akuades selama 1-2 menit. iii) Titrasi Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0.05 N hingga berubah warna, catat volume titran dan lakukan prosedur yang sama terhadap blanko. Kadar Protein =
0.0007 *
Vb Vs A
6.25**
20
100%
Notasi : Vb
= ml 0.05 N titran NaOH untuk blanko
Vs
= ml 0.05 N titran NaOH untuk sampel
A
= bobot sampel (gram)
*
= setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram N
**
= Faktor Nitrogen
22
23
Lanjutan Lampiran 1. B. Kadar Lemak 1. Labu ekstraksi dipanaskan di dalam oven (110°C) selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1). 2. Sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram (A) dan dimasukkan ke dalam tabung filter lalu dipanaskan pada suhu 90-100°C selama 2-3 jam. 3. Tabung filter ditempatkan ke dalam ekstrak dari alat soxchlet. Kemudian disambungkan kondensor dengan labu ekstraksi yang telah diisi 100 ml petrolium eter. 4. Eter dipanaskan pada labu ekstraksi dengan menggunakan water bath pada suhu 70°C selama 16 jam. 5. Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 100°C kemudian ditimbang (X2). Kadar Lemak =
X2
X1 A
100%
C. Kadar Air 1. Cawan dimasukkan ke dalam oven (110°C) selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X1). 2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A). 3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam oven (110°C) selama 4 jam kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X2). Kadar Air =
X1
A A
X2
100%
D. Kadar Abu 1. Cawan dimasukkan ke dalam oven (110°C) selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X1). 2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A). 3. Cawan dan bahan dipanaskan di dalam oven (600°C) sampai bahan menjadi abu kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (X2). Kadar Abu =
X2
X1 A
23
100%
24
Lanjutan Lampiran 1. E. Kadar Serat Kasar 1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110°C, setelah itu didinginkan dalam eksikator (X1). 2. Sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram (A) dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. 3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian dipanaskan selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer lagi dan dipanaskan selama 30 menit. 4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Bucher dan dihubungkan pada vaccum pump untuk mempercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Bucher kemudian dibilas secara berturut-turut dengan 50 ml air panas, H2SO4 0.3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton. 6. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin, lalu dikeringkan selama 1 jam kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (X2). 7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600°C hingga berwarna putih, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (X3). Kadar Serat Kasar =
24
X2
X1 A
X3
100%
25
Lampiran 2.
Perhitungan laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup ikan kerapu bebek selama penelitian. Parameter
Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Bobot ikan awal (gram)
Bobot ikan akhir (gram)
Biomassa ikan mati (gram)
Perlakuan pakan RUSNAS Komersil 61.16 61.12 60.98 59.87 59.92 59.82 485.93 496.61 464.49 500.36 436.38 490.11 60,51 13,58 68,89 7,33 60,35 15,68
Pakan Ikan 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Konsumsi pakan (gram) Jumlah ikan akhir (jumlah ikan awal @50 per bak)
Efisiensi pakan (EP) Rata-rata EP (%)
1 2 3
Survival Rate (SR) Rata-rata SR (%) Laju pertumbuhan harian individu (LPH) Rata-rata LPH (%)
25
1 2 3
640.84 534.79 618.69 529.54 556.58 531.01 39 47 38 48 36 47 75.73 83.97 76.35 84.57 78.48 83.99 76.85 ± 1,44 84.17 ± 0,34 78 94 76 96 72 94 75.33 ± 3,06 94.67 ± 1.15 3.94 3.66 3.92 3.67 3.93 3.67 3.93 ± 0.01 3.67 ± 0.01
26
Lampiran 3.
Perhitungan retensi protein
PARAMETER Bobot awal (gram)
Ulangan
Bobot akhir (gram)
Protein Ikan Protein tubuh awal (%)
Protein tubuh akhir (%)
Protein tubuh total awal (gram)
Protein tubuh total akhir (gram)
Protein disimpan (gram)
Pakan ikan Pakan dikonsumsi (gram)
Protein pakan (% basah)
Protein pakan dikonsumsi (gram)
Retensi protein (%)
Rata-rata
26
RUSNAS
KOMERSIL
1
61.16
61.12
2
60.98
59.87
3
59.92
59.82
1
485.93
496.61
2
464.49
500.36
3
436.38
490.11
1
14.51
14.51
2
14.51
14.51
3
14.51
14.51
1
15.43
14.67
2
15.43
14.67
3
15.43
14.67
1
8.87
8.87
2
8.85
8.69
3
8.69
8.68
1
74.98
72.85
2
71.67
73.40
3
67.33
71.90
1
66.10
63.98
2
62.82
64.72
3
58.64
63.22
1
640.84
534.79
2
618.69
529.54
3
556.58
531.01
1
50.50
46.53
2
50.50
46.53
3
50.50
46.53
1
323.61
248.84
2
312.43
246.39
3
281.06
247.08
1
20.43
25.71
2
20.11
26.27
3
20.86
25.59
20,47 ± 0,38
25,85 ± 0,36
27
Lampiran 4
Perhitungan retensi lemak
PARAMETER
Ulangan
Bobot awal (gram)
Bobot akhir (gram)
RUSNAS
KOMERSIL
1
61.16
61.12
2
60.98
59.87
3
59.92
59.82
1
485.93
496.61
2
464.49
500.36
3
436.38
490.11
1
4.27
4.27
2
4.27
4.27
3
4.27
4.27
1
4.73
5.68
2
4.73
5.68
3
4.73
5.68
1
2.61
2.61
2
2.60
2.56
Lemak tubuh ikan Lemak tubuh awal (% basah)
Lemak tubuh akhir (% basah)
Lemak tubuh total awal (gram)
Lemak tubuh total akhir (gram)
Lemak disimpan (gram)
3
2.56
2.55
1
22.98
28.21
2
21.97
28.42
3
20.64
27.84
1
20.37
25.60
2
19.37
25.86
3
18.08
25.28
1
640.84
534.79
2
618.69
529.54
3
556.58
531.01
1
16.87
14.16
2
16.87
14.16
3
16.87
14.16
1
108.13
75.73
2
104.39
74.98
3
93.91
75.19
1
18.84
33.80
2
18.55
34.49
Pakan ikan Pakan dikonsumsi (gram)
Lemak pakan (% basah)
Lemak pakan dikonsumsi (gram)
Retensi lemak (%)
3 Rata-rata
27
19.25
33.63
18,88 ± 0,35
33,97 ± 0,46
28
Lampiran 5.
Data sampling ikan Sampling H0
Parameter
Berat ratarata (gram)
Panjang Ratarata (cm)
Jumlah ikan (ekor)
Biomassa ikan (gram)
Biomassa ikan mati (gram)
Jumlah konsumsi pakan (gram)
Komersil
RUSNAS
Komersil
RUSNAS
Komersil
1
1.22
1.22
5.73
4.85
12.46
10.57
2
1.22
1.20
5.58
4.75
12.22
10.42
3
1.20
1.20
5.28
4.67
12.12
10.43
1
4.30
4.45
6.92
6.64
10.15
9.00
2
4.45
4.30
6.95
6.37
10.20
9.10
3
4.40
4.50
6.72
6.59
10.00
9.00
1
50
50
50
49
39
47
2
50
50
49
50
38
48
3
50
50
50
50
36
47
1
61.16
61.12
280.79
242.50
485.93
496.61
2
60.98
59.87
278.96
232.80
464.49
500.36
3
59.92
59.82
264.09
233.70
436.38
490.11
1
0
0
0
3.2
57.58
13.58
2
0
0
2.93
0
68.89
4.13
3
0
0
0
0
60.35
15.68
1
0
0
283.33
230.11
640.84
534.79
2
0
0
283.33
215.23
618.69
529.54
3
0
0
270.77
210.06
556.58
531.01
0
0
274.51±7.67
218.47±10.41
605.37±43.68
531.78±2.71
1
0
0
100
98
78
94
2
0
0
98
100
76
96
3
0
0
100
100
72
94
0
0
99.33±1.15
99.33±1.15
75.33±3.06
94.67±1.15
1
0
0
81.25
81.05
75.73
83.97
2
0
0
83.76
84.13
76.35
84.57
3
0
0
78.01
85.48
78.48
83.99
0
0
81.01±2.88
83.55±2,27
76.85±1,44
84.17±0,34
1
0
0
5.28
4.70
3.94
3.66
2
0
0
5.20
4.70
3.92
3.67
3
0
0
5.07
4.65
3.93
3.67
0
0
5.18±0.11
4.68±0.03
3.93±0.01
3.67±0.01
Rata-rata Efisiensi pakan (%) Rata-rata Laju pertumbuhan harian (%) Rata-rata
Sampling H60
RUSNAS
Rata-rata Survival rate (%)
Sampling H30
ulangan
28
29
Lampiran 6.
Keabnormalan ikan
Pakan Insang terbuka (ekor) Tulang abnormal (ekor) RUSNAS 3 14 Komersil 1 -
Lampiran 7.
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis
Parameter Suhu Oksigen Terlarut pH Salinitas
Nilai 28,8-30 oC 4,5-4,9 mg/L 7.64-7.95 29,5-29,8 ppt
29
1
komponen
Lampiran 8.
Uji T-test SR (%) Komersil
RUSNAS
Komersil
Komersil
RP (%)
RUSNAS
Komersil
RL (%)
RUSNAS
Komersil
JKP (gram)
RUSNAS
RUSNAS
Komersil
78.0000
3.9442
3.6601
83.9713
75.7256
25.7132
20.4270
33.8028
18.8418
640.8400
534.7900
96.0000
76.0000
3.9161
3.6725
84.5677
76.3549
26.2650
20.1078
34.4932
18.5522
618.6900
529.5400
94.0000
72.0000
3.9320
3.6745
83.9852
78.4811
25.5867
20.8632
33.6263
19.2549
556.5800
531.0100
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
3.00
94.67
75.33
3.93
3.67
84.17
76.85
25.85
20.47
33.97
18.88
605.37
531.78
1.15
3.06
0.01
0.01
0.34
1.44
0.36
0.38
0.46
0.35
43.68
2.71
1.33
9.33
0.00020
0.00006
0.11588
2.08489
0.13
0.14
0.21
0.12
1908.00
7.34
s s
RUSNAS
EP (%)
94.0000
jml data Rata2
LPH (%)
2
F hitung
7.00
3.27
0.06
1.11
1.68
260.11
F tabel 5%
19
19
19
19
19
19
F tabel 1%
99
99
99
99
99
99
varian
HETEROGEN
HETEROGEN
HETEROGEN
HETEROGEN
HETEROGEN
n
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
HOMOGEN 3
3
Uji t-test
t, dk= n1+ n2 -2
t, dk= n1+ n2 -2
t, dk= n1+ n2 -2
t, dk= n1+ n2 -2
t, dk= n1+ n2 -2
t, dk= n1 - 1
t hitung
10.25304833
28.1946918
8.54747293
17.83440087
45.1876502
2.912437433
t tabel 0.05
4.303
4.303
4.303
4.303
4.303
2.776
kesimpulan
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
beda nyata
30
1
1
1