Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 143-152
e-ISSN: 2548-964X http://j-ptiik.ub.ac.id
Evaluasi Manajemen Risiko Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus : PT. Kimia Farma (Persero) Tbk – Plant Watudakon) Novia Dwi Setyaningrum1, Suprapto2, Ari Kusyanti3 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Teknologi informasi hampir diimplementasikan pada semua perusahaan, tak terkecuali pada PT.Kimia Farma plant Watudakon perusahaan ini telah mengimplementasikan sistem informasi berbasis Enterprise Resource Planning (ERP). Penggunaan sistem informasi tentunya memiliki banyak peluang risiko. Apabila terjadi masalah akan berdampak secara keseluruhan. Seperti yang sering terjadi, masalah sistem pada bagian gudang, maka proses penerimaan informasi data dari gudang untuk keuangan akan terganggu, yang mungkin saja terjadi karena server down atau masalah yang lain. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya pengelolaan manajemen risiko untuk mengelola kemungkinan risiko yang terjadi. Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai capability level dengan melakukan evaluasi manajemen risiko PT.Kimia Farma menggunakan framework COBIT 5 pada domain EDM03(Ensure Risk Optimation) dan APO12(Managed Risk). Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, observasi dan wawancara. Dari hasil pengumpulan data didapatkan nilai capability level untuk EDM03 pada level 2 dan APO12 pada level 1. Setelah mengetahui level risiko langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko untuk mengetahui risiko yang masih berada di ambang batas risiko perusahaan, kemudian untuk menentukan langkah mitigasi risiko. Dari hasil kedua analisis akan menjadi acuan sebagai penyusunan rekomendasi. Usulan rekomendasi yang diberikan seperti penyusunan dokumen profil risiko, membentuk manajamen untuk mengelola risiko. Kata kunci: COBIT 5,manajemen risiko, capability level, penilaian risiko, mitigasi risiko Abstract Information technology is almost implemented in all companies, including the PT.Kimia Farma plant Watudakon this company has implemented information systems based on Enterprise Resource Planning (ERP). Using information systems certainly has many risk opportunities. In the event of a problem will have an overall impact. As is often the case, the system issues on the part of the warehouse, then the process of receiving data information from the warehouse for finance will be disrupted, which may occur due to server down or other problems. Therefore, risk management is required to manage all possible risks. So this research was conducted to determine the value of capability level by evaluating the risk management PT.Kimia Farma using COBIT 5 framework on domain EDM03 (Ensure Risk Optimization) and APO12 (Managed Risk). The data were collected by questionnaire, observation and interview. From the data, we get the capability level for EDM03 at level 2 and APO12 at level 1. After knowing the level of risk the next step is to conduct a risk assessment to determine risks that are still within the company's risk appetitte, then to determine risk mitigation measures. From the results of the two analyzes will be a reference as the preparation of recommendations. Proposed recommendations such as the preparation of risk profile documents, establishing management to manage risk. Keywords: COBIT 5, risk management, capability level, risk assessment, risk mitigation yang dapat meningkatkan kecepatan dan ketepatan infromasi data, TI juga dapat meningkatkan risiko negatif terhadap tujuan sebuah perusahaan. Dimana ketergantungan perusahaan terhadap TI akan semakin
1. PENDAHULUAN Pemanfaatan teknologi informasi tentunya sangat efektif dan efisien untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Pemanfaatan penggunaan TI Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya
143
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
memperbesar dampak risiko terhadap perusahaan. Risiko yang timbul akan berpengaruh proses kerja yang tidak optimal, kerugian finansial, menurunnya kualitas perusahaan hingga tidak tercapainya tujuan dari perusahaan. Salah satu perusahaan yang sudah menerapkan TI adalah PT. Kimia Farma (Persero) Unit Plant Watudakon (UPW) Software yang saat ini digunakan di PT. Kimia Farma UPW yaitu ERP-Portege. Sistem ini berbasis ERP. Proses bisnis pada PT Kimia Farma UPW mengacu pada standar ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 dan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Contoh ketika salah fungsi dari satu sistem pada departemen tidak berjalan maka akan mengganggu proses bisnis pada departemen lainnya. Seperti contoh pada proses pengiriman barang oleh gudang, jika pada saat input kode produksi salah, maka proses produksi dan laporan keuangan akan mengalami gangguan. Tentunya akan mengalami sebuah kerugian secara finansial yang cukup besar. Karena semua aktivitas administrasi pada perusahaan bergantung pada TI. Macam dari risiko cukup beragam dan hampir semua aktivitas pada perusahaan memiliki risiko tersendiri. Sehingga perlu untuk dilakukannya identifikasi, monitoring dan evaluasi terhadap risiko. Belum adanya manajemen risiko inilah yang akan membuat pengendalian risiko dilakukan dengan cara yang sering dilakukan atau dengan mengacu pada kebiasaan ketika menangani risiko yang sama. Belum ada dokumen standar prosedur untuk menangani risiko, sehingga penanganan risiko belum di manage dengan baik. Oleh karena itu risiko yang ada pada perusahaan perlu di manage untuk mengurangi dan menghilangkan dampak negatif pada perusahaan. Dari uaraian yang dijelaskan diatas, penulis melakukan sebuah penelitian terkait dengan manajemen risiko untuk sistem ERP-Portege pada PT. Kimia Farma plant Watudakon. Sehingga dapat menghasilkan sebuah rekomendasi yang berupa saran atau usulan yang dapat meminimalisir risiko. Untuk proses penilaian dan analisis menggunakan kerangka kerja COBIT 5 pada domain EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12 (Manage Risk). 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kajian Pustaka
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
144
Beberapa referensi yang dijadikan sebagai kajian pustaka untuk penelitian ini adalah “Evaluasi Manajemen Risiko Migrasi Sistem MES Menggunakan COBIT 5 IT Risk (Studi Kasus: PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.)” yang ditulis oleh Shabrina Teruri. Dalam penelitiannya tersebut bertujuan untuk mengetahui nilai capability level dan mengetahui manajemen risiko migrasi sistem MES. Penelitian selanjutnya thesis dari Sigit Samaptoaji dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Risiko Teknologi Informasi (TI) Pada Instansi Pemerintah : Studi Kasus Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri”. Pada penelitiannya menjelaskan mengenai bagaimana memberikan sebuah nilai pada sebuah risiko sehingga dapat menentukan inherent risk dan residual risk. Dari penilaian tersebut dapat diketahui langkah untuk mitigasi risiko. 2.2 Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses identifikasi pengkajian, serta pengembangan strategi mitigasi dan komunikasi risiko TI yang memiliki potensi merugikan atau berdampak negative terhadap organisasi. Kontrol dan pengukuran kinerja manajemen risiko dilakukan oleh semua pihak dengan menentukan risiko mana yang harus mendapat perhatian dan pada level mana risiko dapat diterima oleh organisasi. Sebagaimana risiko TI merupakan risiko pada organisasi yang disebabkan oleh penggunan TI dalam suatu organisasi, terdiri dari semua kejadian yang terkait dengan penggunaan TI dan memiliki potensi yang berdampak pada organisasi (ISACA, 2012). Deskripsi risiko Ti dibagi menjadi tiga yaitu inherent risk, current risk, dan residual risk. Inherent risk merupakan risiko dasar yang dimiliki asset yang digunakan unutk penetapan pada ruang lingkup manajemen risiko, sedangkan current risk merupakan risiko yang telah memiliki estimasi frekuensi dan dampak untuk analisis risiko. Dan residual risk merupakan sisa risiko setelah mengalami kontrol dan merupakan tahap pemilihan respond an prioritas. 2.3 COBIT 5 COBIT 5 sebuah kerangka kerja generasi terbaru dari panduan ISACA yang memebahas mengenai tata kelola dan manajemen TI. COBIT 5 menyediakan kerangka kerja yang
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
membantu perusahaan dalam mencapai tujuan mereka dengan tata kelola dan manajemen teknologi informasi (ISACA,2012). COBIT 5 memungkinkan TI untuk mengatur dan mengelola secara menyeluruh dalam perusahaan, dengan mempertimbangkan penuh bisnis dan bidang fungsional TI dari tanggung jawab dan mempertimbangkan kepentingan terkait TI. Berikut penjelasan mengenai penerapan COBIT 5: 1. Tahap 1 – Initiate Progamme, pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor yang menjadi pendorong perubahan dan apa saja yang harus diubah. Tujuan tahap ini adalah untuk memperoleh pemahaman, pendalaman tentang tujuan, tugas, dan wewenang suatu organisasi. 2. Tahap 2 – Define Problems and Opportunities, tahap ini mendefinisikan keberadaan posisi suatu organisasi saat ini, dan memperioritaskan tujuan dan juga proses TI, dan menyelaraskan tujuan TI dengan strategi dan risiko perusahaan. 3. Tahap 3 – Define Road Map, tahap ini menetapkan target untuk perbaikan yang diikuti dengan analisis gap untuk mengidentifikasi solusi yang potensial. 4. Tahap 4 – Plan Progamme, tahap ini merupakan tahapan rencana untuk solusi yang mudah dan praktis dengannmendefinisikan proyek yang didukungnoleh proses bisnis dan mengembangkannrencananiperubahan untuk diimplementasikan serta memastikan bahwa manfaat proyek diidentifikasi dan terus dimonitor. 5. Tahap 5 – Execute Plan, pada tahap ini menyediakan pelaksanaan dari solusi yang telah diusulkan ke dalam praktik kerja sehari-hari dan melakukan pemantauan hasil kerja. 6. Tahap 6 – Release Benefits, tahap ini berfokus pada kelanjutan dari hasil perbaikan tata kelola teknologi informasi dan manajemen praktik dalam operasional bisnis. 7. Tahap 7 – Review Effectivenes, tahap ini merupakan ulasan keberhasilan dari pencapaian seluruh dan meningkatkan kebutuhan untuk perbaikan secara terus-menerus. Dasar proses manajemen risiko pada COBIT 5 memiliki dua subdomain proses, yaitu Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
145
EDM03k(Ensure Risk Operation) dan APO12 (Manage Risk). Berikut mengenai penjelasan dari masing – masing proses menurut ISACA (2012): 1. EDM03 EnsureoRiskmOptimisation Proses ini berisi tentang pemahaman, artikulasi dan komunikasi dari risk appetite perusahaan dan bagaimana toleransi untuk menyikapi, serta memastikan proses identifikasi dan manajemen risiko terhadap nilai perusahaan yang terkait dengan TI digunakan beserta dampak risikonya. Domain EDM03kmemiliki 3 bagian domain atau subdomain prosesoyaitu sebagai berikut: a. EDM03.01mEvaluatekRisk Management b.
EDM03.02 Direct Risk Management
c.
EDM03.03 Monitor Risk Management
2. APO12 Managed Risk Proses domain ini meliputi identifikasi secara terus menerus, dengan melakukan penilaian dan pengurangan risiko yang berkaitan dengan TI dalam tingkat toleransi yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen eksekutif perusahaan. Manajemen risiko perusahaanmyang berkaitan dengan TI harus terintegrasi dengan ERM secara keseluruhan. Domain APO12 memiliki 6 subdomain yaitu sebagai berikut: a. APO12.01kCollect Data b. APO12.02 Analyse Risk c. APO12.03 Maintain A Risk Profile d. APO12.04 Articulate Risk e. APO12.05 Define a Risk Management Action Portofolio f.
APO12.06 Respond to Risk
Dari domain tersebut dilakukan penilaian capability level yang bertujuan untuk memberikan penilaian yang berbeda dari satu level ke level yang lebih tinggi. Penilaian dilakukan dimulai dari level terendah yaitu level 1. Penilaian akan diberikan pada level 1 untuk menentukan apakah sudah proses tersebut telah mencapai tujuannya, dan oleh sebab itu penilaian dari level terbawah penting untuk dicapai sebagai syarat untuk dapat mencapai level berikutnya. Klasifikasi penilaian pada setiap level ada 4 kategori yang menunjukkan nilai pada level tersebut (ISACA,2012).
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
Selanjutnya yaitu risk assessment, suatu proses untuk mengidentifikasi potensial risiko yang terjadi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar yang dihadapi oleh perusahaan atau organisasi. Tujuan dilakukannya risk assessment adalah untuk mengukur seberapa besar risiko yang dihadapi dan seberapa besar dampak terhadap organisasi, sehingga dapat digunakan untuk meminimalisir dampak. Dari risk assessment dapat menentukan mitigasi risiko yang merupakan metode atau cara yang sistematis digunakan untuk mengurangi dampak yang timbul akibat adanya suatu risiko. Stategi dalam melakukan pengurangan risiko misalnya menerima risiko (risk assumption), mencegah risiko (risk avoidance), membatasi level risiko (risk limitation), atau mentransfer risiko (risk transference). 3. METODOLOGI Dalam melakukan peneliatian ini ada beberapa langkah yang akan dilakukan. Langkah tersebut digambarkan pada Gambar 1 .
Gambar 1. Alur Penelitian
1. Melakukan Studi Literatur terhadap berbagai jenis buku, jurnal, dan teori mengenai COBIT 5.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
146
2. Mendefinisikan masalah dengan menentukan domain proses yang digunakan dan menentukan RACI chart. 3. Pengumpulan data-data yang diperlukan untuk evaluasi teknologi informasi, dengan cara menyebar kuesioner, observasi dan wawancara. 4. Melakukan analisis penilaian capability level domain EDM03 dan APO12, analisis gap, dan risk assessment. 5. Melakukan evaluasi terhadap hasil dari analisis untuk menyusun sebuah rekomendasi. 6. Membuat kesimpulan dari seluruh kegiatan yang dilakukan pada penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. 4. HASIL 4.1 Hasil Observasi dan Wawancara Observasi dilakukan untuk melengkapi kebutuhan informasi yang dibutuhkan untuk subdomain EDM03 (Ensure Risk Optimisation) dan APO12 (Manage Risk) untuk evaluasi manajemen risiko sistem Portege pada PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Observasi dilakukan dengan pengamatan terhadap proses bisnis yang ada dan apa saja masalah-masalah yang ada pada perusahaan tersebut. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa pada PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. didapatkan penerapan beberapa dokumen, diantaranya adalah dokumen prosedur penetapan rencana mutu, prosedur pengendalian rencana proses, dan manajemen pengendalian proses. Dokumen tersebut dibuat sesuai dengan standar ISO 9001:2008. PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. belum mempunyai dokumen tersendiri untuk manajemen risiko TI. Untuk dokumen risiko TI masih belum tersedia secara lengkap dan detail karena plant Watudakon merupakan salah satu plant dari beberapa plant PT. Kimia Farma yang tersebar dibeberapa wilayah Indonesia. Kemudian wawancara dilakukan sebelum memberikan kuesioner dan setelah mendapatkan kuesioner kembali dari responden. Wawancara dilakukan dengan SPV TI PT. Kimia Farma. Hasil wawancara di dapatkan beberapa informasi yang dapat dijadikan parameter untuk keselarasan antara hasil kuisioner dan hasil wawancara. Hasil wawancara didapati bahwa pada PT. Kimia Farma sudah menerapkan sebuah sistem yaitu sistem ERP-Portege. Sistem ini dikendalikan
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
oleh divisi TI dan sebagai pemantau jika terjadi sebuah kesalahan. Akan tetapi belum ada dokumen dan divisi khusus untuk mengelola manajemen risiko. Dalam pengendalian risiko PT. Kimia Farma sudah menerapkan manajemen pengendalian risiko untuk memonitor kemungkinan terjadinya masalah. Hal ini akan ditindak lanjuti oleh PIC yang sesuai dengan masing-masing kesalahan yang terjadi pada departemen tersebut.
pada level 1. Pada subdomain EDM03 untuk level 1 sampai dengan 2 sudah mencapai Fully Achieved. Karena pada level berikutnya nilai masih berada pada Largerly Achieved, maka untuk subdomain ini belum dapat dikatakan berada pada level 3. Sedangkan subdomain APO12 masih berada pada level 1, dikarenakan pada level 2 belum ada yang mencapai level Largely Achieved. 4.3 Perhitungan Capability Level Dari hasil keseluruhan pengisian kuesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan kepadairesponden terkaitidengan proses EDM03idapat diperoleh nilai capability level yaitu pada level 2 dan untuk hasil dari domain proses APO12 nilai capability level pada level 1. Dan untuk hasiliperhitungan atauipenilaian capability level dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan bagaimana perhitungan untuk masing-masing domain,
4.2 Hasil Kuesioner Kuesioner diberikan kepada 3 responden yang berhak mengisi merupakan divisi dari IT, karena PT. Kimia Farma belum memiliki divisi tersendiri untuk Manajemen Risiko. Dan hasil kuesioner pada subdomain EDM03 (Ensure Risk Optimation) dan APO12 (Manage Risk) pada responden 1 tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Hasil Penilaian Responden
P
P
P
P
2
4
5
0
0
3
0
0
0
3
6
2
3
4
1
PA 4.1
PA 4.2
PA 5.1
PA 5.2
F
L
P
P
P
P
P
P
P
1
N (Not Achieved,0-15%) P (Partially Achieved,>15%-50%) L (Largerly Achieved,>50%85%) F (Fully Achieved,>85%-100%)
Hasil dari penilaian responden 1 didapatkan nilai capability level untuk subdomain EDM03 berada pada level 2 dan untuk APO12 berada Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
APO12
Lv 5
PA 3.2
Lv 4
PA 3.1
Lv 3 PA 2.2
Lv 2 PA 2.1
Lv 1 PA 1.1
Lv 0
Align, Plan and Organise (APO)
Kriteria
APO12
3
Capability Level
PA 5.2
P
2
Total Bobot
PA 5.1
L
0 1
Total Responden
PA 4.2
F
Process Capability Level
Evaluate, Direct and Monitoring (EDM)
EDM03
PA 4.1
Lv 5
PA 3.2
Lv 4
PA 3.1
F
Capability level
Nama Proses
Lv 3
PA 2.2
Lv 2 PA 2.1
Lv 0
Nama Prose s
Lv 1 PA 1.1 F
Capability level
Kriteria
Nama Proses
Tabel 2. Hasil Penilaian Capability Level Hasil Proses Assesment
Responden 1
EDM03
147
0
2
1
0
0
0
Pada Tabel 2 menunjukkan hasil dari perhitungan penilaian proses Capability Level yang didapatkan dari pengumpulan dataimelalui penyebaran kuesionerikepada 3 respondeni yang telah sesuai dengan RACI Chart dan hasil dari wawancara mengenai kebenaran kuesioner. Maka didapatkanihasil capability level untukisubdomain EDM03 pada level 2 dan APO12 beradaipada leveli1. 4.4 Temuan Hasil Dari hasil analisis capability leveliidari perhitungan kuesioner dan wawancara dengan bagian teknologi informasi PT.Kimia Farma UPW, maka didapatkan temuan hasil sebagai
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
berikut: 1. Pengelolaan risiko yang ada pada PT. Kimia Farma UPW masih dilakukan secara keseluruhan bagian fungsi perusahaan dan belum spesifik diterapkan pada teknologi informasi 2. Belum adanya tim manajemen atau bagian khusus untuk menangani dan mengelola segala macam risiko teknologi informasi pada PT. Kimia Farma UPW. 3. Belum semua kegiatan atau kejadian yang terjadi pada bagian teknologi informasi terdokumentasikan dengan baik. Ada beberapa kejadian yang belum terdokumntasikan sehingga pengelolaan dokumen masih kurang. 4. Dokumen Profil Risk belum terlengkapi dengan baik. 5. Belum adanya SOP (Standar Operational Procedure) untuk mengatur jalannya pengendalian risiko untuk teknologi informasi. 5. PEMBAHASAN 5.1 Analisis Capability level dan Gap Dari hasilipengisian kuesioner yang diberikan kepada 3 respondeniyaitu SPV. Teknologi Informasi, SPV. Infrastruktur TI dan staf IT, telahididapatkaninilai capability level dan gap untukisetiap domainnya.
Gambar 2. Diagram Radar Gap
Dapat dilihat pada grafik GAP pada gambar 2, pada domain proses EDM03 level yang dicapai adalah 2 dan untuk targetnya adalah pada level 3. Sedangkan pada domain proses APO12 level yang dicapai saat ini adalah level 1 dan untuk level targetnya pada level 2. Dari masing-masing domain dapat ditarik gap antara level yang dicapai dengan target adalah 1, yaitu dari level 2 ke level 3 dan level 1 ke level 2. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
148
Diketahui bahwannilaingap nantara level saat ini dan level targetnpada domainnEDM03 adalah 1. Agar proses domain EDM03 dapat mencapai level 3 maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Membentuk sebuah manajemen khusus yang mengelola dan menerapkan manajemen risiko TI, sehingga PT. Kimia Farma mampu untuk menerapkanimanajemennrisiko TI dengan baik. 2. Menyusun metode untuk memonitoring bagaimana penerapan manajemen risiko TI pada PT. Kimia Farma, sehingga dapat dipantau kesesuaian antara risiko yang ada dengan batas ambang risiko yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Membuat dokumen standar operasional sebagai pedoman dalam menerapkan manajemen risiko TI pada PT.Kimia Farma. Diketahui nilai gap yang terjadi antara level saat ini dan level target adalah 1. Agar proses domain APO12 dapat mencapainleveln2 maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memenuhi nilai gap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membentuk sebuah manajemen yang khusus untuk mengelola manajemen risiko, sehingga hasilnya dapat diterapkan dengan baik dan mudah untuk dikontrol. 2. Membuat dokumen perencanaan secara tertulis yang membahas mengenai identifikasi risiko, pengelolaan manajemen risiko dan evaluasi manajemen risiko. Dimana dalam perencanaan manajemen risiko tersebut memuat tujuan dari mengidentifikasi tiap proses manajemen risiko, mendefinisikan siapa saja yang bertanggung jawab dan mengalokasikan sumber daya dan informasi dalam melaksanakan proses. 3. Mendefinisikan rencana khusus yang membahas penanganan manajemen risiko yang selaras dengan strategi perusahaan. 5.2 Identifikasi Risiko Identifikasi risiko sebagai langkah awal dalam risk assessment, proses ini dilakukan untuk mengetahui suatu kejadian yang memiliki peluang dan dampak terhadap kejadian tersebut. Setelah melakukan identifikasi, dilakukan
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
penilaian risiko dan kemudian mitigasi risiko. Identifikasi dilakukakan pada beberapa aspek diantaranya identifikasi berdasarkan asset dan skenario TI, berikut hasil identifikasi risiko dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
PT.Kimia Farma terhadap inherent risk.
1. Aplikasi
2
13,3
2. Fasilitas
1
6,7
3. Infrastruktur TI
4
26,7
4. Informasi/Data
4
26,7
5. Proses
2
13,3
6. SDM Total
2 15
13,3 100
Tinggi
Tinggi Menengah
1
Aplikasi
0
0
2
0
0
2
Fasilitas
0
0
0
1
0
3
Infrastruktur TI
0
0
3
1
0
4
Informasi/Data
0
0
3
1
0
5
Proses
0
0
2
0
0
6
SDM
0
0
1
1
0
0
0
11
4
0
Total
1
New Technology
1
2
IT Expertise and Skills
1
3
Destruction of Infrastructure
1
4
Infrastructure (Hardware)
2
5
Logical Attacks
1
6
Utilities Performance
1
Tinggi Menengah
Tinggi
Hasil penilaian diketahui jumlah risiko menengah adalah 11 dan menengah tinggi adalah 4. Dan untuk rendah, rendah menengah dan tinggi tidak mempunyai nilai. Untuk hasil penilaian residual risk dapat dilihat pada Tabel 6.
Menengah
Tabel 4. Identifikasi berdasarkan Skenario TI Jumlah No Skenario Risiko Risk Issue
Rendah Menengah Menengah
Kategori Aset
Tabel 3. Identifikasi berdasarkan asset Jumlah Persentase Kategori Aset Risk Issue (%)
Rendah
Tabel 5. Hasil Penilaian Inherent risk Nilai Risiko Dasar No
No
149
7
Data(base) Integrity
1
1.
Aplikasi
2
0
0
0
0
8
Operational IT Errors
1
2.
Fasilitas
1
0
0
0
0
9
Logical Trespassing
1
3.
Infrastruktur TI
3
0
1
0
0
10
Acts of Nature
2
4.
Informasi/Data
3
0
1
0
0
11
Selection/ Performance of Third-part-supplier
1
5.
Proses
2
0
0
0
0
12
Architectural Agility and Flexibility
1
6.
SDM
1
0
1
0
0
12
0
3
0
0
Malware
1
13
Kategori Aset
Total
5.3 Penilaian Risiko Proses penilaian risiko dilakukan bertujuan untuk menentukan kejadian padda lingkungan sekitar yang memilki potensi untuk mempengaruhi organisasi dan sumber daya, sehingga dapat diketahui pengendalian yang akan dilakukan dapat mengurangi kerugian. Penilaian risiko dilakukan terhadap inherent risk dan residual risk. Berikut pada Tabel 5 merupakan hasil penilaian risiko pada Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Rendah Menengah
No
Rendah
Tabel 6. Hasil Penilaian Residual risk Nilai Risiko Dasar
Dapat diketahui bahwa pada Residual Risk mengalami penurunan tingkat risiko pada tiaptiap kategori asset TI. Sebelumnya pada Inherent Risk terdapat 11 risiko dengan nilai risiko menengah dan 4 risiko dengan nilai risiko tinggi menengah. Sedangkan pada Residual Risk setelah adanya pengendalian tiap-tiap risiko mengalami penurunan nilai risiko dan hasilnya 12 dengan nilai risiko rendah dan 3 risiko dengan nilai risiko menengah. 5.4 Evaluasi Risiko Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
mengetahui risiko-risiko apa saja yang dapat ditoleransi oleh perusahaan. Evaluasi risiko digambarkan dengan menghubungkan kecenderungan dan dampak ke dalam sebuah matriks yaitu risk map. Dari risk map tersebut akan diketahui risiko apa saja yang masih membutuhkan tindakan untuk mengatasinya. Pada Tabel 7 dapat dilihat untuk risk map. 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
3
0
0
0
8
3
4
0
0
0
7
8
7
0
0
0
15
Meningkatkan kesadaran akan gangguan jaringan dan tanggap untuk segera melakukan pengaduan -Memberikan tanggung jawab kepada staff TI untuk fokus terhadap masalah terkait jaringan terutama jaringan intranet.
pusat pada head office dan pada panyedia layanan pihak ketiga
office
-Membuat Standar Operasional Prosedur teknis mengenai proses pengaduan kepada pihak ketiga untuk penanganan gangguan.
-Menyediakan sebuah aplikasi open ticket untuk pengaduan kepada pihak ketiga.
Langkah Mitigasi Selection / Performance of ThirdParty Supplier : - Thecnical Support kurang optimal
Total
Sangat sering (5)
0
Sering (4)
0
Kadang (3)
0
Jarang (2)
Sangat besar (5) Besar (4) Sedang (3) Kecil (2) Sangat Kecil (1) Total
Sangat jarang (1)
Impact
Tabel 7. Risk Map
jaringan
150
Probability
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat 3 risiko berada dalam kategori Menengah. Kategori tersebut masih termasuk dalam jenis risiko yang tidak dapat diterima oleh perusahaan, sehingga diperlukan tindakan mitigasi untuk mengurangi dampak risiko yang terjadi. 5.5 Mitigasi Risiko Proses selanjutnya adalah melakukan mitigasi risiko, proses ini dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihasilkan dari proses penilaian risiko. Risiko yang akan dimitigasi merupakan hasil dari 3 risiko yang telah dipetakan sebelumnya, yaitu Infrastructure (Hardware) dan Selection/ Performance of Third-part-supplier. Pada Tabel 8 akan dijelaskan langkah mitigasi.
Manusia
Proses
Teknologi
-Memberikan tugas kepada staff TI terkait dengan thecnical support dimana staff TI bertugas untuk berkomunikasi dengan head office.
-Menyusun SOP tentang layanan secara teknis untuk hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan .
-Menyediakan aplikasi helpdesk untuk ERP Portege yang terhubung langsung dengan vendor.
-SPV TI dengan Manajer Eksekutif melakukan evaluasi terkait kerjasama dengan pihak ketiga terkait dengan kinerja dan layanan yang diberikan dalam mendukung operasional perusahaan dan sebagai bahan evaluasi untuk pihak ketiga dalam meningkatkan kualitas.
Tabel 8. Mitigasi Risiko Langkah Mitigasi Infrastructure (Hardware) : - Gangguan Jaringan Server - Gangguan Koneksi Jaringan Intranet Manusia
Proses
-Memberikan sebuah tanggung jawab kepada staff TI untuk fokus pada masalah terkait
-Menyusun SOP terkait tentang penanganan masalah jaringan server, dimana jaringan server melibatkan server
Teknologi -Menyediakan sebuah aplikasi open ticket untuk pengaduan kepada head
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
5.6 Rekomendasi Dari hasil analisis capability level dan analisis penilaian risiko TI pada PT. Kimia Farma dapat diberikan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan untuk mengelola manajemen risiko yang baik. Dan dapat membantu PT.Kimia Farma untuk dapat mengelola dengan baik manajemen risiko TI. Berikut beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat meningkatkan manajemen risiko :
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
1. Menyusun dokumen manajemen risiko mengacu berdasarkan ISO 31000:2008 untuk memenuhi standar manajemen risiko TI. 2. Menyusun dokumen mulai dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan pengendalian risiko untuk mempermudah dalam pengelolaan risiko dan untuk kontrol manajemen risiko TI. 3. Membentuk team management yang dikhususkan untuk mengelola manajemen risiko TI pada PT. Kimia Farma. 4. Melakukan evaluasi terhadap pengendalian risiko secara berkala, karena PT. Kimia Farma bekerja sama dengan pihak ketiga dalam menangani beberapa risiko TI. Oleh sebab itu diperlukan evaluasi agar pihak ketiga turut serta dalam meningkatkan layanan kepada PT. Kimia Farma. 5. Mendokumentasikan definisi hasil dari tiap proses kegiatan dan setiap hasil dari proses manajemen risiko, serta membuat dokumentasi hasil dari pemantauan terhadap peningkatan manajemen risiko. 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis teknologi informasi yang dilakukan pada PT.Kimia Farma plant Watudakon, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ini : 1. Hasil dari capability level pada COBIT 5 untuk manajemen risiko yaitu EDM03 (Ensure Risk Optimation) dan APO12(Managed Risk). Domain EDM03 berada pada level 2 dan untuk APO12 berada pada level 1. Kurangnya beberapa proses yang belum terdokumentasi secara lengkap dan dokumen perencanaan manajemen risiko belum tersedia secara lengkap. 2. Secara umum tingkat risiko TI pada PT.Kimia Farma bias dikatakan pada kategori rendah, dari 15 risk issue terdapat 3 risiko yang berada pada kategori menengah yang tingkat risikonya masih di atas ambang risiko yang diterima oleh perusahaan. Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
151
3. Strategi untuk menurunkan tingkat risiko dilakukan mitigasi terhadap 3 risiko yang masih melebihi dari batas risk appetite(batas ambang risiko ). Mitigasi yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan dari COBIT yang meliputi kontrol aspek manusia, proses dan teknologi. Dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dapat melanjutkan sampai dengan tahap Execute Plan sehingga dapat melengkapi Business Continuity Plan , Disaster Recovery Plan, dan Enterprise Risk Management. 7. DAFTAR PUSTAKA Adikara, F. (2013). Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi Perguruan Tinggi Berdasarkan COBIT 5 pada Laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak Universitas Esa Unggul. SESINDO 2013. Fitrianah, D., & Sucahyo, Y. G. (2012). Audit Sistem Informasi/Teknologi Informasi Dengan Kerangka Kerja COBIT Untuk Evaluasi Manajemen Teknologi Informasi di Universitas XYZ. Jurnal Sistem Informasi, 4(1), 37-46. Hakim, A., Saragih, H., & Suharto, A. (2015). Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Dengan Framework COBIT. 5 di Kementrian ESDM. Jurnal Sistem Informasi. Hidayat, A. R. (2015). Audit Control Capability Level Tata Kelola Sistem Informasi Menggunakan COBIT 5. Jurnal Informasi Volume VII No. Hayaty, M., Rosidi, A., and Arief, M.R., 2013. Risk Assessment Dan Business Impact Analysis Sebagai Dasar Penyusunan Disaster Recovery Plan (Studi Kasus Di Stmik Amikom Yogyakarta). SEMNASTEKNOMEDIA ONLINE, 1(1), pp.23-1. ISACA. 2012. COBIT 5 Enabling Processes. USA: IT Governance Institute ISACA., 2012. COBIT 5 : The Risk IT Practitioner Guide. ISACA. 2013. COBIT 5 Process Assessment. USA: IT Governance Institute
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
ISACA. 2013. COBIT 5 for Risk. USA: IT Governance Institute ITGI., 2003. Broad Briefing on IT Governance 2nd Edition. Rolling Meadows : IT Governance Institute. Khrisna, A. (2014). Risk management framework with COBIT 5 and risk management framework for cloud computing integration. In Advanced Informatics: Concept, Theory and Application (ICAICTA), 2014 International Conference of (pp. 103108). IEEE. Indah, D. R., Harlili, H., & Firdaus, A. (2015). Risk Management for Enterprise Resource Planning Post Implementation Using COBIT 5 for Risk. ICONCSE,1(1), 113-117. Nurdiana, N. (2016). Audit Teknologi Informasi Menggunakan Kerangka Kerja Pada COBIT 5 Domain Align, Plan and Organise (APO) (Studi Kasus: Universitas Majalengka). STIMA. Putri, R. E. (2015, December). Model Penilaian Kapabilitas Proses Optimasi Berdasarkan COBIT 5. In Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 1). Samaptoaji, Sigit, 2014. Evaluasi Pengelolaan Risiko Teknologi Informasi (TI) pada Instansi Pemerintah : Studi Kasus Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri. Jakarta : Universitas Indonesia. Teruri, Shabrina., 2016. Evaluasi Manajemen Resiko Migrasi Sistem MES Menggunakan COBIT 5 IT Risk (Studi Kasus : PT. Krakatau Steel (Persero)Tbk). Malang : Universitas Brawijaya.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
152