EVALUASI KONDISI PASAR RAYA SEBAGAI ASET DAERAH KOTA PADANG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN Saat1, Ria Asih Aryani Soemitro2 1
Mahasiswa Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP - ITS Surabaya 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP - ITS Surabaya Sekretariat Program Studi Pascasarjana Teknik Sipil FTSP-ITS, Surabaya. Telp: (031) 5928797.
ABSTRAK Pasar Raya sebagai salah satu aset daerah Kota Padang, selama ini kondisinya jauh dari suasana nyaman, sirkulasi udara yang buruk, penataan „lapak-lapak‟ pedagang kaki lima yang belum teratur, sebagian jalan lingkungan yang sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan dan parkir kendaraan bermotor. Selain itu kurang berfungsi lagi sarana prasarana pemadam kebakarannya, sehingga akan rawan terhadap kebakaran. Penelitian ini adalah sebagai salah satu upaya optimalisasi dan pengamanan Pasar Raya, dengan tujuan penelitian untuk mengevaluasi kondisi eksisting Pasar Raya dan merumuskan strategi Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) Pasar Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan kuesioner. Hasil evaluasi menunjukan bahwa kondisi eksisting Pasar Raya di bidang MPK, dilihat dari segi kesesuaiannya dengan NSPM terkait adalah “terdapat keseimbangan antara sesuai dan tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”. Berdasarkan analisis perumusan strategi didapatkan strategi MPK yang sebaiknya diterapkan di Pasar Raya sebagai berikut: 1).Menambah staf pengelola Pasar Raya untuk membentuk TPK; 2).Mengadakan sosialiasi dan diklat tentang kebakaran; 3).Mengingatkan pedagang secara rutin, agar selalu berhati-hati dalam pemanfaatan energi listrik dan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan api; 4).Menertibkan PKL yang memakai jalan lingkungan; 5).Melengkapi sarana prasarana pemadam kebakaran; 6).Mensosialisasikan nomor-nomor panggilan darurat kepada pedagang; dan 7).Merancang RTDK. Kata Kunci: Pasar Raya, Evaluasi, Strategi.
PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan terbitnya Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Kepmen PU No.11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, UU RI No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan secara teknis juga telah diperinci oleh Badan Standardisasi Nasional dalam [1] melalui beberapa SNI Tahun 2000 sampai 2002 (edisi terakhir). Beberapa NSPM (Norma, Standar, Pedoman, Manual) yang tersebut di atas membuktikan bahwa masalah kebakaran adalah masalah yang cukup serius untuk diperhatikan, terutama untuk pengamanan bangunan gedung dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Bangunan gedung sebagai sebuah aset/properti yang dimanfaatkan untuk tempat beraktifitas dan melakukan segala kegiatan, seharusnya memiliki syarat keamanan, khususnya terhadap bahaya kebakaran dan harus dapat menjamin keamanan penghuni selama berada di dalamnya agar dapat melakukan kegiatan dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hidupnya. Semakin kompleks fungsi suatu bangunan dan semakin beragam aktivitas yang diwadahi, maka semakin tinggi tuntutan keamanannya, sehingga semakin lengkap pula sistem proteksi kebakaran yang dibutuhkan, guna keselamatan pengguna, pengelola maupun bangunan itu sendiri. Salah satu bangunan yang kompleksitasnya tinggi adalah bangunan pasar. Sehingga dikuatirkan bangunan pasar bahaya terhadap kebakaran. Pasar Raya sebagai salah satu aset daerah Kota Padang dengan luas tanah 57.967 m2, luas bangunan 45.157 m2, jumlah toko/kios 2.509 unit dan meja batu 715 buah [2], merupakan pasar induk yang menjadi
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang. Selama ini kondisinya jauh dari suasana nyaman, sirkulasi udara yang buruk, „lapaklapak‟ pedagang kaki lima yang sembarangan, jalan lingkungan yang sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan dan parkir kendaraan bermotor. Selain itu kurang berfungsi lagi sarana dan prasarana pemadam kebakaran seperti hidran kebakaran yang terkesan sudah tua dan tidak terawat, sumur-sumur kebakaran yang sudah dangkal dan di atasnya telah berdiri pedagang kaki lima, dan juga sarana pendukung lainnya. Kondisi di atas sungguh sangat disayangkan, karena Pasar Raya bukan saja merupakan aset berwujud (tangible asset) berupa bangunan dan isinya, tetapi juga merupakan aset tidak berwujud (intangible asset) berupa sumber PAD Kota Padang. Apabila di kemudian hari pada bangunan Pasar Raya terjadi kebakaran, sementara sistem manajemen kebakarannya tidak siap, maka kerugian akibat kebakaran bukan saja karena kerusakan pada bangunan dan isinya, tetapi juga akan mengurangi PAD Kota Padang dan timbulnya dampak sosial ekonomi bagi pedagang pasca kebakaran, serta kemungkinan adanya korban jiwa, korban luka berat maupun luka ringan pada pedagang, pengunjung, petugas atau pengelola. Oleh karena itu dengan perkembangan aktifitas perdagangan Pasar Raya setiap tahunnya, pemerintah Kota Padang selaku pemilik aset Pasar Raya hendaknya melakukan berbagai upaya agar Pasar Raya; manusia, bangunan gedung dan lingkungannya terhindar dari bahaya kebakaran. Maka untuk mengoptimalkan Pasar Raya sebagai salah satu sumber PAD Kota Padang yang cukup potensial, perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kondisi eksisting Pasar Raya terhadap A-129
ISBN 978-979-18342-1-6
bahaya kebakaran dan merumuskan manajemen penanggulangan kebakarannya.
strategi
Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1).Bagaimana evaluasi kondisi eksisting Pasar Raya?; 2).Bagaimana perumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran Pasar Raya? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1).Mengevaluasi kondisi eksisting Pasar Raya; 2).Merumuskan strategi manajemen penanggulangan kebakaran Pasar Raya. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Aset “Aset adalah sumber daya yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historis dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, serta dapat diukur dalam satuan uang. Hak kepemilikan dari aset bersifat tidak berwujud, namun aset yang dimiliki dapat merupakan aset berwujud dan aset tidak berwujud” [3]. Menurut [4], Manajemen aset dibagi dalam lima tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan sistem informasi manajemen aset. Manajemen aset sistematis adalah keseluruhan proses dalam mengelola aset dalam hubungannya dengan aset itu sendiri maupun aset dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Proses ini selalu ada selama siklus hidup (life cycle) dari aset tersebut dengan tujuan dapat mengoptimalisasikan fungsi aset untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat [5]. Pengertian Pasar Dalam [6], pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk. Menurut kelas pelayanannya yang dipakai maka pasar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu: 1).Pasar tradisional, adalah pasar yang masih memakai pola manajemen yang sangat sederhana dengan ciri-cirinya setiap pedagang mempunyai satu jenis usaha, adanya interaksi antara penjual dan pembeli (tawar-menawar harga), penempatan barang dijajar kurang tertata rapi, kenyamanan dan keamanan kurang diperhatikan; 2).Pasar modern, adalah pasar yang sudah memakai pola-pola manajemen modern, dengan ciri-cirinya terdapat beberapa jenis barang dagangan yang dilakukan oleh satu pedagang, harga fixed (tetap), tata letak barang dagangan teratur dengan baik dan rapi, kenyamanan dan keamanan sudah menjadi prioritas utama.
Bahaya Kebakaran Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan [7]. Titik Api dan Penjalarannya Titik api pada bahan organik terjadi jika ada tiga faktor, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas yang hadir dalam jumlah tertentu. Jika oksigen, panas dan bahan bakar yang ada dapat dikurangi di bawah tingkat tertentu, maka titik api dapat dicegah. Prinsip ini adalah dasar yang digunakan dalam praktek pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Jika titik api telah timbul, maka penyebaran api ke seluruh bangunan dapat terjadi melalui tiga mekanisme; konduksi, konveksi, dan radiasi [8] Konduksi terjadi bila panas dipindahkan langsung melalui suatu bentuk struktur dari sumber api yang terdekat, sebagaimana yang terjadi pada pengurangan kekuatan tulangan baja pada struktur beton bertulang jika suhu meningkat di atas 400o C. Konveksi terjadi jika gas/udara panas meningkat di dalam gedung, dimana api dengan mudah menjalar dari titik api ke lantai di atasnya melalui lubang tangga atau lubang saluran (shaft). Radiasi merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang terbakar ke bahan yang mudah terbakar. Jendela kaca merupakan tempat penjalaran radiasi, juga bangunan yang letaknya berdekatan. Populasi dan Sampel. Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti sedangkan sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat diharapkan dapat mewakili populasinya [9]. Terdapat beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memperoleh sampel, diantaranya adalah metoda pengambilan sampel terstrata (stratified sampling) dan metoda pengambilan sampel bloking (cluster sampling). Metoda pengambilan sampel terstratifikasi digunakan apabila anggota dalam populasi tersebut heterogen, metoda pemilihan sampel dilakukan dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata. Untuk metoda pengambilan sampel bloking sering digunakan melalui dua tahap yakni menentukan sampel daerah dan selanjutnya menentukan sampel individu [10] Selain metode pengambilan sampel di atas juga ada salah satu yang tergolong dalam metode sampling nonprobabilitas yaitu sampling pertimbangan. Menurut [11] sampling pertimbangan ialah bentuk sampling nonrandom di mana penentuan sampelnya dilakukan atau ditentukan oleh peneliti sendiri atau berdasarkan pertimbangan atau kebijaksanaan yang dianggap ahli dalam hal yang diteliti.
A-130 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Untuk menentukan ukuran sampel yang ukuran populasinya diketahui, dapat digunakan rumus Slovin sebagai berikut [12]:
N
n 1
N (e)
2
................................................... (1)
Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = % batas ketelitian yang diinginkan Sedangkan untuk pengambilan sampel bertingkat (berstrata) dapat dilakukan secara proporsional random sampling dengan menggunakan rumus alokasi proporsional dari [10], yaitu : ni
Ni
n ............................................................ (2)
N
Keterangan: ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknessess) dan ancaman (threats). Analisis SWOT dilakukan dengan membandingkan faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan [13]. Lebih lanjut [14] menjabarkan pengertian mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam lingkungan organisasi: 1).Kekuatan (Strength) adalah suatu keunggulan sumberdaya yang berlimpah yang belum terjadi secara optimal sehingga memberikan kemungkinan suatu organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya; 2).Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya manusia serta keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu organisasi; 3).Peluang (Opportunities) adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan dalam organisasi; 4).Ancaman (Threats) adalah faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam suatu organisasi. Diagram strategi SWOT, seperti ditunjukan pada Gambar 1.
Analisis SWOT
Kuadran III Strategi Turn Around Meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang
Peluang Eksternal
Kuadran I Strategi Agresif Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Kekuatan Internal
Kelemahan Internal Kuadran IV Strategi Defensif Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Kuadran II Strategi Diversifikasi Ancaman Eksternal Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Gambar 1. Diagram Analisis SWOT [13] Keterangan Gambar 1: Kuadran I: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi di lain pihak, ia
menghadapi heberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik. Kuadran IV: Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Dalam analisis SWOT dilakukan perbandingan antara faktor-faktor strategis internal maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masing-masing faktor tersebut dengan skoring. Berdasarkan hasil yang diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi.
A-131 ISBN 978-979-18342-1-6
Dalam penyusunan tesis ini terdapat beberapa tahapan penelitian, sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2.
METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian
LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA
PERATURAN/NSPM:
IDENTIFIKASI AWAL PASAR RAYA: 1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fisik Sarana dan Prasarana Kebakaran Pengelola dan Penyewa/Pedagang Sistem manajemen penanggulangan kebakaran pada bangunan Pasar Raya.
UU RI No.28 Tahun 2002 Kepmen PU No.10/KPTS/2000 Kepmen PU No.11/KPTS/2000 Kepmen PU RI No. 441/KPTS/1998. Keputusan Dirjen Perkim No. 58/KPTS/DM/2002 Peraturan Daerah Kota Padang No. 29 Tahun 2002 Standar Nasional Indonesia
PENGUMPULAN DATA
DATA SEKUNDER:
DATA PRIMER:
- NSPM dan literatur terkait - Struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab pengelola & instansi terkait dalam upaya pelayanan pengamanan kebakaran. - Desain: Lokasi pasar, jarak antar bangunan, akses jalan, denah/layout, utilitas, sarana & prasarana pemadam kebakaran.
- Pengamatan dan dokumentasi - Pengukuran langsung - Wawancara/asistensi dengan pengelola dan instansi terkait. - Kuesioner kepada penyewa/pedagang. - Kuesioner kepada pejabat ahli.
IDENTIFIKASI KONDISI EKSISTING PASAR RAYA EVALUASI KONDISI EKSISTING PASAR RAYA
ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI PASAR RAYA KESIMPULAN
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
A-132 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey, diantaranya adalah: 1).Pengamatan dan pengukuran langsung, dan dokumentasi; 2).Wawancara/asistensi langsung: Wawancara/ asistensi dilakukan pada pengelola dan instansi terkait; 3).Penyebaran Kuesioner: Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara diserahkan langsung kepada responden terpilih. Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian: Bagian satu Kuesioner kepada pedagang/penyewa Pasar Raya, untuk mengevaluasi pengetahuan dan perilaku penyewa. Bagian dua. Kuesioner kepada pejabat ahli (expert) tentang
manajemen penanggulangan kebakaran di Pasar Raya. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dua bagian: 1).Bagian satu yaitu sampel pedagang/penyewa diperoleh dengan metode Stratified Random Sampling; 2).Bagian dua yaitu sampel dari pejabat ahli diperoleh dengan metode sampling pertimbangan. Bagian 1. Penentuan sampel dari populasi yang akan diteliti yaitu penyewa/pedagang Pasar Raya, khusus toko dan kios. Adapun jumlah populasi yang diteliti dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Populasi yang Diteliti Lokasi Pasar Bertingkat FaseI-FaseVII Pasar Raya Barat Pertokoan Blok A Pertokoan Rajawali Pasar Inpres Tahap I-Tahap IV Total
Jumlah Toko dan Kios 1.217 443 173 25 378 2.236
Jumlah Populasi/Pedagang 1.217 443 173 25 378 2.236
Sumber: Dinas Pasar Kota Padang, 2008 Untuk menentukan ukuran sampel yang ukuran populasinya diketahui, digunakan rumus Slovin seperti yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Berdasarkan rumus tersebut, maka sampel pedagang yang akan diambil dari jumlah populasi 2.236 pedagang, dengan batas kesalahan 10 % adalah sebagai berikut:
2 . 236
n 1
2 . 236 .( 0 ,1)
2
95 , 72
96 pedagang.
Artinya bahwa sampel minimal pedagang yang harus diambil adalah paling sedikit 96 responden. Jumlah sampel yang diambil lebih dari itu akan memberikan hasil yang lebih baik. Dalam penelitian ini jumlah sampel pedagang yang diambil adalah 100 responden. Karena populasinya yang berstrata, maka pengambilan sub sampel pedagang menggunakan metode acak berjenjang (stratified random sampling) dengan rumus seperti yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Perhitungan jumlah sub sampel pedagang berdasarkan jumlah populasi/lokasi seperti pada Tabel 1. adalah sebagai berikut :
ni
Jumlah populasi menurut stratum Jumlah populasi x jumlah kuesioner
ni
1 . 217
x 100
yang disebar
54 , 43
54
2 . 236
Jumlah Sampel Pasar Raya Barat ni
443
x 100
19 ,81
20
2 . 236
Jumlah Sampel Pertokoan Blok A ni
173
x 100
7 , 74
8
2 . 236
Jumlah Sampel Pertokoan Rajawali ni
25
x 100
1,12
1
2 . 236
Jumlah Sampel Pasar Bertingkat Fase I-Fase VII Jumlah Sampel Pasar Raya Inpres Tahap I-Tahap IV ni
378
x 100
16 , 91
17
2 . 236
A-133 ISBN 978-979-18342-1-6
Bagian 2. Sampel pejabat ahli diperoleh dengan metode sampel pertimbangan, dengan memilih 6 orang responden yaitu dari Dinas Pasar sebagai pengelola Pasar Raya 4 orang dan dari Dinas Kebakaran sebagai instansi terkait 2 orang, yaitu: 1. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pasar Kota Padang 2. Kepala Bidang Pendapatan Dinas Pasar Kota Padang 3. Kepala Seksi di Bidang K3 Dinas Pasar Kota Padang 4. Kepala Seksi Pendataan, Pelaporan dan Evaluasi Dinas Pasar Kota Padang 5. Kepala Bidang Penanggulangan Kebakaran Dinas Kessos, PB2 Kota Padang 6. Kepala Dinas Kessos, PB2 Kota Padang. Metoda Analisa dan Pengolahan Data Evaluasi Kondisi Eksisting Evaluasi Pasar Raya didahului dengan identifikasi kondisi eksisting Pasar Raya terhadap perencanaan fisik dan lingkungan, sarana dan prasarana kebakaran, baik sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif maupun sistem proteksi aktif. Organisasi penanggulangan kebakaran, sumber daya manusia, rencana tindakan darurat kebakaran, pengawasan dan pengendalian dan pengetahuan serta perilaku para pedagang. Setelah diidentifikasi dilakukan evaluasi kondisi eksisting Pasar Raya yang dimulai dengan penyusunan form penilaian terhadap indikatorindikator penelitian yang telah disesuaikan dengan NSPM terkait. Penilaian yang diterapkan adalah dengan memberikan angka pendekatan mulai dari angka 1 yang artinya “tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”, 2 artinya “sebagaian besar tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”, 3 artinya “terdapat keseimbangan antara sesuai dan tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”, 4 artinya “sebagian besar sesuai dengan petunjuk/aturan” hingga angka 5 yang artinya “telah sesuai petunjuk/aturan”, sedangkan untuk indikator yang tidak memiliki atau tidak termasuk dalam petunjuk/aturan diberi kode T, (Tuanaya, 2005). Dari hasil penilaian untuk masing-masing indikator ini akan dilihat frekuensi kemunculannya untuk mendapatkan suatu gambaran tingkat kesesuaian kondisi lingkungan dan bangunan terhadap penerapan peraturan yang berlaku.
jawaban responden pedagang secara sederhana, sedangkan perumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran berdasarkan hasil kuesioner kepada pejabat ahli dilakukan dengan metoda analisis SWOT. Setelah didapatkan rumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran berdasarkan hasil kuesioner kepada pedagang dan rumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran berdasarkan hasil kuesioner kepada pejabat ahli, dilakukanlah perpaduan kedua strategi tersebut, sehingga diperoleh satu rumusan strategi yang dapat mewakili pendapat para pedagang sebagai penghuni tetap Pasar Raya dengan pendapat para pejabat ahli sebagai pengambil kebijakan dalam bidang manajemen Pasar Raya. HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Kondisi Eksisting Pasar Raya Evaluasi Kondisi Eksisting Pasar Raya berdasarkan parameter yang mengacu pada NSPM terkait yaitu: Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000, Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000, Kepmenneg PU No.441/KPTS/ 1998, dan Keputusan Dirjen Perkim Dep. Kimpraswil No.58/KPTS/DM/2002. Evaluasi diawali dengan pegisian tabel atau form isian evaluasi kondisi eksisting Pasar Raya, dapat dilihat pada Lampiran 3. Evaluasi ini dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap penerapan NSPM terkait sebagai penilaian awal dari kondisi yang ada pada Pasar Raya sekarang, agar dapat dievaluasi lebih lanjut guna mengetahui ketahanan Pasar Raya. Penilaian yang diterapkan adalah dengan memberikan angka/skor mulai dari angka 1 sampai dengan angka 5, seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian. Dari hasil penilaian untuk masingmasing indikator ini akan dilihat frekuensi kemunculannya untuk mendapatkan suatu gambaran tingkat kepatuhan serta keandalan bangunan ditinjau dari peraturan yang berlaku. Skor penilaian diberikan berdasarkan hasil asistensi dan wawancara dengan pejabat ahli, dan juga berdasarkan hasil survey di lapangan, baik dari pengamatan, dokumentasi maupun pengukuran langsung. Berdasarkan tabel evaluasi kondisi eksisting Pasar Raya, disusun rekapitulasi hasil penilaiannya seperti pada Tabel 2.
Analisis Perumusan Strategi Manajemen Penanggulangan Kebakaran Analisis perumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran terdiri dari dua jenis, yaitu analisis perumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran berdasarkan hasil kuesioner kepada pedagang dan analisis perumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran berdasarkan hasil kuesioner kepada pejabat ahli. Perumusan strategi berdasarkan kuesioner kepada pedagang dilakukan dengan menganalisa jawabanA-134 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Tabel 2. Rekapitulasi Skor Evaluasi Kondisi Eksisting Pasar Raya Judul Parameter Perencanaan Tapak Sarana Penyelamatan Sistem Proteksi Pasif Sistem Proteksi Aktif MPK Bangunan Sarana dan Prasarana RTDK Pengawasan dan Pengendalian Jumlah Hasil (Skor x Jumlah) Rata-rata Skor
Jumlah Masing-masing Skor per Judul 5 4 3 2 1 T 1 1 2 0 1 0 3 7 1 0 0 0 4 8 3 1 0 0 0 0 6 0 9 0 0 0 2 3 0 0 0 2 13 7 6 0 0 0 0 2 3 0 0 0 16 5 0 0 8 18 43 18 19 0 40 72 129 36 19 0 2,79
Total
106 296
Sumber: Data diolah Pada Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa frekuensi kemunculan/jumlah skor didominasi oleh skor 3 (“terdapat keseimbangan antara sesuai dan tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”) dengan jumlah kemunculan 43 kali, dari total seluruh jumlah kemunculan skor adalah 106 kali. Cara lain dengan mencari prosentase total hasil skor (=296) terhadap skor ideal: skor ideal =106x5 =530, sehingga prosentasenya =296/530x100% =55,85%. %: 1-------20-------40-----*-60-------80-------100 skor: 1 2 3 4 5 Pada deret prosentase dan skor di atas dapat dilihat bahwa prosentase 55,85% berada pada range skor 3 (“terdapat keseimbangan antara sesuai dan tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”). Berdasarkan hasil analisa di atas, maka kondisi eksisting Pasar Raya di bidang MPK, dilihat dari segi kesesuaiannya dengan NSPM terkait adalah “terdapat keseimbangan antara sesuai dan tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”. Analisis Perumusan Strategi Perumusan Strategi Manajemen Penanggulangan Kebakaran Berdasarkan Hasil Kuesioner Kepada Pedagang Pasar Raya Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada pedagang Pasar Raya telah dilakukan identifikasi dan evaluasi. Oleh karena itu pada tahapan selanjutnya dilakukan perumusan strategi untuk menindaklanjuti pengetahuan, pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan pedagang Pasar Raya. Perumusan strategi dilakukan secara sederhana, berdasarkan pada hasil analisa terhadap kelemahan-kelemahan dan kekurangankekurangan yang terlihat pada jawaban masingmasing responden pedagang. Sehingga secara garis besar rumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran berdasarkan pendapat pedagang adalah sebagai berikut: 1).mengingatkan pedagang yang merokok, agar mematikan api dan membuang puntung rokok pada tempatnya, untuk menghindari terjadinya kebakaran; 2).bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya memberikan sosialisasi kepada
para pedagang tentang pengetahuan kebakaran, upaya pencegahan, dan upaya penanggulangan kebakaran; 3).melengkapi sarana prasarana pemadam kebakaran; 4).mengingatkan pedagang agar berhati-hati dalam penggunaan dapur; 5).mengingatkan pedagang agar berhati-hati dalam pemanfaatan energi listrik; 6).menyediakan alat tanda peringatan bahaya seperti alarm kebakaran di bangunan Pasar Raya, minimal sistem alarm manual; 7).mensosialisasikan nomornomor telepon darurat kepada pedagang, seperti nomor telepon pemadam kebakaran, polisi, ambulan atau unit penanganan darurat lainnya. Perumusan Strategi Manajemen Penanggulangan Kebakaran Berdasarkan Hasil Kuesioner Kepada Pejabat Ahli Perumusan strategi Manajemen Penanggulangan Kebakaran berdasarkan hasil kuesioner kepada pejabat ahli, dilakukan dengan teknik analisis SWOT. Hasil akhir analisis SWOT adalah diagram stategi seperti ditunjukan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 dapat dilihat, diagram strategi menunjukkan posisi strategi pada kuadran III atau strategi turn around, yaitu strategi untuk meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang. Dengan demikian menurut pendapat pejabat ahli, strategi yang sebaiknya diterapkan dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di Pasar Raya Padang adalah: 1).menambah staf pengelola Pasar Raya; 2).mengadakan sosialiasi, pendidikan dan latihan tentang kebakaran; 3).membentuk tim khusus untuk penanggulangan kebakaran (TPK); 4).menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang memakai jalan lingkungan; 5).melengkapi sarana dan prasarana pemadam kebakaran, seperti sumber air, Hidran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan lain-lain; 6).merancang rencana tindakan darurat kebakaran (RTDK).
A-135 ISBN 978-979-18342-1-6
Peluang Eksternal Kuadran III Strategi turn around Meminimalkan Kelemahan internal untuk -1,9 memanfaatkan peluang -0,350 ; 0,576 (0
1,867 0,68 0,68 1
2.43
Kuadran I Strategi agresif menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 0,58
Kelemahan Internal
- 1,528
1
-1
Kuadran IV ,5 Strategi defensif Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
-1 -1,292
1,177
Kekuatan Internal
Kuadran II Strategi diversifikasi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Ancaman Eksternal
Gambar 3. Diagram Strategi MPK Pasar Raya (Sumber: data diolah) Strategi Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) Pasar Raya Padang. Agar pelaksanaan strategi terarah dan tidak saling tumpang tindih dilakukan perpadukan antara kedua rumusan strategi, dengan terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap keduanya, sehingga didapatkan suatu rumusan strategi yang dapat mewakili pendapat para pedagang dan pendapat pejabat ahli serta sesuai dengan hasil survey kondisi eksisting Pasar Raya. Oleh karena itu strategi yang sebaiknya diterapkan dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di Pasar Raya Padang adalah sebagai berikut: 1).Menambah staf pengelola Pasar Raya untuk membentuk Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK); 2).Mengadakan sosialisasi, pendidikan dan latihan tentang kebakaran baik untuk pedagang maupun untuk staf pengelola; 3).Mengingatkan pedagang secara rutin, agar selalu berhati-hati dalam pemanfaatan energi listrik, dan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan api, seperti kebiasaan merokok dan dalam pemanfaatan dapur; 4).Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memakai jalan lingkungan; 5).Melengkapi sarana dan prasarana pemadam kebakaran, seperti sumber air, Hidran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), alat tanda peringatan bahaya dan lain-lain; 6).Mensosialisasikan nomor-nomor panggilan darurat kepada pedagang; 7).Merancang Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (RTDK).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil evaluasi kondisi eksisting Pasar Raya, dapat dikatakan bahwa kondisi eksisting Pasar Raya di bidang Manajemen Penanggulangan Kebakaran, dilihat dari segi kesesuaiannya dengan NSPM terkait adalah “terdapat keseimbangan antara sesuai dan tidak sesuai dengan petunjuk/aturan”. Kondisi tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: a. Perencanaan Fisik Dan Lingkungan, berdasarkan hasil survey perencanaan fisik dan lingkungan Pasar Raya sebagian besar sesuai dengan ketentuan atau persyaratan dalam NSPM, yaitu sesuai dengan Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000. b. Sarana dan Prasarana Kebakaran, berdasarkan hasil survey untuk sarana penyelamatan seperti jalan keluar dan konstruksi eksit, sebagian besar sesuai dengan ketentuan dalam NSPM (Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000 dan SNI 03-1746-2000). Sistem Proteksi Pasif seperti ketahanan api dan stabilitas, dan kompartemenisasi sebagian besar juga sudah sesuai dengan NSPM (Kepmenneg PU No. 10/KPTS/2000). Sistem Proteksi Aktif seperti Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran, Sistem Pemadam Kebakaran Manual, Sistem Pemadam Kebakaran Otomatis, Sistem Daya Darurat,
A-136 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
2.
Pencahayaan Darurat dan Tanda Penunjuk Arah, tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan di dalam NSPM terkait (Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000 dan Kepmenneg PU No.441/KPTS/1998). Sumber air untuk penanggulangan kebakaran di Pasar Raya juga tidak mencukupi seperti yang dipersyaratkan dalam NSPM. c. Organisasi Penanggulangan Kebakaran, berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan pejabat ahli tidak terdapat tim khusus atau Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) dalam organisasi pengelola Pasar Raya, sehingga dapat dikatakan belum sesuai dengan NSPM terkait (Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000). d. Sumber Daya Manusia (SDM), berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Pasar Raya SDM untuk bantuan keamanan pasar yang dalam hal ini adalah satpam dan trantib belum mempunyai keterampilan khusus untuk penanggulangan kebakaran, sehingga dapat dikatakan belum sesuai dengan NSPM terkait (Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000). e. Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (RTDK), berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Pasar Raya belum terdapat RTDK untuk lingkungan Pasar Raya, sehingga dapat dikatakan belum sesuai dengan NSPM terkait (Kepmenneg PU No.11/KPTS/2000 dan Kep.Dirjen Perkim No.58/KPTS/2002). f. Pengawasan dan Pengendalian, berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola Pasar Raya untuk kegiatan pengawasan dan pengendalian yang bekerjasama dengan instansi terkait selama ini belum maksimal, sebatas pemeriksaan alat pemadam api ringan dan pemeriksaan sumur kebakaran. g. Perilaku dan Pengetahuan Pedagang di Bidang Kebakaran, berdasarkan hasil kuesioner kepada pedagang diketahui bahwa perilaku pedagang seperti kegiatan merokok, pemanfaatan listrik, pengelolaan dapur, tindakan darurat jika terjadi kebakaran dapat dikatakan sudah baik. Namun pengetahuan pedagang tentang sarana prasarana kebakaran, upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran masih kurang. Berdasarkan hasil evaluasi dan perpaduan kedua rumusan strategi manajemen penanggulangan kebakaran antara rumusan strategi dari hasil kuesioner kepada pedagang dengan rumusan srategi dari hasil kuesioner kepada pejabat ahli, dan berdasarkan hasil survey kondisi eksisting Pasar Raya, didapatkan strategi yang sebaiknya diterapkan dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di Pasar Raya Padang sebagai berikut ini.
a.
b.
c.
d. e.
f. g.
Menambah staf pengelola Pasar Raya untuk membentuk Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK). Mengadakan Sosialisasi, Pendidikan dan Latihan tentang kebakaran baik untuk pedagang maupun untuk staf pengelola. Mengingatkan pedagang secara rutin, agar selalu berhati-hati dalam pemanfaatan energi listrik, dan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan api, seperti kebiasaan merokok dan dalam pemanfaatan dapur. Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memakai jalan lingkungan. Melengkapi sarana dan prasarana pemadam kebakaran, seperti sumber air, Hidran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), alat tanda peringatan bahaya dan lain-lain. Mensosialisasikan nomor-nomor panggilan darurat kepada pedagang. Merancang Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (RTDK).
Saran 1. Untuk menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) di Pasar Raya, perlu didukung dengan Perda tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran yang lebih lengkap. 2. Perlu dilakukan kerjasama yang lebih baik antara pengelola dengan instansi terkait dalam hal perencanaan, pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana pemadam kebakaran, guna keselamatan Pasar Raya, yang menjadi aset penting Kota Padang. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standardisasi Nasional (2006), Handbook Standar Nasional Indonesia: Perlindungan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung, BSN, Jakarta. [2] BPS dan Bappeda Kota Padang (2007), Padang dalam Angka Tahun 2006, Padang. [3] MAPPI (2007), Standar Penilaian Indonesia (SPI) 2007. Komite Penyusunan Standar Penilaian Indonesia, MAPPI, Jakarta. [4] Siregar, Doli D., (2004), Manajemen Aset, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [5] Leong, KC., (2004), The Essence of Asset Management, Published by UNDP, Kuala Lumpur. [6] Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1998), Keputusan Perindustrian dan Perdagangan No.23/MPP/KEP/1/1998 Tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, Jakarta. [7] Departemen Pekerjaan Umum (2000), Kepmenneg PU No.10/KPTS/2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung & lingkunga, Jakarta. A-137
ISBN 978-979-18342-1-6
[8] Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan, PT. Erlangga, Jakarta. [9] Sugiarto dkk (2003), Teknik Sampling, Penerbit Gramedia, Jakarta [10] Hasan, Iqbal (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta. [11] Sugiyono (2003), Statistika Untuk Penelitian, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung. [12] Sevilla, C., dkk. (1993), Pengantar Metoda Penelitian (Terjemahan Alimudin Tuwu), Universitas Indonesia, Jakarta. [13] Rangkuti, F. (2005), Analisa SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [14] Wahyudi, A.S. (1996), Manajemen Strategik Pengantar Proses Berpikir Strategik, Binarupa Aksara, Jakarta.
A-138 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009