PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
M2P-05
EVALUASI KONDISI GEOLOGI DAN GEOKIMIA POTENSI PANASBUMI GUNUNGAPI TELOMOYO Nadiar Ramadhan1*, Mutya Prameswari1, Agung Harijoko1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Jl. Grafika No.2 Sleman, *Email :
[email protected] Diterima 30 September 2014
Abstrak Keberadaan manifestasi mata air panas dan batuan alterasi di permukaan mengindikasikan keberadaan potensi sistem panasbumi pada kompleks Gunungapi telomoyo. Kompleks Gunungapi telomoyo merupakan kompleks gunungapi yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kompleks gunungapi ini terdiri dari beberapa pusat erupsi dengan batuan yang didominasi oleh lava andesit basaltik dan aliran piroklastik yang bersifat setempat. Pada beberapa daerah penelitian dapat ditemui batuan dengan struktur geologi berupa kekar yang cukup intensif. Struktur ini akan sangat berhubungan dengan sistem panasbumi yang akan menjadi jalur fluida panasbumi menuju permukaan. Zona-zona panas bawah permukaan yang ada karena kehadiran struktur rekahan dapat didelineasi dengan metode geokimia. Metode geokimia yang dilakukan adalah pengukuran konsentrasi gas udara tanah CO2, Hg, serta suhu untuk menunjukkan zona-zona anomali yang muncul dari ketiga parameter tersebut. Anomali positif dari pengukuran tersebut akan menunjukkan zona-zona panas bawah permukaan yang berasosiasi dengan sistem rekahan pengontrol sistem panasbumi tersebut. Analisis geokimia gas udara tanah dan suhu pada kompleks Gunungapi telomoyo menunjukkan anomali positif pada daerah sekitar mata air panas. Kehadiran batuan yang teralterasi juga dapat ditemukan di kompleks gunungapi ini. Analisis batuan alterasi menunjukkan bahwa batuan mengalami alterasi yang ditunjukkan dengan kehadiran mineral lempung smektit, ilit, dan kaolinit. Berbagai analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kompleks Gunungapi telomoyo ini memiliki potensi panasbumi. Kata kunci : Panasbumi, Rekahan, Manifestasi, CO2, Hg.
Pendahuluan Indonesia berada pada zona subduksi 3 lempeng utama yang berasosiasi dengan banyaknya gunungapi yang membentuk wilayah ini. Banyaknya gunungapi ini berhubungan dengan berbagai potensi sumber daya yang dimilikinya. Gunungapi tersebut memiliki potensi bahan galian industri yang dapat dimanfaatkan dan tersedia dalam jumlah yang melimpah. Potensi lainnya adalah potensi bahan mineral dan juga panas bumi. Salah satu contoh gunungapi yang memiliki potensi panas bumi ini adalah Gunungapi Telomoyo, yang terletak di wilayah perbatasan administrasi Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Sebagai gunungapi yang tidak aktif lagi, Gunungapi Telomoyo memiliki rekam jejak aktivitasnya dari batuan hasil erupsinya. Pada peta geologi lembar Magelang dan Semarang, Gunungapi Telomoyo terletak di sebelah utara Gunungapi Merbabu dengan ketinggian 1.895 meter. Litologi yang menyusun sekeliling gunungapi tersebut adalah lava andesit hornblenda-hipersten-augit yang berumur kuarter (Thaden, dkk, 1996). Pendapat lain bahwa Gunungapi Telomoyo tersusun atas lava yang berada tidak jauh di sekitar tubuh gunungapi. Selain itu terdapat hasil aliran piroklastik yang mengarah ke timur dan barat gunungapi dengan jatuhan piroklastik di sebelah barat gunungapi yang bersifat setempat 447
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
(Hermawan dan Rezky, 2011). Namun di daerah ini terdapat gunungapi lain yang lebih tua yaitu Gunungapi Kendil dan Gunungapi Gilipetung. Kedua gunungapi tersebut diduga merupakan satu kesatuan gunungapi yang dinamakan oleh van Bemmelen sebagai Gunungapi Suropati. Hal ini menjadikan keunikan tersendiri hubungan Kompleks Suropati dengan proses vulkanisme yang terjadi di Gunungapi Telomoyo. Sebagai gunungapi yang memiliki potensi panas bumi, Telomoyo memiliki manifestasi panasbumi. Terdapat tiga manifestasi mata air hangat yang ada di daerah ini, yang tersebar di 2 sisi yang berbeda. Candi Dukuh yang berada di sebelah utara dari Gunungapi Telomoyo, Candi Umbul dan Pakis Dadu di sebelah barat Gunungapi Telomoyo. Kehadiran manifestasi ini menandakan adanya jalur rekahan yang membuat fluida naik ke permukaan. Adanya mata air hangat yang naik di permukaan ini menandakan adanya potensi panas di bawah permukaan. Identifikasi mengenai lokasi-lokasi zona panas bawah permukaan dapat dilakukan dengan metode geokimia. Metode yang dilakukan berupa analisis konsentrasi gas udara tanah CO2 dan Hg tanah. Distribusi dan konsentrasi komponen volatil seperti CO2 dan Hg umumnya terdapat pada fluida panas bumi dan dapat bermigrasi menuju permukaan (Koga, 1982). Penelitian anomali Hg tanah pada beberapa area panas bumi ditemukan bahwa semua manifestasi permukaan dari sistem panas bumi yang diteliti memiliki anomali Hg tanah, serta ketika fluida panas bumi dalam bergerak pada level yang lebih dangkal maka akan terbentuk anomali Hg pada tanah di atasnya Matlick dan Buseck (1976). Suhu udara dekat permukaan juga dapat mendukung hasil delineasi zona panas dari CO2 dan Hg. Fluida panas bumi tentu mempunyai suhu yang cukup tinggi, sehingga anomali suhu yang tinggi dekat permukaan juga mengindikasikan keberadaan zona panas di bawahnya. Karena itu mengenali karakter manifestasi panasbumi menjadi sangat penting untuk mengetahui sistem panasbumi. Hal ini kemudian dihubungkan dengan proses vulkanisme yang yang terjadi di kompleks tersebut.
Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pemetaan geologi dan alterasi, pengukuran konsentrasi gas udara tanah CO2, konsentrasi merkuri (Hg) tanah, dan suhu udara tanah. Penelitian ini dilakukan pada area 19x10 km2 yang melingkupi Gunungapi telomoyo dan sekitarnya (gambar 1). Sebelum pemetaan, interpretasi citra dilakukan untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian. Cara ini dilakukan untuk memperkirakan jumlah unit erupsi dan hubungan antarunit erupsi. Kegiatan ini akan mempermudah pemetaan yang dilakukan di lapangan. Pemetaan geologi dan alterasi difokuskan pada kondisi litologi dan alterasi batuan. Sampel batuan segar yang didapatkan dari lapangan kemudian dianalisis petrografi untuk mengetahui komposisi mineral serta tekstur batuannya. Komposisi batuan dari petrografi kemudian diplot pada diagram International Union of Geological Sciences (IUGS). Sementara batuan yang teralterasi dianalisis X-Ray Diffractometer (XRD) metode bulk dan clay untuk mengetahui komposisinya. Sementara konsentrasi gas udara tanah CO2 dilakukan pada titik penelitian dengan Komyo Kitagawa type AP-20., pengukuran konsentrasi Hg tanah dilakukan di laboratorium dengan alat Zeeman Mercury Spectometer RA915+, pengukuran suhu udara tanah menggunakan termometer digital. Hasil dari petrografi digunakan untuk mengetahui karakteristik batuan yang dihasilkan oleh gunungapi. Karakteristik tersebut kemudian digabungkan dengan analisa arah erupsi berdasarkan citra dan pengamatan di lapangan. Sementara hasil XRD digunakan untuk mengetahui karakteristik alterasi batuan daerah penelitian. Pengolahan data berupa penentuan anomali konsentrasi gas udara tanah CO2 dan Hg tanah menggunakan metode statistika. Penentuan nilai background dengan cara memperhatikan nilai rata-rata, nilai dengan frekuensi tinggi, serta kurva distribusi normal 448
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
dari histogram hasil pengolahan kumpulan data pengukuran. Nilai rata-rata dari kumpulan data dengan frekuensi yang tinggi akan menunjukkan nilai background. Nilai di luar background merupakan nilai anomali. Nilai anomali yang diperhitungkan merupakan nilai anomali positif yaitu nilai anomali yang lebih besar dari nilai background. Pada pengukuran suhu udara tanah dilakukan pengukuran pada suatu titik untuk mengetahui pengaruh suhu matahari terhadap suhu udara tanah tiap kedalaman 60 cm. Hasil penelitian pada gambar 3 menunjukkan bahwa pada tiga kali pengukuran di titik yang sama dengan suhu permukaan berbeda diperoleh hasil pengukuran suhu udara tanah pada kedalaman 60 cm yang konstan. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sinar matahari terhadap suhu udara tanah pada kedalaman 60 cm tidak signifikan. Oleh karena itu, data pengukuran suhu udara tanah pada kedalaman 60 cm dapat diolah menjadi histogram dengan metode statistik penentuan anomali yang sama dengan gas udara tanah CO2 dan Hg tanah. Semua data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk peta untuk mengetahui kondisi geologi daerah penellitian dan lokasi-lokasi zona panas dari anomali data geokimia. Data mineral alterasi digunakan untuk mengetahui karakteristik fluida berupa suhu dan keasaman dari fluida.
Kondisi Geologi Daerah Penelitian Sistem panasbumi Telomoyo berada pada sebuah kompleks gunungapi. Nampak dari citra bahwa produk yang dihasilkan saling menumpang tindih satu sama lain (gambar 2). Pada bagian selatan daerah penelitian terdapat pola aliran yang berasal dari timur laut, berada di barat Gunungapi Andong. Di lapangan, bagian ini merupakan breksi andesit yang telah mengalami kompaksi. Breksi andesit ini tergolong dalam satuan breksi andesit sebagai satuan tertua di daerah ini. Kemudian terbentuk Gunungapi Andong yang menghasilkan dua produk erupsi yaitu aliran lava andesit Pagergunungapi dan breksi piroklastik Andong. Lava andesit ini bertekstur porfiroafanitik, struktur vesikular dengan komposisi plagioklas. Aliran produk Gunungapi Suropati yang nampak pada citra dominan mengalir ke arah barat. Sementara Gunungapi Kendil mengalir ke arah timur, barat dan selatan. Citra menunjukkan tekstur yang lebih kasar menumpang di atas satuan yang bertekstur lebih halus. Sehingga diperkirakan unit erupsi pertama dari Suropati ini mengarah ke arah barat laut. Satuan lava andesit Suropati 1 ini menghasilkan produk berupa lava andesit. Tekstur citra pada Gunungapi Suropati yang mengarah ke barat daya bersifat kasar. Di lapangan, aliran ini merupakan aliran lava andesit. Aliran ini termasuk pada satuan lava andesit Suropati 2. Kedua unit erupsi ini bersifat basaltik yang dilihat dari komposisi batuan berupa plagioklas dan piroksen. Bersamaan dengan erupsi gunungapi ini, terbentuk satuan batuan gunungapi Gajah di sebelah timur Gunungapi Telomoyo. Satuan ini menghasilkan batuan andesit. Erupsi berikutnya terjadi di sekitar Gunungapi Kendil. Pada satuan lava andesit Kendil ini terbentuk produk erupsi yang berupa tuf, breksi polimik dan lava andesit. Erupsi ini bersifat basaltik dengan komposisi berupa plagioklas dan piroksen dengan variasi kandungan hornblenda. Bersamaan dengan erupsi Kendil ini, terbentuk satuan batuan gunungapi Candi Dukuh. Batuan berupa andesit vesikular dengan komposisi dominan plagioklas dan piroksen yang tidak melimpah. Erupsi selanjutnya terbentuk di selatan Gunungapi Kendil. Produk pertama dari Telomoyo yang disebut satuan lava andesit Telomoyo 1 mengalir ke arah timur. Produk yang dihasilkan berupa breksi piroklastik dan lava andesit. Kemudian unit erupsi berikutnya, satuan lava andesit Telomoyo 2, mengalir ke arah timur laut hingga Desa Kebumen. Unit erupsi berikutnya satuan lava andesit Telomoyo 3 yang mengalir pada lereng Gunungapi Telomoyo sisi selatan. Unit erupsi keempat dari Gunungapi Telomoyo mengalir ke arah barat dan barat laut berupa lava andesit. Aliran lava andesit dari 449
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Telomoyo ini mempunyai komposisi umum bersifat basaltik yang ditandai adanya plagioklas dan piroksen serta hornblenda. Fase terakhir erupsi ini membentuk letusan yang membuat bagian utara dari lereng Gunungapi Telomoyo runtuh membentuk satuan batuan gunungapi Telomoyo 1 di Desa Sepakung. Endapan ini dicirikan dengan banyaknya bongkah andesit di permukaan. Saat terjadinya erupsi dari Gunungapi Telomoyo, terbentuk sesar turun yang memisahkan aliran unit lava andesit Telomoyo 1 dengan satuan batuan Gunungapi Gajah. Bagian lembah ini membentuk satuan batuan Gunungapi Telomoyo 2. Fase berikutnya adalah terbentuknya Gunungapi Merbabu di sebelah selatan daerah penelitian. Endapan Gunungapi Merbabu ini mencapai tepi Rawa Pening di daerah Muncul dan juga mengalir ke arah barat daerah penelitian di daerah Grabag. Endapan dari Merbabu dan SuropatiTelomoyo berpengaruh pada sedimentasi Rawa Pening melalui sungai-sungai utama yang mengalir dan berhilir di Rawa Pening. Endapan ini membentuk satuan endapan aluvial.
Kondisi Geokimia Daerah Penelitian Nilai konsentrasi gas udara tanah CO2 memiliki kisaran mulai 0,4 - 6,5%. Gambar 5 menunjukkan histogram dari konsentrasi CO2 disertai kurva distribusi normal. Nilai yang paling banyak muncul berada pada kisaran 2-2,5%. Nilai yang paling banyak muncul adalah 2-2,5%. Nilai tengah dari kurva adalah 2,3. Nilai background pada daerah penelitian berdasarkan histogram yaitu pada kisaran 2-2,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai konsentrasi di atas 2,5% merupakan nilai anomali konsentrasi CO2. Pada lokasi sekitar manifestasi mata air panas Candi Dukuh, Candi Umbul dan Pakis Dadu nilai konsentrasi mencapai angka 5% (gambar 3). Pada daerah manifestasi air panas Candi Umbul dan Pakis Dadu di daerah Kartoharjo, konsentrasi gas udara tanah CO2 berada pada kisaran 5-5,3%, sedangkan pada manifestasi mata air panas Candi Dukuh konsentrasi gas udara tanah CO2 berada pada nilai 5,2%. Nilai konsentrasi Hg tanah memiliki kisaran mulai 9 – 855 ppb. Gambar 6 menunjukkan histogram dari konsentrasi Hg disertai kurva distribusi normal. Nilai yang paling banyak muncul berada pada kisaran 0-50 ppb. Nilai yang paling banyak muncul adalah 0-50 ppb. Nilai tengah dari kurva adalah 56,53 ppb. Nilai background pada daerah penelitian berdasarkan histogram dan nilai tengah kurva yaitu pada kisaran 0-56,53 ppb. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai konsentrasi di atas 56,53ppb merupakan nilai anomali konsentrasi Hg. Anomali ini ditemukan berpusat pada daerah barat daya Gunungapi Telomoyo (gambar 4). Zonasi anomali Hg tanah ini terutama berada pada lokasi manifestasi batuan teralterasi pada wilayah Wirogomo, Gunungapi Kendil hingga Sepakung. Nilai pengukuran suhu udara tanah memiliki kisaran mulai 20-30,4oC. Gambar 7 menunjukkan histogram dari nilai pengukuran suhu udara tanah disertai kurva distribusi normal. Nilai yang paling banyak muncul adalah 26-27oC. Nilai tengah dari kurva adalah 25,62oC. Nilai background pada daerah penelitian berdasarkan histogram dan nilai tengah kurva yaitu pada kisaran 25,5-26,9oC. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai pengukuran suhu di atas 27oC merupakan nilai anomali suhu. Anomali dari pengukuran suhu udara tanah berada terutama pada daerah sekitar manifestasi mata air panas Candi Umbul, Pakis Dadu dan Candi Dukuh (gambar 4). Nilai pengukuran suhu udara tanah yang tinggi juga ditemukan pada daerah Sidogede.
Pembahasan Sistem panasbumi Telomoyo ditandai dengan adanya aktivitas naiknya panas pada 3 mata air hangat yang ada di daerah penelitian (gambar 2). Selain itu terdapat beberapa zona 450
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
alterasi yang muncul di area kaki gunungapi (gambar 2). Zona alterasi berada di utara lereng Gunungapi Telomoyo, bagian barat Candi Dukuh, sebelah barat Gunungapi Kendil, dan barat daya dari Gunungapi Kendil. Mineral alterasi yang terdiri dari smektit, kaolinit, haloisit, kristobalit, tridimit, kuarsa dan sulfur menunjukkan bahwa alterasi yang terjadi di dekat permukaan. Fluida panas bumi yang membentuk mineral alterasi tersebut memiliki pH netral hingga asam dengan suhu pembentukan yang rendah. Data geokimia gas tanah menunjukkan zona aktif pada masa kini ditunjukkan oleh anomali suhu udara tanah dan anomali konsentrasi gas udara tanah CO2. Sedangkan nilai konsentrasi Hg tanah belum tentu menunjukkan aktivitas masa kini karena nilai konsentrasi Hg tanah merupakan gabungan dari aktivitas masa lalu sampai masa kini. Sebaran anomali suhu kedalaman dangkal (60 cm) dan gas udara tanah CO2 tersebar di daerah dekat dengan manifestasi panas bumi aktif, sedangkan di sekitar zona alterasi mempunyai suhu maupun nilai konsentrasi gas CO2 rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa kini zona alterasi hidrotermal di daerah Telomoyo sudah tidak aktif lagi. Aktivitas manifestasi panas bumi berpindah ke tempat yang lebih dangkal. Perpindahan aktivitas manifestasi panas bumi di permukaan merupakah hal yang umum dijumpai di beberapa daerah panas bumi. Sebaran anomali nilai konsentrasi Hg tanah berimpitan dengan sebaran alterasi hidrotermal (gambar 4). Karena zona alterasi mempunyai suhu rendah yang menunjukkan bahwa manifestasi tersebut sudah tidak aktif lagi di masa kini maka nilai Hg tanah menunjukkan aktivitas manifestasi panas bumi di masa lampau yang saat ini tidak lagi aktif (fluida panas bumi tidak lagi mencapai permukaan). Zona anomali konsentrasi gas udara tanah CO2 dan suhu udara tanah berada pada satuan geomorfologi kaki gunungapi yang merupakan zona manifestasi aktif saat ini. Zona panas yang ditunjukkan oleh anomali CO2 dan suhu diperkirakan berasal dari yang merupakan zona outflow dari sistem panas bumi Telomoyo.
Kesimpulan
Stratigrafi daerah penelitian dimulai dengan pengendapan breksi andesit, pembentukan Gunungapi Andong, Gunungapi Suropati, Gunugapi Gajah, Gunungapi Kendil, Gunungapi Candi Dukuh, Gunungapi Telomoyo, endapan Gunungapi Merbabu, dan endapan aluvial. Batuan yang dihasilkan bersifat andesitik. Alterasi yang muncul didominasi mineral alterasi smektit dan kaolinit, tergolong dalam zona smektit. Alterasi ini terbentuk pada pH yang asam hingga netral dengan suhu pembentukan rendah. Manifestasi berupa mata air hangat muncul di tiga titik dan alterasi muncul di empat zona, yang dikontrol oleh adanya struktur rekahan. Hal ini ditandai dengan adanya anomali nilai gas CO2 tanah, konsentrasi Hg, dan suhu udara tanah. Distribusi konsentrasi gas udara tanah CO2 menunjukkan anomali pada daerah sekitar manifestasi Candi Umbul-Pakis Dadu daerah Kartoharjo, Candi Dukuh, dan daerah Sidogede serta Wirogomo. Distribusi konsentrasi Hg tanah menunjukkan anomali pada daerah Wirogomo, Gunungapi Kendil hingga Sepakung Distribusi nilai pengukuran suhu udara tanah menunjukkan anomali pada daerah sekitar manifestasi mata air panas Candi Umbul-Pakis Dadu daerah Kartoharjo, Candi Dukuh, serta daerah Sidogede. Zona panas aktif saat ini ditunjukkan oleh anomali gas udara tanah CO2 dan anomali suhu udara tanah berada di sekitar manifestasi mata air panas Candi Umbul-Pakis Dadu
451
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
dan Candi Dukuh serta daerah Sidogede yang merupakan zona outflow dari sistem panas bumi Telomoyo Zona panas di masa lampau ditunjukkan oleh anomali Hg tanah berada di sekitar manifestasi batuan teralterasi pada daerah Wirogomo, Gunungapi Kendil, hingga Sepakung yang merupakan zona upflow sistem panas bumi Telomoyo namun fluida panas bumi tidak lagi mencapai permukaan pada saat ini.
Daftar Pustaka Alzwar, M., Samodra, H., dan Tarigan, J. J., 1988. Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi. Penerbit Nova, Bandung, 1st ed., 226 h. Armstead, H. C. H., 1983. Geothermal Energy. E & F.N. Spon, London-New York, 2nd ed., 404h. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. 1999. Peta Rupabumi Digital Indonesia, Lembar lembar 1408-523 Grabag, 1408-524 Ambarawa, 1408-521 Tegalrejo, 1408-522 Ngablak skala 1:25.000, BAKOSURTANAL, Cibinong. Bronto, S. 2013. Geologi Gunungapi Purba. Badan Geologi, Bandung, 2nd ed., 184 h. Cas, R.A.F dan Wright, J.V.. 1987. Volcanic Succession, Modern and Ancient, A geological approach to processes, products, and successions. Unwin Hyman, London, 1st ed., 528h. Hermawan, D. dan Rezky, Y., 2011. Delineasi Daerah Prospek Panasbumi Berdasarkan Analisisa Kelurusan Citra Landsat di Candi Umbul-Telomoyo, Provinsi Jawa Tengah. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 6 Nomor 1 - 2011 Hermawan, D., Widodo, S., Mulyadi, E., 2012. Sistem Panas Bumi Daerah Candi UmbulTelomoyo Berdasarkan Kajian Geologi dan Geokimia. Buletin Sumber Daya Geologi Volume 7 Nomor 1 - 2012 Hochstein, M.P, Browne, P.R.L. 2000. Surface Manifestasions of Geothermal Systems with Volcanic Heat Source. Dalam: Sigurdsson, H, Encyclopedia of Volcanoes, Academic Press, San Diego-San Fransisco-New York-Boston-London-Sidney-Toronto. Koga, A., Taguchi, S., Mahon, W.A.J. 1982. The Use of Volatile Constituents in Geothermal Fluids for Assessing the Type, Potential andNear Surface Permeability of a geothermal System : The Broadlands Geothermal Area, N.Z. Research Institute of Industrial Science Kyushu University, Kasuga, Japan. Kusnadi, D. dan Purwoto, E. 2005. Penyelidikan Geokimia Panas Bumi Daerah Jaboi, Kota Sabang, Nangroe Aceh Darussalam, Subdit Panas Bumi. Matlick, J.S. dan Buseck, P.R. 1976. Exploration for Geothermal Areas Using Mercury : a New Geochemical Technique. Arizona State University, Arizona. Nicholson, Keith. 1993. Geothermal Fluids, Chemistry & Exploration Techniques. Springer Verlag, Inc. Berlin., h. 1-85 Utama, Widi Satria. 2008. Geologi dan Karakteristik Zona Ubahan Hidrotermal di Daerah Kemambang, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Skripsi di Teknik Geologi Fakultas Teknuk Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sheppard, D.S, Falve-Plerret, R.X, Orange, C.J, Le Guern, F.. 1990. Soil Gas Survey: A Cheaper Alternative to Geophysical Surveys: Three Examples From The Taupo Volcanic Zone.Chemistry Division, DSIR, Private Bag, Petone. Syabaruddin, Samudra, S. B., Nurnusanto, I., dan Utami, P., 2003. Pemetaan Fasies Vulkanik pada Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Ungaran, Jawa Tengah. Proceedings of Joint Convention Jakarta 2003 The 32nd IAGI and the 28th HAGI Annual Convention And Exhibition, Jakarta.
452
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Thanden, R.E., Sumadirja, H., Richards, P.W., Sutisna, K., dan Amin, T.C. 1996. Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung Poppe, L.J., Paskevich, V.F., Hathaway, J.C., dan Blackwood, D.S., 2002. A Laboratory Manual for X-Ray Powder Diffraction. U.S.Geological Survey Open-File Report 0104, USA. Van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Vol.1A, Government Printing Office, The Hauge, Amsterdam, 1st ed., h. 562-565 Varekamp, J.C and Buseck P.R 1982. Hg Anomalies in Soil : Geochemical Exploration Method for Geothermal Areas. Departments of Geology and Chemistry, Arizona State University, Tempe, USA.
453
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Tabel 1. Komposisi mineral primer batuan teralterasi berdasarkan analisis XRD No. Sampel
Mineral Primer Plagioklas √ √ √ √ √ √
AL 11 AL 17 AL 19 AL 23 AL 37 AL 152
Hornblenda √ √ √ √ √
Augit √ -
Tabel 2. Komposisi mineral sekunder batuan teralterasi berdasarkan analisis XRD No. Sampel Mineral alterasi Haloisit Kaolinit Smektit Kuarsa Kristobalit Tridimit Sulfur Pirit
AL 11 AL 17 AL 19 AL 23 AL 37 AL 152
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √
√ √ -
√ √ √ √ √
√ -
√ -
√ -
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian
454
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Candi Dukuh
Pakis Dadu Candi Umbul
Gambar 2. Peta geologi daerah peneitian
455
PETA DISTRIBUSI KONSENTRASI GAS UDARA DAN SUHU UDARA TANAH 2, Hg TANAH, PROSIDING SEMINARTANAH NASIONALCO KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
DAERAH GUNUNGAPI TELOMOYO, JAWA TENGAH
Gambar 3. Peta distribusi konsentrasi gas udara tanah CO2, Hg tanah, dan suhu udara tanah daerah Gunungapi Telomoyo, Jawa Tengah
456
PETA ANOMALI KONSENTRASI PROSIDING GAS UDARA TANAH CO 2, Hg TANAH, DAN SUHU UDARA TANAH SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
DAERAH GUNUNGAPI TELOMOYO, JAWA TENGAH
Gambar 4. Peta anomali konsentrasi gas udara tanah CO2, Hg tanah, dan suhu udara tanah daerah Gunungapi Telomoyo, Jawa Tengah
457
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 5. Histogram kurva distribusi normal CO2
Gambar 6. Histogram kurva distribusi normal Hg
Gambar 7. Histogram kurva distribusi normal suhu
Gambar 8. Grafik perubahan suhu terhadap perubahan kedalaman
458