SEMINAR GEOLOGI
AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Nilai Mata Kuliah Seminar Geologi Pada Semester Tujuh
Disusun Oleh : MAULANA ARSYAD 410002041
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2007
HALAMAN PENGESAHAN
Seminar Geologi dengan judul :
AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK
Disusun oleh : MAULANA ARSYAD 410002041
Yogyakarta,
Mei 2007
Mengetahui
Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Geologi
Dosen Pembimbing
(Ir. Setyo Pambudi, MT.)
(Bernadeta Subandini Astuti, ST)
NIK 1973 0058
NIK 1973 0207
ii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga seminar geologi
yang
berjudul “AIR DALAM SISTEM PANASBUMI SEBAGAI FAKTOR PEMBENTUK LAPANGAN PANASBUMI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK” ini dapat terselesaikan. Seminar ini dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat kurikulum semester tujuh di Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Dalam penyusunan seminar geologi ini penulis sadar terdapat banyak kekurang, hal ini dikarenakan penyusun hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penyusunan seminar geologi ini. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 2. Bapak Ir. Setyo Pambudi, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 3. Ibu Bernadeta Subandini Astuti, ST, selaku dosen pembimbing seminar geologi, atas waktu dan ilmu yang telah diberikan kepada penyusun. 4. Dosen-dosen Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta yang telah memberikan ilmu kegeologian baik dalam perkuliahan maupun dalam keseharian. 5. Ayah Dan Ibu tercinta, yang dengan penuh keihklsan hati telah menyayangi, mencintai dan mengajarkan banyak hal tentang arti hidup 6. Kakak dan adik tersayang, atas segala dukungan moral. 7. My Lovely Luna, yang selalu menjaga dalam doa dan tak pernah berhenti untuk memberikan semangat hidup dan cintanya.
iii
8. Keluarga besar Geologi 2002, rekan-rekan HMTG “BUMI”, rekan-rekan Geologi Janti serta rekan rekan geologi lainnya yang telah banyak membantu penyusun memahami ilmu kegeologian. 9. Teman dan sahabat serta rekan-rekan lain, atas segala dorongan dan bantuannya. Besar harapan penyusun semoga seminar geologi ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi penulis maupun orang lain. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penyusun ucapkan terima kasih.
Yogyakarta,
Mei 2007
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iii
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
viii
SARI ...............................................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2
Maksud dan Tujuan ....................................................................
2
1.3
Permasalahan ..............................................................................
3
1.4
Batasan Masalah .........................................................................
3
1.5
Metode Analisis ..........................................................................
3
1.6
Jadwal Penulisan Ilmiah .............................................................
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Tinjauan Umum ........................................................................
5
2.2
Sumber Energi Panasbumi ........................................................
5
2.2.1 Konsep Tektonik Lempeng .............................................
5
2.2.2 Geopressure ....................................................................
7
2.3
Sistem Panas Bumi Ideal............................................................
8
2.4
Macam-Macam Air ...................................................................
10
2.5.
Klasifikasi Lapangan Panasbumi ...............................................
11
2.5.1. Atas Dasar Reservoir dan Fluida ....................................
11
2.5.2. Atas Dasar Mekanisme Bekerjanya Sistem ....................
12
2.5.3. Atas Dasar Produksi Lapangan .......................................
13
BAB III 3.1
GEOHODROLOGI LAPANGAN PANASBUMI Siklus Hidrologi ........................................................................
v
14
3.2.
3.3.
3.4. BAB IV
Air Dalam Sistem Panasbumi ...................................................
16
3.2.1. Sistem terbuka .................................................................
18
3.2.2. Sistem tertutup ................................................................
19
Klasifikasi Lapangan Panasbumi Berdasarkan kondisi Hidrologi ....................................................................................
20
Analisis.......................................................................................
21
METODE PEMANFAATAN MATERIAL PANASBUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK
4.1.
Dry Steam Process (Proses Uap Kering) ....................................
23
4.2.
Flashing Process (Proses Pemisahan Uap).................................
24
4.3.
Non-condensing Cycle .................................................................
26
4.4.
Condensing Cycle .......................................................................
26
4.5.
Binary Process (Proses Biner) ....................................................
27
4.6.
Multi Stage Flash/Binary Cycle ..................................................
28
4.7.
Total Flow Process .....................................................................
29
4.8.
Analisis........................................................................................
29
KESIMPULAN.........................................................................
31
BAB V
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
vi
32
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Jadwal penulisan ilmiah .....................................................................
vii
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses pergerakan lempeng , terbentuknya zona subduksi dan zona potensial panasbumi (Courtesy of USGS, dimodifikasi) .........
7
Gambar 2. Sistem panasbumi (Dickson, 2004) ...........................................
9
Gambar 3. Siklus Hidrologi (www.lablink.or.id/hidro/siklus/air.htm) ............
14
Gambar 4. Dry steam process (proses uap kering) (Hammer, 2004) ..........
24
Gambar 5. Flashing Process (Proses pemisahan uap) (Hammer, 2004) ......
25
Gambar 6. Binary proses (proses biner) (Hammer. 2004) .........................
27
Gambar 7. Binary power plant heat exchanger (Hammer, 2004) ............
28
viii
SARI
Indonesia merupakan negara vulkanik dengan jumlah sebaran gunungapi aktif adalah 128 buah. Dari jumlah sebaran gunungapi ini menjadikan indonesia negara yang memiliki potensi panasbumi yang melimpah. Sistem panasbumi ini merupakan syarat yang harus terpenuhi yang meliputi: sumber panas, tata air, batuan induk/batuan pemanas, batuan reservoir dan batuan penutup/cap rock. Berdasarkan konsep tektonik lempeng maka daerah-daerah yang memiliki temperatur tinggi (hyperthermal) akan terletak di dalam daerah volkanik aktif (zona seismic belt), yang akan memungkinkan terbentuknya lapangan-lapangan panasbumi bertemperatur tinggi. Lapangan yang bertemperatur rendah akan terletak di luar jalur volkanik aktif. Sistem tata air dalam lapangan panasbumi ada dua jenis yaitu sistem terbuka dimana air selalu melului siklus hidrologi dan sistem tertutup dimana air berasal dari air yang telah ada dalam reservoir dalam waktu yang sangat lama. Pemanfaatan air dalam panasbumi harus disesuaikan dengan karakter lapangan panasbumi yang ada di seluruh dunia dimana ada yang menghasilkan “dry steam/vapour dominated system” dan “liquid dominated system”, keduanya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik apabila memiliki temperatur diatas 200°C (high entalphy). Pada dasarnya yang digunakan untuk menggerakkan turbin yaitu fluida yang berbentuk uap, maka fluida yang tidak berbentuk uap harus diubah menjadi uap terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan.
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Seiring bertambahnya jumlah penduduk di dunia dan di Indonesia khususnya, menjadikan kebutuhan akan energi bertambah pula. Di era yang serba modern ini dimana mesin-mesin pembantu tugas manusia semakin banyak dan semakin berkembang menjadikan kebutuhan akan sumber energi untuk menjalankan mesin-mesin tersebut semakin besar. Ketersedian sumber energi fosil yang selama ini digunakan semakin sedikit, disamping itu pula sumber energi ini merupakan sumber energi yang tidak terbarukan dengan tingkat polusi yang cukup tinggi. Dengan demikian maka sudah saatnya untuk beralih pada sumber energi terbarukan dan memiliki kadar polusi yang sangat rendah yaitu sumber energi panasbumi. Indonesia merupakan negara vulkanik dengan jumlah sebaran gunungapi aktif adalah 128 buah. Dari jumlah sebaran gunungapi ini menjadikan indonesia negara yang memiliki potensi panasbumi yang melimpah dengan kalkulasi: 9530 Megawatt (MW) berstatus Sumberdaya Spekulatif, 4714 Sumberdaya Hipotesis, 9912 MW Cadangan Terduga, 728 MW Cadangan Mungkin dan 2305 Cadangan Terbukti, total jenderal 27.189 MW. Dengan jumlah potensi energi panasbumi sebesar itu, maka Indonesia menjadi negara pemilik cadangan energi panasbumi terbesar di dunia (kurang lebih 40% cadangan dunia). Namun, dari sekian potensi
tersebut, yang sudah dimanfaatkan (terpasang) baru 807 MW, (Sjafra Dwipa, dalam Bosman Batubara, 2006). Di alam, panasbumi membentuk suatu sistem tertentu yang disebut dengan sistem panasbumi ideal yang bekerja secara bersamaan. Sistem panasbumi ini merupakan syarat yang harus terpenuhi yang meliputi: sumber panas, tata air, batuan induk/batuan pemanas, batuan reservoir dan batuan penutup/cap rock. Air yang ada di dalam sistem panasbumi akan mempengaruhi pembentukan lapangan panasbumi, yang disebabkan oleh adanya keterkaitan antara syarat-syarat sistem panasbumi yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya yang dititikberatkan pada tata air dan sumber panas yang dimiliki oleh lapangan tersebut. Perbedaan jenis lapangan akan berimbas pula pada cara pemanfaatannya sebagai sumber energi listrik.
1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan seminar geologi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum tingkat sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, Yogyakarta serta untuk mempelajari jenisjenis sistem panasbumi. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kehadiran air di dalam pembentukan lapangan panasbumi, serta metode pemanfaatan lapangan panasbumi tersebut.
2
1.3. Permasalahan Permasalahan umum dari seminar ini yaitu menyangkut tata air dalam sistem panasbumi yang berperan lebih dominan dalam pembentukan lapangan panasbumi dan metode yang digunakan untuk pemanfaatan material panas yang dihasilkan oleh lapangan panasbumi.
1.3. Batasan Masalah Pembahasan permasalahan pada seminar geologi ini hanya dibatasi pada permasalahan mengenai air yaitu hanya air yang masuk maupun yang telah ada dalam reservoir panasbumi yang selanjutnya dikelompokkan menjadi satu dan disebut “air’ saja, juga metode-metode yang digunakan untuk mengekstrak energi panas sebagai pembangkit tenaga listrik.
1.4 Metode Analisis Penulisan ilmiah seminar geologi ini menggunakan metode studi pustaka yang penulis dapatkan dari literatur dan data internet yang disertai dengan diskusi bersama dosen dan rekan-rekan mahasiswa geologi. Adapun metode-metode yang digunakan dalam pemanfaatan panasbumi mencakup proses sistem uap maupun sistem air panas.
1.5 Jadwal Penulisan Ilmiah Jadwal penulisan ilmiah dalam penyusunan proposal dan seminar geologi ini secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.
3
Tabel 1. Jadwal penulisan ilmiah
No
Subjek 1
1
Maret 2007 2 3
4
1
April 2007 2 3
4
1
Mei 2007 2 3
4
1
Juni 2007 2 3
4
A.Persiapan • Pengumpulan data • Studi data • Proposal B. Pembuatan laporan • Penyusunan draf • Konsultasi isi seminar geologi
2
• •
3
•
Presentasi Konsultasi dan revisi Laporan Penyerahan laporan
4
BAB II DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Umum Sumber utama dan terbesar panasbumi berasal dari magma yang terbentuk oleh adanya pergerakan lempeng pada kerak bumi yang saling bertabrakan dan saling menunjam. Untuk dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin maka panasbumi harus memenuhi syarat-syarat yang membentuk sistem yang ideal.
2.2. Sumber Energi Panasbumi Sumber energi panasbumi umumnya berasal dari tektonik lempeng. Sumber lain yang mulai dipelajari saat ini adalah geopressure. Namun geopressure hanya menghasilkan panas yang jauh kecil daripada hasil tektonik lempeng.
2.2.1. Konsep Tektonik Lempeng Prinsip-prinsip dasar tektonik lempeng menyatakan bahwa: lapisan paling luar dari bumi ini dianggap sebagai terdiri dari bahan yang bersifat keras dan kaku (rigid) yang dinamakan litosfer. Litosfer ini bentuknya terpecah-pecah menjadi beberapa keping sehingga memungkinkan tiap keping dapat bergerak ralatif satu terhadap lainnya (Asikin S, modifikasi, th?). Keping-keping ini selanjutnya disebut sebagai lempeng yang dibagi menjadi dua yaitu lempeng benua (continental crust) dengan berat jenis
5
berkisar ± 2,7 gr/cc dan lempeng samudra (oceanic crust) dengan berat jenis berkisar ± 3,3 gr/cc. Litosfer berada diatas lapisan yang bersifat lunak (cair) yang disebut sebagai lapisan astenosfer. Meskipun mungkin saja ada perbedaan dalam susunan petrologinya, tetapi perbedaan yang utama antara keduanya didasarkan pada perbedaan viskositas/kekentalan yang sangat menonjol. Menurut Hazuardi (th?), pada lempeng samudra terjadi zona pemisahan (pemekaran lantai samudra) dimana lempeng tersebut seolah terpecah menjadi dua bagian yang bergerak berlawanan karena adanya arus konveksi. Salah satu bagian dari lempeng samudra ini kemudian bertabrakan dengan lempeng benua. Dari perbedaan berat jenis yang sangat menonjol serta ketebalan lempeng samudra yang lebih tipis (tebal ± 5 km) dibandingkan dengan lempeng benua (tebal ± 35 km) maka lempeng samudra ini menunjam ke bawah lempeng samudra. Penunjaman yang disebut juga subduksi yang terjadi memiliki kedalamannya mencapai selubung bumi. Akibat dari tekanan yang besar daripada penunjaman dan suhu yang lebih tinggi di lingkungan selubung bumi itu maka kerak bumi yang menunjam tersebut melebur menjadi magma. Magma inilah yang kemudian menjadi sumber panas utama dari panasbumi. Berdasarkan konsep tektonik lempeng maka daerah-daerah yang memiliki temperatur tinggi (hyperthermal) akan terletak di dalam daerah volkanik aktif (zona seismic belt), yang akan memungkinkan terbentuknya
6
lapangan-lapangan panasbumi bertemperatur tinggi. Lapangan yang bertemperatur rendah akan terletak di luar jalur volkanik aktif. Ilustrasi konsep tektonik lempeng dan terbentuknya zona-zona potensial panasbumi dapat dilihat pada (gambar 1).
Gambar 1. Proses pergerakan lempeng , terbentuknya zona subduksi dan zona potensial panasbumi (sumber: Courtesy of USGS, dimodifikasi)
2.2.2. Geopressure Sumber panas selain dari hasil tektonik lempeng yaitu geopressure. Hampir bisa dipastikan geopressure terjadi pada lapisan sedimen di mana fosil groundwater telah mengunci di dalam sedimen tersebut dan ketika batuan mengalami tekanan formasi, menyebabkan kenaikan temperatur yang meningkatkan tekanan pori. Untuk memelihara tekanan itu diperlukan cap-rock yang cukup tebal. Namun jika dibandingkan dengan panas yang dihasilkan dari tektonik lempeng, maka geopressure masih
7
jauh lebih kecil daripada panas yang dihasilkan oleh tektonik lempeng. Hal ini dikarenakan tekanan dan temperatur tektonik lempeng yang sangat tinggi.
2.3. Sistem Panas Bumi Ideal Panasbumi secara umum dapat diartikan sebagai penjelmaan suhu bumi yang telah ada sejak bumi terbentuk. Di alam, suhu tersebut membentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem panasbumi (Alzwar, dkk., 1987). Sistem panasbumi ini merupakan syarat yang harus terpenuhi. Apabila salah satu syarat pada sistem ini tidak terpenuhi atau tidak ada, energi panasbumi tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Sistem panasbumi ideal terdiri dari: -
Sumber panas Berasal dari adanya habluran batuan/magma akibat tumbukan lempeng samudra dengan lempeng benua.
-
Air tanah/air formasi umumnya air ini berasal dari air hujan atau air tanah meteorik. Jika air ini tidak ada maka batuan akan menjadi batuan panas kering. Apabila akan dieksploitasi maka diharuskan menyuntikkan air ke dalam sistem.
-
Batuan induk/batuan pemanas Batuan pemanas akan berfungsi sebagai sumber pemanasan air yang dapat berwujud tubuh terobosan granit maupun bentuk-bentuk batolit lainnya.
8
-
Batuan reservoir Batuan ini berfungsi sebagai penampung air yang telah terpanasi atau uap yang telah terbentuk. Nilai kesarangan/porositas ikut menentukan jumlah cadangan airpanas atau uap.
-
Batuan penutup/cap rock Batuan ini lebih berfungsi sebagai penutup kumpulan airpanas atau uap sehingga tidak merembes keluar. Batuan ini harus bersifat tidak mudah ditembus atau dilalui cairan atau uap. Biasanya batuan ini berupa hasil letusan gunungapi seperti lava dan piroklastik. Tidak adanya lapisan penutup menjadikan sistem panasbumi menjadi terbuka dan energi panas yang ada akan hilang atau heatloss.
-
Rekahan tempat masuknya air hujan serta rekahan untuk keluarnya produk panas yang berupa air maupun uap panas. Syarat-syarat tersebut menjadi satu-kesatuan sistem yang utuh yang
bekerja secara bersamaan seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Sistem panasbumi (Dickson, 2004)
9
Untuk menghasilkan panasbumi yang dapat dijadikan energi dalam bentuk yang lain (tenaga listrik), maka semua syarat di atas harus terpenuhi. Jika salah satu syarat dalam sistem panasbumi tidak terpenuhi akan mengakibatkan sistem tidak bekerja sehingga sumber energi panas tidak dapat diproduksi secara maksimal.
2.4. Macam-Macam Air Air di sini umumnya berasal dari air hujan atau air tanah meteorik. Macammacam air diadaptasi dari White (1956a, b dalam Alzwar ,dkk., 1987) adalah: a.
Air juvenil (juvenille water), yaitu air yang berasal dari magma (primer) yang kemudian menjadi bagian dari hidrosfera.
b.
Air magmatik (magmatic water), yaitu air yang berasal dari magma (dapat juga air juvenil) sejak magma tersebut bersatu dengan air meteorik atau air yang berasal dari sedimen.
c.
Air meteorik (meteoric water), yaitu air yang sekarang berada di lingkungna atmosfera.
d.
Air purba (connate water), yaitu air yang terpisah dari atmosfer selama waktu geologi yang panjang. Air yang terdapat dalam cekungan sedimen dan tertutup oleh lapisan tebal batuan diatasnya ini hampir sejenis dengan air di dalam lapisan minyak bumi, yang umumnya merupakan air laut yang telah mengalami perubahan karena proses fisika dan kimia.
10
e.
Air metamorfik (metamorfic water), yaitu bentuk tersendiri dari air purba yang berasal dari mineral yang mengandung air (hidrous mineral), dimana air akan terperas keluar selam proses kristalisasi atau metamorfosa.
2.5. Klasifikasi Sistem Panasbumi Klasifikasi sistem panasbumi
yaitu suatu klasifikasi yang membagi
sistem-sistem panasbumi ke dalam beberapa kelas, yaitu berdasarkan atas karakter reservoir dan fluida, mekanisme bekerjanya sistem dan berdasarkan produksi lapangan.
2.5.1
Atas dasar karakter reservoir dan fluida a. Sistem air panas Entalpi fluida tinggi (800-1200 J/g), umumnya ditandai dengan kenampakan panas di permukaan yang ekstensif, batuan reservoir biasanya berupa batuan vulkanik muda yang permeabel (Wairake’, NZ, Salak, Indonesia) b. Sistem “Brine” Sama dengan sistem air panas, kecuali temperatur dasar sistem fluida lebih tinggi. Sistem ini jarang terdapat (Salton Sea, USA) c. Sistem uap Entalpi fluida sangat tinggi (2400 J/g), konsentrasi unsur terlarut dalam air rendah, batuan reservoir terdapat berupa vulkanik muda atau batuan
11
sedimen
dengan
permeabilitas
rendah.
(The
Geysers,
USA;
Matsukawa, Jepang; Kamojang, Indonesia) d. Sistem Hibrad Entalpi sangat tinggi, konsentrasi unsur terlarut tinggi, gas tinggi, batuan reservoir berupa vulkanik muda dengan permeabilitas rendah (Tatun, Taiwan; Dieng, Indonesia)
2.5.2. Atas dasar mekanisme bekerjanya sistem 1. Sistem siklus Dalam sistem ini ada siklus air yang bermula dari air meteorik (dingin) meresap ke dalam tanah, di suatu kedalaman air terpanasi (transfer panas), air panas bergerak ke permukaan melalui rekahan/sesar membentuk mata air panas. Untuk bekerjanya sistem diperlukan: a.
Formasi
batuan
yang
memungkinkan
air
meteorik
bersirkulasi sampai jauh ke dalam. b.
Adanya sumber panas.
c.
Adanya sejumlah air yang cukup.
d.
Waktu yang cukup lama, area cukup luas, yang memungkinkan air cukup terpanasi.
e.
adanya jalan yang memungkinkan air panas mencapai permukaan.
Dikatakan bahwa hampir semua lapangan panasbumi yang dikembangkan mempunyai sistem seperti ini.
12
2. Sistem tertutup Dalam sistem ini air di dalam reservoir adalah yang tersimpan dalam batuan tersebut untuk waktu yang cukup lama (waktu geologi) dan terpanasi di tempat tersebut. Air dapat berupa fluida yang memang berada pada formasi tersebut (air formasi) ataupun air yang berasal dari hidrasi mineral (air magmatik) Berbeda dengan siklus, di sini umumnya tidak dijumpai adanya kenampakan panas di permukaan seperti mata air panas. Satu-satunya tanda adanya potensi panasbumi pada sistem tertutup adalah anomali landaian.
2.5.3.
Atas dasar produksi lapangan Suatu lapangan panasbumi memproduksikan fluida panasbumi apabila
berupa campuran air panas dan uap. Apabila produksi air panas dalam campuran lebih besar dari uap, maka secara sederhana lapangan tersebut disebut dengan sistem air panas/ sistem uap basah. Contoh : Gunung salak (80 % air panas). Sebaliknya jika produksi uap lebih besar disebut dengan sistem uap kering. Contoh: Kamojang (90 % uap). Faktor utama yang mempengaruhi adalah permeabilitas batuan.
13
BAB III GEOHIDROLOGI LAPANGAN PANASBUMI
3.1
Siklus Hidrologi Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Siklus hidrologi ini dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Siklus Hidrologi (sumber: www.lablink.or.id/hidro/siklus/air.htm)
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus-menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
14
Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara terus-menerus dalam tiga cara yang berbeda yaitu: 1. Evaporasi / transpirasi Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. 2. Infiltrasi / perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. 3. Air Permukaan air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
15
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
3.2.
Air Dalam Sistem Panasbumi Lingkungan geologi di mana aktivitas panasbumi ditemukan biasanya
terbatas pada area yang berada pada tepian lempeng tektonik yang aktif di mana material crustal diproduksi atau dikonsumsi. Ada perkecualian, seperti Hawaii, tetapi dalam semua kasus ada suatu sumber panas yang dapat diterangkan dalam kaitannya dengan geologi regional dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk membentuk lapangan panasbumi. Walaupun lokasi dari semua lapangan panasbumi dikontrol oleh geologi regional, karakteristiknya dapat dikenali di permukaan atau di dalam lubang pemboran dan yang pokok dari eksplorasi panasbumi, yaitu gejala hidrologi. Panasbumi tidak hanya tergantung pada suatu sumber panas tetapi juga pada kehadiran suatu media (air normal) di mana panas dapat diangkut ke permukaan melalui suatu lapisan permeable sepanjang media tersebut dapat bermigrasi. Metoda eksplorasi sangat perlu untuk mendeteksi, baik secara langsung atau secara tidak langsung, seperti kehadiran anomali temperatur tinggi, fluida bawah tanah dan variasi dalam permeabilitas. Metode Yang dapat digunakan untuk menentukan dua hal pertama dari parameter ini akan menentukan keberadaan suatu lapangan panasbumi dan akan mencirikan besaran luasannya.
16
Bagaimanapun, fluida panas dapat terakumulasi pada suatu periode yang lama di dalam batuan berpori tetapi tidak terlalu permeable, dan usaha untuk menyadap fluida itu akan cenderung gagal sebab tidak akan ada alur yang dapat dilalui sampai ke dalam lubang pemboran. metoda eksplorasi panasbumi yang dapat mendeteksi
permeabilitas
mengasumsikan
arti
penting
yang
harus
dipertimbangkan dalam menggambarkan bagian-bagian dari lapangan yang berproduksi baik seperti yang diharapkan. Saat ini, satu-satunya metoda yang digunakan untuk menentukan jika suatu batuan itu permeable adalah melalui pengeboran. Dengan menambah kedalaman, tekanan litostatis vertikal akan menjadi lebih besar dan mengurangi kemungkinan dari permeabilitas horisontal. Dalam kondisi celah mendekati vertikal dalam batuan dapat menjadi alur yang baik agar fluida dapat berpindah tempat, diusulkan pada sumur-sumur dalam, beberapa derajat penyimpangan dari keadaan vertikal dapat meningkatkan kemampuan menerobos suatu celah. Air panas dapat mendidih ketika naik ke permukaan, dan membentuk uap air yang sedikit kurang pekat dibanding air (kecuali zona berfasa ganda yang mendidih sendiri), fluida akan mengalir lebih bagus sampai pada batuan yang permeabilitasnya rendah. Bagaimanapun, kesuksesan eksplorasi lapangan panasbumi tergantung secara normal dari suatu aliran massa substansiil dari sumur, tetap sama pentingnya menentukan daerah high-permeability zone di dalam sistem dominasi uap seperti di sistem air-panas. Tepian dari lapangan dominasi uap seperti itu sering lebih sukar untuk digambarkan dibandingkan
17
dengan lapangan air-panas sebab mungkin lebih hancur sebagai hasil mobilitas uap air yang lebih besar dan karena uap air mempunyai nilai resistivitas elektris sangat tinggi. Air dalam sistem panasbumi berasal dari semua jenis air yang terdapat pada sistem terbuka maupun sistem tertutup. Pada dasarnya air dalam panasbumi tidak akan dikelompokkan berdasarkan jenisnya lagi melainkan telah dijadikan satu jenis yaitu air yang terdapat pada reservoir sistem panasbumi yang selanjutnya disebut “air”. Air yang yang merupakan fluida panasbumi dapat berasal dari mana saja. Dapat berasal dari permukaan (air meteorik) yang masuk beberapa kilometer melalui rekahan dan lapisan permeable, atau dapat juga air yang telah terfosilkan lama pada batuan sedimen (air formasi/connate water). Asal air lainnya dalam sistem panasbumi yaitu termasuk didalamnya dari magma (air juvenil) dan dari proses metamorfisme (air metamorfik).
3.2.1. Sistem terbuka Siklus terbuka dalam lapangan panasbumi yaitu suatu siklus dimana air yang masuk ke dalam batuan reservoir adalah air yang berasal dari air yang bergerak bebas. Air ini mengalami kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi secara terus-menerus. Yang termasuk dalam air siklus terbuka lapangan panasbumi yaitu air meteorik (dingin). Air meteorik ini berasal dari air yang ada pada atmosfer. Dari samudra mengalami evaporasi menjadi awan dan
18
mengalami presipitasi sebagai hujan dan salju. Kemudian air ini masuk ke dalam reservoir (perkolasi) melalui pori-pori batuan. Dengan
adanya
sumber
panas
pada
lapangan
panasbumi
menyebabkan air ini mengalami pemanasan. Akibat temperatur yang tinggi terjadi fluida dimana adanya perpindahan temperatur tinggi ke temperatur rendah. Dalam hal ini air yang telah terpanaskan akan bergerak ke atas melalui rekahan pada batuan hingga mencapai permukaan. Kemudian berulang terus menerus mengikuti siklus hidrologi.
3.2.2. Sistem tertutup Siklus tertutup dalam lapangan panasbumi yaitu suatu siklus dimana air yang terdapat pada reservoir berupa air yang telah ada terlebih dahulu pada reservoir dan bukan berasal dari air permukaan. Yang termasuk dalam air siklus tertutup lapangan panasbumi yaitu air juvenil, air magmatik, air purba serta air metamorfik. Air-air ini telah ada sejak lama (waktu geologi) dan tidak mengalami migrasi atau perpindahan. Hal ini dikarenakan adanya sistem pengendapan yang sedemikian rupa sehingga terbentuk adanya lapisan yang tidak tembus air (impermeable) yang menghalangi migrasi. Pada lapangan panasbumi, air-air ini mengalami pemanasan di tempat dimana air-air ini tersimpan. Saat temperatur air telah meningkat dan memiliki tekanan yang cukup tinggi memaksa air menerobos naik ke permukaan dengan mencari celah-celah dan rekahan pada batuan.
19
Setelah air yang telah terpanasi mencapai permukaan maka selanjutnya air itu akan mengalami siklus hidrologi terbuka. Air ini akan mengalami kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi dan akan terjadi secara berulang-ulang.
3.3
Klasifikasi lapangan panasbumi berdasarkan kondisi hidrologi. Berdasarkan kondisi hidrologi lapangan panasbumi maka lapangan
panasbumi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. 1. Semi–thermal fields Yaitu jenis ini dapat menghasilkan air panas pada temperatur lebih dari 100oC dari kedalaman 1 atau 2 Km. secara khas ditemukan pada area yang mempunyai gradien temperatur tinggi yang tidak normal. 2. Hyper–thermal fields dapat dibagi menjadi: •
Wet feilds (lapangan basah), menghasilkan air bertekanan tinggi dengan temperatur lebih dari 100oC, sehingga jika fluida panasbumi mengalir ke permukaan dan mengalami penurunan tekanan, sebagian kecil dari fluida tersebut tersemburkan dalam bentuk uap dan sebagian besar tetap dalam bentuk air mendidih. Sering pula disebut sebagai lapangan yang didominasi oleh air.
•
Dry fields (lapangan kering), menghasilkan uap jenuh kering (dry saturated steam) atau sedikit superheated (slightly superheated steam)
20
pada tekanan di atas tekanan atmosfer. Golongan ini sering disebut dengan lapangan yang didominasi oleh uap. Hyper–thermal fields biasanya terdapat pada batasan-batasan plat tektonik didalam zona seismik. 3. Hot dry fields (lapangan batuan panas kering) Saat ini orang mulai tertarik pada lapangan panasbumi “hot dry fields” di mana unsur air yang penting dan sifat permeabilitas tidak ada. Pencarian untuk lapangan seperti ini terkonsentrasi hanya pada penentuan dari anomali termal. Energi Batuan kering panas berasal secara relatif dari batuan panas bebas air yang ditemukan pada kedalaman sekitar 4 Km atau lebih di bawah permukaan bumi. Kondisi seperti ini diakibatkan oleh tidak adanya ketersedian air dalam sistem yang berarti tidak ada material yang dipanaskan kecuali batuan di sekitarnya yang dicirikan dengan panas yang relatif tinggi pada batuan tersebut.
3.4.
Analisis Pada kondisi sistem panasbumi normal dimana sistem tata air dalam
kondisi normal pula akan menghasilkan material panas yang statis yang selalu sama dari waktu ke waktu. Material fluida akan mengalami perubahan baik itu bentukan
uap
maupun
air-panas
apabila
sistem
panasbumi
tidak
normal/mengalami gangguan. Yang mempengaruhi perubahan pada sistem panasbumi yaitu sumber panas. Perubahan panas berpengaruh dengan tektonik lempeng. Ketika lempeng
21
tektonik menjadi aktif maka akan terjadi kenaikan temperatur dan tekanan pada zona volkanik aktif dimana panasbumi dikembangkan. Dari kenaikan ini maka kondisi air akan mengalami perubahan pula yaitu meningkatnya temperatur yang merubah air menjadi uap. Perubahan dapat terjadi juga karena sistem tata air. Pada sistem air terbuka, ketika debit air meteorik meningkat yaitu pada musim penghujan akan menaikan jumlah air yang masuk ke dalam reservoir maka dalam keadaan panas yang relatif statis akan bereaksi dengan air dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini menjadikan lapangan panasbumi akan menjadi lapangan yang didominasi oleh air-panas. Sedangkan ketika musim kemarau dimana debit air meteorik menurun dan jumlah air yang masuk dalam reservoir pun menjadi lebih sedikit maka lapangan panasbumi akan mengalami perubahan menjadi dominasi uap. Pada sistem air tertutup kecenderungan yang terjadi yaitu adanya peningkatan temperatur terus-menerus. Fluida panas baik itu berupa air maupun uap yang keluar tidak tergantikan seperti sistem air terbuka, maka jumlah air semakin menurun dan menjadikan temperatur menjadi naik. Untuk mengatasi hal ini maka perlu disuntikan kembali air kedalam sistem panasbumi yang bekerja agar temperatur dapat terjaga dan siklus panasbumi terus berjalan dan dapat dimanfaatkan dengan baik.
22
BAB IV METODE PEMANFAATAN AIR DALAM PANASBUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK
Pemanfaatan air dalam panasbumi harus disesuaikan dengan karakter lapangan panasbumi yang ada di seluruh dunia dimana ada yang menghasilkan “dry steam/vapour dominated system” dan “liquid dominated system”, keduanya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik apabila memiliki temperatur diatas 200°C (high entalphy).
4.1.
Dry steam process (proses uap kering) Pembangkit listrik dari panasbumi yang bersistem dominasi uap kering
digunakan dengan cara mengalirkan langsung uap kering dari sumur ke turbin. Enthalpy umumnya relatif tinggi (rata-rata 2750-2770 kj/kg). Karena sistem pengumpulan dan transmisinya relatif sederhana, maka biaya kapital, operasi dan perawatan umumnya lebih rendah daripada pembangkit listrik sistem uap basah (liquid dominated) ataupun sistem lainnya : PLTP Lerderello di Itali sejak 1913, PLTP The Geysers di USA tahun 1960-an dan PLTP Kamojang di Indonesia tahun 1982, menggunakan uap kering yang dihasilkan lapangan panasbumi masing-masing. Proses uap kering dapat dilihat pada gambar 4.
23
Gambar 4. Dry steam process (proses uap kering). (Sumber: Hammer, 2004).
4.2.
Flashing process (Proses pemisahan uap) Kebanyakan operasi pembangkit tenaga listrik panasbumi sekarang adalah
berupa "flashed steam" power plants. Air panas dari sumur-sumur produksi melewati satu atau dua mesin pemisah, bebas dari tekanan dalam reservoir, Air panas ini terubah (sampai mendidih) ke bentuk uap air. Kekuatan uap air digunakan untuk memutar generator turbin. Untuk menjaga air tersebut
dan
menjaga tekanan reservoir, air panasbumi dan uap air yang telah digunakan disuntikkan kembali ke batas luar reservoir, untuk dipanaskan kembali dan didaur ulang. Bentuk kedua dalam proses membangkitkan tenaga listrik disebut “flashing” atau pemisahan uap dari “hot fluid”. Proses ini khusus bagi sistem dominasi fluida panas dimana sumur memproduksi campuran air panas dan uap dengan enthalpy sekitar 700-1600 kj/kg. Dalam proses flashing, uap dipisahkan
24
dari air panas dan kemudian dialirkan ke turbin. Ada sejumlah variasi pada proses flashing. Proses pemisahan uap dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Flashing Process (Proses pemisahan uap). (Sumber: Hammer, 2004).
Di beberapa lapangan air-panas hasil flashing pertama kemudian dialirkan berikutnya untuk flashing kedua. Flashing pertama disebut “single flash process” dan flashing yang kedua disebut sebagai “double flashing process”. Dari flashing yang pertama dihasilkan uap dengan tekanan tinggi yang kemudian dialirkan untuk menggerakkan “high pressure turbin” sedang flashing yang kedua menggerakan “low pressure turbine” Ada kalanya flashing dilakukan sampai tiga tahap, sehingga dikenal pula jenis “intermediete pressure turbine”.
25
4.3.
Non-condensing cycle Untuk lapangan uap kering maupun sistem air panas, “non-condensing
cycle” adalah cara paling sederhana, dan dalam biaya kapital termurah untuk seluruh siklus panasbumi yang dikenal. Uap yang langsung berasal dari sumur sistem uap kering, maupun yang berasal dari sumur sistem air-panas langsung mengalir masuk turbin dan di buang ke udara. Namun masih membutuhkan jumlah uap dua kali lipat dibanding sistem condensing plant untuk perkilo watt output dengan “inlet pressure” yang sama.
4.4.
Condensing cycle Dewasa ini cara condensing cycle adalah yang umum dipakai dan selalu
digunakan untuk pembangkit berkapasitas besar dimana segi efisiensi ekonomi menjadi pertimbangan utama. Bilamana tidak membutuhkan pengumpulan kondensat untuk pemakaian lebih lanjut, kontak langsung antara jet condensers dengan pipa-pipa pembuangan berametrik biasanya dapat digunakan, daripada memakai surface condencers yang mahal. Namun kadang-kadang diperlukan juga memakai surface condencers bila konsentrasi dari “non-condensible gaser” dipandang dapat membahayakan lingkungan setempat.
26
4.5.
Binary process (proses biner) Untuk sistem uap basah (water dominated system) dimana enthalpy fluida
kurang dari 700 kj/kg, produksi uap hasil flashing biasanya tidak cukup. Satu cara untuk dapat memanfaatkannya adalah dengan cara binary cycle. Air panas yang disirkulasikan melalui suatu “heat exchanger” dan panasnya ditransfer kepada suatu cairan organik seperti 150 butane. Cairan ini memiliki titik didih yang rendah dan dapat memuai menjadi bentuk gas yang kemudian bereaksi sebagai sumber tenaga yang menggerakkan “binary turbine”. Binary process dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Binary proses (proses biner). (Sumber: Hammer, 2004).
Dari turbin cairan tersebut didinginkan kembali dalam “heat exchanger” yang dibutuhkan untuk mempertahankan terjadinya sirkulasi seperti semula. Ilustrasi “heat exchanger” dapat dilihat pada gambar 7.
27
Gambar 7. Binary power plant heat exchanger. (Sumber: Hammer, 2004).
Pembangkit listrik sistem biner saat ini yang memiliki kapasitas besar (45 MW) ada di Heber, California USA.
4.6.
Multi Stage Flash/Binary Cycle Multi stage flash/binary cycle dapat digunakan apabila fluida panasbumi
mengandung sejumlah besar material terlarut yang dapat menimbulkan korosi atau endapan pada alat perubah panas (heat exchanger) dipermukaan. Sistem ini betul-betul merupakan kombinasi atau penggabungan dari uap yang dihasilkan dari “flashing” dan “binary fluidcycle”, dan dapat didesain dalam beberapa cara. Salah satu cara yaitu dua unit flashing menghasilkan uap untuk menguapkan fluida organik yang kemudian akan mengembang dan mangalir untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan tenaga listrik.
28
4.7.
Total flow process Sistem ini sedang dikembangkan untuk lapangan bersistem air panas.
Karena sebagaian besar fluida pada waktu proses flashing tidak dapat dirubah menjadi uap yang akan menggerakkan turbin, maka fraksi ini menjadi tidak berguna untuk menghasilkan tenaga. Dengan cara total flow process akan menghindarkan terbuangnya fluida yakni dengan cara menyebarkan fluida tadi melalui suatu alat tertentu (total flow expander).
4.8.
Analisis Pemanfaatan air dalam panasbumi harus disesuaikan dengan kondisi
lapangannya. Metode yang digunakan ada berbagai macam. Yang menjadi pertimbangan untuk memanfaatkan panasbumi yaitu bentuk fluidanya, kondisi fluida mengandung material korosif dan material yang membahayakan lingkungan atau tidak serta temperatur yang dimiliki oleh fluida tersebut. Pada dasarnya yang digunakan untuk menggerakkan turbin yaitu fluida yang berbentuk uap, maka fluida yang tidak berbentuk uap harus diubah menjadi uap terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Bentuk fluida uap kering dapat langsung diproduksi menggunakan Dry steam process karena uap tersebut dapat langsung digunakan menggerakan turbin. Untuk fluida uap basah yang mengandung air maupun fluida air-panas harus melalui proses flashing terlebih dahulu agar fluida tersebut menjadi uap dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin.
29
Untuk fluida yang mengandung bahan korosif maupun bahan yang berbahaya bagi lingkungan maka dapat digunakan metode condensing cycle. Metode ini digunakan agar bahan korosif maupun bahan berbahaya bagi lingkungan dapat dihilangkan dan tidak menghambat proses produksi maupun mengganggu lingkungan sekitar. Untuk temperatur yang dikandung, apabila temperatur kecil yang sulit untuk diproduksi secara maksimal maka digunakan proses biner sehingga dapat merubah bentuk air-panas menjadi uap dengan bantuan cairan 150 butane.
30
BAB V KESIMPULAN
Pada kondisi sistem panasbumi normal dimana sistem tata air dalam kondisi normal pula akan menghasilkan material panas yang statis yang selalu sama dari waktu ke waktu. Ketika lempeng tektonik menjadi aktif maka akan terjadi kenaikan temperatur dan tekanan. Kondisi fluida akan mengalami perubahan pula yaitu meningkatnya temperatur yang merubah air menjadi uap Perubahan terjadi juga karena sistem tata air. Pada sistem air terbuka, ketika debit air yang masuk ke dalam reservoir lebih banyak dari normal maka panas yang relatif statis akan membentuk lapangan menjadi dominasi air-panas. Sedangkan ketika debit air menurun dan jumlah air yang masuk dalam reservoir pun menjadi lebih sedikit maka lapangan panasbumi akan mengalami perubahan menjadi dominasi uap. Pemanfaatan air dalam panasbumi harus disesuaikan dengan kondisi lapangannya. Pada dasarnya yang digunakan untuk menggerakkan turbin yaitu fluida yang berbentuk uap, maka fluida yang tidak berbentuk uap harus diubah menjadi uap terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Bentuk fluida uap kering dapat langsung diproduksi menggunakan Dry steam process karena uap tersebut dapat langsung digunakan menggerakan turbin. Untuk fluida uap basah yang mengandung air maupun fluida air-panas harus melalui proses flashing terlebih dahulu agar fluida tersebut menjadi uap dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin.
31
Untuk fluida yang mengandung bahan korosif maupun bahan yang berbahaya bagi lingkungan maka dapat digunakan metode condensing cycle. Metode ini digunakan agar bahan korosif maupun bahan berbahaya bagi lingkungan dapat dihilangkan dan tidak menghambat proses produksi maupun mengganggu lingkungan sekitar. Untuk temperatur yang dikandung, apabila temperatur kecil yang sulit untuk diproduksi secara maksimal maka digunakan proses biner sehingga dapat merubah bentuk air-panas menjadi uap dengan bantuan cairan 150 butane.
32
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar, M., Samodra, H.,Tarigan., JJ., 1987, Pengantar dasar Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung, 223 hal. Asikin, S., Th ?, Diktat Kuliah Tektonik, Institut Teknologi Bandung (tidak diterbitkan), 61 hal. Batubara,
B.,
2006,
Melirik
Energi
Panasbumi,
Artikel
internet,
www.iagi.co.id/index.php?name=newsandcatid=4&topic. Dickson, H. M., Fanelli. M., 2004, What is Geothermal Energy?, Istituto di Geoscienze e Georisorse, CNR , Pisa, Italy Hazuardi., Th ?, Pengantar Teknologi Panasbumi (Introduction to Geothermal Technology), Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi, Cepu, 136 hal. Rybach, L., Muffler, L.J.P., 1981, Geothermal System: Principles and Case Histories, John Wiley & Sonsltd., British, 359 hal. Hammer,
L.
2004,
Geothermal
Energy,
Artikel
internet,
http://www.phas.ucalgary.ca/~annlisen/teaching/APPH573/GeothermalEnergy.ppt Geothermal Education Office, Geothermal Energy Facts, Artikel internet, Www.geothermal.marin.org/
www.lablink.or.id/hidro/siklus/air.htm
33
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar, M., Samodra, H.,Tarigan., JJ., 1987, Pengantar dasar Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung, 223 hal. Asikin, S., Diktat Kuliah Tektonik, Institut Teknologi Bandung (tidak diterbitkan), 61 hal. Batubara,
B.,
2006,
Melirik
Energi
Panasbumi,
Artikel
internet,
www.iagi.co.id/index.php?name=newsandcatid=4&topic. Dickson, H. M., Fanelli. M., 2004, What is Geothermal Energy?, Istituto di Geoscienze e Georisorse, CNR , Pisa, Italy Hazuardi., Pengantar Teknologi Panasbumi (Introduction to Geothermal Technology), Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi, Cepu, 136 hal. Rybach, L., Muffler, L.J.P., 1981, Geothermal System: Principles and Case Histories, John Wiley & Sonsltd., British, 359 hal. Hammer,
L.
2004,
Geothermal
Energy,
Artikel
internet,
http://www.phas.ucalgary.ca/~annlisen/teaching/APPH573/GeothermalEnergy.ppt Geothermal Education Office, Geothermal Energy Facts, Artikel internet, Www.geothermal.marin.org/
www.lablink.or.id/hidro/siklus/air.htm