EVALUASI KINERJA KEUANGAN DIUKUR DARI RASIO LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN PERMODALAN PADA PT. BANK PAN INDONESIA Tbk (BANK PANIN)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta
Oleh: Nama
: Nur Indah Listiya Rini
No Pokok
: 2010.02.2333
Jurusan
: S.1.Manajemen
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN JAKARTA 2013
ABSTRAK
Nur Indah Listiya Rini, 2010.02.2333, Evaluasi Kinerja Keuangan Diukur Dari Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Permodalan pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin)
Untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan Bank Panin selama kurun waktu 5 tahun terakhir, maka penulis akan menggunakan teknis analisis yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan yang diperoleh berupa laporan keuangan Bank Panin tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012 melalui analisis rasio keuangan.
Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah bank, maka penulis menggunakan analisis rasio keuangan sebagai tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan Bank Panin, yaitu analisis likuiditas dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR), analisis rentabilitas dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) dan analisis permodalan dengan menggunakan Rasio Kecukupan Modal (CAR/Capital Adequacy Ratio), yaitu rasio yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kinerja Bank Panin terlihat baik, efisien dan produktif. Rasio-rasio yang diperoleh selalu berada pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bahkan untuk rasio CAR, manajemen Bank Panin memiliki kebijakan sendiri untuk menjaga rasio CAR, yaitu menetapkan rasio minimal 1.75 kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: 1. Ibu Hj. Ermalina, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak H. Ali Chaerudin, SE, M.Si selaku dosen pembimbing Akademik 3. Segenap dosen dan staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama ini. 4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi.
v
5. Rekan – rekan sesama mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta yang telah membantu dan berbagi informasi keilmuan selama penulis menempuh pendidikan. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti hal yang sama. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Maret 2013
(Nur Indah Listiya Rini)
vi
DAFTAR ISI
Hal
Tanda Persetujuan Skripsi……………………………………………………..
i
Lembar Pengesahan Skrispi……………………………………………………
ii
Surat Pernyataan Keaslian Tulisan……………………………………………..
iii
Abstrak………………………………………………………………………...
iv
Kata Pengantar………………………………………………………………...
v
Daftar Isi……………………………………………………………………....
vii
Daftar Tabel…………………………………………………………………....
ix
Daftar Gambar…………………………………………………………………
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……………………………………………...
1
1.2. Pembatasan Masalah………………………………………..
3
1.3. Perumusan Masalah…………………………………………
4
1.4. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian…………………
4
1.5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan…………………………
5
1.6. Kerangka Berpikir…………………………………………...
7
TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Bank……………………………………………...
9
1.2. Kinerja Keuangan Bank……………………………………...
12
1.3. Laporan Keuangan Bank…………………………………….
16
1.3.1. Pengertian Laporan Keuangan………………………..
16
1.3.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan………………………..
20
1.4. Pengertian dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan…………………
25
vii
BAB III
BAB IV
METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian……………………………………………..
38
3.2. Objek Penelitian……………………………………………...
38
3.3. Jenis dan Sumber Data……………………………………….
38
3.4. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..
39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian…………………………………..
48
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin)………………………………………………...
48
4.1.2. Visi…………………………………………………...
50
4.1.3. Misi…………………………………………………..
50
4.1.4. Strategi……………………………………………….
51
4.1.5. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)…...
52
4.1.6. Struktur Tata Kelola Perusahaan……………………..
55
4.2. Deskripsi Data Keuangan…………………………………….
73
4.3. Analisis Kinerja Keuangan Bank Panin……………………...
77
4.3.1. Likuiditas……………………………………………..
77
4.3.2. Rentabilitas……………………………………………
85
4.3.3. Permodalan……………………………………………
99
4.4. Kinerja Keuangan Bank Panin……………………………….. 105
BAB V
PENUTUP 5.1. Kesimpulan…………………………………………………… 108 5.2. Saran………………………………………………………….. 112
Daftar Pustaka Lampiran
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Susunan Pemegang Saham…………………………………………
49
Tabel 4.2 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian…………………………..
73
Tabel 4.3 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian………………….
76
Tabel 4.4 Data Jumlah Kredit yang Diberikan dan Dana Pihak Ketiga………
79
Tabel 4.5 Besarnya Rasio LDR………………………………………………..
82
Tabel 4.6 Peringkat LDR………………………………………………………
84
Tabel 4.7 Data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional………..........
86
Tabel 4.8 Besarnya Rasio BOPO……………………………………………...
89
Tabel 4.9 Data Laba Bersih Sebelum Pajak dan Rata-rata Total Asset……….
91
Tabel 4.10 Besarnya Rasio ROA…………………………………………….....
93
Tabel 4.11 Data Laba Setelah Pajak dan Rata-rata Total Modal……………….
95
Tabel 4.12 Besarnya Rasio ROE………………………………………………..
98
Tabel 4.13 Data Modal dan A T M R…………………………………………..
100
Tabel 4.14 Besarnya Rasio CAR……………………………………………….. 103 Tabel 4.15 Kinerja Keuangan diukur dari Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan Permodalan…………………………………………………………. 105
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Kerangka Berpikir Penulis………………………………………….
x
8
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini perbankan nasional harus berusaha lebih keras lagi untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang semakin berat. Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan nasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah, struktur perbankan yang belum optimal, konsolidasi perbankan belum secepat yang diharapkan, pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang, pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan, dan perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan. Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang baik, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar untuk melihat kinerja bank. Penilaian terhadap kinerja bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor likuiditas, rentabilitas dan permodalan.
1
2
Bank Panin merupakan bank pertama yang terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1982 dan mampu mengatasi guncangan ekonomi serta melewati periode yang kadangkala penuh dengan ketidakpastian pada waktu krisis moneter. Hal ini didukung oleh adanya permodalan yang kuat dan manajemen resiko yang penuh dengan kehati-hatian. Fokus pada manajemen resiko menjadi lebih penting seiring dengan peningkatan prospek ekonomi. Melalui pemantauan dan penilaian yang dilakukan secara teratur lebih penting untuk memberikan peringatan dini atas setiap perubahan resiko pasar. Kemajuan dan kehatihatian berjalan seiring. Kinerja keuangan yang baik sangat berarti dalam mempertahankan pertumbuhan usaha bank yang berkelanjutan. Selain faktor di atas, diperlukan adanya strategi khusus untuk mencapai kemajuan yang baik seperti fokus kepada nasabah, memahami kebutuhan nasabah, dan memberikan layanan value-chain, pengembangan dan pendistribusian produk-produk inovatif untuk mendukung target bisnis nasabah serta membangun kemampuan multi-channel untuk menjangkau nasabah di seluruh penjuru tanah air dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Kegiatan bisnis perbankan dapat dikatakan berhasil apabila bank dapat mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun sasaransasaran bisnis perbankan antara lain menjaga keamanan dana masyarakat yang dititipkan kepada mereka, perkembangan usaha yang baik serta mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi
3
nasional. Hal tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan baik apabila bank mampu meningkatkan kinerjanya. Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan rentabilitas adalah tolak ukur yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja bank. Media yang dapat digunakan untuk meneliti kinerja keuangan tersebut adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengambil judul ”EVALUASI KINERJA KEUANGAN DIUKUR DARI RASIO LIKUIDITAS, RENTABILITAS DAN PERMODALAN PADA PT. BANK PAN INDONESIA Tbk (BANK PANIN)”.
1.2. Pembatasan Masalah Dengan keterbatasan yang ada penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang mendekati mengenai kinerja keuangan Bank Panin selama 5 tahun terkahir. Periode laporan keuangan yang dikumpulkan adalah selama 5 tahun, yaitu laporan keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. Disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah bank, maka penulis menggunakan rasio-rasio sebagai berikut: 1. Likuiditas bank diukur dengan menggunakan rumus Loan to Deposit Ratio (LDR). 2. Rentabilitas bank diukur dengan menggunakan rumus rasio biaya operasional (BOPO), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
4
3. Permodalan bank diukur dengan menggunakan rumus Capital Adequacy Ratio (CAR).
1.3. Perumusan Masalah Dengan diketahuinya kondisi keuangan bank, maka keputusan yang rasional dapat dibuat dengan bantuan alat-alat analisis tertentu. Analisis keuangan dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal bank maupun pihak internal bank sendiri. Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis berusaha merumuskan permasalahan yaitu: “Bagaimana kinerja keuangan Bank Panin diukur dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas dan rasio permodalan?”.
1.4. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui berbagai hal seperti: 1. Untuk mengetahui likuiditas Bank Panin selama 5 tahun terkahir. 2. Untuk mengetahui rentabilitas Bank Panin selama 5 tahun terakhir. 3. Untuk mengetahui permodalan Bank Panin selama 5 tahun terakhir. 4. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Panin selama 5 tahun terakhir.
5
1.4.2. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis atau peneliti a. Dapat menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan terutama mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian. b. Dapat
menambah
ilmu,
wawasan,
pengalaman
dan
mengevaluasi kinerja keuangan. 2. Bagi Bank Panin diharapkan dapat bermanfaat bagi progress keuangan bank dalam meningkatkan likuiditas, rentabilitas, dan permodalan. 3. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan. 4. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen keuangan perbankan. 5. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis kinerja keuangan diukur dari rasio likuiditas, rentabilitas, dan permodalan pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin). Hidayati Naswardani (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Study Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di
6
BEI)” memaparkan bahwa pengambilan keputusan keuangan diperlukan informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut di perusahaan disajikan oleh laporan keuangan yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Pada umumnya
laporan
keuangan
dipertimbangkan
sebagai
dasar
untuk
mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaaan seharusnya mencakup informasi keuangan yang dapat digunakan untuk membuat keputusan ekonomi. Informasi keuangan yang dimaksud adalah informasi tentang kinerja perusahaan, arus kas, posisi keuangan perusahaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi, manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991 dalam IG. K. A. Ulupui, 2005). Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Susana Suswandari (2003) dalam penelitian “Analisa Laporan Keuangan untuk menilai Kinerja Keuangan pada Bank-Bank Pemerintah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan bankbank pemerintah yang ditinjau berdasarkan laporan keuangannya. Dari hasil
7
perhitungan diperoleh bahwa untuk BRI, nilai LDR melebihi nilai standar BI yaitu 110%, ini menunjukkan dana pihak ketiga menurun sementara sementara jumlah kredit yang disalurkan terus menerus meningkat. Nilai Cash Ratio cukup berfluktuasi, namun masih berada di atas ketentuan BI sebesar 2%, hal ini disebabkan oleh peningkatan yang cukup besar dari asset tunainya. Untuk CARnya masih berada di bawah nilai BI yaitu 8%, hal ini dikarenakan
total
kredit
dan
surat
berharga
mengalami
peningkatan jumlahnya. Untuk ROE dan ROA masih berada di bawah nilai standar, ROE mengalami penurunan karena adanya pertumbuhan modal melebihi pertumbuhan laba, sedang ROA rendah disebabkan laba mengalami defisit. Untuk BNI, nilai LDR lebih dari 110% dan nilai CR lebih dari 2%, CAR kurang dari 8%, sehingga dikatakan tidak sehat. Untuk ROE meningkat yang disebabkan oleh peningkatan laba lebih besar dari kenaikan modal sendiri, sedang ROA menurun karena bank kurang mampu dalam mengelola asset. Untuk BTN, nilai LDR berada pada kisaran angka ideal dan CR masih di bawah 2%. Nilai CAR di atas 8% menunjukkan kondisi bank yangsehat. ROE dan ROA masih rendah dibawah nilai standar.
1.6. Kerangka Berpikir Bagan berikut ini akan menjelaskan alur pemikiran penulis dalam penelitian yang dilakukan. Dimulai dari hasil laporan keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) akan diperoleh angka-angka rasio likuiditas,
8
rentabilitas, dan permodalan sehingga dapat diketahui kinerja bank tersebut apakah baik atau buruk. Gambar 1. Kerangka Berpikir Penulis Laporan Keuangan
Neraca
Likuiditas
Rugi/Laba
Rentabilitas
Permodalan
Kinerja Keuangan
Baik
Buruk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Bank
Pengertian bank yang dikutip berikut ini, pada dasarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang mengartikan bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan pengertian lain mengatakan, bank adalah suatu
badan
yang tugas
utamanya
sebagai
perantara
untuk
menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan dan ada pula yang menyatakan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya menciptakan kredit. Dendawijaya (2008 : 25) mendefinisikan pengertian bank sebagai berikut: “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”. Sedangkan menurut Suyatno, dkk. (2007 : 1) bahwa: bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
9
10
pengawasan
terhadap
mata
uang,
bertindak
sebagai
tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaanperusahaan dan lain-lain. Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 1) mendefinisikan bahwa bank adalah dana usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit
dan/atau
bentuk-bentuk
lainnya
dalam
rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara sederhana bank menurut Kasmir (2008 : 2) adalah: Lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya adalah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya. Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah:
11
1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi
dengan
harapan
memperoleh
bunga
dari
hasil
simpanannya. 2. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan
pinjaman
(kredit)
kepada
masyarakat
yang
mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan keinginan nasabah. Tentu saja sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau tidak. 3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travelers cheque dan jasa lainnya.
12
2.2.
Kinerja Keuangan Bank Agar perusahaan dapat tetap berjalan sesuai harapan, biasanya manajemen
membagi-bagi
tugas,
memecah-mecah
organisasi
perusahaan menjadi divisi-divisi, dan menetapkan seorang manajer yang bertanggung-jawab untuk setiap divisi tersebut. Para manajer divisi diberi kewenangan untuk membuat berbagai keputusan yang sebelumnya dilakukan oleh manajemen pusat, dan perusahaan menetapkan berbagai instrumen evaluasi guna menilai kinerja para manajer tersebut. Kondisi ini disebut dengan pelimpahan wewenang. Indra Bastian (2001: 329) mendefinisikan kinerja sebagai suatu gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum, dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Mahsun (2006: 226) menyatakan bahwa kinerja organisasi merupakan hal yang penting untuk mengukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Rosenzweig (1982) menyatakan bahwa kinerja menyangkut sejauh mana hasil dapat dicapai.
13
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memberikan sebuah kesimpulan bahwa performance atau kinerja merupakan pencapaian suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Menurut Soegiharto (2007 : 10) secara umum kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. Pengukuran kinerja keuangan mengarah kepada perbaikan, perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan strategis. Sedangkan kinerja non keuangan adalah faktor kualitatif yang mendukung kinerja keuangan yang bersifat kuantitatif. Zarkasyi (2008 : 48) bahwa: Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Sedangkan Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa: ”Kinerja keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca.” Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan
14
harga
sekuritas
dan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo. Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja tergantung pada bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap perumusan
strategi
dalam
sebuah
proses
manajemen
strategis
(dengan
memperhatikan profitabilitas, pangsa pasar, dan pengurangan biaya, dari berbagai ukuran lainnya) harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi (Hunger & Wheelen, 2003). Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan yang seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan Siswanto, 1998). Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif mungkin dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Basran Desfian, 2005). Penilaian kinerja perbankan menjadi sangat penting dilakukan karena operasi perbankan sangat peka terhadap maju mundurnya
15
perekonomian suatu negara (Astuti Yuli Setyani, 2002). Kinerja perbankan dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan. Berdasarkan uraian di atas, diperoleh gambaran bahwa kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas (rentabilitas) bank. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Penilaian aspek profitabilitas (rentabilitas) guna mengetahui kemampuan menciptakan profit (laba), yang sudah tentu sangat penting bagi para pemilik bank. Diharapkan dengan adanya kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak baik pada pihak intern maupun bagi pihak ekstern bank. Laporan keuangan merupakan alat yang dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan perusahaan.
kondisi
keuangan,
operasional
dan
hasil
usaha
16
2.3.
Laporan Keuangan Bank 2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan, termasuk bank adalah laporan keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga
pihak-pihak
yang
berkepentingan
terhadap
perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan
antara yang
lain para
pemilik
bersangkutan,
perusahaan,
investor,
manajer
karyawan,
dan
masyarakat.
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya merupakan produk akhir dari proses atau keputusan-keputusan akuntansi Accounting
dalam Entity).
suatu
kesatuan
Adapun
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
proses
akuntansi akuntansi
(Business meliputi
17
a. Mengumpulkan bukti-bukti transaksi b. Mencatat transaksi dalam jurnal c. Memposting dalam buku besar dan membuat kertas kerja d. Menyusun laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Berikut merupakan beberapa pengertian laporan keuangan yang diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Soemarsono (2004 : 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (IAI, 2009), “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan
suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
18
Laporan keuangan (financial statement) adalah laporan yang menyampaikan informasi keuangan yang dipercaya kepada pihak yang berkepentingan. Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tujuan laporan keuangan adalah: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. 2. Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai informasi termasuk menyediakan informasi yang mungkin
dibutuhkan
pemakai
dalam
pengambilan
keputusan secara umum yang menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu. Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17) merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun buku yang bersangkutan. Sedangkan laporan keuangan menurut Sutrisno dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi)” adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
19
akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni, Neraca dan Laporan Laba Rugi.”
Laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47) laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai
alat
berkepentingan
komunikasi dengan
data
untuk
pihak-pihak
keuangan
atau
yang aktivitas
perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2004 : 2)” Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”. Di samping
itu
laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan menurut Zaki Baridwan (2000 : 17).
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 105) ”laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah
20
Neraca, Laporan Rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan posisi Keuangan”. Sedangkan Riyanto (2001 : 15) menyatakan laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai adanya
keuangan
suatu
perusahaan,
dimana
neraca
mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan modal sendiri pada suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu biasanya dalam satu tahun. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisi data-data keuangan. Data-data keuangan ini digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2.3.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu. Menurut Munawir (2002 : 13) dalam bukunya yang berjudul “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan: “Laporan
21
keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Perubahan Modal atau Laba yang Ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut. Misalnya, Laporan Perubahan Modal Kerja, Laporan Arus Kas, Perhitungan Harga Pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain.”. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 2) dalam bukunya yang berjudul ”Standar Akuntansi Keuangan” adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya, Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga.”. Jenis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 106) yang berjudul ” Analisis Kritis atas Laporan Keuangan” menyatakan : ”Jenis laporan keuangan terdiri dari jenis laporan keuangan utama dan pendukung, seperti, Daftar
22
Neraca, Perhitungan Laba Rugi, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Laba Ditahan, Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Kegiatan Keuangan.” Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari: 1. Neraca Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan. 3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan digunakannya.
asal
kas
Laporan
diperoleh perubahan
dan
bagaimana
posisi
keuangan
23
menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu, Laporan Perubahan Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan Modal Kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir. 4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan. Sedangkan laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut
24
ketentuan tersebut laporan keuangan bank terdiri dari (1)
Neraca,
(2)
Laporan
Perhitungan
Laba
Rugi,
(3) Laporan Komitmen dan Kontijensi, (4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan, dan (5) Catatan atas Laporan Keuangan (IAI,1995). Neraca sebagai laporan posisi keuangan bank pada saat tertentu.
Aktiva
dan
pasiva
pada
neraca
bank
tidak
diklasifikasikan menurut lancar dan tidak lancar, melainkan disusun sesuai dengan likuiditas dan jatuh tempo. Setiap pos aktiva produktif harus disajikan dalam jumlah bruto dan dikurangi dengan penyisihan penghapusannya. Laporan laba rugi bank disusun multiple step sehingga menggambarkan kegiatan
operasi
utama
bank
dengan
kegiatan
non
operasionalnya. Pos-pos laporan laba rugi harus disesuaikan dengan SKAPI dan PAPI. Laporan Komitmen dan Kontijensi harus disusun secara sistematis, agar dapat memberikan gambaran komprehensif posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban, secara tersendiri tanpa pos lawan. Komitmen merupakan perjanjian atau kontrak yang tidak dapat dibatalkan (irreversible) secara sepihak. Kontijensi merupakan kewajiban yang timbulnya bersifat kondisional.
25
Laporan perubahan posisi keuangan merupakan laporan arus kas yang membagi arus kas menjadi tiga kategori arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan. Laporan arus kas diatur sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 tentang laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan harus menjelaskan pos-pos laporan keuangan pokok dan catatan tentang posisi devisa menurut jenis mata uang serta kegiatannya, seperti kegiatan wali amanat, custodianship, dan penyaluran kredit kelolaan (IAI, 1995).
2.4.
Pengertian dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan Saat ini orang akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menempatkan dananya di suatu bank. Perilaku masyarakat yang seperti ini timbul karena berdasarkan pengalaman masa kelabu perbankan nasional di tahun 1998 hingga awal tahun 2000-an, yang pada periode itu banyak bank yang dibekukan kegiatan usahanya karena tidak dapat memenuhi ketentuan CAR dan sering terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang merupakan rambu-rambu bagi bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Nasabah mengharapkan akan memperoleh keuntungan dari tingkat bunga yang tinggi yang ditawarkan bank-bank tersebut, tetapi kenyataannya yang terjadi
26
adalah para nasabah bank justru menderita kerugian ganda, yaitu tidak memperoleh bunga sebagaimana diharapkan dan kesulitan mencairkan dananya. Selain itu juga disebabkan karena adanya krisis keuangan global tahun 2007 yang dipicu oleh subprime mortgage tanpa diduga telah membawa risiko likuiditas menjadi isu terpenting dalam agenda para praktisi dan otoritas perbankan. Krisis keuangan yang berawal pada kuartal III tahun 2007 ini diprediksi menjadi salah satu dari krisis yang terparah dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan dampak kerugian bagi lembaga keuangan, serta perekonomian global. Oleh karena itu, agar kita tidak salah dalam menempatkan dana di bank, maka menurut Loen dan Ericson (2008 : 118) kita perlu mengetahui kinerja bank tersebut, dan untuk mengetahui kinerja suatu bank, umumnya alat yang digunakan adalah dengan melakukan analisa rasio kinerja bank, yaitu dengan melakukan analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas (permodalan). Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk membuat perbandingan keadaan keuangan pada saat yang berbeda. Dan kedua, untuk membuat perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari laporan keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari
27
perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang dianalisis. Pengertian rasio keuangan dikemukakan oleh Sofyan Syafri Harahap (2007 : 297) mengemukakan bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio menurut Syafruddin (2003 : 107) bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupuan absolut untuk menjelaskan hubungan-hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan keuangan. Raflux (1996 : 54) mengatakan bahwa : ada berbagai macam pendekatan yang dilakukan oleh Bank untuk mengukur kemampuannya, misalnya dengan cara melihat kualitas assetnya, manajemen & administrasinya, posisi likuiditas, capital adequacy, earning performace atau mengukur rasio-rasio finansial. Selanjutnya Mulyono (2004 : 86) berpendapat bahwa tehnik-tehnik perhitungan yang digunakan dalam analisis laporan bank, dengan maksud untuk mengetahui hubungan timbal balik yang ada antara bank assets, bank liabilities dan bank capital yang selanjutnya untuk mengetahui tingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas (permodalan) dari suatu bank.
Menurut Mamduh dan Halim, (2003, 75) ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut:
28
a. Rasio
likuiditas
memenuhi
mengukur
kewajiban
jangka
kemampuan pendeknya
perusahaan atau
untuk
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. b. Rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. c. Rasio
solvabilitas
(permodalan)
mengukur
sejauh
mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. d. Rasio profitabilitas (rentabilitas) mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan laba. e. Rasio pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai pasar. Rasio keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen
29
keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya.
Menurut Munawir (2002 : 68) pada dasarnya banyak sekali angka rasio itu karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Namun demikian angka-angka rasio pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sumber data keuangannya dan berdasarkan tujuan penganalisa.
1. Berdasarkan sumber datanya angka rasio dibedakan menjadi a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio) b. Rasio-rasio laporan laba-rugi (income statement ratio) c. Rasio-rasio antar laporan (inter statement ratio) 2. Berdasarkan tujuan penganalisa angka rasio dapat digolongkan antara lain: a. Rasio-rasio likuiditas b. Rasio-rasio solvabilitas c. Rasio-rasio profitabilitas d. Rasio-rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa misalnya rasio-rasio aktivitas.
30
Menurut Robert Anggoro (1997 : 18) rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau tujuan yang ingin dicapai, yaitu : a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. b. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya. c. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio
ini
menunjukkan
keberhasilan
perusahaan
didalam
menghasilkan keuntungan. d. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage ratio. e. Rasio Pasar (Market Ratio) Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis perusahaan.
Menurut Riyanto (1998 : 42) angka rasio dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Golongan pertama berdasarkan sumber data
31
keuangan yang merupakan unsur dari angka rasio, sedangkan golongan kedua didasarkan pada tujuan penganalisaan.
1. Berdasarkan sumber data keuangan yaitu: a. Rasio-rasio neraca Yaitu semua rasio yang semua datanya diambil dan bersumber dari neraca. b. Rasio-rasio laba/rugi Yaitu
semua
rasio
yang datanya bersumber dari laporan
rugi/laba. c. Rasio antar keuangan Yaitu semua rasio yang datanya bersumber dari neraca dan laporan rugi/laba, misalnya tingkat perputaran piutang. 2. Rasio berdasarkan tujuan penganalisaan ada tiga macam yaitu: a. Rasio likuiditas Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya. b. Rasio solvabilitas Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban finansial pada saat likuidasi.
32
c. Rasio rentabilitas/profitabilitas Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat macam kategori menurut Mamduh dan Halim (2003 : 77-88), yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio permodalan, dan rasio aktivitas. Namun kali ini penulis hanya fokus pada tiga kategori rasio yaitu: a. Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2008 : 129) rasio likuiditas merupakan rasio yang mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Sedangkan menurut Riyanto (1998 : 19) rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat
yang likuid, sehingga dapat
memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2010 : 301) menyatakan
bahwa
likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
33
Jadi, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Kaitannya dengan bank yaitu suatu bank dikatakan
likuid,
apabila
bank
dapat
memenuhi
semua
kewajibannya khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Oleh karena itu, bank dapat dikatakan liquid apabila: a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, b. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai aset atau aktiva lainnya (misal surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktuwaktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, dan c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Biasanya rasio yang digunakan adalah
34
current ratio, cash ratio,net working capital to total asset ratio, loan to deposit ratio (LDR), dan loan to asset ratio. b. Rasio Rentabilitas Menurut Kasmir (2008 : 196) rasio rentabilitas atau profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap
(2010
:
304)
rasio
profitabilitas/rentabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini mengambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau disebut juga Operating Ratio.
Menurut Arief Sugiono (2009 : 78) rasio profitabilitas/rentabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhaan dan efisiensi dalam pengolahaan kewajiban dan modal.
35
Jadi, rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang diperoleh dari modal/dana yang berasal dari pinjaman dan dari modal sendiri yang telah digunakan dalam kegiatan operasional. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah suatu ukuran
kemampuan
perusahaan
yang
dilakukan
dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dengan aktiva usaha atau modal usaha perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total asset (ROA), rasio biaya operasional (BOPO), return on equity (ROE) dan sebagainya menurut Mamduh dan Halim (1995 : 262).
c. Rasio Permodalan Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak dipakai dan lain-lain, alat pengukuran besar kecilnya kekayaan
36
bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan dengan modal yang mencukupi memungkinkan manajemen bank yang bersangkutan dengan bekerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut. Menurut Kasmir (2008 : 151) permodalan atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sajauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio permodalan digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibanya, baik jangka pendek maupun
jangka
penjang
apabila
perusahaan
dibubarkan
(dilikuidasi).
Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) Rasio Permodalan (Leverage Ratio) bertujuan untuk menganalisis pembelajaan yang dilakukan berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainya. Sedangkan menurut Mamduh dan Halim (2009 : 81) Rasio Permodalan (Leverage Ratio) adalah mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban – kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih
37
besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan.
Rasio permodalan yang biasanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, capital adequacy ratio (CAR), long term debt to equity ratio, dan lain-lain.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian Disain penelitian yang diterapkan oleh penulis dalam penulisan ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variable yang diteliti dalam suatu situasi (Uma Sekaran, 2006).
3.2. Objek Penelitian Penulis mengadakan penelitian pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) di Jalan Jenderal Sudirman KCU Senayan Kav. 1, Senayan, Jakarta Pusat.
3.3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Adapun
metode
pengumpulan
data
yang
digunakan
oleh
penulis
dalam penelitian ini adalah : 1. Metode Interview (Wawancara) Adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan dua orang atau lebih dengan cara bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. 38
39
2. Metode Dokumentasi Adalah suatu pengumpulan data yang berasal dari sumber tertulis (buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi), fotofoto dan data statistik sebagai data tambahan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur penting dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian kali ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara: a.
Riset Kepustakaan (Library Research) Riset kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dan informasi di mana sumbernya dapat diperoleh dari berbagai literatur seperti buku-buku, majalah-majalah ilmiah yang terhubung erat dengan penelitian ini, dan catatan kuliah yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data mengenai kinerja keuangan bank.
b.
Riset Lapangan (Field Library) Riset lapangan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi yang dalam penelitian ini dilakukan kunjungan secara langsung ke Bank Panin KCU Senayan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder yang diperoleh berupa annual report selama 5 tahun, mulai dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
40
3.5. Metode Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan bertujuan untuk mendeskripsikan data yang terkumpul dan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Dalam mengevaluasi kinerja keuangan diperlukan berbagai analisa diantaranya: 1. Analisis Likuiditas Likuiditas merupakan masalah yang sangat esensial bagi lembaga keuangan untuk menjaga kontinuitas usahanya. Pada prinsipnya likuiditas merupakan kemampuan untuk memenuhi permintaan dana yang segera harus dipenuhi.
Menurut Jumingan (2005 : 246) perhitungan likuiditas dapat digunakan melalui perhitungan rasio yang menggambarkan hubungan timbal balik antara asset dengan liabilities. Sedangkan menurut Kasmir (2008 : 129) rasio likuiditas merupakan rasio yang mengambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek.
Menurut Riyanto (1998 : 19) rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat yang likuid, sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern
41
maupun pihak ekstern perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2010 : 301) menyatakan bahwa likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Biasanya rasio yang digunakan adalah current ratio, cash ratio,net working capital to total asset ratio, loan to deposit ratio (LDR), dan loan to asset ratio.
Penulis hanya menekankan pada Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Perhitungan atas rasio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut: Kredit LDR = -------------------------- x 100 Dana Pihak Ketiga
42
2. Analisis Rentabilitas Menurut Jumingan (2005 : 247) cara menilai rentabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan. Sedangkan menurut Kasmir (2008 : 196) rasio rentabilitas atau profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap
(2010
:
304)
rasio
profitabilitas/rentabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini mengambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau disebut juga Operating Ratio. Menurut Arief Sugiono (2009 : 78) rasio profitabilitas/rentabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhaan dan efisiensi dalam pengolahaan kewajiban dan modal.
43
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total asset (ROA), rasio biaya operasional (BOPO), return on equity (ROE) dan sebagainya menurut Mamduh dan Halim (1995 : 262).
Dalam analisis ini, penulis menggunakan rasio biaya operasional (BOPO), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). a.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut. Perhitungan atas rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut: Beban Operasional BOPO = ------------------------------ x 100 Pendapatan Operasional
b.
Return on Assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan. Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009 : 159) Return On Assets yaitu mengukur kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dengan
mengunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
44
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2010 : 305 ) Return On Assets yaitu rasio yang menunjukan berapa besar laba bersih yang di peroleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Sedangkan menurut Arief Sugiono (2009 : 80) Return On Assets yaitu rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada, atau rasio ini mengambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan.
Jadi Return On Assets digunakan untuk mengambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan, semakin besar rasio ini maka semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Perhitungan atas rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Sebelum Pajak ROA = -------------------------------------- x 100 Rata-rata Total Aset c. Return on Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas (rentabilitas) dari sudut pandang pemegang saham. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2010 : 305) Return On Equity yaitu rasio yang menunjukan berapa persen
45
diperoleh laba bersih yang bila diukur dari modal pemilik, semakin besar semakin bagus. Sedangkan menurut Arief Sugiono (2009 : 80) Return On Equty yaitu rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. Menurut Kasmir (2008 : 204) Return On Equty yaitu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi pengunaan modal sendiri, Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Jadi, Return On Equity untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba bersih koperasi atau return on equity usaha yang merupakan perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di suatu pihak. Laba yang digunakan yaitu laba usaha setelah dikurangi pajak sedangkan modalnya dari modal sendiri. Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut: Laba Setelah Pajak ROE = ------------------------------ x 100 Rata-rata Total Modal 3. Analisis Permodalan Analisis permodalan bank yaitu analisis yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi segera kewajiban
46
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Jumingan (2005 : 245) untuk menghitung apakah jumlah capital yang ada suatu bank telah memadai atau belum. Menurut Kasmir (2008 : 151) permodalan atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sajauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio permodalan digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibanya, baik jangka pendek maupun jangka penjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) Rasio Permodalan (Leverage Ratio) bertujuan untuk menganalisis pembelajaan yang dilakukan berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan beban tetap lainya. Sedangkan menurut Mamduh dan Halim (2009 : 81) Rasio Permodalan (Leverage Ratio) adalah mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban – kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan.
47
Rasio permodalan yang biasanya digunakan seperti debt to total asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio, capital adequacy ratio (CAR), long term debt to equity ratio, dan lain-lain. Pada perhitungan ini, penulis hanya menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap ATMR/Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (Kasmir, 2008), yang dapat dirumuskan dengan: Modal CAR = --------------- x 100 ATMR
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin) PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin) merupakan salah satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971, hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia. Setahun kemudian, pada April 1972, Bank Panin mendapatkan persetujuan menjadi bank devisa. Pada tahun 1982, Bank Panin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), sehingga merupakan bank pertama yang go public di Indonesia. Dengan struktur permodalan yang kuat dan Rasio Kecukupan Modal yang tinggi, Bank Panin tidak harus direkapitalisasi oleh Pemerintah pasca krisis ekonomi (1998). Sampai dengan akhir Desember 2011, aset Bank Panin sebesar Rp. 125 triliun, total simpanan Rp. 85.7 triliun, outstanding kredit Rp. 75.7 triliun dan total networth Rp. 19.8 triliun, dengan kapitalisasi pasar dari Rp. 18.8 triliun. Dengan kondisi tersebut Bank Panin menjadi peringkat sebagai bank terbesar ketujuh nasional dalam hal total aktiva.
48
49
Berdasarkan Daftar Pemegang Saham Perseroan per tanggal 30 September 2012, yang dikeluarkan oleh PT. Blue Chip Mulia pada tanggal 1 Oktober 2012, susunan para pemegang saham PT. Bank Pan Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 PT. Bank Pan Indonesia Tbk Susunan Pemegang Saham Keterangan Modal Dasar Modal Ditempatkan Pemegang Saham: 1. PT. Panin Financial Tbk (d/h PT. Panin Life Tbk 2. Votraint No. 1103 Pty Ltd 3. Masyarakat lainnya masing-masing dengan kepemilikan di bawah 5% Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Saham dalam Portepel
Nilai Nominal per saham Rp. 100,Jumlah Saham Jumlah Nominal Persentaase (Rp) (%) 96,000,000,000 9,600,000,000,000 24,087,645,998 2,408,764,599,800 11,065,846,285 9,349,793,152
1,106,584,628,500 934,979,315,200
45.94 38.82
3,672,006,561 24,087,645,998 71,912,354,002
367,200,656,100 2,408,764,599,800 7,191,235,400,200
15.24 100.00
Sumber : Company Profile Bank Panin
Bank Panin saat ini memiliki 4 entitas anak, yakni PT. Clipan Finance Indonesia Tbk, PT. Asuransi Multi Artha Guna Tbk, PT. Bank Panin Syariah, dan PT. Verena Multi Finance Tbk. Pada akhir tahun 2011, Bank Panin memiliki jaringan usaha lebih dari 440 kantor di berbagai kota besar di Indonesia, lebih dari 700 ATM Panin, tergabung dengan jaringan 30.000 ATM Bersama, 5.000 ATM ALTO, 1.5 juta ATM Cirrus di seluruh dunia. Bank Panin juga menyediakan layanan Internet Banking, Mobile Banking, dan
50
juga Phone Banking dan Call Centre serta Debit Card yang bekerja sama dengan MasterCard, dan Maestro yang dapat diakses secara internasional. Melalui layanan produk yang inovatif, jaringan distribusi nasional dan pengetahuan pasar yang mendalam, Bank Panin siap untuk terus memperluas pangsa pasar dan berperan serta dalam meningkatkan fungsi intermediasi keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
4.1.2. Visi Sebagai salah satu bank papan atas di Indonesia, Bank Panin akan senantiasa menjaga dan meningkatkan kinerja keuangannya secara sehat, meneruskan kepeloporan dan peranannya dalam pertumbuhan industri perbankan nasional.
4.1.3. Misi Mentransformasi Bank Panin menjadi salah satu bank konsumer dan bisnis terkemuka di Indonesia.
51
4.1.4. Strategi •
Nasabah Fokus
pada
nasabah,
memahami
kebutuhan
mereka
dan
memberikan value chain services. •
Produk Mengembangkan dan menawarkan produk-produk unggulan guna mendukung bisnis nasabah.
•
Saluran Distribusi Membangun kemampuan distribusi melalui berbagai saluran (multi-channel distribution) untuk menjangkau nasabah di seluruh Indonesia dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
•
Efisiensi Mengembangkan proses pelayanan untuk mempercepat transaksi nasabah dan memberikan biaya yang efisien dan kompetitif melalui pengembangan teknologi.
•
Sumber Daya Manusia Menanamkan dan meningkatkan budaya perusahaan dalam rangka menghargai sepenuhnya prestasi individu dan terus memotivasi personil untuk meningkatkan produktivitas dan pelayanan kepada nasabah.
52
•
Pemegang Saham Mengkapitalisasi kekuatan bisnis dan franchise value yang dimiliki untuk mencapai kinerja yang unggul yang akan membawa manfaat bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemegang saham.
4.1.5. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Dalam industri perbankan, tata kelola perusahaan adalah faktor penting dalam memelihara kepercayaan dan keyakinan pemegang saham dan nasabah. Tata kelola perusahaan yang baik dirasakan semakin penting seiring dengan meningkatnya risiko bisnis dan tantangan
yang
dihadapi
oleh
industri
perbankan.
Dengan
mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan pengelolaan risiko yang baik, Bank diharapkan dapat terhindar dari dampak buruk krisis perekonomian global. Dalam setiap pengambilan keputusan bisnis memiliki unsur ketidakpastian dan juga menimbulkan risiko. Untuk menyikapi hal tersebut Bank Panin senantiasa mengelola risiko melalui pengawasan yang efektif dan pengendalian internal sebagai bagian dari prinsipprinsip GCG. Struktur pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif dapat meminimalkan dampak tersebut. Aktualisasi GCG
53
sebagai bagian yang dilakukan proses intern senantiasa melibatkan pemangku kepentingan yaitu Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Senior, pimpinan dan seluruh karyawan. Interaksi tersebut membentuk budaya kerja yang positif dan memberikan keunggulan bersaing Bank Panin. Dalam melaksanakan Good Corporate Governance, Bank Panin senantiasa berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang prinsip-prinsip GCG. Prinsip yang dianut adalah tata kelola perusahaan harus dijalankan dengan standar tertinggi dalam rangka mendukung tujuan bisnis Bank yaitu pertumbuhan, profitabilitas dan nilai tambah kepada seluruh pemangku kepentingan. Hal ini merupakan kunci utama yang mendukung keberlangsungan Bank Panin. Bank Panin menetapkan pertumbuhan usaha sesuai dengan Rencana Bisnis Tahunan yang mengacu pada “prinsip kehati-hatian” (prudential banking) dan penerapan Tata Kelola Perusahaan atau Good
Corporate
Governance
(GCG)
dengan
sebaik-baiknya.
Penerapan prinsip GCG tersebut berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar
GCG,
yaitu
transparansi
(transparency),
akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).
54
Manajemen Bank Panin menyadari penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sangat diperlukan dalam setiap aspek pengelolaan kegiatan usaha Bank. Oleh sebab itu Dewan Komisaris dan Direksi membuat komitmen bersama untuk melaksanakan Good Corporate Governance di Bank Panin. Upaya/kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, antara lain sebagai berikut: a. Public Expose Kegiatan ini untuk memenuhi ketentuan pasar modal dalam rangka memaparkan kinerja perusahaan kepada pemegang saham, investor, analis, dan media. b. Road Show Untuk meningkatkan reputasi dan citra Bank kepada para investor serta bank-bank koresponden internasional. Road Show dilakukan secara berkala baik secara bilateral ataupun ikut serta bersama perusahaan-perusahaan sekuritas. c. Kepatuhan (Compliance) Penyampaian laporan sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI) yang meliputi Laporan Bank Umum, Laporan Berkala Bank Umum, laporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang meliputi Cash Transaction Report (CTR) dan Suspicious
Transaction
Report
(STR),
laporan
kepada
55
BAPEPAM-LK yang meliputi Laporan keuangan Triwulanan, serta publikasi Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik secara berkala. d. Paparan Rencana Bisnis dan hasil kinerja kepada Bank Indonesia Rencana Bisnis Bank Panin selalu dibuat secara realistis dan memperhatikan kondisi pasar. Hasil laporan pengawasan rencana bisnis secara berkala dilaporkan kepada Bank Indonesia sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank. e. Rating Agencies Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP tentang lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia terhadap aspek kuantitas maupun kualitas, Bank Panin telah dinilai oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia secara berkala.
4.1.6. Struktur Tata Kelola Perusahaan A.
Rapat Umum Pemegang Saham Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Dewan Komisaris dan Direksi dalam batas yang
56
ditentukan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan/atau Anggaran Dasar Perseroan. RUPS memiliki wewenang antara lain untuk: a.
Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris dan Direksi;
B.
b.
Menetapkan remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;
c.
Mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi.
Dewan Komisaris Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan dan memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi. Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab itu, Dewan Komisaris wajib bertindak secara independen. Ketentuan Bank Indonesia mengenai Good Corporate Governance (GCG) menyatakan bahwa jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi. Paling kurang satu orang anggota Dewan Komisaris harus berdomisili di Indonesia dan paling kurang 50% dari jumlah anggota Dewan Komisaris merupakan Komisaris Independen.
57
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Tenaga Kerja Asing, 50% atau lebih dari anggota Komisaris wajib berkewarganegaraan Indonesia. Bank Panin telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia tersebut, dari 4 orang Dewan Komisaris yang ada, kesemuanya berdomisili di Indonesia dan 2 orang merupakan Komisaris Independen. Selain itu 100% dari anggota Dewan Komisaris adalah warganegara Indonesia. Susunan Dewan Komisaris yang menjabat sejak ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan tanggal 9 April 2012 sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang akan diadakan tahun 2014 adalah sebagai berikut: -
Presiden Komisaris
: Drs. Johnny N. Wiraatmadja
-
Wakil Presiden Komisaris (Komisaris Independen) : Drs. H. Bambang Winarno
-
Komisaris
: Suwirjo Djosowidjono
-
Komisaris Independen
: Drs. Riyanto
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris: a. Dewan Komisaris Bank Panin mengawasi dan memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG selalu diterapkan dalam setiap
58
kegiatan usaha bank pada berbagai tingkatan dan jenjang organisasi sebagaimana ketentuan yang berlaku. b. Dewan
Komisaris
melaksanakan
review
terhadap
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi secara periodik. Monitoring dilaksanakan antara lain melalui rapat bulanan Dewan Komisaris dengan Direksi atau melalui laporan-laporan yang disampaikan oleh SKAI, Komite Audit dan Direktur Kepatuhan. c. Mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank, antara lain penyusunan dan evaluasi terhadap Corporate Plan dan Rencana Bisnis Bank (RBB) serta evaluasi berkalanya. d. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali dalam hal penyediaan dana kepada pihak terkait atau pemberian kredit melebihi batas jumlah tertentu serta hal-hal lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar Bank dan/atau peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan. e. Berkoordinasi dengan Komite Audit dan Satuan Kerja Kepatuhan, Dewan Komisaris memastikan bahwa anggota Direksi terkait telah menindaklanjuti temuan audit dan
59
rekomendasi yang disampaikan oleh SKAI, Auditor Ekstern, serta Laporan Hasil Pemeriksaan Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya. Tindak lanjut dimaksud dilakukan melalui upaya perbaikan sesuai action plan yang dilaksanakan sebagaimana komitmen yang dibuat dengan pengawas/pemeriksa. f. Untuk membantu pelaksanaan tugasnya dan memenuhi Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan
atas
8/4/PBI/2006
Peraturan
Tentang
Bank
Indonesia
Pelaksanaan
prinsip
Nomor Good
Corporate Governance (GCG) bagi bank umum, Dewan Komisaris telah membentuk: 1. Komite Audit 2. Komite Pemantau Risiko 3. Komite Remunerasi dan Nominasi Pengangkatan anggota Komite dilakukan oleh Direksi berdasarkan Keputusan Rapat Dewan Komisaris. g. Rapat Dewan Komisaris dilakukan dalam satu bulan sekali, dan rapat tersebut dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Komisaris. h. Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang memadai untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
60
optimal, serta berperan aktif dalam penyusunan buku pedoman operasional unit kerja internal Bank dengan memberikan persetujuan/pengesahannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris berwenang untuk melakukan hal sebagai berikut: a. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris berhak meminta bantuan tenaga ahli dalam jangka waktu terbatas. b. Dewan Komisaris berdasarkan keputusan Rapat Dewan Komisaris
berhak
memberhentikan
untuk
sementara
anggota Direksi sesuai dengan ketentuan pasal 106 ayat (1) UUPT, yaitu anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Untuk selanjutnya, mengacu pada pasal 106 ayat (4) yaitu: dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS, dan sesuai pasal 106 ayat (6), RUPS
mencabut
atau
menguatkan
keputusan
pemberhentian sementara tersebut. c. Dalam
hal
Dewan
Komisaris
melakukan
tindakan
pengurusan Perusahaan dalam keadaan tertentu dan untuk jangka waktu tertentu, berlaku ketentuan Pasal 118 ayat (2) UUPT yaitu: Dewan Komisaris yang dalam keadaan
61
tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan, berlaku semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perusahaan dan pihak ketiga. d. Dalam hal hanya ada seorang anggota Dewan Komisaris karena anggota lainnya berhalangan, segala tugas dan wewenang yang diberikan kepada Presiden Komisaris atau anggota Dewan Komisaris lainnya dalam Anggaran Dasar berlaku pula baginya. e. Dewan Komisaris berwenang untuk menyetujui beberapa kebijakan Perusahaan, mengacu pada ketetapan Otoritas yang berwenang. f. Dewan Komisaris berwenang dan bertanggung jawab dalam manajemen risiko Perusahaan sekurang-kurangnya mencakup: 1) menyetujui dan mengevaluasi kebijakan Manajemen Risiko; 2) mengevaluasi
pertanggungjawaban
Direksi
pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko.
atas
62
C.
Direksi Direksi Perseroan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan
kepengurusan
Perseroan
sesuai
dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundangan yang berlaku. Direksi Perseroan melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha Perseroan pada
seluruh
tingkatan
atau
jenjang
organisasi
dan
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), auditor eksternal dan hasil pengawasan Bank Indonesia. Anggota
Direksi
Bank
Panin
sampai
dengan
31 Desember 2011 berjumlah 11 orang terdiri dari 1 (satu) Presiden Direktur, 2 (dua) Wakil Presiden Direktur dan 8 (delapan) Direktur yang 1 (satu) diantaranya merupakan Direktur Kepatuhan. Seluruh anggota Direksi berdomisili di Indonesia. Susunan
anggota
Direksi
yang
menjabat
sejak
ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan tanggal 9 April 2012 sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang akan diadakan tahun 2015 adalah sebagai berikut:
63
-
Presiden Direktur
: Drs. H. Rostian Sjamsudin
-
Wakil Presiden Direktur
: Chandra Rahardja Gunawan
-
Wakil Presiden Direktur
: Roosniati Salihin
-
Direktur Retail Banking
: Ng Kean Yik
-
Direktur Kredit Komersial
: Edy Heryanto
-
Direktur Kredit Korporasi
: Iswanto Tjitradi
-
Direktur Umum dan Personalia : Lionto Gunawan
-
Direktur International Banking
: Hendrawan Danusaputra
-
Direktur Treasury
: Gunawan Santoso
-
Direktur Keuangan
: H. Ahmad Hidayat
-
Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko
: Antonius Ketut Dwirianto
Tugas dan Tanggung Jawab Direksi: a. Seluruh anggota Direksi bertanggung jawab penuh dalam pengembangan bisnis dan pengelolaan risiko bank dengan mengedepankan
prinsip
kehati-hatian,
meningkatkan
shareholder value serta berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. b. Menetapkan
strategi
usaha
dan
memantau
serta
memastikan pelaksanaan Good Corporate Governance
64
dengan memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian serta kepatuhan pada Peraturan Bank Indonesia dan ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku, sesuai dengan visi/misi yang ditetapkan. c. Menyusun Rencana Bisnis dan/atau revisinya, melakukan supervisi dan sosialisasi kepada pejabat-pejabat unit kerja terkait,
menyampaikannya
ke
Bank
Indonesia
dan
selanjutnya memantau pelaksanaannya dari waktu ke waktu. d. Menyelenggarakan
Rapat
Kerja
Tahunan
untuk
mengevaluasi dan menetapkan Program Kerja. e. Menetapkan struktur organisasi perusahaan, beserta uraian tugas dan wewenang sesuai pembidangan masing-masing. f. Mengelola
Sumber
Daya
Perusahaan
untuk
mengoptimalkan kinerja perusahaan, meneliti setiap hal yang terkait dengan efisiensi usaha, mengambil keputusan, membuat kebijakan, melaksanakan pengawasan serta verifikasi yang dianggap perlu. g. Melakukan supervisi kepada jajaran manajemen untuk memastikan
ketepatan
dan
kualitas
laporan
serta
menyetujui data keuangan yang disajikan kepada publik dan pemegang saham.
65
h. Menyelenggarakan
rapat
Direksi
sekurang-kurangnya
sekali dalam sebulan untuk membahas perkembangan usaha,
masalah
yang
dihadapi
dan
memastikan
terlaksananya manajemen risiko. i. Menciptakan struktur pengendalian intern, menjamin terselenggaranya fungsi audit intern Bank dalam setiap tingkatan manajemen dan menindaklanjuti temuan audit intern Bank sesuai dengan kebijakan atau pengarahan yang diberikan Dewan Komisaris. j. Direksi
wajib
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham. k. Direksi tidak menggunakan penasehat perorangan dan/atau jasa profesional sebagai konsultan, kecuali untuk proyek yang bersifat khusus. l. Memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan PaninBank. Kewenangan Direksi: a. Direksi berhak mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Perusahaan dengan pihak lain dan pihak lain dengan perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik
66
yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan akan tetapi dengan pembatasan bahwa persetujuan tertulis dari dan atau surat-surat yang berkenan harus ditandatangani oleh 3 (tiga) orang anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris dimana satu diantara mereka harus Presiden Komisaris atau Wakil Presiden Komisaris. b. Melakukan perbuatan hukum untuk mengalihkan kekayaan perseroan atau menjadinya jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, harus disetujui oleh RUPS. c. Melakukan perbuatan hukum dimana terdapat benturan kepentingan antara kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, Dewan Komisaris atau pemegang saham, dengan kepentingan ekonomis perseroan, disyaratkan persetujuan RUPS. d. Direksi untuk perbuatan tertentu berhak pula mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa khusus.
67
Bank Indonesia telah menerbitkan peraturan untuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yan baik (good corporate governance) bagi bank umum pada tanggal 30 Januari 2006 dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 dan dilengkapi
dengan
Peraturan
Bank
Indonesia
No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 yang akan mempengaruhi
operasi
industri
perbankan
dan
kinerja
keuangan. Dalam bidang kepengurusan, persyaratan Komisaris dan Direksi Bank Panin telah memenuhi kewajiban peraturan tersebut,
baik
dari
sisi
jumlah,
komposisi,
kriteria,
independensi, peran da tanggung jawabnya, Direksi dan Komisaris mengadakan rapat secara berkala dan rapat-rapat yang
dilakukan
senantiasa
dibuat
risalah
rapat
dan
didokumentasikan secara baik. Untuk menjamin terlaksananya Manajemen Resiko serta pengendalian yang efektif serta meningkatkan kinerja perusahaan, maka Bank Panin telah membentuk beberapa Komite, yaitu: 1. Komite Kredit -
Komite Kredit Kantor Pusat Bertanggung jawab atas pemberian dan persetujuan krredit yang diajukan ke tingkat Direksi. Dewan
68
Komisaris menentukan wewenang pemberian kredit kepada Anggota Direksi yang diitunjuk sebagai Komite Kredit Direksi (KKD) melalui Surat Keputusan Komisaris. -
Komite Kredit Kantor Cabang Bertanggung jawab atas pemberian dan persetjuan kredit dalam batasan wewenang Pimpinan Cabang yang ditetapkan oleh Direksi melalui Surat Keputusan Direksi. Pemberian kredit yang berjumlah di atas wewenang pemberian kredit cabang wajib terlebih dahulu diajukan kepada KKD Kantor Pusat melalui Divisi Perkreditan.
2. Komite Aset & Liability (ALCO) Komite ALCO terdiri dari Direktur Bidang dan Kepala Divisi/Biro yang bertanggung jawab untuk menegelola risiko likuiditas dan risiko pasar, termasuk risiko suku bunga dan nilai tukar, serta memonitor rasio-rasio keuangan penting. Komite ALCO menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh anggota sedikitnya sekali dalam sebulan untuk membahas kondisi pasar dan perubahan-perubahan yang berdampak terhadap keuangan bank, khususnya sumber-
69
sumber dan penggunaan dana, serta rasio-rasio keuangan. Kinerja keuangan tahun berjalan dianalisa mengacu kepada proyeksi
yang
ditetapkan
dalam
Rencana
Bisnis
Perusahaan. 3. Komite Manajemen Risiko Komite Manajemen Risiko
melapor dan bertanggung
jawab kepada Direktur Utama meliputi hal-hal yang terkait dengan
penyusunan
kebijakan
Manajemen
Risiko,
penyesuaian dan penyempurnaan penerapan Manajemen Risiko Bank secara keseluruhan. Komite Manajemen Risiko (KMR) terdiri dari Anggota Tetap yaitu Presden Direktur, Wakil Presiden Direktur, Direktur Bidang Perkreditan, Direktur Treasury, Direktur International Banking dan Operational Support dan Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko serta Anggota Tidak Tetap yaitu para Kepala Divisi (Biro) terkait. 4. Komite Audit Bertanggung
jawab
untuk
mengkaji
seluruh
aspek
pengawasan dan untuk memberikan pendapat serta rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Komite Audit memiliki independensi dalam mengevaluasi permasalahan yang terkait dengan policy dan mengantisipasi akibat atau
70
risiko yang mungkin timbul sehingga membutuhkan perhatian khusus. Komite Audit juga memastikan bahwa manajemen memahami dan melaksanakan peraturan serta kebijakan yang berlaku termasuk mengawasi persiapan pembuatan laporan keuangan dan independensi dari auditor eksternal. 5. Komite Pemantau Risiko Bertindak mewakili Dewan Komisaris dan bertanggung jawab serta berfungsi memantau dan mengevaluasi kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko Bank. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Pemantau Risiko adalah mengevaluasi antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan
kebijakan
tersebut,
memantau
dan
mengevaluasi pelaksanaan Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko Bank serta mengevaluasi dan memberikan masukan atas rekomendasi dari Direksi yang berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetetujuan Dewan Komisaris. 6. Komite Remunerasi dan Nominasi Bertugas merancang dan mengevaluasi remunerasi bagi Dewan Komisaris, Direksi, dan Pejabat Eksekutif serta menominasikan calon/kandidat pengurus Bank. Komite ini
71
juga berwenang menyampaikan usulan paket remunerasi anggota Direksi dan Komisaris kepada Dewan Komisaris serta memberikan masukan mengenai remunerasi calon Anggota Direksi pada Dewan Komisaris untuk diputuskan dalam RUPS. 7. Komite Manajemen Risiko Bertugas memberikan rekomendasi kepada Direksi, yang paling kurang meliputi: penyusunan kebijakan, strategi, dan pedoman
Manajemen
penyempurnaan berdasarkan
hasil
Risiko,
pelaksanaan evaluasi
perbaikan Manajemen
pelaksanaan
atau Risiko
dimaksud,
penetapan (justification) hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur normal (irregularities). 7. Komite Pengarah Teknologi Informasi Bertugas memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait dengan rencana Strategis Teknologi Informasi (Information Technology Strategic Plan) yang searah dengan rencana strategis kegiatan usaha bank, antara lain: kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui dengan Rencana Strategis Teknologi Informasi, kesesuaian antara pelaksanaan proyek-proyek Teknologi Informasi dengan
72
rencana proyek yang disepakati (project charter), dan lainlain.
73
4.2.
Deskripsi Data Keuangan Tabel 4.2 PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2012, 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009, DAN 1 JANUARI 2009/31 DESEMBER 2008
30 Juni 2012 Rp Juta
2011 Rp Juta
31 Desember 2010 Rp Juta
2009 Rp Juta
1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Rp Juta
ASET KAS GIRO PADA BANK INDONESIA GIRO PADA BANK LAIN - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 1 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 2 juta pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, Rp. 8.655 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 14.112 juta pada tanggal 1 Januari2009/ 31 Desember 2008 Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal sebesar nihil pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 500 juta pada tanggal 31 Desember 20111, Rp. 600 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 78.280 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 40.249 juta pada tanggal 1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah EFEK-EFEK Pihak Berelasi Dimiliki hingga jatuh tempo Tersedia untuk dijual Diperdagangkan Pihak Ketiga Dimiliki hingga jatuh tempo Tersedia untuk dijual Diperdagangkan Jumlah Dikurangi: Cadangan kerugian penurunan nilai Bersih TAGIHAN DERIVATIF - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nihil pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011 dan 2010, Rp. 32 Juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 1.114 juta pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008 KREDIT - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 2.281.530 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 2.000.491 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 1.563.457 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 1.154.324 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 1.244.127 juta pada tanggal 1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah TAGIHAN ANJAK PIUTANG - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 170 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 330 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 2.121 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 15.237 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 6.667 juta pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008
1,127,088 8,395,204
1,392,325 7,490,081
1,076,074 5,403,656
900,900 2,480,939
928,108 1,921,074
29,466 588,279 617,745
79,389 1,105,833 1,185,222
78,740 790,014 868,754
35,738 821,398 857,136
70,605 1,293,917 1,364,522
9,450,117 9,450,117
15,968,557 15,968,557
180,200 16,808,876 16,989,076
485,100 7,621,983 8,107,083
49,500 5,244,061 5,293,561
38,946
30,000 9,893 18,631
30,000 9,613 2,039
30,000 10,000 -
12,545,884 3,688,713 524,108 16,797,651
13,379,925 1,605,757 552,320 15,596,526
7,985,894 12,570,626 100,147 20,698,319
4,785,688 14,270,535 28,564 19,124,787
12,632,637 277,214 73,441 12,983,292
(162,218) 16,635,433
(58,751) 15,537,775
(10,618) 20,687,701
(38,316) 19,086,471
(34,798) 12,948,494
-
8,839
3,316
4,936
3,122
110,268
13,485 81,367,339 81,380,824
14,398 69,064,913 69,079,311
14,058 55,668,504 55,682,562
13,023 39,954,075 39,967,098
12,621 35,269,835 35,282,456
1,044,310
1,078,015
567,094
270,345
258,590
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
74
Tabel 4.2 Lanjutan PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2012, 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009, DAN 1 JANUARI 2009/31 DESEMBER 2008
30 Juni 2012 Rp Juta EFEK YANG DIBELI DENGAN JANJI DIJUAL KEMBALI - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nihil pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 dan Rp. 596 juta pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008 INVESTASI NETO SEWA PEMBIAYAAN setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 7.970 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 4.054 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 15.006 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 28.074 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 30.747 juta pada tanggal 1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 37.962 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 41.174 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 28.119 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 24.121 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 17.565 juta pada tanggal 1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah TAGIHAN AKSEPTASI - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nihil pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011 dan 2010, Rp. 5.169 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 39.200 juta pada tanggal 1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 PENYERTAAN DALAM BENTUK SAHAM setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 625 juta pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011 dan 2010, Rp. 11.796 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 10.064 juta pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008 ASET TETAP - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp. 1.785.858 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 1.672. 164 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 1.462.250 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 1.229.296 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 949.138 juta pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008 ASET PAJAK TANGGUHAN - BERSIH ASET LAIN-LAIN Aset tetap yang belum digunakan dalam kegiatan operasional Agunan yang diambil alih - setelah dikuranngi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 54.459 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 96.300 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 135.734 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 120.081 juta pada tanggal 1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Lainnya - setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 1.634 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 1.420 juta pada tanggal 31 Desember 2011, Rp. 446 juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 152 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan nihil pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008 Jumlah JUMLAH ASET
2011 Rp Juta
5,789,023
2,798,161
1,419,557
1,152,711
3,696,266 3,696,266
31 Desember 2010 Rp Juta
-
2009 Rp Juta
1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Rp Juta
8,000
127,010
926,382
864,914
878,882
154 3,453,946 3,454,100
189 1,905,074 1,905,263
85 1,069,922 1,070,007
59 821,037 821,096
1,155,133
848,825
503,849
511,736
682,967
429,413
419,529
276,925
203,627
169,068
1,893,960 96,860
1,805,408 43,485
1,763,280 53,157
1,702,829 77,293
1,671,786 79,740
486,072
523,581
507,941
429,974
409,416
260,771
227,913
378,237
375,721
369,214
1,906,923 2,653,766 135,793,538
1,745,864 2,497,358 124,754,179
1,400,447 2,286,625 108,995,334
998,522 1,804,217 77,915,717
1,092,823 1,871,453 64,409,075
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
75
Tabel 4.2 Lanjutan PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN 30 JUNI 2012, 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009, DAN 1 JANUARI 2009/31 DESEMBER 2008
30 Juni 2012 Rp Juta
2011 Rp Juta
31 Desember 2010 Rp Juta
2009 Rp Juta
1 Januari 2009/ 31 Desember 2008 Rp Juta
LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS LIABILITAS SEGERA SIMPANAN Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah SIMPANAN DARI BANK LAIN Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah EFEK YANG DIJUAL DENGAN JANJI DIBELI KEMBALI - PIHAK KETIGA LIABILITAS DERIVATIF - PIHAK KETIGA LIABILITAS AKSEPTASI Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN BERSIH PINJAMAN YANG DITERIMA Pihak berelasi Pihak ketiga Jumlah UTANG PAJAK LIABILITAS PAJAK TANGGUHAN - BERSIH LIBILITAS LAIN-LAIN OBLIGASI SUBORDINASI - BERSIH JUMLAH LIABILITAS
374,837
255,962
138,272
164,729
286,231
422,960 92,364,285 92,787,245
424,923 85,323,609 85,748,532
379,438 74,900,282 75,279,720
288,374 55,946,113 56,234,487
689,008 45,354,671 46,043,679
12,468 8,568,736 8,581,204
10,155 5,305,074 5,315,229
30,000 3,537,326 3,567,326
30,864 2,228,936 2,259,800
29,298 1,305,280 1,334,578
3,062,667 3,419
3,665,163 2,951
4,653,892 7,216
503,887 5,295
94,549
1,155,912 1,155,912
4,139 845,855 849,994
503,849 503,849
516,905 516,905
42,042 648,397 690,439
3,879,993
4,591,701
2,789,842
2,303,760
1,623,516
3,269,645 3,269,645 239,974 209 1,441,064 3,894,605 118,690,774
2,985,155 2,985,155 268,626 1,291,121 3,891,614 108,866,048
3,582,389 3,582,389 136,305 953,658 3,886,111 95,498,580
1,631,918 1,631,918 227,052 779,304 1,491,856 66,118,993
545,000 2,646,603 3,191,603 94,822 728,945 1,489,350 55,577,712
2,408,765 3,444,330
2,408,765 3,444,330
2,408,765 3,444,330
2,408,765 3,444,330
2,033,530 2,318,626
EKUITAS EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK ENTITAS INDUK MODAL SAHAM - nilai nominal Rp. 100 per saham Modal dasar - 96.000.000.000 saham pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011 dan 2010, 59.000.000.000 saham pada tanggal 31 Desember 2009 dan 1 Januari 2009/31 Desember 2008 Modal ditempatkan dan disetor penuh 24.087.645.998 saham pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 serta 20.335.300.386 saham pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008 AGIO SAHAM SELISIH TRANSAKSI EKUITAS DENGAN PIHAK NON- PENGENDALI KOMPONEN EKUITAS LAINNYA - LABA (RUGI) BELUM DIREALISASI DARI PEMILIKAN EFEK SALDO LABA Ditentukan penggunaannya Tidak ditentukan penggunaannya EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK ENTITAS INDUK KEPENTINGAN NON-PENGENDALI JUMLAH EKUITAS JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
(16,454)
(16,454)
(8,782)
(12,768)
(31,159)
(24,598)
(3,747)
130,478
(3,747)
(260,002)
140,000 9,393,699
120,000 8,315,575
100,000 6,505,244
100,000 4,812,285
100,000 3,851,679
15,357,572 1,745,192 17,102,764 135,793,538
14,241,057 1,647,074 15,888,131 124,754,179
12,424,959 1,071,795 13,496,754 108,995,334
10,892,111 904,613 11,796,724 77,915,717
8,040,086 791,277 8,831,363 64,409,075
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
76
Tabel 4.3 PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN UNTUK PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR 30 JUNI 2012 DAN 2011 (2011 - TIDAK DIAUDIT) SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009 DAN 2008 2011 2012 (enam bulan) 2011 2010 2009 2008 (enam bulan) (Tidak diaudit) (satu tahun) (satu tahun) (satu tahun) (satu tahun) Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga Bunga yang diperoleh 5,256,077 4,658,439 9,611,181 7,965,031 7,158,372 Provisi dan komisi kredit 178,135 169,971 334,469 218,936 217,295 Jumlah Pendapatan Bunga 5,434,212 4,828,410 9,945,650 8,183,967 7,375,667 6,011,625 Beban Bunga Bunga 2,395,433 2,349,566 4,708,193 3,843,861 4,029,752 Hadiah 334,968 7,221 67,261 12,907 11,193 Provisi dan komisi yang dibayar 138,386 88,652 207,455 124,725 109,732 Jumlah Beban Bunga 2,868,787 2,445,439 4,982,909 3,981,493 4,150,677 3,451,922 Pendapatan Bunga - Bersih 2,565,425 2,382,971 4,962,741 4,202,474 3,224,990 2,559,703 Pendapatan Operasional Lainnya Keuntungan bersih penjualan efek 95,462 76,945 185,714 325,393 223,227 Pendapatan underwriting 176,351 149,286 278,231 245,602 216,937 Provisi dan komisi selain kredit - bersih 33,584 9,126 36,340 52,482 53,528 Pendapatan transaksi valuta asing - bersih 152,856 101,590 287,348 217,266 174,287 Kenaikan (penurunan) nilai efek yang diperdagangkan (55,728) 7,542 49,851 1,913 4,697 Bagian laba bersih entitas asosiasi 30,765 30,277 58,569 69,986 43,511 Lainnya 481,894 441,142 1,214,238 448,822 232,543 Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya 915,184 815,908 2,110,291 1,361,464 948,730 587,158 Beban (pemulihan) kerugian penurunan nilai Aset produktif 471,993 498,803 998,356 1,198,296 914,031 Aset non produktif dan lainnya (37,939) (41,340) (36,489) 18,294 35,897 Jumlah Beban Kerugian Penurunan Nilai 434,054 457,463 961,867 1,216,590 949,928 518,529 Beban Operasional Lainnya Umum dan dan administrasi 766,675 1,039,162 2,078,973 1,381,499 967,017 Tenaga kerja 415,964 333,682 874,835 705,290 533,832 Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya 121,171 60,534 120,818 83,877 66,462 Lainnya 196,404 196,949 408,476 320,793 255,050 Jumlah Beban Operasional Lainnya 1,500,214 1,630,327 3,483,102 2,491,459 1,822,361 1,568,887 Beban Operasional Lainnya - Bersih (1,019,084) (1,271,882) (2,334,678) (2,346,585) (1,823,559) (1,500,258) LABA OPERASIONAL 1,546,341 1,111,089 2,628,063 1,855,889 1,401,431 1,059,445 PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL Hasil sewa Lainnya - sewa PENDAPATAN NON OPERASIONAL - BERSIH LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN (BEBAN) PAJAK Pajak kini Pajak tangguhan Jumlah LABA BERSIH PERIODE BERJALAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN Kenaikan (penurunan) nilai efek yang belum belum direalisasi JUMLAH LABA KOMPREHENSIF LABA PER SAHAM (dalam Rupiah penuh) Dasar
6,435 77,381 83,816 1,630,157
6,457 29,112 35,569 1,146,658
12,649 95,654 108,303 2,736,366
12,164 75,773 87,937 1,943,826
11,885 53,239 65,124 1,466,555
31,742 1,091,187
(441,893) 53,166 (388,727) 1,241,430
(272,792) (8,154) (280,946) 865,712
(673,579) (9,672) (683,251) 2,053,115
(470,753) (24,136) (494,889) 1,448,937
(385,155) (1,567) (386,722) 1,079,833
(329,742) 761,445
23,904 1,265,334
18,789 884,501
(14,846) 2,038,269
(155,434) 1,293,503
390,526 1,470,359
-302647 458,798
75.99
53.66
45.59
31.12
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
43.03
32.8
77
4.3.
Analisa Kinerja Keuangan Bank Panin Tolak ukur yang dapat dipakai untuk menilai kondisi dan prestasi keuangan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua atau lebih data keuangan. Analisis dari macam-macam rasio akan dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi atau kinerja keuangan dibanding jika hanya menggunakan data keuangan sendiri yang tidak berbentuk rasio. Untuk itu dalam menilai kinerja keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) akan dianalisis melalui rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Permodalan.
4.3.1. Likuiditas Analisis terhadap komponen likuiditas merupakan analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Berdasarkan ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, komponen likuiditas bank diukur berdasarkan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah Kredit yang Diberikan LDR = ------------------------------------------ x 100 Dana Pihak Ketiga
78
Kriteria penetapan peringkat LDR: -
Peringkat 1: 50 < Rasio < 80%, mencerminkan bahwa bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan.
-
Peringkat 2: 80% < Rasio < 85%, mencerminkan bahwa bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
-
Peringkat 3: 85% < Rasio < 95%, mencerminkan bahwa bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif.
-
Peringkat 4: 95% < Rasio < 100%, mencerminkan bahwa bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
-
Peringkat 5: Rasio ≥ 100%, mencerminkan bahwa bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
79
perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. Sebelum melakukan perhitungan LDR, maka terlebih dahulu akan disajikan data jumlah kredit yang diberikan dan dana yang diterima yang diperoleh dari Bank Panin untuk 5 tahun terakhir yakni tahun
2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.4 PT. Bank Panin Tbk Data Jumlah Kredit yang Diberikan dan Dana Pihak Ketiga Tahun 2008 - 30 Juni 2012 Jumlah Kredit yang Diberikan Dana Pihak Ketiga Tahun (dalam Rp Juta)
(dalam Rp Juta)
2008
36.526.583
46.043.679
2009
41.121.422
56.234.487
2010
57.246.019
75.279.720
2011
71.079.802
85.748.532
30 Juni 2012
83.662.354
92.787.245
Sumber: Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Dari tabel tersebut, besarnya rasio LDR per tahunnya dapat dihitung sebagai berikut:
80
1. Tahun 2008 Besarnya rasio LDR untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut: 36.526.583 LDR (%) = -------------------- x 100% 46.043.679 = 79.33 % 2. Tahun 2009 Besarnya rasio LDR untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut: 41.121.422 LDR (%) = -------------------- x 100% 56.234.487 = 73.12 % 3. Tahun 2010 Besarnya rasio LDR untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut: 57.246.019 LDR (%) = -------------------- x 100% 75.279.720 = 76.04 %
81
4. Tahun 2011 Besarnya rasio LDR untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut: 71.079.802 LDR (%) = -------------------- x 100% 85.748.532 = 82.89 % 5. Tahun 2012 (per 30 Juni) Besarnya rasio LDR untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut: 83.662.354 LDR (%) = -------------------- x 100% 92.787.245 = 90.17 % Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
82
Tabel 4.5 PT. Bank Panin Tbk Besarnya Rasio LDR Tahun 2008 – 30 Juni 2013 Tahun
Rasio LDR (%)
2008
79.33
2009
73.12
2010
76.04
2011
82.89
30 Juni 2012
90.17 Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa rasio LDR mengalami tren yang fluktuatif sepanjang periode 2008 sampai dengan 30 Juni 2012. Persentase rasio LDR di tahun 2009 menurun menjadi 73.12 % dari sebelumnya sebesar 79.33% di tahun 2009. Hal ini dikarenakan peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga tidak diimbangi oleh besarnya peningkatan pada kredit yang diberikan. Peningkatan yang cukup berpengaruh yaitu adanya peningkatan pada produk simpanan dengan dana murah yaitu berupa giro dan tabungan. Sedangkan peningkatan pada kredit tahun 2009 tidak cukup besar bila dibandingkan dana pihak ketiga yang diperoleh, hal ini dipicu oleh adanya krisis ekonomi global akhir tahun 2008 hingga tahun 2009
83
yang bermula dari krisis di Amerika Serikat akibat kredit perumahan (subprime mortgage). Agar menghindari permasalahan yang serupa maka beberapa bank termasuk Bank Panin juga ikut berhati-hati dalam pemberian kredit terutama untuk kredit konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap pencapaian kredit yang terjadi pada tahun 2009. Pada tahun 2010 hingga akhir semester I tahun 2012, persentase rasio LDR mengalami trend yang terus naik, sehingga berakibat menurunnya tingkat likuiditas Bank Panin. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi yang sudah mulai stabil sehingga menyebabkan adanya peningkatan kredit yang cukup signifikan, baik peningkatan pada kredit konsumsi seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) maupun peningkatan pada kredit komersil untuk keperluan modal kerja seperti Pinjaman Rekening Koran (PRK) maupun untuk keperluan investasi dalam bentuk angsuran seperti Pinjaman Jangka Menengah (PJM) dan Pinjaman Jangka Panjang (PJP). Adapun peningkatan jumlah kredit yang diberikan pada tahun-tahun tersebut karena didukung oleh adanya penurunan suku bunga kredit, baik untuk kredit konsumsi maupun kredit komersil sehingga bagi masyarakat yang memiliki dana menganggur (idle money) lebih tertarik untuk memutar uangnya dalam bisnis (usaha) maupun digunakan sebagai uang muka untuk pembelian properti sedangkan sisanya dengan mengajukan kredit di bank.
84
Selama periode 2008 sampai dengan akhir semester I tahun 2012, bila diukur berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sesuai kriteria penetapan LDR, maka peringkat Bank Panin selama kurang lebih 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 PT. Bank Panin Tbk Peringkat LDR Tahun 2008 – 30 Juni 2013 Tahun
Rasio LDR (%)
Peringkat
Keterangan
2008
79.33
Peringkat 1
Sangat Baik
2009
73.12
Peringkat 1
Sangat Baik
2010
76.04
Peringkat 1
Sangat Baik
2011
82.89
Peringkat 2
Baik
30 Juni 2012
90.17
Peringkat 3
Cukup Baik
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa LDR Bank Panin masih sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Bank Indonesia. Adapun penurunan peringkat pada pertengahan tahun 2012 disebabkan karena Bank Panin sedang dalam mengalami pertumbuhan (growth) terutama untuk kredit. Beberapa penyebab pertumbuhan kredit juga dikarenakan relatif terkendalinya inflasi yang mendukung kestabilan daya beli masyarakat. Trend suku bunga kredit yang cenderung
85
menurun dan suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang stabil di level cukup rendah mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dengan adanya beberapa kondisi tersebut maka memicu meningkatnya permintaan akan kredit konsumsi terutama yang mengarah kepada nasabah ritel. Namun, untuk mengimbangi adanya peningkatan pada posisi kredit maka Bank Panin juga mengeluarkan beberapa produk baru serta penawaran yang menarik untuk simpanan dana pihak ketiga seperti produk Tabungan Bisnis Panin, Tabungan Bisnis Combo, Tabungan Panin Promo, dan lain-lain. Secara umum, LDR Bank Panin masih pada posisi “BAIK”.
4.3.2. Rentabilitas 1. BOPO Rasio BOPO digunakan mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO diperoleh dengan cara membagi biaya operasional dengan pendapatan operasional, dengan menggunakan rumus: Beban Operasional BOPO = ------------------------------------ x 100% Pendapatan Operasional
86
Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu bank, maka Bank Indonesia menentukan besarnya rasio BOPO adalah sebesar 92%.
Sebelum mengetahui rasio BOPO Bank Panin, maka terlebih dahulu akan disajikan data beban operasional dan pendapatan operasional untuk tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 PT. Bank Panin Tbk Data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Tahun
Biaya Operasional (dalam Rp Juta)
Pendapatan Operasional (dalam Rp Juta)
2008
5.539.338
6.598.783
2009
6.922.966
8.324.397
2010
7.689.542
9.545.431
2011
9.427.878
12.055.941
30 Juni 2012
4.803.055
6.349.396
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Bedasarkan data di atas, maka dapat dihitung rasio BOPO sebagai berikut: 1. Tahun 2008 Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut:
87
5.539.338 BOPO (%)
= -------------------- x 100% 6.598.783 = 83.94 %
2. Tahun 2009 Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut: 6.922.966 BOPO (%)
= -------------------- x 100% 8.324.397 = 83.16 %
3. Tahun 2010 Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut: 7.689.542 BOPO (%)
= -------------------- x 100% 9.545.431 = 80.56 %
4. Tahun 2011 Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut:
88
9.427.878 BOPO (%) = -------------------- x 100% 12.055.941 = 78.20 % 5. Tahun 2012 (per 30 Juni) Besarnya rasio BOPO periode 30 Juni 2012 dapat dihitung sebagai berikut: 4.803.055 BOPO (%) = -------------------- x 100% 6.349.396 = 75.65 % Rasio BOPO tahun 2012 tidak dapat dijadikan perbandingan karena data yang diperoleh berupa biaya operasional dan pendapatan operasional tidak disetahunkan. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
89
Tabel 4.8 PT. Bank Panin Tbk Besarnya Rasio BOPO Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Tahun
Rasio BOPO (%)
2008
83.94
2009
83.16
2010
80.56
2011
78.20
30 Juni 2012
75.65 Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel mengenai hasil perhitungan rasio BOPO, menunjukkan bahwa sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 rasio BOPO mengalami penurunan.
Namun, data rasio
BOPO per 30 Juni 2012 belum bisa dijadikan acuan, karena data yang tersedia hanya selama satu semester (6 bulan pertama). Secara keseluruhan, dari rasio yang ditampilkan memperlihatkan bahwa Bank Panin dalam mengelola biaya operasional dan pendapatan operasionalnya cukup efisiensi. Hal ini terlihat pada pendapatan operasionalnya yang selalu mengalami peningkatan, di mana
porsi
terbesarnya
karena
adanya
peningkatan
90
pendapatan bunga dari hasil pemberian kredit terutama berupa pinjaman angsuran. 2. Return On Asset (ROA) Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba bersih sebelum pajak). Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, sehingga kemampuan suatu bank dalam suatu kondisi bermasalah semakin kecil. Besarnya nilai ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Laba Bersih Sebelum Pajak ROA = -------------------------------------- x 100% Rata-Rata Total Asset Angka ROA sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia dengan standar terbaik yaitu minimal sebesar 1,5%. Sebelum dilakukan perhitungan ROA, maka terlebih dahulu akan disajikan laba bersih sebelum pajak dan rata-rata total asset untuk tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
91
Tabel 4.9 PT. Bank Panin Tbk Data Laba Bersih Sebelum Pajak dan Rata-rata Total Asset Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Laba Bersih Sebelum Pajak (dalam Rp Juta)
Rata-rata Total Asset (dalam Rp Juta)
2008
1.091.187
58.970.593
2009
1.466.555
71.162.396
2010
1.943.826
93.455.526
2011
2.736.366
116.874.757
30 Juni 2012
1.630.157
130.273.859
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Berdasarkan data di atas, maka besarnya ROA dapat dihitung sebagai berikut: 1. Tahun 2008 Besarnya rasio ROA untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut: 1.091.187 ROA (%) = -------------------- x 100% 58.970.593 = 1.85 %
92
2. Tahun 2009 Besarnya rasio ROA untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut: 1.466.555 ROA (%) = -------------------- x 100% 71.162.396 = 2.06 % 3. Tahun 2010 Besarnya rasio ROA untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut: 1.943.826 ROA (%) = -------------------- x 100% 93.455.526 = 2.08 % 4. Tahun 2011 Besarnya rasio ROA untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut: 2.736.366 ROA (%) = -------------------- x 100% 116.874.757 = 2.34 %
93
5. Tahun 2012 (per 30 Juni) Besarnya rasio per 30 Juni 2012 adalah sebagai berikut: 1.630.157 ROA (%) = -------------------- x 100% 130.273.859 = 1.25 % Besarnya rasio ROA periode 30 Juni 2012 tidak dapat dijadikan perbandingan karena laba periode tahun 2012 tidak disetahunkan (annualisasi). Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.10 PT. Bank Panin Tbk Besarnya Rasio ROA Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Tahun
Rasio ROA (%)
2008
1.85
2009
2.06
2010
2.08
2011
2.34
30 Juni 2012
1.65 Sumber : Hasil Olahan Data
94
Berdasarkan tabel 4.10 yakni hasil perhitungan ROA sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami peningkatan, sedangkan rasio ROA tahun 2012 belum bisa dijadikan perbandingan. Sejak tahun 2008, rasio ROA Bank Panin selalu melebihi ketentuan yang ditetapkan dari Bank Indonesia, hal ini diketahui bahwa Bank Panin dapat dikatakan produktif dalam mengelola aktivitasnya, sehingga menghasilkan laba. 3. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas (rentabilitas) dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut: Laba Setelah Pajak ROE = ------------------------------ x 100 Rata-rata Total Modal Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia, rasio ROE dengan standar terbaik yaitu lebih besar dari 7%. Sebelum dilakukan perhitungan ROE, maka terlebih dahulu akan disajikan laba setelah pajak dan rata-rata total modal untuk tahun
95
2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan melalui tabel berikut ini: Tabel 4.11 PT. Bank Panin Tbk Data Laba Setelah Pajak dan Rata-rata Total Modal Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Laba Setelah Pajak (dalam Rp Juta)
Rata-rata Total Modal (dalam Rp Juta)
2008
761.445
8.646.110
2009
1.079.833
10.314.044
2010
1.448.937
12.646.739
2011
2.053.115
14.692.443
30 Juni 2012
1.241.430
16.495.448
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Berdasarkan data di atas, maka besarnya ROE dapat dihitung sebagai berikut: 1. Tahun 2008 Besarnya rasio ROE untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut: 761.445 ROE (%)
= -------------------- x 100% 8.646.110 = 8.85 %
96
2. Tahun 2009 Besarnya rasio ROE untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut: 1.079.833 ROE (%)
= -------------------- x 100% 10.314.044 = 10.47 %
3. Tahun 2010 Besarnya rasio ROE untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut: 1.448.937 ROE (%)
= -------------------- x 100% 12.646.739 = 11.46 %
4. Tahun 2011 Besarnya rasio ROE untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut: 2.053.115 ROE (%)
= -------------------- x 100% 14.692.443 = 13.97 %
97
5. Tahun 2012 (per 30 Juni) Besarnya rasio ROE untuk periode 30 Juni 2012 dapat dihitung sebagai berikut: 1.241.430 ROE (%)
= -------------------- x 100% 16.495.448 = 7.53 %
Seperti halnya pada BOPO dan ROA periode 30 Juni 2012, maka ROE pun tidak dapat diperbandingkan karena data dari Laba Setelah Pajak tidak disetahunkan. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
98
Tabel 4.12 PT. Bank Panin Tbk Besarnya Rasio ROE Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Tahun
Rasio ROE (%)
2008
8.85
2009
10.47
2010
11.46
2011
13.97
30 Juni 2012
7.53 Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam pengelolaan modalnya, Bank Panin juga terbilang produktif, di mana rasio ROE selalu lebih dari 7%. Namun rasio ROE pada 30 Juni 2012 tidak bisa dijadikan perbandingan, karena data berupa besarnya laba setelah pajak hanya terdiri dari enam bulan. Bila dilihat dari trend yang ada, rasio ROE selalu mengalami peningkatan. Adapun secara keseluruhan, kenaikan rasio ROE disebabkan oleh kenaikan laba operasional karena adanya kenaikan pendapatan bunga bersih dan penurunan beban operasional lainnya.
99
4.3.3. Faktor Permodalan Sasaran utama atas kebijakan pengelolaan permodalan yang dilakukan oleh Bank adalah untuk mematuhi ketentuan permodalan eksternal yang berlaku dan untuk mempertahankan rasio permodalan yang sehat agar dapat mendukung usaha dan memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Bank mengelola struktur modal dan melakukan penyesuaian atas struktur tersebut terhadap perubahan kondisi ekonomi dan karakteristik risiko aktivitasnya. Untuk mempertahankan atau menyesuaikan struktur modal tersebut, Bank dapat menyesuaikan jumlah pembayaran dividen kepada pemegang saham, mengembalikan modal kepada pemegang saham atau mengeluarkan saham baru. Manajemen menggunakan rasio permodalan yang diwajibkan regulator untuk memantau permodalan Bank. Pendekatan Bank Indonesia
untuk
pengukuran
tersebut
terutama
berdasarkan
pengawasan atas hubungan antara kecukupan modal dengan ketersediaan modal. Rasio yang digunakan dalam mengukur kecukupan modal adalah rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). Rasio ini merupakan salah satu cara yang digunakan dalam menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah mencukupi. Sehingga rasio CAR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
100
Modal CAR = --------------- x 100 ATMR Kemudian perlu ditambahkan bahwa menurut ketentuan Bank Indonesia yang dinyatakan bahwa bank yang dikategorikan sehat jika memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Sebelum dilakukan perhitungan CAR, maka terlebih dahulu akan disajikan data modal dan aktiva tertimbang yang diperoleh selama kurang lebih 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini: Tabel 4.13 PT. Bank Panin Tbk Data Modal dan A T M R Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Modal
ATM R
(dalam Rp Juta)
(dalam Rp Juta)
2008
8.831.363
42.490.133
2009
11.796.724
46.023.987
2010
13.496.754
61.201.831
2011
15.888.131
75.586.460
30 Juni 2012
17.102.764
85.442.731
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
101
Berdasarkan tabel 4.13 yakni data modal dan aktiva tertimbang, khususnya dalam kurun waktu hampir 5 tahun terakhir maka besarnya CAR dapat dihitung sebagai berikut: 1. Tahun 2008 Besarnya rasio CAR untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut : 8.831.363 CAR (%) = -------------------- x 100% 42.490.133 = 20.78 % 2. Tahun 2009 Besarnya rasio CAR untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut: 11.796.724 CAR (%) = -------------------- x 100% 46.023.987 = 25.63 % 3. Tahun 2010 Besarnya rasio CAR untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
102
13.496.754 CAR (%) = -------------------- x 100% 61.201.831 = 22.05 % 4. Tahun 2011 Besarnya rasio CAR untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut: 15.888.131 CAR (%) = -------------------- x 100% 75.586.460 = 21.02 % 5. Tahun 2012 (per 30 Juni) Besarnya rasio CAR untuk periode 30 Juni 2012 dapat dihitung sebagai berikut: 17.102.764 CAR (%) = -------------------- x 100% 85.442.731 = 20.02 % Dari hasil perhitungan tersebut di atas maka akan disajikan hasil perhitungan rasio CAR untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang dapat dilihat melalui tabel 4.10 berikut ini:
103
Tabel 4.14 PT. Bank Panin Tbk Besarnya Rasio CAR Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Tahun
Rasio CAR (%)
2008
20.78
2009
25.63
2010
22.05
2011
21.02
30 Juni 2012
20.02 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel 4.14 yaitu hasil perhitungan CAR selama kurun waktu hampir 5 tahun, yakni sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012
menunjukkan bahwa rasio CAR cukup
flutuatif. Namun secara keseluruhan rasio CAR Bank Panin berada pada posisi yang sangat baik, di mana seluruh rasio menunjukkan persentase yang jauh lebih besar dari yang ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar 8%. Rata-rata rasio CAR Bank Panin sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 adalah sebesar 20% yang disebabkan karena adanya peningkatan modal sendiri dan peningkatan aktiva tertimbang yang berimbang.
104
Adapun dasar kebijakan Bank Panin selalu mempertahankan rasio yang cukup tinggi adalah sebagai berikut: -
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 01/SKDK/2011 tentang Wewennang dan Prosedur Persetujuan Komite Kredit Tingkat Direksi, yang isinya menyatakan bahwa Bank Panin menerapkan kebijakan untuk memelihara Rasio Kecukupan Modal (CAR) sekurang-kurangnya 1,75 (satu koma tujuh puluh lima) kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
-
Manfaat yang diperoleh dengan mempertahankan rasio CAR dibandingkan dengan pengelolaan asset Bank Panin agar pendapatan yang diterima lebih meningkat.
Dengan rasio CAR yang tinggi, Bank Panin akan memperoleh manfaat berupa: -
Kemampuan menyerap risiko yang lebih besar sehingga tidak rentan terhadap perubahan kondisi perekonomian, gejolak pasar, dan risiko usaha lainnya.
-
Memiliki kesempatan yang lebih besar untuk merebut peluang usaha yang ada tanpa adanya hambatan dari aspek permodalan.
-
Kepercayaan yang lebih besar dari nasabah, kreditor, dan pasar uang sehingga dapat memperoleh dana dengan suku bunga yang lebih baik.
105
4.4.
Kinerja Keungan Bank Panin Berdasarkan rasio keuangan yang diukur dari likuiditas, rentabilitas dan permodalan Bank Panin selama dalam kurun waktu hampir 5 tahun, terhitung sejak tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012 maka diketahui kinerja keuangan Bank Panin sebagai berikut: Tabel 4.15 PT. Bank Pan Indonesia Tbk Kinerja Keuangan diukur dari Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan Permodalan Tahun 2008 – 30 Juni 2012 Tahun 2008
Rasio Bank Panin (%)
Ketentuan BI (%)
Keterangan
79.33
< 95
Sangat Baik
- BOPO
83.94
< 92
Efisien
- ROA
1.85
1.5
Produktif
- ROE
8.85
7
Produktif
20.78
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin (%)
Ketentuan BI (%)
Keterangan
73.12
< 95
Sangat Baik
Likuiditas - LDR Rentabilitas
Permodalan - CAR Tahun 2009 Likuiditas - LDR
106
Tabel 4.15 Lanjutan Rentabilitas - BOPO
83.16
< 92
Efisien
- ROA
2.06
1.5
Produktif
- ROE
10.47
7
Produktif
25.63
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin (%)
Ketentuan BI (%)
Keterangan
76.04
< 95
Sangat Baik
- BOPO
80.56
< 92
Efisien
- ROA
2.08
1.5
Produktif
- ROE
11.46
7
Produktif
22.05
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin (%)
Ketentuan BI (%)
Keterangan
82.89
< 95
Baik
78.20
< 92
Efisien
Permodalan - CAR
Tahun 2010 Likuiditas - LDR Rentabilitas
Permodalan - CAR
Tahun 2011 Likuiditas - LDR Rentabilitas - BOPO
107
- ROA
2.34
1.5
Produktif
- ROE
13.97
7
Produktif
21.02
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin (%)
Ketentuan BI (%)
Keterangan
90.17
< 95
Cukup Baik
- BOPO
75.65
< 92
Efisien
- ROA
1.65
1.5
Produktif
- ROE
7.53
7
Produktif
20.02
8
Sangat Baik
Tabel 4.15 Lanjutan Permodalan - CAR
30 Juni 2012 Likuiditas - LDR Rentabilitas
Permodalan - CAR
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data berupa Laporan Keuangan dari PT. Bank Pan Indonesia Tbk selama kurun waktu hampir 5 tahun yaitu sejak tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012, maka dapat disimpulkan kinerja keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk bila diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rentabilitas dan permodalan adalah sebagai berikut: 1. Likuiditas. Untuk melihat bagaimana tingkat likuiditas yang ada pada Bank Panin, penulis menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR merupakan perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. Dengan menggunakan rasio LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpunnya. Melalui perhitungan dan analisis yang dilakukan, diketahui rasio LDR Bank Panin mengalami tren yang fluktuatif sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012. Loan to Deposit Ratio pada tanggal 30 Juni 2012 sebesar 90.17% dengan kredit sebesar Rp. 83.662,35 miliar dan dana pihak ketiga 108
109
sebesar Rp. 92.787,25 miliar. LDR pada tanggal 31 Desember 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-masing adalah sebesar 82.89%, 76.04%, 73.12%, dan 79.33%. Dari rasio LDR terlihat bahwa Bank Panin senantiasa sangat menjaga likuiditasnya agar dapat selalu memenuhi kewajiban terhadap nasabahnya dan juga mengikuti ketentuan dari Bank Indonesia mengenai Loan to Deposit Ratio yaitu berada di antara 78% - 100%. 2. Rentabilitas Untuk mengukur rentabilitas Bank Panin, penulis menggunakan 3 macam rasio yaitu: a. BOPO (Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional) Biaya operasional untuk periode 6 bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 sebesar Rp. 4.803,06 miliar dan total pendapatan operasional sebesar Rp. 6.349,40 miliar atau BOPO sebesar 75.65%. BOPO Bank Panin untun tahun-tahun yang berakhir pada tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-masing sebesar 78.20%, 80.56%, 83,16%, dan 83.94%. Berdasarkan dari rasio BOPO terlihat bahwa persentasenya setiap tahunnya semakin kecil, hal ini disimpulkan bahwa kinerja keuangannya semakin membaik dan sangat efisiensi dalam mengelola pendapatan operasionalnya bila dibandingkan dengan biaya operasionalnya.
110
b. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) dihitung berdasarkan laba sebelum pajak dalam periode satu tahun dibandingkan dengan rata-rata jumlah aset dalam periode yang sama. Laba sebelum pajak untuk periode 6 bulan yang berakhir tanggal 30 Juni 2012 sebesar Rp. 1.630,16 miliar dan rata-rata aset sebesar Rp. 130.273,86 miliar. Persentase ROA pada tanggal 30 Juni 2012 belum dapat diperbandingkan karena periode perhitungan hanya selama 6 bulan. Sedangkan ROA tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-masing adalah sebesar 2.34%, 2.08%, 2.06% dan 1.85%. Selama hampir kurun waktu 5 tahun, bila dilihat dari rasio ROA diketahui bahwa kinerja atau kemampuan Bank Panin dalam menghasilkan laba sebelum pajak dari aset yang dimilikinya terlihat produktif. Di mana seluruh persentase ROA selalu di atas ketentuan yang diberikan dari Bank Indonesia yaitu sebesar 1.5%. c. Return on Equity (ROE) Rasio ROE didapat dengan membandingkan antara laba bersih dengan rata-rata jumlah ekuitas. Seperti halnya pada ROA, untuk rasio ROE pada tanggal 30 Juni 2012 juga tidak dapat diperbandingkan karena laba bersih hanya menggambarkan perolehan selama 6 bulan. Untuk rasio ROE tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-masing sebesar
111
13.97%, 11.46%, 10.47%, 8.85%. Rasio ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja keuangan Bank Panin dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas yang telah ditanamkan juga terlihat produktif, di mana ketentuan dari Bank Indonesia adalah sebesar 7%, sedangkan rasio ROE Bank Panin selama hampir 5 tahun terakhir selalu berada di atas dari ketentuan Bank Indonesia. 3. Permodalan Dari komponen-komponen yang menentukan tingkat kekuatan dari faktor permodalan, maka yang memiliki bobot terbesar dan sering digunakan adalah dengan menggunakan rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio). Saat ini Bank Indonesia mewajibkan bank-bank untuk memiliki struktur perbandingan antara jumlah modal dengan aset tertimbang menurut risiko minimum sebesar 8%. Untuk rasio CAR, Bank Panin memiliki ketentuan tersendiri berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 01/SK-DK/2011 tentang Wewenang dan Prosedur Persetujuan Komite Kredit Tingkat Direksi yaitu menerapkan kebijakan untuk memeliha Rasio Kecukupan Modal (CAR) sekurang-kurangnya 1.75 kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Sehingga tidak diragukan lagi bila rasio CAR Bank Panin terlihat sangat baik. Rasio CAR pada tanggal 30 Juni 2012, tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-
112
masing persentasenya selalu berada jauh di atas ketentuang Bank Indonesia yaitu sebesar 20.02%, 21.02%, 22.05%, 25.63% dan 20.78%. 5.2.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan bila diukur berdasarkan rasio keuangan melalui analisis likuiditas, rentabilitas dan permodalan maka kinerja keuangan Bank Panin selama kurun waktu 5 tahun terakhir sudah berjalan dengan baik, di mana rasio-rasionya selalu berada pada ketentuan dari Bank Indonesia, sehingga saran penulis agar manajemen Bank Panin dapat mempertahankan kinerja yang sudah ada. Namun untuk menjaga rasio LDR agar pada posisi yang sangat baik maka perlu menigkatkan komposisi pendanaan dengan meningkatkan porsi tabungan dan giro karena kedua produk tersebut merupakan produk simpanan dengan biaya yang rendah sehingga pihak Bank Panin juga sekaligus dapat meningkatkan keuntungan. Sedangkan untuk besarnya kredit yang diberikan juga tetap harus dipertahankan dan juga ditingkatkan agar profit yang didapat juga terus bertambah. Cara lain untuk memperbesar laba adalah dengan menigkatkan fee based income dari transaksi trade finance, kiriman uang, transaksi luar negeri, perdagangan surat-surat berharga, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Annual Report PT. Bank Pan Indosenia, Tbk. Arief Sugiyono, (2009), Manajemen Keuangan: Untuk Praktisi Keuangan, PT. Grasindo, Jakarta. Astuti Yuli Setyani, (2002), Analisis Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Undip. Bambang Riyanto, (1998), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yayasan Badan Penerbit & Percetakan DMP YKPN, Yogyakarta. _______________, (2001), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE - UGM, Yogyakarta. Basran Desfian, (2005), Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia Tahun 2000 – 2003, Undip. Boy Loen dan Sonny Ericson, (2008), Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa, PT. Grasindo, Jakarta. Dahlan
Siamat. 1999. Jakarta : LP-FEUI.
Manajemen
Lembaga
Keuangan.
Edisi
kedua.
Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, (1998), Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta. Fremont E & Rosenzweig, James E Kast, (1982), Organisasi dan Manajemen, (Alih Bahasa Hasymi Ali), Edisi Ketiga, Bina Aksara, Jakarta. Harnanto, Drs, 1991, Analisa Laporan Keuangan, BPFE – UGM, Yogyakarta Ikatan Akuntansi Indonesia, (1995), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. ______________________, (1996), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. ______________________, (2004), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
______________________, (2009), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Indra Bastian, (2001), Akuntansi Sektor Publik, BPFE – UGM, Yogykarta. Info situs www.bi.go.id. Tanggal 02 Januari 2010. Info situs www.panin.co.id. Tanggal 02 Januari 2010. Info situs www.wikipedia.com. Tanggal 12 Januari 2010. Indriyo Gitusudarmo dan Basri, (2002), Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, BPFE – UGM, Yogyakarta. Jumingan, Drs, (2005), Analisa Laopran Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta. J. David Hunger, Thomas L. Wheelen, (2003), Manajemen Strategis, (Alih Bahasa Julianto Agung S), Yogyakarta : Andi. Kasmir, SE, MM, (2008), Manajemen Perbankan, Edisi Revisi 2008, Rajawali Pers Lampiran 2 SK DIR BI Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997. Laporan Keuangan. Laporan Keuangan PT. Pan Indonesia, Tbk per akhir tahun. Lukman Dendawijaya, Ir, Drs, MM, (2008), Manajemen Perbankan, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, (1995), Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. ________________________________, (2003), Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. ________________________________, (2009), Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Malayu S.P. Hasibuan, (2006), Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta. Mohamad Mahsun, (2006), Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Cetakan Pertama, BPFE – UGM, Yogyakarta.
Moh Wahyudin Zarkasyi, Dr, H, Ak, (2008), Good Corporate Governance pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, Alfabeta, Bandung. Muchdarsyah Sinungan, Drs, 1997, Manajemen Dana Bank, Bumi Akasara, Jakarta. Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta. Raflux Rax, (1996), Banking Strategy: Asset, Liability, Management, Edisi Pertama, ALCO, Jakarta. Robert Anggoro, (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia, Jakarta. Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, (2001), Manajemen Keuangan Satu, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, Prenhallindo, Jakarta. Slamet Munawir, (2002), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta. _____________, (2004), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta. Soegiharto, (2007), Influence Factors Affecting The Performance of Accounting Information System, Gajah Mada International Jounal of Business Volume III No. 2, Yogyakarta. Soemarsono, S.R, (2004), Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Buku Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Sofyan Syafri Harahap, (2004), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. __________________, (2007), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. __________________, (2010), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bank. Bandung. Sri Mulyono, (2004), Riset Operasi, LPFE – UI, Jakarta. Syafruddin Ginting, (2003), Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva, Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya. Thomas Suyatno, Djuhaepah T. Marala MBA, Azhar Abdullah SH, Johan Thomas Aponno, Dra. C. Tinon Yunianti Ananda, Drs. H.A. Chalik, (2007), Kelembagaan Perbankan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat Belas, Bumi Aksara, Jakarta. Uma Sekaran, (2006), Metodologi Penelitian Bisnis 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Uma Sekaran, (2006), Metodologi Penelitian Bisnis 2, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta. Zaki Baridwan, (1992), Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, FE – Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. _____________, (2000), Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, BPFE – UGM, Yogyakarta.