12/11/2012
1
•Metode
uji ketersediaan hayati
•Perhitungan
parameter ketersediaan hayati
@Dh hadhang_WK J Jurusan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI
PENDAHULUAN 12/11/20 012
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) berkewajiban menilai semua produk obat sebelum di dipasarkan, k memberikan b ik izin i i pemasaran, dan d melakukan pengawasan terhadap produk obat tersebut setelah dipasarkan. | Produk obat yang mengandung zat aktif berupa zat kimia baru (new chemical entity = NCE) dibutuhkan penilaian mengenai efikasi, efikasi keamanan dan mutu secara lengkap. NCE yang dipatenkan oleh pabrik penemunya disebut obat inovator. | Produk obat yang merupakan produk “copy” hanya dibutuhkan standar mutu antara lain berupa bioekivalensi dengan produk obat innovator sebagai 2 produk pembanding (reference product) yang merupakan baku mutu. |
BEBERAPA DEFINISI 12/11/20 012
Bioavailabilitas ((ketersediaan hayati) y ) adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai/tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif setelah pemberian produk obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin | Bioavailabilitas absolut: bila dibandingkan dengan sediaan intravena yang bioavailabilitasnya 100 % | Bioavailabilitas relatif: Bila dibandingkan dengan sediaan bukan intravena |
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
3
BEBERAPA DEFINISI 12/11/20 012
Ekivalensi farmaseutik: dua p produk obat mempunyai ekivalensi farmaseutik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah yang sama dan bentuk sediaan yang sama. | Alternatif farmaseutik: dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam, (garam ester ester, dsb) atau bentuk sediaan atau kekuatan. |
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
4
BEBERAPA DEFINISI 12/11/20 012
Bioekivalensi: Dua p produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi f maupun keamanan. | Jika bioavailabilitas tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua produk obat tersebut disebut bioinekivalen |
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
5
BEBERAPA DEFINISI 12/11/20 012
Ekivalensi terapeutik: p Dua p produk obat mempunyai ekivalensi terapeutik jika keduanya mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan efikasi klinik dan keamanan yang sebanding. | Dengan demikian, ekivalensi/inekivalensi terapeutik seharusnya ditunjukkan dengan uji klinik. |
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
6
EKIVALENSI TERAPETIK |
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
|
12/11/20 012
|
Untuk U t k produk d k obat b t yang b bekerja k j sistemik, i t ik uji ji klinik kli ik mempunyai kendala berikut: y pada penyakit ringan tidak terlihat, pada penyakit berat tidak etis; y endpoint yang diukur seringkali kurang akurat sehingga y besar sekali,, dengan g akibat dibutuhkan variabilitasnya sampel yang besar; y sebagai uji klinik untuk menunjukkan ekivalensi dibutuhkan sampel yang besar sekali. Sebagai alternatif dilakukan uji bioekivalensi yang endpointnya sangat akurat (yakni kadar obat dalam plasma) sehingga variabilitasnya rendah Æ sampel yang dibutuhkan jauh lebih kecil. Jika terdapat perbedaan yang bermakna secara klinik dalam bioavailabilitasnya, maka kedua produk obat tersebut dinyatakan inekivalen secara terapeutik (inekivalensi terapeutik).
7
PRODUK OBAT PEMBANDING (REFERENCE PRODUCT)
|
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
|
Produk obat inovator yang telah diberi izin pemasaran di Indonesia berdasarkan p penilaian dossier lengkap g p yang membuktikan efikasi, keamanan dan mutu. Hanya jika produk obat inovator tidak dipasarkan di Indonesia atau tidak lagi dikenali yang mana karena sudah terlalu lama beredar di pasar, maka dapat digunakan produk obat inovator dari primary market (Negara dimana produsennya menganggap bahwa efikasi, keamanan dan kualitas produknya terdokumentasi paling baik) atau produk yang merupakan k market k t leader l d yang telah t l h dib diberii iizin i pemasaran di Indonesia dan telah lolos penilaian efikasi, keamanan dan mutu. Produk obat pembanding yang akan digunakan harus disetujui oleh Badan POM.
12/11/20 012
|
8
PRODUK OBAT “COPY”
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat y yang g mempunyai p y ekivalensi farmasetik atau merupakan alternative farmaseutik dengan produk obat inovator/pembandingnya dapat dipasarkan inovator/pembandingnya, dengan nama generik atau dengan nama dagang.
12/11/20 012
|
9
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ YG PERLU UJI IN VIVO
y
y
Uji ekivalensi in vivo dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi farmakodinamik komparatif, atau uji klinik komparatif. komparatif Dokumentasi ekivalensi in vivo diperlukan jika ada risiko bahwa perbedaan bioavailabilitas dapat menyebabkan inekivalensi terapi.
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
obat yang memerlukan uji ekivalensi in vivo
12/11/20 012
| Produk
10
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ YG PERLU UJI IN VIVO
a.
b.
Obat-obat Ob t b t untuk t kk kondisi di i yang serius i yang memerlukan respons terapi yang pasti (critical use drugs), misal : antituberkulosis, antiretroviral, antimalaria antibakteri, antimalaria, antibakteri antihipertensi, antihipertensi antiangina, obat gagal jantung, antiepilepsi, antiasma. B t k Batas keamanan/indeks /i d k terapi t i yang sempit; it kurva k dosis-respons yang curam, misal : digoksin, antiaritmia, antikoagulan, obat-obat sitostatik, liti litium, ffenitoin, it i siklosporin, ikl i sulfonilurea, lf il teofilin. t fili
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat oral lepas p cepat p y yang g bekerja j sistemik, jika memenuhi satu atau lebih kriteria berikut ini:
12/11/20 012
|
11
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ YG PERLU UJI IN VIVO
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
d d.
Terbukti ada masalah bioavailabilitas atau bioinekivalensi dengan obat yang bersangkutan atau obat-obat dengan struktur kimia atau formulasi y yang g mirip p ((tidak berhubungan g dengan g masalah disolusi), misal : | absorpsi bervariasi atau tidak lengkap; | eliminasi li i i presistemik i t ik yang tinggi; ti i | farmakokinetik nonlinear; | sifat-sifat fisiokimia y yang g tidak menguntungkan (misal: kelarutan rendah, permeabilitas rendah, tidak stabil, dsb.). Eksipien dan proses pembuatannya diketahui mempengaruhi bioekivalensi
12/11/20 012
c.
12
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ YG PERLU UJI IN VIVO 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat non-oral dan non-parenteral p y yang g didesain untuk bekerja sistemik, misal: sediaan transdermal, supositoria, permen karet nikotin, gel testosteron dan kontraseptif bawah kulit. kulit | Produk obat lepas lambat atau termodifikasi yang bekerja sistemik. | Produk kombinasi tetap untuk bekerja sistemik, yang paling sedikit salah satu zat aktifnya memerlukan studi in vivo. vivo |
13
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ YG PERLU UJI IN VIVO
|
Pada kasus-kasus tertentu, pengukuran kadar obat dalam darah masih diperlukan dengan alasan keamanan untuk melihat adanya absorpsi yang tidak diinginkan. Pengukuran kadar obat dalam plasma versus waktu biasanya cukup untuk membuktikan efikasi dan keamanan. Jika tidak, studi klinik atau farmakodinamik d dapat t digunakan di k untuk t k membuktikan b ktik ekivalensi. ki l i
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
|
Produk obat bukan larutan untuk penggunaan nonsistemik (oral, nasal, okular, dermal, rektal, vaginal, dsb.) dan dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak untuk diabsorpsi sistemik). Untuk produk demikian, bi ki l bioekivalensi i harus h ditunjukkan di j kk dengan d studi di klinik kli ik atau farmakodinamik, dermatofarmakokinetik komparatif dan/atau studi in vitro.
12/11/20 012
|
14
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ CUKUP UJI IN VITRO Produk obat yang cukup dilakukan uji ekivalensi in vitro (uji disolusi terbanding)
Tablet lepas cepat
a. |
Produk obat “copy” copy dengan kekuatan berbeda, berbeda yang dibuat oleh pabrik obat yang sama di tempat produksi yang sama, jika : y
semua kekuatan mempunyai p y p proporsi p zat aktif dan inaktif y yang g persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten ( sampai 10 mg per satuan dosis), zat inaktifnya sama banyak untuk semua kekuatan;
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat yang tidak memerlukan studi in vivo (tidak termasuk yang dijelaskan di atas). y Produk obat “copy” yang hanya berbeda kekuatan– uji disolusi terbanding dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan profil disolusi. y
12/11/20 012
|
15
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ CUKUP UJI IN VITRO Tablet lepas p cepat p ((lanjutan) j )
b.
K Kapsul l berisi b i i butir-butir b i b i lepas l l b lambat y
Jika kekuatannya berbeda hanya dalam jumlah butir yang mengandung zat aktif, maka perbandingan profil disolusi (f2 > 50) dengan satu kondisi uji yang direkomendasi sudah cukup.
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
studi ekivalensi telah dilakukan sedikitnya pada salah satu kekuatan (biasanya kekuatan yang tertinggi kecuali untuk alasan keamanan dipilih tertinggi, kekuatan yang lebih rendah); y profil disolusinya mirip antar kekuatan, f2 > 50. y
12/11/20 012
a.
16
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ CUKUP UJI IN VITRO Tablet lepas p lambat y
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda kekuatan, dan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat poten (sampai 10 mg per satuan dosis) zat inaktifnya sama banyak, dan mempunyai mekanisme pelepasan obat yang sama, kekuatan yang lebih rendah tidak memerlukan studi in vivo jika menunjukkan profil disolusi yang mirip, f2 > 50, dalam 3 pH yang berbeda (antara pH 1.2 dan 7.5) dengan metode uji yang direkomendasi.
12/11/20 012
c.
17
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ CUKUP UJI IN VITRO
zat aktif memiliki kelarutan dalam air yang tinggi dan p permeabilitas dalam usus y yang g tinggi gg ((BCS kelas 1), serta : | produk obat memiliki disolusi yang sangat cepat, atau ; | produk obat memiliki disolusi yang cepat dan profil disolusinya mirip dengan produk pembanding.
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
a.
12/11/20 012
Berdasarkan sistem klasifikasi biofarmaseutik (Biopharmaceutic Classification System = BCS) dari zat aktif* serta karakteristik disolusi** dan profil disolusi*** disolusi dari produk obat. | Berlaku untuk produk obat oral lepas cepat, tetapi tidak berlaku untuk produk obat oral lepas cepat seperti yang disebutkan di atas. |
18
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ CUKUP UJI IN VITRO
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Zat aktif memiliki kelarutan dalam air y yang g tinggi tetapi permeabilitas dalam usus yang rendah (BCS kelas 3), serta : y produk d k obat b t memiliki iliki disolusi di l i yang sangatt cepat, dan; y produk obat tidak mengandung zat inaktif yang diketahui mengubah motilitas dan/atau permeabilitas saluran cerna.
12/11/20 012
b.
19
KRITERIA UNTUK UJI EKIVALENSI Æ CUKUP UJI IN VITRO
produk obat memiliki disolusi yang cepat pada pH 6.8, dan ; y produk obat memiliki profil disolusi yang mirip dengan produk pembanding (juga berlaku jika disolusi < 10% pada salah satu pH). y
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Zat aktif memiliki p permeabilitas dalam usus yang tinggi tetapi kelarutan dalam air yang rendah (kelarutan dalam air tinggi hanya pada pH 6.8; 6 8; BCS kelas 2 asam lemah), lemah) serta :
12/11/20 012
c.
20
PRODUK OBAT YANG TIDAK MEMERLUKAN UJI EKIVALENSI 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat “copy” untuk penggunaan intravena sebagai larutan dalam air yang mengandung zat aktif yang sama dalam kadar molar yang sama dengan produk pembanding. | Produk obat ”copy” untuk penggunaan parenteral yang lain (misal : intramuskular, subkutan) sebagai larutan dalam air dan mengandung g g zat aktif y yang g sama dalam kadar molar yang sama dan eksipien yang sama atau mirip (similar) dalam kadar yang sebanding seperti dalam produk pembanding. pembanding Eksipien tertentu (misal : bufer, pengawet, antioksidan) boleh berbeda asalkan perubahan eksipien ini diperkirakan tidak mempengaruhi keamanan dan/atau efikasi produk obat tersebut. |
21
PRODUK OBAT YANG TIDAK MEMERLUKAN UJI EKIVALENSI 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat “copy” py berupa p larutan untuk penggunaan oral (termasuk sirup, eliksir, tingtur atau bentuk larutan lain tetapi bukan suspensi), yang mengandung zat aktif dalam kadar molar yang sama dengan produk pembanding, dan hanya mengandung eksipien yang diketahui tidak mempunyai efek f terhadap transit atau permeabilitas dalam saluran cerna dan dengan demikian terhadap p absorpsi p atau stabilitas zat aktif dalam saluran cerna. | Produk obat “copy” berupa bubuk untuk dil dilarutkan tk dan d larutannya l t memenuhi hi k kriteria it i tersebut di atas. |
22
PRODUK OBAT YANG TIDAK MEMERLUKAN UJI EKIVALENSI 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat “copy” py berupa p g gas. | Produk obat “copy” berupa sediaan obat mata atau telinga sebagai larutan dalam air dan mengandung d zatt (-zat) ( t) aktif ktif yang sama dalam d l kadar molar yang sama dan eksipien yang praktis sama dalam kadar yang sebanding. Eksipien tertentu (misal: pengawet, buffer, zat untuk menyesuaikan tonisitas atau zat pengental) boleh berbeda asalkan penggunaaan eksipien ini diperkirakan tidak mempengaruhi keamanan dan/atau efikasi produk obat tersebut. |
23
PRODUK OBAT YANG TIDAK MEMERLUKAN UJI EKIVALENSI 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Produk obat “copy” berupa sediaan obat topikal sebagai g larutan dalam air dan mengandung g g zat ((zat) aktif yang sama dalam kadar molar yang sama & eksipien yang praktis sama dalam kadar yg sebanding. sebanding | Produk obat “copy” berupa larutan untuk aerosol atau produk inhalasi nebulizer atau semprot hidung, yg digunakan dg atau tanpa alat yg praktis sama, sebagai larutan dalam air & mengandung zat(-zat) zat( zat) aktif yg sama dalam kadar yg sama & eksipien yg praktis sama dalam kadar yg sebanding. Produk obat tersebut boleh memasukkan eksipien l i asalkan lain lk penggunaannya diperkirakan di ki k tidak tid k akan mempengaruhi keamanan dan/atau efikasi produk obat tersebut |
24
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Studi bioekivalensi ((BE)) adalah studi bioavailabilitas (BA) komparatif yang dirancang untuk menunjukkan bioekivalensi antara produk uji (suatu produk obat ”copy”) copy ) dengan produk obat inovator/pembandingnya. Caranya dengan membandingkan profil kadar obat dalam darah atau urin antara produk-produk obat yang dibandingkan pada subyek manusia. Karena itu desain dan p pelaksanaan studi BE harus mengikuti Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB), termasuk harus lolos Kaji Etik.
12/11/20 012
|
25
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Kaji Etik Oleh karena studi BA/BE dilakukan pada subyek manusia (suatu uji klinik) maka protokol studi harus lolos kaji etik terlebih dahulu sebelum studi d dapat t di dimulai. l i | Desain Studi biasanya dilakukan pada subyek yang sama (dengan desain menyilang) untuk menghilangkan variasi biologik antarsubyek (karena setiap subyek menjadi j di kontrolnya k t l sendiri), di i) hal h l ini i i sangatt memperkecil jumlah subyek yang dibutuhkan. g 2 produk obat, Jadi untuk membandingkan dilakukan studi menyilang 2-way (2 periode untuk pemberian 2 produk obat pada setiap subyek). |
26
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ DESAIN
penggunaan desain 2 kelompok paralel.
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
|
Pemberian produk obat yang pertama harus dilakukan secara acak agar g efek urutan ((order effect)) maupun p efek waktu (period effect), bila ada, dibuat seimbang. Kedua perlakuan dipisahkan oleh periode washout yang cukup untuk eliminasi produk obat yang pertama diberikan (biasanya lebih dari 5 x waktu paruh terminal dari obat, atau lebih lama jika mempunyai metabolit aktif dengan waktu paruh yang lebih panjang panjang. Jika obat mempunyai kecepatan eliminasi yang sangat bervariasi antarsubyek, periode washout yang lebih lama di diperlukan l k untuk t k memperhitungkan hit k k kecepatan t eliminasi yang lebih rendah pada beberapa subyek. Karena itu, untuk obat dengan waktu paruh eliminasi yang panjang j ((> 24 jjam), ) d dapatt di dipertimbangkan ti b k
12/11/20 012
|
27
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ DESAIN
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Pada umumnya, y , studi dosis tunggal gg sudah cukup, tetapi studi dalam keadaan tunak (steady-state) y mungkin ki diperlukan di l k untuk t k: | obat dengan kinetik yang non-linear (eliminasinya bergantung pada dosis atau mengalami kejenuhan pada dosis terapi), misal : difenilhidantoin, fluoksetin, paroksetin; | obat dengan kinetik yang bergantung pada waktu p pemberian obat ((kronofarmakologi), g) misal: kortikosteroid, siklosporin, teofilin;
12/11/20 012
|
28
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ DESAIN
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
beberapa p bentuk sediaan lepas p lambat/terkendali (studi dosis tunggal lebih sensitif untuk menjawab pertanyaan utama BE yakni penglepasan zat aktif dari produk BE, obat ke dalam sirkulasi sistemik, karena itu studi keadaan tunak umumnya tidak dianjurkan oleh FDA, A bahkan jika kinetiknya nonlinear sekalipun).
12/11/20 012
|
29
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ DESAIN
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
dapat dipertimbangkan untuk : y obat b d dengan k kadar d plasma l atau kecepatan k eliminasi intra-subyek yang sangat bervariasi sehingga gg tidak memungkinkan g untuk menunjukkan bioekivalensi dengan studi dosis tunggal, sekalipun pada jumlah subyek yang cukup banyak, banyak dan variasi ini berkurang pada keadaan tunak. y obat yang metode penetapan kadarnya dalam plasma tidak cukup sensitif untuk mengukur kadarnya dalam plasma pada pemberian dosis tunggal (sebagai alternatif dari penggunaan metode penetapan kadar yang lebih sensitif), misal loratadin.
12/11/20 012
|
30
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ DESAIN
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Pada studi keadaan tunak,, jadwal j pemberian p obat harus mengikuti aturan dosis lazim yang dianjurkan. Pada studi ini, menurunnya kadar obat yang pertama terjadi bersamaan dengan meningkatnya kadar obat yang kedua, sehingga periode washout dapat diperpendek menjadi sedikitnya 3 x waktu paruh eliminasi obat.
12/11/20 012
|
31
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ SUBYEK
Sukarelawan sehat (untuk mengurangi variasi antarsubyek); y ); y Sedapat mungkin pria dan wanita (jika wanita pertimbangkan risiko pada wanita usia subur; y Umur antara 18 – 55 tahun; y Berat badan dalam kisaran normal: y
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Subyek y Kriteria seleksi Kriteria inklusi dan eksklusi harus dinyatakan dengan jelas dalam protokol :
12/11/20 012
|
32
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ SUBYEK (KRITERIA SELEKSI) 12/11/20 012
@Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Kriteria sehat berdasarkan uji laboratorium klinis yang baku b k (hematologi (h l i rutin, i fungsi f i hati, h i fungsi f i ginjal, gula darah, dan urinalisis), riwayat penyakit, dan p pemeriksaan fisik;; | Pemeriksaan khusus mungkin harus dilakukan sebelum, selama dan setelah studi selesai, b bergantung t pada d k kelas l tterapii dan d profil fil keamanan k obat yang diteliti. Misalnya, untuk obat dari kelas fluorokuinolon yang diketahui dapat memperpanjang interval QT, harus dilakukan pemeriksaan EKG; | Sebaiknya bukan perokok. Jika perokok sedang (kurang dari 10 batang sehari) diikutsertakan diikutsertakan, harus33 disebutkan dan efeknya pada hasil studi harus didiskusikan; |
DESAIN DAN PELAKSANAAN BIOEKIVALENSI Æ SUBYEK (KRITERIA SELEKSI) 12/11/20 012 @Dhadh hang_WK Juru usan Farmasi FKIK Unsoed Pwt
Tidak mempunyai p y riwayat y ketergantungan g g p pada alkohol atau penyalahgunaan obat; | Tidak kontraindikasi atau hipersensitif terhadap obat b t yang di diuji; ji | Untuk obat yang terlalu toksik untuk diberikan kepada sukarelawan sehat (misal : sitostatik, antiaritmia), maka digunakan penderita dengan indikasi yang sesuai; | Uji serologis l i terhadap h d Hepatitis H i i B (HBsAg), (HB A ) Hepatitis C (anti-HCV) dan HIV (anti-HIV) p B. optinal |
34