SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI Tim Penyusun Hendra Gunawan, Sugiarti Rachim, Vivin S. Sihombing, Anita Rianti, dan Pujo Setio Editor R. Garsetiasih dan Adi Susmianto Penerbit FORDA PRESS Bogor, 2015 Penerbitan dan Pencetakan Atas kerja sama antara:
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN dan PT. TIRTA INVESTAMA BABAKAN PARI, SUKABUMI
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI Penyusun
: Hendra Gunawan, Sugiarti Rachim, Vivin S. Sihombing, Anita Rianti, dan Pujo Setio
Editor
: R. Garsetiasih dan Adi Susmianto
Foto sampul
: Hendra Gunawan dan Sugiarti Rachim
Desain sampul : Tatang Rohana dan FORDA PRESS dan tata letak Penerbit
: FORDA PRESS, Bogor (Anggota IKAPI)
Cetakan ke I
: Desember 2015, xviii + 194 hlm, 14,8 x 21,0 cm
ISBN
: 978-602-6961-01-3
© Hak Cipta pada penyusun, dilindungi Undang-Undang
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana penjara paling lambat 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Perpustakaan Nasional RI., Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Gunawan, H. [et al]. Sistem Monitoring dan Evaluasi Keanekaragaman Hayati di Taman Kehati / Penyusun: H. Gunawan, S. Rachim, V.S. Sihombing, A. Rianti, P. Setio ; Editor: R. Garsetiasih, A. Susmianto. -- Bogor : Forda Press, 2015. xviii, 194 hlm. : ill. ; 21 cm. ISBN: 978-602-6961-01-3 1. Monitoring, Evaluasi -- Keanekaragaman Hayati. I. Gunawan, H. [et al.] II. Penyusun. III. Forda Press IV. Judul 333.7
KATA PENGANTAR Monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari manajemen yang harus dilakukan jika ingin ada peningkatan dan perbaikan kinerja. Oleh karena itu, kegiatan monitoring dan evaluasi pun perlu dilakukan dalam pembangunan dan pengelolaan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Kegiatan Monitoring Keanekaragaman Hayati dan Evaluasi Keberhasilan Taman Kehati menjadi cara untuk peningkatan dan efisiensi kinerja dan perbaikan pengelolaan, serta efektivitas pencapaian output, outcome, dan dampak. Buku ini disusun sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan kegiatan monitoring keanekaragaman hayati dan evaluasi keberhasilan Taman Kehati. Terdapatnya buku ini diharapkan pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan sistematik, konsisten, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bogor, Desember 2015 Tim Penulis
iii
SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Pemerintahan Kabinet Kerja memiliki kebijakan untuk meningkatkan jumlah dan luasan ruang terbuka hijau yang berfungsi ganda, yaitu untuk pelestarian flora-fauna, wahana rekreasi, sarana pendidikan, sumber ilmu pengetahuan, objek penelitian, dan sebagai daerah tangkapan hujan untuk konservasi air. Salah satu implementasi kebijakan tersebut ialah pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2012. Taman Kehati merupakan program konservasi keanekaragaman hayati flora fauna yang berbasis pada penelitian dan pengetahuan (sains). Oleh karena itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan berperan aktif untuk menyukseskan program Taman Kehati, antara lain dengan memberikan bimbingan dan konsultasi teknis, pembinaan sumber daya pengelola, menyediakan paket-paket teknologi terapan pendukung, pedoman teknis dan publikasi hasil-hasil penelitian Taman Kehati. Buku Sistem Monitoring dan Evaluasi Keanekaragaman Hayati di Taman Kehati merupakan salah satu produk Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dalam rangka mendukung pengelolaan Taman Kehati.
v
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Buku ini diharapkan menjadi panduan yang standar bagi para pengelola Taman Kehati dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi sehingga diperoleh keseragaman parameter, metode, dan format pelaporan. Dengan demikian, hal ini akan memudahkan pembinaan secara nasional dalam rangka meningkatkan kualitas Taman Kehati selanjutnya. Akhirnya, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada para penulis atas sumbangan pemikiran dan pengetahuannya dalam menyusun buku ini. Demikian pula, ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada PT. Tirta Investama Plant Babakan Pari, Sukabumi atas kerjasama dan kontribusinya dalam menerbitkan buku ini.
Bogor, Desember 2015 Kepala Pusat,
Ir. Djohan Utama Perbatasari, M.M. NIP. 19601230 198801 1 001
vi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………. SAMBUTAN KEPALA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN ………………………………..….. DAFTAR ISI ………………………….…………………….……. DAFTAR TABEL …………………….………………….……….. DAFTAR GAMBAR ……………….…………………….………. DAFTAR LAMPIRAN ………………….…………….…………. DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ………….….……… I. PENDAHULUAN ………………………………………… A. Latar Belakang ……………………….………….. B. Maksud dan Tujuan ………………….………… II. III.
IV. V.
DEFINISI DAN PENGERTIAN ………….…..……… PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN EVALUASI ………………………………….….…………… A. Prinsip-Prinsip …………………….……………… B. Memilih Evaluator ……………………………..… TAHAPAN MONITORING DAN EVALUASI ….…. METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI FAUNA …………………………………..……… A. Tujuan ……………………………………….……… B. Sasaran Objek yang Dimonitor ………….…. C. Indikator yang Dimonitor ……………..……… D. Metode Pengumpulan Data …………………… E. Peralatan dan Bahan …………………..………. F. Lokasi Monitoring ……………………..………… G. Periode Monitoring ……………..……………… H. Pengolahan dan Interpretasi Data ………… I. Pelaporan ……………………………………..……
Hal. iii v vii ix xi xiii xiv 1 1 2 5 13 13 15 17 19 20 21 21 21 23 29 30 31 45
vii
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
VI.
viii
METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA ………………………..………………… A. Tujuan ………………………………….…………… B. Sasaran Objek yang Dimonitor ………..…… C. Indikator yang Dimonitor ……………..……… D. Metode Pengumpulan Data …………………… E. Peralatan dan Bahan ……………….………….. F. Lokasi Monitoring …………………..…………… G. Periode Monitoring ……………….……………. H. Pengolahan dan Interpretasi Data ……..…. I. Pelaporan …………………………………….…….
49 50 50 51 54 55 56 59 60 61
VII. METODE EVALUASI KEBERHASILAN TAMAN KEHATI ……………………………….….……… A. Maksud dan Tujuan ……………………..……… B. Aspek-Aspek yang Dievaluasi ………..……… C. Pendekatan ……………………………..…………. D Metode Evaluasi ……………………….………… E. Laporan Evaluasi ……………………..………….
65 65 66 69 75 76
DAFTAR PUSTAKA ……………………………..……………… LAMPIRAN ………..………………..……………………….…… RIWAYAT HIDUP PENULIS ………..………………………..
77 83 191
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
Tabel 1.
Perbedaan mendasar antara monitoring dan evaluasi
8
Tabel 2.
Kelebihan dan kekurangan evaluasi internal dan eksternal
11
Tabel 3.
Tally sheet pengamatan untuk monitoring
27
satwa Tabel 4.
Hasil pengamatan lapangan monitoring satwa
28
Tabel 5.
Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk tabel
41
Tabel 6.
Contoh penyajian data indeks indeks kemiripan komunitas burung
41
Tabel 7.
Form hasil pengolahan data Form pengolahan klasifikasi dan
43
Tabel 8.
44
kategorisasi satwa Tabel 9.
Form rekapitulasi laporan monitoring
46
satwa Tabel 10.
Tally Sheet monitoring vegetasi/pohon
52
muda Tabel 11.
Tally Sheet monitoring vegetasi/pohon
53
dewasa Tabel 12.
Peralatan dan bahan monitoring pohon Taman Kehati
55
Tabel 13.
Pembagian periode dan waktu monitoring
60
Tabel 14.
Rekapitulasi hasil monitoring pohon muda
62
ix
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
x
Tabel 15.
Rekapitulasi hasil monitoring pohon dewasa
63
Tabel 16.
Contoh jenis flora prioritas target konservasi di Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi)
67
Tabel 17.
Contoh lima jenis fauna prioritas target konservasi di Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi)
67
Tabel 18.
Pendekatan-pendekatan dalam melakukan evaluasi
70
Tabel 19.
Aspek yang dievaluasi dan metode evaluasinya di Taman Kehati Babakan Pari (contoh kasus di Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi)
71
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Hal.
Gambar 1.
Beberapa peralatan monitoring satwa: binocular (A), monocular (B), kamera dengan lensa jauh (telelens) (C), GPS (D), camera trap (E), dan stop counter (F)
24
Gambar 2.
Beberapa buku panduan pengenalan satwa
25
Gambar 3.
Pengamatan satwa menggunakan teropong/binocular (A) dan monitoring satwa menggunakan camera/video trap (B)
25
Gambar 4.
Pendokumentasian satwa kecil menggunakan kamera dengan lensa jauh (telelens)
26
Gambar 5.
Contoh lokasi monitoring satwa liar di Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
30
Gambar 6.
Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk grafik pie
42
Gambar 7.
Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk histogram
42
Gambar 8.
Berang-berang jawa (Aonyx cinereus) yang tertangkap camera trap di Taman Kehati PT. Tirta Investama Lido
45
Gambar 9.
Peralatan yang perlu dibawa pada saat monitoring
56
xi
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
xii
Gambar 10. Contoh lokasi monitoring flora pohon di Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
57
Gambar 11. Pemeriksaan hama dan penyakit tanaman
57
Gambar 12. Pengukuran diamater pohon dewasa (A) dan pencatatan kondisi gulma sekitar tanaman (B)
58
Gambar 13. Label pohon yang dimonitor: bagian depan berisi nama spesies, nomor pohon, dan nomor blok (A); dan bagian belakang berisi checklist tanggal monitoring (B)
58
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Teks
Hal.
Lampiran 1. Panduan wawancara pengunjung/ masyarakat sekitar Taman Kehati
83
Lampiran 2. Kuesioner untuk stakeholders tentang evaluasi keberhasilan Taman Kehati
84
Lampiran 3. Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
87
Lampiran 4. Appendices CITES (Convention on
99
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Lampiran 5. Daftar Spesies Prioritas (Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008–2018)
178
Lampiran 6. Daftar 25 spesies satwa liar terancam punah yang diprioritaskan meningkat populasinya sebesar 10% pada tahun 2019 (Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 200/IV/KKH/2015)
186
Lampiran 7. Jumlah spesies flora dan fauna di Indonesia yang terancam menurut IUCN (International Union for the
188
Conservation of Nature and Natural Resources) xiii
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1.
on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ) adalah CITES
(Convention
konvensi internasional untuk mengendalikan perdagangan hidupan liar (flora dan fauna) yang terancam kepunahan. Indonesia memberlakukan Konvensi ini melalui Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 tanggal 15 Desember 1978.
xiv
2.
Daerah jelajah (home range) adalah daerah yang digunakan oleh individu satwa untuk mendapatkan makanan, pasangan dan memelihara anak (Burt, 1943 dalam Shaw, 1985).
3.
Ekosistem adalah suatu kompleksitas interaksi yang dinamis dari komunitas tumbuhan, binatang dan mikroorganisme serta lingkungan fisiknya sebagai satu kesatuan fungsi.
4.
Ekoton adalah pertemuan dua tipe habitat atau lebih atau peralihan antara dua atau lebih komunitas yang berbeda.
5.
Flagship species adalah spesies yang dipilih untuk
menggambarkan kondisi lingkungan atau ekosistem yang membutuhkan upaya konservasi. Spesies ini dipilih karena kerentanan, daya tarik, atau keunikannya dalam rangka membangkitkan dukungan dan penghargaan publik bagi konservasi keseluruhan ekosistem dan spesies di dalamnya. Contoh flagship species ialah panda raksasa, orangutan, gajah afrika, harimau india, monyet tamarin rambut emas, penyu belimbing, banteng, macan tutul jawa, dan gorila gunung.
6.
Fragmentasi adalah proses pemecahan suatu habitat, ekosistem, atau tipe land-use menjadi bidang-bidang lahan yang lebih kecil.
7.
Habitat adalah tempat atau tipe suatu tapak di mana suatu organisme atau populasi berada secara alami.
Habitat merupakan suatu unit lingkungan (termasuk ruang, iklim, makanan, cover, dan air) di mana binatang, tumbuhan, atau populasi secara alami dan hidup normal dan berkembang. 8.
Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengenal jenis, keadaan umum, status populasi, dan tempat hidupnya yang dilakukan di dalam habitatnya.
9.
Invasive alien species (IAS) adalah spesies asing (bukan asli) yang keberadaannya sudah mengganggu dan mengancam keberadaan spesies asli dan endemik karena pertumbuhan dan penyebarannya sangat cepat dan meluas (invasive).
10. Inventarisasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya mengetahui kondisi dan status populasi secara lebih terinci, serta daerah penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya, termasuk di lembaga konservasi. 11. Jenis tumbuhan atau satwa adalah jenis yang secara ilmiah disebut spesies atau anak-anak jenis yang secara ilmiah disebut subspecies, baik di dalam maupun di luar habitatnya. 12. Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keanekaragaman organisme hidup dari berbagai sumber termasuk antara lain daratan, lautan, dan ekosistem perairan lainnya, yang mana di dalamnya merupakan bagian sistem ekologi yang kompleks. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman dalam spesies, antarspesies, dan keanekaragaman ekosistem (CBD). 13. Komunitas adalah kumpulan berbagai populasi dalam suatu wilayah tertentu. 14. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
xv
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (UU No. 5/1990). 15. Monitoring jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengetahui kecenderungan perkembangan populasi jenis tumbuhan dan satwa dari waktu ke waktu melalui survei dan pengamatan terhadap potensi jenis tumbuhan dan satwa secara berkala. 16. Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu satu spesies yang saling berinteraksi dan melakukan perkembangbiakan pada suatu tempat dan waktu tertentu. 17. Red List atau Red Data List dibuat sejak tahun 1964 oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) merupakan daftar status konservasi spesies di dunia yang paling lengkap dan IUCN merupakan lembaga utama yang memiliki kewenangan (otoritas) membuat status konservasi spesies di dunia. 18. Relung (niche) didefinsikan sebagai peran yang dimainkan oleh setiap spesies di dalam habitat alaminya. Bagian paling penting dari relung adalah pemisahan makanan, walaupun relung lain juga penting, seperti cara penggunaan cover, air, atau bahkan ruang (Shaw, 1985). 19. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani baik yang hidup di darat, air, atau udara (UU No.5 tahun 1990). 20. Satwa atau tumbuhan dilindungi adalah satwa dan tumbuhan yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999. 21. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan/atau di air dan/atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
xvi
22. Satwa migran afrotropica adalah satwa yang berpindah cukup jauh dalam wilayah afrotropica (misalnya kebanyakan burung kukuk). 23. Satwa migran lokal adala satwa yang melakukan perpindahan dalam jarak yang dekat (beberapa kilometer) dari dan ke tempat berkembang biak (breeding). 24. Satwa migran paleartic adalah satwa yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di wilayah afrotropica, tetapi bermigrasi ke wilayah paleartic untuk berkembang biak. 25. Satwa penetap (resident) adalah satwa menempati habitat yang sama sepanjang tahun.
yang
26. Sensus adalah upaya menghitung semua individu tumbuhan dan satwa di suatu wilayah tertentu. 27. Spesies eksotik adalah suatu takson yang telah diperkenalkan atau yang telah melakukan kolonisasi suatu daerah dari tempat lain di masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992). 28. Spesies asli adalah spesies pribumi dan terdapat alami di suatu daerah tertentu. 29. Spesies atau jenis adalah suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain. 30. Spesies endemik adalah suatu takson yang ada di alam hanya pada suatu tempat, di saat sekarang dan masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992). 31. Spesies kunci (keystone species) merupakan spesies yang memiliki pengaruh besar pada lingkungannya, memengaruhi banyak organisme lain dalam ekosistem, serta menentukan tipe dan jumlah berbagai spesies dalam suatu komunitas. Banyak hewan
xvii
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
pemangsa merupakan spesies kunci, seperti macan tutul di Jawa. 32. Spesies payung (umbrella species) adalah spesies yang dipilih dalam rangka pembuatan keputusan konservasi; karena sulit menentukan status dari banyak spesies, pemilihan satu spesies payung dapat memudahkan pengambilan keputusan konservasi. Segala upaya konservasi terhadap spesies payung akan berdampak positif (mengonservasi) juga bagi spesies lain. Spesies payung dapat digunakan untuk membantu memilih lokasi yang sesuai dalam rangka melakukan pencagaran, menentukan luas, dan mengetahui komposisi, struktur, dan proses-proses ekosistem. Contoh spesies payung ialah harimau india, harimau sumatera, orangutan kalimantan. 33. Takson adalah sekelompok organisme yang diklasifikasikan bersama karena sifat-sifat yang sama, meliputi spesies, genus, famili, dan lain-lain (Adisoemarto & Rifai, 1992). 34. Teritori (territory) adalah bagian atau keseluruhan dari suatu home range yang dipertahankan dari satwa lain, khususnya dari spesies yang sama. 35. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati, baik yang hidup di darat maupun di air (UU No.5 tahun 1990). 36. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan/atau dipelihara yang masih mempunyai kemurnian jenisnya (UU No.5 tahun 1990). 37. Vegetasi [dalam arti luas] adalah kelompok tumbuhtumbuhan yang mana satuan vegetasi hutan terbesar ialah formasi hutan. Asosiasi hutan adalah satuansatuan di dalam formasi hutan yang diberi nama menurut jenis yang paling dominan (Soerianegara, 1978).
xviii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari proses manajemen. Monitoring perlu dilakukan secara periodik dan terus menerus untuk mengetahui kemajuan suatu program atau proyek dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengetahui apakah suatu program atau proyek telah dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien seperti yang diharapkan, evaluasi perlu dilakukan pada akhir program atau proyek tersebut. Evaluasi ini dilakukan terus menerus dalam jangka panjang untuk mengetahui apakah program atau proyek telah memberikan outcome atau dampak, baik yang telah direncanakan maupun yang tidak diduga. Monitoring dan evaluasi sangat penting bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan dan menentukan langkah-langkah perbaikan proses atau metode untuk pencapaian hasil yang baik. Hasil monitoring dan evaluasi juga penting sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menghilangkan kendala-kendala atau hambatan yang dapat menggagalkan program atau proyek.
1
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Salah satu program lingkungan yang mulai dikembangkan di Indonesia ialah pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati merupakan program jangka panjang yang hasil dan outcome atau dampaknya dapat diukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi menjadi alat kontrol yang handal agar program dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Tentunya, hal ini akan menghasilkan outcome dan memberikan dampak yang baik.
B. Maksud dan Tujuan Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk:
2
(1)
Membantu pengambil keputusan dan pelaksana program perlindungan keanekaragaman hayati di Taman Kehati untuk mengetahui kemajuan dan perkem-bangan yang telah dicapai.
(2)
Membantu pelaksana program untuk memeriksa apakah suatu kegiatan berhasil diselesaikan sesuai dengan rencana atau tidak.
(3)
Membantu pelaksana program untuk mengambil tindakan perbaikan terhadap masalah yang ditemukan di lapangan.
(4)
Mendokumentasikan berbagai pengalaman yang muncul dalam pelaksanaan program dan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut.
Tujuan monitoring dan evaluasi keberhasilan bangunan dan pengelolaan Taman Kehati, yaitu:
pem-
(1)
Memastikan pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang ditetapkan.
(2)
Memastikan Taman Kehati memberikan manfaat langsung dan tidak langsung bagi pelestarian flora dan fauna, serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi keanekaragaman hayati.
(3)
Memastikan pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan rencana dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
(4)
Memastikan para pihak yang terlibat dalam pengelolaan keanekaragaman hayati dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.
(5)
Memberikan penilaian independen terhadap pelaksanaan program perlindungan keanekaragaman hayati di Taman Kehati
.
3
DEFINISI DAN PENGERTIAN Monitoring ialah kegiatan pengumpulan informasi secara rutin atau periodik untuk melihat kinerja semua pelaksana program dan memastikan seluruh kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan serta sesuai dengan biaya yang dialokasikan. Laporan monitoring biasanya dibuat dalam periode bulanan, triwulan, caturwulan, atau semester dan isinya mencakup output, kegiatan (aktivitas), dan penggunaan input sumber daya (manusia, waktu, dana, dan material). Monitoring merupakan bagian fungsi internal dari proyek atau organisasi, yaitu suatu fungsi berkelanjutan yang menggunakan pengumpulan data secara sistematik dari indkator-indikator yang telah ditetapkan dalam rangka memberi informasi pihak manajemen dan stakeholders tentang sejauh mana capaian dari tujuan dan kemajuan dalam penggunaan sumber daya (input). Indikator ialah variabel kuantitatif atau kualitatif yang dapat dipakai untuk mengukur kemajuan atau hasil dan dibandingkan dengan ukuran-ukuran target yang direncanakan. Indikator merupakan dasar penilaian sederhana dan dapat dipercaya untuk menilai capaian, perubahan,
5
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
atau kinerja (performance). Indikator numerik (berupa angka) lebih disukai dan dapat diukur berkali-kali secara konsisten untuk menunjukan perubahan. Indikatorindikator yang ditetapkan selama fase perencanaan proyek biasanya meliputi komponen-komponen sebagai berikut: (1)
Apa yang akan diukur?
(2)
Unit ukuran yang digunakan untuk menggambarkan perubahan, misalnya persentase.
(3)
Status sebelumnya atau baseline, misalnya pada tahun 2010 nilainya 10%.
(4)
Ukuran, arah, dan dimensi dari perubahan yang diinginkan; misalnya 30% pada tahun 2012.
(5)
Kualitas atau standar perubahan yang ingin dicapai, misalnya peningkatan presentase menjadi lebih tinggi.
(6)
Sasaran yang dimonitor, misalnya tanaman, satwa dan lain-lain.
(7)
Jangka waktu, misalnya periode Januari 2010– Januari 2011.
Evaluasi ialah suatu kegiatan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilakukan dan melihat realisasi capaian ataupun dampaknya. Evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan target yang diharapkan (direncanakan), dengan metode dan penggunaan sumber daya yang benar. Evaluasi membantu para pihak
6
mengambil pembelajaran dan pemahaman, serta menunjukan tingkat pencapaian. Evaluasi berfokus pada outcome dan keterkaitannya dengan output. Dalam evaluasi, hal yang dilihat, yakni efisiensi, efektivitas, dan dampak. Evaluasi merupakan penilaian sistematik dan objektif dari suatu program atau kebijakan, baik yang masih berlangsung maupun yang sudah selesai, meliputi rencana, implementasi dan hasilnya. Evaluasi lebih menekankan pada penilaian outcome dan dampak (impact) daripada outputoutput yang telah dihasilkan. Evaluasi harus memenuhi kriteria: (1) Obyektivitas (2) Efisiensi (3) Efektifitas (4) Dampak (impact) (5) Keberlanjutan (sustainability) Input ialah sumber daya manusia, keuangan dan sumber daya lainnya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan. Activity (kegiatan) ialah suatu pekerjaan yang harus dilakukan guna menghasilkan output. Output (keluaran) ialah hasil utama yang dibutuhkan guna mencapai outcome. Outcome ialah manfaat jangka panjang, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan. Outcome bisa dicapai dalam jangka pendek, misalnya selama siklus program, seperti yang ditetapkan dalam tujuan atau jangka panjang yang biasanya berupa pencapaian target
7
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
(goal) atau tujuan jangka panjang. Impact atau dampak ialah hasil dari capaian khusus seperti meningkatnya keanekaragaman jenis satwa akibat meningkatnya keanekaragaman jenis pohon yang ditanam. Perbedaan mendasar antara monitoring dan evaluasi disa-jikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perbedaan mendasar antara monitoring dan evaluasi Lingkup
Monitoring
Evaluasi
Waktu
Terus menerus sepanjang pelaksanaan program
Menilai seluruh siklus program
Kedalaman dan Tujuan
Merupakan bagian reguler dari program manajemen. Fokus pada pelaksanaan program, membandingkan antara realisasi dan rencana
Mereview capaian program dan menilai apakah rencana sudah yang terbaik untuk mencapai outcome. Mengukur capaian dan dampak, baik positif maupun negatif, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan. Mencari pembelajaran, baik dari kesuksesan maupun kegagalan, serta mencari yang terbaik untuk dipraktekan di tempat lain.
8
Lingkup
Monitoring
Evaluasi
Pelaku
Dilakukan oleh orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program
Sebaiknya dilaksanakan oleh pihak luar independen.
Keterkaitan monitoring dengan evaluasi
Data dan penilaian yang diperoleh dalam monitoring menjadi masukan dan digunakan dalam proses evaluasi.
Terdapat beberapa cara pelaksanaan evaluasi, baik yang dilakukan oleh internal maupun eksternal. Cara evaluasi yang lazim digunakan antara lain: (1)
Self-evaluation; pelaksanaan melibatkan orang (pihak) internal dari program atau proyek. Kegiatan ini merupakan introspeksi atas apa yang telah dilaksanakan untuk pembelajaran dan perbaikan. Itikad introspeksi dan kejujuran sangat diperlukan agar evaluasi cukup efektif dan menjadi pembelajaran yang penting dan berkesan.
(2)
Participatory evaluation; hal ini merupakan salah satu bentuk evaluasi internal. Maksud kegiatan ini ialah mengikutsertakan sebanyak mungkin pihak yang terlibat, seperti pelaksana kegiatan dan masyarakat yang mendapat manfaat. Apabila ada pihak luar yang diikutsertakan, fungsi yang bersangkutan ialah sebagai fasilitator dari proses evaluasi, bukan sebagai evaluator.
9
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
(3)
Rapid Participatory Appraisal (RPA); biasanya digunakan di daerah pedesaan atau pada kebanyakan kelompok masyarakat. Kegiatan ini merupakan metode evaluasi kualitatif semiterstruktur yang dilaksanakan oleh tim multidisiplin dalam waktu yang singkat. RPA digunakan sebagai titik awal untuk memahami kondisi setempat dengan cepat dan murah, serta sangat bermanfaat untuk mengumpulkan informasi. Pelaksanaan menggunakan data sekunder, review data, observasi langsung, wawancara semiterstruktur, informan kunci, wawancara kelompok, games, diagram, peta, dan kalender. Dalam konteks evaluasi, RPA memungkinkan seseorang mendapatkan input berharga dari orang-orang yang diperkirakan mendapat manfaat dari program. RPA sangat fleksibel dan interaktif.
(4)
External evaluation; pelaksanaan dilakukan oleh pihak luar yang telah ditunjuk dengan selektif.
(5)
Interactive evaluation; pelaksaaan melibatkan secara aktif antara evaluator luar dan pelaksana program yang dievaluasi, atau pihak internal termasuk di dalam tim evaluator.
Masing-masing cara evaluasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan evaluasi internal dan eksternal disajikan pada Tabel 2.
10
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan evaluasi internal dan eksternal Pelaku
Kelebihan
Kekurangan
Internal
Evaluator sudah familiar dengan program, kultur organisasi, maksud dan tujuan program yang akan dievaluasi
Potensial terjadi konflik kepentingan, terutama untuk mengarahkan ke kesimpulan yang baik atau positif.
Kadang orang lebih senang berbicara kepada pemeriksa dari internal daripada eksternal. Merupakan alat manajemen yang jelas untuk introspeksi dan koreksi diri sendiri.
Mungkin orang internal tidak memiliki keahlian atau terlatih melakukan evaluasi. Menyita waktu kerja pegawai, walaupun lebih murah. Namun demikian, bisa menjadi mahal karena kehilangan waktu kerja.
Tidak merasa tertekan sehingga bisa memudahkan mendapat temuan dan kritik. Lebih murah daripada evaluasi eksternal.
11
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Pelaku
Kelebihan
Kekurangan
Eksternal
Evaluasi lebih objektif karena evaluator tidak memiliki konflik kepentingan.
Orang luar mungkin tidak paham kultur dan apa yang ingin dicapai dalam program.
Evaluator biasanya sudah berpengalaman dan terlatih.
Yang dievaluasi mungkin merasa tertekan dan takut berbicara terus terang dan kooperatif dalam proses evaluasi.
Kadang-kadang pekerja lebih senang memberikan informasi kepada orang luar. Lebih kredibel untuk mendapatkan temuan, khususnya yang positif.
12
Bisa sangat mahal. Bisa salah pengertian dengan yang dievaluasi sehingga apa yang diinginkan dari evaluasi tidak terpenuhi.
PRINSIP-PRINSIP MONITORING DAN EVALUASI A. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan monitoring dan evaluasi perlu didasarkan pada kejujuran, motivasi, dan keinginan yang kuat dari para pelaku. Kegiatan ini harus dianggap sebagai alat yang penting untuk memperbaiki program. Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi selanjutnya diuraikan sebagai berikut. 1. Objektif dan Profesional Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara profesional berdasarkan analisis data yang lengkap dan akurat. Hal ini dimaksudkan agar menghasilkan penilaian secara objektif dan masukan yang tepat bagi pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Oleh karena itu, pelaku program wajib melaporkan informasi seakurat mungkin. Informasi harus diuji silang dengan sumber lain untuk menjamin keakurasiannya. Informasi yang akurat dan berdasarkan fakta dari sumber terpercaya dapat membantu untuk memperbaiki program.
13
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
2. Transparan Monitoring dan evaluasi harus dilakukan di suatu lingkungan yang mendorong kebebasan berbicara yang bertanggung jawab. Hasil pemantauan dan evaluasi harus diketahui oleh banyak orang, terutama pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini. 3. Partisipatif Semua pelaku program; terutama masyarakat, fasilitator, dan konsultan; harus bebas untuk berpartisipasi dan melaporkan berbagai masalah yang dihadapi, serta memberkan kontribusinya untuk perbaikan program. 4. Akuntabel Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dapat dipertanggungjawabkan secara internal maupun eksternal. 5. Berorientasi Solusi Pelaksanaan monitoring dan evaluasi diorientasikan untuk menemukan solusi atas masalah yang terjadi dan menjadi dasar peningkatan kinerja atau perbaikan metode. 6. Terintegrasi Kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan, baik oleh konsultan maupun internal, harus menjadi bagian tak terpisahkan dari manajemen, dalam hal ini sistem pengelolaan Taman Kehati.
14
B. Memilih Evaluator Apabila akan menggunakan evaluator dari luar untuk mengevaluasi program Taman Kehati, evaluator yang dipilih harus memiliki kriteria berikut: (1)
Memiliki pemahaman tentang isu keanekaragaman hayati;
(2)
Memiliki pemahaman tentang isu perusahaan yang dievaluasi;
(3)
Berpengalaman dalam mengevaluasi proyek atau program yang sejenis;
(4)
Memiliki track record yang baik dengan clients sebelumnya;
(5)
Memiliki keahlian meneliti;
(6)
Memiliki komitmen terhadap kualitas;
(7)
Memiliki komitmen terhadap ketepatan waktu;
(8)
Objektif, jujur, dan adil;
(9)
Logis dan dapat bekerja secara sistematik;
(10) Memiliki tulisan;
kemampuan
berkomunikasi
lisan
dan
(11) Memiliki gaya dan pendekatan yang sesuai dengan perusahaan yang dievaluasi; (12) Memiliki nilai-nilai yang serasi dengan nilai-nilai yang dianut perusahaan; (13) Biayanya rasional.
15
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Sebelum memutuskan untuk menggunakan evaluator eksternal, hal-hal penting yang harus diperhatikan sebagai berikut: (1)
Memeriksa referensinya;
(2)
Bertemu dengan evaluator sebelum membuat keputusan final;
(3)
Menyampaikan dengan jelas apa yang diinginkan (Term of Reference/ToR untuk kontrak);
(4)
Menegosiasikan kontrak dengan ketentuan provisi jika kontrak tidak dapat diselesaikan tepat waktu atau hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan;
(5)
Meminta rencana kerja dengan output dan tata waktunya;
(6)
Mengikuti realisasi kontrak, termasuk meminta laporan antara (interim report), baik lisan maupun tertulis;
(7)
Menyediakan waktu khusus untuk menampung umpan balik secara formal.
Tidak setiap evaluator objektif sempurna karena mereka pasti sudah memiliki opini dan pemikiran. Namun, sebaiknya opini mereka harus dinyatakan secara jelas dan tidak disembunyikan karena berguna untuk evaluasi.
16
TAHAPAN MONITORING DAN EVALUASI Langkah-langkah dalam merancang sistem monitoring dan evaluasi tergantung pada apa yang ingin dimonitor dan dievaluasi. Berikut ini merupakan outline langkah-langkah umum yang biasa dilakukan dalam monitoring dan evaluasi. (1)
Mengidentifikasi siapa saja yang akan dilibatkan dalam perancangan, implementasi, dan pelaporan. Para pihak yang dilibatkan diharapkan dapat memberikan bantuan, perspektif dan pemahaman, serta umpan balik.
(2)
Menetapkan secara jelas ruang lingkup, tujuan, penggunaan hasil, dan anggaran.
(3)
Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab apa yang ingin dipelajari dari hasil monitoring dan evaluasi.
(4)
Memilih indikator-indikator capaian dan cara-cara mengukur capaian untuk penilaian kinerja (performa), atau untuk menggambarkan perubahan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
17
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
(5)
Menetapkan metode pengumpulan data, misalnya metode “review dokumen”, “kuesioner”, “survei”, dan “wawancara”.
(6)
Menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh. Sekaligus me-review informasi yang diperoleh untuk melihat apakah ada pola atau kecenderungan (trend) yang muncul dari proses.
(7)
Menginterpretasi temuan-temuan, memberikan umpan balik (feedback), dan membuat rekomendasi. Dari proses analisis data dan pemahaman terhadap temuan-temuan dapat melahirkan rekomendasirekomendasi untuk meningkatkan kinerja atau melakukan perubahan-perubahan di tengah perjalanan program untuk perbaikan.
(8)
Mengomunikasikan temuan dan pandangan kepada para pihak (stakeholders) dan memutuskan bagaimana harus menggunakan hasil monitoring dan evaluasi untuk peningkatan kinerja.
Indikator input umumnya sumber daya, seperti sumber daya manusia (SDM) dan biaya. Indikator proses merupakan kegiatan yang biasanya terdiri atas beberapa kegiatan secara berurutan. Indikator output ialah hasil yang dapat dilihat segera. Indikator outcome ialah hasil yang dapat dilihat atau dirasakan dalam jangka menengah, sedangkan indikator impact atau dampak ialah hasil yang diperoleh atau dirasakan dalam jangka panjang.
18
METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI FAUNA Monitoring fauna ialah kegiatan pengumpulan dan analisis data hasil observasi terhadap fauna secara berulang untuk mengetahui perubahan kondisi (struktur, komposisi, dan keanekaragaman) fauna yang dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (baseline) atau kondisi yang diharapkan. Data satwa liar termasuk sebagai hal yang sulit didapatkan di lapangan, apalagi jika waktu yang tersedia sangat terbatas. Hal ini dikarenakan satwa bersifat mobile atau selalu berpindah dan beberapa satwa sangat sensitif dengan kehadiran manusia sehingga akan menjauh sebelum orang yang melakukan monitoring atau evaluasi datang. Untuk mendapatkan data satwa yang akurat, pengamat harus mengerahkan segala sumber daya, mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk hasil-hasil penelitian terbaru, literatur, dan informasi dari masyarakat setempat atau petugas yang telah lama berdomisili di sekitar lokasi yang akan disurvei (Gunawan, in press). Dalam monitoring satwa liar, metode apapun yang digunakan tidak boleh menimbulkan kerusakan dan harus memerhatikan:
19
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
(1)
Tidak menggunakan metode sampling yang merusak; misalnya menembak satwa atu menjaring burung.
(2)
Harus menjamin bahwa jenis-jenis satwa liar yang penting, sumber daya alam, dan tanaman tidak rusak karena kegiatan survei yang dilakukan.
(3)
Meminimalkan gangguan terhadap spesies yang sensitif.
(4)
Tidak menggunakan peralatan bermesin pada habitat yang sensitif, kecuali dampaknya dapat dihindarkan.
(5)
Membuat titik-titik pengamatan (lokasi sampling) permanen secara seksama dan meminimalkan kerusakan pada saat pembuatan.
(6)
Menjamin peralatan atau bangunan yang dibuat untuk monitoring tidak menimbulkan risiko pada satwa liar atau masyarakat.
(7)
Menghindarkan kunjungan yang tidak perlu ke titiktitik pengamatan (lokasi sampling).
A. Tujuan Monitoring keanekaragaman hayati fauna atau satwa liar bertujuan mengetahui perubahan kondisi fauna atau satwa liar dari waktu ke waktu sebagai dampak dari keberadaan Taman Kehati.
20
B. Sasaran Objek yang Dimonitor Sasaran yang menjadi objek monitoring yaitu satwa liar bertulang belakang (vertebrata) yang terdiri atas kelas mamalia, aves, reptilia, dan amfibia. Monitoring khusus juga dilakukan pada jenis-jenis satwa unggulan yang menjadi target konservasi.
C. Indikator yang Dimonitor Indikator yang dimonitor dari kondisi satwa liar, yaitu struktur, komposisi, dan keanekaragaman. Struktur meliputi kelimpahan relatif dan sebaran jenis dalam komunitas (indeks kemerataan jenis). Komposisi meliputi jumlah jenis dan proporsinya menurut berbagai kategori atau klasifikasi. Sementara itu, indikator keanekaragaman diukur dari nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon Wienner (Magurran, 1988).
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data satwa liar untuk mendapatkan nilai indikator-indikator dari mamalia, aves, reptilia, dan amfibia dilakukan dengan metode transek atau jalur (Sutherland, 2001). Dalam metode ini, pengamat berjalan pada suatu jalur penjelajahan dengan arah konsisten yang memotong wilayah studi secara sistematis sehingga dapat mewakili dan mencakup semua kondisi habitat yang ada. Transek juga dapat dibuat mengikuti track yang sudah ada, seperti sungai atau jalan setapak.
21
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Setiap satwa yang dijumpai dicatat jenis, jumlah dan frekuensi perjumpaannya. Hal penting lain yang juga perlu dicatat yaitu aktivitas satwa pada saat dijumpai dan tempat spesifik yang digunakan (misalnya jenis pohon tertentu sebagai tempat tidur) (Gunawan, in press). Untuk mengenali suatu jenis satwa, beberapa cara dapat dilakukan antara lain melalui jejak, feses, suara, sarang, bau, dan tanda-tanda lain yang ditinggalkan (van Lavieren, 1982; Alikodra, 1990). Wawancara dengan petugas lapangan dan masyarakat juga dilakukan untuk melengkapi data yang tidak tercakup pada waktu pengamatan (Gunawan, in press). Kegiatan monitoring jenis-jenis burung (aves) dapat dilakukan dengan metode observasi burung yang umum seperti metode IPA (Indices Ponctuels d’Abundance) dengan interval waktu 20 menit dan radius observasi 50 m (van Lavieren, 1982). Identifikasi jenis bisa menggunakan buku panduan pengenalan burung yang sudah dibuat untuk seluruh wilayah biogeografi Indonesia dan telah banyak beredar, seperti ”Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali” (MacKinnon, 1991), ”Panduan Lapangan Burung-Burung Asia Tenggara” (King, 1975), ”Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallacea” (Coates & Bishop, 1997), dan ”Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan” (MacKinnon et al., 1992). Pada pengamatan burung-burung dengan habitat yang luas, metode garis transek (line transect) dapat digunakan
22
(Sutherland, 2004). Garis transek juga dapat diganti dengan jalan (track) yang sudah ada atau sungai. Pengamatan dilakukan sepanjang kiri dan kanan jalan atau sungai. Masing-masing selebar 20 m sehingga bila panjang jalan atau sungai 500 m, luas areal yang diamati sama dengan 1 ha (Pomeroy, 1992). Cara tersebut sering disebut road-side census atau river-side census. Observasi burung sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika burung-burung memulai aktivitas atau menjelang petang ketika burung-burung kembali ke sarang. Misalnya, waktu pengamatan dilakukan pada pukul 05.00–10.00 dan pukul 16.00–18.00 waktu setempat. Setelah hujan berhenti di tengah hari, burung-burung juga sering mudah ditemukan. Data yang dicatat dari pengamatan burung meliputi jenis, jumlah total individu [dari setiap jenis yang ditemukan], frekuensi perjumpaan, dan habitat tempat ditemukan. Informasi lain juga dapat ditambahkan, seperti strata tajuk vegetasi ketika ditemukan, aktivitas yang sedang dilakukan, jenis makanan, dan waktu saat ditemukan (Gunawan, in press).
E. Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam monitoring satwa antara lain teropong (binocular atau monocular), Geographic Positional System (GPS), kamera dengan lensa jauh (telelens), camera trap, stop counter, dan alat tulis. Bahan-
23
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
bahan yang digunakan antara lain peta kerja, buku panduan pengenalan jenis burung, panduan pengenalan jenis reptilia, panduan pengenalan jenis amfibia, dan buku panduan pengenalan jejak satwa, serta buku catatan atau tally sheet pengamatan.
C B A
E
F
D
Gambar 1. Beberapa peralatan monitoring satwa: binocular (A), monocular (B), kamera dengan lensa jauh (telelens) (C), GPS (D), camera trap (E), dan stop counter (F)
24
Gambar 2. Beberapa buku panduan pengenalan satwa
A
B
Gambar 3. Pengamatan satwa menggunakan teropong/binocular (A) dan monitoring satwa menggunakan camera/video trap (B)
25
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Gambar 4. Pendokumentasian satwa kecil menggunakan kamera dengan lensa jauh (telelens)
26
Tabel 3. Tally sheet pengamatan untuk monitoring satwa
TALLY SHEET PENGAMATAN
UNTUK MONITORING SATWA Taman Kehati Lokasi /Blok Pemonitor Tanggal Jam Kondisi cuaca No
: : : : : :
Nama Lokal
Turus/Tabulasi
Keterangan
2-1-1
2. 3.
Rajaudang biru Bunglon Kutilang
4. 5. 6. 7.
Tekukur Walet sapi Garangan Sero
2 25 2 1
Bertengger, bersuara Mencari makan Berjemur, terbang Bertengger Terbang Melintas jalan Berjemur
1.
1-1-1-1 8-4
Keterangan: Model Tally sheet ini bisa digunakan untuk mencatat semua satwa yang dijumpai (masih campuran). Namun, data ini selanjutnya harus disortir/ dipisahkan untuk mamalia, reptilia, amfibia dan aves (burung) dalam pengolahan data. Turus/tabulasi 2-1-1 artinya terdapat 3 kali perjumpaan dan total individu yang dijumpai sebanyak 4 (2+1+1=4) [perjumpaan pertama 2 ekor, kedua 1 ekor dan ketiga ada 1 ekor].
27
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Tabel 4. Hasil pengamatan lapangan monitoring satwa
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN MONITORING SATWA Taman Kehati Lokasi /Blok Pemonitor Tanggal Jam Kondisi cuaca Kelas No
: : : : : : : MAMALIA/REPTILIA/AMFIBIA/AVES*
Nama Lokal
Nama Latin
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Jumlah *Coret yang tidak perlu.
28
Jumlah Individu (ni) n1. n2. n3. n4. n5. n6. n7. n8. n9. n10. n11. n12. n13. n14. n15. n16. n17. n18. ..... ..... N
Frekuensi Perjumpaan (fi) f1. f2. f3. f4. f5. f6. f7. f8. f9. f10. f11. f12. f13. f14. f15. f16. f17. f18. ..... ..... F
F. Lokasi Monitoring Lokasi monitoring satwa dipilih di tempat-tempat yang mewakili kondisi habitat yang ada di Taman Kehati. Cara pemilihan sampel pengamatan dilakukan sebagai berikut [lihat Gambar 5]: (1)
Sampel pengamatan untuk metode transek ialah dengan cara meletakkan transek melewati seluruh tipe habitat atau tipe vegetasi.
(2)
Membuat pengulangan transek secara sistematis, misalnya dengan jarak antartransek 100 m atau 200 m hingga mewakili seluruh areal yang ada.
(3)
Untuk sampel pengamatan berbentuk titik, misalnya metode IPA, titik pengamatan diletakkan di daerah ekoton, yaitu daerah pertemuan dua tipe habitat/ komunitas atau lebih. Misalnya, peralihan dari sawah dengan kebun, peralihan dari hutan ke kebun, peralihan dari hutan ke sawah, peralihan dari rumpun bambu ke kebun, dan lain-lain.
29
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Gambar 5. Contoh lokasi monitoring satwa liar di Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
G. Periode Monitoring Monitoring satwa liar dilakukan sedikitnya setahun dua kali untuk mewakili kondisi musim kemarau dan musim hujan. Untuk memudahkan dan agar periode waktunya tetap, sebaiknya monitoring dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya, misalnya bulan Juni untuk musim kemarau dan bulan Desember untuk musim hujan. Apabila memungkinkan, setahun dapat dilakukan empat kali monitoring, yaitu dua kali mewakili musim kemarau dan dua kali mewakili musim hujan.
30
H. Pengolahan dan Interpretasi Data Pengolahan data satwa dilakukan untuk menghasilkan informasi frekuensi perjumpaan relatif (FR), kelimpahan relatif (KR), indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’), indeks kemerataan jenis (evenness) dan [jika diperlukan] indeks kemiripan antar komunitas (indeks Sorensen) untuk membandingkan dua komunitas secara spasial ataupun temporal. Data juga dapat diklasifikasikan sehingga memberikan informasi yang mudah dipahami dan berguna untuk pengambilan keputusan (Gunawan, in press). Indeks keanekaragaman jenis dihitung dengan rumus dari Shannon (H’) yaitu (Magurran, 1988.):
H ' pi ln pi yang mana pi
ni N
pi ialah perbandingan antara jumlah individu spesies ke i dengan jumlah total individu. Logaritma yang digunakan ialah logaritma dasar 10 atau Ln (logaritma natural). Rumus ini dapat diubah menjadi (Soegianto, 1994):
H '
N ln N ni ln ni N
Untuk mengetahui struktur komunitas dalam setiap tipe habitat, nilai kemerataan antarjenis atau indeks evenness (E) dihitung dengan rumus sebagai berikut (Odum, 1994):
E
H' ln S
yang mana S ialah banyaknya jenis pada suatu tipe habitat.
31
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Indeks kemiripan komunitas (Similarity Index) atau dikenal dengan nama Indeks Sorensen antara dua sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Odum, 1994):
SI
2C A B
SI ialah indeks kemiripan komunitas, A ialah jumlah jenis dalam sampel A, B ialah jumlah jenis dalam sampel B, dan C ialah jumlah jenis yang sama pada kedua sampel. Dengan demikian, indeks ketidaksamaan ialah 1 - S. Nilai indeks kemiripan komunitas berkisar antara 0–1. Semakin tinggi nilai indeks kemiripan komunitas antara dua sampel maka semakin miriplah kedua sampel tersebut, demikian pula sebaliknya. Kelimpahan (abundance) yang sering disimbolkan dengan “N” ialah jumlah individu pada suatu wilayah yang sedang diteliti. Kelimpahan Relatif merupakan nilai relatif dari suatu jenis (spesies) terhadap total individu seluruh jenis yang sedang diteliti. Nilai ini bermanfaat untuk menggambarkan keadaan komunitas satwa liar di suatu wilayah studi yang tidak diketahui luasnya atau untuk studi yang kurang intensif. Kelimpahan suatu jenis pada suatu areal yang disurvei dihitung dengan formula:
ni A L
32
yang mana A ialah kelimpahan (Abundance), ni ialah jumlah individu spesies I, dan L ialah luas areal yang disurvei (dalam hektar atau km2).
Kelimpahan Relatif dihitung dengan formula.
RA
ni x100% N
yang mana RA ialah kelimpahan relatif, ni ialah kelimpahan atau jumlah individu spesies i dan N adalah kelimpahan total atau jumlah seluruh individu dari seluruh spesies.
Dalam setiap survei satwa, seringkali kita perlu menunjukan hasil kuantitatif yang bisa menggambarkan kondisi populasi atau komunitas satwa. Frekuensi perjumpaan atau frequency of occurance dapat menggambarkan seberapa sering atau seberapa mudah kita menjumpai suatu jenis satwa. Semakin tinggi nilai relatif frekuensi perjumpaan suatu jenis satwa, semakin mudah kita menjumpainya di areal tersebut. Frekuensi perjumpaan bisa berbasis luas areal pengamatan (jumlah perjumpaan pada suatu luasan wilayah pengamatan), atau bisa juga berbasis lamanya waktu pengamatan (jumah perjumpaan selama waktu pengamatan). Dengan demikian, nilai FR bisa menjadi petunjuk sebaran satwa, baik secara spasial (ruang) maupun temporal (waktu). Formula untuk menghitung frekuensi perjumpaan yaitu:
FO
i
fi
fi
A
atau
FO
i
T
yang mana FOi ialah frekuensi perjumpaan (Frequency of Occurance), fi ialah jumlah perjumpaan suatu spesies (i), A ialah luas areal yang disurvei (hektar atau km2) dan T ialah lamanya waktu pengamatan (menit atau jam).
33
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Formula yang digunakan untuk frekuensi relatif sebagai berikut:
FR
i
fi x100% F
mendapatkan
nilai
Yang mana FRi ialah frekuensi perjumpaan relatif suatu spesies (i), fi ialah frekuensi atau jumlah perjumpaan dengan spesies i, dan F ialah total frekuensi perjumpaan seluruh spesies.
Interpretasi data satwa juga dibuat klasifikasi untuk memberikan informasi yang lebih sesuai dengan tujuan memudahkan pengambilan keputusan. Klasifikasi data satwa, khususnya burung, antara lain berdasarkan (Gunawan, in press):
34
Kelompok makanan (feeding guilds).
Spesialisasi habitat: daratan dan perairan.
Sifat tinggal: resident (penghuni tetap) dan migran lokal atau migran antar benua.
Status endemisitas: endemik dan eksotik (tidak endemik).
Status asal/keaslian: asli dan introduksi.
Pemanfaatannya: komersial dan tidak komersial.
Status konservasi, seperti status perlindungan berdasarkan PP 7/1999 (dilindungi/tidak dilindungi), status berdasarkan Appendix CITES (Appendix I, II, III atau Non-Appendix), dan status menurut Redlist IUCN.
Berdasarkan tipe habitat yang diteliti, misalnya kebun, sawah, lahan terbuka, hutan tanaman monokultur, hutan tanaman campuran, hutan alam sekunder, hutan alam primer, dan lain-lain.
Lainnya; misalnya berdasarkan prioritas konservasi nasional, prioritas konservasi daerah, maskot kabupaten, maskot provinsi, maskot nasional, atau merupakan spesies kunci (keystone species), spesies payung (umbrella species), serta spesies bendera (flag species).
Klasifikasi berdasarkan feeding guilds untuk burung meliputi burung-burung pemakan daun disebut frugivora, pemakan biji disebut granivora, dan pemakan nektar disebut nektivora. Burung pemangsa satwa lain disebut karnivora atau raptor, pemangsa ikan disebut piscivora dan dan pemakan serangga disebut insektivora. Untuk bangsa satwa mamalia umumnya dikelompokkan menjadi herbivora (pemakan bagian tumbuhan), karnivora (pemangsa satwa lain), dan omnivora (pemakan segala). Berdasarkan spesialisasi habitatnya, burung-burung dikelompokkan menjadi burung daratan (terrestrial bird) yaitu burung yang sebagian besar hidupnya di daratan dan mencari makan di daratan dan burung air (water bird) yaitu burung yang sebagian besar hidupnya di perairan atau dalam mencari makan tergantung pada keberadaan perairan (umumnya makanannya ada di air, seperti ikan, udang, dan hewan air lainnya).
35
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Klasifikasi berdasarkan status tinggal, yaitu satwa resident (penghuni tetap), migran lokal atau migran antar benua. Satwa penetap (resident) ialah satwa yang menempati habitat yang sama sepanjang tahun. Satwa migran lokal ialah satwa yang melakukan perpindahan dalam jarak yang dekat (beberapa kilometer) dari dan ke tempat berkembang biak (breeding). Satwa migran afrotropica ialah satwa yang berpindah cukup jauh dalam wilayah afrotropica (misalnya kebanyakan burung kukuk). Satwa migran paleartic adalah satwa yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di wilayah afrotropica tetapi bermigrasi ke wilayah paleartic untuk berkembang biak. Berdasarkan status endemisitasnya, satwa-satwa dapat dikelompokkan menjadi satwa endemik dan eksotik atau introduksi. Spesies endemik ialah satwa yang hidup di alam hanya pada suatu tempat, di saat sekarang dan masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992). Spesies eksotik ialah spesies yang telah diintroduksi ke suatu tempat atau yang telah mengolonisasi suatu daerah dari tempat lain di masa lalu (Adisoemarto & Rifai, 1992). Berdasarkan status asal atau keasliannya, satwa-satwa dikelompokkan menjadi satwa asli (indigenous) atau introduksi (didatangkan dari tempat lain). Spesies asli ialah spesies pribumi dan terdapat alami di suatu daerah. Berdasarkan pemanfaatannya, satwa dapat dikelompokkan menjadi satwa komersial dan nonkomersial. Satwa
36
komersial ialah satwa yang memiliki nilai ekonomi dan diperdagangkan. Klasifikasi berdasarkan Red List IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) versi 3.1 untuk satwa liar didasarkan pada tingkat keterancamannya, mulai dari yang paling gawat hingga yang paling ringan dengan kategori sebagai berikut:
Extinct (EX) = punah Extinct in the Wild (EW) = punah di alam Critically Endangered (CR) = kritis Endangered (EN) = terancam Vulnerable (VU) = rentan Near Threatened (NT) = mendekati terancam Least Concern (LC) = kurang mendapat perhatian
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ) atau konvensi perdagangan internasional spesies tumbuhan dan satwa liar terancam adalah perjanjian internasional antarnegara yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota World
Conservation Union International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (WCU-IUCN) tahun 1963. Konvensi bertujuan mengendalikan perdagangan flora dan fauna yang terancam kepunahan dan melindunginya terhadap perdagangan internasional yang mengakibatkan kelestarian spesies tersebut terancam. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi CITES melalui Keputusan Pemerintah No. 43 Tahun 1978.
37
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
CITES menetapkan berbagai tingkatan proteksi terhadap lebih dari 33.000 spesies terancam yang dicantumkan dalam apendiks yang terdiri atas tiga apendiks, yaitu:
Apendiks I (sekitar 800 spesies) berisi daftar seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Spesies yang dimasukkan ke dalam kategori ini ialah spesies yang terancam punah bila perdagangan tidak dihentikan. Perdagangan spesimen dari spesies yang ditangkap di alam bebas tergolong ilegal (diizinkan hanya dalam keadaan luar biasa). Satwa dan tumbuhan yang termasuk dalam daftar Apendiks I namun merupakan hasil penangkaran atau budi daya dianggap sebagai spesimen dari Apendiks II dengan beberapa persyaratan. Otoritas pengelola dari negara pengekspor harus melaporkan Non-Detriment Finding (NDF) berupa bukti bahwa ekspor spesimen dari spesies tersebut tidak merugikan populasi di alam bebas. Setiap perdagangan spesies dalam Apendiks I memerlukan izin ekspor impor. Otoritas pengelola dari negara pengekspor diharuskan memeriksa izin impor yang dimiliki pedagang dan memastikan negara pengimpor dapat memelihara spesimen tersebut dengan layak. Satwa yang dimasukkan ke dalam Apendiks I, misalnya harimau dan subspesiesnya, macan tutul, gajah Asia, dan semua spesies badak di Indonesia.
38
Apendiks II (sekitar 32.500 spesies) berisi daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan Spesies dalam Apendiks II tidak segera terancam kepunahan, tetapi mungkin terancam punah bila tidak dimasukkan ke dalam daftar dan perdagangan terus berlanjut. Selain itu, Apendiks II juga berisi spesies yang terlihat mirip dan mudah keliru dengan spesies yang didaftar dalam Apendiks I. Otoritas pengelola dari negara pengekspor harus melaporkan bukti bahwa ekspor spesimen dari spesies tersebut tidak merugikan populasi di alam bebas.
Apendiks III (sekitar 300 spesies) berisi daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam Apendiks II atau Apendiks I. Spesies yang dimasukkan ke dalam Apendiks III ialah spesies yang dimasukkan ke dalam daftar setelah salah satu negara anggota meminta bantuan para pihak CITES dalam mengatur perdagangan suatu spesies. Spesies tidak terancam punah dan semua negara anggota CITES hanya boleh melakukan perdagangan dengan izin ekspor yang sesuai dan Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin (CoO).
39
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Flagship species ialah spesies yang dipilih untuk menggambarkan kondisi lingkungan atau ekosistem yang membutuhkan upaya konservasi. Spesies ini dipilih karena kerentanan, daya tarik, atau keunikannya dalam rangka membangkitkan dukungan dan penghargaan publik bagi konservasi keseluruhan ekosistem dan spesies di dalamnya. Contoh flagship species yaitu panda raksasa, orangutan, gajah afrika, harimau india, monyet tamarin rambut emas, penyu belimbing, dan gorila gunung. Spesies kunci (keystone species) merupakan spesies yang memiliki pengaruh besar pada lingkungannya, memengaruhi banyak organisme lain dalam ekosistem, dan menentukan tipe dan jumlah berbagai spesies dalam suatu komunitas. Banyak hewan pemangsa merupakan spesies kunci, seperti macan tutul di Jawa dan harimau di Sumatera. Spesies payung (umbrella species) ialah spesies yang dipilih dalam rangka pembuatan keputusan konservasi. Mengingat sulitnya menentukan status dari banyak spesies, pemilihan satu spesies payung dapat memudahkan pengambilan keputusan konservasi. Segala upaya konservasi terhadap spesies payung akan berdampak positif (mengonservasi) juga bagi spesies lain. Spesies payung dapat digunakan membantu memilih lokasi yang sesuai untuk pencagaran, menentukan luasnya dan mengetahui komposisi, struktur, dan proses-proses ekosistem. Contoh spesies payung, yaitu harimau india, harimau sumatera, orangutan kalimantan, dan elang jawa.
40
Hasil klasifikasi lebih menarik dan cepat dimengerti jika disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau grafik, misalnya grafik pie, grafik line, atau histogram batang. Penyajian daftar jenis satwa dalam tabel sebaiknya disusun sistematik yang mencantumkan famili, genus, dan spesies. Tabel 5. Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk tabel Lokasi Kalitengah Lor Balerante Deles Kemalang Srumbung
Jumlah Jenis Burung
Indeks Keragaman Jenis (H')
Evenness
Indeks
13
1.94
0.76
15 14
2.36 2.02
0.87 0.77
18
2.40
0.83
(E)
Sumber: Gunawan et al. (2012)
Tabel 6. Contoh penyajian data indeks indeks kemiripan komunitas burung Kalitengah Deles Balerante Lor Kemalang
Lokasi Kalitengah Lor Balerante Deles Kemalang Srumbung Sumber:
-
Srumbung
0.54
0.37
0.26
-
0.69 -
0.42 0.31 -
Gunawan et al. (2012)
41
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Sumber: Gunawan et al., 2012
Gambar 6. Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk grafik pie
Sumber: Gunawan et al., 2005
Gambar 7. Contoh penyajian hasil olahan data satwa dalam bentuk histogram
42
43
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
44
Gambar 8. Berang-berang jawa (Aonyx cinereus) yang tertangkap camera trap di Taman Kehati PT. Tirta Investama Lido
I. Pelaporan Hasil monitoring satwa dilaporkan kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi atau Kabupaten (selaku Pembina Taman Kehati), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor (selaku otoritas penelitian keanekaragaman hayati dan ekosistem), dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat selaku otoritas manajemen keanekaragaman hayati dan ekosistem, khususnya jenis langka dan/atau dilindungi. Rekapitulasi laporan monitoring satwa dapat disajikan seperti format berikut.
45
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Tabel 9. Form rekapitulasi laporan monitoring satwa
LAPORAN MONITORING SATWA Nama Taman Kehati Lokasi Desa/Kec/Kab Petugas yang Memonitor Tanggal/Bulan/Tahun Jam Kondisi Cuaca
HASIL MONITORING Tujuan Monitoring Obyek Monitoring Indikator A. Kekayaan Spesies
Sebelumnya
Sekarang
Sebelumnya
Sekarang
1. Total spesies 2. Mamalia 3. Reptilia 4. Amfibia 5. Aves B. Indeks Keanekaragaman 1. Total spesies 2. Mamalia 3. Reptilia 4. Amfibia 5. Aves
46
C. Indeks Kemerataan
Sebelumnya
Sekarang
1. Total spesies 2. Mamalia 3. Reptilia 4. Amfibia 5. Aves Metode
Transek dan IPA
Peralatan
Binokuler, Kamera
Lokasi Monitoring (Blok) Periode Monitoring
Januari-Juni / Juli-Desember
Pihak yang Dilapori
Badan Pengelola Lingkungan Hidup; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan; Balai Konservasi Sumber Daya Alam
47
METODE MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI FLORA Memonitor perkembangan komunitas tumbuhan di Taman Kehati sangat penting karena tumbuhan merupakan komponen pokok dari suatu ekosistem. Hal ini karena tumbuhan merupakan produsen utama dalam ekosistem yang dikonsumsi oleh konsumen pertama yaitu satwasatwa herbivora. Selanjutnya, satwa herbivora dimakan oleh satwa karnivora pertama, dan satwa karnivora pertama dimakan oleh karnivora kedua atau karnivora puncak yang kemudian mati dan diuraikan oleh organisme pengurai (detritus) atau dimakan oleh pemakan bangkai (scavenger). Pada akhirnya, scavenger mati diuraikan oleh detritus dan menghasilkan unsur hara yang dikonsumsi kembali oleh tumbuh-tumbuhan. Demikian seterusnya, siklus rantai makanan (food chain) terjadi dalam suatu ekosistem. Mengetahui status komunitas tumbuhan atau vegetasi di suatu ekosistem dapat menjadi prediksi bagi kondisi satwa-satwa yang menjadi konsumen tumbuhan, misalnya satwa pemakan daun, buah, biji, pucuk, nektar, dan umbi. Terdapat interaksi dan keterkaitan atau saling ketergantungan antara unsur tumbuhan dan satwa liar. Oleh
49
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
karena itu, memonitor satwa liar berarti juga memonitor habitatnya. Dalam hal ini, tumbuhan merupakan bagian utama dari habitat satwa liar tersebut.
A. Tujuan Monitoring keanekaragaman hayati flora atau tumbuhan bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi flora atau tumbuhan dari waktu ke waktu di Taman Kehati.
B. Sasaran Objek yang Dimonitor Sasaran yang menjadi objek monitoring yaitu pohonpohon hasil penanaman pada program pembangunan Taman Kehati dengan fokus pada jenis-jenis unggulan target konservasi. Terdapat dua kelompok sasaran monitoring flora pohon, yaitu:
50
(1)
Kelompok pohon muda, yaitu bibit-bibit yang baru ditanam hingga berumur kurang dari 10 tahun. Aspek yang dimonitor antara lain survival (daya hidup), pertumbuhan (tinggi dan diameter), dan kesehatan (hama dan penyakit).
(2)
Kelompok pohon dewasa, yaitu pohon-pohon besar dengan diameter di atas 10 cm atau berumur lebih dari 10 tahun. Aspek yang dimonitor terutama pada fenologi (pembungaan) dan pembuahan. Selain itu, aspek kesehatan pohon dewasa lebih ditekankan pada kondisi fisik yang menyebabkan pohon rawan
tumbang, patah dahan, atau kondisi tajuk yang mungkin mengganggu pertumbuhan pohon lain.
C. Indikator yang Dimonitor Indikator yang dimonitor dari kelompok pohon muda:
Tinggi total pohon
Diameter batang
Keberadaan hama atau penyakit
Keberadaan gulma/tumbuhan pengganggu
Indikator yang dimonitor dari kelompok pohon dewasa:
Tinggi total pohon
Tinggi bebas cabang
Diameter setinggi dada (dbh)
Pembungaan (waktu berbunga dan lamanya musim berbunga)
Pembuahan (waktu berbuah dan lamanya musim buah)
Keberadaan hama atau penyakit
Keberadaan cacat pohon (berlubang, patah cabang, rawan tumbang, dan lain-lain)
Satwa yang memanfaatkan (misalnya untuk bersarang atau dimakan buah, biji, daun atau nektarnya)
51
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Tabel 10. Tally sheet monitoring vegetasi/pohon muda WAKTU MONITORING 1. Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/OktDes 2. Tanggal Monitoring IDENTITAS POHON 3. Nomor Pohon 4. Nama Lokal 5. Nama Latin 6. Famili 7. Tahun tanam INDIKATOR YANG DIMONITOR 8. Tinggi total (m) 9. Diameter (cm) 10. Keberadaan hama/ penyakit Jenis hama/penyakit Bagian yang diserang hama/penyakit Upaya penanggulangan hama/penyakit 11. Keberdaan gulma/ tumbuhan pengganggu Jenis gulma Upaya penanggulangan gulma
52
Tabel 11. Tally sheet monitoring vegetasi/pohon dewasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13.
14.
15.
WAKTU MONITORING Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/OktDes* Tanggal Monitoring IDENTITAS POHON Nomor Pohon Nama Lokal Nama Latin Famili Tahun tanam INDIKATOR YANG DIMONITOR Tinggi total (m) Tinggi bebas cabang (m) Diameter setinggi dada (cm) Keberadaan hama penyakit Jenis hama/penyakit Bagian yang diserang Upaya penanggulangan Keberadaan cacat pohon Lubang/growong batang Patah cabang/ranting Rawan tumbang Pembungaan (fenologi) Waktu mulai berbunga Lamanya musim berbunga Satwa pemakan nektar Pembuahan Waktu mulai berbuah Lamanya musim buah Satwa pemakan buah/biji Keberadaan sarang satwa
* Lingkari yang sesuai.
53
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
D. Metode Pengumpulan Data Monitoring terhadap tanaman pohon-pohon di Taman Kehati dapat dilakukan secara sensus ataupun sampling. Apabila jumlahnya tidak terlalu banyak, misalnya kurang dari 30 pohon, monitoring dilakukan secara sensus (100% diamati dan diukur). Namun, apabila jumlahnya terlalu banyak dan sumber daya yang tersedia terbatas (waktu, tenaga, dan biaya), sampling perlu dibuat. Sampling diharapkan dapat mewakili kondisi populasi pohon dari jenis yang sama pada umumnya. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel, yaitu: (1)
Sampling ditentukan pada saat pertama melakukan monitoring. Pada monitoring berikutnya hanya melakukan pengukuran dan pengamatan ulang terhadap sampel yang telah ditentukan tersebut.
54
(2)
Sampling (pemilihan pohon sampel) dilakukan secara acak (random).
(3)
Untuk mendapatkan keterwakilan dari berbagai kondisi secara proporsional [jika diperlukan], stratifikasi dilakukan sebelum menentukan pohon-pohon yang akan dijadikan sampel untuk dimonitor.
(4)
Stratifikasi dilakukan berdasarkan jenis pohon dan kelas umur (tahun tanam).
(5)
Setelah distratifikasi, setiap strata dipilih 30 pohon secara acak.
(6)
Pohon-pohon yang telah terpilih diberi tanda (nomor) untuk mengingatkan kembali pada monitoring berikutnya.
E. Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam monitoring flora pohon disajikan pada Tabel 12 berikut ini: Tabel 12. Peralatan dan bahan monitoring pohon Taman Kehati No
Alat/Bahan
Kegunaan/Fungsi
1.
Haga Altimeter
Mengukur tinggi pohon dewasa
2.
Caliper
Mengukur diameter bibit dan pohon kecil
3.
Phi band
Mengukur diameter pohon besar
4.
Meteran roll
Mengukur tinggi bibit kurang dari 2 meter
5.
Gergaji pruning
Pruning ranting tinggi
6.
Gunting stek
Pruning bibit
7.
Gunting pruning
Pruning daun dan ranting kecil
8.
Chain saw
Menebang pohon yang membahayakan
9.
Weeding tools
Membuang gulma
10.
Gergaji rumput
Membuang gulma
11.
Kamera
Mendokumentasikan hasil pengamatan
12.
Tally sheet
Daftar checklist monitoring
13.
Alat tulis
Membuat catatan di lapangan
14.
PC/Laptop
Mengolah data dan membuat laporan
55
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Gambar 9. Peralatan yang perlu dibawa pada saat monitoring
F. Lokasi Monitoring Monitoring dilakukan pada semua perwakilan tanaman. Oleh karena itu, apabila tanaman telah dibagi menurut tema di dalam blok, perwakilan tanaman yang dimonitor harus ada di setiap blok. Untuk Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi), lokasi monitoring flora pohon dapat dilihat pada Gambar 10.
56
Gambar 10. Contoh lokasi monitoring flora pohon di Taman Kehati Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi
Gambar 11. Pemeriksaan hama dan penyakit tanaman
57
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
A
B
Gambar 12. Pengukuran diamater pohon dewasa (A) dan pencatatan kondisi gulma sekitar tanaman (B)
A
B
Gambar 13. Label pohon yang dimonitor: bagian depan berisi nama spesies, nomor pohon, dan nomor blok (A); dan bagian belakang berisi checklist tanggal monitoring (B)
58
G. Periode Monitoring Monitoring pohon muda, khususnya pada bibit-bibit yang baru ditanam hingga umur satu tahun, sebaiknya dilakukan lebih sering untuk mengetahui daya hidupnya, hama penyakit dan gulma pengganggunya yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan bibit tersebut. Dengan demikian, jika terjadi kematian bibit maka dapat segera diketahui dan dapat cepat dilakukan penyulaman. Pada tahun pertama, monitoring dapat dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali. Setelah melewati tahun pertama, kondisi bibit sudah relatif stabil sehingga frekuensi monitoring dapat dilakukan sebulan sekali hingga tiga bulan sekali.Pada pohon dewasa, monitoring cukup dilakukan tiga bulan sekali untuk mengantisipasi pohon tumbang dan cabang atau ranting patah. Meskipun demikian, pada musim hujan yang sering terjadi hujan angin, pemeriksaan pohon dewasa harus lebih sering dilakukan. Monitoring yang umum dilakukan dalam periode tiga bulanan (triwulan), empat bulanan (caturwulan) atau enam bulanan (semester) dengan pengaturan sebagai berikut:
59
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Tabel 13. Pembagian periode dan waktu monitoring Periode Triwulan
Waktu/Tanggal Monitoring
Januari-Maret
31 Maret atau 1 April
April-Juni
30 Juni atau 1 Juli
Juli-September
31 Agustus atau 1 September
Oktober-Desember
31 Desember atau 1 Januari
Periode Caturwulan
Waktu/Tanggal Monitoring
Januari-April
30 April atau 1 Mei
Mei-Agustus
31 Agustus atau 1 September
September-Desember
31 Desember atau 1 Januari
Periode Semester
Waktu/Tanggal Monitoring
Januari-Juni
30 Juni atau 1 Juli
Juli-Desember
31 Desember atau 1 Januari
H. Pengolahan dan Interpretasi Data Data hasil monitoring diolah untuk mendapatkan informasi persen hidup, laju pertumbuhan tinggi dan diameter, serta kesehatan pohon. Hasil olahan data disajikan dalam bentuk tabel dan/atau grafik. Garfik garis dapat digunakan untuk menunjukan pertumbuhan. Grafik pie dapat digunakan untuk menunjukan persentase pohon hidup, persentase pohon sehat, atau persentase serangan hama dan penyakit. Data dan informasi yang didapat diinterpretasi dan disintesis untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi manajemen untuk melakukan upaya-upaya, yaitu:
60
(1)
Pemupukan pohon yang pertumbuhannya kurang.
(2)
Pemangkasan pohon yang mengganggu pertumbuhan pohon target konservasi.
(3)
Pemotongan daun atau ranting yang berpenyakit.
(4)
Pemberantasan hama dan penyakit.
(5)
Penyiraman tanah yang kering
(6)
Pembersihan gulma.
(7)
Penyulaman pohon yang mati.
I. Pelaporan Hasil monitoring flora pohon dilaporkan kepada Badan Lingkungan Hidup Provinsi atau Kabupaten selaku Pembina di daerah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor selaku otoritas penelitian Kehati di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat selaku otoritas manajemen konservasi flora fauna langka dan dilindungi.
61
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Tabel 14. Rekapitulasi hasil monitoring pohon muda
REKAPITULASI HASIL MONITORING POHON MUDA Periode Monitoring Tanggal Monitoring
WAKTU MONITORING Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/Okt-Des
HASIL MONITORING POHON MUDA Jumlah Jumlah Jenis pohon pohon Hidup
Tinggi Diameter ratarata-rata rata
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
dst CATATAN PENTING
REKOMENDASI
62
Jumlah Terserang Hama/ penyakit
Jumlah Cacat
Tabel 15. Rekapitulasi hasil monitoring pohon dewasa
REKAPITULASI HASIL MONITORING POHON DEWASA WAKTU MONITORING Periode Monitoring Jan-Mar/Apr-Jun/Jul-Sep/Okt-Des Tanggal Monitoring HASIL MONITORING POHON DEWASA Jenis Jumlah Tinggi pohon pohon total ratarata
Tinggi Diameter Jumlah Jumlah Jumlah bebas rata-rata pohon pohon pohon cabang berbunga berbuah cacat ratarata
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. dst
CATATAN PENTING
REKOMENDASI
63
METODE EVALUASI KEBERHASILAN TAMAN KEHATI A. Maksud dan Tujuan Evaluasi keberhasilan pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati dimaksudkan: (1)
Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan pengelolaan Taman Kehati ke depan.
(2)
Menilai apakah tujuan pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat dijadikan contoh atau model untuk pengembangan di tempat lain.
(3)
Menilai efektivitas program, capaian sasaran, efisiensi dan keberlanjutan dalam rangka pemberdayaan fungsi Taman Kehati.
Oleh karena itu, evaluasi keberhasilan pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati bertujuan: (1)
Memperoleh apa yang ingin dicapai melalui pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati (tujuan dan manfaat).
65
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
(2)
Menilai kemajuan sampai di mana tujuan telah terlaksana dan manfaat telah diperoleh.
(3)
Mengetahui strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan; apakah strategi tersebut diikuti dan apakah strategi bekerja efektif; jika tidak, mengapa?
(4)
Mengetahui implikasi program pengembangan dan pengelolaan Taman Kehati bagi para stakeholders.
(5)
Menilai efisiensi, efektivitas, dan dampak (impact) dari pengembangan dan pengelolaan Taman Kehati.
B. Aspek-Aspek yang Dievaluasi Aspek-aspek yang dikaji dalam evaluasi keberhasilan pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati ialah yang terkait dengan tujuan dan manfaat atau fungsi Taman Kehati, serta pelaksanaan program yang terkait, yaitu: 1. Tujuan Taman Kehati Pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati bertujuan menyelamatkan berbagai spesies tumbuhan asli/lokal yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi terhadap kelestariannya atau ancaman yang mengakibatkan kepunahannya (Pasal 1 ayat 3, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup [Permen LH] No. 3 Tahun 2012). Adapun spesies pohon asli yang menjadi target konservasi Taman Kehati Babakan Pari yaitu sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Sementara itu, fauna target yang dikonservasi di Taman Kehati disajikan pada Tabel 17.
66
Tabel 16. Contoh jenis flora prioritas target konservasi di Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi)
No Nama Latin
Nama Indonesia
Status IUCN dan PP No. 7/1999
1.
Diospyros celebica
Kayu hitam
Rentan (VU)
2.
Eusideroxylon zwageri
Kayu besi
Rentan (VU)
Merbau
Rentan (VU)
Meranti Kamper
Genting (EN) Genting (EN)
3. 4. 5.
Bakh.
Teijsm.& Binn. Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze Shorea leprosula Miq.
Dryobalanops lanceolata Burck.
Tabel 17. Contoh lima jenis fauna prioritas target konservasi di Taman Kehati Babakan Pari (Cidahu-Sukabumi)
No Nama Latin 1.
2.
Nama Indonesia
Status IUCN dan PP No. 7/1999
Herpestes javanicus (É. Garangan
Least Concern
Geoffroy Saint-Hilaire, 1818)
(LC)
Paradoxurus Careuh bulan Least Concern hermaphroditus (Pallas, (LC) 1777)
3. 4.
Halcyon cyanoventris
Raja udang jawa
Least Concern
Vieillot, 1818
Bronchocela jubata Duméril &
Bunglon surai
Least Concern
(LC); Dilindungi (LC)
Bibron, 1837 5.
Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766
Burung madu Least Concern sriganti (LC); Dilindungi
67
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
2. Manfaat atau Fungsi Taman Kehati Berdasarkan pasal 5 Permen LH No. 3 Tahun 2012, manfaat atau fungsi Taman Kehati ialah sebagai berikut: (1)
Untuk koleksi tumbuhan;
(2)
Untuk pengembangbiakan tumbuhan dan satwa pendukung;
(3)
Sebagai penyedia atau sumber bibit dan benih;
(4)
Sebagai sumber genetis tumbuhan/tanaman lokal;
(5)
Sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan ekowisata;
(6)
Ruang terbuka hijau dan/atau penambahan tutupan vegetasi.
3. Program dan Kegiatan Konservasi Keanekaragaman Hayati Program dan kegiatan terkait konservasi keanekaragaman hayati yang menjadi bahan evaluasi yaitu:
68
(1)
Penanaman dan pemeliharaan tanaman.
(2)
Penelitian dan publikasi hasil penelitian.
(3)
Pelatihan dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui konservasi dan pemanfaatan flora/fauna.
(4)
Pelatihan peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan Taman Kehati.
(5)
Pendidikan lingkungan hidup dan konservasi.
(6)
Rehabilitasi lahan kritis, daerah aliran sungai dan kawasan konservasi.
(7)
Adopsi pohon.
(8)
Wisata alam.
C. Pendekatan Terdapat beberapa pendekatan yang dapat ditempuh oleh evaluator dalam melakukan evaluasi sebagaimana disajikan pada Tabel 18. Evaluator sebaiknya menggunakan kombinasi pendekatan dan perusahaan yang dievaluasi meminta secara khusus apa yang ingin dievaluasi tetapi jangan mengesampingkan temuan dengan pendekatan yang berbeda. Metode yang digunakan dalam evaluasi dari setiap aspek, kegiatan, dan program berbeda-beda. Namun, metode yang cocok digunakan untuk evaluasi di Taman Kehati secara umum ialah sebagai berikut: (1)
Survei lapangan
(2)
Wawancara masyarakat
(3)
Wawancara responden kunci
(4)
Kuesioner
(5)
FGD (Focus Group Discussion)
(6)
Pertemuan
dengan
masyarakat
(Community
meetings) (7)
Laporan kegiatan rutin pekerja lapangan
(8)
Hasil Monitoring
Penggunaan masing-masing metode dan teknik pengumpulan data, serta parameter yang dievaluasi disajikan pada Tabel 19.
69
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Tabel 18. Pendekatan-pendekatan dalam melakukan evaluasi Tujuan Utama
Fokus Pertanyaan
Metodologi
Berbasis sasaran
Menilai capaian tujuan dan sasaran
Apakah sasaran tercapai dan efisien? Apakah sasarannya benar?
Membandingkan baseline dan data kemajuan; mencari caracara untuk mengukur indikator
Pengambilan keputusan
Menyediakan informasi
Apakah program telah efektif? Haruskah dilanjutkan? Apakah perlu dimodifikasi?
Menilai pilihanpilihan berkaitan dengan konteks, input, proses dan hasil. Menetapkan konsesus pengambilan keputusan
Tidak berbasis sasaran
Menilai seluruh dampak program/ proyek, baik dikehendaki maupun tidak
Outcomes apa
Determinasi standar yang dibutuhkan untuk menilai apakah program/proyek bermanfaat? Teknik kualitatif dan kuantitatif untuk mengungkap semua hasil yang mungkin
Expert judgement
Penggunaan keahlian
Bisakah membayar evaluator luar yang profesional?
Review kritis
Pendekatan
70
saja yang dihasilkan? Nilai apa yang diberikan oleh outcomes?
berlandaskan pada pengalaman, survei informal dan penilaian subjektif.
71
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
72
73
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
74
D. Metode Evaluasi Proses evaluasi terdiri atas tiga tahap, yaitu: Tahap 1: merencanakan evaluasi yang meliputi: (1)
Menetapkan tujuan
(2)
Penanggung jawab
(3)
Rencana kerja evaluasi
(4)
Anggaran
(5)
Core learning partnership
(6)
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi
(7)
Term of Reference
(8)
Memilih konsultan
(9)
Logistik
(10) Briefing tim evaluasi Tahap 2: melaksanakan evaluasi yang meliputi: (1)
Pelibatan manajer proyek/program
(2)
Pengumpulan data
(3)
Pembuatan draft laporan
(4)
Core learning partnership
(5)
Mengakomodir umpan balik dari para pihak
Tahap 3: menggunakan hasil evaluasi yang meliputi: (1)
Mempertimbangkan rekomendasi
(2)
Membuat rencana implementasi
(3)
Diseminasi
75
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
E. Laporan Evaluasi Format outline laporan evaluasi keberhasilan pembangunan dan pengelolaan Taman Kehati ialah sebagai berikut: Halaman Judul Daftar Isi Kata Pengantar Ucapan Terima Kasih Ringkasan Eksekutif Glosarium, Akronim dan Singkatan Bab 1.
Pendahuluan (latar belakang, tim evaluasi, proses dan permasalahan yang terjadi)
Bab 2.
Deskripsi Proyek/Program (latar belakang dan tujuan proyek/program)
Bab 3.
Tujuan dan Metode Evaluasi
Bab 4.
Temuan (terkait efisiensi, efektivitas, dampak dan hal lain yang muncul)
Bab 5.
Kesimpulan (kesimpulan dan interpretasi temuan, lebih baik menggunakan analisis SWOT)
Bab 6.
Rekomendasi (saran ke depan untuk mengatasi kelemahan dan membangun kekuatan)
Daftar Pustaka Lampiran : daftar responden yang diwawancarai, kuesioner yang digunakan, peta, dan lainlain.
76
DAFTAR PUSTAKA Adisoemarto, S. & Rifai, M.A. (editor). 1994. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup (KLH) dan Konsorsium untuk Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia (KONPHALINDO). Jakarta. Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bailey, J.A. 1984. Principles of Wildlife Management. John Wiley and Sons. New York. BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. BAPPENAS. Jakarta. Biodiversity Indicators for Monitoring Impacts and Conservation. www.Theebi.org Blomberg, S. & Shine, R. 2004. Reptiles. Pp.218-226 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cam-bridge, UK. CITES. 2015. Appendices I, II & III. https://www.cites. org/sites/default/files/eng/app/2015/E-Appendices2015-02-05.pdf. Downloaded on 22 October 2015. Coates, B.J. & Bishop, K.D. 1997. Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallacea. Birdlife International-Indonesia Program. Bogor. Gibbons, D.W., Hill, D. & Sutherland, W.J. 2004. Birds. Pp. 227-259 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cambridge, UK.
77
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Guidelines for Monitoring and Evaluation for Biodiversity Projects. www.siteresources.worldbank.org Gunawan, H. in press. Mengintegrasikan Keanekaragaman Hayati dalam analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Forda Press. Bogor. Gunawan et al. 2012. Laporan Hasil Penelitian Kajian Model Restorasi Ekosistem Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Konservasi Dan Rehabilitasi. Gunawan, H., Putri, I.A.S.L.P. & Qiptiyah, M. 2005. Keanekaragaman Jenis Burung Di Wanariset Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, II(3): 241– 250. Halliday, T.R. 2004. Amphibians. Pp.205-217 dalam Ecological Census Sutherland, W.J. (ed). Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cam-bridge, UK. Hill, D., Fasham, M., Tucker, G., Shewry, M. & Shaw, P. (eds). 2005. Handbook of Biodiversity Methods: Survey, Evaluation and Monitoring. Cambridge University Press. www. Cambrisdge.org. Diakses tanggal 11 Desember 2008. Iskandar, D.T. 2002. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI-GEF Biodiversity Collections Project. Bogor. IUCN-WCU. 2001. IUCN Red List Categories and Criteria Version 3.1. IUCN-The World Conservation Union. Gland, Switzerland. IUCN 2015. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2015-4.
. Downloaded on 19 November 2015
78
Kariuki, J.G. 2014. An Exploration of the Guiding Principles, Importance and Challenges of Monitoring and Evaluation of Community Development Projects and Programmes. International Journal of Business and Social Science, 5 1): 140–147. www.ijbssnet. com. [3 Juli 2015] King, B., Dickinson, E.C. & Woodcock, M. 1975. A Field Guide to the Birds of South East Asia . Collins. London. Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Bogor.
IPB Press.
Lawrence, A. 2002. Participatory assessment, monitoring and evaluation of biodiversity. ETFRN E-workshop on Participatory Monitoring and Evaluation of Biodiversity, 7-25 January 2002. www.etfrn.org/ etfrn/workshop/biodiversity/index.html. [3 Juli 2015] MacKinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. MacKinnon, J., Phillips, K. & van Balen, B. 1992. Panduan
Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife International-Indonesia Program. Bogor.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Croom Helm. London. Monitoring, Evaluation, www.nrm.gov.au.
Reporting and Improvement.
Monitoring and Evaluation by Janet Shapiro www.civicus. org. Monitoring and Evaluation in Conservation: a Review of Trends and. www.fosonline.org.
79
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Monitoring and evaluation: tool for biodiversity conservation and. www.sanbi.org. Monitoring and Evaluation: tools for biodiversity conservation. https://archive.org. Odum, E.P. 1994. Fundamentals of Ecology, Third Edition. T. Samingan (terj.). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Pomeroy, D. 1992. Counting Birds. African Wildlife Foundation. Nairobi, Kenya. Sastrapradja, S., Adisoemarto, S., Kartawinata, K. & Rifai, M. 1989. Keanekaragaman Hayati untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Bioteknologi LIPI. Bogor. Sera, Y. & Beaudry, S. 2007. Monitoring & Evaluation. Social Development Department-The World Bank. www.worldbank.org/smallgrantsprogram. Shaw, J. 1985. Introduction to Wildlife Management. McGraw-Hill Book Company. New York. Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya. Soerianegara, I. & Indrawan, A. 1980. Ekologi Hutan. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Soerianegara, I. 1978. Diktat Ekologi Hutan. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Direksi Perum Perhutani. Cepu.
80
Sutherland, W.J. 2004. Mammals. Pp.260-280 dalam Sutherland, W.J. (ed). Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cambridge, UK. Sutherland, W.J. (ed.). 2004. Ecological Census Techniques: A Handbook. Cambridge University Press. Cambridge, UK. Toolkit to Combat Trafficking in Persons, Chapter 10: Monitoring and Evaluation. https://www.unodc.org [2 Juli 2015]. Tucker, G., Bubb P., de Heer, M., Miles, L., Lawrence, A., Bajracharya, S.B., Nepal, R.C., Sherchan, R. & Chapagain, N.R. 2005. Guidelines for Biodiversity Assessment and Monitoring for Protected Areas . KMTNC, Kathmandu, Nepal. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Japan International Cooperation Agency. Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang ratifikasi Konvensi PBB untuk Keanekaragaman Hayati (Convension on Biodiversity). Van Lavieren, L.P. 1983. Wildlife Management in The Tropics, II. School of Environmental Conservation management. Bogor. World Bank’s Environment Department, Global Environment Division. 1998. Guidelines for Monitoring and Evaluation for Biodiversity Projects. www. siteresources.worldbank.org. [3 Juli 2015]
81
Lampiran 1. PANDUAN WAWANCARA PENGUNJUNG/MASYARAKAT SEKITAR TAMAN KEHATI 1. Identitas Responden Nama : ................................................ Umur: ...... th Jenis Kelamin : Pria/Wanita Pekerjaan :
…............................
Pendidikan : SD/SLTP/SLTA/Universitas 2. Pernahkan anda datang ke Taman Kehati Babakan Pari? Belum pernah Pernah 1 kali 2 kali 3 kali/lebih 3. Apakah anda tahu, apa itu Taman Kehati? Tidak tahu Tahu, yaitu: ……............................................ 4. Apa tujuan anda datang ke Taman Kehati? Rekreasi Bermain Belajar pohon Penelitian Tugas .......................................... 5. Apakah anda mendapatkan pengetahuan baru dari Taman Kehati? Dapat yaitu ................................................................... Tidak 6. Setelah datang ke Taman Kehati, berapa jenis pohon di Taman Kehati yang anda kenal/ketahui dan ingat? Sebutkan. ......................................................................................... ......................................................................................... 7. Jenis satwa apa saja yang anda lihat selama berada di Taman Kehati. .................................................................. …...................................................................................... 8. Apa manfaat atau fungsi Taman Kehati? ............................ … ..................................................................................... 9. Apabila diberi kesempatan, maukah anda diajak menanam pohon di Taman Kehati dan mengasuhnya? ......................................................................................... 10. Fasilitas apa yang perlu ditambah di Taman Kehati? …......................................................................................
83
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Lampiran 2. KUESIONER UNTUK STAKEHOLDERS TENTANG EVALUASI KEBERHASILAN TAMAN KEHATI DATA STAKEHOLDERS Nama Umur
: .............................................................. : ....... th
Pekerjaan/Jabatan :............................................................... Desa/Kecamatan :............................................................... Hubungan dg TIV :............................................................... 1. Apakah Taman Kehati sudah berfungsi menyelamatkan spesies tumbuhan asli/lokal yang menjadi target? Sudah; alasannya ........................................................ Belum; Alasannya ........................................................ 2. Apakah Taman Kehati sudah berfungsi menyelamatkan spesies fauna asli/lokal yang menjadi target? Sudah; alasannya ....................................................... Belum; Alasannya ....................................................... 3. Apakah dengan adanya Taman kehati, jenis-jenis satwanya bertambah banyak? Ya bertambah Tetap Tidak tahu 4. Apakah anda pernah menerima bantuan bibit atau benih dari PT. Tirta Investama (Aqua)? Belum pernah Pernah bibit .......................................... tahun ............ 5. Jika Taman Kehati menjadi sumber bibit pohon, maka bibit pohon apa yang anda inginkan? .......................................................................................
84
6. Jenis-jenis satwa apa yang ada di Taman Kehati? ....................................................................................... 7. Apakah jenis-jenis pohon lokal sudah ditanam di Taman Kehati? Belum ada Tidak tahu Sudah, yaitu ............................................................... 8. Apakah Taman Kehati telah berfungsi sebagai sarana pendidikan lingkungan/alam/biologi bagi anak-anak sekolah? Sudah Belum Tidak tahu 9. Apakah Taman Kehati sudah digunakan sebagai tempat rekreasi atau wisata alam? Sudah Belum Tidak tahu 10. Apa yang menarik dari Taman Kehati sehingga cocok sebagai tempat wisata? ................................................................. 11. Apakah Taman Kehati telah berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau yang memberikan kenyamanan, kesejukan dan udara segar bagi sekitarnya? Sudah Belum Tidak tahu 12. Apakah tanaman-tanaman di Taman Kehati kondisinya cukup terpelihara dengan baik? Tidak tahu Terpelihara baik pemeliharaan belum maksimal 13. Apakah sudah ada kegiatan penelitian di Taman Kehati? Sudah Belum Tidak tahu 14. Apakah ada publikasi tentang Taman Kehati? Apakah anda pernah menerima? melihat atau membacanya? Ada dan pernah melihat/menerima/membacanya Belum ada
Tidak tahu
15. Apakah sudah pernah ada pelatihan pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan atau budidaya flora fauna? Sudah
Belum
Tidak tahu
85
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
16. Apakah Taman Kehati dikelola oleh SDM yang telah mengikuti pelatihan yang relevan? Sudah Belum Tidak tahu 17. Pendidikan lingkungan apakah yang pernah dilakukan di Taman Kehati? Apakah ada usulan pendidikan lainnya di Taman Kehati. ....................................................................................... ....................................................................................... 18. Selain mengelola Taman Kehati, apakah PT. Tirta Investama (Aqua) melakukan rehabilitasi lahan kritis, daerah aliran sungai dan kawasan konservasi? Dimana? Ya, di .......................................................................... Belum
Tidak tahu
19. Apakah PT. Tirta Investama (Aqua) melaksanakan program adopsi pohon atau pohon asuh? Baik di Taman Kehati maupun di luar Taman Kehati. Sudah, yaitu di ........................................................... Pengadopsi dari lembaga/sekolah .......................... Belum Tidak tahu 20. Secara umum, menurut anda apakah Taman kehati Babakan Pari telah berhasil sesuai dengan tujuannya? Sudah, alasannya ........................................................ ....................................................................................... Belum, alasannya ........................................................ ....................................................................................... Tidak tahu
86
Lampiran 3. Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. No. Nama Ilmiah SATWA I. MAMALIA (Menyusui) 1 Anoa depressicornis 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
Nama Indonesia
Anoa dataran rendah, Kerbau pendek Anoa quarlesi Anoa pegunungan Arctictis binturong Binturung Arctonyx collaris Pulusan Babyrousa babyrussa Babirusa Balaenoptera musculus Paus biru Balaenoptera physalus Paus bersirip Bos sondaicus Banteng Capricornis sumatrensis Kambing Sumatera Cervus kuhli; Axis kuhli Rusa Bawean Cervus spp. Menjangan, Rusa sambar (semua jenis dari genus Cervus) Cetacea Paus (semua jenis dari famili Cetacea) Cuon alpinus Ajag Cynocephalus variegatus Kubung, Tando, Walangkekes Cynogale bennetti Musang air Cynopithecus niger Monyet hitam Sulawesi Dendrolagus spp. Kanguru pohon (semua jenis dari genus Dendrolagus) Dicerorhinus Badak Sumatera
19
sumatrensis Dolphinidae
20
Dugong dugon
Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Dolphinidae) Duyung
87
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No. 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Ilmiah
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Hystrix brachyura Iomys horsfieldi Lariscus hosei Lariscus insignis Lutra lutra Lutra sumatrana Macaca brunnescens Macaca maura Macaca pagensis Macaca tonkeana Macrogalidea musschenbroeki Manis javanica Megaptera novaeangliae Muntiacus muntjak Mydaus javanensis Nasalis larvatus Neofelis nebulusa Nesolagus netscheri Nycticebus coucang Orcaella brevirostris Panthera pardus
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
88
Elephas indicus Felis badia Felis bengalensis Felis marmorota Felis planiceps Felis temmincki Felis viverrinus Helarctos malayanus Hylobatidae
Nama Indonesia Gajah Kucing merah Kucing hutan, Meong congkok Kuwuk Kucing dampak Kucing emas Kucing bakau Beruang madu Owa, Kera tak berbuntut (semua jenis dari famili Hylobatidae) Landak Bajing terbang ekor merah Bajing tanah bergaris Bajing tanah, Tupai tanah Lutra Lutra Sumatera Monyet Sulawesi Monyet Sulawesi Bokoi, Beruk Mentawai Monyet jambul Musang Sulawesi Trenggiling, Peusing Paus bongkok Kidang, Muncak Sigung Kahau, Bekantan Harimau dahan Kelinci Sumatera Malu-malu Lumba-lumba air tawar, Pesut Macan kumbang, Macan tutul
No. 51 52 53 54
Nama Ilmiah
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Pongo pygmaeus Presbitys frontata Presbitys rubicunda Presbitys aygula Presbitys potenziani Presbitys thomasi Prionodon linsang Prochidna bruijni Ratufa bicolor Rhinoceros sondaicus Simias concolor Tapirus indicus Tarsius spp.
68
Thylogale spp.
69
Tragulus spp.
70
Ziphiidae
Panthera tigris sondaica Panthera tigris sumatrae Petaurista elegans Phalanger spp.
II. AVES (Burung) 71 Accipitridae 72 73 74
Aethopyga exima Aethopyga duyvenbodei Alcedinidae
Nama Indonesia Harimau Jawa Harimau Sumatera Cukbo, Bajing terbang Kuskus (semua jenis dari genus Phalanger) Orang utan, Mawas Lutung dahi putih Lutung merah, Kelasi Surili Joja, Lutung Mentawai Rungka Musang congkok Landak Irian, Landak semut Jelarang Badak Jawa Simpei Mentawai Tapir, Cipan, Tenuk Binatang hantu, Singapuar (semua jenis dari genus Tarsius) Kanguru tanah (semua jenis dari genus Thylogale) Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis dari genus Tragulus) Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Ziphiidae) Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Accipitridae) Jantingan gunung Burung madu Sangihe Burung udang, Raja udang (semua jenis dari famili Alcedinidae)
89
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No. 75 76 77 78 79 80
Nama Ilmiah
81
Cacatua galerita
82 83 84 85 86 87 88 89
92 93 94 95
Cacatua goffini Cacatua moluccensis Cacatua sulphurea Cairina scutulata Caloenas nicobarica Casuarius bennetti Casuarius casuarius Casuarius unappenddiculatus Ciconia episcopus Colluricincla megarhyncha Crocias albonotatus Ducula whartoni Egretta sacra Egretta spp.
96 97 98 99 100 101
Elanus caerulleus Elanus hypoleucus Eos histrio Esacus magnirostris Eutrichomyias rowleyi Falconidae
90 91
90
Alcippe pyrrhoptera Anhinga melanogaster Aramidopsis plateni Argusianus argus Bubulcus ibis Bucerotidae
Nama Indonesia Brencet wergan Pecuk ular Mandar Sulawesi Kuau Kuntul, Bangau putih Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng (semua jenis dari famili Bucerotidae) Kakatua putih besar jambul kuning Kakatua gofin Kakatua Seram Kakatua kecil jambul kuning Itik liar Junai, Burung mas, Minata Kasuari kecil Kasuari Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning Bangau hitam, Sandanglawe Burung sohabe coklat Burung matahari Pergam raja Kuntul karang Kuntul, Bangau putih (semua jenis dari genus Egretta) Alap-alap putih, Alap-alap tikus Alap-alap putih, Alap-alap tikus Nuri Sangir Wili-wili, Uar, Bebek laut Seriwang Sangihe Burung alap-alap, Elang
No. Nama Ilmiah
102 Fregeta andrewsi 103 Garrulax rufifrons 104 Goura spp.
105 Gracula religiosa
mertensi
Nama Indonesia (semua jenis dari famili Falconidae) Burung gunting, Bintayung Burung kuda Burung dara mahkota, Burung titi, Mambruk (semua jenis dari genus Goura) Beo Flores
106 Gracula religiosa robusta Beo Nias 107 Gracula religiosa Beo Sumbawa
venerata
108 Grus spp.
Jenjang (semua jenis dari genus Grus) Trulek lidi, Lilimo Bluwok, Walangkadak Bluwok berwarna Bayan Marabu, Bangau tongtong Jalak Bali Blekek Asia
Himantopus himantopus Ibis cinereus Ibis leucocephala Lorius roratus Leptoptilos javanicus Leucopsar rothschildi Limnodromus semipalmatus 116 Lophozosterops javanica Burung kacamata leher abu109 110 111 112 113 114 115
117 118 119 120 121 122 123 124 125
Lophura bulweri Loriculus catamene Loriculus exilis Lorius domicellus Macrocephalon maleo Megalaima armillaris Megalaima corvina Megalaima javensis Megapoddidae
abu Beleang ekor putih Serindit Sangihe Serindit Sulawesi Nori merah kepala hitam Burung maleo Cangcarang Haruku, Ketuk-ketuk Tulung tumpuk, Bultok Jawa Maleo, Burung gosong (semua jenis dari famili Megapododae)
91
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No. Nama Ilmiah 126 Megapodius reintwardtii 127 Meliphagidae
128 Musciscapa ruecki 129 Mycteria cinerea 130 Nectariniidae
131 Numenius spp. 132 Nycticorax caledonicus 133 Otus migicus beccarii 134 Pandionidae
135 Paradiseidae 136 Pavo muticus 137 Pelecanidae 138 Pittidae
139 140 141 142 143 144 145
Plegadis falcinellus Polyplectron malacense Probosciger aterrimus Psaltria exilis Pseudibis davisoni Psittrichas fulgidus Ptilonorhynchidae
146 Rhipidura euryura
92
Nama Indonesia Burung gosong Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili Meliphagidae) Burung kipas biru Bangau putih susu, Bluwok Burung madu, Jantingan, Klaces (semua jenis dari famili Nectariniidae) Gagajahan (semua jenis dari genus Numenius) Kowak merah Burung hantu Biak Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Pandionidae) Burung cendrawasih (semua jenis dari famili Paradiseidae) Burung merak Gangsa laut (semua jenis dari famili Pelecanidae) Burung paok, Burung cacing (semua jenis dari famili Pittidae) Ibis hitam, Roko-roko Merak kerdil Kakatua raja, Kakatua hitam Glatik kecil, Glatik gunung Ibis hitam punggung putih Kasturi raja, Betet besar Burung namdur, Burung dewata Burung kipas perut putih, Kipas gunung
No. 147 148 149 150 151 152
Nama Ilmiah
153 154 155 156 157 158
Sturnus melanopterus Sula abbotti Sula dactylatra Sula leucogaster Sula sula Tanygnathus sumatranus Threskiornis aethiopicus Trichoglossus ornatus Tringa guttifer Trogonidae
159 160 161 162
Rhipidura javanica Rhipidura phoenicura Satchyris grammiceps Satchyris melanothorax Sterna zimmermanni Sternidae
163 Vanellus macropterus III. REPTILIA (Melata) 164 Batagur baska 165 Caretta caretta 166 Carettochelys insculpta 167 Chelodina novaeguineae 168 Chelonia mydas 169 Chitra indica 170 Chlamydosaurus kingii 171 Chondropython viridis 172 Crocodylus
novaeguineae 173 Crocodylus porosus 174 Crocodylus siamensis
Nama Indonesia Burung kipas Burung kipas ekor merah Burung tepus dada putih Burung tepus pipi perak Dara laut berjambul Burung dara laut (semua jenis dari famili Sternidae) Jalak putih, Kaleng putih Gangsa batu aboti Gangsa batu muka biru Gangsa batu Gangsa batu kaki merah Nuri Sulawesi Ibis putih, Platuk besi Kasturi Sulawesi Trinil tutul Kasumba, Suruku, Burung luntur Trulek ekor putih Tuntong Penyu tempayan Kura-kura Irian Kura Irian leher panjang Penyu hijau Labi-labi besar Soa payung Sanca hijau Buaya air tawar Irian Buaya muara Buaya siam
93
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No. 175 176 177 178 179
Nama Ilmiah
Dermochelys coriacea Elseya novaeguineae Eretmochelys imbricata Gonychephalus dilophus Hydrasaurus amboinensis Lepidochelys olivacea Natator depressa Orlitia borneensis Python molurus Phyton timorensis Tiliqua gigas Tomistoma schlegelii Varanus borneensis Varanus gouldi Varanus indicus Varanus komodoensis Varanus nebulosus Varanus prasinus Varanus timorensis Varanus togianus
180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 IV. INSECTA (Serangga) 195 Cethosia myrina 196 Ornithoptera chimaera 197 Ornithoptera goliath 198 Ornithoptera paradisea 199 Ornithoptera priamus 200 Ornithoptera rotschldi 201 Ornithoptera tithonus 202 Trogonotera brookiana 203 Troides amphrysus 204 Troides andromanche
94
Nama Indonesia Penyu belimbing Kura Irian leher pendek Penyu sisik Bunglon sisir Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak pohon Penyu ridel Penyu pipih Kura-kura gading Sanca bodo Sanca Timor Kadal Panan Senyulong, Buaya sapit Biawak Kalimantan Biawak coklat Biawak Maluku Biawak komodo, Ora Biawak abu-abu Biawak hijau Biawak Timor Biawak Togian Kupu Kupu Kupu Kupu Kupu Kupu Kupu Kupu Kupu Kupu
bidadari sayap burung peri sayap burung goliat sayap burung surga sayap priamus burung rotsil burung titon trogon raja raja
No. 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 V. 215
Nama Ilmiah
Troides criton Troides haliphron Troides helena Troides hypolitus Troides meoris Troides miranda Troides plato Troides rhadamantus Troides riedeli Troides vandepolli
Nama Indonesia Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja Kupu raja
PISCES (Ikan)
Homaloptera gymnogaster 216 Latimeria chalumnae 217 Notopterus spp. 218 Pritis spp. 219 Puntius microps 220 Scleropages formasus 221 Scleropages jardini VI. ANTHOZOA 222 Anthiphates spp.
VII. BIVALVIA 223 Birgus latro 224 Cassis cornuta 225 Charonia tritonis 226 Hippopus hippopus
Selusur Maninjau Ikan raja laut Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis dari genus Notopterus) Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis dari genus Pritis) Wader goa Peyang malaya, Tangkelasa Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso Akar bahar, Koral hitam (semua jenis dari genus Anthiphates) Ketam kelapa Kepala kambing Triton terompet Kima tapak kuda, Kima kuku beruang
95
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No. Nama Ilmiah 227 Hippopus porcellanus 228 Nautilus popillius 229 Tachipleus gigas 230 Tridacna crocea 231 Tridacna derasa 232 Tridacna gigas 233 Tridacna maxima 234 Tridacna squamosa 235 Trochus niloticus 236 Turbo marmoratus TUMBUHAN I. ARACEAE 237 Amorphophallus
Nama Indonesia Kima Cina Nautilus berongga Ketam tapak kuda Kima kunia, Lubang Kima selatan Kima raksasa Kima kecil Kima sisik, Kima seruling Troka, Susur bundar Batu laga, Siput hijau
Bunga bangkai jangkung
decussilvae 238 Amorphophallus titanum Bunga bangkai raksasa
96
II. PALMAE 239 Borrassodendron
Bindang, Budang
240 241 242 243 244 245
Palem raja/Indonesia Palem Jawa Pinang merah Kalimantan Pinang merah Bangka Bertan Daun payung
246
borneensis Caryota no Ceratolobus glaucescens Cystostachys lakka Cystostachys renda Eugeissona utilis Johannesteijsmania altifrons Livistona spp.
247 248 249 250
Nenga gajah Phoenix paludosa Pigafetta filaris Pinanga javana
Palem kipas Sumatera (semua jenis dari genus Livistona) Palem Sumatera Korma rawa Manga Pinang Jawa
No. Nama Ilmiah III. RAFFLESSIACEA 251 Rafflesia spp.
Nama Indonesia Rafflesia, Bunga padma (semua jenis dari genus Rafflesia)
IV. ORCHIDACEAE 252 Ascocentrum miniatum 253 Coelogyne pandurata 254 Corybas fornicatus 255 Cymbidium
Anggrek Anggrek Anggrek Anggrek
256 Dendrobium
Anggrek karawai
257 258 259
Anggrek albert Anggrek stuberi Anggrek jamrud
hartinahianum
260 261 262 263 264 265 266 267 268 269
catinecloesum Dendrobium d'albertisii Dendrobium lasianthera Dendrobium macrophyllum Dendrobium ostrinoglossum Dendrobium phalaenopsis Grammatophyllum papuanum Grammatophyllum speciosum Macodes petola Paphiopedilum chamberlainianum Paphiopedilum glaucophyllum Paphiopedilum praestans Paraphalaenopsis denevei Paraphalaenopsis laycockii
kebutan hitam koribas hartinah
Anggrek karawai Anggrek larat Anggrek raksasa Irian Anggrek tebu Anggrek ki aksara Anggrek kasut kumis Anggrek kasut berbulu Anggrek kasut pita Anggrek bulan bintang Anggrek bulan Kaliman Tengah
97
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No. Nama Ilmiah 270 Paraphalaenopsis
Nama Indonesia Anggrek bulan Kaliman Barat
271
Anggrek bulan Ambon
serpentilingua Phalaenopsis amboinensis Phalaenopsis gigantea Phalaenopsis sumatrana Phalaenopsis violacose Renanthera matutina Spathoglottis zurea Vanda celebica Vanda hookeriana Vanda pumila Vanda sumatrana
272 273 274 275 276 277 278 279 280 V. NEPHENTACEAE 281 Nephentes spp.
VI. DIPTEROCARPACEAE 282 Shorea stenopten 283 Shorea stenoptera 284 Shorea gysberstiana 285 Shorea pinanga 286 Shorea compressa 287 Shorea semiris 288 Shorea martiana 289 Shorea mexistopteryx 290 Shorea beccariana 291 Shorea micrantha 292 Shorea palembanica 293 Shorea lepidota 294 Shorea singkawang
98
Anggrek bulan raksasa Anggrek bulan Sumatera Anggrek kelip Anggrek jingga Anggrek sendok Vanda mungil Minahasa Vanda pensil Vanda mini Vanda Sumatera Kantong semar (semua jenis dari genus Nephentes) Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang Tengkawang
Lampiran 4. Appendices CITES (Convention on Inter-
national Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) [valid from 5 February 2015] APPENDICES I
II
III
F A U N A (ANIMALS) PHYLUM CHORDATA CLASS MAMMALIA (MAMMALS) ARTIODACTYLA Antilocapridae Pronghorn
Antilocapra americana (Only the population of Mexico; no other population is included in the Appendices) Bovidae Antelopes, cattle, duikers, gazelles, goats, sheep, etc.
Addax nasomaculatus Ammotragus lervia Antilope cervicapra (Nepal)
Bison bison athabascae Bos gaurus (Excludes
the domesticated form, which is referenced as Bos frontalis, and is not subject to the provisions of the Convention)
Bos mutus (Excludes the domesticated form, which is referenced as Bos grunniens, and is not subject to the
99
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
provisions of the Convention)
Bos sauveli Boselaphus tragocamelus (Pakistan) Bubalus arnee (Nepal) (Excludes the domesticated form, which is referenced as Bubalus bubalis)
Bubalus depressicornis Bubalus mindorensis Bubalus quarlesi Budorcas taxicolor Capra falconeri Capra hircus aegagrus
(Pakistan) (Specimens of the domesticated form are not subject to the provisions of the Convention)
Capra sibirica (Pakistan) Capricornis milneedwardsii Capricornis rubidus Capricornis sumatraensis Capricornis thar Cephalophus brookei Cephalophus dorsalis Cephalophus jentinki
100
APPENDICES I
II
III
Cephalophus ogilbyi Cephalophus silvicultor Cephalophus zebra Damaliscus pygargus pygargus Gazella bennettii (Pakistan)
Gazella cuvieri Gazella dorcas (Algeria, Tunisia)
Gazella leptoceros Hippotragus niger variani Kobus leche Naemorhedus baileyi Naemorhedus caudatus Naemorhedus goral Naemorhedus griseus Nanger dama Oryx dammah Oryx leucoryx Ovis ammon (Except the subspecies included in Appendix I)
Ovis ammon hodgsonii Ovis ammon nigrimontana Ovis canadensis (Only the population of
101
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Mexico; no other population is included in the Appendices)
Ovis orientalis ophion Ovis vignei (Except the subspecies included in Appendix I)
Ovis vignei vignei Pantholops hodgsonii Philantomba monticola Pseudoryx nghetinhensis Rupicapra pyrenaica ornata Saiga borealis Saiga tatarica Tetracerus quadricornis (Nepal) Camelidae Guanaco, vicuna
Lama glama guanicoe Vicugna vicugna [Except the populations of: Argentina (the populations of the Provinces of Jujuy and Catamarca and the semi-captive populations of the Provinces of Jujuy, Salta, Catamarca, La Rioja and San Juan), Chile (population of the Primera Región), Peru
102
APPENDICES I
II
III
(the whole population) and the Plurinational State of Bolivia (the whole population), which are included in Appendix II)
Vicugna vicugna [Only
the populations of Argentina1 (the populations of the Provinces of Jujuy and Catamarca and the semi-captive populations of the Provinces of Jujuy, Salta, Catamarca, La Rioja and San Juan), Chile2 (population of the Primera Región), Ecuador3 (the whole population), Peru4 (the whole population) and the Plurinational State of Bolivia5 (the whole population); all other populations are included in Appendix I] Cervidae Deer, guemals, muntjacs, pudus
Axis calamianensis Axis kuhlii Axis porcinus (except
the subspecies included in Appendix I) (Pakistan)
Axis porcinus annamiticus Blastocerus dichotomus
103
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Cervus elaphus bactrianus Cervus elaphus barbarus (Algeria, Tunisia)
Cervus elaphus hanglu Dama dama mesopotamica Hippocamelus spp. Mazama temama cerasina (Guatemala) Muntiacus crinifrons Muntiacus vuquangensis Odocoileus virginianus mayensis (Guatemala) Ozotoceros bezoarticus Pudu mephistophiles Pudu puda Rucervus duvaucelii Rucervus eldii Hippopotamidae Hippopotamuses
Hexaprotodon liberiensis Hippopotamus amphibius Moschidae Musk deer
Moschus spp. (Only the populations of Afghanistan, Bhutan, India, Myanmar, Nepal and Pakistan; all other
104
APPENDICES I
II
III
populations are included in Appendix II)
Moschus spp. (Except the populations of Afghanistan, Bhutan, India, Myanmar, Nepal and Pakistan, which are included in Appendix I) Suidae Babirusa, pygmy hog
Babyrousa babyrussa Babyrousa bolabatuensis Babyrousa celebensis Babyrousa togeanensis Sus salvanius Tayassuidae Peccaries Tayassuidae spp. (Except the species included in Appendix I and the populations of Pecari tajacu of Mexico and the United States of America, which are not included in the Appendices)
Catagonus wagneri CARNIVORA Ailuridae Red panda
Ailurus fulgens Canidae Bush dog, foxes, wolves
Canis aureus (India)
105
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Canis lupus (Only the populations of Bhutan, India, Nepal and Pakistan; all other populations are included in Appendix II. Excludes the domesticated form and the dingo which are referenced as Canis lupus familiaris and Canis lupus dingo)
Canis lupus (Except the populations of Bhutan, India, Nepal and Pakistan, which are included in Appendix I. Excludes the domesticated form and the dingo which are referenced as Canis lupus familiaris and Canis lupus dingo)
Cerdocyon thous Chrysocyon brachyurus Cuon alpinus Lycalopex culpaeus Lycalopex fulvipes Lycalopex griseus Lycalopex gymnocercus Speothos venaticus Vulpes bengalensis (India)
Vulpes cana
106
APPENDICES I
II
III
Vulpes vulpes griffithi (India)
Vulpes vulpes montana (India)
Vulpes vulpes pusilla (India)
Vulpes zerda Eupleridae Fossa, falanouc, Malagasy civet
Cryptoprocta ferox Eupleres goudotii Fossa fossana Felidae Cats Felidae spp. (Except the species included in Appendix I. Specimens of the domesticated form are not subject to the provisions of the Convention)
Acinonyx jubatus (Annual export quotas for live specimens and hunting trophies are granted as follows: Botswana: 5; Namibia: 150; Zimbabwe: 50. The trade in such specimens is subject to the provisions of Article III of the Convention)
Caracal caracal (Only the population of Asia; all other populations are included in Appendix II)
107
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
Catopuma temminckii Felis nigripes Leopardus geoffroyi Leopardus jacobitus Leopardus pardalis Leopardus tigrinus Leopardus wiedii Lynx pardinus Neofelis nebulosa Panthera leo persica Panthera onca Panthera pardus Panthera tigris Pardofelis marmorata Prionailurus bengalensis bengalensis (Only the
populations of Bangladesh, India and Thailand; all other populations are included in Appendix II)
Prionailurus planiceps Prionailurus rubiginosus (Only the population of India; all other populations are included in Appendix II)
Puma concolor coryi Puma concolor costaricensis
108
II
III
APPENDICES I
II
III
Puma concolor couguar Puma yagouaroundi
(Only the populations of Central and North America; all other populations are included in Appendix II)
Uncia uncia Herpestidae Mongooses
Herpestes edwardsi (India, Pakistan)
Herpestes fuscus (India) Herpestes javanicus (Pakistan)
Herpestes javanicus auropunctatus (India) Herpestes smithii (India) Herpestes urva (India) Herpestes vitticollis (India) Hyaenidae Aardwolf, hyaenas
Hyaena hyaena Pakistan)
Proteles cristata (Botswana) Mephitidae Hog-nosed skunk
Conepatus humboldtii Mustelidae Badgers, martens, weasels, etc. Lutrinae Otters Lutrinae spp. (Except
109
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
the species included in Appendix I)
Aonyx capensis microdon (Only the
populations of Cameroon and Nigeria; all other populations are included in Appendix II)
Enhydra lutris nereis Lontra felina Lontra longicaudis Lontra provocax Lutra lutra Lutra nippon Pteronura brasiliensis Mustelinae Grisons, honey badger, martens, tayra, weasels
Eira barbara (Honduras) Galictis vittata (Costa Rica)
Martes flavigula (India) Martes foina intermedia (India)
Martes gwatkinsii (India) Mellivora capensis (Botswana)
Mustela altaica (India) Mustela erminea ferghanae (India) Mustela kathiah (India) Mustela nigripes
110
APPENDICES I
II
III
Mustela sibirica (India) Odobenidae Walrus
Odobenus rosmarus (Canada) Otariidae Fur seals, sealions
Arctocephalus spp.
(Except the species included in Appendix I)
Arctocephalus townsendi Phocidae Seals
Mirounga leonina Monachus spp. Procyonidae Coatis, kinkajou, olingos
Bassaricyon gabbii (Costa Rica)
Bassariscus sumichrasti (Costa Rica)
Nasua narica (Honduras) Nasua nasua solitaria (Uruguay)
Potos flavus (Honduras) Ursidae Bears, giant panda Ursidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Ailuropoda melanoleuca Helarctos malayanus Melursus ursinus
111
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Tremarctos ornatus Ursus arctos (Only the
populations of Bhutan, China, Mexico and Mongolia; all other populations are included in Appendix II)
Ursus arctos isabellinus Ursus thibetanus Viverridae Binturong, civets, linsangs, otter-civet, palm civets
Arctictis binturong (India)
Civettictis civetta (Botswana)
Cynogale bennettii Hemigalus derbyanus Paguma larvata (India) Paradoxurus hermaphroditus (India) Paradoxurus jerdoni (India)
Prionodon linsang Prionodon pardicolor Viverra civettina (India) Viverra zibetha (India) Viverricula indica (India) CETACEA Dolphins, porpoises, whales CETACEA spp. (Except the species included in Appendix I. A zero
112
APPENDICES I
II
III
annual export quota has been established for live specimens from the Black Sea population of
Tursiops truncatus
removed from the wild and traded for primarily commercial purposes) Balaenidae Bowhead whale, right whales
Balaena mysticetus Eubalaena spp. Balaenopteridae Humpback whale, rorquals
Balaenoptera acutorostrata (Except
the population of West Greenland, which is included in Appendix II)
Balaenoptera bonaerensis Balaenoptera borealis Balaenoptera edeni Balaenoptera musculus Balaenoptera omurai Balaenoptera physalus Megaptera novaeangliae Delphinidae Dolphins
Orcaella brevirostris Orcaella heinsohni Sotalia spp. Sousa spp.
113
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Eschrichtiidae Grey whale
Eschrichtius robustus Iniidae River dolphins
Lipotes vexillifer Neobalaenidae Pygmy right whale
Caperea marginata Phocoenidae Porpoises
Neophocaena phocaenoides Phocoena sinus Physeteridae Sperm whales
Physeter macrocephalus Platanistidae River dolphins
Platanista spp. Ziphiidae Beaked whales, bottle-nosed whales
Berardius spp. Hyperoodon spp. CHIROPTERA Phyllostomidae Broad-nosed bat
Platyrrhinus lineatus (Uruguay) Pteropodidae Fruit bats, flying foxes
Acerodon spp. (Except
the species included in Appendix I)
Acerodon jubatus Pteropus spp. (Except
114
APPENDICES I
II
III
Pteropus brunneus and the species included in Appendix I)
Pteropus insularis Pteropus loochoensis Pteropus mariannus Pteropus molossinus Pteropus pelewensis Pteropus pilosus Pteropus samoensis Pteropus tonganus Pteropus ualanus Pteropus yapensis CINGULATA Dasypodidae Armadillos
Cabassous centralis (Costa Rica)
Cabassous tatouay (Uruguay)
Chaetophractus nationi (A zero annual export quota has been established. All specimens shall be deemed to be specimens of species included in Appendix I and the trade in them shall be regulated accordingly)
Priodontes maximus
115
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
DASYUROMORPHIA Dasyuridae Dunnarts
Sminthopsis longicaudata Sminthopsis psammophila DIPROTODONTIA Macropodidae Kangaroos, wallabies
Dendrolagus inustus Dendrolagus ursinus Lagorchestes hirsutus Lagostrophus fasciatus Onychogalea fraenata Phalangeridae Cuscuses
Phalanger intercastellanus Phalanger mimicus Phalanger orientalis Spilocuscus kraemeri Spilocuscus maculatus Spilocuscus papuensis Potoroidae Rat-kangaroos
Bettongia spp. Vombatidae Northern hairy-nosed wombat
Lasiorhinus krefftii LAGOMORPHA Leporidae Hispid hare, volcano rabbit
116
III
APPENDICES I
II
III
Caprolagus hispidus Romerolagus diazi MONOTREMATA Tachyglossidae Echidnas, spiny anteaters
Zaglossus spp. PERAMELEMORPHIA Peramelidae Bandicoots, echymiperas
Perameles bougainville Thylacomyidae Bilbies
Macrotis lagotis PERISSODACTYLA Equidae Horses, wild asses, zebras
Equus africanus
(Excludes the domesticated form, which is referenced as Equus asinus, and is not subject to the provisions of the Convention)
Equus grevyi Equus hemionus (Except the subspecies included in Appendix I)
Equus hemionus hemionus Equus hemionus khur Equus kiang Equus przewalskii Equus zebra hartmannae
117
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
Equus zebra zebra Rhinocerotidae Rhinoceroses Rhinocerotidae spp. (Except the subspecies included in Appendix II)
Ceratotherium simum simum (Only the popu-
lations of South Africa and Swaziland; all other populations are included in Appendix I. For the exclusive purpose of allowing international trade in live animals to appropriate and acceptable destinations and hunting trophies. All other specimens shall be deemed to be specimens of species included in Appendix I and the trade in them shall be regulated accordingly) Tapiridae Tapirs Tapiridae spp. (Except the species included in Appendix II)
Tapirus terrestris PHOLIDOTA Manidae Pangolins
Manis spp. (A zero
annual export quota has been established for Manis crassicaudata, M.
118
III
APPENDICES I
II
III
culionensis, M. javanica and M. pentadactyla for specimens removed from the wild and traded for primarily commercial purposes) PILOSA Bradypodidae Three-toed sloth
Bradypus pygmaeus Bradypus variegatus Megalonychidae Two-toed sloth
Choloepus hoffmanni (Costa Rica) Myrmecophagidae American anteaters
Myrmecophaga tridactyla Tamandua mexicana (Guatemala) PRIMATES Apes, monkeys PRIMATES spp. (Except the species included in Appendix I) Atelidae Howler and prehensile-tailed monkeys
Alouatta coibensis Alouatta palliata Alouatta pigra Ateles geoffroyi frontatus Ateles geoffroyi panamensis
119
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
Brachyteles arachnoides Brachyteles hypoxanthus Oreonax flavicauda Cebidae New World monkeys
Callimico goeldii Callithrix aurita Callithrix flaviceps Leontopithecus spp. Saguinus bicolor Saguinus geoffroyi Saguinus leucopus Saguinus martinsi Saguinus oedipus Saimiri oerstedii Cercopithecidae Old World monkeys
Cercocebus galeritus Cercopithecus diana Cercopithecus roloway Macaca silenus Mandrillus leucophaeus Mandrillus sphinx Nasalis larvatus Piliocolobus kirkii Piliocolobus rufomitratus Presbytis potenziani
120
II
III
APPENDICES I
II
III
Pygathrix spp. Rhinopithecus spp. Semnopithecus ajax Semnopithecus dussumieri Semnopithecus entellus Semnopithecus hector Semnopithecus hypoleucos Semnopithecus priam Semnopithecus schistaceus Simias concolor Trachypithecus geei Trachypithecus pileatus Trachypithecus shortridgei Cheirogaleidae Dwarf lemurs Cheirogaleidae spp. Daubentoniidae Aye-aye
Daubentonia madagascariensis Hominidae Chimpanzees, gorilla, orang-utan
Gorilla beringei Gorilla gorilla Pan spp. Pongo abelii Pongo pygmaeus
121
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
Hylobatidae Gibbons Hylobatidae spp. Indriidae Avahi, indris, sifakas, woolly lemurs Indriidae spp. Lemuridae Large lemurs Lemuridae spp. Lepilemuridae Sportive lemurs Lepilemuridae spp. Lorisidae Lorises
Nycticebus spp. Pithecidae Sakis and uakaris
Cacajao spp. Chiropotes albinasus PROBOSCIDEA Elephantidae Elephants
Elephas maximus Loxodonta africana (Except the populations of Botswana, Namibia, South Africa and Zimbabwe, which are included in Appendix II)
Loxodonta africana5
(Only the populations of Botswana, Namibia, South Africa and Zimbabwe; all other populations are included in Appendix I) RODENTIA
122
III
APPENDICES I
II
III
Chinchillidae Chinchillas
Chinchilla spp.
(Specimens of the domesticated form are not subject to the provisions of the Convention) Cuniculidae Paca
Cuniculus paca (Honduras) Dasyproctidae Agouti
Dasyprocta punctata (Honduras) Erethizontidae New World porcupines
Sphiggurus mexicanus (Honduras)
Sphiggurus spinosus (Uruguay) Muridae Mice, rats
Leporillus conditor Pseudomys fieldi praeconis Xeromys myoides Zyzomys pedunculatus Sciuridae Ground squirrels, tree squirrels
Cynomys mexicanus Marmota caudata (India) Marmota himalayana (India)
Ratufa spp.
123
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Sciurus deppei (Costa Rica) SCANDENTIA Tree shrews SCANDENTIA spp. SIRENIA Dugongidae Dugong
Dugong dugon Trichechidae Manatees
Trichechus inunguis Trichechus manatus Trichechus senegalensis CLASS AVES (BIRDS) ANSERIFORMES Anatidae Ducks, geese, swans, etc.
Anas aucklandica Anas bernieri Anas chlorotis Anas formosa Anas laysanensis Anas nesiotis Anascornis scutulata Branta canadensis leucopareia Branta ruficollis Branta sandvicensis Cairina moschata (Honduras)
124
APPENDICES I
II
III
Coscoroba coscoroba Cygnus melancoryphus Dendrocygna arborea Dendrocygna autumnalis (Honduras) Dendrocygna bicolor (Honduras)
Oxyura leucocephala Rhodonessa caryophyllacea (possibly extinct)
Sarkidiornis melanotos APODIFORMES Trochilidae Hummingbirds Trochilidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Glaucis dohrnii CHARADRIIFORMES Burhinidae Thick-knee
Burhinus bistriatus (Guatemala) Laridae Gull
Larus relictus Scolopacidae Curlews, greenshanks
Numenius borealis Numenius tenuirostris Tringa guttifer
125
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
CICONIIFORMES Balaenicipitidae Shoebill, whale-headed stork
Balaeniceps rex Ciconiidae Storks
Ciconia boyciana Ciconia nigra Jabiru mycteria Mycteria cinerea Phoenicopteridae Flamingos Phoenicopteridae spp. Threskiornithidae Ibises, spoonbills
Eudocimus ruber Geronticus calvus Geronticus eremita Nipponia nippon Platalea leucorodia COLUMBIFORMES Columbidae Doves, pigeons
Caloenas nicobarica Ducula mindorensis Gallicolumba luzonica Goura spp. Nesoenas mayeri (Mauritius) CORACIIFORMES Bucerotidae Hornbills
126
APPENDICES I
II
III
Aceros spp. (Except the species included in Appendix I)
Aceros nipalensis Anorrhinus spp. Anthracoceros spp. Berenicornis spp. Buceros spp. (Except
the species included in Appendix I)
Buceros bicornis Penelopides spp. Rhinoplax vigil Rhyticeros spp. (Except the species included in Appendix I)
Rhyticeros subruficollis CUCULIFORMES Musophagidae Turacos
Tauraco spp. FALCONIFORMES Eagles, falcons, hawks, vultures FALCONIFORMES spp. (Except Caracara lutosa and the species of the family Cathartidae, which are not included in Appendices; and the species included in Appendices I and III) Accipitridae Hawks, eagles
Aquila adalberti
127
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Aquila heliaca Chondrohierax uncinatus wilsonii Haliaeetus albicilla Harpia harpyja Pithecophaga jefferyi Cathartidae New World vultures
Gymnogyps californianus Sarcoramphus papa (Honduras)
Vultur gryphus Falconidae Falcons
Falco araeus Falco jugger Falco newtoni (Only the population of Seychelles)
Falco pelegrinoides Falco peregrinus Falco punctatus Falco rusticolus GALLIFORMES Cracidae Chachalacas, currassows, guans
Crax alberti (Colombia) Crax blumenbachii Crax daubentoni (Colombia)
128
APPENDICES I
II
III
Crax globulosa (Colombia)
Crax rubra (Colombia, Costa Rica, Guatemala, Honduras)
Mitu mitu Oreophasis derbianus Ortalis vetula (Guatemala, Honduras)
Pauxi pauxi (Colombia) Penelope albipennis Penelope purpurascens (Honduras)
Penelopina nigra (Guatemala)
Pipile jacutinga Pipile pipile Megapodiidae Megapodes, scrubfowl
Macrocephalon maleo Phasianidae Grouse, guineafowl, partridges, pheasants, tragopans
Argusianus argus Catreus wallichii Colinus virginianus ridgwayi Crossoptilon crossoptilon Crossoptilon mantchuricum Gallus sonneratii
129
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Ithaginis cruentus Lophophorus impejanus Lophophorus lhuysii Lophophorus sclateri Lophura edwardsi Lophura leucomelanos (Pakistan)
Lophura swinhoii Meleagris ocellata (Guatemala)
Pavo cristatus (Pakistan) Pavo muticus Polyplectron bicalcaratum Polyplectron germaini Polyplectron malacense Polyplectron napoleonis Polyplectron schleiermacheri Pucrasia macrolopha (Pakistan)
Rheinardia ocellata Syrmaticus ellioti Syrmaticus humiae Syrmaticus mikado Tetraogallus caspius Tetraogallus tibetanus Tragopan blythii
130
APPENDICES I
II
III
Tragopan caboti Tragopan melanocephalus Tragopan satyra (Nepal) Tympanuchus cupido attwateri GRUIFORMES Gruidae Cranes Gruidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Grus americana Grus canadensis nesiotes Grus canadensis pulla Grus japonensis Grus leucogeranus Grus monacha Grus nigricollis Grus vipio Otididae Bustards Otididae spp. (Except the species included in Appendix I)
Ardeotis nigriceps Chlamydotis macqueenii Chlamydotis undulata Houbaropsis bengalensis
131
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Rallidae Rail
Gallirallus sylvestris Rhynochetidae Kagu
Rhynochetos jubatus PASSERIFORMES Atrichornithidae Scrub-bird
Atrichornis clamosus Cotingidae Cotingas
Cephalopterus ornatus (Colombia)
Cephalopterus penduliger (Colombia) Cotinga maculata Rupicola spp. Xipholena atropurpurea Emberizidae Cardinals, tanagers
Gubernatrix cristata Paroaria capitata Paroaria coronata Tangara fastuosa Estrildidae Mannikins, waxbills
Amandava formosa Lonchura oryzivora Poephila cincta cincta Fringillidae Finches
Carduelis cucullata Carduelis yarrellii
132
APPENDICES I
II
III
Hirundinidae Martin
Pseudochelidon sirintarae Icteridae Blackbird
Xanthopsar flavus Meliphagidae Honeyeater
Lichenostomus melanops cassidix Muscicapidae Old World flycatchers
Acrocephalus rodericanus (Mauritius) Cyornis ruckii Dasyornis broadbenti litoralis (possibly extinct)
Dasyornis longirostris Garrulax canorus Garrulax taewanus Leiothrix argentauris Leiothrix lutea Liocichla omeiensis Picathartes gymnocephalus Picathartes oreas Terpsiphone bourbonnensis (Mauritius) Paradisaeidae Birds of paradise Paradisaeidae spp.
133
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Pittidae Pittas
Pitta guajana Pitta gurneyi Pitta kochi Pitta nympha Pycnonotidae Bulbul
Pycnonotus zeylanicus Sturnidae Mynahs (Starlings)
Gracula religiosa Leucopsar rothschildi Zosteropidae White-eye
Zosterops albogularis PELECANIFORMES Fregatidae Frigatebird
Fregata andrewsi Pelecanidae Pelican
Pelecanus crispus Sulidae Booby
Papasula abbotti PICIFORMES Capitonidae Barbet
Semnornis ramphastinus (Colombia) Picidae Woodpeckers
Dryocopus javensis richardsi
134
APPENDICES I
II
III
Ramphastidae Toucans
Baillonius bailloni (Argentina)
Pteroglossus aracari Pteroglossus castanotis (Argentina)
Pteroglossus viridis Ramphastos dicolorus (Argentina)
Ramphastos sulfuratus Ramphastos toco Ramphastos tucanus Ramphastos vitellinus Selenidera maculirostris (Argentina) PODICIPEDIFORMES Podicipedidae Grebe
Podilymbus gigas PROCELLARIIFORMES Diomedeidae Albatross
Phoebastria albatrus PSITTACIFORMES PSITTACIFORMES spp. (Except the species included in Appendix I and Agapornis
roseicollis, Melopsittacus undulatus, Nymphicus hollandicus and Psittacula krameri,
135
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II which are not included in the Appendices)
Cacatuidae Cockatoos
Cacatua goffiniana Cacatua haematuropygia Cacatua moluccensis Cacatua sulphurea Probosciger aterrimus Loriidae Lories, lorikeets
Eos histrio Vini ultramarina Psittacidae Amazons, macaws, parakeets, parrots
Amazona arausiaca Amazona auropalliata Amazona barbadensis Amazona brasiliensis Amazona finschi Amazona guildingii Amazona imperialis Amazona leucocephala Amazona oratrix Amazona pretrei Amazona rhodocorytha Amazona tucumana Amazona versicolor Amazona vinacea
136
III
APPENDICES I
II
III
Amazona viridigenalis Amazona vittata Anodorhynchus spp. Ara ambiguus Ara glaucogularis Ara macao Ara militaris Ara rubrogenys Cyanopsitta spixii Cyanoramphus cookii Cyanoramphus forbesi Cyanoramphus novaezelandiae Cyanoramphus saisseti Cyclopsitta diophthalma coxeni Eunymphicus cornutus Guarouba guarouba Neophema chrysogaster Ognorhynchus icterotis Pezoporus occidentalis (Possibly extinct)
Pezoporus wallicus Pionopsitta pileata Primolius couloni Primolius maracana Psephotus
137
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
chrysopterygius Psephotus dissimilis Psephotus pulcherrimus (possibly extinct)
Psittacula echo Pyrrhura cruentata Rhynchopsitta spp. Strigops habroptilus RHEIFORMES Rheidae Rheas
Pterocnemia pennata (Except Pterocnemia pennata pennata which is included in Appendix II)
Pterocnemia pennata pennata Rhea americana SPHENISCIFORMES Spheniscidae Penguins
Spheniscus demersus Spheniscus humboldti STRIGIFORMES Owls STRIGIFORMES spp. (Except Sceloglaux albifacies and the species included in Appendix I) Strigidae Owls
Heteroglaux blewitti
138
III
APPENDICES I
II
III
Mimizuku gurneyi Ninox natalis Ninox novaeseelandiae undulata Tytonidae Barn owls
Tyto soumagnei STRUTHIONIFORMES Struthionidae Ostrich
Struthio camelus (Only the populations of Algeria, Burkina Faso, Cameroon, the Central African Republic, Chad, Mali, Mauritania, Marocco, the Niger, Nigeria, Senegal and the Sudan; all other populations are not included in the Appendices) TINAMIFORMES Tinamidae Tinamous
Tinamus solitarius TROGONIFORMES Trogonidae Quetzals
Pharomachrus mocinno CLASS REPTILIA (REPTILES) CROCODYLIA Alligators, caimans, crocodiles CROCODYLIA spp. (Except the species included in Appendix I)
139
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I Alligatoridae Alligators, caimans
Alligator sinensis Caiman crocodilus apaporiensis Caiman latirostris
(Except the population of Argentina, which is included in Appendix II)
Melanosuchus niger (Except the population of Brazil, which is included in Appendix II, and the population of Ecuador, which is included in Appendix II and is subject to a zero annual export quota until an annual export quota has been approved by the CITES Secretariat and the IUCN/SSC Crocodile Specialist Group) Crocodylidae Crocodiles
Crocodylus acutus
(Except the population of Cuba, which is included in Appendix II)
Crocodylus cataphractus Crocodylus intermedius Crocodylus mindorensis Crocodylus moreletii
(Except the population of Belize and Mexico, which are included in
140
II
III
APPENDICES I
II
III
Appendix II with a zero quota for wild specimens traded for commercial purposes)
Crocodylus niloticus
[Except the populations of Botswana, Egypt (subject to a zero quota for wild specimens traded for commercial purposes), Ethiopia, Kenya, Madagascar, Malawi, Mozambique, Namibia, South Africa, Uganda, the United Republic of Tanzania (subject to an annual export quota of no more than 1,600 wild specimens including hunting trophies, in addition to ranched specimens), Zambia and Zimbabwe, which are included in Appendix II]
Crocodylus palustris Crocodylus porosus
(Except the populations of Australia, Indonesia and Papua New Guinea, which are included in Appendix II)
Crocodylus rhombifer Crocodylus siamensis Osteolaemus tetraspis Tomistoma schlegelii
141
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
Gavialidae Gavial
Gavialis gangeticus RHYNCHOCEPHALIA Sphenodontidae Tuatara
Sphenodon spp. SAURIA Agamidae Agamas, mastigures
Saara spp. Uromastyx spp. Chamaeleonidae Chameleons
Archaius spp. Bradypodion spp. Brookesia spp. (Except the species included in Appendix I)
Brookesia perarmata Calumma spp. Chamaeleo spp. Furcifer spp. Kinyongia spp. Nadzikambia spp. Trioceros spp. Cordylidae Spiny-tailed lizards
Cordylus spp. Gekkonidae Geckos
Cyrtodactylus serpensinsula
142
III
APPENDICES I
II
III
Hoplodactylus spp. (New Zealand)
Nactus serpensinsula Naultinus spp. Phelsuma spp. Uroplatus spp. Helodermatidae Beaded lizard, gila monster
Heloderma spp. (Except the subspecies included in Appendix I)
Heloderma horridum charlesbogerti Iguanidae Iguanas
Amblyrhynchus cristatus Brachylophus spp. Conolophus spp. Ctenosaura bakeri Ctenosaura melanosterna Ctenosaura oedirhina Ctenosaura palearis Cyclura spp. Iguana spp. Phrynosoma blainvillii Phrynosoma cerroense Phrynosoma coronatum Phrynosoma wigginsi Sauromalus varius
143
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
Lacertidae Lizards
Gallotia simonyi Podarcis lilfordi Podarcis pityusensis Scincidae Skinks
Corucia zebrata Teiidae Caiman lizards, tegu lizards
Crocodilurus amazonicus Dracaena spp. Tupinambis spp. Varanidae Monitor lizards
Varanus spp.
(Except the species included in Appendix I)
Varanus bengalensis Varanus flavescens Varanus griseus Varanus komodoensis Varanus nebulosus Xenosauridae Chinese crocodile lizard
Shinisaurus crocodilurus SERPENTES Snakes Boidae Boas Boidae spp. (Except the species included in Appendix I)
144
III
APPENDICES I
II
III
Acrantophis spp. Boa constrictor occidentalis Epicrates inornatus Epicrates monensis Epicrates subflavus Sanzinia madagascariensis Bolyeriidae Round Island boas Bolyeriidae spp. (Except the species included in Appendix I)
Bolyeria multocarinata Casarea dussumieri Colubridae Typical snakes, water snakes, whipsnakes
Atretium schistosum (India)
Cerberus rynchops (India)
Clelia clelia Cyclagras gigas Elachistodon westermanni Ptyas mucosus Xenochrophis piscator (India) Elapidae Cobras, coral snakes
Hoplocephalus bungaroides
145
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Micrurus diastema (Honduras)
Micrurus nigrocinctus (Honduras)
Naja atra Naja kaouthia Naja mandalayensis Naja naja Naja oxiana Naja philippinensis Naja sagittifera Naja samarensis Naja siamensis Naja sputatrix Naja sumatrana Ophiophagus hannah Loxocemidae Mexican dwarf boa Loxocemidae spp. Pythonidae Pythons Pythonidae spp. (Except the subspecies included in Appendix I)
Python molurus molurus Tropidophiidae Wood boas Tropidophiidae spp. Viperidae Vipers
Crotalus durissus (Honduras)
146
APPENDICES I
II
III
Daboia russelii (India) Trimeresurus mangshanensis Vipera ursinii (Only the population of Europe, except the area which formerly constituted the Union of Soviet Socialist Republics; these latter populations are not included in the Appendices)
Vipera wagneri TESTUDINES Carettochelyidae Pig-nosed turtles
Carettochelys insculpta Chelidae Austro-American side-necked turtles
Chelodina mccordi (Zero export quota for specimens from the wild)
Pseudemydura umbrina Cheloniidae Marine turtles Cheloniidae spp. Chelydridae Snapping turtles
Macrochelys temminckii (United States of America) Dermatemydidae Central American river turtle
Dermatemys mawii Dermochelyidae Leatherback turtle
Dermochelys coriacea
147
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Emydidae Box turtles, freshwater turtles
Clemmys guttata Emydoidea blandingii Glyptemys insculpta Glyptemys muhlenbergii Graptemys spp. (United States of America)
Malaclemys terrapin Terrapene spp. (Except the species included in Appendix I)
Terrapene coahuila Geoemydidae Box turtles, freshwater turtles
Batagur affinis Batagur baska Batagur7borneoensis Batagur dhongoka Batagur kachuga Batagur trivittata7 Cuora spp. (Zero quota for wild specimens for commercial purposes for
Coura aurocapitata, C. flavomarginata, C. galbinifrons, C. mccordi, C. mouhotii, C. pani, C. trifasciata, C. yunnanensis and C. zhoui) Geoclemys hamiltonii
148
APPENDICES I
II
III
Geoemyda japonica Geoemyda spengleri Hardella thurjii Heosemys annandalii 7 Heosemys depressa7 Heosemys grandis Heosemys spinosa Kachuga spp. Leucocephalon yuwonoi Malayemys macrocephala Malayemys subtrijuga Mauremys annamensis7 Mauremys iversoni (China)
Mauremys japonica Mauremys megalocephala (China) Mauremys mutica Mauremys nigricans Mauremys pritchardi (China)
Mauremys reevesii (China)
Mauremys sinensis (China)
Melanochelys tricarinata Melanochelys trijuga
149
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Morenia ocellata Morenia petersi Notochelys platynota Ocadia glyphistoma (China)
Ocadia philippeni (China)
Orlitia borneensis
7
Pangshura spp.
(Except the species included in Appendix I)
Pangshura tecta Sacalia bealei Sacalia pseudocellata (China)
Sacalia quadriocellata Siebenrockiella crassicollis Siebenrockiella leytensis Vijayachelys silvatica Platysternidae Big-headed turtle Platysternidae spp. Podocnemididae Afro-American side-necked turtles
Erymnochelys madagascariensis Peltocephalus dumerilianus Podocnemis spp.
150
APPENDICES I
II
III
Testudinidae Tortoises Testudinidae spp. (Except the species included in Appendix I. A zero annual export quota has been established for Geochelone sulcata for specimens removed from the wild and traded for primarily commercial purposes)
Astrochelys radiata Astrochelys yniphora Chelonoidis nigra Geochelone platynota Gopherus flavomarginatus Psammobates geometricus Pyxis arachnoides Pyxis planicauda Testudo kleinmanni Trionychidae Softshell turtles, terrapins
Amyda cartilaginea Apalone spinifera atra Aspideretes gangeticus Chitra spp. (Except the species included in Appendix I)
Chita chitra
151
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
Chita vandijki Dogania subplana Lissemys ceylonensis Lissemys punctata Lissemys scutata Nilssonia formosa Nilssonia gangetica Nilssonia hurum Nilssonia leithii Nilssonia nigricans Palea steindachneri Pelochelys spp. Pelodiscus axenaria Pelodiscus maackii Pelodiscus parviformis Rafetus swinhoei CLASS AMPHIBIA (AMPHIBIANS) ANURA Bufonidae Toads
Amietophrynus superciliaris Altiphrynoides spp. Atelopus zeteki Incilius periglenes Nectophrynoides spp. Nimbaphrynoides spp.
152
III
APPENDICES I
II
III
Calyptocephalellidae Chilean toads
Calyptocephalella gayi (Chile) Dendrobatidae Poison frogs
Adelphobates spp. Ameerega spp. Andinobates spp. Dendrobates spp. Epipedobates spp. Excidobates spp. Hyloxalus azureiventris Minyobates spp. Oophaga spp. Phyllobates spp. Ranitomeya spp. Dicroglossidae Frogs
Euphlyctis hexadactylus Hoplobatrachus tigerinus Hylidae Tree frogs
Agalychnis spp. Mantellidae Mantellas
Mantella spp. Microhylidae Red rain frog, tomato frog
Dyscophus antongilii Scaphiophryne gottlebei
153
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Myobatrachidae Gastric-brooding frogs
Rheobatrachus spp. (Except Rheobatrachus silus and Rheobatrachus vitellinus) CAUDATA Ambystomatidae Axolotls
Ambystoma dumerilii Ambystoma mexicanum Cryptobranchidae Hellbener and giant salamanders
Andrias spp. Cryptobranchus alleganiensis (United States of America) Hynobiidae Asiatic salamanders
Hynobius amjiensis (China) Salamandridae Newts and salamanders
Neurergus kaiseri CLASS ELASMOBRANCHII (SHARKS) CARCHARHINIFORMES Carcharhinidae Requiem sharks
Carcharhinus longimanus Sphymidae Hammerhead sharks
Sphyrna lewini Sphyrna mokarran Sphyrna zygaena
154
APPENDICES I
II
III
LAMNIFORMES Cetorhinidae Basking shark
Cetorhinus maximus Lamnidae Mackerel sharks
Carcharodon carcharias Lamna nasus ORECTOLOBIFORMES Rhincodontidae Whale shark
Rhincodon typus PRISTIFORMES Pristidae Sawfishes Pristidae spp. RAJIFORMES Mobulidae Mobulid rays
Manta spp. CLASS ACTINOPTERYGII (FISHES) ACIPENSERIFORMES Paddlefishes, sturgeons ACIPENSERIFORMES spp. (Except the species included in Appendix I) Acipenseridae Sturgeons
Acipenser brevirostrum Acipenser sturio ANGUILLIFORMES Anguillidae Freshwater eels
Anguilla anguilla
155
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
CYPRINIFORMES Catostomidae Cui-ui
Chasmistes cujus Cyprinidae Blind carps, plaeesok
Caecobarbus geertsi Probarbus jullieni OSTEOGLOSSIFORMES Arapaimidae Arapaimas
Arapaima gigas Osteoglossidae Bonytongue
Scleropages formosus8 PERCIFORMES Labridae Wrasses
Cheilinus undulatus Sciaenidae Totoaba
Totoaba macdonaldi SILURIFORMES Pangasiidae Pangasid catfish
Pangasianodon gigas SYNGNATHIFORMES Syngnathidae Pipefishes, seahorses
Hippocampus spp. CLASS SARCOPTERYGII (LUNGFISHES) CERATODONTIFORMES Ceratodontidae Australian lungfish
Neoceratodus forsteri
156
III
APPENDICES I
II
III
COELACANTHIFORMES Latimeriidae Coelacanths
Latimeria spp. PHYLUM ECHINODERMATA CLASS HOLOTHUROIDEA (SEA CUCUMBERS) ASPIDOCHIROTIDA Stichopodidae Sea cucumbers
Isostichopus fuscus (Ecuador) PHYLUM ARTHROPODA CLASS ARACHNIDA (SCORPIONS AND SPIDERS) ARANEAE Theraphosidae Red-kneed tarantulas, tarantulas
Aphonopelma albiceps Aphonopelma pallidum Brachypelma spp. SCORPIONES Scorpionidae Scorpions
Pandinus dictator Pandinus gambiensis Pandinus imperator CLASS INSECTA (INSECTS) COLEOPTERA Lucanidae Cape stag beetles
Colophon spp. (South Africa)
157
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
LEPIDOPTERA Nymphalidae Brush-footed butterflies
Agias amidon boliviensis (Plurinational State of Bolivia)
Morpho godartii lachaumei (Plurinational State of Bolivia)
Prepona praeneste buckleyan (Plurinational State of Bolivia) Papilionidae Birdwing butterflies, swallowtail butterflies
Atrophaneura jophon Atrophaneura pandiyana Bhutanitis spp. Ornithoptera spp.
(Except the species included in Appendix I)
Ornithoptera alexandrae Papilio chikae Papilio homerus Papilio hospiton Parnassius apollo Teinopalpus spp. Trogonoptera spp. Troides spp.
158
APPENDICES I
II
III
PHYLUM ANNELIDA CLASS HIRUDINOIDEA (LEECHES) ARHYNCHOBDELLIDA Hirudinidae Medicinal leeches
Hirudo medicinalis Hirudo verbana PHYLUM MOLLUSCA CLASS BIVALVIA (CLAMS AND MUSSELS) MYTILOIDA Mytilidae Marine mussels
Lithophaga lithophaga UNIONOIDA Unionidae Freshwater mussels, pearly mussels
Conradilla caelata Cyprogenia aberti Dromus dromas Epioblasma curtisi Epioblasma florentina Epioblasma sampsonii Epioblasma sulcata perobliqua Epioblasma torulosa gubernaculum Epioblasma torulosa rangiana
159
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
Epioblasma torulosa torulosa Epioblasma turgidula Epioblasma walkeri Fusconaia cuneolus Fusconaia edgariana Lampsilis higginsii Lampsilis orbiculata orbiculata Lampsilis satur Lampsilis virescens Plethobasus cicatricosus Plethobasus cooperianus Pleurobema clava Pleurobema plenum Potamilus capax Quadrula intermedia Quadrula sparsa Toxolasma cylindrella Unio nickliniana Unio tampicoensis tecomatensis Villosa trabalis VENEROIDA Tridacnidae Giant clams Tridacnidae spp.
160
III
APPENDICES I
II
III
CLASS GASTROPODA (SNAILS AND CONCHES) MESOGASTROPODA Strombidae Queen conch
Strombus gigas STYLOMMATOPHORA Achatinellidae Agate snails, oahu tree snails
Achatinella spp. Camaenidae Green tree snail
Papustyla pulcherrima PHYLUM CNIDARIA CLASS ANTHOZOA (CORALS, SEA ANEMONES) ANTIPATHARIA Black corals ANTIPATHARIA spp. GORGONACEAE Coralliidae
Corallium elatius (China) Corallium japonicum (China)
Corallium konjoi (China) Corallium secundum (China) HELIOPORACEA Helioporidae Blue corals Helioporidae spp. (Includes only the species Heliopora coerulea. Fossils are not
161
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
subject to the provisions of the Convention) SCLERACTINIA Stony corals SCLERACTINIA spp. (Fossils are not subject to the provisions of the Convention) STOLONIFERA Tubiporidae Organ-pipe corals Tubiporidae spp. (Fossils are not subject to the provisions of the Convention) CLASS HYDROZOA (SEA FERNS, FIRE CORALS, STINGING MEDUSAE) MILLEPORINA Milleporidae Fire corals Milleporidae spp. (Fossils are not subject to the provisions of the Convention) STYLASTERINA Stylasteridae Lace corals Stylasteridae spp. (Fossils are not subject to the provisions of the Convention) F L O R A (PLANTS) AGAVACEAE Agaves
Agave parviflora
162
APPENDICES I
II
III
Agave victoriae-reginae #4
Nolina interrata Yucca queretaroensis AMARYLLIDACEAE Snowdrops, sternbergias
Galanthus spp.
#4
Sternbergia spp.
#4
APOCYNACEAE Elephant trunks, hoodias
Hoodia spp.
#9
Pachypodium spp.
#4
(Except the species included in Appendix I)
Pachypodium ambongense Pachypodium baronii Pachypodium decaryi Rauvolfia serpentina
#2
ARALIACEAE Ginseng #3 (Only the population of the Russian Federation; no other population is included in the Appendices)
Panax ginseng
Panax quinquefolius
#3
ARAUCARIACEAE Monkey-puzzle tree
Araucaria araucana BERBERIDACEAE May-apple
Podophyllum hexandrum #2
163
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
BROMELIACEAE Air plants, bromelias
Tillandsia harrisii #4 Tillandsia kammii #4 Tillandsia mauryana
#4
Tillandsia xerographica #4
CACTACEAE Cacti CACTACEAE spp.9 #4 (Except the species included in Appendix I and except Pereskia spp., Pereskiopsis spp. and Quiabentia spp.)
Ariocarpus spp. Astrophytum asterias Aztekium ritteri Coryphantha werdermannii Discocactus spp. Echinocereus ferreirianus ssp. lindsayi Echinocereus schmollii Escobaria minima Escobaria sneedii Mammillaria pectinifera Mammillaria solisioides Melocactus conoideus Melocactus deinacanthus
164
APPENDICES I
II
III
Melocactus glaucescens Melocactus paucispinus Obregonia denegrii Pachycereus militaris Pediocactus bradyi Pediocactus knowltonii Pediocactus paradinei Pediocactus peeblesianus Pediocactus sileri Pelecyphora spp. Sclerocactus brevihamatus ssp. tobuschii Sclerocactus erectocentrus Sclerocactus glaucus Sclerocactus mariposensis Sclerocactus mesaeverdae Sclerocactus nyensis Sclerocactus papyracanthus Sclerocactus pubispinus Sclerocactus wrightiae Strombocactus spp. Turbinicarpus spp. Uebelmannia spp.
165
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
CARYOCARACEAE Ajo
Caryocar costaricense
#4
COMPOSITAE (Asteraceae) Kuth
Saussurea costus CUCURBITACEAE Melons, gourds, cucurbits
Zygosicyos pubescens Zygosicyos tripartitus CUPRESSACEAE Alerce, cypresses
Fitzroya cupressoides Pilgerodendron uviferum CYATHEACEAE Tree-ferns
Cyathea spp.#4 CYCADACEAE Cycads CYCADACEAE spp.#4 (Except the species included in Appendix I)
Cycas beddomei DICKSONIACEAE Tree-ferns
Cibotium barometz
#4
Dicksonia spp.#4 (Only
the populations of the Americas; no other population is included in the Appendices) DIDIEREACEAE Alluaudias, didiereas DIDIEREACEAE spp.
#4
DIOSCOREACEAE Elephant’s foot, kniss
Dioscorea deltoidea
166
#4
APPENDICES I
II
III
DROSERACEAE Venus’ flytrap
Dionaea muscipula
#4
EUPHORBIACEAE Spurges
Euphorbia spp.#5
(Succulent species only except Euphorbia misera and the species included in Appendix I. Artificially propagated specimens of cultivars of Euphorbia trigona, artificially propagated specimens of crested, fan-shaped or colour mutants of Euphorbia lactea, when grafted on artificially propagated root stock of Euphorbia neriifolia, and artificially propagated specimens of cultivars of Euphorbia ‘Milii’ when they are traded in shipments of 100 or more plants and readily recognizable as artificially propagated specimens, are not subject to the provisions of the Convention)
Euphorbia ambovombensis Euphorbia capsaintemariensis Euphorbia cremersii (Includes the forma
167
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
viridifolia and the var. rakotozafyi) Euphorbia cylindrifolia (Includes the ssp. tuberifera)
Euphorbia decaryi
(Includes the vars.
ampanihyensis, robinsonii and spirosticha)
Euphorbia francoisii Euphorbia moratii
(Includes the vars. antsingiensis, bemarahensis and multiflora)
Euphorbia parvicyathophora Euphorbia quartziticola Euphorbia tulearensis FAGACEAE Beeches
Quercus mongolica
#5
(Russian Federation) FOUQUIERIACEAE Ocotillos
Fouquieria columnaris #4 Fouquieria fasciculata Fouquieria purpusii GNETACEAE Gnetums
Gnetum montanum (Nepal)
168
#1
APPENDICES I
II
III
JUGLANDACEAE Gavilan
Oreomunnea pterocarpa #4
LAURACEAE Laurels
Aniba rosaeodora#12 LEGUMINOSAE (Fabaceae) Afrormosia, cristobal, palisander, rosewood, sandalwood
Caesalpinia echinata#10 Dalbergia spp.#10 (Populations of Madagascar)
Dalbergia calycina
#6
[population of Guatemala] (Guatemala)
Dalbergia cochinchinensis
#5
Dalbergia cubilquitzensis #6
[population of Guatemala] (Guatemala)
Dalbergia dariensis
#2
[Population of Panama] (Panama)
Dalbergia glomerata
#6
Dalbergia tucurensis
#6
[Population of Guatemala] (Guatemala)
Dalbergia granadillo #6 Dalbergia nigra Dalbergia retusa
#6
Dalbergia stevensonii #6 (Nicaragua. In addition,
169
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III Guatemala has listed its national population)
Dalbergia panamensis (Costa Rica, Nicaragua)
Pericopsis elata
#5
Platymiscium pleiostachyum #4 Pterocarpus santalinus #7
Senna meridionalis LILIACEAE Aloes
Aloe spp.#4 (Except the species included in Appendix I. Also excludes Aloe vera, also referenced as Aloe barbadensis which is not included in the Appendices)
Aloe albida Aloe albiflora Aloe alfredii Aloe bakeri Aloe bellatula Aloe calcairophila Aloe compressa
(Includes the vars.
paucituberculata, rugosquamosa and schistophila) Aloe delphinensis
170
APPENDICES I
II
III
Aloe descoingsii Aloe fragilis Aloe haworthioides (Includes the var. aurantiaca)
Aloe helenae Aloe laeta (Includes the var. maniaensis) Aloe parallelifolia Aloe parvula Aloe pillansii Aloe polyphylla Aloe rauhii Aloe suzannae Aloe versicolor Aloe vossii MAGNOLIACEAE Magnolia
Magnolia liliifera var. obovata #1 (Nepal) MELIACEAE Mahoganies, West Indian cedar
Cedrela fissilis #5
(Plurinational State of Bolivia)
Cedrela lilloi #5
(Plurinational State of Bolivia)
Cedrela odorata
#5
(Brazil and the Plurinational State of Bolivia. In addition, the
171
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III following countries have listed their national populations: Colombia, Guatemala and Peru)
Swietenia humilis #4 Swietenia macrophylla #6
(Populations of the Neotropics)
Swietenia mahagoni #5 NEPENTHACEAE Pitcher-plants (Old World)
Nepenthes spp.
#4
(Except the species included in Appendix I)
Nepenthes khasiana Nepenthes rajah OLEACEAE Ashes, etc.
Fraxinus mandshurica #5 (Russian Federation) ORCHIDACEAE Orchids ORCHIDACEAE spp.10 #4 (Except the species included in Appendix I) (For all of the following Appendix-I species, seedling or tissue cultures obtained in vitro, in solid or liquid media, transported in sterile containers are not subject to the provisions of the Convention only if the specimens meet the
172
APPENDICES I
II
III
definition of ‘artificially propagated’ agreed by the Conference of the Parties)
Aerangis ellisii Dendrobium cruentum Laelia jongheana Laelia lobata Paphiopedilum spp. Peristeria elata Phragmipedium spp. Renanthera imschootiana OROBANCHACEAE Broomrape
Cistanche deserticola
#4
PALMAE (Arecaceae) Palms
Beccariophoenix madagascariensis
#4
Chrysalidocarpus decipiens Lemurophoenix halleuxii Lodoicea maldivica
#13
(Seychelles)
Marojejya darianii Neodypsis decaryi #4 Ravenea louvelii Ravenea rivularis Satranala decussilvae Voanioala gerardii
173
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
PAPAVERACEAE Poppy
Meconopsis regia
#1
(Nepal) PASSIFLORACEAE Passion-flowers
Adenia firingalavensis Adenia olaboensis Adenia subsessifolia PEDALIACEAE Sesames
Uncarina grandidieri Uncarina stellulifera PINACEAE Firs and pines
Abies guatemalensis Pinus koraiensis #5
(Russian Federation) PODOCARPACEAE Podocarps
Podocarpus neriifolius (Nepal)
Podocarpus parlatorei PORTULACACEAE Lewisias, portulacas, purslanes
Anacampseros spp. Avonia spp.
#4
#4
Lewisia serrata#4 PRIMULACEAE Cyclamens
Cyclamen spp.
11 #4
RANUNCULACEAE Golden seals, yellow adonis, yellow root
Adonis vernalis
#2
Hydrastis canadensis
174
#8
#1
APPENDICES I
II
III
ROSACEAE African cherry, stinkwood
Prunus africana
#4
RUBIACEAE Ayugue
Balmea stormiae SANTALACEAE Sandalwoods
Osyris lanceolata
#2
(Populations of Burundi, Ethiopia, Kenya, Rwanda, Uganda and the United Republic of Tanzania) SARRACENIACEAE Pitcher-plants (New World)
Sarracenia spp.#4 (Except the species included in Appendix I)
Sarracenia oreophila Sarracenia rubra ssp. alabamensis Sarracenia rubra ssp. jonesii SCROPHULARIACEAE Kutki
Picrorhiza kurrooa #2 (Excludes Picrorhiza scrophulariiflora) STANGERIACEAE Stangerias
Bowenia spp.
#4
Stangeria eriopus TAXACEAE Himalayan yew
Taxus chinensis and infraspecific taxa of this species #2
175
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
APPENDICES I
II
III
Taxus cuspidata and infraspecific taxa of this species12 #2
Taxus fuana and
infraspecific taxa of this species #2
Taxus sumatrana and
infraspecific taxa of this species#2 #2
Taxus wallichiana
THYMELAEACEAE (Aquilariaceae) Agarwood, ramin
Aquilaria spp.#14 Gonystylus spp.#4 Gyrinops spp.#14 TROCHODENDRACEAE (Tetracentraceae) Tetracentron
Tetracentron sinense (Nepal) VALERIANACEAE Himalayan spikenard
Nardostachys grandiflora #2 VITACEAE Grapes
Cyphostemma elephantopus Cyphostemma laza Cyphostemma montagnacii WELWITSCHIACEAE Welwitschia
Welwitschia mirabilis ZAMIACEAE Cycads ZAMIACEAE spp.
176
#4
#4
#1
APPENDICES I
II
III
(Except the species included in Appendix I)
Ceratozamia spp. Chigua spp. Encephalartos spp. Microcycas calocoma ZINGIBERACEAE Ginger lily
Hedychium philippinense
#4
ZYGOPHYLLACEAE Lignum-vitae
Bulnesia sarmientoi Guaiacum spp.
#11
#2
177
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Lampiran 5. Daftar Spesies Prioritas (Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 57/MenhutII/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008–2018) A. Burung No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Sangat Tinggi
1.
Maleo sekanwor Macrocephalon maleo
2.
Gosong maluku Eulipoa wallacei
3.
Curik Bali Leucopsar rotschildi
4.
Seriwang sangihe Eutrichomyias rowleyi
5.
Kuau kerdil Polypectron spp.
6.
Sempidan Lophura spp.
7.
Kakatua Cacatua spp.,Probosciger aterrimus
8.
Elang Spizaetus bartelsi, S. floris, S. lanceolatus,
9.
Cenderawasih Paradisea rubra, Paradigalla carunculata,
Ictinaetus malayanus
Dyphilodes respublica
10.
Rangkong Famili Bucerotidae
11.
Nuri dan Perkici Famili Psittacidae
12.
Kuau raja Argusianus argus Prioritas Tinggi
178
13.
Mentok rimba (Itik serati) Cairina scutulata
14.
Mambruk Goura spp.
15.
Beo Nias (Tiong emas) Gracula religiosa
16.
Ayam-hutan hijau Gallus varius
No.
KELOMPOK PRIORITAS
17.
Jalak putih Sturnus melanopterus
18.
Merak hijau Pavo muticus
19.
Betet jawa Psittacula alexandri
20.
Gelatik jawa Padda oryzivora
21.
Anis Zoothera spp.
22.
Paok Pitta spp.
23.
Pelatuk Famili Picidae
24.
Celepuk Otus spp.
25.
Raja udang Famili Alcedinidae
26.
Bangau dan Ibis Famili Ciconiidae dan Threskiornithidae
B. Mamalia No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Sangat Tinggi
1.
Pesut mahakam Orcaella brevirostris
2.
Badak sumatera Dicerorhinus sumatraensis
3.
Musang Sulawesi Macrogalidia muschenbroekii
4.
Babi kutil Sus verrucosus
5.
Harimau sumatera Panthera tigris sumatrae
6.
Gajah sumatera Elephas maximus
7.
Babirusa Babirousa babyrussa
8.
Anoa dataran tinggi Bubalus quarlesi
9.
Anoa dataran rendah Bubalus depressicornis
179
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Tinggi
10.
Kambing gunung Capricornis sumatraensis sumatraensis
11.
Duyung Dugong dugon
12.
Banteng Bos javanicus
13.
Gajah Kalimantan Elephas maximus borneensis
14.
Beruang madu Helarctos malayanus
15.
Badak jawa Rhinoceros sondaicus
16.
Tutul jawa Panthera pardus melas
17.
Tapir Tapirus indicus
C. Primata No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Sangat Tinggi
1.
Orang utan sumatera Pongo abelii
2.
Bokoi Macaca pagensis
3.
Bilou Hylobates klosii
4.
Joja Presbytis potenziani
5.
Simakobu Simias concolor Prioritas Tinggi
180
7.
Lutung banggat Presbytis hosei
8.
Lutung natuna Presbytis natunae
6.
Owa jawa Hylobates moloch
9.
Orang utan kalimantan Pongo pygmaeus
No.
KELOMPOK PRIORITAS
10.
Bekantan Nasalis larvatus
11.
Surili Presbytis comata
D. Reptilia dan Amfibia No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Sangat Tinggi
1.
Kura-kura rote Chelodina mccordi
2.
Kura-kura bintang Chitra chitra
3.
Kura-kura sulawesi Leucocephalon yuwonoi
4.
Baning kuning Indotestudo forstenii
5.
Bajuku, Tuntong Callagur borneoensis
6.
Biuku Batagur baska
7.
Biawak biru Varanus melinus
8.
Biawak merak Varanus auffenbergi
9.
Ular python maluku Morelia clastolepis
10.
Ular python Halmahera Morelia tracyae
11.
Ular python kerdil Tanimbar Morelia nauta
12.
Buaya siam Crocodylus siamensis
13.
Katak barbourula Barbourula kalimantanensis
14.
Katak pohon merah Nyctixalus margaritifer
15.
Kodok merah Leptophryne cruentata
16.
Kodok klaviger Bufo claviger
181
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Tinggi
17.
Kura-kura irian Chelodina gunaleni
18.
Kura-kura reimani Chelodina reimanni
19.
Sanca macklot Liasis mackloti
20.
Ular python Python curtus
21.
Biawak timor Varanus timorensis
22.
Buaya sinyulong Tomistoma schlegelii
E. Insekta No.
182
KELOMPOK PRIORITAS
1.
Papilio lampsacus
2.
Allotopus rosenbergi
3.
Ornithoptera spp.
4.
Troides spp.
5.
Trogonoptera brookiana
6.
Cyclommatus giraffe
7.
Dorcus bucephalus
8.
Atrophaneura palu
9.
Graphium stresemanni
10.
Idea tambusisiana
11.
Euploea albicosta
12.
Euploea caespes
13.
Euploea tripunctata
No.
KELOMPOK PRIORITAS
14.
Ideopsis hewitsonii
15.
Parantica kuekenthali
16.
Parantica Marcia
17.
Parantica sulewattan
18.
Parantica timorica
19.
Polyura dehaani
20.
Bombus rufipes
21.
Apis koschevnikovi
22.
Apis andreniformis
F. Biota air No.
KELOMPOK PRIORITAS Prioritas Sangat Tinggi
1.
Pesut mahakam Orcaella brevirostris
2.
Kima raksasa Tridacna gigas
3.
Duyung Dugong dugong
4.
Arwana papua Scleropages jardinii
5.
Ikan belida Notopterus chitala
6.
Ikan batak Neolissochillus thienemanni
7.
Kardinal banggai Pterapogon kauderni Prioritas Tinggi
8.
Ikan napoleon Cheilinus undulatus
9.
Kima lain (selain Tridacna gigas, 6 spesies)
183
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
No.
KELOMPOK PRIORITAS
10.
Teripang pasir Holothuria scabra dan 25 spesies teripang lainnya
11.
Kerang lola Trochus niloticus
12.
Kuda laut Hippocampus spp.
13.
Penyu laut (6 spesies)
14.
Nautilus Nautilus spp.
15.
Kepiting kenari Birgus latro
16.
Ikan raja laut Latimeria menadoensis
17.
Hiu Superordo Selachimorpha
18.
Pari Superordo Batoidea
19.
Siput mata bulan Turbo marmoratus
20.
Ubur-ubur Pulau Kakaban (Cassiopeia ornata, Mastigias papua, Aurelia aurita danTripedalia cystophora)
21.
Koral merah Corallium rubrum
G. Flora No.
184
KELOMPOK PRIORITAS
1.
Pelalar Dipterocapus littoralis
2.
Palem ekor ikan Hydriastele flabellata
3.
Kalapia Kalappia celebica
4.
Anggrek ekor tikus Paraphalaenopsis spp.
5.
Rafflesia, Padma Rafflesia spp.
6.
Resak banten Vatica bantamensis
7.
Resak bribes Vatica javanica
No.
KELOMPOK PRIORITAS
8.
Nothofagus womersleyi
9.
Kayu hitam, eboni Dyospyros celebica
10.
Kayu susu Alstonia beatricis
11.
Bintangur Calophyllum insularum
12.
Guioa waigeoensis
13
Saninten Castanopsis argentea
14
Anggrek bulan raksasa Phalaenopsis gigantea
15
Kawoli Alloxylon brachycarphus
16
Bintangur Calohpyllum papuanum
17
Bintangur Calophyllum euryphyllum
18
Bintangur Calophylum carii
19
Nyatoh Manilkara kanosiensi
20
Mendarahan Myristica rumphii var. florentis
21
Kantung semar Nepenthes spp.
22
Tualang Koompasia grandiflora
185
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Lampiran 6. Daftar 25 spesies satwa liar terancam punah yang diprioritaskan meningkat populasinya sebesar 10% pada tahun 2019 (Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 200/IV/KKH/2015) No.
186
KELOMPOK SPESIES PRIORITAS
1.
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae )
2.
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus)
3.
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus)
4.
Owa jawa (Hylobates moloch)
5.
Banteng (Bos javanicus)
6.
Elang jawa (Spizaetus bartelsi)
7.
Jalak bali (Leucopsar rotschildi )
8.
Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea)
9.
Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus pygmaeus)
10.
Komodo (Varanus komodoensis)
11.
Bekantan (Nasalis larvatus)
12.
Anoa (Bubalus depressicornis, Bubalus quarlesi)
13.
Babirusa (Babirousa babyrussa )
14.
Maleo (Macrocephalon maleo)
15.
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas)
16.
Rusa bawean (Axis kuhlii)
17.
Cenderawasih (Macgregoria pulchra, Paradisaea
18.
Surili (Presbytis fredericae, Presbytis comata)
raggiana, Paradisaea apoda, Cicinnurus regius, Seleucidis melanoleuca, Paradisea rubra)
No.
KELOMPOK SPESIES PRIORITAS
19.
Tarsius (Tarsius fuscus)
20.
Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra, Macaca maura)
21.
Julang sumba (Rhyticeros everetii)
22.
Nuri kepala hitam (Lorius domicella, Lorius lory)
23.
Penyu (Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata)
24.
Kanguru pohon (Dendrolagus mbaiso)
25.
Celepuk rinjani (Otus jolanodea)
187
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Lampiran 7. Jumlah spesies flora dan fauna di Indonesia yang terancam menurut IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) [last updated 19 November 2015] A. Jumlah spesies terancam di Indonesia Kelompok Takson Mamalia Aves Reptilia Amfibia Ikan Moluska Invertebrata lainnya Flora Jumlah
Jumlah 185 131 32 32 150 6 284 426 1.246
B. Jumlah spesies endemik dan terancam di Indonesia Kelompok Takson Mamalia Aves Amfibia Kepiting air tawar Koral pembentuk karang Konifera
Cycada
188
Jumlah Endemik Endemik terancam Endemik Endemik terancam Endemik Endemik terancam Endemik Endemik terancam Endemik Endemik terancam Endemik Endemik terancam Endemik Endemik terancam
259 115 429 82 173 21 71 10 4 2 5 1 2 2
C. Jumlah spesies punah dan terancam di Indonesia menurut kategori IUCN Red List Kategori IUCN
Red List Extinct (EX) Extinct in the wild (EW) Critically Endangered (CR) Endangered (EN) Vulnerable (VU) Near Threatened (NT) Lower Risk/Consevation dependent (LR/cd) Data Deficient (DD) Least Concern (LC) Jumlah
Kelompok takson Fauna Flora 2 1 0 1 75 126 195 87 550 213 564 96 4
9
921 4.090 6.401
82 624 1.239
D. Struktur kategori IUCN Red List dan derajat keterancaman
189
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis adalah Peneliti Utama di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam yang telah 22 tahun melakukan penelitian keanekaragaman hayati flora-fauna di Kementerian Kehutanan [kini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan]. Ia juga berpengalaman sebagai penyusun AMDAL dan memegang Sertifikat Kompetensi Ketua Penyusun AMDAL (Reg. No. K.030.02.11.016.000396). Jabatan lain yang dipercayakan kepadanya saat ini, antara lain: Ketua Kelompok Peneliti Konservasi Keanekaragaman Hayati; Anggota Dewan Riset (bidang konservasi) Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Anggota Dewan Redaksi Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Anggota Dewan Redaksi Journal of Rehabilitation Science; Anggota Kelompok Kerja Kebijakan Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
190
Penulis adalah Humas Madya di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI. Selama lebih dari 20 tahun, ia telah melakukan berbagai kegiatan kehumasan di bidang pendidikan lingkungan dan konservasi tumbuhan. Beberapa jabatan yang pernah dipercayakan kepadanya, antara lain: Penanggung jawab pembangunan Ekoregion Kalimantan dengan Bank Mandiri di Ecopark LIPI, Cibinong; Penanggung jawab kerjasama Pembangunan Replika Hutan Tropis Ekoregion Jawa Bali di Ecopark LIPI, Cibinong dengan Yayasan KEHATI, Kementerian Kehutanan dan PT. Garuda Indonesia (Perseroan) Tbk.; Tenaga ahli program Eco Study PT Sharp Electronic Indonesia; Tenaga ahli revitalisasi lapangan golf Rumbai Camp, PT Caltex Pacific Indonesia.
191
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 19 Agustus 1986. Puteri ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Bertha Rina (Ibu) dan FM Sihombing (Ayah), menyelesaikan pendidikan SD di Bangka (1998), SMP di Palembang (2001), SMAN 3 Palembang (2004), dan mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kelautan dari Universitas Sriwijaya Palembang (2008). Sejak tahun 2010, penulis menjadi Peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan jabatan Peneliti Pertama Bidang Perlindungan Sumber Daya dan Lingkungan. Penulis aktif melakukan penelitian di bidang konservasi sumber daya alam di Kelompok Peneliti Konservasi Keanekaragaman Hayati.
192
Penulis dilahirkan di Jayapura tangal 6 Mei 1986. Ia adalah puteri ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Titing Murtiningsih (Ibu) dan Daryono (Ayah). Penulis menyelesaikan pendidikan SD di Jayapura (1998), SMP di Jayapura Utara (2001), dan SMU di Malang (2004). Pada tahun 2008, penulis memperoleh gelar Sarjana Peternakan dari Universitas Brawijaya (UNIBRAW). Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak di Fakultas Peternakan UNIBRAW dan Customer Services PT. Telkom Indonesia Kandatel Malang (2008–2009). Sejak tahun 2009, penulis menjadi peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Saat ini, jabatan penulis adalah Peneliti Pertama bidang Konservasi Sumber Daya Hutan. Penulis aktif melakukan penelitian konservasi keanekaragaman hayati di Kelompok Peneliti Konservasi Keanekaragaman Hayati.
193
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI TAMAN KEHATI
Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 5 Juni 1968 dan merupakan putra ke empat dari pasangan [Alm.] Pairun Sastro Darsono (Ayah) dan [Alm.] Soeratinah (Ibu). Penulis menyelesaikan pendidikan SD di Jakarta (1981), SMPN 2 di Jakarta (1984), dan SMAN 1 di Jakarta (1987). Gelar Sarjana Kedokteran Hewan diperoleh tahun 1991 dan profesi Dokter Hewan tahun 1993 dari FKH IPB, Bogor. Gelar Magister Sains bidang Biologi Konservasi diraih tahun 2007 dari FMIPA Universitas Indonesia, Depok. Penulis pernah bertugas di Papua sejak tahun 1993 hingga 2004. Selama itu, pengalaman penulis antara lain Pemimpin Bagian Proyek Taman Burung dan Taman Anggrek Biak, Dinas Kehutanan Provinsi Irian Jaya [Papua]; Ketua Kelompok Peneliti bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) di Balai Penelitian Kehutanan Manokwari, Instruktur/pengajar bidang KSDA di Balai Latihan Kehutanan Manokwari; Dosen Luar Biasa dan pembimbing skripsi mahasiswa di Universitas Negeri Papua (UNIPA). Sejak tahun 2004 hingga sekarang, penulis mengabdikan dirinya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan di Bogor dengan jabatan saat ini sebagai Peneliti Madya. Penulis juga aktif dalam kelompok kerja/tim terpadu yang dibentuk di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yaitu Badan Litbang dan Inovasi; Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem; serta Direktorat Jenderal Planologi dan Tata Lingkungan. Saat ini, penulis aktif sebagai editor buku dan merangkap Direktur Penerbitan FORDA PRESS; narasumber bidang konservasi sumber daya alam; dan pembimbing skripsi mahasiswa S1 IPB dan Universitas Pakuan (UNPAK).
194