1 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI (COFFEA ARABICA) DI DESA SIRNAJAYA R. Pascawijaya, Darsiharjo*), Jupri*) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Evaluasi lahan merupakan taksiran kesesuaian untuk penggunaan lahan tertentu guna mengoptimalkan lahan yang ada pada suatu daerah. Penelitian ini membahas kesesuaian lahan yang ada di Desa Sirnajaya Kabupaten Garut terhadap tanaman kopi (Coffea Arabica) dilihat dari kondisi lahan dan syarat tumbuh tanaman kopi arabika. Penelitian ini menggunakan metode exploratif dengan metode analisis menggunakan metode matching/pencocokan antara karakteristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi arabika untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan tanaman kopi di Desa Sirnajaya. Penggabungan data lapangan akan menunjukan karakteristik lahan di Desa Sirnajaya setelah itu karakteristik lahan akan di cocokan dengan syarat tumbuh tanaman yang menghasilkan tingkat kecocokan lahan terhadap tanaman kopi arabika. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesesuaian lahan berdasarkan metode matching/pencocokan adalah tanaman kopi mempunyai kelas kesesuaian aktual cukup sesuai (s2) hingga tidak sesuai (N1) dengan kesesuaian lahan potensial termasuk pada kelas sesuai (s1) hingga marginal (s3). Rekomendasi penelitian ini adalah dilakukannya upaya perbaikan lahan untuk lebih mengoptimalkan tumbuh kembangnya tanaman kopi sehingga kualitas produk yang dihasilkan akan lebih baik untuk kopi yang dihasilkan di Desa Sirnajaya.
Kata Kunci : Evaluasi lahan, kesesuain, tanaman kopi. Abstract Evaluation of land is estimated suitability for a particular land use in order to optimize the existing land in an area. This study discusses the suitability of land in the village Sirnajaya Garut against the coffee plant (Coffea Arabica) seen from land conditions and requirements grow arabica coffee plants. This study uses explorative analysis method using the method of matching / matching between land characteristics with the growing requirements of arabica coffee plants to determine the level of conformity of the coffee crop land in the village Sirnajaya. Merging data field will show the characteristics of the land in the village Sirnajaya after that land characteristics will match on the condition grow plants that produce a level suitable land to plant Arabica coffee. On the results of the study showed that the rate of land suitability based on the method of matching / matching is the coffee plant has enough to suit the actual suitability classes (s2) to not match (N1) with the potential suitability of land included in the appropriate classes (s1) to marginal (s3). Recommendations of this research is done land improvement efforts to further optimize the growth of coffee plants so that the quality of the product will be better for the coffee produced in the village Sirnajaya.
Keywords: Evaluation of land suitability, coffee plants.
2 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
kopi banyak berkembang, di Jawa Barat
PENDAHULUAN cukup
yang mempunyai banyak dataran tinggi
beragam dari pegunungan hingga pesisir
menjadikan suatu potensi lahan bagi lahan
juga dari hutan produksi hingga budidaya
untuk budidaya tanaman kopi, dan terhitung
mangrove di dataran rendah, cukup jelas
sebaran di jawa barat tersebar pada dataran
bahwa
tinggi diantaranya, Banjaran, Kabupaten
Pertanian
di
Indonesia
Indonesia
untuk
sebagian
masyarakatnya menggunakan lahan untuk
Garut, Pangalengan, dll. Tidak
memenuhi kebutuhan untuk menunjang
semua
wilayah
dapat
mengelola
menghasilkan produk kopi yang baik hal ini
perkebunan. Dalam pengelolaan perkebunan
tergantung pada aspek fisik dari lahan dan
membutuhkan waktu yang cukup banyak
cara perawatan tanaman kopi tersebut,
dibanding dengan pertanian jenis lainnya,
tanaman yang mempunyai syarat untuk
perkebunan terbagi menjadi 2 dengan sifat
tumbuh harus cocok dengan lahan yang akan
tumbuh/menghasilkan
menjadi tempat budidaya tanaman kopi.
penghidupan,
diantaranya
produk
secara
musiman dan perkebunan yang dihitung
Desa Sirnajaya terletak di Wilayah
secara waktu yaitu perkebunan tahunan,
kaki Gunung Papandayan Kabupaten Garut,
perkebunan
umumnya
Desa Sirnajaya dilalui oleh jalur lava dan
merupakan lahan yang ditanami oleh
akan terkena erupsi, Desa Sirnajaya terletak
tanaman
tumbuh
pada 107° 43’ 40,94076” BT - 107° 47’
berdasarkan musim seperti pada musim
45,49992” BT, 07° 18’ 36,442512” LS - 07°
hujan mangga akan berbuah atau rambutan
16’ 28,845804” LS dan berbatasan dengan
yang pada penghujung musim hujan akan
Kabupaten
berbuah sedangkan perkebunan tahunan
memiliki tanah berjenis podsol dengan
merupakan
ketinggian antara 1200 hingga 2200 Mdpl
musiman
yang
pada
hanya
perkebunan
bisa
yang
hanya
menghasilkan dalam jangka tahunan Perkebunan kopi menjadi salah satu dalam
memenuhi
kebutuhan
ekonomi
Bandung.
Desa
Sirnajaya
dengan curah hujan 2000 – 3000mm/tahun. Kondisi lahan di Desa Sirnajaya yang akan menguntungkan bagi pemanfaatan lahan
masyarakat, tanaman kopi yang bisa di
untuk
kelola
menjadikan
memerlukan curah hujan yang banyak
banyaknya warga beralih mengelola lahan
tentunya akan cocok secara umum jika
menjadi budidaya tanaman kopi, syarat
dilihat dari beberapa faktor secara umum.
dengan
mudah
tanaman
dataran
tinggi
dan
tumbuh tanaman juga cara pemeliharaan
Tanaman kopi merupakan tanaman
yang tidak terlalu sulit menjadikan tanaman
yang akan tumbuh pada dataran tinggi untuk
3 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
mendapatkan produk yang berkualitas, tetapi
secara mentah dan dipasarkan di sekitar
kopi bisa ditanam pada dataran rendah
Pulau Jawa dengan varietas kopi usda. kopi
tergantung pada jenis kopinya. Kopi yang
yang dipasarkan belum menyeluruh, karena
dibudidayakan di Desa Sirnajaya merupakan
tidak semua lahan di Kabupaten Garut
kopi berjenis Arabika (Coffea arabica) kopi
ataupun
jenis ini bisa ditanam di dataran tinggi
ditanami kopi karena kondisi lahan yang
dengan ketentuan semakin tinggi daerah
akan menentukan kualitas dari suatu produk
maka tanaman kopi akan semakin bagus
kopi.
Kecamatan
Cisurupan
dapat
kualitas produk yang dihasilkan, pada umumnya tanaman kopi ini akan tumbuh
METODE Metode penelitian yang digunakan
setelah 3 tahun masa tanam agar bisa
ialah metode Eksploratif, pertimbangan
dipanen. Desa Sirnajaya adalah Desa yang terletak di dataran tinggi sehingga tanaman ini
akan
menghasilkan
produk
yang
berkualitas, dengan pemanfaatan lahan yang baik untuk tanaman kopi menjadikan masyarakat
bermata
pencaharian
dari
membudidayakan tanaman kopi. Kopi di desa Sirnajaya berbeda dengan tanaman kopi lainnya, tanaman kopi berjenis Arabika (Coffea arabica) yang ada di Desa Sirnajaya telah dikembangkan dan mengurangi masa tumbuh panen menjadi 1,5 tahun yang pada umumnya tanaman kopi berjenis Arabika (Coffea arabica) bisa dipanen setelah 3 tahun, tanaman kopi di Desa Sirnajaya mempunyai
kualitas
yang
baik
dan
merupakan perkembangan dari bibit unggul yang dilakukan oleh petani kopi di Desa Sirnajaya. Hasil panen kopi di Desa Sirnajaya diolah menjadi kopi mentah dan di jual
untuk
memilih
metode
ini
untuk
mengungkapkan data-data lapangan yang akan dicocokan dengan persyaratan tumbuh tanaman
kopi
arabika
sehingga
akan
menghasilkan informasi mengenai tingkat kesesuaian lahan. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan survey untuk pengambilan data fisik seperti tanah, topografi, curah hujan persentase batuan, drainase. Data yang telah diperoleh akan dibawa ke lab untuk dianalisis lebih lanjut, contohnya tanah yang harus diuji lab agar didapat informasi mengenai retensi hara yang terkandung dalam tanah tersebut (salinitas, organik, ph, ktk dan sebagainya) yang menjadi salah satu indikator penunjang tumbuhnya tanaman. Setelah
data
terkumpul,
dilakukan
pengecekan ulang data, lalu dianalisis untuk mengetahui kemampuan lahan yang akan digabungkan/overlay dengan syarat tumbuh
4 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
untuk menghasilkan klasifikasi kesesuaian
pencocokan antara karakteristik lahan yang
lahan terhadap tanaman kopi.
didapat di lapangan dengan syarat tumbuh
Terdapat sampel dalam penelitian ini
tanaman sebagai ketentuan agar optimalnya
adalah gabungan informasi dari jenis tanah,
pertumbuhan dan hasil dari pembudidayaan
penggunaan lahan, dan kemiringan lereng.
tanamn kopi.
Guna menentukan sampel wilayah untuk pengambilan data karakteristik dan kualitas lahan yang ada di Desa Sirnajaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Sirnajaya terletak pada koordinat 107°43’40,94’’ BT - 107°47’45,49” BT dan
Tabel 2 variabel penelitian
07°18’36,44”LS - 07°16’28,84”LS. Secara administratif Desa Sirnajaya termasuk pada Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut yang berbatasan dengan : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cipaganti b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Terdapat 24 sampel yang diambil
Kramatwangi
berdasarkan satuan unit lahan, satuan unit
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa
lahan akan diambil informasi lebih lanjut
Neglawangi dan Kabupaten Bandung
mengenai karakteristik kualitas lahan yang
d) Sebelah timur berbatasan dengan Desa
terdapat di Desa Sirnajaya.
Tambakbaya dan Desa Sirnagalih
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dengan menggunakan beberapa
1.
2.
Jenis tanah Kemiringan lereng Penggunaan lahan Kelas kemampuan lahan Syarat tumbuh tanaman
lapangan,
morfologi
berada di lereng Gunungapi Papandayan dan
Desa Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi
Instrumen yang digunakan adalah survey
secara
kawah Gunungapi Papandayan.
Variable -
Sirnajaya
merupakan desa terakhir yang menuju
indikator penelitian. no
Desa
studi
literatur
/perpustakaan, peta dan instrumen untuk pengecekan lapangan. Adapun analisis data yang digunakan adalah metode Matching
wilayah
Sirnajaya
16,40
Km²
mempunyai dengan
luas
sebagian
wilayahnya merupakan tanah perhutani. Desa Sirnajaya dari Kota Garut berjarak 20 Km kearah barat daya, masyarakat biasanya menggunakan kendaraan bermotor roda 2 ataupun berjalan kaki untuk memasarkan hasil panen. Untuk menjual hasil panen ke
5 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
wilayah yang pemasarannya lebih jauh,
Tabel 3
karena akses jalan jauh dan kurang baik
Kelas Kemiringan Lereng
menyebabkan
masyarakat
menjualnya
No
melalui tengkulak yang berada di Desa
1
3%-8%
Sirnajaya. Pemasaran yang cukup sulit
2 3
berdampak
pada
perkembangan
dalam
pembudidayaan tanaman kopi di Desa
yang terletak pada lereng Gunungapi dengan ketinggian 1.200 – 2.200 mdpl, yang berarti bersuhu sejuk. Formasi batuan yang terdapat di lokasi penelitian diantaranya Qy, adalah batuan Gunungapi muda yang merupakan satuan dari batuan Gunungapi kuarter muda, terdiri dari produk Gunungapi primer berupa hingga
basalt,
tuf
dan
piroklastik, yang tidak terkonsolidasi berupa abu gunungapi, lapili, eflata, sedangkan produk sekunder terdiri dari breksi lahar dengan fragmen andesit dan basalt. Berdasarkan data raster SRTM indeks 58-14 dengan interval 90 m, ketinggian di Desa Sirnajaya berkisar antara 1.200 – 2.200 mdpl dengan
kondisi bentukan lahan di
Desa Sirnajaya sangat beragam, dilihat dari kemiringan
lereng
di
Desa
I
3,05663299
8 % - 15 %
II
6,402158712
16 % - 25 %
III
2,257457594
4
26 % - 40 %
IV
3,88730563
5
> 40 %
V
0,79273342 16,39628835
Desa Sirnajaya merupakan desa yang
Desa Sirnajaya merupakan daerah
andesit
Luas Km²
Lereng
Total
Sirnajaya sulit untuk berkembang
lava
Kelas
Lereng (%)
Sirnajaya
bervariasi dan memiliki 5 kriteria kelas lereng yang dapat dilihat pada tabel 3.
terletak pada lereng gunungapi, sehingga lereng yang ada akan sangat bervariasi. Dengan
posisi
ini
Desa
Sirnajaya
mempunyai batuan beku yang dikeluarkan oleh gunungapi, tanah yang ada di lapangan untuk daerah yang curam terlihat berwarna merah coklat dengan tekstur tanah liat. Jenis tanah yang terdapat di Desa Sirnajaya adalah Podsol berdasarkan data dari BAPPEDA JABAR. Sungai Sirnajaya
yang
terdapat
menunjukan
bahwa
di
Desa kondisi
hidrologi di daerah tersebut sangat baik dengan kondisi areal yang berada di kaki gunung dengan vegetasi yang masih terjaga. Aliran lava dari Gunungapi Papandayan menjadi tempat mengalir sungai yang besar sehingga mata air akan bertumpu pada aliran dan membentuk pola aliran dendritik di Desa Sirnajaya. Pola aliran dentritik mempunyai karakteristik pada batuan sedimen relatif datar atau paket batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran
6 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
dendritik memiliki lereng yang landai dengan jenis pola yang menyebar.
Kopi arabika umumnya akan sangat tergantung pada iklim dan pH tanah. Kopi
Penggunaan lahan di Desa Sirnajaya
arabika biasanya dipanen hanya satu kali
mayoritas dijadikan lahan pertanian dengan
dalam
setahun,
dikarenakan
aspek
luas 13,147 Km². Hal ini membuktikan
ketersediaan air yang kurang dan pH tanah
bahwa masyarakat Desa Sirnajaya masih
yang masam, sehingga sebagian masyarakat
bertumpu pada sektor pertanian. Lebih
lebih tertarik menanam teh atau jeruk
rincinya dapat dilihat pada tabel 4.
sebagai suatu pendapatan sekaligus agar lahan bisa lebih produktif.
Tabel 4 Penggunaan lahan No
Penggunaan lahan
Untuk menemukan bibit baru Bpk. H.
Luas (Km²)
Agus melakukan penggabungan 2 bibit
1
Ladang/Tegalan
4.263
unggul yang berbeda varietas dari kopi jenis
2
Semak
4.423
arabika. Terdapat proses untuk menemukan
3
Kebun Campuran
2.402
kopi dengan varietas baru yang dilakukan
4
Sawah
2.059
5
Hutan
2.709
6
Pemukiman
0.540
oleh Bpk.H. agus dalam proses penyilangan varietas baru ini, diantaranya melakukan penggabungan keping dari setiap biji kopi,
Total
16.398
Pertanian kopi di Desa Sirnajaya
selanjutnya kepingan tersebut dibungkus menggunakan plastik yang diisi oleh kotoran sapi.
Setelah
itu
kepingan
dibiarkan
berkembang sekitar 8 tahun yang lalu,
membusuk sehingga unsur hara yang
dengan
terkandung
ditemukannya
bibit
baru
dalam
kotoran
sapi
akan
pengembangan dari bibit kopi berjenis
memunculkan tunas dan kopi dapat ditanam
arabika. Orang yang sangat berpengaruh
pada lahan yang diinginkan. Tanaman kopi
pada perkembangan bibit kopi ini yaitu Bpk.
dengan varietas baru ini tahan terhadap
H. Agus sebagai penemu bibit baru yang
kurangannya air juga pH yang sangat
dinamakan USDA. Nama bibit kopi dengan
masam.
varietas baru yaitu USDA, salah satunya
Kopi arabika secara umum dapat
berasal dari nama orang yang menemukan
dipanen setelah tanaman kopi berusia 6
bibit varietas baru dengan mengambil 2
tahun, namun dengan penemuan bibit baru
huruf belakang dari kata Agus (agUS) dan
varietas kopi USDA yang masih tergolong
daerah (DAerah) yang bermakna menjadi
pada jenis arabika, maka dapat berproduksi
Daerah Agus.
setelah umur 2 tahun dengan jumlah biji
7 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
lebih banyak, sehingga secara keuntungan
membudidayakan kopi ini tergolong cukup
dapat lebih menguntungkan petani kopi.
banyak.
Berbeda dengan kopi USDA yang dapat
Sampel dalam penelitian ini diambil
ditanam setiap musimnya pada kondisi lahan
dari satuan lahan yang merupakan hasil
dengan lereng datar hingga agak curam, dan
penggabungan tiga aspek yaitu penggunaan
pada tanah – tanah marginal dengan
lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah.
ketersediaan hara yang kurang mencukupi
Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel
tanaman kopi dalam menghasilkan produk,
5. Tabel 5. Satuan Lahan Desa Sirnajaya
sehingga hal ini dapat menguntungkan masyarakat untuk bertani kopi.
no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tidak semua penduduk petani yang ada di Desa Sirnajaya menjadi petani kopi. Terhitung hanya 20 orang dari 1.767 petani yang menanam kopi. Hal ini disebabkan kopi USDA yang masih tergolong pada varietas baru sehingga masyarakat masih belum banyak mengenal kopi tersebut. Selain
itu
kurangnya
fasilitas
Satuan lahan
Kemiringan Lereng V I I I I III II III V IV III III II IV V II II I IV II II II I III
Penggunaan lahan
L. V. Pod S. I. Pod KC. I. Pod H. I. Pod L. I. Pod L. III. Pod L. II. Pod S. III. Pod S. V. Pod S. IV. Pod KC. III. Pod SW. III. Pod SW. II. Pod L. IV. Pod H. V. Pod PMK. III. Pod H. II. Pod SW. I. Pod H. IV. Pod PMK. II. Pod S. II. Pod KC. II. Pod PMK. I. Pod H. III. Pod
Ladang/Tegalan Semak Kebun Campuran Hutan Ladang/Tegalan Ladang/Tegalan Ladang/Tegalan Semak Semak Semak Kebun Campuran Sawah Sawah Ladang/Tegalan Hutan Pemukiman Hutan Sawah Hutan Pemukiman Semak Kebun Campuran Pemukiman Hutan
Jenis tanah Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol Podsol
Luas (Hektar) 0.639063 148.628 651.133 517.946 253.32.00 131.835 321.916 140.718 267.349 136.73 359.718 363.514 636.378 835.228 568.334 0.589201 333.176 138.696 101.781 147.518 123.261 139.147 386.775 738.708
Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat
yang
24 sampel wilayah mengenai karakteristik
menyebabkan sedikitnya peminat untuk
lahan yang terdapat di Desa Sirnajaya.
membudidayakan tanaman kopi varietas ini,
Sehingga didapat karakteristik lahan yang
karena peralatan yang digunakan dalam
bisa dilihat pada tabel 6
Tabel 6 Karakteristik lahan No
Ch
Bln Kering
Eleva si (m)
kedalaman Efektif Tanah
1
2100 - 3100 mm
4
1,325
90 - 120 Cm
2
2100 - 3100 mm
4
1,325
60 - 90 Cm
3
2100 - 3100 mm
4
1,325
90 - 120 Cm
4
2100 - 3100 mm
4
1,325
60 - 90 Cm
5
2100 - 3100 mm
4
1,557
90 - 120 Cm
6
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
7
2100 - 3100 mm
4
1,557
90 - 120 Cm
8
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
9
2100 - 3100 mm
4
1,557
90 - 120 Cm
10
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
11
2100 - 3100 mm
4
1,557
90 - 120 Cm
12
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
13
2100 - 3100 mm
4
1,557
90 - 120 Cm
14
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
15
2100 - 3100 mm
4
1,557
90 - 120 Cm
16
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
17
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
18
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
19
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
20
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
21
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
22
2100 - 3100 mm
4
1,557
60 - 90 Cm
Tekstur Silty Clay Loam Silty Clay Loam Silty Clay Loam Silty Clay Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam Silty Loam
Batua n
Drain ase
pH
C-O
KTK
0
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
<8%
0
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
<8%
0
Well
5,7
2,58
25,88
65
Sedang
Rendah
Sedang
<8%
0
Well
5,7
2,58
25,88
65
Sedang
Rendah
Sedang
<8%
2
Well
5,0
2,12
51
58
Sedang
Rendah
Sedang
16 % - 25 %
2
Well
5,0
2,12
51
58
Sedang
Rendah
Sedang
16 % - 25 %
2
Well
5,7
1,54
26,22
67
Rendah
Tinggi
Rendah
16 % - 25 %
2
Well
5,7
1,54
26,22
67
Rendah
Tinggi
Rendah
16 % - 25 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
16 % - 25 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
16 % - 25 %
2
Well
5,0
2,12
51
58
Sedang
Rendah
Sedang
8 % - 15 %
2
Well
5,0
2,12
51
58
Sedang
Rendah
Sedang
8 % - 15 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
8 % - 15 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
8 % - 15 %
2
Well
5,7
2,58
25,88
65
Sedang
Rendah
Sedang
8 % - 15 %
2
Well
5,7
2,58
25,88
65
Sedang
Rendah
Sedang
8 % - 15 %
2
Well
5,0
2,12
51
58
Sedang
Rendah
Sedang
16 % - 25 %
2
Well
5,0
2,12
51
58
Sedang
Rendah
Sedang
8 % - 15 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
8 % - 15 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
8 % - 15 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
8 % - 15 %
2
Well
6,2
1,92
27,93
82
Rendah
Tinggi
Rendah
8 % - 15 %
KB
N
P
K
Lereng
8 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
Pada
karakteristik
lahan
akan
253,32 Hektar (15.45%). Faktor pembatas
menunjukan kualitas kemampuan lahan
yang ditemukan untuk tanaman kopi di Desa
pada daerah tersebut, dan tahap selanjutnya
Sirnajaya diantaranya yaitu ketinggian, lama
adalah mencocokan karakteristik lahan
bulan kering, curah hujan, persentase
dengan syarat tumbuh tanaman sehingga
batuan, kedalaman efektif tanah, pH, C –
memunculkan informasi mengenai tingkat
Organik, N total, Fospor (P2O5), Kalium (K)
kesesuaian lahan.
dan Kemiringan Lereng.
Adapun tingkat kesesuaian di tanaman
Berdasarkan uraian diatas, diketahui
kopi di Desa Sirnajaya mayoritasnya adalah
bahwa faktor pembatas yang paling dominan
s3 sehing perlu dilakukan perbaikan lahan
dari persentase batuan. Dengan upaya
agar menunjang optimalnya perkembangan
melakukan pembajakan lahan, sehingga
tanaman,
tingkat
dapat menghancurkan batuan kerikil yang
kesesuaian aktual dilakukan proses analisis
ada pada wilayah tersebut agar menyatu
dengan mencocokan karakteristik lahan
dengan tanah dan tidak membuat akar
dengan
kopi
tanaman terhambat untuk masuk kedalam
khususnya kopi berjenis arabika (coffea
tanah mencari unsur hara. Adapun faktor
arabica).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
penghambat lainnya seperti ketinggian, lama
pada gambar 1
bulan kering, curah hujan, persentase
informasi
syarat
mengenai
tumbuh
tanaman
Gambar 1 peta kesesuaian lahan aktual
batuan, kedalaman efektif tanah, Ph, C – Organik, N total, Fospor (P2O5), Kalium (K) dan Kemiringan Lereng. Upaya yang dilakukan untuk faktor – faktor pembatas tesebut dapat dengan cara pemupukan untuk lahan yang kekurangan retensi hara seperti C – organik, N, P, K dan pH. Untuk kemiringan lereng bisa memilah lahan
Diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kesesuaian lahan tanaman kopi di Desa Sirnajaya berkisar antara kelas cukup sesuai (S2) hingga N (tidak sesuai) dengan variasi yang beragam. Adapun tingkat kesesuaian lahan yang paling dominan yaitu LD. I. Pod dengan tingkat kesesuaian S2 dengan luas
berdasarkan kontur ataupun membuat sistem terasering. Untuk curah hujan petani tidak dapat merekayasa, namun petani dapat memperhitungkan curah hujan agar bisa memprediksi bulan yang dapat menanam tanaman kopi. Untuk lama bulan kering petani bisa membuat sistem irigasi karena air
9 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
permukaan yang cukup banyak di Desa
Organik, N total, Fospor (P2O5), Kalium (K),
Sirnajaya. Untuk ketinggian petani tidak
dan Kemiringan Lereng.
bisa merekayasa lahan namun bisa memilah lahan
berdasarkan
ketinggian
guna
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.
Kualitas dan karakteristik lahan akan menjadi faktor pembatas jika kurang atau tidak sesuai untuk tumbuh tanaman tersebut.
Tingkat kesesuaian aktual tanaman
Tanaman kopi dalam hal ini dapat dikatakan
kopi Di Desa Sirnajaya tergolong pada kelas
dari banyaknya faktor pembatas akan
cukup sesuai (s2) hingga tidak sesuai (N)
menjadi faktor penentu kelas kesesuaian
dengan faktor pembatas ketinggian, lama
lahan pada setiap satuan lahan. Jika
bulan kering, curah hujan, persentase
dilakukan perbaikan lahan maka pada setiap
batuan, kedalaman efektif tanah, Ph, C –
satuan lahan akan berpotensi untuk terjadi
Organik, N total, Fospor (P2O5), Kalium (K),
peningkatan kelas kesesuaian lahan. Adapun
dan Kemiringan Lereng.
kelas kesesuaian lahan potensial pada setiap
Penentuan tingkat kesesuaian lahan akan menganalisis karakteristik lahan yang sesuai maupun kurang sesuai bagi suatu tanaman, pada karakteristik yang kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman bisa dilakukan perbaikan lahan dengan tujuan agar optimalnya perkembangan tanaman tersebut. Pada lahan pertanian yang ada di Desa sirnajaya mempunya faktor faktor yang kurang sesuai (faktor pembatas) bagi tumbuhnya
tanaman
kopi
sehingga
diharuskan adanya perbaikan lahan dengan tujuan memperoleh hasil yang berkualitas terkait pada pemasaran hasil panen.
satuan lahannya dapat dilihat pada tabel 7 tabel 7 tingkat kesesuaian lahan potensial di Desa Sirnajaya satuan lahan Ld. V. Pod Smk. I. Pod KC. I. Pod Ht. I. Pod Ld. I. Pod Ld. III. Pod Ld. II. Pod Smk. III. Pod Smk. V. Pod Smk IV. Pod KC. III. Pod Swh. III. Pod Swh. II. Pod Ld. IV. Pod Ht. V. Pod Pmk. III. Pod Ht. II. Pod Swh. I. Pod Ht. IV. Pod Pmk. II. Pod Smk. II. Pod Kc. II. Pod Pmk. I. Pod Ht. III. Pod
Tingkat Kesesuaian aktual S2wrfn S2twrfn S2twrfn S2twrfn S3r N1r S3r N1r S3r S3r N1r N1r S3r N1r S3t N1r S3r S3r S3rs N1r N1r Jumlah
Tingkat kesesuaian potensial S1 S2twrfn S1 S1 S2twfns S3r S2wfns S3s S2wfns S2twrfns S2twrns S3rs S2twfns S2wns S2wrfn S3s S2twns S2wns S2wn S2twfn S2wfns
Luas (Km²)
Persentase (%)
0.639063 148.628 651.133 517.946 253.32 131.835 321.916 140.718 267.349 136.73 359.718 363.514 636.378 835.228 568.334 0.589201 333.176 138.696 101.781 147.518 123.261 139.147 386.775 74.0 1.640
0.04% 0.91% 3.97% 0.32% 15.45% 8.04% 1.96% 8.58% 1.63% 8.34% 2.19% 0.22% 3.88% 0.51% 3.47% 0.04% 2.03% 8.46% 6.21% 0.90% 7.52% 8.49% 2.36% 4.50% 100.00%
Tingkat kesesuaian aktual tanaman
Berdasarkan tabel 4.12 menjelaskan
kopi di Desa Sirnajaya tergolong pada kelas
bahwa tingkat kesesuaian potensial per
cukup sesuai (s2) hingga tidak sesuai (N)
satuan lahan di Desa Sirnajaya berkisar kelas
dengan faktor pembatas ketinggian, lama
sesuai (s1) hingga kelas marginal (s3).
bulan kering, curah hujan, persentase
sedangkan tingkat kesesuaian lahan aktual
batuan, kedalaman efektif tanah, Ph, C –
berkisar antara s2 hingga n. Berikut
10 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
perbandingan luas wilayah perbandingan
– organic, N, P, K, pH. Untuk kemiringan
kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian
lereng bisa memilah lahan berdasarkan
lahan potensial bisa dilihat pada gambar 2
kontur ataupun membuat sistem terasering.
Gambar 2 Diagram perbandingan luas kesesuaian aktual dan luas kesesuaian potensial di Desa Sirnajaya.
Untuk curah hujan petani tidak bisa
Persentase
Diagram Perbandingan Luas Kesesuaian Aktual dan Potensial 100% 0% s1
s2
s3
n
Persentase luas kesesuaian potensial
merekayasa
namun
petani
bisa
memperhitungkan curah hujan agar bisa memprediksi bulan mana saja petani bisa menanam tanaman kopi. Untuk lama bulan kering petani bisa membuat sistem irigasi karena air permukaan yang cukup banyak di
Gambar 2 menjelaskan perbedaan
Desa Sirnajaya. Untuk ketinggian petani
lahan antara luas kesesuaian aktual dan
tidak bisa merekayasa lahan namun bisa
kesesuaian
memilah lahan berdasarkan ketinggian guna
potensial.
Pada
tingkat
kesesuaian aktual meningkat jika faktor
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.
pembatas dilakukan perbaikan lahan.
KESIMPULAN
faktor pembatas bisa dilakukan dengan
Lahan pertanian untuk tanaman kopi
upaya perbaikan lahan, dengan faktor
di Desa Sirnajaya memiliki luas lahan 16,40
pembatas yang paling dominan adalah
Km² dengan kondisi ketinggian 1.325 -
persentase batuan dengan upaya melakukan
1.557 Mdpl. Lama bulan kering selama 4
pembajakan
dapat
bulan, lama bulan basah sebanyak 6 bulan
menghancurkan batuan kerikil yang ada
dan lama bulan lembap sebanyak 2 bulan.
pada wilayah tersebut agar menyatu dengan
Persentase batuan di permukaan yang kecil
tanah dan tidak membuat akar tanaman
sekitar 0 hingga 2%, dengan tekstur silty
terhambat untuk masuk kedalam tanah
clay (tanah liat berlempung) dan silty loam
mencari
faktor
(lempung berdebu). Kedalaman efektif tanah
penghambat lainnya seperti ketinggian, lama
10 cm, 30 cm dan 60 cm, KTK (Kadar Tukar
bulan kering, curah hujan, persentase
Kation) 25,88 hingga 51, pH 5,0 hingga 6,2,
batuan, kedalaman efektif tanah, Ph, C –
C – Organik dari 1,54 hingga 1,92, N
Organik, N total, Fospor (P2O5), Kalium (K),
(nitrogen) rendah dan sedang, P (fospor)
dan Kemiringan Lereng. Upaya yang bisa
rendah dan tinggi, K (kalium) rendah dan
dilakukan untuk faktor – fakor pembatas
sedang, kejenuhan basa dari 52 hingga 82,
tersebut bisa dengan cara pemupukan untuk
salinitas yang tinggi, kejenuhan Al rendah,
lahan yang kekurangan retensi hara seperti C
dan kemiringan lereng < 8% - 25%.
lahan
unsur
hara.
sehingga
Adapun
11 |Antologi Geografi Volume 3 Nomor 2, September 2015
aice.org/page/sejarah/id online)
Tingkat kesesuaian lahan terhadap tanaman kopi di Desa Sirnajaya berkisar antara s1 (sangat sesuai) dan s2 (cukup sesuai), dengan lahan yang paling dominan adalah s2. Dengan faktor pembatas yang ada di lahan kebun campuran berdasarkan hasil
Dinas
(tersedia
Pertanian Kabupaten Bulungan. budidaya tanaman kopi http://disperta.bulungan.go.id/index.p hp/berita-dan-artikel/perkebunan/7budidaya-tanaman-kopi (tersedia online).
analisi yaitu: a) ketinggian, b) lama bulan kering, c) curah hujan, d) persentase batuan di permukaan, e) kedalaman perakaran, f) pH tanah g), c – organik, h) n-total ,i) P2O5 (Fospor), j) K (kalium), k) lereng. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Djaenudin, D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis untuk Komoditas Pertanian Bogor: Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Ritung S, Wahyunto, Agus F, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat, Bogor :Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Sumber Dokumen : Badan Pusat Statistik (2008). Analisis dan Perhitungan tingkat kemiskinan 2008, Bandung : Badan Pusat Statistik Kementrian kehutanan (2013). Petunjuk teknis penyusunan data spasial lahan kritis nomor P. 4/V-set/2013. Jakarta. Sumber Internet : Bakrie, Nirwan. Dkk 2013. Sejarah kopi di Indonesia http://www.aeki-
Mulyana, Wahyu. 1982. Segi Praktis Cocok Tanam Kopi. Semarang: CV. Aneka http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel5C 5A9DEFAAE0C75B133E79ABF40F C7E2.pdf (tersedia online)