perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI DAN KARET DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh: ERI SETIAWAN K5407019
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 to user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KOPI DAN KARET DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBANGAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011
Oleh: ERI SETIAWAN K5407019 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Eri Setiawan. K5407019. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi dan Karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Nopember 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet, (2) Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet,dan (3) Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan satuan lahan sebagai satuan analisis. Populasi penelitian yaitu semua lahan yang terdapat pada di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 22 satuan lahan yang tersebar di DAS Jambangan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung, wawancara, analisis laboratorium, dan analisis dokumen. Teknik analisis data untuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan adalah dengan sistem mencocokkan (matching) antara persyaratan tumbuh tanaman kopi dan karet dengan kualitas dan karakteristik lahan daerah penelitian. Subkelas kesesuaian lahan aktual kemudian diberi perlakuan sesuai faktor pembatasnya disetiap satuan lahan dengan usaha perbaikan pada tingkat pengelolaan sedang dan tinggi, sehingga dihasilkan subkelas kesesuaian lahan potensial di setiap satuan lahan. Unit analisis tingkat produksi tanaman kopi dan karet adalah pada setiap subkelas kesesuaian masing-masing tanaman. Data produktivitas tanaman kopi dan karet diperoleh dari wawancara dan data sekunder dari perusahaan perkebunan. Data ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui tingkat produktivitas tanaman kopi dan karet di daerah penelitian, kemudian dikelaskan sehingga menghasilkan peta produktivitas untuk tanaman kopi dan karet. Berdasakan hasil analisis data dapat disajikan sebagai berikut: (1) kesesuian lahan aktual untuk tanaman kopi terdapat 9 subkelas yaitu S2 w,r,f,n,s/m,e (0,51%), S3n (7,59%), S3r,n (5,24%), N1r (12,84%), N1r,s/m (14,99%), N1r,e (1,63%), N2r (9,59%), N2s/m (12,45%) N2s/m,e (0,9%); Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet terdapat 12 subkelas antara lain : S3w,n (12,47%), S3w,r,n (8,61%), S3t,w,n (0,84%), N1r (7,70%), N1r,e (1,63%), N1s/m,r (20,77%) ,N2s/m (0,66%), N2w (19,79%), N2s/m,e (0,90%), N2 w,r (2,51%), N2w,s/m (10.46%), N2w,s/m,r (4,90%); (2) Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 8 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r,s/m, S2w,r,f,n, S2w,r,f,n,s/m, S3r,n; S3r,s/m, S r,n,s/m, S3r,s/m,e dan N1s/m; Kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 9 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2s/m, S2w,r,f,n, S2w,r,f,n,s/m, S3s/m, S3r,n, S3n,s/m, S3r,s/m, N1s/m dan N1r,s/m; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 7 subkelas kesesuaian lahan antara lain : S2t,w,n, S3r, S3t, S3w,r,n, S3t,w,r,n,s/m,e, N1s/m dan N1r,s/m; Kesesuaian lahan commit tingkat to user pengelolaan tinggi dihasilkan 6 potensial untuk tanaman karet dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
subkelas kesesuaian lahan antara lain S2t,n, S2w,r,n,s/m, S3t, S3w,r,n, S3t,w,n,s/m dan N1s/m. (3) produktivitas tanaman kopi produktivitas tanaman kopi tertinggi terdapat pada subkelas N1r,s/m dengan 896Kg/Ha/tahun dan produktivitas tanaman kopi terendah terdapat pada subkelas N2s/m dengan produktivitas sebesar 47 kg/Ha/tahun; Produktivitas tanaman karet tertinggi terdapat pada subkelas S3w,n dengan produktivitas sebesar 2.137 kg/ha/tahun, Produktivitas tanaman karet terendah terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N2w,s/m dengan produktivitas sebesar 1.618 kg/ha/tahun. Kesimpulan penelitian ini meliputi: (1). Evaluasi Kesesuaian lahan Aktual untuk Tanaman Kopi dan Karet, yaitu : Terdapat 4 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi antara lain: Kelas cukup sesuai (S2) seluas 0,51 %, Kelas sesuai marginal (S3) seluas 12,83%, Kelas tidak sesuai saat ini (N1) seluas 29,46%, Kelas tidak sesuai permanen (N2) seluas 22,94%. Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet antara lain: Kelas sesuai marginal (S3) seluas 12,47%, Kelas tidak sesuai saat ini (N1) seluas (30,10%), Kelas tidak sesuai permanen (N2) seluas 39,22%. (2) Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 8 subkelas kesesuaian lahan Kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 9 subkelas kesesuaian lahan; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan sedang dihasilkan 7; Kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet dengan tingkat pengelolaan tinggi dihasilkan 6 subkelas kesesuaian lahan (3) produktivitas tanaman kopi produktivitas tanaman kopi tertinggi dengan 896Kg/Ha/tahun dan Produktivitas tanaman karet tertinggi dengan produktivitas sebesar 2.137 kg/ha/tahun. Produktivitas tanaman karet terendah terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N2w,s/m dengan produktivitas sebesar 1.618 kg/ha/tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Eri Setiawan. K5407019. Land Suitability Evaluation For Coffee and Rubber Plant At Jambangan Watershed in Karanganyar Regency 2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret, Nopember 2012. The research is aimed to : (1) to know sub-class level of actual land suitability for coffee and rubber plant, (2) know sub-class of potential land suitability for coffee and rubber plant, and (3) know coffee and rubber productivity at Jambangan Watershed in Karanganyar Regency. This research uses qualitative descriptive method with land units as the unit analysis. The population of this research is all of land at Jambangan watershed at Karanganyar regency, the samples was taken by purposive sampling technique with amount 22 land units at Jambangan Watershed Karanganyar Regency. Technique of data collected through field, observation, interview, laboratory analysis, and document analysis. Technique of data analysis to know land suitability sub-class with matching grow requisite of coffee and rubber plant with characteristic and quality land. Actual land suitability sub-class then were treated according to limiting factors in each unit of land with the restoration effort at medium and high level, so that the resulting potential land suitability subclass in each land unit. Unit analysis of level production of coffee and rubber are at each subclass of land suitability for each plant. Date of coffe and rubber productivity acquired by interview and secondary data from company plantation. Data tabulated and analysed to know level productivity at research place. Further analysis was performed an average productivity of coffe and rubber on land units based on land suitability subclass level then classified so can result productivity level of coffe and rubber map. Based on the result of the research it can concluded as follows: (1) there are 9 subclass actual land suitability for coffe plant, those are : S2 w,r,f,n,s/m,e (0,51%), S3n (7,59%), S3r,n (5,24%), N1r (12,84%), N1r,s/m (14,99%), N1r,e (1,63%), N2r (9,59%), N2s/m (12,45%) and N2s/m,e (0,9%); There are 12 subclass actual land suitability for peanut plant, those are: S3w,n (12,47%), S3w,r,n (8,61%), S3t,w,n (0,84%), N1r (7,70%), N1r,e (1,63%), N1r,s/m (20,77%) ,N2s/m( 0,66%), N2w (19,79%), N2s/m,e (0,90%), N2w,r (2,51%), N2w,s/m (10.46%), and N2w,r,s/m (4,90%); (2) Potential land suitability for coffe plant with a medium management level produced eight land suitability subclass include: S2r,s/m, S2 w,r,f,n, S2 w,r,f,n,s/m, S3r,n; S3r,s/m, Sr,n,s/m, S3r,s/m,e and N1s/m; Potential land suitability for coffe plant with a high management level prodused nine land suitability subclass include S2s/m, S2w,r,f,n, S2 w,r,f,n,s/m, S3 s/m, S3 r,n, S3 n,s/m, S3 r,s/m, N1 s/m and N1 r,s/m; Potential land suitability for rubber plant with medium management level produced 7 subclass suitability include: S2t,w,n, S3r, S3t, S3w,r,n, S3t,w,r,n,s/m,e, N1s/m, N1r,s/m; and Potential land suitability for rubber plant with a high management level prodused six land suitability subclass include: S2t,n, S2w,r,n,s/m, S3t, S3w,r,n, S3t,w,n,s/m and commit user get on land suitability subclass N1s/m.(3) Highest productivity of coffe to plants
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N1r,s/m which is 896 kgs/Ha/year and have the lowest productivity of coffe plants get on land suitability subclass N2s/m is 47 kgs/Ha/year; Highest productivity of Rubber plants get on land suitability subclass S3w,n which is 2137 Kgs/Ha/year and have the lowest productivity of rubber plants get on land suitability subclass N2w,s/m is 1618 kgs/Ha/year.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Semuanya akan menjadi lebih indah jika kita tidak pernah menyerah dengan segala keadaan dan situasi yang ada di depan mata (Anonim) Hidup tak akan pernah adil selama kamu terus menerus membandingkan dirimu dengan orang lain. Percayalah, kamu berharga dimata Tuhan (Mario Teguh) Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah.Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik (dMasiv)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud rasa sayang dan cinta kasihku kepada: 1. Bapak Bejo Mulyono dan Ibu Sutarti atas segala pengorbanan setulusnya. 2. Kakakku
Vera
Listyarini
yang
selalu
memberi semangat dan dukungannya selama ini. 3. Sahabat Geografi 2007 terimakasih atas kebersamaannya 4. Almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji Syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan, namun dengan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati diucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penelitian untuk menyusun skripsi. 2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi dan Bapak Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku Pelaksana Tugas Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Ibu Dra. Inna Prihartini, M.S selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Bapak Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak Dr. Sarwono selaku pembimbing akademik, yang dengan sabar memberikan banyak bimbingan selama ini. 7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini. 8. Direksi PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan commit user Semarang yang telah memberikan izintopenelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Bapak Sutarno yang telah banyak membantu di lokasi penelitian. 10. Teman satu tim ’’Jambangan” Raditya Ardi Nugraha terima kasih atas kerjasama dan kerja kerasnya selama penelitian di lapangan. 11. Teman-teman seperjuangan Yunus Aris Wibowo, Yaskinul Anwar, Isnandar Dwi Antoro, yang telah memberikan dukungan, bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman tim Liar 07 Futsal Community Rifky, Aryok, Gunawan, Alek, Hanif, Andreas terima kasih atas dukungannya. 13. Keluarga besar Zoomnet Baturan terimakasih atas dukungan dan bantuannya. 14. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun demikian diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan geografi pada khususnya. Surakarta, Desember 2012 Penulis
Eri Setiawan K5407019
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... v HALAMAN MOTTO ................................................................................... ix HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... x KATA PENGANTAR .................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xx DAFTAR PETA ............................................................................................ xxii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 9 A. Tinjauan Teori ............................................................................ 9 1. Lahan ..................................................................................... 9 2. Evaluasi Lahan........... ........................................................... 9 3. Kesesuaian Lahan................................................................... 12 4. Metode Evaluasi Lahan................................... ....................... 15 5. Satuan Lahan .......................................................................... 16 6. Kualitas Lahan ....................................................................... 17 7. Karakteristik Lahan ................................................................ 26 8. Tanaman Kopi ........................................................................ 28 commit to user 9. Tanaman Karet ....................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Produktivitas Tanaman......................................................... 33 11. Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................... 33 12. Sistem Informasi Geografi ................................................... 34 B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 36 C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 46 A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 46 1. Tempat Penelitian ................................................................... 46 2. Waktu Penelitian ..................................................................... 46 B. Metode Penelitian ........................................................................ 48 C. Populasi ..................................................................................... 48 D. Sampel ........................................................................................ 48 E. Sumber Data ............................................................................... 50 F. Teknik Pengumpulan data ........................................................... 51 G. Validitas Data ............................................................................ 52 H. Teknik Analisis Data .................................................................. 53 I. Prosedur Penelitian ..................................................................... 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 63 A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian.................................................. 63 1. Lokasi Penelitian Secara Umum ............................................. 63 a. Letak ................................................................................... 63 b. Batas ................................................................................... 63 c. Luas .................................................................................... 64 2. Iklim ........................................................................................ 66 3. Geologi ................................................................................... 70 4. Tanah ..................................................................................... 70 5. Hidrografi ............................................................................... 73 6. Keadaan Penduduk ................................................................ 76 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................ 78 1. Kesesuaian Lahan Aktual untuk commit user Tanaman Kopi dan Karet to ....................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dan Karet ............................................ 120 3. Produktivitas Tanaman Kopi dan Karet ................................ 152 a. Produktivitas Tanaman Kopi .............................................. 152 b. Produktivitas Tanaman Karet ............................................. 157 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 165 A. Kesimpulan.................................................................................. 165 B. Implikasi ..................................................................................... 166 C. Saran ........................................................................................... 167 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 168 LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Wilayah Kerja PT. Perkebunan Nusantara IX Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006 ........................................... 2 Tabel 1.2 Jenis Tanaman dan Luas dari Sub Unit Kebun (Afdeling) di Kebun Batujamus/Kerjoarum.................................... 3 Tabel 2.1. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah ..................................... 17 Tabel 2.2. Klasifikasi Drainase Tanah ............................................................ 18 Tabel 2.3. Klasifikasi Kedalaman Efektif ........................................................ 20 Tabel 2.4. Klasifikasi KTK Tanah ................................................................. 21 Tabel 2.5. Klasifikasi pH Tanah ...................................................................... 21 Tabel 2.6. Klasifikasi Nitrogen Total ............................................................... 22 Tabel 2.7. Klasifikasi Phospat (P2O5) ............................................................ 22 Tabel 2.8. Klasifikasi K2O Tersedia ................................................................ 23 Tabel 2.9. Klasifikasi Batuan Permukaan ........................................................ 23 Tabel 2.10. Klasifikasi Kemiringan Lereng ..................................................... 24 Tabel 2.11. Klasifikasi Singkapan Batuan ....................................................... 24 Tabel 2.12. Klasifikasi Besar Erosi ................................................................. 25 Tabel 2.13. Klasifikasi Banjir/genangan ......................................................... 26 Tabel 2.14. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail ................................. 27 Tabel 2.15. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman kopi...................................................................... 29 Tabel 2.16. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet .................................................................. 32 Tabel 2.17. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan Pengerjaan Secara Manual ........................................ 35 Tabel 2.18 Penelitian yang Relevan ................................................................. 40 Tabel 3.1. Waktu Penelitian ............................................................................ 47 Tabel 3.2. Teknik Pengambilan Data ............................................................... 50 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.3. Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya .................... 56 Table 3.4. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik/Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial menurut Tingkat Pengelolaannya ................................................................. 57 Tabel 3.5. Klasifikasi Produktivitas Lahan ...................................................... 58 Tabel 4.1. Pembagian Administratif DAS Jambangan ................................. 64 Tabel 4.2. Rerata Curah Hujan pada Setiap Stasiun Pengamatan di DAS Jambangan Tahun 2001 – 2010........................................ 67 Tabel 4.3. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson ................................................... 68 Tabel 4.4. Perhitungan Tipe Curah Hujan DAS Jambangan Tahun 2001 - 2010 Menurut Schmidt dan Ferguson di Setiap Stasiun Pengamatan ....................................................... 68 Tabel 4.5. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Ngargoyoso yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ............................... 76 Tabel 4.6. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Mojogedang yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ............................... 77 Tabel 4.7. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kerjo yang termasuk DAS Jambangan Tahun 2011 ............................... 77 Tabel 4.8. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ........................................ 79 Tabel 4.9. Macam tanah yang terdapat di DAS Jambangan ............................ 81 Tabel 4.10. Penggunaan Lahan DAS Jambangan ........................................... 83 Tabel 4.11. Satuan Lahan DAS Jambangan ..................................................... 85 Tabel 4.12. Drainase Tanah DAS Jambangan ................................................. 88 Tabel 4.13. Tekstur Tanah di DAS Jambangan ............................................... 89 Tabel 4.14. KTK Tanah di DAS Jambangan ................................................... 90 Tabel 4.15. pH Tanah di DAS Jambangan ....................................................... 91 Tabel 4.16. N Total Tanah di DAS Jambangan ............................................... 92 Tabel 4.17. P2O5 Tanah di DAS Jambangan ................................................. 93 commit ........................................................ to user Tabel 4.18. K2O Tanah DAS Jambangan 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19. Besar Erosi DAS Jambangan ....................................................... 95 Tabel 4.20. Kedalaman Efektif di DAS Jambangan ........................................ 96 Tabel 4.21. Kemiringan Lereng di DAS Jambangan ....................................... 97 Tabel 4.22. Kualitas dan Karakteristik Lahan DAS Jambangan ...................... 98 Tabel 4.23. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi di DAS Jambangan ....................................................................... 100 Tabel 4.24. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Aktual untuk Tanaman Kopi di DAS Jambangan Tahun 2011 ................ 101 Tabel 4.25. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ....................................................................... 111 Tabel 4.26. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ..................... 113 Tabel 4.27. Usaha perbaikan lahan aktual menjadi lahan potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk tanaman kopi di DAS Jambangan....................................................................... 122 Tabel 4.28. Subkelas Kesesuaiaan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan ........... 123 Tabel 4.29. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan .................................... 125 Tabel 4.30. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi untuk Tanaman Kopi di DAS Jambangan ............................................ 130 Tabel 4.31. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ......................................................................... 131 Tabel 4.32. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ..................................... 133 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.33. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Sedang untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ............................................. 137 Tabel 4.34. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan Sedang di DAS Jambangan........................................................................ 138 Tabel 4.35. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ............................................ 140 Tabel 4.36. Usaha Perbaikan Lahan Aktual Menjadi Lahan Potensial dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan ....................................................................... 146 Tabel 4.37 Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ....................................................................... 147 Tabel 4.38. Luas dan Presentase Daerah Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi di DAS Jambangan ........................................................... 149 Tabel 4.39. Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan ........................ 153 Tabel 4.40. Produktivitas Tanaman Karet DAS Jambangan ........................... 161 Tabel 4.41. Perbandingan Produktivitas Tanaman Kopi dengan Karet di DAS Jambangan ...................................................................... 163
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Profil Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan ............. 5 Gambar 2. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk Evaluasi ............................................................................. 11 Gambar 3. Segitiga Tekstur Tanah................................................................. 19 Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran ......................................................... 45 Gambar 5. Skema Alur Penelitian ................................................................. 62 Gambar 6. Tipe Curah Hujan DAS Jambangan Tahun 2001 - 2010 Menurut Schmidt dan Ferguson .................................................. 69 Gambar 7. Profil Tanah Latosol Coklat di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo.......................................................................... 71 Gambar 8. Profil Tanah Mediteran Merah Kuning di Desa Tamansari Kabupaten Karanganyar. .............................................................. 72 Gambar 9. Sungai Jambangan yang ada di Desa Kuto Kecamatan Kerjo.......................................................................... 73 Gambar 10. Subkelas Kesesuaian Lahan S2 w,r,f,n,s/m,e yang berada di Desa Dukuh Kecamatan Ngargoyoso ................. 103 Gambar 11. Subkelas Kesesuaian Lahan S3n di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo......................................................................... 104 Gambar 12. Subkelas Kesesuaian Lahan N1r di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang.............................................................. 105 Gambar 13. Subkelas Kesesuaian Lahan N2 s/m di Desa Ngadirejo Kecamatan Mojogedang.............................................................. 107 Gambar 14. Subkelas Kesesuaian Lahan S3w,n di Desa Kwadungan Kecamatan Kerjo......................................................................... 114 Gambar 15. Subkelas Kesesuaian Lahan N2s/m di Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso .............................................................. 117 Gambar 16. Subkelas Kesesuaian Lahan N2s/m,e di Desa Dukuh commit to user Kecamatan Ngargoyoso .............................................................. 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 17. Saluran Buntu atau Rorak di Desa Ngadirejo Satuan Lahan Qlla-III-Lc-Kb ........................ 144 Gambar 18. Tanaman Penutup Lahan (Peuraria Javanica) di desa Kuto Kecamatan Kerjo Satuan lahan Qlla-I-Lc-Kb ........ 145 Gambar 19. Lokasi Bekas Kebun Kopi yang Belum Ditanami Karet di Desa Dukuh Kecamatan Ngargoyoso. .................................... 154 Gambar 20. Lokasi Pengumpulan Lateks oleh Buruh Sadap di Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso. ................................. 159
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA Peta 01. Administrasi DAS Jambangan Tahun 2011 ....................................... 65 Peta 02. Lereng DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011 ........ 80 Peta 03. Macam Tanah DAS Jambangan Tahun 2011 .................................... 82 Peta 04. Penggunaan Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 ............................. 84 Peta 05. Satuan Lahan DAS Jambangan Tahun 2011 ...................................... 86 Peta 06. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Kopi DAS Jambangan tahun 2011 ............................................................. 109 Peta 07. Subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet di DAS Jambangan............................................................................. 112 Peta 08. Peta Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Sedang ................................................. 124 Peta 09. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi.................................................... 132 Peta 10. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan Sedang .................................................. 139 Peta 11. Subkelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet dengan Tingkat Pengelolaan Tinggi .................................................. 148 Peta 12. Produktivitas Kopi DAS Jambangan ................................................ 156
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Curah Hujan Lampiran 2. Hasil Analisis Laboratorium Lampiran 3. Lokasi Sampel Tanah Lampiran 4. Analisis Besar Erosi Lampiran 5. Daftar Isian Lapangan Lampiran 6. Pedoman Wawancara Lampiran 7. Produktivitas Tanaman Kopi Lampiran 8. Produktivitas Tanaman Karet Lampiran 9. Perijinan .
commit to user
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, perkebunan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Selain itu, perkebunan mempunyai kontribusi penting dalam hal meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai PDB perkebunan secara kumulatif mengalami peningkatan, yaitu dari Rp.56,43 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp.104,51 trilyun pada tahun 2010 (triwulan II) atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 19,3%. Berdasarkan harga
konstan,
nilai
PDB
perkebunan
secara
kumulatif
juga
mengalami peningkatan, yaitu dari Rp. 39,81 trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp.36,39 trilyun pada tahun 2010 atau meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun mencapai 3,6%. Anonim : (http://ditjenbun.deptan.go.id/), diakses tanggal 25 Mei 2011. Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang, karena perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat menghasilkan devisa yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional. Di Indonesia komoditas kopi merupakan salah satu subsektor pertanian yang mempunyai andil cukup penting sebagai penghasil devisa ketiga setelah kayu dan karet. Indonesia merupakan negara produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kolombia dengan hasil produksi kopi sebesar 485.889 ton atau mencapai 7,4 % dari produksi kopi dunia pada tahun 1996/1997. Perkebunan kopi
di
Indonesia
terdiri
dari
Perkebunan Rakyat
(Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Salah satu pengelola perkebunan kopi yang berkembang di Indonesia adalah Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang merupakan Perkebunan Besar Negara. Daerah commit to useroperasional PTPN tersebar hampir 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di pulau-pulau besar Indonesia, termasuk Pulau Jawa. Di Pulau Jawa daerah operasional PTPN tersebar merata hampir di setiap Kabupaten atau Kota, PTPN tidak hanya mengelola perkebunan kopi saja tetapi juga tanaman perkebunan lain seperti teh, karet dan kakao serta tanaman perkebunan lainnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Indonesia merupakan negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia. Pada tahun 2002, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3,318 juta ha, disusul Thailand (1,96 juta ha), Malaysia (1,54 juta ha), China (0,61 juta ha), India (0,56 juta ha), dan Vietnam (0,32 juta ha). Dari areal tersebut diperoleh produksi karet Indonesia sebesar 1,63 juta ton yang menempati peringkat kedua di dunia, setelah Thailand dengan produksi sekitar 2,35 juta ton. Posisi selanjutnya ditempati India (0,63 juta ton), Malaysia (0,62 juta ton), China (0,45 juta ton), dan Vietnam (0,29 juta ton). Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi penduduk yang ada di sekitar kebun karet seperti buruh sadap karet, komoditi ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa nonmigas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet. Perkebunan karet di Indonesia juga telah diakui menjadi sumber keragaman hayati yang bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber penyerapan CO2 dan penghasil O2, serta memberi fungsi orologis bagi wilayah di sekitarnya. Selain itu tanaman karet juga menjadi sumber kayu potensial yang dapat menggantikan kebutuhan kayu yang selama ini mengandalkan hutan alam
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1. Wilayah Kerja PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kebun
Lokasi
Komoditi Utama
Kawung Warnasari Krumput Kaligua Semugih Blimbing Jolotigo Siluwok/Subah Sukamangli Merbuh Ngobo Getas Batujamus Balong/Beji Jollong
Cilacap Cilacap Banyumas Brebes Pemalang Pekalongan Pekalongan Batang Kendal Kendal Semarang Salatiga Karanganyar Jepara Pati
Karet, Kakao Karet, Kakao Karet Teh Teh, Kakao Karet Teh, Kopi Karet Karet, Kopi Karet, Kopi Karet, Kopi, Kakao Karet, Kopi Karet, Kopi, Tebu Karet, Kakao Kopi
Luas (Ha) 2.659,65 2.582,99 2.051,25 607,26 1.082,66 2.392,61 1.151,87 4.441,99 2.477,39 2.917,02 2.261,02 2.216,06 6.944,10 4.776,70 530,69
Sumber : Profil PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Divisi Tanaman Tahunan Tahun 2006 dalam Novianto (2008: 4) Kabupaten Karanganyar termasuk dalam daerah operasional PTPN, tanaman yang dikelola oleh PTPN di wilayah Kabupaten Karanganyar diantaranya teh, karet, dan kopi. Tanaman kopi dan karet di Kabupaten Karanganyar dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX BatuJamus. Daerah operasional PTPN di Kabupaten Karanganyar termasuk dalam beberapa wilayah Daerah Aliran Sungai. Batas DAS merupakan batas alami atau batas yang terbentuk oleh alam yang berupa punggungan bukit dan bukan merupakan batas buatan manusia, sehingga dalam satu kebun yang dikelola PTPN IX Batujamus bisa termasuk dalam wilayah beberapa DAS. DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. (Asdak, 1995: 11) Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, oleh karenanya perencanaan commitperhatian to user mengingat dalam suatu DAS, DAS hulu seringkali menjadi fokus
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Aktivitas perubahan tataguna lahan dan atau pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air dan transport sedimen serta material terlarut lainnnya atau non-point pollution. Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu – hilir seperti tersebut di atas maka kondisi suatu DAS dapat digunakan sebagai satuan unit
perencanaan
sumberdaya
alam
termasuk
pembangunan
pertanian
berkelanjutan. Daerah Aliran Sungai merupakan salah satu unsur penting sebagai unit perencanaan
yang
utuh
merupakan
konsekuensi
logis
untuk
menjaga
kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah, dan air. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-Set/2009 Tanggal: 05 Maret 2009 mengenai monitoring dan evaluasi kinerja DAS salah satu kegiatannya adalah dengan melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan lahan yaitu kegiatan mengevalusi kesesesuiaan penggunaan lahan. Adanya permasalahan yang ada di atas bagi penulis tertarik meneliti evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan satuan analisis DAS dan dalam penelitian ini yang diteliti adalah DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar. Daerah Aliran Sungai Jambangan terletak di Kabupaten Karanganyar, meliputi tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan Kerjo, dan Kecamatan Mojogedang yang terdiri dari sembilan desa yaitu, Desa Dukuh, Desa Kuto, Desa Kwadungan, Desa Ganten, Desa Pendem, Desa Nglegok, Desa Jatirejo, Desa Tamansari, Desa Ngadirejo dengan luas keseluruhan 3753,086 Ha DAS Jambangan termasuk dalam daerah operasional PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus. DAS Jambangan masuk dalam tiga wilayah Afdeling (sub unit kebun) PT. Perkebunan Nusantara IX yaitu Afdeling Karang Gadungan, Afdeling Mojogedang dan Afdeling Batujamus.
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.2. Jenis Tanaman dan Luas dari Masing-masing Sub Unit Kebun (Afdeling) di Kebun Batujamus/Kerjoarum Sub Unit Kebun (Afdeling) Jamus Mojogedang Polokarto
Jenis tanaman
Luas (ha)
Karet Karet Karet Tebu Karet Karet Karet Karet Karet Karet Kopi
410,20 323,62 571,34 103,00 543,29 394,00 425,31 243,11 262,66 123,79 172,57
Gandugede Kedung Sumber Kedawung Kepoh Sambirejo Balong Jenawi Karang Gadungan
Sumber : Buku Kerja PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Tahun 2007 dalam Novianto (2008 : 46) Berikut ini merupakan data produktivitas tanaman kopi dari PT. Perkebunan Nusantara IX yang masuk daerah penelitian Produksi Kopi Blok Karang 60000 54491 50000
49873
49792
47189
43330
40000 Kg
30000
29579
34016
33075 24612
Target Realisasi
23056
20000
11381
10114
10000 0 1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Gambar 1. Profil Produktivitas Tanaman Kopi di DAS Jambangan Sumber: Data Produksi Tanaman Kopi Afdelling Karanggadungan PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus Kebun Blok Karang merupakan bagian dari Afdeling Karanggadungan PT. Perkebunan Nusantara IX Batujamus yang termasuk DAS Jambangan. Kebun Blok Karang merupakan satu-satunya kebun yang ditanami tanaman kopi. Tanaman kopi ditanam di Blok Karang mulai tahun 1991 hingga tahun 2007. Hasil produksi tanaman kopi di Blok Karang dari tahun 1994 hingga tahun 2007 cenderung tidak stabil (fluktuatif). Produktivitas commit to user tanaman kopi mencapai hasil
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maksimal pada tahun 2001 sebesar 54.491 kg, sedangkan produktivitas yang tidak memenuhi target terjadi pada tahun 1998, 2003 dan 2007. Pada tahun 2007 PT Perkebunan Nusantara IX Batujamus melakukan kebijakan dengan konversi tanam dari tanaman kopi ke tanaman karet. Tanaman kopi dianggap kurang produktif karena hasil yang diperoleh tidak memenuhi target produksi perusahaan. Tanaman karet dipilih sebagai pengganti tanaman kopi karena tanaman karet dapat diproduksi hampir setiap hari sedangkan tanaman kopi hanya dapat diproduksi pada saat musim panen tiba, sehingga tanaman karet lebih efisien dibandingkan dengan tanaman kopi. Dari hasil wawancara dengan penduduk di sekitar kebun kopi salah satu penyebab kurang maksimalnya tanaman kopi adalah kasus pencurian biji kopi yang membuat PTPN IX Batujamus mengalami kerugian. Produktivitas tanaman kopi yang rendah atau kurang maksimal dibandingkan dengan produktivitas tanaman karet yang relatif stabil ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari segi kesesuaian lahan terhadap dua tanaman tersebut. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk kedua tanaman kopi dan karet di DAS Jambangan. Kesesuaian lahan secara umum terbagi atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual merupakan kesesuaian lahan saat ini untuk tanaman tertentu agar diperoleh hasil maksimal. Kesesuaian lahan aktual masih dapat menerima perbaikan kecil pada sumberdaya lahan sebagai bagian spesifikasi tipe penggunaan lahan. Kesesuaian lahan potensial mengacu pada nilai lahan di masa datang apabila melakukan perbaikan lahan skala besar. Perbaikan-perbaikan kualitas lahan pada daerah penelitian disesuaikan dengan faktor-faktor
penghambat
pada
subkelas
kesesuaiaan
lahan
dan
juga
mempertimbangkan biaya dalam melakukan perbaikan kualitas lahan agar dapat melangsungkan usaha perkebunan. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan salah satu metode untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan terhadap tanaman tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal, meskipun perusahaan perkebunan commit to usermelakukan evaluasi lahan, tetapi seperti PT. Perkebunan Nusantara IX telah
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian kesesuaian lahan yang dilakukan oleh pihak dari luar PTPN IX Batujamus dapat digunakan untuk memperbarui dan mempublikasikan evaluasi lahan di DAS Jambangan. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi dan Karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan? 2. Bagaimana kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan? 3. Bagaimana produktivitas kopi dan karet pada di Daerah Aliran Sungai Jambangan? C. Tujuan Penelitian Bertolak dari permasalahan yang diungkapkan diatas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan. 2. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan. 3. Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kajian ilmu geografi fisik, khususnya kesesuaian lahan daerah penelitian. b. Kajian tentang sosial-ekonomi dari hasil penelitian ini yaitu produktivitas tanaman kopi dan karet diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian
sebelumnya,
yang
berhubungan
dengan
pemanfaatan lahan. c. Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah tingkat menengah khususnya pada mata pelajaran geografi dalam subpokok bahasan sumberdaya alam kelas XI semester 1, sehingga diharapkan siswa mempunyai kemampuan memprediksi persebaran sumberdaya alam dan pemanfaatanya berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta dapat memberi contoh pemanfaatannya sumberdaya alam berdasarkan prinsip ekofisien.
2.
Manfaat Praktis a. Setelah diketahui tingkat kesesuaian lahan dan produktivitas tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan, Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guna proses perencanaan
dan
pengembangan
penggunaan
lahan
dengan
memperhatikan usaha konservasi lahan. b. Setelah diketahui tingkat produksi tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan yang merupakan aspek sosial-ekonomi dapat diketahui bagaimana cara memberikan perlakuan kondisi fisik di
Daerah
Aliran
Sungai
Jambangan,
untuk
perencanaan
pembangunan di bidang perkebunan khususnya kopi dan karet dalam upaya peningkatan hasil produksi perkebunan. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lahan Lahan dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang tersalinasi (FAO 1976 dalam Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989: 207). Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan non pertanian Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, ladang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya 2. Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk macammacam alternatif penggunaannya (Dent dan Young dalam Abdullah, 1996: 57). Evaluasi lahan dalam suatu proyek perencanaan merupakan alat yang sudah biasa digunakan. Alat ini sangat fleksibel tergantung pada keperluan serta kondisi wilayah yang hendak dievaluasi. Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yang pertama adalah evaluasi secara langsung, yakni lahan langsung dievaluasi dengan melalui percobaancommit to user percobaan dan yang kedua evaluasi secara tidak langsung dimana dalam evaluasi 9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis pengunaan lahan tertentu. Dalam evaluasi lahan ada dua macam pendekatan yang dapat ditempuh. Kedua pendekatan tersebut yaitu: a. Pendekatan Dua Tahap (Two Stage Approach) Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap yang kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasai sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi. b. Pendekatan Paralel (Parallel Approch) Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Secara skematik, pendekatan dua tahapan dan pendekatan sejajar untuk evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan Dua Tahapan
Pendekatan Sejajar
Konsultasi Awal
Survei Dasar
Survey Dasar
Klasifikasi Lahan Kualitatif
Klasifikasi Kuantitatif dan Kualitatif
Analisis Sosial dan Ekonomi
Analisis Ekonomi dan Sosial Klasifikasi Lahan Kuantitatif
Keputusan-Keputusan Perencanaan Gambar 2. Pendekatan Dua Tahapan dan Pendekatan Sejajar untuk Evaluasi Lahan (FAO, 1976 dalam Sitorus 1995: 46). Untuk melakukan evaluasi lahan baik itu dengan mengunakan pendekatan dua tahap maupun pendekatan sejajar perlu didahului oleh konsultasi awal. Ini diperlukan guna mengetahui tujuan dari evaluasi yang akan dilakukan, data apa saja yang diperlukan serta asumsi-asumsi yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam penilaian.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1995: 42). Kelas kesesuaian suatu area dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai silat-silat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan penggunaannya. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat meningkat sebagai berikut: a. Ordo kesesuaian lahan (Order): menunjukkan jenis atau macam kesesuaian atau keadaan kesesuaian secara global (umum). b. Kelas kesesuaian lahan (Class): Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. c. Subkelas kesesuaian lahan (Sub-Class): menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas. d. Satuan kesesuaian lahan (Unit): menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam Subkelas. Penjelasan mengenai kategori sistem klasifikasi kesesuaian lahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
1) Ordo Kesesuaian Lahan (Land Suitability Order) Kesesuaian pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai apabila dipergunakan untuk maksud tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N). a) Ordo Sesuai / Suitable Order (S) Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat dipergunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan (input) yang diberikan. b) Ordo Tidak Sesuai / Not Suitable Order (N) Lahan yang termasuk dalam ordo tidak sesuai mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah terhadap suatu penggunaan tertentu secara lestari. 2) Kelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability Class) Kelas merupakan keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kembali dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) dibedakan dalam dua kelas, yaitu: lahan tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). a) Kelas Sangat Sesuai (Very Suitable Class / S1) Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak menambah masukan (input) dari yang biasa dilakukan dalam mengusahakan lahan. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Kelas Cukup Sesuai (Adequate Suitable Class / S2) Lahan mempunyai faktor pembatas agak berat. Berpengaruh terhadap produktivitas lahan tersebut, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani. c) Kelas Sesuai Marginal (Marginaly Suitable Class / S3) Lahan
yang mempunyai faktor pembatas sangat berat apabila
dipergunakan untuk penggunaan tertentu yang lestari. Faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Diperlukan modal tinggi untuk mengatasi faktor pembatas pada S3, sehingga perlu bantuan dari investasi pemerintah atau pihak swasta. d) Kelas Tidak Sesuai Saat Ini (N1) Lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional. e) Kelas Tidak Sesuai Permanen (N2) Lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. 3) Subkelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability Sub-Class) Kesesuaian lahan pada tingkat subkelas adalah tingkat kesesuaian lahan yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam suatu tingkatan kelas. Dengan kata lain subkelas merupakan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Jenis pembatas tersebut ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan di belakang simbol kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
4) Satuan Kesesuaian Lahan (Land Suitability Unit) Kesesuaian lahan pada tingkat unit merupakan keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Semua unit yang berada dalam satu subkelas mempunyai tingkatan yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkatan subkelas. Unit yang satu berbeda dengan unit yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan perbedaan detail dari faktor pembatasnya (Djaenudin dkk, 2003: 14).
4. Metode Evaluasi Lahan Metode evaluasi lahan adalah cara mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Menurut Jamulya (1992: 1), terdapat tiga metode dalam mengadakan evaluasi lahan, yaitu: a. Metode Pemerian (Description) Metode pemerian dilaksanakan dengan menguraikan kelas-kelas kesesuaian lahan dalam bentuk kalimat. Dalam metode ini juga menggunakan pembandingan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kelas kesesuaian lahan, tetapi dianalisis dengan deskripsi sugestif. Analisis deskripsi sugestif adalah pemberian suatu gambaran yang meyakinkan tentang kualitas dan karakteristik lahan sehingga tercipta suatu penghayatan tentang potensi lahan yang sedang dievaluasi. b. Metode Pengharkatan (Scoring) Metode Pengharkatan merupakan suatu cara untuk menilai potensi lahan dengan jalan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan. Terdapat dua macam teknik pengharkatan yaitu: (1) Teknik penjumlahan/Pengurangan, teknik ini dilakukan dengan menjumlahkan atau commit to user (2) Teknik perkalian/pembagian mengurangi harkat setiap parameter lahan.
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(sistem indeks) dilakukan dengan mengalikan atau membagi harkat setiap parameter lahan. Dari kedua teknik tersebut akan diperoleh suatu nilai atau indeks tertentu yang menunjukkan kelas kesesuaian lahan. c. Metode Pembandingan (Matching) Metode pembandingan ini merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi
kesesuaian
lahan
dengan
jalan
mencocokan
serta
membandingkan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan kriteria kesesuaian lahan, sehingga diperoleh potensi yang ada pada satuan lahan tertentu. Metode matching umumnya dilakukan melalui teknik tabularis. Kualitas dan karakteristik yang diperoleh dari lapangan diinventarisasi dalam bentuk tabel. Tabel kualitas dan karakteristik lahan ini kemudian dibandingkan dengan tabel kriteria kelas kesesuaian lahan untuk keperluan tertentu. Dari pembandingan tersebut diperoleh potensi suatu lahan tertentu pada kelas kesesuaian lahan. Selain diperoleh kelas kesesuaian lahan pada masing-masing satuan lahan, juga diperoleh besaran dan jenis faktor pembatas pada subkelas kesesuaian lahan. Setelah subkelas kesesuaian lahan diketahui maka dapat ditentukan tindakan pengelolaan pada setiap satuan lahan. Dengan demikian, dapat ditentukan unit kesesuaian lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pencocokan (matching) antara kualitas dan karakteristik lahan dengan syarat tumbuh tanaman kopi maupun karet.
5. Satuan Lahan Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang berhubungan, mempunyai bentuk lahan tertentu di dalam sistem dan seluruh satuan lahan yang sama tersebar akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula (Sitorus 1995 : 93). Satuan lahan digunakan untuk satuan analisis subkelas kesesuaian lahan yaitu untuk mendapatkan kualitas dan karakteristik di lapangan. Data yang commit to user diperoleh di lapangan dan analisis laboratorium kemudian dianalisis dengan
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tujuan agar dapat diketahui faktor apa saja yang menjadi faktor penghambat sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi dan karet.
6. Kualitas Lahan FAO dalam Sitorus (1995: 5) mendefinisikan kualitas lahan adalah suatu sifat lahan yang komplek atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi. a. Suhu / Temperatur Udara (t) Suhu/temperatur suatu daerah dipengaruhi oleh ketinggian tempat tersebut. Temperatur udara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus Braak yaitu: T = 26,3 ºC – 0,61 h Keterangan: - 26,3 ºC = temperatur rata-rata di permukaan air laut tropis. - h
= ketinggian tempat dari permukaan laut (dalam 100 meter). (Arsyad, 1989: 223)
b. Ketersediaan Air (w) Ketersediaan air terdiri dari: 1). Jumlah Bulan Kering Jumlah bulan kering yang dihitung berdasarkan curah hujan bulanan yang kurang dari 60 mm selama satu tahun. Tabel 2.1. Klasifikasi Bulan Kering dan Bulan Basah. Kelas Curah Hujan (mm/bln) No. < 60 1. Bulan Kering > 60 - <100 2. Bulan Lembab ≥ 100 3. Bulan Basah (Sumber: Mohr dalam Kartasapoetra, 1991: 28) commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Hujan Tahunan Rata-Rata Merupakan rata-rata curah hujan dalam periode sepuluh tahun yang dinyatakan dalam mm. c. Keadaan Perakaran 1). Drainase Tanah Drainase tanah merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa hilangnya air dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran-aliran permukaan atau peresapan kedalam tanah. Drainase luar (external) diamati dengan menentukan perbandingan relative jumlah air yang mengalir di permukaan tanah dari bidang tanah ke lain tempat terhadap jumlah curah hujan. Tabel 2.2. Klasifikasi Drainase Tanah. No
Kelas
1.
Berlebihan
2.
Baik
3.
Sedang
4.
Agak buruk
5.
Buruk
6.
Sangat Buruk
Ciri-Ciri Air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanah akan segera mengalami kekurangan air. Tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai kebawah (150 cm) berwarna terang dan seragam dan tidak terdapat bercak-bercak, kuning, coklat atau kelabu. Tanah mempunyai peradaran udara yang baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas dan lapisan bawah (Sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah). Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak berwarna kuning, kelabu/coklat. Bercakbercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (Sekitar 40 cm dari permukaan tanah). Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) tedapat warna kelabu, coklat dan kuning. Seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang mengenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menhambat pertumbuhan tanaman.
(Sumber: Arsyad, 1989: 229).
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Tekstur Tanah Tekstur tanah ialah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand) (Darmawijaya, 1992: 163). Tekstur tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Tekstur tanah yang sesuai bagi pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman
dapat
memacu
dan
memperkuat tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik. Pengukuran tekstur tanah dilakukan di laboratorium untuk keakuratan data. Setelah diketahui persentase lempung, debu dan pasir untuk mengklasifikasikan tekstur tanah dilakukan pencocokan segita tekstur tanah menurut USDA pada gambar 3 berikut ini
Gambar 3. Segitiga Tekstur Tanah. (Sumber http://www.worldagroforestry.org/sea diakses tanggal 21 April 2011) commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Kedalaman Efektif Kedalaman tanah atau tebal lapisan tanah tertentu yang masih dapat di tembus oleh perakaran untuk menyerap zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman secara efektif. Tabel 2.3 Klasifikasi Kedalaman Efektif No Deskripsi Kedalaman Tanah 1. Dalam >90 2. Cukup dalam 60 – 90 3. Cukup dangkal 30 – 60 4. Dangkal 15 – 30 5. Sangat dangkal 10 – 15 6. Dangkal sekali <10 Sumber : Kementerian Kehutanan 2009 dalam www.dephut.go.id /files/P32_09 diakses tanggal 25 april 2011
d. Retensi Hara Retensi hara terdiri dari: 1). Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) suatu tanah didefinisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menyerap dan mempertukarkan kation (Hakim dkk, 1986: 166). Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation. Semakin tinggi KTK, semakin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milli equivalen kation dalam 100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.4. Klasifikasi KTK Tanah. No. Kelas
KTK (me / 100g)
1.
Sangat rendah
<5
2.
Rendah
5 – 16
3.
Sedang
17 – 24
4.
Tinggi
25-40
5.
Sangat tinggi
>40
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125). 2). pH tanah. Derajat keasaman dan kebasaan tanah yang diukur berdasarkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang terlarut dalam tanah dan tanah yang sangat asam sebagai pembatas. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH tanah pada setiap sampel yang ada di setiap satuan lahan. Klasifikasi besaran pH tanah dari tingkatan sangat masam hingga Alkalis dapat dilihat dalam Tabel 2.5 berikut ini. Tabel 2.5. Klasifikasi pH Tanah. No. Kelas
pH
1.
Sangat Masam
< 4,5
2.
Masam
4,5 – 5,5
3.
Agak Masam
5,6 – 6,5
4.
Netral
6,6 - 7,5
5.
Agak Alkalis
7,6 – 8,5
6. Alkalis > 8,5 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125). e. Ketersediaan Hara Penggunaan tanah untuk tanaman tertentu menyebabkan perubahan berbagai proses kimia dan mikrobiologi dalam tanah tersebut. Aktivitas mikrobiologi tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi commit to user kemasaman dan potensial redoks
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanah (Yoshida, 1978 dalam Hardjowigeno, 2005: 137). Berikut ini disajikan kriteria kandungan unsur kimia yang nantinya akan dianalisis unntuk mengetahui subkelas kesesuaian lahan. Ketersediaan hara terdiri dari: 1). Nitrogen Total (N Total) Kandungan
Nitrogen dalam
tanah pengukurannya
dilakukan di
laboratorium dan dinyatakan dalam persen. Tabel 2.6. Klasifikasi Nitrogen Total. No Kelas Nitrogen Total (%) 1. Sangat rendah < 0,10 2. Rendah 0,10 - 0,20 3. Sedang 0,21 – 0,50 4. Tinggi 0,51 – 0,75 5. Sangat tinggi > 0,75 (Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125) 2). Kandungan Phospat (P2O5) Unsur phospat berperan dalam transfer energi. Kandungan phospat tersedia dalam bentuk ion P2O5 dinyatakan dalam ppm (bagian per juta). Tabel 2.7. Klasifikasi Phospat (P2O5) No Kelas 1. Sangat rendah
P2O5 (ppm) < 10
2.
Rendah
10 – 15
3.
Sedang
16 – 25
4.
Tinggi
26 – 35
5.
Sangat tinggi
> 35
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125). 3). Kandungan Kalium (K2O Tersedia) Unsur Kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisologi tanaman, commit to user walaupun fungsi dan mekanisme yang jelas belum diketahui. Kalium
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berperan dalam proses metabolisme dan mempengaruhi pengaruk khusus dalam absorbsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi translokasi karbohidrat (Hakim,1986: 226) Pengukuran kalium tersedia dilakukan di laboratorium pada sample tanah yang diambil dari lapangan yang dinyatakan dalam me/100 gr). Klasifikasi K2O dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut ini. Tabel 2.8. Klasifikasi K2O Tersedia No Kelas 1. Sangat rendah
K2O Tersedia (me / 100g) < 0,1
2.
Rendah
0,1 – 0,2
3.
Sedang
0,3 – 0,5
4.
Tinggi
0,6 – 1,0
5.
Sangat tinggi
> 1,0
(Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno, 1987: 125). f. Medan Medan yang dimaksud meliputi: 1). Batuan Permukaan Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah. Batuan permukaan dilakukan dengan pengamatan langsung di titik pengambilan sampel tanah. Klasifikasi batuan permukaan menurut Arsyad (1989: 231) dapat dilihat dalam Tabel 2.9 dibawah ini. Tabel 2.9 Klasifikasi Batuan Permukaan No Kelas Batuan Permukaan (%) 1. Tidak Ada < 0,01 2. Sedikit 0,01 – 3 3. Sedang 3 – 15 4. 5.
Banyak
Sangat Banyak (Sumber: Arsyad, 1989: 231) commit to user
15 - 90 > 90
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Kemiringan Lereng Kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng yang dihitung dalam besaran derajat. Kemiringan lereng dapat diartikan dalam persen (%). Kemiringan 100% berarti mempunyai kemiringan lereng sebesar 900. Kemiringan lereng dilapangan diukur menggunakan abney level Tabel 2.10. Klasifikasi Kemiringan Lereng No. Kelas Kemiringan Lereng (%) 1. Datar 0–8 2.
Landai
8 – 15
3.
Agak Curam
15 – 25
4.
Curam
25 – 45
5.
Sangat Curam
> 45
(Sumber: Asdak, 1995: 512). 3). Singkapan Batuan Singkapan Batuan adalah batuan yang merupakan bagian dari batuan yang ada di dalam tanah yang tersingkaap sehingga kelihatan di permukaan tanah yang diakibatkan proses erosi. Singkapan batuan mempengaruhi kemudahan suatu lahan untuk dapat diolah. Tabel 2.11 Klasifikasi Singkapan Batuan. No Kelas Singkapan Batuan (%) 1. Tidak Ada <2 2. Sedikit 2 – <10 3. Sedang 10 – <50 4. Banyak 50 – 90 5. Sangat Banyak > 90 (Sumber: Arsyad, 1989: 231). g. Bahaya Erosi Erosi dan sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya produktivitas lahan pertanian, dan berkurangnya kapasitas saluran atau sungai akibat pengendapan material hasil erosi. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses terjadinya erosi pada disebabkan oleh
permukaan lahan, umumnya
faktor-faktor iklim (intensitas curah hujan), tanah,
topografi, vegetasi dan faktor pengolah tanah. Curah hujan yang jatuh langsung atau tidak langsung dapat mengikis permukaan tanah yang secara perlahan dengan pertambahan waktu dan akumulasi intensitas hujan akan mendatangkan erosi. (Arsyad,1989). Klasifikasi
besar
erosi
mengacu
pada
petunjuk
pedoman
penyusunan RTL-RLTK, Departemen Kehutanan (1998) pada tabel 2.12 berikut. Tabel 2.12 Klasifikasi Besar Erosi Kelas Besar erosi (ton/ha/tahun) Kriteria I < 15 Sangat Ringan (SR) II 16 – 60 Ringan (R) III 60 – 180 Sedang (S) IV 180 – 480 Berat (B) V >480 Sangat Berat (SB) (Sumber:http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt072022.pdf diakses tanggal 20 Juli 2011) h. Banjir / Genangan Banjir merupakan perisiwa menggenangnya air di permukaan tanah atau meluapnya air dari saluran yang kapasitasnya lebih kecil dari volume air. Banjir dan genangan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman itu sendiri yang dapat merusak tanaman atau dapat mengakibatkan tanaman mati. Pada tanaman kopi dan karet tidak dapat tumbuh baik pada lokasilokasi yang terkena banjir atau genangan karena tanaman kopi maupun karet memiliki perakaran yang dalam dan tidak cocok pada drainase tanah yang buruk akibat adanya genangan. Informasi data banjir/genangan diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar daerah penelitian. Klasifikasi banjir /genangan dapat dilihat dalam Tabel 2.13 berikut ini. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.13. Klasifikasi Banjir/genangan No
Kelas
1.
Tidak Pernah
2.
Kadang-kadang
3.
Sedang
4.
Sering
5.
Selalu
Ciri-ciri Dalam periode 1 tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu >24 jam Banjir menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadi tidak teratur dalam periode kurang dari 1 bulan Selama waktu 1 bulan setahun tanah secara rutin tertutup banjir dalam jangka waktu >24 jam Selama kurun waktu 2-5 bulan dalam setahun tanah secara teratur dilanda banjiryang lamanya >24 jam. Selama waktu 6 bulan atau lebih tanah secara teraur dilanda banjir >24 jam.
(Sumber: Arsyad, 1989: 231).
7. Karakteristik Lahan Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contoh dari karakteristik lahan adalah curah hujan, jumlah bulan kering, tekstur tanah, kedalaman efektif, besarnya kandungan N total dalam tanah dan lain sebagainya. Sitorus (1995: 5) mendefinisikan karakteristik lahan sebagai suatu proses yang meliputi penentuan ciri lahan (Land Properties) yang ada hubungannya dan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha yang besar. Kualitas dan karakteristik sangat berpengaruh terhadap suatu penggunaan lahan tertentu. Parameter kualitas dan karakteristik lahan yang dinilai dalam evaluasi lahan tingkat semi detail dapat dilihat pada Tabel 2.14 berikut ini.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.14. Parameter Kualitas dan Karakteristik Lahan yang Dinilai dalam Evaluasi Lahan Tingkat Semi Detail No.
Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
A. 1. 2.
Persyaratan Tumbuh Tanaman (Ekologi) Regim Radiasi - Panjang/ lama penyinaran Rejim Suhu ( t ) - Suhu rata-rata tahunan - Suhu rata-rata bulanan - Suhu rata-rata maksimum/minimum
3. 4
Kelembapan Udara Ketersediaan Air ( w )
5.
Media Perakaran ( r )
6.
Retensi Hara ( f )
7.
Ketersediaan Hara ( n )
8.
Bahaya Banjir ( b )
9. 10.
Kegaraman Toksisitas
B 11. 12.
Persyaratan Pengelolaan Kemudahan Pengolahan Pengelolaan Mekanisasi ( s )
C 13.
Persyaratan Konservasi Tingkat Bahaya Erosi
-
Kelembapan nisbi Curah Hujan tahunan Curah hujan bulanan Bulan kering (< 60 mm) LGP* Drainase Tekstur Kedalaman Efektif Gambut(kedalaman, kematanagan, kadar abu) KPK pH N total P2O5 tersedia K2O tersedia Periode Frekuensi Daya hantar listrik (DHL) Kejenuhan AL Bahan Sulfidik
Tekstur Kemiringan lereng Batuan permukaan Batuan tersingkap
- Indeks Bahaya Erosi *) LGP: Legth of Growing Period (Lamanya Periode Tumbuh) (Sumber: Djaenudin dkk (1992) dalam Djaenudin dkk, 1994: 6)
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Tanaman Kopi Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan maka susunan botaninya sangat berbeda dengan tanaman musiman, dan dalam tata nama secara taksonomi ini terdapat klasifikasiklasifikasi dari tanaman kopi adalah sebagai berikut: -
Kingdom Divisio Sub-Divisio Kelas Ordo Family Genus Spesies Meskipun
: Plantae : Spermatophita : Angeospermae : Dicotiledónea : Rubiales : Rubiaceae : Coffea : Coffea Sp kopi
merupakan
tanaman
tahunan,
tetapi
umumnya
mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah. a. Lingkungan Tumbuh kopi. Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat Bogor IPB, 1993 tentang syarat tumbuh tanaman, maka persyaratan tumbuh tanaman kopi dapat dijelaskan pada Tabel 2.14 sebagai berikut. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.15. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman kopi No 1.
Kualitas / karakteristik Lahan Temperatur ( t ) Rata-rata tahunan (0C)
S1 22-25
Kelas Kesesuaiaan Lahan S2 S3 N1 > 25-28
>28 – 32
Td
16 - < 19 2.
3.
5.
6.
7. 8.
> 32 < 19
Ketersediaan Air (w) Bulan Kering (<75 mm)
2-3
>3 - 5
>5–6
Td
>6,<1
Curah Hujan/ tahun (mm)
2000-3000
>30003500 1750-< 2000
>3500– 4000 1500 - < 1750
-
< 1500
Sedang
Agak terhambat Agak cepat,
Terhambat,
Media Perakaran ( r ) Drainase Tanah
Tekstur
4.
N2
Baik
< 100
Cepat.
L,SCL, SiL,Si,CL, SiCL >100
SL, SC, SiC, C
LS, Str C
td
75 - 100
50 - <75
-
≥ sedang
Rendah
-
pH tanah (permukaan)
5.5- 6.0
>6.0 – 7.0 5.0 – 5.5
sangat rendah >7.0 – 7.5 4.5 - < 5.0
Hara Tersedia ( n ) N Total
≥ Sedang
Rendah
P2O5
≥Sedang
Rendah
K2O
≥ Sedang
Rendah
Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m ) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan Batuan (%) Tingkat Bahaya Erosi ( e ) Bahaya Banjir( b )
<8 <3 <2 SR F0
8 - 15 3 - 15 2 - 10 R F1
Kedalaman efektif (cm) Retensi Hara ( f ) KTK
(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 15) Keterangan: Td : Tidak Berlaku S : Pasir Str C : Liat Berstruktur Si : Debu Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol) L : Lempung
commit to user
Sangat terhambat Sangat cepat Krikil, pasir <50
>7.5 – 8.5 4.0 – 4.5
>8,5 <4.0
> 25 - 45 Td > 25 - 40 B F3
> 45 > 40 > 40 SB F4
Sangat rendah sangat rendah sangat rendah > 15 - 25 > 15 - 40 > 10 – 25 S F2
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Karet Tanaman karet (Havea brasiliensis) adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. tanaman karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut: -
Divisi
: Spermatophyta
-
Sub divisi
: Angiospermae
-
Kelas
: Dicotyledonae
-
Keluarga
: Euphorbiaceae
-
Genus
: Hevea
-
Spesies
: Hevea brasiliensis.
Hasil sampingan dari tanaman karet adalah kayu karet yang dapat berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun atau peremajaan kebun karet tua yang sudah tidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet yang diperjualbelikan adalah dari peremajaan kebun karet tua yang diganti dengan tanaman karet muda. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai kayu bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga. Getah karet yang disadap dari batang diolah menjadi karet dalam bentuk krep, sit yang diasap dan lateks pekat Tanaman karet adalah tanaman daerah tropik. Daerah pertanaman yang to user utama di Indonesia adalah Pulaucommit Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Curah hujan
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm, optimal antara 2500-4000 mm/tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan berkurang, karena lingkungan yang dengan ketersediaan air yang melimpah akan menurunkan kadar karet kering dalam lateks (Setyamidjaja, 1993: 4). Pemeliharaan tanaman karet dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM). Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) meliputi
pengendalian
gulma,
merangsang
percabangan,
pemupukan,
penyulaman, dan pengukuran lilit batang, sedangkan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) meliputi penyiangan, pemupukan, kerapatan tanaman dan penjarangan a. Lingkungan Tumbuh karet. Berdasarkan pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat Bogor IPB, 1993 tentang syarat tumbuh tanaman, maka persyaratan tumbuh tanaman Karet dapat dijelaskan pada Tabel 2.16. sebagai berikut.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.16. Kriteria Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet. No 1. 2.
3.
Kualitas / karakteristik Lahan Temperatur ( t ) Rata-rata tahunan (0C) Ketersediaan Air (w) Bulan Kering (<75 mm) Curah Hujan/ tahun (mm) Media Perakaran ( r ) Drainase Tanah
Tekstur
4.
5.
6.
7. 8.
Kedalaman efektif (cm) Retensi Hara ( f ) KTK pH tanah (permukaan) Hara Tersedia ( n ) N Total P2O5 K2O C Organik Terrain / Potensi Mekanisasi ( s/m ) Lereng (%) Batuan permukaan (%) Singkapan Batuan (%) Tingkat Bahaya Erosi(e ) Bahaya Banjir ( b )
Kelas Kesesuaiaan Lahan S3 N1
S1
S2
26-30
> 30-34 24 - < 26
1-2 2500-3000
1200 – 1500 2000 - < 2500
td 22-<24
> 34 < 22
>2 - 4 >3500 – 4000 1500 - <2000
Td -
>4,<1 < 4000 >1500 Sangat terhambat Sangat cepat Krikil, pasir
baik
Sedang, agak terhambat
Agak cepat
Terhambat, cepat.
SL,L,SCL, SiL,SiCL
LS,SC,SiC
Str C
td
>100
75 – 100
50 - <75
-
≥ sedang 4.5- 5,5
Rendah >5,5 - 6,5 4,0 – 4,5
sangat rendah 6.5 - 7,5 3,5 - <4,0
7.5 – 8.5
≥ sedang ≥sedang ≥ rendah >8
rendah Rendah sgt rendah <8
sangat rendah sangat rendah sangat rendah
<5 <3 <2 SR F0
8 – 15 3 – 15 2 – 10 R F1
> 15 - 25 > 15 - 40 > 10 – 25 S F2
(Sumber : Djaenudin dkk, 1994 : 15) Keterangan: Td : Tidak Berlaku S : Pasir Str C : Liat Berstruktur Si : Debu Liat Masif : Liat dari tipe 2 : 1 (Vertisol) L : Lempung
commit to user
N2
> 25 - 45 Td > 25 - 40 B F3
<50
>8,5 <3.5
> 45 > 40 > 40 SB F4
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Produktivitas Tanaman Produksi tanaman adalah puncak dari berbagai proses yang terjadi dalam suatu siklus hidup tanaman. Setiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman berpengaruh terhadap produksi. Produktivitas tanaman (yield) ditentukan oleh kemampuan tanaman berfotosintesis dan pengalokasian sebagian besar hasil fotosintesis ke bagian yang bernilai ekonomi. ( Jumin, 1991: 59) Produktivitas merupakan hasil per satuan lahan, tenaga kerja, modal (misal: ternak dan uang), waktu atau input lainnya (misal: uang tunai, energi, air, dan unsur hara). Produktivitas tanaman merupakan hasil dari sebuah tanaman produktif dalam satuan berat per satuan lahan. Pengukuran produktivitas dalam usaha pertanian atau perkebunan menurut hasil total biomasa, hasil komponenkomponen tertentu (misalnya gabah, jerami, dan kandungan protein), hasil ekonomis
atau
keuntungan,
hal-hal
tersebut
dipandang
perlu
untuk
memaksimalkan hasil pertanian atau perkebunan.
11. Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995: 4). DAS secara yuridis formal tertuang dalam Peraturan Pemerintah No: 33 tahun 1970 tentang perencanaan hutan. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut DAS dibatasi sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifanya sedemikian rupa sehingga suatu kesatuan dengan sungai dan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya dihimpun
dan
ditata
berdasarkan
hukum
keseimbangan daerah tersebut.commit to user
alam
sekelilingnya
demi
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Dalam DAS terdapat ekosistem. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan (Asdak, 1995: 10). Komponen yang dimaksud adalah komponen biotik dan abiotik. Setiap komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, sehingga aktifitas suatu komponen ekosistem akan selalu memberikan pengaruh pada komponen ekosistem lainnya. Manusia merupakan salah satu ekosistem biotik yang penting dan dinamis. Dalam menjalankan aktifitasnya sering mangakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan untuk kemudian mempengaruhi ekosistem secara berurutan.
12. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasiinformasi geografis (Aronoff, 1989 dalam Prahasta, 2002: 55). Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untukmemasukkandata(capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. (Prahasta, 2002: 54). SIG dibutuhkan untuk menangani data spasial yang sangat sulit, terutama dikarenakan peta dan data statistik cepat mengalami kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyedia data. Hal ini berakibat informasi yang diberikan menjadi tidak akurat. Berikut keistimewaan analisa melalui Sistem Informasi Geografis: a. Analisa Proximity Analisa proximity merupakan analisa geografis yang berbasis jarak antar layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering (membangun lapisan pendukung sekitar layer dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada). commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Analisa Overlay Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual. Layer yang dibutuhkan dapat hanya terdiri dari dua peta atau lebih, hal ini tergantung pada tujuan penggunaan peta. Perbandingan kemampuan analisis menggunakan SIG dengan pengerjaan secara manual dapat dilihat pada Tabel 2.17 sebagai berikut. Tabel 2.17. Perbandingan Kemampuan Analisis Menggunakan SIG dengan Pengerjaan Secara Manual Peta SIG Pekerjaan Manual Penyimpanan Database Digital Baku Skala dan standar berbeda dan terpadu Pemanggilan Sistematik Mahal dan memakan waktu kembali Analisa Overlay Sangat cepat Memakan waktu dan tenaga Analisa Spasial Mudah Rumit Penayangan
Murah dan cepat
Mahal
(Sumber: Prahasta, 2002: 58) Software yang digunakan Sistem Informasi Geografis adalah Raster 2 Vector (R2V), Arc Info dan Arc View Seri 3.3. Ketiga aplikasi Software tersebut bekerja secara urut dan sistematis dalam pengolahan data spasial. Sistem
Informasi
Geografis
berperan
sebagai
alat
untuk
menganalisis data yang telah dikumpulkan yang akan dihasilkan (Output) yang berupa peta–peta tematik sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah fungsi klasifikasi penumpangsusunan (overlay). Pada tahap awal analisis overlay untuk memproduksi peta tematik berupa peta satuan lahan yang dijadikan sebagai peta tentatif.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Probowati Sulistyani, dkk (2006) Dalam penelitian yang berjudul “ Kesesuaian Lahan Tanaman Kakao di Lahan Perkebunan Karet” Metode yang digunakan metode survey detail dan teknik analisis data mengunakan teknik matching. Hasil penelitian diantaranya : a. Kesesuaian lahan aktual di lokasi penelitian adalah S3f (76,50 Ha), yaitu kesesuaian lahan kurang sesuai dengan faktor pembatas retensi unsur hara (f) dan S3f,n (177,48 Ha),yaitu kurang sesuai dengan factor pembatas retensi unsur hara (f) dan faktor ketersediaan unsure hara (n). b. Kesesuaian lahan potensial di lokasi penelitian adalah S2w (143,64Ha) yaitu kesesuaian lahan kurang sesuai dengan faktor pembatas curah hujan (w) dan S2w,r (110,34Ha) yaitu kelas kesesuaian lahan dengan 2 faktor pembatas yaitu curah hujan (w) dan media perakaran (r) yaitu tekstur tanah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Endah Purwani (2007) Dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon dan Kacang Tanah Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan teknik analisis data dengan menggunakan teknik matching. Hasil penelitian adalah: a. Kualitas dan karakteristik lahan di daerah penelitian sebagai berikut : Temperature berkisar 25,690C-7,080C, selama satu tahun terdapat rata-rata 5 bulan kering, rata-rata curah hujan 2006,275 mm, keadaaan drainase terhambat hingga cepat,tekstur tanah relative homogen
yaitu
bertekstur halus, kedalaman efektif antara 10-200cm, KTK sebesar 16-34.2 commit to 0.1 user– 0.59%, P2O5 10,15 – 26.53 ppm, me%, pH antara 5.5-7.0, Ntotal antara
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
K2O antara 0.12 – 0.90 me/100 gram, tingkat bahaya erosi mulai sangat ringat ringan hingga sangat berat dan bahaya banjir yang terjadi sedang hingga tanpa banjir. b. Kesesuaian aktual untuk tanaman sengon dan kacang tanah, sebagai berikut: 1) Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman sengon. Kelas – kelas tersebut : a) S3 (3,22%) dengan subkelas kesesuaian S3r (2,75 %), S3r,e (0,05%) dan S3r,s/m (0,42%). b) N1 (10,30%) dengan sub kelas kesesuaian N1 (9,74%), N1r,s/m (0,23%) dan N1 s/m (0,34%). c) N2 (62,97%) dengan sub kelas kesesuaian lahan N2r(10,09%, N2t (3,49%), N2r,s/m,e (0,1%), N2t,r (0,36%), N2r,s/m (1,65%), N2r,e (1,03%), N2e (0,69%), N2t,s/m,e (2,22%), N2t,w (2,45%), N2s/m (1,23%), N2t,w,r (0,95%), N2t,r,e (0.21%), N2t,r,e (0,21%), N2t,s/m (0,67%), N2w (23,91%) dan N2 s/m,e (0,14%). 2) Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan atual untuk tanaman kacang tanah. Kelas – kelas tersebut antara lain : a) S3(49,69%), dengan subkelas kesesuaian S3r(10,18%), S3r,n (36,22%), S3r,n,s/m(1,78%), S3r,s/m 0,18%), S3r,s/m,e(0,05%), S3t,n(0,95%), S3t,r (0,19%) dan S3t,r,s/m,e (,14%). b) N1 (4,50%) dengan sub kelas kesesuaian N1s/m (4,50%). c) N2 (22,30%) dengan sub kelas kesesuaian N2r (3,28%), N2r,n,s/m (2,70%), N2r,s/m (5,99%), N2s/m,e (2,21%), N2t(1,58%), N2t,r,s/m (2,08%) dan N2t,s/m,e (2,54%). c. Kesesuaian lahan potensial dengan tingkat pengelolaan sedang untuk tanaman sengon dan kacang tanah, sebagai berikut : 1) Kesesuaiaan lahan potensial pada tingkat pengelolaan sedang untuk tanaman sengon dan kacang tanah dapat dilakukan oleh para petani user menengah dengan biayacommit sedangtodan teknik pertanian sedang pula.
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
2) Usaha perbaikan yang dapat dilakukan meliputi : a) Sengon Usaha perbaikan pada faktor pembatas ketersediaan air dengan perbaikan pada sistem irigasi dan pada faktor pembatas tingkat bahaya erosi dengan pembuatan teras, penanaman sengon sejajar kontur dan penanaman tanaman penutup tanah. b) Kacang Tanah Usaha perbaikan pada faktor pembatas media perakaran dengan pembuatan saluran drainase, faktor pembatas ketersediaan hara dengan usaha perbaikan melalui pemberian pupuk yang disesuaikan untuk tanaman dan pada faktor pembatas tingkat bahaya erosi usaha perbaikan yang dapat dilakukan melalui pengurangan terhadap laju erosi dengan pembuatan teras serta penanaman sejajar kontur.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin Dwi Sulistyo. (2010). Dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi kesesuaian lahan dan produktivitas lahan untuk tanaman jagung di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo Tahun 2009 ”. Tujuan dari penelitian adalah Mengetahui tingkat subkelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di DAS Grindulu hulu. Mengetahui produktivitas tanaman jagung pada lahan jagung di setiap subkelas kesesuaian lahan yang ada di DAS Grindulu hulu Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif spasial dengan teknik pengambilan sampel secara area sampling dan metode analisis data menggunakan matching. Hasil penelitian : a. Terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan yaitu subkelas kesesuaian lahan S3 commit user ha (3.37%), subkelas kesesuaian s/m (sesuai marginal) dengan luasto282.81
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lahan S1 r,s/m (cukup sesuai) dengan luas 164.27 Ha (1.96%), subkelas kesesuaiaan lahan N1s/m (tidak sesuai saat ini) dengan luas 6.72 Ha (0,08%) subkelas kesesuaian lahan N2r (tidak sesuai permanen) dengan luas 667,8 Ha (7.96%), Subkelas kesesuaian lahan N2r,s/m (tidak sesuai permanen) dengan luas 690.56 Ha (8,23%) dari luas seluruh daerah penelitian b. Produktivitas tanaman jagung tertinggi terdapat pada subkelas S3 s/m yaitu sebesar 9.36 ton/ha sekali panen dengan rata-rata produksi jagung sekali panen 2.34 ton sekali panen. Produktivitas
tanaman jagung
terendah terdapat pada subkelas N2r,s/m yaitu sebesar 2.46 ton/ha sekali panen dengan rata-rata produksi jagung sekali panen sebesar 1.96 ton.
commit to user
Peneliti
Dwi Probowati Sulistyani, dkk (2006) Kesesuaian Lahan Tanaman Kakao di Lahan Perkebunan Karet
Judul
Tujuan
(Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan tahun 2006) Untuk memperoleh data dan informasi dan kimia tanah aktual di lahan perkebunan karet serta melakukan penilaian kesesuaian lahan untuk tanaman kakao.
Metode penelitian
Metode yang digunakan metode survey detail dan teknik analisis data menggunakan teknik matching.
Diana Endah Purwani Tahun (2007) Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon dan Kacang Tanah Daerah Aliaran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah (Skripsi FKIP UNS, Surakarta tahun 2007)
Abidin Dwi Sulistyo (2010)
Eri Setiawan (2011)
Evaluasi Kesesesuaian Lahan dan Produktivitas Lahan untuk Tanaman Jagung di DAS Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan dan Ponorogo Tahun 2009
Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi dan Karet Daerah Aliran Sungai Jambangan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011
Untuk mengetahui kualitas dan karakteristik lahan DAS Samin Menentukan tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman sengon dan kacang tanah di DAS Samin Menetukan tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman sengon dan kacang tanah di DAS Samin.
Mengetahui tingkat subkelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung di DAS Grindulu hulu . Mengetahui produktivitas tanaman jagung pada lahan jagung di setiap subkelas kesesuaian lahan yang ada di DAS Grindulu hulu
Mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan. Mengetahui produktivitas kopi dan karet di Daerah Aliran Sungai Jambangan
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan teknik analisis data dengan menggunakan teknik matching
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif spasial dengan tknik pengambilan sampel secara area sampling dan metode analisis data menggunakan matching.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling dan teknik analisis data dengan menggunakan teknik matching
(Skripsi FKIP UNS, Surakarta (Skripsi FKIP UNS, Surakarta tahun tahun 2010) 2012)
40
41
Hasil penelitian
Kesesuaian lahan aktual di lokasi penelitian adalah S3f(76,50 Ha), yaitu kesesuaian lahan kurang sesuai dengan faktor pembatas retensi unsur hara (f) dan S3f,n (177,48 Ha),yaitu kurang sesuai dengan factor pembatas retensi unsur hara (f) dan faktor ketersediaan unsure hara (n). Kesesuaian lahan potensial di lokasi penelitian adalah S2w (143,64Ha) yaitu kesesuaian lahan kurang sesuai dengan faktor pembatas curah hujan (w) dan S2w,r (110,34Ha) yaitu kelas kesesuaian lahan dengan 2 faktor pembatas yaitu curah hujan (w) dan media perakaran (r) yaitu tekstur tanah
Kualitas dan karakteristik lahan di daerah penelitian sebagai berikut : Temperature berkisar 25.69 0C7.080C, selama satu tahun terdapat rata-rata 5 bulan kering, rata-rata curah hujan 2006.275 mm, keadaaan drainase terhambat hingga cepat,tekstur tanah relative homogen yaitu bertekstur halus, kedalaman efektif antara 10200cm, KTK sebesar 16-34.2 me%, pH antara 5.5-7.0, Ntotal antara 0.1 – 0.59%, P2O5 10,15 – 26.53 ppm, K2O antara 0.12 – 0.90 me/100 gram, tingkat bahaya erosi mulai sangat ringat ringan hingga sangat berat dan bahaya banjir yang terjadi sedang hingga tanpa banjir. Kesesuaiaan aktual untuk tanaman sengon dan kacang tanah, sebagai berikut : Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan actual untuk tanaman sengon. Kelas –kelas tersebut : S3 (3,22%) N1 (10,30%) dan N2 (62,97%) Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan actual untuk tanaman kacang tanah. Kelas – kelas tersebut antara lain : S3 (49,69%), N1 (4,50%) dan N2 (22,30%)
Terdapat 5 subkelas kesesuaian lahan yaitu subkelas kesesuaian lahan S3 s/m (sesuai marginal) dengan luas 282.81 ha (3.37%), subkelas kesesuaian lahan S1 r,s/m (cukup sesuai) dengan luas 164.27 Ha (1.96%), subkelas kesesuaiaan lahan N1s/m (tidak sesuai saat ini) dengan luas 6.72 Ha (0.08%) subkelas kesesuaian lahan N2 r (tidak sesuai permanen) dengan luas 667.8 Ha (7.96%), Subkelas kesesuaian lahan N2r,s/m (tidak sesuai permanen) dengan luas 690.56 Ha (8.23%) dari luas seluruh daerah penelitian Produktivitas tanaman jagung tertinggi terdapat pada subkelas S3 s/m yaitu sebesar 9.36 ton/ha sekali panen dengan rata-rata produksi jagung sekali panen 2.34 ton sekali panen. Sedangkan produktivitas tanaman jagung terendah terdapat pada subkelas N2 r,s/m yaitu sebesar 2.46 ton/ha sekali panen dengan rata-rata produksi jagung sekali panen sebesar 1.96 ton.
Terdapat 9 subkelas aktual untuk tanaman kopi antara lain : S2w,r,f,n,s/m,e (0,51%), S3 n (7,59%), S3 r,n (5,24%), N1r (12,84%),N1 r,s/m (14,99%),N1r,e(1,63%),N2r(9,59%),N 2s/m(12,45%),N2s/m,e(0,9%). Terdapat 12 subkelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet antara lain : S3w,n (12,47%), S3w,r,n (8,61%),S3t,w,n (0,84%),N1r (7,70%), N1r,e(1,63%),N1r,s/m(20,77%),N2s/m (0,66%),N2w(19,79%),N2s/m,e(0,90), N2w,r(2,51%),N2w,s/m(10,46%), N2w,r,s/m (4,90%). Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi 1)Tingkat Pengelolaan Sedang : terdapat 8 subkelas kesesuaian lahan antaralain:S2r,s/m;S2w,r,f,n;S2w,r,f,n, s/m;S3r,n;S3r,s/m;S3r,n,s/m; S3r,s/m,e dan N1s/m 2)TingkatPengelolaan Tinggi : terdapat 9 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2s/m; S2w,r,f,n; S2w,r,f,n,s/m; S3s/m; S3r,n; S3n,s/m; S3r,s/m; N1s/m dan N1r,s/m. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet Tingkat Pengelolaan Sedang: terdapat 7 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2t,w,n; S3r; S3t; S3w,r,n; S3t,w,r,n,s/m,e; N1s/m dan N1r,s/m. 2)Tingkat Pengelolaan Tinggi : terdapat 6 subkelas kesesuaian lahan
41
42
antara lain : S2 t, n; S2w,r,n,s/m; S3t; S3w,r,n; S3t,w,n,s/m dan N1s/m. 3.Produktivitas Tanaman Kopi dan Karet : a.Produktivitas Tanaman Kopi: Produktivitas tanaman kopi tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N1r,s/m dengan produktivitas sebesar 896Kg/Ha/tahun. Produktivitas tanaman kopi terendah terdapat subkelas N2s/m dengan produktivitas sebesar 47 kg/Ha/tahun. b.Produktivitas Tanaman Karet : Produktivitas tanaman karet tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan S3w,n dengan produktivitas sebesar 2137 kg/ha/tahun.Produktivitas tanaman karet terendah terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N2w,s/m dengan produktivitas sebesar 1618 kg/ha/tahun
42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran Tanaman Kopi merupakan tanaman tahunan yang ditanam di DAS Jambangan terutama pada bagian hulu DAS. Tanaman kopi yang ditanam pada lokasi penelitian karena kurang memberikan hasil yang maksimal kemudian diganti dengan tanaman karet. Karena adanya pergantian tanaman tersebut peneliti mengkaji evaluasi kesesuaian lahan antara tanaman kopi dan tanaman karet. Dengan melakukan evaluasi kesesuaiaan lahan tersebut akan memberikan informasi kualitas fisik lahan secara keruangan dalam bentuk peta kesesuaian lahan untuk dapat membandingkan tingkat kesesuaian lahan antara tanaman kopi dan karet. Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan dua tahapan yaitu: Tahap pertama dengan melakukan analisis kondisi lahan secara kualitatif. Klasifikasi secara kualitatif lahan diperoleh dari tingkat kesesuaian lahan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumberdaya pada lahan tersebut. Dalam kegiatan evaluasi lahan selalu memperhatikan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas dan karakteristik lahan digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan dengan dikaitkan dengan syarat tumbuh tanaman kopi dan karet sehingga dapat diketahui lahan tersebut sesuai atau tidak sesuai sebagai media tanaman kopi dan karet. Dalam penelitian ini satuan lahan merupakan satuan analisis yang digunakan untuk mengetahui kualitas dan kesesuian lahan. Tahap kedua adalah analisis kondisi lahan secara kuantitatif. Klasifikasi kuantitatif lahan diperoleh dari tingkat produktivitas lahan yang difokuskan pada produktivitas tanaman kopi dan karet dengan indikator hasil komoditas tanaman karet dalam satuan kg per hektar per tahun. Dari kedua tahapan tersebut dapat diperoleh informasi tentang kesesuaian baik secara kualitatif dan kuantitatif. Aspek sosial-ekonomi mempunyai peranan penting untuk mengetahui lahan tersebut sesuai untuk dikembangkan Analisa commitsebagai to user masukan dari hasil kajian secara sosial-ekonomi ini nantinya digunakan
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fisik manakah tanaman kopi atau karet yang layak dikembangkan di Daerah Aliran Sungai Jambangan. Hasil akhir dari penelitian ini berupa peta kesesuaian lahan khusus untuk tanaman kopi dan karet di DAS Jambangan. Klasifikasi lahan kualitatif pada penelitian ini menggunakan data pendukung evaluasi kesesuaian lahan yaitu data produktivitas tanaman kopi maupun karet dibandingkan keduanya untuk menyatarakan produktivitas ini digunakan penyataraan rupiah dengan mengkalikan jumlah produktivitas tanaman dengan harga jual dari kedua tanaman.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara sistematis kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. Tanaman Tanaman Kopi kopi
Tanaman Karet
Konversi Tanaman
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Klasifikasi Lahan Secara Kualitatif Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Kopi
Evaluasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Karet
Analisis Sosial Ekonomi Produktivitas Tanaman Kopi
Produktivitas Tanaman Karet
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Jambangan secara astronomis berdasarkan pada Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25.000 Tahun 2001, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) berada diantara 7 0 31’ 08.4” LS – 70 36’ 03.3” LS dan 1100 59’ 56.4” BT – 1110 05’ 13.2” BT. Letak DAS Jambangan dengan sistem koordinat UTM berada pada 9168876 mU – 9159821mU dan 499890 mT – 509596 mT. Secara Administratif DAS Jambangan berada di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah meliputi tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. 2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, tahap penulisan hasil penelitian dan tahap penyajian hasil penelitian. Perincian tahap-tahap dalam penelitian adalah sebagai berikut : a. Tahap persiapan dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan proposal disetujui yaitu dari bulan Agustus 2011. b. Tahap penyusunan instrumen penelitian dilakukan bulan September 2011. c. Tahap pelaksanaan penelitian lapangan dimulai dari bulan Nopember 2011. d. Tahap analisis data dan penulisan hasil penelitian dimulai dari Bulan Januari - Nopember 2012. e. Tahapan penyajian hasil penelitian dilakukan bulan Desember 2012. Tahapan perincian waktucommit penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.berikut: to user 46
47
Tabel 3.1. Waktu Penelitian Waktu Penelitian No
Kegiatan
Tahun 2011 Jun
1.
Jul
Ags
Sep
Okt
Tahun 2012 Nop
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Penyusunan Proposal
2.
Penyusunan Instrumen Penelitian
3.
Pengumpulan Data
4.
Analisis Data
5.
Penulisan Laporan Penelitian
6.
Pelaporan Hasil Penelitian
47
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif yakni penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis (Tika, 1997: 6). Berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaan penelitian ini termasuk dalam metode survai. Survei adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan (Tika, 1997: 9). C. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Dalam setiap penelitian populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang akan dikaji. Sejalan dengan dasar pemikiran tersebut, maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah semua satuan lahan, Satuan lahan DAS Jambangan dibuat dengan menumpangsusunkan (overlay) peta penggunaan lahan, peta lereng, peta jenis batuan dan peta tanah. Hasil dari overlay diperoleh sebanyak 22 satuan lahan. Populasi untuk responden wawancara dalam penelitian ini adalah semua sinder afdeling (kepala kebun) PT.Perkebunan Nusantara IX Batujamus yang masuk wilayah DAS Jambangan sebanyak 3 Sinder meliputi Afdeling Jamus, Afdeling Karanggadungan, Afdeling Mojogedang. D. Sampel Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 1997: 33) Sampel dalam penelitian diambil dengan purposive sampling. Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
1. Sampel Satuan lahan Pengambilan sampel tanah pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih secara cermat dengan mengambil orang atau objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri spesifik (Tika, 1997: 53). Sampel yang dipilih mempunyai ciri-ciri yang dianggap cukup mewakili. Teknik pengambilan sampel tersebut dipilih selain sudah dapat mewakili populasi yang ada, karena adanya keterbatasan tenaga, waktu, biaya, dan pengetahuan yang dimiliki. Sampel yang diambil sebanyak 22 buah yang tersebar di seluruh daerah penelitian. Sampel tanah yang sudah diambil tidak semuanya dilakukan pengukuran dan pengamatan di Laboratorium. Setelah dilakukan penyortian tanah sampel yang tanah yang diteliti di laboratorium sebanyak 9 buah sampel tanah yang merupakan wakil dari kelompok penyortiran. Analisis hasil laboratorium masing-masing satuan lahan disesuaikan dari kelompok penyortiran tanah. Dari 22 satuan lahan tersebut terdapat 6 satuan lahan yang tidak dianalisis lebih lanjut yaitu satuan lahan dengan penggunaan lahan permukiman karena tidak memungkinkan untuk dilakukan konversi lahan menjadi lahan tanaman kopi maupun karet sehingga keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah 16 Satuan Lahan. Informasi titik sampel satuan lahan daerah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. 2. Responden Jumlah responden yang diwawancarai perlu dibatasi mengingat keterbatasan waktu dan biaya. Data produktivitas tanaman karet diperoleh dengan menggunakan sampel populasi sebanyak 3 orang sinder yang wilayah kerjanya masuk dalam wilayah DAS Jambangan yaitu Afdeling Jamus, Mojogedang dan Afdeling Karanggadungan. Data produktivitas tanaman kopi responden yang diwawancarai hanya sinder kantor Afdeling Karanggadungan karena tanaman kopi yang ditanam di DAS jambangan ditanam pada wilayah kerja Afdeling Karanggadungan. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti, atau ada hubunganya dengan yang diteliti (Tika, 1997: 67). Data yang diperoleh dari pengamatan, pengukuran dan pengujian di lapangan serta analisis di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3.2 Berikut ini. Tabel 3.2. Teknik Pengambilan Data No.
Teknik Pengambilan Data
Data
1.
Observasi Langsung
2.
Wawancara
3.
Analisis Laboratorium
1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Drainase tanah Batuan permukaan Kedalaman efektif Besar erosi Bahaya banjir Produksi kopi dan karet Tekstur pH tanah C Organik K2 O KTK Tanah N Total P2O5
2. Data Sekunder 1) Data tanah yaitu macam tanah dan persebarannya diperoleh dari peta tanah Kabupaten Karanganyar Skala 1:50.000 yang dikeluarkan oleh Kantor BAPPEDA Kabupaten Karanganyar tahun 2006 2) Data jenis batuan diperoleh dari peta geologi lembar Ponorogo skala 1:100.000. 3) Data kemiringan lereng diperoleh dari analisis Peta Rupa Bumi Indonesia 1408-622 lembar Karangpandan skala 1: 25.000 tahun 2001. 4) Data penggunaan lahan dan persebarannya diperoleh dari citra ikonos tahun 2009. 5) Data curah hujan diperoleh dari Stasiun Meteorologi di Kabupaten Karanganyar tahun 2001–2010. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Data Monografi Penduduk didapat dari : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010 yang meliputi : Kecamatan Kerjo, Kecamatan Mojogedang dan Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. 7) Data Tingkat Besar Erosi DAS Jambangan tahun 2011 8) Produksi
tanaman
kopi
diperoleh
dari
Kantor
Afdeling
Karanggadungan PTPN IX Batu Jamus Kabupaten Karanganyar 9) Produksi
tanaman
karet
diperoleh
dari
Kantor
Afdeling
Karanggadungan, Afdeling Jamus dan Afdeling Mojogedang PTPN IX Batu Jamus Kabupaten Karanganyar F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Langsung Observasi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti (Tika, 1997: 68). Alat bantu yang digunakan yaitu lembar check list
untuk
mencatat hasil pengamatan dan kamera untuk mendokumentasi proses pengamatan
seperti
pengambilan
sampel
tanah
dan
pendokumentasian
lingkungan sekitar titik pengamatan. 2. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Tika, 1997: 75). Dalam pelaksanaan penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menyusun daftar pertanyaan sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi tentang produktivitas kopi dan karet (dalam satuan kg/Ha/Tahun), serta data bahaya banjir. Pengumpulan informasi tentang produktivitas kopi dan karet tidak memperhatikan biaya produksi, pemupukan, pemilihan bibit dan varietas tertentu. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun pedoman wawancara terstruktur pada penelitian ini terlampir dapat dilihat pada lampiran 5. 3. Analisis Laboratorium Analisis laboratorium diperlukan untuk mengetahui sifat kimia dari sampel tanah yang telah diambil dari lapangan. Sifat kimia yang perlu diukur dan diketahui dalam evaluasi kesesuaian lahan antara lain KTK, N Total, P 2O5, dan K2O. Pengukuran Tekstur dan pH tanah juga dilakukan di laboratorium agar hasilnya lebih akurat. 4. Analisis Dokumen Analisis dokumen adalah teknik pengumpulan data dari sumber-sumber resmi yang ada seperti dari peta serta catatan-catatan resmi. Analisis dokumen dilakukan untuk memperoleh data mengenai, jenis tanah, jenis batuan, penggunaan lahan, monografi penduduk, produktivitas kopi dan karet, curah hujan, ketinggian tempat, serta data mengenai jumlah bulan kering dan bulan basah daerah penelitian. G. Validitas Data Untuk mendapatkan data yang valid dalam pengumpulan data diperlukan validitas data. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 1990: 178). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu : a. Triangulasi data Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda. b. Triangulasi Pengamat Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan commit to user data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing penelitian bertindak Sebagai
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada BAB II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. d. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan. H. Teknik Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh diorganisasikan dan dikategorikan untuk mengetahui tingkat subkelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kopi, mengetahui tingkat subkelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman karet dan mengetahui produktivitas kopi dan karet di DAS Jambangan. Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kesesuaiaan Lahan Aktual dan Potensial Tanaman Kopi a. Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Kopi Untuk mengetahui subkelas kesesuaian aktual untuk tanaman kopi digunakan cara manual yakni dengan mencocokkan (matching). Teknik analisis matching dilakukan secara manual yaitu dengan mencocokkan antara kualitas dan karakteristik lahan dari masing-masing satuan lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi pada Tabel 2.15. Data kualitas dan to user diperoleh dari berbagai hasil karakteristik lahan DAS commit Jambangan
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengumpulan data pada setiap satuan lahan. Adapun satuan lahan diperoleh dari hasil tumpangsusun (overlay) peta pengguanaan lahan, peta kemiringan lereng,peta tanah dan peta geologi. Teknik overlay dilakukan dengan menggunakan system informasi geografi (SIG). dari proses mencocokkan tersebut dapat diketahui kelas kesesuaian lahan daerah penelitian. Berdasarkan pada hasil pencocokan, dapat diketahui faktor pembatas terberat sebagai penentu, maka dihasilkan subkelas kesesuaiaan lahan untuk tanaman kopi pada setiap satuan lahan di daerah penelitian. Berikut contoh penyusunan dan cara pembacaan struktur klasifikasi kesesuaiaan lahan menurut kerangka FAO (1976). N2r Subkelas Tidak sesuai permanen Faktor pembatas media perakaran (N2r)
Kelas
Tidak sesuai permanen (N2)
Ordo
Tidak sesuai (N)
Dengan melihat faktor pembatas yang terberat sebagai penentu, maka akan diperoleh subkelas kesesuaian lahan actual untuk tanaman kopi pada setiap satuan lahan di daerah penelitian dan dihasilkan peta kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi. b. Kesesuaian Lahan Potensial Untuk Tanaman Kopi Pemberian perlakuan pada faktor pembatas disetiap satuan lahan pada tingkat kesesuiaan lahan aktual yang disesuaiakan dengan tingkat pengelolaannya akan diperoleh subkelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kopi. Adapun tingkatan dalam usaha perbaikan commit topengelolaan user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kualitas lahan aktual menjadi potensial antara lain tingkat pengelolaan rendah,sedang dan tinggi. Dalam penelitian ini kesesuaiaan lahan potensial hanya dikaji pada tingkat sedang dan tinggi. 2. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial untuk Tanaman Karet a. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet Untuk menegetahui subkelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet digunakan dengan cara manual yakni dengan mencocokkan (matching) Teknik analisis matching dilakukan secara manual yaitu dengan mencocokkan antara kualitas dan karakteristik lahan dari masing-masing satuan lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman karet pada Tabel 2.16. Hasilnya disajikan dalam Peta Kesesuaian Lahan Aktual Untuk Tanaman Karet b. Kesesuaian Lahan potensial untuk Tanaman Karet Pemberian perlakuan pada faktor pembatas disetiap satuan lahan pada tingkat kesesuiaan lahan aktual yang disesuaikan dengan tingkat pengelolaannya akan diperoleh subkelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman karet. Adapun tingkatan pengelolaan dalam usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi potensial antara lain tingkat pengelolaan sedang dan tinggi. Dalam penelitian ini kesesuaiaan lahan potensial hanya dikaji pada tingkat sedang dan tinggi. Asumsi tingkat perbaikan lahan aktual menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 untuk jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3.3.Asumsi Tingkat Perbaikan Kualitas Lahan Aktual untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya. No 1. 2. 3.
4.
5.
6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kualitas dan Karakteristik Lahan Rezim suhu (t) Ketersediaan air (w) - Bulan kering - Curah hujan Media perakaran (r) - Drainase - Tekstur - Kedalaman efektif - Gambut : kematangan - Gambut : ketebalan Retensi hara (f) - KTK - pH - C Organik Ketersediaan hara - N total - P2O5 tersedia - K2O dapat ditukar Bahaya banjir - Periode - Frekuensi Kegaraman Toksisitas Kejenuhan aluminium Lapisan pirit Kemudahan pengolahan Terrain/potensi mekanisasi Bahaya erosi
Rendah -
Tingkat Penegelolaan Sedang Tinggi -
-
+ +
++ ++
-
+ -
++ + + +
-
+ + +
++ ++ ++
+ + +
++ ++ ++
+++ +++ +++
-
+ + +
++ ++ ++
-
+ + + +
++ ++ ++ + ++
( Sumber: Djaenudin dkk,1994 : 10) Keterangan : - Tidak dapat dilakukan perbaikan + Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2) ++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1) +++ Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (N1 menjadi S1)
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Table 3.4. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik/Kualitas Lahan Aktual (saat ini) untuk Menjadi Potensial menurut Tingkat Pengelolaannya No 1.
2. 3.
Kualitas/karakteristik lahan Rejim suhu - Suhu rerata tahunan - Suhu rerata bulan terdingin - Suhu rerata bulan terpanas Ketersediaan air (w) - Bulan kering - Curah hujan Media perakaran - Drainase
Jenis usaha perbaikan
Tingkat pengelolaan
- Tidak dapat dilakukan perbaikan - Tidak dapat dilakukan perbaikan - Tidak dapat dilakukan perbaikan
-
- Sistem irigasi/pengairan - Sistem irigasi/pengairan
Sedang, tinggi Sedang, tinggi
- Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase - Tidak dapat dilakukan perbaikan - Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan tanah - Pengaturan sistem drainase untuk mempercepat - proses pematangan gambut. - Dengan teknik pemadatan gambut serta teknik - penanaman serta pemilihan varietas
Sedang, tinggi
Retensi hara - KTK - pH Ketersediaan hara
- Pengapuran atau penambahan bahan organik - pengapuran - Pengapuran
Sedang, tinggi
- N total
- Pemupukan
- P205 tersedia - K2O dapat ditukar Bahaya banjir - Periode frekuensi
- Pemupukan - Pemupukan
- Tekstur - Kedalaman efektif - Gambut - (kematangan) - Gambut (ketebalan) 4. 5.
6.
7. 8. 9.
Kegaraman Toksisitas - Kejenuhan aluminium Kemudahan pengolahan
10. 11
Terrain/potensi mekanisasi Bahaya erosi
Tinggi Tinggi -
Rendah, sedang, tinggi
- Pembuatan tanggul penahan banjir serta - pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air. - Reklamasi
Tinggi
- Pengapuran - Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah. - Tidak dapat dilakukan perbaikan - Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah.
Sedang, tinggi Sedang, tinggi
( Sumber: Djaenudin dkk,1994 : 10)
commit to user
Sedang, tinggi
Sedang, tinggi
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Produktivitas Tanaman Kopi dan Karet Penghitungan produktivitas tanaman kopi dan karet merupakan tahap kedua dari evaluasi lahan pada penelitian ini, yaitu evaluasi lahan secara kuantitatif. Produktivitas tanaman kopi dan karet dapat dihitung menggunakan rumus berikut : Produksi (kg) selama 1 tahun Produktivitas = Luas lahan (Ha)
(Sumber: Daniel, 2002: 121) Produktivitas diperoleh dari pembagian produksi tanaman baik kopi maupun karet dengan luas lahan Tanaman Menghasilkan (TM) selama satu tahun. Satuan produktivitas yang diperoleh yaitu Kg/Ha/Tahun Dalam penyetaraan produktivitas kopi dan karet dilakukan konversi kedalam Rupiah (Rp) sehingga dikalikan masing-masing harga jual dari kopi maupun karet sehingga satuan produktivitasnya Rp/Ha/Tahun. Setelah dilakukan pengklasifikasian kelas produktivitas tanaman dengan klasifikasi kelas produktivitas lahan pada Tabel 3.5 berikut: No
Kelas Produktivitas
Satuan (kg/Ha) Gabah Kering Panen
1.
Rendah
< 3.600
2.
Sedang
3.600 – 4.500
3
Tinggi
>4.500
Sumber : Soekartawi (2003) Satuan kelas klasifikasi menggunakan satuan GKP (Gabah Kering Panen). untuk menyetarakan kedalam satuan GKP maka harus dikonversikan dengan membagi hasil produktivitas dengan harga gabah kering panen yang baku yaitu dengan menggunakan harga pembelian pemerintah daerah setempat.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Prosedur Penelitian Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan bagi mahasiswa sebagai bagian
persyaratan
pendidikan akademik,
bertujuan melatih mahasiswa
menerapkan pengetahuannya melalui pemecahan masalah yang berkenaan dengan dengan pendidikan bidang studi terutama pendidikan geografi. Dengan berdasar pernyataan di atas, maka penelitian harus melalui prosedur yang sesuai, benar dan sitematik. Prosedur penelitian harus melewati beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, dilakukan pencarian referensi untuk menguatkan penelitian. Kajian teoritik menggunakan kepustakaan/literatur yang relevan dengan masalah dan observasi awal daerah penelitian, agar seluruh prosedur penelitian yang nantinya akan dijalankan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tepat waktu. Pengajuan judul penelitian yang disertai dengan alasan – alasan dimaksudkan agar penelitian dapat ilmiah dan sesuai kaidah bidang ilmu geografi. 2. Tahap Penyusunan Proposal Penyusunan proposal dilakukan setelah ada penetapan pembimbingan. Proposal ini dibuat menurut kaidah penulisan karya ilmiah. 3. Tahap Penyiapan dan Penyusunan Instrumen Tahap ini adalahan kegiatan persiapan dan penyusunan instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian dalam penelitian ini diantaranya peta satuan lahan dan alat pendukung seperti kompas, Global Positioning System (GPS), abney level, ring sampel tanah, kantong plastik, karet gelang, palu geologi, meteran, skop, dan alat tulis serta instrumen lainnya seperti data monografi, dan peta rupa bumi daerah penelitian. Dokumentasi
seperti
foto-foto
daerah
penelitian
digunakan
untuk
menampilkan perbedaan–perbedaan kenampakan dari setiap pengunaan lahan. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data adalah tahap pengambilan sampel di lapangan yang selanjutnya untuk dilakukan uji di laboratorium, selain itu pengambilan informasi yang dapat diamati secara langsung yang dicatat dalam lembar data cek lapangan per satuan lahan. Data hasil produktivitas kopi dan karet diperoleh dari hasil wawancara dengan Sinder Kebun PT Perkebunan Nusantara IX Batujamus yang dapat dilihat pada Lampiran 6. 5. Tahap Analisis Data Analisis data diperlukan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mencocokkan (matching). Setiap satuan lahan dicocokkan dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi pada Tabel 2.15 dan karet pada Tabel 2.16. Satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan berupa permukiman dan sungai tidak dilakukan analisis.Tahap ini data yang diperoleh dihitung, dianalisis dan diklasifikasikan untuk dapat menyimpulkan hasil dari penelitian. Untuk mempermudah penelitian, maka diperlukan pengambilan sampel yang diharapkan dapat mewakili seluruh populasi yang ada. Sampel terbagi atas beberapa satuan lahan. Peta satuan lahan didapat berdasarkan hasil tumpangsusun dari peta penggunan lahan, kemiringan lereng, peta tanah, dan peta jenis batuan. Memasukkan data tentang produktivitas kopi dan karet dengan membandingkan dengan tingkat subkelas kesesuaian lahan pada satuan lahan yang mempunyai penggunaan lahan yang berupa kebun. Sehingga dapat diketahui tingkat subkelas kesesuaian lahan dengan informasi tambahan berupa produksi kopi dan karet dengan satuan Rp/Ha/Tahun.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Penulisan Laporan Penelitian Tahap akhir dari seluruh langkah–langkah di atas adalah penyusunan/ penulisan laporan penelitian. Dalam tahap ini hasil penelitian yang diperoleh dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta. Tahaptahap tersebut disajikan dalam bentuk skema yang dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Karangpandan, Skala 1:25.000
Citra ikonos Google Earth tahun 2009
Peta Lereng Skala 1: 40.000
Peta Penggunaan Lahan Skala 1 : 40.000
Peta Geologi Lembar Ponorogo Skala 1:100.000
Peta Jenis Batuan Skala 1:40.000
PetaTanah Kabupaten Karanganyar Skala 1:50.000
Peta Tanah Skala 1: 40.000
Overlay Peta Satuan Lahan Tentatif Skala 1: 40.000
Cek Lapangan
Keterangan: : Arah Penelitian : Hasil
Peta Satuan Lahan Skala 1: 40.000
: Proses
Penentuan Titik Sampel Data Sekunder Data Curah Hujan Data Penduduk Data TBE Data Produktivitas tanaman kopi
Kerja Lapangan
Analisis dan Klasifikasi
Kualitas dan karakteristik lahan Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi dan Karet
Matching
Data Primer Analisis Laboratorium Retensi hara (pH dan KTK tanah) Ketersediaan Hara (P2O5; K2O; N total) Tekstur tanah
Kualitas dan karakteristik lahan Subkelas kesesuaiaan lahan
Perlakuan Perbaikan pada Faktor Pembatas di Tingkat Pengelolaan Sedang dan Tinggi
Peta Subkelas Kesesuaiaan Lahan Aktual untuk Tanaman Kopi dan Karet
Peta Subkelas Kesesuaiaan Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dan Karet
commit to user Gambar 5: Skema Alur Penelitian
Produktivitas Kopi dan Karet
165 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian maka dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Evaluasi Kesesuaian lahan Aktual untuk Tanaman Kopi dan Karet, yaitu : a. Kesesuian Lahan Aktual untuk Tanaman Kopi Terdapat 4 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kopi antara lain : Kelas cukup sesuai (S2) seluas 11,01 Ha (0,51 %), Kelas sesuai marginal (S3) seluas 277,74 Ha (12,83%), Kelas tidak sesuai saat ini (N1) seluas 637,96 Ha (29,46%), Kelas tidak sesuai permanen (N2) seluas 391,25 Ha (22,94%). b. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Karet. Terdapat 3 kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman karet antara lain: Kelas sesuai marginal (S3) seluas 288,75 Ha (12,47%), Kelas tidak sesuai saat ini (N1) seluas 728,55 Ha (30,10%), Kelas tidak sesuai permanen (N2) seluas 772,79 Ha (39,22%). 2. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi dan Karet a. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kopi 1) Tingkat Pengelolaan Sedang : terdapat 8 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2r,s/m; S2w,r,f,n; S2w,r,f,n,s/m; S3r,n; S3r,s/m; S3r,n,s/m; S3r,s/m,e dan N1s/m 2) Tingkat Pengelolaan Tinggi : terdapat 9 subkelas kesesuaian lahan antara lain: S2s/m; S2w,r,f,n; S2w,r,f,n,s/m; S3s/m; S3r,n; S3n,s/m; S3 r,s/m; N1s/m dan N1r,s/m. b. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Karet 1) Tingkat Pengelolaan Sedang : terdapat 7 subkelas kesesuaian lahan antara lain : S2 t,w,n; S3r; S3t; S3w,r,n; S3t,w,r,n,s/m,e; N1s/m dan N1r,s/m. commit to user
166 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Tingkat Pengelolaan Tinggi : terdapat 6 subkelas kesesuaian lahan antara lain : S2 t,n; S2w,r,n,s/m; S3 t; S3w,r,n; S3t,w,n,s/m dan N1s/m. 3. Produktivitas Tanaman Kopi dan Karet : a. Produktivitas Tanaman Kopi: Produktivitas tanaman kopi tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N1r,s/m dengan produktivitas sebesar 896Kg/Ha/tahun. Produktivitas tanaman kopi terendah terdapat subkelas N2s/m dengan produktivitas sebesar 47 kg/Ha/tahun. b. Produktivitas Tanaman Karet: Produktivitas tanaman karet tertinggi terdapat pada subkelas kesesuaian lahan S3w,n dengan produktivitas sebesar 2137 kg/ha/tahun. Produktivitas tanaman karet terendah terdapat pada subkelas kesesuaian lahan N2w,s/m dengan produktivitas sebesar 1618kg/ha/tahun B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman kopi dan karet di DAS Jambangan Kabupaten Karanganyar, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagaiberikut : 1. Data kualitas dan karakteristik lahan dapat dimanfaatkan oleh pengelola perkebunan maupun pemerintah daerah untuk menentukan jenis tanaman yang cocok untuk dikembangkan dengan memperhatikan faktor pembatas yang ada sehingga diketahui jenis perlakuan yang tepat pada lahan tersebut. 2. Hasil penelitian berupa peta satuan lahan dengan masing-masing subkelas dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan lokasi penanaman yang baik,dengan
faktor
penghambat
yang
menyertainya
sehingga
dapat
dimanfaatkan petani,pengelola perkebunan atau pemerintah untuk jenis perlakuan yang akan diberikan pada lahan tersebut. 3. Data produktivitas tanaman kopi dan karet dapat digunakan untuk mengetahui produktivitas tertinggi dan terendah daerah penelitian dengan karakteristik lahan yang berbeda serta dapat menentukan keputusan dalam menentukan commit to user tanaman yang paling cocok untuk dikembangkan di lokasi penelitian.
167 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Data Kesesuaian lahan dan produktivitas kedua tanaman dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah tingkat menengah khususnya pada mata pelajaran geografi dalam subpokok bahasan sumberdaya alam kelas XI semester 1, sehingga diharapkan siswa mempunyai kemampuan memprediksi persebaran sumberdaya alam dan pemanfaatanya berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta dapat memberi contoh pemanfaatannya sumberdaya alam berdasarkan prinsip ekofisien. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Perkebunan karet yang sudah ada pada daerah penelitian, untuk kelas kesesuaian lahan selain kelas tidak sesuai permanen (N2) dapat dilakukan perbaikan kualitas lahan sesuai dengan kemampuan tingkat pengelolaan untuk dapat meningkatkan hasil produktivitas tanaman. 2. Perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan lahan perkebunan karet dengan penanaman tanaman perkebunan lain secara bersamaan dalam suatu lahan yang sama untuk dapat meningkatkan produktivitas.
commit to user