EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT Suparnia Alumnus S1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan, 20211 Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) karakteristik lahan (regim temperatur, ketersediaan air, kondisi perakaran, daya menahan unsur hara, ketersediaan unsur hara, keracunan (salinitas), dan medan) yang ada di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. (2) tingkat kesesuaian lahan persawahan di kecamatan Stabat terhadap tanaman padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat. Populasi seluruh lahan sawah di Kecamatan Stabat dan sekaligus sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran, analisis Laboratorium dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik matching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Lahan pertanian untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Stabat pada umumnya memiliki karakteristik lahan yaitu suhu rata-rata tahunan 28º C, jumlah bulan kering 2,5, dengan curah hujan rata-rata tahunan 1812,4 mm/tahun. Dalam kondisi perakaran, mempunyai kondisi drainase berkisar agak buruk sampai sangat buruk, bertekstur liat dan liat berdebu, kedalaman efektif 50-60 cm dan tergolong sedang. Dari segi daya menahan unsur hara bahwa KTK tersedia di daerak penelitian 14,13-25,26 me/100g (rendah sampai tinggi), dan pH tanahnya berkisar 5,5 hingga 5,92 (asam). Untuk ketersediaan unsur hara mempunyai kandungan nitrogen 0,15-0,19% (rendah), kandungan posfor tersedia 1,14-10,31 ppm (rendah sampai tinggi), dan kandungan potasium 0,35-52 me/100gr. Kondisi salinitas 2,4-10,2 mmhos/cm (bebas hingga sedang). Pada kualitas lahan berupa medan memiliki karakteristik kemiringan lereng berkisar 2-8%, tidak ditemukan batuan permukaan dan singkapan batuan di daerah penelitian. (2) Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di Kecamatan Stabat berkisar antara kelas cukup sesuai (moderately suitable) hingga tidak sesuai saat ini (currently not suitable). Dengan kelas kesesuaian lahan paling dominan adalah kelas tidak sesuai saat ini (N1). Kata kunci: Evaluasi Kesesuaian Lahan, Karakteristik Lahan. PENDAHULUAN Sitorus (1985:1-2) mengemukakan bahwa evaluasi sumber daya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbedabeda. Oleh karena itu, dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan
tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukkan yang sedang dipertimbangkan. Sedangkan menurut FAO (dalam Arsyad, 2006:264) menyatakan bahwa: “Evaluasi lahan adalah proses penilaian keragaan atau kinerja (performance) lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi, dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangakan”.
103
Selanjutnya Karlen dalam Arsyad (2006:262) menyatakan bahwa sifat-sifat lahan (Land Characteristics) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Hasil evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat digunakan secara lestari (Arsyad,2006:206). Kerangka evaluasi lahan menurut FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuian kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Struktur dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat menurun yaitu ordo, kelas, sub-kelas dan satuan kesesuaian lahan. Kecamatan Stabat merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat yang juga merupkan ibukota Kabupaten Langkat. Kecamatan Stabat pada tahun 2011 mempunyai luas 10.885 Ha, luas lahan yang digunakan untuk lahan pertanian 8.112 Ha dan luas lahan yang digunakan untuk non pertanian 2.773 Ha. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar lahannya masih dipergunakan untuk pertanian yakni 8.112 Ha (74,5%). Penggunaan lahan untuk pertanian dibedakan sawah dan bukan sawah. Luas lahan sawah 1.164,3 Ha (10,7% dari seluruh luas lahan pertanian di Kecamatan Stabat) sedangkan luas lahan pertanian yang bukan sawah 6.947,7 Ha (63,8% dari seluruh luas lahan pertanian di kecamatan Stabat) (BPS, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, produksi padi yang ada di Kecamatan Stabat dari tahun 2007 sampai tahun 2011 rata-rata 5,3 ton/ha. Angka produksi ini masih kurang maksimal bila dibandingkan dengan produksi yang seharusnya dicapai. Mengingat varietas padi yang digunakan di 104
Kecamatan Stabat secara keseluruhan adalah bibit padi varietas unggul. Produksi padi yang baik menurut standar nasional yaitu dalam 1 Ha lahan dapat menghasilkan 5 ton/Ha sekali musim tanam untuk jenis bibit lokal, sedangkan bibit unggul varietas baru dalam 1 Ha lahan menghasilkan 7,5 – 10 Ha (Departemen Pertanian, 2007). Produktivitas tanaman padi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan, varietas yang ditanam dan populasi tanaman. Lahan sebagai tempat tumbuh tanaman perlu mendapat perhatian yang seksama (Subandi, Syam dan Widjono, 1988). Begitu juga dengan produktivitas padi di Kecamatan Stabat juga dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Varietas padi yang ditanam di Kecamatan Stabat merupakan varietas unggul sehingga diperkirakan faktor yang perlu mendapat perhatian adalah faktor iklim dan kondisi lahan. Untuk mengetahui kondisi iklim dan lahan yang ada di Kecamatan Stabat maka diperlukan informasi sumberdaya lahan. Menurut Sitorus, informasi tentang sumberdaya lahan merupakan data dasar untuk evaluasi lahan secara tidak langsung. Informasi ini sering merupakan ciri lahan yang dapat langsung diamati atau dinilai. Untuk kepentingan pertanian, sumberdaya lahan yang paling penting dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok yaitu tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi dan sosial ekonomi. Setelah mengetahui kondisi iklim dan lahan, maka dilakukan evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan mencocokkan kondisi fisik lahan dan syarat tumbuh tanaman dimana dalam penelitian ini tanaman padi sawah. Dengan dilakukan evaluasi kesesuaian lahan maka akan diperoleh tingkat kesesuaian lahan tanaman terhadap satuan lahan. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik lahan sawah di Kecamatan Stabat dan bagaimana tingkat kesesuaian lahan pada tanaman padi di Kecamatan Stabat.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat. Populasi seluruh lahan sawah di Kecamatan Stabat dan sampel penelitian diambil dengan cara stratified random sampling dengan saatuan lahan sebagai tingkatannya. Adapun yang menjadi variable dalam penelitian ini adalah karakteristik lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengukuran yaitu pengumpulan data tentang karaktristik lahan berupa batuan permukaan, batuan yang muncul dipermukaan, kedalaman perakaran dan drainase tanah 2. Analisis Laboratorium yaitu untuk mengetahui kandungan berbagai unsure kimia dalam tanah yang meliputi, salinitas, N-total, P2O5 tersedia, K2O tersedia, KTK, tekstur tanah, 3. Dokumentasi untuk melengkapi data dalam menganalisis masalah yang sedang ditelliti. Data yang diperlukan antara lain peta tanah, peta jenis batuan (geologi), peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng, dan data curah hujan (selama 10 tahun). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan teknik matching. Teknik analisis data ini dilakukan dengan membandingkan antara data karakteristik lahan yang telah diperoleh dengan persyaratan tumbuh tanaman padi sawah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Stabat memiliki potensi yang baik terhadap sektor pertanian dikarenakan masih 74,5% dari keseluruhan lahan
Kecamatan Stabat merupakan areal pertanian yang terdiri dari pertanian bukan sawah (63,8%) dan pertanian sawah (10,7%). dengan banyaknya sumberdaya lahan yang tersedia, maka tidak mengherankan jika sebagian besar penduduknya masih memiliki mata pencaharian sebagai petani yaitu 69,85%. Lahan pertanian sawah menjadi sumber penghasilan penduduk walaupun beberapa tahun terakhir telah banyak pengalihan fungsi lahan sawah menjadi perkebunan. Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Stabat sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim terutama curah hujan. Pada musim penghujan, petani menanam padi pada lahan sawah. Sedangkan pada musim kemarau para petani menanam berbagai macam tanaman selain padi. Sebagian besar petani memilih tanaman sayuran, dan kacang-kacangan. Hal ini disebabkan oleh sumber air dari hampir keseluruhan lahan sawah di Kecamatan Stabat berasal dari air hujan. Kondisi sawah yang mayoritas berupa sawah tadah hujan mempengaruhi produksi yang dihasilkan setiap kali panen. Selain kondisi sawah tadah hujan, produktivitas tanaman padi juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti iklim dan kondisi lahan. Hal inilah yang menjadi orientasi dalam penelitian ini yakni mengetahui kondisi iklim dan kondisi lahan. Untuk dapat mengevaluasi sumberdaya lahan diperlukan informasi karakteristik dan kualitas lahan. Informasi tersebut diperoleh dari beberapa sampel yang diambil berdasarkan satuan lahan. Sampel wilayah yang diambil terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sampel Wilayah Penelitian Tanaman Padi Sawah Kecamatan Stabat No.
Penggunaan Lahan
Kemiringan Lereg
Geomorfologi
Satuan Lahan
1.
Sawah
I
Aluvium Muda
SIQh
2.
Sawah
I
Formasi Minas
SIQpme
3.
Sawah
II
Aluvium Muda
SIIQh
4.
Sawah
II
Formasi Minas
SIIQpme
Sumber: Hasil Penelitian 2013
105
Ketika pengambilan sampel dilakukan juga beberapa pengukuran dan pengamatan terhadap kedalaman perakaran beserta keadaan lahan seperti banyaknya batuan yang berada dipermukaan, sigkapan batuan, dan drainase tanah. Namun dalam keperluan evaluasi kesesuaian lahan, tidak
semua karakteristik lahan dapat dilakukan di lapangan sehingga dilakukan analisa sampel tanah ke laboratorium tanah. Adapun data yang diperoleh dari pengamatan maupun pengukuran di lapangan serta analisis laboratorium secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik dan Kualitas Lahan Untuk Setiap Satuan Lahan Kualitas/Karakteristik Lahan
Kode
Temperatur Temperatur rerata (oC) Bulan Kering (<75 mm) Curah Hujan (mm)
t
Ketersediaan Air Drainase tanah Tekstur Kedalaman Perakaran (cm)
w
Daya menahan unsur hara KTK (me/100 g tanah) pH
f
Ketersediaan unsur hara N-total P2O5 tersedia K2O tersedia
n
Keracunan Salinitas (mmhos/cm)
x
Medan Kemiringan lereng (%) Batuan di permukaan Batuan yang muncul dipermukaan
s
(rock outcrops)
Satuan Lahan SIIQpme
SIIQh
SIQh
SIQpme
28 2,5 1812,4
28 2,5 1812,4
28 2,5 1812,4
28 2,5 1812,4
Buruk Liat Berdebu 57
Buruk Liat 63
Agak buruk Liat 55
Sangat buruk Liat 53
18,13 5,67
20,99 5,92
14,13 5,89
25,26 5,50
0,15 1,14 0,43
0,15 10,31 0,52
0,17 8,35 0,43
0,19 2,93 0,35
10,2
8,3
2,7
2,4
0-2 Tidak Ada Tidak Ada
0-2 Sedikit Tidak Ada
2-8 Ada Tidak Ada
2-8 Tidak Ada Tidak Ada
Sumber: Hasil Penelitian 2013
Setelah identifikasi kualitas dan karakteristik lahan, maka langkah selanjutnya dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah penggunaan teknik matching. Dengan menggunakan teknik ini maka akan diketahui kelas klasifikasi kesesuaian tanaman padi untuk setiap satuan lahan. Teknik matching dilakukan dengan cara mencocokkan dan membandingkan antara karakteristik lahan yang telah diperoleh
106
dengan persyaratan tumbuh tanaman. Yang artinya mencocokkan antara karakteristik lahan pertanian di Kecamatan Stabat dengan syarat tumbuh tanaman padi sawah sehingga akan diperoleh suatu klasifikasi/tingkat kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada setiap satuan lahan. Adapun hasil analisis data dengan teknik matching tersebut tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Kecamatan Stabat Satuan Lahan Kualitas Lahan SIQh SIQpme SIIQh Temperatur (t) Temperatur rata-rata tahunan S1 S1 S1 Bulan kering (<75 mm) S1 S1 S1 Curah hujan tahunan rata-rata S1 S1 S1 Ketersediaan air (w) Kelas drainase tanah S1 S1 S1 Tekstur tanah S1 S2 S2 Kedalaman perakaran S1 S1 S1 Daya menahan unsur hara (f) KTK S1 S1 S2 pH S1 S1 S1 Ketersediaan unsur hara (n) N-total S1 S1 S1 P2O5 tersedia N1 S1 S2 K2O tersedia S1 S1 S1 Keracunan (x) Salinitas (mmhos/cm) N1 N1 S2 Medan (s) Kemiringan lereng S1 S1 S1 Batuan di permukaan S1 S1 S1 Batuan yang muncul dipermukaan (rock S1 S1 S1
SIIQpme S1 S1 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 N1 S1 S2 S1 S1 S1
outcrops) Kelas Kesesuaian Lahan
N1nx-1
N1x-2
S2wfnx-3
N1n-4
Sumber: Hasil Penelitian 2013
Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan diperlukan data mengenai kualitas lahan dan karakteristik lahan. Karakteristik lahan merupakan suatu sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, sedang kualitas lahan adalah suatu sifat kompleks dari lahan yang nyata perbedaannya dalam mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk suatu bentuk penggunaan lahan. Dalam evaluasi kesesuaian lahan dikenal pembatas yang dapat diperbaiki dan pembatas yang tidak dapat diperbaiki. Regim temperatur ini merupakan salah satu pembatas yang tidak dapat diperbaiki sehingga apabila regim temperatur tidak sesuai dengan suatu jenis tanaman, maka tidak dapat dilakukan perbaikan terhadap lahan. Karakteristik lahan yang menjadi parameter regim temperatur adalah temperatur rata-rata tahunan, bulan kering dan rata-rata curah hujan tahunan.
Regim temperatur pada lahan sawah di Kecamatan Stabat memiliki nilai yang sama pada semua satuan lahan.Dari ketiga karakteristik lahan ini semuanya memiliki tingkat kesesuaian yang sangat sesuai (S1) untuk tanaman padi sawah. Sehingga memungkinkan tanaman padi sawah dapat tumbuh optimal bila dilihat dari regim temperatur. Didalam pertumbuhannya, tanaman memerlukan air begitu juga dengan tanaman padi sawah. Namun kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Dalam evaluasi lahan, parameter yang digunakan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan air adalah drainase tanah, tekstur dan kedalaman perakaran. Drainase tanah kemampuan tanah untuk meloloskan air. Drainase tanah ini dipengaruhi juga oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah maka drainase
107
tanahnya semakin baik dan semakin halus tekstur tanah maka semakin buruk drainasenya. Namun, tanaman padi membutuhkan lumpur yang artinya tanaman padi membutuhkan tanah yang mengandung debu atau liat yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan pasir. Keadaan tersebut membuat drainase lahan menjadi agak buruk atau bahkan sangat buruk. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, Kecamatan Stabat memiliki lahan sawah dengan drainase dari agak buruk hingga buruk. Hal ini tentunya menandakan bahwa lahan sawah Kecamatan Stabat sesuai untuk tanaman padi ditinjau dari drainasenya. Dengan demikian maka memungkinkan untuk pertumbuhan padi yang optimal. Kedalamanan perakaran merupakan kondisi tanah dengan kedalaman tertentu yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman sehingga mendukung pertumbuhan tanaman yang baik. Padi merupakan tanaman yang memiliki akar serabut sehingga kedalaman perakaran yang diperlukan untuk tanaman ini tumbuh tidak terlalu dalam yaitu 30 cm atau lebih di bawah permukaan tanah. Dengan kedalaman tersebut, tanaman padi sudah dapat tumbuh. Dari hasil penelitian bahwa kedalaman perakaran berkisar 50-60 cm. Kedalaman perakaran ini tergolong pada perakaran sedang. Sehingga secara umum, tanaman padi sawah Kecamatan Stabat sudah memiliki ketersediaan air yang cukup baik. Daya menahan unsur hara merupakan kemampuan tanah untuk menjaga agar unsur hara yang ada di tanah tidak larut dalam proses infiltrasi yang terjadi di dalam tanah. Semakin tinnginya daya menahan unsur hara, maka kebutuhan tanaman terhadap hara tanah dapat terpenuhi. Daya menahan unsur hara terdiri dari KTK dan pH tanah. KTK merupakan sifat kima tanah yang berhubungan erat dengan kesuburan tanah. Tanah yang memiliki nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. berdasarkan hasil laboratorium, 108
satuan lahan SIIQh memiliki kemampuan menyerap dan menyediakan unsur hara yang paling baik diantara satuan lahan lainnya. Nilai pH didaerah penelitian yang berkisar 5,1-5,9 merupakan indikator tanah asam. Sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman padi, yang membutuhkan pH 4,07,0. Kandungan pH tanah berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan pemberian pupuk. Keadaan pH tanah ini masih dapat diperbaiki dengan perlakuan khusus terhadap tanah. Sehingga pH tanah tidak menjadi pembatas yang begitu berarti. Ketersediaan unsur hara pada tanaman sangat penting bagi pertumbuhan tanaman agar dapat tumbuh secara optimal. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi menjadi dua yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak dan unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa unsur yang dipertimbangkan adalah Nitrogen total, posfor tersedia, dan potasium tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Nitrogen total pada semua satuan lahan yang dijadikan sampel, memiliki kandungan nitrogen yang rendah. Nitrogen memiliki peranan dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman akan mengalami kesulitan/terhambat pertumbuhannya dengan kadar nitrogen yang rendah. Namun, kadar nitrogen di dalam tanah dapat dinaikkan dengan perlakuan khusus. Unsur P2O5-tersedia dalam tanah memiliki peranan didalam pembentukan bunga, buah dan biji. Kandungan P2O5tersedia di daerah penelitian berkisar pada kandungan sangat rendah (S1Qh) hingga tinggi (S1Qpme). Dengan demikian, tanaman padi sawah disatuan lahan S1Qh lebih lama dalam pembentukan bunga, buah dan biji jika dibandingkan dengan tanaman padi sawah yang berada satuan lahan S1Qpme. Potasium (K) merupakan unsur yang berfungsi dalam pembentukan pati,
mengaktifkan enzim dan mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan. Kandungan unsur potasium di daerah penelitian berkisar sedang sampai tinggi. Kandungan potasium sedang terdapat pada satuan lahan S1Qh, SIIQh, dan SIIQpme dan satuan lahan yang tinggi adalah SIQpme. Dapat disimpulkan bahwa satuan lahan SIQpme memiliki daya tahan terhadap kekeringan paling besar dibandingkan dengan satuan lahan yang lain. Dalam hal ini, toksisitas yang dimaksud adalah racun dalam tanah dengan parameternya adalah kadar garam (salinitas). Kandungan salinitas tanah pada daerah penelitian beragam yaitu bebas dan sedang. Satuan lahan yang memiliki kandungan garam dengan tingkatan bebas adalah satuan lahan SIIQh dan SIIQpme sedangkan satuan lahan yang memiliki kandungan garam dalam tingkatan sedang adalah satuan lahan SIQh dan SIQpme. Tingginya kandungan garam ini berpengaruh pada pertumbuhan tanaman padi namun tidak memberikan dampak yang begitu besar sehingga tidak begitu menjadi sorotan dalam pembahasan syarat tumbuh tanaman padi sawah. Kualitas lahan yang terakhir adalah keadaan medan yang terdiri dari beberapa karakteristik lahan yaitu kemiringan lereng, batuan di permukaan dan singkapan batuan. Ketiga karakteristik lahan ini berpengaruh terhadap kemudahan dalam penyiapan lahan sehingga keberadaan ketiga karakteristik lahan ini yang banyak dapat menghambat dalam pengolahan lahan. Secara umum, kecamatan Stabat memiliki lereng yang relatif datar (0-8%) dan keadaan ini mendukung dalam pertanian padi sawah yang membutuhkan lahan hampir rata untuk memudahkan dalam pengolahan lahannya. Batuan dipermukaan yang dimaksud adalah terdapatnya kerikil, kerakal dan batuan lepas. Kondisi batuan permukaan mempengaruhi dalam pengolahan/penyiapan lahan padi sawah. Berdasarkan pengamatan, batuan kerikil pada lahan sawah Kecamatan Stabat tergolong sedikit atau bahkan hampir tidak
ada sehingga mempermudah dalam penyiapan lahan. Singkapan batuan merupakan persentase luas batuan tersingkap di permukaan tanah. singkapan batuan di lahan sawah Kecamatan Stabat juga hampir tidak ada. Menurut Arsyad, klasifikasi kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian lahan relatif atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dipandang sebagai kenyataan adaptabilitas (kemungkinan penyesuaian) sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan tertentu. Pada hasil penelitian telah dilakukan teknik matching dan menghasilkan kelas kesesuaian lahan untuk setiap satuan lahan seperti yang terlihat pada tabel 23. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa lahan sawah Kecamatan Stabat memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) sampai kelas tidak sesuai saat ini (N1) dengan berbagai faktor pembatas sehingga memerlukan upaya perbaikan lahan. Beberapa faktor pembatas masih memungkinkan untuk diperbaiki sehingga kelas kesesuaian lahannya dapat dinaikkan. Namun ada juga faktor pembatas yang tidak dapat lagi diperbaiki. Dalam penelitian ini, klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan sampai pada tingkat satuan lahan. Untuk lebih jelasnya tingkat kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan akan diuraikan sebagai berikut: 1) Satuan lahan SIQh Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 0-2% dengan penggunaan lahan berupa sawah dan bahan geologi aluvium muda. Tingkat kesesuaian lahan pada satuan lahan ini adalah tidak sesuai saat ini (N1nx1) dengan faktor pembatas ketersediaan unsur hara dan keracunan salinitas. Faktor pembatas ini merupakan jenis faktor pembatas yang dapat diperbaiki dengan perlakuan khusus. Faktor pembatas pada ketersediaan unsur hara yaitu kurangnya kandungan P2O5. Kandungan P2O5 dapat ditingkatkan dengan melakukan pemupukan pada lahan tersebut. Sedangkan faktor pembatas pada kualitas lahan
109
keracunan adalah salinitas (kadar garam). Untuk mengatasi hal ini perbaikan lahan yang dilakukan memiliki tingkat yang sedang hingga tinggi yaitu dengan reklamasi lahan. 2) Satuan Lahan SIQpme Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 0-2% dengan bahan geologi berupa formasi minas. Tingkat kesesuaian lahan pada satuan lahan ini adalah tidak sesuai saat ini (N1x-2). Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan lahan masih dapat dilakukan untuk menaikkan tingkat kesesuaiannya. Kelas tersebut menunjukkan bahwa yang menjadi pembatas lahan adalah kualitas keracunan yang ditandai dengan kandungan garam (salinitas) sehingga perbaikan lahan yang harus dilakukan sama dengan satuan lahan sebelumnya yaitu dengan reklamasi lahan. 3) Satuan lahan SIIQh Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 2-8% dengan penggunaan lahan berupa sawah dan bahan geologi aluvium muda. Tingkat kesesuaian lahan untuk satuan lahan ini adalah S2wfnx-3 yang berarti bahwa satuan lahan ini memiliki tingkat kesesuaian cukup sesuai dengan faktor pembatas berasal dari kualitas lahan ketersediaan air, daya menahan unur hara, ketersediaan unsur hara dan keracunan. Namun, pembatas ini bersifat agak berat. Pada kualitas lahan ketersediaan air, karakteristik lahan yang menjadi pembatas adalah kondisi tekstur tanah yaitu liat. Dimana tanaman padi sangat sesuai pada tanah yang bertektur lempung liat berpasir, lempung berdebu, debu, lempung dan liat berdebu. Pembatas pada kualitas lahan daya menahan unsur hara berasal dari karakteristik lahan adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK). Perbaikan lahan yang dapat dilakukan pada lahan dengan KTK rendah adalah dengan pengapuran atau penambahan bahan organik. Dengan perlakuan tersebut, diharapkan kelas kesesuaian lahannya dapat dinaikkan. Ketersediaan unsur hara memiliki pembatas oleh kandungan P2O5. Seperti pada satuan lahan SIQh, maka yang dapat 110
dilakukan untuk menaikkan kelas kesesuaian lahannya adalah dengan pemupukan. Begitu juga dengan pembatas keracunan, untuk perbaikan lahannya dapat dilakukan dengan reklamasi lahan. 4) Satuan Lahan SIIQpme Satuan lahan ini memiliki kemiringan lereng 0-2% dengan bahan geologi berupa formasi minas. Tingkat kesesuaian lahan pada satuan lahan ini adalah tidak sesuai saat ini (N1n-4) dengan faktor pembatas berupa ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur hara yang perlu mendapat perbaikan adalah P2O5. Seperti pada satuan lahan lainnya yang memiliki kandungan P2O5 tidak mencukupi maka perlakuan lahan yang dapat dilakukan adalah dengan pemupukan. Dari penjelasan persatuan lahan maka dapat disimpulkan bahwa kesesuaian lahan sawah Kecamatan Stabat sebagaian besar tidak sesuai saat ini (N1) dengan faktor pembatas dominan berupa salinitas dan ketersediaan unsur hara P2O5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan eksistensi jembatan tabayang terhadap keadaan sosial ekonomi di kecamatan sei kepayang barat kabupaten adalah,dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Eksistensi jembatan tabayang terhadap keadaan sosial masyarakat Sei Kepayang Barat sedikit banyak mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat kecamamaran sei kepayang. Pandangan masyarakat setelah beroperasinya jembatan tabayang sangat baik dibidang pendidikan. Masyarakat menyatakan pendidikan anak di Kecamatan Sei Kepayang Barat mengalami peningkatan,hal ini dikarenakan lebih mudahnya akses pendidikan,maka tingkat pendidikan anak di Kecamatan Sei Kepayang Barat tergolong sedang yaitu SMA 31,60%,diikuti anak berpindidikan SD 31.22%,SMP 28,16%, PT 4,40%. Jika dilihat dari segi pekerjaan, mayoritas penduduk Kecamatan Sei Kepayang Barat bekerja
sebagai nelayan (29.11%) dan dilihat dari segi transformasi pekerjaan, penduduk yang mengalami transformasi pekerjaan adalah mereka yang bekerja sebagai penarik sampan penyeberangan lebih banyak beralih perkerjaan menjadi penarik ojek dan penarik becak mesin (31,81%). 2. Eksistensi jembatan terhadap keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Sei Kepayang Barat dilihat dari segi pendapatan,penduduk di Kecamatan Sei Kepayang Barat masih tergolong miskin sebanyak (44,30%). Dan tidak dapat perubahan pendapatan yang jelas setelah beroperasinya jembatan tabayang, (46,83%) menyatakan tidak ada perubahan terhadap pendapatannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diajukan beberapa saran yakni diharapkan Sumberdaya-sumberdaya dieksploitasikan secara maksimal, potensipotensi sosial ekonomi yang tumbuh di masyarakat perlu dikembangkan, scenario tata ruang Kecamatan Sei Kepayang Barat perlu dipertimbangkan agar dapat bersinergi sesuai kemampuan guna meningkatkan kesejahteraan di masyarakat. Masyarkat juga diharapkan dapat memanfaatkan lapangan atau peluangpeluang pekerjaan untuk berdagang disekitar jembatan tabayang dengan sebaikbaiknya. Dan dengan adanya jembatan tabayang maka sebaiknya bagi pemerintah melihat sarana dan prasarana seperti perbaikan jalan yang rusak. DAFTAR PUSTAKA Alfanurdid. 2012. Masyarakat Desa, Masyarakat Kota dan Interaksi Sosial di Daerah Pedesaan. (http://alfanurdian.blogspot.com/2012 /06/masyarakat-desamasyarakat-kotadan.html.)(online) diakses pada tangga 26 februari 2013. Azwaruddin.2008.Pengertian Jembatan.(Online), (http://Azwaruddin.Blogspot.Com/20 08/02/Pengertian-Jembatan)
Bouman.P.J.1999. Ilmu masyarakat umum. Jakarta: PT Pembangunan Boon,khoo & zaenal,Ros. 1993. Fokus super hot spm ekonomi asas (online),(http://books.googel.co.id/bo oks?Id=mpi0sWHZ594Cbpp=RAIPA42&DG) Fauziyani. 2009. Dampak Aktivitas Universitas Malikulsaleh Terhadap Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Di Desa Reulet Barat Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara. Skripsi. (Tidak Diterbitkan) Medan: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Ihsan, H. F. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Imama, N. 2010. Eksistensi Pembangunan Jembatan Suramadu Pada Kondisi Sosial Dan Kondisi Ekonomi Masyarakat Di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang Kabupaten Bangkalan. skripsi. (http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/introduction/06130 027-nur-imama.ps.)(online) diakses pada tanggal 13 Maret 2013 Lemhannas. 1997.Pembangunan Nasional. Jakarta :PT Balai Pustaka Manulang,felix.2010.Kondisi Masyarakat Nelayan Di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi (Tidak Diterbitkan).Medan : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Suparmoko, M Irawan. 1982. Ekonomi pembangunan edisi ketiga.Yogyakarta.Fakultas Ekonomi Unversitas Gadjah Mada. Pangastuti, Arini Woro.Eksistensi Industri Gua Merah Di Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (http://repository.upi.edu/operator/upload /ba_ii(7).pdf).(online).diakses pada tanggal 20 februari 2013 Sajagyo. 1996. Masalah Kecukupan Pangan Dan Jalaur Pemerataan. Jakarta:Bina Cipta
111
Soekanto,Soerjono.2012.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Soesanto.1982 .Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Bandung: Bina Cipta Sugiharto.Pembangunan Dan Pengembangan Wilayah.2008.Medan:Usu Pers Sumardi, M dan Evers,.1990.Kemiskinan Dan Kebutuhan Pokok. Jakarta:Cv Rajawali Susanti, nanik. 2009. Perempuan dan eksistensi diri.(online) (http://hsya.blogspot.com/2009/01/perem puan-dan-eksistensi-diri.html.) Todaro, Michael P. 1995. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakart: Erlangga.
112