PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI KERASIONALAN IKLAN OBAT TANPA RESEP PADA TAYANGAN ACARA UNTUK ANAK-ANAK DI EMPAT STASIUN TELEVISI SWASTA NASIONAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Wahyu Esa Purwanto NIM : 998114018
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HIDUP ITU AKAN MUDAH JIKA KITA SENDIRI YANG MEMBUATNYA MENJADI MUDAH
Kupersembahkan buat: Ibu-Bapakku, ungkapan rasa hormat dan baktiku Adik-adikku dan Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Penelitian jenis non eksperimental (observasional) dengan rancangan penelitian deskriptif non analitik ini, bertujuan mengevaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung iklan selama dua minggu, yang meliputi jenis acara, waktu tayang, jenis produk, jenis iklan, dan frekuensi, serta untuk iklan obat tanpa resep diamati kelengkapan informasi berdasarkan kriteria iklan WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 serta kerasionalan klaim indikasinya berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat iklan obat tanpa resep (2,1%) dan paling banyak ditayangkan pada acara sinetron anak (64,0%). Dari iklan tersebut yang paling banyak adalah dari kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam) (40,5%), golongan obat bebas terbatas (56,8), jenis obat Biogesic Anak (26,2%), obat untuk konsumen dewasa (64,0%), dan obat produksi Medifarma (26,2). Kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep tidak ada yang rasional (0,0%) berdasarkan kriteria iklan WHO (1988), 7,1% dinyatakan rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, serta yang mencantumkan zat aktif (42,9%), kontraindikasi (0,0%), alamat industri (0,0%), peringatan-perhatian (100,0%), nama industri farmasi (85,7%), efek samping obat (7,1%), nama dagang (100,0%), dan indikasi (100,0%). Iklan obat tanpa resep yang dinilai rasional klaim indikasinya sebanyak 57,1%. Kata kunci : kerasionalan, iklan, obat tanpa resep, televisi
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Research of type non eksperimental (observasional) with descriptive research device non analytic, aim to evaluate is rational of nonprescription drug advertisements at displaying event for children in national four private sector television station. Intake of data done with observation of advertisement direct during two week, what covering event type, time displayed, product type, advertisement type, and advertisement frequency, and also information completeness for nonprescription drug advertisement is observed equipment of information based on The WHO Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion (1988) and the Decree of Health Minister No. 386/1994 serta rationality claim the indication based on . active matter job mechanism and according to the Decree of Health Minister No. 386/1994. Data analysis apply descriptive statistical methods. Research result show there are nonprescription drug advertisements (2.1%) and most displayed at event of electronic cinema of children (64.0%). From that advertisement more consisted of the therapeutic class of analgesic drugs (headache, fever) 40.5%, limited over-the-counter drugs (56.8), drug of Biogesic Anak (26.2%), drug to adult consumers (64.0%), and drug produced by medifarma (26.2%) Equipment of Nonprescription drug advertisement nothing that rational (0.0%) based on The WHO Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion (1988), 7.1% expressed is rational according to and the Decree of Health Minister No. 386/1994, and also mentioning active substance (42.9%), contraindication (0.0%), industrial address (0.0%), precaution-warning (100.0%), the name of pharmaceutical industy (85.7%), side effects ( 7.1%), trade name (100.0%), and indication (100.0%). Nonprescription drug advertisements whose indication claims rational are 57.1%. keyword : Rational, advertisement, nonprescription drug, television
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, oleh karena kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kerasionalan Iklan Obat Tanpa Resep Pada Tayangan Acara Untuk Anak-anak di Empat Stasiun Televisi Swasta Nasional”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Sanatha Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada : 1. Ibu Rita Suhadi,M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanatha Dharma, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga skripsi ini dapat tersusun. 2. Ibu Yustina Sri Hartini,M.Si, Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga skripsi ini dapat tersusun. 3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini. 4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk skripsi ini. 5. Seluruh Dosen atas bimbingannya selama kuliah dan Staff Fakultas Farmasi USD atas pelayanannya selama ini.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………...........
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................……………………
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………..........................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………..
v
INTISARI …..……………………………………………………………….
vi
ABSTRACT ….……………………………………………………………...
vii
PRAKATA………………………………………………………………….
viii
DAFTAR ISI………………………………………………………..............
x
DAFTAR TABEL…...………………………………………………………
xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
xvii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………......
1
A.
LatarBelakang………………………………………………….
1
B.
Permasalahan………………………………...….......................
5
C
Keaslian Penelitian…………………...………..….....................
6
D Manfaat penelitian…...…………….…………………………...
7
E Tujuan…..………………………………………........................
7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………….......
9
A. Pengobatan Sendiri……..……....................................................
9
B. Anak dan televisi……………………………….………...……..
12
C. Obat Tanpa Resep (OTR)……..…………………………………
14
D. Tinjauan Iklan dan Promosi……...……..……………................
16
1. Perbedaan Iklan dan Promosi…….………………..……….
16
2. Definisi promosi.....…………………………………………
17
3. Definisi Iklan...................................................…………….
17
4. Media Iklan...........................................................................
17
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Tujuan Iklan..........................................................................
18
6. Fungsi Iklan...........................................................................
18
7. Peraturan Periklanan Bidang Obat........................................
18
E. Televisi Sebagai Salah Satu Media Iklan …………....................
23
F. Keterangan Empiris…………………………………………….
25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...………………………………..
26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ……………………………….
26
B. Definisi Operasional…………………………………………….
26
C. Subjek Penelitian………………………………………………
29
D. Tata Cara Penelitian……………..………………………………
31
E. Tata Cara Analisis Hasil…………………………………………
32
F. Kesulitan Penelitian……………….…………………………….
33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………...……………
34
A. Profil Jenis Iklan……………………………………………….
34
1. Distribusi frekuensi jenis iklan pada masing-masing televisi………………………….......................................
34
2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi………................................................................... B. Profil Iklan Obat Tanpa Resep ……………………………..
35 37
1. Jenis acara………………………………………........ ..... .
37
2. Kelas terapi………………………………………………. .
39
3. Golongan Obat....................................................................
41
4. Jenis Obat…………………………………………………
42
5. Sasaran Konsumen…………………………….................
44
6. Produsen……………………………...............................
46
C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep………………........................................................
48
D. Evaluasi Kerasionalan Klaim Indikasi Iklan Obat Tanpa Resep…........................................................................................
59
E. Rangkuman Pembahasan..............................................................
69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….…..
xi
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A Kesimpulan…………………………………………………......
75
B. Saran………………………………………………………….....
76
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
77
LAMPIRAN....................................................................................................
82
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………….……..
96
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk anakanak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) ...................................................
Tabel II.
35
Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006).....................................................
Tabel III.
36
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara........................................................................................
Tabel IV.
37
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan kelas terapi.......................................................................................
Tabel V.
39
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat ... 42
Tabel VI.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat..........................................................................................
Tabel VII.
43
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk
anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D
selama dua minggu (periode Juli2006) berdasarkan jenis obat............................................................................................ 44
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VIII.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan Produsen obat.... 47
Tabel IX.
Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006 .................... .. 50
Tabel X.
Persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006).................................... 56
Tabel XI.
Persentase kerasionalan kelengkapan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006).................................... 57
Tabel XII.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik (sakit kepala,demam) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) ..................................................................................... .. 60
Tabel XIII.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)...... 61
Tabel XIV.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (diare) tanpa
resep pada tayangan acara untuk anak-anak di
stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) ..................................................................................... ... 62 Tabel XV.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) ..................................................................................... ... 62
Tabel XVI.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2007)........................................................................................ 63
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XVII.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)......................................................................................... 64
Tabel XVIII.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) ..................................................................................... ... 65
Tabel XIX.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)......................................................................................... 66
Tabel XX.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)........................................................................................ 66
Tabel XXI.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)......................................................................................... 67
Tabel XXII.
Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)................................ 68
Tabel XXIII.
Kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006.................................................................. .. 74
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara............. 38
Gambar 2.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006 berdasarkan kelas terapi.............. 40
Gambar 3.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat............................................................................................... 41
Gambar 4.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak- anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periodeJuli 2006) berdasarkan sasaran konsumen..................................................................................... 45
Gambar 5.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua
minggu
(periode
Juli
2006)
berdasarkan
sasaran
konsumen...................................................................................... 46
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006) ................................
Lampiran 2.
Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006).................................
Lampiran 3.
89
Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anakanak di stasiun televisi D selama dua minggu.......................
Lampiran 9.
88
Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anakanak di stasiun televisi C selama dua minggu.......................
Lampiran 8.
86
Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anakanak di stasiun televisi B selama dua minggu.......................
Lampiran 7.
85
Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anakanak di stasiun televisi A selama dua minggu.......................
Lampiran 6.
84
Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006).................................
Lampiran 5.
83
Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006).................................
Lampiran 4.
82
90
Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu...................................................................................
Lampiran 10.
91
Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu...................................................................................
Lampiran 11.
92
Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu...................................................................................
Lampiran 12.
93
Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu...................................................................................
xvii
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13.
Data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)....................
xviii
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sakit seringkali terjadi pada seseorang, dan tidak bisa dihindarkan. Ketika menderita sakit maka orang tersebut akan berupaya untuk mendapatkan penyembuhan atas penyakitnya itu. Sakit adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialaminya (Sarwono, 2003). Hal ini bersifat subyektif dan sangat tergantung dengan perasaan orang tersebut, bila dia merasa badannya tidak enak dia akan mendefinisikan bahwa dirinya menderita sakit. Perasaan sakit itu akan menyebabkan orang tersebut merasa terganggu aktivitasnya, karena itu dia akan mengupayakan penyembuhan terhadap keadaan sakit tersebut. Upaya pengobatan itu dapat berupa pengobatan sendiri atau dilakukan oleh tenaga medis. Pengobatan sendiri lebih diartikan sebagai upaya untuk memberikan pengobatan atas penyakitnya secara mandiri. Sukasediati (1996) mendefinisikan bahwa pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat untuk menjaga kesehatannya sendiri, dan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, adat, tradisi, dan kepercayaan yang mempengaruhi seseorang; dipengaruhi tingkat pendidikan seseorang; dilakukan sewaktu-waktu manakala dibutuhkan; berada di luar kerangka kerja medik profesional; modelnya bervariasi; dan dilakukan oleh semua kelompok masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Faktor yang mendorong masyarakat melakukan pengobatan sendiri adalah kenyataan semakin mahalnya biaya berobat dengan pergi ke dokter. Hal tersebut menyebabkan masyarakat yang menderita penyakit yang dianggap ringan, misalnya: flu, pilek, dan batuk, merasa tidak perlu pergi ke dokter, tetapi cukup pergi ke apotik atau toko obat berijin yang menjual obat bebas dan obat bebas terbatas atau yang sering disebut obat tanpa resep. Obat tanpa resep terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, serta obat wajib apotik, yaitu obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Anonim, 2005). Obat wajib apotik memang dapat diberikan tanpa resep dokter, tetapi obat tersebut tidak termasuk dalam penelitian ini, karena obat wajib apotik termasuk dalam obat keras atau obat daftar G (gevaarlijk). Obat tradisional yaitu bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992). Oleh WHO, obat tradisional juga dimasukkan dalam pelayanan kesehatan umum. Obat tradisional diserahkan tanpa resep karena sulit diresepkan oleh dokter, akibat selalu bersandar pada kaidah alamiah. Keberadaan obat tradisional masih diperdebatkan akibat tidak sedikit yang keamanan dan khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman turun temurun tanpa dibuktikan secara ilmiah (Marlinda, 2003). Obat tradisional tidak termasuk dalam penelitian obat tanpa resep ini. Iklan obat tradisional mempunyai bagian tersendiri dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
terpisah dari pedoman periklanan obat bebas yang mengatur iklan obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat tanpa resep yang termasuk dalam penelitian ini adalah obat bebas dan obat bebas terbatas. Kriteria obat bebas dan bebas terbatas antara lain adalah telah terbukti secara ilmiah menunjukkan manfaat klinis, sangat diperlukan untuk menanggulangi kesakitan yang banyak dijumpai di masyarakat, dan relatif aman. Obat tanpa resep memang mudah didapatkan, akan tetapi obat tanpa resep juga mempunyai efek merugikan baik secara langsung, juga berefek jangka sedang dan panjang bila tidak digunakan secara benar (Luize, 2003). Dalam menentukan obat yang tepat dalam upaya pengobatan sendiri tersebut masyarakat memerlukan sumber informasi yang benar mengenai obat yang dipilihnya tersebut. Salah satu informasi yang dipilih masyarakat untuk menentukan obat yang akan dipakainya adalah iklan yang ada di media massa, maupun media elektronik. Iklan diharapkan akan memberikan informasi yang cukup dan tidak menyesatkan dari pembaca, pendengar, atau pemirsanya. Dari hasil survei kecil yang dilakukan oleh YLKI dengan target konsumen umum di wilayah Jakarta ternyata 81% responden menganggap iklan obat yang ada dewasa ini bermanfaat bagi konsumen, dan hanya 44,3% yang menilai iklan obat menampilkan indikasi yang berlebihan. Dengan melihat betapa tergantungnya konsumen terhadap iklan obat, maka rasanya tidak berlebihan apabila kemudian perusahaan farmasi dituntut untuk menciptakan iklan obat yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang tidak merugikan konsumen (Zahir, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Tidak dipungkiri iklan merupakan media untuk menyampaikan kehebatan produk dengan tujuan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya dan mendapatkan penjualan setinggi-tingginya. Hal ini terjadi karena setiap hari masyarakat banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi, yaitu 60% responden sebuah penelitian menonton televisi dalam sehari antara 1-5 jam bahkan hingga lebih dari 5 jam pada 30% responden (Widanenci, 2007). Waktu yang singkat dan biaya yang sangat tinggi tidak memberikan kesempatan pada sebuah iklan untuk menampilkan informasi mengenai efek samping dari produk obat tersebut. Peringatan dan kontra indikasi, sebaiknya juga disampaikan dalam iklan, agar konsumen dapat memilih obat tanpa resep yang paling sesuai untuk kondisi tubuhnya sendiri (Zahir, 1996). Televisi swasta nasional merupakan salah satu sarana yang digunakan produsen obat untuk mengiklankan produknya, karena memiliki jaringan pemirsa yang sangat luas (Yulia, 1993). Berdasarkan survei Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) tahun 2002, pendapatan iklan televisi terbanyak masih dipegang oleh RCTI, INDOSIAR, SCTV, dan TPI. Menyusul kemudian Trans, Metro, Global, TV7, ANteve, dan Lativi (Anonim, 2002b). Empat stasiun televisi swasta nasional dalam penelitian ini (stasiun televisi A, B, C, D) memiliki pendapatan iklan yang tinggi, program acaranya sudah sangat dikenal oleh pemirsa karena lebih awal berdiri, dan banyak menayangkan acara untuk anakanak. Data terbaru dari Nielsen Media Research, setelah penelitian ini dilakukan, menunjukkan bahwa selama tahun 2006 telah terjadi perubahan besar urutan belanja iklan di televisi, dari yang paling tinggi adalah kelompok RCTI, TPI,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Global TV, kelompok Trans TV dan TV 7, kelompok ANTV dan Lativi, diikuti stasiun-stasiun televisi yang masih berdiri sendiri yaitu SCTV, Indosiar, serta Metro TV (Harto, Ratnasari, Saragih, dan Mudjiono, 2006). Berdasarkan pemantauan dan evaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2003, iklan obat di televisi dinilai banyak yang tidak layak tayang, karena seringkali memberikan informasi yang irrasional dan cenderung menyesatkan (Danto, 2004). Hal ini amatlah disayangkan karena iklan obat di televisi merupakan sumber informasi yang penting bagi seseorang dalam memilih obat tanpa resep untuk dirinya sendiri ataupun orang lain, terutama bila obat tanpa resep itu ditujukan untuk anak-anak. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak (Anonim, 1994). Berkaitan dengan hal-hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian tentang evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional.
B. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian yang dilakukan pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional (stasiun televisi A, B, C, D) meliputi: 1. seperti apa profil iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional yang meliputi jenis iklan dan frekuensi iklan? 2. seperti apa profil frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional berdasarkan klafisikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen, dan produsen? 3. bagaimana kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional yang meliputi kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan kriteria iklan WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, serta kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994?
C. Keaslian Penelitian Sejauh informasi yang diterima penulis, penelitian ini belum pernah dilakukan dan berbeda dengan beberapa penelitian lain tentang iklan obat di televisi seperti penelitian oleh Saragih (2000), Papilaya (2003), dan Christina (2004), penelitian-penelitian tersebut menggunakan responden sebagai subyek penelitian dan metode kuisioner untuk pengambilan data, sedangkan pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah iklan obat di televisi, pengambilan data dengan observasi langsung dan titik berat permasalahan mengenai evaluasi kerasionalan iklan obat di televisi. Selain itu pengamatan iklan obat dilakukan pada semua kelas terapi, tidak hanya satu kelas terapi saja. Penelitian lain yang memiliki kesamaan adalah penelitian berjudul ”evaluasi kerasionalan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk ibu-ibu di empat stasiun televisi swasta nasional” yang dilakukan oleh Kartikaningtyas Yunari (2007). Penelitian ini juga mengamati mengenai evaluasi kerasionalan iklan obat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
televisi . Tetapi yang membedakannya adalah jenis acara yang diambil dalam penelitian ini.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Menambah informasi dan pengetahuan bagi perkembangan ilmu farmasi, khususnya mengenai evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi apoteker dalam memberikan pelayanan informasi kepada orang tua tentang pemilihan obat tanpa resep berdasarkan evaluasi kerasionalan iklannya di televisi. b. Data dari penelitian ini dapat digunakan oleh pihak-pihak yang terkait untuk lebih meningkatkan kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi.
E. Tujuan Tujuan dalam penelitian yang dilakukan pada tayangan acara untuk anakanak di empat stasiun televisi swasta nasional, meliputi : 1. mengetahui profil iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional yang meliputi jenis iklan dan frekuensi iklan. 2. mengetahui profil frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional berdasarkan klafisikasi jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen, dan produsen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
3. mengetahui kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional yang meliputi kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan kriteria iklan WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, serta kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pengobatan Sendiri Pengobatan sendiri adalah suatu tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep yang dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab. Hal tersebut merupakan salah satu upaya seseorang untuk mencapai kesehatan yang optimal. Pengobatan sendiri merupakan upaya pertama yang dilakukan masyarakat untuk menjaga kesehatannya sendiri. (Sukasediati, 1996). Pengobatan
sendiri
sangat
dipengaruhi
oleh
kebiasaan,
tradisi,
kepercayaan seseorang, dan juga yang paling menentukan adalah tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan berperan penting dalam menentukan pengobatan yang terbaik untuk dirinya sendiri (Sukasediati, 1996). Dari survei kesehatan rumah tangga yang dilakukan oleh departemen kesehatan RI, didapatkan data kuantitatif, yaitu sebanyak 63% masyarakat menggunakan obat bebas, 18% pergi ke dokter atau puskesmas, 9% masyarakat akan mengkonsumsi jamu untuk menanggulangi penyakitnya, 5% diobati dengan cara sendiri dan sisanya sebanyak 5% tidak melakukan apapun (Sartono, 1993). Data tersebut tidak jauh berbeda dengan data yang ada di negara maju seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, setiap tahun ada 75% dari jumlah penduduknya mengeluh atau menderita sakit. Dari jumlah tersebut diketahui 65% masyarakat mengobati sendiri penyakitnya, 25% masyarakat akan pergi ke dokter untuk mengobati penyakitnya sedangkan 10% masyarakat tidak melakukan tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
apapun untuk menanggulangi penyakitnya. Dari data di atas, ternyata persentase masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri cukup besar, sehingga kenyataan tersebut dijadikan salah satu dasar kebijakan dalam membina kesehatan masyarakat pada umumnya (Sartono, 1993). Pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep hendaknya dilakukan secara tepat dan bertanggung jawab, biasanya untuk kasus-kasus: 1. perawatan simtomatik minor, misalnya: rasa tidak enak badan, cidera ringan 2. penyakit self-limiting atau paliatif: flu, sakit kepala 3. pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan: mabuk perjalanan, kutu air 4. penyakit kronis, yang sebelumnya sudah pernah didiagnosis dokter atau tenaga medis profesional lainnya: arthritis, asma 5. keadaan yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dengan segera (Holt dan Hall, 1990). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kebiasaan pengobatan sendiri. Pertama, setiap obat selain memiliki khasiat menyembuhkan atau meningkatkan taraf sehat, juga memberikan risiko efek samping. Efek samping obat bisa saja ringan dan akan hilang jika obat dihentikan, tetapi bisa juga berat sehingga memerlukan pertolongan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Kedua, setiap obat pasti memiliki efek farmakologi spesifik, yaitu untuk mengatasi suatu gejala atau penyakit tertentu. Ketiga, setiap obat memiliki aturan pemakaian yang khusus, antara lain dosis, frekuensi pemberian, apakah harus diminum sesudah makan, pada saat makan, atau sebelum makan dan lama pemakaian.. Pengobatan sendiri umumnya dilakukan untuk (1) penyakit saluran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
pernafasan; (2) demam; (3) sakit kepala/nyeri; (4) diare; (5) gangguan pada lambung; dan (6) penyakit kulit (Dwiprahasto, 1999). Saat ini penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas masih sering menimbulkan masalah bagi kesehatan. Hal ini disebabkan tingkat pendidikan masyarakat tentang obat dan permasalahannya masih rendah. Pada umumnya dasar penggunaan obat bebas untuk pengobatan sendiri bersumber pada pengalaman menggunakan obat bebas tertentu pada waktu yang lampau atau karena diberitahu oleh orang lain, baik keluarga, tetangga, maupun teman. Atau bisa juga bersumber dari iklan obat melalui media cetak seperti surat kabar dan majalah, atau dapat juga melalui media elektronik seperti radio dan televisi. Iklan obat sebagai sumber informasi utama bagi masyarakat cenderung menyesatkan. Hampir semua iklan obat yang beredar di media televisi tidak pernah menampilkan isi bahan berkhasiatnya maupun efek samping dan kontra indikasi dari obat tersebut, sehingga masyarakat kehilangan informasi penting mengenai jenis obat yang diperlukan untuk mengobati penyakitnya dan efek samping dari obat yang dikonsumsinya tersebut, padahal tidak ada obat yang benar-benar aman untuk dikonsumsi (Sudarwanto, 1996). Obat tanpa resep mempunyai batas keamanan yang cukup baik, tetapi pemakaiannya tanpa pengawasan ketat sangat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penggunaan (Sudarwanto, 1996). Berkaitan dengan hal tersebut, pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep harus tetap memperhatikan prinsipprinsip penggunaan obat yang rasional (Anonim, 2002a). Prinsip pengobatan rasional meliputi: indikasi tepat, penilaian kondisi pasien tepat, pemilihan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
tepat dan sesuai dengan kondisi pasien, dosis dan cara pemberian obat secara tepat, informasi untuk pasien secara tepat, serta evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat (Anonim, 2000). Penilaian kerasionalan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep, dapat ditinjau dari komponen rasional dan tidak rasional. Pengobatan yang rasional menganut 4 asas tepat ditambah 1 asas waspada, yaitu: tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan waspada efek samping obat. Tepat indikasi, obat yang digunakan didasarkan pada diagnosis penyakit yang akurat. Tepat penderita yaitu tidak ada kontraindikasi. Tepat obat, pemilihan obat didasarkan pada pertimbangan rasio keamanan-kemanjuran yang terbaik. Tepat dosis, yaitu takaran, jalur, saat dan lama pemberian sesuai dengan kondisi penderita (Donatus, 1997). Upaya penggunaan obat tanpa resep secara rasional tentunya harus melibatkan peran aktif tenaga farmasi, yang terutama berfungsi untuk memberikan informasi serinci mungkin mengenai obat-obat yang dibutuhkan oleh masyarakat (Anonim, 2002a).
B. Anak dan Televisi Anak dapat begitu terikat dengan televisi, bahkan seperti bisa menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan TV ini, hanyalah satu dari begitu banyak efek yang diberikan oleh kemajuan teknologi TV. Kita semua tahu, betapa besar kemajuan dan perubahan yang terjadi semenjak TV ditemukan. Kita dapat menyaksikan liputan berita tentang berbagai peristiwa dari seluruh dunia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
kita dapat menyaksikan berbagai jenis film, dari film kartun, drama, biografi, aksi, edukasi, musik dan lain sebagainya, dari dalam dan luar negeri (Martin, 2000). Menurut data AC Nielsen, rata-rata anak-anak menonton televisi selama dua puluh satu sampai dua puluh tiga jam setiap pekan atau kurang lebih tiga sampai tiga setengah jam per hari (Marfu’ah 2006) Solusinya adalah orangtua harus bersedia duduk bersama mereka sekalipun program yang tengah ditontonnya adalah acara anak-anak. Orangtua harus turut menjelaskan setiap gambar yang muncul, apalagi jika gambar itu mengandung sesuatu yang tidak logis atau tidak bisa diterima oleh akal sehat anak-anak. Bukan tidak mungkin dalam program tayangan anak sekalipun, ketidaklogisan bisa saja muncul baik dalam bentuk gambar-gambar, maupun dalam bentuk tema cerita yang ditampilkan. Posisi anak-anak atas tayangan televisi memang sangat lemah. Hal ini berkaitan dengan sifat anak yang di antaranya pertama, anak- anak sulit membedakan mana tayangan yang baik atau buruk, mana yang pantas ditiru atau diabaikan. Kedua, anak-anak belum memiliki self- censorship dan belum memiliki batasan nilai. Ketiga, anak-anak bersifat pasif dan tidak kritis terhadap tayangan televisi. Akibatnya, semua yang ditayangkan televisi akan dianggap sebagai sebuah kewajaran. Lebih-lebih kualitas tayangan yang ditayangkan televisi umumnya tidak berpihak kepada anak-anak (Mulkan, 2006). Hal lain lagi, adalah masalah pengaruh iklan di TV yang semakin hari semakin berlebihan. Ada begitu banyak iklan yang menawarkan berbagai barang, dari mainan anak, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Iklan-iklan begitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
gencarnya memberikan janji-janji kesenangan dan kebahagiaan keluarga yang akan diperoleh bila membeli produk tersebut. Secara tidak sadar hal tersebut dapat menanamkan
kepada
anak
nilai-nilai
konsumerisme
dan
bahwa
kebahagiaan/kesuksesan sebuah keluarga diukur dari kemampuan memiliki produk terbaru yang ditawarkan. Sekali lagi kita bandingkan dengan diri kita sendiri. Orang dewasa saja banyak yang terpengaruh oleh iklan-iklan yang ada di TV (Martin, 2000).
C. Obat Tanpa Resep (OTR) Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis. Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan golongan obat tanpa resep, yang dapat dibeli secara bebas (tanpa resep) di apotek dan toko obat berijin. Obat bebas yaitu golongan obat yang dalam penggunannya tidak membahayakan dan dapat digunakan tanpa pengawasan dokter (Tjay dan Raharja, 1996). Menurut Surat keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 2380/A/SK/IX/1980 tentang tanda khusus untuk obat bebas pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil obat jadi yang tergolong obat bebas harus mencantumkan tanda khusus berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Anonim. 1996b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Yang dimaksud obat bebas terbatas, yaitu golongan obat yang dalam penggunaannya cukup aman, tetapi apabila digunakan berlebihan dapat mengakibatkan efek samping yang kurang menyenangkan. Pemakaian obat ini tidak memerlukan pengawasan dokter, namun penggunaannya terbatas sesuai dengan aturan yang tercantum pada kemasannya (Tjay dan Raharja, 1986). Obat bebas terbatas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dir.Jen/SK/1969 , harus dicantumkan tanda peringatan pada wadah atau kemasannya. Tanda peringatan berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm atau disesuaikan kemasannya, dan memuat pemberitahuan dengan huruf berwarna putih. Sesuai obatnya, pemberitahuan tersebut adalah : P. no. 1. Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam. Contoh: Decolgen tablet, Inza® tablet P. no. 2. Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine® kumur P. no. 3. Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Betadidine® untuk antiseptik lokal P. no. 4. Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: rokok anti asma P. no. 5. Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax® supositoria P. no. 6. Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol® supositoria (Sartono, 1993) Selain tanda peringatan tersebut, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6335/Dir. Jend/SK/1969 pada kemasan obat bebas terbatas juga wajib dicantumkan tanda khusus. Tanda khusus untuk Obat Bebas Terbatas berupa lingkaran biru dengan garis tepi hitam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep, pasal 2, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaanya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaanya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
(Anonim, 1996c)
D. Tinjauan Iklan dan Promosi 1. Perbedaan iklan dengan promosi Periklanan (advertisement) merupakan bagian dari kegiatan bauran promosi (promotion mix), sementara itu bauran promosi merupakan bagian dari kegiatan bauran pemasaran (marketing mix). Iklan tidak boleh disamakan dengan promosi, keduanya berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berbeda, yaitu advere untuk iklan (advertising) yang artinya mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain, dan promovere untuk promosi (promotion) yang berarti meningkatkan atau menaikkan sesuatu. Perbedaan lain adalah bentuk sasarannya, yaitu iklan “mengubah jalan pikiran” (state of mind) calon konsumennya untuk membeli, sedangkan promosi “merangsang kegiatan pembelian di tempat” (immediately stimulating purchase) (Widyatama, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
2. Definisi Promosi Menurut WHO, promosi obat adalah semua kegiatan informasi dan persuasi oleh produsen dan distributor untuk tujuan menaikkan jumlah resep, suplai, pembelian, dan atau pemakaian obat. Pernyataan yang digunakan dalam promosi harus dapat diandalkan, akurat, benar (jujur), informatif, seimbang, up to date, dapat dibuktikan klaimnya, serta mempunyai warna dan selera yang baik. Pernyataan yang tidak diperbolehkan dalam promosi adalah pernyataan menyesatkan, tidak dapat dibuktikan kebenaran klaim, atau menghilangkan fakta untuk meningkatkan penggunaan obat. Ruang lingkup promosi meliputi iklan, medical representatives, free sample obat resep untuk promosi, free sample obat tanpa resep untuk umum, simposium dan temu ilmiah, studi purna jual dan kontrol, kemasan dan label, informasi untuk pasien (leaflets, booklets), serta promosi produk ekspor (Anonim, 1988). 3. Definisi iklan Iklan menurut Komisi Periklanan Indonesia (1996) diartikan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sedangkan iklan obat adalah pesan yang disampaikan melalui komunikasi media massa oleh perusahaan farmasi tertentu untuk meningkatkan pemasaran (Anief, 1985). 4. Media iklan Media yang digunakan iklan berdasarkan tipenya diklasifikasikan oleh Gilson dan Berkman (1993) menjadi: media cetak (surat kabar dan majalah),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
media siaran (radio dan televisi), media yang langsung dan khusus (katalog dan pemberian nama barang pada amplop dan kertas surat), serta media yang ditempatkan di tempat umum (plakat dan poster). 5. Tujuan Iklan WHO menyatakan bahwa tujuan iklan untuk masyarakat umum yaitu membantu pemakai dalam membuat keputusan rasional pada penggunaan obat yang telah ditetapkan sebagai obat tanpa resep (Anonim, 1988). Berdasarkan sasarannya, Kotler (2003b) menggolongkan tujuan iklan menjadi empat. Iklan informatif untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru; iklan persuasif untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa; iklan pengingat untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali; serta iklan penguatan yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat. 6. Fungsi iklan Fungsi iklan meliputi: fungsi pemasaran (menjual produk), fungsi komunikasi (menyampaikan pesan), fungsi pendidikan (mendidik mengenai sesuatu), fungsi ekonomi (menjadi penggerak ekonomi) dan fungsi sosial (menimbulkan dampak sosial psikologis) (Bovee dan Arens, 1986). 7. Peraturan Periklanan Bidang Obat Informasi mengenai produk obat dalam suatu iklan harus sesuai dengan ketentuan dalam pasal 41 ayat (2) UU No. 23 tahun 1992, yaitu : “Penandan dan Informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan objektivitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Penjabaran pasal 41 ayat (2) UU no. 23 tahun 1992 tentang informasi sediaan farmasi
tercantum
dalam
Keputusan
menteri
kesehatan
RI
No.
386/MENKES/SK/IV/1994, yaitu : a. obyektif : harus memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak boleh menyimpang dari sifat kemanfaatan dan keamanan obat yang telah disetujui. b. lengkap : harus mencantumkan tidak hanya informasi tentang khasiat obat tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontra indikasi dan efek samping. c. tidak menyesatkan : informasi obat harus jujur, akurat, bertanggungjawab, serta tidak boleh memanfaatkan kekuatiran masyarakat akan suatu masalah kesehatan (Anonim, 1997b). Yang perlu diperhatikan adalah iklan yang memuat produk anak-anak dan iklan yang ditayangkan pada tayangan untuk anak-anak. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 yang memuat pengaturan iklan tentang obat bebas, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan makanan minuman menyatakan bahwa: iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisor orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak. Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan sebagai berikut : Baca Aturan Pakai, Jika Sakit Berlanjut Hubungi Dokter. Untuk media televisi, spot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
peringatan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari gambar dan ditayangkan minimal selama 3 detik (Anonim, 1997b). Upaya
pengendalian
informasi
komersial
untuk
meningkatkan
kerasionalan pengobatan sendiri juga dilakukan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dengan mengeluarkan kriteria etik promosi obat (Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion) sejak tahun 1988. Berdasarkan Ethical Criteria for Medical Drug Promotion-WHO, informasi dalam suatu iklan obat yang ditujukan kepada konsumen meliputi: a. komposisi zat aktif dengan nama INN (Internasional Nonpropriety Names); b. nama merek dagang; c. indikasi utama; d. perhatian, kontra indikasi, dan peringatan; e. nama dan alamat industri farmasi atau distributor (Geneva, 1988). Dengan mengacu pada Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion – WHO, pemerintah Republik Indonesia juga mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MEN.KES/SK/IV/1994, khususnya tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas. Salah satu latar belakang dikeluarkannya pedoman ini adalah untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan penggunaan obat yang salah, tidak tepat dan tidak rasional akibat pengaruh promosi melalui iklan. Berdasarkan Pedoman Periklanan Obat Bebas, iklan obat harus mencantumkan informasi mengenai :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
a. Komposisi zat aktif obat dengan nama INN (khusus untuk media cetak) ; untuk media lain, apabila ingin menyebutkan komposisi zat aktif, harus dengan nama INN. b. Indikasi utama obat dan informasi mengenai keamanan obat. c. Nama dagang obat. d. Nama industri farmasi. e. Nomor pendaftaran (khusus untuk media cetak). (Anonim, 1997b) Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.02706 tahun 2002 tentang Promosi Obat, pasal 5, dinyatakan bahwa promosi obat melalui media audio visual dan elektronik hanya diperbolehkan untuk obat bebas dan obat bebas terbatas (Anonim, 2002c). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MEN.KES/SK/IV/1994, tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, juga dinyatakan bahwa obat yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah obat yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku tergolong dalam obat bebas atau obat bebas terbatas, kecuali dinyatakan lain. Peraturan Pemerintah RI No. 72 tahun 1998 pasal 32 menyatakan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat untuk pelayanan kesehatan yang penyerahannya dilakukan berdasarkan resep dokter hanya dapat diiklankan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Dalam Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997 pasal 31 (1) disebutkan psikotropika hanya dapat diiklankan pada media cetak ilmiah kedokteran dan/atau media cetak ilmiah farmasi. Undang-Undang RI No. 22 tahun 1997 pasal 42 menyatakan narkotika hanya dapat dipublikasikan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Beberapa hal yang juga diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/MEN.KES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, adalah : 1. Iklan obat dapat dimuat di media periklanan setelah rancangan iklan tersebut disetujui oleh Departemen Kesehatan RI. 2. Iklan obat tidak boleh memberikan pernyataan superlatif, komparatif tentang indikasi, kegunaan/manfaat obat. 3. Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian (BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER), dan untuk media televisi spot iklan harus dicantumkan dengan tulisan yang jelas terbaca pada satu screen/ gambar terakhir dengan ukuran minimal 30% dari screen dan ditayangkan minimal selama 3 detik. 4. Iklan suatu obat hanya boleh diindikasikan untuk kondisi-kondisi tertentu dengan batasan-batasan khusus, antara lain meliputi : a. Vitamin Iklan multivitamin dan mineral Untuk pencegahan dan mengatasi kekurangan vitamin dan mineral, misalnya sesudah operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, anak dalam masa pertumbuhan, serta lansia. b. Obat Pereda Sakit dan Penurun Panas Untuk meringankan rasa sakit misalnya : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan atau menurunkan panas. c. Obat Flu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan pilek. d. Obat Asma Untuk meringankan gejala sesak napas karena asma. e. Obat Batuk 1) Antitusif Untuk meredakan batuk yang tidak berdahak. 2) Ekspektoran Untuk meredakan batuk yang berdahak. 3) Antitusif + Ekspektoran + Antihistamin Untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek. f. Antasida Untuk mengatasi gejala sakit maag seperti : perih, kembung, mual. g. Obat Kulit (Topikal) Untuk mengatasi infeksi karena jamur (Anonim, 1997b)
E. Televisi Sebagai Salah Satu Media Iklan Televisi sudah lama dikenal di Indonesia, bahkan sekarang ini hampir semua penduduk memiliki televisi di rumah. Pemerintah adalah pihak pertama yang memanfaatkan media ini. Banyak pesan pembangunan yang dapat dengan efektif disampaikan melalui media ini. Karakter budaya kita yang lebih suka mendengar dan melihat daripada membaca menyebabkan berkembang pesatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
industri televisi. Kemudian, seperti biasa, kalangan bisnispun tanggap dengan potensi tersebut. Jaringan dan kelompok sasaran yang luas adalah poin terbesar yang dilirik kalangan tersebut. Hasilnya iklan banyak bermunculan di televisi. (Puspadewi, 1993). Konsumen akan lebih asyik menonton televisi, yang memang lebih atraktif dan dinamis daripada membaca koran/majalah. Di Indonesia saja terdapat sepuluh
televisi swasta nasional (RCTI, SCTV, AN TV, TPI, INDOSIAR,
TRANS TV, TV 7, METRO TV, GLOBAL TV, dan LATIVI). Hal inilah yang semakin memacu semakin tingginya belanja iklan di televisi (Abadi, 2003). Belanja iklan di televisi dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut data Advertising Information Services dari Nielsen Media Research, belanja iklan di media televisi, koran, majalah, dan tabloid pada tahun 2006 mencapai Rp 30,036 triliun. Televisi masih mendominasi perolehan dari keseluruhan belanja itu dengan nilai belanja iklan lebih dari Rp 20 triliun atau sekitar 69%, koran 27%, majalah dan tabloid 4% (Anonim 2007). RCTI, TPI, dan Global TV memperoleh 32,9% dari total belanja iklan tahun 2006, Trans TV dan TV 7 (23,2%), ANTV dan Lativi (15,7%), sisanya adalah SCTV, Indosiar, serta Metro TV (Harto, Ratnasari, Saragih, dan Mudjiono, 2006). Sangat jelas sekali terlihat bahwa kehadiran iklan di media massa secara umum dalam membentuk karakter konsumen, tidak bisa dianggap enteng. Media massa, dengan “pasukan” iklan komersialnya, ditambah berbagai iklan terselubung lainnya; efektif mengubah perilaku masyarakat konsumen dalam menggunakan berbagai produk barang atau jasa. Selain dampak terhadap perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
konsumen, menjamurnya iklan di media televisi juga membuka seluas-luasnya adanya pelanggaran yang dilakukan oleh iklan, baik itu sifatnya etik maupun pelanggaran terhadap produk hukum (Abadi, 2003). Itulah faktanya, kehadiran media massa kadang tidak bisa dilawan oleh siapapun juga. Media tersebut, terutama televisi memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam membentuk suatu agenda publik yang tidak bisa dihalangi oleh hukum apapun. Media televisi sebagai media massa dapat menentukan apa yang akan dibicarakan dan dipikirkan oleh masyarakat (White cit Abadi, 2003).
F. Keterangan Empiris Penelitian
ini
dikerjakan
untuk
memperoleh
gambaran
mengenai
kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional (A, B, C, D).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian non eksperimental (observasional). Menurut Praktiknya (2003), penelitian observasional adalah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subjek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa adanya manipulasi peneliti. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi, tetapi bukan mengenai bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif non analitik. Penelitian deskriptif non analitik dimaksudkan untuk pengukuran yang
cermat
terhadap
fenomena
masyarakat
(sosial)
tertentu,
peneliti
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis (Hasan, 2002). Menurut Pratiknya (2001) disebut rancangan penelitian deskriptif non analitik karena hanya melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi.
B. Definisi Operasional 1. Iklan di televisi adalah informasi yang diberikan produsen kepada konsumen melalui media elektronik televisi, dengan maksud memperkenalkan produknya sekaligus memikat konsumen untuk memakai produk yang diiklankan 2. Obat tanpa resep adalah obat yang diperjualbelikan dengan bebas, tanpa resep dokter, terdiri dari obat bebas dengan tanda lingkaran hijau dengan garis tepi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
hitam dan obat bebas terbatas dengan tanda lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam 3. Evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep adalah penilaian kerasionalan iklan obat tanpa resep berdasarkan kriteria iklan WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa resep itu dinilai rasional bila memenuhi semua persyaratan dari kriteria iklan WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, dan tidak rasional bila tidak semua kriterianya terpenuhi dilihat dari kelengkapan dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep. Persyaratan dalam kriteria iklan tersebut adalah: a. kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan kriteria iklan WHO (1988), yang meliputi nama zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatanperhatian, kontraindikasi, nama dan alamat industri farmasi b. kerasionalan kelengkapan informasi iklan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, yang meliputi indikasi, informasi keamanan obat (diasumsikan meliputi peringatan-perhatian dan efek samping), nama dagang, dan nama industri farmasi c. kerasionalan klaim indikasi iklan berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 4. Zat aktif: komponen obat yang mempunyai efek farmakologis, nama dagang: nama obat yang diberikan oleh pemilik produk untuk identitas produknya, indikasi: petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan penyakit, kontraindikasi: petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan karena berlawanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
dengan kondisi tubuh pemakai, dan efek samping: efek yang timbul tetapi tidak diinginkan yang dapat merugikan atau berbahaya 5. Tayangan acara untuk anak-anak adalah tayangan acara di televisi yang ditujukan untuk konsumsi anak-anak berumur 2-12 tahun, meliputi film kartun, sinetron anak, film anak, reality show, dan serial anak 6. Stasiun televisi swasta nasional adalah stasiun televisi dalam negeri yang dikelola oleh pihak swasta 7. Waktu tayang adalah kurun waktu tayang acara untuk anak-anak yang dipakai dalam penelitian 8. Frekuensi tayang adalah jumlah tayang (kemunculan) iklan selama kurun waktu tayang acara untuk anak-anak yang dipakai dalam penelitian 9. Jenis iklan adalah macam-macam iklan berdasarkan jenis produk yang diiklankan, yang meliputi obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas); obat tradisional (jamu) contoh: Tolak Angin, obat herbal berstandar contoh: ProLipid, fitofarmaka contoh: Stimuno dan obat quasi contoh: Salonpas; vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga; makanan dan minuman; kosmetika; serta lain-lain. Obat dengan kandungan vitamin dan mineral yang terdapat tanda lingkaran hijau/biru bergaris tepi hitam pada kemasannya termasuk jenis iklan obat tanpa resep, sedangkan yang tidak terdapat tanda tersebut termasuk jenis iklan vitamin, suplemen, obat wajib apotek, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. 10. Jenis produk yang diiklankan adalah nama dagang produk yang diiklankan 11. Kriteria iklan adalah dasar penilaian iklan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
12. Unsur-unsur kerasionalan iklan obat tanpa resep adalah unsur-unsur yang ditampilkan dalam iklan obat di televisi 13. Klasifikasi golongan obat adalah penggolongan obat tanpa resep yang diiklankan di televisi berdasarkan golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, jenis obat berdasarkan nama dagang obat, kelas terapi berdasarkan IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000) dan indikasi secara umum dengan memperhatikan mekanisme kerja obat, sasaran konsumen (dewasa dan anak-anak), serta produsen yaitu berdasarkan nama produsen obat.
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah semua iklan yang ditayangkan di empat stasiun televisi swasta nasional (A, B, C, D) pada acara untuk anak-anak. Subjek penelitian diobservasi selama dua minggu, pada tanggal 12–19 Juli dan 26 Juli-1 Agustus 2006. Adanya selang waktu dalam pengambilan data dilakukan untuk memperoleh data yang lebih representatif. Waktu pengamatan setiap hari : acara pertama diambil mulai pukul 07.00 dan acara terakhir diambil mulai pukul 20.00. Menurut Gay (cit., Hasan, 2002) menyatakan bahwa ukuran sampel minimum yang dapat diterima untuk metode penelitian deskriptif minimal 10% dari populasi, dan untuk populasi yang relatif kecil minimal 20% dari populasi (Hasan, 2002). Iklan yang ada di televisi sangat besar jumlahnya dan sulit diketahui dengan pasti berapa jumlahnya, oleh sebab itu pengambilan sampel ditentukan melalui jumlah stasiun televisi. Jumlah stasiun televisi swasta nasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
yang ada sekarang ini adalah 10 buah, sehingga yang diperlukan adalah dua stasiun televisi. Penelitian ini menggunakan empat stasiun televisi untuk pengambilan data, dengan harapan data yang diperoleh sudah bisa mewakili iklan obat tanpa resep di stasiun swasta nasional. Dalam penelitian ini dipilih empat stasiun televisi dengan pertimbangan keempat stasiun televisi ini, menurut data tahun 2002 memiliki pendapatan iklan yang tinggi dan cukup banyak menayangkan acara untuk anak-anak. Subyek penelitian diambil dengan metode purposif. Purposif sampling adalah pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas sifat-sifat tertentu yang mempunyai sangkut paut erat dengan sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam teknik ini sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti didasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (Faisal, 1989). Menurut Nawawi (1998), dalam teknik ini pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria subyek penelitian adalah iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional Indonesia (A, B, C, D) pada periode Juli 2006 yang ditayangkan dengan waktu pengamatan setiap hari dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB. Berdasarkan data tahun 2002 yang didapatkan pada awal penelitian menyatakan bahwa empat stasiun televisi (A, B, C, D) merupakan empat stasiun televisi dengan pendapatan belanja iklan paling tinggi dibandingkan stasiun televisi lainnya, dan juga cukup banyak menayangkan acara untuk anakanak. Pemilihan waktu pengamatan tersebut, karena pada rentang waktu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
ditetapkan untuk pengambilan data ini terdapat tayangan acara untuk anak-anak ditelevisi, sedangkan diluar waktu tersebut adalah tayangan untuk orang dewasa.
D. Tata Cara Penelitian 1. Prosedur pelaksanaan penelitian a. Analisis situasi dan penentuan masalah Dilakukan pengamatan awal terhadap keseluruhan tayangan iklan di stasiun televisi swasta nasional, untuk menentukan stasiun televisi dan jam tayang yang digunakan dalam penelitian. b. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan data hasil observasi langsung tayangan iklan di stasiun televisi swasta nasional. c. Pengolahan, analisis, dan interprestasi data Data yang terkumpul mengalami proses pengolahan yaitu dengan mengedit dan mengkodekan data. Kemudian dilakukan analisis data dengan membuat tabulasi data sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan dalam penelitian, dan melakukan penghitungan-penghitungan tertentu sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Selanjutnya data diinterpretasikan dan ditarik kesimpulannya. 2. Tata cara pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung terhadap tayangan iklan di empat stasiun televisi swasta nasional A, B, C, D) selama dua minggu, pada tanggal 12–19 Juli dan 26 Juli-1 Agustus 2006 pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
acara untuk anak-anak dengan batas waktu pengamatan setiap hari dari pukul 07.00-20.00. Data yang dikumpulkan meliputi waktu tayang iklan, jenis iklan, jenis produk yang diiklankan, frekuensi tayang iklan, kelengkapan informasi iklan, dan klaim iklan obat tanpa resep.
E. Tata Cara Analisis Hasil Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode statistik deskriptif. Metode statistik ini menggunakan teknik persentase, dan ditampilkan dalam bentuk tabel atau gambar. Data frekuensi dapat langsung dianalisis, sedangkan data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep, dinyatakan dulu dalam bentuk rasional dan tidak rasional. Tabel atau gambar yang dibuat dari data iklan pada tayangan acara untuk anak-anak selama dua minggu, meliputi: 1.
persentase frekuensi jenis iklan pada masing-masing stasiun televisi (A, B, C, D) dan pada keempat stasiun televisi sekaligus
2.
persentase frekuensi iklan obat tanpa resep pada masing-masing stasiun televisi (A, B, C, D) dan pada keempat stasiun televisi sekaligus, yang meliputi klasifikasi : jenis acara, kelas terapi, golongan obat, jenis obat, sasaran konsumen, dan produsen
3.
persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep (nama zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, efek samping, serta nama industri farmasi dan alamatnya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
4.
evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep berdasarkan kriteria iklan WHO (1988), dan persentasenya
5.
evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, dan persentasenya
6.
evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, dan persentasenya.
F. Kesulitan Penelitian Kendala yang dihadapi penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sulitnya melakukan pengambilan data kelengkapan informasi iklan dan klaim indikasi untuk iklan obat tanpa resep. Hal ini terjadi karena cepatnya durasi tayang iklan yang diamati, sedangkan pada waktu yang bersamaan penulis harus melakukan pengamatan sekaligus pencatatan data. Masalah ini diatasi dengan pengamatan berulang-ulang terhadap setiap penayangan kembali iklan obat tanpa resep. Namun, terdapat kendala lain lagi karena untuk beberapa iklan obat tanpa resep yang sudah tercatat, ada yang tidak ditayangkan lagi ataupun baru ditayangkan kembali setelah periode waktu tertentu. Dengan demikian, penelitian ini membutuhkan tambahan waktu khusus, demi mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan keterbatasan kemampuan penulis dalam melakukan pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Jenis Iklan Tingkat pengenalan konsumen terhadap sebuah produk ditentukan oleh produk itu sendiri. Nama atau merek sebuah produk akan diingat orang karena tingginya frekuensi tayang iklan tersebut (Suryolaksono, 2002). Semakin tinggi frekuensi penayangan sebuah iklan, semakin besar pula perhatian konsumen terhadap produk yang diiklankan. Profil iklan yang disajikan merupakan gambaran distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu, berdasarkan jenis iklan. Tujuannya adalah untuk mengetahui persentase jenis iklan obat tanpa resep dari keseluruhan iklan yang ditayangkan. Obat tanpa resep dalam penelitian ini meliputi obat bebas yang pada kemasannya terdapat tanda lingkaran hijau bergaris tepi hitam, dan obat bebas terbatas dengan tanda lingkaran biru bergaris tepi hitam. 1. Distribusi frekuensi jenis iklan pada masing-masing stasiun televisi Persentase frekuensi jenis iklan di setiap stasiun televisi A, B, C, D dapat dilihat dari grafik pada Tabel I. Frekuensi jenis iklan obat tanpa resep di stasiun televisi A ada 9 (1,1%), stasiun televisi B ada 6 (1,5%), stasiun televisi C ada 21 (7,50%), dan stasiun televisi D ada 6 (1,2%). Iklan obat tanpa resep bisa ditemukan di semua stasiun televisi, tetapi frekuensi yang paling tinggi terdapat pada stasiun televisi C. Frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, dan D sangat sedikit, yaitu di bawah 2%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Stasiun televisi C mempunyai frekuensi iklan obat tanpa resep lebih tinggi karena tayangan acara yang diambil adalah sinetron anak pada jam tayang utama yang umumnya tidak hanya ditonton oleh anak-anak saja tetapi juga bersama orang tuanya, sehingga produsen meningkatkan frekuensi iklan pada tayangan acara tersebut karena yang mengambil keputusan dalam membeli suatu kebutuhan di dalam keluarga adalah orang tua. Tabel I. Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) No.
Jenis Iklan
A
B
C
D
1
Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas)
1.1
1.5
7.5
1.2
2
Obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka
0.6
0.0
2.1
1.0
3
Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga
4
Makanan dan minuman
5
Kosmetika
6
Lain-lain Total
1.8
0.0
6.1
0.6
59.0
71.7
28.2
51.7
7.5
7.0
8.9
9.1
30.0
19.8
47.1
36.5
100.0
100.0
100.0
100.0
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 yang memuat pengaturan iklan tentang obat bebas, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan makanan minuman dinyatakan bahwa iklan obat tidak boleh ditujukan untuk khalayak anak-anak atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisor orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat. Iklan obat tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak (Anonim, 1994). 2. Distribusi frekuensi jenis iklan pada keempat stasiun televisi Jumlah total frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi adalah 42 dengan persentase 2,1% (lihat Tabel II). Memang bukan yang paling tinggi jika dibandingkan jenis iklan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
lain. Hal ini disebabkan dalam perundang-undangan, penayangan iklan obat untuk anak-anak diatur lebih detail, termasuk bahwa iklan obat untuk anak-anak tidak boleh ditujukan langsung kepada anak-anak. Pemilihan obat untuk anak-anak yang menjadi wewenang orang tua terutama kaum ibu, juga menyebabkan para produsen tidak memasang iklan obat tanpa resep terlalu banyak pada tayangan acara anak-anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh K. Yunari menyatakan bahwa iklan obat tanpa resep lebih banyak pada acara untuk ibu-ibu yaitu sebesar 6,4% dan jenis obat untuk anak-anaknya juga lebih banyak (K. Yunari, 2007). Meskipun demikian, televisi diakui merupakan media paling sering ditemukannya iklan obat, terpaut cukup banyak dengan media iklan lainnya (Zahir, 1996). Tabel II. No. 1 2 3 4 5 6
Distribusi frekuensi jenis iklan pada tayangan acara untuk anak-anak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006)
Jenis Iklan Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas) Obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga Makanan dan minuman Kosmetika Lain-lain Total
Σ Frekuensi 42 16 35 1130 163 651 2037
Persentase (%) 2.1 0.8 1.7 55.5 8.0 32.0 100.0
Frekuensi iklan makanan dan minuman (55,5%), jauh lebih tinggi dibandingkan iklan obat tanpa resep. Kondisi ini terjadi karena makanan dan minuman relatif lebih aman dikonsumsi oleh anak-anak dibandingkan obat tanpa resep, karena biarpun obat tersebut diperuntukkan bagi anak-anak, tetapi bila dikonsumsi tidak sesuai aturan maka obat tersebut bisa membahayakan. Obat tanpa resep memang sebaiknya hanya digunakan pada saat tubuh benar-benar membutuhkan, karena penggunaan obat tanpa resep dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, misalnya parasetamol dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
menyebabkan kerusakan sel darah, kerusakan hati, dan ginjal bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. B.
Profil Iklan Obat Tanpa Resep
Pengambilan keputusan untuk memakai suatu produk obat seringkali dilakukan berdasarkan iklan (Zahir, 1996). Obat dengan frekuensi iklan yang tinggi menunjukkan tingkat konsumsi obat yang lebih tinggi dibandingkan obat dengan frekuensi iklan yang lebih rendah. Gambaran distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D ditampilkan berdasarkan jenis acara, golongan obat, jenis obat, kelas terapi, sasaran konsumen, dan produsen. Penyajian dilakukan untuk masing-masing stasiun televisi maupun gabungan dari keempat stasiun televisi. 1. Jenis Acara Jenis acara televisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tayangan acara untuk anak-anak, yang meliputi sinetron anak, reality show, serial anak, film anak, dan film kartun. Tayangan acara untuk anak-anak dipilih karena anak-anak lebih mudah dipengaruhi oleh tayangan di televisi, padahal anak-anak belum mempunyai daya pikir yang cukup untuk menyaring informasi yang didapatnya. Tabel III. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C S. Televisi D No. Jenis Acara ΣF % ΣF % ΣF % ΣF % 1 Film Anak 5 55.6 2 Kartun 4 44.4 4 66.7 3 Reality show 4 Serial Anak 2 33.3 5 Sinetron 21 100.0 6 100.0 Total 9 100.0 6 100.0 21 100.0 6 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Dari tabel di atas diketahui bahwa frekuensi iklan obat tanpa resep yang paling banyak terdapat pada acara sinetron di stasiun televisi C dan D (masingmasing 100%). Pada keempat stasiun televisi (lihat Gambar 1), iklan obat tanpa resep juga tertinggi frekuensi iklannya pada acara sinetron (27,64%), sedangkan yang terendah adalah program reality show (0%).Hal ini menunjukkan acara sinetron anak dinilai para produsen lebih efektif untuk menarik para konsumen karena ditayangkan pada jam tayang utama yang pada umumnya anak-anak menonton televisi bersama seluruh anggota keluarga. Pada acara yang lain frekuensi iklannya relatif lebih sedikit karena penayangannya pada pagi atau sore hari,
yang
sangat
memungkinkan
anak-anak
menonton
televisi
tanpa
pendampingan, sehingga produsen beranggapan kurang efektif untuk berpromosi pada tayangan acara anak-anak yang lain karena bagaimanapun juga pengambilan keputusan penggunaan obat pada anak-anak tetap menjadi wewenang orang tua ataupun orang dewasa dalam sebuah keluarga. PERSENTASE IKLAN OTR PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI BERDASARKAN JENIS ACARA
5, 12% 8, 19%
0, 0% 2, 5%
27, 64%
Film Anak
Kartun
Reality show
Serial Anak
Sinetron
Gambar 1. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis acara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
2. Kelas Terapi Obat-obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi A, B, C, D dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas terapi. Persentase frekuensi iklan obat tanpa resep berdasarkan kelas terapi pada masing-masing stasiun televisi, disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel IV.
No.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama (periode Juli 2006) berdasarkan kelas terapi S. Televisi A S. Televisi B S. Televisi C Kelas Terapi ΣF % ΣF % ΣF %
1 2
Obat analgesik (sakit kepala, demam) Obat gizi dan darah
3
7 1
33.3 4.8
Obat saluran cerna (diare)
1
4.8
4
Obat saluran cerna (maag)
1
4.8
5
Obat saluran nafas (asma)
3
14.3
6
Obat saluran nafas (batuk)
6
28.6
7 8
Obat saluran nafas (batuk, pilek) Obat saluran nafas (flu)
1
4.8
9
Obat saluran nafas (flu, batuk)
10
Obat topikal kulit (infeksi jamur) Total
4
4
1 9
44.4
6
100.0
untuk anakdua minggu S. Televisi D ΣF %
44.4
11.1 100.0
6
100.0
1 21
4.8 100.0
6
100.0
6
100.0
Obat tanpa resep yang paling banyak diiklankan di stasiun televisi A, B, dan C adalah kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam), sedangkan di stasiun televisi D adalah obat saluran nafas (flu, batuk). Obat-obat tersebut mempunyai frekuensi iklan yang paling tinggi, karena sakit kepala, demam, batuk, dan flu merupakan penyakit-penyakit ringan yang sering diderita oleh masyarakat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
sangat membutuhkan pengobatan dengan segera karena mengganggu aktivitas kerja sehari-hari, sehingga obat analgesik dan obat saluran nafas untuk penyakitpenyakit inilah yang paling banyak diiklankan oleh para produsen. Pembagian kelas terapi seluruh obat tanpa resep di keempat stasiun televisi A, B, C, D disajikan dalam grafik berikut ini:
PERSENTASE KELAS TERAPI PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI Obat analgesik (sakit kepalademam)
45.0
40.5
Obat gizi dan darah 40.0 Obat saluran cerna (diare) 35.0 Obat saluran cerna (maag)
25.0 20.0 14.6
14.6
15.0
9.8
10.0
7.3 4.9 2.4
2.4 2.4 2.4
Kelas Terapi
Persentase (%)
30.0
Obat saluran nafas (asma) Obat saluran nafas (batuk pilek) Obat saluran nafas (batuk) Obat saluran nafas (flu)
5.0
Obat saluran nafas (flubatuk)
0.0
Obat topikal kulit (infeksi jamur)
Gambar 2. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006 berdasarkan kelas terapi
Dari grafik diketahui seluruh obat tanpa resep yang diiklankan di keempat stasiun televisi terbagi menjadi 10 macam kelas terapi. Obat analgesik (sakit kepala, demam), frekuensi iklannya paling tinggi. Hal ini menunjukkan obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
analgesik dengan indikasi sakit kepala, demam adalah obat-obat yang paling banyak dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. 3. Golongan Obat Obat tanpa resep terdiri dari golongan obat bebas dan obat bebas terbatas. Berdasarkan grafik (Gambar 3), frekuensi iklan obat bebas di stasiun televisi B (100,0%).Hal ini menunjukkan stasiun televisi B paling banyak menayangkan iklan obat bebas. Sebaliknya stasiun televisi D paling banyak menayangkan iklan obat bebas terbatas (100,0%). PERSENTASE GOLONGAN OBAT PADA MASINGMASING STASIUN TELEVISI 100.00
100.00
100.00
80.00 60.00
57.14 42.86
55.56 44.44
40.00
Obat bebas Obat bebas terbatas
20.00 0.00
0.00
A
B
0.00
C
D
Stasiun Televisi
Gambar 3. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat
Persentase frekuensi total pada keempat stasiun televisi A, B, C, D disajikan dalam Tabel V. Obat tanpa resep golongan obat bebas terbatas lebih banyak diiklankan daripada obat bebas. Frekuensi iklan obat bebas terbatas lebih tinggi daripada obat bebas, karena jenis obat bebas kebanyakan namanya sudah sangat terkenal di masyarakat sehingga beberapa di antaranya sudah tidak diiklankan lagi oleh produsennya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Tabel V.
No. 1.
2.
Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan golongan obat Golongan Persentase Jenis Obat Σ Frek. Obat (%) Biogesic Anak, Laserin, Neo Entrostop, Neo Obat bebas 19 45,2 Ultracap, Panadol Extra. Anakonidin, Bodrex Migra, Canesten, Mixagrip Obat bebas Flu & Batuk, Neo Napacin, Neo Ultrasiline, 23 56,8 terbatas Neosanmag Fast, Ultraflu, Vicks Formula 44, Total
42
100,0
Berdasarkan tingkat keamanan obat, obat bebas lebih aman daripada obat bebas terbatas. Pemakaian obat bebas terbatas memang tidak memerlukan pengawasan dokter, tetapi penggunaanya harus sesuai dengan aturan yang tercantum pada kemasannya. Kenyataan bahwa lebih banyak ragam obat bebas terbatas yang beredar di masyarakat menuntut kecermatan lebih tinggi dari konsumen, penggunaannya harus lebih berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan. 4. Jenis Obat Frekuensi iklan obat tanpa resep berdasarkan jenis obat ditampilkan dalam Tabel VI. Jenis obat di stasiun televisi C paling banyak, sedangkan di stasiun televisi B dan D paling sedikit. Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan kondisi ini adalah pada stasiun televisi B acara anak-anak yang ditayangkan memang khusus untuk anak (film kartun, dan serial anak), sehingga bila produsen mengiklankan produknya pada acara tersebut akan kurang efektif karena yang memutuskan membeli atau tidak suatu produk adalah orang dewasa dalam keluarga, terutama ibu-ibu. Pada stasiun D, biarpun acara yang ditayangkan juga sinetron, tetapi karena penayangannya hanya satu minggu sekali maka jenis obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi ini relatif lebih sedikit dibandingkan acara sinetron di stasiun televisi C yang ditayangkan setiap hari. Tabel VI. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat A No.
Jenis Obat
∑F
B %
C
D
∑F
%
∑F
%
6
100.0
3
14.3
4
19.0
4
19.0
1
Anakonidin
4
44.4
2
Biogesic Anak
2
22.2
3
Bodrex Migra
4
Canesten
5
Laserin
6
Mixagrip Flu & Batuk
7
Neo Entrostop
1
4.8
8
Neo Napacin
3
14.3
9
Neo Ultracap
1
4.8
10
Neo Ultrasiline
1
4.8
11
Neosanmag Fast
1
4.8
12
Panadol Extra
13
Ultraflu
1
4.8
14
Vicks Formula 44
2
9.5
21
100.0
Total
1
2
9
∑F
%
11.1 6
100.0
6
100.0
22.2
100.0
6
100.0
Berdasarkan jenis obatnya, obat yang paling sering diiklankan di stasiun televisi A, B, C, dan D secara berurutan adalah Anakonidin, Biogesic Anak®, Bodrex Migra dan Laserin, serta Mixagrip Flu & Batuk. Adapun pada keempat stasiun televisi, jenis obat yang tertinggi frekuensi iklannya adalah Biogesic Anak®. Berdasarkan pengamatan penulis, pada saat penelitian ini dilakukan obat ini merupakan produk baru dari produsen untuk mengatasi demam pada anak, sehingga wajar jika produsen berusaha semaksimal mungkin untuk menarik perhatian konsumen terutama orang tua agar menggunakannya bila anaknya menderita demam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Tabel VII. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan jenis obat
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Obat Anakonidin Biogesic Anak Bodrex Migra Canesten Laserin Mixagrip Flu & Batuk Neo Entrostop Neo Napacin Neo Ultracap Neo Ultrasiline Neosanmag Fast Panadol Extra Ultraflu Vicks Formula 44 Total
Σ Frekuensi 4 11 4 1 4 6 1 3 1 1 1 2 1 2
Persentase (%) 9.5 26.2 9.5 2.4 9.5 14.3 2.4 7.1 2.4 2.4 2.4 4.8 2.4 4.8
42
100.0
5. Sasaran Konsumen Sasaran konsumen obat tanpa resep meliputi konsumen dewasa dan anakanak. Anak-anak memerlukan dosis obat yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Pemberian obat dengan dosis untuk dewasa pada anak-anak dapat berbahaya bagi tubuh, sedangkan pemberian dosis anak-anak untuk orang dewasa akan menyebabkan terjadinya dosis too low atau substandard. Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan dengan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Anonim, 1997b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
PERSENTASE SASARAN KONSUMEN PADA MASING-MASING STASIUN TELEVISI
Persentase(%)
120.00
80.00
100.00
100.00 85.71
100.00 66.67
60.00
Anak-anak
33.33 40.00 0.00
20.00
Dewasa
14.29 0.00
0.00 A
B
C
D
Stasiun Televisi
Gambar 4. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada masing-masing stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periodeJuli 2006) berdasarkan sasaran konsumen
Obat tanpa resep di stasiun televisi A dan B lebih banyak ditujukan untuk konsumen anak-anak, bahkan pada stasiun televisi B tidak terdapat iklan obat tanpa resep untuk konsumen dewasa. Pada stasiun televisi C dan D, iklan obat tanpa resep justru lebih banyak ditujukan untuk konsumen dewasa, bahkan di stasiun televisi D tidak ditemukan iklan obat tanpa resep untuk anak-anak. Hasil total dari keempat stasiun televisi menunjukkan frekuensi iklan obat tanpa resep untuk konsumen dewasa jauh lebih besar daripada anak-anak (lihat Gambar 5). Kondisi ini terjadi karena sebenarnya obat untuk konsumen dewasa juga dapat diberikan untuk anak-anak asal diberikan dalam dosis yang sesuai. Aturan dosis pemakaian untuk anak-anak biasanya dicantumkan juga dalam kemasan obat-obat tanpa resep untuk dewasa yang beredar di pasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
PERSENTASE SASARAN KONSUMEN PADA KEEMPAT STASIUN TELEVISI
36% Anak-anak Dewasa 64%
Gambar 5. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan sasaran konsumen
6. Produsen Produsen-produsen obat tanpa resep yang diiklankan di stasiun televisi A, B, C, D dapat dilihat persentase frekuensinya pada Tabel VIII. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua produsen mengiklankan produknya di semua stasiun televisi. Seperti terlihat pada tabel, terdapat 4 produsen yang mengiklankan produknya di stasiun televisi A, 1 produsen di stasiun televisi B, 8 produsen di stasiun televisi C, dan 1 produsen di stasiun televisi D. Produsen yang paling banyak iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi A adalah Konimex, Medifarma di stasiun televisi B, Mecosin dan Tempo Scan Pasific di stasiun C, dan Dankos di stasiun televisi D. Produsen obat mempunyai penilaian dan alasan tersendiri mengapa lebih memilih stasiun televisi tertentu untuk mengiklankan produknya, dan yang paling banyak mengiklankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
produknya tentu yang dinilai paling tepat untuk menjadi media iklan produk mereka. Hasil keseluruhan pada keempat stasiun televisi memperlihatkan produsen-produsen obat tanpa resep yang frekuensi penayangan iklannya di atas 10% meliputi Medifarma, Konimex, dan Dankos, sedangkan yang lainnya di bawah 10% Hal ini menunjukkan bahwa Medifarma, Konimex, dan Dankos adalah produsen-produsen obat tanpa resep dalam negeri yang paling banyak mengiklankan produknya di televisi. Dan hal tersebut terjadi, karena pangsa pasar untuk produk obat tanpa resep dikuasai oleh produsen pabrik dalam negeri terutama untuk pasar yang hak patennya tidak ada lagi (Herdiawan, Wicaksono, Ratnasari, Febryanto, dan Darmawan, 2005). Semakin sering iklan ditayangkan semakin sering pula seseorang melihat iklan tersebut dan dampak dari iklan tersebut juga semakin kuat, dengan demikian
tingkat konsumsi masyarakat
terhadap obat-obat produksi Medifarma tentunya diharapkan lebih tinggi dibandingkan obat tanpa resep lain dalam penelitian ini. Tabel VIII. Distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anakanak pada keempat stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) berdasarkan Produsen obat No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produsen Bayer Indonesia Tbk, PT Dankos Laboratories Tbk, PT Darya Varia Laboratoria Tbk, PT Henson Farma, PT Kalbe Farma, PT Konimex Pharm. Laboratories, PT Mecosin Indonesia, PT Medifarma Laboratories, PT Sanbe Farma, PT Sterling Products Indonesia, PT Tempo Scan Pacific Tbk, PT (Bode) Total
Σ Frekuensi
Persentase (%)
1 6 2 3 1 7 4 11 1 2 4 42
2.4 14.3 4.8 7.1 2.4 16.7 9.5 26.2 2.4 4.8 9.5 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
C. Evaluasi Kerasionalan Kelengkapan Informasi Iklan Obat Tanpa Resep Salah satu komponen kebutuhan utama dalam memilih obat adalah informasi. Informasi tersebut biasanya berasal dari industri farmasi, yang bersifat komersiil dalam bentuk iklan (Suryawati, 2003). Waktu yang singkat dan biaya yang tinggi
tidak memberikan kesempatan pada sebuah iklan untuk dapat
menampilkan informasi yang cukup mengenai obat tersebut (Zahir, 1996). Pendeknya durasi tayang dari iklan tersebut membuat informasi yang diperlukan dalam pemilihan obat tanpa resep seringkali sulit ditangkap oleh konsumen pengguna obat. Untuk itu perlu ketrampilan dan pengetahuan dari konsumen dalam memilih obat dan menganalisis secara kritis informasi obat yang ditayangkan, sehingga tidak terjadi penggunaan obat secara keliru. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan
kriteria iklan WHO (1988) dan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Iklan obat tanpa resep dinilai rasional bila terdapat semua informasi yang harus dicantumkan, dan tidak rasional bila ada salah satu informasi yang tidak dicantumkan. Menurut kriteria etik promosi obat – WHO (1988), iklan obat yang ditujukan kepada masyarakat awam harus mencantumkan informasi zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, serta nama dan alamat industri farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, iklan obat di media televisi harus mencantumkan informasi indikasi, informasi keamanan obat, nama dagang, dan nama industri farmasi. Dijabarkan lebih lanjut bahwa informasi obat harus lengkap, yaitu harus mencantumkan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
hanya informasi tentang khasiat obat, tetapi juga memberikan informasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan, misalnya adanya kontraindikasi dan efek samping. Iklan obat juga harus mencantumkan spot peringatan perhatian (BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, salah satunya hanya disebutkan bahwa iklan obat harus mencantumkan informasi keamanan obat. Tidak terdapat definisi yang jelas mengenai klasifikasi informasi yang harus dicantumkan sebagai informasi keamanan obat. Pada umumnya, informasi keamanan obat meliputi peringatan-perhatian, kontraindikasi, dan efek samping. Dalam penelitian ini, informasi keamanan obat diasumsikan hanya meliputi peringatan-perhatian dan efek samping. Iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini sudah dinilai rasional meskipun tidak mencantumkan kontraindikasi, dengan pertimbangan biaya iklan yang tinggi sehingga membuat durasi tayang iklan obat di televisi menjadi relatif singkat sehingga kurang memungkinkan untuk dapat mencantumkan semua informasi. Selain itu informasi yang penting mengenai keamanan obat sudah diwakili dengan spot peringatan perhatian (BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER). Dengan demikian, iklan obat tanpa resep dinilai rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 bila mencantumkan indikasi, peringatan-perhatian, efek samping, nama dagang, dan nama industri farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Tabel IX. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006 Kerasionalan Kep.Men.Kes No. Jenis Obat Kelengkapan Informasi Iklan WHO (1988) No.386 (1994) nama dagang, indikasi, peringatan1. Anakonidin rasional perhatian, nama industri farmasi, tidak rasional efek samping nama dagang, indikasi, peringatan2. Biogesic Anak tidak rasional tidak rasional perhatian, nama industri farmasi zat aktif, nama dagang, indikasi, 3. Bodrex Migra tidak rasional peringatan-perhatian, nama industri tidak rasional farmasi zat aktif, nama dagang, indikasi, 4. Canesten tidak rasional peringatan-perhatian, nama industri tidak rasional farmasi zat aktif, nama dagang, indikasi, 5. Laserin peringatan-perhatian, nama industri tidak rasional tidak rasional farmasi zat aktif, nama dagang, indikasi, Mixagrip Flu & 6. tidak rasional peringatan-perhatian, nama industri tidak rasional Batuk farmasi nama dagang, indikasi, peringatan7. Neo Entrostop tidak rasional tidak rasional perhatian, nama industri farmasi nama dagang, indikasi, peringatan8. Neo Napacin tidak rasional tidak rasional perhatian, nama industri farmasi zat aktif, nama dagang, indikasi, 9. Neosanmag Fast peringatan-perhatian, nama industri tidak rasional tidak rasional farmasi zat aktif, nama dagang, indikasi, 10. Neo Ultracap peringatan-perhatian, nama industri tidak rasional tidak rasional farmasi nama dagang, indikasi, peringatan11. Neo Ultrasiline tidak rasional tidak rasional perhatian nama dagang, indikasi, peringatan12. Panadol Extra tidak rasional tidak rasional perhatian nama dagang, indikasi, peringatan13. Ultraflu tidak rasional tidak rasional perhatian, nama industri farmasi Vicks Formula nama dagang, indikasi, peringatan14 tidak rasional tidak rasional 44 perhatian, nama industri farmasi
Secara keseluruhan, informasi-informasi yang harus dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep berdasarkan kriteria iklan WHO (1988) dan Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 terdiri dari komposisi zat aktif, nama dagang, indikasi, kontraindikasi, peringatan-perhatian, nama industri farmasi dan alamatnya, serta efek samping obat. Semua informasi-informasi tersebut sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
dibutuhkan masyarakat pengguna obat tanpa resep, agar dapat melakukan pengobatan sendiri yang aman dan efektif atau pengobatan yang rasional. Zat aktif adalah komponen obat yang mempunyai efek farmakologis atau mempunyai khasiat pengobatan. Sebuah obat tanpa resep dapat memiliki satu atau lebih zat aktif. Informasi komposisi zat aktif perlu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep agar masyarakat bisa membandingkan antara klaim indikasi yang disampaikan oleh iklan dengan indikasi yang sebenarnya dari zat aktif yang terkandung dalam obat tersebut. Hampir semua iklan yang ada di televisi, tidak pernah menampilkan isi bahan berkhasiatnya, sehingga masyarakat kehilangan informasi penting, yaitu mengenai jenis obat yang diperlukan untuk mengobati penyakitnya (Sudarwanto, 1996). Padahal, apa yang disampaikan dalam iklan sangat berperan dalam pemilihan penggunaan obat tanpa resep di kalangan masyarakat (Zahir, 1996). Menyadari begitu pentingnya informasi zat aktif bagi konsumen, sangat disayangkan apabila Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 hanya mewajibkan pencantuman informasi zat aktif obat pada iklan di media cetak saja. Dari 14 jenis obat tanpa resep yang dievaluasi kerasionalan kelengkapan iklannya, Bodrex Migra®, Neo Ultracap®, Neosanmag Fast®, Laserin®, Mixagrip Flu & Batuk®, dan Canesten®, sudah mencantumkan informasi zat aktif dalam iklannya di media televisi . Nama dagang perlu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep, agar konsumen dapat mengingat dengan baik produk obat tanpa resep yang diiklankan. Beberapa jenis obat dapat mempunyai komposisi zat aktif yang sama, karena itu lebih mudah bagi masyarakat untuk mengingat nama dagang daripada mengingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
nama obat yang dikandungnya apalagi bila dalam sebuah obat tanpa resep terkandung beberapa macam obat sekaligus. Nama dagang sebuah obat tanpa resep biasanya langsung dapat mengingatkan konsumen tentang indikasi atau khasiat obat, oleh sebab itu banyak masyarakat yang membeli obat tanpa resep hanya berdasarkan nama dagang (merek) obatnya saja. Semua iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini mencantumkan informasi nama dagang. Indikasi atau petunjuk kegunaan obat secara spesifik dalam pengobatan penyakit merupakan informasi yang selalu dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep. Indikasi obat perlu dicantumkan dalam iklan karena agar konsumen dapat memilih obat yang tepat untuk mengobati penyakitnya. Pemilihan obat yang tepat sangat penting, karena obat sebenarnya adalah racun, sehingga penggunaan obat yang tidak sesuai dengan indikasinya, akan membuat penyakitnya tidak sembuh dan malah bisa menimbulkan keracunan bagi pengguna obat tersebut. Seringkali kita temui dimasyarakat adanya penggunaan obat di luar indikasinya seperti penggunaan yang salah maupun penyalahgunaan obat. Padahal perilaku seperti itu dapat membahayakan kesehatan mereka sendiri. Sebagai contoh adalah menggunakan obat antihistamin yang efek sampingnya dapat meningkatkan nafsu makan untuk menambah berat badannya. Kontraindikasi merupakan peringatan pada orang tertentu yang tidak bolah menggunakan obat tersebut (Sudarwanto, 1996). Kontraindikasi juga penting disampaikan dalam iklan obat tanpa resep, karena kondisi tiap orang berbeda-beda. Pengobatan dengan obat tertentu yang cocok untuk seseorang belum tentu cocok juga untuk orang lain dan bila hal tersebut dilanggar maka akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
bisa memperparah kondisi penyakitnya atau timbul komplikasi dengan penyakit lain yang dideritanya. Sebagai contoh adalah penggunaan obat tanpa resep yang mengandung asetosal pada seseorang yang memiliki gangguan maag maka akan memperparah kondisi kondisi penyakitnya. Dalam penelitian ini, tidak terdapat iklan obat tanpa resep yang mencantumkan informasi kontraindikasi. Durasi tayang iklan obat tanpa resep di televisi yang begitu singkat menjadi faktor penyebab sulitnya menginformasikan kontraindikasi. Faktor lain yang mungkin menyebabkan tidak dicantumkannya kontraindikasi adalah adanya kekhawatiran produsen akan munculnya ketakutan masyarakat secara berlebihan untuk mengkonsumsi suatu obat tanpa resep bila mengetahui kontraindikasinya lebih dulu. Selain itu juga karena sebenarnya informasi kontra indikasi yang merupakan informasi keamanan obat sudah diwakili dengan adanya tulisan ( BACA ATURAN PAKAI ) yang menginformasikan agar konsumen membaca terlebih dahulu aturan pakai di kemasan obat sekaligus mengetahui kontra indikasi dari obat tersebut. Bagaimanapun juga kontraindikasi perlu disampaikan dalam iklan, dan informasi sebaiknya diberikan dalam bentuk yang ringkas dan dengan istilah bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh masyarakat awam. Iklan obat harus mencantumkan spot peringatan perhatian (BACA ATURAN PAKAI. JIKA SAKIT BERLANJUT, HUBUNGI DOKTER), dan ditayangkan minimal tiga detik untuk iklan media televisi. Semua iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini sudah mencantumkan spot peringatan perhatian pada akhir penayangan iklan. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa berdasarkan pengamatan penulis penayangan spot peringatan perhatian iklan obat tanpa resep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
di media televisi rata-rata kurang dari tiga detik, sehingga hampir tidak dapat teramati oleh pemirsa. Peringatan- perhatian perlu disampaikan dalam sebuah iklan obat tanpa resep untuk memberi petunjuk kepada konsumen agar sebelum mengkonsumsi obat mereka harus membaca dulu aturan pakai yang tertera pada kemasan obatnya. Peringatan-perhatian juga mengingatkan konsumen bahwa apabila setelah pemakaian obat tanpa resep dalam kurun waktu tertentu tidak terjadi perubahan kondisi tubuh (penurunan gejala-gejala sakit) seperti yang diharapkan, maka konsumen pemakai obat harus segera pergi ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan peresepan yang tepat sesuai penyakit yang dideritanya. Pencantuman peringatan-perhatian berkaitan erat dengan perilaku membaca aturan pakai pada kemasan obat, sebuah perilaku yang sangat menentukan keberhasilan terapi. Aturan pakai memberikan informasi mengenai dosis dan cara pemakaian. Setiap obat mempunyai dosis dan cara pemakaian yang berbeda untuk mencapai efek terapi. Suatu obat yang digunakan pada dosis yang lebih besar dari seharusnya (berlebihan) dapat mengakibatkan keracunan bagi penggunanya, sedangkan obat yang digunakan pada dosis lebih kecil dari yang diperlukan menyebabkan penyakit yang diderita menjadi tidak sembuh dan dapat menimbulkan resistensi terhadap obat yang digunakan, Hal seperti ini harus mendapatkan perhatian penting dari konsumen, terutama bila pemakaiannya untuk anak-anak, maka tata cara aturan pakainya harus benar-benar diperhatikan. Cara pemakaian obat juga berbeda-beda, misalnya ada obat-obat yang harus ditelan (tablet, kapsul) dan ada pula obat tetes yang pemakaiannya diteteskan pada mata, hidung, atau telinga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Nama industri farmasi (produsen atau distributor) dan alamatnya juga informasi yang penting untuk dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep karena industri farmasi adalah pihak yang bertanggung jawab atas kualitas kerja sebuah obat. Dalam penelitian ini, semua iklan obat tanpa resep tidak mencantumkan alamat industri farmasi, tetapi sebagian besar mencantumkan nama industri farmasi kecuali iklan Panadol Extra®, dan Neo Ultrasiline®. Informasi lain yang penting untuk dicantumkan dalam iklan obat tanpa resep adalah efek samping yaitu efek-efek yang tidak diinginkan yang dapat muncul seiring dengan penggunaan obat. Efek samping obat merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam upaya mewujudkan pengobatan yang rasional. Hampir semua obat memiliki efek samping seperti mual, muntah, diare, mengantuk, dan sebagainya. Obat-obat tanpa resep dengan zat aktif para amino fenol misalnya mempunyai efek samping antara lain menyebabkan kerusakan sel darah, kerusakan hati dan ginjal. Pengguna dalam memilih obat tanpa resep seharusnya mencermati efek samping yang dapat muncul sehingga dapat memilih obat yang mempunyai rasio manfaat lebih besar daripada efek sampingnya. Iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini yang sudah menginformasikan efek samping hanya iklan Anakonidin®. Iklan tersebut hanya memberikan informasi efek samping tentang menyebabkan atau tidak menyebabkan kantuk. Obat-obat tanpa resep yang mengandung antihistamin memang dapat menyebabkan mengantuk, tetapi ada juga beberapa antihistamin yang tidak menimbulkan efek samping mengantuk. Informasi tentang menyebabkan atau tidak menyebabkan kantuk perlu disampaikan dalam iklan obat yang mengandung antihistamin, karena berbahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
jika seseorang yang meminum obat dengan kandungan antihistamin yang dapat menyebabkan kantuk melakukan aktivitas yang berisiko tinggi seperti mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin produksi. Tetapi pada beberapa obat, efek samping ada yang memang disengaja, misalnya pada obat flu untuk anak biasanya disertakan antihistamin, yang selain untuk pengobatan juga dimanfaatkan efek sampingnya untuk membuat anak-anak istirahat dengan tenang. Tabel X. Persentase kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Ada Tidak ada Total No. Informasi Iklan ΣF % ΣF % ΣF % 1 Zat aktif 6 42.9 8 57.1 14 100.0 2 Nama dagang 14 100.0 0 0.0 14 100.0 3 Indikasi 14 100.0 0 0.0 14 100.0 4 Kontraindikasi 0 0.0 14 100.0 14 100.0 5 Peringatan-perhatian 14 100.0 0 0.0 14 100.0 6 Nama industri farmasi 12 85.7 2 14.3 14 100.0 7 Alamat industri farmasi 0 0.0 14 100.0 14 100.0 8 Efek samping 1 7.1 13 92.9 14 100.0
Berdasarkan tabel tersebut, dari 14 jenis obat tanpa resep yang diiklankan, hanya 6 jenis obat menayangkan informasi zat aktif, tidak satu jenis obat pun yang menginformasikan kontraindikasi dan alamat industri farmasi, 14 jenis obat menampilkan informasi peringatan-perhatian, 12 jenis obat menginformasikan nama industri farmasi, dan 1 jenis obat menayangkan informasi efek samping obat. Informasi nama dagang dan indikasi juga tercantum pada 14 jenis obat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi zat aktif, kontraindikasi, alamat industri farmasi, dan efek samping obat, perlu ditingkatkan lagi penayangannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Kriteria penilaian iklan obat tanpa resep idealnya mengacu pada aturan WHO karena sudah ada pembagian kriteria berdasarkan target iklan, dan klasifikasi informasi yang harus dicantumkan dalam iklan juga jelas. Hasil evaluasi kerasionalan kelengkapan iklan dari Tabel XI menunjukkan bahwa iklan obat tanpa resep di televisi yang beredar saat ini, semuanya tidak rasional berdasarkan kriteria iklan WHO (1988), tetapi 1 jenis obat dari 14 jenis obat tanpa resep yang dievaluasi rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 Tabel XI. Persentase kerasionalan kelengkapan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Rasional Tidak Rasional Total No. Kriteria Iklan Persentase Persentase Persentase Jumlah Jumlah Jumlah (%) (%) (%) 1. WHO (1988) 0 0,0 14 100,0 14 100,0 Keputusan Menteri 2. Kesehatan 1 7,1 13 92,9 14 100,0 No.386 tahun 1994
Pada
umumnya
iklan-iklan
obat
tanpa
resep
yang
ada
hanya
mencantumkan nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, dan nama industri farmasi (produsen atau distributor). Hal ini menunjukkan iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di televisi semata, tidaklah cukup untuk dijadikan acuan informasi agar dapat melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep secara aman dan efektif. Informasi iklan harus disertai dengan penelusuran ke kemasan obat, karena informasi yang terdapat pada kemasan obat tidak semuanya ditampilkan dalam iklan, seperti halnya informasi tentang kontraindikasi yang tidak dicantumkan dalam semua iklan obat tanpa resep pada penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Membaca informasi yang terdapat pada label kemasan obat sebelum menggunakan obat sangat diperlukan supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat. Kenyataan yang sering terjadi, beberapa masyarakat membeli obat tanpa resep tanpa disertai kemasannya karena berdasarkan pengalamannya cukup satu kali saja mengkonsumsi obat sudah merasa sembuh. Budaya membaca masyarakat kita juga masih sangat kurang, sehingga kadang mereka tidak membaca informasi penting yang tercantum dalam kemasan obat yang dibelinya Secara keseluruhan dapat dikatakan iklan-iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di media televisi sekarang ini belum memberikan informasi yang memadai untuk masyarakat pengguna obat. Berkaitan dengan kondisi tersebut, perlu dilakukan tindakan tertentu terhadap ketidaklengkapan informasi yang seharusnya dicantumkan dalam iklan obat di media televisi. Tindakan ini dapat berupa campur tangan dari pihak pemerintah untuk selalu meninjau secara berkala iklan yang dibuat, sehingga iklan obat tanpa resep yang ditayangkan di televisi diharapkan sungguh-sungguh berisi informasi yang ideal. Hal ini dilakukan agar masyarakat luas dapat menggunakan iklan sebagai sarana bantuan dalam pemilihan obat tanpa merasa khawatir tersesatkan oleh iklan, juga supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat tanpa resep di kalangan masyarakat karena tidak semua konsumen memiliki pengetahuan yang cukup tentang obatobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
D. Evaluasi Kerasionalan Klaim Indikasi Iklan Obat Tanpa Resep Informasi mengenai indikasi suatu obat tanpa resep harus sesuai dengan indikasi zat aktif yang terkandung dalam obat tersebut. Hal tersebut biasanya disampaikan oleh iklan obat tanpa resep di televisi dalam lisan atau tulisan, bahkan ada yang menyampaikan dengan menjabarkan gejala penyakit yang bisa diobati dengan obat tersebut. Informasi indikasi berpengaruh besar bagi pemilihan suatu obat bagi masyarakat pengguna obat. Hal ini membuat produsen-produsen dan pembuat iklan berusaha menyampaikan informasi mengenai indikasi suatu obat dengan cara semenarik mungkin, bahkan kadang tidak sesuai dengan indikasi yang sebenarnya dari zat aktif yang terkandung dalam obat tersebut. Pada penelitian ini, klaim indikasi iklan obat tanpa resep yang diperoleh dievaluasi kerasionalannya berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Indikasi iklan obat pereda sakit dan penurun panas menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 hanya boleh menyatakan “untuk meringankan rasa sakit misalnya : sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan atau menurunkan panas “Sesuai aturan tersebut juga berdasarkan mekanisme kerja zat aktifnya, iklan obat analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep yang meliputi Biogesic Anak®, Panadol Extra®, dan Bodrex Migra®dinilai rasional (Tabel XII). Beberapa obat analgesik (sakit kepala, demam) tanpa resep mengandung kofein meskipun bukan merupakan obat pereda nyeri, biasanya digunakan dalam campuran obat analgesik untuk sakit kepala seperti migrain. Pada perbadingan yang tepat dengan parasetamol, kofein dapat memperkuat daya kerja parasetamol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
dalam meredakan rasa sakit. Hasil evaluasi menunjukkan hampir semua klaim indikasi iklan obat analgesik tanpa resep di televisi sudah menyampaikan indikasi secara tidak berlebihan dan tidak menyesatkan, sehingga konsumen dapat memilih dan menggunakan obat tanpa resep kelompok ini dengan aman dan efektif. Tabel XII.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat analgesik (sakit kepala,demam) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi dan No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Kerasionalan 1. Biogesic Anak, tiap 5 ml: efektif meredakan parasetamol (160 mg) sebagai analgesik-antipiretik mampu demam anak (9) menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus 2. Panadol Extra: Panadol Extra: parasetamol (sama 500 mg) bekerja sebagai analgesik yaitu efektif untuk sakit kepala meredakan nyeri ringan sampai sedang (seperti sakit kepala) tak tertahankan (9) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (50 mg, 35 mg, 65 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol 3. Bodrex Migra: Bodrex Migra: parasetamol (350 mg, 250 mg) dan propifenazon (sama 150 untuk sakit kepala mg) bekerjasama menguatkan efek analgesik yaitu meredakan sebelah (9) nyeri dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri, kofein (sama 50 mg) sebagai stimulan susunan saraf pusat mampu meningkatkan kemampuan psikis dan dapat memperkuat keefektifan absorpsi dan daya analgesik parasetamol Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994, indikasi iklan multivitamin dan mineral hanya dibolehkan “untuk pencegahan dan mengatasi kekurangan vitamin dan mineral, misalnya sesudah operasi, sakit, wanita hamil dan menyusui, anak dalam masa pertumbuhan, serta lansia”. Aturan indikasi iklan vitamin C adalah “untuk mengatasi kekurangan vitamin C seperti pada sariawan dan perdarahan gusi ; dan untuk keadaan saat kebutuhan akan vitamin C meningkat seperti pada keadaan sesudah operasi, sakit, hamil dan menyusui, anak dalam masa pertumbuhan, serta lansia “. Vitamin dan mineral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi metabolisme tubuh yang normal sebenarnya tersedia cukup banyak dalam makanan sehari-hari yang komposisinya baik, tidak dapat digunakan sebagai pengganti makanan, dan bukan merupakan sumber energi atau pemelihara kebugaran. Tabel XIII.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif dan Kerasionalan 1. Neo Ultracap: mengatasi letih, vitamin B1(100 mg), vitamin B6 (100 mg), vitamin B12 (200 mcg) lesu, capek, pegalmempertahankan kesehatan sistem susunan saraf dengan kerja khusus pegal (x) lain vitamin B1 membantu melepaskan energi dari makanan, vitamin B6 membantu melepaskan energi dari makanan dan membantu pembentukan sel darah merah, vitamin B12 membantu pembentukan sel darah merah; kofein (50 mg) bekerja meningkatkan kemampuan psikis dengan merangsang kerja susunan saraf pusat Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Neo Ultracap® yang terdiri dari multivitamin dan mineral tidak rasional klaim indikasi iklannya, (lihat Tabel XIII). Klaim indikasi iklan obat gizi dan darah tanpa resep dalam penelitian ini dinilai tidak rasional karena tidak menyatakan bahwa vitamin dan mineral tambahan (selain dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari) hanya digunakan pada saat kebutuhan vitamin dan mineral tubuh meningkat
(kondisi
defisiensi
spesifik),
dan
hanya
bersifat
membantu
mempertahankan fungsi metabolisme tubuh yang normal saja. Apabila kebutuhan vitamin dan mineral tubuh sudah terpenuhi dengan makan makanan bergizi seimbang, maka tambahan vitamin dan mineral yang bukan berasal dari makanan sudah tidak diperlukan lagi. Bagaimanapun juga konsumsi berlebihan vitamin dan mineral dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh pemakai, terutama yang sulit dikeluarkan dari dalam tubuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Hasil evaluasi ini menunjukkan iklan obat gizi dan darah tanpa resep dalam penelitian ini masih memberikan indikasi berlebihan yang dapat menyesatkan, sehingga seharusnya tidak dipercaya begitu saja oleh masyarakat pengguna obat. Tabel XIV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (diare) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi dan No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Kerasionalan 1. Neo Entrostop: untuk diare yang tak bisa atapulgit (650 mg) dan pektin (50 mg) mengatasi diare melalui berhenti (9) kerja atapulgit sebagai adsorben yaitu menyerap bakteri, toksin, dan gas; juga kerja pektin mengeliminasi bakteri toksin Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Dari Tabel XIV diketahui klaim indikasi iklan Neo Entrostop® dinilai rasional karena indikasi yang disebutkan sesuai dan tidak berlebihan dengan mekanisme kerja zat aktif. Tidak terdapat batasan indikasi untuk obat diare dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994. Tabel XV. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran cerna (maag) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi dan No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Kerasionalan 1. Neosanmag Fast: obat maag: menetralkan famotidin (10 mg) sebagai antitukak mengatasi tukak lambung asam lambung dan dengan mengurangi sekresi asam lambung melalui kerja mengurangi asam sebagai antagonis reseptor H2, kalsium karbonat (800 mg) dan lambung (9) magnesium hidroksida (165 mg) sebagai antasida bekerjasama menetralkan asam lambung berlebih dengan melapisi selaput lendir lambung Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Antasida dalam iklan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 hanya diindikasikan “untuk mengatasi gejala sakit maag seperti : perih, kembung, mual”. Klaim indikasi iklan Neosanmag Fast® sebagai obat mempunyai kandungan antasida dinilai rasional ditinjau dari kedua kriteria yang digunakan (lihat Tabel XV). Klaim indikasi iklan obat saluran cerna (diare maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
maag) yang didapatkan dalam penelitian ini sudah dapat dipercaya dan dijadikan acuan untuk pertimbangan pemilihan obat di kalangan masyarakat. Tabel XVI.
Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiuntelevisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi dan No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Kerasionalan 1. Neo Napacin: Neo Napacin: efedrin hidroklorida (12,5 mg, 25 mg) dan teofilin (125 mg, 130 untuk sesak nafas akibat mg) sebagai antiasma bekerjasama meringankan dan mengatasi asma (9) serangan asma bronkhial dengan merelaksasi otot polos pada bronkhus (bekerja sebagai bronkhodilator) Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Iklan Neo Napacin® dinyatakan rasional klaim indikasinya berdasarkan mekanisme kerja zat aktif serta batasan indikasi obat asma dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 yang dinyatakan “untuk meringankan gejala sesak nafas karena asma” (lihat Tabel XVI). Dengan demikian klaim indikasi iklan obat saluran nafas (asma) tanpa resep di televisi dapat dipercaya oleh konsumen pengguna obat karena tidak berlebihan dan tidak menyesatkan. Iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep dalam penelitian ini meliputi iklan Laserin®, dan Vicks Formula 44®. Batasan indikasi yang boleh disampaikan dalam iklan menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 untuk obat batuk antitusif yaitu “untuk meredakan batuk yang tidak berdahak”, obat batuk ekspektoran “untuk meredakan batuk yang berdahak”, dan obat batuk kombinasi antitusif-ekspektoran-antihistamin “untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek”. Ditinjau dari aturan tersebut juga sesuai dengan mekanisme kerja zat aktif, iklan Laserin®, Vicks Formula 44® dinilai tidak rasional karena klaim indikasi yang disajikan kurang lengkap dan tidak spesifik (lihat Tabel XVII).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Tabel XVII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif dan Kerasionalan 1. Laserin, tiap 5 ml: untuk batuk (x) obat dari bahan alam yang meliputi herba Euphorbia hirta (0,15 g), rhizoma Zingiber officinale (6 g), fruktus cardamom (0,15 g), caryophyllum (0,6 g), folium Piper betle (1,8 g), folium Abrus precatorius (0,3 g), folium Mentha arvensis (0,15 g), folium Hibiscus rosa-sinensis (0,15 g), oleum Mentha piperita (0,015 ml), dan succus liquiritiae (0,015 g); secara keseluruhan bekerja dengan efek ekspektoran (efek yang paling dominan), antitusif, karminatif, dan dekongestan yang bekerja mengatasi batuk berdahak dengan merangsang pengeluaran dahak dari saluran nafas juga mengatasi batuk tidak berdahak (kering) dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, sesuai juga untuk batuk yang disertai masuk angin karena mempunyai efek karminatif, serta bekerja melegakan obstruksi (penyumbatan) jalan nafas 2. Vicks Formula 44: meredakan batuk dekstrometorfan hidrobromida (5 mg) sebagai antitusif meredakan dan membantu batuk tidak berdahak (kering) dengan bekerja sentral pada susunan istirahat (x) saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, doksilamin suksinat (3 mg) sebagai antihistamin mengatasi batuk karena alergi dengan meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptornya disertai efek samping sedasi-hipnotik ringan seperti menenangkan, menyebabkan dan mempermudah tidur Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Indikasi obat batuk tanpa resep hendaknya disampaikan cukup spesifik sehingga memudahkan konsumen dalam mengaitkannya dengan gejala sakit yang dirasakan. Karena obat batuk yang berkhasiat ekspektoran sama sekali berbeda mekanisme kerjanya dengan obat batuk yang berkhasiat antitusif untuk menyembuhkan batuk. Merupakan tindakan yang tidak rasional jika misalnya seseorang menderita batuk berdahak dan diberi obat batuk yang mengandung zat antitusif yang berkhasiat menekan batuk karena hal itu justru bisa menghambat pengeluaran dahak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Tabel XVIII. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif dan Kerasionalan 1. Anakonidin: meredakan batuk, dekstrometorfan hidrobromida (5 mg) sebagai antitusif meredakan tenggorokan gatal, batuk kering dengan bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan dan hidung pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, gliseril guaiakolat tersumbat pada (25 mg) sebagai ekspektoran meredakan batuk berdahak dengan anak (x) mengencerkan dahak sehingga mempermudah pengeluaran dahak dari saluran nafas, pseudoefedrin hidroklorida (7,5 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah hidung, klorfeniramin maleat (0,5 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (antara lain pada hidung, tenggorokan) seperti gatal tenggorokan dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor H1 Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Dari Tabel XVIII, untuk iklan obat-obat saluran nafas (batuk, pilek) tanpa resep Iklan Anakonidin® dinilai tidak rasional karena kurang jelas indikasinya, seharusnya menyatakan “untuk meredakan batuk berdahak yang disertai pilek”. Sebaiknya Iklan Anakonidin® yang digunakan untuk anak-anak harus lebih jelas lagi mengenai klaim indikasinya, karena obat untuk anak harus cukup memberikan informasi mengenai obat tersebut, agar masyarakat tidak salah pilih dalam memberikan obat untuk anaknya. Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 mengatur indikasi obat flu yaitu “untuk meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan pilek”. Dari Tabel XIX klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu) Ultraflu® dinilai rasional karena pernyataannya tidak berlebihan, dan tetap dinilai rasional meskipun gejala-gejala flu yang dapat diredakan tidak disebutkan semua (hanya sebagian) .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Tabel XIX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi dan No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Kerasionalan 1. Ultraflu: Ultraflu: parasetamol (400 mg, 600 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan flu (9) meredakan nyeri ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, fenilpropanolamin hidroklorida (12,5 mg, 15 mg) sebagai dekongestan hidung mengurangi hidung tersumbat melalui vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah hidung, klorfeniramin maleat (1mg, 2 mg) sebagai antihistamin meredakan gejala-gejala alergi (misalnya pada hidung, tenggorokan) seperti bersin dengan menghambat interaksi histamin dan reseptor H1 Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasiona Tabel XX. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Klaim Indikasi No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif dan Kerasionalan 1. Mixagrip Flu & Batuk: efektif redakan flu parasetamol (500 mg) sebagai analgesik-antipiretik meredakan nyeri danbatuk sekaligus ringan sampai sedang (misalnya sakit kepala) dengan menghambat (x) produksi senyawa penyebab nyeri dan meningkatkan ambang rasa nyeri juga menurunkan demam melalui kerjanya pada pusat pengatur suhu di hipotalamus, dekstrometorfan hidrobromida (10 mg) sebagai antitusif meredakan batuk dengan menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk, pseudoefedrin hidroklorida sebagai dekongestan hidung (30 mg) mengurangi hidung tersumbat dengan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah hidung Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Iklan-iklan obat saluran nafas (flu, batuk) tanpa resep yaitu Mixagrip Flu & Batuk® dinilai tidak rasional klaim indikasinya (lihat Tabel XX). Hal ini disebabkan klaim indikasi iklan tidak menyebutkan dengan jelas jenis batuk yang bisa diredakan dengan obat yang diiklankan, padahal obat-obat tanpa resep kelompok ini mengandung obat batuk yang berbeda yaitu ada yang ekspektoran (pengencer dahak), dan ada yang antitusif (penekan batuk). Tidak jelasnya klaim indikasi iklan tentang jenis batuk sangat merugikan pemirsa pengguna obat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
karena dapat terjadi kesalahan dalam penggunaan yang mengakibatkan kegagalan pengobatan, padahal sudah mengeluarkan biaya. Indikasi obat kulit (topikal) menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 adalah “untuk mengatasi infeksi karena jamur “. Tabel XXI. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) No. Jenis Obat dan Mekanisme Kerja Zat Aktif Klaim Indikasi dan Kerasionalan 1. Canesten, Neo Ultrasiline: Canesten: klotrimazol 1% b/b sebagai obat antijamur dengan atasi gatal jamur, cabut jamur efek fungisida (membunuh jamur) bekerja mengatasi sampai ke akar (x) infeksi jamur pada kulit (misalnya panu, kadas, Neo Ultrasiline: kurap, jamur pada sela-sela jari kaki) dengan efektif untuk panu dan kutu air (9) menghambat sintesis ergosterol (yang menyebabkan permeabilitas sel jamur meningkat), atau dengan menghancurkan dinding sel jamur tersebut Keterangan: 9= rasional, x= tidak rasional
Dari Tabel XXI dapat dilihat Neo Ultrasiline® merupakan iklan obat-obat topikal kulit (infeksi jamur) tanpa resep yang dinilai rasional klaim indikasinya. Iklan Canesten® dinilai tidak rasional klaim indikasinya karena menyatakan “cabut jamur sampai ke akar” yang tidak sesuai dengan mekanisme kerja klotrimazol yaitu menghancurkan kulit sel jamur. Klaim indikasi Canesten® yang berlebihan dan cenderung mengelabui pemirsa tentunya sangat merugikan masyarakat . Pernyataan sebuah obat tanpa resep ditujukan untuk anak-anak dalam klaim indikasi iklan pada umumnya memang benar sesuai diindikasikan untuk anak-anak. Hal ini terjadi karena sebelum dipasarkan obat-obat tanpa resep tentunya sudah mengalami evaluasi dan pengujian oleh badan yang berwenang termasuk tentang kesesuaian dosisnya. Iklan obat tanpa resep untuk anak pada penelitian ini seperti Biogesic Anak® mengandung parasetamol 160 mg telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
cukup memenuhi dosis untuk anak-anak yaitu
200 mg, sedangkan untuk
Anakonidin® yang klaim indikasi adalah untuk batuk pilek ternyata dari kandungannya kurang sesuai dengan indikasinya, dikarenakan biasanya batuk disertai pilek lebih cocok menggunakan ekspektoran, tetapi didalam Anakonidin® juga terkandung obat yang berkhasiat antitusif yang menekan reflek batuk yang kerjanya berlawanan dengan ekspektoran yang gunanya untuk mengeluarkan dahak. Penyampaian indikasi secara umum (tidak spesifik) atau secara berlebihan (tidak sesuai dengan indikasi obat yang sebenarnya berdasarkan mekanisme kerja obat), semuanya itu dapat menyebabkan kegagalan terapi. Iklan obat tanpa resep di televisi yang klaim indikasinya dinilai rasional sudah mampu membantu masyarakat dalam proses pemilihan obat, sedangkan yang tidak rasional harus diperbaiki klaim indikasi iklannya agar tidak merugikan masyarakat. Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep berdasarkan mekanisme kerja zat aktif dan batasan indikasi dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel XXII. Persentase kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu(periode Juli 2006) No. Kerasionalan klaim indikasi Jumlah Persentase (%) 1. Rasional 8 57,1% 2. Tidak rasional 6 42,9% Total 14 100,0%
Data pada tabel menunjukkan bahwa secara keseluruhan lebih banyak iklan yang klaim indikasinya rasional daripada yang tidak rasional, meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
persentase yang tidak rasional memang masih cukup banyak. Kondisi ini jelas sangat merugikan masyarakat sebagai pemirsa iklan apalagi mereka yang menjadikan indikasi dalam iklan sebagai dasar pemilihan obat tanpa resep, karena klaim indikasi yang tidak rasional menimbulkan banyak terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat yang dapat membahayakan kondisi tubuh pemakai. Pemerintah diharapkan dapat lebih ketat dalam mengawasi klaim indikasi yang akan ditampilkan dalam iklan obat tanpa resep khususnya di media televisi, agar pengobatan rasional yang salah satu komponennya adalah ketepatan indikasi, dapat tercapai di kalangan masyarakat kita.
E. Rangkuman Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kerasionalan sekaligus mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di empat stasiun televisi swasta nasional (A, B, C, D) selama dua minggu (periode Juli 2006). Pada penelitian ini diketahui frekuensi iklan obat tanpa resep dari seluruh jenis iklan yang ditampilkan, yaitu paling tinggi stasiun televisi C (7,50%), paling rendah stasiun televisi A (1,1%), stasiun televisi B (1,5%), stasiun televisi D (1,2%), dan total pada keempat stasiun televisi (2,1%). Sinetron pada jam tayang utama khususnya yang ratingnya tinggi terdapat paling banyak iklan obat tanpa resep, oleh karena itu sinetron anak merupakan jenis acara televisi untuk anak-anak yang frekuensi iklan obat tanpa resepnya tertinggi pada masing-masing stasiun televisi dengan frekuensi tertinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
di stasiun televisi C (100, 0%). Sinetron (64,0%) dan film kartun (8,2%) yang paling sering ditonton oleh anak-anak merupakan jenis acara dengan frekuensi iklan obat tanpa resep tertinggi pada keempat stasiun televisi, sedangkan yang terendah adalah program acara reality show (0,0%). Setiap stasiun televisi memiliki jumlah dan macam kelas terapi yang berbeda. Terdapat 3 kelas terapi obat tanpa resep di stasiun televisi A, 1 di stasiun televisi B, 8 di stasiun televisi C dan 1 di tasiun televisi D. Obat tanpa resep yang paling banyak diiklankan di stasiun televisi A, B, dan C adalah kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam) dan stasiun televisi D obat saluran nafas (flu, batuk). Hal ini dimungkinkan karena sakit kepala, demam, batuk, dan flu merupakan penyakit-penyakit ringan yang sering diderita oleh masyarakat, sangat membutuhkan pengobatan dengan segera karena mengganggu aktivitas kerja sehari-hari, sehingga obat analgesik dan obat saluran nafas untuk penyakitpenyakit inilah yang paling banyak diiklankan oleh para produsen. Frekuensi iklan obat bebas tertinggi adalah di stasiun televisi B (100,0%), sedangkan stasiun televisi D paling banyak menayangkan iklan obat bebas terbatas (100,0%). Frekuensi total dari keempat stasiun televisi menunjukkan obat tanpa resep yang diiklankan jauh lebih banyak dari golongan obat bebas terbatas (56,8%) daripada obat bebas (43,2%), hal ini menuntut konsumen obat untuk lebih berhati-hati dalam penggunaan obat agar tidak terjadi kesalahan. Jenis obat tanpa resep dan frekuensi iklan berbeda antara stasiun televisi, tergantung tingkat kepercayaan produsen.
Pada di stasiun televisi A ada 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
meliputi 4 jenis obat, stasiun televisi B ada 6 meliputi 1 jenis obat, stasiun televisi C ada 21 meliputi 10 jenis obat, stasiun televisi D ada 6 meliputi 1 jenis obat, Jenis obat di stasiun televisi C paling banyak. Hal ini disebabkan, pertama; acara anak-anak yang ditayangkan di stasiun televisi C adalah acara, yang biarpun ditujukan untuk anak-anak tetapi banyak juga orang dewasa yang suka terutama kaum ibu. Karena itu pemunculan iklan di acara tersebut dianggap efektif oleh produsen untuk mempromosikan produknya. Kedua; acara sinetron itu ditayangkan pada jam tayang utama. Pada saat itu semua anggota keluarga ada di rumah untuk menonton televisi, sehingga anak-anak menonton acara tersebut dengan pengawasan orang tua. Total terdapat 14 jenis obat pada kempat stasiun televisi. Berdasarkan jenis obatnya, dari keempat stasiun tersebut jenis obat yang frekuensi iklannya paling tinggi adalah Biogesic Anak® (26,2%). Selain itu, persentase iklan Mixagrip Flu & Batuk® (14,3%) juga cukup tinggi biarpun jenis obat tersebut konsumsinya adalah untuk orang dewasa. Obat tanpa resep di stasiun televisi A, dan B lebih banyak ditujukan untuk konsumen anak-anak, dan bahkan pada stasiun televisi B tidak terdapat iklan obat tanpa resep yang ditujukan pada konsumen dewasa. Sedangkan di stasiun televisi C, dan D lebih banyak ditujukan untuk konsumen dewasa. Hasil total dari keempat stasiun televisi menunjukkan frekuensi iklan obat tanpa resep untuk dewasa (64,0%) jauh lebih besar daripada anak-anak (36,0%). Kondisi ini terjadi karena sebenarnya obat untuk konsumen dewasa juga dapat diberikan untuk anak-anak asal diberikan dalam dosis yang sesuai. Aturan dosis pemakaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
untuk anak-anak biasanya dicantumkan juga dalam kemasan obat-obat tanpa resep untuk dewasa yang beredar di pasaran. Tidak semua produsen mengiklankan produknya di semua stasiun televisi, terdapat 4 produsen yang mengiklankan produknya di stasiun televisi A, 1 produsen di stasiun televisi B, 8 produsen di stasiun televisi C, dan 1 produsen di stasiun televisi D. Produsen yang paling banyak iklan obat tanpa resepnya di stasiun televisi A adalah Konimex, Medifarma di stasiun televisi B, Mecosin dan Tempo Scan Pasific di stasiun televisi C, dan Dankos di stasiun televisi D. Medifarma (26,2%), Konimex (16,7%) , dan Dankos (14,3%) adalah produsen obat dalam negeri dengan persentase iklannya cukup tinggi (diatas 10%) pada keempat stasiun televisi, dengan tujuan produknya mendapatkan perhatian lebih tinggi dari pemirsa pengguna obat. Evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep berdasarkan kriteria iklan WHO (1988) dinyatakan rasional bila mencantumkam zat aktif, nama dagang, indikasi, peringatan-perhatian, kontraindikasi, nama juga alamat industri farmasi, dan semua iklan dalam penelitian ini dinilai tidak rasional (00,00%). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, evaluasi kerasionalan kelengkapan informasi iklan obat tanpa resep dinyatakan rasional bila mencantumkan indikasi, peringatan-perhatian, efek samping, nama dagang, juga nama industri farmasi, dan hanya 7,1% yang dinilai rasional sedangkan 92,9% masih tidak rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Dari 14 jenis obat tanpa resep yang dievalusi iklannya, sebanyak 42,9% mencantumkan zat aktif agar konsumen dapat memilih obat yang tepat indikasinya sesuai mekanisme kerja zat aktif. Tidak satu jenis obat pun (0,0%) mencantumkan kontraindikasi dan alamat industri farmasi, padahal kontraindikasi dapat menghindarkan konsumen dari resiko pemakaian obat yang berlawanan dengan kondisi tubuhnya dan alamat industri farmasi diperlukan karena berhubungan dengan kualitas suatu produk. Sebesar 100,0% mencantumkan peringatan-perhatian agar konsumen membaca aturan pakai sebelum pemakaian obat dan pergi ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat bila setelah pemakaian dalam kurun waktu tertentu tidak menunjukkan peningkatan kondisi tubuh. Sejumlah 85,7% sudah menginformasikan nama industri farmasi sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kualitas suatu obat, dan baru 7,1% mencantumkan efek samping obat mengenai dapat atau tidaknya menyebabkan kantuk yang perlu disampaikan karena obat-obat yang dapat menyebabkan kantuk tidak boleh dikonsumsi oleh mereka yang sedang menjalankan aktivitas dengan resiko tinggi. Semuanya (100,0%) sudah mencantumkan informasi nama dagang yang memudahkan konsumen untuk mengingat suatu produk, dan indikasi yang diperlukan konsumen agar dapat memilih obat yang tepat untuk mengatasi gangguan kesehatannya. Evaluasi kerasionalan klaim indikasi iklan obat tanpa resep dinyatakan rasional bila sudah sesuai dengan mekanisme kerja zat aktif dan tidak menyimpang dari batasan indikasi dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.386
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
tahun 1994. Sebanyak 57,1% iklan obat tanpa resep dinilai rasional klaim indikasinya, tetapi 42,9% masih dinilai tidak rasional sehingga harus diperbaiki. Berikut ini disajikan ringkasan hasil evaluasi kerasionalan iklan obat tanpa resep untuk setiap jenis obat : Tabel XXIII. Kerasionalan iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006 ) Kerasionalan Kelengkapan Kerasionalan Klaim Informasi Indikasi (Mekanisme No. Jenis Obat Kerja Zat Aktif - Kep. Kep.Men.Kes WHO (1988) Men.Kes No. 386 (1994) No. 386 (1994) 1 tidak rasional rasional tidak rasional Anakonidin 2 tidak rasional tidak rasional rasional Biogesic Anak 3 tidak rasional tidak rasional rasional Bodrex Migra 4 tidak rasional tidak rasional tidak rasional Canesten 5 tidak rasional tidak rasional tidak rasional Laserin 6 tidak rasional tidak rasional tidak rasional Mixagrip Flu & Batuk 7 tidak rasional tidak rasional rasional Neo Entrostop 8 tidak rasional tidak rasional rasional Neo Napacin 9 tidak rasional tidak rasional tidak rasional Neo Ultracap 10 Neo Ultrasiline tidak rasional tidak rasional rasional 11 Neosanmag Fast tidak rasional tidak rasional rasional 12 Panadol Extra tidak rasional tidak rasional rasional 13 Ultraflu tidak rasional tidak rasional rasional 14 Vicks Formula 44 tidak rasional tidak rasional tidak rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Frekuensi iklan makanan dan minuman (55,5%) merupakan yang tertinggi dari total keseluruhan iklan, dan frekuensi iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini adalah sebesar (2,1%). 2. a. Frekuensi iklan OTR pada acara sinetron anak adalah yang tertinggi, yaitu 64,0% b. Kelas terapi obat analgesik (sakit kepala, demam) yaitu sebesar 40,5% adalah yang tertinggi frekuansi iklannya c. Frekuensi iklan OTR tertinggi adalah golongan obat bebas terbatas (56,8%) d. Jenis OTR yang paling banyak diiklankan adalah Biogesic anak® (26,2%) e. Frekuensi iklan OTR konsumen dewasa (64,0%) lebih tinggi f. Produsen OTR yang paling banyak iklannya adalah Medifarma (26,2%) 3. a. Kelengkapan informasi iklan OTR yang dievaluasi tidak ada yang rasional berdasarkan kriteria iklan WHO (1988), tetapi ada 1 (7,1%) dinyatakan rasional menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994. b. Berdasarkan mekanisme kerja zat aktif sekaligus menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994, klaim indikasi iklan OTR dari 14 jenis obat yang di evaluasi ada 8 (57,1%) iklan obat dinyatakan rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
B. Saran 1. Perlu adanya upaya dari pihak pemerintah sebagai pembuat peraturan untuk ikut mengawasi mengenai pelaksanaan peraturan yang sudah dibuat, karena dari penelitian ini didapatkan bahwa hampir semua iklan obat tanpa resep dalam penelitian ini belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh WHO ataupun pemerintah RI. 2. Perlu adanya peningkatan peran serta dari Apoteker untuk memberikan informasi dan masukan yang benar kepada masyarakat mengenai iklan obat tanpa resep di televisi, sehingga masyarakat bisa memilih obat tanpa resep yang tepat untuk penyakit yang dideritanya. 3. Bagi peneliti lain, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan frekuensi dan kerasionalan iklan obat tanpa resep di televisi terhadap pemilihan obat di masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, T., 2003, Media Massa, Iklan dan Konsumtivisme, Warta Konsumen, Th. XXIX, No. 11, 12. Anief, M., 1985, Iklan dan Pengobatan Sendiri, Medika, Th. XI, No. 6, 523, 525. Anief, M., 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, 137, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim,
1988, Ethical Criteria for Medicinal http://www.who.int/medicinedocs/library.
Drug
Promotion,
Anonim, 1992, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, 6,17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1996a, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia yang Disempurnakan, 30, Komisi Periklanan Indonesia, Jakarta. Anonim, 1996b, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, dalam Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Obat, 18, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1996c, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/Men.Kes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat diserahkan Tanpa Resep, dalam Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Obat, 204, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim,
1997a, Iklan Obat Cenderung Menyesatkan, http://www.kompas.com/berita-terbaru/0203/06/headline/014.htm.
Anonim, 1997b, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman, dalam Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kosmetika, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, 60-66, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1997c, Kompendia Obat bebas, Ed. II, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim,
2002a, Kian Banyak Masyarakat Lakukan http://www.swara.tv/id/view_headline.php?ID=489.
Swamedikasi,
Anonim, 2002b, Televisi Tempat Favorit untuk Belanja Iklan, Kompas, Ed. 15 Desember,19. Anonim, 2002c, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.05.3.02706 tahun 2002 tentang Promosi Obat, http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf. Anonim,
2005, Pengobatan Sendiri Bagian I, http://www.anugrahargon.com/news-detail.asp?nix=348&cix=1. Diakses pada 10 Juni 2006.
Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol. 41, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim,
2007, 2006, Belanja Iklan Meningkat 17%, http://www.suarapembaruan.com/news/2007/01/19/index.html-10k. Diakses pada 8 Februari 2007.
Bovee, C.L., dan Arens, W.F., 1986, Contemporary Advertising, 2nd Ed., 9, Irwin Homework, Illinois. BPOM,
2005,
Pengobatan
Sendiri
Bagian
I,
http://www.anugrah-
argon.com/news-detail.asp?nix=348&cix=1.
Christina, S., 2004, Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi Dengan Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Ibukota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004, Skripsi, 43, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Danto, 2004, Sebagian Besar Iklan Obat dan Makanan Menyesatkan, http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2004/01/08/brk,2004010828,id.html. Donatus, I.A., 1997, Kajian terhadap Kerasionalan Produk Obat Selesma yang Beredar di Pasaran, dalam Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, 1-3, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dwiprihasto, I., 1999, Pengobatan sendiri, Seminar Nasional Self Medication, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Faisal, S., 1989, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasinya, 67, CV. Rajawali, Jakarta. J. H. Marfuah, 2006, Awas Smack Down Masuk Kelas, http://www.Jawa Post.com/index.php Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Ed. V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Gilson, C., dan Berkman, H.W., 1993, Advertising Concepts and Strategies, 1nd Ed., 267, 336, 337, University of Miami, New York. Harto, P.P., Ratnasari, E., Saragih, H.P., dan Mudjiono, 2006, Raja-Raja TV: Raja TV…..Raja Akuisisi, http://www.scylics.multiply.com/journal/item/18619k. Diakses pada 20 Februari 2007 Hasan, M.I., 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 60, Ghalia Indonesia, Jakarta. Herdiawan, P., Wicaksono, D., Ratnasari, E., Febryanto, H., dan Darmawan, H., 2005, Bisnis Farmasi: Ini Dia Para Penguasanya, Warta Ekonomi, Th. XVII, No. 08, 25. Holt, G.A., dan Hall, E.L., 1990, The Self-Care Movement, dalam Handbook of Nonprescription Drugs, 9th Ed., 2, 3, 6, American Pharmaceutical Association, Washington DC. Kartika, Y., 2007, Evaluasi Kerasionalan Iklan Obat Tanpa Resep Pada Tayangan Acara untuk Ibu-Ibu di Empat Stasiun Televisi swasta Nasional, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kotler, P., 2003, Marketing Management, diterjemahkan oleh Benyamin Molan, Ed. XI, Jilid 2, 278, 287, 289, 290, Prenhallindo, Jakarta. Luize, A., 2003, Hati-Hati Mengobati Diri Sendiri, Intisari, Th.XL, No. 475. Marlinda, I., 1995, Memilih Obat untuk Keluarga Tanggung Wanita, Benarkah?, Warta Konsumen, No. 7, 16. Marlinda, I., 2003, Mengembangkan Pengobatan Mandiri Melalui “ CBIA”, Warta Konsumen, Th. XXIX, No. 10, 13-14. Martin, L, 2000, Televisi dan Anak-Anak, http://www.leman.or.id/anakku Mulkan, D, 2006, Bagaimana menjelaskan Televisi Kepada Anak-Anak, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/24/Jabar/7925.htm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, 157, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Papilaya, Y., 2003, Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya dalam Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung Apotek di Pusat Kota Magelang, Skripsi, 43, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-11, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Puspadewi, I., 1993, Televisi dan Kita, Warta Konsumen, Th. XIX, No. 227, 5. Saragih, R. M., 2000, Penilaian Iklan Obat Flu di Televisi dan Pengaruhnya terhadap pemilihan obat di Kalangan Siswa SMF dan SMU di Kotamadya Surakarta, Skripsi, 43, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sartono, 1993, Apa yang Sebaiknya Anda Ketahui tentang Obat-Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Ed. I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sarwono, S., 2003, Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta aplikasinya, 31-32, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudarwanto, B., 1996, Hati-hati Memilih Obat Bebas, Th.XXII, No. 1, 30, 31.
Warta Konsumen,
Suryolaksono, M., 2002, Membuat iklan Hasilnya Pujian dan Kecaman, Intisari, Th.XXXVIII, No. 464, 174-175. Sukasediati, N., 1996, Peningkatan Mutu Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan Untuk Semua, Buletin Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Vol.18, 21, 23. Suryawati, S., 1997, Etika Promosi Obat Bebas dan Bebas Terbatas, dalam Simposium Nasional Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 1, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Tjay, T. H, dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Ed. IV, PT. Kimia Farma, Jakarta. Widanenci, M. I., 2007, Persepsi Konsumen tentang Iklan Jamu Pelangsing di Televisi dan Pengaruhnya terhadap Motivasi Pemilihan Jamu Pelangsing di Kalangan Pengunjung Tetap 5 Pusat Kebugaran di Kota Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
Periode Maret-Juni 2005, Skripsi, 40, 41, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Widyatama, R., 2005, Pengantar Periklanan, 13, 16, 25, 29-30, Buana Pustaka Indonesia, Jakarta. Yulia, S. M., 1993, Berpacu di Layar Kaca, Warta Konsumen, Th. XIX, No. 227, 7. Zahir, H. G., 1996, Survei YLKI : Iklan Obat Sesatkan Konsumen?, Warta Konsumen, Th. XXII, No. 7, 18, 19, 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Lampiran 1. Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1 07.30-08.00
Hari 8 Kartun Captain Tsubasa
Hari 2 07.30-08.00
08.00-08.30
Reality Show Kau Sahabatku
Hari 9 KartunTom&Jerry
07.00-07.30
Kartun Ninja Hattori
07.30-08.00
Kartun Arashin Chi
08.00-08.30
Kartun Doraemon
07.30-08.00 Film Anak Treehouse Hostage
08.30-09.00
Kartun Crayon Sinchan
Hari 4
09.00-09.30
Kartun P - Man
Hari 3 07.00-07.30
Kartun Captain Tsubasa
08.00-08.30
Reality Show Kau Sahabatku
09.30-10.00
Kartun Looney Tunes
08.30-09.00
Kartun Captain tsubasa
10.00-10.30
Kartun Tom & Jerry Kids
10.30-11.30
Reality Show Masquarade
Hari 5 07.00-07.30
Kartun Ninja Hattori
Hari 10
07.30-08.00
Kartun Arashin Chi
07.30-08.00
08.00-08.30
Kartun Doraemon
Hari 11
08.30-09.00
Kartun Crayon Sinchan
07.30-08.00
09.00-09.30
Kartun P - Man
Hari 12
09.30-10.00
Kartun Looney Tunes
07.30-08.00
10.00-10.30
Kartun Tom & Jerry Kids
Hari 13
10.30-11.30
Reality Show Masquarad
07.30-08.00
Hari 6 07.30-08.00
Kartun Captain Tsubasa
Kartun Captain Tsubasa
Kartun Captain Tsubasa
Hari 14 Kartun Captain Tsubasa
Hari 7 07.30-08.00
Kartun Captain Tsubasa
Kartun Captain Tsubasa
07.30-08.00
Kartun Captain Tsubasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 Lampiran 2. Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi B selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1
Hari 8
Tidak ada
Tidak ada
Hari 2
Hari 9
Tidak ada
07.00-07.30
Kartun Boyblade
Hari 3
07.30-08.00
Kartun Pokemon
Tidak ada
08.00-08.30
Kartun Beetle B Daman
Hari 4
08.30-09.00
Kartun Detective Conan
Tidak ada
09.00-09.30
Kartun Dan detective School
Hari 5
09.30-10.00
Kartun Dragon ball
07.00-07.30
Kartun Boyblade
10.00-10.30
Film Anak Power Rangers
07.30-08.00
Kartun Pokemon
10.30-11.00
Kartun Duel Master
08.00-08.30
Kartun Beetle B Daman
Hari 10
08.30-09.00
Kartun Detective Conan
Tidak ada
09.00-09.30
Kartun Dan detective School
Hari 11
09.30-10.00
Kartun Dragon ball
Tidak ada
10.00-10.30
Film Anak Power Rangers
Hari 12
10.30-11.00
Kartun Duel Master
Tidak ada
17.00-18.00
Kartun Detective Conan
Hari 13
Hari 6
Tidak ada
Tidak ada
Hari 14
Hari 7
Tidak ada
Tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Lampiran 3. Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi C selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1 18.00-19.00
Hari 8 Sinetron Mutiara Hati 2
Hari 2 18.00-19.00
Hari 9 Sinetron Mutiara Hati 2
Hari 3 18.00-19.00
Tidak ada
18.00-19.00 Hari 10
Sinetron Mutiara Hati 2
18.00-19.00
Hari 4
Hari 11
Tidak ada
18.00-19.00
Hari 5
Hari 12
18.00-19.00
Sinetron Lorong waktu 2
Hari 6 18.00-19.00
18.00-19.00
Sinetron Mutiara Hati 2
Sinetron Mutiara Hati 2
Sinetron Mutiara Hati 2
Hari 13 Sinetron Mutiara Hati 2
Hari 7 18.00-19.00
Sinetron Lorong waktu 2
18.00-19.00
Sinetron Mutiara Hati 2
Hari 14 Sinetron Mutiara Hati 2
18.00-19.00
Sinetron Mutiara Hati 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Lampiran 4. Jadwal tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu (periode Juli 2006) Hari 1
Hari 8
08.00-09.00
Sinetron Si Entong
08.00-08.30
Kartun
16.00-16.30
Kartun
16.00-16.30
Kartun
Hari 2
Hari 9
08.00-09.00
Sinetron Si Entong
15.00-16.00
16.00-16.30
Kartun
Hari 10
Hari 3
16.00-16.30
Kartun Sinetron Si entong
07.00-07.30
Kartun
19.00-20.00
16.00-16.30
Kartun
Hari 11 16.00-17.00
Hari 4
Kartun
08.00-08.30
Kartun
Hari 12
16.00-16.30
Kartun
16.00-17.00
Hari 5
Hari 13
Tidak ada
16.00-17.00
Hari 6
Hari 14
Kartun
Kartun
Kartun
16.00-16.30
Kartun
07.00-07.30
Kartun
19.00-20.00
Sinetron Si entong
16.00-16.30
Kartun
Hari 7 16.00-16.30
Kartun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 Lampiran 5. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A selama dua minggu Hari ke1
2
3
4
JA & WT Kartun 07.30-08.00
Film 07.30-09.00
Film 07.30-09.00
Reality show 08.00-08.30
Kartun 08.30-09.00
5
Kartun 07.00-07.30
Kartun 07.30-08.00
Kartun 08.00-08.30
JI
∑F
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
0 0 0 18 1 5 2 0 1 26 17 26 3 0 2 28 23 37 0 0 0 15 0 5 0 1 1 17 0 4 0 0 1 3 0 13 0 0 1 0 0 10 0 0
Kartun 08.30-09.00
Kartun 09.00-09.30
Kartun 09.30-10.00
Kartun 10.00-10.30
Reality show 10.30-11.30
6
7
Kartun 07.30-08.00
Kartun 07.30-08.00
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
0 14 0 2 0 0 0 6 2 6 0 0 1 8 0 5 0 1 0 21 0 10 0 1 0 29 0 3 0 0 0 43 4 15 2 0 0 16 0 4 2 0 1 11 0
8
Reality show 08.00-08.30
9
Kartun 07.00-07.30
Kartun 07.30-08.00
Kartun 08.00-08.30
Kartun 08.30-09.00
Kartun 09.00-09.30
Kartun 09.30-10.00
Kartun 10.00-10.30
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
4 0 0 0 22 0 4 0 0 1 7 0 8 0 0 1 3 0 4 0 0 1 23 0 4 0 0 0 19 2 6 0 0 1 9 0 2 0 1 0 22 0 7 0 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Reality show 10.30-11.30
10
Kartun 07.30-08.00
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
0 26 2 5 0 0 3 39 6 18 0 0 0 18
11
12
Kartun 07.30-08.00
Kartun 07.30-08.00
5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 5 0 0 0 0 0 19 0 0 0 3 0 6
13
Kartun 07.30-08.00
14
Kartun 07.30-08.00
Keterangan : JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan, yang meliputi ; 1 = Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas) 2 = Obat tradisional (jamu), obat herbal berstandar, fitofarmaka, dan obat quasi 3 = Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga 4 = Makanan dan minuman 5 = Kosmetika 6 = Lain-lain ΣF : Jumlah Frekuensi
Total
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
0 0 0 18 1 6 0 0 0 23 3 5 826
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Lampiran 6. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi B selama dua minggu Hari ke5
JA & WT Kartun 07.00-07.30
Kartun 07.30-08.00
Kartun 08.00-08.30
Kartun 08.30-09.00
Kartun 09.00-09.30
Kartun 09.30-10.00
JI
∑F
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
0 0 0 19 0 5 1 0 0 24 0 4 0 0 0 11 5 2 0 0 0 9 5 3 0 0 0 10 3 6 0 0 0 19
Serial Anak 10.00-10.30
Kartun 10.30-11.00
Kartun 17.00-18.00
9
Kartun 07.00-07.30
Kartun 07.30-08.00
Kartun 08.00-08.30
5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3
0 3 1 0 0 24 2 9 1 0 0 16 4 2 0 0 0 38 1 2 0 0 0 14 0 1 1 0 0 20 0 6 0 0 0
Keterangan : JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan, yang meliputi ; 1 = Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas) 2 = Obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka 3 = Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga 4 = Makanan dan minuman 5 = Kosmetika 6 = Lain-lain ΣF : Jumlah Frekuensi
Kartun 08.30-09.00
Kartun 09.00-09.30
Kartun 09.30-10.00
Serial Anak 10.00-10.30
Kartun 10.30-11.00
Total
4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
7 2 2 0 0 0 15 2 10 0 0 0 10 3 4 0 0 0 19 0 7 1 0 0 27 0 11 1 0 0 14 2 5 412
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 Lampiran 7. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi C selama dua minggu Hari ke1
2
3
5
JA & WT Sinetron 18.00-19.00
Sinetron 18.00-19.00
Sinetron 18.00-19.00
Sinetron 18.00-19.00
JI
∑F
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 0 0 6 0 17 3 2 0 4 0 1 1 0 0 9 1 9 2 0 1 6 0 12
6
Sinetron 18.00-19.00
7
Sinetron 18.00-19.00
9
10
11
Sinetron 18.00-19.00
Sinetron 18.00-19.00
Sinetron
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1
1 0 1 6 2 13 1 0 1 9 4 11 2 1 2 3 0 15 0 0 4 6 7 14 3
Keterangan : JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan, yang meliputi ; 1 = Obat tanpa resep (obat bebas dan obat bebas terbatas) 2 = Obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka 3 = Vitamin, suplemen, dan perbekalan kesehatan rumah tangga 4 = Makanan dan minuman 5 = Kosmetika 6 = Lain-lain ΣF : Jumlah Frekuensi
18.00-19.00
12
Sinetron 18.00-19.00
13
Sinetron 18.00-19.00
14
Sinetron 18.00-19.00
Total
2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
2 3 8 6 13 1 0 1 8 1 6 3 1 3 6 2 11 3 0 1 8 2 10 280
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Lampiran 8. Data distribusi frekuensi iklan pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu Hari ke1
JA & WT Sinetron 08.00-09.00
Kartun 16.00-16.30
2
Sinetron 08.00-09.00
Kartun 16.00-16.30
3
Kartun 07.00-07.30
Kartun 16.00-16.30
4
Kartun 08.00-08.30
JI
∑F
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
1 2 0 15 11 18 0 0 0 13 0 6 2 1 0 9 10 14 0 0 0 16 0 4 0 0 0 7 0 15 0 0 0 13 0 7 0 0 0 12 3
Kartun 16.00-16.30
6
Kartun 16.00-16.30
7
Kartun 16.00-16.30
8
Kartun 08.00-08.30
Kartun 16.00-16.30
9
Kartun 15.00-16.00
10
Kartun 16.00-17.00
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
4 0 0 0 21 0 2 0 0 0 16 0 1 0 0 0 20 1 4 0 0 0 3 9 5 0 0 0 19 0 4 0 0 0 13 0 24 0 1 0 15 0
Sinetron 19.00-20.00
11
Kartun 16.00-17.00
12
Kartun 16.00-17.00
13
Kartun 16.00-17.00
14
Kartun 07.00-07.30
Kartun 16.00-17.00
Total
6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
13 3 1 3 18 12 19 0 0 0 15 0 5 0 0 0 9 0 19 0 0 0 14 0 5 0 0 0 1 0 17 0 0 0 19 1 3 518
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A selama dua minggu Hari ke1
JA & WT Kartun 07.30-08.00
JI
2
Film 07.30-09.00
3
Film 07.30-09.00
Canesten Panadol Extra Biogesic Anak Panadol Extra
4
Reality show 08.00-08.30
5
Reality show 08.00-08.30
0
Kartun 07.00-07.30
0
Kartun 07.30-08.00
0
0
Kartun 08.00-08.30
0
Kartun 08.30-09.00
0
Kartun 08.30-09.00
0
Kartun 07.00-07.30
0
Kartun 09.00-09.30
0
Kartun 07.30-08.00
0
Kartun 09.30-10.00
0
Kartun 08.00-08.30
0
Kartun 10.00-10.30
0
Kartun 08.30-09.00
0
Reality show 10.30-11.30
Kartun 09.00-09.30
0
1 1 2 1
0
Kartun 10.00-10.30
0
Reality show 10.30-11.30
7
8
0
Kartun 09.30-10.00
6
∑F
0
Kartun 07.30-08.00
Anakonidin
2
Kartun 07.30-08.00
Anakonidin
2
9
10
11
12
13
14
0
Kartun 07.30-08.00
0
Kartun 07.30-08.00
0
Kartun 07.30-08.00
0
Kartun 07.30-08.00
0
Kartun 07.30-08.00
0
Total
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Lampiran 10. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi B selama dua minggu Hari ke5
JA & WT Kartun 07.00-07.30 Kartun 07.30-08.00
JI
0
Biogesic Anak
Kartun 08.00-08.30
0
Kartun 09.00-09.30
0
Kartun 09.30-10.00
Kartun 10.30-11.00
1
0
Kartun 08.30-09.00
Serial Anak 10.00-10.30
∑F
0
Biogesic Anak
9
Kartun 07.00-07.30 Kartun 07.30-08.00
Keterangan : JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan ΣF : Jumlah Frekuensi
1
0
Kartun 08.30-09.00
0
Kartun 09.00-09.30
0
Kartun 09.30-10.00
0
Serial Anak 10.00-10.30
Biogesic Anak
1
Biogesic Anak
1
1
1 Total
Kartun 17.00-18.00
Biogesic Anak
Kartun 08.00-08.30
Kartun 10.30-11.00 Biogesic Anak
0
0
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 Lampiran 11. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi C selama dua minggu Hari ke1 2
JA & WT Sinetron 18.00-19.00 Sinetron 18.00-19.00
JI
∑F
Laserin
1
Laserin Vicks Formula 44 Biogesic anak
1 1 1
3
Sinetron 18.00-19.00
Biogesic anak
1
5
Sinetron 18.00-19.00
Neo Napacin
2
6
Sinetron 18.00-19.00
Neosanmaag Fast
1
7
Sinetron 18.00-19.00
Biogesic anak
1
Keterangan : JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan ΣF : Jumlah Frekuensi
9
Sinetron 18.00-19.00
10
Sinetron 18.00-19.00
11
Sinetron 18.00-19.00
12
Sinetron 18.00-19.00
13
Sinetron 18.00-19.00
14
Sinetron 18.00-19.00 Total
Neo Entrostop Neo Napacin
1 1 0
Ultraflu Neo Ultracap Neo Ultrasillin
1 1 1
Laserin
1
Vicks Formula 44 Bodrex Migra Bodrex Migra Laserin
1 2 2 1 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 Lampiran 12. Data distribusi frekuensi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi D selama dua minggu Hari ke1
JA & WT Sinetron 08.00-09.00
JI
∑F
Mixagrip Flu dan batuk
1
Kartun 16.00-16.30 2
Sinetron 08.00-09.00
0 Mixagrip Flu dan batuk
0
Kartun 07.00-07.30
0
Kartun 16.00-16.30
0
Kartun 08.00-08.30
0
Kartun 16.00-16.30
0
6
Kartun 16.00-16.30
0
7
Kartun 16.00-16.30
0
8
Kartun 08.00-08.30
0
4
Keterangan : JA : Jenis Acara WT : Waktu Tayang JI : Jenis Iklan ΣF : Jumlah Frekuensi
0
9
Kartun 15.00-16.00
0
10
Kartun 16.00-17.00
0
2
Kartun 16.00-16.30 3
Kartun 16.00-16.30
Sinetron 19.00-20.00
Mixagrip Flu dan batuk
3
11
Kartun 16.00-17.00
0
12
Kartun 16.00-17.00
0
13
Kartun 16.00-17.00
0
Kartun 16.00-16.30
0
Kartun 07.00-07.30
0
Kartun 16.00-17.00
0
14
Total
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 13. Data kelengkapan informasi dan klaim indikasi iklan obat tanpa resep pada tayangan acara untuk anak-anak di stasiun televisi A, B, C, D selama dua minggu (periode Juli 2006) Kelengkapan Informasi Iklan No
Jenis Obat
ZA
ND
Indikasi
KI
PP
Industri Farmasi
Klaim Indikasi
ESO
Nama
Alamat
2.
Anakonidin
─
+
+
─
+
+
─
+
4.
Biogesic Anak
─
+
+
─
+
+
─
─
efektif meredakan demam anak
7.
Bodrex Migra
+
+
+
─
+
+
─
─
untuk sakit kepala sebelah
meredakan batuk, tenggorokan gatal, dan hidung tersumbat pada anak
10.
Canesten
+
+
+
─
+
+
─
─
atasi gatal jamur, cabut jamur sampai ke akar
20.
Laserin
+
+
+
─
+
+
─
─
untuk batuk
21.
Mixagrip Flu & Batuk
+
+
+
─
+
+
─
─
efektif redakan flu dan batuk sekaligus
23.
Neo Entrostop
─
+
+
─
+
+
─
─
untuk diare yang tak bisa berhenti
24.
Neo Napacin
─
+
+
─
+
+
─
─
untuk sesak nafas akibat asma
27.
Neo Ultracap
+
+
+
─
+
+
─
─
mengatasi letih, lesu, capek, pegal-pegal
28.
Neo Ultrasiline
─
+
+
─
+
─
─
─
efektif untuk panu dan kutu air
29.
Neosanmag Fast
+
+
+
─
+
+
─
─
obat maag : menetralkan asam lambung dan mengurangi asam lambung
36.
Panadol Extra
─
+
+
─
+
─
─
─
efektif untuk sakit kepala tak tertahankan
44.
Ultraflu
─
+
+
─
+
+
─
─
meredakan flu
45.
Vicks Formula 44
─
+
+
─
+
+
─
─
meredakan batuk dan membantu istirahat
Ket : ZA = Zat Aktif, ND = Nama Dagang, KI = Kontraindikasi, PP = Peringatan-Perhatian, ESO = Efek Samping Obat, (+) = ada, (─) = tidak ada
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Evaluasi Kerasionalan Iklan Obat Tanpa Resep pada Tayangan Acara untuk Anak-anak di Empat Stasiun Televisi Swasta Nasional Indonesia” ini bernama Wahyu Esa Purwanto. Lahir di Palembang pada tanggal 14 April 1979 sebagai putra pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Wasito dan Ibu Suwartini. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Barunawati Palembang pada tahun 1985, pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 68 Palembang pada tahun 1991, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Palembang pada tahun 1994, dan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di SMF DepKes RI Palembang pada tahun 1997. Sempat bekerja sebagai Karyawan Apotik “TORA” sampai tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma
sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tahun 1999.