ANALISIS IMPLIKATUR DALAM WACANA IKLAN DI STASIUN TELEVISI SWASTA
Oleh SISKA CHRISTINA SIALLAGAN
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui implikatur yang terdapat dalam wacana iklan di stasiun televisi swasta. Data penelitian diperoleh dengan cara merekam iklan-iklan di stasiun televisi swasta. Ada pun objek yang diteliti adalah implikatur dalam wacana iklan di stasiun televisi swasta, sedangkan datanya adalah ujaran-ujaran dan konteks yang mengikat ujaran dalam wacana iklan tersebut. Subjek penelitian adalah tokoh-tokoh dalam iklan. Implikatur dalam wacana iklan di televisi ini dianalisis berdasarkan bahasa verbal, bahasa non-verbal, dan konteks situasi yang ada dalam wacana iklan televisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implikatur yang terdapat dalam wacana iklan televisi pada umumnya berupa implikatur konvensional. Impliktur tersebut mengandung informasi tentang masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat umum dan solusi untuk masalah tersebut. Tujuan utama penggambaran masalah yang dihadapi masyarakat dan penawaran solusi untuk masalah tersebut adalah mempengaruhi konsumen agar menggunakan produk yang ditawarkan. Permasalahan dan solusi tersebut dirangkum dalam satu wacana yang singkat. Oleh sebab itu, penggunaan implikatur selain untuk menciptakan bahasa yang mudah diingat juga dimaksudkan untuk merangkum masalah, solusi, dan keunggulan sekaligus dalam satu wacana yang singkat. Fungsi lain dari implikatur dalam iklan adalah menciptakan wacana yang menarik dan mudah dipercaya khalayak penonton. Kata kunci: Implikatur, wacana, iklan, televisi
PENDAHULUAN Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi antara produsen dengan konsumen secara tidak langsung. Iklan diciptakan untuk memberikan informasi mengenai sebuah produk. Produsen sebagai pihak pengiklan menjadikan iklan sebagai sarana untuk mengenalkan produk mereka dan selanjutnya mempengaruhi khalayak. Melalui iklan, produsen terus berusaha menciptakan citra sebagai yang terbaik pada produk mereka. Oleh sebab itu, dalam pembuatan iklan, pihak-pihak perancang iklan akan berusaha menciptakan iklan yang sangat menarik dan persuasif. Iklan tersebut tidak hanya dirancang agar menarik dari segi tampilan visual saja, namun juga persuasif dari segi bahasanya.
1
Secara umum iklan bisa disebut sebagai suatu bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas produk jasa dan ide-ide berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Secara sederhana, iklan adalah pesan atau penawaran suatu produk atau jasa yang ditujukan kepada khalayak lewat suatu media. Jadi, wacana iklan merupakan kumpulan tindak tutur yang mengandung peristiwa terstruktur, ide atau gagasan terorganisir bersifat menawarkan barang atau jasa lewat televisi, radio, majalah atau surat kabar dengan bahasa informatif, membujuk, meyakinkan, serta mengandung pesan yang lengkap untuk disampaikan kepada pembaca, pemirsa atau pendengar. Dari sekian banyak jenis iklan, iklan di televisi hingga kini masih menjadi pilihan utama para perusahaan untuk mempromosikan produk mereka. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya iklan yang ditayangkan di televisi. Media televisi sangat berpengaruh besar terhadap sosiologis masyarakat. Televisi dianggap sebagai alat penyampai nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Demikian juga halnya tentang iklan. Iklan-iklan di televisi seringkali dijadikan referensi pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi. Sayangnya, kadangkala pemirsa tidak cerdas memilah informasi dari iklan di televisi tersebut. Mereka hanya menangkap makna tersurat dari iklan tersebut, tetapi kurang memahami makna tersiratnya (implikatur). Nursalamah (2006:45) dalam artikelnya yang berjudul “Implikatur dalam Wacana Iklan Televisi” menyatakan bahwa penggunaan implikatur dalam wacana iklan di televisi menyebabkan sulitnya memahami ide dalam iklan tersebut. Ujaran atau percakapan yang terdapat dalam iklan di televisi dapat dikatakan sebagai sebuah wacana karena percakapan atau ujaran dalam iklan di televisi merupakan suatu kesatuan. Pada hakikatnya, wacana iklan di televisi tidak berbeda jauh dengan wacana iklan di media lain. Namun, tidak seperti wacana iklan di media lain, wacana iklan di televisi memiliki kecendrungan menggunakan tindak tutur lisan yang berbeda antara iklan satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, wacana iklan di televisi cenderung menggunakan bahasa percakapan. Percakapan itu sangat membantu menjelaskan maksud percakapan sehingga kalimat yang digunakan pun diusahakan kalimat yang efektif. Selain itu, wacana iklan di televisi juga didukung oleh konteks. Wacana iklan di televisi seringkali mengandung implikatur. Implikatur tersebut digunakan dengan sengaja dengan tujuan untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi konsumen dengan cara lugas dan tidak langsung. Secara singkat, Grice dalam Brown (1996:31) menyatakan bahwa implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan 2
apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Dalam implikatur terdapat keterkaitan antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tutur. Keterkaitan itu tidak nampak secara literal, tetapi dapat dipahami secara tersirat. Rahardi (2010:42) mengatakan bahwa penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Sehingga, di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam persetujuan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan tersebut adalah implikatur. Dalam rangka memahami apa yang dimaksud oleh seorang penutur, lawan tutur harus melakukan interpretasi terhadap tuturan-tuturan yang disampaikan. Interpretasi terhadap tuturan-tuturan tersebut adalah usaha untuk menduga, dimana tindakan menduga tersebut tergantung pada konteks, yang mencakup permasalahan, peserta pertuturan, dan latar belakang peserta pertuturan. Semakin dalam konteks dipahami semakin kuat dasar dugaan tersebut. Nadar menyatakan bahwa untuk memahami implikatur, seorang mitra tutur akan berusaha memperoleh pemahaman dari ingatannya dan menyusunnya dengan ancangan-ancangan asumsi yang diperoleh dari ingatannya. Kemudian ia melanjutkan proses berpikirnya, menghubungkan antara tuturan dan konteksnya. Selanjutnya hasil dari proses berpikir tersebut digabungkan dengan pengetahuannya. Proses ini melahirkan kesimpulan yang disebut implikatur. Grice dalam Yule (2006: 69-80) menyatakan ada dua jenis implikatur, yaitu impikatur konvensional dan konversasional (lebih dikenal dengan istilah implikatur percakapan). Implikatur percakapan adalah pesan implisit yang terkandung dalam bentuk lingual yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur dalam percakapan. Levinson (1983:127) mengatakan bahwa implikatur percakapan adalah apa yang dikatakan atau diungkapkan oleh ekspresi kondisi yang sebenarnya sesuai dengan prinsip kerja sama dan mencakup semua jenis penjelasan inferensi pragmatis. Implikatur percakapan lebih menekankan maksud lain dari apa yang dituturkan. Implikatur percakapan mengacu kepada jenis “kesepakatan bersama” antara penutur dan mitra tutur, kesepakatan dalam pemahaman, bahwa yang dibicarakan harus saling berhubungan. Hubungan atau keterkaitan itu sendiri tidak terdapat pada masing-masing ujaran. Grice dalam Nababan (1987:39) menyatakan bahwa ada lima ciri implikatur konversasional (percakapan), yaitu: dalam keadaan tertentu implikatur percakapan dapat dibatalkan, baik dengan cara eksplisit atau pun dengan cara kon-tekstual; ketidakterpisahan dengan cara mengatakan sesuatu itu 3
sehingga
orang
memakai
tuturan
bermuatan
implikatur
percakapan
untuk
menyampaikannya; mempersyaratkan makna konvensional dari kalimat yang dipakai, tetapi isi implikatur percakapan tidak masuk dalam makna konvensional tuturan tersebut; kebenaran isinya tidak tergantung pada apa yang dikatakan; dan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya. Implikatur konvensional merupakan kebalikan dari implikatur percakapan. Nababan (1987:41) menyatakan bahwa implikatur konvensional mengandung pesan yang diperoleh langsung dari makna kata (yang didengar) bukan dari prinsip percakapan dan tidak didasarkan pada prinsip kerja sama. Sejalan dengan itu, Sperber dan Wilson dalam Nadar (2009:62) menyatakan bahwa implikatur konvensional (implicated premisess) adalah implikatur yang diperoleh pendengar dari ingatannya atau menyusunnya dengan mengembangkan ancangan-ancangan asumsi yang diperoleh dari ingatannya. Implikatur konvensional memiliki kandungan atau makna yang relatif tetap, dan dianggap tidak memiliki tendensi universal dalam kaitannya dengan kondisi kebenaran. Implikatur ini lebih menjelaskan pada apa yang yang diutarakan. Levinson (1983: 97-100) menyatakan ada beberapa fungsi penting implikatur dalam ilmu pragmatik yaitu: memungkinkan sejumlah penjelasan fungsional atas faktafakta linguistik yang tak terjangkau oleh teori linguistik, memberi suatu penjelasan yang tegas tentang perbedaan apa yang diujarkan secara lahiriah dengan apa yang dimaksudkan, memungkinkan penjelasan semantik yang sederhana tentang perbedaan hubungan antara klausa yang dihubungkan dengan penghubung yang sama, dan menerangkan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan, dapat mempunyai makna, bisa bermakna kebalikannya, bisa bermakna suatu pernyataan sikap, dan sebagainya. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa terdapat implikatur dalam wacana iklan di televisi. Tuturan yang mengandung implikatur tersebut terkadang melanggar prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Hal ini menyebabkan penonton sulit untuk memahami makna terselubung (implikatur) yang terkandung dalam wacana iklan televisi tersebut. Padahal, bagi konsumen, iklan di televisi merupakan salah satu sarana pemenuhan kebutuhan akan informasi tentang suatu produk, dan bagi produsen, iklan merupakan sarana untuk mengenalkan produk mereka dan mempengaruhi konsumen. Jika implikatur dalam iklan tidak tepat sasaran, maka dapat dikatakan gagallah sebuah iklan. Oleh sebab itu, penggunaan implikatur dalam wacana iklan di stasiun televisi swasta perlu diteliti. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran 4
implikatur dalam wacana iklan di stasun televisi. Setiap penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan implikatur yang terkandung dalam wacana iklan di stasiun televisi swasta.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini mengkaji tuturan-tutuan yang mengandung implikatur dalam wacana iklan pada stasiun televisi swasta. Penelitian ini dilaksanakan di kediaman peneliti di Jln Keruntung nomor 88, Medan. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan, yakni bulan Juli 2013. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah implikatur dalam wacana iklan di stasiun televisi swasta, sedangkan datanya adalah tuturan dalam wacana iklan tersebut dan konteks yang mengikatnya. Subjek penelitian adalah tokoh-tokoh dalam iklan di stasiun televisi swasta.Sedangkan sumber datanya adalah percakapan yang terjadi antara tokoh-tokoh dalam iklan tersebut. Karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka instrument utama adalah peneliti. Sedangkan instrument pembantu yang digunakan adalah alat perekam video dan kartu data. Alat perekam digunakan untuk merekam iklan di stasiun televisi swasta, sedangkan kartu data digunakan untuk mencatat konteks tuturan, juga untuk mentranskipkan tuturan-tuturan dalam iklan. Untuk menjaring data, teknik yang digunakan adalah teknik rekam dan catat untuk memperoleh data. Teknik rekam adalah teknik yang dilakukan dengan perekaman yang menggunakan alat perekam sebagai alatnya. Teknik catat adalah teknik yang dilakukan dengan pencatatan pada kartu data. Selanjutnya data dianalsis dengan memperhatikan hubungan antara bahasa verbal, nonverbal dan situasi dengan berpedoman pada prinsip-prinsip analisis pragmatik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap 10 data iklan di atas didapat bahwa wacana iklan di televisi menggunakan bahasa verbal berupa lisan dan tulisan. Bahasa lisan adalah ujaran yang disampaikan secara langsung oleh para pemeran iklan baik berupa dialog maupun narasi. Sedangkan bahasa verbal tulisan adalah tulisan-tulisan yang ditampilkan di layar televisi sebagai penjelasan tambahan, pemberitahuan nama, logo dan slogan produk, serta kelebihan produk. Selain bahasa verbal, terdapat pula bahasa non-verbal serta konteks situasi yang mendukung dan memperjelas makna yang dimaksudkan oleh iklan tersebut. Bahasa nonverbal tersebut antara lain adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh. 5
Sedangkan konteks situasi yang ada dalam wacana iklan tersebut sangat beragam, mulai dari suasana santai, serius, ramai, membosankan, dan hujan. Bahasa verbal lisan dan tulisan menciptakan suatu implikatur. Implikatur tersebut dipengaruhi oleh konteks yang mewadahi iklan tersebut. Konteks tersebut antara lain adalah konteks situasi, konteks peserta tutur, tempat, dan waktu. Dalam 10 data iklan di stasiun televisi swasta tersebut ditemukan beberapa implikatur yang berbeda, antara lain menawarkan keunggulan produk, menawarkan solusi terhadap masalah yang sering dihadapi konsumen, menawarkan harga yang terjangkau, dan menawarkan manfaat produk. Sebagian besar iklan tersebut pertama sekali menggambarkan masalah yang sering dihadapi konsumen. Solusi ditawarkan setelah masalah dipaparkan. Solusi yang ditawarkan adalah menggunakan produk yang diiklankan. Kemudian, alasan untuk menggunakan iklan tersebut semakin diperkuat dengan menyampaikan keunggulankeungulan produk. Masalah, solusi, dan keungggulan ini disampaikan dalam wacana yang singkat. Sebagian masalah, solusi, atau keunggulan disampaikan dalam bentuk implikatur sehingga semuanya dapat terangkum dalam wacana yang singkat. Penggunaan implikatur dalam penyampaian keunggulan produk pada wacana iklan membuat iklan lebih menarik dibandingkan jika keunggulan tersebut disampaikan secara langsung. Ketika keunggulan produk disampaikan secara tidak langsung, konsumen akan lebih percaya. Sebaliknya ketika produk dipuji secara langsung dalam iklan, maka konsumen akan lebih sulit untuk mempercayai iklan tersebut. Jenis implikatur yang terkandung dalam 10 wacana iklan televisi sebagian besar berupa implikatur konversasional. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan implikatur konvensional. Dari sepuluh iklan yang diteliti terdapat enam iklan yang mengandung implikatur konvensional, yaitu iklan Layanan Prabayar Indie+, Oreo, Carvil, Hilo Teen, Downy Passion, dan Obat Nyamuk Semprot Hit.
Iklan Layanan Prabayar Indie+ Ujaran yang mengandung implikatur dalam iklan Layanan Parabayar Indie+ adalah
ujaran “Think again!”. Apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penutur melalui ujaran ini dapat diperoleh dari ujaran sebelumnya yaitu ujaran “Jadi orang gede menyenangkan, tapi susah dijalanin.” Hanya dengan memperhatikan ujaran sebelumnya dan tanpa memperhatikan konteks yang mewadahi terciptanya wacana tersebut, pendengar akan tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penutur dengan mengujarkan ‘Think again’ adalah bahwa kehidupan orang dewasa tidak susah untuk dijalani.
6
Iklan Oreo Implikatur yang terkandung dalam iklan Oreo terdapat dalam ujaran, ‘kayaknya
handphone ayah nggak suka basah!’ Ujaran tersebut bukanlah sekedar pernyataan bahwa handphone si ayah tidak suka basah. Apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh si ayah adalah bahwa ia tidak mungkin mencelupkan handphone-nya ke dalam susu, karena handphone tidak bisa kena air. Dengan kata lain si ayah menyiratkan bahwa handphonenya (biskuit merek lain) tidak bisa dicelupkan ke dalam susu. Tetapi si anak hanya memahami makna konvensionalnya. Sehingga, Berlandaskan peristiwa sebelumnya dimana si ayah menjilat handphonenya, si anak menyimpulkan bahwa handphone si ayah tidak masalah kena basah. Untuk menanggapi pernyataan si ayah, si anak menyatakan, ‘tapi tadi ayah jilat handphonenya’. Ujaran yang disampaikan si anak ini memang terkait secara literal dengan ujaran sebelumnya. Secara konvensional ujaran ini mengandung makna bahwa si ayah sebelumnya menjilat handphonenya. Ketika handphone dijilat, handphone tersebut pastilah basah oleh air liur. Tapi, si ayah pada ujaran sebelumnya mengatakan bahwa handphonenya tidak suka basah. Sehingga dapat dikatakan apa yang diujarkan si anak tersebut juga menyiratkan ketidaksetujuan si anak terhadap pernyataan bahwa handphone sang ayah tidak suka basah. Hal ini juga sekaligus menjadi penegasan permintaan agar si ayah mencelupkan handphonenya. Ketika sang anak mengatakan bahwa tadi si ayah menjilat handphonenya, sang ayah tidak hanya sekedar menangkap makna konvensional dari ujaran tersebut. Tetapi ia juga menangkap makna tersiratnya. Dari ujaran yang disampaikan si anak, si ayah menangkap ketidaksetujuan si anak terhadap pernyataan si ayah serta penegasan permintaan si anak untuk mencelupkan handphonenya ke dalam susu. Oleh sebab itu si ayah menanggapi pernyataan si anak dengan ujaran, ‘kamu menang deh!’ Ujaran ini tidak sekedar menginformasikan bahwa si anak menang. Tetapi dengan memperhatikan ujaran pertama yang disampaikan oleh si anak kepada si ayah, dapat disimpulkan bahwa si ayah mengakui bahwa oreo lebih baik dari yang lain dengan alasan yang lain tidak bisa dicelupkan. Jadi, implikatur dalam wacana iklan oreo ini adalah menyampaikan kelebihan oreo dibandingkan produk lain, yaitu bisa dicelupkan.
Iklan Carvil Implikatur yang terkandung dalam iklan Carvil terdapat dalam ujaran. “Bintang
Carvil!” Secara konvensional, ujaran ini merupakan seruan untuk memanggil Ari yang merupakan bintang Carvil. Dalam wacana di atas, Kimberly Ryder kemungkinan besar telah mengetahui bahwa Ari Wibowo adalah bintang iklan carvil. Namun, ujaran yang
7
disampaikan oleh Kymberly ketika bertemu dengan Ari bukanlah sekedar pemberitahuan bahwa ia mengetahui Ari adalah bintang carvil. Lebih dari itu, ujaran tersebut juga menyiratkan rasa senang bisa bertemu dengan bintang carvil. Selain, itu ujaran ini juga mengandung penegasan bahwa Ari benar-benar adalah bintang carvil. Kymberly membuat kesimpulan itu karena memperhatikan konteks situasi di rumah Ari yang penuh dengan barang-barang bermerek Carvil. Ari mampu menangkap implikatur yang disampaikan oleh Kymberly tersebut dengan memperhatikan ujaran yang disampaikan Kymberly, bahasa tubuhnya dan juga pandangan matanya yang menunjukkan kekaguman akan koleksi Ari. Ari kemudian menanggapi ujaran Kymberly dengan kalimat “Jaman boleh berubah. Pilihanku tetap Carvil.” Ujaran yang disampaikan oleh Ari Wibowo tersebut merupakan penegasan untuk apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Kymberly sebelumnya. Sebagai seorang bintang carvil sejati, Ari selalu menggunakan produk Carvil meskipun produk-produk baru banyak bermunculan. Itulah sebabnya, di rumahnya terdapat banyak produk Carvil. Jadi, implikatur yang terdapat dalam wacana iklan Carvil ini berfungsi untuk menegaskan bahwa Ari tetap menggunakan produk Carvil. Melalui implikatur tersebut digambarkan bahwa Carvil adalah merek yang dipilih oleh Ari Wibowo dari dulu sampai sekarang.
Iklan Hilo Teen Implikatur yang terkandung dalam iklan Hilo Teen terdapat dalam ujaran ‘kok
tinggi? Turunin view-nya dong!’. Ujaran ini disampaikan oleh si remaja laki-laki sebagai tanggapan untuk pernyataan si wanita yang mengatakan bahwa ia tinggi dan keren. Karena ini merupakan implikatur konvensional, maka apa yang sebenarnya ingin dimaksudkan oleh si remaja pria tersebut dapat diperoleh lansung dari ujaran sebelumnya. Pada ujaran sebelumnya, remaja wanita mengatakan bahwa ia tinggi dan keren. Hal ini dikatakan wanita tersebut karena ia salah menyangka orang. Saat itu, si wanita dan si pria sama-sama tidak saling kenal. Kemudian pria tersebut menyuruh wanita tersebut melihat ke belakang. Di belakangnya sebenarnya ada dua pria. Tapi karena yang lebih tinggi lebih mudah dilihat dan ketepatan pria itu juga sedang memegang handphone dan melihat ke arahnya, maka wanita itu menyangka bahwa pria yang hendak bertemu dengannya adalah pria tinggi tersebut. Sehingga ia mengatakan bahwa pria itu tinggi dan keren. Si pria yang merasa tidak tinggi segera dapat mengerti apa yang terjadi, sehingga ia bertanya, ‘kok tinggi? Turunin view-nya dong!’ Ujaran ini disampaikan bukan dengan tujuan menanyakan mengapa si wanita mengatakan ia tinggi. Tetapi ujaran ini mengandung pesan lain. Ketika membaca SMS dari pria tersebut, wanita tersebut menarik kesimpulan dari pernyataan pria 8
tersebut. Ia menyimpulkan bahwa pria tersebut ingin menyatakan bahwa ia tidak tinggi. Hal ini ia simpulkan dari pertanyaan ‘kok tinggi’ juga dari perintah untuk menurunkan pandangannya. Ketika memandang seseorang yang tinggi, maka orang tersebut harus menaikkan pandangannya, sebaliknya ketika memandang seseorang yang pendek, maka orang itu harus menurunkan pandangannya. Berdasarkan inilah, wanita tersebut menyimpulkan bahwa si pria tersebut bertubuh pendek. Jadi, implikatur dalam wacana iklan Hilo Teen ini adalah menyampaikan efek dari pemilihan produk susu yang salah, yaitu pertumbuhan tinggi badan tidak maksimal.
Iklan Downy Passion Implikatur yang terkandung dalam iklan Downy Passion terdapat pada kalimat
“Itulah sebabnya saya memilih Downy Passion.” Kalimat ini merupakan lanjutan untuk kalimat “Khususnya parfum. Tak bisa ditiru.” Pesan yang ingin disampaikan dalam ujaran ini dapat diperoleh dari ujaran itu sendiri juga ujaran-ujaran sebelumnya. Hal ini dikarenakan implikatur yang terkandung dlaam ujaran ini merupakan imlikatur konvesional. Pada kalimat sebelumnya, wanita tersebut menginformasikan bahwa ia telah lama bekerja di industri hiburan, sehingga ia bisa membedakan sesuatu yang asli dengan yang tidak asli terutama parfum. Sehingga, ketika ia berkata, “Itulah sebabnya saya memilih Downy Passion.”, ia hendak menyampaikan bahwa Downy passion mengandung wangi parfum asli. Si wanita tersebut memilih Downy Passion karena ia yakin bahwa Downy Passion mengandung parfum asli. Ia yakin hal tersebut karena seperti yang ia katakana sebelumnya bahwa ia telah terbiasa membedakan wangi parfum yang asli dan yang tidak asli. Jadi, implikatur yang terkandung dalam wacana iklan cairan pewangi pakaian Downy Passion ini menyiratkan keunggulan produk tersebut, yakni bahwa produk tersebut mengandung parfum asli. Melalui implikatur tersebut disiratkan bahwa tidak ada produk sejenis lain yang mengandung wangi parfum asli seperti Downy Passion.
Iklan Hit Implikatur yang terkandung dalam iklan Hit terdapat pada kalimat “Yang lebih
mahal, banyak kan?” Kalimat ini merupakan lanjutan dari kalimat “tidak ada yang lebih baik dari Hit.” Secara semantik, kalimat “Yang lebih mahal, banyak kan?” mengandung pernyataan bahwa yang lebih mahal dari Hit banyak. Sehingga melalui pernyataan tersebut, Lula Kamal ingin manyampaikan bahwa harga Hit murah. Namun selain itu, Lula juga ingin menyampaikan bahwa meskipun Hit murah, namun kualitas Hit tetap yang terbaik. Kesimpulan ini dapat diperoleh langsung dari ujaran yang disampaikan
9
sebelumnya tanpa harus memperhatikan konteks yang mengikatnya. Jadi, implikatur dalam wacana iklan obat anti nyamuk Hit ini menyiratkan kelebihan atau tingkat kualitas produk Hit. Iklan yang mengandung implikatur konversasional ada empat iklan yaitu, Iklan Shampoo Lo’real Total Repair Five, Rokok Gudang Garam Djaja, Obat Batuk Komix DT, dan Lasegar.
Iklan Shampoo Loreal Total Repair Five Implikatur yang terkandung dalam iklan Shampoo Lo’real Total Repair Five
terdapat dalam ujaran ‘Dulu saya pikir rambut indah hanya milik artis. Tapi Dian bilang Loreal Total Repair Five buat siapa saja kok.’ Karyawan wanita mengatakan bahwa rambut indah hanya milik artis. Kemudian Dian yang adalah seorang artis menanggapinya dengan pernyataan bahwa shampoo Lo’real Total Repair Five buat siapa saja. Secara literal, kedua pernyataan tersebut tidak terkait. Secara konvensional, ujaran yang disampaikan oleh Dian tersebut bermakna bahwa tidak ada seorang pun yang tidak bisa menggunakan Shampoo Loreal Total Repair Five. Namun, apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Dian, tidak masuk dalam makna konvensional tersebut. Ketika Dian mengatakan bahwa Shampoo Lo’real Total Repair Five buat siapa saja, karyawan wanita tersebut menggali ingatannya tentang shampoo dan rambut dan menemukan bahwa shampoo pada umumnya digunakan untuk perawatan rambut. Ia melanjutkan proses berpikirnya dan menemukan bahwa rambut yang dirawat akan menjadi indah, sehingga ia menafsirkan bahwa apa yang mungkin dimaksudkan oleh Dian adalah bahwa Shampoo Loreal Total Repair Five membuat rambut indah. Selanjutnya, ia memperhatikan konteks bahwa yang menyatakan hal tersebut adalah seorang artis dan memiliki rambut indah, sehingga ia menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Dian juga menggunakan Shampoo Loreal Total Repair Five. Pada akhirnya, ia menyimpulkan bahwa shampoo Lo’real Total Repair Five membuat rambut indah seindah rambut artis, sehingga siapapun bisa memiliki rambut indah dengan menggunakan Shampoo Lo’real Total Repair Five. Ujaran selanjutnya yaitu ‘Total Repair five dari Lo’real Paris bantu atasi 5 masalah rambut rusak di Indonesia.’ membenarkan makna yang ditangkap oleh si karyawan wanita. Jadi, implikatur dalam wacana iklan shampoo Lo’real Total Repair Five ini adalah menyampaikan keunggulan produk Shampoo Loreal Total Repair Five, yaitu mampu membuat rambut siapa pun menjadi indah. Iklan ini kemudian menawarkan cara untuk mendapatkan rambut seindah artis yaitu dengan menggunakan Shampoo Lo’real Total Repair Five. 10
Iklan Rokok Gudang Garam Djaja Implikatur yang terkandung dalam iklan Rokok Gudang Garam Djaja terdapat pada
kalimat “Saya Jaya.” Kalimat ini merupakan tanggapan seorang pria bernama Jaya terhadap pertanyaan kepala lurah. “Kok sekarang beda?”. Lurah tersebut mengajukan pertanyaan tersebut disebabkan karena wajah orang yang terdapat di KTP berbeda dengan wajah si pria yang maju tersebut. Berdasarkan beberapa pengetahuan yang dimilikinya, konteks situasi, dan ujaran lurah, pria tersebut menyimpulkan bahwa lurah mencurigainya. Kemudian pria itu menjawab, ‘Saya Jaya.’ Ketika pria tersebut menjawab ‘Saya Jaya’, apa yang ingin disampaikan oleh pria tersebut bukanlah sebuah pemberitahuan bahwa namanya adalah Jaya, melainkan sebuah penegasan bahwa ia benar-benar bernama Jaya dan ia adalah pemilik KTP tersebut. Jadi, implikatur yang terdapat dalam wacana iklan Rokok Gudang Garam Djaya ini berfungsi menyatakan sikap penegasan terhadap kecurigaan sang lurah.
Iklan KomixDT Implikatur yanjg terkandung dalam iklan Komix DT terdapat dalam ujaran,
‘Ngantuk iya.’ Secara literal, jawaban Raffi tersebut tidak terkait dengan pertanyaan yang disampaikan oleh Ayu. Secara konvensional, ujaran yang disampaikan oleh Raffi tersebut bermakna bahwa ia sedang mengantuk. Namun, apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Raffi, tidak masuk dalam makna konvensional tersebut. Ketika Raffi mengatakan bahwa ia mengantuk, Ayu selaku mitra tutur menggali ingatannya tentang obat batuk. Kemudian ia menghubungkan antara obat batuk dengan mengantuk. Melalui ingatannya, Ayu menemukan bahwa obat batuk biasanya menyebabkan kantuk. Ayu kemudian menghubungkan antara ujaran Raffi, konteks yang mewadahinya dan pengetahuannya, Ayu menyimpulkan bahwa Raffi belum sembuh dari batuknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apa yang dimaksud Raffi dalam ujaran ‘ngantuk iya.’ adalah bahwa batuknya belum sembuh. Jadi, implikatur dalam wacana iklan obat Komix DT ini adalah menyampaikan masalah yang sering dihadapi konsumen ketika mengkonsumsi obat batuk yaitu mengantuk.
Iklan Lasegar Peristiwa dalam iklan Lasegar terjadi di sebuah kolam renang. Dalam iklan ini,
seorang pria mengajak temannya (pria kedua) latihan. Ujaran yang disampaikan pria kedua terhadap ajakan temannya adalah “Aduh lagi sakit tenggorokan nih. Kayaknya mau flu.” Secara konvensional, kalimat yang diucapkan oleh pria kedua tersebut menyatakan
11
bahwa ia sedang mengalami sakit tenggorokan dan diduga ia akan mengalami flu. Namun, apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pria kedua tersebut, tidak masuk dalam makna konvensional tersebut. Dengan menyampaikan tanggapan yang tidak relevan, pria kedua tidak bermaksud melanggar prinsip kerja sama. Ketika pria itu mengatakan bahwa ia sedang sakit tenggorokan, pria pertama menggali ingatannya tentang sakit tenggorokan. Ia menemukan bahwa benar sakit tenggorokan menjadi salah satu gejala awal flu. Lalu, ia melanjutkan proses berpikirnya mencoba menemukan hubungan antara flu dengan latihan. Kemudian ia menemukan bahwa penyakit flu akan semakin parah jika penderita terkena air. Pria itu juga memperhatikan konteks bahwa latihan yang akan mereka lakukan yaitu latihan renang berada di kolam renang dan harus hubungan langsung dengan air. Pada akhirnya, ia menyimpulkan bahwa pria kedua tidak akan melakukan latihan hari itu, sehingga dapat disimpulkan bahwa apa yang dimaksudkan pria kedua dalam ujaran ‘aduh lagi sakit tenggorokan nih. Kayaknya mau flu.’ adalah saya tidak akan latihan hari ini karena hari ini saya sedang sakit tenggorokan.
Jadi, implikatur dalam wacana iklan
Lasegar ini adalah menyampaikan masalah yang sering dihadapi masyarakat ketika mengalami sakit tenggorokan, yaitu tidak mampu melakukan aktivas seperti biasa.
PENUTUP Secara umum, jenis implikatur dalam wacana iklan di televisi adalah implikatur konvensional. Implikatur-implikatur tersebut menyiratkan informasi tentang keunggulan produk, keuntungan yang didapat konsumen jika menggunakan produk tersebut, dan solusi untuk masalah umum yang sering dihadapi oleh konsumen. Tujuan akhir dari penggambaran masalah, solusi, keuntungan dan manfaat tersebut adalah menawarkan atau membujuk konsumen untuk membeli atau menggunakan produk yang diiklankan. Penyampaian keunggulan produk dalam bentuk implikatur menjadikan iklan lebih menarik dibandingkan jika disampaikan secara langsung. Penggunaan implikatur juga berfungsi untuk mempersingkat wacana iklan. Penggunaan implikatur dalam iklan memungkinkan terciptanya iklan yang lengkap, memuat segala hal penting yang ingin disampaikan oleh produsen dalam durasi dan wacana yang singkat. Dengan dipersingkatnya wacana iklan memungkinkan konsumen untuk mengingat iklan tersebut dengan lebih lengkap. Namun, terkadang penggunaan implikatur yang sulit menyebabkan penonton sulit untuk mengintrepretasikan maksud yang ingin disampaikan oleh produsen. Oleh sebab itu, ada baiknya dalam pembuatan iklan, fokusnya bukan hanya pada wacananya saja, tetapi juga
12
pada konteks yang mendukungnya. Konteks tersebut haruslah konteks yang mudah dipahami oleh konsumen atau konteks yang umum diketahui oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia. (Terjemahan oleh: I Soetikno) Burhan, Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Kencana Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta Jefkins, Frank. 1994. Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press Levinson, Steven C. 1983. Pragmatic. USA: Cambridge University Press Liliweri, Aro. 1992. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT. Citra Adity Bakti Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nababan, P. W. J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pendidikan Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu Nursalamah, dkk. 2006. “Implikatur dalam Wacana Iklan Televisi”. Lingua, 8, (1), 41-59. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rachmadi. 1993. Public Relation dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia. Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Shimp, Terrence A. 2000. Advertising Promotion. Caroline: Universitasy of South Caroline. Penerjermah: Revyani Sjahrial Widyatama, Rendra. 2005. Pengantar Periklanan. Jakarta: Buana Pustaka. Yule, Brown. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
13