Evaluasi dan Pengembangan Aplikasi Pengisisan SPT (e-SPT) di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Nur Hidayat
[email protected]
ABSTRAK Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting peranannya dalam pembangunan. Sistem pemungutan Pajak Indonesia menganut system Self Assesment yaitu Wajib Pajak diberi kebebasan dalam menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan perpajakannya. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Pengiriman SPT dapat dilakukan secara manual (kertas) dan dalam Bentuk elektronik. Dengan ada nya SPT Bentuk digital sangat bermanfaat sekali bagi petugas pajak, karena petugas pajak tidak perlu lagi merekam SPT yang dilaporkannya. Tetapi dalam perjalananya Wajib pajak Orang Pribadi masih sedikit sekali yang menggunakan SPT dalam bentuk elektronik. Didalam tesis penulis melakukan peninjauan terhadap pengisian elektronik SPT (eSPT) di Direktorat Jenderal Pajak. Dan penulis akan mengembangkan aplikasi eSPT agar Wajib Pajak banyak yang mengirimkan SPT secara elektronik. Kata kunci: elektronik SPT, eSPT
PENDAHULUAN Sejak berlakunya sistem Self Assessment dalam administrasi perpajakan Indonesia dimulai dari tahun 1983, yang artinya Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang oleh Wajib Pajak, maka Petugas pajak bertugas untuk mengawasinya. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa merupakan kewajiban dari Wajib Pajak selain menghitung sendiri pajaknya, memperhitungkan termasuk membayarnya, juga ada kewajiban untuk melaporkan pajak yang telah dihitung dan dibayarkannya. Sarana untuk melaporkan pajak yang telah dihitung dan dibayar adalah Surat Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan. Rencana pemerintah untuk meningkatkan pendapatan melalui penerimaan pajak memerlukan perbaikan pelayanan pajak secara menyeluruh. Upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak akan menjadi suatu upaya yang harus selalu dilakukan secara berkesinambungan. Usaha tersebut perlu didukung oleh sistem yang dapat meningkatkan produktifitas dengan tetap mengedepankan efisiensi, dan hal tersebut merupakan suatu tantangan yang perlu diantisipasi dengan segera. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pajak, masyarakat tidak menghindari pajak lagi, sehingga jumlah wajib pajak meningkat dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP) dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) semakin tinggi. Tentunya peningkatan ini menuntut kecepatan perekaman dan pemrosesan data yang akurat, data yang dihasilkan benar serta dapat mendukung analisis yang tepat dan cepat dalam pelaksanaan operasional perpajakan. Realisasi penerimaan pajak selama 5 (lima) tahun terakhir, setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Tahun 2005 sebesar 304,1 triliun, tahun 2006 sebesar 314,5 triliun, tahun 2007 sebesar 426,2 triliun, Tahun 2008 sebesar 571,1 triliun dan tahun 2009 sebesar 641,2 triliun. Selama 5 (lima) tahun terakhir, jumlah pemilik NPWP terus mengalami kenaikan. Tahun 2005 sebanyak 4,35 juta, tahun 2006 sebanyak 4,80 juta, tahun 2007 sebanyak 7,13 juta, tahun 2008 sebanyak 10,68 juta, tahun 2009 sebanyak 15,91 juta. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan semaksimal mungkin. Seiring dengan bertambahnya jumlah Wajib Pajak mensyaratkan adanya peningkatan kualitas pelayanan. Melihat kondisi yang demikian maka DJP berusaha untuk menyederhanakan system dan prosedur perpajakan agar Wajib Pajak bisa lebih mudah melakukan aktivitas perpajakan yaitu mendaftar, menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pajak nya. Salah satu upaya penyederhanaan sistem tersebut adalah melalui teknologi informasi. Teknologi informasi yang berkembang secara pesat telah mengubah tatanan dan sistem manual menjadi sebuah sitem elektronik yang cangih dan serba cepat. Dunia perpajakan yang memberikan system layanan online akan memproses kerja menjadi lebih cepat, efektif , akurat dan transparan. Di samping pembentukan kantor dan penerapan sistem modern, modernisasi lebih lanjut ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan (online payment, eSPT, e-filling, eregistration dan sistem informasi DJP). Seiring dengan itu, Dirjen Pajak juga melakukan kampanye sadar dan peduli pajak, pengembangan bank data dan Single Identification Number (SIN) serta langkah-langkah lainnya yang sedang dan terus dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerimaan dan pengolahan SPT Manual dan eSPT di Direktorat Jendelal Pajak, untuk mengetahui persepsi pengguna aplikasi eSPT terhadap sistem lama, dan pengembangan aplikasi eSPT baru berdasarkan evaluasi terhadap sistem sebelumnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademis dan Direktorat Jenderal Pajak . Bagi Direktorat Jenderal Pajak hasil penelitian ini sebagai bahan analisis yang konstruktif dalam pengembangan lebih lanjut sistem eSPT sebagai alternatif pelaporan kewajiban perpajakan. TINJAUAN PUSTAKA Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) adalah model yang disusun oleh Davis (1986) untuk menjelaskan penerimaan teknologi yang akan digunakan oleh pengguna teknologi. Dalam memformulasikan TAM, Davis menggunakan TRA sebagai grand theorynya namun tidak mengakomodasi semua komponen teori TRA seperti yang tergambarkan dalam Gambar-2.1. Davis hanya memanfaatkan komponen ’Belief” dan Attitude” saja, sedangkan Normative Belief dan Subjective Norms tidak digunakannya. Secara skematik teori TAM tergambarkan dalam Gambar-2.3.
Gambar 1 Technology Acceptance Model (TAM) (Davis, 1986) Menurut Davis perilaku menggunakan IT diawali oleh adanya persepsi mengenai manfaat (usefulness) dan persepsi mengenai kemudahan menggunakan IT (ease of use). Kedua komponen ini bila dikaitkan dengan TRA adalah bagian dari Belief. Davis mendefinisikan persepsi mengenai kegunaan (usefulness) ini berdasarkan definisi dari kata useful yaitu capable of being used advantageously, atau dapat digunakan untuk tujuan yang menguntungkan. Persepsi terhadap usefulness adalah manfaat yang diyakini individu dapat diperolehnya apabila menggunakan IT. Dalam konteks organisasi, kegunaan ini tentu saja dikaitkan dengan peningkatan kinerja individu yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada kesempatan memperoleh keuntungan-keuntungan baik yang bersifat fisik atau materi maupun non materi. Agak berbeda dengan persepsi individu terhadap kegunaan IT ini, variabel lain yang dikemukakan Davis mempengaruhi kecenderungan individu menggunakan IT adalah persepsi terhadap kemudahan dalam menggunakan IT. Kemudahan (ease) bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari kesulitan atau tidak perlu berusaha keras. Dengan demikian persepsi mengenai kemudahan menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu bahwa sistem IT yang akan digunakan tidak merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar, pada saat digunakan. Persepsi terhadap manfaat IT (Perceived usefulness) dan persepsi terhadap kemudahan penggunaan IT (Perceived ease of use) mempengaruhi sikap (Attitude) individu terhadap penggunaan IT, yang selanjutnya akan menentukan apakah orang berniat untuk menggunakan IT (Intention). Niat untuk menggunakan IT akan menentukan apakah orang akan menggunakan IT (Behavior). Dalam TAM, Davis (1986) menemukan bahwa persepsi terhadap manfaat IT juga mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan IT tetapi tidak berlaku sebaliknya. Dengan demikian, selama individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya terlepas apakah IT itu mudah atau tidak mudah digunakan. Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling hubungan antara persepsi terhadap manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan IT ini, Davis et all (1989) melakukan riset dengan cara menyajikan masing-masing 6 item (tabel 2.1).
Tabel 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap IT No 1 2 3 4 5 6
Kegunaan (usefulness) Bekerja lebih cepat Kinerja Produktivitas meningkat Efektif Mempermudah tugas Kegunaan
Kemudahan (ease of use) Mudah dipelajari Dapat dikontrol Jelas dan mudah dipahami Fleksibel Mudah dikuasai/terampil Mudah digunakan
Analisis Davis terhadap riset tersebut menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kemudahan dalam menggunakan IT berkorelasi dengan penggunaan IT saat ini dan keinginan untuk menggunakannya di masa yang akan datang. Persepsi terhadap kemudahan dalam menggunakan IT ini juga merupakan anteseden bagi persepsi individu mengenai manfaat IT dalam kehidupan individu Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) berdasarkan pengguna adalah: a. Wajib Pajak Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak; b) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak; c) Harta dan kewajiban; d) Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak. b. Pengusaha Kena Pajak Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; b) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. c. Pemotong/Pemungut Pajak Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.
Pengertian Elektronik SPT (eSPT) Elektronik SPT (eSPT) adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang di buat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang di sediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. e-SPT merupakan salah satu digitalisasi Surat Pemberitahuan yang bertujuan untuk memudah Wajib Pajak dalam membuat dan menyampaikan Surat Pemberitahuan ke Kantor Pelayanan Pajak terdaftar. eSPT mempunyai banyak kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan SPT secara kertas antara lain: a. Penyampaian SPT dapa di lakukan secara cepat dan aman, karena SPT induk dan lampiran dalam bentuk file CSV (comma-separated values) yang sudah terenkripsi dan dapat di simpan dalam bentuk media CD,disket,flash disk atau media penyimpanan lainnya b. Data perpajakan terorganisir dengan baik. c. Sistem aplikasi e-SPT mengorganisasikan data perpajakan perusahaan dengan baik dan sistemmatis.
METODE PENELITIAN Dalam penulisan ini penulis menggunakan tahapan-tahapan dalam penelitian. Tahapan-tahapan nya adalah sebagai berikut: Identifikasi Proses Bisnis, Kuesioner Technology Acceptance Model, Observasi Sistem Yang Telah Ada, Analisa Kekurangan dan Kelebihan Sistem dan Pengembangan Sistem Baru. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sistem dan Prosedur Penyampaian SPT DJP Kewajiban Pajak Wajib Pajak (WP) setelah mendaftarkan diri dan mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sesuai dengan pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan adalah mengisi Surat Pemberitahuan dan menandatanganinya serta menyampaikannnya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat WP terdaftar atau dikukuhkan. Surat Pemberitahuan (untuk selanjutnya akan disingkat SPT) adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundangundangan. Terdapat dua jenis SPT, yaitu SPT Masa untuk suatu masa pajak dan SPT Tahunan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak Sistem penyampaian SPT secara manual mewajibkan WP untuk menyampaikan atau melaporkan SPT-nya beserta semua keterangan dan atau dokumen-dokumen yang harus dilampirkan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempatnya terdaftar atau dikukuhkan. WP dapat langsung menyampaikan sendiri SPT-nya ke KPP atau juga dapat menyapaikan SPT melalui pos, yaitu paling lambat 20 hari setelah berakhirnya masa pajak untuk SPT Masa, dan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak untuk SPT Tahunan.
WP Mengisi SPT
Petugas KPP menerima SPT WP menyampaikan SPT
WP menyampaikan melalui Kantor Pos
Gambar 2 Penyampaian SPT secara manual Setelah SPT diterima dari Wajib Pajak, petugas pajak akan memeriksa kelengkapan SPTnya. Jika lengkap Wajib Pajak akan diberikan tanda terima penyampaian SPT. Sistem dan Prosedur Penyampaian SPT Secara Digital Elektronik Surat Pemberitahuan (eSPT) Wajib Pajak dapat meminta aplikasi eSPT di KPP atau bisa juga mengunduh aplikasi eSPT di website www.pajak.go.id Setelah aplikasi eSPT di terima Wajib Pajak melakukan instalasi aplikasi eSPT pada sistem komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya. Dengan aplikasi eSPT Wajib pajak merekam data-data perpajakan yang akan dilaporkan, antara lain: 1. Data identitas Wajib Pajak pemotong/pemungut dan identitas Wajib Pajak yang dipotong/dipungut seperti NPWP, nama, alamat, kode pos, nama KPP, pejabat penandatangan, kota, format nomor bukti potong/pungut, nomor awal bukti potong/pungut, kode kurs mata uang yang digunakan. 2. Bukti pemotongan/pemungutan PPh. 3. Faktur pajak. 4. Data perpajakan yang terkandung dalam SPT . 5. Data Surat Setoran Pajak (SSP), seperti: masa pajak, tahun pajak, tanggal setor, NTPP, kode MAP/KJS dan jumlah pembayaran pajak. Jika Wajib Pajak telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan sendiri dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki Wajib Pajak kedalam aplikasi eSPT dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi eSPT. Wajib Pajak dapat mencetak bukti potong/pungut dengan menggunakan aplikasi eSPT dan menyampaikannya kepada pihak yang dipotong/dipungut. Jika Wajib Pajak akan melaporkan perpajakannya maka Wajib Pajak membentuk file data SPT (csv file) dari aplikasi eSPT dan disimpan ke dalam media lain, seperti disket, flash disk, compact disc (CD) atau media penyimpan elektronik lain nya. Langkah selanjutnya, wajib pajak mencetak induk SPT SPT Masa PPh dan atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan dan ditandatangani berguna untuk salah satu bagian pelaporan SPT. Wajib Pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP dengan membawa formulir Induk
SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan eSPT yang telah ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan dalam media komputer sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Evaluasi Persepsi Pengguna Aplikasi eSPT Berdasarkan hasil kuesioner persepsi terhadap manfaat (Perceived usefulness) yang terdiri dari 6 (enam) pertanyaaan. Untuk pertanyaan “Pemanfaatan perangkat lunak eSPT untuk pelaporan pajak akan mempercepat pekerjaan saya” 60% responden menjawab setuju. Untuk pertanyaan “Pemanfaatan perangkat lunak eSPT untuk pelaporan pajak akan meningkatkan kinerja saya” 53% responden menjawab setuju. Untuk pertanyaan “Pemanfaatan perangkat lunak eSPT untuk pelaporan pajak akan meningkatkan produktivitas saya” 47% responden menjawab setuju. Untuk pertanyaan “Pemanfaatan perangkat lunak eSPT untuk pelaporan pajak akan meningkatkan efektifitas usaha saya” sebanyak 53% responden menjawab setuju. Untuk pertanyaan “Pemanfaatan perangkat lunak eSPT untuk pelaporan pajak akan membuat pekerjaan saya lebih mudah” sebanyak 57% responden menjawab setuju. Dan untuk p[ertannyaan terakhir “Pemanfaatan perangkat lunak eSPT untuk pelaporan pajak sangat bermanfaat untuk saya” 57% responden menjawab setuju. Dilihat dari hasil kuesioner diatas aplikasi eSPT sangat membantu dan berguna untuk meningkatkan kinerja Wajib Pajak dalam pengisian SPT. Karena dengan menggunakan aplikasi eSPT terdapat penghitugan secara otomatis yang dapat meminimalisir kesalahan Wajib Pajak dalam melakukan pengisian SPT. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja Wajib Pajak. Untuk persepsi terhadap kemudahan penggunaan aplikasi eSPT (perceived ease of use) terdapat 6 (enam) pertanyaan. Untuk pertanyaan pertama “Saya merasa mudah mempelajari penggunaan perangkat lunak eSPT” 77% responden menjawab agak setuju. Untuk pertanyaan “Saya merasa jelas dan mudah mengerti dalam penggunaan perangkat lunak eSPT” 37% responden menjawab agak setuju. Dan pertanyaan “Saya merasa mudah untuk menjadi seseorang yang terampil dalam menggunakan perangkat lunak eSPT” sebanyak 33% responden menjawab agak setuju dan 33% responden menjawab netral, didalam pertannyaan ini wajib pajak ragu-ragu dalam penguasaaan aplikasi eSPT ini. Untuk pertanyaan “Perangkat lunak eSPT itu mudah digunakan” 40% responden menjawab agak setuju. Dan untuk pertanyaan “Perangkat lunak eSPT itu mudah dikendalikan” 47% responden menjawab netral. Dan untuk pertanyaan terakhir “Saya merasa mudah untuk mengingat istilah-istilah dalam perangakat lunak eSPT” 47% responden menjawab netral. Dilihat dari hasil kuesioner diatas aplikasi eSPT sangat membantu dan berguna untuk meningkatkan kinerja Wajib Pajak dalam pengisian SPT. Karena dengan menggunakan aplikasi eSPT terdapat penghitugan secara otomatis yang dapat meminimalisir kesalahan Wajib Pajak dalam melakukan pengisian SPT. Sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan kinerja Wajib Pajak. Untuk persepsi terhadap kemudahan penggunaan aplikasi eSPT (perceived ease of use) terdapat 6 (enam) pertanyaan. Untuk pertanyaan pertama “Saya merasa mudah mempelajari penggunaan perangkat lunak eSPT” 77% responden menjawab agak setuju. Untuk pertanyaan “Saya merasa jelas dan mudah mengerti dalam penggunaan perangkat lunak eSPT” 37% responden menjawab agak setuju. Dan pertanyaan “Saya merasa mudah untuk menjadi seseorang yang terampil dalam menggunakan perangkat lunak eSPT” sebanyak 33% responden menjawab agak setuju dan 33% responden menjawab netral, didalam pertannyaan ini wajib pajak ragu-ragu dalam penguasaaan aplikasi eSPT ini. Untuk pertanyaan “Perangkat lunak eSPT itu mudah digunakan” 40% responden
menjawab agak setuju. Dan untuk pertanyaan “Perangkat lunak eSPT itu mudah dikendalikan” 47% responden menjawab netral. Dan untuk pertanyaan terakhir “Saya merasa mudah untuk mengingat istilah-istilah dalam perangakat lunak eSPT” 47% responden menjawab netral. Dengan melihat persepsi pengguna eSPT terhadap kemudahan penggunaan (perceived ease of use) aplikasi eSPT diatas, penulis dapat menarik kesimpulan banyak pengguna aplikasi eSPT merasa ragu-ragu atau tidak mudahnya dalam menggunakan aplikasi eSPT. Hal ini disebabkan banyaknya peraturan-perturan perpajakan yang terkait dalam pengisian eSPT dan seringnya perubahan formulir SPT yang berlaku. Aplikasi eSPT digunakan juga dalam pengiriman SPT dengan cara eFiling, dibawah ini adalah persepsi kemampuan pengguna terhadap kemampuan penggunaan internet untuk aplikasi eSPT dan eFiling (Internet self efficacy) terdapat 4 (empat) pertanyaan. Untuk pertanyaan pertama “Saya merasa yakin bisa memahami istilahistilah mengenai perangkat lunak eSPT” sebanyak 40% responden menjawan agak setuju. Dan untuk pertanyaan kedua “Saya merasa yakin bisa menjelaskan fungsi-fungsi dari perangkat lunak eSPT dan eFiling” 47% responden menjawab netral. Dan pertanyaan ketiga adalah “Saya merasa yakin bisa memecahkan masalah-masalah dalam perangkat lunak eSPT dan eFiling” 47% responden menjawab netral. Untuk pertanyaan terakhir “ Saya merasa yakin bisa menjelaskan kenapa pekerjaan saya tidak jalan di perangkat lunak eSPT dan eFiling” sejumlah 57% responden menjawab netral. Dengan melihat persepsi pengguna eSPT terhadap kemampuan penggunaan internet (internet self efficacy) untuk aplikasi eSPT dan eFiling diatas, penulis dapat menarik kesimpulan banyak pengguna aplikasi eSPT dan eFiling yang merasa ragu-ragu atau tidak mudahnya dalam menggunakan aplikasi eSPT dan eFiling. Hal ini disebabkan sumber daya manusianya yang kurang memahami penggunaan internet. Yang terakhir adalah persepsi pengguna aplikasi eSPT terhadap kecemasan (anxiety) yang terdiri dari 4 (empat) pertanyaan. Pertanyaan pertama “Bekerja dengan perangkat lunak eSPT membuat saya gugup” 57% responden menjawab netral. Dan untuk pertanyaan selanjutnya “Perangkat lunak eSPT membuat saya tidak nyaman” 40% responden menjawab netral. Untuk pertanyaan “Perangkat lunak eSPT membuat saya susah” 43% responden menjawab netral. Dan untuk pertanyaan terakhir “Perangkat lunak eSPT menakutkan saya” 37% responden menjawab netral. Dari hasil kuesioner kemudian dilakukan skor rata-rata atas penilaian dan kondisi yang saat ini berjalan. Perhitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Skor = (tot_sts)*1 + (tot_ts)*2 + (tot_ats)*3 + (tot_n)*4 + (tot_as)*5 + (tot_s)*6 + (tot_ss)*7 Keterangan: Tot_sts,tot_ts, tot_ats, … dan seterusnya menyatakan jumlah persentase responden yang memberikan nilai sts,ts,ats,..ss terhadap satu pertanyaan. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 2 Tabel Skor dan Rata-Rata Hasil Kuesioner No Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Skor 553 536 526 540 543 543 480 476 470 483 460 463 463 453 443 436 380 373 353 340
RataRata 79 76,6 75,1 77,1 77,6 77,6 68,6 68,0 67,1 69,0 65,7 66,1 66,1 64,7 63,3 62,3 54,3 53,3 50,4 48,6
Rekomendasi Penyempurnaan Aplikasi eSPT Setelah melihat hasil kuesioner diatas penulis mendapat tantangan bagaimana membuat aplikasi eSPT 1770S yang mudah dalam pengoperasiannya dan tidak membuat bingung Wajib Pajak yang menggunakan aplikasi eSPT 1770S tersebut. Dibawah ini adalah tabel rekomendasi perubahan/penyempurnaan aplikasi eSPT 1770S yang telah ada. Tabel 3 Rekomendasi Penyempurnaan Aplikasi eSPT 1770S No 1 2 3
eSPT 1770S yang telah ada Pengisian SPT seperti pengisian model kertas Tidak ada bantuan setiap field yang harus diisi Banyaknya settingan pada saat mulai isi SPT
Rekomendasi Pengisian SPT seperti pengisian kuesioner Dibuat Bantuan setiap field yang diisi Hilangkan setinggan yang tdak diperlukan
Perbandingan eSPT Sistem Lama Dengan Sistem Baru Dibawah ini adalah perbandingan Formulir SPT PPh Orang Pribadi Sederhana (1770S) tahun pajak 2009 dengan tahun pajak 2010 dan perbandingan aplikasi eSPT PPh orang Pribadi Sederhana (1770S) sistem lama dan sistem baru.
Tabel 4 Perbandingan eSPT Sistem Lama Dengan Sistem Baru No
Hal
1.
Dasar Hukum
2.
Pengisian SPT
3.
Menu Bantuan Aplikasi Export harta
4. 5. 6.
7.
Import Harta Seting PTKP Username & Password
Sistem Lama
Sistem Baru
Keterangan Perubahan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya Tanggal 27 Juli 2010 Pengisian SPT dilalukan seperti pengisian SPT kertas Menu bantuan tidak dijelaskan secara detil
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 34/PJ/2009 Tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Beserta Petunjuk Pengisiannya Tanggal 27 Juni 2009
Perubahan Formulir SPT PPh Orang Pribadi Sederhana (1770S)
Pengisian SPT dilakukan seperti mengisi kuesioner Menu bantuan terdapat di setiap fiels yang akan diisi dihilangkan
Perubahan cara pengisian SPT
terdapat menu export harta Terdapat menu import harta Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ditentukan oleh pengguna Untuk masuk aplikasi eSPT dibutuhkan username & password
Penambahan menu bantuan export harta dihilangkan
dihilangkan
import harta dihilangkan
Besarnya PTKP tidak perlu disetting oleh pengguna Username & password dihilangkan
dihilangkan setting PTKP Username & Password dihilangkan
KESIMPULAN Dari hasil observasi dan analisa pengolahan data SPT di Direktorat Jenderal Pajak dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengisisan SPT di Direktorat Jenderal Pajak masih menggunakan dua sistem pengisian, yaitu pengisian SPT secara manual (SPT kertas) dan menggunakan aplikasi eSPT. 2. Wajib Pajak menyadari aplikasi eSPT dapat membatu Wajib Pajak dalam pengisian laporan perpajakan. Tetapi masih banyak Wajib Pajak yang kurang memahami bagai mana cara pengoperasian aplikasi eSPT. Sehingga masih sedikitnya Wajib Pajak yang menggunakan aplikasi eSPT dalam membuat laporan perpajakan. 3. Untuk dapat meningkatkan Wajib Pajak yang menggunakan aplikasi eSPT dalam membuat laporan perpajakan, maka dibuat aplikasi pengisian eSPT yang baru dengan fitur pengisian SPT seperti pengisian kuesioner dan penambahan menu bantuan pada setiap field yang akan diisi.
SARAN Didalam aplikasi eSPT yang telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Beberapa saran yang dapat dikemukakan terkait dengan penelitian ini adalah : 1. Direktorat Jenderal Pajak harus memperbanyak sosialisasi di bidang perpajakan, baik dalam segi aturan yang berlaku atau pun aplikasi yang digunakan oleh Wajib Pajak. Sehingga Wajib Pajak paham tentang perpajakan. 2. Aturan-aturan perpajakan yang berkaitan dengan SPT agar dibuat sesederhana mungkin sehingga Wajib Pajak mudah memahami dalam pengisian SPT. 3. Aplikasi eSPT dibuat lebih mudah dimengerti dalam pengisiannya, sehingga Wajib Pajak merasa mudah dan nyaman menggunakan aplikasi eSPT yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak. DAFTAR PUSTAKA Neila Ramdani 2007. Model Perilaku Penggunaan IT “NR-2007” Pengembangan dari Technology Acceptance Model (TAM). Pajak 2007. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pajak 2010. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 Tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya. Pajak 2008, Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Szajna, B., 1996, ‘Empirical Evaluation of the Revised Technology Acceptance Model’, dalam Management Science, Vol. 42, No. 1, pp. 85-89. Yusniza Kamarulzaman et all 2010. Tax E-filing Adoption in Malaysia: A Conceptual Model