EVALUASI DAMPAK RELOKASI NELAYAN KALI ADEM TERHADAP MASYARAKAT DESA KARANG SONG INDRAMAYU
E. HERMAN KHAERON
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Evaluasi Dampak Relokasi Nelayan Kali Adem Terhadap Masyarakat Desa Karang Song Indramayu, adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2007
E. Herman Khaeron C525010254
i
ABSTRAK Penggusuran terhadap pemukiman yang didiami oleh sekitar 1.600 keluarga nelayan di bantaran Sungai Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara telah dilakukan pada November 2003. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Indramayu telah menyiapkan lahan di Desa Karang Song sebagai tempat untuk pemukiman kembali yang dapat menampung sekitar 240 keluarga nelayan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi relokasi terhadap kondisi sosial ekonomi, aspek fisik, aspek lingkungan, maupun aspek teknologi pada masyarakat pemukiman relokasi di Desa Karang Song yang merupakan nelayan asal Kali Adem, serta mengkaji dampak adanya penduduk pendatang di pemukiman relokasi Desa Karang Song terhadap kondisi sosial budaya masyarakat sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song pasca program relokasi. Penelitian dilakukan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada bulan Pebruari – April 2005. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Responden ditentukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh sistematis (systematic sampling). Populasi pengambilan sampel untuk penelitian ini terdiri dari dua populasi penduduk di pemukiman relokasi dan populasi penduduk di sekitar pemukiman relokasi. Jumlah total responden yang diambil sebanyak 60 responden. Hasil survei pendahuluan tentang karakteristik umum masyarakat nelayan Kali Adem yang tinggal di Desa Karang Song (penduduk pemukiman relokasi) serta penduduk sekitar pemukiman relokasi menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan informasi serta alasan relokasi antara penduduk pemukiman relokasi dan penduduk sekitar pemukiman relokasi. Sekitar 60% penduduk pemukiman relokasi dan juga penduduk sekitar pemukiman relokasi adalah berpendidikan sekolah dasar (SD). Sekitar 70% penduduk pemukiman relokasi dan 40% penduduk sekitar pemukiman relokasi berprofesi sebagai nelayan. Hasil penelitian pada penduduk di daerah pemukiman relokasi menunjukkan bahwa program relokasi telah memberikan perbaikan yang nyata (p<0.005) pada indikator-indikator ketersediaan fasilitas tempat tinggal, kondisi tempat tinggal pemukiman relokasi, ketersediaan fasilitas peribadatan, frekuensi kegiatan keagamaan, ketersediaan pos-pos keamanan, kesadaran bahaya pencemaran lingkungan, teknologi pengolahan ikan, serta pola pergaulan muda-mudi. Namun terjadi penurunan yang nyata (p<0.005) pada indikator pendapatan bulanan dan ketersediaan lapangan kerja. Hasil penelitian pada penduduk sekitar pemukiman relokasi menunjukkan bahwa program relokasi telah memberikan perbaikan yang nyata (p<0.005) pada indikator-indikator fasilitas kesehatan, fasilitas kegiatan perikanan, fasilitas pendidikan, dan teknologi pengolahan ikan. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa program relokasi telah memberikan perbaikan secara umum pada kualitas hidup masyarakat pemukiman relokasi maupun penduduk pemukiman di sekitar relokasi Desa Karang Song, meskipun belum memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Kata Kunci : Desa Kali Adem, bencana banjir, nelayan, program relokasi, Desa Karang Song
ABSTRACT As one of the alternative solution program in overcoming the flood problems in Jakarta Province, the government has relloccated fishermen stayed at the edge of Kali Adem area in North Jakarta municipality to Karang Song village at Indramayu district in Province of Central Java, mainly due to the fact that those fishermen generally were coming from Indramayu district. This research was conducted to observe the influence of reloccation program towards the prosperity level of relloccated Kali Adem’s fishermen to Karang Song village and also towards the community stayed surrounding Karang Song village. Results showed that relloccation program has significantly (p<0.005) improved the availability of facility of community settlement and its condition, religion facility and its religious activity frequency, safety posts, the negative effect of pollutions, fish processing facility, and also youth relationship model. However, this relloccation program has significantly decreased the family monthly income and the availability of job. Further, the relloccation program has also significantly (p<0.005) improved towards health facility, fishery activity facility, educational facility, and also fish processing facility in areas surrounding Karang Song village; but not for other indicators. It could be concluded that relloccation program has already given the improvement in living quality of both of relloccated fishermen and communities stayed around Karang Song village. Key words : Kali Adem village, flood problem, fishermen, relloccation program, Karang Song village.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,microfilm, dan sebagainya
EVALUASI DAMPAK RELOKASI NELAYAN KALI ADEM TERHADAP MASYARAKAT DESA KARANG SONG INDRAMAYU
E. HERMAN KHAERON
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Judul Tesis
:
Evaluasi Dampak Relokasi Nelayan Kali Adem Terhadap Masyarakat Desa Karang Song Indramayu
Nama
:
E. Herman Khaeron
NIM
:
C525010254
Program Studi
:
Teknologi Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. Ketua
Prof.Dr.Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc. Anggota
Diketahui,
Program Studi Teknologi Kelautan Ketua,
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc.
Prof Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.
Tanggal Ujian : 28 Maret 2007
Tanggal Lulus :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: E. Herman Khaeron
Tempat, Tanggal Lahir
: Kuningan, 4 Mei 1969
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Status
: Nikah, dr. Ratnawati, Anak : Kamilah & Raihani
Alamat
: Pondok Mitra Lestari Blok A 8 No 5 Bekasi Selatan Tlp/Fax : 021-8219419 Hp. 0811905512 Email :
[email protected]
Pendidikan Tahun 1976-1982
SD Negeri Garawangi I Kuningan
Tahun 1982-1984
SMP Negeri IV Karawang
Tahun 1985-1987
STM Negeri Karawang, Jurusan Mekanika Teknik.
Tahun 1991-1996
Sarjana (S1) : Teknik dan Manajemen Industri, Universitas Islam Bandung.
Pengalaman Pekerjaan Tahun 1996 – 1997
Manajer Produksi PT. Star Metal Ware Industry
Tahun 1997 – 1999
Ass. Manajer Operasional PT. Aquatec Maxcon Indonesia
Tahun 1999 – 2000
Manajer Pengembangan PT. Cides Persada Consultant
Tahun 2000 – 2003
Government and Public Affair BP Indonesia
Tahun 2001 – Sekarang
Direktur Eksekutif Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R)
Tahun 2001 – Sekarang
Direktur Utama PT. Swadaya Budi Hartama
Tahun 2003 – Sekarang
Wakil Sekretaris Yayasan Perisai Laut Indonesia.
Tahun 2004 – Sekarang
Sekjen Jaringan Ekonomi Masyarakat Pesisir Indonesia.
Tahun 2005 – Sekarang
Ketua Departemen Kelautan dan Perikanan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat.
Tahun 2006 – Sekarang
Sekretaris Departemen IPTEK ICMI Pusat
Tahun 2006 – Sekarang
Anggota Badan Pengawas Gabungan Koperasi Pesisir Nusantara.
Tahun 2006 – Sekarang
Advisor Anggota DPR RI A 75
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas berkah, hidayat dan taufik-Nya penyusunan tesis ini dapat kami selesaikan. Tesis ini berjudul “ Evaluasi Dampak Relokasi Nelayan Kali Adem
Terhadap Masyarakat Desa Karang Song Indramayu ”.
Penelitian ini
dilakukan di Desa Karang Song pada bulan Pebruari sampai dengan Maret 2005 dan di verifikasi pada bulan Januari 2007, atas biaya sendiri. Tesis ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi penelitian Institut Pertanian Bogor, dan menjadi pedoman pengambil kebijakan bagi pemerintah dalam hal relokasi nelayan. Dalam penyusunan tesis ini, kami banyak mendapatkan arahan dan bimbingan dari Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Bambang Murdiyanto, M.Sc., selaku anggota komisi pembimbing, untuk karenanya kami meyampaikan banyak terima kasih. Demikian pula, kepada semua pihak, sahabat dan rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, terutama untuk ibu dan ayahanda yang telah membesarkan saya dengan segala daya dan upayanya; dr. Ratnawati sebagai istri yang dengan setia selalu mendorong dan mendampingi dalam penyelesaian studi. Juga dipersembahkan untuk kebanggaan anak-anak : Kamilah dan Raihani, semoga menjadi motivasi dalam mencapai jenjang pendidikannya yang lebih baik. Kami menyadari, bahwa dengan segala keterbatasan dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan masukan yang sifatnya membangun demi penyempurnaannya.
Jakarta, Maret 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. vi DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. ix 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………... 1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………... 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………….………………………….. 1.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 1.5 Kerangka Pemikiran.......................................................................................
1 1 3 4 5 5
2 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………… 2.1 Kesejahteraan Sosial…………….……….……………………………….... 2.2 Pembangunan Masyarakat Pesisir............………………………………….. 2.2.1 Batasan wilayah pesisir……………………………………………..... 2.2.2 Kebijakan pemerintah (otonomi daerah).............................................. 2.2.3 Pemanfaatan sumberdaya pesisir.......................................................... 2.2.4 Karakteristik masyarakat nelayan......................................................... 2.2.5 Interaksi dan konplik sosial masyarakat............................................... 2.3 Pemeliharaan dan Pelestarian Lingkungan.................................................... 2.4 Infrastruktur dan Kelembagaan...................................................................... 2.5 Transmigrasi, Urbanisasi dan Relokasi.......................................................... 2.5.1 Dampak akibat pemukiman kembali.................................................... 2.5.2 Masalah pemukiman kembali............................................................... 2.5.3 Tata cara pelaksanaan yang baik........................................................... 2.5.4 Relokasi................................................................................................. 2.6 Model Proses Implementasi Kebijakan......................................................... 2.7 Pembangunan Masyarakat Desa.................................................................... 2.8 Kebijakan Pemerintah Pusat..........................................................................
7 7 9 11 11 13 13 15 16 18 19 20 21 24 25 31 33 34
3 METODOLOGI PENELITIAN...................................................................... 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................... 3.2 Alur Penelitian............................................................................................... 3.3 Metode Pengambilan Contoh dan Pengukuran.............................................. 3.3.1 Data primer........................................................................................... 3.3.2 Data sekunder....................................................................................... 3.3.3 Penentuan responden............................................................................
37 37 37 39 39 39 40
iii
3.3.4 Pengukuran variabel indikator sosial ekonomi masyarakat.................. 41 3.3.5 Metode analisis data.............................................................................. 43 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 4.1 Hasil............................................................................................................... 4.1.1 Potensi Kabupaten Indramayu.............................................................. 4.1.2 Desa Karang Song Kecamatan Indramayu........................................... 4.1.3 Masyarakat nelayan Kali Adem............................................................ 4.1.4 Interpretasi pengaruh relokasi............................................................... 4.1.5 Interpretasi tingkat kesejahteraan......................................................... 4.2 Pembahasan.................................................................................................... 4.2.1 Potensi Kabupaten Indramayu.............................................................. 4.2.2 Pengaruh relokasi terhadap tingkat kesejahteraan................................
49 49 49 66 67 67 88 95 95 101
5 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 5.2 Saran..............................................................................................................
122 122 123
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 125 LAMPIRAN........................................................................................................... 128
iv
DAFTAR TABEL Halaman 1
Jenis dampak utama pemukiman kembali dan langkah-langkah penanggulangan............................................................................................... 21
2
Pemukiman kembali pada berbagai jenis proyek............................................ 22
3
Pilihan relokasi dan bantuan...........................................................................
27
4
Relokasi dalam siklus proyek.........................................................................
30
5
Indikator kesejahteraan...................................................................................
42
6
Tabel kontingensi frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan.................... 47
7
Jumlah penduduk Kecamatan Indramayu menurut jenis kelamin, tahun 2005.................................................................................................................
8
53
Laporan data penduduk kepala keluarga bulan Desember 2006..................... 66
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Kerangka relokasi nelayan .............................................................................
3
2
Kerangka pemikiran penelitian.......................................................................
6
3
Pengukuran dasar dan tujuan........................................................................... 32
4
Peta lokasi penelitian....................................................................................
5
Alur penelitian................................................................................................. 38
6
Ilustrasi populasi pada pengambilan sampel penelitian……………………..
40
7
Ilustrasi interpretasi penelitian........................................................................
43
8
Luas areal tanah sawah dan tanah kering…....................................................
50
9
Banyaknya anggota Korpri….......................................................................... 51
37
10 Banyaknya anggota DPRD..…………………………...……………………. 51 11 Hasil pencapaian imunisasi.............................................................................
55
12 Banyaknya petugas medis...............................................................................
55
13 Peserta KB aktif..............................................................................................
56
14 Banyaknya jumlah guru..................................................................................
57
15 Produksi palawija………................................................................................
58
16 Produksi ikan laut segar..…............................................................................
59
17 Kontribusi hasil hutan.....................................................................................
60
18 Banyaknya pencari kerja.................................................................................
61
19 Panjang jalan...................................................................................................
62
20 Banyaknya korban kecelakaan........................................................................
63
21 Banyaknya pengunjung tempat rekreasi.........................................................
64
22 PDRB Kabupaten Indramayu ..................…................................................... 65 23 Laju pertumbuhan ekonomi............................................................................
65
24 Karakteristik umum penduduk Desa Karang Song.........................................
68
25 Sosialisasi program relokasi di Desa Karang Song......................................... 68 26 Pendapatan per bulan penduduk pemukiman relokasi Karang Song..............
69
vi
27 Pendapatan per bulan penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song..
69
28 Tingkat konsumsi penduduk pemukiman relokasi Karang Song.................... 70 29 Tingkat konsumsi penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song........
70
30 Ketersediaan fasilitas kesehatan di pemukiman relokasi Karang Song..........
71
31 Ketersediaan fasilitas kesehatan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................. 71 32 Intensitas berobat penduduk pemukiman relokasi Karang Song....................
72
33 Intensitas berobat penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song ........ 72 34 Fasilitas kegiatan perikanan di pemukiman relokasi Karang Song................. 73 35 Fasilitas kegiatan perikanan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song.....
73
36 Ketersediaan lapangan kerja penduduk pemukiman relokasi Karang Song...
74
37 Ketersediaan lapangan kerja penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................. 74 38 Ketersediaan fasilitas pendidikan pemukiman relokasi Karang Song............
75
39 Ketersediaan fasilitas pendidikan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................. 75 40 Tingkat pendidikan hingga SLTP penduduk pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................. 76 41 Tingkat pendidikan hingga SLTP penduduk di sekitar pemukiman relokasi Karang Song....................................................................................................
76
42 Ketersediaan sarana transportasi di pemukiman relokasi Karang Song.........
77
43 Ketersediaan sarana transportasi di sekitar pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................. 77 44 Kemudahan transportasi di pemukiman relokasi Karang Song......................
78
45 Kemudahan transportasi di sekitar pemukiman relokasi Karang Song........... 78 46 Fasilitas tempat tinggal di pemukiman relokasi Karang Song........................
79
47 Fasilitas tempat tinggal di sekitar pemukiman relokasi Karang Song............
79
48 Kondisi tempat tinggal di pemukiman relokasi Karang Song......................... 80 49 Kondisi tempat tinggal di sekitar pemukiman relokasi Karang Song.............
80
50 Fasilitas peribadatan di pemukiman relokasi Karang Song............................
81
51 Fasilitas peribadatan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song................. 81 52 Kegiatan keagamaan tiap bulan di pemukiman relokasi Karang Song ..........
82
vii
53 Kegiatan keagamaan tiap bulan di sekitar pemukiman Karang Song.............
82
54 Fasilitas pos keamanan di pemukiman relokasi Karang Song........................
83
55 Fasilitas pos keamanan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song............
83
56 Kejadian kerusakan lingkungan di pemukiman relokasi Karang Song........... 84 57 Kejadian kerusakan lingkungan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................
84
58 Kondisi teknologi penangkapan ikan di pemukiman relokasi Karang Song..
85
59 Kondisi teknologi penangkapan ikan di sekitar pemukiman Karang Song....
85
60 Kondisi pengolahan ikan skala UMKM di pemukiman relokasi Karang Song................................................................................................................. 86 61 Kondisi pengolahan ikan skala UMKM di sekitar pemukiman relokasi Karang Song....................................................................................................
86
62 Pergaulan muda-mudi di pemukiman relokasi Karang Song.......................... 87 63 Pergaulan muda-mudi di sekitar pemukiman relokasi Karang Song..............
87
64 Tingkat pendapatan dan konsumsi penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi).............
116
65 Tingkat kesehatan penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi).............................
118
66 Kondisi pendidikan penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi).............................
119
67 Kondisi lingkungan fisik penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi).............................
120
68 Interaksi sosial penduduk pemukiman relokasi dan sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi)................................................. 121
viii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Data Kabupaten Indramayu............................................................................. 128
2
Tabulasi data hasil penelitian........................................................................
136
3
Karakteristik responden hasil penelitian.......................................................
150
4
Kuesioner penelitian.......................................................................................
188
ix
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mengingat dua per tiga dari luas wilayah Indonesia merupakan lautan maka merupakan sebuah keharusan dari pemerintah untuk memperhatikan pembangunan di sektor perikanan dan kelautan. Sektor perikanan dan kelautan yang mencakup perikanan laut, air payau dan perairan tawar, pertambangan minyak dan gas, industri maritim, jasa angkutan dan perhubungan laut, pariwisata bahari, dan bangunan kelautan merupakan potensi yang sangat besar untuk pertumbuhan ekonomi bangsa. Kesejahteraan dan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat nelayan merupakan platform yang utama dalam pembangunan perikanan dan kelautan. Paradigma pembangunan perikanan pada dasarnya mengalami evolusi dari paradigma konservasi (biologi) ke paradigma rasionalisasi (ekonomi) kemudian ke paradigma sosial/komunitas. Pandangan pembangunan perikanan yang berkelanjutan haruslah mengakomodasikan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya konsep pembangunan perikanan yang berkelanjutan sendiri mengandung aspek (Fauzi et al., 2002) : 1) Ecological sustainability (keberlanjutan ekologi). Dalam pandangan ini memelihara keberlanjutan stok/biomass sehingga tidak melewati daya dukungya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas dari ekosistim menjadi konsern utama. 2) Socio-economic sustainabilty (keberlanjutan sosio-ekonomi). Konsep ini mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan baik pada tingkat individu. Dengan kata lain mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan konsern dalam kerangka keberlanjutan ini. 3) Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan. 4) Institutional sustainability (keberlanjutan kelembagaan). Dalam kerangka ini keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut memelihara aspek finansial dan administrasi yang sehat merupakan prasyarat dari ketiga pembangunan berkelanjutan di atas. 1
Kawasan pesisir merupakan suatu wilayah yang menjadi salah satu sasaran dan target untuk pembangunan sektor perikanan dan kelautan, mengingat sekitar 90% komunitas nelayan tinggal dan menggantungkan kehidupan di daerah tersebut. Desa Karang Song, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu Jawa Barat merupakan salah satu wilayah pesisir yang baru-baru ini dijadikan tempat relokasi nelayan dari daerah Kali Adem akibat penggusuran oleh Pemerintah DKI Jakarta. Pada bulan November 2003 telah dilakukan penggusuran terhadap pemukiman yang didiami oleh sekitar 1.600 keluarga nelayan di bantaran Sungai Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Penggusuran yang dilakukan pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan suatu kebijakan dalam rangka menertibkan daerah-daerah bantaran sungai sebagai bagian dari upaya penanggulangan masalah banjir di Jakarta. Sebagian besar dari keluarga nelayan yang tergusur dari bantaran Sungai Kali Adem, berasal dari daerah Indramayu. Menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi keluarga-keluarga nelayan yang tergusur dari bantaran Sungai Kali Adem, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menyiapkan lahan di Desa Karang Song sebagai tempat untuk pemukiman kembali yang dapat menampung 400 keluarga nelayan, dan 240 unit pemukiman diantaranya untuk keluarga nelayan asal Kali Adem. Meski demikian relokasi masyarakat nelayan Kali Adem tetap harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi dari program tersebut. Dengan memperhatikan karakteristik nelayan Kali Adem dan masyarakat Karang Song sebagai penduduk setempat yang berhubungan langsung dengan relokasi tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program relokasi nelayan tersebut di antaranya adalah kondisi sosial, budaya, ekonomi, sumberdaya yang dihadapi dan teknologi yang biasanya digunakan. Aspek-aspek inilah yang harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah, karena apabila hal ini tidak dipahami maka keberhasilan dari program relokasi ini akan menjadi sebuah pertanyaan besar. Kegagalan pelaksanaan program pembangunan menimbulkan terjadinya dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Karang Song itu sendiri. Mengingat selama ini, program-program pembangunan yang ditujukan pada masyarakat nelayan kerap mengabaikan karakteristik masyarakat nelayan sehingga menuai kegagalan. Oleh sebab itu diperlukan suatu manajemen strategi yang tepat, yang
2
bersifat multidimensional, sehingga diharapkan mampu menghindarkan timbulnya kesan yang menjadikan penduduk atau nelayan sebagai obyek pembangunan saja maupun untuk alasan-alasan politis lainnya. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas penelitian ini akan difokuskan pada evaluasi dampak relokasi nelayan Kali Adem terhadap pengembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Karang Song sebagai masyarakat yang berhubungan langsung.
1.2 Perumusan Masalah Kebijakan pemerintah menanggulangi masalah penduduk Desa Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara yang terkena penggusuran, yaitu dengan menempatkan mereka di Desa Karang Song, Indramayu, memberikan dampak pada kondisi sosial ekonomi, kemasyarakatan dan juga sistem kelembagaan serta struktur fisik Desa Karang Song. Hal ini terutama disebabkan karena tercabutnya jaringan sosial ekonomi yang telah terbentuk di tempat tinggal asal, dan mesti membangun kembali jaringan tersebut di tempat yang baru. Dengan adanya penduduk pendatang yang sebagian besar memiliki mata pencaharian dan keahlian sebagai nelayan, dan membawa karakter sosial ekonomi juga kemasyarakatan dari asal tempat tinggalnya di Jakarta, akan memberikan pengaruh terhadap aspek kemasyarakatan maupun fisik seperti unit-unit kelembagaan, ekonomi dan lingkungan atau sumberdaya alam pada Desa dan masyarakat Karang Song (Gambar 1). Hasil yang Diharapkan:
Permasalahan:
PENGGUSURAN
- Kehilangan tempat tinggal - Terputusnya jaringan sosial ekonomi
Program Relokasi Nelayan melalui: - Penyediaan pemukiman - Pemulihan jaringan sosial ekonomi
-
Tersedianya Pemukiman baru Terpulihkannya jaringan sosial ekonomi Memberikan dampak positif terhadap masyarakat di sekitarnya
Gambar 1 Kerangka relokasi nelayan.
3
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dampak yang ingin diketahui dengan adanya masyarakat pendatang dari Desa Kali Adem tehadap Desa Karang Song, atas dasar kebijakan pemerintah menerapkan sistem relokasi adalah: 1) Bagaimana dampak program relokasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Karang Song ? 2) Bagaimana dampak program relokasi terhadap aspek kemasyarakatan (sosial, ekonomi, perilaku) dan aspek fisik (infrastrukur, sarana dan prasarana perikanan) pada masyarakat pemukiman relokasi di Desa Karang Song dan sekitarnya ? 3) Bagaimana persepsi masyarakat yang berada di luar atau sekitar Desa Karang Song terhadap Desa Karang Song pasca relokasi?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1
Tujuan
1) Mengevaluasi kondisi sosial ekonomi masyarakat di pemukiman relokasi Desa Karang Song dan sekitarnya pada pra- dan pasca- relokasi. 2) Mengevaluasi aspek fisik, teknologi dan lingkungan masyarakat di pemukiman relokasi Desa Karang Song dan sekitarnya pada pra- dan pasca- relokasi. 3) Mengkaji pengaruh kehadiran penduduk pendatang terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Desa Karang Song pasca relokasi. 1.3.2
Manfaat
1) Sebagai bahan masukan dalam menentukan strategi yang optimal kebijakan pembangunan dan pengelolaan Desa Karang Song. 2) Memberikan gambaran yang jelas bagi berbagai pihak terkait mengenai program relokasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal menanggulangi masalah penggusuran lahan di bantaran kali daerah perkotaan. 3) Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi terkini serta kebutuhankebutuhan pembangunan fisik pada masyarakat pemukiman relokasi Desa Karang Song maupun masyarakat sekitarnya.
4
1.4 Hipotesis Penelitian Relokasi telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan asal Kali Adem, maupun terhadap masyarakat di sekitar pemukiman relokasi di Desa Karang Song.
1.5 Kerangka Pemikiran Desa Karang Song secara geografis berada di wilayah pesisir pantai Pulau Jawa memiliki masyarakat dengan pola mata pencaharian sebagai nelayan. Dengan mengandalkan potensi sumber daya laut, sebagian besar penduduk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil menangkap ikan. Pemanfaatan sumberdaya laut oleh masyarakat Desa Karang Song dapat dilihat sebagai suatu perilaku ekonomi masyarakat. Adanya penduduk pendatang, yaitu warga dari Desa Kali Adem, yang memiliki pola mata pencaharian yang sama sebagai nelayan, dan berarti juga bertambahnya penduduk Desa Karang Song, serta pelaksanaan program relokasi oleh pemerintah yang secara fisik berperan dalam pembangunan akan menghasilkan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi dan kemasyarakatan juga kondisi fisik Desa Karang Song. Pengaruh dari program relokasi terhadap masyarakat Desa Karang Song tentu akan berbeda pada setiap individu tergantung pada umur, mata pencaharian, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, lama tinggal dan tingkat kesejahteraan. Pengaruh program relokasi terhadap penduduk asal Desa Karang Song dapat dikaji melalui persepsi mereka terhadap kondisi ekonomi, perubahan gaya hidup, hubungan sosial antar masyarakat, sistem kelembagaan, dan unit-unit ekonomi yang ada, serta asumsi masyarakat yang berada di luar atau sekitar wilayah Desa Karang Song. Setelah pengaruh-pengaruh dari hasil program relokasi diketahui, maka diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk membuat suatu arahan strategi pembangunan Desa Karang Song khususnya dan desa-desa sebagai penampung relokasi lainnya, yang menguntungkan semua pihak terkait. Secara skematis kerangka pemikiran penelitian ini dijelaskan pada Gambar 2.
5
Bencana Alam Banjir di Kali Adem, DKI Jakarta
Pemerintah DKI Jakarta
Pemerintah Kab Indramayu
Program relokasi nelayan Masyarakat Desa Karang Song
Nelayan Kali Adem Desa Karang Song (Kab Indramayu)
Permasalahan-permasalahan pra- dan pasca-relokasi
Ekonomi
Sosial
Infrastruktur
Perumahan
Kesehatan
Teknologi
Pendidikan
Studi Evaluasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian. Suatu lingkungan hidup yang berkualitas tinggi dapat menjamin daya huni (habitability) yang tinggi pula bagi penghuninya dalam hal ini populasi manusia. Menurut ekologi umum, jenis-jenis sumberdaya yang menentukan tinggi rendahnya daya huni tadi meliputi materi, energi, ruang, waktu dan keragaman (diversity). Kualitas lingkungan yang tinggi membutuhkan fasilitas yang murah bagi tercapainya kualitas hidup yang tinggi pula. Akan tetapi ini erat sekali hubungannya dengan budaya, termasuk di dalamnya teknologi dari penduduk yang besangkutan. Jelasnya, sampai seberapa jauh penduduk mendayagunakan sumber-sumber tersebut. Sikap terhadap alam sekitar ataupun faham agama tertentu ikut mempengaruhi intensitas campur tangan manusia ke dalam lingkungannya (Daldjoeni dan Suyitno, 1986).
6
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesejahteraan Sosial Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik
wacana global maupun
nasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional (Suharto, 2005). PBB memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahterannya selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivis terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat (Suharto, 2005). Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai : ’’ Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”. Di dalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus BAB XIV yang didalamnya memuat Pasal 33 tentang sistem perekonomian dan Pasal 34 tentang kepedulian negara terhadap kelompok lemah (fakir miskin dan anak-anak terlantar) serta sistem jaminan sosial. Dengan demikian, kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu : Pertama, Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Kedua, Institusi sebagai arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.
7
Ketiga, Aktivitas sebagai implimentasi dari kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2005). UU Perikanan No. 31 tahun 2004, membersitkan harapan bagi nelayan. Di bawah Bab X Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil, Pemerintah dituntut memberdayakan nelayan dan pembudidaya ikan melalui penyediaan skim kredit, baik untuk modal usaha maupun biaya operasional, dengan cara yang mudah dan bunga pinjaman yang rendah. Pemerintah juga menyediakan dan mengusahakan dana untuk memberdayakan nelayan dan pembudidaya ikan, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun sumber luar negeri. Untuk peningkatan kualitas SDM nelayan dan pembudidaya ikan (Saad, 2004). Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran ikan. Pemerintah juga akan mendorong korporatisasi nelayan dan pembudidaya ikan melalui penumbuhkembangan kelompok usaha dan koperasi. Nelayan kecil, menurut UU Perikanan, diberikan keleluasaan untuk melakukan penangkapan ikan di seluruh wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. Namun untuk kepentingan statistik dan pemberdayaan, nelayan kecil harus mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada instansi perikanan setempat, tanpa dikenakan biaya. Nelayan kecil juga dibebaskan dari kewajiban membayar pungutan perikanan. UU Perikanan juga mendorong masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan nelayan dan pembudidaya ikan. Demikian pula pengusaha perikanan harus mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan kelompok nelayan kecil. Secara normatif, UU Perikanan sudah cukup komprehensif mengatur pemberdayaan masyarakat dan membersitkan harapan bagi nelayan. Akan tetapi diperlukan kerja keras pemerintahan baru untuk menjelmakannya ke dalam realitas sehari-hari. Keterbatasan akses permodalan akan dipecahkan melaui penyediaan skim kredit mudah dan murah. Hal ini bukan persoalan mudah, karena Pemerintah tidak lagi memiliki otoritas mendikte Bank Indonesia untuk menyediakan skim kredit program seperti pada masa lalu, sementara kemampuan finansial pemerintah sangat terbatas (Saad, 2004).
8
2.2 Pembangunan Masyarakat Pesisir Mengembangkan atau membangun ekonomi masyarakat pesisir memiliki derajat komplikasi yang lebih besar, oleh sebab itu sedikit berbeda dibandingkan dengan membangun kawasan pedalaman (hinterland). Hal ini disebabkan kawasan pesisir memiliki karakteristik sumberdaya alam yang berbeda, sehingga mempengaruhi tindakan dan aksi pelaku ekonominya. Kondisi alam membuat ada perbedaan masyarakat dalam pandangan, sikap dan tindakan mereka dalam hal mengembangkan ekonomi kawasan pesisir (Nikijuluw, 2005). Kondisi alam yang berbeda dan seterusnya menyebabkan perbedaan pandangan, sikap, dan tindakan masyarakat ini patut dipahami oleh coastal manager (pelaku pembangunan kawasan pesisir). Pemahaman tersebut diperlukan supaya pembangunan ekonomi di kawasan pesisir tepat arah, sasaran, guna, dan manfaat. Penyebab degradasi dan marjinalisasi kawasan pesisir yang terjadi di Indonesia, lebih disebabkan oleh : Sebagian besar sumberdaya hayati pesisir telah mengalami eksploitasi lebih dan ekosistem pesisir mengalami tekanan yang berat, terjadi degradasi lingkungan karena kerusakan dan polusi baik yang berasal dari laut dan daratan, kemiskinan dan proses pemiskinan terus berlangsung dengan semakin timpangnya pendapatan, kelembagaan yang ada tidak tepat untuk menjawab permasalahan yang muncul, penegakan hukum tidak berjalan dengan baik, kurangnya pelaksanaan pembangunan secara terintegrasi, dan rendahnya kapasitas masyarakat meskipun potensinya ada dan cukup besar (Nikijuluw, 2005). Departemen Kelautan dan Perikanan sudah selayaknya memberikan perhatian khusus terhadap potensi kelautan dan perikanan untuk selanjutnya menerapkan programprogram pengembangan berbagai jenis kegiatan di sektor-sektor kelautan dan perikanan di Indonesia. Salah satunya adalah mendorong terjadinya investasi di beberapa sektor kelautan dan perikanan yang dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia secara umum. Sebagai langkah pertama, perlu dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis kegiatan di sektor-sektor kelautan dan perikanan yang dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat Indonesia. Dari kegiatan tersebut selanjutnya ditentukan sektor-sektor di kelautan dan perikanan yang diprioritaskan untuk dikembangkan (Resosudarmo et al., 2002).
9
Langkah kedua adalah memperkirakan pelaku-pelaku ekonomi yang akan melakukan investasi di sektorsektor prioritas tersebut untuk kemudian menciptakan sistem insentif yang mendorong mereka agar segera berinvestasi. Pengembangan program untuk merangsang investasi di sektor-sektor kelautan dan perikanan penting dilakukan setidaknya untuk dua alasan. Pertama, sering terjadinya informasi asimetris di pasar membuat para calon pelaku investasi tidak dapat melihat manfaat besar yang akan diterimanya jika melakukan investasi di suatu sektor. Kedua, kalaupun informasi di pasar sempurna, seringkali pilihan untuk melakukan investasi jatuh di sektor-sektor yang sangat menguntungkan bagi investor, tapi manfaatnya bagi kebanyakan orang relatif kecil (Resosudarmo et al., 2002). Memperkirakan siapa pelaku investasi perlu dilakukan sebelum perumusan suatu sistem insentif. Perhatikan, umumnya, setiap pemberian insentif kepada satu pihak akan memberikan konsekuensi beban kepada pihak pemberi insentif, dalam hal ini pemerintah Indonesia. Sebagai contoh, insentif berupa penyederhanaan proses perijinan. Baik langsung maupun tidak langsung, ada biaya yang perlu dikeluarkan oleh lembaga pemberi ijin untuk mengubah proses perijinan yang diaturnya menjadi lebih sederhana. Pemberian insentif yang tidak tepat sasaran hanya menimbulkan biaya pada pemberi insentif, sementara itu pihak yang diberi insentif belum tentu terdorong untuk melakukan investasi. Selanjutnya perlu ditentukan kriteria-kriteria agar sebuah sektor dapat dikatakan sektor prioritas, dengan menggunakan kriteria sederhana sebagai berikut (Resosudarmo et al., 2002) : 1) Sektor Prioritas Jangka Pendek adalah sektor-sektor yang dampak dari investasi di sektor-sektor terhadap kenaikan total produksi dan pendapatan masyarakat relatif besar. Dalam hal ini, kenaikan total produksi dan pendapatan masyarakat digunakan sebagai kriteria. Pertimbangannya, strategi jangka pendek hendaknya diarahkan pada hal-hal yang langsung terasa manfaatnya pada masyarakat dan dapat menunjang kenaikan aktivitas perekonomian sesegera mungkin. 2) Sektor Prioritas Jangka Panjang adalah sektor-sektor yang mampu mendorong tumbuhnya kegiatan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian.
10
2.2.1
Batasan wilayah pesisir Secara ekologis wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem
laut dan daratan, di mana segenap faktor yang bekerja di ekosistem laut dan daratan bertemu serta membentuk ekosistem yang unik. Sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang batas kearah darat dan kearah laut dari suatu wilayah pesisir (Adiati, 1996 ). Definisi pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri, 2003). Pembatasan wilayah pesisir demikian menggambarkan bahwa potensi dan kekayaan wilayah pesisir yang besar.
Maka perlu adanya sebuah manajemen
pembangunan di bidang perikanan dan kelautan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat pesisir, dalam hal ini nelayan. 2.2.2
Kebijakan pemerintah (otonomi daerah) UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian di adendum menjadi UU No. 32 tahun
2006 memberikan kewenangan yang luas dan nyata kepada daerah untuk melaksanakan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan di wilayah kewenangannya, disertai dengan kewajiban untuk memelihara kelestarian lingkungan. Pemberian wewenang ini tidak menghapuskan komitmen Pemerintah Pusat dengan pelbagai konvensi internasional terkait,
termasuk dalam pelaksanaan hak dan
kewajibannya. Kondisi tersebut di atas menunjukkan perlunya konsep terpadu dalam pengelolaan sumberdaya pesisir ini, agar memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat yang dilandasi oleh kepentingan bersama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan serta pembangunan yang berkelanjutan. Realitas yang terjadi sejak pemberlakukan Otonomi Daerah 1 Januari 2001, menunjukkan terjadinya peralihan kebijakan yang bersifat terpusat ke daerah, dimana menimbulkan konsekuensi bagi dunia usaha, terutama di bidang kelautan yang akan
11
dijadikan peluang yang menjanjikan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini pula yang kemudian menjadikan banyak pertanyaan dari pihak daerah tentang masalah-masalah yang menyangkut batas penyelenggaraan usaha kelautan, penentuan kebijakan (faktor legal) yang harus dilibatkan, komposisi pembagian keuntungan yang harus seimbang, dan menyangkut masalah pengembangan masyarakat pesisir sebagai tujuan pokok (Satria, 2002). Pelaksanaan Otonomi Daerah harus diimbangi oleh strategi yang dapat mengantisipasi permasalahan di atas, antara lain adalah dengan persiapan yang matang, kepercayaan publik, difasilitasi pemerintah pusat dan daerah, kejelasan visi pengembangan, dan kesiapan sumberdaya yang mampu beradaptasi. Hal ini hanya dapat dilaksanakan dengan demokratis, partisipasi masyarakat, kreativitas dan aspirasi masyarakat tidak saja lebih terjamin, tetapi yang lebih penting lagi adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dudle Seers dengan definisi perkembangan ekonomi yang mencakup peningkatan output per kapita, penurunan kemiskinan absolut, perbaikan distribusi pendapatan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja mengemukakan pemikiran strukturalis bahwa jika pertumbuhan yang berkesinambungan terjadi disektor modern yang diiringi dengan terjadinya diversifikasi struktural dalam ekonomi, maka situasi ini akan menimbulkan penyerapan tenaga kerja dari sektor tradisional ke sektor-sektor yang berproduktivitas tinggi dengan tingkat upah yang juga tinggi (Satria, 2002). Tumbuhnya kesadaran bahwa nilai lokal dan keswadayaan masyarakat merupakan faktor penting bagi berlangsungnya pembangunan kelautan. Jika dalam model pembangunan kelautan konvensional menempatkan negara/pemerintahan sebagai aktor penting pembangunan dan bersifat top-down, maka dalam model gerakan baru aktor pembanguan tersebut didesentralisasikan kepada masyarakat pada tingkat yang paling kecil (bottom-up). Hal ini dapat diartikan bahwa kita harus menyediakan ruang yang lebih besar kepada inisiatif-inisiatif lokal yang berkembang di masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaannya.
Pada titik ini, pengembangan daerah harus memiliki keberpihakan
untuk mengikutsertakan masyarakat sebagai partisipan gerakan. Konsekuensinya, lembaga-lembaga seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan Lembaga Non Pemerintah lainnya harus diberi tempat untuk berkiprah dalam proses pengembangan,
12
sekaligus diperlakukan sebagai alternatif atau prototip gerakan yang akan ikut berperan aktif dalam mensukseskan pembangunan kelautan (Satria, 2002). 2.2.3
Pemanfaatan sumberdaya pesisir Secara etis dan sosiologis, partisipasi masyarakat itu sangat penting dalam rangka
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Secara etis, pembangunan kelautan harus memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Secara sosiologis, keberhasilan pembangunan kelautan akan ditentukan oleh keterlibatan masyarakat dengan segenap sumberdayanya. Pelibatan ini akan menemui kesejatian dalam proses pembangunan kelautan (Satria, 2002). Lebih penting lagi adalah secara politik harus terdapat usaha penguatan rakyat sebagai basis untuk memagari kepentingan mereka, khususnya berkaitan dengan pelaku ekonomi lainnya yang memiliki kekuatan penetrasi modal dan teknologi yang lebih besar. Model ini bergerak dalam dua level besar ; pertama, memberi ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kedua, secara politik memberikan penguatan kepada masyarakat dalam usahanya menjalankan proses pembangunan, melalui usaha penguatan kesadaran transpormatif, penguatan organisasi, penguatan ekonomi, penguatan jaringan kerjasama, dan penguatan advokasi (Kusnadi, 2000). Lawrence (1998) dalam Satria (2002) menyebutkan, pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan tergantung pada perhatian kepada masalah pengelolaan dan perencanaan yaitu: 1) Pengakuan terhadap pentingnya aspek ekonomi dan sosial dari wilayah pesisir. 2) Kemampuan dalam mengambil keputusan untuk merencanakan dan mengelola pemanfaatan wilayah pesisir secara berkenjutan. 3) Integrasi pengelolaan pemanfaatan wilayah pesisir yang beragam kedalam struktur sosial, budaya, hukum dan administrasi dari wilayah pesisir. 4) Pemeliharaan keutuhan fungsional dari wilayah pesisir serta ekosistem komponennya. 2.2.4
Karakteristik masyarakat nelayan Horton et al. (1991) dalam Satria (2002), mendefinisikan masyarakat adalah
sekumpulan manusia secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama, mendiami suatu
13
wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatannya didalam kompleks tersebut. Dalam membedakan pengertian masyarakat dari satuan-satuan sosial lainnya, menurut Koentjaraningrat (1990) dalam Satria, (2002) dengan membuat matriks masyarakat yang terdiri dari sumbu horisontal yang merupakan satu-satuan sosial dan sumbu vertikal yang merupakan unsur pengikat satuan sosial tersebut. Satuan-satuan sosial tersebut mencakup kerumunan, golongan sosial, katagori sosial, jaringan sosial, kelompok, himpunan dan komunitas. Unsur pengikatnya mencakup pusat orientasi, sarana interaksi, aktivitas interaksi, kesinambungan, identitas, lokasi, sistem adat dan norma, organisasi tradisional, organisasi buatan serta pimpinan. Identitas tempat merupakan unsur pengikat yang penting dan dapat membedakannya dari satuan sosial lainnya. Secara sosiologis, karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris seiring dengan perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapinya. Dimana masyarakat agraris yang direpresentasikan kaum petani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yaitu pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan output yang relatif dapat diprediksi sehingga mobilitas usaha yang terjadi relatif rendah dan elemen resiko tidak terlalu besar (Satria, 2002). Masyarakat nelayan menghadapi sumberdaya yang merupakan open access, yang menyebabkan nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga elemen resikonya menjadi sangat tinggi.
Kondisi sumberdaya yang beresiko akan
membawa karakteristik dan sikap dari masyarakat pesisir dalam hal ini nelayan adalah keras, tegas dan terbuka. Pendekatan untuk memahami fenomena permasalahan kenelayanan tidak bisa diseragamkan sehingga program relokasi pun jangan sampai disamakan dengan program transmigrasi petani (bedol desa atau hijrah). Dalam pendekatan sosiologi, masyarakat pesisir berbeda dengan masyarakat pertanian yang basisnya kegiatan di darat. Hal ini disebabkan sosiologi masyarakat pesisir ini direkonstruksi dari basis sumberdaya (resources),
sedangkan
sosiologi
pedesaaan
berbasis
pada
society
sehingga
pendekatannya pun harus berbeda. Dengan demikian, kajian-kajian sosiologi masyarakat
14
pesisir bersumber pada aktivitas masyarakat yang terkait dengan sumberdaya perikanan (Satria, 2002). Sikap dan persepsi masyarakat mengenai sumberdaya pesisir dan laut di Indonesia, yang pertama adalah kenyataan bahwa pengetahuan formal masyarakat Indonesia tentang sumberdaya pesisir dan laut yang ada kurang. Hal ini berakibat pada kurangnya dasar pemikiran bagi pengambilan keputusan tentang pemanfaatan langsung sumberdaya pesisir dan laut tersebut. Di samping itu kenyataan di atas mengakibatkan kurangnya kemampuan masyarakat untuk berperan langsung dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam perumusan kebijakan kelautan. Yang kedua adalah masyarakat Indonesia menempatkan nilai yang tinggi bagi sumberdaya pesisir dan laut bagi tujuan pemanfaatan fungsional (misalnya sebagai sumber pangan) dan amenitas (misalnya rekreasi). Masyarakat memberikan perhatian yang tinggi dalam hal penurunan nilai sumberdaya pesisir dan laut serta mengkaitkan kualitas sumberdaya tersebut pada kualitas hidup mereka dan bersedia untuk ikut serta dalam upaya tersebut. Yang terakhir adalah bahwa dalam perumusan kebijakan bagi wilayah pesisir dan lautan, para penentu kebijakan harus memberikan perhatian penuh baik kepada kepentingan masyarakat secara umum dan kepentingan lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat tersebut (Dutton et al., 2001). Kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga formal pada saat ini sangatlah rentan. Efektivitas bentuk-bentuk pengelolaan yang telah direformasi atau bentuk-bentuk pengelolaan baru akan sangat tergantung pada kepercayaan publik yang harus dibangun sejalan dengan proses kebijakan. Di samping itu, efektivitas pengelolaan tersebut juga akan tergantung pada perhatian yang diberikan kepada konstituen yang lebih luas yang ada dalam setiap proses pengambilan keputusan di tingkat lokal maupun nasional. 2.2.5
Interaksi dan konflik sosial masyarakat Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 1995 dalam Satria, 2002).
15
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Bentuk-bentuk proses sosial meliputi, proses sosial yang bersifat asosiatif (mendekatkan) dan proses sosial yang bersifat disosiatif (menjauhkan). Proses sosial yang tergolong asosiatif, antara lain kerjasama, asimilasi, akulturasi, dan akomodasi. Sementara proses sosial yang tergolong disosiatif misalnya persaingan, kontravensi dan konflik. (Soekanto, 1995 dalam Satria, 2002). Persaingan dapat terjadi pada masing-masing individu mapun antar kelompok dalam pencapaian suatu tujuan keuntungan dalam segala aspek kehidupan, seperti persaingan ekonomi, persaingan kedudukan, dan peranan dan persaingan ras (Soekanto, 1995 dalam Satria, 2002). Jika persaingan yang terjadi diikuti gejala-gejala ketidak pastian dan keraguan tentang seseorang dan sikap tersembunyi atas gagasan dan budaya yang dimilikinya, hal itu disebut kontravensi.
Sikap tersembunyi ini dapat pula
bersumber pada rasa ketidak senangan terhadap kepribadian seseorang yang selanjutnya akan memunculkan ketegangan dalam hubungan kedua belah pihak karena dikuasai rasa amarah sehingga akan timbul sebuah konflik. Menurut Soekanto (1995) dalam Satria (2002), beberapa faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya konflik adalah perbedaan individu, perbedaan budaya, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
2.3 Pemeliharaan dan Pelestarian Lingkungan Keberlanjutan telah menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi dunia, karena masyarakat dunia sudah menyadari bahwa eksploitasi sumberdaya alam dapat mengakibatkan degradasi lingkungan. Menurut Yakin (1997) bahwa dalam beberapa hal, eksploitasi sumberdaya yang tidak terkontrol bukan hanya bisa mengakibatkan kelangkaan sumberdaya tetapi juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan.
Oleh karena itu pembangunan ekonomi harus mengarah kepada
pembangunan yang berwawasan lingkungan atau yang berkelanjutan (sustainable development). Konsep dasar pembangunan yang berwawasan lingkungan ada dua aspek yang penting, yaitu lingkungan (ecology, the environment) dan pembangunan (development) (Yakin, 1997).
16
Ekologi budaya yang dilontarkan oleh Adiati (1996), menjelaskan hubungan timbal balik yang terjadi antara kebudayaan dan lingkungan melalui penelaahan adaptasi. Pendekatan ini dilatarbelakangi oleh adanya kecenderungan untuk menerima pendekatan materialistik dan ketidakpuasan terhadap faham yang telah berkembang bahwa gejalagejala sosial hanya dapat diterangkan dari segi sosial saja. Dua kelompok elemen yang mempengaruhi sistem sosial politik kelompok masyarakat, yaitu keolompok inti kebudayaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sumberdaya alam dan kelompok bukan inti kebudayaan yang dipengaruhi oleh kelompok masyarakat lain seperti agama, bahasa seni dan nilai-nilai kebudayaan. Sebagai contoh, kegiatan pelibatan masyarakat dalam rehabilitasi mangrove yang dilakukan Wetlands International – Indonesia Programme (WI-IP) sejak tahun 1998 sampai saat ini di Desa Karang Song Indramayu. Upaya pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh LSM ini dikaji sebagai upaya memperoleh pembelajaran. Berdasarkan penyebab degradasi hutan mangrove di atas, maka diperlukan tindakan-tindakan untuk mengurangi kedua jenis tekanan tersebut sesuai dengan sumber masalahnya. Dalam meminimasi tekanan internal diperlukan pembinaan masyarakat yang bersifat andragogi, yaitu pembinaan yang berorientasi pada inisiatif sendiri dalam mendiagnosis kebutuhan, tujuan, strategi dan penilaian belajar (Bengen et al., 2002). Adapun menurut Bengen et al. (2002) lebih lanjut mengemukakan strategi pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove dilakukan melalui strategi persuasif, edukatif dan fasilitatif, dengan uraian seperti di bawah ini. 1) Strategi Persuasif Strategi persuasif dilakukan dalam bentuk pembinaan-pembinaan. Kegiatan pembinaan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran dari kelompok sasaran terhadap pesan yang disampaikan. Materi pembinaan meliputi penyuluhan tentang pentingnya hutan mangrove dan pelestariannya, pengelolaan tambak yang ramah lingkungan serta pentingnya organisasi/kelompok masyarakat. 2) Strategi Edukatif Strategi edukatif dilakukan dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Melalui pelatihan diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan kelompok sasaran terhadap suatu aspek
17
tertentu. Kegiatan pelatihan yang telah dilakukan adalah peningkatan pemahaman dan ketrampilan kelompok sasaran di bidang rehabilitasi mangrove seperti seleksi buah, pembibitan dan penanaman; pelatihan peningkatan pemahaman dan ketrampilan di bidang perikanan, yaitu budidaya udang tambak ramah lingkungan dan budidaya bandeng; pelatihan pengembangan kemampuan dalam pengelolaan kelompok, seperti administrasi, pengelolaan keuangan, kepengurusan dan aturan main pelaksanaan program. 3) Strategi Fasilitatif Strategi fasilitatif dilakukan dalam bentuk pemberian bantuan usaha yang merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove.
2.4 Infrastruktur dan Kelembagaan Definisi yang paling umum mengenai kelembagaan adalah suatu gugus aturan (rule of conduct) formal (hukum, kontrak, sistem politik, organisasi, pasar, dan sebagainya) serta informal (norma, tradisi, sistem nilai, agama, trend sosial, dan sebagainya) yang memfasilitasi koordinasi dan hubungan antara individu ataupun kelompok (Fauzi, 2004). Secara lebih spesifik, Douglass North, ahli ekonomi kelembagaan, menyatakan bahwa institusi lebih pasti terjadi pada hubungan
antara
manusia serta mempengaruhi perilaku dan outcomes seperti keragaan ekonomi, efisiensi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Sistem kelembagaan merupakan suatu sistem yang kompleks, rumit, abstrak yang mencakup idiologi, hukum, adat-istiadat aturan kebiasaan yang tidak lepas dari sistem perilaku dan lingkungan (Yulianto, 1997). Dalam perspektif ekonomi kelembagaan baru, pada tingkat makro aturan yang mempengaruhi perilaku dan keragaan dari perilaku ekonomi dimana organisasi dibentuk dan dibiayai transaksi (Coase, 1973 dalam Fauzi, 2004) secara terpadu di dalamnya. Hal tersebut merupakan suatu gugus fundamental dari aturan mendasar mengenai aspek politik, sosial dan legal yang mendasari proses produksi, pertukaran (exchange) dan
18
distribusi. Pada tingkat mikro, aspek kelembagaan lebih dikenal sebagai suatu institutional arrangement yang lebih mengedepankan aspek institutions of governance.
2.5 Transmigrasi, Urbanisasi dan Relokasi Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari pemukiman padat ke lahan yang masih kosong dengan tujuan sebagai sarana untuk distribusi dan pemerataan jumlah penduduk suatu wilayah, pemerataan pembangunan, dan sebagai sarana pemersatuan bangsa. Latar belakang tercetusnya program transmigrasi adalah terjadinya kepadatan populasi penduduk di suatu daerah dan disisi lain terdapatnya lahan kosong yang sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai pemukiman, dan sebagai upaya dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam (Maulida, 2002). Maulida, (2002) menerangkan bahwa pandangan tentang migrasi desa-kota mulamula berlandaskan pada beberapa hipotesis yang menyatakan hal-hal berikut: 1) Migrasi merupakan penyebab utama peningkatan jumlah penduduk perkotaan serta peningkatan kemiskinan yang cepat di perkotaan. 2) Mayoritas mereka yang hidup di perkampungan (slums) dan pemukiman liar (squatter settlements) adalah migran. 3) Sebagian besar dari para migran adalah miskin atau tidak semampu penduduk asli perkotaan. 4) Aliran perpindahan para migran ke daerah perkotaan terutama berasal dari daerah pedesaan. 5) Para migran yang terpaksa meninggalkan daerah perdesaan karena kemiskinan dan pengangguran di desa, biasanya menuju perkotaan. 6) Perbaikan keadaan di desa akan mengurangi arus migrasi desa-kota. 7) Program-program yang dilaksankan di daerah pedesaan akan memperbaiki kondisi pedesaan dan dengan demikian akan mengurangi migrasi desa-kota. Secara umum urbanisasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Suburbanisasi diartikan sebagai proses terbentuknya pemukiman-pemukiman baru dan juga kawasan-kawasan industri di pinggiran wilayah perkotaan, terutama sebagai
19
akibat perpindahan penduduk kota yang membutuhkan tempat bermukim dan untuk kegiatan industri (Maulida, 2002). Pemukiman liar yang terdapat di bantaran Sungai Kali Adem, Jakarta Utara merupakan salah satu fenomena yang terjadi dari proses urbanisasi. Ternyata kondisi demikian akan memberikan dampak negatif sehingga perlu adanya penataan kembali daerah tersebut. Relokasi merupakan upaya dalam penataan kembali daerah pemukiman penduduk melalui pemindahan penduduk ke wilayah lain. Secara umum bahwa relokasi merupakan perpindahan penduduk suatu wilayah ke wilayah lain secara sengaja (Maulida, 2002). 2.5.1
Dampak akibat pemukiman kembali Proyek bantuan bank yang merubah pola penggunaan lahan, air dan sumberdaya
alam lainnya dapat menyebabkan dampak pemukiman kembali. Dampak ini, sering timbul akibat pengadaan lahan yang didapat melalui ekspropriasi atau melalui pengaturan lainnya. Perumahan, struktur dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan sosial dapat terganggu. Sumber-sumber produktif, termasuk lahan, pendapatan dan mata pencaharian dapat hilang. Kultur budaya dan kegotong-royongan yang ada dalam masyarakat dapat menurun. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial, dan kemiskinan (Asian Development Bank, 1999). Di perkotaan, penduduk yang tergusur akan menimbulkan peningkatan tempattempat kumuh. Oleh karena itu, orang terkena dampak ini tidak mempunyai pilihan selain harus mencoba membangun kembali kehidupan, pendapatan dan segala potensi yang dimilikinya di tempat lain. Untuk menjamin bahwa masyarakat tidak dirugikan dalam proses pembangunan, bank berusaha mencegah atau mengurangi dampak pemukiman kembali. Jika pemukiman kembali tidak dapat dihindari, bank membantu memulihkan mutu kehidupan dan mata pencaharian orang terkena dampak. Apabila memungkinkan tidak hanya memulihkan tapi juga meningkatkan mutu kehidupan, khususnya bagi kelompok rawan/rentan. Seluruh bentuk dampak pemukiman kembali memerlukan langkah pencegahan sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
20
Tabel 1 Jenis dampak utama pemukiman kembali dan langkah penanggulangan Jenis Dampak
Langkah Penanggulangan
Kehilangan sumber yang produktif, Ganti rugi yang sesuai dengan harga termasuk lahan, pendapatan dan mata penggantian, atau penggantian bagi pendapatan dan mata pencaharian yang pencaharian . hilang. Penggantian pendapatan dan biaya pemindahan selama waktu pembangunan kembali serta langkah pemulihan pendapatan bagi yang kehilangan mata pencaharian. Kehilangan perumahan, mungkin seluruh Ganti rugi bagi perumahan dan kekayaan struktur, sistem dan fasilitas sosial yang hilang sesuai dengan harga penggantian; relokasi termasuk masyarakat. pembangunan tempat relokasi, kalau perlu, serta langkah-langkah memperbaiki taraf hidup. Kehilangan kekayaan lain
Ganti rugi sesuai harga penggantian atau diganti.
Kehilangan sumber daya masyarakat, Diganti atau ganti rugi sesuai dengan lingkungan, peninggalan budaya dan harta harga penggantian, langkah-langkah pemulihan . lainnya. Sumber: Asian Development Bank, 1999
2.5.2
Masalah pemukiman kembali Orang-orang yang terkena dampak (OTD) adalah mereka yang akan mengalami
kerugian sebagai akibat adanya proyek, seluruh atau sebagian kekayaan baik fisik maupun non-fisik, termasuk rumah, masyarakat, lahan produktif, sumber daya seperti hutan, persawahan, lokasi penangkapan ikan, kawasan pusat budaya, barang komersial, barang sewaan, kesempatan memperoleh pendapatan, jaringan dan kegiatan sosial dan budaya. Dampak seperti ini bisa permanen atau bisa sementara. Hal ini sering terjadi karena ekspropriasi, penggunaan wewenang khusus atas tanah atau pengaturan lainnya (Asian Development Bank, 1999).
21
Tabel 2 Pemukiman kembali pada berbagai jenis proyek
Sektor • Transpor
• Listrik dan Pembangkit Tenaga yang lain.
Komponen Proyek yang Mungkin Menimbulkan Dampak Pemukiman Kembali • Ruas jalan atau rel kereta api
Jenis Dampak Pemukiman Kembali Dampak Pemukiman Kembali terhadap alinyemen/jalur jalan atau rel kereta api. Gangguan biasanya dapat diatasi oleh masyarakat sendiri, karena alinyemen tidak lebar. Tetapi apabila alinyemen panjang dan memotong batas administratif, maka pembagian tanggung jawab tidak jelas dan hak kepemilikan juga dapat berbeda antara ruas jalan. Alinyemen/jalur tersebut mungkin membelah tanah milik, jalan dan gang, sistem irigasi, jaringan sosial dan ekonomi, atau jalan menuju ke sumber daya. Kadang-kadang juga dibutuhkan untuk sementara waktu, lahan yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi.
• Stasiun, terminal, jembatan.
Dapat menimbulkan dampak pemukiman kembali setempat, dan memerlukan lahan untuk sementara waktu, yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi.
• Bandar udara, dermaga, pelabuhan sungai
Ada kemungkinan terjadi dampak pemukiman kembali yang cukup serius terhadap masyarakat di lokasi tersebut. Dapat terjadi pemindahan seluruh masyarakat atau gangguan terhadap komunikasi, tanah milik, sistem sosial dan ekonomi, serta penggunaan sumber daya. Juga memerlukan lahan yang dipinjam sementara untuk pekerjaan konstruksi.
• Jaringan transmisi
Dampak pemukiman kembali minor dari pembangunan pilar. Hal ini bisa menjadi serius apabila lahan yang dimiliki kecil. Pelarangan masuk daerah jalur transmisi tanpa adanya pembebasan lahan, dapat menimbulkan dampak terhadap penggunaan lahan penduduk sepanjang jalur transmisi. Juga akan memerlukan lahan untuk sementara waktu yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi.
• Instalasi pembangkit tenaga, stasiun transmisi, substasiun dan jalan akses
Dapat menyebabkan dampak setempat yang cukup serius dan memerlukan lahan sementara waktu yang digunakan untuk pembangunan. Instalasi tenaga listrik tersebut dapat menimbulkan dampak pemukiman kembali, akibat dari polusi/pencemaran tanah, udara atau air.
22
Sektor
Komponen Proyek yang Mungkin Menimbulkan Dampak Pemukiman Kembali
Jenis Dampak Pemukiman Kembali
• Waduk pembangkit tenaga hidro-listrik
Konstruksi waduk/bendungan dapat menimbulkan dampak yang serius dan luas, dapat memindahkan seluruh penduduk dari areal konstruksi dan areal yang akan ditenggelamkan, serta dapat mengganggu komunikasi, kepemilikan lahan, sistem sosial dan ekonomi, dan penggunaan sumber daya. Juga akan memerlukan lahan untuk sementara waktu yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan konstruksi.
• Sistem retikulasi (pembagian)
Memerlukan lahan yang dipinjam sementara waktu untuk pekerjaan konstruksi. Penggunaan jalur yang ada (misalnya jalan raya) dapat mengurangi gangguan. Pembebasan lahan yang memanjang dan sempit hanya menimbulkan gangguan/ dampak minor.
• Stasiun pompa, lokasi pengolahan
Dapat menimbulkan dampak setempat yang lebih serius. Memerlukan lahan yang dipinjam sementara waktu untuk pekerjaan pembangunan.
• Waduk untuk air bersih
Konstruksi waduk dapat menimbulkan dampak yang serius dan luas. Lihat waduk pembangkit tenaga hidro-listrik.
• Sampah Padat
• Tempat pembuangan sementara, tempat pembuangan akhir landfill
Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius.
• Peremajaan Perkotaan
• Tempat prasarana perkotaan
Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius.
• Kesehatan
• Kawasan rumah sakit, klinik, dan sarana pendidikan kesehatan
Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius. Masyarakat diminta untuk merelakan sedikit bidang tanah untuk fasilitas umum.
• Pendidikan
• Kawasan sekolah, lembaga pelatihan dan sebagainya
Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius. Masyarakat diminta untuk merelakan sedikit bidang tanah untuk fasilitas umum.
• Irigasi dan Pengendalian Banjir
• Saluran, tanggul pelindung dan pekerjaan terkait
Pemukiman Kembali berdampak pada suatu alinyemen atau jalur yang sempit. Lihat jalur jalan atau rel kereta api.
• Bendung
Konstruksi bendung dapat menimbulkan dampak yang serius dan seringkali luas. Lihat waduk pembangkit tenaga hidro-listrik.
• Air Bersih dan Sanitasi
23
Sektor
Komponen Proyek yang Mungkin Menimbulkan Dampak Pemukiman Kembali
Jenis Dampak Pemukiman Kembali
• Operasi Pertambangan
• Pertambangan strip
menurun drastis (misalnya, pencemaran tanah atau air).
• Pengembangan Kehutanan
• Reboisasi, hutan tanaman industri, penutupan hutan
Dapat menimbulkan hilangnya sumber pendapatan dan mata pencaharian yang didapat dari hutan. Hilangnya kesempatan mendapat makanan untuk ternak. Pemindahan penduduk.
• Taman,
• Taman Nasional atau kawasan pengembangan biodiversitas
Dapat menyebabkan hilangnya kesempatan mendapat makanan untuk ternak, atau gangguan terhadap rute ternak mencari makanan. Dapat memindahkan penduduk dari taman/hutan.
Kawasan Konservasi
Sumber: Asian Development Bank, 1999 2.5.3
Tata cara pelaksanaan yang baik Pelaksanaan yang baik dalam merencanakan dan melakukan kegiatan pemukiman
kembali mencerminkan tujuan kebijaksanaan bank untuk Pemukiman Kembali tercapai. Agar dapat melaksanakan dengan baik, menurut Asian Development Bank (1999) unsurunsur pokok berikut ini perlu diperhatikan: 1) Melakukan usaha yang dapat mengurangi atau menghindarkan Pemukiman Kembali dengan mencari pilihan-pilihan perencanaan lain yang layak. 2) Menentukan parameter-parameter Pemukiman Kembali pada tahap PAKS dan menyusun KA yang sesuai untuk Studi Kelayakan BTPP. 3) Mempertimbangkan dan melaksanakan kegiatan Pemukiman Kembali sebagai program pembangunan yang menjadi bagian seluruh proyek, termasuk sektor swasta dan proyek yang dibiayai bersama dan kredit pada lembaga keuangan. 4) Melaksanakan survei dan sensus sosial ekonomi Orang Terkena Dampak (OTD) pada awal persiapan proyek untuk mengidentifikasi kerugian pengadaan lahan dan mengidentifikasi seluruh OTD serta menghindarkan masuknya pihak lain atau spekulan. 5) Melibatkan seluruh stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan dan terkait) dalam proses konsultasi, khususnya semua OTD, termasuk kelompok rentan/rawan.
24
6) Mengganti, bagi OTD termasuk bagi orang yang tidak mempunyai hak legal atas lahan, untuk semua kerugian dengan nilai penggantian. 7) Apabila diperlukan relokasi rumah, penting untuk menyiapkan pilihan-pilihan relokasi dan mengadakan musyawarah dengan OTD dan masyarakat setempat dalam memulihkan kondisi taraf hidupnya. 8) Apabila orang kehilangan pendapatan dan mata pencaharian, perlu menyusun program pemulihan yang bertujuan meningkatkan, atau sekurang-kurangnya memulihkan potensi produktifitasnya. 9) Melakukan persiapan sosial bagi OTD apabila mereka ini kelompok rawan atau mengalami tekanan sosial akibat pemindahan. 10) Mempersiapkan RPK dengan jadwal, ketentuan-ketentuan, dan sumber pendanaan sebelum penilaian serta menyiapkan ringkasan RPK sebelum RTM. Melampirkan ringkasan Rencana Pemukiman Kembali pada draf LSP untuk direksi Bank. 11) Melibatkan ahli Pemukiman Kembali dan ahli Ilmu Sosial serta melibatkan OTD dalam perencanaaan, pelaksanaan dan pemantauan RPK. 2.5.4
Relokasi Relokasi, barangkali, merupakan hal yang paling sulit dari keseluruhan tugas yang
menyangkut pemukiman kembali, karena membangun kembali kondisi kehidupan dan dalam beberapa kasus, pemukiman dan pola hidup seluruh masyarakat, dapat menjadi tugas paling menantang dan kompleks (Asian Development Bank, 1999). 1) Permasalahan dalam perencanaan relokasi •
Apakah diperlukan relokasi untuk semua OTD?
•
Adakah kasta, suku terasing atau perbedaan etnik di antara penduduk yang terkena dampak?
•
Apakah ada pola-pola pemukiman?
•
Bagaimana letak rumah mereka satu sama lain saat ini?
•
Apakah ada fasilitas sosial masyarakat saat ini (pemeliharaan kesehatan, pendidikan) di lokasi yang terkena dampak?
•
Berapa sering orang-orang menggunakan berbagai sarana? Apakah variasi ini atas dasar musim, jenis kelamin, umur, status pendapatan atau faktor lain?
•
Berapa kisaran ukuran lahan dan rata-rata luas lahan di lokasi terkena dampak?
25
•
Bagaimana tingkat kepadatan pemukiman sekarang?
•
Bagaimana tingkat kemudahan menjangkau pusat-pusat pasar dan kota sekarang?
•
Bagaimana pola angkutan dan komunikasi di lokasi terkena dampak?
•
Bagaimana pola penggunaan fasilitas agama dan budaya?
2) Pilihan relokasi Berdasarkan pada skala kebutuhan relokasi, perlu mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan relokasi yang tepat yang melibatkan semua yang terkait. Pemukim kembali dan kelompok penduduk setempat harus berpartisipasi dalam menentukan pilihan relokasi yang terbaik (Asian Development Bank, 1999). Berbagai pilihan mempunyai dampak yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan tingkat dukungan dan bantuan yang berbeda pula dalam proses relokasi. Tidak ada relokasi adalah pilihan paling baik. Tetapi bila relokasi OTD dari rumah mereka tidak dapat
dihindarkan,
maka
harus
dikurangi
semaksimal
mungkin
dengan
mempertimbangkan berbagai pilihan alternatif untuk proyek investasi utama. Misalnya, relokasi sering dapat dikurangi dengan merubah rute proyek prasarana yang menyebabkan relokasi (misalnya jalan raya, jalur pipa). Relokasi setempat (di atau dekat lokasi proyek) mungkin dapat dilakukan jika jumlah OTD sedikit, jika kepadatan penduduk relatif rendah, dan proyek meliputi kawasan kecil yang tersebaratau jalur memanjang. OTD dapat diijinkan menempati, misalnya, bagian kawasan yang tidak dibutuhkan untuk damija (daerah milik jalan), dengan membersihkan lahan di luar damija, dalam proyek-proyek jalan. Dalam hal ini, relokasi setempat tidak mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi dan organisasi sosial penduduk, karena OTD pindah hanya dalam jarak yang pendek. Sebagai akibatnya, dampak pemukiman kembali menjadi terbatas (Asian Development Bank, 1999). Relokasi mandiri dapat terjadi kalau OTD berinisiatif, baik perseorangan atau kelompok melakukan relokasi ke tempat pilihan mereka sendiri (berbeda dengan kawasan pemukiman kembali) berdasarkan pertimbangan faktor ekonomi (misalnya, ketersediaan pekerjaan atau lahan lebih murah) atau faktor sosial (misalnya, kekeluargaan). Dalam hal ini, beberapa OTD dapat pindah dengan memperoleh seluruh ganti rugi yang merupakan haknya, yang mana hal ini biasanya lebih bermanfaat, karena banyak keputusan mengenai materiil, hubungan sosial dan kesejahteraan ekonomi dibuat oleh
26
pemukim itu sendiri. Mereka hanya membutuhkan dukungan sosial atau pekerjaan yang sifatnya terbatas dari proyek untuk mendapatkan kembali tingkat hidup sebagaimana sebelum proyek. Tabel 3 Pilihan relokasi dan bantuan Dana bantuan pemindahan
Dana bantuan relokasi
9 (jika kehilangan kekayaan )
-
9 (jika kehilangan kekayaan ) 9
9
9
Tipe
Ganti rugi
Tanpa Relokasi Relokasi Setempat Relokasi Mandiri Relokasi ke tempat yang dipilih IP
-
Perencanaan dan pembangunan relokasi -
Bantuan pada penduduk setempat -
9 (kecil
-
-
9
9
-
- (kecil)
9
9
9
P&E 9
9
Sumber: Asian Development Bank, 1999 Relokasi ke kawasan yang dipilih oleh IP, jauh dari perkampungan asli OTD dapat menyebabkan tekanan, khususnya jika lokasi itu berbeda keadaan lingkungannya, pola kehidupan ekonomi dan mata pencaharian, atau parameter sosial dan budayanya. Relokasi ke kawasan yang jauh, atau kawasan yang berbeda karakteristik lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi harus sedapat mungkin dihindari. 3) Pilihan tempat relokasi Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan hal-hal berikut ini, kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu (tempatnya yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil. Jadi pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari Studi Kelayakan (Asian Development Bank, 1999). 27
Pemilihan lokasi harus memperhitungkan dampak terhadap masyarakat setempat. Permasalahan seperti kualitas lahan, daya tampung lokasi, kekayaan milik umum, sumber daya, prasarana sosial dan komposisi penduduk (stratifikasi sosial, suku-bangsa, jenis kelamin, etnik minoritas) perlu dipertimbangkan selama studi kelayakan. Idealnya, tempat relokasi baru sebaiknya secara geografis dekat dengan tempat lama/asli untuk mempertahankan jaringan sosial dan ikatan masyarakat yang sudah baik. Dalam proyek pembangunan perkotaan, yang sering mengakibatkan relokasi dalam jumlah besar, dampak tersebut dapat dikurangi dengan merelokasikan ke berbagai kawasan yang kecil dan dekat. Dalam kasus tersebut, pemilihan tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan, dan diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat. OTD dan masyarakat setempat harus diijinkan berpartisipasi dalam mengambil keputusan mengenai pemilihan tempat, susunan dan rancangan, dan pembangunan lokasi (lihat Kotak 6.1). Dalam hal pembangunan lokasi tidak diperlukan, baik karena hanya sejumlah kecil rumah tangga yang membutuhkan relokasi, maupun karena letak keluarga yang terkena dampak tersebar, maka dalam hal ini harus masih ada rencana relokasi khusus OTD ini dengan memberikan bantuan untuk relokasi mandiri (Asian Development Bank, 1999). 4) Empat tahap pemilihan lokasi Menurut ADB (1999), ada empat tahap pemilihan lokasi relokasi, yaitu : •
Pemilihan lokasi dan alternatif : Memilih lokasi yang baik adalah unsur paling penting. Mulai dengan pilihan-pilihan altematif, yang melibatkan pemukim kembali yang potensial dan penduduk setempat dalam proses tersebut.
•
Studi Kelayakan : Melakukan studi kelayakan lokasi alternatif dan mempertimbangkan potensi kawasan dari segi persamaan ekologi, harga lahan, pekerjaan, kemungkinan untuk memperoleh kredit, pemasaran dan peluang ekonomi lainnya untuk mata pencarian OTD dan masyarakat setempat.
•
Susunan dan Rancangan : Susunan dan rancangan kawasan relokasi harus sesuai dengan spesifikasi dan kebiasaan budaya. Mengidentifikasi lokasi sekarang terhadap berbagai prasarana fisik dan sosial di masyarakat yang terkena dampak: bagaimana anggota keluarga, kerabat, terkait satu sama lain di kawasan sekarang,
28
serta berapa, sering dan siapa (jenis kelamin/umur) yang menggunakan berbagai sarana dan prasarana sosial. Penting memahami pola pemukiman dan rancangan yang ada supaya dapat menaksir kebutuhan di kawasan pemukiman yang baru. Masukan masyarakat harus menjadi bagian integral proses rancangan. •
Pembangunan Lokasi Pemukiman Kembali : Luas lahan untuk pembangunan rumah harus berdasarkan tempat tinggal sebelumnya dan kebutuhan di kawasan baru. Pemukim kembali harus diijinkan membangun rumah mereka sendiri dari pada diberikan rumah yang sudah disediakan oleh IP. Seluruh sarana dan prasarana fisik dan sosial harus sudah siap sebelum pemukim diminta untuk pindah ke lokasi. Organisasi OTD dan perkumpulan masyarakat harus diajak bermusyawarah dalam pembangunan lokasi pemukiman kembali.
5) Rencana dan target relokasi Rencana relokasi, seleksi pilihan-pilihan dan pembangunan prasarana dan sarana di kawasan relokasi wajib diintegrasikan dengan siklus proyek investasi utama, supaya gangguan terhadap kehidupan OTD yang direlokasikan minimal. Seluruh relokasi harus diselesaikan satu bulan sebelum pembangunan dimulai. Dengan demikian, pimpinan proyek wajib bermusyawarah dengan OTD dan bekerja sama dengan mereka pada seluruh tahap RPK , dari pemilihan lokasi sampai relokasi pemukim di kawasan baru (Asian Development Bank, 1999). Jika jumlah yang direlokasi cukup berarti, pimpinan proyek harus menentukan target relokasi tahunan (dalam konteks siklus proyek) untuk dapat menyelesaikan relokasi OTD dengan baik sebelum tahap pembangunan. Musyawarah dengan pemukim dan penduduk setempat harus dilakukan untuk menentukan target relokasi dan untuk mencapai target tersebut. 6) Hidup dengan penduduk setempat Dalam perencanaan pemukiman kembali, OTD tidak boleh dianggap hidup dalam pengasingan. Relokasi OTD dapat berdampak terhadap penduduk setempat dalam berbagai bidang termasuk pekerjaan, penggunaan sumber daya milik umum dan eksploitasi sumber daya alam atau fasilitas sosial. Perselisihan antara masyarakat pemukim dan penduduk setempat dapat timbul kalau instansi pelaksana hanya membantu OTD. Prasarana dan fasilitas penunjang di kawasan re1okasi dapat dimanfaatkan 29
bersama-sama dengan masyarakat setempat (penduduk asli) dan masyarakat ini dapat bekerja-sama dengan pemukim dalam program pembangunan ekonomi dan integrasi sosial. Masyarakat setempat perlu diperlakukan sedemikian rupa, sehingga tidak merasa didiskriminasikan terhadap pemberian entitelmen yang bukan ganti rugi. Mereka berhak mendapat pelatihan, pekerjaan, dan keuntungan lainnya yang diberikan oleh proyek (Asian Development Bank, 1999). Tabel 4 Relokasi dalam siklus proyek Butir-butir Pokok Tindakan
Siklus Proyek Butir-butir Pokok Tindakan
Identifikasi Proyek/PAKS
• Mempertimbangkan berbagai pilihan pemukiman kembali. • Meminimalkan kehilangan perumahan.
Studi Kelayakan BTPP
• Mengidentifikasi pilihan-pilihan lain termasuk relokasi mandiri • Mengidentifikasi tempat relokasi. • Melakukan studi kelayakan lokasi. • Melibatkan OTD dan penduduk setempat dalam pemilihan lokasi. • Membuat konsep RPK untuk dikaji dan ditanggapi.
RTM
• Mengkaji RPK. • Mengkaji anggaran dan sumber dana. • Mengkaji RPK dan target.
Penilaian Negosiasi Pinjaman
• Memeriksa semua persiapan untuk relokasi. • Memasukkan hal-hal penting sebagai pemenuhan persyaratan.
Pelaksanaan
• Membangun seluruh prasarana, fasilitas sosial dan umum. • Melibatkan OTD, penduduk setempat dan LSM (kalau perlu) dalam pelaksanaan. • Melibatkan wanita dan kelompok wanita dalam penyusunan struktur tata ruang dan semua fasilitas sosial di lokasi tersebut. • Memberikan tunjangan dan biaya pemindahan.
Pemantauan dan Evaluasi
• Melaksanakan pemantauan oleh instansi pemukiman kembali. • Melakukan evaluasi independen mengenai kinerja kegiatan relokasi.
Sumber: Asian Development Bank, 1999
30
7) Daftar periksa : relokasi Asian Development Bank (1999), mengemukakan langkah-langkah yang harus diikuti dalam daftar periksa relokasi sebagai berikut : •
Mempertimbangkan seluruh pilihan dan mengembangkan strategi relokasi alternatif dengan mengadakan musyawarah dengan OTD.
•
Memilih tempat relokasi yang sesuai, kalau dibutuhkan, sebagai bagian studi kelayakan.
•
Meningkatkan partisipasi OTD dan masyarakat setempat dalam membuat keputusan mengenai pemilihan lokasi, susunan dan desain serta pembangunan lokasi.
•
Berkonsultasi dengan kaum wanita dan kelompok wanita tentang tata-ruang pemukiman termasuk komunikasi, fasilitas sosial, cagar budaya dan peningkatan kesejahteraan warga.
•
Menentukan target dan menyusun rencana relokasi melalui musyawarah dan partisipasi OTD yang potensial.
•
Menjamin bahwa tempat relokasi telah dilengkapi dengan semua fasilitas yang diperlukan sebelum relokasi dilaksanakan.
•
Mengembangkan program yang dapat memberi manfaat kepada OTD dan penduduk setempat secara bersama-sama untuk mewujudkan integrasi sosial pada masa datang.
2.6 Model Proses Implementasi Kebijakan Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan kebijakan. Identifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna di dalam menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh (Winarno, 2002). Di samping itu, ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan merupakan bukti itu sendiri dan dapat diukur dengan mudah dalam beberapa kasus. Misalnya, pemerintah
31
berusaha menciptakan lapangan pekerjaan untuk para pengangguran dengan membuat beberapa proyek padat karya. Untuk menjelaskan apakah implementasi telah berhasil atau tidak, perlu ditentukan jumlah pekerjaan yang telah diciptakan, identitas orang-orang yang dipekerjakan dan kemajuan proyek-proyek pembangunan yang berhubungan (Winarno, 2002). Ukuran-ukuran Dasar dan tujuan-tujuan
Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Kebijaksanaan Karaktn badanbadan pelaksana
Kecendrungan pelaksanapelaksana
Pencapaian
Sumber-sumber Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, politik dan budaya
Sumber: Winarno, 2002 Gambar 3 Pengukuran dasar dan tujuan. Namun demikian, dalam banyak kasus ditemukan beberapa kesulitan besar untuk mengidentifikasi dan mengukur pencapaian. Ada dua penyebab mengapa hal ini terjadi : Pertama, mungkin disebabkan oleh bidang program yang terlalu luas dan sifat tujuan yang kompleks. Kedua, mungkin akibat dari kekaburan-kekaburan dan kontradiksi-kontradiksi dalam pernyataan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan.
32
Dalam melakukan studi implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Pilihan ukuran-ukuran pencapaian bergantung pada tujuan-tujuam yamg didukung oleh penelitian (Winarno, 2002).
2.7 Pembangunan Masyarakat Desa Pembangunan desa adalah suatu proses pendidikan nonformal yang dilaksanakan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang terorganisasi, terencana, berkesinambungan, dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Melalui pembangunan desa, diharapkan tumbuh dan berkembang potensi individu atau kelompok untuk memobilisasikan sumber-sumber yang ada di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya -- real needs, felt-needs, dan expected needs -- serta untuk memecahkan permasalahannya (Tampubolon, 2001). Mengacu pada pengertian di atas, lanjut Tampubolon (2001) melihat bahwa setiap kegiatan pembangunan masyarakat perlu dilandasi oleh filosofi kerja sebagai berikut: 1) Mendidik masyarakat untuk bisa mendidik dirinya sendiri; 2) Membantu masyarakat agar mampu membantu diri mereka sendiri; 3) Terus-menerus berupaya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat desa dalam arti yang seluas-luasnya (fisik, sosial, ekonomi, mental spritual ); 4) Menjaga keserasian dan keseimbangan, baik antara sesama warga masyarakat, antara masyarakat dan lingkungannya, maupun antara warga masyarakat dengan pemerintah berdasarkan prinsip equal opportunity. Problematik pokok masyarakat di pedesaan adalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka pengangguran, dan urbanisasi. Permasalahan ini ditambah lagi oleh keserakahan masyarakat kota yang menggunakan kekayaannya untuk menguasai lahan pertanian di desa sehingga menggeser masyarakat desa dari pemilik tanah menjadi buruh tani atau petani penyewa. Pengalaman menunjukkan bahwa kekurangberhasilan program pembangunan masyarakat desa seringkali disebabkan oleh (Tampubolon, 2001) :
33
1) Pendekatan kegiatan pembangunan masyarakat seringkali dilaksanakan melalui top down intervention dan yang sifatnya sangat sentralistik, mengabaikan bottom-up intervention. 2) Pembangunan masyarakat seringkali dilaksanakan dengan pendekatan proyek . Kelemahan pendekatan ini adalah: pertama, kurang memperhatikan kegiatan tindak lanjut pasca proyek; kedua, lebih berorientasi pada kepuasan pelaksana, dan bukan kepada manfaatnya bagi masyarakat; dan ketiga, lebih mengutamakan target fisik jangka pendek, dibandingkan dengan manfaat dan dampaknya terhadap kemandirian masyarakat untuk pembangunan yang berkelanjutan (sustainable self propelling development ). 3) Adanya asumsi-asumsi yang salah terhadap kelompok sasaran, seperti : -
Anggapan bahwa masyarakat itu bodoh, tidak mau maju, dan miskin
-
Anggapan bahwa yang baru selalu lebih baik dan cukup dengan peniruan model yang ada dan telah berhasil.
4) Terlalu menggunakan parameter-parameter ekonomi dan kurang memanfaatkan ukuran-ukuran nonekonomi. 5) Perangkap kecongkakan intelectual (intelectual pride), yang tercermin pada: pertama, ketertutupan kegiatan untuk mengaitkan dan melibatkan pihak lain yang sebenarnya memiliki
tanggung jawab dan kepentingan yang sama terhadap pembangunan
masyarakat; dan kedua, kealpaan tentang kaitan kegiatan sistem pembangunan masyarakat dalam arti luas.
2.8 Kebijakan Pemerintah Pusat Problema pembangunan sektor kelautan dan perikanan menunjukkan adanya kompleksitas permasalahan yang cukup komprehensif. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan juga harus dapat melihat perspektif sektor ini secara komprehensif. Dilihat dari aspek pengelolaan misalnya terjadi peningkatan menuju kondisi yang lebih baik, dibandingkan sebelum adanya Departemen Kelautan dan Perikanan. Lahirnya UndangUndang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang lebih luas cakupannya dibandingkan dengan Undang-Undang Perikanan sebelumnya dan berbagai kebijakan serta program yang menyentuh kepentingan nelayan kecil (DKP, 2005).
34
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan memerlukan berbagai upaya terobosan, kebijakan yang berpihak kepada industri dalam negeri serta perencanaan strategik yang tepat. Arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan mengacu kepada agenda dan prioritas pembangunan nasional Kabinet Indonesia Bersatu dalam kerangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004 – 2009, yakni : 1) mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; 2) mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis; 3) mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sektor kelautan dan perikanan mengacu pada 3 (tiga) pilar utama Pembangunan Nasional, yaitu : 1) Pro Poor; 2) Pro Job; dan 3) Pro Growth. Visi pembangunan kelautan dan perikanan adalah : “ Pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang lestari dan bertanggung jawab bagi kesatuan serta kesejahteraan anak bangsa’. Sedangkan misi pembangunan kalautan dan perikanan sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang 31 tahun 2004 tentang Perikanan adalah (DKP, 2005) : 1) Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan. 2) Meningkatkan penerimaan dan devisa negara. 3) Mendorong perluasan kesempatan kerja. 4) Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan. 5) Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan. 6) Meningkatkan produktivitas mutu, nilai tambah, dan daya saing. 7) Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan 8) Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidaya ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal. 9) Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidaya ikan, lahan, dan tata ruang. Adapun tujuan pembangunan kelautan dan perikanan (DKP, 2005) adalah : 1) Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, serta masyarakat kelautan dan perikanan lainnya melalui peningkatan kesempatan kerja dan produktivitas; 2) Meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian nasional seiring dengan pengurangan tingkat kemiskinan; 3) Mewujudkan kondisi lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkualitas menuju pembangunan yang berkelanjutan.
35
Sedangkan sasaran pembangunan kelautan dan perikanan adalah : 1) Meningkatkan usaha dan kualitas sumber daya manusia; 2) Meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian nasional; 3) Menurunya tingkat kerusakan dan tingkat pelanggaran pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Penjabaran dari sasaran yang hendak di capai dalam pembangunan kelautan dan perikanan terwujud dari indikator makro pada tahun 2009, DKP (2005) yaitu : 1) Meningkatkan rata-rata pendapatan kelompok sasaran program menjadi Rp. 1,5 juta per bulan. 2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 75 ribu orang dalam 5 tahun dan 7500 orang aparatur. 3) Produksi perikanan sebesar 9,7 juta ton. 4) Ekspor hasil perikanan sebesar US$ 7,9 milyar. 5) Konsumsi ikan 32,3 kg/kapita/tahun. 6) Penyediaan kesempatan kerja kumulatif, perikanan tangkap sebesar 3,7 juta orang, perikanan budidaya sebesar 6,5 juta orang. 7) Jangkauan program pengentasan kemiskinan sebesar 18 % populasi masyarakat pesisir (21 juta orang).
36
3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman relokasi penduduk dari Kali Adem (Gambar 4). Hal ini berkaitan dengan tujuan dari penelitian, yaitu melakukan studi evaluasi dampak program relokasi masyarakat nelayan dari Kali Adem di daerah Karang Song terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar yang sebelumnya telah menghuni daerah Karang Song. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Pebruari sampai dengan April 2005 dan dilanjutkan kembali pada bulan Juli sampai September 2006, serta data diverifikasi pada bulan Januari 2007.
KARANG SONG
Gambar 4 Peta wilayah penelitian.
3.2 Alur Penelitian Agar penelitian terlaksana secara baik, maka penelitian harus dilakukan secara terstruktur dan sistematis mengikuti alur penelitian yang benar dan bertahap. Tahap awal dilakukan identifikasi permasalahan-permasalahan, baik yang terjadi di sekitar penduduk pemukiman relokasi maupun penduduk di sekitar pemukiman relokasi. Hal ini untuk melihat pengaruh dari relokasi terhadap masyarakat di sekitar Desa Karang Song.
37
Pengaruh relokasi terhadap penduduk Desa Karang Song dapat dikaji melalui persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi, perubahan gaya hidup, hubungan sosial antar masyarakat, sistem kelembagaan, dan unit-unit ekonomi yang ada, serta asumsi masyarakat di sekitarnya. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, kemudian dirumuskan dan diambil hipotesis awal sebagai bahan pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian. Langkah selanjutnya adalah pengambilan data melalui data primer (kuesioner) dan skunder (datadata penunjang) dari sumber yang relevan (masyarakat dan pemerintah), dan kemudian diolah melalui metoda statistik Chi Square (chi kuadrat) dan Sign Test (uji tanda). Dari hasil pengolahan data, diambil interpretasi-interpretasi atas kondisi sosial, ekonomi dan budaya pasca pelaksanaan relokasi. Tahap akhir adalah mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, dan memberikan saran-saran terhadap pelaksanaan relokasi berikutnya agar dapat dilaksanakan lebih baik. Secara skematis kerangka pemikiran penelitian ini dijelaskan pada Gambar 2. Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah Verifikasi
Hipotesis Rencana Penelitian
Uji Statistik
Pengumpulan dan Pengolahan Data Hasil Penelitian
Evaluasi
tidak sesuai
Sesuai Interpretasi/Kesimpulan
Gambar 5 Alur penelitian. 38
3.3 Metode Pengambilan Contoh dan Pengukuran Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus terhadap relokasi nelayan asal Kali Adem, yaitu melalui pengamatan dan pengkajian untuk mendapatkan keterangan serta informasi-informasi yang dibutuhkan. Arah penelitian ini adalah penemuan fakta mengenai dampak program relokasi yang diterapkan pemerintah terhadap masyarakat Desa Karang Song. Data yang dikumpulkan untuk dianalisis adalah data primer melalui survey lapangan dan data sekunder dari berbagai sumber. 3.3.1
Data primer Data primer dikumpulkan secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara
dengan responden (interview) dan wawancara mendalam (in-depth intervew) dengan narasumber kunci.
Selain itu juga dilakukan observasi (pengamatan) menggunakan
pedoman dan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah : 1) Data karakteristik responden meliputi : umur, mata pencaharian, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan dan lama tinggal di Desa Karang Song. 2) Tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Karang Song, meliputi : tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat konsumsi rumah tangga, tingkat pendidikan keluarga, tingkat kesehatan keluarga, kondisi perumahan dan fasilitas perumahan. 3) Lingkungan dan kelembagaan masyarakat, meliputi : kondisi fisik lingkungan pesisir, jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga (KK), jumlah unit produksi/ekonomi, jalan desa, aksesibilitas transportasi, sarana dan prasarana komunikasi. 4) Persepsi masyarakat setempat dan masyarakat di luar Desa Karang Song mengenai pengaruh program relokasi terhadap kondisi ekonomi sosial budaya dan lingkungan. Secara umum, apakah program relokasi memberikan pengaruh positif, negatif atau tidak mempengaruhi masyarakat Desa Karang Song. 3.3.2
Data sekunder Data sekunder yang diambil yaitu data sosial ekonomi dan budaya, data potensi
serta kondisi sumberdaya dan lingkungan wilayah pesisir, serta data lain yang menunjang penelitian ini yang diperoleh dari instansi-instansi terkait.
39
3.3.3
Penentuan responden Berdasarkan pengamatan, populasi dan reaksi responden terhadap relokasi
nelayan memiliki tanggapan yang homogen, sehingga responden tidak didasarkan pada jumlah responden, tetapi pada kenyataan bahwa terjadinya hubungan yang antara sample dan populasi. Metoda pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh sistematis (systematic sampling). Pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang seragam, yaitu dengan mendata jumlah dan nomor rumah dalam populasi penduduk perumahan dan penduduk sekitar perumahan, dan kemudian dibagi dengan jumlah sample yang telah ditentukan, yaitu masing-masing 30 responden. Kemudian urutan pertama ditentukan dengan cara acak. Populasi pengambilan sampel untuk penelitian ini terdiri dari dua populasi penduduk, yaitu populasi pemukiman relokasi dan populasi penduduk di sekitar pemukiman relokasi. Metode ini dijalankan dengan mengidentifikasikan satuan-satuan elementer dari populasi yaitu dengan cara mendata Kepala Keluarga (KK) yang ada di pemukiman baru dan sekitarnya dengan membagi jumlah penduduk yang didata. Jumlah total responden yang diambil sebanyak 60 responden, dimana 30 responden berasal dari penduduk dalam pemukiman relokasi dan 30 responden diambil di sekitar penduduk pemukiman relokasi. Pada metode ini hanya unsur pertama saja dari contoh yang dicari secara acak, unsur-unsur berikutnya dipilih secara sistematis menurut nomor urut rumah. Penduduk Sekitar Pemukiman Relokasi
Penduduk Pemukiman Relokasi
Gambar 6 Ilustrasi populasi pada pengambilan sampel penelitian.
40
3.3.4
Pengukuran variabel indikator sosial ekonomi masyarakat Nilai-nilai variabel karakteristik responden seperti umur, pendidikan, jumlah
anggota keluarga, lama tinggal, tingkat kesejahteraan (pendapatan, konsumsi, pendidikan, kesehatan, kondisi perumahan dan fasilitas perumahan) dinyatakan dalam bentuk ordinat, sedangkan mata pencaharian dinyatakan dalam skala bilangan nominal. Pengukuran nilainilai tersebut adalah : 1) Umur adalah usia responden yang dihitung dari tanggal lahir sampai saat penelitian dan dinyatakan dalam tahun, dimana pembulatan ke atas dilakukan apabila umur responden melebihi 6 bulan ke atas, dan sebaliknya pembulatan ke bawah apabila kurang dari 6 bulan. 2) Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan resmi yang pernah diikuti responden sampai saat penelitian dilakukan, yaitu pendidikan dasar SD hingga tingkat SLTP, pendidikan
menengah
yaitu
SLTA
dan
tingkat
pendidikan
tinggi
yaitu
akademi/universitas. 3) Jumlah anggota keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang meliputi bapak, ibu, anak termasuk orang lain yang menjadi tanggungan keluarga dinyatakan dalam jiwa/orang. 4) Pendapatan adalah tingkat pendapatan total yang diperoleh responden selama sebulan baik dari mata pencaharian utama maupun di luar mata pencaharian pokok, dimana interpretasi jenjang skor pendapatan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) skor 1 dan 2 termasuk kelompok pendapatan rendah, (2) skor 3 dan 4 termasuk kelompok pendapatan sedang, dan 5 dan 6 termasuk kelompok pendapatan tinggi. 5) Lama tinggal adalah lamanya responden tinggal di kawasan penelitian yang dihitung sejak menetap sampai saat penelitian dan dinyatakan dalam tahun, dimana pembulatan ke atas dilakukan apabila responden menetap melebihi 6 bulan ke atas dan sebaliknya. Interpretasi jenjang skor lama tinggal dalam penelitian ini didasarkan dari lama rencana kebijakan program pembangunan di Indonesia (umumnya 5 tahun) dan menurut Bakri (1992) yaitu (1) skor lebih kecil dan sama dengan 5 tahun termasuk lama tinggal masih baru, (2) skor 6 sampai 10 tahun termasuk kelompok lama tinggal sedang, dan (3) skor lebih dari 11 tahun termasuk kelompok lama tinggal sudah lama.
41
6) Mata pencaharian adalah jenis mata pencaharian utama yang menopang seluruh kehidupan rumah tangga responden sampai saat penelitian dilakukan. 7) Data fisik lingkungan sebelum dan sesudah relokasi adalah keadaan fisik dan biologis lingkungan yang dapat ditanyakan oleh responden dan atau dilihat langsung yang meliputi data; •
Pemukiman : kepadatan pemukiman dan letak pemukiman ;
•
Sumber daya ikan : jenis ikan, potensi, jumlah hasil tangkapan ikan serta ketersediaan ikan di pasar ;
•
Penurunan kualitas perairan dan pemukiman; dan
•
Perubahan teknologi penangkapan ikan dan teknologi pengolahan hasil perikanan.
8) Tingkat
kesejahteraan
masyarakat
dilihat
berdasarkan
indikator-indikator
kesejahteraan yang dianalisis secara deskriptif dengan sistem uji skor dan uji statistik. Tabel 5 Indikator kesejahteraan No 1.
2.
3.
4.
5.
Indikator Kesejahteraan Tingkat pendapatan/penghasilan dan konsumsi keluarga diukur dari besarnya pendapatan rumah tangga per kapita dalam sebulan yang dibagi dalam 3 kategori dengan interval yang sama dalam satuan rupiah dan diukur dari besarnya pengeluaran rumah tangga per kapita dalam sebulan, berpedoman pada standar yang digunakan BPS dalam penentuan desa tertinggal di Indonesia. dan tinggi rendahnya tingkat konsumsi. Pendidikan keluarga: • 60% jumlah anggota keluarga tamat SD • 30 – 60% jumlah anggota keluarga tamat SD • < 30% Jumlah anggota keluarga tamat SD Kesehatan keluarga: • < 25% jumlah anggota keluarga sering sakit • < 25 – 50% jumlah anggota keluarga sering sakit • > 50% jumlah anggota keluarga sering sakit Lingkungan fisik • Tersedianya pemukiman yang layak, akses transportasi memadai, sarana/prasarana perikanan tersedia • Pemukiman belum memadai, akses transportasi tidak memadai, sarana/prasarana perikanan tidak memadai • Pemukiman buruk, akses transportasi tidak tersedia, sarana/prasarana perikanan tidak tersedia Interaksi sosial • Tersedianya fasilitas terjadinya silaturahmi masyarakat. • Tidak terjadinya komplik komunal, dalam arti serasi. • Ditunjukan oleh pergaulan muda mudi.
Skor • Tinggi • Sedang • Rendah
6 4 2
• Tinggi • Sedang • Rendah
6 4 2
• Tinggi • Sedang • Rendah
6 4 2
• Tinggi • Sedang • Rendah
6 4 2
• Tinggi • Sedang • Rendah
6 4 2
42
Dalam penelitian ini, tingkat kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah relokasi dibedakan atas tiga kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah yang diadopsi dari indikator kesejahteraan rendah sampai tinggi adalah dengan menjumlahkan skor penilaian dari setiap kriteria ukuran tersebut, kemudian dibandingkan dengan klasifikasi berikut : •
Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 24 – 30
•
Tingkat kesejahteraan sedang jika skor 17 – 23
•
Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 10 – 16
Adapun dasar pertimbangan penentuan skor angka adalah didasarkan pada hasil penjumlahan batas nilai terendah (batas bawah) dan hasil penjumlahan nilai tertinggi untuk nilai kesejahteraan tertinggi (batas atas), kemudian nilai batas bawah dan batas atas dibagi menjadi tiga kelas yaitu tingkat kesejahteraan rendah, sedang dan tinggi. Penentuan ketiga kasifikasi tingkat kesejahteraan tersebut adalah berdasarkan jumlah skor tertinggi dikurangi terendah dibagi menjadi tiga kategori dengan interval yang sama secara statistik. Penduduk Pemukiman Relokasi
Sebelum Relokasi
Sesudah Relokasi
Penduduk Sekitar Pemukiman Relokasi
X1
Y1
X2
Y2
Gambar 7 Ilustrasi interpretasi penelitian. 3.3.5
Metode analisis data
1) Penggolongan menurut tujuan penelitian Menurut tujuan penelitian, penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang bertujuan menemukan masalah-masalah di pemukiman relokasi. Masalah tersebut
43
selanjutnya diselidiki secara cermat untuk : Memuaskan keingintahuan peneliti demi memperoleh pengertian yang lebih baik; Menguji kemungkinan dilakukan studi yang lebih mendalam; Mengembangkan metoda-metoda yang akan diterapkan dalam studi yang lebih mendalam. Sebagai studi penjajakan, pengetahuan tentang teori masih sangat sedikit atau samar-samar. Baru melalui observasi, masalah dapat dirumuskan lebih rinci serta hipotesis dapat disusun. Dengan demikian dalam penelitian eksploratif, hipotesis disusun belakangan yaitu setelah melalui tahap observasi, sedangkan menurut pengertian yang lazim hipotesis harus disusun sebelumnya. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Wiranatha, 2006). 2) Penggolongan penelitian menurut pendekatan Penggolongan penelitian menurut pendekatan, penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei dengan menggunakan kuesioner dan berkisar pada ruang lingkup : Ciriciri demografis masyarakat; Lingkungan sosial; Aktivitas; Pendapatan dan Sikap. Metoda ini dilakukan pada populasi penduduk pemukiman dan penduduk sekitar pemukiman Desa Karang Song, dengan data yang dipelajari diambil dari dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antarvariable, sosiologis maupun psikologis. Survei merupakan cara pengumpulan data dari sejumlah individu dalam jangka waktu yang bersamaan. Metoda ini lebih menekankan pada penentuan informasi tentang tentang variable, daripada tentang individu. Survei digunakan untuk mengukur gejalagejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada. Survei mempunyai dua lingkup, yaitu sensus dan sampel. Sensus adalah survey yang meliputi seluruh populasi yang diinginkan, sedangkan sampel dilakukan hanya pada sebagian kecil suatu populasi (Wiranatha, 2006). 3) Penggolongan penelitian menurut tempat Penggolongan menurut tempat adalah penelitian Kancah. Bentuk penelitian ini dilaksankan pada berbagai cabang ilmu pengetahuan. Semakin kompek Kancah, semakin banyak pula permasalahanyang dapat dipelajari. Terutama bagi ilmu-ilmu sosial, kancah
44
bagian terbesar dari berbagai bentuk penelitian yang telah dikembangkan. Oleh karena di huni oleh masyarakat, maka dapat dipastikan bahwa keseluruhan penelitian kancah berhubungan dengan masyarakat, tentang manusia (Wiranatha, 2006). Kegiatan penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat Desa Karang Song, baik dilembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan (sosial) maupun lembagalembaga pemerintah. Penelitian di lingkungan lembaga sosial antara lain berupa keluarga, masyarakat atau penduduk suatu desa, suatu perusahaan dan lain-lain. Disamping itu, penelitian lapangan juga dilakukan terhadap obyek-obyek alam seperti aspek lingkunga, aspek fisik, dan lain-lain. 4) Penggolongan penelitian menurut pemakaian Penelitian ini merupakan penelitian terapan, dimaksudkan agar hasil penelitiannya langsung dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak pengambil kebijakan. Penelitian terapan (applied research) digunakan untuk melihat tingkat perubahan kesejahteraan sosial karena adanya relokasi nelayan dari kali adem. Penelitian terapan dilakukan melalui penyelidikan yang hati-hati, sistematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan dapat segera dipergunakan untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu dalam temuan baru, tetapi bisa sebagai aplikasi baru dari penelitian yang telah ada. Secara garis besar para ahli membedakan penelitian menjadi dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied research). Kadang-kadang keduanya menjadi rancu karena sulit dibedakan secara spesifik. Biasanya yang dimasukan ke dalam jenis penelitian dasar adalah untuk kepentingan penelitian saja tanpa memikirkan manfaat atau penggunaanya. Kalaupun ada manfaat dan kegunaan, terkesan dicari-cari untuk mengartikan sebuah penelitian. Penelitian terapan digolongkan sebagai usaha yang dilakukan untuk menjawab masalah dengan tujuan praktis yang jelas (Wiranatha, 2006). 5) Penggolongan penelitian menurut format penelitian dan tingkat eksplanasi. Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelatif, yang mana menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi dan berbagai variabel. Penelitian berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subyek
45
penelitian pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, dan sebagainya. Data deskriptif dikumpulkan melalui metoda wawancara atau observasi. Penelitian deskrptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah, keadaan, atau peristiwa sebagaimana adanya. Sifatnya mengungkap fakta, dengan memberi penekanan pada pemberian gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dan obyek yang diselidiki, namun untuk memberikan manfaat diberikan interpretasi yang cukup kuat. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi penduduk sebelum dan sesudah relokasi berkaitan dengan variabel-variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi. Dengan studi korelasional, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan. Studi korelasi tidak terlalu menuntut sampel yang besar, asalkan variabelnya dapat diukur dan alat ukur yang andal, sebab faktor yang paling berpengaruh terhadap besar kecilnya tingkat hubungan adalah keterandalan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel-variabelnya (Wiranatha, 2006). 6) Uji Chi-Kuadrat (Chi Square) Uji chi kuadrat digunakan untuk menguji seberapa jauh adanya hubungan yang nyata antara sebelum dan sesudah relokasi dilakukan, baik pada penduduk pemukiman relokasi maupun penduduk sekitar pemukiman relokasi. Uji chi kuadrat banyak digunakan di berbagai bidang yang menyangkut keselarasan (godness of fit) maupun uji kebebasan tentang distribusi empiris dan teoritis. Uji ini didasarkan pada seberapa baik keselarasan antara frekuensi pengamatan (observasi) dan frekuensi yang diharapkan dari distribusi teoritis yang dihipotesiskan. Pengujian tentang kebebasan antara dua peubah atau lebih, kehomogenitasan proporsi, bahkan sebagai alternatif dalam pengujian beberapa nilai lokasi sekaligus yang analog dengan uji keragaman juga menjadi fokus dari uji chi-kuadrat (Wibisono, 2005). Apabila hasil pengukuran menunjukkan bahwa ada keselarasan atau tidak terlalu menyimpang antara data frekuensi yang teramati dengan frekuensi teoritis, maka hipotesis nol diterima, tetapi jika sebaliknya akan ditolak.Selaras tidaknya frekuensi teramati dengan frekuensi teoritis ditentukan dengan cara membandingkan ukuran keselarasan dengan suatu nilai distribusi chi kuadrat. 46
Uji keselarasan frekuensi pengamatan dengan frekuensi harapan bagi suatu percobaan yang terdiri dari k sel didasarkan pada persamaan : k
X =Σ 2
i=1
(0i – ei)2 ei
Uji keselarasan sering digunakan bila data populasi atau data contoh diklasifikasikan menurut satu atribut tunggal atau bila kita menguji distribusi probabilitas populasi teoritis. Uji chi kuadrat dapat pula dipakai pula untuk menguji hipotesis kebebasan (test of independence) antara dua peubah. Apabila antara dua peubah tidak mempunyai keterkaitan, maka kita mengatakan bahwa keduanya bebas atau tidak saling mempengaruhi. Dua peubah dikatakan bebas bila distribusi probabilitas peubah tersebut tidak bergantung distribusi peubah yang lain. Jadi apabila dua peubah saling bebas, maka meskipun kita mengetahui salah satu nilainya, kejadian itu tidak berpengaruh pada kejadian yang lain. Akan tetapi sebaliknya bila dua peubah tidak bebas, kepentingan tentang suatu peubah akan bermanfaat dalam meramalkan karakteristik populasi yang diamati. Tabel 6 Tabel kontingensi frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan Peubah B1 B2 B3 ...
Bi Total
K1 011 : (e11) 021 : (e21) 031 : (e31) ... 0i1 : (ei1) N1
K2 012 : (e12) 022 : (e22) 032 : (e32) ... 0i2 : (ei2) N2
... ... ... ... ... ...
Kj 01j : (e1j) 02j : (e2j) 03j : (e3j1) ... 0ij : (eij) Nj
Total N(1) N(2) N(3) ...
N(i) N
Apabila hipotesis nol benar, maka frekuensi harapan pada baris ke-i dan kolom ke j untuk sembarang sel dapat ditulis dalam bentuk :
Frekuensi harapan
Nj x N(i) eij = N
47
Untuk menguji hipotesis nol bahwa kedua peubah itu bebas, maka perlu dilakukan uji kebebasan dalam tabel kontingensi r x c yang dinyatakan : i,j
(0ij – eij)2 X =Σ eij i,j=1 2
7) Uji Tanda (Sign Test) Jika pengujian hipotesis nol dari contoh acak berukuran n diambil dari populasi N, maka distribusi penarikan contoh bagi rata-ratanya akan mengikuti distribusi normal dengan rata-rata statistik distribusi contoh sama dengan rata-rata populasi. Akan tetapi bila ukuran contoh n<30 dan populasinya tidak normal, kita harus menggunakan uji nonparametrik, maka uji non parametrik yang sederhana dapat digunakan adalah uji tanda (sign test). Dalam pengujian hipotesis nol Ho benar lawan hipotesis alternatif H1 yang diinginkan adalah u = uo. Uji tanda didasarkan atas tanda positif (+) atau (-) dari perbedaan yang melebihi nilai rata-rata (median) atau sebaliknya kurang dari nilai ratarata (median). Uji tanda ini hanya memperhatikan arah perbedaan dan bukannya besar perbedaan-perbedaan. Apabila banyaknya tanda positif (+) sama dengan banyaknya negatif (-), diperkirakan populasinya setangkup dan hipotesis nol Ho benar. Sebaliknya bila salah satu tanda muncul lebih banyak di banding yang lain dari yang seharusnya, maka kita dapat menolak hipotesis nol bahwa populasi sama u = uo
48
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian lapangan di Kabupaten Indramayu, didapatkan data-data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Indramayu. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang kemudian ditabulasi dan disajikan dalam bentuk histogram. Adapun hasil penelitian tersaji seperti di bawah ini. 4.1.1
Potensi Kabupaten Indramayu
1) Keadaan geografis dan topografi Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Indramayu terletak pada 107° 52‘ 108° 36‘ Bujur Timur dan 6° 15’ - 6° 40’ Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan daratan atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2%. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi, maka daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa dan memiliki 10 kecamatan dengan 30 desa yang berbatasan langsung dengan laut dengan panjang garis pantai 114,1 km. 2) Iklim Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir pantai utara Pulau Jawa membuat suhu udara di kabupaten ini cukup tinggi yaitu berkisar antara 18° Celcius-28°. Sementara rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2005 adalah sebesar 1.335 mm. Adapun curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Kertasmaya kurang lebih sebesar 2.697 mm dengan jumlah hari hujan tercatat 103 hari, sedang curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Lohbener kurang lebih sebesar 768 mm. Dengan jumlah hari hujan tercatat 62 hari. 3) Penggunaan tanah Luas wilayah Indramayu yang tercatat seluas 204.011 ha terdiri atas 110.548 ha tanah sawah (54,19%) dengan irigasi teknis sebesar 73.600 ha, 11.734 ha setengah teknis, 2.976 ha irigasi sederhana PU, dan 2.519 ha irigasi non PU sedang 18.275 ha diantaranya 49
adalah sawah atau 55,95% dari luas wilayah maka dapat terlihat kecenderungan perubahan penggunaan lahan, seperti pada Gambar 8. Luas Areal Tanah Sawah dan Tanah Kering (Ha) Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005
110548 93463
Tanah Sawah Irigasi
Tanah Kering
Tanah Sawah Non Irigasi
Gambar 8 Luas areal tanah sawah dan tanah kering. 4) Pemerintahan Kabupaten Indramayu saat ini memiliki desa sebanyak 310 desa dan 8 kelurahan. Desa/kelurahan tersebut tersebar di 31 kecamatan, dimana telah terjadi pemekaran wilayah yang menghasilkan 3 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Tukdana, Pasekan, dan Patrol. Adapun batas wilayh Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Kabupaten Majalengka
Sebelah Barat
: Kabupaten Subang
Sebelah Timur
: Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon
Struktur organisasi Pemerintahan Kabupaten Indramayu terdiri dari 2 sekretariat, 3 badan, 16 dinas, 9 kantor, 31 kantor kecamatan, dan 8 kantor kelurahan dengan jumlah pegawai negeri yang berada dibawah struktur otonomi daerah Pemerintah Kabupaten Indramayu sebanyak 11.434 orang. Jika dilihat dari golongan ruang pegawai negeri yang berada di Kabupaten Indramayu terdiri dari 141 pegawai golongan I, 1.919 pegawai golongan II, 5.476 pegawai golongan III, dan 3.898 pegawai golongan IV serta pegawai honorer sebanyak 632 orang. Bila dilihat dari jabatan struktural/eselon tercatat 831 pegawai menduduki jabatan struktural dari eselon IV B sampai eselon II A (Gambar 9). 50
Banyaknya Anggota Korpri Kabupaten Indramayu Menurut Pangkat Golongan Tahun 2005 632 1919 3898
5476
I
II
III
IV
Gambar 9 Banyaknya anggota Korpri. DPRD Kabupaten Indramayu masa bakti 2004 – 2009 terdiri atas 4 fraksi dan 4 komisi dengan jumlah anggota dewan keseluruhan sebanyak 45 orang. Di tahun 2005 produk peraturan daerah yang dihasilkan DPRD maupun Keputusan Ketua DPRD Kab. Indramayu mengalami perubahan dari 30 keputusan DPRD dan 27 Keputusan Ketua DPRD di tahun 2004 menjadi 13 keputusan DPRD dan 32 Keputusan Ketua DPRD. Walaupun tidak menunjukkan kinerja anggota dewan, frekuensi rapat anggota dewan selama tahun 2005 tercatat sebanyak 56 rapat paripurna, 82 rapat kerja. 116 rapat komisi dan 53 kunjungan kerja. Kunjungan kerja mengalami kenaikan dari 21 kunjungan kerja di tahun 2004 menjadi 53 kali kunjungan kerja di tahun 2005. Adapun komposisi banyaknya anggota DPRD Kabupaten Indramayu menurut fraksi pada tahun 2005, seperti terlihat pada Gambar 10.
Banyaknya Anggota DPRD Kabupaten Indramayu Menurut Fraksi Tahun 2005
6 8
20
11 Partai Golkar
PDI-P
PKB
Bintang Persatuan
Gambar 10 Banyaknya anggota DPRD.
51
5) Keuangan daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan penjabaran rencana kerja para penyelenggara pemerintahan daerah untuk kurun waktu satu tahun. Dalam bentuk yang paling ringkas, APBD dituangkan ke dalam suatu format yang memuat pengelompokan jenis transaksi berkaitan dengan rencana keuangan negara dalam kurun waktu satu tahun. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menganalisa keungan daerah adalah Rasio PAD terhadap APBD, Rasio PAD terhadap Belanja Pelayanan Publik, Rasio Pajak dan Distribusi Daerah terhadap PAD Rasio PAD terhadap PDRB, PAD per Kapita. Rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Indramayu masih kecil yaitu 6,45%. Rasio ini mengukur kemandirian suatu daerah yang ditunjukkan dengan makin besarnya rasio. Rasio PAD terhadap Belanja Pelayanan Publik menunjukan kemampuan daerah untuk membiayai pengeluaran pelayanan publik dari pendapatannya sendiri, pada tahun 2005 Rasio PAD terhadap Belanja Pelayanan Publik di Kabupaten Indramayuu tercatat sebesar 10,63% Rasio Pajak dan Distribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah tercatat sebesar 51,72% Rasio PAD terhadap PDRB tercatat sebesar 0,45%, dan PAD per kapita tercatat sebesar Rp. 23.034,21. 6) Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Pada akhir Tahun 2004 berdasarkan hasil Registrasi Penduduk jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.686.582 jiwa. Sedangkan pada akhir Tahun 2005 angka tersebut telah berubah menjadi 1.697.986 jiwa, keadaan ini menunjukan adanya kenaikan sebesar 11.404 jiwa, dengan demikian laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Indramyau tahun 2005 sebesar 0.68%. Laju pertumbuhan mengalami penurunan. Hal itu dimungkinkan karena pada Tahun 205 banyak penduduk yang berdomisili di luar Indramayu pindah ke Indramayu agar terdaftar dalam pendaftaran pemilih dan pendapatan penduduk berkelanjutan (P4B) dan ingin menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2005 di kampng halamannya. Sedangkan pencatatan penduduk di tahun 2005 merupakn hasil pencatatan registrasi yang meliputi laporan lahir, mati, datang, dan pindah.
52
7) Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan Komposisi jumlah penduduk Indramayu Tahun 2005 ini terdiri dari laki-laki 865.682 jiwa dan perempuan 832.304 jiwa, dengan sex ratio 104.01. Adapun jumlah penduduk Kecamatan Indramayu menurut jenis kelamin pada tahun 2005, seperti tercantum pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah penduduk Kecamatan Indramayu menurut jenis kelamin tahun 2005
DESA 1 Teluk agung Plumbon Dukuh Pekandangan jaya Singaraja Singajaya Pekandangan Bojongsari Kepandean Karangmalang Karanganyar Lemahmekar Lemahabang Margadadi Paoman Karangsong Pabeanudik
Laki-laki 2 2.412 2.69 1.867 2.285 3.07 4.123 3.744 2.544 2.116 1.755 2.007 4.639 2.141 3.927 4.81 2.401 5.04
PENDUDUK Perempuan 3 2.38 2.543 1.84 2.174 2.973 3.819 3.571 2.389 1.507 1.772 1.982 4.792 2.068 3.945 4.596 2.197 4.909
Jumlah 51.571 49.457 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu 2006
Jumlah 4 4.792 5.233 3.707 4.459 6.043 7.942 7.315 4.933 3.623 3.527 3.989 9.431 4.209 7.872 9.406 4.598 9.949 101.028
8) Kepadatan penduduk Luas Wilayah Kabupaten Indramyu kurang lebih 2.040.11 km². Dengan jumlah penduduk sebanyak 1.697.986 jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Indramayu kurang lebih sebesar 832 jiwa/km². Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Karangampel yaitu sebesar 1.898 jiwa/km². Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Cantigi 240 jiwa/km².
53
9) Agama Kehidupan beragama diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila Pertama Pancasila. Kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan untuk peningkatan ahklak demi kepentingan bersama untuk membangun masyarakat adil dan makmur. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten dengan mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam. Pada tahun 2005 penduduk yang beragama Islam tercatat sebanyak 1.091.185 jiwa, Katolik 1.647 jiwa, Hindu 142 jiwa, Budha 232 jiwa, dan Konghucu sebanyak 18 jiwa. Jumlah tempat peribadatan umat Islam di tahun 2005 tercatat sebanyak 778 Masjid, 3.782 Langgar dan 243 Mushola. Tempat peribadatan lainnya tercatat sebanyak 17 Gereja Protestan, 9 Gereja Katolik dan 4 Vihara. Pondok Pesantren yang ada di Indramayu tersebar hampir di seluruh Kecamatan kecuali di Kecamatan Cantigi dan Balongan. Pada tahun 2005 tercatat sebanyak 111 Pondok Pesantren yang ada di Kabupaten Indramayu dengan jumlah santri sebanyak 23.533 orang. 10) Kesehatan dan keluarga berencana Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut pondasi dasarnya adalah fasilitas kesehatan yang murah, representatif. Serta mudah diakses, diharapkan dapat meningkatkan keadaan untuk hidup sehat. Jumlah Puskesmas termasuk paramedis yang bertugas di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005 tercatat sebanyak 906 orang. Banyaknya dokter yang melayani penduduk Indramayu tercatat sebanyak 102 dokter, angka ini jauh dari angka ideal, ditahun 2005 tercatat proporsi dokter terhadap penduduk menunjukkan angka, 1 dokter per 17.000 penduduk. Sedang proporsi bidan terhadap pasangan usia subur menunjukan angka 1 bidan per 900 pasangan usia subur. Pelaksanan imunisasi pada tahun 2005 cukup berhasil, hal ini disebabkan oleh tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi bagi perkembangan kesehatan balita. Pencapaian imunisasi tertinggi pada pelaksanaan imunisasi TT.I yaitu sebanyak 86,6% dari total balita. Sedang pencapaian terendah pada imunisasi polio 3 sebanyak 63,0% dari total balita (Gambar 11). Status gizi adalah keadaan tubuh anak atau
54
bayi dilihat dari berat menurut umur. Presentase balita di Kabupaten Indramayu dengan gizi buruk sebesar 1,01% balita.
Hasil Pencapaian Imunisasi (%) Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
86.6
82.2
79.3
76.1
79.7
74.1
73.4 63
Campak
TT.I
TT.II
BCG
DPT 1
DPT 3
Polio 3 Hepatitis B3
Gambar 11 Hasil pencapaian imunisasi. Adapun banyaknya petugas medis menurut jenis tugas di Kabupaten Indramayu tahun 2005, seperti terlihat pada Gambar 12.
Banyaknya Petugas Medis Menurut Jenis Tugas Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005 82
75
388
436 27 Dokter
Bidan
Dokter Gigi
Perawat
Non Perawat
Gambar 12 Banyaknya petugas medis. Pada tahun 2005 jumlah akseptor KB mengalami penurunan secara presentase dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur pada tahun 2005 tercatat sebesar 243.661 akseptor dari 348.637 pasangan usia subur atau sebesar 69,89%. Sedang di tahun 2004 tercatat 239.495 akseptor dan 341.902 pasangan usia subur (70,05%).
55
Gambar 13, menunjukkan peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005.
Peserta KB Aktif Menurut Jenis Konstrasepsi Di Kabupaten Indram ayu Tahun 2005 19 9 8 10 0 7 3 19 9 3
92925
IUD
MOP
IMPLANT
SUNTIK
PIL
LAIN2
Gambar 13 Peserta KB aktif. Hasil pentahapan keluarga sejahtera yang dilakukan oleh Dinas KB tahun 2005 yang dilakukan menunjukan keluarga miskin menurut di Dinas KB 50,47%. Keluarga miskin menurut data Dinas KB adalah keluarga yang termasuk kategori prasejahtera alasan ekonomi dan non alasan ekonomi serta keluarga sejahtera I karena alasan ekonomi. 11) Pendidikan Salah satu indikator keberhasilan pembangunan manusia adalah kemajuan dibidang pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendiikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayupada tahun 2005 untuk tingkat Sekolah Dasar jumlah sekolah tercatat sebanyak 880 dan murid sebanyak 193.924 orang. Kemudian di tingkat SMP jumlah sekolah tercatat sebanyak 115 dan murid sebanyak 47.408 orang. Sedangkan di tingkat SLTA jumlah sekolah tercatat sebanyak 42 dan murid sebanyak 14.378 orang. Dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan tercatat memilii sebanyak 32 sekolah 10.298 orang murid. Dari 11.550 guru yang berada di Kabupaten Indramayu sebanya 9.712 atau 84,08% mengajar di institusi pendidikan dasar sedang sisanya sebanyak 15,92% mengajar di sekolah lanjutan (SLTA dan SMK). Adapun banyaknya guru berdasarkan jenjang pendidikan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005, seperti terlihat pada Gambar 14. 56
Banyaknya Guru Berdasar Jenjang Pendidikan Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005
1839
2697
7015
SD
SLTP
SLTA
Gambar 14 Banyaknya jumlah guru. 12) Pertanian Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 13, 21 persen dari total Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Indramayu, penyumbang kedua terbesar setelah Sektor Industri (Migas). Selain itu data penduduk Indramayu berdasarkan sektor usaha utama menunjukan 51,46 persen penduduk yang berusia diatas 10 tahun bekerja di sektor pertanian (BPS, SAKERNAS 2005). Dari luas wilayah Kabupaten Indramayu yang tercatat seluas 204.011 ha, 55,99 persennya merupakan tanah sawah. Melihat potensi yang ada maka sektor pertanian merupakan sektor yang patut mendapat perhatian lebih, baik dari pihak pemerintah daerah maupun masyarakat pertanian sendiri. 13) Tanaman pangan Beberapa jenis tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Indramayu, antara lain ; padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi terbanyak adalah padi sawah sebanyak 1.264.685,81 ton yang berarti mengalami peningkatan sebanyak 1,88% dari 1.240.873,41 ton di tahun 2004. luas panen yang mengalami penurunan dari 200.458 ha menjadi 195.254 ha ditopang oleh produktivitas yang meningkat dari 61,90 kw/ha ditahun 2004 menjadi 64,77 kw/ha di tahun 2005. Keadaan ini dapat dipahami karena luas areal yang ditanami tanaman pangan lainnya yaitu seluas 195.254 ha, sedangkan tanaman pangan lainnya berkisar antara 100 hingga 3.000 ha saja. Sedang untuk tanaman palawija ubi kayu merupakan komoditas
57
dengan produksi tertingi diikuti oleh jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan ubi jalar. Disamping tanaman pangan dengan padi sebagai primadona, Kabupaten Indramayu juga memiliki tanaman unggulan lainnya seperti mangga, pisang, cabe merah, bawang merah, jagung serta kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu, dan melinjo juga diusahakan di Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu juga memiliki potensi yang baik untuk mengembangkan produk palawija. Seperti pada Gambar 15, terlihat produksi palawija di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005.
Produksi Palaw ija (dalam Ton) Di Kabupaten Indram ayu Tahun 2005 1993.96
2000 1500
1398.81
1397.05
1338,97 964
1000 500 50 0 Jagung
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kacang Tanah
Kacang Kedelai
Kacang Hijau
Gambar 15 Produksi palawija. 14) Peternakan Berdasarkan jenisnya peternakan dibedakan atas ternak besar, ternak kecil dann ternak unggas. Jenis ternak besar yang cukup dominan di Kabupaten Indramayu adalah sapi sebanyak 4.792 ekor, kerbau 1.519 ekor dan kuda sebanyak 162 ekor. Sementara ternak kecil yang cukup dominan adalah domba sebanyak 172.778 ekor kemudian kambing sebanyak 40.985 ekor. Sedangkan jenis ternak unggas terbesar adalah ternak ayam kampung, dimana pada tahun 2005 mencapai 1.173992 ekor disusul itik sebanyak 1.104.388 ekor dan ayam ras sebanyak 965.244 ekor.
58
15) Perikanan Sesuai dengan letaknya yang berada di pesisir pantai Indramayu merupakan salah satu Kabupaten penghasil ikan. Produksi ikan laut segar selama tahun 2005 mencapai 67.359,10 walaupun mengalami peningkatan produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 66.789,40 ton, nilai produksi mengalami peningkatan dari 514.142.920 rupiah di tahun 2004 menjadi 706.105.400. rupiah tahun 2005. Pada Gambar 16 menunjukkan produksi ikan laut segar di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005.
Produksi Ikan Laut Segar (Ton) Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005
Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Gambar 16 Produksi ikan laut segar. 16) Kehutanan Realisasi pendapatan dari sektor kehutanan dan perburuan KPH Indramayu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 pendapatan dari sektor kehutanan dan perburuan mencapai nilai Rp. 16.303.371.000,- sedangkan pada tahun 2004 mencapai Rp. 20.055.484.260,- Dengan nilai terbesar dihasilkan dari kayu perkakas jati yang mencapai nilai Rp. 9.345.267,- dan kemudian diikuti dari minyak kayu putih sebesar Rp. 5.907.780,- sedang sisanya disumbang oleh perkakas rimba, kayu bakar jati, dan kayu bakar rimba. Pada Gambar 17 menunjukkan kontribusi hasil hutan terhadap total pendapatan subsektor kehutanan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005.
59
Konstribusi Hasil Hutan Terhadap Total Pendapatan Subsektor Kehutanan Di Kabupaten Indram ayu Tahun 2005
0.20% 73.40%
25.60% 0.30% 1.00%
Kayu P erkakas Jati Kayu B akar Rimba
Kayu B akar Jati Kayu P erkakas Rimba
M inyak Kayu P utih
Gambar 17 Kontribusi hasil hutan. 17) Lembaga keuangan Pada akhir tahun 2005 posisi dana simpanan bank umum dalam bentuk rupiah tercatat sebanyak 935.440.000.000 rupiah sedang valuta asing tercatat sebanyak 7.415.000.000 rupiah. Sedang posisi kredit bank umum dalam bentuk rupiah tercatat sebanyak 127.418.000.000 rupiah. Rasio pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga adalah 1:1,45. jika dilihad dari jenis penggunaannya maka kredit bank umum 50,53% digunakan untuk modal kerja, 12,14% untuk investasi dan sisanya sebanyak 37,33% digunakan untuk konsumsi. Dari total kredit yang diberikan 27,38% digunakan oleh usaha kecil dan menengah. Sektor ekonomi yang menggunakan kucuran kredit terbesar adalah sektor perdagangan dan pertanian masing-masing sebanyak 23,07% dan 14,14%. Berdasarkan data dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Usaha Kecil Menengah jumlah koperasi di Kabupaten Indramayu sebanyak 708 Koperasi, 703 koperasi diantaranya merupakan koperasi primer sedang 5 koperasi sisanya adalah koperasi sekunder. Jumlah anggota koperasi di seluruh Kabupaten Indramayu tahun 2005 adalah 199.237 anggota. Dan ini berarti sekitar 11,37% penduduk Indramayu adalah anggota koperasi. Dengan volume usaha empat kali lipat dari modalnya sendiri, volume usaha koperasi di tahun 2005 sebesar Rp. 233.349.528,- dengan modal Rp. 57.719.045,18) Sektor industri Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang kini banayk dilirik masyarakat sebagai sarana untuk berusaha dalam menghadapi era otonomi daerah. Keadaan ini bisa
60
terlihat dari meningkatnya jumlah perusahaan industri di Kabupaten Indramayu, jumlah perusahan industri besar sedang pada tahun 2005 tercatat sebanyak 35 unit usaha dari sekitar 330 perusahaan yang dibina Dinas Tenaga Kerja. 19) Ketenagakerjaan Berdasarkan data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja tahun 2005 jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan sebanyak 16.170 pencari kerja, dengan spesifikasi tingkat pendidikan yang bervariasi dari sekolah dasar sampai denga lulusan sekolah menengah kejuruan. Pencari kerja di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005 didominasi oleh angkatan kerja yang berpendidikan SLTA (Gambar 18). Banyaknya Pencari Kerja Menurut Pendidikan Terakhir Yang Belum Ditem patkan Tahun 2005 1904
312
1748
1105
10345 Tidak/belum Tamat SD
SD & Y ang Setingkat
SLTP
SLTA
DI/DII
Sarjana Muda/DIII
Sarjana
Gambar 18 Banyaknya pencari kerja. 20) Investasi Jika dilihat dari segi investasi keuangannya, investasi menyebabkan tersendatnya penyerapan tenaga kerja di wilayah Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2005 tercatat masuknya 1 investor PMDN dan investor non PMA/PMDN yang menyebabkan naiknya nilai investasi dari Rp. 11.157.000.000,- menjadi Rp. 790.661.000.000,-. 21) Panjang jalan Prasarana transportasi yang berada di Kabupaten Indramayu secara umum digambarkan oleh keberadaan terminal dan kondisi jalan. Tercatat di tahun 2005 terminal resmi yang ada di Kabupaten Indramayu sebanyak 6 terminal, 2 terminal merupakan
61
kategori B sedang sisanya kategori C. Panjang jalan merupakan salah satu syarat utama majunya suatu daerah, karena akses ke dan dari luar wilayah semakin banyak. Seperti pada Gambar 19, menunjukkan bahwa 46.83% kondisi jalan masih baik, namun kerusakan pun masih cukup tinggi 13.14% dan 12.74%.
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005 12.74% 13.14%
46.83%
27.29% Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
Gambar 19 Panjang jalan. Keadaan ini secara signifikan berpengaruh terhadap kemajuan daerah tersebut. Begitupun dengan Kabupaten Indramayu yang dilewati oleh jalur distribusi Pantura. Sampai dengan tahun 2005, panjang jalan di Kabupaten Indramyu mencapai 996.856 Km, mengalami kenaikan 0,218 Km dari tahun sebelumnya. Hal ini juga berlaku bagi kondisi jalan, 46,83% jalan berada dalam kondisi baik, sementara sisanya sebesar 27,29% berada dalam kondisi sedang, 13,14% dalam kondisi rusak dan 12,74 dalam keadaan rusak parah, yang berarti mengalami peningkatan pembangunan dari tahun sebelumnya, tercatat pada tahun 2004 19,78% jalan berada dalam kondisi rusak parah. 22) Angkutan darat Angkutan darat merupakan sarana utama yang ada di Kabupaten Indramayu. Sampai dengan tahun 2005 moda angkutan penumpang jenis bis biasa yang beroperasi di Kabupaten Indramayu berjumlah 17 Unit. Dan pada jenis moda penumpang ; mobil angkutan penumpang, mobil angkutan barang, sepeda motor tercatat pada tahun 2005 masing-masing sebanyak 5.405, 7.396, 542, dan 152.966 unit.
62
Banyaknya korban kecelakaan di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005, tidak terlepas dari ketertiban pengguna jalan dalam berlalulintas. Gambar 20 menunjukkan kecenderungan kecelakaan meningkat di akhir tahun seiring dengan mudik lebaran.
Banyaknya Korban kecelakaan Di Kabupaten Indramayu Tahun 2005 60 50 40 30 20 10
Meninggal Dunia
Ju li Ag us tu s Se pt em be r O kt ob er N ov em be r D es em be r
Ju ni
M ei
Ap ril
Ja nu ar i Fe br ua ri M ar et
0
Luka Berat
Luka Ringan
Gambar 20 Banyaknya korban kecelakaan. Tertib lalulintas akan meminimalisir terjadinya kecelakaan lalulintas. Terjadinya penurunan yang relatif berarti pada kecelakaan laulintas yang terjadi di wilayah tugas Polres Indramayu. Penurunan ini dapat dilihat dari kecenderungan menurunnya jumlah korban jiwa yang diakibatkan oleh kecelakaan. Pada tahun 2004 tercatat 74 orang meninggal sedangkan pada tahun 2005 tercatat 93 orang yang meninggal, sementara jumlah kerugian material kerugian material akibat juga menurun yaitu Rp. 412.300.000,di tahun 2004 menjadi Rp. 495.450.000,- di tahun 2005. 23) Transportasi laut Keberadan transportasi laut di Kabupaten Indramayu hingga sekarang masih terbatas pada model angkutan niaga dan perikanan. Dan data kantor Pelabuhan Indramayu selama tahun 2005 tercatat sebanyak 964 unit kapal yang terdiri dari 713 kapal nelayan dan 251 kapal niaga berlabuh di Kabupaten Indramayu dari 251 kapal niaga, 49 kapal diantaranya berbendera luar negeri.
63
24) Fasilitas kepariwisataan Letak Indramayu yang berada di pesisir pantai memiliki daya tarik tersendiri sebagai daerah wisata. Ada beberapa lokasi wisata yang berada di Kabupaten Indramayu yaitu Pantai Tirtamaya, Koloni serta Pulau Biawak. Dari ketiganya, Pantai Tirtamaya merupakan lokasi wisata yang paling banyak diminati masyarakat sebagai lokasi wisata. Keadaan ini terlihat dari jumlah pengunjung yang cukup tinggi dibanding pengunjung pada lokasi wisata lainnya. Pada tahun 2005 jumlah pengunjung di pantai Tirtamaya tercatat sebesar 39.361 pengunjung mengalami penurunan dari 46.101 pengunjung di tahun 2004. Pada Gambar 21, menunjukkan banyaknya pengunjung per bulan di tempat rekreasi pantai Tirtamaya pada tahun 2005, dimana pengunjung melonjak pada bulan November seiring dengan hari raya Idul Fitri. Banyaknya Pengunjung Per Bulan Di Tempat Rekreasi Pantai Tirtamaya Tahun 2005 25000 20000 15000 10000 5000 0 Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
Gambar 21 Banyaknya pengunjung tempat rekreasi. Sarana lain yang turut menunjang kepariwisataan adalah adanya hotel. Jumlah hotel di Kabupaten Indramayu pada tahun 2005 tercatat 22 hotel dengan jumlah kamar sebanyak 389 kamar, sementara jumlah pengunjung tercatat sebanyak 45.787 orang dan jumlah tenaga kerja dibidang ini tercatat sebesar 208 orang. 25) Ringkasan PDRB Nilai PDRB Kabupaten Indramayu tahun 2004 atas dasar harga berlaku sebesar 29.148,030 milyar rupiah dan tanpa migas sebesar 8.938,212 milyar rupiah. Jika 64
dibandingkan tahun sebelumnya, PDRB mengalami peningkatan masing-masing sebesar 35,23 % dengan minyak dan gas bumi dan 16,59 % tanpa minyak dan gas. Untuk konstribusi PDRB, sektor yang paling banyak memberikan persentase konstribusi terhadap total PDRB 2004 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, dan sektor komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sektor bangunan dan terakhir sektor listrik, gas dan air bersih (Gambar 22). PDRB Kabupaten Indramayu Atas Dasar Harga berlaku Menurut Sektor Tahun 2005 (Jutaan Rupiah)
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Gambar 22 PDRB Kabupaten Indramayu. Seperti pada Gambar 23, Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indramayu sebesar 4,27 %. Dari sembilan sektor yang ada pada PDRB, delapan sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor perdagangan dengan kenaikan sebesar 8,06 %.
5 4
Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Indramayu Tahun 2003-2005 4.76 4.27 3.82
3 2 1 0 2003
2004
2005
Gambar 23 Laju pertumbuhan ekonomi. 65
Kenaikan yang lebih kecil terletak pada sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, sektor bangunan, sektor pertanian, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sektor indusri pengolahan,. Kenaikan tersebut masing-masing 8.06%, 3.82%, 3.70%, 3.60%, 2.64%, 1.93%, 0.65%, yang terakhir adalah sektor pertambangan dengan angka kenaikan 0.11%.
4.1.2
Desa Karang Song Kecamatan Indramayu Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah kemajuan ditingkat
pendidikan. Pendidikan di Kabupaten Indramayu mengalami kemajuan bila dilihat dari meningkatnya sarana pendidikan. Desa Karang Song merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Indramayu yang sebagian penduduknya bermata pencaharian nelayan tangkap. Kecamatan Indramayu berjumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 101.028 orang (BPS Kabupaten Indramayu 2006). Kecamatan Indramayu sebagai besar sebagai nelayan tetap dengan produksi penangkapan. Tabel 8 menunjukkan data penduduk Kecamatan Karang Song berdasarkan kepala keluarga bulan Desember 2006, dimana Desa Karang Song memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 1.108 KK. Tabel 8 Laporan data penduduk kepala keluarga Bulan Desember 2006 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
DESA/KELURAHAN LEMAHABANG LEMAHMEKAR PAOMAN MARGADADI KARANGMALANG KARANGANYAR KEPANDEAN BOJONGSARI PABEAN UDIK KARANGSONG PEKANDANGAN PEKANDANGAN JAYA TELUKAGUNG SINGARAJA SINGAJAYA DUKUH PLUMBON JUMLAH
JUMLAH KK 948 2.078 2.612 1.881 867 778 734 1.385 2.443 1.108 1.176 2.668 1.516 1.570 1.905 1.061 1.402 26.725
Sumber: Laporan Kecamatan Indramayu 2006 66
4.1.3
Masyarakat nelayan Kali Adem Bulan November 2003 telah dilakukan penggusuran terhadap sekitar 1.600
keluarga nelayan yang bermukim di bantaran Sungai Kali Adem, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Penggusuran yang di satu sisi merupakan upaya penertiban, di sisi lain membangkitkan segenap permasalahan, salah satu di antaranya dan ini yang utama ialah bahwa keluarga-keluarga nelayan menjadi kehilangan tempat tinggal. Segenap permasalahan itu yang menimbulkan keprihatinan berbagai pihak yang mempunyai perhatian terhadap keluarga nelayan, di antaranya Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dan Pemerintah Kabupaten daerah asal. Sebagian dari keluarga nelayan yang tergusur dari bantaran Sungai Kali Adem ada yang berasal dari daerah Indramayu. Menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi keluarga-keluarga nelayan yang tergusur dari bantaran Sungai Kali Adem yang berasal dari Indramayu, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menyiapkan lahan di Karang Song sebagai tempat untuk pemukiman kembali yang dapat menampung sekitar 240 keluarga nelayan. Memukimkan kembali keluarga-keluarga nelayan yang tergusur dari bantaran sungai Kali Adem tentu tidaklah sebatas menempatkan mereka dalam unit-unit rumah yang dapat mereka tinggali, namun lebih dari itu, keluarga-keluarga nelayan itu nantinya harus mampu membentuk dan mengembangkan diri mereka sebagai satu kesatuan masyarakat yang dapat menjalankan fungsi-fungsi sosial, ekonomi dan budaya secara utuh serta terintegrasi dengan baik dengan masyarakat sekitarnya.
Untuk itu tentu
diperlukan upaya-upaya pembinaan bagi keluarga-keluarga nelayan pasca penggusuran Kali Adem yang dimukimkan kembali di Karang Song. 4.1.4
Interpretasi pengaruh relokasi Telah dilakukan kegiatan penelitian pendahuluan di Desa Karang Song,
Indramayu, untuk mengetahui karakteristik umum penduduk pemukiman relokasi di Desa Karang Song maupun penduduk sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song, sehingga dapat diketahui komposisi umur, latar pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, serta tahutidaknya program relokasi nelayan yang dilakukan oleh pemerintah.
67
Karakteristik Umum Penduduk 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
PPR PSPR Usia
Pendidikan
Pr of esi
Gambar 24 Karakteristik umum penduduk Desa Karang Song. Gambar 24 menunjukkan bahwa usia penduduk pemukiman relokasi (PPR) dan penduduk sekitar pemukiman relokasi (PSPR) dominan berusia 26 – 40 tahun dan berstatus sudah menikah, yang merupakan katagori usia produktif dan sangat membutuhkan adanya lapangan pekerjaan yang memadai. Tingkat pendidikan rata-rata penduduk pemukiman relokasi (PPR) dan penduduk sekitar pemukiman relokasi (PSPR) adalah hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD), dan hanya sedikit penduduk yang memiliki pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolam Menengah Umum (SMU). Adapun mata pencaharian lebih dominan sebagai nelayan.
Persentase (%)
Sosialisasi Program Relokasi 70 60 50 40 30 20 10 0 PPR PSPR
Tidak
Ragu-ragu
Mengetahui
Sebaran Informasi
Gambar 25 Sosialisasi program relokasi di Desa Karang Song.
68
Sosialisasi merupakan hal terpenting dari suatu program atau kegiatan. Transparansi informasi akan menumbuhkembangkan semangat partisipasi. Namun demikian sebagaimana terlihat pada Gambar 25, penduduk di sekitar pemukiman relokasi menunjukan dominannya yang tidak tahu dan sebagian ragu-ragu, dan hanya sedikit yang mengetahui. Demikian pula dengan penduduk pemukiman relokasi, masih ada yang tidak mengetahui dan ragu-ragu, meskipun dominan mengetahui. PENDAPATAN PER BULAN PENDUDUK PEMUKIMAN RELOKASI JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 <500000
Sebelum
500000-1000000
>1000000
PENDAPATAN PER BULAN (Rp)
Sesudah
Gambar 26 Pendapatan per bulan penduduk pemukiman relokasi Karang Song.
PENDAPATAN PER BULAN PENDUDUK SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
20 15 10 5 0 <500000
Sebelum Sesudah
500000-1000000
>1000000
PENDAPATAN PER BULAN (Rp)
Gambar 27 Pendapatan per bulan penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Terlihat pada Gambar 26 dan Gambar 27 bahwa ternyata program relokasi masih menunjukkan korelasi dengan tingkat pendapatan penduduk Desa Karang Song pasca relokasi, namun ternyata tidak berkorelasi dengan tingkat pendapatan penduduk
69
sekitar desa Karang Song. Pengujian statistik metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi berkorelasi nyata dengan tingkat pendapatan penduduk pemukiman relokasi desa Karang Song (p<0.005).
JUMLAH ORANG
TINGKAT KONSUMSI PENDUDUK PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Tinggi
Sebelum
Sedang
Rendah
TINGKAT KONSUMSI
Sesudah
Gambar 28 Tingkat konsumsi penduduk pemukiman relokasi Karang Song.
JUMLAH ORANG
TINGKAT KONSUMSI PENDUDUK SEKITAR KARANG SONG 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Tinggi
Sebelum Sesudah
Sedang
Rendah
TINGKAT KONSUMSI
Gambar 29 Tingkat konsumsi penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Terlihat pada Gambar 28 dan Gambar 29, bahwa setelah terjadi program relokasi (pasca relokasi), terjadi sedikit pergeseran pola konsumsi dalam masyarakat Desa Karang Song. Pengujian statistik metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak memberikan korelasi terhadap tingkat konsumsi penduduk pemukiman
70
relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi juga tidak memberikan korelasi terhadap tingkat konsumsi penduduk sekitar Desa Karang Song FASILITAS KESEHATAN PADA PENDUDUK PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG
JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Ragu-ragu
Tidak Tersedia
FASILITAS KESEHATAN
Sesudah
Gambar 30 Ketersediaan fasilitas kesehatan di pemukiman relokasi Karang Song.
FASILITAS KESEHATAN PADA PENDUDUK SEKITAR PEMUKIMAN KARANG SONG
JUMLAH ORANG
25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Ragu-ragu
Tidak Tersedia
FASILITAS KESEHATAN
Sesudah
Gambar 31 Ketersediaan fasilitas kesehatan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 30 dan 31 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan fasilitas kesehatan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song.
Pengujian statistik metode Chi-square
menunjukkan bahwa program relokasi tidak menunjukkan korelasi terhadap fasilitas kesehatan di tempat pemukiman relokasi Desa Karang Song. Namun pengujian statistik metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi menunjukkan korelasi yang 71
nyata (p<0.005) dengan fasilitas kesehatan di daerah sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song.
INTENSITAS BEROBAT PENDUDUK PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG 14 12 10
JUMLAH 8 ORANG 6 4 2 0 0-2 kali
Sebelum
3-5 kali
>5 kali
INTENSITAS BEROBAT
Sesudah
Gambar 32 Intensitas berobat pada penduduk pemukiman relokasi Karang Song.
INTENSITAS BEROBAT PENDUDUK SEKITAR PEMUKIMAN KARANG SONG
JUMLAH ORANG
14 12 10 8 6 4 2 0 0-2 kali
Sebelum
3-5 kali
>5 kali
INTENSITAS BEROBAT
Sesudah
Gambar 33 Intensitas berobat penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 32 dan 33 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan intensitas berobat penduduk di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik metode Chi-square memberikan hasil bahwa program relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan intensitas berobat penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song dan juga pada penduduk sekitar pemukiman relokasi desa Karang Song.
72
JUMLAH ORANG
FASILITAS KEGIATAN PERIKANAN PENDUDUK PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG 14 12 10 8 6 4 2 0 Tersedia Sebelum
Kurang Memadai Tidak Tersedia
FASILITAS KEGIATAN PERIKANAN
Sesudah
Gambar 34 Fasilitas kegiatan perikanan di pemukiman relokasi Karang Song.
FASILITAS KEGIATAN PERIKANAN PENDUDUK SEKITAR PEMUKIMAN KARANG SONG JUMLAH ORANG
25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Memadai
Tidak Tersedia
FASILITAS KEGIATAN PERIKANAN
Sesudah
Gambar 35 Fasilitas kegiatan perikanan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 34 dan 35 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan fasilitas kegiatan perikanan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi telah memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan fasilitas kegiatan perikanan di daerah-daerah sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song, namun pengujian metode Chi-square tidak menunjukkan korelasi dengan fasilitas kegiatan perikanan di daerah pemukiman relokasi desa Karang Song.
73
KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA PADA PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG
JUMLAH ORANG
25 20 15 10 5 0 Mudah
Sebelum
Agak Sulit
Sulit
LAPANGAN KERJA
Sesudah
Gambar 36 Ketersediaan lapangan kerja penduduk pemukiman relokasi Karang Song.
KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA PADA SEKITAR PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG JUMLAH ORANG
12 10 8 6 4 2 0 Mudah
Sebelum
Agak Sulit
Sulit
LAPANGAN KERJA
Sesudah
Gambar 37 Ketersediaan lapangan kerja penduduk sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 36 dan 37 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan lapangan kerja di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song, yang berarti meningkatkan level kesulitan dalam ketersediaan lapangan pekerjaan, namun tak terlihat korelasi antara adanya program relokasi dengan penduduk yang bermukim di sekitar Desa Karang Song.
74
FASILITAS PENDIDIKAN PADA PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG JUMLAH ORANG
25 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Memadai
Tidak Tersedia
FASILITAS PENDIDIKAN
Sebelum Sesudah
Gambar 38 Ketersediaan fasilitas pendidikan pemukiman relokasi Karang Song. FASILITAS PENDIDIKAN DI DAERAH SEKITAR PEMUKIMAN KARANG SONG JUMLAH ORANG
25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Memadai
Tidak Tersedia
FASILITAS PENDIDIKAN
Sesudah
Gambar 39 Ketersediaan fasilitas pendidikan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 38 dan 39 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan fasilitas pendidikan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square pun menunjukkan bahwa program relokasi nelayan menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan ketersediaan fasilitas pendidikan di daerah sekitar Desa Karang Song, namun tidak menunjukkan korelasi dengan ketersediaan fasilitas pendidikan pada penduduk pemukiman di Desa Karang Song.
75
JUMLAH ORANG
TINGKAT PENDIDIKAN TK SLTP PENDUDUK PEMUKIMAN RELOKASI KARANG SONG 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 >60%
Sebelum
30-60%
<30%
TINGKAT PENDIDIKAN HINGGA SLTP
Sesudah
Gambar 40 Tingkat pendidikan hingga SLTP penduduk pemukiman relokasi Karang Song. TINGKAT PENDIDIKAN TK SLTP PADA PENDUDUK SEKITAR PEMUKIMAN KARANG SONG JUMLAH ORANG
14 12 10 8 6 4 2 0 >60%
Sebelum
30-60%
<30%
TINGKAT PENDIDIKAN HINGGA SLTP
Sesudah
Gambar 41 Tingkat pendidikan hingga SLTP penduduk di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 40 dan 41 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan tingkat pendidikan hingga SMP dalam masyarakat di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song.
Pengujian statistik dengan
metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan tingkat pendidikan SLTP penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song maupun pada penduduk sekitar pemukiman relokasi desa Karang Song.
76
KETERSEDIAAN SARANA TRANSPORTASI DI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Memadai
Tidak Memadai
KETERSEDIAAN TRANSPORTASI
Sesudah
Gambar 42 Ketersediaan sarana transportasi di pemukiman relokasi Karang Song.
JUMLAH ORANG
KETERSEDIAAN SARANA TRANSPORTASI DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Memadai
Tidak Memadai
KETERSEDIAAN TRANSPORTASI
Sesudah
Gambar 43 Ketersediaan sarana transportasi di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 42 dan 43 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan sarana transportasi di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square membuktikan bahwa relokasi tidak berkorelasi dengan ketersediaan sarana transportasi di Desa Karang Song maupun di daerah luar Desa Karang Song.
77
KEMUDAHAN TRANSPORTASI DI PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Mudah
Sebelum
Agak Sulit
Sulit
KEMUDAHAN TRANSPORTASI
Sesudah
Gambar 44 Kemudahan transportasi di pemukiman relokasi Karang Song. KEMUDAHAN TRANSPORTASI DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
20 15 10 5 0 Mudah
Sebelum
Agak Sulit
Sulit
KEMUDAHAN TRANSPORTASI
Sesudah
Gambar 45 Kemudahan transportasi di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 44 dan 45 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan kemudahan transportasi di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak memberikan korelasi dengan kemudahan transportasi di Desa Karang Song maupun di desa-desa sekitar Karang Song.
78
FASILITAS TEMPAT TINGGAL DI DAERAH PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Ragu-ragu
Tidak Tersedia
FASILITAS TEMPAT TINGGAL
Sesudah
Gambar 46 Fasilitas tempat tinggal di pemukiman relokasi Karang Song. FASILITAS TEMPAT TINGGAL DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Ragu-ragu
Tidak Tersedia
FASILITAS TEMPAT TINGGAL
Sesudah
Gambar 47 Fasilitas tempat tinggal di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 46 dan 47 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan fasilitas tempat tinggal di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan ketersediaan fasilitas tempat tinggal penduduk pemukiman relokasi desa Karang Song, namun tidak menunjukkan korelasi dengan penduduk di sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song.
79
JUMLAH ORANG
KONDISI TEMPAT TINGGAL DI DAERAH RELOKASI DESA KARANG SONG 30 25 20 15 10 5 0 Layak
Sebelum
Kurang Layak
Tidak Layak
KONDISI TEMPAT TINGGAL
Sesudah
Gambar 48 Kondisi tempat tinggal di pemukiman relokasi Karang Song.
JUMLAH ORANG
KONDISI TEMPAT TINGGAL DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG 20 15 10 5 0 Layak
Sebelum Sesudah
Kurang Layak
Tidak Layak
KONDISI TEMPAT TINGGAL
Gambar 49. Kondisi tempat tinggal di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 48 dan 49 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan kondisi tempat tinggal di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song.
Pengujian statistik dengan metode Chi-square juga
menunjukkan bahwa program relokasi memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan kondisi tempat tinggal pemukiman relokasi Desa Karang Song, namun tak ada korelasi antara program relokasi dengan kondisi tempat tinggal pada penduduk di sekitar pemukiman relokasi.
80
FASILITAS PERIBADATAN DI PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Tersedia
Tidak Tersedia
FASILITAS PERIBADATAN
Sesudah
Gambar 50 Fasilitas peribadatan di pemukiman relokasi Karang Song.
JUMLAH ORANG
FASILITAS PERIBADATAN DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Tersedia
Tidak Tersedia
FASILITAS PERIBADATAN
Sesudah
Gambar 51 Fasilitas peribadatan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 50 dan 51 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan fasilitas peribadatan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa relokasi telah menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan ketersediaan fasilitas peribadatan di pemukiman relokasi desa Karang Song, namun tidak menunjukkan korelasi dengan ketersediaan fasilitas peribadatan di daerah sekitar Desa Karang Song.
81
JUMLAH ORANG
KEGIATAN KEAGAMAAN TIAP BULAN DI DESA KARANG SONG 30 25 20 15 10 5 0 >2 kali
Sebelum
1-2 kali
Tidak Pernah
KEGIATAN KEAGAMAAN
Sesudah
Gambar 52 Kegiatan keagamaan tiap bulan di pemukiman relokasi Karang Song.
JUMLAH ORANG
KEGIATAN KEAGAMAAN TIAP BULAN DI SEKITAR DESA KARANG SONG 20 15 10 5 0 >2 kali
Sebelum
1-2 kali
Tidak Pernah
KEGIATAN KEAGAMAAN
Sesudah
Gambar 53 Kegiatan keagamaan tiap bulan di sekitar pemukiman Karang Song. Gambar 52 dan 53 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan kegiatan keagamaan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa relokasi memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan frekwensi kegiatan keagamaan di pemukiman relokasi Desa Karang Song, namun pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan frekwensi kegiatan keagamaan di daerah sekitar desa Karang Song.
82
JUMLAH ORANG
FASILITAS POS KEAMANAN DI DAERAAH SEKITAR DESA KARANG SONG 12 10 8 6 4 2 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Tersedia
Tidak Tersedia
FASILITAS POS KEAMANAN
Sesudah
Gambar 54 Fasilitas pos keamanan di pemukiman relokasi Karang Song.
JUMLAH ORANG
FASILITAS POS KEAMANAN DI DESA KARANG SONG 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Sebelum
Kurang Tersedia
Tidak Tersedia
FASILITAS POS KEAMANAN
Sesudah
Gambar 55 Fasilitas pos keamanan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 54 dan 55 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan ketersediaan fasilitas pos keamanan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa program relokasi telah menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan fasilitas pos keamanan di daerah pemukiman relokasi desa Karang Song, namun pengujian secara statistik menunjukkan bahwa program relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan perbaikan fasilitas pos keamanan di daerah sekitar Desa Karang Song.
83
JUMLAH ORANG
KEJADIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI DAERAH PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG 30 25 20 15 10 5 0 Tidak
Sebelum
Ragu-ragu
Ya
KEJADIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Sesudah
Gambar 56 Kejadian kerusakan lingkungan di pemukiman relokasi Karang Song. KEJADIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
12 10 8 6 4 2 0 Tidak
Sebelum
Ragu-ragu
Ya
KEJADIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
Sesudah
Gambar 57 Kejadian kerusakan lingkungan di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 56 dan 57 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan kejadian kerusakan lingkungan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square memberikan hasil bahwa relokasi menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan penurunan kejadian pencemaran atau kerusakan lingkungan di pemukiman relokasi Desa Karang Song, namun pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa program relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan kejadian kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah sekitar Desa Karang Song.
84
KONDISI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DI PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Modern
Sebelum
Ragu-ragu
Tradisional
KONDISI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
Sesudah
Gambar 58 Kondisi teknologi penangkapan ikan di pemukiman relokasi Karang Song. KONDISI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
20 15 10 5 0 Modern
Sebelum
Ragu-ragu
Tradisional
KONDISI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
Sesudah
Gambar 59 Kondisi teknologi penangkapan ikan di sekitar pemukiman Karang Song. Gambar 58 dan 59 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan kondisi teknologi penangkapan ikan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa program relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan kondisi teknologi penangkapan ikan di pemukiman relokasi Desa Karang Song maupun di daerah sekitar Desa Karang Song.
85
KONDISI TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN UMKM DI PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
16 14 12 10 8 6 4 2 0 Memadai
Sebelum
Kurang Memadai
Tidak Memadai
KONDISI TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN
Sesudah
Gambar 60 Kondisi pengolahan ikan skala UMKM di pemukiman relokasi Karang Song. KONDISI TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN UMKM DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
20 15 10 5 0 Memadai
Kurang Memadai
Tidak Memadai
Sebelum Sesudah
KONDISI TEKNOLOGI PENGOLAHAN IKAN
Gambar 61 Kondisi teknologi pengolahan ikan skala UMKM di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 60 dan 61 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan kondisi teknologi pengolahan ikan di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song.
Pengujian statistik metode Chi square
menunjukkan bahwa relokasi menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan kondisi teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM di pemukiman relokasi desa Karang Song maupun terhadap perbaikan kondisi teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM di daerah sekitar Desa Karang Song.
86
KONDISI PERGAULAN MUDA-MUDI DI PEMUKIMAN RELOKASI DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
30 25 20 15 10 5 0 Baik
Sebelum
Kurang Baik
Tidak Baik
KONDISI PERGAULAN MUDA-MUDI
Sesudah
Gambar 62 Kondisi pergaulan muda-mudi di pemukiman relokasi Karang Song. KONDISI PERGAULAN MUDA-MUDI DI DAERAH SEKITAR DESA KARANG SONG JUMLAH ORANG
20 15 10 5 0 Baik
Sebelum
Kurang Baik
Tidak Baik
KONDISI PERGAULAN MUDA-MUDI
Sesudah
Gambar 63 Kondisi pergaulan muda-mudi di sekitar pemukiman relokasi Karang Song. Gambar 62 dan 63 menunjukkan hubungan antara program relokasi dengan pergaulan muda-mudi di daerah pemukiman maupun di sekitar daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi square memberikan hasil bahwa relokasi menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan kondisi pergaulan muda-mudi di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song, namun pengujian statistik dengan metode Chi square memberikan hasil bahwa relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan perbaikan kondisi pergaulan muda-mudi di daerah sekitar Desa Karang Song.
87
4.1.5
Interpretasi tingkat kesejahteraan
1) Tingkat pendapatan dan konsumsi •
Penduduk relokasi Frequencies N Pendapatan dan konsumsi sesudah relokasi – Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
26 1 3 30
b. Pendapatan dan Konsumsi sesudah relokasi < Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi. c. Pendapatan dan Konsumsi sesudah relokasi > Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi. d. Pendapatan dan Konsumsi sesudah relokasi = Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi. Hasil di atas menggunakan 30 sampel, dimana berapa jumlah
sampel yang
mengalami perubahan (naik atau menurun) dan berapa yang tetap. Jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 27 responden, yang menurun sebanyak 26 responden (97,3 %) , yang mengalami kenaikan 1 responden (2,7 %). Sedangkan jumlah sampel yang tetap sebanyak 19 responden . Dari hasil pengujian uji tanda didapat nilai p-value = 0,000 (< 0,05) artinya terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa pendapatan dan konsumsi berubahnya menurun. Test Statistics a
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Sign Test
Pendapatan dan konsumsi sesudah relokasi – Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi - 4,619 ,000
88
•
Penduduk sekitar relokasi Frequencies N Pendapatan dan konsumsi sesudah relokasi – Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
10 1 19 30
e. Pendapatan dan Konsumsi sesudah relokasi < Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi. f. Pendapatan dan Konsumsi sesudah relokasi > Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi. g. Pendapatan dan Konsumsi sesudah relokasi = Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi. Frekuensi data di atas menggunakan 30 sampel, dimana terlihat bahwa jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 11 responden, penurunan sebanyak 10 responden ( 90,9 %) , kenaikan 1 responden (9,1%) . Jumlah sampel yang tetap sebanyak 19 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,012 (< 0,05), artinya terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa pendapatan dan konsumsi berubahnya menurun. Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
Pendapatan dan konsumsi sesudah relokasi – Pendapatan dan konsumsi sebelum relokasi ,012a
2) Tingkat kesehatan •
Penduduk relokasi Frequencies N Tingkat kesehatan sesudah relokasi – Tingkat kesehatan sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
5 12 13 30
89
a. Tingkat kesehatan sesudah relokasi < Tingkat kesehatan sebelum relokasi. b. Tingkat kesehatan sesudah relokasi > Tingkat kesehatan sebelum relokasi. c. Tingkat kesehatan sesudah relokasi = Tingkat kesehatan sebelum relokasi. Tingkat kesehatan penduduk menunjukkan, jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 17 responden, yang menurun sebanyak 5 responden (29,4 %), yang mengalami kenaikan 12 responden (70,6 %). Jumlah sampel yang tetap sebanyak 13 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,143 (> 0,05), artinya tingkat kesehatan terdapat kecenderungan naik. Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
•
Tingkat kesehatan sesudah relokasi – Tingkat kesehatan sebelum relokasi ,143a
Penduduk sekitar relokasi Frequencies N Tingkat kesehatan sesudah relokasi – Tingkat kesehatan sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
1 20 9 30
a. Tingkat kesehatan sesudah relokasi < Tingkat kesehatan sebelum relokasi. b. Tingkat kesehatan sesudah relokasi > Tingkat kesehatan sebelum relokasi. c. Tingkat kesehatan sesudah relokasi = Tingkat kesehatan sebelum relokasi. Pada tabel frekuensi digunakan 30 sampel, dimana jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 21 reponden, yang menurunan sebanyak 1 responden (4,8 %), yang mengalami kenaikan 20 responden (95,2%). Jumlah sampel yang tetap sebanyak 19 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,000 (< 0.05) artinya terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa persepsi terhadap tingkat kesehatan cenderung naik.
90
Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
Tingkat kesehatan sesudah relokasi – Tingkat kesehatan sebelum relokasi ,000a
3) Pendidikan •
Penduduk relokasi Frequencies N Tingkat pendidikan sesudah relokasi – Tingkat pendidikan sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
9 15 6 30
a. Tingkat pendidikan sesudah relokasi < Tingkat pendidikan sebelum relokasi. b. Tingkat pendidikan sesudah relokasi > Tingkat pendidikan sebelum relokasi. c. Tingkat pendidikan sesudah relokasi = Tingkat pendidikan sebelum relokasi. Tingkat pendidikan berdasarkan jumlah sampel yang mengalami perubahan (naik atau menurun) dan yang tetap, terlihat bahwa yang mengalami perubahan ada 24 responden, yang menurunan sebanyak 9 responden (37,5 %), yang mengalami kenaikan 20 responden (62,5%), dan yang tetap sebanyak 6 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,307 ( > 0,05) artinya tidak terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa persepsi terhadap tingkat pendidikan cenderung naik. Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
Tingkat pendidikan sesudah relokasi – Tingkat pendidikan sebelum relokasi ,307a
91
•
Penduduk Sekitar Relokasi Frequencies N Tingkat pendidikan sesudah relokasi – Tingkat pendidikan sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
0 28 2 30
a. Tingkat pendidikan sesudah relokasi < Tingkat pendidikan sebelum relokasi. b. Tingkat pendidikan sesudah relokasi > Tingkat pendidikan sebelum relokasi. c. Tingkat pendidikan sesudah relokasi = Tingkat pendidikan sebelum relokasi. Terlihat bahwa jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 28 responden, yang menurun sebanyak 0 responden (0 %), yang mengalami kenaikan 28 responden (100%), jumlah sampel yang tetap sebanyak 6 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,000 ( < 0.05) artinya terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa persepsi terhadap tingkat pendidikan cenderung naik. Test Statistics a
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Sign Test
Tingkat pendidikan sesudah relokasi – Tingkat pendidikan sebelum relokasi - 5,103 ,000
4) Lingkungan fisik •
Penduduk relokasi Frequencies N Lingkungan fisik sesudah relokasi – Lingkungan fisik sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
1 27 2 30
a. Lingkungan fisik sesudah relokasi < Lingkungan fisik sebelum relokasi. b. Lingkungan fisik sesudah relokasi > Lingkungan fisik sebelum relokasi. c. Lingkungan fisik sesudah relokasi = Lingkungan fisik sebelum relokasi.
92
Dengan 30 sampel, terlihat bahwa jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 28 responden, yang menurun sebanyak 1 orang (3,5%), yang mengalami kenaikan 27 responden (96,5 %) . Jumlah sampel yang tetap sebanyak 2 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,000 (<0,05) artinya terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa persepsi terhadap lingkungan fisik cenderung naik. Test Statistics a
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Sign Test
•
Lingkungan fisik sesudah relokasi – Lingkungan fisik sebelum relokasi - 4,725 ,000
Penduduk sekitar relokasi Frequencies N Lingkungan fisik sesudah relokasi – Lingkungan fisik sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
1 22 7 30
a. Lingkungan fisik sesudah relokasi < Lingkungan fisik sebelum relokasi. b. Lingkungan fisik sesudah relokasi > Lingkungan fisik sebelum relokasi. c. Lingkungan fisik sesudah relokasi = Lingkungan fisik sebelum relokasi. Terlihat bahwa jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 23 responden, yang menurun sebanyak 1 responden (4,3 %) , yang mengalami kenaikan 22 responden (95,7 %) . Untuk jumlah sampel yang tetap sebanyak 7 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,000 ( < 0.05) artinya terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa persepsi terhadap lingkungan fisik cenderung naik.
93
Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
Lingkungan fisik sesudah relokasi – Lingkungan fisik sebelum relokasi ,000a
5) Interaksi sosial •
Penduduk relokasi Frequencies N Interaksi sosial sesudah relokasi – Interaksi sosial sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
5 8 17 30
a. Interaksi sosial sesudah relokasi < Interaksi sosial sebelum relokasi. b. Interaksi sosial sesudah relokasi > Interaksi sosial sebelum relokasi. c. Interaksi sosial sesudah relokasi = Interaksi sosial sebelum relokasi. Pada tabel frekuensi diatas digunakan 30 sampel, dimana terlihat bahwa jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 13 responden, yang menurun sebanyak 5 responden (38,5 %) , yang mengalami kenaikan 8 responden (61,5 %) . Jumlah sampel yang tetap sebanyak 7 orang. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,581 ( > 0,05) artinya tidak terdapat kecenderungan yang signifikan bahwa persepsi terhadap interaksi sosial naik atau turun, kecenderungan keduanya sama. Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
Interaksi sosial sesudah relokasi – Interaksi sosial sebelum relokasi ,581a
94
•
Penduduk sekitar relokasi Frequencies N Interaksi sosial sesudah relokasi – Interaksi sosial sebelum relokasi
Negative Differences a Positive Differences b Ties c Total
4 6 20 30
a. Interaksi sosial sesudah relokasi < Interaksi sosial sebelum relokasi. b. Interaksi sosial sesudah relokasi > Interaksi sosial sebelum relokasi. c. Interaksi sosial sesudah relokasi = Interaksi sosial sebelum relokasi. Interaksi sosial merupakan indikator kesuksesan relokasi. Dari sampel yang diuji terdapat jumlah sampel yang mengalami perubahan ada 10 responden, yang menurun sebanyak 4 responden (40 %), yang mengalami kenaikan 6 responden (60 %), dan sampel yang tetap sebanyak 20 responden. Dari hasil pengujian didapat nilai p-value = 0,754 ( > 0,05) artinya tidak terdapat kecenderungan yang signifikan
bahwa
persepsi
terhadap
interaksi
sosial
naik
atau
turun,
kecenderungan keduanya sama. Test Statistics b
Exact Sig. (2-tailed) a. Binomial distribution used b. Sign Test
Interaksi sosial sesudah relokasi – Interaksi sosial sebelum relokasi ,754a
4.2 Pembahasan 4.2.1
Potensi Kabupaten Indramayu Indramayu adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Pesisir Utara Jawa Barat.
Didirikan Oleh Raden Aria Wiralodra, putra Tumenggung Gagak Singalodra dari Bagelen Jawa Tengah, pada hari Jumat Kliwon, I Muharram, 934 H atau 1 Sura 1449 S,
95
yang menurut kalender masehi adalah tanggal 7 Oktober 1527, Titimangsa tersebut resmi ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Indramayu. Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki luas 204.011 ha dengan panjang pantai 114 km dan banyak ditumbuhi hutan mangrove. Indramayu dikenal sebagai "lumbung padi", mengingat 58,27 % dari luas wilayahnya merupakan areal persawahan, dikenal juga sebagai produsen ikan laut, karena dari seluruh produksi ikan laut Jawa Barat sepertiganya berasal dari Indramayu. Selain terkenal sebagai penghasil buah mangga yang merupakan trademark, Indramayu juga memiliki potensi wisata yang lengkap, baik wisata alam, wisata ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), wisata agro dan wisata rohani, serta potensi seni dan budaya yang beraneka ragam misalnya upacara adat ngarot, nadran, ngunjung, sintren, tarling, dan genjring akrobat. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya dilakukan melalui tiga fungsi utamanya, yaitu fungsi pelayanan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Ketiga fungsi ini akan berjalan dengan baik bila memenuhi berbagai syarat yang dijadikan input dalam proses fungsi Pemerintahan tersebut. Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang modern ditandai dengan komitmen yang disusun melalui pengkajian mendalam terhadap kondisi Indramayu dengan berbagai lingkungan strateginya, telah terlihat dari visi, misi dan program kerja jangka pendek pada kurun waktu 2005 - 2010. Berangkat dari permasalahan pokok yang dihadapi, dipadukan dengan aspirasi dan harapan yang berkembang di masyarakat, serta diperkuat oleh visi dalam membangun Indramayu pada tahun 2005-2010, yaitu : Terwujudnya Masyarakat Indramayu Yang Religius, Maju, Mandiri, dan Sejahtera. Sebagai langkah operasional yang telah ditetapkan, telah disusun misi yang diyakini dapat memecahkan permasalahan pokok yang dihadapi Kabupaten Indramayu, adalah : 1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia berbasis nilai agama dan budaya. 2) Meningkatkan kinerja pemerintahan daerah yang mandiri dan bebas KKN. 3) Pemantapan struktur perekonamian masyarakat dan pengembangan potensi daerah.
96
4) Pemerataan dalam peningkatan sarana dan prasarana wilayah serta prasarana dasar pemukiman. 5) Meningkatkan pendapatan asli daerah. 6) Menciptakan pelestarian lingkungan hidup. 7) Meningkatkan ketentraman dan ketertiban. Sebagai implementasi dan penjabaran dari misi, maka telah disusun program kerja pembangunan, yaitu : 1) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia berbasis nilai agama dan budaya. •
Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran dan nilai-nilai moral keagamaan.
•
Menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya syiar islam.
•
Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat.
•
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
•
Meningkatkan keterampilan, keahlian dan perlindungan tenaga kerja serta etos kerja masyarakat.
•
Meningkatkan budaya dan prestasi olahraga.
•
Meningkatkan aktivitas dan kreatifitas pemuda.
•
Menumbuhkan minat, bakat dan perhatian masyarakat terhadap seni budaya.
•
Meningkatkan kesadaran berpolitik masyarakat.
•
Memantapkan pelaksanaan pembangunan berbasis gender.
2) Meningkatkan kinerja pemerintah daerah yang mandiri dan bebas KKN •
Mengoptimalkan mekanisme perencanaan pembangunan daerah.
•
Mengoptimalkan koordinasi antar satuan kerja perangkat daerah.
•
Mengoptimalkan pemberantasan korupsi.
•
Menyiapkan produk hukum daerah dalam mengantisipasi perubahan peraturan perundang undangan nasional.
•
Menyiapkan produk hukum daerah dalam mengantisipasi perubahan peraturan perundang undangan nasional.
•
Meningkatkan koordinasi dengan aparat penegak hukum.
97
•
Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan personil perangkat daerah serta badan usaha milik daerah.
•
Menyederhanakan prosedur pelayanan publik / peningkatan pelayanan prima.
3) Pemantapan struktur perekonomian masyarakat dan pengembangan potensi daerah •
Meningkatkan produktifitas pertanian dalam arti luas berbasis lahan dan teknologi.
•
Memantapkan kinerja agrobisnis berbasis wilayah andalan dan komoditi unggulan.
•
Meningkatkan produksi kehutanan dan perkebunan yang berbasis ekologi.
•
Meningkatkan hasil produksi industri berbasis pertanian dan perikanan.
•
Meningkatkan produksi hasil pertambangan yang berbasis sosial dan pelestarian lingkungan hidup.
•
Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana perekonomian.
•
Menciptakan iklim yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya arus investasi.
•
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana clan prasarana obyek wisata.
•
Meningkatkan akses permodalan bagi usaha kecil dan menengah.
•
Mengembangkan sentra dan cluster pertumbuhan ekonomi berdasarkan potensi sumberdaya alam dan potensi lokal
•
Menciptakan kelancaran arus distribusi barang perekonomian dan pengamanan stabilitas harga pangan.
•
Membangun hubungan kemitraan antar pelaku ekonomi dalam daerah dan antar daerah.
4) Memerataan dalam peningkatan sarana dan prasarana wilayah serta prasarana dasar pemukiman. •
Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur sumberdaya air dan irigasi.
•
Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi darat dan perhubungan laut.
•
Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman.
98
•
Meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam penyediaan perumahan.
•
Meningkatkan cakupan jaringan distribusi listrik perdesaan dan energi alternatif. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan sosial budaya adalah
penguatan
desentralisasi
peningkatan
peran
masyarakat/swasta,
pemberdayaan
masyarakat/keluarga, penguatan kelembagaan antar sektor dan antar lembaga. Pembangunan sosial budaya di Kabupaten Indramayu meliputi peningkatan kesejahteraan sosial (kesehatan, peran serta masyarakat, keluarga berkualitas, pemberdayaan perempuan, gardu taskin dan ketahanan masyarakat) pelestarian kebudayaan masyarakat lokal dan pariwisata, kepemudaan dan olah raga, perluasan produktivitas tenaga kerja dan agama. Arah kebijaksanaan pembangunan sosial budaya di Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut : 1) Mewujudkan kehidupan yang lebih sehat, terutama kelompok masyarakat miskin dan anak terlanta 2) Memantapkan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. 3) Menciptakan iklim yang kondusif bagi generasi muda seperti mengaktualisasikan potensi, bakat, minat dan kebebasan mengorganisasikan dirinya sebagai wahana pendewasaan Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mutlak adanya potensi dan peluang investasi. Sebagai gambaran peluang dan investasi Kabupaten Indramayu sebagaimana dibawah ini. 1) Gambaran umum Kabupaten Indramayu dikenal dengan sebutan “Bumi Wiralodra” merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 204.011 hektar yang terdiri dari 118.513 hektar areal sawah, hutan 34.299 hektar, lahan industri 3.505 hektar, pemukiman 19.472 hektar, perkebunan 6.058 hektar, tambak/rawa/kolam 16.231 hektar, lain-lain 5.916 hektar. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu pada tahun 2005 tercatat 1.697.986 jiwa dengan komposisi laki-laki 865.682 jiwa dan perempuan 832.304 jiwa, adapun kepadatan
99
rata-rata 820 jiwa per kilometer persegi, dan tercata 99,7% masyarakatnya memeluk agama Islam, sisanya memeluk agama lain seperti Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Adapun tingkat laju pertumbuhannya tahun 2005 tercatat 4,27%. Tingkat
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Indramayu
menunjukkan
perkembangan yang signifikan, hal ini tentu dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Indramayu. Ada beberapa indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi, yaitu Produk Domestik Regional Bruto atas harga yang berlaku dan berdasarkan kelompok sektor. 2) Rencana pengembangan wilayah Dalam mewujudkan visi dan misi, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menetapkan skala prioritas pembangunan berdasarkan latar belakang dan keterkaitan masalah, serta tantangan pembangunan yang ada dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Skala prioritas yang dimaksud adalah sebagaimana tercantum dibawah ini
Mewujudkan pemerataan pembangunan dalam sistem sosial dan budaya demokratis.
Meningkatkan kualitas sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat.
Mewujudkan supremasi hokum.
Memberdayakan kapasitas kelembagaan masyarakat.
Membangun infrastruktur dasar dan mengembangkan ekonomi lokal berbasis pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan. Didasarkan pada prioritas pembangunan tersebut , mesin pertumbuhan Kabupaten
Indramayu disandarkan pada 6 bisnis inti yaitu Pengembangan Sumber Daya Manusia, Agrobisnis, Manufakturing , Minyak dan Gas Bumi, Jasa dan Pelayanan, Perikanan dan Kelautan. 3) Kawasan industri terbatas Balongan Adanya industri pengilangan Minyak Exor-1 seluas 1.000 Ha di kawasan industri terbatas Balongan merangsang perkembangan industri hilirnya (petrokimia). Aglomerasi ini terjadi karena kedekatan dengan bahan baku yang merupakan faktor penting dalam pernilihan lokasi industri untuk meminimalisasi biaya transportasi. Perkembangan
100
kegiatan industri di kawasan ini memberi efek bagi kegiatan lainnya seperti perdagangan dan jasa lainnya. 4) Zona industri Pemberlakuan Sistem Perdagangan global dunia, merupakan suatu tantangan dan sekaligus peluang bagi daerah Indramayu untuk dapat meningkatkan masuknya para calon investor dari berbagai negara. Sehubungan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menyiapkan suatu kebijakan yang komprehensif dalam rangka pengembangan Hi-tech Industry/ Manufaktur pada lokasi Zona Industri Indramayu yang sudah ditentukan, yaitu zona Industri Losarang, Kandanghaur dan Sukra seluas 5.000 ha. Secara geografis, berdekatan dengan Pelabuhan Eretan dan dilalui jalan regional pantura sehingga diharapkan dapat menampung investasi dan sektor swasta yang akan menanamkan modalnya di kawasan ini, terutama jenis-jenis industri yang memiliki kaitan erat dengan penggunaan fasilitas pelabuhan yang berorientasi ekspor. 5) Pelayanan prima Untuk mendukung kegiatan investasi pada zona industri yang telah disediakan, Pemerintah Kabupaten Indramayu telah menetapkan untuk memberikan Pelayanan Prima, khususnya dalam proses pelayanan perizinan sehingga para calon investor merasa puas. 4.2.2
Pengaruh relokasi terhadap tingkat kesejahteraan
1) Berdasarkan interpretasi pengaruh relokasi Relokasi merupakan hal yang paling sulit dari keseluruhan tugas yang menyangkut pemukiman kembali, karena membangun kembali kondisi kehidupan dan dalam beberapa kasus, pemukiman dan pola hidup seluruh masyarakat, dapat menjadi tugas paling menantang dan kompleks. Berdasarkan pada skala kebutuhan relokasi, perlu mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan relokasi yang tepat yang melibatkan semua yang terkait. Pemukim kembali dan kelompok penduduk setempat harus berpartisipasi dalam menentukan pilihan relokasi yang terbaik. Pada Gambar 24 disajikan jenis-jenis karakeristik yang paling dominan pada penduduk pemukiman relokasi (PPR) atau orang terkena dampak (OTD) dan penduduk 101
sekitar pemukiman relokasi (PSPR). Karakteristik masyarakat Desa Karang Song (PPR dan PSPR) menggambarkan komunitas masyarakat usia produktif, mayoritas sudah menikah, dominan pendidikan rendah, dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Ini kondisi awal untuk agar dapat melihat efektifnya relokasi nelayan dalam meningkatkan kesejahteraan. Gambar 25, menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan yang nyata dalam sosialisasi program relokasi di antara penduduk pemukiman relokasi (PPR atau OTD) dan penduduk sekitar pemukiman relokasi (PSPR), bahwa ternyata sekitar 50% dari penduduk sekitar pemukiman relokasi (PSPR) tidak mengetahui program relokasi dan tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang adanya program relokasi, serta lebih dari 80% penduduk tersebut tidak tahu alasan terjadinya relokasi nelayan dari Kali Adem ke Desa Karang Song tersebut. Namun hal sebaliknya terjadi pada penduduk pemukiman relokasi (PPR atau OTD), yaitu 95% dari penduduk tersebut telah mengetahui adanya program relokasi dengan informasi yang cukup jelas (70%) serta mengetahui alasannya (87%). Fakta ini menunjukkan bahwa telah terjadi ketimpangan informasi tentang program relokasi di antara penduduk pemukiman relokasi (PPR atau OTD) dan penduduk sekitar pemukiman relokasi (PSPR). Orang-orang yang terkena dampak (OTD) adalah mereka yang akan mengalami kerugian sebagai akibat adanya proyek relokasi, berupa seluruh atau sebagian kekayaan baik fisik maupun non-fisik, termasuk rumah, masyarakat, lahan produktif, sumberdaya seperti hutan, persawahan, lokasi penangkapan ikan, kawasan pusat budaya, barang komersial, barang sewaan, kesempatan memperoleh pendapatan, jaringan dan kegiatan sosial dan budaya. Sedikit-banyak ketimpangan informasi maupun bantuan yang diberikan pada OTD dan PSPR dapat berpotensi menyebabkan timbulnya perasaan resistensi pada penduduk sekitar (PSPR) Desa Karang Song terhadap kehadiran penduduk relokasi dari Desa Kali Adem serta berpotensi menghambat terjadinya proses pembauran antara penduduk pemukiman relokasi dan penduduk sekitar pemukiman relokasi. Hal ini terkait dengan keterbatasan sumberdaya alam, keterbatasan lapangan pekerjaan, kesamaan jenis pekerjaan (sebagai nelayan) antara penduduk lokal dan pendatang, tingkat kepadatan penduduk yang meninggi, keterbatasan fasilitas umum,
102
serta jumlah usia produktif (26-40 tahun) yang hampir sama pada penduduk pendatang dan lokal; dimana bila hal-hal ini tidak diantisipasi dan diatasi secara baik akan mampu menjadi bibit konflik horizontal di antara penduduk dan terjadi konflik sosial yang semakin tinggi, dimana hal ini pasti tidak diinginkan. Ketimpangan informasi tentang relokasi pada masyarakat OTD dari Kali Adem maupun masyarakat asli Desa Karang Song maupun sekitarnya menunjukkan tidak seluruh masyarakat yang seharusnya turut berpartisipasi dalam program ikut terlibat aktif. Seperti telah diketahui bahwa partisipasi masyarakat itu sangat penting dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Secara etis, pembangunan kelautan harus memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Secara sosiologis, keberhasilan pembangunan kelautan akan ditentukan oleh keterlibatan masyarakat dengan segenap sumberdayanya. Maka pendekatan yang digunakan untuk memahami fenomena permasalahan kenelayanan tidak bisa diseragamkan sehingga program relokasi pun jangan sampai disamakan dengan program transmigrasi petani (bedol desa atau hijrah). Dalam pendekatan sosiologi, masyarakat pesisir berbeda dengan masyarakat pertanian yang basisnya kegiatan di darat. Hal ini disebabkan sosiologi masyarakat pesisir ini direkonstruksi dari basis sumber daya (resources), sedangkan sosiologi pedesaaan berbasis pada society sehingga pendekatannya pun harus berbeda. Gambar 26 dan 27 merupakan perbandingan tingkat pendapatan antara penduduk yang berdomisili di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song dan penduduk yang berdomisili di sekitar Desa Karang Song. Terlihat pada Gambar 26 bahwa ternyata program relokasi masih belum memberikan dampak yang positif terhadap perbaikan tingkat pendapatan penduduk Desa Karang Song pasca relokasi. Hal ini terkait dengan meningkatnya penduduk Desa Karang Song yang memiliki tingkat pendapatan per bulan < Rp 500,000 hampir lima kali lipat dibandingkan dengan sebelum adanya program relokasi, serta terjadinya penurunan hampir enam kali lipat pada golongan penduduk dengan tingkat pendapatan per bulan Rp 500,000 – Rp 1,000,000,-. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi memiliki korelasi yang nyata terhadap tingkat pendapatan penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song (p<0.005)(Lampiran 3). Seperti terlihat pada Gambar 26, bahwa terjadinya relokasi penduduk dari Kali Adem ke Desa Karang Song, ternyata tidak
103
memberikan dampak yang berarti terhadap kenaikan tingkat pendapatan per bulan pada penduduk yang berdomisili di sekitar Desa Karang Song (Gambar 27).
Pengujian
statistik metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak memiliki korelasi dengan tingkat pendapatan penduduk sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3).
Hal ini menunjukkan bahwa ada-tidaknya program relokasi
penduduk di Desa Karang Song tidak banyak berpengaruh terhadap pola kehidupan penduduk sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song. Belum tumbuhnya kemampuan masyarakat OTD maupun masyarakat sekitar daerah pemukiman relokasi dalam mendapatkan tingkat pendapatan yang sama dengan kondisi pra-relokasi, diduga disebabkan oleh belum terbentuknya stabilitas sistem dan jaringan kerja masyarakat pendatang dan penerima di Desa Karang Song dan sekitarnya, pendeknya jangka waktu pelaksanaan program relokasi nelayan dengan pelaksanaan penelitian ini, keterbatasan sumberdaya perikanan serta keterbatasan lapangan pekerjaan di daerah relokasi. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial, dan kemiskinan. Hal ini harus segera dicarikan solusinya oleh pemerintah setempat bekerjasama dengan masyarakat dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga rasa apatisme dalam masyarakat tidak tumbuh.
Program-program pendampingan dan bimbingan dalam
peningkatan pendidikan informal harus dilakukan, dan disertai dengan penyiapan program-program pendampingan pendanaan serta pemasaran.
Program relokasi dan
pemukiman kembali harus melalui perencanaan dan pelaksanaan yang baik dalam melakukan kegiatan pemukiman kembali sehingga perlu memperhatikan hal-hal seperti: 1) Mempertimbangkan dan melaksanakan kegiatan pemukiman kembali sebagai program pembangunan yang menjadi bagian seluruh proyek, termasuk sektor swasta dan proyek yang dibiayai bersama dan kredit pada lembaga keuangan. 2) Melaksanakan survei dan sensus sosial ekonomi OTD pada awal persiapan proyek untuk mengidentifikasi kerugian pengadaan lahan dan mengidentifikasi seluruh OTD serta menghindarkan masuknya pihak lain atau spekulan. 3) Melibatkan seluruh stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan dan terkait) dalam proses konsultasi, khususnya semua OTD, termasuk kelompok rentan/rawan.
104
4) Mengganti, bagi OTD termasuk bagi orang yang tidak mempunyai hak legal atas lahan, untuk semua kerugian dengan nilai penggantian. 5) Apabila diperlukan relokasi rumah, penting untuk menyiapkan pilihan-pilihan relokasi dan mengadakan musyawarah dengan OTD dan masyarakat setempat dalam memulihkan kondisi taraf hidupnya. 6) Apabila orang kehilangan pendapatan dan mata pencaharian, perlu menyusun program pemulihan yang bertujuan meningkatkan, atau sekurang-kurangnya memulihkan potensi produktifitasnya. 7) Melakukan persiapan sosial bagi OTD apabila mereka ini kelompok rawan atau mengalami tekanan sosial akibat pemindahan. 8) Melibatkan ahli Pemukiman Kembali dan ahli Ilmu Sosial serta melibatkan OTD dalam perencanaaan, pelaksanaan dan pemantauan program relokasi dan pemukiman kembali (Asian Development Bank, 1999). Pada Gambar 28. terlihat bahwa sebelum adanya relokasi, pola konsumsi masyarakat Desa Karang Song sudah dicirikan oleh tingkat hidup yang cukup sejahtera terbukti dari tingginya pola konsumsi tingkat sedang dan tinggi dalam masyarakat. Namun setelah terjadi program relokasi (pasca relokasi), terjadi sedikit pergeseran pola konsumsi dalam masyarakat dimana terjadi peningkatan pola konsumsi pada taraf yang rendah dan penurunan tingkat konsumsi pada taraf yang sedang dalam masyarakat, walaupun tidak terjadi perubahan pada tingkat konsumsi tinggi. Hal ini mengindikasikan telah terjadi peningkatan pembatasan tingkat konsumsi oleh sebagian masyarakat, dimana hal ini dapat disebabkan oleh adanya keterbatasan sisi pendapatan keluarga, adanya pergeseran alokasi pengeluaran keluarga ke arah produkproduk tertentu saja (primer), terjadi penyesuaian keluarga terhadap kondisi lingkungan yang baru serta bidang pekerjaan yang belum memberikan rasa stabilitas, maupun karena penurunan tingkat konsumsi sebagai akibat adanya peningkatan jumlah anggota dalam masyarakat sehingga pengeluaran pun harus diperhitungkan secara lebih efisien. Tidak berubahnya pola konsumsi tingkat tinggi pada masa pra- dan pasca- program relokasi, diduga disebabkan oleh masih adanya pengaruh pola hidup lama pada penduduk yang dibawa dari Desa Kali Adem di Jakarta yang masih dipertahankan pada masa pasca relokasi ke Desa Karang Song.
Pengujian statistik dengan metode Chi-square
105
menunjukkan bahwa program relokasi tidak memberikan korelasi dengan tingkat konsumsi penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Tampak ada keterkaitan antara penurunan tingkat pendapatan keluarga dan penurunan konsumsi keluarga sebagai dampaknya. Adanya program relokasi nelayan dari Kali Adem ke Desa Karang Song ternyata tidak memberikan dampak yang berarti bagi tingkat konsumsi penduduk sekitar Desa Karang Song, sebagaimana terlihat pada Gambar 29. Terlihat bahwa pola konsumsi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar Desa Karang Song tidak mengalami perubahan pada masa pra- dan pasca-program relokasi nelayan. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak mempunyai korelasi dengan tingkat konsumsi penduduk sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Gambar 30 dan 31 merupakan perbandingan antara ketersediaan fasilitas kesehatan yang terdapat di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song dan di luar Desa Karang Song, sebagai pengaruh adanya program relokasi nelayan. Terlihat bahwa telah terjadi peningkatan kelengkapan ketersediaan fasilitas kesehatan di dalam maupun di luar daerah relokasi Desa Karang Song setelah terjadinya program relokasi nelayan. Desa Karang Song sendiri telah mempunyai kelengkapan fasilitas yang memadai pada masa sebelum ada program relokasi, sehingga perbaikan fasilitas kesehatan pasca relokasi hanya merupakan penyempurnaan dari kondisi yang telah ada sebelumnya (Gambar 30). Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak mempunyai korelasi dengan fasilitas kesehatan di tempat pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Di sisi lain, telah dilakukan perbaikan yang nyata pada kelengkapan fasilitas kesehatan di daerah-daerah sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song (Gambar 31), dimana hal ini dirasakan sebagai dampak positif dari program relokasi di Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan fasilitas kesehatan di daerah sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan adanya perhatian yang positif dan besar pada pihak pemerintah daerah (tingkat desa, kecamatan, kabupaten, maupun provinsi) dalam rangka mempersiapkan fasilitas penunjang yang memadai di bidang kesehatan masyarakat guna mendukung keberhasilan program relokasi nelayan tersebut.
106
Pada Gambar 32. terlihat bahwa ada perbedaan pada tingkat kesehatan penduduk sebelum dan sesudah adanya program relokasi nelayan. Hal ini tampaknya lebih terkait dengan pola hidup kurang sehat yang ada dalam masyarakat Desa Karang Song, dimana tingkat kesehatan sangat rendah pada penduduk Desa Karang Song sebelum adanya program relokasi, diindikasikan oleh tingginya intensitas berobat (>5x) dalam sebulan walaupun kondisi fasilitas kesehatan di Desa Karang Song sudah baik (Gambar 30). Namun intensitas berobat pada taraf >5 kali tersebut mengalami penurunan lebih dari 50% pasca terjadinya program relokasi. Namun demikian, pengujian statistik dengan metode Chi-square memberikan hasil bahwa program relokasi tidak berpengaruh dengan intensitas berobat penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Hal ini mengindikasikan bahwa program relokasi telah memberikan dampak positif terhadap tingkat kesehatan penduduk yang dicirikan dengan semakin menurunnya intensitas berobat penduduk ke pusat-pusat perawatan kesehatan. Kondisi kesehatan yang lebih baik pasca relokasi juga dialami oleh penduduk yang tinggal di daerah sekitar Desa Karang Song (Gambar 33), dicirikan oleh menurunnya intensitas berobat penduduk pada taraf 2-5x sebulan serta tetap rendahnya intensitas berobat pada taraf >5x sebulan. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan intensitas berobat penduduk sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Dari Gambar 34, terlihat bahwa penduduk Desa Karang Song pasca relokasi masih merasakan kurangnya ketersediaan fasilitas kegiatan perikanan yang terdapat di Desa Karang Song, terbukti masih banyak responden yang mengeluhkan fasilitas kegiatan perikanan (kurang memadai dan tidak tersedia) pada masa pasca relokasi nelayan, walaupun dalam jumlah responden yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan masih adanya ketidakpuasan pada penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song terhadap perbaikan fasilitas kegiatan perikanan yang telah dilakukan oleh pemerintah, walaupun pemerintah telah berupaya melakukan perbaikan fasilitas kegiatan perikanan di Desa Karang Song. Hal ini diperkuat oleh hasil pengujian statistik dengan metode Chisquare yang menunjukkan bahwa program relokasi tidak menunjukkan korelasi dengan fasilitas kegiatan perikanan di pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3).
107
Hal sebaliknya justru terjadi pada daerah sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song, dimana telah terjadi perbaikan fasilitas kegiatan perikanan dan hal ini membuat masyarakat sangat puas, seperti terlihat pada Gambar 35. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi telah menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan fasilitas kegiatan perikanan di daerah-daerah sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Ini merupakan suatu hal yang positif, namun kekurang-puasan yang dirasakan oleh penduduk di daerah relokasi Karang Song hendaknya dapat diperhatikan oleh seluruh pihak terkait, karena akan berdampak pada keberhasilan program relokasi nelayan itu sendiri apabila pola relokasi ini akan juga diterapkan secara luas di daerah-daerah yang lain. Hal ini untuk mencegah terjadinya arus kembali nelayan pasca relokasi ke daerah asal maupun untuk mengantisipasi terjadinya tindakan kerusakan terhadap lingkungan. Selanjutnya program sosialisasi kegiatan penangkapan ikan dengan penggunaan alat tangkap yang baik dan benar, program pendampingannya, program diversifikasi usaha perikanan dan prospeknya harus pula diberikan terhadap penduduk Desa Karang Song. Gambar 36 menunjukkan bahwa kondisi pasca relokasi sampai saat penelitian ini dilakukan, belum mampu memberikan perbaikan serta perluasan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk di pemukiman relokasi Desa Karang Song, khususnya bagi nelayan dari Kali Adem. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah responden yang merasakan kesulitan mendapatkan pekerjaan pasca relokasi serta menurunnya kemudahan akses memperoleh pekerjaan. Berkaitan dengan masih dirasakan kurang memadainya ketersediaan fasilitas kegiatan perikanan di Desa Karang Song (Gambar 33), yang berdampak langsung terhadap meningkatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan (Gambar 36) serta masih tingginya tingkat pendapatan per bulan pada taraf < Rp 500,000,(Gambar 26), maka masih dirasakan perlu program-program lanjutan dan pendampingan yang lebih intensif bagi perbaikan roda perekonomian maupun tingkat hidup masyarakat dari Kali Adem di Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi berkorelasi secara nyata (p<0.005) dengan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3).
108
Penduduk yang bermukim di daerah-daerah sekitar Desa Karang Song tidak mengalami perubahan yang berarti terhadap akses kemudahan mencari pekerjaan, berkaitan dengan adanya program relokasi di Desa Karang Song, seperti terlihat pada Gambar 37, walaupun fasilitas kegiatan perikanan telah dilengkapi (Gambar 35). Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan ketersediaan lapangan kerja terhadap penduduk di sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Gambar 38 dan 39 merupakan perbandingan kondisi fasilitas pendidikan yang terdapat di daerah relokasi Desa Karang Song maupun di luar daerah relokasi Desa Karang Song. Terlihat pada Gambar 38 bahwa fasilitas pendidikan telah tersedia dengan baik di Desa Karang Song pada masa sebelum adanya program relokasi, dan telah terjadi perbaikan fasilitas pendidikan, baik di Desa Karang Song itu sendiri maupun di daerah sekitar Desa Karang Song khususnya setelah terjadi program relokasi nelayan dari Kali Adem. Pengujian statistik dengan metode Chi-square pun menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan fasilitas pendidikan untuk Desa Karang Song (Lampiran 3). Namun seperti terlihat pada Gambar 39, bahwa perbaikan fasilitas pendidikan yang dilakukan di daerah sekitar Desa Karang Song sangat nyata (hampir empat kali lipat), sehingga ketersediaan dan kelengkapan fasilitas pendidikan dirasakan sangat memadai oleh penduduk sekitar Desa Karang Song sebagai dampak positif dari adanya program relokasi. Pengujian statistik dengan metode Chi-square pun menunjukkan bahwa program relokasi nelayan memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan ketersediaan fasilitas pendidikan di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Gambar 40 dan 41 merupakan perbandingan profil pendidikan hingga taraf SLTP pada penduduk yang bermukim di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song maupun di sekitar Desa Karang Song. Terlihat bahwa ketersediaan fasilitas pendidikan di dua tempat penelitian tersebut (Gambar 38 dan 39) belum memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan taraf pendidikan masyarakat di Desa Karang Song maupun di luar Desa Karang Song, terbukti dengan masih dominannya kelompok penduduk yang memiliki pendidikan tingkat SLTP (<30%) di ke dua tempat penelitian tersebut. Baiknya ketersediaan fasilitas pendidikan di Desa Karang Song sebelum program relokasi pun,
109
ternyata tidak mampu mendorong penduduk usia sekolah untuk memanfaatkannya bagi peningkatan kualitas pendidikannya. Bahkan terjadi peningkatan jumlah responden di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song pasca relokasi, mengindikasikan bahwa nelayan pendatang dari Kali Adem berpendidikan lebih rendah dari SLTP sehingga meningkatkan jumlah penduduk berpendidikan di bawah SLTP di Desa Karang Song (Gambar 40). Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan tingkat pendidikan SLTP penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3).
Perbaikan fasilitas pendidikan di daerah sekitar Desa Karang Song
(Gambar 39), juga ternyata tidak berkorelasi terhadap perbaikan tingkat pendidikan hingga SLTP pada penduduk di daerah sekitar Desa Karang Song (Gambar 41). Pengujian statistik dengan metode Chi-square juga menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan perbaikan tingkat pendidikan hingga SLTP penduduk di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Hal ini harus diperhatikan oleh seluruh pihak terkait di jajaran pemerintah daerah maupun praktisi pendidikan, bahwa perbaikan fasilitas pendidikan di wilayah pesisir harus disertai dengan upaya-upaya meningkatkan motivasi belajar dan pentingnya pendidikan bagi perbaikan kualitas hidup pada penduduknya, khususnya pada kelompok masyarakat usia sekolah. Bahkan program wajib belajar 9 tahun hendaknya dapat diberlakukan pada masyarakat pesisir, sebagai salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan di daerah pesisir melalui jalur pendidikan. Pada Gambar 42 dan 43 terlihat bahwa sarana transportasi di daerah pemukiman relokasi desa Karang Song dan di luar Desa Karang Song sudah memadai pada masa sebelum maupun sesudah adanya program relokasi nelayan dari Kali Adem, walaupun terjadi perbaikan di Desa Karang Song sendiri. Dapat dikatakan bahwa adanya program relokasi tidak berpengaruh terhadap ketersediaan sarana transportasi di dua daerah tersebut. Pengujian statistik dengan metode Chi-square pun membuktikan bahwa relokasi tidak berkorelasi dengan ketersediaan sarana transportasi di Desa Karang Song (Lampiran 3) maupun di daerah luar Desa Karang Song (Lampiran 3). Namun tampaknya ketersediaan sarana transportasi yang membaik di Desa Karang Song (Gambar 42) belum disertai oleh perbaikan kemudahan transportasi di
110
daerah tersebut, sehingga justru tingkat kesulitan mendapatkan sarana transportasi makin meningkat (Gambar 44).
Walaupun pengujian statistik dengan metode Chi-square
menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan kemudahan transportasi di Desa Karang Song (Lampiran 3). Hal yang sebaliknya terjadi di daerah-daerah di sekitar Desa Karang Song (Gambar 45), dimana program relokasi nelayan di Desa Karang Song tidak menimbulkan dampak apa pun bagi kemudahan transportasi di daerah luar Desa Karang Song. Hal ini diperkuat oleh hasil pengujian statistik dengan metode Chi-square yang menunjukkan bahwa relokasi penduduk di Desa Karang Song tidak berkorelasi dengan kemudahan transportasi di daerah sekitar desa Karang Song (Lampiran 3). Program relokasi nelayan dari Kali Adem telah memberi dampak positif terhadap perbaikan fasilitas tempat tinggal di Desa Karang Song sendiri (Gambar 46) maupun di daerah-daerah sekitar Desa Karang Song (Gambar 47). Tampak pada Gambar 46, bahwa pada saat sebelum relokasi, ketersediaan fasilitas tempat tinggal di Desa Karang Song lebih buruk daripada fasilitas tempat tinggal di daerah sekitar Desa Karang Song (Gambar 47). Namun kegiatan perbaikan fasilitas tempat tinggal telah dilakukan secara nyata di Desa Karang Song walaupun tidak nyata di daerah sekitar Desa Karang Song. Hal ini diperkuat pula oleh hasil pengujian statistik dengan metode Chi-square bahwa program relokasi memberikan korelasi secara nyata (p<0.005) terhadap ketersediaan fasilitas tempat tinggal penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3), namun program relokasi tidak berkorelasi dengan ketersediaan fasilitas tempat tinggal penduduk di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Hal ini berkaitan erat dengan adanya perbaikan tingkat kesehatan masyarakat di ke dua daerah tersebut setelah adanya program relokasi, terindikasi dengan semakin berkurangnya intensitas kunjungan ke pusat-pusat perawatan kesehatan di ke dua daerah tersebut, sebagaimana telah dibahas sebelumnya (Gambar 32 dan 33). Adanya program relokasi juga telah secara nyata meningkatkan kualitas kondisi tempat tinggal penduduk di Desa Karang Song (Gambar 48) dengan adanya berbagai program bantuan dari pemerintah daerah, namun tidak berpengaruh terhadap kondisi tempat tinggal di daerah sekitar Desa Karang Song (Gambar 49). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan pnduduk di daerah sekitar Desa Karang Song telah lebih
111
tinggi daripada penduduk di Desa Karang Song, serta tidak terlalu dipengaruhi oleh adanya program relokasi di Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chisquare juga menunjukkan bahwa program relokasi menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan kondisi tempat tinggal pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3), namun program relokasi tidak berkorelasi dengan perbaikan kondisi tempat tinggal penduduk di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Adanya program relokasi telah secara nyata memperbaiki ketersediaan fasilitas peribadatan di Desa Karang Song maupun di daerah-daerah sekitar Desa Karang Song (Gambar 50 dan 51), sehingga diharapkan hal ini akan dapat mendukung terciptanya tatanan masyarakat yang lebih agamis dan bermoral di pesisir. Pengujian statistik dengan metode Chi-square menunjukkan bahwa relokasi telah memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan ketersediaan fasilitas peribadatan di pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3), namun tidak berkorelasi dengan ketersediaan fasilitas peribadatan di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Namun tampaknya perbaikan fasilitas keagamaan di Desa Karang Song (Gambar 50) belum berkorelasi positif dengan adanya peningkatan kegiatan keagamaan tiap bulan di Desa tersebut (Gambar 52), sehingga perlu dilakukan upaya-upaya pendampingan keagamaan bagi masyarakat Desa Karang Song.
Justru terlihat bahwa kegiatan
keagamaan di Desa Karang Song makin berkurang setelah adanya perbaikan fasilitas peribadatan. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa relokasi memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan frekwensi kegiatan keagamaan di pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Hal sebaliknya terjadi di daerah sekitar Desa Karang Song, dimana perbaikan fasilitas keagamaan telah berdampak positif terhadap perbaikan kegiatan keagamaan di daerah-daerah tersebut (Gambar 53). Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa relokasi tidak berkorelasi dengan frekuensi kegiatan keagamaan di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Keberadaan pos keamanan juga secara nyata ditingkatkan di Desa Karang Song setelah adanya program relokasi nelayan, sehingga diharapkan faktor keamanan masyarakat menjadi lebih terjamin dengan adanya penambahan fasilitas keamanan tersebut dengan disertai oleh partisipasi aktif masyarakat dalam siskamling (Gambar 54).
112
Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa program relokasi telah menunjukkan korelasi yang nyata (p<0.005) terhadap perbaikan fasilitas pos keamanan di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Perbaikan jumlah pos keamanan juga terjadi di daerah-daerah sekitar Desa Karang Song, dimana hal ini diharapkan juga akan dapat mendukung terciptanya suasana kondusif di daerah-daerah sekitar relokasi (Gambar 55), walaupun pengujian secara statistik menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan perbaikan fasilitas pos keamanan di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Seperti terlihat pada Gambar 56, bahwa telah terjadi kejadian kerusakan lingkungan/pencemaran yang cukup parah di Desa Karang Song sebelum adanya program relokasi nelayan dari Kali Adem, terbukti dari hampir seluruh responden menyetujui adanya kejadian kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia. Adanya program relokasi telah secara nyata mengubah perilaku masyarakat di pemukiman relokasi Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi-square memberikan hasil bahwa relokasi berkorelasi nyata (p<0.005) dengan penurunan kejadian pencemaran atau kerusakan lingkungan di pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Adanya program sosialisasi yang intensif serta pendampingan pada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan serta bahaya merusak lingkungan secara berlebihan tampaknya dapat dipahami oleh masyarakat sehingga mampu mengubah sikap hidup masyarakat Desa Karang Song terhadap lingkungan. Sedangkan di daerah sekitar Desa Karang Song, seperti terlihat pada Gambar 57, bahwa peristiwa kerusakan lingkungan/pencemaran oleh perbuatan manusia ternyata tetap saja terjadi pada masa sebelum dan sesudah program relokasi di Desa Karang Song. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan kejadian kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Program sosialisasi dan pendampingan pada masyarakat tentang bahaya yang timbul sebagai akibat dari kejadian kerusakan lingkungan/pencemaran harus lebih diintensifkan dan diperkenalkan secara dini pada generasi muda usia sekolah melalui sinergisitas program-program pembangunan dari pemerintah pusat maupun daerah serta pelibatan anggota-anggota masyarakat secara aktif.
113
Gambar 58 dan 59 menunjukkan kondisi teknologi penangkapan ikan di Desa Karang Song dan daerah sekitar Desa Karang Song, sebelum dan sesudah program relokasi nelayan dari Kali Adem. Kondisi sarana penangkapan ikan di Desa Karang Song maupun daerah sekitar lainnya didominasi oleh sarana-sarana (kapal penangkap ikan dan alat tangkap) yang tradisional. Terlihat bahwa program relokasi tidak banyak mengubah pola teknologi penangkapan ikan di ke dua tempat penelitian ini. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa program relokasi tidak berkorelasi dengan kondisi teknologi penangkapan ikan di pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3) maupun di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Pada Gambar 60 terlihat bahwa kondisi teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM di Desa Karang Song sebelum ada program relokasi, cukup memadai walaupun belum secara merata karena masih banyak pengolah yang belum memiliki sarana pengolahan yang memadai. Namun program relokasi telah memiliki program untuk memperbaiki sarana pengolahan ikan skala RT/UMKM, walau tampaknya masih perlu ditingkatkan lagi di masa mendatang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini diperlukan untuk mendukung perluasan lapangan kerja di pemukiman relokasi Desa Karang Song serta untuk mengembangkan skala usaha pengolahan hasil perikanan sebagai salah satu bentuk diversifikasi usaha perikanan selain usaha penangkapan ikan. Pengujian statistik dengan metode Chi square menunjukkan bahwa relokasi memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan kondisi teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM di pemukiman relokasi Desa Karang Song. Gambar 61 menunjukkan kondisi teknologi pengolahan ikan di daerah sekitar Desa Karang Song, dimana kondisi sarana pengolahan ikan sebelum adanya program relokasi sangat memprihatinkan. Usaha perbaikan teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM secara nyata juga telah dilakukan untuk para pengolah ikan di daerah sekitar Desa Karang Song setelah adanya program relokasi, sehingga ini merupakan dampak positif bagi daerah sekitar Desa Karang Song untuk memperkecil terjadinya kecemburuan dan konflik sosial di antara Desa Karang Song dan sekitarnya. Pengujian statistik metode dengan Chi square menunjukkan bahwa program relokasi memberikan korelasi yang nyata (p<0.005) dengan perbaikan kondisi teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM di daerah sekitar Desa Karang Song.
Agar usaha pengolahan ikan juga mengalami pengembangan dan
114
perluasan usaha, maka program pembinaan dan pendampingan terhadap para pengolah ikan harus tetap dilakukan selama dibutuhkan oleh masyarakat setempat;
sehingga
program perbaikan sarana teknologi pengolahan yang telah diberikan pada masa relokasi tersebut tidak sia-sia. Gambar 62 dan Gambar 63 memperlihatkan kondisi pergaulan muda-mudi di Desa Karang Song maupun di daerah sekitar Desa Karang Song, baik pada masa sebelum dan setelah adanya program relokasi nelayan dari Kali Adem. Terlihat pada Gambar 50, bahwa program relokasi yang disertai dengan perbaikan fasilitas peribadatan serta perbaikan frekwensi kegiatan keagamaan telah mampu memperbaiki sikap hidup dan pola pergaulan muda-mudi di pemukiman relokasi Desa Karang Song menjadi lebih baik. Pengujian statistik dengan metode Chi square memberikan hasil bahwa adanya program relokasi berkorelasi nyata (p<0.001) dengan perbaikan kondisi pergaulan muda-mudi di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song (Lampiran 3). Kondisi pergaulan mudamudi yang terdapat di daerah sekitar Desa Karang Song, pada masa sebelum dan sesudah relokasi tidak menunjukkan perubahan yang berarti dan tetap menunjukkan kondisi yang baik (Gambar 63). Pengujian statistik dengan metode Chi square memberikan hasil bahwa relokasi tidak berkorelasi dengan perbaikan kondisi pergaulan muda-mudi di daerah sekitar Desa Karang Song (Lampiran 3). Kondisi yang sudah baik ini hendaknya tetap dapat dipantau dan dibina secara terus-menerus melalui program pendampingan dan pelibatan peran para pemuka agama di daerah.
2) Berdasarkan pembobotan Pembobotan nilai bertujuan untuk melihat rentang yang lebih lebar dari perbedaan atau pengaruh sebelum dan sesudah relokasi, baik yang terjadi pada penduduk pemukiman ataupun di sekitar pemukiman. Demikian pula, untuk memberikan nilai kepercayaan atas pembobotan tersebut, divalidasi dengan menggunakan metoda statistik uji tanda. Hasil dari pembobotan/skoring dan dikelompokan menurut tingkat pendapatan dan konsumsi, pendidikan, kesehatan, fasilitas fisik, dan interaksi sosial sesuai dengan
115
indikator kesejahteraan. Dengan uji tanda yang merupakan uji statistik, maka didapatkan interpretasi dan pembahasan serta kesimpulan gabungan sebagai berikut. Pembobotan didasarkan pada nilai tinggi (6), sedang (4) dan rendah (2), yang dagabungkan menurut kelompok pertanyaan sejenis yang dibagi dalam 5 bidang kelompok seperti tersebut diatas. Adapun untuk lebih memudahkan pembacaan, penyajian di tampilkan dalam bentuk grafis, sebagaimana data tabel terdapat dalam Lampiran 2.
TINGKAT PENDAPATAN DAN KONSUMSI 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 PPR - SR
PPR - SDR PSPR - SR PSPR - SDR
Gambar 64 Tingkat pendapatan dan konsumsi penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi). Keterangan : PPR-SR
= Pddk Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PPR-SDR
= Pddk Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
PSPR-SR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PSPR-SDR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
Pada Gambar 64, terlihat bahwa pendapatan bulanan penduduk Karang Song setelah relokasi lebih rendah daripada sebelum relokasi dari skor 3,73 (sedang) menjadi 2,33 (rendah). Diduga hal ini terjadi karena penduduk Karang Song yang baru saja direlokasi tersebut (dari Kali Adem di Jakarta ke Desa Karang Song di Indramayu pada tahun 2004) belum mendapatkan stabilitas dalam berusaha di Desa Karang Song dan masih dalam proses adaptasi di tempat baru tersebut (pada saat dilakukan riset ini pada tahun 2005).
116
Sementara itu, tingkat pendapatan penduduk di sekitar Desa Karang Song pada saat sebelum dan sesudah program relokasi tidak mengalami perubahan.
Hal ini
menunjukkan bahwa program relokasi di Desa Karang Song tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat pendapatan masyarakat di desa sekitarnya. Namun demikian, bila dilihat indikator konsumsi keluarga pada penduduk di desa Karang Song maupun di luar desa Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi) ternyata tidak banyak mengalami perubahan, yaitu berkisar antara 3,93-4,53 (Rp 500,000 – Rp 1,000,000).
Hal ini
menunjukkan bahwa pada dasarnya pola konsumsi penduduk pesisir Karang Song dan sekitarnya mempunyai kesamaan, yang disebabkan oleh kesamaan sumberdaya alam, ketersediaan barang-barang konsumsi maupun harga ekonominya, serta sikap hidup masyarakat yang memiliki akar budaya yang sama sehingga membentuk pola pikir yang mendekati sama. Pada indikator kemudahan pekerjaan, terlihat bahwa terjadi penurunan skor pada penduduk Karang Song sebagai akibat dari relokasi, yaitu dari 5,73 (tinggi) menjadi 3,73 (sedang); namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada penduduk di sekitar Desa Karang Song (skor 3,53 (sedang) – 3,93 (sedang)).
Penurunan skor pada indikator
kemudahan pekerjaan untuk penduduk Desa Karang Song (sebelum dan seudah relokasi), diduga disebabkan oleh kemudahan mendapatkan pekerjaan yang sangat beragam di daerah Jakarta pada penduduk Desa Kali Adem sebelum direlokasi ke Desa Karang Song. Namun lapangan pekerjaan yang terdapat di Desa Karang Song sangat terbatas, disebabkan lebih kecilnya area wilayah Desa Karang Song dan lebih homogennya lapangan kerja yang tersedia di daerah tersebut, yaitu di sektor penangkapan ikan saja. Gambar 65, menunjukkan bahwa kondisi kesehatan penduduk di Desa Karang Song dan di sekitar Desa Karang Song setelah adanya program relokasi menunjukkan perbaikan (walau tidak secara nyata) dibandingkan dengan kondisi kesehatan penduduk di Desa Karang Song dan sekitar Karang Song sebelum adanya program relokasi. Hal ini disebabkan adanya perbaikan fasilitas kesehatan yang mengiringi program relokasi tersebut, di samping adanya perbaikan fasilitas tempat tinggal maupun perbaikan kondisi tempat tinggal penduduk.
117
TINGKAT KESEHATAN 6.00 4.00 2.00 0.00 PPR - SR
PPR - SDR PSPR - SR PSPR - SDR
Gambar 65 Kondisi kesehatan penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi). Keterangan : PPR-SR
= Pddk Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PPR-SDR
= Pddk Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
PSPR-SR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PSPR-SDR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
Pada Gambar 66, terlihat bahwa jumlah anggota keluarga yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat SLTP, baik untuk penduduk di Desa Karang Song maupun di luar Desa Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi) ternyata tidak banyak menunjukkan perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan fasilitas pendidikan dan kemudahan fasilitas transportasi belum secara pasti akan mendorong keinginan penduduk untuk terus meningkatkan kualitas dirinya melalui jalur pendidikan; namun diperlukan pendampingan untuk melakukan penguatan terus-menerus serta membangkitkan motivasi pada penduduk untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP dan menerapkan sistem belajar 9 tahun untuk putra-putri mereka, karena pendidikan merupakan aset keluarga bagi perbaikan tingkat kehidupan di masa mendatang. Untuk ini, diperlukan juga peran aktif pemerintah serta elemen masyarakat lainnya untuk terus mendorong masyarakat agar memperhatikan arti penting sektor pendidikan, serta pemberian program insentif khusus bagi masyarakat pesisir yang berkeinginan melanjutkan pendidikan.
118
TINGKAT PENDIDIKAN
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 PPR - SR
PPR - SDR
PSPR - SR PSPR - SDR
Gambar 66 Kondisi pendidikan penduduk pemukiman relokasi dan sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi). Keterangan : PPR-SR
= Pddk Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PPR-SDR
= Pddk Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
PSPR-SR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PSPR-SDR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
Pasca relokasi, juga terjadi perbaikan teknologi penangkapan ikan maupun teknologi pengolahan ikan skala RT/UMKM. Terlihat bahwa peningkatan skor pada indikator teknologi pengolahan ikan cukup tinggi, sehingga diharapkan dilakukan program-program penguatan teknologi pengolahan ikan serta wawasan pemasarannya, sehingga akan dapat merupakan suatu bentuk diversifikasi usaha masyarakat serta mampu pula memperluas peluang penciptaan lapangan pekerjaan maupun perbaikan pendapatan keluarga dan masyarakat. Gambar 67 menunjukkan pengaruh relokasi terhadap lingkungan fisik di Desa Karang Song dan di sekitar desa Karang Song. Walaupun tidak secara nyata, namun dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa secara umum telah terjadi perbaikan dari seluruh indikator fisik yang ada di Desa Karang Song maupun di sekitar Desa Karang Song setelah terjadinya program relokasi, seperti fasilitas kesehatan, kegiatan perikanan, pendidikan, fasilitas dan kondisi tempat tinggal, tempat peribadatan masyarakat, maupun keberdaan pos-pos keamanan.
119
LINGKUNGAN FISIK
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 PPR - SR
PPR - SDR PSPR - SR PSPR - SDR
Gambar 67 Kondisi lingkungan fisik penduduk pemukiman relokasi dan di sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi) Keterangan : PPR-SR
= Pddk Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PPR-SDR
= Pddk Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
PSPR-SR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PSPR-SDR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah setempat memang telah dengan sungguh-sungguh mempersiapkan Desa Karang Song sebagai tempat relokasi bagi nelayan dari Kali Adem, serta turut memperbaiki infrastruktur yang terdapat di daerah sekitar Desa Karang Song.
Hal ini dapat dijadikan modal awal bagi kebangkitan
sekaligus kemajuan bagi usaha nelayan di desa Karang Song, mengingat dukungan yang diberikan oleh pemerintah sangat besar terhadap mereka. Gambar 68. menunjukkan pengaruh relokasi terhadap indikator interaksi sosial penduduk di Desa Karang Song maupun di daerah sekitar Desa Karang Song. Terlihat bahwa kegiatan keagamaan pasca relokasi di Desa Karang Song mengalami penurunan, walaupun perbaikan pergaulan muda-mudi di desa tersebut mengalami peningkatan. Diperlukan penguatan yang intensif pada penduduk Desa Karang Song di bidang keagamaan sambil terus membina perbaikan model pergaulan muda-mudi di desa tersebut melalui peningkatan intensitas kegiatan-kegiatan keagamaan.
120
INTERAKSI SOSIAL
5.80 5.60 5.40 5.20 5.00 4.80 4.60 PPR - SR
PPR - SDR
PSPR - SR
PSPR - SDR
Gambar 68 Interaksi sosial penduduk pemukiman relokasi dan sekitar pemukiman Karang Song (sebelum dan sesudah relokasi) Keterangan : PPR-SR
= Pddk Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PPR-SDR
= Pddk Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
PSPR-SR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Sebelum Relokasi
PSPR-SDR
= Pddk Sekitar Pemukiman Relokasi Setelah Relokasi
121
5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Program relokasi nelayan asal Kali Adem ke Desa Karang Song ternyata belum mampu memperbaiki tingkat kesejahteraan bila dilihat dari pendapatan maupun konsumsi keluarga. Selain itu juga belum mampu memberi kemudahan mendapatkan lapangan pekerjaan khususnya untuk masyarakat di pemukiman relokasi Desa Karang Song maupun masyarakat di sekitar Desa Karang Song dibandingkan dengan kondisi mereka sebelum direlokasi. 2) Masyarakat di pemukiman relokasi Desa Karang Song memperoleh fasilitas tempat tinggal, kondisi rumah tinggal, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas keamanan, maupun fasilitas peribadatan yang lebih baik pada pasca program relokasi nelayan, sehingga diharapkan tingkat kesejahteraannya menjadi lebih baik dengan adanya program relokasi ini. 3) Ketersediaan teknologi penangkapan ikan di daerah pemukiman Desa Karang Song maupun daerah sekitarnya belum mengalami perubahan dengan adanya program relokasi nelayan ini, serta masih didominasi oleh teknologi penangkapan ikan sederhana dan skala kecil. 4) Ketersediaan teknologi pengolahan ikan di daerah pemukiman relokasi Desa Karang Song maupun daerah sekitarnya pada masa pasca relokasi, mengalami perbaikan yang nyata sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif diversifikasi usaha perikanan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan menciptakan lapangan kerja 5) Program bimbingan tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar yang dilakukan mengiringi program relokasi nelayan, telah dapat memperbaiki pola kebiasaan masyarakat di pemukiman daerah relokasi Desa Karang Song untuk lebih menghargai lingkungannya
122
6) Program relokasi telah memberikan dampak positif terhadap kondisi kehidupan spiritual penduduk pemukiman relokasi Desa Karang Song, dimana perbaikan fasilitas peribadatan telah berkorelasi posistif terhadap peningkatan frekuensi kegiatan keagamaan masyarakat dan perbaikan pola pergaulan kelompok mudamudinya. 7) Masih rendahnya motivasi dan keinginan masyarakat di pemukiman relokasi Karangsong maupun sekitar Desa Karangsong untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP, walaupun telah dilakukan perbaikan pada fasilitas-fasilitas pendidikan. 8) Mayoritas nelayan Kali Adem yang direlokasi ke Desa Karang Song adalah masyarakat yang berasal dari Indramayu, sehingga proses asimilasi sosial dan budaya berlangsung secara baik. Homogennya budaya sangat mempengaruhi terhadap harmonisasi dan interaksi sosial antara masyarakat pendatang dan masyarakat setempat. 9) Adanya program relokasi di Desa Karang Song telah memberikan dampak positif terhadap kondisi kehidupan penduduk di sekitar pemukiman relokasi Desa Karang Song, terlihat dari indikator-indikator fasilitas kesehatan, fasilitas kegiatan perikanan, fasilitas pendidikan, teknologi pengolahan ikan. Namun demikian, belum memberikan dampak kesejahteraan secara signifikan, terlihat dari menurunnya tingkat pendapatan dan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan.
5.2 Saran Adapun harapan-harapan penulis akan manfaat penelitian ini dituangkan dalam sara-saran sebagaimana di bawah ini. 1) Pada program relokasi nelayan, perlu diperhatikan pola sosial-budaya dan tipikal lokasi sebelum dan sesudah relokasi sehingga nelayan yang dipindahkan tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam melakukan adaptasi di lokasi pemukiman relokasi yang dapat berakibat pada terjadinya penurunan pendapatan keluarga maupun kesulitan mencari lapangan pekerjaan.
123
2) Sebelum dan sesudah dilakukan program relokasi, perlu dilakukan program-program pembekalan
serta
pendampingannya
berupa
paket-paket
pendidikan/latihan
diversifikasi usaha-usaha perikanan berupa teknologi pengolahan ikan secara tepat guna serta strategi sederhana pemasarannya kepada penduduk nelayan yang akan dipindahkan, sehingga di tempat pemukiman relokasi mereka tetap akan mandiri dan mampu menciptakan sendiri lapangan pekerjaan. 3) Usaha-usaha perbaikan fasilitas umum dalam masyarakat seperti: fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan hendaknya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pada saat-saat adanya program relokasi penduduk saja sehingga terkesan bersifat politis dimana hal ini akan dapat menimbulkan dampak kecemburuan sosial. 4) Perlu diberikan dorongan yang kuat untuk meningkatkan keinginan dan motivasi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan formalnya kejenjang SLTP dan lebih tinggi, sebagai salah satu upaya jangka panjang untuk melepaskan masyarakat nelayan dari kemiskinan. 5) Perlunya diperhatikan antara keseimbangan jumlah penduduk (pendatang dan penerima) yang memiliki pola pekerjaan sama sebagai nelayan dengan kemampuan daya dukung semberdaya ikan yang tersedia di perairan sekitar lokasi pemukiman, untuk menghindari peluang terjadinya kompetisi sosial secara horizontal dan menimbulkan lingkaran kemiskinan masyarakat nelayan yang berkesinambungan dan tidak terentaskan.
124
DAFTAR PUSTAKA Andarini, F. 2002. Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kondisi Ekosistem Masyarakat Pesisir di Nusa Penida Bali. Thesis Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 178 halaman. (tidak diterbitkan) Adiati, H. 1996. Pengaruh Degradasi Ekosistem Mangrove terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Timur Lampung. Thesis Program Pasca Sarjana, IPB. Bogor. 155 halaman. (tidak diterbitkan) Asian Development Bank. 1999. Buku Panduan Tentang Pemukiman Kembali. ADB. 80 halaman. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu dan BAPEDA Kabupaten Indramayu. 2001. Indramayu dalam Angka 2000. Indramayu. 157 halaman. Bengen, D., Khazali, Victor P.H.Nikijuluw. 2002. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat). Jurnal Pesisir & Lautan Volume 4, No. 3, 2002. PKSPL IPB. Halaman 29 – 42. Coase, Ronald. 1973. El Problema del Costo Social en William Breit y Harold Hockman, Microeconomia. Nueva Editorial Interamericana. Mexico. 380 halaman. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 halaman. Daldjoeni, N., Suyitno, A. 1986. Pedesaan Lingkungan dan Pembangunan. Penerbit Alumni. Bandung. 124 halaman. Departemen
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2005. Pelaksanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Dalam Satu Tahun Kabinet Indonesia Bersatu. DKP.Jakarta. 64 halaman.
Dutton I.M., Kun S. Hidayat, Tiene Gunawan, Fedi Sondita, Jan Steffen, Doug Storey, Reed Merril, Sylvianita. 2001. Sikap dan Persepsi Masyarakat Mengenai Sumberdaya Pesisir dan Laut di Indonesia. Jurnal Pesisir & Lautan Volume 3, No.3, 2001. PKSPL IPB. Halaman 46 – 52. Fauzi, A. 2004. Pengembangan Kelembagaan Kelautan dan Perikanan: Perspektif Ekonomi Kelembagaan. Makalah Seminar ”Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelautan Perikanan dalam Mewujudkan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Perikanan bagi Kesejahteraan Bangsa. Bogor. 54 halaman.
125
Fauzi, A., Suzy Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan: Aplikasi Pendekatan Rapfish (Studi Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta). Jurnal Pesisir & Lautan Volume 4, No. 3, 2002. PKSPL IPB Halaman 43 – 55. Horton, Paul B. 1991. Sosiologi. Erlangga. Jakarta. 415 halaman. Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan dan Mentalitas. Gramedia. Jakarta. 233 halaman. Kusnadi. 2000. Nelayan. Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press Bandung. 244 halaman. Lawrence, Hamilton. 1998. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika : Tanggapan Hidrologi Tanah Terhadap Penggunaan Konversi. Gadjah Mada University. Yogyakarta. 248 halaman. Masyhari, 2001. Adaptasi Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Nelayan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam Indonesia. Pusat Penelitian EkonomiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E-LIPI). Jakarta. 126 halaman. Maulida, 2002 Kajian Keterkaitan Perubahan Penggunaan Lahan dengan Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Jabotabek Tahun 1990-2000. Skripsi Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Tanah, IPB. Bogor. 132 halaman. Nikijuluw, V. 2005. Politik Ekonomi Perikanan, Bagaimana dan Kemana Bisnis Perikanan. Fery Agung Coorporation. Jakarta. 314 halaman. Pakpahan, A., 1989. Kerangka Analitik untuk Penelitian Rekayasa Sosial: Perspektif Ekonomi Institusi dalam Prosiding Petanas: Evolusi Kelembagaan Pedesaan di Tengah Perkembangan Teknologi Pertanian. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 67 halaman. Resosudarmo, B., Djoni Hartono, Tauhid Ahmad, Nina i.l. Subiman, Olivia, Anang Noegroho. 2002. Analisa Penentuan Sektor Prioritas di Kelautan dan Perikanan Indonesia. Jurnal Pesisir & Lautan Volume 4, No. 3, 2002. PKSPL IPB. Halaman 17 – 28. Riduwan. 2006. Dasar-Dasar Statistika. Alfabeta. Bandung. 274 halaman. Saad, S. 2004. Masa Depan Nelayan Pasca UU Perikanan Baru. Jurnal INOVASI Vol.2/XVI/November 2004. Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang. Halaman 24 – 26. 126
Satria, A. 2000. Dinamika Modernisasi Perikanan Formasi Sosial dan Mobilisasi Nelayan. Humaniora Utama Press. Bandung. 153 halaman. Satria, A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT Pustaka Cidesindo. Jakarta. 130 halaman. Satria, A., A. Umbari, A. Fauzi, A. Purbayanto, E. Soetarto, Ismudi, M Istiqlaliyah, M. Karim, Sudirman A.,Wawan D. dan Zulhamsyah I. 2002. Menuju Desentralisaasi Kelautan. PT. Pustaka Cisendo. Jakarta. 210 halaman. Soekanto, Soejono. 1995. Sisiologi : Suatu Pengantar. Radjawali Pers. Jakarta. 227 halaman. Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 533 halaman. Steward, J. 1668. Cultural Ecology. Encyclopaedia of social science (4). New York. 337 halaman Suharto, E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategy Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung. 274 halaman. Tampubolon, M., 2001. Problematik dan Prospek Pembangunan Masyarakat Desa Ditinjau dari Segi Pendidikan Nonformal. Jurnal Balibang Departemen Pendidikan Nasional. www.depdiknas.go.id. Halaman 1. Wibisono, Y. 2005. Metoda Statistik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 728 halaman. Wirartha, I.M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta. 217 halaman. Winarno, B. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo. Jakarta. 203 halaman. Wiryanto, J. F. 1986. Membangun Masyarakat. Buku Pegangan Bagi Pekerja Pembangunan Masyarakat. Penerbit ALUMNI. Bandung. 276 halaman. Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo. Jakarta. 233 halaman. Yulianto, G. 1997. Kajian Kontrak Usaha Tambak Udang Windu dan Peranannya terhadap Pengembangan Bisnis Udang di Wilayah Pantura Jawa Barat dan Pantai Timur Lampung (Tinjauan Analisis resiko). Program Pasca Sarjana IPB. Thesis Magister. (tidak dipublikasikan). 183 halaman.
127
Lampiran 1 Data Kabupaten Indramayu Tabel 1.1 Penduduk Kabupaten Indramayu Tahun 1976 – 2005 TAHUN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
(1)
(2)
(3)
(4)
1976
536.010
577.189
1.113.119
1977
540.357
580.299
1.120.656
1978
546.378
586.051
1.132.422
1979
553.299
593.651
1.146.552
1980
609.691
627.759
1.237.450
1981
611.526
632.342
1.243.868
1982
613.528
638.357
1.251.885
1983
615.121
644.452
1.259.573
1984
617.550
646.551
1.264.101
1985
622.578
651.373
1.273.951
1986
644.140
689.086
1.353.146
1987
666.825
694.757
1.358.582
1988
669.491
694.449
1.363.940
1989
673.194
697.850
1.371.044
1990
691.170
709.245
1.400.415
1991
710.227
728.701
1.438.928
1992
712.148
732.416
1.444.564
1993
716.802
735.719
1.452.521
1994
721.873
742.041
1.463.914
1995
725.557
744.596
1.470.153
1996
766.937
783.236
1.550.173
1997
769.039
785.222
1.554.261
1998
771.475
785.152
1.556.627
1999
773.939
789.004
1.562.942
2000
801.649
786.719
1.588.368
2001
805.191
791.277
1.596.468
2002
810.555
796.598
1.607.153
2003
852.573
820.000
1.672.573
2004
860.588
825.994
1.686.582
2005
865.682
832.304
1.697.986
Sumber : BPS Kabutaen Indramayu 2006 128
Tabel 1.2 Penduduk akhir tahun kabupaten Indramayu menurut kecamatan Tahun 2001 – 2005 KECAMATAN
2001
2002
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
134.435
135.323
90.039
90.030
90.496
*)
*)
*)
62.450
64.643
KROYA
57.226
57.721
59.705
61.301
62.010
GABUSWETAN
52.357
52.758
57.043
56.427
57.298
CIKEDUNG
87.126
87.801
38.362
38.160
38.644
TERISI
*)
*)
*)
51.786
51.991
LELEA
46.214
46.690
47.166
48.170
48.410
BANGODUA
59.532
59.956
60.880
61.071
27.514
TUKDANA
*)
*)
*)
*)
52.957
WIDASARI
53.070
53.414
54.413
55941
34.936
KERTASMAYA
85.337
85.977
54.863
56.323
58.796
*)
*)
*)
33.875
34.060
61.209
61.508
64.251
65.616
65.942
103.300
104.344
62.779
62.759
63.167
*)
*)
*)
43.449
43.662
JUNTINYUAT
81.411
81.915
84.889
85.498
82.227
SLIYEG
67.192
67.610
69.194
69.189
58.599
JATIBARANG
68.376
68.858
69.470
69.418
69.993
BALONGAN
21.472
21.654
23.593
24.637
39.493
104.126
104.842
107.617
111.291
101.028
SINDANG
57.527
57.848
60.502
61.635
49.592
CANTIGI
22.335
22.487
22.934
23.336
23.562
*)
*)
*)
*)
22.997
LOHBENER
52.351
52.698
52.713
53.932
54.118
ARAHAN
31.247
31.432
32.373
33.050
33.146
LOSARANG
51.677
52.002
55.021
56.154
56.321
KANDANGHAUR
80.423
80.925
83.213
84.109
84.296
BONGAS
43.533
43.801
44.740
44.738
45.162
ANJATAN
88.143
88.500
89.415
89.390
85.115
SUKRA
86.843
87.389
91.969
92.847
44.644
*)
*)
*)
*)
53.167
1.596.468
1.607.153
1.672.573
1.686.582
1.697.986
HAURGEULIS GANTAR
SUKAGUMIWANG KRANGKENG KARANGAMPEL KEDOKANBUNDER
INDRAMAYU
PASEKAN
PATROL JUMLAH
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu 2006 Catatan : *) Kecamatan belum terbentuk
129
Tabel 1.3 Mutasi penduduk menurut kecamatan di kabupaten Indramayu Tahun 2005 KECAMATAN
PENDUDUK AWAL
MUTASI LAHIR
MATI
PENDUDUK
DATANG
PINDAH
TAHUN 2005 (1)
(2)
AKHIR TAHUN 2005
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
HAURGEULIS
90.039
1.054
561
353
380
90.496
GANTAR
66.449
714
399
2.088
210
64.643
KROYA
59.705
663
356
525
123
62.010
GABUSWETAN
57.043
604
347
741
127
57.298
CIKEDUNG
38.362
468
228
374
130
38.644
TERISI
51.651
594
310
203
282
51.991
LELEA
47.166
591
288
189
252
48.410
BANGODUA
60.880
748
365
239
325
27.514
*)
*)
*)
*)
*)
52.957
TUKDANA WIDASARI
54.413
685
335
220
291
34.936
KERTASMAYA
54.863
690
337
221
282
58.796
SUKAGUMIWANG
33.873
415
202
133
161
34.060
KRANGKENG
64.251
804
392
258
344
65.942
KARANGAMPEL
62.779
768
375
246
231
63.167
KEDOKANBUNDER
43.456
532
260
173
232
43.662
JUNTINYUAT
84.889
1.047
510
320
459
82.227
SLIYEG
69.194
847
414
271
371
58.599
JATIBARANG
69.470
879
415
286
175
69.993
BALONGAN
23.593
309
147
188
86
39.493
107.617
1.362
688
339
560
101.028
SINDANG
60.502
717
384
211
306
49.592
CANTIGI
22.934
285
140
161
80
23.562
*)
*)
*)
*)
*)
22.997
INDRAMAYU
PASEKAN LOHBENER
52.713
660
322
212
364
54.118
ARAHAN
32.373
405
197
129
241
33.146
LOSARANG
55.021
687
336
220
404
56.321
KANDANGHAUR
83.213
1.031
502
221
563
84.296
BONGAS
44.740
548
267
296
153
45.162
ANJATAN
89.415
1.095
534
308
571
85.115
SUKRA
91.969
1.137
554
364
556
44.644
PATROL TAHUN 2005
*)
*)
*)
*)
*)
53.167
1.672.573
20.339
10.165
9.489
8.258
1.697.986
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu 2006 Catatan : *) Data masih bergabung dengan Kec. Induk
130
Tabel 1.4 Penduduk datang pindah menurut kecamatan dan jenis kelamin Tahun 2005 KECAMATAN (1)
DATANG
PINDAH
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
HAURGEULIS
167
186
353
201
179
380
GANTAR
878
1.210
2.088
115
95
210
KROYA
283
242
525
69
54
123
GABUSWETAN
344
397
741
63
64
127
CIKEDUNG
167
207
374
66
64
130
TERISI
97
106
203
141
141
282
LELEA
88
101
189
125
127
252
BANGODUA
113
126
239
155
170
325
TUKDANA
*)
*)
*)
*)
*)
*)
WIDASARI
105
115
220
162
129
291
KERTASMAYA
106
115
221
135
147
282
63
70
133
72
89
161
KRANGKENG
122
136
258
163
181
344
KARANGAMPEL
117
129
246
100
131
231
SUKAGUMIWANG
KEDOKANBUNDER
95
78
173
78
154
232
JUNTINYUAT
161
159
320
216
243
459
SLIYEG
131
140
271
188
183
371
JATIBARANG
131
155
286
97
78
175
46
142
188
46
40
86
INDRAMAYU
136
203
339
297
263
560
SINDANG
114
97
211
109
197
306
CANTIGI
88
73
161
42
38
80
PASEKAN
*)
*)
*)
*)
*)
*)
101
111
212
173
191
364
BALONGAN
LOHBENER ARAHAN
61
68
129
126
115
241
LOSARANG
105
115
220
192
212
404
KANDANGHAUR
102
119
221
298
265
563
BONGAS
118
178
296
79
74
153
ANJATAN
140
168
308
294
277
571
SUKRA
173
191
364
273
283
556
*)
*)
*)
*)
*)
*)
4.352
5.137
9.489
4.075
4.184
8.259
PATROL TAHUN 2005
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu Catatan : *) Data masih bergabung dengan Kec. Induk
131
Tabel 1.5 Data kependudukan kecamatan Indramayu Bulan : Desember 2006 PENDUDUK AWAL BULAN IN
DESA KELURAHAN
NO
L 1
2
P
KELAHIRAN BULAN INI
JML
L 6
P
KEMATIAN BULAN INI L
JML
7
8
P
9
DATANG BULAN INI L
JML
10
11
P
12
PINDAH BULAN INI L
JML
13
14
P
15
JUMLAH PENDUDUK AKHIR BULAN INI
JML
16
17
L
P
JML
20
3
4
5
18
19
1
LEMAHABANG
1.814
1.871
3.685
1
-
1
4
2
6
5
4
9
1
4
5
1.815
1.869
3.684
2
LEMAHMEKAR
4.157
4.166
8.323
-
1
1
2
3
5
-
-
-
4
6
10
4.151
4.158
8.309
3
PAOMAN
4.607
4.474
9.081
-
-
-
5
2
7
5
2
7
2
2
4
4.605
4.472
9.077
4
MARGADADI
2.997
3.236
6.233
4
2
6
1
1
2
12
11
23
2
3
5
3.010
3.245
6.255
5
KARANGMALANG
1.747
1.714
3.461
1
3
4
-
-
-
-
-
-
2
-
2
1.746
1.717
3.463
6
KARANGANYAR
1.826
2.159
3.985
1
4
5
2
1
3
3
2
5
6
3
9
1.822
2.161
3.983
7
KEPANDEAN
1.631
1.538
3.169
-
1
1
1
-
1
2
1
3
1
-
1
1.631
1.540
3.171
8
BOJONGSARI
2.466
2.372
4.838
2
2
4
1
1
2
-
-
-
1
-
1
2.466
2.373
4.839
9
PABEAN UDIK
5.906
4.988
10.894
-
-
-
1
2
3
1
3
4
-
-
-
5.906
4.989
10.895
10
KARANGSONG
2.258
2.248
4.506
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.258
2.248
4.506
11
PEKANDANGAN
3.027
3.081
6.108
2
3
5
1
-
1
-
-
-
-
-
-
3.028
3.084
6.112
12
PEKANDANGAN
2.472
2.662
5.134
4
3
7
1
3
4
-
-
-
-
-
-
2.475
2.662
5.137
13
TELUKAGUNG
2.427
2.656
5.083
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2.427
2.656
5.083
14
SINGARAJA
2.845
3.271
6.116
2
3
5
1
1
2
-
-
-
-
-
-
2.846
3.273
6.119
15
SINGAJAYA
3.812
3.536
7.348
4
1
5
1
-
1
-
-
-
-
-
-
3.815
3.537
7.352
16
DUKUH
1.860
1.835
3.695
1
2
3
-
-
-
2
3
5
-
-
-
1.863
1.840
3.703
17
PLUMBON
2.639
2.795
5.434
3
3
6
2
1
3
-
-
-
-
-
-
2.640
2.797
5.437
48.491
48.602
97.093
25
26
53
53
17
40
30
26
56
19
18
37
48.504
48.621
97.125
JUMLAH
Sumber : Laporan Kecamatan Indramayu 2006
132
132
Tabel 1.6 Jumlah penduduk menurut kelompok jenis pekerjaan Kecamatan Indramayu bulan ; Desember 2006 JENIS PEKERJAAN NO
DESA/KELURAHAN
PNS
TNI /POLRI
PENSIU NAN
SWAS TA
INDUSTRI KECIL
PEDA GANG
NELA YAN
PETA NI
BURUH TANI
PELA JAR
MAHASI SWA
LAINLAIN
JUMLAH
1
LEMAHABANG
167
29
26
379
12
235
2
-
32
702
72
2.028
3.684
2
LEMAHMEKAR
3.698
28
268
312
287
204
-
24
37
2.106
424
921
8.309
3
PAOMAN
170
10
58
41
50
455
850
232
106
306
42
6.757
9.077
4
MARGADADI
792
110
415
518
27
372
219
110
224
2.071
359
1.038
6.255
5
KARANGMALANG
71
2
75
576
-
256
-
-
4
717
78
1.684
3.463
6
KARANGANYAR
126
7
79
481
16
155
-
-
17
1.413
139
1.550
3.983
7
KEPANDEAN
135
36
53
117
15
584
-
14
44
1.113
94
966
3.171
8
BOJONGSARI
60
14
24
810
125
772
20
87
293
1.315
123
1.196
4.839
9
PABEAN UDIK
158
15
21
14
1
27
258
63
28
1.348
43
8.919
10.895
10
KARANGSONG
44
2
3
12
-
112
769
89
259
516
6
2.694
4.506
11
PEKANDANGAN
89
37
17
576
1
76
22
47
98
749
180
4.220
6.112
12
PEKANDANGAN J
89
18
99
99
157
299
3
835
1.917
863
64
694
5.137
13
TELUKAGUNG
53
43
615
615
160
160
20
367
1.202
749
57
1.586
5.083
14
SINGARAJA
29
3
1.425
1.425
965
965
50
58
540
916
25
2.063
6.119
15
SINGAJAYA
103
6
264
264
106
106
6
408
853
1.325
46
4.194
7.352
16
DUKUH
194
19
147
147
197
197
2
343
206
832
43
1.599
3.703
17
PLUMBON
117
6
25
25
45
45
-
1.065
1.255
1.145
15
1.705
5.437
6.095
385
1.339
6.411
985
5.020
2.223
3.742
7.115
18.186
1.810
43.814
97.125
JUMLAH
Sumber : Laporan Kecamatan Indramayu 2006
133
133
Tabel 1.7 Laporan data penduduk usia sekolah Bulan : Desember 2006 JUMLAH NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
DESA/KELURAHAN
TK
LEMAHABANG 44 LEMAHMEKAR 276 PAOMAN 780 MARGADADI 119 KARANGMALANG 106 KARANGANYAR 275 KEPANDEAN 63 BOJONGSARI 80 PABEAN UDIK 451 KARANGSONG 20 PEKANDANGAN 19 PEKANDANGAN JAYA 80 TELUKAGUNG 19 SINGARAJA 200 SINGAJAYA 160 DUKUH 67 PLUMBON 17 JUMLAH 2.776 Sumber : Laporan Kecamatan Indramayu 2006
134
SD 363 910 1.161 763 323 305 280 849 656 355 400 589 486 475 705 417 790 9.827
SLTP 151 260 950 707 176 173 165 634 460 89 125 120 231 325 335 178 45 5.124
SLTA 144 664 776 503 160 660 102 658 585 52 105 74 100 265 125 157 32 5.162
PT 72 425 35 359 78 139 95 121 54 6 70 64 8 25 46 43 1 1.641
BLM/TDK SEKOLAH 652 626 7 21 560 7 12 307 2.192
134
Tabel 1.8 Laporan data penduduk warga negara asing Bulan : Desember 2006 JUMLAH NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
DESA/KELURAHAN LEMAHABANG LEMAHMEKAR PAOMAN MARGADADI KARANGMALANG KARANGANYAR KEPANDEAN BOJONGSARI PABEAN UDIK KARANGSONG PEKANDANGAN PEKANDANGAN JAYA TELUKAGUNG SINGARAJA SINGAJAYA DUKUH PLUMBON JUMLAH
L
P 45 45
68 68
Sumber : Laporan Kecamatan Indramayu 2006
135
Lampiran 2 Tabulasi data hasil penelitian Tabel 2.1 Tabulasi Data Responden Hasil Survey di Pemukiman Karang Song
No.
Nama Responden
Umur
Jenis Kelamin L
Status
Pendidika n
Mata Pencaharian
P
Lama Tinggal (bln)
Umum 1 T
R
2 Y
R
Y
R
Y
Khairudin
26
1
K
SD
Nelayan
7
2
Karnadi
34
1
K
SMU
Nelayan
7
1
1
1
3
Warni
25
1
K
SD
IRT
8
1
1
1
4
Warsita
39
1
K
SD
Nelayan
7
1
1
1
5
Tarmidi A.
37
1
K
SD
Nelayan
8
1
1
1
6
Yasin
31
1
K
SD
Nelayan
8
1
1
1
7
Hasanudin
27
1
K
SMU
Nelayan
5
1
1
1
8
Wawan Wardali
31
1
K
SMP
Nelayan
7
1
1
1
9
Agus Irin
29
1
K
SMP
Nelayan
7
1
1
1
10
Rokhmah
31
1
K
SD
IRT
7
1
1
1
11
Warti
32
1
K
SMP
IRT
7
1
1
1
12
Durokim
43
K
SD
Nelayan
5
1
1
1
13
Sunaenah
30
K
SMP
IRT
7
1
1
1
14
Danudin
28
1
K
SMU
Nelayan
5
1
1
1
15
Farihin
27
1
K
SD
Nelayan
8
1
16
Ujang
26
1
K
SD
Nelayan
7
1
1
1
17 18
Sidik
33
1
K
SD
Nelayan
8
1
1
Edi
25
1
K
SD
Nelayan
7
1
1
1 1
136
1
1
T
1
1
1
T
3 1
1
1
136
No .
Nama Responden
19 Kamin 20 Wintorp 21 Nurdi Slamet 22 Sutrisno 23 Catiman 24 Nurani 25 Parnoto 26 Lasman 27 Sumini 28 Salwati 29 Rajak 30 Muh Jahirin Jumlah Persentase
137
Umur
Jenis Kelamin L
Status
Pendidik an
Mata Pencahari an
P
28 25 27
1 1 1
K K K
SD SMP SD
Nelayan Nelayan Nelayan
28 33 42 37 41 21 21 28 25
1 1
K K 1 K K K 1 K 1 K K K
SD SD SD SD SMU SD SD SD SMU
Nelayan Nelayan Swasta Nelayan Nelayan IRT IRT Nelayan Swasta
1 1
1 1 22 73.3 3
8
30
26.7
100
Lama Tingga l (bln) T 8 7 8 8 7 8 7 8 7 7 7 7
1 R Y 1 1 1
Umum 2 3 T R Y T R Y 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 0 1 9 2 2 6 1 3 6 9 7 2 1 8 0 3 7 7 3 0 3 0 7
137
Tabel 2.2 Pengelompokan Data Umum Responden di Pemukiman Karang Song No
Karakteristik
1
Umur (Tahun)
2
Jenis Kelamin
3
Status
4
Pendidikan
5
Mata Pencaharian
6
Lama Tinggal (Bulan)
7
Yang mengetahui Program Realokasi
8
Sejauh mana mengetahui
9
Yang mengetahui alasan Realokasi
Keterangan < 25 26 - 40 >41 Lak-laki Perempuan Kawin Tidak Kawin SD SMP SMU Nelayan Ibu RT Swasta 4-6 7-9 10 -12 Tidak Ragu-ragu Mengetahui Kurang Cukup Banyak Tidak Ragu-ragu Mengetahui
Jumlah 6 21 3 22 8 30 0 20 5 5 22 6 2 3 27 0 0 1 29 2 22 6 1 3 26
(%) 20 70 10 73 27 100 0 66.67 16.67 16.67 73.33 20 6.67 10 90 0 0 3.33 96.67 6.67 73.33 20 3.33 10 86.67
138
Tabel 2.3 Tabulasi Data Responden Hasil Survey di Sekitar Pemukiman Karang Song
No.
Nama Responden
Umur
L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
139
Nuradi Casmadi Sarwana Warsito Cariman Sirad Marina Sudarto Rasidin Dasini Eni Mudirah Bin Sukardi Tarmini Aminah Casiminah Gita Lina Rumtimsah Khusnu;
Umum Lama Mata Tinggal Status Pendidikan 1 2 3 Pencaharian (Thn) P T R Y T R Y T R Y K SD Nelayan 35 1 1 1 K SD Nelayan 20 1 1 1 K SMP Nelayan 35 1 1 1 K SD Nelayan 30 1 1 1 K SMP Nelayan 27 1 1 1 K SD Nelayan 45 1 1 1 1 K SD Nelayan 45 1 1 1 K SMP Wiraswasta 5 1 1 1 K S1 Wiraswasta 41 1 1 1 1 K SD IRT 40 1 1 1 1 K SMU IRT 36 1 1 1
Jenis Kelamin
35 32 35 40 27 58 45 27 41 40 36
1 1 1 1 1 1
58 23 43 60 23 20 30 23
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1
K K K K K K K K
SD SD SD SD SMU SMP SMP SD
Wiraswasta IRT IRT IRT Wiraswasta Swasta IRT IRT
35 27 43 10 23 1 30 23
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1
139
No.
Nama Responden
Umur
Jenis Kelamin L
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Erwina Saadah Ahmad Kudoli Darsara Tarsono Sanadi Suwito Darmini Sartiman Parjoto Carita Jumlah Persentase
30 50 34 50 37 30 45 35 42 37 25
P 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 17 13 56.7 43
Umum Lama Mata Tinggal Status Pendidikan 1 2 3 Pencaharian (Thn) T R Y T R Y T R Y K SMEA IRT 30 1 1 1 K SD IRT 50 1 1 1 K SMP Honorer 15 1 1 1 K SD Nelayan 50 1 1 1 K SD Nelayan 15 1 1 1 K SD Nelayan 3 1 1 1 K SD Nelayan 45 1 1 1 K SD IRT 35 1 1 1 K SD Nelayan 42 1 1 1 K SMP Nelayan 37 1 1 1 K S1 Swasta 25 1 1 1 30 12 4 14 19 10 0 17 7 6 100 40 13 47 63 33 0 57 23 20
140
140
Tabel 2.4 Pengelompokan Data Umum Responden di Sekitar Pemukiman Karang Song No 1 2 3 4
5
6
7
8
9
Karakteristik
Keterangan
< 25 Umur (Tahun) 26 - 40 >41 Lak-laki Jenis Kelamin Perempuan Kawin Status Tidak Kawin SD Pendidikan SMP SMU Nelayan Ibu RT Mata Pencaharian Swasta Wiraswasta Lainnya 4-6 Lama Tinggal 7-9 (Bulan) 10 -12 Tidak Yang mengetahui Ragu-ragu Program Realokasi Mengetahui Kurang Sejauh mana Cukup mengetahui Banyak Tidak Yang mengetahui Ragu-ragu alasan Realokasi Mengetahui
Jumlah 5 14 11 17 13 30 0 18 7 5 13 10 2 4 1 10 12 8 12 4 14 19 10 0 17 7 6
(%) 16.67 46.67 36.67 56.67 43.33 100 0 60 23.33 16.67 43.33 33.33 6.67 13.33 3.33 33.33 26.67 40 40 13.33 46.67 63.33 33.33 0 56.67 23.33 20
141
Tebel 2.5 Data Indikator sebelum relokasi Responde Punduduk di Sekitar Desa Karang Song
No
Pendapatan
Kesehatan
1
3
11
7
15
33
35
5
9
13
17
19
21
23
25
29
31
27
37
Nama Responden
Pendidikan
Lingkungan Fisik
Interaksi Sosial
1
Nuradi
2
4
2
4
2
2
2
4
4
4
6
6
6
6
4
4
6
6
6
2
Casmadi
2
4
2
4
2
2
4
4
4
4
4
6
6
6
6
2
4
6
6
3
Sarwana
2
4
4
4
2
2
2
4
4
6
4
6
6
6
4
4
4
6
4
4
Warsito
2
4
2
4
2
2
2
4
4
4
6
6
6
6
4
4
4
6
6
5
Cariman
2
4
2
4
2
2
2
4
4
4
4
4
6
6
6
4
6
6
6
6
Sirad
2
2
2
4
2
6
2
2
2
6
4
2
2
2
2
2
2
2
6
7
Marina
2
6
6
6
4
2
4
4
4
4
4
4
6
4
6
6
6
6
6
8
Sudarto
2
4
2
4
2
2
2
2
2
4
6
4
6
6
6
2
4
6
6
9
Rasidin
2
4
6
6
4
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
4
6
6
6
10
Dasini
2
4
4
6
2
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
4
6
6
6
11
Eni
4
4
4
4
4
6
2
6
4
6
6
6
6
6
6
2
4
6
6
12
Mudirah Bin Sukardi
4
4
4
4
6
2
4
4
4
4
6
4
6
6
6
4
6
6
6
13
Tarmini
4
6
2
2
2
2
2
2
2
4
4
4
6
6
4
6
6
6
6
14
Aminah
2
6
4
6
2
2
4
2
6
2
6
6
6
6
6
2
6
4
6
15
Casiminah
2
4
4
6
2
2
4
2
6
4
6
6
6
6
6
2
4
4
6
16
Gita
2
6
4
4
4
6
2
2
2
4
6
6
6
6
6
2
4
4
4
17
Lina
2
4
2
6
4
2
2
6
2
4
6
6
6
4
6
2
2
6
4
18
Rumtimsah
4
4
6
6
4
2
2
6
6
6
6
6
6
4
6
6
2
6
6
19 20
Khusnu;
2
4
4
6
2
2
2
4
6
4
6
6
2
2
6
2
2
4
Erwina
6
6
6
2
6
2
2
2
4
2
6
6
6
6
6
2
2 2
6
6
142
142
No
Pendapatan
Kesehatan
1
3
11
7
15
33
35
5
9
13
17
19
21
23
25
29
31
27
37
Nama Responden
Pendidikan
Lingkungan Fisik
Interaksi Sosial
21
Saadah
2
4
4
6
4
2
2
2
4
4
6
6
6
6
6
6
2
6
6
22
Ahmad Kudoli
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
6
6
6
6
6
2
6
6
6
23
Darsara
4
4
4
4
2
2
2
2
4
2
6
4
6
6
6
2
2
6
6
24
Tarsono
2
4
2
4
2
2
2
2
2
4
4
6
4
6
6
2
4
6
4
25
Sanadi
2
4
6
2
2
2
2
6
4
6
4
6
6
4
6
6
2
6
4
26
Suwito
2
4
6
4
2
2
4
6
2
6
6
4
6
4
6
6
2
6
6
27
Darmini
2
4
4
4
2
2
2
4
2
6
6
6
4
4
6
2
2
6
6
28
Sartiman
2
4
4
2
2
2
2
4
4
2
6
6
6
6
6
2
4
4
6
29
Parjoto
4
6
6
6
4
4
4
2
4
4
4
6
6
6
6
4
2
6
6
30
Carita
4
6
6
6
6
2
2
2
2
4
4
6
6
4
6
4
2
6
6
78
132
118
134
88
76
76
108
114
128
160
162
168
158
168
102
114
164
168
2,60
4,40
3.93
4.47
2.93
2.53
2.53
3,60
3,80
4.27
5.3
5,40
5,60
5.27
5,60
3,40
3,80
5.47
5,60
Jumlah Rata-rata Total Rata-rata per Indikator Rata-rata per Indikator
143
3.64
4.33
2.67
4.61
5.53
20.78
143
Tabel 2.6 Data Indikator sesudah relokasi Responde Punduduk di Sekitar Desa Karang Song
No
Pendapatan
Kesehatan
2
4
12
8
16
34
36
6
10
14
18
20
22
24
26
30
32
28
38
Nama Responden
Pendidikan
Lingkungan Fisik
Interaksi Sosial
1
Nuradi
2
4
2
6
2
2
4
6
6
6
6
6
6
6
6
4
4
6
6
2
Casmadi
2
2
2
4
2
2
6
6
6
6
4
6
6
6
6
2
2
6
6
3
Sarwana
2
4
4
4
2
2
4
6
6
6
4
6
6
6
6
4
4
6
2
4
Warsito
2
2
2
4
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
4
6
6
5
Cariman
2
2
2
6
2
2
6
6
6
6
4
4
6
6
6
4
6
6
6
6
Sirad
2
2
2
6
2
6
6
6
6
6
4
6
6
6
6
4
4
6
6
7
Marina
2
4
2
6
4
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
2
6
6
8
Sudarto
2
2
2
4
2
2
6
6
6
6
6
4
6
4
6
2
4
6
6
9
Rasidin
2
4
6
6
4
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
6
4
10
Dasini
2
4
4
6
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
11
4
4
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
6
6
12
Eni Mudirah Bin Sukardi
4
4
4
4
6
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
4
6
6
6
13
Tarmini
4
6
2
2
2
2
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
14
Aminah
2
6
4
6
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
6
6
6
15
Casiminah
2
4
4
6
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
2
4
6
16
Gita
2
6
4
4
2
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
2
4
4
4
17
Lina
2
4
2
4
4
2
6
6
6
6
6
6
6
4
6
2
2
6
4
18 19
Rumtimsah
4
4
6
6
4
2
6
6
6
6
6
6
6
4
6
6
2
6
Khusnu;
2
4
4
6
2
2
6
6
6
6
6
6
2
2
6
4
2
6 6
144
4
144
No
Pendapatan
Kesehatan
2
4
12
8
16
34
36
6
10
14
18
20
22
24
26
30
32
28
38
Nama Responden
Pendidikan
Lingkungan Fisik
Interaksi Sosial
20
Erwina
6
6
6
2
6
2
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
2
2
6
21
Saadah
2
4
4
2
4
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
2
6
6
22
Ahmad Kudoli
2
4
6
4
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
2
6
6
6
23
Darsara
4
4
4
6
2
2
6
6
6
6
6
4
4
6
6
6
4
6
6
24
Tarsono
2
2
2
6
2
2
6
6
6
6
4
6
6
2
6
4
2
6
6
25
Sanadi
2
4
2
4
2
2
4
6
6
4
6
6
6
4
6
6
2
6
6
26
Suwito
2
4
6
4
2
2
4
6
2
6
6
4
4
4
6
6
2
6
6
27
Darmini
2
4
4
4
2
2
6
4
2
6
6
6
6
4
6
2
2
4
6
28
Sartiman
2
4
2
2
2
2
6
4
4
4
6
6
6
6
6
2
4
6
6
29
Parjoto
4
6
2
6
4
4
4
2
4
6
4
6
6
6
6
4
2
6
6
30
Carita
4
4
6
6
6
2
6
2
2
4
4
6
6
4
6
4
2
6
6
78
118
106
142
86
80
164
166
164
174
166
172
172
158
180
128
104
170
168
2,60
3.93
3.53
4.73
2.87
2.67
5.47
5.53
5.47
5,80
5.53
5.53
5.57
5.57
6,00
4.27
3.47
5.67
5.6
Jumlah Rata-rata Total Rata-rata per Indikator Rata-rata per Indikator
145
3.36
4.33
2.67
5.28
5.63
22.27
145
Tabel 2.7 Data Indikator sebelum relokasi Responde Punduduk di Sekitar Desa Karang Song
No
Pendapatan
Kesehatan
1
3
11
7
15
33
35
5
9
13
17
19
21
23
25
29
31
27
37
Nama Responden
Pendidikan
Lingkungan Fisik
Interaksi Sosial
1
Khairudin
4
6
4
6
2
2
2
6
2
6
6
6
2
2
4
2
2
6
2
2
Karnadi
2
2
6
6
2
2
2
2
6
6
6
6
6
4
4
6
6
4
4
3
Warni
4
6
6
2
2
2
2
6
6
6
6
6
2
2
4
2
2
6
2
4
Warsita
4
6
6
6
2
2
2
6
4
6
6
6
2
2
6
2
2
4
2
5
Tarmidi A.
4
4
6
4
4
2
6
6
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
6
6
Yasin
4
4
6
4
4
2
6
6
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
6
7
Hasanudin
4
4
6
2
4
2
6
6
4
4
6
6
6
6
6
4
2
6
6
8
Wawan Wardali
6
4
6
6
2
2
6
6
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
6
9
Agus Irin
4
6
6
2
6
2
2
4
6
6
6
6
2
4
4
4
2
4
4
10
Rokhmah
2
4
6
6
2
2
4
6
6
6
6
4
6
4
4
2
2
6
6
11
Warti
2
4
6
6
2
2
4
6
6
6
6
6
6
4
4
2
2
6
6
12
Durokim
4
4
6
2
6
4
4
2
4
2
6
6
6
4
4
2
2
6
2
13
Sunaenah
2
6
4
4
2
2
4
6
6
6
6
6
2
4
4
4
4
2
4
14
Danudin
4
4
6
4
2
2
2
6
6
6
4
6
6
2
4
2
2
4
4
15
Farihin
4
6
6
2
2
2
2
6
6
6
6
4
2
2
4
2
2
6
2
16
Ujang
4
4
6
6
2
2
6
6
4
4
6
6
6
4
6
2
2
6
6
17
Sidik
4
4
6
4
4
2
6
6
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
6
18
Edi
4
4
6
2
4
2
6
6
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
6
19 20
Kamin
6
4
6
6
4
2
6
2
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
Wintorp
4
6
6
6
2
2
2
6
2
4
6
6
2
2
4
2
2
6 6
146
4
146
No
Lingkungan Fisik Pendapatan
Kesehatan
1
3
11
7
15
33
35
5
9
13
17
19
21
23
25
29
31
27
37
Nama Responden
Pendidikan
Interaksi Sosial
21
Nurdi
4
4
6
2
4
2
6
4
4
6
6
6
6
4
6
4
6
6
6
22
Slamet Sutrisno
4
4
6
4
4
2
6
6
6
6
6
6
6
4
6
4
6
6
6
23
Catiman
2
4
4
6
6
2
2
6
2
6
4
4
2
2
4
2
2
6
6
24
Nurani
4
2
6
4
2
2
2
6
4
4
6
6
2
2
4
2
2
6
4
25
Parnoto
2
6
6
6
4
2
2
6
4
6
6
6
6
2
6
2
2
6
6
26
Lasman
6
6
6
2
4
2
4
6
6
6
6
6
2
2
4
2
2
6
4
27
Sumini
2
4
6
6
2
2
2
6
6
6
6
6
2
4
6
2
2
6
2
28
Salwati
2
6
6
6
2
2
2
6
2
2
6
6
6
4
6
2
2
6
2
29
Rajak
4
4
6
2
4
2
6
6
4
6
6
6
6
4
6
4
2
6
6
30
Muh Jahirin
6
4
4
6
4
2
2
2
4
4
4
4
2
2
4
2
2
6
2
Jumlah
112
136
172
130
96
62
114
160
134
162
174
172
132
100
150
88
74
168
134
Rata-rata Total Rata-rata per Indikator
3.73
4.53
5.73
4.33
3,20
2.07
3,80
5.33
4.47
5,40
5,80
5.73
4,40
3.33
5,00
2.93
2.47
5,60
4.47
Rata-rata per Indikator
147
4.67
4.33
3.02
5.62
5.03
21.54
147
Tabel 2.8 Data Indikator sesudah relokasi Responde Punduduk di Sekitar Desa Karang Song
No
Pendidikan
Interaksi Sosial
Pendapatan
Kesehatan
2
4
12
8
16
34
36
6
10
14
18
20
22
24
26
30
32
28
38
Nama Responden
Lingkungan Fisik
1
Khairudin
4
4
6
6
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
6
2
Karnadi
2
2
4
6
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
4
6
3
Warni
6
4
4
6
2
2
4
6
6
6
6
4
6
6
6
6
6
4
6
4
Warsita
2
4
4
6
2
2
6
6
6
6
6
4
6
6
6
6
6
4
6
5
Tarmidi A.
2
6
4
4
4
2
6
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
Yasin
2
6
4
4
2
2
4
6
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
7
Hasanudin
2
6
4
4
2
2
4
6
2
6
6
4
6
4
6
6
6
6
6
8
Wawan Wardali
2
6
4
6
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
9
Agus Irin
2
4
2
6
6
2
6
6
6
4
4
6
6
6
6
6
6
6
6
10
Rokhmah
2
2
4
2
2
2
4
6
4
6
6
4
6
6
6
6
6
2
6
11
Warti
2
6
6
4
2
2
4
2
4
6
4
4
6
6
6
4
2
2
6
12
Durokim
2
2
2
2
6
4
4
6
4
6
4
4
6
6
6
6
6
2
6
13
Sunaenah
2
4
2
6
4
4
6
4
4
6
4
4
6
6
6
4
6
2
6
14
Danudin
2
2
4
2
2
2
6
6
6
6
4
6
6
6
6
6
6
4
6
15
Farihin
4
4
4
4
2
2
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
16
Ujang
2
4
4
2
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
17
Sidik
2
6
4
4
2
2
4
6
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
18
Edi
2
6
4
4
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
19 20
Kamin
2
6
4
6
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
Wintorp
2
2
2
6
2
2
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6 4
148
148
6
No
Pendidikan
Interaksi Sosial
Pendapatan
Kesehatan
2
4
12
8
16
34
36
6
10
14
18
20
22
24
26
30
32
28
38
Nama Responden
Lingkungan Fisik
21
Nurdi
2
6
4
4
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
22
Slamet Sutrisno
2
6
4
4
2
2
4
6
4
6
6
4
6
6
6
6
2
6
6
23
Catiman
2
6
2
6
6
2
6
6
6
2
6
6
6
6
6
6
6
2
6
24
Nurani
2
4
6
6
2
2
4
6
6
6
4
6
6
6
6
6
6
4
6
25
Parnoto
2
4
2
6
4
2
6
6
6
6
4
4
6
6
6
6
6
2
6
26
Lasman
4
4
4
4
4
2
4
2
6
6
6
4
6
4
6
6
6
4
6
27
Sumini
2
4
4
6
2
2
6
6
6
6
4
6
6
6
6
6
6
2
6
28
Salwati
2
2
2
6
2
2
6
6
6
6
4
4
6
6
6
6
6
2
6
29
Rajak
2
6
4
4
2
2
4
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
30
Muh Jahirin
2
2
4
6
6
6
4
6
6
6
6
6
6
6
6
4
2
2
4
70
130
112
142
84
68
144
170
144
174
162
158
180
176
180
174
168
128
178
2.33
4.33
3.73
4.73
2,80
2.27
4,80
5.67
4,80
5,80
5,40
5.27
6,00
5.87
6,00
5,80
5,60
4.27
5.93
Jumlah Rata-rata Total Rata-rata per Indikator Rata-rata per Indikator
149
3.47
4.73
3.29
5.62
5,10
22.21
149
Lampiran 3 Karakteristik responden hasil penelitian 3.1 Karakteristik Responden Penduduk Pemukiman Relokasi 1) Pendapatan perbulan
Sebelum Sesudah
< 500.000
500.000-1000.000
<1000.000
Total
7 26
18 3
4 0
29 29
Pendapatan Perbulan (Rp) 30 25
\
20 15 10 5 0 < 500.000
500.000-1000.000 Sebelum
<1000.000
Sesudah
Chi Square Calculation <500.00 7 16.50
500.000 18 10.50
<1000.000 4 2.00
Total 29
2
26 16.50
3 10.50
0 2.00
29
Total
33
21
4
58
1
Chi – Sq =
5.470 + 5.357 + 2.000 + 5.470 + 5.357 + 2.000 = 25.654
DF = 2, P-Value = 0.000 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value < 0.005 : Relokasi berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
150
2) Tingkat Konsumsi
Sebelum Sesudah
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
10 11
18 11
1 7
29 29
Tingkat Konsumsi 20 15 10 5 0 Tinggi
Sedang Sebelum
Rendah
Sesudah
Chi Square Calculation Tinggi 10 10.50
Sedang 18 14.50
Rendah 1 4.00
Total 29
2
11 10.50
11 14.50
7 4.00
29
Total
21
29
8
58
1
Chi – Sq =
0.024 + 0.845 + 2.250 + 0.024 + 0.845 + 2.250 = 2.237
DF = 2, P-Value = 0.044 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value >0.005 ; Relokasi tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi
151
3) Fasilitas Kesehatan Tersedia
Ragu-Ragu
Tdk Tersedia
Total
24 28
2 1
3 0
29 29
Sebelum Sesudah
Fasilitas Kesehatan 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Ragu-Ragu Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 1
24 26.00
RaguRagu 2 1.50
2
28 26.00
1 1.50
0 1.50
29
Total
52
3
3
58
Chi – Sq =
Tdk Tersedia 3 1.50
Total 29
0.154 + 0.167 + 1.500 + 0.154 + 0.167 + 1.500 = 3.641
DF = 2, P-Value = 0.162 4 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan.
152
4) Intensitas Berobat 0-2 Kali
3-5 Kali
>5 Kali
Total
13 13
7 12
9 4
29 29
Sebelum Sesudah
Intensitas Berobat 14 12 10 8 6 4 2 0 0-2 Kali
3-5 Kali Sebelum
>5 Kali
Sesudah
Chi Square Calculation 0-2 Kali 13 13.00
3-5 Kali 7 9.50
>5 Kali 9 6.50
Total 29
2
13 13.00
12 9.50
4 6.50
29
Total
26
19
13
58
1
Chi – Sq =
0.000 + 0.658 + 0.962 + 0.000 + 0.658 + 0.962 = 3.239
DF = 2, P-Value = 0.198 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap intensitas berobat
153
5) Fasilitas Kegiatan Perikanan Tersedia
Kurang Memadai
Tdk Tersedia
Total
10 14
14 12
5 3
29 29
Sebelum Sesudah
Fasilitas Kegiatan Perikanan 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Tersedia
Kurang Memadai Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 1
10 12.00
Krng Mmd 14 13.00
2
14 12.00
12 13.00
3 4.00
29
Total
24
26
8
58
Chi – Sq =
Tdk Tersedia 5 4.00
Total 29
0.333 + 0.077 + 0.250 + 0.333 + 0.077 + 0.250 = 1.321
DF = 2, P-Value = 0.517 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value >0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap fasilitas kegiatan perikanan 154
6) Lapangan Kerja Mudah
Agak Sulit
Sulit
Total
24 4
4 18
1 7
29 29
Sebelum Sesudah
Lapangan Kerja 30 25 20 15 10 5 0 Mudah
Agak Sulit Sebelum
Sulit
Sesudah
Chi Square Calculation Mudah 24 14.00
Agak Sulit 4 11.00
Sulit 1 4.00
Total 29
2
4 14.00
18 11.00
7 4.00
29
Total
28
22
8
58
1
Chi – Sq =
7.143 + 4.455 + 2.250 + 7.143 + 4.455 + 2.250 = 27.695
DF = 2, P-Value = 0.000 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value < 0.005 ; Relokasi Berpengaruh terhadap ketersediaan Lapangan Kerja
155
7) Fasilitas Pendidikan Tersedia
Kurang Memadai
Tdk Tersedia
Total
22 24
5 5
2 0
29 29
Sebelum Sesudah
Fasilitas Pendidikan 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Memadai Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 1
22 23.00
Krng Mmd 5 5.00
2
24 23.00
5 5.00
0 1.00
29
Total
46
10
2
58
Chi – Sq =
Tdk Tersedia 2 1.00
Total 29
0.043 + 0.000 + 1.000 + 0.043 + 0.000 + 1.000 = 2.087
DF = 2, P-Value = 0.352 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap fasilitas Pendidikan
156
8) Tingkat Pendidikan >60%
30-60%
<30%
Total
3 4
12 4
12 19
27 27
Sebelum Sesudah
Tingkat Pendidikan Hingga SLTP 20 15 10 5 0 >60%
30-60% Sebelum
<30%
Sesudah
Chi Square Calculation >60% 3 3.50
30-60% 12 8.00
<30% 12 15.50
Total 27
2
4 3.50
4 8.00
19 15.50
27
Total
7
16
31
54
1
Chi – Sq =
0.071 + 2.000 + 0.790 + 0.071 + 2.000 + 0.790 = 5724
DF = 2, P-Value = 0.057 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap tingkat pendidikan hingga SLTP
157
9) Ketersediaan Transportasi
Sebelum Sesudah
Tersedia
Kurang Memadai
Tdk Tersedia
Total
26 23
3 6
0 0
29 29
Ketersediaan Transportasi 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Memadai Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 1
26 24.50
Krng Mmdai 3 4.50
2
23 24.50
6 4.50
29
Total
49
9
58
Chi – Sq =
Total 29
0.092 + 0.500 + 0.092 + 0.500 +
DF = 2, P-Value = 0.277 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap ketersediaan transportasi
158
10) Kemudahan Transportasi Mudah
Agak Sulit
Sulit
Total
26 17
3 12
0 0
29 29
Sebelum Sesudah
Kemudahan Transportasi 30 25 20 15 10 5 0 Mudah
Agak Sulit Sebelum
Sulit
Sesudah
Chi Square Calculation Mudah 26 21.50
Agak Sulit 3 7.50
Total 29
2
17 21.50
12 7.50
29
Total
43
15
58
1
Chi – Sq =
0.942 + 2.700 + 0.942 + 2.700 +
DF = 2, P-Value = 0.007 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi Tidak Berpengaruh terhadap kemudahan transportasi
159
11) Fasilitas Tempat Tinggal Sebelum Sesudah
Tersedia
Ragu-Ragu
Tdk Tersedia
Total
17 29
0 0
12 0
29 29
Fasilitas Tempat Tinggal 35 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Ragu-Ragu Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 1
17 23.00
Krng Mmdai 12 6.00
2
29 23.00
0 6.00
29
Total
46
12
58
Chi – Sq =
Total 29
1.565 + 6.000 + 1.565 + 6.000 = 15.130
DF = 1, P-Value = 0.000 2 Cells with expected count less than 5.0 Result : P-Value < 0.005 ; Relokasi Berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas tempat tinggal
160
12) Kondisi Tempat Tinggal Layak
Kurang Layak
Sebelum
1
17
Sesudah
27
2
Tidak Layak 11
Total 29 29
Kondisi Tempat Tinggal 30 25 20 15 10 5 0 Layak
Kurang Layak
Tidak Layak
Sebelum
Sesudah
Layak
Kurang Layak
Tidak Lyk
Total
1
17
11
29
14.00
9.50
5.50
27
2
0
14.00
9.50
5.50
28
19
11
Chi Square Calculation 1
2
Total Chi-sq
=
29
58
12.071 + 5.921 + 5.500 +
12.071 + 5.921 + 5.500 = 46.985 DF = 2, P-Value = 0.000 Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap ketersediaan kondisi tempat tinggal
161
13) Fasiltas Peribadatan Tersedia
Kurang Tersedia
Sebelum
15
Sesudah
29
Tidak Tersedia
14
Total 29 29
Fasilitas Peribadatan 35 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Tersedia Sebelum
Tidak Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 15 22.00
Kurang Trsd 14 7.00
Total 29
2
29 22.00
0 7.00
29
Total
44
14
58
1
Chi-sq = 2.227 + 7.00 + 2.227 + 7.00 + DF = 1, P-Value = 0.000 Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas Peribadatan
162
14) Kegiatan Keagamaan .> 2 kali
1 – 2 kali
Tidak Pernah
Total
Sebelum
26
2
1
29
Sesudah
13
7
9
29
Frekuensi Kegiatan Keagamaan / Bulan 30 25 20 15 10 5 0 . 2 kali
1 - 2 Kali Sebelum
Tidak Pernah
Sesudah
Chi Square Calculation > 2 kali
1 – 2 ka
1
26 19.50
2 4.50
Tidak Prnh 1 5.00
2
13 19.50
7 4.50
9 5.00
29
Total
39
9
10
58
Total 29
Chi-sq = 2.167 + 1.389 + 3.200 + 2.167 + 1.389 + 3.200 = 13.511 DF = 2, P-Value = 0.001 2 cells with expected counts less than 5.0 Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap Frekuensi kegiatan peribadatan / bulan
163
15) Fasiltas Pos Keamanan Tersedia
Kurang Tersedia
Sebelum
Tidak Tersedia
12
Sesudah
26
Total
17
29
3
29
Fasilitas Pos Keamanan 30 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Tersedia Sebelum
Tidak Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 1
2
Total
Kurang T
Tidak Te
Total
0
12
17
13.00
7.50
8.50
26
3
0
13.00
7.50
8.50
26
15
17
29
29
58
Chi-sq = 13.000 + 2.700 + 8.500 + 13.000 + 2.700 + 8.500 = 48.400 DF = 2, P-Value = 0.000 Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas Pos Keamanan
164
16) Kejadian Pencemaran/Kerusakan Lingkungan Tidak
Ragu-ragu
Sebelum
Ya 1
Sesudah
27
Total 28
29
2
29
Kejadian Pencemaran/Kerusakan Lingkungan 30 25 20 15 10 5 0 Tidak
Ragu-ragu Sebelum
Ya
Sesudah
Chi Square Calculation Tidak 0 13.50
Ragu-ragu 1 1.00
Ya 28 14.50
Total 29
2
27 13.50
1 1.00
1 14.50
29
Total
27
2
29
58
1
Chi-Sq = 13.500 + 0.000 + 12.569 + 13.500 + 0.000 + 12.569 = 52.138 DF = 2, P-Value = 0.000 2 cells with expected counts less than 5.0 Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap kejadian pencemaran/kerusakan lingkungan
165
17) Kondisi Teknologi Penangkapan Ikan Modern/Berkmbg
Kurang
Tradisional
Total
Memadai Sebelum Sesudah
3
1
28
29
2
24
29
Kondisi Teknologi Penangkapan Ikan 30 25 20 15 10 5 0 Modern/Berkmbg
Kurang Memadai Sebelum
Tradisional
Sesudah
Chi Square Calculation Modern/ B 1 0 1.50
Tradisio
Kurang M
Total
1 1.50
28 26.00
29
2
3 1.50
2 1.50
24 26.00
29
Total
3
3
52
58
Chi-Sq = 1.500 + 0.167 + 0.154 + 1.500 + 0.167 + 0.154 = 3.641 DF = 2, P-Value = 0.162 4 cells with expected counts less than 5.0 Result : p-Value > 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap kondisi teknologi penangkapan ikan
166
18) Kondisi Teknologi Pengolahan Ikan Memadai
Kurang
Tidak
Total
Memadai
Memadai
Sebelum
11
5
13
29
Sesudah
12
16
1
29
Chi
Kondisi Pe ngolahan Ikan ole h Industri Rumah Tangga
Square
20 15 10 5 0 Me madai
Kurang Memadai Se belum
Tidak Me madai
Se sudah
Calculation 1
2
Total
Modern/B
Kurang M
Tradisio
Total
11
5
13
29
11.50
10.50
7.00
12
16
1
11.50
10.50
7.00
23
21
14
29
58
Chi-Sq = 0.022 + 2.881 + 5.143 + 0.022 + 2.881 + 5.143 = 16.091 DF = 2, P-Value = 0.000 Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi berpengaruh terhadap kondisi teknologi pengolahan ikan oleh industri rumah tangga
167
19) Interaksi Sosial Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Sebelum
15
6
Sesudah
28
1
Total
8
29 29
Kondisi Pergaulan Muda Mudi 30 25 20 15 10 5 0 Baik
Kurang Baik Sebelum
Tidak Baik
Sesudah
Chi Square Calculation 1
2
Total Chi-Sq=
Modern/B
Kurang M
Tradisio
Total
15
6
8
29
21.50
3.50
4.00
28
1
0
21.50
3.50
4.00
43
7
8
29
58
1.965 + 1.768 + 4.000 +
1.965 + 1.768 + 4.000 = 15.502 DF = 2, P-Value = 0.162 4 cell with expected counts less than 5.0 Result : p-Value < 0.005 ; Relokasi berpengaruh terhadap kondisi pergaulan muda mudi
168
3.2 Karakteristik Responden Penduduk Sekitar Pemukiman Relokasi 1) Pendapatan Perbulan <500.000 17 16
Sebelum Sesudah
500.000-1.000.000 6 7
>1.000.000 1 1
Total 24 24
Pendapatan Perbulan (Rp)
25 20 15 10 5 0
<500.000
500.000-1.000.000
Sebelum
>1.000.000
Sesudah
Chi Square Calculation <500.000
Total
>500.000-
>1.000.000
Total
1
17 16.50
6 6.50
1 1.00
24
2
16 16.50 33
7 6.50 13
1 1.00 2
24 48
Chi – sq = 0.015 + 0.038 + 0.000 + 0.015 + 0.038 + 0.000 = 0.107 Df = 2 , P-Value = 0.948 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value > 0.005 ; pendapatan
Relokasi
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
169
2) Tingkat Konsumsi <500.000 Sebelum Sesudah
6 6 25
500.0001.000.000 17 16
>1.000.000
Total
1 2
24 24
Tingkat Konsumsi
20 15 10 5 0 <500.000
500.000-1.000.000 Sebelum
>1.000.000
Sesudah
Chi Square Calculation Tinggi
Total
Sedang
Rendah
Total
1
6 6.00
17 16.50
1 1.50
24
2
6 6.00 12
16 16.50 33
2 1.50 3
24 48
Chi – sq = 0.000 + 0.015 + 0.167 + 0.000 + 0.015 + 0.0167= 0.364 Df = 2 , P-Value = 0.834 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value > 0.005 ; konsumsi masyarakat
Relokasi
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
170
3) Fasilitas Kesehatan Tersedia 5 23
Sebelum Sesudah
25
Ragu2 10 1
Tdk Tersedia 9 0
Total 24 24
Fasilitas Kesehatan
20 15 10 5 0 Tersedia
Ragu2 Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation
1 2 Total
Tersedia 5 14.00
Ragu2
23 14.00 28
10 5.50
Tdk Tersedia 9 4.50
Total 24
1 5.50 11
0 4.50 9
24 48
Chi – sq = 5.786 + 3.682 + 4.500 + 5.786 + 3.682 + 4.500 = 27.935 Df = 2 , P-Value = 0.000 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value <0.005 ; Relokasi berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan
171
4) Intensitas Berobat 0-2 kali 9 13
Sebelum Sesudah
25
3-5 kali 13 9
>5 kali 2 2
Total 24 24
Intensitas Berobat
20 15 10 5 0 0-2 kali
3-5 kali Sebelum
>5 kali
Sesudah
Chi Square Calculation 0-2 kali
Total
3-5 kali
>5 kali
1
9 11.00
13 11.00
2 2.00
2
13 11.00 22
9 11.00 22
2 2.00 4
Total 24 24 48
Chi – sq = 0.364 + 0.364 + 0.000 + 0.364 + 0.364 + 0.000 = 1.455 Df = 2 , P-Value = 0.000 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value > 0.005 ; intensitas berobat
Relokasi
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
172
5) Fasilitas Kegiatan Perikanan Tersedia 7 24
Sebelum Sesudah
Kurang Memadai 12
Tdk Tersedia 5
Total 24 24
Fasilitas Kegiatan Perikanan
25 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Memadai Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia
Total
1
7 15.50
2
24 15.50 31
Kurang Memadai 12 6.00
Tdk Tersedia 5 2.50
Total 24 24
6.00 12
2.50 5
48
Chi – sq = 4.661 + 6.000 + 2.500 + 4.661 + 6.000 + 2.500 = 26.323 Df = 2 , P-Value = 0.000 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value < 0.005 ; Relokasi berpengaruh terhadap Ketersediaan fasilitas perikanan
173
6) Lapangan Kerja
Sebelum Sesudah
Mudah 4 4
25
Agak Sulit 12 11
Sulit 8 9
Total 24 24
Lapangan Kerja
20 15 10 5 0 Mudah
Agak Sulit Sebelum
Sulit
Sesudah
Chi Square Calculation Mudah
Total
Agak Sulit
Sulit
Total
1
4 4.00
12 11.50
8 8.50
24
2
4 4.00 8
11 11.50 23
9 8.50 17
24 48
Chi – sq = 0.000 + 0.022 + 0.029 + 0.000 + 0.022 + 0.029 = 0.102 Df = 2 , P-Value = 0.950 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi tidak berpengaruh terhadap Ketersediaan lapangan kerja
174
7) Fasilitas Pendidikan Tersedia Sebelum Sesudah
6 24
25
Kurang Memadai 15
Tdk Tersedia
Total
3
24 24
Fasilitas Pendidikan
20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Memadai Sebelum
Tdk Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia
Total
Kurang Memadai
Tdk Tersedia
Total
1
6 15.00
15 7.50
3 1.50
24
2
24 15.00 30
0 7.50 15
0 1.50 3
24 48
Chi – sq = 5.400 + 7.500 + 1.500 + 5.400 + 7.500 + 1.500 = 28.000 Df = 2 , P-Value = 0.000 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value < 0.005 ; Relokasi berpengaruh terhadap Ketersediaan fasilitas pendidikan
175
8) Tingkat Pendidikan >60% 1 1
Sebelum Sesudah
25
30-60% 7 7
<30% 14 14
Total 22 22
Tingkat Pendidikan Hingga SLTP
20 15 10 5 0
>60%
30-60% Sebelum
<30%
Sesudah
Chi Square Calculation >60%
Total
30-60%
<30%
1
1 1.00
7 7.00
14 14.00
2
1 1.00 2
7 7.00 14
14 14.00 28
Total 22 22 44
Chi – sq = 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 = 0.000 Df = 2 , P-Value = 1.000 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value > 0.005 ; pendidikan
Relokasi
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
176
9) Ketersediaan Transportasi Tersedia Sebelum Sesudah
18 17
Kurang Memadai 6 7
Tdk Tersedia
Total 24 24
25 Ketersediaan Transportasi 20 15 10 5 0 Tersedia
Kurang Memadai Sebelum
Tdk Memadai
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia
Total
Kurang Memadai
1
18 17.50
6 6.50
2
17 17.50 35
7 6.50 13
Tdk Tersedia
Total 24
48
Chi – sq = 0.014 + 0.038 + 0.014 + 0.038 + Df = 1 , P-Value = 0.745 2 cells with expected counts less than 5.0
Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi tidak berpengaruh terhadap ketersediaan transportasi
177
10) KemudahanTransportasi Mudah
Agak Sulit
Sulit
Total
Sebelum
17
7
24
Sesudah
18
6
24
Kemudahan Transportasi 20 15 10 5 0 Mudah
Agak Sulit Sebelum
Sulit
Sesudah
Chi Square Calculation Mudah_1 1
Agak Sul
Total
17
7
17.50
6.50
18
6
17.50
6.50
35
13
2
Total
24
24
48
Chi-Sq = 0.014 + 0.38 + 0.014 + 0.38 = 0.105 DF = 2, P-Value = 0.745
Result : p-Value < 0.005 ; Realokasi tidak berpengaruh terhadap kemudahan transportasi
178
11) Fasilitas Tempat Tinggal Tersedia Sebelum Sesudah
Ragu-ragu
Tidak Tersedia
22 23
Total 1
23 23
Fasilitas Tempat Tinggal 25 20 15 10 5 0 Tersedia
Ragu-ragu Sebelum
Tidak Tersedia
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 22 22.00
Tidak Te 1 1.00
Total 23
2
22 22.00
1 1.00
23
Total
44
2
46
1
Chi-Sq = 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 = 0.000 DF = 1, P-Value = 1.000 2 cell with expected counts less than 5.0 Result : p-Value > 0.005 ; Realokasi tidak berpengaruh terhadap ketersediaan tempat tinggal
179
12) Kondisi Tempat Tinggal Layak
Kurang Layak
Tidak Layak
Total
Sebelum
19
4
1
24
Sesudah
20
3
1
24
Kondisi Te mpat Tinggal 25 20 15 10 5 0 Layak
kurang Layak Se be lum
Tidak Layak
Se sudah
Chi Square Calculation 1
2
Total
Layak
Kurang L
Tidak La
Total
19
4
1
24
19.50
3.50
1.00
20
3
1
19.50
3.50
1.00
39
7
2
24
48
Chi-Sq = 0.013 + 0.071 + 0.000 + 0.013 + 0.071 + 0.000 = 0.168 DF = 2, P-Value = 0.919 2 cell with expected counts less than 5.0 Result : p-Value > 0.005 ; Realokasi tidak berpengaruh terhadap kondisi tempat tinggal
180
13) Fasilitas Peribadatan Tersedia
Kurang Tersedia
Sebelum
20
Sesudah
24
Tidak Tersedia
4
Total 24 24
Faslitas Pe ribadatan 30 25 20 15 10 5 0 Te rsedia
Kurang Te rse dia Sebe lum
Tidak Te rse dia
Sesudah
Chi Square Calculation
1
2
Total
Layak
Kurang L
Total
20
4
24
22.00
2.00
24
0
22.00
2.00
44
4
24
48
Chi-Sq = 0.182 + 2.00 + 0.182 + 2.00 + = 0.037 DF = 1, P-Value = 0.037 Result : p-Value > 0.005 ; Realokasi tidak berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas peribadatan
181
14) Kegiatan Keagamaan > 2 kali
1 – 2 kali
Tidak Pernah
Total
Sebelum
20
3
1
24
Sesudah
20
3
1
24
Frekuensi Kegiatan Peribadatan 25 20 15 10 5 0 > 2 Kali
1 - 2 Kali Sebelum
Tidak Pernah
Sesudah
Chi Square Calculation 1
2
Total
> 2 kali
1 – 2 ka
Tidak Pe
Total
20
3
1
24
20.00
3.00
1.00
20
3
1
20.00
3.00
1.00
40
6
2
24
48
Chi-Sq = 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 + 0.000 = 0.000 DF = 2, P-Value = 1.000 2 cell with expected counts less than 5.0 Result : p-Value >0.005 ; Realokasi tidak berpengaruh terhadap frekuensi kegiatan keagamaan dalam sebulan
182
15) Fasilitas Pos Keamanan Tersedia
Kurang Tersedia
Tidak Tersedia
Total
Sebelum
6
7
11
24
Sesudah
10
9
5
24
Fasilitas Pos Ke manan 12 10 8 6 4 2 0 Te rse dia
Kurang Te rsedia Se be lum
Tidak Te rse dia
Sesudah
Chi Square Calculation 1
2
Total
Tersedia
Kurang T
Tidak Te
Total
6
7
11
24
8.00
8.00
8.00
10
9
5
8.00
8.00
8.00
16
16
16
24
48
Chi-Sq = 0.500 + 0.125 + 0.125 + 0.500 + 0.125 + 0.125 = 3.500 DF = 2, P-Value = 0.174 Result : p-Value > 0.005 ; Realokasi tidak berpengaruh terhadap fasilitas pos Kemanan
183
16) Kejadian Pencemaran / Kerusakan Lingkungan
Tidak
Ragu-Ragu
Ya
Total
11 8
6 8
7 8
24 24
Sebelum Sesudah
Ke jadian Pe nce maran / Kerusakan Lingkungan 12 10 8 6 4 2 0 T idak
Ragu-Ragu Sebelum
Ya
Sesudah
Chi Square Calculation Tersedia 11 9.50
Ragu-Ragu 6 7.00
Ya 7 7.50
Total 24
2
8 9.50
8 7.00
8 7.50
24
Total
19
14
15
48
1
Chi – Sq =
0.237 + 0.143 + 0.033 + 0.237 + 0.143 + 0.033 = 0.826
DF = 2, P-Value = 0.662 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi tidak berpengaruh terhadap kejadian pencemaran / kerusakan lingkungan
184
17) Kondisi Teknologi Penangkapan
Sebelum Sesudah
Modern/Berkembang
Ragu-Ragu
Tradisional
Total
3 4
1 1
20 19
24 24
Kondisi Teknologi Penangkapan 25 20 15 10 5 0 M odern/Berkembang
Ragu-Ragu Sebelum
Tradisional
Sesudah
Chi Square Calculation Modern/B 3 3.50
Ragu-Ragu 1 1.00
Tradisional 20 19.50
Total 24
2
4 3.50
1 1.00
19 19.50
24
Total
19
2
39
48
1
Chi – Sq =
0.071 + 0.000 + 0.013 + 0.071 + 0.000 + 0.013 = 0.168
DF = 2, P-Value = 0.919 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi tidak berpengaruh terhadap kondisi teknologi penangkapan
185
18) Kondisi Pengolahan Ikan Oleh Industri Rumah Tangga Memadai
Kurang Memadai
Tidak Memadai
Total
1 19
6 5
17 0
24 24
Sebelum Sesudah
Kondisi Teknologi Pengolahan Ikan Oleh Industri Rumah Tangga
20 15 10 5 0 Memadai
Kurang Memadai Sebelum
Tidak Memadai
Sesudah
Chi Square Calculation Memadai 1 10.00
Kurang M 6 5.50
Tidak Me 17 8.50
Total 24
2
19 10.00
5 5.50
0 8.50
24
Total
20
11
17
48
1
Chi – Sq =
8.100 + 0.045 + 8.500 + 8.100 + 0.045 + 8.500 = 33.291
DF = 2, P-Value = 0.000 Result : P-Value <0.005 ; Relokasi berpengaruh terhadap kondisi teknologi pengolahan ikan oleh industri rumah tangga
186
19) Interaksi Sosial
Sebelum Sesudah
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Total
20 20
4 4
0 0
24 24
Kondisi Pe rgaulan Muda Mudi 25 20 15 10 5 0 Baik
Kurang Baik Sebelum
T idak Baik
Sesudah
Chi Square Calculation Baik 20 20.00
Kurang Baik 4 4.00
Total 24
2
20 20.00
4 4.00
24
Total
40
8
48
1
Chi – Sq =
0.000+ 0.000 + 0.013 + 0.000+ 0.000 + 0.013 + DF = 1, P-Value = 1.000 2 cells with expected counts less than 5.0 Result : P-Value > 0.005 ; Relokasi tidak berpengaruh terhadap kondisi pergaulan muda mudi
187
Lampiran 4 Kuesioner penelitian
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN MASYARAKAT PASCA RELOKASI MASYARAKAT NELAYAN EKS KALI ADEM TERHADAP MASYARAKAT DESA KARANG SONG INDRAMAYU, JAWA BARAT
No. Responden
: ...........................................................................
Nama Responden
: ...........................................................................
Alamat Responden
: ........................................................................... ...........................................................................
Tanggal Wawancara
: ...........................................................................
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
188
I. Karakteristik Responden 1. Umur
: ………………………………...............………………
2. Jenis Kelamin
: ………………………............………….…………….
3. Status
: ……………….............……………………………….
4. Tingkat Pendidikan
: ……………………………………………………….
5. Jumlah Anggota Keluarga: ……………………………………………..........……. 6. Mata Pencaharian
: ………………………………………………..............
7. Lama Tinggal
: ………………………………………………………..
II. Identitas Keluarga Responden
No
Nama
L/ P
Umur (th)
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Pokok
Sampingan
Hubungan Keluarga
Ket.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. III. Umum 1. Apakah saudara mengetahui program relokasi penduduk ke Desa Karang Song oleh pemerintah? a. Tidak
b. Ragu-ragu
c. Ya
jika ya, dari mana saudara tahu: …………. 2. Jika ya, sejauh mana saudara mengetahui tentang relokasi tersebut? (dari mana, lokasi, waktu, berapa, jumlanya, tujuan) a. Kurang
b. Cukup
c. Banyak
3. Apakah saudara mengetahui alasan tentang relokasi penduduk tersebut? a. Tidak
b. Ragu-ragu
c. Ya
189
IV. Dampak Relokasi terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pemukiman Relokasi dan Sekitarnya di Desa Karang Song 1. Berapa pendapatan per bulan sebelum adanya program relokasi a. di bawah 500.000
b. 500.000 – 1000.000
c. diatas 1000.000
2. Berapa pendapatan per bulan setelah program relokasi a. di bawah 500.000
b. 500.000 – 1000.000
c. diatas 1000.000
3. Tingkat konsumsi keluarga sebelum program relokasi a. tinggi
b. sedang
c. rendah
4. Tingkat konsumsi keluarga setelah program relokasi a. tinggi
b. sedang
c. rendah
5. Bagaimana fasilitas kesehatan (Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit) sebelum program relokasi a. tersedia
b. ragu-ragu
c. tidak tersedia
6. Bagaimana fasilitas kesehatan (Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit) setelah program relokasi a. tersedia
b. ragu-ragu
c. tidak tersedia
7. Berapa kali dalam setahun anggota keluarga berobat ke Puskesmas/Rumah Sakit sebelum Program Relokasi a. 0 – 2 kali
b. 3 – 5 kali
c. lebih dari 5 kali
8. Berapa kali dalam setahun anggota keluarga berobat ke Puskesmas/Rumah Sakit setelah Program Relokasi a. 0 – 2 kali
b. 3 – 5 kali
c. lebih dari 5 kali
9. Bagaimana fasilitas untuk kegiatan perikanan (pelabuhan, TPI) sebelum program relokasi a. tersedia
b. kurang memadai
c. tidak tersedia
10. Bagaimana fasilitas untuk kegiatan perikanan (pelabuhan, TPI setelah program relokasi a. tersedia
b. kurang memadai
c. tidak tersedia
11. Bagaimana kemudahan pekerjaan sebelum adanya program relokasi a. mudah
b. agak sulit
c. Sulit
190
12. Bagaimana kemudahan pekerjaan setelah program relokasi a. mudah
b. agak sulit
c. sulit
13. Bagaimana fasilitas pendidikan (sekolah) sebelum program relokasi a. tersedia
b. kurang memadai
c. tidak tersedia
14. Bagaimana fasilitas pendidikan (sekolah) setelah program relokasi a. tersedia
b. kurang memadai
c. tidak tersedia
15. Berapa jumlah anggota keluarga yang berpendidikan tamat SLTP sebelum program relokasi a. di atas 60 %
b. 30 – 60 %
c. di bawah 30 %
16. Berapa jumlah anggota keluarga yang berpendidikan tamat SLTP setelah program relokasi a. di atas 60 %
b. 30 – 60 %
c. di bawah 30 %
17. Bagaimana ketersediaan sarana transportasi sebelum program relokasi? a. tersedia
b. kurang memadai
c. tidak tersedia
18. Bagaimana ketersediaan sarana transportasi setelah program relokasi? a. tersedia
b. kurang memadai
c. tidak tersedia
19. Bagaimana kemudahan transportasi dalam kota sebelum program relokasi a. mudah
b. agak sulit
c. sulit
20. Bagaimana kemudahan transportasi dalam kota setelah program relokasi a. mudah
b. agak sulit
c. Sulit
21. Bagaimana fasilitas tempat tinggal/rumah sebelum program relokasi a. tersedia
b. ragu-ragu
c. tidak tersedia
22. Bagaimana fasilitas tempat tinggal/rumah setelah program relokasi a. tersedia
b. ragu-ragu
c. tidak tersedia
23. Bagaimana keadaan tempat tinggal/rumah sebelum program relokasi a. layak
b. kurang layak
c. tidak layak
24. Bagaimana keadaan tempat tinggal/rumah setelah program relokasi a. layak
b. kurang layak
c. tidak layak
191
25. Tempat peribadatan masyarakat sebelum program relokasi a. tersedia
b. kurang tersedia
c. tidak tersedia
26. Tempat peribadatan masyarakat setelah program relokasi a. tersedia
b. kurang tersedia
c. tidak tersedia
27. Berapa kali di adakan kegiatan keagamaan (pengajian) dalam sebulan sebelum program relokasi a. lebih dari 2 kali
b. 1 – 2 kali
c. tidak pernah
28. Berapa kali di adakan kegiatan keagamaan (pengajian) dalam sebulan setelah program relokasi a. lebih dari 2 kali
b. 1 – 2 kali
c. tidak pernah
29. Apakah tersedia pos-pos keamanan sebelum adanya program relokasi a. tersedia
b. kurang tersedia
c. tidak tersedia
30. Apakah tersedia pos-pos keamanan setelah adanya program relokasi a. tersedia
b. kurang tersedia
c. tidak tersedia
31. Apakah terjadi pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan sekitar sebelum adanya program relokasi a. tidak
b. ragu-ragu
c. ya
32. Apakah terjadi pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan sekitar setelah adanya program relokasi a. tidak
b. ragu-ragu
c. ya
33. Bagaimana teknologi penangkapan ikan oleh nelayan sebelum adanya program relokasi a. modern / berkembang
b. ragu-ragu
c. Tradisional
34. Bagaimana teknologi penangkapan ikan oleh nelayan setelah program relokasi a. modern / berkembang
b. ragu-ragu
c. tradisional
35. Bagaimana teknologi pengolahan ikan oleh industri rumah tangga sebelum adanya program relokasi a. memadai
b. kurang memadai
c. tidak memadai
192
36. Bagaimana teknologi pengolahan ikan oleh industri rumah tangga setelah adanya program relokasi a. memadai
b. kurang memadai
c. tidak memadai
37. Bagaimana pergaulan muda-mudi di lingkungan sebelum adanya program relokasi a. baik
b. kurang baik
c. tidak baik
38. Bagaimana pergaulan muda-mudi di lingkungan setelah program relokasi a. baik
b. kurang baik
c. tidak baik
193