EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM OLEH : RAMADHAN SYAHMEDI SIREGAR, S.Ag, MA Dosen FK USU Dosen Tetap Fak Fak. Syari Syari`ah ah Intitut Agama Islam Negeri (IAIN-SU) Medan
• Euthanasia berasal dari kata Yunani, eu berarti baik, d thanatos dan h artinya i mati. i Maksudnya M k d mengakhiri khi i hidup dengan cara yang mudah dan tanpa rasa sakit. S d k menurut Dr. Sedangkan D Yusuf Y f Qardhawi, Q dh i MA, MA (qatl ( l ar-rahmah): tindakan memudahkan kematian seseorang dengan d sengaja j tanpa meresakan k sakit, ki karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan d it sii sakit. kit Oleh Ol h karena k it euthanasia itu, th i sering disebut juga dengan mercy killing (mati d dengan t tenang). ) • Ditinjau dari kondisi pasien, tindakan euthanasia dikategorikan menjadi dua macam.
• 1. Euthanasia positif atau aktif : suatu tindakan mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan ataupun melepaskan alat-alat pembantu medis, seperti melepaskan saluran zat asam melepas alat pemacu asam, pemac jantung jant ng dan lainnya. lainn a Misalnya, seorang penderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa hingga penderita sering tak sadarkan diri. Dalam hal ini dokter yakin yang bersangkutan g akan meninggal gg dunia. Kemudian keluarganya menyarankan agar dokter memberinya obat dengan takaran tinggi (over dosis) sekaligus dapat menghilangkan rasa sakitnya, tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus. Euthanasia posistif i tif ini i i jelas j l diharamkan dih k d l dalam Il Islam, sama dengan membunuh dengan sengaja.
• 2. Euthanasia negatif atau pasif: suatu tindakan membiarkan pasien/penderita yang dalam keadaan tidak sadar (comma), ( ) kerena berdasarkan pengalaman maupun ukuran medis sudah tidak ada harapan hidup bagi pasien, pasien mungkin salah satu organ pentingnya sudah rusak atau lemah, seperti bocornya pembuluh darah yang menghubungkan ke otak (stroke) akibat tekanan darah tinggi, tidak berfungsinya jantung, dan sebagainya. Hal ini g “fase antara”,, dikalangan g awam seringg disebut dengan menyebut “antara hidup dan mati”. Kondisi euthanasia negatif ini bagi pasien, yakni dengan cara menghentian pengobatan maka kemungkinan besar akan mempercepat kematian pasien, hal ini dibolehkan, mugkin k karena alasan l d dana yang tak t k sanggup, atau t rasa kasihan k ih terhadap pasien.
• Kriteria mati. Dahulu mungkin dikatakan mati jika j dia mati suri), ), dilihat tidak bernafas ((bisa saja kemudian ukuran ini berubah dengan tidak berfungsinya g y jjantungg atau g gerak nadi. Kemudian diketahui bahwa jantungpun ternyata digerakkan pusat saraf p penggerak gg yang y g terletak p pada bagian g oleh p batang otak di kepala. Makanya Prof. Dr. Mahar j ((eks Rektor UI)) dan p para ahli kedokteran Mardjono sepakat bahwa yang menjadi patokan dalam g otak. Jika menentukan kematian adalah batang batang otak betul-betul sudah mati harapan hidup g sudah terputus. p seseorang
• Menurut dr.Yusuf Misbach (ahli saraf), terdapat dua yaitu kematian korteks otak macam kematian otak,, y yang merupakan pusat kegiatan intelektual, dan g otak,, kerusakan p pada batang g otak kematian batang lebih fatal, karena di bagian itulah terdapat pusat gg yang y g merupakan p motor semua saraf saraf ppenggerak tubuh, hal ini juga dikemukakan oleh dr. Kartono ) Ia mengatakan g Muhammad ((Wakil Ketua IDI). bahwa seseorang dianggap mati apabila batang otak yyang g menggerakkan gg jjantungg dan p paru-paru p tidak berfungsi lagi. Tegasnya batang otak merupakan ppedoman untuk mengetahui g masih hidup p atau sudah matinya seseorang yang sudah tidak sadar.
• Untuk menentukan kerusakan otak pada maunusia menurut Prof.Dr. Mahar Mardjono (eks Rektor UI) tidak terlalu sulit bagi rumah sakit yang tidak ada alat electro encefalograf (EEG), bisa juga dengan menggunakan alat detektor otak, maka cukup dengan mengetes refleksi kornea mata, apabila pupil (anak mata) masih memberi reaksi terhadap cahaya. Bisa juga dengan memeriksa refleks vestibula okular ( (meneteskan k 20 cc air i es ke k telinga li ki i dan kiri d kanan, k kemudian memeriksa reaksi motoriknya pada mata).
• Euthanasia menurut KUHPidana dan Kode Etik Kedokteran. Dalam pasal 344 KUHP dinyatakan: “barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dengan sungguh-sungguh, sungguh sungguh dihukum penjara selamaselama lamanya dua belas tahun. • Berdasarkan pasal ini seorang dokter bisa dituntut bila melakukan euthanasia, walaupun atas permintaan pasien dan keluarga yang bersangkutan. bersangkutan Di dalam Kode Etik Kedokteran yang ditetapkan Menteri Kesehatan Nomor: 434/Men.Kes./SK/X/1983 disebutkan ppada ppasal 10 “setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup makhluk insani”.Bagi dokter yang melakukan euthanasia bisa diberhentikan dari jabatannya, karena melanggar kode etik kedokteran.
• Solusi bagi pasien yang putus asa dari kesembuhan sehingga ingin bunuh diri atau euthanasia adalah, ia menyadari akan kelemahan imannya, imannya sebab sakit adalah satu bentuk ujian kesabaran. Jika ingin ethanasia dengan permintaan sendiri maka Allah mengancamnya melalui hadis Nabi yang artinya : Barang siapa mencekik lehernya, lehernya ia akan mencekik “Barang lehernya pula dalam neraka. Dan siapa menikam dirinya maka ia menikam dirinya pula dalam api dirinya, neraka” (dalam kitab Shahih Bukhari).
• Jika pihak keluarga merasa kasihan pada pasien atau tidak sanggup dengan biaya perawatan maka mereka memutuskan untuk euthanasia aktif sementara si pasien masih ada tanda-tanda kehidupan (belum mati batang otaknya), otakn a) maka si pelaku pelak euthanasia e thanasia dan keluarga pemberi izin, tergolong pembunuhan disengaja dan pelaku jarimah (akan kena hukuman). hukuman) • Hal ini diancam Allah dalam firmannya yang artinya: “Dan Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya y dan ialah neraka Jahannam,, kekal ia di dalamnya Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya. (Q.S. anNisa` : 93).
• Jika keluarganya ingin pasien di euthansia dengan tujuan g cepat p memperoleh p harta warisan,, dalam KUHP agar merupakan tindakan pembunuhan direncanakan dan j Islam,, orangg diancam hukuman. Sementara dalam ajaran yang membunuh tidak akan mendapatkan wasisan dari y itu,, jjika ia merupakan p salah satu orangg yyangg dibunuhnya ahli warisnya. • Tapi para ulama sepakat dan begitu juga dikalangan kedokteran bahwa euthanasia pasif atau negatif dibolehkan, yakni tanpa memberikan pengobatan bagi pasien karena tidak mampu atau memang pasrah dengan keadan yang tak tau kepastiannya, hanya menunggu kekuasaan Allah.
• Tidak boleh menginginkan mati, sesuai dengan hadis nabi yang artinya: “Dari Dari Abu Hurairah ra. ra bersabda Rasulullah saw, janganlah ada seseorang dari kamu yang mengiginkan mati. mati Kalau ia baik (orang yang sakit itu) mungkin akan bertambah kebaikannya dan kalau ia jahat mungkin ia bisa kebaikannya, bertaubat (H.R. Bukhari Muslim).
• Menghadapi maut bukan hal yang sangat mudah tapi ppenuh p perjuangan j g dan tantangan, g , meskipun p prosenya kelihatannya sangat singkat. Sebagaimana g artinya: y “Talqinkan q ((ajari) j ) dan hadis nabu yyang hadirkan pada orang yang hendak mati di antara g Lailaha Illa Allah serta g gembirakanlah kamu dengan dengan syorga, sebab orang laki-laki maupun pperempuan p yang y g tabah p pun ((beriman), ), di saat y yangg gawat akan kebingungan. Demi Allah, pandangan p malaikat maut saja j terasa lebih hebat dari terhadap seribu pukulan pedang. Demi Allah, tidak akan g dari dunia, hingga gg setiap p keluar jjiwa seseorang keringatnya merasa sakit karena bingungnya.
• Nabi Isa as. bisa menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah, setengah dari orang kafir tidak percaya mua`zijat nabi Isa tersebut. Sebab selama ini nabi Isa menghidupkan orang yang baru mati dan barang kali ia belum bel m mati. mati Mereka ingin dihidupkan dihid pkan orang yang telah lama mati, kemudian berangkat ke kubur Sam bin Nuh as, as maka nabi Isa shalat dua rakaat dan berdo`a kepada Allah untuk g p y Maka Allah menghidupkannya, g p y , menghidupkannya. kemudian nabi Isa bertanya kepada Sam bin Nuh yang hidup kembali. Sejak berapa lama engkau mati?, Sam menjawab, meninggal sejak empat ribu tahun yang lalu. Sedang rasa sakit dan pahitnya mati b l belum hil hilang. K Kemudian di Sam S bi Nuh bin N h as, kembali k b li mati menjalani kehidupan alam barzah.