STRUKTUR CERITA PENDEK KARYA-KARYA PENGARANG PEREMPUAN SERTA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 LEUWIMUNDING KABUPATEN MAJALENGKA
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd.) OLEH
Euis Yeti Srinawati NPM 109180005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2012
STRUKTUR CERITA PENDEK KARYA-KARYA PENGARANG PEREMPUAN SERTA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 LEUWIMUNDING KABUPATEN MAJALENGKA
Euis Yeti Srinawati
Abstrak Penelitian ini mengangkat permasalahan struktur cerita pendek karyakarya pengarang perempuan dan penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis cerpen. Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan yang dapat merangsang kerja otak dalam menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Dilihat dari acuannya, pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam berbagai aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur cerita pendek karyakarya pengarang perempuan, mengetahui segi feminisme cerita pendek karyakarya pengarang perempuan, meningkatkan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dan mengetahui perbedaan skor antara yang menggunakan dan yang tidak menggunakan pendekatan kontekstual siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Struktur cerita pendek karya-karya pengarang perempuan terdiri dari tema, latar, alur, penokohan, gaya, dan amanat. Segi feminisme cerita pendek karya-karya pengarang perempuan yaitu cerpen-cerpen tersebut bercerita tentang kehidupan seorang perempuan.
A. Pengantar Menulis sesungguhnya berkaitan dengan mengungkapkan gagasan. Aktivitas tersebut tidaklah berbeda dengan berbicara. Hanya bentuk dan cara mengungkapkannya relatif berbeda meskipun memiliki substansi pesan yang sama. Menulis adalah suatu bentuk mengekspresikan diri. Seperti halnya berbicara, menulis sesungguhnya mengungkapkan maksud dan tujuan tertentu dan berdasarkan struktur bahasa tertentu. Pembelajaran sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi watak, kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa bagi siswa. Pembelajaran sastra membuat siswa mengenal dan menikmati karya sastra. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh pengalaman hidup dari karya sastra itu sendiri. Selain itu, dalam pembelajaran sastra siswa dapat mengungkapkan ide, gagasan atau 1
pendapat yang menjadi ekspresi dari jiwa dan pikirannya. Selain manfaat untuk membantu kemampuan berbahasa, sastra juga berguna untuk meningkatkan pengetahuan budaya. Ketidakmampuan siswa menulis cerpen dengan baik disebabkan kemalasan siswa karena kurangnya motivasi untuk mulai menulis. Di samping itu, siswa mengaku mengalami kesulitan untuk menemukan tema dalam penulisan cerpen. Hal ini terjadi karena siswa kurang bisa mengolah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dijadikan ide dalam penulisan cerpen. Padahal, banyak sekali peristiwa yang dapat dicatat dan diabadikan dalam bentuk cerita, khususnya cerpen. Pengalaman siswa bisa membantu siswa menemukan tema penulisan cerpen. Pendekatan pembelajaran yang mampu membiarkan siswa berpikir aktif dan kreatif adalah pendekatan konstektual. Pendekatan konstektual ini tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Dalam pendekatan pembelajaran ini siswa dituntun untuk aktif mengikuti tahap-tahap yang disajikan dalam pembelajaran sehingga siswa dapat melakukan proses kreatif untuk menulis cerpen melalui proses berpikir. Cerpen sebagai hasil cipta sastra tidak terwujud begitu saja. Dalam proses penciptaannya, pengarang menjalin berbagai unsur pembentuknya untuk mendukung konsep yang hendak digarapnya. Tanpa terjalinnya unsur-unsur cerita itu, mustahil suatu cerpen akan tercipta. Tahap-tahap proses menulis menyajikan lima tahap dalam pembelajaran menulis, yaitu (1) pramenulis, (2) pembuatan draff, (3) merevisi, (4) menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Salah satu teknik menulis cerpen adalah merekayasa rangkaian cerita menjadi unik, baru, dan tentu tidak ada duanya. Kedengarannya sulit sekali. Dari satu objek yang sama, pasti ada sudut-sudut yang unik yang dapat kita tulis. Kita dapat membumbui kisah-kisah itu dengan fantasi dan pengalaman pribadi kita yang tentunya tidak akan sama dengan pengalaman yang dimiliki oleh orang lain. Lahirnya pendekatan konstektual berawal dari pemikiran bahwa anak kan belajar lebih baik jik lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pendekatan konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Leuwimunding. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Leuwimunding tahun pelajaran 2011 / 2012. Kelas XII di sekolah tersebut berjumlah tujuh kelas. Kelas XII IPA terdiri atas tiga kelas dan kelas XII IPS empat kelas. Secara keseluruhan jumlah siswa kelas XII sebanyak 240 siswa. Model penelitian eksperimen yang penulis gunakan adalah model pretestposttest Control Group Design (Sugiyono, 2007 : 112).
2
Metode ini digunakan untuk menguji keefektifan penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Dalam penelitian ini, penulis berperan sebagai observer yaitu mengamati jalannya proses penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis cerpen. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap penyusunan instrumen, pengumpulan data, dan pelaporan. Pada tahap pengumpulan data juga dilakukan tiga tahap yaitu tahap pelaksanaan tes awal, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan tes akhir. Pada tahap pengumpulan data, tahap pertama pemberian tes awal, berupa tes kemampuan menulis cerpen. Tujuan dilaksanakannya tes awal, untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diadakannya pembelajaran. Pada tahap kedua pengumpulan data yaitu pelaksanaan pembelajaran (pemberian perlakuan) terhadap subjek penelitian. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan jadwal pelajran bahasa Indonesia di kelas tersebut. Pelaksanaan perlakuan untuk kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan kontekstual, dan untuk kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan metode konvensional yakni ceramah. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, langkah selanjutnya memberikan angket kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Selain memberikan angket kepada siswa, peneliti pun melaksanakan wawancara dengan guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. C. Analisis Cerpen 1. Tema Tema yang diangkat pada cerpen cerpen yang telah penulis analisis merupakan tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari, yang ada di sekitar kita 1) Cerpen “Surat” Karya Yuni Kristianingsih Tema yang diangkat dalam cerpen ini yaitu Seorang isteri yang masih mencintai mantan suaminya. Dan dia menginginkan kembali bersatu dengan mantan suaminya setelah anaknya meninggal. 2) Cerpen “Pertemuan Di Taman Hening” Karya Helvy Tiara Rosa Seorang isteri yang bernama Sih yang berprofesi sebagai penulis bersuamikan Kas , tetapi dia selalu mendapatkan penganiayaan dan penghianatan cinta yang menyakitkan dari suaminya. 3) Cerpen “Gadis Kecil Di Jembatan” Karya Cicik Novita Cerpen ini bertema tentang pembuatan proyek jembatan Kali Welang dengan dana yang tinggal separuh karena aparat yang menyunat dana proyek tersebut sehingga dia memutuskan mengambil jalan yang tidak masuk akal yaitu memberikan tumbal untuk pembuatan jembatan tersebut. 4) Cerpen “Tulip Di Gunung Balkan” Karya Murparsaulian Seorang wanita yang selalu terbayang-bayang masa lalunya tentang kematian suami dan anaknya serta terikat janjinya sediri karena sangat menyayangi suami dan anaknya dengan tidak akan ada cinta lain
3
5) Cerpen “Andien” Karya Cicilia Anggraini Oday Kematian seorang gadis bernama Andien yang begitu misterius di rumah kost Andien. 2. Latar 1) Cerpen “Surat” Karya Yuni Kristianingsih Kamar dekat Jendela 2) Cerpen “Pertemuan di Taman Hening” Karya Helvy Tiara Rosa Kamar Kas dan Sih dan Taman Hening 3) Cerpen “Gadis Kecil di Jembatan” Karya Cicik Novita Di pinggir kali welang, Ruang praktek dukun, Di lampu merah, dan Malam hari 4) Cerpen “Tulip Di Gunung Balkan” Karya Murparsaulian Kamar, Trotoar, Bus, Sungai Swan River, Toko di Kota Sarajevo, dan Siang hari 5) Cerpen “Andien” Karya Cicilia Anggraini Oday Rumah Kos Andien, Pagi dan Siang hari 3. Alur 1) Cerpen “Surat” Karya Yuni Kristianingsih Menggunakan alur campuran 2) Cerpen “Pertemuan Di Taman Hening” Karya Helvy Tiara Rosa Menggunakan alur campuran 3) Cerpen “Gadis Kecil Di Jembatan” Karya Cicik Novita Menggunakan alur maju 4) Cerpen “Tulip Di Gunung Balkan” Karya Murparsaulian Menggunakan alur campuran 5) Cerpen “Andien” Karya Cicilia Anggraini Oday Menggunakan alur campuran 4. Pelaku 1) Cerpen “Surat” Karya Yuni Kristianingsih Aku dan Dhimas 2) Cerpen “Pertemuan Di Taman Hening” Karya Helvy Tiara Rosa Sih , Kas, Penari Cantik dan Laki-laki yang hampir mirip dengan Kas. 3) Cerpen “Gadis Kecil Di Jembatan” Karya Cicik Novita Sigit, Mbah Harjo, Ria, dan Parman 4) Cerpen “Tulip Di Gunung Balkan” Karya Murparsaulian Aku / Meilis dan Erwin 5) Cerpen “Andien” Karya Cicilia Anggraini Oday Saya, Andien dan Bu Tika 5. Gaya 1) Cerpen “Surat” Karya Yuni Kristianingsih Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimatkalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat cukup baku dengan susunan
4
2)
3)
4)
5)
yang baik. Tetapi ada beberapa kata yang mungkin jarang digunakan, tetapi ada dalam catatan. Cerpen “Pertemuan di Taman Hening” Karya Helvy Tiara Rosa Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimatkalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat cukup baku dengan susunan yang baik. Ada kalimat yang menggunakan majas perumpamaan yang terdapat dalam kalimat Seperti aku mencintai surga. Cerpen “Gadis Kecil di Jembatan” Karya Cicik Novita Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimatkalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat cukup baku dengan susunan yang baik, tetapi ada juga kata-kata yang kurang baku. Cerpen “Tulip Di Gunung Balkan” Karya Murparsaulian Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini cukup mudah dimengerti. Kalimatkalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat cukup baku dengan susunan yang baik. Tetapi ada beberapa kata yang mungkin jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kita sebagai warga Indonesia, cerita ini terjadi di Australia. Kata-kata tersebut dijelaskan pada catatan. Cerpen “Andien” Karya Cicilia Anggraini Oday Bahasa yang digunakan dalam cerpen ini mudah dimengerti dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat-kalimat yang digunakan adalah kalimat-kalimat cukup baku dengan susunan yang baik. Cerita ini penuh misteri membuat pembacanya penasaran untuk mengetahui akhir cerita
6. Amanat 1) Cerpen “Surat” Karya Yuni Kristianingsih Jangan pernah mengharapkan seseorang yang telah dimiliki oleh orang lain walaupun dahulu pernah kita miliki. Dalam hidup ini kita harus optimis. 2) Cerpen “Pertemuan di Taman Hening” Karya Helvy Tiara Rosa Seorang suami tidak boleh berlaku kasar terhadap isterinya tetapi harus menghargai isterinya dan harus bisa menjaga keharmonisan rumah tangga, jangan mudah tergoda oleh pihak lain. 3) Cerpen “Gadis Kecil Di Jembatan” Karya Cicik Novita Jangan menghalalkan berbagai cara. Jika kita berusaha pasti ada jalan, jangan menggunakan cara-cara yang tidak baik. Janganlah kita mengambil uang rakyat, karena dapat menyusahkan banyak orang. 4) Cerpen “Tulip Di Gunung Balkan” Karya Murparsaulian Kita jangan terlalu berkutat dengan masa lalu kita, biarlah masa lalu kita menjadi kenangan dan kita harus menjalani kehidupan untuk mencari kebahagiaan sendiri, namun bila kita sudah berjanji kita harus menepatinya 5) Cerpen “Andien” Karya Cicilia Anggraini Oday Kita harus optimis dalam hidup ini. Tidak boleh putus asa, apalagi sampai bunuh diri.
5
D. Hasil Penelitian Pertemuan pertama untuk melaksanakan proses pembelajaran I dilakukan pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2012. Pada tahap ini siswa berlatih menulis cerpen berdasarkan cerpen yang telah didiskusikannya. Secara berkelompok siswa membaca dan mendiskusikan hal-hal yang menarik dari sebuah cerpen (unsurunsur intrinsik cerpen, serta judul cerpen). Kemudian siswa menulis cerpen berdasarkan cerpen yang telah didiskusikannya. Tujuan dari proses pembelajaran ini adalah siswa dapat mengungkapkan dan mengembangkan ide-ide orisinal dalam menulis cerpen. Komponen kontekstual yang dilibatkan dalam proses pembelajaran ini adalah kontruktivisme, pemodelan, menemukan, bertanya, dan masyarakat belajar. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Februari 2012, siswa berlatih menulis cerpen dengan cara mengamati sebuah gambar. Pengamatan dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok mencari dan mendiskusikan hal-hal yang menarik dan mengesankan dari gambar yang dipilihnya. Gambar tersebut dijadikan bahan informasi untuk penulisan cerpen. Tujuan dari proses pembelajaran ini adalah siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, dan gagasan melalui gambar yang diamatinya ke dalam bentuk cerpen. Komponen kontekstual yang dilibatkan dalam proses pembelajaran ini adalah menemukan, bertanya, masyarakat belajar. Pertemuan terakhir dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012, siswa melaksanakan tes akhir, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa menulis cerpen setelah diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual Untuk kelas kontrol tes awal dilaksanakan pada Selasa tanggal 21 Februari 2012. Pemberian materi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Februari 2012 dan hari Selasa tanggal 28 Februari 2012. Tes akhir dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 Februari 2012. Semua kegiatan kelas kontrol berbeda jam pelajaran dengan kelas eksperimen. Dari hasil tes awal menulis cerpen kelas eksperimen, pada aspek tema dan isi cerita, tema yang sangat sesuai dengan isi cerita tidak ada, tema yang sesuai dengan isi cerita ada 30 orang, tema agak sesuai dengan isi cerita ada 2 orang, tema yang tidak sesuai dengan isi cerita tidak ada. Pada aspek alur, siswa yang penggambaran alurnya sangat tepat tidak ada, penggambaran alurnya tepat ada 30 orang, sedangkan penggambaran alurnya kurang tepat ada 2 orang, penggambaran alurnya tidak jelas, tidak ada. Pada aspek tokoh dan karakter tokoh, siswa yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh sangat jelas ada tidak ada, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh jelas ada 8 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh kurang jelas ada 24 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh tidak jelas, tidak ada. Pada aspek latar, siswa yang menggambarkan latar tempat, waktu sangat jelas dan ruang kejadian peristiwa sangat mendukung ada 2 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu jelas dan ruang kejadian peristiwa mendukung ada 11 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu kurang jelas dan ruang kejadian peristiwa kurang mendukung ada 19 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu tidak jelas dan ruang kejadian peristiwa tidak mendukung, tidak ada. Pada aspek gaya,
6
siswa yang menggambarkan diksi sangat dinamis, konstruksi kalimat sangat efektif, dan dialog sangat proporsional ada 2 orang, yang menggambarkan diksi dinamis, konstruksi kalimat efektif, dan dialog proporsional ada 27 orang, yang menggambarkan diksi kurang dinamis, konstruksi kalimat kurang efektif, dan dialog kurang proporsional ada 3 orang, yang menggambarkan diksi monoton, konstruksi kalimat tidak efektif, dan dialog tidak proporsional tidak ada. Dari hasil tes akhir menulis cerpen kelas eksperimen, pada aspek tema dan isi cerita, tema yang sangat sesuai dengan isi cerita ada 1 orang, tema yang sesuai dengan isi cerita ada 31 orang, tema agak sesuai dengan isi cerita tidak ada , tema yang tidak sesuai dengan isi cerita tidak ada. Pada aspek alur, siswa yang penggambaran alurnya sangat tepat ada 4 orang, penggambaran alurnya tepat ada 28 orang, sedangkan penggambaran alurnya kurang tepat tidak ada , penggambaran alurnya tidak jelas, tidak ada. Pada aspek tokoh dan karakter tokoh, siswa yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh sangat jelas ada 2 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh jelas ada 30 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh kurang jelas tidak ada , yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh tidak jelas, tidak ada. Pada aspek latar, siswa yang menggambarkan latar tempat, waktu sangat jelas dan ruang kejadian peristiwa sangat mendukung ada 10 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu jelas dan ruang kejadian peristiwa mendukung ada 22 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu kurang jelas dan ruang kejadian peristiwa kurang mendukung tidak ada , yang menggambarkan latar tempat, waktu tidak jelas dan ruang kejadian peristiwa tidak mendukung, tidak ada. Pada aspek gaya, siswa yang menggambarkan diksi sangat dinamis, konstruksi kalimat sangat efektif, dan dialog sangat proporsional ada 9 orang, yang menggambarkan diksi dinamis, konstruksi kalimat efektif, dan dialog proporsional ada 23 orang, yang menggambarkan diksi kurang dinamis, konstruksi kalimat kurang efektif, dan dialog kurang proporsional tidak ada , yang menggambarkan diksi monoton, konstruksi kalimat tidak efektif, dan dialog tidak proporsional tidak ada. Dari hasil tes awal menulis cerpen kelas kontrol, pada aspek tema dan isi cerita, tema yang sangat sesuai dengan isi cerita tidak ada, tema yang sesuai dengan isi cerita ada 30 orang, tema agak sesuai dengan isi cerita ada 2 orang, tema yang tidak sesuai dengan isi cerita tidak ada. Pada aspek alur, siswa yang penggambaran alurnya sangat tepat tidak ada, penggambaran alurnya tepat ada 25 orang, sedangkan penggambaran alurnya kurang tepat ada 7 orang, penggambaran alurnya tidak jelas, tidak ada. Pada aspek tokoh dan karakter tokoh, siswa yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh sangat jelas ada tidak ada, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh jelas ada 10 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh kurang jelas ada 22 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh tidak jelas, tidak ada. Pada aspek latar, siswa yang menggambarkan latar tempat, waktu sangat jelas dan ruang kejadian peristiwa sangat mendukung tidak ada, yang menggambarkan latar tempat, waktu jelas dan ruang kejadian peristiwa mendukung ada 21 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu kurang jelas dan ruang kejadian peristiwa kurang mendukung ada 11 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu tidak jelas dan ruang kejadian peristiwa tidak mendukung, tidak ada. Pada aspek gaya,
7
siswa yang menggambarkan diksi sangat dinamis, konstruksi kalimat sangat efektif, dan dialog sangat proporsional ada 2 orang, yang menggambarkan diksi dinamis, konstruksi kalimat efektif, dan dialog proporsional ada 28 orang, yang menggambarkan diksi kurang dinamis, konstruksi kalimat kurang efektif, dan dialog kurang proporsional ada 2 orang, yang menggambarkan diksi monoton, konstruksi kalimat tidak efektif, dan dialog tidak proporsional tidak ada Dari hasil tes akhir menulis cerpen kelas kontrol, pada aspek tema dan isi cerita, tema yang sangat sesuai dengan isi cerita tidak ada, tema yang sesuai dengan isi cerita ada 32 orang, tema agak sesuai dengan isi cerita tidak ada , tema yang tidak sesuai dengan isi cerita tidak ada. Pada aspek alur, siswa yang penggambaran alurnya sangat tepat tidak ada , penggambaran alurnya tepat ada 28 orang, sedangkan penggambaran alurnya kurang tepat ada 4 orang , penggambaran alurnya tidak jelas, tidak ada. Pada aspek tokoh dan karakter tokoh, siswa yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh sangat jelas tidak ada, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh jelas ada 18 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh kurang jelas ada 14 orang, yang menggambarkan fisik dan karakter tokoh tidak jelas, tidak ada. Pada aspek latar, siswa yang menggambarkan latar tempat, waktu sangat jelas dan ruang kejadian peristiwa sangat mendukung ada 3 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu jelas dan ruang kejadian peristiwa mendukung ada 28 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu kurang jelas dan ruang kejadian peristiwa kurang mendukung ada 1 orang, yang menggambarkan latar tempat, waktu tidak jelas dan ruang kejadian peristiwa tidak mendukung, tidak ada. Pada aspek gaya, siswa yang menggambarkan diksi sangat dinamis, konstruksi kalimat sangat efektif, dan dialog sangat proporsional ada 3 orang, yang menggambarkan diksi dinamis, konstruksi kalimat efektif, dan dialog proporsional ada 29 orang, yang menggambarkan diksi kurang dinamis, konstruksi kalimat kurang efektif, dan dialog kurang proporsional tidak ada , yang menggambarkan diksi monoton, konstruksi kalimat tidak efektif, dan dialog tidak proporsional tidak ada. Berdasarkan data hasil tes awal dan tes akhir kemampuan menulis cerpen antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, terdapat perbedaan hasil yang cukup signifikan. Nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 62,78 dan nilai ratarata tes akhir adalah 74,75. Untuk kelas kontrol nilai rata-rata tes awal 63,34 dan nilai rata-rata tes akhir adalah 66,66. Dalam hal peningkatan nilai untuk kelas eksperimen, dari nilai tes awal ke nilai tes akhir, terdapat kenaikan angka sebesar 11,97. Adapun untuk kelas kontrol, terdapat kenaikan sebesar 3,32. Artinya terdapat perbedaan yang cukup signifikan bagi kelas eksperimen, peningkatan nilai tes awal ke tes akhir dan perbedaan yang cukup mencolok jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, guru melaksanakan tahapantahapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dibuktikan selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa antusias mengikuti proses belajar mengajar. Mereka pun aktif selama kegiatan berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia pendekatan kontekstual memang bukan hal yang baru, tetapi guru yang bersangkutan belum sering melaksanakan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini memang cukup
8
mudah dilaksanakan. Pendekatan kontekstual memang sudah paham, tetapi kadang-kadang masih ragu untuk melaksanakannya. Pendekatan ini sangat tepat untuk mengajarkan menulis cerpen karena akan lebih memotivasi siswa untuk lebih kreatif dalam menulis. Berdasarkan hasil angket dapat disimpulkan bahwa hampir semua siswa menyatakan bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan kontekstual sudah baik dan bisa diterima oleh siswa. E. Simpulan Struktur cerita pendek karya-karya pengarang perempuan terdiri dari tema, latar, alur, penokohan, gaya, dan amanat. Segi feminisme cerita pendek karyakarya pengarang perempuan yaitu cerpen-cerpen tersebut bercerita tentang kehidupan seorang perempuan. Kedudukan seorang perempuan kadang-kadang mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan. Secara spesifik, permasalahan dalam penelitian ini diidentifikasikan pada kontribusi pendekatan kontekstual dalam menulis cerpen siswa, yaitu pelatihan cara menulis cerpen dengan tujuan supaya siswa terbiasa dalam menulis cerpen. Kontribusi pendekatan kontekstual terhadap peningkatan kualitas pembelajaran menulis cerpen dapat diukur dari signifikansi nilai skor antara sampel yang menggunakan pendekatan kontekstual dan yang tidak, serta skor antara sebelum menggunakan dan sesudah menggunakan pendekatan kontekstual. Setelah melakukan serentetan penelitian dengan metode eksperimen dan dengan desain Randomized Pretest-Posttest Control Group Design, dengan membandingkan perbedaan hasil uji tes awal dan tes akhir kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan dengan pendekatan kontekstual, dan dibandingkan dengan perbedaan hasil uji tes awal dan tes akhir kelas kontrol, disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XII SMA Negeri 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan skor yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan pendekatan kontekstual. Juga adanya perbedaan skor yang signifikan antara yang menggunakan dan yang tidak menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran menulis cerpen. Yakni nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen adalah 62,78 dan nilai rata-rata tes akhir adalah 74,75. Untuk kelas kontrol nilai rata-rata tes awal 63,34 dan nilai rata-rata tes akhir adalah 66,66. Dalam hal peningkatan nilai untuk kelas eksperimen, dari nilai tes awal ke nilai tes akhir, terdapat kenaikan angka sebesar 11,97. Adapun untuk kelas kontrol, terdapat kenaikan sebesar 3,32. Artinya terdapat perbedaan yang cukup signifikan bagi kelas eksperimen, peningkatan nilai tes awal ke tes akhir dan perbedaan yang cukup mencolok jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.
9
Daftar Pustaka Aminudin, Mukhsin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta BSNP. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Byrne, Donn. 1979. Teaching Writing Skill. London : Longmans. Cavallaro, Dani. Critical and Cultural Theory, terj. Laily Rahmawati. Yogyakarta : Niagara, 2004. Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta : Andi. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Hamalik, Umar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hariadi, Langit Kresna. 2006. Mengarang? …ah Gampang. Bandung : Puri Pustaka. Horison. 2007, Edisi VIII. Jakarta. Horison. 2008, November. Jakarta. Horison. 2009, Juni. Jakarta. Horison. 2011, Oktober. Jakarta Horison. 2011, Desember. Jakarta. Kosasih, E. 2009. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung : P.T. Perca. Luxemburg, Jan Van dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia. Musthafa, Bachrudin. Dan Chaedar Alwasilah. 2008. Teori dan Praktik Sastra. Jakarta : PT Cahaya Insan Sejahtera. Morsey, Royal J. 1976. Improving English Intruction. Chicago : Rand Mc Nally College Publishing Campany. McCrimmon, James M, 1967. Writing With a Purpose. Boston : Houghton Mifflin Company. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Sastra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Grafindo. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung : Dipenogoro. ------------------. 1992. Metode Pengajaran Sastra. Bandung : Gunung Larang. Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya. Sumardjo, Jakob. 1980. Seluk Beluk Cerita Pendek. Bandung : itra Srengrenge. ---------------------. 2007. Menulis Cerpen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono dan Eri Wibowo. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sumiyati da Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
10
Susilana, Rudi. dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima. Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. 1994. Metodologi Penelitian Bahasa, Bandung : Rosda Karya. Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Thahar, Harris Effendi. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung : Angkasa. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Jakarta : Cerdas Pustaka. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
11