ETNISITAS DAN POLITIK LUAR NEGERI: RESPON TURKI TERHADAP PENINDASAN ETNIS UYGHUR DI XINJIANG Oleh: Felicia Amelia S. (071012076) Abstrak. Etnis Uyghur merupakan sebuah etnis yang tinggal di kawasan barat Cina. Keberadaan etnis Uyghur yang berbeda dengan etnis mayoritas Cina dan penolakan etnis Uyghur untuk menjadi bagian dari Cina mengakibatkan tekanan dari Pemerintah Cina. Adanya tekanan pemerintah Cina ini menimbulkan resistansi dan separatisme etnis Uyghur. Tindakan pemerintah Cina memicu berbagai protes dan demonstrasi dari etnis Uyghur, hingga menimbulkan kerusuhan terbesar yang terjadi pada 5 Juli 2009. Turki yang memiliki ikatan primordialisme dengan Uyghur dari aspek kesamaan historis, budaya, bahasa dan agama bereaksi keras melalui protes Perdana Menteri Erdogan dan publik Turki melalui demonstrasi maupun media massa. Namun pada September 2010, kedua negara melakukan latihan militer bersama atas undangan Turki dan diikuti dengan berbagai kunjungan level tertinggi yang dilakukan oleh elit kedua negara, bahkan hubungan kedua negara menjadi semakin erat dengan adanya berbagai kerjasama dalam berbagai bidang yang digagas oleh Turki dan Cina. Menggunakan kerangka konsep dari motivasi-motivasi yang mendorong suatu negara untuk bereaksi terhadap konflik etnis yang melibatkan ikatan etnisnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor selain faktor afektif yang mempengaruhi sikap Turki terhadap etnis Uyghur yang mendiami wilayah Xinjiang dan hubungan Turki serta hubungannya dengan Cina. Kata Kunci: etnisitas, Turki, Uyghur, Cina, kebijakan, politik luar negeri
Pendahuluan Berasal dari sejarah yang panjang, etnis wilayah Cina dan Asia Tengah merupakan suatu kawasan yang kaya akan pertemuan berbagai budaya dan etnis. Berbatasan secara langsung, dari berabadabad kedua negara telah mengalami hubungan yang pasang surut, dari kerjasama melawan suku lain hingga berperang satu sama lain. Bangsa Proto Turki yang mendiami Asia Tengah dan Dinasti-dinasti Cina telah sejak dulu memiliki hubungan dekat mulai dari bidang budaya, perdagangan hingga ekspansi. Kedigdayaan etnis Turki di Asia Tengah berangsur hilang saat Imperium Uni Sovyet mulai melakukan ekspansi hingga ke kawasan Asia Tengah. Uni Sovyet sebagai kekuatan yang besar pada saat itu menguasai dataran Asia Tengah dan membagi-baginya kedalam beberapa wilayah yang berbeda. Taktik Uni Sovyet yang memecah wilayah kediaman bangsa Turki Asia Tengah tidak lain dikarenakan strategi Uni Sovyet untuk tidak membiarkan bangsa Turki bersatu dan pada akhirnya akan melakukan perlawanan terhadap supremasi Uni Sovyet di Asia Tengah.
Salah satu wilayah bangsa Turki di Asia Tengah, East Turkestan, merupakan wilayah yang terletak di sebelah barat Cina dan berbatasan langsung dengan Cina. Pasca pembagian wilayah Asia Tengah, Uni Sovyet di bawah kepemimpinan Stalin pada saat itu memberikan salah satu wilayah kediaman bangsa Turki tersebut, yaitu wilayah East Turkestan kepada Mao Zedong. Dengan penyerahan wilayah tersebut, maka East Turkestan telah menjadi milik Cina di bawah kekuasaan Mao Zedong. Wilayah East Turkestan yang dihuni oleh orang-orang Turki Uyghur hingga kini mendiami wilayah tersebut, yang sekarang disebut Xinjiang atau Sinkiang. Pasca runtuhnya Uni Sovyet, negara-negara Turki di Asia Tengah seperti Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Kyrgiztan menerima kemerdekaan dan kini mereka menjadi negara berdaulat. Namun tidak demikian halnya dengan East Turkestan, etnis Uyghur di dalamnya terus memperjuangkan kemerdekaan mereka dari Cina dan dengan adanya resistansi tersebut, pemerintah Cina terus melakukan tekanan terhadap etnis Uyghur yang mendiami Xinjiang. LATAR BELAKANG MASALAH Etnis Uyghur merupakan kelompok etnis minoritas terbesar di Cina, dengan jumlah kurang lebih sebesar 9,65 juta jiwa dan menduduki wilayah otonomi yang terbesar di Cina, yaitu Xinjiang Uyghur Autonomous Region. 1 Pada masa lampau Xinjiang yang terletak diantara perbatasan kerajaan-kerajaan besar pada abad 18, yaitu Cina, India dan Rusia merupakan sebuah wilayah yang kaya akan peninggalan-peninggalan budaya dan sekarang wilayah Xinjiang berbatasan dengan beberapa negara seperti yang ditunjukkan di dalam peta dalam gambar 1.1.
Peta 1.1. Peta Wilayah Xinjiang (http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-16860974)
Etnis Uyghur berasal dari salah satu etnis Proto-Turki yang mendiami Asia Tengah. Mereka memiliki kesamaan budaya, sejarah dan agama dengan etnis-etnis Turki lain yang mendiami Asia Tengah hingga Republik Turki. Kedekatan mereka berasal dari adanya keturunan yang sama dan hal tersebut menciptakan suatu rasa primordialisme yang kuat diantara bangsa
1
Dolkun Kamberi, “Uyghur and Uyghur Identity”, Sino-Platonic Paper Vol. 150 (2005): 1, www.sinoplatonic.org/complete/spp150_uyghurs.pdf (diakses 22 Februari 2013)
Turki, meskipun kini mereka telah terpecah menjadi beberapa negara berdaulat. 2 Perbedaan etnisitas antara Uyghur dan Han yang ada di Cina pada akhirnya memicu adanya diskriminasi dan kerusuhan. Beberapa demonstrasi yang berujung pada kerusuhan terjadi setelah Xinjiang menjadi bagian dari Cina, terutama pasca meninggalnya Mao Zedong dan berubahnya politik Cina di bawah Deng Xiaoping. 3 Beberapa demonstrasi yang terjadi adalah protes para mahasiswa Universitas Xinjiang di Urumqi pada tahun 1988 dan 1989 yang memprotes represi pemerintah Cina terhadap kebebasan dan kebudayaan mereka, serta meningkatnya tensi di Xinjiang terhadap pemerintah Cina pada tahun 1990an. Seluruh kerusuhan ini selalu direspon tegas oleh pemerintah Cina dengan menugaskan banyak pasukan di wilayah Xinjiang. 4 Kerusuhan yang terbesar adalah pada tahun 2009, dimana terjadi kerusuhan antara minoritas etnis Uyghur dengan etnis Han di Urumqi, Xinjiang. Sekitar tahun 1950 pemerintah Cina memberlakukan kebijakan migrasi domestik etnis Han ke wilayah Xinjiang. Migrasi etnis Han menyebabkan banyak etnis Uyghur kehilangan pekerjaan dan jatuh dalam kemiskinan. Dalam bidang pendidikan, pemerintah Cina juga memutuskan untuk membatasi kurikulum pendidikan yang mengajarkan bahasa dan kebudayaan asli Uyghur. 5 Etnis Uyghur semakin merasa terancam akibat adanya rencana pemerintah Cina untuk melakukan modernisasi terhadap kota Kashgar yang merupakan pusat budaya Uyghur.6 Tekanan demi tekanan yang dilakukan oleh pemerintah Cina, terutama terkait dengan migrasi etnis Han ke wilayah Xinjiang menciptakan suatu sensitifitas yang tinggi di antara etnis Han dan etnis Uyghur. Kerusuhan pada 5 Juli 2009 ini dimulai dari adanya insiden yang terjadi seminggu sebelumnya di sebuah pabrik mainan di timur kota Shaoguan yang terletak di provinsi Guangdong. Para pekerja dari etnis Han menganiaya para pekerja Uyghur hingga terdapat 2 orang yang tewas dan 61 lainnya terluka akibat adanya rumor pemerkosaan gadis Han yang dilakukan oleh pemuda Uyghur. 7 Akibat dari peristiwa tersebut, banyak etnis Uyghur menyerang pusatpusat bisnis etnis Han dan orang-orang Han di jalanan. Kerusuhan ini berlanjut hingga 6 Juli 2009, namun kali ini etnis Han yang menguasai jalanan dan melakukan vandalisme kepada pusat-pusat ekonomi etnis Uyghur seraya meneriakkan seruan untuk menyerang etnis Uyghur. Aksi ini pada akhirnya dapat dihentikan oleh petugas keamanan. 8 Meskipun demonstrasi berhasil dihentikan, demonstrasi kembali dilakukan oleh etnis Han pada tanggal 5 dan 6 September 2009 di Urumqi
2
Anonym, “Troubles Across the Turkestan, Contrasting Response to China’s Crackdown in Beijing”, The Economist, 16 July, 2009, http://www.economist.com/node/14052216 (diakses tanggal 23 Februari 2013) 3 Gardner Bovingdon, “Autonomy In Xinjiang: Han Nationalist Imperatives And Uyghur Discontinent”, Policy Studies No. 11 (2004): 8, scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/handle/10125/3492/PS011.pdf (diakses 23 Februari 2013) 4 Bovingdon, “Autonomy in Xinjiang”, 9 5 China Congressional-Excecutive Comission, Congressional-Executive Commission on China, Annual Report 2007, 10 Oktober, 2007 http://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CHRG-110hhrg38026/pdf/CHRG-110hhrg38026.pdf (diakses 24 Februari 2013) 6 Raphael Israeli, “China’s Uyghur Problem”, Israel Journal of Foreign Affairs IV: I (2010): 92, israelcfr.com/documents/4-7-Raphael-Israeli.pdf (diakses 23 Februari 2013) 7 Michael Clarke, “China, Xinjiang and the Internationalization of the Uyghur Issue”, 2, www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/handle/10072/.../70303_1.pdf (diakses 23 Februari 2013) 8 Clarke, “China, Xinjiang and The Internationalization of the Uyghur Issue”, 2
sebagai balasan atas kerusuhan yang dilakukan oleh etnis Uyghur. Demonstrasi ini dibubarkan paksa oleh petugas keamanan dan mengakibatkan lima orang tewas. 9 Tekanan yang dilakukan oleh pemerintah Cina terhadap etnis Uyghur dan banyaknya korban yang jatuh dalam kerusuhan memunculkan reaksi dari publik dan pemerintah Turki. 10 Dilandasi oleh kedekatan etnis dengan Uyghur, Turki bereaksi keras terhadap tragedi tersebut. Publik Turki melakukan demonstrasi di Ankara dan Istanbul. 11 Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan turut menyatakan dukungan terhadap demo anti Cina di depan Kedutaan Besar Cina di Ankara yang dilakukan untuk memprotes tindakan pemerintah Cina sebagai suatu bentuk genosida dan mengkritik sikap pemerintah Cina yang cenderung tidak terlalu bereaksi terhadap peristiwa tersebut 12 , PM Erdogan juga mengancam akan membawa isu ini kepada Dewan Keamanan PBB.13 Selain reaksi dari Perdana Menteri dan masyarakat sipil, media-media di Turki juga memberikan perhatian lebih terhadap tragedi di Xinjiang. Mereka memberitakan peristiwa tersebut dengan lengkap dan memberikan artikel khusus tentang hubungan etnisitas Uyghur-Turki serta nasionalisme Turki. 14 Namun situasi yang memanas diantara Cina dan Turki tidak berlangsung lama. Hubungan antara kedua negara menjadi normal kembali pada bulan September dan Oktober 2010. Membaiknya hubungan kedua negara ditandai dengan adanya latihan bersama antara pasukan tempur udara Cina dan Turki. 15 Membaiknya hubungan Turki dan Cina juga tampak pada 9
UNHCR, “China Threatens Punishment for Rumors in Urumqi”, Radio Free Europe, 7 September 2009, http://www.unhcr.org, (diakses 25 Februari 2013) 10 Etnis Uyghur sendiri memiliki ikatan etnisitas dengan Turki. Mereka dapat dikatakan sebagai bangsa Turki Kuno dan mendiami wilayah East Turkestan yang dulunya berada di Asia Tengah sebelum dikuasai oleh Dinasti Qing pada abad 18. Secara fisik, penduduk Uyghur memiliki penampilan fisik yang sama dengan Turki, berbicara bahasa Turki dan beragama Islam. Lihat Yitzak Shichor, “Lost Nations: Story from Uyghur Diaspora” http://www.forcedmigration.org/podcasts-videos-photos/video/uyghur (diakses 3 April 2013) 11 Protes oleh publik Turki sebagian besar dilakukan oleh kelompok nasionalis Alperen Ocaklari dan orangorang Uyghur yang mengumpulkan 500 orang untuk melakukan demonstrasi di depan Kedubes Cina di Istanbul. Anonym, “Turkey Stands Up for Uighur Brethren in Wake of China’s Brutality”, Todayszaman, 12 Juli, 2009, http://www.todayszaman.com (diakses 25 Februari 2013) 12 Anonym, “Turkish PM Erdogan Likens Xinjiang Violence to ‘Genocide’”, 10 September 2009 http://www.france24.com (diakses 25 Februari 2013) 13 Igor Torbakov, “China-Turkey and Xinjiang : A Frayed Relationship”, Open Democracy, 5 Agustus 2009, http://www.opendemocracy.net/article/china-turkey-and-xinjiang-a-frayed-relationship (diakses 25 Februari 2013) 14 Reaksi media massa ditunjukkan dari beberapa komentar di media massa besar di Turki seperti Bügün yang menyebutkan “China should know that when East Turkestan is hurt, Turkey is hurt", di harian Sabah yang menyatakan “East Turkestan is bleeding” dan artikel yang ditulis oleh kolumnis Nizli Illicak yang berjudul “Although the riots failed to be successful today, they will open the way of hopes for tomorrow” dan media massa yang paling berpengaruh di Turki, Hurriyet, edisi 8 Juli 2009, mengatakan bahwa petugas keamanan Cina adalah yang pihak yang harus bertanggungjawab terhadap kekacauan tersebut “China-Turkey and Xinjiang: A Frayed Relationship” 15 Latihan ini berlangsung pada 20 September 2010 hingga 4 Oktober 2010 di markas pasukan udara Konya yang terletak di bagian Anatolia. B. Raman, “China Engages Turkey to Neutralize Uighur Threat”, Rediff News, 17 Oktober 2012 http://news.rediff.com (diakses 25 Februari 2013)
kunjungan resmi Perdana Menteri Cina Wen Jiabao ke Turki yang merupakan kunjungan resmi pertama setelah konflik etnis terjadi. PM Wen Jiabao tiba di Ankara tanggal 7 Oktober 2010, tepat tiga hari setelah latihan militer bersama dan tinggal selama tiga hari di Turki. Di sisi lain, pemerintah Turki menolak kedatangan aktivis pembela hak etnis Uyghur, Rebiya Kadeer untuk berkunjung ke Turki dan bergabung bersama masyarakat yang melakukan demonstrasi dalam kunjungan PM Wen Jiabao ke Turki. 16 Dalam kunjungan tersebut, PM Wen Jiabao bertemu dengan PM Erdogan dan kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama bilateral dengan menetapkan tujuan kerjasama baru senilai USD 50 juta pada 2015 dan USD 100 juta pada 2020.17 Kunjungan kenegaraan berikutnya dilakukan oleh Turki. Pada tanggal 28 Oktober 2010, Menteri Luar negeri Turki Ahmet Davutoglu memulai kunjungan selama enam hari di Cina. 18 Dalam kunjungannya, Menlu Davutoglu menyampaikan beberapa hal yaitu rencana penambahan konsulat Turki di Cina dan peningkatan kerjasama strategis terkait peningkatan arus investasi kedua negara.19 Hubungan yang semakin membaik diantara kedua negara tampak semakin jelas dengan undangan Presiden Abdullah Gul terhadap Cina. Undangan Presiden Gul direspon dengan baik oleh Cina. Wakil Presiden Cina, Xi Jinping mengunjungi Turki pada Februari 2012. Dalam kunjungan Wakil Presiden Xi Jinping, PM Erdogan menyatakan komitmennya untuk mendukung kebijakan satu Cina, mengakui Republik Rakyat Cina sebagai representasi resmi dari semua orang Cina, dan akan mendukung tindakan Cina dalam menumpas gerakan-gerakan separatis, termasuk di dalamnya gerakan East Turkestan yang dilakukan oleh etnis Uyghur. 20 Turki membalas kunjungan Cina dengan kunjungan resmi PM Erdogan pada 8 April 2012 ke Xinjiang dan Beijing. Dalam kunjungannya ke Cina, PM Erdogan kembali menegaskan komitmennya untuk mendukung Cina dalam menumpas gerakan separatis di Cina. 21 Adanya perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Turki terhadap etnis Uyghur ini menjadi perhatian utama dari penulis, yaitu akah penyebab dari perubahan sikap Turki terhadap Cina.
16
“China Engages Turkey to Neutralize Uighur Threat” Chris Zambelis, “Turkey Sacrifices Uyghur to Trade”, Asia Times Online, 19 Januari 2011 http://www.atimes.com (diakses 25 Februari 2013) 18 Dalam kunjungan selama 6 hari tersebut, Menlu Ahmet Davutoglu mengunjungi Beijing, Kashgar (kota tua peninggalan budaya di Xinjiang) dan Urumqi, pusat kota dari Xinjiang dan tempat kerusuhan Juli 2009 terjadi. Anonym, “Turkish Foreign Minister Ahmet Davutoglu Will Pay A Week-long Visit To China for Talks On Boosting Ties”, SilkRoutes.net, 22 oktober 2010, http://www.silkroutes.net/TurkishChineseRelations2010TurkiyeCin.htm (diakses 25 Februari 2013) 19 Bulent Kilic, “Turkey, China and the Uyghur Connection”, Todayszaman, 29 Oktober 2010, http://www.todayszaman.com (diakses 25 Februari 2013) 20 Anonym, “China Cautions Turkey Against ‘East Turkestan’ Forces”, China.org.cn, 22 Februari 2012 http://www.china.org.cn (diakses 25 Februari 2013) 21 Kunjungan ini mengejutkan banyak pengamat. Diantaranya adalah pengamat Hak Asasi Manusia di Cina, Jean-Pierre Cabestan, mengatakan bahwa “Akan sangat sulit bagi Turki untuk pergi ke tempat itu (Xinjiang)” Julia Famularo, “Erdogan Visits Xinjiang”, The Diplomat, 14 April 2012, www.thediplomat.com (diakses 25 Februari 2013) 17
KERANGKA PEMIKIRAN Ikatan etnis dikatakan sebagai salah satu motif utama dari intervensi suatu negara terhadap konflik etnis di negara lain. 22 Selain itu ikatan etnis ini juga berpengaruh dalam politik luar negeri suatu negara. 23 Namun keputusan mereka untuk melakukan suatu intervensi di dalamnya akan ditentukan oleh beberapa motivasi, yaitu motivasi afektif dan instrumental. 24 Motivasi afektif meliputi adanya perasaan kesamaan identitas atau kinship. Keberadaan ikatan dan kinship tersebut menciptakan sebuah perasaan familial dan emosional yang ada di dalam sekelompok orang terhadap kelompok lain serta menciptakan suatu ikatan dan sentimen diantara mereka. 25 Sedangkan dalam motivasi instrumental, ikatan etnis berpengaruh terhadap pengambilan keputusan negara terutama melalui publik domestik, yaitu melalui tekanan publik dan konstituen.26 Dalam sistem politik demokrasi, konstituen berperan penting dalam perpolitikan melalui dukungan mereka terhadap partai yang berkuasa. Motivasi instrumental yang lainnya adalah kondisi internasional dan keuntungan ekonomi. Kondisi internasional merupakan salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pembuatan kebijakan suatu negara. Kondisi internasional berkaitan langsung dengan kapabilitas yang dimiliki oleh tiap-tiap negara. Sedangkan dalam keuntungan ekonomi, Jiro Okamoto menyatakan bahwa keuntungan ekonomi berperan penting dalam pengambilan keputusan suatu negara. 27 Dari adanya motivasi-motivasi suatu negara untuk melibatkan diri dalam suatu konflik yang menyangkut ikatan etnis, Heraclides menyatakan bahwa meskipun terkadang pertimbangan afektif akan mendorong suatu negara untuk bereaksi terhadap konflik etnis di negara lain dimana negara tersebut memiliki ikatan etnis, negara tersebut akan tetap mendasarkan politik luar negerinya terhadap rasionalitas.28 Karena adanya kalkulasi rasional tersebut, jika negara merasa bahwa usaha-usaha untuk berperan dalam konflik etnis tersebut terlalu memakan biaya, merugikan negaranya, tidak mampu menyediakan sumber daya atau solusi yang diperlukan oleh etnisnya yang tertindas di negara lain, maka dukungan mereka akan menurun dan akan melakukan usaha-usaha untuk menunjukkan kepedulian mereka dengan “biaya rendah” seperti 22
Jonathan Paquin & Michael Saideman, “Foreign Intervention in Ethnic Conflicts”, www.humansecuritygateway.com/documents/ISA_foreigninterventionethnicconflict.pdf: 5 dan David R. Davis & Will H. Moore, 1997, “Ethnicity Matters: Transnational Ethnic Alliances and Foreign Policy Behaviour”, International Studies Quarterly (1997) 41: 172 http://mailer.fsu.edu/~whmoore/garnetwhmoore/research/moore2002.pdf (diakses 2 April 2013) 23 David Carment et al, 2009, “The Internationalization of Ethnic Conflict : State, Society and Synthesis”, International Studies Review (2009) 11: 66 http://www.engagingconflict.it/ec/wpcontent/uploads/2012/06/Carment-The-Internationalization-of-Ethnic-Conflict-State-Society-andSynthesis.pdf (diakses 5 April 2013) 24 “The Internationalization of Ethnic Conflict”, 69 25 Pierre van den Berghe, 1987 dalam Jack David Eller, “Ethnicity, Culture, And The Past”, Michigan Quarterly Review Vol. XXXVI, no. 4 (Fall 1997) http://quod.lib.umich.edu/cgi/t/text/textidx?cc=mqr;c=mqr;c=mqrarchive;idno=act2080.0036.411;rgn=main;view=text;xc=1;g=mqrg (diakses 1 Mei 2013) 26 Stephen M. Saideman, The Ties That Divide: Ethnic Politics, Foreign Policy, And International Conflict, (New York: Columbia University Press, 2001), 22 27 Enrique O’Farril et al, “Economic Cooperation”, AGCI Cooperation Chilena, www.agci.cl (diakses 5 April 2013) 28 Heraclides (1991) dalam Carment, “The Internationalization of Ethnic Conflict”, 70
menunjukkan kepedulian, desakan untuk negosiasi diantara pemerintah pusat dan etnis yang terdapat di negara tersebut, atau berakhir dengan pembicaraan damai. 29 Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis mengajukan hipotesis bahwa terdapat faktorfaktor lain yang menjadi pertimbangan Turki dari tekanannya terhadap Cina terkait penindasan etnis Uyghur adalah adanya faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan di samping faktor afektif semata. Terdapat motivasi instrumental yang juga mempengaruhi.kebijakan luar negeri Turki terhadap Cina dan etnis Uyghur. Dalam motivasi instrumental ini, Turki akan dipengaruhi oleh bagaimana ikatan etnis mempengaruhi politik domestik melalui konstituen di Turki. Selain itu, dalam kondisi internasional perlu dilihat bagaimana tradisi etnisitas di era pemerintahan Perdana Menteri Erdogan, apakah Turki masih mengedepankan Pan-Turkisme atau tidak. Kondisi internasional ini juga dilihat dari bagaimana posisi Turki dan Cina saat ini, dimana mereka kini merupakan negara-negara yang sedang berkembang pesat. Kemudian dalam faktor keuntungan ekonomi, diketahui dari keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh oleh Turki dari hubungan baiknya terhadap Cina. IKATAN ETNISITAS ANTARA TURKI DAN UYGHUR Ditilik dari motivasi afektif, Turki dan Uyghur memiliki ikatan etnis yang ditunjukkan dari kesamaan sejarah, keturunan, bahasa dan agama. Dari ikatan ini, pada akhirnya menciptakan suatu perasaan primordialisme diantara kedua kelompok. Pada awalnya, Xinjiang yang terletak diantara perbatasan kerajaan-kerajaan besar pada abad 18, yaitu Cina, India dan Rusia merupakan sebuah wilayah yang kaya akan peninggalan-peninggalan budaya. Di Cina, wilayah Xinjiang sering disebut dengan Western Countries atau Western Region mengacu pada letaknya yang berada di sebelah barat Cina. Sedangkan di luar Cina, Xinjiang sering disebut dengan Uyghuristan, East Turkistan, Chinese Turkistan atau Chinese Central Asia, mengacu pada letaknya yang berbatasan dengan negara-negara Asia Tengah seperti Kyrgistan, Kazakhstan, Afganishtan dan Mongolia. 30 Nama Uyghur sendiri diambil dari dokumen Orkhun Kok-Turk, bangsa Turki kuno yang mendiami daerah Asia Tengah sebelum Uyghur, yang berarti “Kesatuan” dan dapat diartikan juga sebagai “koalisi” atau “federasi”. 31 Bangsa Gok-Turks merupakan kerajaan Turki pertama yang besar dan menguasai dataran Asia Tengah. 32 Namun kerajaan ini runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Bagian timur dari konfederasi ini menjadi terasimilasi dengan kebudayaan Cina, sedangkan bagian barat terasimilasi dengan kebudayaan Islam yang dibawa dari Timur Tengah. 33 Pembagian daerah 29
Alexis Heraclides, The Self-Determination of Minorities in International Relations, (Portland, OR: Frank Class, 1991), 48 30 Anonym, “China Cities and Provinces: Xinjiang Uygur Autonomous Region”, China Today http://www.chinatoday.com/city/xinjiang.htm (diakses tanggal 23 Februari 2013) 31 Bahasa ini kemudian muncul di ratusan literatur-literatur kuno Arab dan Cina tentang keberadaan bangsa Uyghur yang mendiami Asia Tengah Kamberi, “Uyghur and Uyghur Identity”, 5. 32 Gok-Turk atau Celestial Turk merupakan kerajaan bangsa Turki Kuno pertama yang muncul pada sekitar abad 5 Masehi. John Lawton, “The Cradle of The Turks”, Saudi Aramco World Vol 45 Number 2 (March/April 1994), http://www.saudiaramcoworld.com/issue/199402/the.cradle.of.the.turks.htm (diakses 9 April 2013) 33 Lawton, “The Cradle of The Turks”
kekuasaan menjadi daerah barat dan timur ini dibuat berdasarkan pembagian dari penguasa GokTurks, Kaghan Bumin, kepada anaknya, Mu-Han yang mendapatkan bagian timur, dan bagian barat dikuasai oleh saudara laki-laki Bu-Min, Ishtemi.34 Keduanya melakukan ekspansi wilayah, dimana Mu-Han menguasai Cina bagian utara dan Ishtemi meluaskan kekuasaannya hingga dekat Kerajaan Hephtalite. Dalam perkembangannya, bangsa Turki bagian barat menyerang kerajaan Hephtalite di Asia Tengah dan meluaskan kerajaannya hingga jauh ke barat hingga berbatasan langsung dengan Byzantium dan menguasai Jalur Sutera yang membentang dari Cina ke barat. Sebaliknya, kerajaan Turki Timur jatuh ke tangan dinasti Sui dari Cina. 35 Namun kejayaan dari kerajaan Turki Barat tidak bertahan lama, Dinasti Tang kembali menekan kerajaan Turki Barat dan kerajaan Turki Barat melemah akibat masalah internal dan eksternal yang berasal ancaman dari Cina dan Arab. 36 Empat tahun penuh peperangan terjadi dan selanjutnya Qapaghan dari Kerajaan Turki Timur berusaha mempersatukan Kerajaan Turki Timur dan Barat, namun terubunuh oleh pemberontak dan digantikan oleh Bilge sebagai khagan yang baru. Terbunuhnya khagan Bilge merupakan akhir dari kebesaran Kerajaan Turki di Asia Tengah. 37 Klan Turki Uyghur yang merupakan salah satu klan dari kerajaan Turki yang telah runtuh kemudian membentuk suatu kerajaan besar yang disebut Uyghur Kaghanate 38 dan mendiami daerah-daerah di sepanjang Jalur Sutra kuno seperti Kashgar, Urumqi dan Turfan serta berbatasan langsung dengan Siberia, tepatnya di wilayah pegunungan Altaic, kini daerah tersebut berada di Xinjiang.39 Pasca disintegrasi dari kerajaan Uyghur, sekelompok orang bekas kerajaan tersebut berdiam di cabang selatan Jalur Sutera yang dulunya didiami oleh bangsa Indo-Eropa dan kemudian disebut dengan Qarakhan dan mendiami wilayah Kashgar. Percampuran ini menjadi bangsa Uyghur yang ada sekarang dan wilayah tersebut kini merupakan wilayah Xinjiang di Cina.40 Klan lain yang terpecah pasca disintegrasi Turki Uyghur yaitu Khwarizm-Shah menguasai Iran bagian utara dan bangsa Turki Seljuk yang pada awalnya menginvasi Transoxiana dan meluaskan wilayahnya hingga ke Anatolia dan bercampur dengan penduduk setempat membentuk sebesar 85 persen dari etnis Turki yang mendiami Republik Turki sekarang. 41 34
Lawton, “The Cradle of The Turks” Zemarkhos, duta pertama yang dikirimkan oleh Byzantium, mengatakan bahwa kerajaan Turki bagian barat merupakan suatu daerah yang makmur. Ishtemi menyambutnya dengan duduk di atas tahta dan tempat tidur bertahtakan emas. Lawton, “The Cradle of The Turks” 36 Pada saat itu Turki di bawah kepemimpinan Elterish dan akhirnya Elterish mampu melakukan pemberontakan dari Cina dan kembali mendirikan Kerajaan Turki Timur. Lawton, “The Cradle of The Turks” 37 Lawton, “The Cradle of The Turks” 38 Kebangkitan Uighur Khaganate menandai menyebarnya etnis Turki di Asia Tengah. Dari Siberia ke Timur Tengah. Pada masa tersebut, kerajaan bangsa Uyghur menolong Dinasti Tang dari pemberontakan pada abad 755-763 Masehi dibawah kepemimpinan Kaghan Mou Yu. Daniel C. Waugh, “The Uighurs”, http://depts.washington.edu/silkroad/exhibit/uighurs/essay.html (diakses 9 April 2013) 39 Ismail Sloan, “History of the Uyghurs, Of Kashgar And Of Greater Turkestan”, http://www.anusha.com/uyghur-h.htm (diakses 9 April 2013) 40 Waugh, “The Uighurs” 41 Pierro Scaruffi, “A Timeline of The Turks”, http://www.scaruffi.com/politics/turks.html (diakses 10 April 2013) 35
Dari hal tersebut, diketahui bahwa keduanya memiliki suatu kesamaan historis dan berasald dari keturunan yang sama, yaitu Bangsa Proto-Turki di Asia Tengah. Selain kesamaan historis, Turki dan Uyghur juga memiliki ikatan dalam budaya, bahasa dan agama. Bahasa yang digunakan oleh etnis Uyghur dan bahasa Turki memiliki akar yang sama, dimana bahasa yang mereka gunakan berasal dari bahasa Chagatay Turki di Asia Tengah dan Bahasa Turki serta bahasa Uyghur termasuk dalam cabang Timur dari bahasa Turki.42 Pada dasarnya, semua cabang Timur dari bahasa Turki memiliki kesamaan dan jika menguasai satu bahasa Turki, maka mereka dipastikan akan dapat mengerti bahasa Turki lainnya. Perbedaan yang jelas diantara mereka hanyalah masalah dialek. 43 Kesamaan ini juga ditemui dalam tulisan. Tulisan yang digunakan oleh semua bangsa Turki pada awalnya adalah bahasa Orkhun atau bahasa penulisan Uyghur. Bahasa tersebut juga digunakan oleh Turki Anatolia. 44 Pasca menyebarnya Islam pada sekitar abad 10 Masehi, etnis Uyghur mulai menggunakan tulisan-tulisan Arab. Pada masa lalu Turki juga menggunakan tulisan ini, namun pada 1928 Mustafa Kemal Ataturk menggunakan huruf Latin untuk menggantikan penggunaan huruf Arab di Turki. 45 Selain faktor historis, keturunan dan bahasa, agama juga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam ikatan etnisitas antara Turki dan etnis Uyghur. Etnis Uyghur menganut agama Islam dengan tradisi-tradisi Sufi mistis. Agama Islam telah menggantikan keberadaan agama Buddha di wilayah Xinjiang selama abad ke-10 Masehi atas pengaruh dari Arab dan dibawa oleh pengaruh dari Satuk Bhugra Khan, orang Turki pertama yang memeluk agama Islam. 46 Kini terdapat sekitar 400 masjid di Urumqi, pusat kota di Xinjiang dan terdapat China Islamic Institute yang di dalamnya mengajarkan agama Islam dengan kurikulum yang berasal dari Asosiasi Islam Cina.47 Agama Islam Sunni yang merupakan agama masyoritas di Turki dan Uyghur memiliki karakteristik yang sama. Agama Islam Sunni merupakan salah satu dari aliran agama Islam selain Shiah.48 Islam Sunni ditandai dengan berdirinya empat sekolah filsafat keagamaan (fiqh) yang didirikan pada abad ke-7 dan ke-8 dan menitikberatkan pada pelajaran-pelajaran moral dan agama di dalam masyarakat. Agama Islam Sunni meluaskan pengaruhnya hingga dinasti Mughal dan kekaisaran Ottoman, menyebar dari Asia Tengah hingga sub benua India, kepuluauan Indonesia 42
Nama Chagatay berasal dari nama anak kedua dari Jenghis Khan, ia tinggal di kawasan Asia Tengah dan membentuk suatu kekuatan yang besar. Bahasa Chagatay Turkic berpusat di kawasan Qarakhan yang terletak di sekitar Kashgar. London Uyghur Rensemble, “Uyghur Language”, http://www.uyghurensemble.co.uk/en-html/uylanguage.html (diakses 12 April 2013) 43 Anonym, “Uyghur Language” 44 Burak Sansal, “Turkish Language”, http://www.allaboutturkey.com/dil.htm (diakses 12 April 2013) 45 Sansal, “Turkish Language” 46 Jeffrey Hays, “Uighurs, Uighur History, Life and Culture”, http://factsanddetails.com/china.php?itemid=162#06 (diakses 12 April 2013) 47 Abdullah Bozkurt, “China Seeks Further Engagement from Turkey in Xinjiang”, 1 April 2012, http://www.todayszaman.com/news-276069-china-seeks-further-engagement-from-turkey-in-xinjiangregion.html (diakses 12 April 2013) 48 Perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah berawal dari siapa Caliph yang menggantikan Nabi Muhammad setelah Nabi meninggal. Kaum Sunni mendukung Abu Bakar sebagai pengganti, dan kaum Syiah mendukung Ali untuk menjadi pemimpin setelah Nabi. Anonym, “Sunni And Shi’a”, 19 Agustus 2009, http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/subdivisions/sunnishia_1.shtml (diakses 7 Mei 2013)
dan barat Afrika. Penyebaran tersebut menyebabkan mayoritas dari etnis-etnis Turki menganut Islam Sunni yang diturunkan dari Asia Tengah dan Kekaisaran Ottoman.49 Praktek Islam Sunni memandang bahwa kebiasaan untuk mengunjungi tempat penyembahan dan memuja keluarga Nabi adalah hal yang tidak boleh dilakukan dan dalam kehidupan sehari-hari, Islam Sunni tidak mengenal adanya hierarki dan pemimpin spiritual tertinggi seperti di dalam Syiah. Kebanyakan organisasi agama di Islam Sunni didanai oleh negara. 50 Akibat dari adanya ikatan primordialisme yang ditimbulkan dari kesamaan-kesamaan tersebut, tercipta suatu afiliasi yang erat dengan Turki. Turki menjadi salah satu tujuan utama dari pelarian Uyghur dari Xinjiang. Keberadaan etnis Uyghur di Turki tidak dapat dilepaskan dari peran dua pemimpin Uyghur yang memimpin pengungsian tersebut, yaitu Isa Yusuf Alptekin dan Mehmet Emin Bugra.51 Keberadaan mereka di Turki merupakan simbol perjuangan pengungsi Uyghur dalam perlawanannya terhadap Cina. Etnis Uyghur berhasil mendirikan beberapa organisasi kemerdekaan East Turkestan seperti Eastern Turkestan Refugee Committee (Doğu Türkistan Göçmenler Derneği) pada 1950an dan jurnalnya yang bernama Doğu Türkistan, dan organisasi East Turkistan Foundation atau Doğu Türkistan Vakfi pada tahun 1976 yang mempromosikan budaya dan kehidupan sosial Uyghur 52 hingga usaha Alptekin untuk membentuk East Turkestan World National Congress (ETNC) yang diadakan pertama kali di Istanbul pada 1992. 53 Perjuangan dari Alptekin terus menurun dikarenakan usia yang telah lanjut. Selain menurunnya perjuangan Alptekin, tekanan pemerintah Cina terhadap Turki terus meningkat. Dimulai pada sekitar tahun 1990, pemerintah Turki mulai memperketat kegiatan komunitas Uyghur dan melarang etnis Uyghur terlibat di dalam politik, melakukan pidato-pidato serta memperketat pemberian izin pengungsi. 54 Pada tahun 1993, ETNC telah sepenuhnya tidak diijinkan untuk mengadakan kongresnya di Turki. Kini ETNC memindahkan markas mereka di Munich, Jerman. Namun perpindahan ini masih membuat ETNC tidak efektif. 55 Melemahnya organisasi kemerdekaan di Uyghur juga diperparah dengan adanya perpecahan dan perbedaan pendapat di dalam organisasi. Terdapat pihak yang menginginkan kemerdekaan penuh, namun sebagian hanya menginginkan otonomi yang lebih besar. 56
49
Anonym, “Sunni And Shi’a” Anonym, “Sunni And Shi’a” 51 Alptekin dan Bugra merupakan tokoh Uyghur yang berperan aktif dalam usaha untuk mencapai otonomi penuh negara East Turkestan. Mereka hidup berpindah-pindah dari Cina, Afghanistan, India hingga berakhir di Turki untuk memimpin orang-orang Uyghur yang melarikan diri dari tekanan pemerintah Cina, terutama di masa Open Door Policy pasca era Mao Schihor, Ethno-Diplomacy: The Uyghur Hitch in Sino-Turkish Relations, 14 52 Schihor, “Virtual Transnationalism: Uygur Communities in Europe and the Quest for Eastern Turkestan Independence”, 288 53 Schihor, Ethno-Diplomacy: The Uyghur Hitch in Sino-Turkish Relations, 19 54 Elena Ostrovskaya, “The Uyghur Project”, 8 Oktober 2010 http://orientalreview.org/2010/10/08/theuyghur-project/ (diakses 17 April 2013) 55 Shichor, Ethno-Diplomacy: The Uyghur Hitch in Sino-Turkish Relations, 28 56 Shichor, “Limping On Two Legs: Uyghur Diaspora Organizations And The Prospects For Eastern Turkestan Independence”, 122 50
SIKAP PUBLIK DOMESTIK TURKI TERHADAP PENINDASAN ETNIS UYGHUR Pasca kerusuhan besar di Xinjiang tanggal 5 dan 6 Juli 2009, Perdana Menteri Erdogan mengecam peristiwa tersebut sebagai “genosida” dan ditindaklanjuti dengan protes publik Turkidi depan Kedutaan Cina di Ankara dan Istanbul. Demonstrasi ini berpusat di Caglayan Square untuk menekan pemerintah Turki supaya bereaksi terhadap penindasan etnis Uyghur di Xinjiang. Mereka membawa bendera Turki dan menyerukan ikatan etnis, budaya dan agama antara Turki dan Uyghur. Protes besar ini dilakukan oleh etnis Uyghur yang tinggal di Turki dan publik Turki yang mendukung etnis Uyghur. 57 Demonstrasi dan tuntutan terhadap pemerintah Turki untuk melakukan boikot terhadap Cina dibentuk oleh organisasi East Turkestan yang merupakan wadah asosiasi etnis Uyghur di Turki, yaitu East Turkestan Culture And Solidarity Association (DTKDD). Demonstrasi ini dilakukan di depan kedutaan Cina di Ankara. 58 Demonstrasi lain dilakukan di Istanbul, diorganisir oleh organisasi ultranasionalis Alperen Ocaklari, organisasi pemuda dari Great Union Party (BBP), partai sayap kanan Islamis Turki. Ribuan orang melakukan protes di Caglayan Square di Istanbul dan berjalan hingga Konsulat Cina di Istanbul. Dalam rally tersebut, pemimpin Felicity Party atau Saadat Party yang merupakan partai Islamis yang anti Barat dan Israel, Numan Kurtumulus, memberikan pidato kecaman terhadap pemerintah Cina. Ia menyatakan bahwa apa yang terjadi di Xinjiang bukanlah konflik etnis, namun konflik agama, sehingga semua orang Muslim harus membela etnis Uyghur yang tertindas. Ia juga mendesak pemerintah untuk memanggil duta besar Cina dan memberikan peringatan. 59 Dalam kesempatan tersebut, Presiden Partai Nationalist Great Union Party (BBP), Yalcin Topcu juga menggunakan momen tersebut untuk meminta pemerintah bereaksi atas tindakan pasukan militer Cina.60 Kecaman lain banyak dilakukan oleh IHH Humanitarian Relief Foundation yang merupakan NGO Islamis Turki. Presiden IHH, Bulent Yıldırım menyatakan seruan bagi para Muslim di Turki untuk bersatu dalam menyelamatkan saudara-saudara Muslim mereka yang berada di Cina.61 Selain dari partai BBP dan Felicity Party, protes lain dilakukan oleh pemimpin partai Nationalist Movement Party (MHP) Turki, Devlet Bahceli yang mengkritik sikap lambat dari pemerintah Turki. Bahceli juga memprotes sikap pemerintah Turki yang tidak memanggil Duta Besar dan Konsulat Cina terkait dengan kerusuhan di Xinjiang. Dalam protesnya, MHP mengkritik AKP dan PM Erdogan yang mengusung berbagai agenda internasional di dalam platform partainya, namun reaksi yang diberikan hanyalah sebatas protes tanpa ada tindakan 57
Para demonstran menyerukan seruan “Protect our brethren” dan mendesak pemerintah agar bereaksi terhadap Cina. Dalam demonstrasi tersebut mereka juga melakukan pembakaran bendera Cina dan barangbarang Cina Anonym, “Thousands of Turks Protest China Violence: Crowds Urges Government to Intervene, Wants Boycott of Chinese Goods”, http://www.nbcnews.com/id/31877977/#.UWPgjWcRv0I (diakses 11 Mei 2013) 58 Emrullah uslu, “Ankara Anxiously Monitors The Xinjiang’s Crisis”, Eurasia Daily Monitor Volume 6, Issue 130, 8 Juli 2009, http://www.jamestown.org/single/?tx_ttnews[tt_news]=35234 (diakses 11 Mei 2013) 59 Anonym, “Turkey Keeps Protest Against China Violence in Uyghur Region”, Voice of Nations Azerbaijan, 14 Juli 2009, http://en.baybak.com/turkey-keeps-protests-against-china-violence-in-uighur-region.azr (diakses 14 Mei 2013) 60 Emrullah Uslu, “Ankara Anxiously Monitors The Xinjiang’s Crisis” 61 Anonym, “Turkey Keeps Protest Against China Violence in Uyghur Region”
berarti dari pemerintah.62 Untuk diketahui, partai MHP adalah partai politik sayap kanan Turki yang ultranasionalis dan mengusung agenda nasionalisme Turki dalam interaksinya dengan dunia internasional.63 Sedangkan dari AKP sendiri, mereka memilih untuk tidak menyerang Cina seperti halnya yang telah disampaikan oleh protes-protes dari partai yang lain. AKP mendapatkan dukungan dari sebagian besar masyarakat Turki, terutama masyarakat yang menganut Islam moderat dan sekularisme di Turki, baik dari golongan liberalis, religius, maupun kelas-kelas yang ada. Strategi AKP dan kesiapan menghadapi pemilu merupakan salah satu alasan di balik banyaknya konstituen dari AKP. Dukungan konstituen terutama datang dari kelas menengah dan pebisnis-pebisnis Anatolia, yang merasa diuntungkan dengan adanya kebijakan ekonomi liberal AKP. 64 Selain dari kelas menengah dan pebisnis, AKP juga mendapatkan dukungan dari populasi Muslim konservatif, minoritas agama lain dan etnis minoritas di Turki.65 Tersebarnya konstituen AKP di berbagai wilayah ini mengantarkan AKP untuk meraih suara yang tinggi dalam sistem pemilu demokrasi, yaitu sebesar 34% dan mendapatkan 363 kursi parlemen pada November 2002, 47% suara atau 341 kursi parlemen pada pemilu Juli 2007, dan 50% persen suara atau 326 kursi parlemen pada pemilu 2011.66 Dilihat dari pihak-pihak yang gencar melakukan protes terhadap pemerintah Turki terkait etnis Uyghur, diketahui bahwa partai-partai dan LSM yang melakukan protes dan demonstrasi tersebut didominasi oleh partai dan LSM yang bersifat nasionalis Pan-Turkisme dan Islamis yang melihat etnis Uyghur sebagai saudara mereka.67 Partai ultranasionalis dan Islamis ini merupakan salah satu kategori dalam nasionalisme Turki yang sering disebut dengan ülkücü dan mengacu pada kelompok ultranasionalis sayap kanan dengan misi Islamisasi Turki dan Pan-Turkisme.68 Partai-partai dan gerakan nasionalis di Turki mendasarkan gerakan mereka pada Islam, ikatan darah dan sejarah. Basis utama dari gerakan nasionalis adalah agama yaitu Islam, dan nasionalisme yaitu darah Turki dari seluruh bangsa Turki Asia Tengah, tempat asal dari etnis Turki Anatolia. Mereka menyebut bangsa seluruh bangsa Turki dari Republik Turki Anatolia hingga Asia Tengah sebagai soy, yang berarti ikatan darah, dan irk yang berarti ras. 69 Pihak ultranasionalis ini terdapat dalam partai MHP, partai BBP dan organisasinya yaitu Alperen Ocaklari. Agenda mereka adalah membawa pan-Turkisme, Islamisme dan anti-Barat. Mereka menentang bergabungnya Turki ke Uni Eropa dan mendukung gerakan aliansi Turki-Timur Tengah- Asia Tengah yang mengumandangkan nilai-nilai historis yang sama. Kombinasi agama62
Emrullah Uslu, “Ankara Anxiously Monitors The Xinjiang’s Crisis” Justin Huggler, “Turkish Far Right On The Rise”, The Independent, 20 April 1999, http://www.independent.co.uk/news/turkish-far-right-on-the-rise-1088461.html (diakses 14 Mei 2013) 64 Sambur, “The Great Transformation Of Political Islam in Turkey”, 123 65 Sambur, “The Great Transformation Of Political Islam in Turkey”, 123 66 William Chislett, “Turkey’s Islamist AK Party Wins Third Terms Of Single-Party Rule: Time To Create A Liberal Secular State”, Elcano Isntitute 14 Juni 2011 (http://www.realinstitutoelcano.org/wps/portal/rielcano_eng/Content?WCM_GLOBAL_CONTEXT=/elcano/e lcano_in/zonas_in/ari106-2011 (diakses 14 Mei 2013) 67 Anonym, “Tension Runs High As China Cracks Down in Uyghur Riots”, Today’s Zaman 7 Juli 2009, http://www.todayszaman.com/newsDetail_getNewsById.action?load=detay&link=180125&bolum=100 (diakses 14 Mei 2013) 68 Jenny White, Muslim Nationalism And The New Turks, (Princeton University Press: 2012),64 69 White, Muslim Nationalism And The New Turks, 66 63
nasionalisme ini muncul sebagai reaksi atas Islam moderat dan bersahabat dengan Barat yang diusung oleh partai AKP.70 Dari gambar 3.2, perolehan suara dan posisi MHP dan BBP dan partai lain di parlemen jauh berada di bawah AKP. AKP memperoleh 360 kursi di parlemen pada pemilu 2002, 341 kursi di pemilu 2007, dan 327 kursi di pemilu 2011. Partai lainnya, CHP memperoleh 178 kursi pada pemilu 2002, 112 kursi pada 2007 dan 135 kursi pada pemilu 2011. Partai MHP memperoleh 70 kursi pada 2007 da 53 kursi pada pemilu 2011. Dari perbandingan jumlah suara dan kursi, posisi AKP di parlemen dan kekuatannya untuk pengambilan kebijakan lebih besar daripada partai-partai lainnya.71 AKP dan Politik Luar Negeri Turki Pasca berakhirnya Perang Dingin yang membagi dunia kedalam dua kekuatan besar, ideologi politik luar negeri Turki juga mengalami perubahan. Di bawah pemerintahan partai AKP, Turki melakukan pembaharuan terhadap politik luar negerinya. Berbeda dengan pemerintah Turki sebelumnya di bawah Perdana Menteri Turgut Ozal yang Islamis dan memperhatikan ikatan budaya antara Turki dan negara-negara yang memiliki ikatan etnis dengan Turki di Asia Tengah72, politik luar negeri Turki di bawah partai AKP memiliki kecenderungan untuk tidak terikat dengan etnisitas dan ikatan budaya jika ikatan tersebut bertentangan dengan kepentingan negara.73 Beberapa faktor seperti kesamaan ideologi, etnisitas, keagamaan dan sebagainya akan menjadi pertimbangan jika memiliki kesesuaian dengan politik luar negeri Turki. Turki merancang politik luar negeri dengan dasar kepentingan nasional dan jika kepentingan nasional yang menjadi dasar dari politik luar negeri tersebut tidak sejalan atau memiliki kontradiksi dengan faktor-faktor kesamaan identitas, maka pengambil keputusan akan cenderung mengabaikannya demi memperoleh kepentingan nasional. 74 Politik luar negeri Turki di masa AKP tidak dapat dilepaskan dari peran Ahmet Davutoglu, penasihat politik luar negeri Perdana Menteri Erdogan pasca terpilihnya AKP pada 2002 dan Menteri Luar Negeri Turki pada tahun 2009. Davutoglu melakukan reinterpretasi terhadap Turki di masa lalu dan masa sekarang dengan buku yang ditulisnya, Strategic Depth yang hingga kini merupakan dasar dari politik luar negeri Turki. Pemikiran Davutoglu terdiri dari historical depth dan geographical depth. Dalam historical depth, Turki akan memanfaatkan potensi geopolitik yang dimilikinya, karena Turki memiliki lokasi geografi yang unik dan berbatasan dengan beberapa wilayah. Davutoglu melihat terdapat tiga hinterland yang akan menjadi area regional dari pengaruh Turki, yaitu Balkan, Timur Tengah dan Kaukasus; di dekat basin maritim Laut Hitam, Laut Mediterania dan Teluk Kaspia; serta dekat basin kontinental yang meliputi Eropa,
70
White, Muslim Nationalism And The New Turks, 67 Turkish Grand National Assembly, “General Elections Result-Turkey”, http://electionresources.org/tr/assembly.php?election (diakses 14 Juni 2013) 72 st Abdullah Yuvaci & Salih Dogan, “Geopolitics, Geoculture And Turkish Foreign Policy”, Geopolitics In 21 Century, December 2012: 10 (http://www.academia.edu/2565092/Geopolitics_Geoculture_and_Turkish_Foreign_Policy) diakses 29 Mei 2013 73 Idris Bal, Turkish Foreign Policy In Post Cold War Era, (Florida: Brown Walker Press, 2004), 88 74 Bal, Turkish Foreign Policy In Post Cold War Era, 88 71
Asia Selatan, Asia Tengah dan Asia Timur.75 Berdasarkan pandangan Strategic Depth, Davutoglu mencanangkan visi dari politik luar negeri Turki yang berlandaskan pada penghargaan akan kebebasan dan keadilan, konsep zero problem with neighbours, pengembangan hubungan dengan negara-negara di sekitar, serta diplomasi pro-aktif. 76 Unsur-unsur tersebut menjadi dasar dari politik luar negeri Turki yang tidak hanya terpaku pada Eropa, namun bersifat fleksibel. Selain itu, terdapat unsur lain seperti politik luar negeri multi-dimensional yang berarti berhenti dari politik luar negeri yang condong pada dasar keamanan dan identitas. 77 Dalam aplikasinya, politik luar negeri multi-dimensi Turki, isu-isu ekonomi mendapatkan porsi yang lebih besar. Turki memulai dengan peningkatan hubungan perdagangan melalui perjanjian-perjanjian di berbagai kawasan seperti Timur Tengah, Asia Tengah dan Asia Timur. 78 Konsep diplomasi pro-aktif juga bertujuan pada alasan-alasan ekonomi dan pembukaan pasar baru, mengingat adanya stagnansi ekonomi di negara-negara Eropa.79 Di bawah ideologi yang dibawa AKP, politik luar negeri Turki berubah menjadi dua model politik luar negeri yang dinamis. Model yang pertama adalah model strategis tradisional, yaitu hubungan strategis dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Model strategis yang kedua didasarkan pada faktor ekonomi yang meningkatkan independensi Turki dari Amerika Serikat dan Eropa. Independensi ini diakibatkan oleh tekanan publik terhadap pemerintah AKP untuk menemukan pasar baru, karena pertumbuhan ekonomi yang dinamis berkaitan dengan tumbuhnya golongan menengah dan borjuis Anatolia yang menjadi basis dari konstituen AKP. 80 Tuntutan untuk memperluas pasar juga merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi sikap aktif AKP dalam mencari kerjasama ekonomi yang menguntungkan di Timur Tengah, negaranegara Balkan dan negara dengan perekonomian yang sedang berkembang pesat seperti Cina. 81 Di bawah AKP, Turki melihat Cina sebagai salah satu isu politik luar negeri yang penting. PM Erdogan mengunjungi Cina pada tahun 2003 dimana agenda ini adalah salah satu agenda pemerintah pertama yang dibacakan di parlemen pada 2003. 82 Perhatian khusus yang diberikan Turki terhadap Cina berkaitan dengan kerjasama dan pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai oleh pemerintah Turki. Faktor yang lain adalah memburuknya hubungan Turki dan Israel akibat serangan Israel pada armada Turki yang membawa bantuan ke Gaza . Akibatnya pada Oktober 2010 jet militer Cina diundang oleh Turki, menggantikan posisi Israel dan AS yang 75
Gulbahar Yeken Aktas, “Turkish Foreign Policy: New Concepts And Reflection”, (M.Sc. Thesis, Middle East Technical University, 2010), 56 76 Aktas, “Turkish Foreign Policy: New Concepts And Reflection, 65 77 Aktas, “Turkish Foreign Policy: New Concepts And Reflection, 82 78 Yuvaci & Dogan, “Geopolitics, Geoculture And Turkish Foreign Policy”, 14 79 Ziya Onis, “Multiple Faces Of The “New” Turkish Foreign Policy: Underlying Dynamics And Critics”, Insight Turkey, Vol. 13, No. 1, http://cesran.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1213%3Amultiple-faces-of-the-newturkish-foreign-policy-underlying-dynamics-and-a-critique&catid=216%3Aanalyses-on-turkey-andneighbourhood&Itemid=336&lang=en (diakses 29 Mei 2013) 80 Gokhan Bacik, “Evisioning The Asia-Pacific Century: Turkey Between United States And China”, Todays Zaman, 9 Desember 2011, http://www.todayszaman.com/newsDetail_getNewsById.action?newsId=265222 (diakses 29 Mei 2013) 81 Bacik, “Evisioning The Asia-Pacific Century: Turkey Between United States And China” 82 Bacik, “Evisioning The Asia-Pacific Century: Turkey Between United States And China”
sebelumnya selalu mengadakan latihan militer bersama dengan Turki. 83 Sikap Turki terhadap Cina ini merupakan bagian dari politik luar negeri multi-dimensional Turki. Turki juga akan mendapatkan pasar baru dengan hubungannya dengan Cina, karena salah satu faktor tetap bertahannya AKP adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat dan keberadaan pasar-pasar baru, serta bervariasinya kerjasama Turki-Cina seperti dalam transportasi, tekstil, dan konstruksi, yang pada akhirnya membuat perusahaan menengah mendapatkan kesempatan yang besar untuk berpartisipasi.84 KERJASAMA STRATEGIS TURKI DENGAN CINA Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di bawah AKP, hubungan Turki dengan Cina merupakan salah satu hal penting yang menjadi poin utama dalam agenda politik luar negeri. Dari kondisi internasional yang telah dijelaskan dalam politik luar negeri AKP, keuntungan ekonomi yang menjadi salah satu motivasi instrumental juga memberikan peran yang besar dalam perubahan sikap Turki terhadap Cina terkait isu Uyghur. Sejak dulu, isu Uyghur selalu membayangi hubungan bilateral Turki dan Cina. Namun di era Erdogan, hubungan baik dengan Cina menjadi salah satu isu penting, dibuktikan dengan adanya beberapa kunjungan resmi yang menjadi agenda kedua negara. Eratnya hubungan Turki dan Cina ini akan membawa keuntungan ekonomi yang tidak sedikit bagi Turki. Beberapa kerjasama yang akan dilakukan adalah melalui kerjasama perdagangan dimana Cina merupakan mitra impor terbesar ketiga bagi Turki, sedangkanm bagi Cina, Turki hanya menduduki peringkat ke-20 dari negara yang menjadi target impor Cina periode 2009. 85 Untuk menutupi deficit neraca Turki terhadap Cina, kedua negara sepakat untuk menggunakan Yuan dan Lira Turki dalam perdagangan bilateral serta perjanjian perdagangan untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral antara Turki dan Cina dari USD 17 Miliar kepada USD 50 miliar dalam jangka waktu 5 tahun.86 Keuntungan lainnya adalah pada pembangunan infrastruktur dan railway di Turki. Perusahaan konstruksi Cina, Chinese Civil Engineering Construction Corp. telah memulai pekerjaannya untuk membangun rel sepanjang 533 km di Istanbul-Ankara yang memperpendek waktu tempuh kedua kota dari 7 jam menjadi 3 jam. Pemerintah Cina juga memberikan pinjaman sebesar USD 1,28 miliar untuk pembangunan rel dari Inonu dan Kosekoy yang melewati terasteras pegunungan dan direncanakan akan dibuka pada tahun 2013.87 Kerjasama antara Turki dan Cina dalam pembangunan rel kereta cepat ini merupakan awal dari proyek besar yang digagas Cina. Cina memiliki ambisi untuk membangun sebuah jalan rel cepat yang akan menghubungkan Cina, Asia Tengah (melewati Kazakhstan), Rusia dan Eropa Barat untuk memperluas pasar Cina menuju Eropa.88 Dalam ambisinya tersebut, Cina akan membutuhkan Turki untuk menempatkan 83
Bacik, “Evisioning The Asia-Pacific Century: Turkey Between United States And China” Bacik, “Evisioning The Asia-Pacific Century: Turkey Between United States And China” 85 Atilla Sandikli, China: A New Super Power? Dimension Of Power, Energy And Security, Bilgesam Publication, (Istanbul: 2010), 229 86 Selcuk Colakoglu, “Turkey-China Relations: Seeking A Strategic Partnership” 87 Zhang Haizhou, “High-speed Rail Will Set The Pace in Turkey”, China Daily, 13 Juli 2011, http://www.chinadaily.com.cn/cndy/2011-07/13/content_12888952.htm (diakses 22 Mei 2013) 88 F. William Engdahl, “Eurasian Economic Boom And Geopolitics: China’s Land Bridge to Europe: The ChinaTurkey High Speed Railway”, Global Research 27 April 2012, http://www.globalresearch.ca/eurasian84
jalur relnya sebagai jalan masuk ke Eropa. Rel yang dibangun Cina di Turki akan menjadi penghubung dari kota Kars kepada batas timur Armenia dan berlanjut ke dekat batas Yunani dan Bulgaria kemudian ke negara-negara Uni Eropa. 89 Untuk rencana selanjutnya, Turki dan Cina telah mengadakan pembicaraan untuk membangun jalur rel kedua. Turkey States Railways, agensi Turki yang menangani setiap pembangunan jalur rel kereta cepat, menyatakan rencana Turki untuk membangun 6000 kilometer jalur kereta cepat pada 2023, tepat pada perayaan 100 tahun berdirinya Republik Turki. 90 Proyek ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk ambisi Cina membangun kembali Jaur Sutra Modern yang pada masa lampau digunakan sebagai jalur perdagangan yang melintasi Asia, Eropa dan Timur Tengah untuk mencapai pasar-pasar yang potensial di kawasan-kawasan tersebut. 91 Jalur Sutra modern ini direncanakan akan melintasi beberapa daerah di Cina, tepatnya daerah Liangyungang, via Xinjiang dan Asia Tengah, melintasi Timur Tengah dan Turki. 92 Dalam rencana ini, Turki merupakan salah satu negara terpenting yang memegang peran sebagai pintu masuk ke pasar Eropa. 93 Pembangunan Jalur Sutra Modern ini juga akan menguntungkan Turki karena Turki juga berencana akan membangun jalur Trans-Eurasia yang akan menghubungkan Turki dengan sisi Asia dan sisi Eropa. Jika jalur ini berhasil dibuat, maka Turki akan memperpendek transportasi ke Cina dan Asia Tengah hingga 50%.94 Selain dalam kerjasama perdagangan, Turki juga akan memperoleh keuntungan dalam rencana pembangunan reaktor nuklirnya. Kunjungan PM Erdogan ke Cina pada tanggal 9 April 2012 tersebut juga digunakan untuk menandatangani kesepakatan kerjasama pembangunan dan penelitian nuklir antara kedua negara, dan yang kedua adalah Perjanjiang Penggunaan Nuklir Secara Damai. 95 Peningkatan kerjasama nuklir antara Turki dan Cina dilakukan mengingat kebutuhan Turki untuk mencari partner yang sesuai untuk pembangunan reaktor nuklir keduanya
economic-boom-and-geopolitics-china-s-land-bridge-to-europe-the-china-turkey-high-speed-railway/30575 (diakses 22 Mei 2013) 89 Engdahl, “Eurasian Economic Boom And Geopolitics: China’s Land Bridge to Europe: The China-Turkey High Speed Railway” 90 Haizhou, “High-speed Rail Will Set The Pace in Turkey”, 91 Anna Beth Keim, “Can China And Turkey Forge A New Silk Road?”, Yale Global Online, 18 Januari 2013, http://yaleglobal.yale.edu/content/can-china-and-turkey-forge-new-silk-road (diakses 22 Mei 2013) 92 Kamalpour, “The New Silk Road”, Islamic Finance News, 6 Juni 2012, 1 www.assaif.org/.../New+Silk+Road+Forum.pdf (diakses 23 Mei 2013) 93 Jika Jalur Sutra Modern ini terealisasikan, maka jalur dari Lianyungang hingga Rotterdam via Jalur Sutra Modern ini akan menurunkan waktu tempuh perdagangan dari Cina-Eropa dari 20-40 hari kepada 11 hari dan menyediakan pasar baru bagi Cina. Andrew C. Kuchins & Thomas M. Sanderson, The Northern Distribution Network And The Modern Silk Road, Center For Strategic And International Studies, (Washington: 2009), 19, csis.org/files/publication/091217_Kuchins_NorthernDistNet_Web.pdf (diakses 23 Mei 2013) 94 Ai Yang, “Silk Road Will Keep Sino-Turkish Trade On The Move”, China Daily, 9 Oktober 2010, http://www.chinadaily.com.cn/china/2010-10/09/content_11388872.htm (diakses 14 Juni 2013) 95 News Wires, “Turkish PM Boosts Nuclear Cooperation With China Visit, France24 9 April 2012, http://www.france24.com/en/20120409-turkish-premier-erdogan-nuclear-cooperation-china-uighursxinjiang (diakses 22 Mei 2013)
yang terletak di provinsi utara Sinop. 96 Terdapat kandidat lain selain Cina yaitu Rusia, Korea Selatan dan Jepang. Namun Cina merupakan salah satu partner terkuat karena Cina bersedia membangun reaktor nuklir di Sinop tanpa adanya jaminan seperti yang diminta oleh Korea Selatan.97 Keuntungan lain yang akan didapatkan Turki adalah dari keinginan Turki untuk bergabung dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang beranggotakan Cina, Rusia, Kazakhztan, Kyrgisztan, Tajikistan dan Uzbekistan dengan tujuan untuk meningkatkan perdagangan bebas dan memimalisir ancaman terorisme antar batas wilayah. Saat ini Turki memiliki keinginan untuk bergabung dengan SCO akibat ketidakpuasannya terhadap Uni Eropa. 98 Dalam SCO, Cina merupakan sebuah kekuatan besar di dalamnya mengingat posisinya sebagai pendiri SCO. Pada Juli 2012, Cina melalui Presiden Hu Jintao memberikan persetujuan untuk menjadikan Turki sebagai dialogue partner SCO.99 Turki menyadari arti penting dari Cina dan Rusia untuk pembangunan berkelanjutan Turki serta keinginan Turki untuk bergabung dengan SCO dan mencapai tujuan sebagai salah satu negara 10 World’s Top Economy.100 KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan etnisitas Uyghur dan Turki Anatolia, dimana terdapat perubahan sikap pemerintah Turki pada saat kerusuhan di Xinjiang pada tahun 2009. Bermula dari kecaman keras PM Erdogan terhadap Cina dan reaksi-reaksi dari publik Turki, hingga pada akhirnya sikap Turki mengalami perubahan terhadap Cina. Perubahan sikap Turki ditandai dengan peningkatan kerjasama dan kunjungan-kunjungan yang diadakan oleh elit kedua negara. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah etnisitas antara Uyghur dan Turki kurang berpengaruh karena dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan lain selain faktor afektif, yaitu faktor instrumental yang dapat dikategorikan dalam politik domestik, keuntungan ekonomi dan kondisi internasional. Faktor afektif merupakan faktor-faktor yang melihat ikatan etnis dalam arti kesamaan sejarah, budaya, dan agama. Lemahnya ikatan etnis dalam perubahan kebijakan luar negeri Turki terhadap Cina dipengaruhi oleh semakin kuatnya faktor instrumental. Faktor instrumental yang dimaksud meliputi politik domestik, kondisi internasional dan keuntungan ekonomi. Faktor domestik dilihat dalam dua hal yaitu siapakah pihak yang melakukan protes terhadap tindakan pemerintah Cina dan sifat sekuler-multi dimensional dari politik luar negeri Turki dibawah partai AKP. Pelaku protes adalah bukan konstituen partai AKP, yang merupakan partai berkuasa. Para pemrotes adalah konstituen Partai BBP, MHP dan Partai Saadat yang berideologi Islamis dan 96
Anonym, “Turkey, China Sign Two Nuclear Agreements During PM’s Visit”, Hurriyet, 10 April 2012, http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-china-sign-two-nuclear-agreements-during-pmsvisit.aspx?pageID=238&nid=18032 (diakses 22 Mei 2013) 97 Dan Yurman, “Carving Up Turkey’s Nuclear Energy Market”, 16 Agustus 2012, http://ansnuclearcafe.org/2012/08/16/carving-up-turkeys-nuclear-energy-market/ (diakses 22 Mei 2013) 98 Alyson J.K. Bailes et al., “The Shanghai Cooperation Organization”, SIPRI Policy Paper No. 17 (2007), 1, www.peacepalacelibrary.nl/ebooks/.../SIPRI_Policypaper17%5B1%5D.pdf (diakses 23 Mei 2013) 99 Zhang Qian, “SCO Accepts Afghanistan As Observer, Turkey As Dialogue Partner”, Xinhua, 7 Juni 2012, http://english.peopledaily.com.cn/90883/7839137.html (diakses 23 Mei 2013) 100 Anonym, “Is Turkey Serious About Becoming SCO Member State?”, Xinhua, 9 Februari 2013, http://www.china.org.cn/opinion/2013-02/09/content_27934748.htm (diakses 23 Mei 2013)
ultranasionalis Pan-Turkisme. Sebaliknya, konstituen AKP lebih bersifat sekularis dan Islam moderat yang tidak terlalu terpengaruh dengan isu-isu etnisitas. Konstituen AKP pun memiliki perbandingan lebih banyak dibandingkan dengan partai-partai lain sehingga isu etnisitas ini cenderung tidak terlalu berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan yang dilakukan partai. Dari faktor politik luar negeri, di bawah AKP Turki berlandaskan pada sekularitas dan memiliki ideologi yang berlandaskan multi-dimensional, dimana pemikiran tersebut mengakibatkan Turki tidak lagi terpaku pada AS dan Eropa, namun ke timur seperti negara-negara Timur Tengah, Balkan dan Asia Timur. Cina merupakan salah satu negara yang dianggap penting dalam politik luar negeri AKP, mengingat kekuatan ekonomi Cina dan kebutuhan Turki untuk mencari pasar baru untuk meningkatkan perekonomiannya. Dalam faktor kondisi internasional, meningkatnya kekuatan Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia serta menurunnya perekonomian negara-negara Eropa turut mendorong Turki untuk mempertimbangkan hubungannya dengan Cina. Dalam keuntungan ekonomi, Turki mendapatkan banyak keuntungan dari kerjasama strategis dengan Cina, seperti kerjasama perdagangan, pembangunan proyek railway yang menjadi proyek besar Turki, pembangunan Jalur Sutra Modern untuk memperkecil waktu transportasi dari Asia ke Eropa dan sebaliknya, pembangunan reaktor nuklir yang dibutuhkan Turki serta keanggotaan SCO dimana keanggotaan ini akan memperdalam kerjasama Turki dengan negara-negara kaya energi di Asia Tengah untuk menutupi kebutuhan Turki yang semakin mengingkat akan energi. DAFTAR PUSTAKA Aktas, Gulbahar Yeken, “Turkish Foreign Policy: New Concepts And Reflection”, (M.Sc. Thesis, Middle East Technical University, 2010) Alyson J.K. Bailes et al., “The Shanghai Cooperation Organization”, SIPRI Policy Paper No. 17 (2007), www.peacepalacelibrary.nl/ebooks/.../SIPRI_Policypaper17%5B1%5D.pdf (diakses 23 Mei 2013) Anonym, “China Cautions Turkey Against ‘East Turkestan’ Forces”, China.org.cn, 22 Februari 2012 http://www.china.org.cn (diakses 25 Februari 2013) Anonym, “China Cities and Provinces: Xinjiang Uygur Autonomous Region”, China Today, http://www.chinatoday.com/city/xinjiang.htm (diakses tanggal 23 Februari 2013) Anonym, “Is Turkey Serious About Becoming SCO Member State?”, Xinhua, 9 Februari 2013, http://www.china.org.cn/opinion/2013-02/09/content_27934748.htm (diakses 23 Mei 2013) Anonym, “Sunni And Shi’a”, BBC, 19 Agustus 2009, http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/subdivisions/sunnishia_1.shtml (diakses 7 Mei 2013)
Anonym, “Tension Runs High As China Cracks Down in Uyghur Riots”, Today’sZaman 7 Juli 2009, http://www.todayszaman.com/newsDetail_getNewsById.action?load=detay&link=180125 &bolum=100 (diakses 14 Mei 2013) Anonym, “Thousands of Turks Protest China Violence: Crowds Urges Government to Intervene, Wants Boycott of Chinese Goods”, NBC, http://www.nbcnews.com/id/31877977/#.UWPgjWcRv0I (diakses 11 Mei 2013) Anonym, “Troubles Across the Turkestan, Contrasting Response to China’s Crackdown in Beijing”, The Economist, July 16th 2009, http://www.economist.com/node/14052216 (diakses tanggal 23 Februari 2013) Anonym, “Turkey Keeps Protest Against China Violence in Uyghur Region”, Voice of Nations Azerbaijan, 14 Juli 2009, http://en.baybak.com/turkey-keeps-protests-against-chinaviolence-in-uighur-region.azr (diakses 14 Mei 2013) Anonym, “Turkey Stands Up for Uighur Brethren in Wake of China’s Brutality”, Todayszaman, 12 Juli 2009 http://www.todayszaman.com (diakses 25 Februari 2013) Anonym, “Turkey, China Sign Two Nuclear Agreements During PM’s Visit”, Hurriyet, 10 April 2012, http://www.hurriyetdailynews.com/turkey-china-sign-two-nuclear-agreementsduring-pms-visit.aspx?pageID=238&nid=18032 (diakses 22 Mei 2013) Anonym, “Turkish Foreign Minister Ahmet Davutoglu Will Pay A Week-long Visit To China for Talks On Boosting Ties”, 22 Oktober 2010, http://www.silkroutes.net/TurkishChineseRelations2010TurkiyeCin.htm (diakses 25 Februari 2013) Anonym, “Turkish PM Erdogan Likens Xinjiang Violence to ‘Genocide’”, Radio Free Europe, 10 September 2009, http://www.france24.com (diakses 25 Februari 2013) Bacik, Gokhan, “Evisioning The Asia-Pacific Century: Turkey Between United States And China”, Todays Zaman, 9 Desember 2011, http://www.todayszaman.com/newsDetail_getNewsById.action?newsId=265222 (diakses 29 Mei 2013) Bal, Idris, Turkish Foreign Policy In Post Cold War Era, (Florida: Brown Walker Press, 2004) Bovingdon, Gardner, “Autonomy In Xinjiang: Han Nationalist Imperatives And Uyghur Discontinent”, Policy Studies No. 11 (2004), 8, scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/handle/10125/3492/PS011.pdf (diakses 23 Februari 2013)
Bozkurt, Abdullah, “China Seeks Further Engagement from Turkey in Xinjiang”, Todayszaman, 1 April 2012, http://www.todayszaman.com/news-276069-china-seeks-furtherengagement-from-turkey-in-xinjiang-region.html (diakses 12 April 2013) Carment, David, et al, 2009, “The Internationalization of Ethnic Conflict : State, Society and Synthesis”, International Studies Review (2009) 11, http://www.engagingconflict.it/ec/wp-content/uploads/2012/06/Carment-TheInternationalization-of-Ethnic-Conflict-State-Society-and-Synthesis.pdf (diakses 5 April 2013) China Congressional-Excecutive Comission, “Congressional-Executive Commission on China, Annual Report 2007”, 10 Oktober 2007, 14, http://www.gpo.gov/fdsys/pkg/CHRG110hhrg38026/pdf/CHRG-110hhrg38026.pdf (diakses 24 Februari 2013) Clarke, Michael, “China, Xinjiang and The Internasionalization Of The Uyghur Issue”, Griffith Asia Institute, www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/handle/10072/.../70303_1.pdf (diakses 23 Februari 2013) Colakoglu, Selcuk, “Turkey-China Relations: Seeking A Strategic Partnership”, 24 April 2012, http://uyghuramerican.org/article/turkey-china-relations-seeking-strategicpartnership.html (diakses 20 Mei 2013) Eller, Jack David, “Ethnicity, Culture, And The Past”, Michigan Quarterly Review Vol. XXXVI, no. 4 (Fall 1997) http://quod.lib.umich.edu/cgi/t/text/textidx?cc=mqr;c=mqr;c=mqrarchive;idno=act2080.0036.411;rgn=main;view=text;xc=1;g=m qrg (diakses 1 Mei 2013) Engdahl, F. William, “Eurasian Economic Boom And Geopolitics: China’s Land Bridge to Europe: The China-Turkey High Speed Railway”, Global Research 27 April 2012, http://www.globalresearch.ca/eurasian-economic-boom-and-geopolitics-china-s-landbridge-to-europe-the-china-turkey-high-speed-railway/30575 (diakses 22 Mei 2013) Famularo, Julia, “Erdogan Visits Xinjiang”, The Diplomat, 14 April 2012, www.thediplomat.com (diakses 25 Februari 2013) Haizhou, Zhang, “High-speed Rail Will Set The Pace in Turkey”, China Daily, 13 Juli 2011, http://www.chinadaily.com.cn/cndy/2011-07/13/content_12888952.htm (diakses 22 Mei 2013) Hays,
Jeffrey, “Uighurs, Uighur History, Life and Culture”, http://factsanddetails.com/china.php?itemid=162#06 (diakses 12 April 2013) Heraclides, Alexis, The Self-Determination of Minorities in International Relations, (Portland, OR: Frank Class, 1991)
Huggler, Justin, “Turkish Far Right On The Rise”, The Independent, 20 April 1999, http://www.independent.co.uk/news/turkish-far-right-on-the-rise-1088461.html (diakses 14 Mei 2013) Israeli, Raphael, “China’s Uyghur Problem”, Israel Journal of Foreign Affairs IV: I (2010), 92, israelcfr.com/documents/4-7-Raphael-Israeli.pdf? (diakses 23 Februari 2013) Kamalpour, “The New Silk Road”, Islamic Finance News, 6 www.assaif.org/.../New+Silk+Road+Forum.pdf (diakses 23 Mei 2013)
Juni
2012,
1,
Kamberi, Dolkun, “Uyghur and Uyghur Identity”, Sino-Platonic Paper Vol. 150 May 2005, 1, www.sino-platonic.org/complete/spp150_uyghurs.pdf? (diakses 22 Februari 2013) Keim, Anna Beth, “Can China And Turkey Forge A New Silk Road?”, Yale Global Online, 18 Januari 2013, http://yaleglobal.yale.edu/content/can-china-and-turkey-forge-new-silk-road (diakses 22 Mei 2013) Kuchins, Andrew C., & Thomas M. Sanderson, The Northern Distribution Network And The Modern Silk Road, Center For Strategic And International Studies, (Washington: 2009), csis.org/files/publication/091217_Kuchins_NorthernDistNet_Web.pdf (diakses 23 Mei 2013) Lawton, John, “The Cradle of The Turks”, Saudi Aramco World Vol 45 Number 2 (March/April 1994), http://www.saudiaramcoworld.com/issue/199402/the.cradle.of.the.turks.htm (diakses 9 April 2013) Livny, Avital, “Faith In The Electorate: Islam Solution to Vote Volatility in Turkey”, September 2012, 2 www.stanford.edu/~alivny/.../Faith%20in%20the%20Electorate.pdf (diakses 14 Mei 2013) London Uyghur Rensemble, “Uyghur Language”, http://www.uyghurensemble.co.uk/enhtml/uy-language.html (diakses 12 April 2013) News Wires, “Turkish PM Boosts Nuclear Cooperation With China Visit, France24 9 April 2012, http://www.france24.com/en/20120409-turkish-premier-erdogan-nuclear-cooperationchina-uighurs-xinjiang (diakses 22 Mei 2013) O’Farril Enrique, et al, “Economic Cooperation”, AGCI Cooperation Chilena, www.agci.cl (diakses 5 April 2013) Onis, Ziya, “Multiple Faces Of The “New” Turkish Foreign Policy: Underlying Dynamics And Critics”, Insight Turkey, Vol. 13, No. 1, http://cesran.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1213%3Amultiplefaces-of-the-new-turkish-foreign-policy-underlying-dynamics-and-a-
critique&catid=216%3Aanalyses-on-turkey-and-neighbourhood&Itemid=336&lang=en (diakses 29 Mei 2013) Ostrovskaya, Elena, “The Uyghur Project”, 8 Oktober http://orientalreview.org/2010/10/08/the-uyghur-project/ (diakses 17 April 2013)
2010
Paquin, Jonathan & Michael Saideman, “Foreign Intervention in Ethnic Conflicts”,www.humansecuritygateway.com/documents/ISA_foreigninterventionethnicco nflicts.pdf (diakses 2 April 2013) Qian, Zhang, “SCO Accepts Afghanistan As Observer, Turkey As Dialogue Partner”, Xinhua, 7 Juni 2012, http://english.peopledaily.com.cn/90883/7839137.html (diakses 23 Mei 2013) Raman, B., “China Engages Turkey to Neutralize Uighur Threat”, Rediff News, 17 Oktober 2012 http://news.rediff.com (diakses 25 Februari 2013) Saideman, Stephen M., “Is Everything About The Relatives? Dyadic Analyses of the International Relations of Ethnic Conflict”, http://isanet.ccit.arizona.edu/archive/saideman.html (diakses 7 Mei 2013) Sandikli, Atilla, China: A New Super Power? Dimension Of Power, Energy And Security, Bilgesam Publication, (Istanbul: 2010) Sansal, Burak, “Turkish Language”, http://www.allaboutturkey.com/dil.htm (diakses 12 April 2013) Scaruffi, Pierro, “A Timeline of The Turks”, http://www.scaruffi.com/politics/turks.html (diakses 10 April 2013) Sloan, Ismail, “History of the Uyghurs, Of Kashgar And Of Greater Turkestan”, http://www.anusha.com/uyghur-h.htm (diakses 9 April 2013) Torbakov, Igor, “China-Turkey and Xinjiang : A Frayed Relationship”, Open Democracy, 5 Agustus 2009, http://www.opendemocracy.net/article/china-turkey-and-xinjiang-a-frayedrelationship (diakses 25 Februari 2013) Turkish Grand National Assembly, “General Elections Result-Turkey”, http://electionresources.org/tr/assembly.php?election (diakses 14 Juni 2013) UNHCR, “China Threatens Punishment for Rumors in Urumqi”, Radio Free Europe, 7 September 2009, http://www.unhcr.org, (diakses 25 Februari 2013) Waugh, Daniel C., “The Uighurs”, http://depts.washington.edu/silkroad/exhibit/uighurs/essay.html (diakses 9 April 2013)
White, Jenny, Muslim Nationalism And The New Turks, (Princeton University Press: 2012) Yang, Ai, “Silk Road Will Keep Sino-Turkish Trade On The Move”, China Daily, 9 Oktober 2010, http://www.chinadaily.com.cn/china/2010-10/09/content_11388872.htm (diakses 14 Juni 2013) Yitzak Shichor, “Limping On Two Legs: Uyghur Diaspora Organizations And The Prospects For Eastern Turkestan Independence”, Central Asia And The Caucasus No. 5 (48) 2007, www.academia.edu (diakses 7 Mei 2013) Yitzak Shichor, “Limping On Two Legs: Uyghur Diaspora Organizations And The Prospects For Eastern Turkestan Independence”, Central Asia And The Caucasus No. 5 (48) 2007, www.academia.edu (diakses 7 Mei 2013) Yurman, Dan, “Carving Up Turkey’s Nuclear Energy Market”, 16 Agustus 2012, http://ansnuclearcafe.org/2012/08/16/carving-up-turkeys-nuclear-energy-market/ (diakses 22 Mei 2013) Yuvaci, Abdullah & Salih Dogan, “Geopolitics, Geoculture And Turkish Foreign Policy”, Geopolitics In 21st Century, December 2012, 10 (http://www.academia.edu/2565092/Geopolitics_Geoculture_and_Turkish_Foreign_Polic y (diakses 29 Mei 2013) Zambelis, Chris, “Turkey Sacrifices Uyghur to Trade”, Asia Times Online, 19 Januari 2011 http://www.atimes.com (diakses 25 Februari 2013)