ETIKA TERAPAN Bagaimana bertransformasi dari Karyawan Biasa Menjadi Pengusaha Sukses Melalui Penerapan 8 ETOS KERJA dan 6 Langkah Menuju Sukses
Oleh: Drs. Efendi Sitorus
Kerja adalah RAHMAT Aku Bekerja Tulus Penuh Syukur Kerja adalah AMANAH Aku Bekerja Benar Penuh Tanggungjawab Kerja adalah PANGGILAN Aku Bekerja Tuntas Penuh Integritas Kerja adalah AKTUALISASI Aku Bekerja Keras Penuh Semangat Kerja adalah IBADAH Aku Bekerja Serius Penuh Kecintaan Kerja adalah SENI Aku Bekerja Kreatif Penuh Sukacita Kerja adalah KEHORMATAN Aku Bekerja Tekun Penuh Keunggulan Kerja adalah PELAYANAN
Aku Bekerja Sempurna Penuh Kerendahan Hati
Dikutip dari Buku berjudul 8 ETOS KERJA Oleh: Ir. Jansen Sinamo
DARI KARYAWAN BIASA MENJADI PENGUSAHA SUKSES PENDAHULUAN : Sejalan dengan visi perusahaan ZEFA yaitu untuk mencapai kemajuan dan perkembangan yang pesat ke depan jauh melampaui batas-batasnya (to grow beyond boundaries), atas Anugerah Tuhan dan hasil kerja keras bersama seluruh karyawan ZEFA GRUP telah terbukti perusahaan semakin berkembang pesat serta menunjukkan arah yang jelas menuju pencapaian sebuah perusahaan masa kini yang sukses dan cukup diperhitungkan dalam kancah bisnis modern dewasa ini. Maka sejalan dengan itu diperlukan kesiapan dari setiap staf dan karyawan agar dapat memanfaatkan peluang-peluang yang akan semakin terbuka dan lebih lagi dituntut untuk selalu siap-sedia dan bersaing secara sportif untuk menjadi pemimpin (leader) baru dimasa depan; kapan waktunya ? kita tentu tetap bepedoman pada rekam jejak, MILESTONE dan RULE OF THE GAME namun dengan sangat jelas tentunya yang selalu akan mendapat kesempatan yang pertama adalah orang-orang yang selalu menyiapkan diri atau siapsedia dan memenuhi syarat untuk itu. Sementara itu yang patut dicermati bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ada saja beberapa pekerja, staff atau karyawan atau bahkan diantara pemimpin yang ada justeru bisa menghambat pertumbuhan perusahaan bilamana perilakunya bertolak belakang dan tidak memenuhi kriteria untuk itu, misalnya saja bila mengalami de-motivasi dengan gejala umum: kurang semangat kerja, tidak disiplin dan loyalitas yang menurun. Sebagai salah satu contoh ditandai dengan ada gejala kurang rasa syukur/terimakasih timbul dari diri karyawan itu sendiri atas apa yang diterima dari perusahaan mungkin disebabkan kurangnya “sense of belonging” sehingga karyawan hanya dapat melihat sebatas kebutuhan sesaat/jangka pendek saja (sudahkah kebutuhanku terpenuhi saat ini?), dan itu mengakibatkan rasa tidak puas. Tetapi apakah kita sudah bertanya juga, “apakah yang sudah saya berikan sebagai prestasi terbaikku bagi perusahaan tempat saya bekerja?”. Dalam kesempatan ini saya mau membagikan pengalaman saya untuk menjadi motivasi bagi anda sekalian bagaimana perjalanan karir saya dulu memulai bekerja di sektor formal di sebuah perusahaan dengan karir awal sebagai pesuruh (office boy). Saya
mulai dari pada tahun 1986 saya menamatkan pendidikan saya di SPP-SPMA Negeri Medan yaitu sekolah kejuruan pertanian setingkat SLA. Tahun itu juga saya memutuskan merantau ke Jakarta sebenarnya dengan maksud mau mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di IPB Bogor, namun saya tidak lulus dalam seleksi penerimaan mahasiswa dan jadilah saya pengganguran karena untuk masuk kuliah di swasta saya tidak mempunyai uang. Menerima kenyataan tidak lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri, saat itu saya punya dua pilihan; kembali ke Medan untuk mencari pekerjaan atau tetap bertahan di Jakarta ? dan ketika itu saya putuskan tetap bertahan di Jakarta sambil mencari pekerjaan karena merasa malu untuk pulang dengan membawa kegagalan. Tahun 1986 sampai dengan 1988 saya tidak mempunyai pekerjaan tetap hanya kerja serabutan demi menafkahi diri sendiri, pekerjaan saya mulai sebagai pedagang asongan keliling yaitu berjualan Teh Botol dan minuman dalam kemasan lainnya di Pasar Senen Jakarta Pusat, lalu beralih sebagai tukang seterika pakaian di tempat yang sama di Pasar Senen juga dan kemudian lari dari situ oleh karena ingin menghindar dari pengaruh gaya hidup premanisme. Lalu setelah itu mencoba lagi sebagai kuli bangunan di perusahaan kontraktor. Dan kemudian baru pada tahun 1988 pada tanggal 12 bulan Februari atas jasa seorang saudara ipar, saya dibantu untuk mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan swasta di daerah Jakarta Pusat. Agak kaget juga menerima kenyataan bahwa saya hanya diterima sebagai pesuruh (office boy), namun perjalanan kerja serabutan selama 2 (dua) tahun telah mengajari saya pahit-getirnya bekerja di sektor informal, maka dengan berbagai pertimbangan ketika itu saya putuskan untuk menerima dipekerjakan sebagai office boy. Tahun-demi tahun saya jalani dan karir saya meningkat terus, saya menjalani tugas sebagai office-boy hanya selama 9 (sembilan) bulan dari Februasi - Nopember 1988 dan kemudian atas kemurahan Tuhan saya mendapat promosi/diangkat menjadi staff pada saat itu sebagai service engineer yang bertugas sebagai Lab Analyst di lab kantor dan juga melakukan kunjungan after sales service ke pelanggan. Seiring dengan itu penghasilan pun meningkat secara otomatis dan kemudian karena menyadari akan pentingnya pendidikan maka saya memutuskan mulai kuliah tahun 1990 di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta sambil tetap bekerja dan lulus sarjana tahun 1996 dengan predikat memuaskan. Saya bekerja di
perusahaan tersebut selama 12,5 tahun sampai akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri dan kemudian memberanikan diri untuk merintis usaha dengan bekerjasama dengan seorang teman, hingga pada saat ini saya memimpin 2 (dua) perusahaan yang sehat dan sukses semakin berkembang dengan pesat yaitu PT ZEFA VALINDO JAYA berkedudukan di BEKASI dan PT DWITIRTA INVESTINDO berkedudukan di Kalimantan Barat. Saya pelajari mengapa saya sukses dari seorang office-boy hingga menjadi pengusaha? Saya mencoba menapak tilas perjalanan hidup dan karir saya sampai pada posisi seperti sekarang ini yang telah mengalami lompatan sangat besar atau saya sebut sebagai "quantum leap" dan pada intinya saya temukan bahwa ada beberapa karakter yang saya kembangkan dan melekat dalam diri saya yang ternyata selama ini saya implementasikan dalam kehidupan saya sehari-hari, itulah yang saya bagikan sekarang kepada anda; Tujuan : Menjadikan karyawan ZEFA GROUP menjadi karyawan yang termotivasi dan memiliki ethos kerja tinggi dan handal didalam setiap tugas pekerjaannya, sehingga dapat memiliki kecakapan sebagai layaknya seorang pemimpin dalam artian yang visioner (jauh memandang ke depan). Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang “pemimpin” adalah sebagai berikut : 1) Inisiatif “inspiration is much more important than knowledge” (Albert Einstein). Insiatif didorong oleh suatu inspirasi dan sebaliknya inspirasi akan selalu timbul dari orang-orang yang ber-inisiatif, menurut saya dua hal ini merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu sama lain ibarat dua sisi mata uang. Seseorang untuk menjadi “pemimpin” harus terlebih dahulu melatih inisiatif pada dirinya, yaitu dalam setiap pelaksanaan tugas tidak
harus diperintah secara terus-menerus akantetapi yang bersangkutan dapat menggerakkan diri sendiri untuk bekerja sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawabnya. Inisiatif juga bisa dikembangkan dengan melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan ataupun diperkenankan untuk dilaksanakan dengan terlebih dahulu dimintakan pendapat atau persetujuan dan pengarahan yang perlu dari atasannya. Seseorang yang telah memiliki inisiatif dalam bekerja tidak selalu tergantung pada kehadiran pemimpinnya dalam mengawasi pekerjaannya, akan tetapi ia mempunyai kesadaran sendiri dimana dengan senang hati dan bertanggung jawab akan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya, dan pada saat-saat tertentu apabila pencapaian tugas pokok bisa terlaksana dengan lebih cepat seseorang yang berinisiatif biasanya akan suka menanyakan apakah masih ada tugas lain yang dapat dikerjakannya. Seseorang yang memiliki inisiatif tidak akan menghindar dari tugas pekerjaan akan tetapi menganggap setiap tugas baru adalah suatu tantangan. 2) Kreativitas Merupakan pengembangan ide atau gagasan baru dalam melaksanakan pekerjaan, bisa dalam bentuk membakukan/memantapkan, melengkapi/menyempurnakan atau mengembangkan suatu metode baru dalam pelaksanaan tugas dengan tidak melenceng dari sasaran yang ditentukan perusahaan. Seseorang yang telah memiliki kreativitas dalam bekerja akan jauh dari sikap mudah menyerah dalam pekerjaan, apabila dia mengalami kesulitan maka ia akan selalu berusaha menemukan suatu ide pemecahan atau jalan keluar dari permasalahannya. Kreativitas membuat seseorang tidak hanya terpaku pada S.O.P. secara kaku atau lebih tepatnya harus bisa "beyond the SOP", dimana seandainya ditemukan suatu hambatan maka ia akan lebih fleksibel namun akan selalu focus pada sasaran/target pokok. Ia tidak akan pernah kehabisan ide atau cara dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Bagi seseorang yang kreatif (kata dasar dari kreativitas), pada umumnya memandang pekerjaan itu bukanlah sesuatu yang
menjemukan/membosankan, akantetapi selalu saja ada hal-hal yang menarik di dalam pekerjaan itu sendiri meskipun pekerjaan itu telah secara berulang-ulang kali dikerjakannya. Ada semacam dorongan/energi yang besar dari dalam diri sendiri untuk melakukan segala sesuatunya dengan lebih baik dan lebih baik lagi (self motivation to do by the best). Bentuk atau pola kreativitas bisa terbagi dua yaitu, kreativitas yang original yakni murni dari ide sendiri dan satunya lagi ialah duplikasi yakni mencontoh kreativitas orang lain (atau yang diajarkan oleh orang lain) yang telah teruji dan terbukti baik untuk diterapkan, duaduanya dapat memberikan hasil yang sama baiknya. 3) Produktivitas Produktivitas dapat dicapai seseorang dengan lebih mudah apabila dia sudah memiliki dua persyaratan utama yang dijelaskan di muka yaitu inisiatif dan kreativitas. Produktivitas adalah hasil pencapaian (dalam satuan kwantitas per satuan waktu) dengan memperhitungkan kwalitas yang terbaik. Manusia bukan mesin, maka tingkat produktivitas lebih ditentukan dari dalam diri manusia itu sendiri, dengan kata lain motivasi diri/self motivation sangat menentukan dalam pencapaian produktivitas seseorang maupun kelompok. Buatlah target pada diri anda sendiri dalam memicu pencapaian produktivitas yang tinggi dan raihlah sasaran anda. Meraih produktivitas yang tinggi tidak dapat seketika atau sekonyongkonyong akantetapi perlu kebiasaan/ melatih diri dengan disiplin yang keras, ketekunan, keuletan dan konsistensi/kesinambungan. Produktivitas berbeda dengan keberuntungan (lucky factor), karena produktivitas mengandung prinsip konsistensi didalamnya sementara keberuntungan cenderung sesaat (temporary). 4) Efisiensi Apabila anda telah menerapkan secara optimal tiga poin di muka dengan hasil pencapaian yang bagus dan maksimal, maka anda telah sampai pada tahapan selanjutnya dimana anda mulai dapat berfikir untuk efisiensi.
Pada tahapan ini kita diharuskan berfikir dan mengevaluasi metodametoda kerja dan berbagai factor yang mempengaruhi sehingga kita dapat mulai melihat lagi pada poin-poin manakah sekiranya mungkin kita melakukan berbagai simplikasi, yaitu menyederhanakan, mempercepat, pada mana akhirnya akan dapat memotong anggaran dengan hasil kerja atau produktivitas yang tetap semaksimal mungkin. Kita mulai dapat berpikir untuk meniadakan biaya-biaya (cost cutting) yang tidak perlu/tidak produktif. Tetapi harus diingat bahwa efisiensi tidak semata-mata memotong anggaran dalam artian sempit, akan tetapi membuat setiap anggaran Rupiah yang dikeluarkan menjadi sangat efektif dan produktif. Misal dalam prakteknya bisa saja ada peningkatan cost tetapi harus diyakini akan menghasilkan produktivitas yang tidak sekedar linear tetapi berkelipatan, inilah yang dimaksud dalam artian “semaksimal mungkin”. Memang pada tahapan ini, mulai diterapkan prinsip dasar ekonomi yakni INPUT yang sekecil-kecilnya dengan OUTPUT yang sebesarbesarnya. 5) Inovasi Setelah empat poin penting di atas dapat dilaksanakan dengan baik, pada tahap itu seseorang sudah dapat disebutkan sebagai tingkat ahli (expert), dan biasanya ia mulai dapat mengembangkan pikirannya untuk hal-hal yang baru. Uniknya lagi hal-hal baru tersebut tidaklah tergantung dengan perintah dari luar dirinya akantetapi factor-faktor dari luar itu lebih merupakan ransangan (stimulus) saja untuk menghasilkan sesuatu kreasi/produk/metode yang baru. Pada tahap ini seseorang selalu dapat bereaksi dengan baik terhadap keadaan di sekelilingnya dan setiap persoalan atau tuntutan dari luar dapat dijawab dengan menjadikannya sebagai peluang yang positif bagi dirinya atau kelompoknya. Pada fase ini seseorang tidak akan pernah kehilangan ide/gagasan dan selalu dapat menemukan peluang-peluang yang baru, itulah sebabnya pada tingkatan ini seseorang itu selalu dapat survive dalam keadaan yang bagaimanapun sulitnya keadaan.
Ia akan dapat mengubah sesuatu yang bagi kebanyakan orang lain merupakan kesulitan/hambatan menjadi sebuah peluang bagi dirinya atau kelompoknya. Pada level ini tidak ada kata menyerah, yang ada adalah usaha yang gigih, dimana pada kondisi seperti ini seseorang bukan lagi sekedar employee tetapi pada hakekatnya sudah memiliki jiwa entrepreneurship. Kesimpulan : Untuk dapat berhasil dan meraih karakter kepemimpinan dan menjadi pionir sesungguhnya dibutuhkan beberapa persyaratan diantaranya : insiatif, kreativitas, produktivitas, efisiensi, dan inovasi. Kelima sifat karakter ini tidak dapat datang begitu saja pada diri seseorang, juga bukan merupakan suatu ilmu formal yang sekedar dihapalkan, akantetapi lebih daripada itu harus melalui upaya melatih diri sendiri melalui pekerjaan sehari-hari baik di rumah, di lingkungan social dan khususnya di kantor atau perusahaan dimana tempat kita dapat bekerja dengan teratur dan dengan sistim yang jelas (sistimatis-konseptual). Dan bagi saya pribadi, dunia kerja itu saya pandang sebagai “lab school” tempat kita bukan hanya sekedar mencari duit…duit….duit, akan tetapi adalah merupakan tempat kita belajar, mencoba, mengasah kemampuan, berkreativitas, berproduksi, menguji/evaluasi dan prosesnya tidak pernah berhenti karena selalu saja ada sesuatu tantangan-tantangan baru yang memerlukan pemecahan dari kita sendiri. Itulah sebabnya dunia kerja itu selalu menarik dan tidak menjemukan bagi orang yang memiliki sifat-sifat diatas karena biasanya selalu saja dapat ditemukan sesuatu yang progresif dan dinamis di dalam dunia kerjanya. Dengan kata lain bahwa pekerjaan itu saya pandang bukanlah sesuatu yang monoton atau rutinitas belaka tetapi adalah selalu saja ada hal-hal menarik yang saya dapat temukan di dalamnya. Itu mejadikan hidup saya bergairah dan berarti selagi saya masih memiliki/diberi-Nya kesempatan.
Dan saya tidak ingin cepat merasa puas terhadap sesuatau pencapaian/prestasi saya, tetapi saya terlebih suka menguji apakah pencapaian itu sudah merupakan prestasi yang terbaik yang dapat saya lakukan ? Saran : Bentuklah kelompok kerja yang sesuai pada bagian tugas anda masing-masing dan lakukan evaluasi, kemudian temukan hal-hal yang baru lalu mulailah mencoba memperbaiki kinerja anda dan selamat mencoba sepanjang ada kemauan anda pasti berhasil. Catatan Penulis: Seluruh isi tulisan ini bersumber dari buah pemikiran dan pengalaman empiric dari diri penulis sendiri dari karyawan biasa menjadi pengusaha yang dituangkan dan diharapkan jadi motivasi kepada karyawan agar memperoleh keberhasilan dan juga bagi orang lain yang menginginkannya. Semoga berguna, dari: Efendi Sitorus