ETIKA PERENCANAAN AGROWISATA PADA KAWASAN SEKITAR TAMAN WISATA ALAM DANAU TAMBLINGAN
TUGAS AKHIR MATA KULIAH NAMA NIM PRODI ANGKATAN
: AGROWISATA : IGB. RAI UTAMA : 03090961022 : M.M. AGRIBISNIS : V/2003
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2004
0
ETIKA PERENCANAAN AGROWISATA PADA KAWASAN SEKITAR TAMAN WISATA ALAM DANAU TAMBLINGAN
BAB. I
GAMBARAN UMUM TAMAN WISATA ALAM DANAU TAMBLINGAN
A. Lokasi dan Status Danau Tamblingan 1
Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan administratif pemerintahan termasuk wilayah Kecamatan Sukasada Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan. Sedangkan
secara geografis, letak Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan berada diantara 8o 14' 8" - 8o 17' 5" LS
dan 115o 05' 15" - 115o 11' 10" BT.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.: 144/Kpts-II/1996 tanggal 4 April 1996, tentang Penetapan sebagian Kawasan Hutan Batukahu (RTK.4) yang terletak di Kabupaten Dati.II Tabanan dan Kabupaten Dati.II Buleleng Propinsi Dati.I Bali, seluas 1.336,50 Ha sebagai Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan (tidak termasuk Danau Buyan), dimana didalamnya terdapat enclave seluas 8 Ha. Revisi luas kawasan sesuai dengan
Surat
Keputusan
Kepala
Kantor
Wilayah
Departemen Kehutanan No.: 140/Kwl-5/1997 tanggal 22 Januari 1997, maka luas Taman Wisata Alam Danau
1
Buyan-Danau Tamblingan menjadi 1.703 Ha (sudah termasuk
Danau
Buyan
dan
Danau
Tamblingan).
Kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Wanagiri, Desa Lemukih
Sebelah Timur : Hutan Lindung, Dsn.Peken, Desa Pancasari
Sebelah
Selatan
:
Desa
Batunya,
Desa
Candikuning
Sebelah Barat : Dusun Tamblingan, Desa Munduk dan Desa Gesing
(KSDA:2003) B. Topografi Kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan ini topografinya bervariasi mulai datar ( 0 - 3 % ), Landai ( 3 - 8 % ), Miring ( 8 - 5 % ), agak curam ( 15 - 30 % ), curam ( 30 - 45 %) dan terjal ( > 45 % ) dengan ketinggian dari permukaan laut mulai dari 1210 m dpl sampai dengan 1350 m dpl. Bagian utara dan timur kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan
merupakan
daerah
yang
seluruhnya
berkemiringan sangat curam. Bagian selatan batas hutan ini terutama yang berada antara dua danau juga berkemiringan sangat curam. Areal yang mempunyai kemiringan curam dan agak curam terdapat diantara Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Sebagian daerah bagian timur dan bagian selatan dari Danau Buyan dan Danau
Tamblingan
(sekitar
danau)
mempunyai
kemiringan landai sampai datar. (KSDA:2003)
2
C. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim A dengan rata-rata curah hujan 20002800 mm/tahun dan rata-rata hari hujan/tahun 155,6 hari, bulan basah 4-10 dan bulan kering 0-5, dengan suhu udara berkisar antara 11,5o- 24 o C. (KSDA:2003) D. Tipe Hutan Tipe hutan di Taman Wisata Alam Danau BuyanDanau Tamblingan termasuk tipe hutan hujan tropis pegunungan (dataran tinggi) yang dicirikan dengan curah hujan yang tinggi, kondisi kawasan selalu basah dengan keragaman
jenis
tumbuhan
yang
relatif
tinggi.
(KSDA:2003) E. Flora Tipe vegetasi hutan di Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan termasuk dalam tipe hutan hujan tropis pegunungan dengan kondisi yang secara umum masih utuh dan alami. Selain hutan alam yang masih utuh terdapat pula tanaman reboisasi nangka (Artocarpus sp) tahun 1986/1987 terletak dipinggir Danau Buyan dan Danau Tamblingan, hutan tanaman dengan jenis Damar (Agathis alba), Rasamala (Altingea excelsa) dan Cempaka (Mechelia champaka) serta semak belukar yang merupakan kelas reboisasi Murbai. Luas masingmasing adalah :
Hutan alam seluas
Hutan tanaman/reboisasi seluas ±
± 410
Ha. 68,65 Ha.
Berdasarkan hasil inventarisasi flora dan fauna tahun 1988, menunjukkan bahwa jenis lateng (Laportea spmendominasi pada tingkat pohon, disusul oleh jenis
3
bunut (ficus indica), kayu batu (Eugenia jambaloides) dan Sambu (Vernonia arbaca). Pada tingkat tiang didominasi oleh jenis blantih (Homalanthus giganteus), kayu
batu
(Eugenia
jambaloides)
dan
Lempeni
(Ardisisa humulis). Pada tingkat semai jenis yang mendominir adalah jenis Lateng, Lempeni dan Udu (Lithea velirtinia), sedangkan untuk tumbuhan bawah terdiri dari jenis pakis, bentek, cabe-cabe, pinang hutan dan lain-lain. (KSDA:2003) F. Fauna Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan jenis fauna yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Danau Buyan-Danau Tamblingan terdiri dari jenis Ayam Hutan (Gallus sp), Cerucuk (Pycnonotus goievier), Kera abu-abu (Macaca fascicularis) dan jenis lainnya terutama jenis Aves. Dalam perjumpaan tidak langsung dapat ditemukan melalui kotoran, jejak dan suara seperti jenis Deluk (Melogale orientalis), Sri gunting (Dicrurus renifer) dan Kepecit (Estrilda amandava) Keragaman jenis yang ada di Kawasan ini relatif lebih sedikit dibanding kawasan Cagar Alam Batukahu, hal ini disebabkan oleh minimnya ketersediaan sumber makanan yang ada. (KSDA:2003)
G. Potensi Sumber Daya Alam 1. Daya Tarik Obyek. Dengan terdapatnya dua
buah Danau yang cukup
luas yang dikelilingi hutan yang masih asri serta tebing-tebing curam yang menawan, menjadikan kawasan
ini
mempunyai
panorama
alam
yang
menarik. Pada lokasi yang mempunyai ketinggian
4
tertentu dapat melepaskan lelah untuk menikmati pemandangan Danau ini. Di beberapa lokasi pinggir Danau terdapat pula beberapa buah Pura yang dibangun diantara pepohonan yang besar dan lebat, sehingga dapat menambah potensi yang tidak hanya indah tapi unik dan khas. (KSDA:2003)
2. Kegiatan Wisata Alam. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: wisata tirta, memancing, berkemah, lintas alam, penjelajahan, jungle
tracking,
wisata
ilmiah/widya
wisata.
(KSDA:2003) 3. Sarana dan Kemudahan Taman Wisata Alam ini telah memiliki 2 unit bumi perkemahan dengan fasilitas MCK, shelter, pos jaga, sampan, dan tenaga pemandu. (KSDA:2003) 4. Pencapaian ke Lokasi Untuk
mencapai
lokasi
dapat
mempergunakan
kendaraan umum (mini bus) dari Terminal Ubung, Denpasar ke jurusan Singaraja/Pancasari turun di Desa Pancasari dengan jarak 57 Km dan waktu tempuh ± 1,5 jam. Dari kota Singaraja -Pancasari Bedugul sejauh 32 Km dengan waktu tempuh 40 menit. (KSDA:2003)
5
BAB. II
ETIKA RENCANA PENGEMBANGAN AGROWISATA DI DESA MUNDUK
A. Latar Belakang Stakeholder
dalam
pengembangan
pariwisata
jika
dikelompokkan terdiri dari 4 (empat) kelompok, yaitu (i) Pemerintah Pusat dan daerah) sebagi regulator, mediator, dan dinamistrator serta motivator. (ii) Masyarakat di kawasan/obyek/taman wisata sebagai tuan rumah. (iii) Swasta (pelaku usaha) baik sarana ataupun jasa pariwisata, dan yang terakhir adalah (iv) Wisatawan, yang akan menikmati keseluruhan produk yang disajikan oleh stakeholder yang lain. (Puslitdimas STP Tri Sakti: 2001). Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi Agrowisata dengan mempertimbangkan hal-hal dibawah ini: a) Pertimbangan Kelangkaan b) Pertimbangan Sifat Kealamiahan c) Pertimbangan Keunikan d) Pertimbangan Pelibatan Tenaga Kerja e) Pertimbangan Optimalisasi Penggunaan Lahan f) Pertimbangan Keadilan g) Pertimbangan Pemerataan (Puslitdimas STP Tri Sakti: 2001).
B. Potensi Desa Munduk 1)
Pertimbangan Kelangkaan Kalau kita berjalan-jalan disekitar kawasan Taman Wisata danau tamblingan, kita akan disuguhi dengan hamparan kebun bunga pecah seribu (148 ha), yang
6
diselingi dengan tanaman jeruk (25 ha) belum lagi hamparan kopi (403 ha)
yang cukup luas serta
kebun bawang putih (11.230 ha) dan jenis sayuran lainnya
seperti
lombok
(10
ha),
wortel
dan
sebagainya. Yang menjadi pertimbangan kelangkaan adalah adanya hamparan bunga pecah seribu yang tidak dimiliki oleh daerah lain. (Monografi Desa Munduk:2003) 2)
Pertimbangan Sifat Kealamiahan Kawasan ini adalah kawasan yang cukup alamiah karena masih baru dan asri masih mungkin ditata kembali atau di redesign untuk menjadi kawasan agrowisata yang cukup menarik. Selain terletak berdekatan dengan kawasan wisata yang sudah terkenal yaitu Bedugul, infrastruktur relatif mudah untuk dijangkau baik oleh Wisatawan Nusantara terlebih lagi Wisatawan Manca
Negara.
Untuk
mencapai lokasi dapat mempergunakan kendaraan umum (mini bus) dari Terminal Ubung, Denpasar ke jurusan Singaraja/Pancasari turun di Desa Pancasari dengan jarak 57 Km dan waktu tempuh ± 1,5 jam. Dari kota Singaraja -Pancasari - Bedugul sejauh 32 Km dengan waktu tempuh 40 menit. (KSDA:2003) 3)
Pertimbangan Keunikan Kawasan ini juga mempunyai keunikan yang cukup menonjol, dengan hamparan kebun bunga serta banyaknya terdapat pura (33 buah pura) berpotensi menjadi kawasan wiasata religius.
4)
Pertimbangan Pelibatan Tenaga Kerja
7
Tercatat komposisi penduduk desa munduk cukup bervariativ jika dilihat dari mata pencahariannya: 51 (lima puluh satu) orang sebagai Pegawai Negeri Sipil, 12 Orang ABRI, 353 Orang Pegawai Swasta, 15 orang pedagang, 1.684 orang petani, 233 Tukang bangunan, 655 orang buruh tani 14 orang pensiunan, 11 orang nelayan. Dengan melihat konfigurasi mata pencaharian penduduk desa munduk seperti diatas maka besar harapan jika dapat dikembangkan agrowisata kehidupan kaum petani yang menjadi golongan mayoritas dapat terangkat lebih sejahtera. (Monografi Desa Munduk:2003) 5)
Pertimbangan Optimalisasi Penggunaan Lahan Luas ladang dan sawah yang hanya tercatat 294 Hektar cukup memprihatinkan jika tidak dilakukan optimalisasi sempitnya,
penggunaan
lahan
alternatifnya
adalah
yang
begitu
pengembangan
agrowisata yang berbasiskan tanaman unik tertentu seperti bunga pecah seribu dengan kombinasi jeruk, kebun anggrek atau tanaman hias lainnya yang mungkin dapat dijual kepada wisatawan secara langsung. (Monografi Desa Munduk:2003) 6)
Pertimbangan Keadilan Sistem pembagian pendapat dari pengelolaan Taman wisata danau Tamblingan pada saat ini terkonfigurasi menjadi: 45% untuk Pemerintah daerah, 45% untuk desa adat munduk dan 10% untuk KSDA (Konservasi Sumber
Daya
dikembangkan,
Alam).
Jika
tentunya
agrowisata agrowisata
dapat yang
berbasiskan kerakyatan akan dapat meningkatkan
8
kesejahteraan masyarakat secara langsung, baik berupa pembelian hasil pertanian secara langsung oleh wisatawan maupun oleh Pusat Kesejahteraan Petani yang harus dibentuk nantinya sehingga konsep keadilan dapat terbagi dengan adil. 7)
Pertimbangan Pemerataan Pengembangan dapat
Agrowisata
menggerakkan
nantinya
diharapkan
perekonomian
masyarakat
secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa, penanam modal/investor, regulator (Pemda, BKSDA, desa Adat dan Diparsenibud). Dengan melakukan koordinasi diadalam perencanaan secara detail dari input-input yang ada.
C. Penataan Kawasan Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk obyek wisata yang menarik. Untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini: 1) Attractions__
hal-hal yang menarik perhatian
para wisatawan: Kawasan disekitar taman wiasata danau Tamblingan sebenarnya mempunyai banyak tempat
menarik
yang
bisa
diandalkan
sebagai
attractions sperti: Hutan Konservasi, danau, pura-pura, perkebunan rakyat bunga pecah seribu yang tentunya jika akan dikembangkan menjadi agrowisata harus ditata kembali baik benih dan cara tanamnya sehingga akan lebih menarik bagi wisatawan untuk membelinya. 9
2) Facilities____fasilitas-fasilitas yang diperlukan Fasilitas
yang
diperlukan
mungkin
penambahan
sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar attractions potensial. hal ini sebagian
sudah
ada
tinggal
penambahan
dan
peningkatan kualitas. 3) Infrastructure__Infrastruktur Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk Sistem pengairan, Jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, system pembuangan kotoran/pembungan air, jalan raya dan system keamanan. 4) Transportation___jasa-jasa pengangkutan Transportasi umum, Bis-Terminal, system keamanan penumpang, system Informasi perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tariff, peta kota/obyek wisata. 5) Hospitality___Keramah-tamahan
atau
kesediaan
untuk menerima tamu. Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah system pariwisata masyarakat
yang
baik.
Untuk
ramah-tamah
dan
dapat
membuat
siap
menerima
kedatangan wisatawan maka masyarakat local mutlak harus
dilibatkan
dalam
system
pengembangan
pariwisata di kawasan Tamblingan agar kesejahteraan masyarakat meningkat dan perekonomian masyarakat bergulir dengan sendirinya. (Spillane, 1994:63) 6) Capital?__Jika kelima unsur tersebut telah terpenuhi, sekarang bagaimana
yang
menjadi
perhatian
memperoleh
pembangunannya?
Dengan
kita
modal tidak
meniru
adalah untuk pola
10
pengembangan pariwisata Bali Selatan yang berbasis Kapitalis, masyarakat hanya menjadi penonton di negeri sendiri. (Ardika). Fasilitas umum/publik mungkin dibangun oleh pemerintah sadangkan usaha kecil berupa sentra usaha masyarakat yang mungkin diusahan oleh masyarakat sebaiknya masyarakat dilibatkan sepenuhnya sebagai pelaku pariwisata yang utuh. Pembangunan tidah hanya diarahkan untuk mengejar
target
PAD
tetapi
seberapa
banyak
masyarakat kecil dapat dilibatkan dalam system yang dikembangkan. (Ardika)
D. Rancangan Kawasan Tamblingan sebagai Kawasan Pengembangan Agrowisata.
1) Apa yang dilakukan Ciptakan Attraksi yang menarik wisatawan dengan cara Manata kawasan-kawasan yang selama ini telah menjadi sentra-sentra kunjungan seperti kawasan Hutan Konservasi sebagai atraksi yang menarik untuk wisata lintas alam, danau tamblingan untuk wisata memancing, kebun bunga yang sudah ada serta mengembangkan varietas baru agar lebih menarik untuk dibeli oleh wisatawan sebagai souvenir setelah berwisata.
2) Apa sarana dan Prasarana yang diperlukan
Pembangunan akomodasi wisata atas prakarsa dan menjadi milik masyarakat setempat melalui koperasi pariwisata masyarakat.
11
Lembaga pengembangan masyarakat berupa koperasi yang bekerjasama dengan pihak luar sebagai penanam modal.
Peraturan-peraturan/kepastian (stakeholder)
tentang
pengembangan
wisata
hukum
pola
dan
agro
yang
model akan
dikembangkan. (Bali Post, Pendit: 7) 3) Bagaimana melakukannya
Melaukan
konsultasi
dengan
Konsultan
Manajemen LSM, perusahan konsultan atau hotel besar, Biro Perjalanan Wisata sebagai bapak asuh.
Akses ke-sumber modal: pemerintah, bank atau bantuan luar negeri.
Kontribusi masyarakat berupa pembebasan lahan
dapat
dikonversi
dalam
bentuk
modal/saham.
Melibatkan SDM Lokal. Sebagai tenaga Kerja dalam
kegiatan
agro
wisata
yang
akan
dikembangkan. 4) Dimana dilakukan Sudah Pasti, Kalau Pemda Buleleng turun tangan dengan berkoordinasi dengan BKSDA serta Desa adat disekitar kawasan, proyek ini dikembangkan pada seluruh wilayah disekitar Taman Wisata Danau Tamblingan. Mungkin sebagai proyek sample desa Munduk yang paling dekat dengan danau Tamblingan.
12
5) Siapa saja yang melakukan
Masyarakat sebagai komponen Utama/subyek yang berkepentingan atas kesejahteraan.
Pemerintah (PEMDA, BKSDA, DIPARDA, dan DESA
ADAT)
sebagai
regulator/pengatur,
penata system wisata agro yang akan dibangun agar menjadi agrowisata.
Pihak Luar dalam hal sebagai konsultan, JointInvestor
(Masyarakat—Koperasi-Penanam
modal), lembaga keuangan seperti bank. 6) Apa manfaatnya
Pelestarian (Konservasi)
Alam
dan
lingkungan
hidup
sekaligus memberikan manfaat
bagi masyarakat luas untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Peningkatan PAD dari hasil pengelolaan atraksi wisata yang dikelola.
Wujud
kepedulian
terhadap
Lingkungan,
masyarakat kecil serta Wujud penghormatan kepada sang Pencipta (Konsep Tri Hita Karana)
13
BAB. III KESIMPULAN Agrowisata Tamblingan Kekhasan kawasan Tamblingan yang didukung oleh keindahan alam serta keaslian hutan konservasinya serta kekhasan kebun rakyat berupa bunga pecah seribu dan kebun jeruk yang baru saja berkembang jikalau dikelola secara profesional dengan pengembangan model agrowisata akan menjadi alternatif terbaik yang sangat prospektif untuk melakukan diversifikasi sektor pertanian sekaligus sektor pariwisata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan Agrowisata pada kawasan taman wisata danau Tamblingan akan berdampak baik jika beberapa nilainilai etika perencanaan diterapkan, adapun etika tersebut adalah: a) Kealamiahan Kawasan Wisata Danau Tamblingan adalah kawasan yang masih alami sehingga kelamiannya perlu dijaga agar konsep pariwisata yang berkesinambungan terwujud untuk generasi yang akan datang. (sustainable toursime) b) Keunikan Keunikan kawasan ini dengan suhu yang sejuk sepanjang masa, dengan pemandangan alam yang unik harus terus dijaga
dan
dilestarikan
bukan
diexploitasi
untuk
kepentingan sesaat. (Unique Resort) c) Kelangkaan Hutan Konservasi yang membentang disepanjang Taman Wisata adalah hal yang dianggap langka pada jaman ini, dan konsep konservasi atau pelestarian alamnya harus
14
terus dilakukan sehingga kawasan ini akan terus menarik sepanjang masa. (Responsible Tourism) d) Optimalisasi Penggunaan Lahan Dengan kepemilikan lahan yang begitu sempit, tidak akan mungkin
kaum
petani
dapat
sejahtera
jika
tidak
melakukan kombinasi produk dengan pengembangan agrowisata yang nantinya dapat bernilai ganda bukan hanya bagi sektor pertanian saja tetapi juga sektor pariwisata. e) Pelipatan Tenaga Kerja Sebagian besar masyarak disekitas kawasan tamblingan hidup dari mata pencaharian bertani tetapi sayang, sebagian besar petani memiliki lahan yang sempit, sedangkan tenaga kerja yang seharusnya siap bekerja terus bertambah, maka sangat bijaksana jika generasi saat ini memikirkannya agar jangan sampai tenaga kerja yang siap untuk bekerja tersebut tidak dimanfaatkan atau tidak tersalurkan. Dan ini adalah tugas seluruh komponen masyarakat. Demikinlah hasil pengamatan penulis terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata danau tamblingan serta kajian pustaka yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan tulisan ini, semoga apa yang telah tertulis dan ditulis boleh bermanfaat bagi yang membacanya.
15
Daftar Pustaka Ardika. 2001. Artikel. Jakarta: Harian Kompas
Pendit. 2001. Artikel. Denpasar: Harian Bali Post, hal 7
Spillane. 2001. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta:____
Yoharman Syamsu. 2001. Puslitdimas STP Trisaksi. Jakarta:Bintara .
INMENDAGRI No. 23 Th 1989.Monografi Desa Munduk. 2003.
Singaraja:Bagian
Pemerintah
Desa
Setwilda Tk. II Buleleng.
_________www.ksda-bali.org.id
16