ETIKA PENDIDIKAN KEDOKTERAN: KETELADANAN DALAM PROFESIONALISME Bernadetha Nadeak
[email protected] Universitas Kristen Indonesia ABSTRAK Jurnal ini memaparkan tentang etika Pendidikan Kedokteran: keteladanan dalam profesionalisme. Adapun tujuan dari jurnal ini untuk membahas etika pendidikan kedokteran yang menitikberatkan pada kompetensi capaian kurikulum pendidikan dokter di Indonesia. Adapun metode penelitian yang digunakan pada jurnal ini adalah Studi Pustaka dengan membaca buku-buku sumber yang berkaitan langsung dengan topik jurnal ini, dimana penulis menjadi key instrument. Pembahasan dari jurnal ini adalah pentingnya aspek etika, moral, norma, nilai serta profesionalisme dalam bidang kedokteran, maka sangatlah perlu untuk mengintegrasikan hal tersebut dalam kurikulum pendidikan kedokteran. Melalui pengintegrasian tersebut diharapkan mampu menghasilkan lulusan dokter yang tidak saja kompeten dalam bidang keilmuannya, tetapi juga memiliki perilaku yang manusiawi yang menggambarkan keteladanan dalam menjalankan profesi seorang dokter. Kata Kunci: etika, moral, norma, nilai, profesionalisme, kurikulum, pendidikan kedokteran dan
keteladanan ABSTRACT
This study presents a review on Medical Education Ethics: Modelling on Professionalism. The objective of this study was to review the ethich on medical education that focuses on competency attainment of medical education curriculum in Indonesia. It was conducted using library research where some books were read and reviewed in order to meet the purpose of this study, and the writer was the key instrument. The finding of this study is that ethics, morals, norms, values and professionalism in the field of medical are so important, that it is necessary to be integrated into the curriculum of medical education. Through the integration, it is expected to create graduates who are not only competent in their field knowledge, but also to have good behavior to be modelled in carrying out the profession of a doctor. Keywords: ethics, moral, norms, values, professionalism, curriculum, medical education, and model.
PENDAHULUAN
emosi atau perasaan yang sering lebih menjadi
Dokter merupakan satu profesi yang pekerjaan
penyebab seseorang merasa lebih sakit dari sakit
dan kegiatannya berhubungan langsung dengan
fisiknya. Penanganan yang holistik dari sisi keilmuan
manusia sebagai lawan interaksinya. Seorang dokter
tentang penyakit dan pendekatan secara emosi
yang profesional dituntut untuk mengenal dan
dengan penerapan melalui pendekatan moral, nilai-
mengetahui segala hal yang berkaitan dengan
nilai, etika profesionalismenya diharapkan dapat
manusia, baik manusia sebagai individu maupun
membantu percepatan penyembuhan pasiennya.
manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian,
Berangkat dari hal tersebut maka dirasakan
seorang calon dokter atau dokter memerlukan
sangat perlu seorang calon dokter sejak memasuki
pengetahuan tentang cara menangani manusia
dunia pendidikan dokter bukan saja mendapat
tersebut dari segala sudut pandang, sejak mulai
keilmuan tentang pendidikan kedokterannya tetapi
konsepsi, sampai pada masa tua bahkan sampai akhir
juga diberikan
dari hidupnya.
norma, nilai- nilai profesional dokter dalam menangani
Dalam penanganan manusia sebagai pasien yang dalam hal ini bukan saja dalam hal fisik tetapi juga
pembelajaran tentang etika, moral,
pasiennya secara holistik melalui pendekatan moral, nilai-nilai, etika sehingga nantinya kelak
123
menjadi
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 123-129
dokter yang beretika dan memiliki keteladanan dalam
dalamnya mewakili kedua hal tersebut, selanjutnya
profesionalisme.
mahasiswa melakukan identifikasi masalah dan
Kedua pengetahuan tersebut harus terintegrasi
pemecahannya dilihat dari sisi mempunyai etik dan
di dalam kurikulum pendidikan dokter berbasis
profesionalisme.
kompetensi yang kemudian diturunkan dalam modul-
Etika, moral, norma mempunyai pengertian
modul pembelajaran sebagai kesatuan berbagai mata
yang hampir sama, yaitu tentang nilai dan norma
kuliah. Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
untuk mengatur perilaku seseorang dan mengacu pada
diharapkan lulusannya nanti menjadi seorang dokter
hukum yang berlaku pada masyarakat. Penerapan
yang
bidang
etika dan moral sesungguhnya terdapat di semua
keilmuannya, tetapi juga memiliki perilaku yang
bidang kehidupan, termasuk di lingkungan pendidikan
manusiawi, memperlakukan pasiennya seperti dirinya
kedokteran.
tidak
saja
kompeten
di
dalam
sendiri ingin di perlakukan. Tentunya perilaku ini tidak
Di lingkungan pendidikan kita mengenal
akan muncul tanpa adanya pengetahuan tentang apa
adanya pendidikan etika dan etika pendidikan. Kedua
dan bagaimana sebenarnya sifat manusiawi tersebut.
hal tersebut memiliki perbedaan dan persamaan.
Pola
berbasis
Pendidikan etika merupakan suatu upaya mengajarkan
kompetensi dan terintegrasi diyakini mampu untuk
dan mendidik mahasiswa tentang etika, sedangkan
mengajarkan tentang etika dan profesional dokter
etika pendidikan merupakan pola kehidupan di
sejak awal
lingkungan pendidikan yang dilaksanakan secara etis
kurikulum
pendidikan
dokter
mahasiswa menginjak pendidikannya
sebagai seorang calon dokter.
berdasarkan etika, nilai, norma, dan moral yang
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan pendidikan
berbasis
luaran
(outcome),
artinya
berlaku di lingkungan tersebut. Pendidikan etika dapat berlangsung
formal
maupun
informal,
dalam
kompetensi yang ada berawal dari luaran yang
pendidikan etika secara formal, mahasiswa diajarkan
diharapkan oleh masyarakat. Salah satu kompetensi
tentang etika yang dimasukkan dalam kurikulum, yaitu
yang harus dipunyai seorang dokter adalah area etika,
di dalam suatu mata kuliah atau modul, misalnya
moral, mediko legal dan profesionalisme. Area ini
dalam modul bioetik, profesionalisme dan etika
didesain untuk memfasilitasi tanggung jawab, perilaku,
kedokteran. Selain itu juga dapat diintegrasikan ke
keterampilan dan
pengembangan profesi yang
dalam setiap modul dalam pendidikan dokter mulai
dibutuhkan mahasiswa kedokteran untuk nantinya
baik tahap dasar sampai ke klinis. Sedangkan secara
menjalani praktek di klinik atau
di rumah sakit.
informal, etika dapat diajarkan kepada mahasiswa
Pembelajaran etik dan profesionalis merupakan
melalui implementasi unsur-unsur etika yang telah
komponen penting dalam pendidikan kedokteran,
terintegrasi dalam kurikulum ke dalam setiap kegiatan
yang secara empirik masih sedikit informasi di dalam
belajar mengajar selama pendidikan. Dalam hal ini,
kurikulum. Dahulu materi etika dan hokum kedokteran
dosen sangat berperan penting untuk menanamkan
diselenggarakan dalam bentuk mata kuliah. Metode
unsur-unsur etika tersebut. Menurut Paice, dkk (2002)
pembelajaran yang digunakan hanya satu yaitu dalam
bahwa para staf pengajar sebagai teladan (role model)
bentuk perkuliahan yang sebagian besar berisi
yang melaksanakan unsur-unsur etika merupakan
pengetahuan sedangkan sikap merupakan hidden
salah satu cara pendidikan secara informal kepada
curriculum. Sedangkan sinkronisasi antara knowledge
mahasiswa. Lebih lanjut lagi Butarbutar (2009)
dan sikap belum di kemas dengan baik. Sehingga
mengatakan bahwa pendidikan informal tentang etika
dalam mengevaluasinya masih memakai penilaian
berperan dalam mencapai tujuan pembelajaran etika
pengetahuan tanpa penilaian sikap. Di dalam
karena dosen sering menjadi panutan mahasiswa
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) penerapannya
dalam tingkah laku dan pemikiran. Seperti juga yang
memakai
Based
diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang
Learning (PBL) dimana materi pembelajaran di desain
pendidik asli Indonesia, melalui semboyannya ing
sehingga nampak adanya suatu masalah yang di
ngarso sung tulodo, yaitu seorang pendidik harus
strategi
pendekatan
Problem
124
Nadeak, Etika pendidikan kedokteran: Keteladanan dalam profesionalisme
berada di depan untuk menjadi teladan (Nursyasmy,
adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia
2009). Di dalam pendidikan dokter, dosen yang
dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
menjadi teladan (role model) yang baik, berperan
ditentukan oleh akal. Etika adalah cabang filsafat yang
penting dalam menghasilkan dokter yang baik (Paice,
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
dkk. 2002).
menentukan prilaku manusia dalam hidunya. Dengan
Dalam perannya sebagai role model, maka
demikian etika akan memberikan semacam batasan
dosen perlu mengacu pada etika yang berlaku di
maupun standar yang akan mengatur pergaulan
lingkungan pendidikan tempat dia bekerja. Hal inilah
manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam
yang dipahami sebagai etika pendidikan, yaitu sifat dan
pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan
perilaku beretika yang diimplementasikan oleh para
pergaulan manusia, etika ini kemudian dibuat dalam
akademisi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
bentuk aturan (kode) tertulis yang secara sistematik
di lingkungan pendidikan. Khusus di lingkungan
sengaja dibuat berdasarkan prinsip moral yang ada
pendidikan kedokteran, para dosen memiliki profesi
dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa di fungsikan
ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai dokter.
sebagai alat untuk menghakimi segala macam
Unsur-unsur etika tidak dapat terlepas dari kehidupan
tindakan yang secara logika-rasional umum (common
profesionalisme kedua profesi ini. Sebagai dosen,
sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
diperlukan profesionalisme sebagai pengajar, dan
demikian etika dapat merupakan refleksi untuk
sebagai dokter dibutuhkan profesionalisme seorang
pengendalian diri (self control).
dokter. Sehingga dosen yang berlatar belakang dokter harus
menjaga
keprofesionalisme
Pellegrino (2006) mengatakan bahwa moral
didalam
merupakan; a) hal yang mendorong manusia untuk
pengajarannya.
melakukan tindakan yang baik sebagai kewajiban atau
Etika merupakan satu hal penting dalam
norma, b) saran untuk mengukur benar tidaknya
kehidupan. Penerapan etika melingkupi seluruh
tindakan manusia, c) kepekaan dalam pikiran,
bidang kehidupan, termasuk dalam penyelenggaraan
perasaan dan tindakan dibandingkan dengan tindakan
pendidikan.
tidak
lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap
berpendidikan, jauh lebih terhormat daripada orang
prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Harden & Crosby,
berpendidikan tapi tidak beretika. Etika adalah hal
2000), d) pandangan tentang baik dan buruk benar
paling mendasar dalam pendidikan. Etika pendidikan
dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan
merupakan fondasi bagi ilmu pengetahuan, penelitian,
manusia.
Orang
yang
beretika
tapi
dan pelayanan.
Sedangkan
norma
merupakan
ukuran,
Etika merupakan istilah dari bahasa Yunani
pedoman, aturan, atau kaidah yang menjadi dasar
yaitu ‘ethos’ yang berarti watak kesusilaan atau adat
pertimbangan dan penilaian yang mengandung sanksi
kebiasaan. Etika memiliki arti: 1) Ilmu tentang apa
dan penguatan. Nilai adalah sesuatu yang memberi
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta
makna hidup, yang dijunjung tinggi, yang mewarnai
kewajiban moral, 2) Kumpulan asas atau nilai yang
dan menjiwai tindakan seseorang atau bersifat relatif,
berkenaan dengan akhlak, dan 3) Asas perilaku yang
berbeda-beda (tidak ada nilai yang universal yang
menjadi pedoman. Pada definisi pertama etika
dapat diterapkan pada semua orang disegala waktu.
dimaksudkan sebagai suatu disiplin ilmu (Sugono, dkk.
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku,
2008). Pada definisi kedua etika yang dimaksud adalah
suatu tujuan atau suatu rangkaian kualitas yang
kode etik. Sementara definisi ketiga mirip dengan
menandai atau melukiskan coraknya suatu "profesi".
definisi
Profesionalisme
moral.
Etika
yang
dimaksud
dalam
mengandung
pula
pengertian
pembahasan ini adalah etika pada definisi yang kedua.
menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau
Sugono, dkk. (2008) mendefinisikan etika
sebagai sumber penghidupan. Dalam profesionalisme
sebagai ajaran tentang baik dan buruk mengenai hak
mengandung unsur keahlian, kecakapan tekhnik,
dan kewajiban moral. Dalam sistematika filsafat, etika
kematangan etik, unsur akal dan unsur moral.
125
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 123-129
Semuanya itu merupakan kebulatan dalam unsur
Keteladanan dosen dalam profesionalismenya
kepemimpinan. Dengan demikian, jika berbicara
merupakan yang sangat penting, seorang dosen untuk
tentang profesionalisme tidak dapat dilepaskan juga
menjadi teladan, yaitu dosen sebagai pendidik
dari masalah kepemimpinan dalam arti yang luas.
sebaiknya dapat menunjukkan dan mencontohkan hal-
Beberapa
ciri
profesionalisme
antara
lain:
a)
hal yang harus dipelajari oleh peserta didik (Caldicott
profesionalisme
menghendaki
sifat
mengejar
& Danis, 2009) Mereka tidak hanya belajar dari yang
kesempurnaan hasil (perfect Result) sehingga kita
dikatakan oleh dosennya saja tetapi juga dari
selalu dituntut untuk selalu mencari peningkatan mutu,
kehidupan sehari-hari dosen tersebut dalam mengajar,
b) profesionalisme membutuhkan kesungguhan dan
apakah unsur-unsur etika dalam melaksanakan
ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui
profesionalisme sudah terwujud dalam aktifitas sehari-
pengalaman dan kebiasaan,
c) profesionalisme
hari seorang dosen sebagai pendidik atau belum. Etika
menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak
dalam suatu organisasi merupakan suatu sistem nilai.
mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai, d)
Sistem ini berisi rentang nilai yang dianggap penting
profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang
serta menjadi standar dan panduan yang mengarahkan
tidak tergoyahkan oleh "keadaan terpaksa" atau
sikap/perilaku seseorang. Perilaku personal yang
godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup, dan
dianggap menyalahi nilai yang dianut akan menjadi
e) profesionalisme memerlukan adanya kebulatan
sorotan orang-orang yang berada dalam lingkungan
pikiran dan perbuatan sehingga terjaga efektifitas kerja
tersebut.Dalam etika pendidikan terdapat nilai-nilai
yang tinggi (Corey & Corey, 2007).
moral yang menjadi dasar perilaku dalam praktik
Dalam kehidupan sehari-hari istilah etika dan
pendidikan, di dalam dan di luar lingkungan
moral memiliki arti yang serupa dan sulit dibedakan.
pendidikan. Nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai
Moral merupakan suatu aturan (norma) atau prinsip
panduan yang mengarahkan sikap/perilaku seseorang
hidup yang membedakan mana yang baik dan mana
dalam praktik pendidikan.
yang buruk. Moral sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
Berbicara tentang nilai dalam etika pendidikan
yang dianut masyarakat, baik nilai universal, nilai
tidak lepas dari pembahasan tentang integritas
agama, adat, ideologi, dan sebagainya. Pengertian
akademik. Integritas akademik merupakan nilai
moral lebih kepada penilaian perbuatan yang
fundamental dalam pengajaran, pembelajaran, dan
dilakukan, baik atau buruk (Nicholls, 2002).
ilmu pengetahuan. Adanya integritas akademik
Etika lebih mengarah pada sistem nilai yang
menunjukkan sebuah komitmen untuk melaksanakan
berlaku dan mempelajari bagaimana hakikat dan
nilai-nilai fundamental tersebut meskipun ketika
penerapan kaidah moral tersebut. Etika berfungsi
berhadapan dengan situasi yang buruk. Nilai-nilai
untuk memberi penilaian kritis dan rasional atas
fundamental tersebut meliputi a) kejujuran (honesty):
perbedaan nilai-nilai moral yang ada, benar atau salah.
Kejujuran merupakan prasyarat bagi nilai fundamental
Contoh
membedakannya,
lainnya. Kejujuran adalah landasan dalam pengajaran,
membunuh adalah moral yang buruk, sesuai dengan
sederhana
pembelajaran, penelitian, dan pelayanan. Kejujuran ini
nilai yang dianut masyarakat. Pelakunya dikatakan
dimulai dari diri sendiri dan berkembang ke orang lain.,
bermoral
Namun
b) kepercayaan (trust): Kepercayaan merupakan
bagaimana hakikat dari aturan tentang membunuh,
respon terhadap kejujuran. Seseorang apabila selalu
keputusan
bagaimana
berbuat jujur akan mudah mendapatkan kepercayaan.
penerapan aturannya dipelajari dan diatur melalui
Kepercayaan ini dapat ditingkatkan dengan adanya
etika. Seorang eksekutor terpidana mati tidak dapat
peraturan akademik. Hanya dengan memberikan
dikatakan tidak bermoral, meskipun sama-sama
kepercayaan kita dapat memercayai orang lain,
membunuh. Hal ini disebabkan adanya etika (aturan)
bekerja sama, berbagi informasi dan ide, serta
yang membenarkan dan “mengizinkannya” untuk
memercayai nilai sosial dan arti penting pengetahuan.,
melakukan hal itu.
c) keadilan (fairness): Keadilan adalah tanggung jawab
buruk benar
atau atau
untuk
tidak salah,
bermoral. dan
126
Nadeak, Etika pendidikan kedokteran: Keteladanan dalam profesionalisme
seluruh sivitas akademik dan semuanya memiliki peran
dengan
meningkatkan
dalam menjamin keadilan. Kesalahan seseorang tidak
pengetahuannya
boleh menjadi dalih untuk kesalahan orang lain.
permintaan masyarakat dengan baik. Sementara
Kesalahan pribadi tetap dinilai sebagai kesalahan
keinginan dan permintaan masyarakat sangat dinamis
pribadi. Tidak ada rasionalisasi semuanya bersalah bila
dan
ada anggota yang berbuat salah. Kesalahan orang lain
perkembangan ilmu dan teknologi. Menjaga dan
bila ada yang melihat namun tidak mengingatkan
meningkatkan profesionalisme, dalam tugas sebagai
dinilai sebagai kesalahan yang lain lagi. d) rasa hormat
seorang pengajar maupun pelayanan masyarakat
(respect): Komunitas akademis mesti menghormati
adalah hal yang mutlak.
berkembang
sehingga
sesuai
kemampuan dapat
dengan
dan
memenuhi
pengaruhi
dan menghargai berbagai macam opini dan ide yang
Para pendidik haruslah tetap menjadi pelajar,
dikemukakan anggotanya dalam partisipasi pada
yaitu sebagai sarjana mereka akan terus belajar
proses
harus
kemudian secara serius dan berkelanjutan selalu
menunjukkan rasa hormat terhadap karya orang lain
terhubung dengan dunia intelektual yang luas. Seorang
dengan cara mengidentifikasi dan menyebutkan
pendidik dituntut untuk selalu menambah dan
referensi yang benar, serta mengakuinya sebagai
memperbaharui pengetahuan dan ketrampilannya
“pinjaman intelektual” yang mereka dapat melalui
agar pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
referensi
jawab
tidak ketinggalan zaman. Hal ini karena yang dihadapi
pembelajaran.
tersebut.,
(responsibility):
Semua
dan
Seluruh
e)
orang
tanggung
institusi
adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan
pendidikan memiliki tanggung jawab melaksanakan
segala dinamikanya yang memerlukan pemahaman
tugasnya, nilai-nilai fundamental, dan tridharma
dan
perguruan
artinya
menanganinya.Pengetahuan dan ketrampilan yang
tinggi.
menentukan
dan
komponen
Bertanggung mengambil
di
jawab sikap
kearifan
dalam
bertindak
dan
terhadap
dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang
kesalahan, meskipun ada tekanan dari teman sebaya,
berkaitan dengan pengembangan tugas profesional,
ketakutan, loyalitas, atau belas kasih.
tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
PEMBAHASAN
Dalam membimbing anak didik, Ki Hajar
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Kristen
Dewantara mengemukakan tiga kalimat yang terkenal
Indonesia mempunyai pedoman pelaksanaan kode
yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
etik bagi seluruh sivitas akademiknya. Dalam pedoman
karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat
ini dapat dilihat bahwa seorang dosen sebagai pendidik
tersebut, etika pendidik terhadap peserta didik
memiliki beberapa tanggung jawab sesuai dengan etika
tercermin.Pertama, pendidik hendaknya memberi
pendidikan, yaitu; a) tanggungjawab sebagai pendidik,
contoh yang baik bagi anak didiknya.Pengajar harus
b) tanggungjawab sebagi peneliti, c) tanggungjawab
menjadi contoh nyata bagi anak didiknya.Semua
sebagai sejawat, d) tanggung jawab mengembangkan
tingkah laku pengajar hendaknya jadi teladan. Menurut
pengabdian kepada masyarakat, e) tanggungjawab
Nurzaman, keteladanan seorang guru merupakan
sebagai anggota lembaga akademis, f) tanggungjawab
perwujudan realisasi kegiatan belajar mengejar, serta
sebagai anggota profesi kedokteran, g) tanggungjawab
menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa.
sebagai anggota masyarakat.
Kedua, pendidik harus dapat mempengaruhi dan
Berdasarkan beberapa tanggung jawab dapat
mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, perilaku
perlu
dan pribadi pengajar akan menjadi instrumen ampuh
diimplementasikan oleh para akademisi sebagai
untuk mengubah perilaku peserta didik. Ketiga,
teladan bagi seluruh civitas akademiknya seperti:
hendaknya pendidik menghargai potensi yang ada
dosen sebagai pendidik harus melayani masyarakat
dalam keberagaman siswa. Dalam keberagaman itu
dalam bidang
dokter,
maka pendidik harus bisa memberikan kesempatan
memberikan layanan yang memuaskan masyarakat
kepada anak didiknya untuk berkembang dan
diuraikan
ciri-ciri
profesionalisme
pendidikan
yang
dan profesi
127
J D P, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015: 123-129
membantu mereka mengembangkan potensi yang ada
bertindak, c) saling menghargai sesama sejawat dan
dalam diri mereka.
mahasiswa, d) penguasaan diri, e) pengembangan
Prinsip manusia seutuhnya akan memandang
profesi/standar mutu layanan, f) bertanggung jawab,
manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik
g) terbuka (Open-minded), h) jujur, i) memandang
jasmani maupun rohani. Pendidik dalam mendidik
mahasiswa sebagai mitra, j) tidak membedakan
seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan
mahasiswa, k) menyadari peran dosen sebagai
atau perkembangan intelektualnya saja, tetapi juga
pengajar dan pendidik, dan l) dapat menciptakan
harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta
suasana akademik yang kondusif
didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang
Ciri-ciri profesionalisme di atas juga perlu
lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini
diajarkan kepada mahasiswa sejak awal dan selama
dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan
pendidikannya,
dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi
pendidikan etika keseluruh modul dalam kurikulum
tantangan-tantangan di masa depan. Untuk itulah
pendidikan dokter berbasis kompetensi mulai dari
pendidikan tentang etika juga perlu ditanamkan
tahap dasar sampai klinis. Prinsip-prinsip etika
kepada
tersebut disesuaikan dengan sasaran pembelajaran
para
peserta
didik
di
sepanjang
pendidikannya.
dengan
cara
mengintegrasikan
yang ingin dituju di setiap modul dalam rangka
Secara khusus di lingkungan pendidikan
pencapaian area kompetensi ke tujuh, yaitu etika,
kedokteran disimpulkan butir-butir atribut yang harus
moral, dan profesionalisme dalam praktik sebagai
dimiliki oleh seorang dosen dalam memelihara
dokter.
profesionalismenya, yaitu: a) semangat terhadap
mengimplementasikan unsur-unsur etika dan moral di
bidangnya, b) komitmen terhadap tugasnya untuk
dalam setiap kegiatan belajarnya, sehingga mereka
belajar dan mengajar, c) peka dan tanggap terhadap
akan terbiasa untuk bertingkah laku etis dalam
kebutuhan
profesinya kelak sebagai dokter yang baik.
pendidikan
mahasiswa,
d)
mampu
Mahasiswa
juga
perlu
dilatih
untuk
mengembangkan sifat dan nilai-nilai profesionalisme yang diharapkan, e) memiliki pemahaman tentang
KESIMPULAN
prinsip-prinsip pendidikan seperti yang diterapkan
Etika, moral dan profesionalisme merupakan
dalam kedokteran, e) pemahaman terhadap metode
hal yang saling berkaitan erat dengan pelayanan
penelitian, f) keterampilan dalam praktik mengajar, g)
kesehatan di masyarakat dengan baik, termasuk di
kemauan mengembangkan diri sebagai pengajar dan
lingkungan pendidikan kedokteran. Prinsip-prinsip
dokter, h) komitmen untuk memeriksa dan meninjau
yang terkandung di dalam etika, moral, dan
kembali pengajarannya, i) kemampuan menggunakan
profesionalisme
penilaian formatif demi keuntungan mahasiswanya, j)
diwujudnyatakan dalam kehidupan para akademisi di
kemampuan melaksanakan telaah formal terhadap
Fakultas Kedokteran terlebih dahulu. Keteladanan
kemajuan mahasiswa dan penampilan mereka sebagai
dalam etika, moral ,dan profesionalisme perlu menjadi
dokter praktik
bagian dalam setiap aktivitas dosen kedokteran yang
pendidikan
kedokteran
perlu
Penerapan profesionalisme di Lingkungan
berprofesi sebagai pendidik, peneliti, maupun klinisi.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Pendidikan etika kepada mahasiswa dilaksanakan
adalah bahwa tiap para akademisi di Fakultas
dengan menanamkan sejak dini prinsip-prinsip etika
Kedokteran UKI mampu mewujudkan
penerpaan
ke dalam kurikulum pendidikan dokter berbasis
etika, dimana sedang berperan sebagai pengajar,
kompetensi dan diintergrasikan keseluruh modul untuk
peneliti maupun klinisi.
membiasakan mereka bersikap sesuai dengan etika,
Adapun
penerapan
prinsip
etika
dalam
moral dan profesionalisme seorang dokter.
pendidikan kedokteran yang perlu ditekankan adalah: a) bertanggungjawab terhadap bidang ilmu, b) toleran, dan keadilan yang merata dalam bersikap dan
128
Nadeak, Etika pendidikan kedokteran: Keteladanan dalam profesionalisme
ACUAN PUSTAKA
Nicholls, G. (2002). Developing teaching and learning
Butarbutar, TB. (2009). Etika dan moral dalam
in higher education. London: Routledge
pembelajaran. Dipresentasikan pada pelatihan Applied Approach. Manado. Caldicott, C.V & Danis M. (2009). Medical ethics contributes to clinical management: Teaching medical students to engage patients as moral agents. Medical Education;43:283-9 Corey, G. & Corey MS, Callanan P. (2007). Issues and ethics in the helping professions. 7th Ed.
Falmer; pp. 158-160.
Thomson Brooks/Cole.
Nursyasmy. Etika profesional dalam pendidikan. Diakses
November
2009
dari
http://www.tugaskuliah.info/2009/06/etikaprofesional-dalam-pendidikan.html. Paice E, Heard S, Moss F. (2002). How important are
role models in making good doctors? BMJ;325: pp. 707,709. Pellegrino, ED. (2006). Toward a reconstruction of
medical morality. The American Journal of
Harden, R. M, & Crosby J. R. (2000). The good
teacher is more than a lecturer- the twelve roles of the teacher. Medical Teacher, 22(4): pp.
14
Bioethics;6(2):65-71 Sugono, dkk (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen
334-337
Bahasa.
129
Pendidikan
Nasional:
Pusat