Estimasi dan Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca dari Pengelolaan Sampah di Kota Tangerang dengan Pendekatan Metode IPCC Raisa Cinthiawati1,*, Setyo Sarwanto Moersidik1, Nyoman Suwartha1 1
Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Kota Tangerang yang mengalami perkembangan pesat dan semakin dipadati oleh penduduk akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang meningkat dari pengelolaan sampah. Estimasi dan proyeksi emisi dilakukan selama 20 tahun berdasarkan pada data pengelolaan eksisting serta rencana pengelolaan di masa mendatang, untuk memperoleh tingkat emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari 3 skenario pengelolaan sampah. Skenario pertama adalah pengelolaan dengan kapasitas pengolahan sampah eksisting, skenario kedua adalah pengelolaan dengan pengolahan sampah terpusat dan tidak ada peningkatan partisipasi masyarakat, sedangkan skenario ketiga adalah pengelolaan dengan pengolahan sampah terpusat di TPA dan partisipasi masyarakat yang terus meningkat melalui kegiatan 3R di wilayahnya masing-masing. Tingkat emisi dihitung dari konsumsi bahan bakar untuk pengangkutan sampah, estimasi jumlah pembakaran sampah terbuka, dan jumlah serta komposisi sampah yang ditimbun untuk kemudian dihitung emisinya dengan IPCC Waste Model. Hasil analisis menunjukkan total emisi gas rumah kaca pada tahun 2033 dari skenario pertama adalah 190.828,35 MTCO 2e, skenario kedua 124.672,55 MTCO2e dan skenario ketiga 80.121,39 MTCO2e. Maka, skenario ketiga dengan intervensi berupa 10% peningkatan pengelolaan setiap 5 tahun yang dicapai melalui pengolahan di ITF dan partisipasi masyarakat adalah skenario paling efektif dalam mereduksi timbunan sampah di TPA dan dapat mengurangi rata-rata tingkat emisi GRK hingga 45,28%. Kata kunci: estimasi emisi, gas rumah kaca, IPCC, Kota Tangerang, pengelolaan sampah
Estimation and Projection of Greenhouse Gases Emission from Municipal Solid Waste Management in Tangerang Municipality by IPCC Method Approach Abstract Tangerang Municipality, which is fast-developing and densely populated, will have increasing greenhouse gases emitted from municipal solid waste management (MSWM). Estimation and projection are for 20 years, based on data collected from the existing MSWM and the plans for future management, to obtain the magnitude of greenhouse gases emitted from 3 MSWM scenarios. The first scenario is the existing MSWM, the second is MSWM with centralized waste treatment and no increase in community’s participation, the third is MSWM with centralized waste treatment and increasing community’s participation by 3R program in their own region. The emission level calculation based on waste-transporting fuel consumption, estimation of open-burned waste, and the amount and composition of landfilled waste for emission level calculation using IPCC Waste Model. These calculation resulting in total emission about 190828.35 MTCO2e, 124672.55 MTCO2e, and 80121.39 MTCO2e from the first, second, and third scenario, respectively. This study showed that the third scenario’s intervention, i.e. 10% increment of MSWM coverage every 5 years achieved by waste treatment in ITF and community’s participation, is the most effective for reducing the amount of solid waste landfilled and could reduce the greenhouse gases emission up to 45.28% Keyword: emission estimation, greenhouse gases, IPCC, municipal solid waste management, Tangerang Municipality
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
1.
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Setiap aktivitas yang dilakukan manusia selalu membutuhkan sumberdaya yang pada akhirnya menghasilkan produk buangan dalam bentuk padat, cair, maupun gas. Buangan atau limbah padat inilah yang disebut sampah. Permasalahan sampah mulai menjadi objek perhatian yang cukup serius bagi masyarakat dunia, terutama karena kaitannya dengan perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global. Kuantitas emisi gas rumah kaca (greenhouse gases) yang terus meningkat diyakini menjadi penyebab pemanasan global dan berpotensi
mengancam
kehidupan
manusia
serta
keseimbangan
ekosistem.
The
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memproyeksikan kenaikan temperatur minimum 1,4°C dan kenaikan muka air laut setinggi 0,2 m pada tahun 2100 karena perubahan iklim yang disebabkan oleh kegiatan manusia (Albritton dan Meira Filho, 2001). Pada tahun 2004-2005, sektor persampahan diperkirakan telah berkontribusi sebanyak 3-4% dari total emisi gas rumah kaca (GRK) antropogenik di seluruh dunia, dengan jumlah sekitar 49 x 109 ton CO2e/tahun (Bogner et al., 2008). Sebanyak 29% total emisi GRK persampahan berasal dari negara berkembang, dan jumlah ini diperkirakan dapat terus meningkat sampai 64% pada tahun 2030 dan 76% pada tahun 2050 dengan landfill sebagai kontributor terbesar (Monni et al., 2006). Kota Tangerang berperan sebagai rumah bagi banyak industri dan penduduk yang terus meningkat pesat jumlahnya setiap tahun. Seiring dengan kemajuan kota, akan ada berbagai konsekuensi yang tidak dapat dihindari di masa mendatang. Kemajuan ekonomi dan industri cenderung mendorong naiknya produksi sampah kota, maka harus diimbangi dengan sistem manajemen dan gaya hidup yang menerapkan konsep sustainable atau berkelanjutan untuk melindungi daya dukung dan keseimbangan lingkungan. 1.2. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, sampai saat ini belum ada pengukuran emisi GRK dari pengelolaan sampah di Kota Tangerang. Untuk itu, pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1) Berapa emisi GRK yang dapat diestimasikan dari kondisi pengelolaan sampah eksisting? 2) Bagaimana proyeksi peningkatan emisi tersebut selama 20 tahun mendatang? 3) Seperti apa langkah intervensi pengelolaan sampah yang efektif mencegah peningkatan emisi GRK?
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengestimasi jumlah emisi GRK yang dihasilkan dari kondisi pengelolaan sampah eksisting di lingkungan Kota Tangerang. 2) Memproyeksikan peningkatan jumlah emisi GRK persampahan selama 20 tahun (20132033) 3) Merekomendasikan langkah perbaikan atau intervensi dalam pengelolaan sampah yang paling efektif mencegah pencemaran udara oleh emisi GRK 2.
Tinjauan Teoritis
2.1. Pemanasan Global Secara alami, emisi gas rumah kaca dihasilkan dari proses dan siklus alam sehingga akumulasinya relatif tetap. Aktivitas manusia mengubah kesetimbangan ini dengan mengemisikan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer maupun merusak atau menghilangkan komponen-komponen alam yang mampu menyerap gas rumah kaca seperti hutan dan area hijau lainnya. Akumulasi gas rumah kaca dan meningkatnya suhu Bumi secara global dipercaya telah memicu terjadinya perubahan iklim. Menurut IPCC pada tahun 2006, yang termasuk emisi gas rumah kaca utama adalah CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, dan SF6. 2.2. Kontribusi Emisi GRK dari Pengelolaan Sampah Gas rumah kaca yang paling signifikan diemisikan dari sampah adalah metana (CH4), gas ini berasal dari penguraian material organik yang terjadi di pembuangan akhir, dapat mencapai sekitar 50-60% dari total gas yang dihasilkan. Gas CH4 memiliki global warming potential lebih besar daripada CO2, sekitar 21 kali lipat dalam waktu 100 tahun. 2.3. Konsep Pengelolaan Sampah 2.3.1. Pengertian Sampah atau limbah padat adalah seluruh buangan dari kegiatan manusia maupun hewan yang secara normal berwujud padatan dan dibuang karena sudah tidak digunakan atau diinginkan lagi. Sedangkan manajemen atau pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan yang mengontrol jumlah timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah dengan memperhatikan faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi lingkungan, estetika, dan pertimbangan lingkungan lainnya (Tchobanoglous, 1993).
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
2.3.2. Sumber dan Klasifikasi Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dikategorikan menjadi sampah domestik, sampah komersil, sampah industri, sampah aktivitas perkotaan, sampah pertanian dan peternakan, serta sampah institusional. Jika berdasarkan kandungan bahan organik dan anorganik di dalamnya, sampah digolongkan menjadi sampah basah, sampah kering, dan sampah halus (dust/ash). 2.4. Metode Estimasi Emisi GRK 2.4.1. Estimasi Emisi GRK dari Sektor Pengangkutan Sampah Emisi karbon diestimasikan menurut macamnya, sebagian besar emisi hasil pembakaran adalah CO2, sebagiannya lagi mungkin terdiri dari CO, CH4, dan non-methane volatile organic compounds (NMVOCs). IPCC Guidelines 2006 menetapkan 2 Tier untuk mengestimasi emisi dari pembakaran bahan bakar fosil. Metode Tier 1 adalah perhitungan berdasarkan kuantitas bahan bakar yang digunakan dan faktor emisi rata-rata. Untuk CO2, faktor emisi bergantung terutama pada kandungan karbon dalam bahan bakar. Kondisi pembakaran (efisiensi, ampas karbon, abu, dan lainnya) relatif tidak banyak berpengaruh. Pendekatan metode Tier 1 menghitung emisi dengan mengalikan jumlah bahan bakar yang digunakan dan faktor emisi default: =∑
dimana Emission adalah Emisi (kg), Fuela adalah jumlah konsumsi bahan bakar (TJ), EFa adalah faktor emisi (kg/TJ), dan a adalah jenis bahan bakar (bensin, diesel, gas alam, LPG, atau lainnya). Dalam metode Tier 2, statistik bahan bakar dan rumus yang sama seperti Tier 1 tetap digunakan, namun dengan faktor emisi yang berbeda (country-specific). Faktor emisi country-specific diperoleh dari data yang detail mengenai kandungan karbon dari sejumlah bahan bakar yang digunakan ataupun informasi tentang teknologi pembakaran yang diaplikasikan, sehingga tingkat ketidakpastian dari estimasi dapat menjadi lebih rendah. Tabel 1. Faktor Emisi CO2 Default dan Tingkat Ketidakpastian Fuel Type Motor Gasoline Gas/Diesel Oil Liquified Petroleum Gases Kerosene Lubricants Compressed Natural Gas Liquified Natural Gas
Default (kg/TJ) 69300 74100 63100 71900 73300 56100 56100
Lower
Upper
67500 72600 61600 70800 71900 54300 54300
73000 74800 65600 73700 75200 58300 58300
Sumber: IPCC, 2006
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
Tabel 2 Faktor Emisi CH4 dan N2O Default serta Tingkat Ketidakpastian Fuel Type/Representative Vehicle Category Motor GasolineUncontrolled Motor GasolineOxidation Catalyst Motor Gasoline-Low Mileage Light Duty Vehicle Vintage 1995 or Later Gas/Diesel Oil Natural Gas Sumber: IPCC, 2006
Default
CH4 (kg/TJ) Lower
Default
N2O (kg/TJ) Lower
Upper
Upper
33
9.6
110
3.2
0.96
11
25
7.5
86
8.0
2.6
24
3.8
1.1
13
5.7
1.9
17
3.9 92
1.6 50
9.5 1540
3.9 3
1.3 1
12 77
Untuk dapat mengkonversi jumlah konsumsi bahan bakar yang biasanya diketahui dalam satuan volume seperti liter atau m3 ke satuan TJ, diperlukan nilai net calorific values dari masing-masing jenis bahan bakar yang digunakan. Berikut adalah nilai default yang disarankan oleh IPCC. Tabel 3. Default Net Calorific Values (NCVs) Fuel Type
Net Calorific Value (TJ/Gg) 42.3 27.5 44.2 44.3
Lower
Upper
40.1 27.5 40.9 42.5
44.8 28.3 46.9 44.8
Aviation Gasoline
44.3
42.5
44.8
Jet Gasoline
44.3
42.5
44.8
Jet Kerosene Other Kerosene Shale Oil Gas/Diesel Oil Residual Fuel Oil Liquified Petroleum Gases Ethane Naphtha Bitumen Lubricants Petroleum Coke Refinery Feedstocks
44.1 43.8 38.1 43.0 40.4 47.3 46.4 44.5 40.2 40.2 32.5 43.0
42.0 42.4 32.1 41.4 39.8 44.8 44.9 41.8 33.5 33.5 29.7 36.3
45.0 45.2 45.2 43.3 41.7 52.2 48.8 46.5 41.2 42.3 41.9 46.4
Gasoline
Crude Oil Orimulsion Natural Gas Liquids Motor Gasoline
Sumber: IPCC, 2006
2.4.2. Estimasi Emisi GRK dari Pembuangan Akhir Sampah Gas CH4 diemisikan dari tempat pembuangan akhir sebagai hasil dari penguraian materi organik pada kondisi anaerobik. Berdasarkan konvensi, CO2 dari penimbunan sampah tidak masuk dalam perhitungan oleh IPCC untuk inventarisasi emisi karena diproduksi melalui proses biologis, dan sebagian besar emisinya dapat langsung diserap oleh tanaman yang
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
melakukan fotosintesis. Jumlah emisi CH4 tersebut dalam rentang waktu 1 tahun dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut. [∑
]
dimana CH4 Emissions adalah emisi CH4 selama tahun T (Gg), T adalah tahun inventarisasi, x adalah kategori sampah atau jenis/material, RT adalah recovery CH4 selama tahun T (Gg), dan OXT adalah faktor oksidasi pada tahun T. 2.4.3 Estimasi Emisi GRK dari Pembakaran Sampah Terbuka Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah dan komposisi sampah, serta nilai default untuk memperoleh estimasi jumlah emisi CO2 dari persamaan berikut. Sedangkan emisi CH4 dan N2O dihitung dari perkalian jumlah sampah dengan faktor emisi default untuk pembakaran sampah domestik perkotaan. Emisi CO2 = ∑
dimana SWi adalah jumlah sampah yang dibakar/insinerasi (ton/tahun), dmi adalah dry content dari sampah yang dibakar/insinerasi, CFi jumlah karbon dalam dry content, OFi faktor oksidasi, dan 44/12 adalah faktor konversi dari C ke CO2. Dalam pembakaran sampah terbuka, faktor emisi default adalah 6500 gram/ton sampah untuk CH4, dan 150 gram/ton sampah untuk N2O (IPCC, 2006). Tabel 4 menunjukkan keseluruhan nilai default yang dapat digunakan dalam perhitungan emisi dari pembakaran sampah terbuka menurut IPCC. Tabel 4. Nilai Default Dry Matter Content, Total Carbon Content dan Fossil Carbon Fraction dalam Setiap Komponen Sampah MSW Component Paper/cardboard Textiles Food waste Wood Garden/park waste Nappies Rubber and Leather Plastics Metal Glass Other, inert waste
Dry matter content in % of wet weight Default 90 80 40 85
Total carbon content in % of dry weight Default Range 46 42-50 50 25-50 38 20-50 50 46-54
Fossil carbon fraction in % of total carbon Default Range 1 0-5 20 0-50 -
40
49
45-55
0
0
40
70
54-90
10
10
84
67
67
20
20
100 100 100
75 NA NA
67-85 NA NA
100 NA NA
95-100 NA NA
90
3
0-5
100
50-100
Sumber: IPCC, 2006
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
3.
Metode Penelitian
Secara umum, prosedur penelitian berdasarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir prosedur penelitian
3.1. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data utama adalah timbulan sampah, karakteristik sampah dan pengelolaannya di sumber. Kemudian data pemindahan atau pengangkutan sampah, meliputi jenis pengangkut/kendaraan yang digunakan, jenis bahan bakar, dan jarak tempuh. Data ini digunakan untuk menghitung emisi CO2 dari aktivitas transportasi. Selanjutnya diperlukan juga data jumlah dan komposisi sampah yang terolah atau didaur ulang, serta jumlah dan komposisi sampah yang dibuang untuk mengetahui emisi CH4 dari tahap pembuangan akhir. Sumber dimana data tersebut dapat diperoleh adalah Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Tangerang, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang, dan Kantor Litbang Statistik Kota Tangerang 3.3. Metode Estimasi Emisi a) Memproyeksikan jumlah penduduk Proyeksi penduduk dapat dikerjakan dengan 3 metode, yaitu secara linear, geometrik, dan eksponensial. Rumus dari ketiga metode tersebut adalah, 1. Proyeksi Linear: Pn = P0 ( 1 + r.n ) 2. Proyeksi Geometrik: Pn = P0 ( 1 + r )n 3. Proyeksi Eksponensial: Pn = P0 . er.n dimana Pn adalah jumlah penduduk pada tahun n, P0 adalah jumlah penduduk pada tahun awal, r adalah laju pertumbuhan rata-rata, dan n adalah selisih waktu (tahun) dengan tahun awal.
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
b) Menghitung emisi pengangkutan sampah Rumus yang digunakan untuk estimasi emisi pengangkutan adalah persamaan, =∑
dimana Emission adalah jumlah emisi (kg), Fuela jumlah konsumsi bahan bakar (TJ), EFa faktor emisi (kg/TJ), dan a jenis bahan bakar (bensin, diesel, gas alam, LPG, atau lainnya). Data konsumsi bahan bakar kemudian dikonversi dari satuan volume (liter) ke satuan energi (terajoule). Jumlah bahan bakar dalam satuan terajoule dapat diperoleh dari net calorific values bahan bakar dikalikan dengan kuantitas bahan bakar dalam satuan Gg. Perhitungan emisi CO2 dilakukan untuk data tahunan yang diperoleh dari data konsumsi bahan bakar selama 1 tahun. c) Menghitung emisi CH4 pembuangan sampah Emisi CH4 dari tempat pembuangan akhir dihitung dengan pemodelan spreadsheet dari IPCC. Data yang dibutuhkan adalah jumlah dan komposisi jenis-jenis sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Perubahan komposisi akibat intervensi pengelolaan sampah juga harus diperhitungkan. Laju pembentukan gas CH4 (k) menggunakan nilai default IPCC untuk daerah tropis dengan iklim kering. Maka, asumsi laju pembentukan gas CH4 (k) yang digunakan dalam perhitungan adalah 0,045/tahun; 0,025/tahun; 0,065/tahun; dan 0,085/tahun untuk sampah kertas dan kain, sampah kayu, sampah kebun, dan sampah makanan. Nilai tersebut diasumsikan tetap dalam perhitungan proyeksi selama 20 tahun. Jumlah emisi gas CH4 yang diperoleh dikonversi menjadi CO2 ekuivalen (CO2e) melalui perkalian jumlah emisi CH4 dengan nilai global warming potential relatifnya terhadap CO2, yaitu 21. 4.
Analisis Hasil dan Pembahasan
4.1. Proyeksi Jumlah Penduduk, Komposisi dan Timbulan Sampah Pertumbuhan penduduk Provinsi Banten pada tahun 1990-2000 tercatat sebesar 3,21% sedangkan pada tahun 2000-2010 sebesar 2,78%. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Tangerang tahun 2008-2012 diperoleh sebesar 7,46%. Laju pertumbuhan Provinsi Banten akan digunakan sebagai pendekatan untuk proyeksi penduduk Kota Tangerang. Diketahui bahwa laju pertumbuhan rata-rata provinsi Banten setiap tahunnya adalah 2,589% (datastatistik-indonesia.com).
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
Tabel 5. Proyeksi Linear Penduduk Kota TangerangTahun 2013-2033 2012 2.039.294 2018 2.356.129 2024 2.672.964 2030 2.989.799
Jumlah Penduduk
Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa)
2013 2.092.100 2019 2.408.935 2025 2.725.770 2031 3.042.605
6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2010
2014 2.144.906 2020 2.461.741 2026 2.778.576 2032 3.095.410
2015 2.197.711 2021 2.514.546 2027 2.831.381 2033 3.148.216
2016 2.250.517 2022 2.567.352 2028 2.884.187
2017 2.303.323 2023 2.620.158 2029 2.936.993
y = 152085x - 3E+08 R² = 1 2015
2020
2025
2030
2035
Tahun
Gambar 2. Proyeksi Linear Penduduk Kota Tangerang Tahun 2013-2033
Tabel 5 dan Gambar 2 menjelaskan hasil proyeksi dengan metode linear. Selain dengan metode linear, proyeksi jumlah penduduk juga dapat dihitung secara geometrik dan eksponensial. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam beberapa tabel dan grafik berikut. Untuk proyeksi dan perhitungan emisi pada tahap selanjutnya, hasil proyeksi jumlah penduduk metode linear dengan nilai R2 terbesar saja yang digunakan. Tabel 6. Proyeksi Penduduk Kota Tangerang Tahun 2013-2033 (Geometrik) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa)
2012 2.146.273 2018 2.377.361 2024 2.771.473 2030 3.230.918
2013 2.201.849 2019 2.438.921 2025 2.843.237 2031 3.314.580
2014 2.258.864 2020 2.502.075 2026 2.916.861 2032 3.400.408
2015 2.317.355 2021 2.566.864 2027 2.992.390 2033 3.488.459
2016 2.146.273 2022 2.633.331 2028 3.069.876
2017 2.201.849 2023 2.701.519 2029 3.149.368
Tabel 7. Proyeksi Eksponensial Penduduk Kota Tangerang Tahun 2013-2033 Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa) Tahun Penduduk (jiwa)
2012 2.146.273 2018 2.382.067 2024 2.782.455 2030 3.250.142
2013 2.092.789 2019 2.444.554 2025 2.855.445 2031 3.335.401
2014 2.147.688 2020 2.508.680 2026 2.930.350 2032 3.422.896
2015 2.204.027 2021 2.574.489 2027 3.007.220 2033 3.512.687
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
2016 2.261.844 2022 2.642.024 2028 3.086.107
2017 2.321.177 2023 2.711.331 2029 3.167.063
Jumlah Penduduk
4000000 3000000 2000000
y = 68724x - 1E+08 R² = 0.994
1000000 0 2010
2020
2030
2040
Tahun
Gambar 3. Proyeksi Geometrik Penduduk Kota Tangerang Tahun 2013-2033
Jumlah Penduduk
4000000 3000000
y = 69866x - 1E+08 R² = 0.994
2000000 1000000 0 2010
2015
2020
2025
2030
2035
Tahun
Gambar 4. Proyeksi Eksponensial Penduduk Kota Tangerang Tahun 2013-2033
Komposisi sampah pada tahun 2012 (Detail Engineering Design TPA Rawa Kucing, 2012) belum menjelaskan masing-masing komponennya secara spesifik, sehingga perlu dilakukan proyeksi untuk komponen-komponen tersebut. Setelah dihitung berdasarkan persentase komposisi sampah tahun 2010 (Feasibility Study TPA Rawa Kucing, 2010), maka komposisi sampah tahun 2012 secara detail dapat diperkirakan sebagaimana dalam Tabel 8 berikut. Tabel 8. Detail Komposisi Sampah di TPA Rawa Kucing pada Tahun 2012 Komposisi Makro
A. Organik
Komposisi Mikro
%
Sisa makanan Kayu Batok kelapa (atau sampah tanaman lainnya) Tulang
51,71 0,68
Kresek Plastik HDPE PP dan PE
8,29 2,2 6,1 5,1 0,2 1,4 0,3 1,0 24,6 3,9 3,9
0,44 0,1 52,94
Sub Total-A B. Anorganik potensi DU 1.
Plastik
2. 3.
Kertas Kaleng
4.
Kaca
Kain Sub Total-B C. Anorganik tidak potensi DU Sub Total-C D. B3
Botol Kaca
5.
Plastik kemasan Bohlam Baterai
(Penanganan khusus)
Sub Total-D
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
0,0
Tabel 8. Detail Komposisi Sampah di TPA Rawa Kucing pada Tahun 2012 (lanjutan) E.
Lain-lain
Diaper dsj Karet Sandal Styrofoam
Sub Total-E Total
14,3 0,125 0,375 3,3 18,1 100
Proyeksi timbulan sampah dalam Masterplan Persampahan Kota Tangerang (2012) memperkirakan bahwa jumlah penduduk pada tahun 2030 adalah 2.671.310 jiwa dengan total timbulan sampah di Kota Tangerang mencapai 6624,85 m3/hari. Jika melihat data terbaru yang ada, jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2012 sudah mencapai angka 2.039.294 jiwa (Kota Tangerang dalam Angka, 2012). Maka, proyeksi timbulan sampah Kota Tangerang sampai tahun 2033 harus dihitung kembali. Hasil perhitungan diuraikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Proyeksi Timbulan Sampah Kota Tangerang Tahun 2013-2033 Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Jumlah penduduk a) 2,039,294 2,092,100 2,146,273 2,201,849 2,258,864 2,317,355 2,377,361 2,438,921 2,502,075 2,566,864 2,633,331 2,701,519 2,771,472 2,843,237 2,916,861 2,992,390 3,069,876 3,149,368 3,230,918 3,314,580 3,400,408 3,488,459
Timbulan sampah perkapita b) (liter/orang/hari) 2.26 2.28 2.29 2.3 2.31 2.32 2.33 2.35 2.36 2.37 2.38 2.39 2.4 2.42 2.43 2.44 2.45 2.47 2.48 2.49 2.50 2.52
Timbulan sampah di Kota Tangerang c) (m3/hari) 4609 4770 4915 5064 5218 5376 5539 5731 5905 6083 6267 6456 6651 6880 7088 7301 7521 7779 8013 8253 8501 8791
Timbulan sampah Kota Tangerang d) (ton/tahun) 336,443 348,209 358,792 369,690 380,912 392,467 404,365 418,397 431,057 444,093 457,515 471,334 485,562 502,286 517,422 533,005 549,047 567,863 584,925 602,491 620,574 641,737
Catatan: a)
Hasil proyeksi jumlah penduduk Kota Tangerang
b) Sesuai perkiraan timbulan sampah perkapita pada Masterplan Persampahan Kota Tangerang c)
Asumsi kepadatan sampah adalah 200 kg/m3 (DED TPA Rawa Kucing, 2012)
4.2. Estimasi Jumlah Emisi GRK dari Pengangkutan Sampah Total kebutuhan BBM dalam satuan liter dikonversi menjadi satuan massa yaitu Gg, untuk kemudian menghitung jumlah konsumsi BBM dalam satuan TJ (terajoule) dan dikalikan
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
dengan faktor emisi default dalam satuan kg/TJ. Terakhir, estimasi jumlah emisi dalam satuan MTCO2e dari kegiatan pengangkutan sampah selama 1 tahun dapat diketahui. Tabel 10. Perhitungan Emisi Pengangkutan Sampah pada Tahun 2012 Jenis Bahan Bakar Solar Bensin
Volume (m3)
Massa (Gg)
NCV (TJ/Gg)
1625,5 187,7
1,332 0,134
43,0 44,3
Satuan Energi (TJ) 57,314 5,945
Faktor Emisi (kg/TJ) CO2
CH4
N2O
74.100 69.300
3,9 33,0
3,9 3,2
Emisi (MTCO2e) CO2
CH4
4246,96 411,99
N2O
2,68 69,29 2,35 5,89 Total Emisi
Total 4318,93 420,23 4739,16
Emisi pengangkutan sampah di Kota Tangerang tahun 2012 adalah 4739,16 MTCO2e yang berarti setiap ton sampah yang diangkut ekivalen dengan emisi sebesar 38,27 kg CO2e. 4.3. Estimasi Jumlah Emisi GRK berdasarkan Skenario Pengelolaan Sampah 4.3.1. Skenario Pertama Pada skenario pertama ini, dilakukan perhitungan emisi GRK berdasarkan kapasitas pengelolaan eksisting atau Business As Usual (BAU). Tingkat pemilahan dan pengomposan tetap, baik yang dilakukan masyarakat secara mandiri maupun yang dikelola oleh TPA secara terpusat. Timbulan meningkat sesuai pertumbuhan penduduk sehingga diperlukan pengangkutan sampah lebih banyak (bertahap menuju target SPM yaitu 80% sampah kota terlayani). Setiap ton sampah yang diangkut ke TPA ekivalen dengan emisi CO2 sebesar 0,03827 ton. Maka proyeksi emisi pengangkutan sampah sampai tahun 2033 untuk skenario
25000 20000 15000 10000 5000 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Emisi (MTCO2/tahun)
pertama adalah sebagai berikut.
Tahun
200000 150000 100000 50000 0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Emisi (MTCO2e/tahun)
Gambar 5. Emisi GRK Pengangkutan Sampah (Skenario Pertama)
Tahun
Gambar 6. Emisi GRK Penimbunan Sampah (Skenario Pertama)
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
Dalam skenario pertama, emisi GRK dari penimbunan sampah pada tahun 2033 diperkirakan dapat mencapai 161.299 MTCO2e. 4.3.2. Skenario Kedua Perhitungan emisi GRK berdasarkan kapasitas pengelolaan masyarakat (3R mandiri) yang stagnan. Kapasitas kegiatan 3R bertambah namun masih cenderung terpusat dalam pengelolaan pemerintah. Kondisi pengangkutan sampah di skenario kedua tidak jauh berbeda
25000 20000 15000 10000 5000 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Emisi (MTCO2/tahun)
dengan skenario pertama karena pengelolaan sampah tetap terpusat di TPA.
Tahun
Gambar 7. Emisi GRK Pengangkutan Sampah (Skenario Kedua)
Pada tahun 2013 dihasilkan emisi sebesar 5247,45 MTCO2e dan mencapai 42.638,84 MTCO2e pada tahun 2024, sehingga emisi GRK selama 11 tahun awal hanya bertambah 37.391,39 MTCO2e. Sedangkan pada 9 tahun terakhir, laju peningkatan emisi GRK menjadi lebih besar, hingga mencapai 95.143,18 MTCO2e.
Emisi (MTCO2e)
100000 80000 60000 40000 20000 0 2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033
Tahun
Gambar 8. Emisi GRK Penimbunan Sampah (Skenario Kedua)
4.3.3. Skenario Ketiga Perhitungan emisi GRK berdasarkan kapasitas pengelolaan masyarakat (3R mandiri) yang meningkat karena adanya pencapaian target 140896 komposter dan 105 TPST kelurahan pada tahun 2033. Kegiatan 3R terpusat dikelola pemerintah melalui fasilitas ITF seperti pada skenario kedua. Gambar 9 menunjukkan hasil proyeksi emisi CO2 dari pengangkutan sampah ke TPA yang diperkirakan mencapai 14578,64 ton/tahun pada tahun 2033, lebih kecil dibandingkan perhitungan skenario pertama dan kedua.
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
15000 10000 5000 0 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Emisi (MTCO2/tahun)
20000
Tahun
Gambar 9. Emisi GRK Pengangkutan Sampah (Skenario Ketiga)
Emisi GRK dari penimbunan sampah meningkat cukup pesat hingga tahun 2018. Sampai tahun 2023, jumlah emisi terlihat cukup stabil. Namun pada tahun 2024 mulai terjadi peningkatan lagi hingga tahun 2033. Meskipun demikian, jumlah emisinya masih jauh di bawah emisi GRK yang dihasilkan dari skenario 1 dan 2. 4.4. Estimasi Jumlah Emisi GRK dari Sampah Tidak Terkelola Jika cakupan pengangkutan sampah oleh pemerintah meningkat sesuai prediksi dalam skenario, maka estimasi jumlah sampah tidak terkelola adalah sebagai berikut. Ketiga skenario pengelolaan dibuat berdasarkan asumsi peningkatan layanan pengelolaan yang sama, sehingga jumlah sampah yang tidak terkelola dari tiga skenario juga demikian. Karena keterbatasan data, estimasi emisi GRK untuk sampah yang tidak terkelola oleh pemerintah hanya diperhitungkan sebatas dari jumlah sampah yang dibakar secara terbuka. Emisi (MTCO2e/tahun)
20000 15000 10000 5000 0 2012 2014 2016 2018 2020 2022 2024 2026 2028 2030 2032
Tahun
Gambar 10. Estimasi Emisi GRK dari Pembakaran Sampah Terbuka
Dengan adanya peningkatan layanan pengelolaan sampah, besarnya potensi emisi GRK dari sampah yang tidak terkelola dapat diminimalisasi. Hal ini terlihat dari Gambar 10. Perlu diperhatikan bahwa estimasi ini baru mencakup kegiatan open burning, sehingga tingkat emisi yang sebenarnya sangat mungkin masih jauh lebih besar. 4.5. Pembahasan Hasil dan Rekomendasi Secara keseluruhan, total emisi GRK dari pengangkutan dan penimbunan sampah pada skenario pertama, kedua, dan ketiga dapat dilihat pada Gambar 11, 12, dan 13.
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
200000 150000 100000
Tidak terkelola
50000
Pengangkutan
0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Emisi GRK (MTCO2e)
250000
Penimbunan
Tahun
Gambar 11. Total Emisi GRK Skenario 1
Emisi GRK (MTCO2e)
150000 100000 Tidak terkelola 50000
Pengangkutan Penimbunan
0 2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033
Tahun
Gambar 12. Total Emisi GRK Skenario 2 100000,000
Emisi GRK (MTCO2e)
80000,000 60000,000
Tidak terkelola
40000,000
Pengangkutan
20000,000
Penimbunan
0,000
2013 2015 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2029 2031 2033
Tahun
Gambar 13. Total Emisi GRK Skenario 3
Untuk melihat bagaimana perbandingan ketiga skenario pengelolaan sampah dalam kontribusinya terhadap emisi GRK dan hubungannya dengan tingkat intervensi, akan dijelaskan melalui grafik-grafik berikut ini. Massa (ton/tahun)
600000 400000
skenario 1
200000 0 2010
skenario 2 skenario 3 2015
2020
2025
2030
2035
Tahun
Gambar 14. Perbandingan Jumlah Timbunan Sampah per Tahun dari Ketiga Skenario
Dengan tingkat intervensi yang lebih besar, maka jumlah penimbunan sampah dapat dikurangi secara lebih efisien. Terbukti dari Gambar 14 bahwa jika tidak ada intervensi sama
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
sekali, jumlah timbunan akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.
Emisi (MTCO2e)
200000 150000
skenario 1
100000
skenario 2
50000
skenario 3
0 2010
2015
2020
2025
2030
2035
Tahun
Emisi (MTCO2e)
Gambar 15. Perbandingan Emisi GRK Penimbunan Sampah per Tahun dari Ketiga Skenario 25000,000 20000,000 15000,000 10000,000 5000,000 0,000 2010
skenario 1 skenario 2 skenario 3 2015
2020
2025
2030
2035
Tahun
Gambar 16. Perbandingan Emisi GRK Pengangkutan Sampah per Tahun dari Ketiga Skenario
Jika total emisi GRK dari skenario pertama, kedua, dan ketiga dilihat secara keseluruhan, maka hasilnya adalah Gambar 17. Skenario pertama atau pengelolaan sampah dengan kapasitas eksisting sangat berpotensi menghasilkan emisi GRK yang lebih besar dari tahun ke tahun dengan laju paling cepat dibandingkan 2 skenario lainnya. Di tahun 2033, skenario kedua diestimasikan dapat mengurangi tingkat emisi dari skenario 1 sebesar 34,67% sedangkan skenario ketiga dapat mengurangi tingkat emisi sebesar 58%. 250000,000
150000,000 Skenario 1 Skenario 2
100000,000
Skenario 3 50000,000
0,000 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Emisi (MTCO2e)
200000,000
Tahun
Gambar 17. Perbandingan Total Emisi GRK dari Ketiga Skenario
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
Untuk mencapai penurunan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020 sesuai Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK, secara sederhana dapat diperkirakan bahwa tingkat emisi dari pengelolaan sampah Kota Tangerang juga perlu diupayakan mencapai angka penurunan tersebut dari proyeksi pengelolaan eksisting di tahun 2020. Total emisi GRK skenario pertama pada tahun 2020 adalah 70357,246 MTCO2e. Target minimal untuk Kota Tangerang berarti penurunan sebesar 18292,9 MTCO2e atau sama dengan total emisi GRK di bawah 52064,04 MTCO2e. Batas ini digambarkan langsung pada Gambar 17 sehingga terlihat proyeksi emisi GRK dengan skenario kedua tepat berada di bawah batas maksimal pada tahun 2020. Alternatif yang lebih baik adalah skenario ketiga dimana total emisi GRK tetap stabil di bawah batas maksimal tersebut sampai akhir tahun 2025 dan tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Aplikasi skenario ketiga tersebut dapat dijadikan sebagai target pencapaian, dalam jangka waktu 5 tahunan, seperti yang ditunjukkan oleh diagram berikut ini:
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
Gambar 18. Material Flow Persampahan Tahun 2015, 2020, 2025, dan 2030 menurut Skenario 3
Sebagai target minimal dari skenario ketiga, tingkat pengelolaan sampah pada tahun 2015 harus mencapai setidaknya 42% dari seluruh timbulan sampah, dimana partisipasi masyarakat adalah 3,58% dan pengelolaan di TPA sekitar 38,42%. Pada tahun 2020, 2025, dan 2030, diekspektasikan bahwa Kota Tangerang dapat meningkatkan cakupan pengelolaan sebesar 10% selama 5 tahun hingga mencapai 73% pada tahun 2030. Secara prinsip, minimalisasi emisi GRK dari pengelolaan sampah sebanding dengan berkurangnya jumlah sampah yang masuk ke penimbunan melalui mekanisme daur ulang atau 3R, karena proses dekomposisi sampah organik berpengaruh besar terhadap keseluruhan emisi GRK dari persampahan. Untuk mengembangkan sistem daur ulang yang berkelanjutan di negara berkembang seperti Indonesia, Troschinetz dan Mihelcic (2009) telah mengidentifikasi setidaknya ada 12 faktor yang mempengaruhi keberlangsungan daur ulang. Studi kasus mereka menemukan 3 faktor yang menjadi kendala terbesar adalah pendidikan staff pengelola sampah (83%), pengumpulan dan pemisahan komponen sampah (79%), dan pembiayaan dari pemerintah (77%). Optimalisasi daur ulang dari sektor informal juga dapat menjadi opsi dalam rangka meningkatkan dan menjaga keberlangsungan program daur ulang.
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
Namun, program kegiatan daur ulang yang resmi tetap harus dikembangkan terlebih dahulu dan kebijakan integrasi sektor informal kemudian diaplikasikan untuk memaksimalkan material recovery dan keuntungan ekonomi dari daur ulang (Wilson et al., 2006). Sebagai contoh keberhasilan dari formulasi kebijakan dan strategi yang tepat, Singapura sudah membuktikan pada rentang tahun 2000-2005. Di tahun 2005, laju daur ulang meningkat dari 40% menjadi 49%, dan timbulan sampah (domestik dan non-domestik) berkurang 8% hingga menjadi 7000 ton/hari (Teo V., 2007). Dengan demikian, target skenario ketiga dalam mengurangi emisi GRK pengelolaan sampah di Kota Tangerang sangat mungkin untuk diupayakan. Dalam Masterplan Persampahan Kota Tangerang, pemerintah sudah merencanakan pembangunan fasilitas pengolahan terpusat (ITF) maupun fasilitas pemilahan dan pengolahan di wilayah pemukiman, sekolah, maupun institusi lainnya. Perencanaan ini kemudian harus diperkuat dengan kebijakan pemerintah yang dijalankan secara berkelanjutan dan mencerdaskan masyarakat untuk terlibat secara aktif. 5.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1) Total emisi GRK dari kondisi eksisting pada tahun 2012 adalah sebesar 26.351,66 MTCO2e; 4.739,16 MTCO2e berasal dari pengangkutan sampah, 16.365,05 MTCO2e dari pembakaran terbuka dan 5.247,46 MTCO2e berasal dari penimbunan sampah (yang diemisikan pada tahun 2013). 2) Proyeksi emisi GRK pengelolaan sampah di Kota Tangerang selama 20 tahun mendatang adalah sebagai berikut: a. Dari perhitungan skenario pertama, emisi GRK meningkat sebesar 624% menjadi 190.828,35 MTCO2e pada tahun 2033 dengan rata-rata 94.854,36 MTCO2e/tahun. b. Dari perhitungan skenario kedua, emisi GRK meningkat sebesar 373% menjadi 124.672,55 MTCO2e pada tahun 2033 dengan rata-rata 67.461,97 MTCO2e/tahun c. Dari perhitungan skenario ketiga, emisi GRK meningkat sebesar 204% menjadi 80.121,39 MTCO2e pada tahun 2033 dengan rata-rata 51.903,64 MTCO2e/tahun. 3) Skenario ketiga paling memadai dalam upaya memenuhi target penurunan tingkat emisi GRK sebesar 26% (yang ditetapkan secara nasional) pada tahun 2020. Target ini dapat dicapai dengan realisasi peningkatan daur ulang minimal 10% setiap 5 tahun sejak tahun 2015. Perencanaan dalam Masterplan Persampahan Kota Tangerang perlu diperkuat kebijakan yang tepat dan program pencerdasan masyarakat.
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013
6.
Saran
Adapun saran yang diberikan untuk penelitian lebih lanjut, yaitu melakukan: 1. Pendataan timbunan sampah di TPA secara langsung untuk memperoleh gambaran kondisi eksisting yang lebih akurat 2. Inventarisasi data komposisi timbulan sampah yang memadai dari tahun ke tahun untuk memprediksi perubahan komposisi pada tahun-tahun mendatang 3. Penelitian terhadap bentuk-bentuk illegal managing oleh masyarakat maupun pihak swasta (misalnya TPA liar, open burning) yang dilaksanakan oleh Kota Tangerang maupun peneliti secara mandiri untuk melengkapi hasil penelitian ini. Referensi Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. (2010). Draft Perpres Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 2010-2020. Jakarta: Bappenas Bogner, JE & Lee, CA (2005). Landfill Gas Recovery in South Africa: Status, Issues, and Markets. Presented at Proceedings SWANA 28th International Landfill Gas Symposium, San Diego, California. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Detail Engineering Design (DED) TPA Rawa Kucing. Tangerang: PT. Inasa Sakha Kirana, 2012 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Masterplan Pengelolaan Persampahan Kota Tangerang. Tangerang: CV. Ecoterra Multiplan, 2012 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang. Studi Kelayakan Rehabilitasi TPA Rawa Kucing. Tangerang: CV. Ecoterra Multiplan, 2010 Friedrich, Elena & Trois, Cristina (2011). Quantification of greenhouse gas emissions from waste management processes for municipalities – A comparative review focusing on Africa. Waste Management, 31, 1585-1596 Intergovernmental Panel of Climate Change (2006). IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories (Vol. 2-3) Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang. (2010). Kota Tangerang dalam Angka Tahun 2010. http://www.tangerangkota.go.id/cp/com/download/downpengumuman/314 Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang. (2011). Kota Tangerang dalam Angka Tahun 2011. http://www.tangerangkota.go.id/cp/com/download/downpengumuman/283 Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang. (2012). Kota Tangerang dalam Angka Tahun 2012.http://litbang.tangerangkota.go.id/uploads/publikasi_statistik/56d0674dae48c7349c40a017bc4a26f8. pdf Meidiana, Christia & Gamse, Thomas (2010). Development of Waste Management Practices in Indonesia. European Journal of Scientific Research: 199-210 Mohareb, Adrian K; Warith, Mostafa A.; Rodrigo Diaz (2008). Modelling greenhouse gas emissions for municipal solid waste management strategies in Ottawa, Ontario, Canada. Resources, Conservation and Recycling, 52, 1241-1251 Mueller, William (2013). The effectiveness of recycling policy options: Waste diversion or just diversions? Waste Management, 33, 508-518 Tchobanoglous, G., Theisen, H., dan Vigil, S.A., (1993). Integrated Solid Waste Management Engineering Principles and Management Issues, ed. 3. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Themelis, Nickolas J. & Ulloa, Priscilla A (2007). Methane generation in landfills. Journal Renewable Energy, 32, 1243–1257 Tomonori Ishigaki; Chu Van Chung; Nhu Sang, Nguyen; Michihiko Ike; Koji Otsuka; Masato Yamada; Yuzo Inoue (2008). Estimation and field measurement of methane emission from waste landfills in Hanoi, Vietnam. Journal of Material Cycles Waste Management, 10, 165–172 Troschinetz, Alexis M. & Mihelcic, James R. (2009). Sustainable recycling of municipal solid waste in developing countries. Waste Management, 29, 915-923 Wilson, David C.; Araba, Adebisi O.; Chinwah, Kaine; Cheeseman, Christopher R. (2009). Building recycling rates through the informal sector. Waste Management, 29, 629-635
Estimasi dan..., Raisa Cinthiawati, FT UI, 2013