ESAI ILMIAH DENGAN PROTEIN : KERJA AMAN, GIZI SEIMBANG, TUBUH TAK RENTAN, PEKERJA RADIASI PUN TENANG
OLEH : I PUTU EKA JULIANTARA
NIM (01011060)
LUH GDE ANIDA ELFRYANI
NIM (01011070)
DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI CREATIVE WRITING COMPETITION HMKM
AKADEMI RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTHERAPI BALI ATRO BALI 2012
Halaman| 1
Mendengar kata gizi, yang terlintas dalam pikiran pertama kali tentu masalah busung lapar dan masalah - masalah gizi lainnya yang terjadi di masyarakat yang notabene memiliki pendapatan di bawah rata - rata. Tetapi sebenarnya masalah masalah tentang keseimbangan gizi dapat menghampiri siapa saja dan kapan saja ketika kita mengabaikan hal - hal yang menurut kita kecil namun memiliki dampak yang besar bagi peningkatan kualitas hidup kita. Di setiap harinya kita melakukan berbagai aktifitas, terutama bekerja, tentu banyak energi yang diperlukan dalam melakukan setiap kerja tersebut. Energi dalam tubuh berasal dari makanan dan minuman. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan meyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja. Kekurangan zat gizi yang berkelanjutan akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk. Apabila tidak ada perbaikan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, pada akhirnya tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian (Hardinsyah dan Martianto 1992). Bagi pekerja radiasi khususnya dalam bidang radiodiagnostik dan radiotherapi, gizi atau nutrisi tersebut tidak hanya sebagai pemasok energi saat bekerja, tapi juga berguna sebagai benteng pertahanan melawan musuh besarnya, yaitu radiasi elektromagnetik. Tapi sebelum kita mambahas hal tersebut lebih dalam, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu sedikit tentang gizi pekerja secara umum dan pengenalan radiasi serta pengaruhnya terhadap tubuh. Membahas masalah gizi bagi pekerja, seperti yang kita ketahui jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2009 saja, angkatan kerja mencapai 113,74 juta jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009). Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat
Halaman| 2
kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja (WNPG VIII, 2004). Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat dari kurangnya motivasi kerja tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan tersebut. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya. Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan karena dengan mengetahui status gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain : Pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri. Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) (PUGS, 2005). Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari - hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus ; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, Keadaan lingkungan kerja (Hardinsyah dan Tampubolon 2004). Faktor - faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja. Penelitian di bidang nutrisi / gizi mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Bukti - bukti medis menunjukkan bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat Halaman| 3
dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat membantu efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup. (Nutrition - Health.info) Bagi orang awam, ketika membicarakan radiasi, biasanya identik membicarakan kemandulan, pemikiran seperti itu menjadi sebagian besar alasan orang - orang enggan berkecimpung dalam bidang radiasi. Setiap pekerjaan tentu memiliki risiko, tergantung usaha orang tersebut untuk meminimalisir risiko yang mereka hadapi. Radiasi elektromagnetik menyebabkan gangguan kesehatan memang bukan hal baru. Namun, belum lama ini dinyatakan dengan tegas, radiasi elektromagnetik bisa menyebabkan kanker otak. Efek termal yang terjadi dalam jaringan tubuh itulah yang menyebabkan gangguan dalam sel. Pada tahun 2011 Badan Internasional untuk Penelitian Kanker yang berada di bawah arahan Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
mengumumkan
bahwa
radiasi
elektromagnetik mulai dari frekuensi radio sampai sinar gamma yang memiliki daya tembus besar dapat menyebabkan gangguan pembentukan protein dalam tubuh. Padahal, reaksi pembentukan protein merupakan dasar dari pembentukan, pertumbuhan, dan pemeliharaan sel – sel dalam tubuh. Karena itulah, bila reaksi sintesa protein terganggu, proses pembentukan, pertumbuhan dan pemeliharaan sel – sel dalam tubuh juga terhambat. Selain menghambat proses regenerasi sel, radiasi elektromagnetik juga menyebabkan pertumbuhan sel menjadi ganas. Hal itu bisa dilihat dari karakteristik sel mana yang terkena radiasi. Sebab, masing – masing sel mempunyai karakteristik sendiri – sendiri. Ada sel yang proses regenerasinya lambat, ada yang sangat cepat. Sel darah yang proses regenerasinya sangat cepat, misalnya, tentu pertumbuhan selnya akan mengganas bila terus menerus terkena radiasi elektromagnetik. Sedangkan apabila jaringan yang terkena radiasi elektromagnetik proses regenerasi selnya lambat, otomatis proses regenerasi sel pun akan semakin lambat. (Statement WHO, 2011)
Halaman| 4
Melihat fakta diatas, tentu instansi atau departemen yang bergerak dalam bidang kesehatan dan radiasi tidak tinggal diam melihat keselamatan para pekerjanya terancam jika tidak dilakukan hal hal yang bersifat preventif maupun mengobati untuk para pekerja radiasi tersebut. Bagaimana tidak, pekerja radiasi sama seperti pekerja lainnya yang bekerja setiap hari (hari kerja), namun yang membedakan setiap harinya pekerja tersebut terkena hujan radiasi baik bagi pekerja radiasi untuk diagnostik, therapi, maupun di kedokteran nuklir. Efek biologis yang diterima pekerja radiasi bersifat kumulatif, dalam artian efek akan bertambah hari demi hari dan menjadi semakin berbahaya (Buku Fisika Kesehatan, 2009:190). Seperti kata pepatah, setiap masalah sudah memiliki jalan keluarnya masing masing. Efek radiasi memang tidak bisa dihindari sepenuhnya, namun dapat di minimalisir. Karena efek biologis yang ditimbulkan mempengaruhi sel, jadi hal yang dapat dilakukan adalah memperkuat benteng pertahanan dari sel itu sendiri. Gizi pekerja radiasi tentu sama dengan yang lainnya jika dilihat dari standar gizi bagi pekerja, namun sedikit berbeda karena pekerja radiasi dituntut benar benar bisa mengurangi efek biologis dari radiasi elektromagnetik tersebut dengan memelihara siklus regenerasi sel dan jaringan di tubuhnya dengan baik serta dapat menjamin sel sel tubuhnya tumbuh dan berkembang dengan baik dan normal kembali setelah menerima radiasi, salah satunya yaitu dengan melakukan diet protein tinggi, dimana pekerja radiasi selain menjaga gizi seperti pekerja lainnya ditambahkan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan protein tinggi. Yang tentu menjadi pertanyaan adalah mengapa protein? Mengapa tidak jenis nutrisi lainnya? Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof) termasuk manusia. (Campbell biologi, volume I : 315) Halaman| 5
Dari penjelasan di atas sudah jelas mengapa protein dipilih sebagai diet bagi pekerja radiasi, selain karena protein ikut terlibat dalam sistem regenerasi, pertumbuhan serta perkembangan sel, protein juga merupakan penyusun sebagian besar enzim yang bekerja di tubuh manusia. Diet protein yang dilakukan dapat berasal dari dua sumber protein, yaitu protein nabati dan protein hewani. Sumber protein hewani seperti daging, telur, atau susu mengandung profil asam amino yang lengkap termasuk asam amino esensial yang mutlak dibutuhkan untuk perkembangan tubuh manusia. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh manusia dan karenanya hanya dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Sementara itu sumber protein nabati tidak memiliki profil asam amino yang lengkap. Satu - satunya sumber protein nabati yang memiliki profil asam amino paling lengkap sampai saat ini adalah kedelai (soy protein). Namun, soy protein sekalipun masih kekurangan satu asam amino esensial yaitu methionine. Oleh karena itu untuk memenuhi keperluan asam amino tersebut diperlukan kombinasi berbagai jenis sumber protein. Berikut ini merupakan kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin, dan Aktivitas Fisik.
Halaman| 6
(Sumber : berdasarkan AKG 2004) Melihat data di atas tentu akan dapat ditentukan pemberian asupan gizi yang tepat kepada masing - masing pekerja secara umum, namun berbeda bagi pekerja radiasi yang memiliki kondisi khusus dalam bekerja. Berikut ini adalah skemanya.
Di dalam skema tersebut pekerja radiasi pada umumnya mendapat perlakuan khusus berdasarkan penggolongan kondisi tempat kerja. Hal itu disebabkan bahan radiasi yang dapat mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein regenerasi sel. Di sinilah peran sumber protein tinggi sebagai penyeimbang gizi bagi pekerja radiasi. Pemberian Gizi tentu harus sesuai dengan ODA pekerja (Lihat tabel) untuk mencapai keseimbangan gizi bagi pekerja tersebut. Pekerja radiasi mengalami kerusakan jaringan dan sel bahkan gangguan metabolisme tubuh yang lebih besar dan lebih cepat jika dibandingkan dengan pekerja secara umum. Penurunan kadar protein akan terlihat jelas jika melihat peran protein dalam sebagian besar metabolisme sel dalam tubuh manusia. Oleh karena itu pemberian Halaman| 7
gizi berdasarkan ODA pekerja saja tidak cukup, diperlukan asupan protein tinggi untuk melengkapi kekurangan gizi tersebut. Untuk mengetahui besar ODA protein pekerja radiasi dapat dilihat dari seberapa besar kerusakan sel yang terjadi dengan melakukan beberapa pengujian klinis selain antropometri seperti uji caspasse dan uji darah lengkap. Pemantauan kuantitatif seperti pemeriksaan personal monitoring (film badge) dan pocket dosemeter juga diperlukan untuk mengetahui tingkat radiasi yang diderita pekerja. Tentu setiap pengujian sesuatu ada gunanya, begitu juga dengan uji caspasse dan uji darah lengkap. Uji caspasse bertujuan menguji tingkat kerusakan sel dengan melihat kadar caspasse aktif di dalam darah. Caspasse merupakan aktifator untuk proses appoptosis. Dengan adanya jumlah caspasse yang tinggi didalam darah berarti terjadi kematian sel pada tingkatan tertentu. Uji Darah lengkap hampir sama, namun yang dilihat adalah kadar darah haemoglobin, eritrosit, dan leukosit lengkap (eosinofil, basofil, limfosit, monosit). Tingkat radiasi yang diderita akan mempengaruhi kerusakan sel, salah satunya dengan tanda penurunan dari haemoglobin dan eritrosit maupun leukosit. Namun terjadi sedikit perbedaan pada leukosit ketika mendapat radiasi. Kadar leukosit dapat menurun apabila terjadi kerusakan secara berlebihan pada dirinya, namun dapat meningkat ketika radiasi tersebut menimbulkan efek mutasi, hal tersebut akan dapat menyebabkan kanker darah (Pusdiklat BATAN). Dari penelitian di RSUP Dr. Sardjito tentang pengaruh nutrisi terhadap jumlah leukosit pada 18 tikus putih yang diberi radiasi sebesar 2 Gy (satuan daya serap radiasi). Tikus Putih ( Rattus norvegicus L.) sering dipilih sebagai hewan uji sebagai obyek penelitian representatif dan responsible untuk diekstrapolasikan pada manusia karena susunan struktur fisiologi dan anatomi identik dengan manusia. Jumlah leukosit tikus putih normal adalah 5000–13000/mm3 darah (Smith dan Mangkoewidjoyo, 1987). Dibawah ini grafik jumlah leukosit dengan perbandingan pemberian nutrisi berupa spirulina. Spirulina adalah sebuah alga hijau – biru banyak dikembangbiakan di danau Klamath, Oregon. Dinding Spirulina terbuat polisacharida dan mudah dicerna manusia. Secara umum Spirulina memiliki kandungan protein 55 - 70% (K Link, 2000). Halaman| 8
Dari grafik di atas, spirulina yang memiliki kandungan protein 55 - 70% dapat meningkatkan jumlah leukosit yang diradiasi sebesar 2 Gy. Dari protein tersebut, 75 - 80 % digunakan untuk sintesa protein baru dan 20 - 25 % digunakan untuk sintesa urea. Tetapi protein yang berlebihan tidak disimpan dalam tubuh, tanpa memperdulikan asalnya segera diekskresikan menjadi protein baru yang akan dipecah atau diuraikan dengan cepat oleh enzim - enzim pemecah protein. Tetapi setiap pemberian nutrisi tentu memiliki nilai optimal untuk setiap pemberiannya, seperti grafik di atas menunjukkan nilai optimal pemberian spirulina (protein) adalah sebesar 3 tetes pada tikus putih tersebut. Protein berperan penting dalam pembentukan sel - sel yang memegang peranan sebagian besar metabolisme dan sistem kekebalan tubuh manusia. Oleh sebab itu diperlukan asupan protein tinggi dalam memulihkan sistem metabolisme dan regenerasi sel bagi pekerja radiasi, sehingga dapat tercapai keseimbangan gizi dan dibentuk benteng yang kokoh untuk melawan segala macam penyakit serta mengurangi efek biologis dari radiasi yang diterima oleh pekerja. Dengan Demikian Pekerja Radiasi dapat bekerja dengan tenang tanpa harus takut dengan Radiasi.
Halaman| 9
DAFTAR PUSTAKA Akhadi Mukhlis, Dasar – Dasar Proteksi Radiasi, Rineka Cipta, 1997 Anonim, Pengertian dan Proses Apoptosis, http://wanenoor.blogspot.com (diakses tanggal 20 Februari 2012) Anonim, Protein, http://id.wikipedia.org (diakses tanggal 20 Februari 2012) Elin
Yunita
Kristanti,
Riset
WHO
tentang
Radiasi
Picu
Kanker,
http://teknologi.vivanews.com (diakses tanggal 18 februari 2012) Ratnawati
Ika,
Pemenuhan
Kecukupan
Gizi
Bagi
Pekerja,
http://www.gizikia.depkes.go.id (diakses tanggal 20 Februari 2012) Suryono, Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi, http://repository.ipb.ac.id (diakses tanggal 20 Februari 2012) S.S Eddi, Analisis Pemaparan Radiasi Terhadap Profil Hematologi Pekerja Radiasi Divisi Radiologi Rumah Sakit DR. Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro, 2003 Tim, Efek Radiasi Bagi Manusia, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2007 Tim, Glosarium Data & Informasi Kesehatan, Pusat Data Informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006
Halaman|
10
CURRICULUM VITAE Nama
: I Putu Eka Juliantara
TTL
: Karangasem, 14 Juli 1993
Alamat
: Jalan Raya Kerobokan, Nomor 106, Kuta Utara, Badung
Universitas
: ATRO Bali
Jurusan
: Radiologi
Motto
: Go Get Gold
Nama
: Luh Gde Anida Elfryani
TTL
: Tangerang, 27 Desember 1992
Alamat
: Jalan Raya Kerobokan, Nomor 106, Kuta Utara, Badung
Universitas
: ATRO Bali
Jurusan
: Radiologi
Motto
: Vini - Vidi - Vici
Halaman|
11