Efektifitas Kombinasi Ekstrak Acalypha Indica Linn dan Centella Asicatica Pada Sel Neuron Piknotik di Girus Dentatus Internus Tikus Sprague Dawley Pascahipoksia Ermono Superaya, Siti Farida 1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2. Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Stroke adalah suatu penyakit serebrovaskular yang disebabkan oleh berhentinya aliran darah arteri ke otak. Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik yang disebabkan oleh obstruksi pada arteri di sirkulasi serebelum. Hipoksia serebral yang terjadi akibat iskemik pada otak tersebut menimbulkan perubahan pada morfologi sel dan kemudian kematian sel dimana sel neuron menjadi piknotik bermanifestasi berupa kecacatan neurologis pada penderitanya. Citicoline merupakan obat yang efektif untuk stroke dari penelitiannya namun memiliki kelemahan dari segi pemakaian dan harga yang mahal menyebabkan obat ini kurang efisien di masyarakat. Tanaman herbal akar kucing dan pegagan merupakan obat alternatif pada terapi stroke karena efek neuroprotektifnya. Dosis kombinasi kedua herbal ini diharapkan mampu memberikan perubahan jumlah pada sel piknotik di otak.Penelitian ini bersifat eksperimental dengan melakukan percobaan pemberian ekstrak akar kucing dan pegagan terhadap tikus terhadap 5 kelompok tikus yang dibuat hipoksia dengan berbagai jenis perlakuan yaitu pemberian akuades, citicolin, dosis akar kucing 150,200,250mg dikombinasikan dengan pegagan 150mg. Serebelum tikus kemudian diambil dan dibuat sediaan preparat histopatologi untuk dilihat perubahan terhadap sel piknotik di girus dentatus internus.Dari hasil uji One away Anova didapatkan bahwa tidak terdapat perubahan jumlah sel piknotik yang bermakna terhadap perlakuan yang diberikan terhadap tikus (p> 0,05). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi kombinasi kedua herbal tersebut tidak memberikan perubahan jumlah sel piknotik pada girus dentatus internus tikus. Kata kunci : citicoline, akar kucing, pegagan, girus dentatus internus, hipoksia, sel piknotik
The Effectivity of Combination Extract Acalypha Indica Linn and Centella Asiatica on Picnotic cells in Gyrus Dentatus Internus in Sprague Dawley Rats Pascahypoxia Abstract Stroke is cerebrovascular disease caused by cessation of arterial blood flow to the brain. Approximately 80-85% of strokes are ischemic strokes caused by arterial obstruction in the circulation of cerebellum. Cerebral hypoxia caused by ischemia of the brain gives result in alteration of cells morphology and cell death in which neuron cells become picnotics. This will later manifests in the form of neurological disability shown in the affected individuals resulting in the need to take long term medication. Citicoline is an effective drug for stroke based on research but has drawbacks in term of usage and high price which cause it to be less efficient in the community. The herbs cat root and Indian pennywort are alternative drugs for stroke therapy because of its neuroprotective effects. Combination dose of these two herbs are expected to provide a change in number of picnotic cells in rat’s brain.This research experiments on giving the extract of cat root and indian pennywort to 5 groups of hypoxic rats in various dose (150, 200, 250 mg of cat root combined with 150 mg of Indian pennyworts), negative control is given aquades and positive control is given citicoline. The cerebellum of the rats is then taken and is made to histopathologic preparation to see the changes of picnotic cells in gyrus dentatus internus.From the One Way Anova test results, it can be seen that there is no meaningful changes in the number of picnotic cells after the treatments are given to the rats (p>0,05). In conclusion, therapy with combination of
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
cat root and Indian pennywort does not provide changes in number of picnotic cells in gyrus dentatus internus of the rats Keywords: Citicoline, cat root, indian pennywort, gyrus dentatus internus, hypoxia, picnotic cells
Pendahuluan Stroke adalah suatu penyakit yang serebrovaskular yang mengacu kepada tiap gangguan neurologik yang mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri ke otak1.Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Stroke merupakan salah satu kedaruratan medis, penderita akan mengalami gangguan neurologis seperti menggerakkan tungkai dan lengan, berbicaraStroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di Amerika Serikat1.Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah lebih dari 200.000. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000 per tahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren.Angka di antara orang Amerika keturunan Afrika adalah 60% lebih tinggi dari pada orang Kaukasian. Di Indonesia, penyakit stroke mempunyai prevalensi sebesar 0,8% atau 8,3 orang per 1000 dari total penduduk. Angka prevalensi tertinggi untuk penyakit stroke dapat ditemukan di provinsi Nangroe Aceh Darussalam (16,6%) dan terendah ditemukan di Papua (3,8%)2 . Keadaan neuron yang iskemik akan mengalami perubahan morfologi sel sehingga sel akan menjadi sel mati atau piknotik. Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan memperkecil kerusakan neuron setelah stroke iskemik adalah aspirin yang diberikan dalam 48 jam, terapi trombolitik yang diberikan dalam 3 jam dan perawatan intensif di unit stroke khusus. Salah satu terapi farmakologis yang efektif dan terbukti belakangan ini adalah citicoline. Citicoline saat ini banyak digunakan sebagai obat untuk meningkatkan kondisi pasca stroke, Parkinson dan juga sebagai suplemen untuk meningkatkan fungsi otak karena obai ini telah terbukti memiliki efek neuroprotektif terhadap keadaan hipoksia dan iskemi, memperkecil ukuran lesi iskemik dan dapat meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat pada model otak hewan3,4 Suatu obat herbal yang memiliki efek neuroterapi dan neuroprotektif adalah Acalypha indica Linnatau yang dikenal sebagai tanaman akar kucing dalam Bahasa Indonesia7. Tanaman ini dapat menimbulkan efek regenerasi pada sel-sel neuron sehingga dapat dijadika sebagai suatu alternatif pengobatan stroke. Selain itu, tanaman herbal Centella asiatica juga
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
memiliki efek yang baik pada penyakit stroke yaitu sebagai antioksidan, antimikroba, dan dapat meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan8,9. Kedua herbal tersebut memberikan efek yang baik pada jaringan terutama jaringan otak, namun belum terdapat penelitian yang meneliti efek herbal tersebut jika dikombinasikan. Dari pemikiran tersebutlah dilaksanakan penelitian efek kombinasi akar kucing dan pegagan pada model hewan tikus dimana diharapkan kedua herbal ini memberikan efek sinergis dalam penyembuhan pasca stroke. Citicoline Citicoline (CDP-coline) yang terdiri atas ribosa, pirofosfat, sistosin dan coline merupakan suatu agen neuroprotektifsementara1 pada iskemik serebral15yang berguna sebagai terapi pengobatan pada pasien stroke dengan cara memperbaiki membran saraf akibat iskemi serebral.
Mekanisme
yang
berlaku
adalah
dengan
cara
meningkatkan
sintesis
fosfattidilcoline, memperbaiki kerusakan neuron kolinergik dengan cara potensiasi produksi asetilkolin, dan mengurangi asam lemak bebas yang terdapat pada daerah stroke yang menginduksi terjadinya kerusakan saraf. Molekul organik kompleks pada citicoline berfungsi sebagai intermediate membran sel fosfolipid.Selama iskemi, fosfatidilcoline dipecah menjadi asam lemak bebas dan digunakan untuk menghasilkan radikal bebas sehingga memiliki potensi untuk terjadinya iskemi16. Citicoline eksogen dapat mengurangi kerusakan membrane sel yang meningkatkan sintesis fosfatidilcoline dan menurunkan kadar asam lemak bebas. Penurunan konsentrasi asam lemak bebas dapat meningkatkan tanda-tanda neurologis, menurunkan defisit neurologis, menjaga kadar fosfatidilcoline serta meningkatkan kelangsungan hidup neuron, citicolin juga dapat mengurangi volume lesi jaringan iskemik17. Citicoline dapat berfungsi sebagai intermediet dalam sintesis sfingomielin dan komponen neuron membrane fosfolipid dan mengembalikan kadar sfingomielin pasca iskemik. Penelitian yang menganalisis pengobatan pada kelompok usia 60-80 tahun dengan insiden efek samping yang paling umum adalah nyeri perut dan diare. Hipotensi, takikardi, dan bradikardi merupakan gejala vaskular yang dapat timbul16 Akar Kucing atau Acalypha indica Linn. Acalypha Indica Linn adalah tanaman herbal semusim yang mempunyai tinggi 3050cm. bercabang dengan garis memanjang kasar, dan berambut halus.Herbal ini mempunyai
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
daun tunggal tersebar, bertangkai silindris dengan panjang 3-4 cm. tanaman ini memiliki Bungan majemuk, berkelamin satu yang keluar dari ketiak daun. Akar Acalypha indica berbentuk akar tunggang dan berwarna putih10,11,12. Tanaman yang mempunyai daun berbentuk bulat telur sampai lanset dan tipis ini tersebar di daerah-daerah tropis di seluruh dunia, dari Afrika barat hingga India, termasuk Indocina yaitu dari Filipina dan pulau Jawa13 Penelitian menunjukkan bahwa akar kucing mengandung ethanol dan ekstrak aqueous dapat berfungsi sebagai antioksidan dengan menggunakan metode Nitric Oxide Scavenging7.Pada penelitian lain disebutkan bahwa ekstrak air pada akar kucing terbukti memiliki efek neuroproteksi dan neuroterapi ex vivo terhadap otot gastrocnemius katak dengan dosis 15-20 mg7. Akar, batang dan daun pada tanaman akar kucing dapat digunakan dalam pengobatan.Masyarakat sering menggunakan akar kucing untuk berbagai pengobatan seperti antiradang, antibiotik, diuretik, pencahar dan penghenti pendarahan. Selain itu, akar kucing juga dapat digunakan untuk pengobatan disentri basiler, disentri amuba, diare, anak dengan malnutrisi, gangguan pencernaan makanan (dispepsia), perdarahan, mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis), berak darah (melena), kencing darah (hematuria), malaria, sembelit dan menurunkan kadar asam urat13 Centella asiatica Centella asiatica atau yang dikenal sebagai pegagan merupakan tumbuhan herbal tropis dan subtropis. Namanya berasal dari bahasa latin “centum” yang berarti “ratus”. Herbal yang memiliki bunga kecil berwarna merah muda gelap ini umumnya ditemukan di sawah atau di area bawah saluran migrasi.Daunnya berbentuk bundar atau hati berwarna hijau yang terdiri atas stipula yang kecil dan tangkai daun yang panjang14 Centella asiatica terdiri atas bahan-bahan aktif seperti vallarine, asiaticoside, sitosterol, tannin dan oxy-asiaticoside.Asiaticoside digunakan dalam pengobatan kusta sedangkan sitosterol dan tannin memiliki property antiprotozoal dan spasmolitik.Literatur menunjukkan bahwa daun pegagan digunakan dalam pengobatan sifilis, semua jenis demam, gangguan perut pada anak, kaki gajah dan hidrokel14. Pegagan mengandung triterpenoid, suatu senyawa yang terdiri dari asam triterpenic dan glikosida, antara lain asam asiatik, asiaticoside, asam mandecassic, madecassoside, brahmoside, asam brahmic, brahminoside, thankuniside, isothankusniside, centalloside, asam madasiatic, asam centic dan senyawa asam lainnya14.
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Kandungan triterpenoid pegagan dapat merevitalisasi pembuluh darah sehingga melancarkan peredaran darah ke otak, selain itu juga memberikan efek tenang dan meningkatkan fungsi mental menjadi lebih baik.Asiaticoside berfungsi meningkatkan regenerasi sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut dan jaringan ikat, menstimulasi imun serta merupakan salah satu antibiotik alami14. Masyarakat telah banyak menggunakan pegagan sebagai obat untuk infeksi, batu saluran kemih, demam, wasir, campak, bisul, darah tinggi, batuk darah dan mimisan. Penelitian ilmiah pada hewan menunjukkan pegagan mempunyai efek sebagai berikut: -
Ekstrak etanol pegagan menunjukkan efek anti agregasi platelet dan anti thrombosis pada mencit jantan swiss webster serta efek antibakteria pada Salmonella thypimurium dan E.coli.
-
Ekstrak air daun pegagan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dengan mempengaruhi modulasi neurotransmitter monoaminpada hipokampus tikus wistar dewasa jantan
Hipoksia Hipoksia merupakan suatu keadaan dimana terjadi defisiensi oksigen (O2) pada tingkat jaringan. Berdasarkan penyebabnya, hipoksia terbagi atas 4 jenis21.22: -
Hipoksik hipoksia. Disebabkan oleh tekanan O2 (PO2) yang rendah akibat ketinggian, obstruksi jalan nafas, atau cairan pada paru.
-
Anemik hipoksik. Jumlah hemoglobin yang terdapat dalam darah sangat rendah sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kadar O2 yang ditranspor ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh perdarahan, anemia, dan keracunan karbon monoksida.
-
Iskemik hipoksia. Penurunan aliran darah ke jaringan sehingga lebih sedikit jumlah O2 yang dapat ditranspor walaupun kadar PO2dan oksihemoglobin normal.
-
Histotoksik hipoksia. Kondisi diamana jaringan tidak mampu menggunakan oksigen yang dibawa oleh darah ke jaringan akibat adanya agen toksik di jaringan tersebut, seperti pada keracunan sianida. Homeostasis tubuh dalam menghadapi hipoksia salah satunya dengan hiperventilasi yang
bertujuan mempertahankan suplai oksigen yang adekuat, vasodilatasi pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan, dan peningkatan kadar 2,3 bifosfogliserat (BPG) yang akan menggeser kurva disasosiasi oksigen kekanan sehingga melepaskan lebih banyak oksigen ke dalam darah21,22,23.
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Otak merupakan organ yang sensitive atas kebutuhannya terhadap perubahan suplai oksigen dikarenakan otak hanya dapat melakukan glikolisis aerob dan membentuk energi.Penurunan suplai oksigen ke otak meski meski terdapat aliran darah yang memadai atau cukup disebut dengan hipoksia serebri. Penurunan kadar oksigen di otak yang tidak memadai selama lima menit akan menyebabkan kematian sel neuron otak. Regio otak yang spesifik palin sensitive terhadap perubahan oksigen adalah hipokampus24,25.Hipoksia serebri, iskemia, serangan jantung atau keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang berujung pada amnesia sehingga sulit untuk membuat memori baru. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi oksigen 5% dan nitrogen 95% selama 30 menit pada tikus akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel neuronal dari girus dentatus tikusdan hilusnya. Hipoksia memicu perubahan morfologi sel neuron menjadi berkondensasi atau piknotik tanpa disertai perubahan jumlah sel26 Girus Dentatus Girus dentatus merupakan bagian dari hipokampus otak yang juga merupakan bagian dari lobus temporal.Girus ini diperdarahi oleh arteri posterior cerebri dan choroidal anterior. Girus dentatus berkontribusi dalam pembentukan memori baru dan mempunyai sifat neurogenesis pada tikus dewasa19,20 Selain berperan dalam pembentukan memori baru, bagian ini juga berperan penting dalam keadaan stress dan depresi.Girus dentatus merupakan salah satu bagian otak pada orang dewasa yang merupakan tempat terjadinya neurogenesis dan berperan aktif dalam pembentukan memori baru. Pada percobaan respon kronik dengan antidepresan ditemukan peningkatan neurogenesis pada bagian tersebut19,20.
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Gambar 1. Girus Dentatus
Teknik Ekstraksi Rotavapor merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan ekstraksi senyawa kimia organik. Rotavapor bekerja berdasarkan prinsip evaporasi dengan rotasi dan udara bertekanan rendah.Rotasi menyebabkan penampang dari campuran solvent dan senyawa menjadi lebih luas.Tekanan pada kumparan kondensasi yang rendah menyebabkan cairan solvent lebih mudah menguap sehingga ekstrak lebih cepat terkumpul METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yang dikerjakan di laboratorium Farmasi Kedokteran Universitas Indonesia dan Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efek terapi kombinasi ekstrak Acalypha indica L dan Centella asiatica pada otak tikus Sprague dawley dan melihat gambar mikroskopik sel piknotik pada sel otak serta membandingkan perubahan sel piknotik tersebut pada dengan berbagai kombinasi ekstrak, aquades dan citicolin. Secara garis besar penelitian ini terbagi atas tiga tahap yaitu pembuatan ekstrak, perlakuan hewan coba dan pemeriksaan histopatologi.
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Pembuatan Ekstrak Ekstrak berasal dari dua macam herbal yaitu Acalypha indica L atau yang dikenal dengan akar kucing dan Centella asiatica atau pegagan. Tumbuhan herbal yang telah didapat dilakukan penimbangan, penghalusan dan direbus kemudian dilakukan teknik ekstraksi dengan rotavapor sehingga menghasilkan ekstrak endapan kental. Hasil ekstrak disimpan dalam lemari dingin dan digunakan selama perlakuan pada tikus. Perlakuan Tikus Sebelum perlakuan, tikus Spraque Dawley dimasukkan kedalam suatu chamber yang berisi oksigen 10% dan nitrogen 90% untuk menginduksi hipoksia dan kerusakan pada sel otak tikus. Perlakuan pembuatan hipoksia pada tikus dilakukan selama 7 hari, sebanyak 6 tikus per minggu dengan total tikus percobaan sebanyak 25 tikus. Setelah menjalani terapi hipoksia, tikus dipindahkan ke kandang biasa dan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah pada salah satu tikus untuk melihat kadar hipoksia. Setelah menjalani terapi hipoksia, hewan coba tersebut dibagi kedalam lima kelompok yaitu: 1. Kelompok 1 : kontrol negatif, tikus diberikan 2 ml akuades 2. Kelompok 2: kontrol positif, tikus diberikan citicoline 3. Kelompok 3: kombinasi dosis ekstrak akar kucing 150mg dengan dosis pegagan 150 mg 4. Kelompok 4: kombinasi dosis ekstrak akar kucing 200mg dengan dosis pegagan 150 mg 5. Kelompok 5: kombinasi dosis ekstrak akar kucing 250 mg dengan dosis pegagan 150 mg Perlakuan pemberian dosis terapi tersebut dilakukan selama 1 minggu, kemudian tikus diterminasi dengan eter dan dilakukan pembedahan untuk mendapatkan otak tikus. Otak tikus tersebut dibuat sediaan histopatologi pada bagian girus dentatus, sediaan diwarnai hematoksilin-eosin dan dilihat di bawah mikroskop serta dihitung jumlah sel piknotik pada girus dentatus sejumlah 300 sel. Sel-sel yang dihitung terbagi atas tiga jenis yaitu sel normal, sel kondensasi dan sel piknotik. Data yang telah didapatkan selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS for Windows versi 15. Data yang telah didapat dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk menentukan
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
persebaran data dengan metode Shapiro-Wilk. Setelah data terdistribusi normal, dilakukan uji analisis dengan metode One Way Anova untuk melihat korelasi data, jika data terdapat korelasi, maka akan dilakukan uji PostHoc untuk melihat tingkat korelasi.
HASIL Secara garis besar, penelitian ini mencakup 3 pokok kegiatan yaitu pembuatan ekstrak, perlakuan terhadap tikus dan penghitungan jumlah sel pada sediaan preparat otak.Pada awal penelitian, dilakukan pembuatan ekstrak Acalypha indica Linn dan Centella asiatica dalam masing-masing labu menggunakan alat rotavapor dengan metode solvent. Setelah ektrak tersedia, dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu perlakuan terhadap tikus.Penelitian ini merupakan penelitian bersama dengan kelompok peneliti lain dengan menggunakan tikus yang sama namun dengan tambahan perlakuan pada tikus yaitu uji kontrol positif piracetam, oleh karena itu pada awal penjelasan perlakuan pada tikus disebutkan sebagai 6 kelompok. Tikus terdiri dari 6 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri atas 6 tikus. Sebelumnya, tikus galur Sprague dawley dikondisikan mengalami hipoksia dengan mengurung tikus-tikus tersebut kedalam chamber dengan kadar nitrogen dan oksigen 90%:10% selama 7 hari. Setelah 7 hari, salah satu dari tikus dari masing-masing kelompokdipilih
untuk dilakukan pengujian analisis gas darah yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat hipoksia pada tikus. Pemilihan tikus dilakukan secara acak dengan harapan dapat mewakili tingkat hipoksia dari tikus yang lain. Pengecekan analisis gas darah dilakukan di Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM. Tabel 1. Hasil Analisa Gas Darah
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Dilihat dari table diatas, disimpulkan bahwa semua tikus percobaan telah mengalami hipoksia.Namun, pada tikus kelompok 4 tidak dilakukan pemeriksaan analisis gas darah karena terdapat kriteria drop out pada saat keadaan hipoksia. Tikus yang telah mengalami hipoksia diberikan perlakuan yang berbeda yakni dengan pemberian aquades 2 ml sebagai kontrol negatif, pemberian citicoline sebagai kontrol positif, pemberian ekstrak dengan dosis berbeda (150 mg ekstrak akar kucing + 150 mg ekstrak pegagan; 200 mg ekstrak akar kucing + 150 mg ekstrak pegagan; 250 mg ekstrak akar kucing + 150 mg ekstrak pegagan). Pemberian perlakuan ini dilakukan pada masing-masing tikus di tiap kelompok dengan menggunakan alat sonde lambung tikus selama 7 hari. Setelah diberikan perlakuan selama 7 hari, masuk ke dalam tahap pembedahan dan pembuatan sediaan mikroskopik.Tikus yang telah diberi perlakuan dibedah dan diambil otaknya untuk dibuat sediaan preparat. Organ otak merupakan organ yang paling sensitif terhadap perubahan kadar oksigen (hipoksia) sehingga perubahan sel yang terjadi dapat terlihat dengan jelas. Preparat sediaan otak tikus yang telah dibuat di Departemen Patologi Anatomi FKUI dilihat dibawah mikroskop dan hitung jumlah selnya sebanyak 300 sel di girus dentatus internus. Tabel 2. Data Sel Piknotik Akuades
Citicolin
A150 P150
A200 P150
A250 P150
50
23
12
13
32
13
26
20
10
14
75
22
20
14
17
20
27
10
9
10
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Rata-rata
21
8
35,8
21,2
23 15,5
13,8
18,25
Pada penelitian ini secara spesifik hanya akan membahas perbandingan jumlah sel piknotik terhadap perlakuan yang diberikan. Jika dilihat dari jenis perlakuan, jumlah sel piknotik yang tertinggi pada perlakuan aquades sebesar 75 sel, sedangkan pada kontrol positif citicoline didapatkan jumlah sel piknotik terbanyak sebesar 27 sel. Pada masing-masing perlakuan dosis kombinasi ekstrak didapatkan jumlah sel piknotik masing-masing sebesar 20 sel pada dosis 1, 23 sel pada dosis 2 dan 32 sel pada dosis 3. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah sel piknotik terbanyak didapatkan pada tikus yang diberikan perlakuan aquades atau kontrol negatif. Dari data pada tabel 4.2 diatas, didapatkan bahwa jumlah rata-rata sel piknotik terbanyak terdapat pada tikus jenis perlakuan yang yang diberikan aquades yaitu 35,8, terbanyak kedua oleh citicoline 21,2. Pada ketiga dosis kombinasi, dosis ketiga mempunyai rata-rata sel piknotik lebih banyak yaitu 18,25 sel.Pada data table diatas, aquades sebagai kontrol negatif benar memberikan angka sel piknotik yang lebih tinggi, namun tidak demikian dengan citicolin yang diharapkan memberikan angka sel piknotik paling kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengenceran citicolin yang belum tepat.Data sel piknotik dari ketiga dosis memberikan angka sel piknotik terendah pada dosis A200P150 yang memberikan kemungkinan bahwa dosis tersebut merupakan dosis yang sesuai dan memberikan efek. Data yang telah didapatkan tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS 17. Normalitas data dilihat dari nilai uji Shapiro-Wilk > 0,05. Untuk melihat korelasinya dilakukan tes One Way Anova karena variabel terikat berjenis numeric dan variabel bebas berjenis kategorik. Selanjutnya, untuk melanjutkan dengan Tes Anova diperlukan pengecekan variansi data sebagai salah satu syarat wajib uji Anova.Tes variansi homogenitas menunjukkan nilan p<0,005, hal ini menunjukkan bahwa variansi data tidak sama atau berbeda bermakna, sehingga diperlukan transformasi data untuk dapat melanjutkan ke tes One Way Anova.Untuk menentukan jenis transformasi yang cocok pada data tersebut dilakukan Spread Vs Level with Levene Test dengan Power Estmation.Didapatkan rumus transformasi yang cocok untuk data tersebut adalah 1/n (reciprocal).
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Jika variansi sudah normal pada homogenitas (p>0,05) dapat dilanjutkan dengan melihat tabel Anova. Pada hasil tes One way Anova, didapatkan nilai p sebesar 0,482 (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan jumlah sel piknotik secara bermakna terhadap semua jenis perlakuan yang diberikan PEMBAHASAN Pada hasil penelitian, didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara jumlah sel piknotik pada girus dentatus internus otak tikus yang hipoksia dengan berbagai jenis perlakuan yang diberikan terhadap girus tersebut. Walaupun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi focus pembahasan mengenai hasil tersebut: -
Proses penghitungan jumlah sel dilakukan secara manual menggunakan alat penghitung sel dan laptop dan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan persepsi tentang kondisi sel yang terlihat secara mikroskopik yang agak sulit untuk digolongkan, sehingga menyebabkan perubahan data.
-
Pengukuran kualitas sel dengan menggunakan mikroskop cahaya tidak sepenuhnya mewakili jawaban untuk desain penelitian ini, karena hal tersebut tidak terlalu spesifik. Oleh karena itu dibutuhkan variabel yang lebih baik untuk melihat perubahan terhadap sel piknotik tersebut dengan perlakuan yang diberikan seperti pengukuran diameter sel. Hal tersebut awalnya hendak dilakukan oleh peneliti, namun karena kondisi alat yang tidak baik sehingga tidak jadi dilakukan.
-
Secara deskriptif, terdapat perbedaan yang bermakna terhadap morfologi sel neuron yang diberikan perlakuan. Jika dibandingkan dengan sel otak di tikus kontrol negatif, sel – sel neuron otak pada perlakuan citicolin memberikan penampakan sel yang lebih terang dari sel dengan perlakuan lain, hal tersebut diduga mengarah kepada perbaikan sel
-
Proses pembuatan sediaan preparat juga berperan penting dalam penelitian ini. Hipokampus dan girus dentatus merupakan bagian otak tikus yang sangat kecil, sehingga sedikit pergeseran pemotongan dapat memberikan hasil data yang berbeda, baik dari morfologi sel dan jumlahnya.
KESIMPULAN
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Pada kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan tidak terdapat efek sinergis terhadap perbaikan jumlah sel piknotik pada daerah girus dentatus hipokampus antara tikus Sprague dawley yang diberi kombinasi Acalypha indica L dan Centella asiatica dengan obat standar atau plasebo. SARAN Setelah melakukan penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal agar penelitian ini berkembang dan menjadi lebih baik, diantaranya diperlukan variabelpenelitian yang lebih representatif terhadap efektifitas kombinasi herbal ini terhadap sel dan Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas dari kombinasi ekstrak Acalypha indica Linn dan Centella asiatica. Daftar Referensi 1. Hartwig MS. Penyakit Serebrovaskular dalam Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Ed.6. Volume 2,Jakarta: EGC Kedokteran. Hal:1111 2. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Laporan riset kesehatan dasar nasional. 2007. Diunduh dari http://kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf pada Rabu, 19 Oktober 2011 pukul 20.19 WIB 3. Conant R, Schauss AG. Therapeutic applications of citicoline for stroke and cognitive dysfunction in the elderly: a review of the literature. Altern Med Rev. 2004;9(1):1731 4. Secades JJ, Lorenzo JL. Citicoline: pharmacological and clinical review, 2006 update. Methods Find Exp Clin Pharmacol. 2006;28 Suppl B:1-56 5. MIMS Indonesia. Citicoline. Diakses di http://www.mims.com/Indonesia/drug/search/citicoline pada 10 Desember pukul 20.09 WIB 6. Blanchard K. High cost of stroke medication putting patients at risk. Diakses di http://www.emaxhealth.com/1020/high-cost-stroke-medication-putting-patients-risk Akses: 10 Desember pukul 18.55 7. Purwaningsih E, Ibrahim N, Zain H, Tedjo A. Neuro-protection and neuro-therapy effects of Acalypha indica Linn. water extract ex vivo on Musculus gastrocnemius Frog. Makara. 2008;12(2):71-76. 8. Ullah MO, Sultana S, Haque A, Tasmin S. Antimicrobial, cytotoxic, and antioxidant activity of Centella asiatica. European Journal of Scientific Research. 2009; 30(2):260-264. 9. Indena. Centella asiatica selected triterpenes: a highly standardized natural remedy for the maintenance of an healthy venous system. diunduh dari www.indena.it/pdf/centella.pdf pada Selasa, 1 November 2011 pukul 03.25 WIB
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
10. Sentra Informasi IPTEK. Kucing-kucingan (Acalypha Indica L.). Diunduh dari http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=231 pada 11. Desember 2011 11. Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. 2001. Jakarta: Trubus Agriwidya; h.123-4 12. Valkenburg J.L.C.H. van, Bunyapraphatsara N. plant resources of south-east Asia No.12 (2) Medicinal and poisonous plants. 2001. Leidern: Backchuy Publishers; h.34 13. Jamilah. M. Penentuan nilai LD50 ekstrak air herba Akar kucing (acalypha indica linn,) dan pengaruhnya terhadap kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi kalium oksonat. Diunduh dari http://www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=126111&lokasi=lokal. Diakses pada 10 Desember 2011. 14. Amalia R. 2009. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Terhadap Efek Sedasi pada Mencit BALB/C. Karya Tulis Imiah, Universitas Diponegoro, Semarang. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/8081/1/Rizki_Amalia.pdf 15. Adibhatla RM, Hatcher JF, Dempsey RJ. Citicoline attenuates phospholipase A2 activation and hydroxyl radical generation in transient cerebral ischemia. Journal of Neurochemistry. 2003. 85: 9. 16. Gupta SK, Gupta A, Gondhotra D, Gupta A, Gupta S. Role of citicoline in ischaemic stroke. JK Science. 2008. 10: 160-2 17. Clark W, Rinker LG, Lessov N, Hazel K, Macdonald RL. Citicoline treatment for experimental intracerebral hemorrhage in mice. Journal of The American Heart Association. 1998. 29: 2136-40 18. Janqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Ed.10. 2004. Jakarta: EGC Kedokteran. 19. Bayer, S. A.; Yackel, J. W.; Puri, P. S. (1982). "Neurons in the rat dentate gyrus granular layer substantially increase during juvenile and adult life". Science 216 20. Jacobs B, Praag H, Gage F (2000). "Adult brain neurogenesis and psychiatry: a novel theory of depression". Mol. Psychiatry 5 (3): 262–9 21. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology [e-book]. 12th ed. USA: John Wiley & Sons, Pte Ltd; 2009 22. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology [e-book]. 11th ed. USA: Saunders Elsevier; 2006 23. Mason RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA. Murray and Nadel’s textbook of respiratory medicine [e-book]. USA: Saunders; 2005 24. Myers CE. Hypoxia/anoxia. Diakses di http://www.memorylossonline.com/glossary/hypoxiaanoxia.html pada Minggu, 2 Oktober 2011 pukul 19.30 WIB 25. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Clinical neurology [e-book]. 5th ed. USA: McGraw-Hill; 2002 26. Matsuoka Y, et al. In vivo hypoxia-induced neuronal damage in dentate gyrus of rat hippocampus: changes in NMDA receptors and the effect of MK-801.Neurochem Int. 1997;30(6):533-542
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013
Aborn T. A. Beginner’s Guide to the Rotary Evaporator. Diunduh dari: http://www.personal.psu.edu/tda5009/blogs/english202c/instruction%20set.doc pada 4 oktober 2011 pukul 21.04
Efektifitas kombinasi…, Ermono Superaya, FK UI, 2013