DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA (PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)
TESIS
Oleh DESI NOVITA 077018031/EP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA (PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
DESI NOVITA 077018031/EP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Judul Tesis
: DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA ( PENDEKATAN ANALISIS INPUT OUTPUT) Nama Mahasiswa : Desi Novita Nomor Pokok : 077018031 Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Rahmanta, M.Si.) Ketua
Ketua Program Studi
( Dr.Murni Daulay,M.Si.)
Tanggal lulus : 18 Juni 2009
(Kasyful Mahalli, S.E,M.Si.) A nggota
Direktur
(Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. )
Telah diuji pada Tanggal : 18 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Dr. Rahmanta, M.Si. : 1. Kasyful Mahalli, S.E., M.Si. 2. Dr. Murni Daulay, M.Si. 3. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D 4. Drs. Rujiman, M.A.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis peranan sektor pertanian terhadap perkenomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, ekspor -impor, investasi, nilai tambah, dan output sektoral, (2) menganalisis tingkat keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya, (3) menentukan sektor dalam pertanian yang termasuk dalam sektor kunci pada perekonomian Sumatera Utara, (4)menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja, serta (5) menganalisis dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap pembentuk output, pendapatan, dan tenaga kerja di Sumatera Utara. Data dalam penelitian ini adalah data Input -Output Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 Atasa Dasar Harga Produsen yang di Updating dengan Metode RAS. Data tersebut diolah dan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kontribusi ( share), analisis keterkaitan, analisis indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan, serta analisis dampak yang berdasarkan konsep analisis input -output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p eranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera utara dalam pembentukan struktur perekonom ian meliputi pembentukan struktur permintaan dan penawaran (16,15%), struktur konsumsi Rumaha Tangga (15,32%), struktur eksp or (4,94%), struktur Impor (2,11%), struktur Penanaman Modal Tetap Bruto (0,22%), struktur perbahan Stok (12,19%) atau struktur investasi (0.89%), struktur Nilai Tambah (26,69%), dan struktur Output ( 16,15%). Sektor Coklat, Karet, dan kelapa Sawit meru pakan sektor yang memiliki Keterkaitan Langsung Ke Depan dan Keterkaitan Langsung dan tidak Langsung Ke Depan terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian. Disisi lain, Sektor Unggas, karet, dan sektor Perikanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung Ke Belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung Ke Belakang terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian . Seluruh sektor yang terdapat dalam bidang pertanian tidak termasuk ke dalam sektor kunci (Sektor dengan Prioritas I) melainkan masuk dalam Prioritas II yakni sektor karet, Coklat dan Kelapa Sawit .Dampak investasi sektor pertanian terbesar terhadap pembentukan o utput adalah sektor Unggas dan Peternakan Lainnya. Dampak investasi sektor pertanian terbesar terhadap pembentukan pendapatan adalah sektor Karet, serta terhadap pembentukan tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor Kelapa Sawit. Dengan melakukan beberapa simulasi terhadap perubahan investasi sektor pertanian terlihat bahwa simulasi realokasi investasi sebesar 10% dari sektor bangunan ke sektor pertanian mampu menciptakan kontribusi terbesar bagi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja bagi perekonomian Sumatera Utara. Keywords : Input-Output, Pertanian, Kontribusi, Keterkaitan,Dampak Investasi
ABSTRACT
This research objective are (1) to analyze the contribution of agriculture sector on regional economy specially in the construction of demand and supply, consumption, export-import, investment, value added, and sectoral output structure, (2) to analyze the forward and backward linkage between agriculture sector ad other economy sector, (3) to find the key sector in the ag riculture sector in the North Sumatera region, (4) to analyze the impact of invesment in agriculture sector on the construction of output, income and labor, (5) to analyze the impact of chance investment in the agriculture sector on the construction of the output, income, and labor in the North Sumatera economy. Data of this research is Input -Output Data in North Sumatera for 2007, that based on the producer price index updated with the RAS Method. The data is taken from Badan Pusat Statistik (BPS) fo Nort h Sumatera province. The result of this research show the contribution of agriculture sectoral in the construction of economic structure include the demand and supply (16,15%), household consumption (15,32%), export (4,94%), import (2,11%), PMTB (0,22%), Residual Stock (12,19%), or investment (0,89%), value added (26,69%), and output structure (16,15%). Cocoa, rubber and palm sectors are the sector that have the highest direct forward linkage and total forward linkage among other agriculture sector. In other side, birds, rubber and fishery sectors are the sectors that have the highest direct backward linkage and total backward linkage among of the agriculture sector.All sector in agriculture sector is not include in first priority sector but include in the second priority sector. The investment of agriculture sector have the greatest impact on output construction is birds sector. The investment of agriculture sector have greatest impact on income construction is rubber sector. And the investment of agriculture secotr harve greatest impact on labor construction is palm sector. With many simulation that have done, it can be concluded the investment realocation from construction sector to agriculture sector can make optimum contribute of agricultuer sector on the construction output, income, and labor in the North Sumatera Economy.
Keywords : Input-Output, Agriculture, Contribution , Linkage, Impact of Investment
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S WT yang terlah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul ”Dampak Investasi Sektor pertanian terhadap Perekonomian Sumatera Utara ( Pendekatan Analisis Input -Output)”. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis tujukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang diridhoi -Nya. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelas Master pada Sekolah Pascasarjana Magister Ekonomi Pembangunan Universi tas Sumatera Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Delisar dan Ayahanda Jasrul Saleh yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada hingga. Demikian juga kepada suami tercinta, Chairil Nazardi Sitompul, yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, serta ananda Fayza Hilwatu Naura Sitompul yang menjadi motivator bagi penulis. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih yang sebesarbesarnya kepada Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikirin bagi penulis dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang yang telah memberikan ber ikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memba ntu memberikan berbagai bentuk kontribusi bagi penulis, khususnya : 1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara sekaligus pemband ing/ penguji bagi tesis peneliti 4. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc.Sc.Ph.D. dan Drs. Rujiman,M.A. selaku dosen pembanding dan dosen penguji bagi tesis peneliti 5. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya., semoga berguna bagi penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT 6. Bapak /Ibu Mertua, Nasrun Sitompul dan Munizar Malay, yang selalu mendukung dan mendoakan peneli ti dalam menyelesaikan tesis ini 7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan angkatan 13 yang telah memberi warna dan pelajaran dalam kehidupan penulis selama di kampus 8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat ganda
Medan, Juni 2009
Penulis
Desi Novita
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Desi Novita
Tempat/ Tanggal Lahir
: Medan / 2 November 1980
Alamat
: Jl. Karya Sastra no.45 Psr X Tembung
Pekerjaan
: PNS
Status
: Menikah, 1 anak
Nama Suami
: Chairil Nazardi Sitompul
Nama Anak
: Fayza Hilwatu Naura Sitompul
Nama Orang Tua Ayah
: Jasrul saleh
Ibu
: Delisar
Nama Mertua Ayah
: Nasrun Sitompul
Ibu
: Munizar Malay
Riwayat Pendidikan
: 1.SDN 101767 Tembung 2.SMP Negeri 1 Tembung 3.SMU N 1 Medan 4.Program Studi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor (IPB)
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK .................................................................................................
i
ABSTRACT ................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
v
DAFTAR ISI..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................
8
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................
9
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................................
10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
11
2.1. Investasi ..............................................................................................
11
2.2. Sektor Pertanian ..................................................................................
17
2.2.1. Keterkaitan dalam Sektor Pertanian .........................................
21
2.3. Investasi di Sektor Pertanian ...............................................................
22
2.4. Analisis Input-Output..........................................................................
25
2.4.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input-Output ...............................
26
2.4.2. Tabel Dasar Transaksi dalam Metode Input -Output ................
27
2.5. Penelitian Terdahulu ..........................................................................
29
2.6. Kerangka Pemikiran ............................................................................
32
2.7. Hipotesis Penelitian.............................................................................
34
BAB III. METODE PENELITIAN ..............................................................
35
3.1. Tempat Penelitian..............................................................................
35
3.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................
35
3.3. Metode Analisa Data ..........................................................................
35
3.3.1. Metode RAS .............................................................................
36
3.3.2. Analisa Kontribusi ...................................................................
37
3.3.3. Indeks Keterkaitan ...................................................................
38
3.3.4. Analisis Penentuan sektor/Subsektor Kunci (Prioritas) ...........
40
3.3.5. Dampak Investasi .....................................................................
42
3.3.6. Analisis Simulasi ......................................................................
43
3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian...........................................
44
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ........................................
46
4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara .......................................
46
4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara .......................
47
4.3. Kondisi Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara ............................
49
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
52
5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Sumatera Utara.............................................................
52
5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran ..........................................
52
5.1.2. Struktur Konsumsi .....................................................................
59
5.1.3. Struktur Ekspor -Impor ...............................................................
62
5.1.4. Struktur Investasi .......................................................................
65
5.1.5. Struktur Nilai Tambah ...............................................................
67
5.1.6. Struktur Output ..........................................................................
69
5.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor -sektor Ekonomi Lainnya
72
5.2.1. Analisis Keterkaitan Ke Depan ..................................................
73
5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang .............................................
77
5.3. Analisis Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan(Ps) .......................................................................................
81
5.3.1. Indeks Daya Penyebaran (Pd) ....................................................
82
5.3.2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds) ...................................................
84
5.4. Penentuan Sektor Kunci (Key Sector) dalam Perekonomian Sumatera Utara .....................................................................................
86
5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tena ga Kerja .............................................................
91
5.5.1. Dampak Investasi Sektor Padi ....................................................
91
5.5.2. Dampak Investasi Sektor Jagung ................................................
93
5.5.3. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya ...
94
5.5.4. Dampak Investasi Sektor Karet ...................................................
96
5.5.5. Dampak Investasi Sektor Coklat .................................................
98
5.5.6. Dampak Investasi Sektor Kelapa ................................................
100
5.5.7. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit ......................................
102
5.5.8. Dampak Investasi Sektor Kopi....................................................
104
5.5.9. Dampak Investasi Sektor Ta naman Perkebunan Lainnya ...........
106
5.5.10.Dampak Investasi S ektor Ternak dan Lainnya ..........................
108
5.5.11.Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lain nya.......
109
5.5.12.Dampak Investasi Sektor Perikanan...........................................
111
5.6. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................................
117
5.6.1. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Sektoral ..................................................
117
5.6.2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ............................................
120
5.6.3. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap
Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral .........................................
121
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
124
6.1. Kesimpulan .........................................................................................
124
6.2. Saran....................................................................................................
125
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
127
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
1.1. Nilai Investasi PMDN Indonesia Menurut Sektor (Milyar Rp) ............. 3 1.2. Nilai Investasi PMA Indonesia Menurut Sektor (000 US $) ................. 4 1.3. Distribusi PDRB Sumater a Utara Atas Dasar harga Konstan ................ 5 1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Kosntan . 6 1.5. Alokasi Tenaga Kerja Berdasarkan sektor Ekonomi 2003-2006 ........... 7 2.1. Format Dasar Tabel Transaksi Input -Output ......................................... 28 3.1. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/P rioritas ............................ 40 5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)............................................................................. 55 5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)............................................................................. 58 5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)............................................................................. 61 5.4. Struktur ekspor – Impor dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................................................... 64 5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................................................... 66 5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................................................... 68 5.7. Struktur Output dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................................................... 71 5.8. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor ............... 74
5.9. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 .......................................................... 76 5.10.Nilai Keterkaitan Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 ........................................................................................... 78 5.11.Nilai Keterkaitan Langsung dan Ti dak Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 ......................................................... 80 5.12. Indeks Daya Penyebaran dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007................................................................................. 83 5.13. Indeks Derajat Kepekaan dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007................................................................................. 85 5.14. Peringkat prioritas Sektor Kunci dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007................................................................. 88 5.15. Dampak Investasi Sektor Padi Sebesar Rp 3.466 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 92 5.16. Dampak Investasi Sektor Jagung Sebesar Rp 383 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 94 5.17. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 12 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 .................................................................... 95 5.18. Dampak Investasi Sektor Karet Sebesar Rp 78.183 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 97 5.19. Dampak Investasi Sektor Coklat Sebesar Rp 32 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 99 5.20. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sebesar Rp 38 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 101 5.21. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit Sebesar Rp 141.837 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 .......................................................................................... 103 5.22. Dampak Investasi Sektor Kopi Sebesar Rp 99 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 105
5.23. Dampak Investasi Tanaman Perkebunan Lainnya Sebesar Rp 10 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 .......................................................................................... 107 5.24. Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya Sebesar Rp 65.586 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 .......................................................................................... 109 5.25. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lai nnya Sebesar Rp 495 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 .................................................................... 111 5.26. Dampak Investasi Sektor Perikanan Sebesar Rp 343juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 112 5.27. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output .... 113 5.28. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan .......................................................................................... 115 5.29. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja ........................................................................................ 116 5.30. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Output Sektoral (%) ........................................................................................ 119 5.31. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral (%) ........................................................................................ 121 5.32. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral (%) ........................................................................................ 123
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
2.1. Kurva Permintaan Inves tasi ................................................................... 14 2.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional ............... 22 2.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 33 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utara ................................ 48 5.1. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan ................ 77 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang ............ 81 5.3. Posisi Masing-Masing Sektor Berdasarkan Prioritas sektoral ............... 90 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian t erhadap Pembentukan Output ...... 114 5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terh adap Pembentukan Pendapatn 115 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja .......................................................................................... 117 5.7. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja .................................................. 122
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1. Agregasi Klasifikasi Sektoral .................................................................... 130 2. Tabel Input-Output Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 Atas Dasar Harga Produsen (Updating) ...................................................................... 132 3. Agregasi Tabel Input-Output Tahun 2007 (25x25) ................................... 138 4. Koefisien Input Atas Dasar Harga Produsen (25x25)................................ 144 5. Matriks Koefisien Input (A) Sektor Produksi ............................................ 148 6. Matriks I-A Sektor Produksi ...................................................................... 149 7. Matriks Kebalikan (I – A)`......................................................................... 150 8. Matriks Koefisien Teknik Tenaga Kerja (Wj=tenaga kerja/input) ............ 151 9. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Output Sektoral .................. 152 10. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Pendapatan Berdasarkan Tahun Dasar 2007 ..................................................................................... 153 11. Dampak Investasi sektor Pertanian terh adap Pembentukan Lapangan Kerja Berdasarkan Tahun Dasar 2007 ...................................... 154 12. Dampak berdasarkan Nilai Dasar.............................................................. 155 13. Dampak berdasarkan Simulasi 1 (Realokasi 10% dari sektor Industri) .... 156 14. Dampak berdasarkan Simulasi 2 (Realokasi 10% dari sektor Bangunan ) 157 15. Dampak berdasarkan Simulasi 3 (Injeksi 10% terhadap sektor Pertanian) .................................................................................................. 158 16. Dampak berdasarkan Simulasi 4 (Injeksi 10% terhadap sektor Tanaman Pangan)...................................................................................... 159
17. Dampak berdasarkan Simulasi 5 (Injeksi 10% terhadap sektor Perkebunan)................................................................................................ 160 18. Dampak berdasarkan Simulasi 6 (Injeksi 10% terhadap sektor Peternakan)................................................................................................. 161 19. Dampak berdasarkan Simulasi 7 (Injeksi 10% terhadap sektor Kehutanan) ................................................................................................. 162 20. Dampak berdasarkan Simulasi 8 (Injeksi 10% terhadap sektor Perikanan) .................................................................................................. 163 21. Dampak berdasarkan Simulasi 9 (Injeksi 50% terhadap sektor Pertanian) ................................................................................................... 164
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembentukan dan pengumpulan modal atau investasi dipandang sebagai salah satu faktor dan sekaligus faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan pembentukan modal akan membawa kepada pemanfaatan penu h sumbersumber yang ada. Sehingga dengan pembentukan modal akan menghasilkan kenaikan besarnya output nasional. Investasi tidak saja hanya meningkatkan output nasional tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal akan menghasilkan kemajuan teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi. Pembentukan modal memberikan mesin, alat, dan perlengkapan bagi tenaga kerja yang semakin meningkat. Selain itu, pembentukan modal juga akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Ia akan membantu memenuhi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penduduk yang jumlahnya semakin meningkat. Dengan demikian investasi menyebabkan penggunaan sumber daya alam secara tepat, pendirian berbagai macam jenis industri, maka memberikan kesempatan kerja, standar hidup meningkat yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama dari penduduknya. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya
bekerja di sektor pertanian (Dillon, 2004). Selain itu, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang me nghasilkan input atau bahan baku bagi proses industrialisasi. Keadaan seperti ini menuntut bahwa pembangunan ekonomi di Indonesia harus dilandaskan pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Selama ini, investasi di sektor pertanian dianggap kurang me mberikan keuntungan baik serta merupakan suatu kegiatan yang dianggap masih dan terus akan bersifat tradisional. Oleh sebagian pihak, pembangunan di sektor pertanian dianggap kurang dapat mempercepat kemajuan suatu negara. Sektor industrilah yang dianggap sebagai sektor yang paling potensial dalam menghasilkan keuntungan serta mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan suatu negara. Padahal, sektor industri akan berjalan dengan baik, ketika sektor pertanian sebagai sektor dasar bagi perekonomian Indonesia tumbuh dan berkembang dengan tangguh. Hal ini disebabkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan yang sangat luas dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan Tabel 1.1. dan 1.2., terlihat bahwa nilai investasi dalam sektor pertanian selama kurun waktu 2003 -2006 mendapatkan proporsi yang sangat kecil dari total investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yaitu hanya sekitar 1-9%. Padahal seperti yang diketahui, bahwa sektor pertanian pada masa krisis, tahun 1998, merupakan sektor yang tetap eksis dan penyelamat bagi perekonomian Indonesia. Sehingga seharusnya semua pihak, khususnya pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban memberikan sosialisasi dan promosi investasi bagi investor di Indonesia serta sebag ai pihak yang memberikan persetujuan terhadap
investasi baik PMDN maupun PMA harus memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan pertanian ke arah pertanian yang lebih maju. Salah satunya dengan meningkatkan investasi di sektor pertanian.
Tabel 1.1. Nilai Investasi PMDN Indonesia Menurut Sektor (Milyar Rp) Tahun
SEKTOR 2003 Nilai
2004 % Nilai
2005 %
Nilai
2006 %
Nilai
%
Pertanian
2.057,9 4,11 1.847,9 4,98 4.493,6 8,88 8.767,8 5,39
Pertambangan
988,0 1,97 662,4 1,78
IndustriPengolahan
982,3
1,94
437,4
0,27
40.927,4 81,71 20.644,5 55,59 26.807,5 53,00 131.753,3 80,95
Listrik, gas&AirBersih
608,4 1,21 8.798,1 23,69 6.276,1 12,41 7.232,4 4,44
Konstruksi
2.061,9 4,12 1.473,0 3,97 1.537,9 3,04 3.028,4 1,86
Perdagangan,hotel,restoran
1.301,8 2,60 764,1 2,06 4.652,9 9,20 9.413,2 5,78
Transportasi
2.023,4 4,04 1.887,1 5,08 2.375,1 4,70 1.930,3 1,19
LembagaKeuangan&jasaPerusahaan Jasamasyarakat,sosial,perorangan TOTALPM DN
0,0
0,00
0,0
0,00
0,0
0,00
122,4 0,24 1.063,3 2,86 3.451,0 6,82
1,0
0,00
203,4
0,12
50.091,2 100,0 37.140,4 100,0 50.576,4 100,0 162.767,2 100
Sumber : BKPM dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2007)
Tabel 1.2. Nilai Investasi PMA Indonesia Menurut Sektor (000 US $) Tahun SEKTOR
2003
2004
2005
2006
Nilai
%
Nilai
%
Nilai
%
Nilai
%
Pertanian
179,2
1,32
329,7
3,21
606,0
4,47
963,5
6,17
Pertambangan
17,9
0,13
66,3
0,64
775,9
5,73
325,7
2,08
Industri Pengolahan
6.574,1 48,35 6.336,4 61,64 6.028,0 44,51 8.307,4 53,17
Listrik, gas &Air Bersih
362,9
2,67
275,5
2,68
Konstruksi
857,6
6,31
954,0
9,28 1.772,2 13,08 2.561,3 16,39
Perdagangan,hotel,restoran
971,9
7,15 1.179,0 11,47 884,6
Transportasi
4.340,5 31,92 586,5
22,5
0,17 1.180,1
6,53 1.427,7
7,55
9,14
5,71 3.097,0 22,87 294,0
1,88
Lembaga Keuangan &jasa Perusahaan
10,4
0,08
339,6
3,30
124,8
0,92
57,2
0,37
Jasa masyarakat,sosial,perorangan
281,9
2,07
212,8
2,07
233,0
1,72
507,1
3,25
TOTALPMA
13.596,4 100,0 10.279,8 100,0 13.544,0 100,0 15.624,0 100,0
Sumber : BKPM dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2007)
Investasi pada sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian target-target perekonomian Indonesia. Hal ini mengingat bahwa sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi perekonomian Indonesi a yang memiliki fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan di Indonesia yaitu (1) mencukupi pangan dalam negeri dengan jumlah penduduk yang sangat besar, (2) penyediaan lapangan kerja dan berusaha bagi penduduknya, (3) penyedia bahan baku industri, serta (4) sebagai salah satu penghasil devisa bagi negara. Seperti yang dinyatakan oleh Rostow (1960) dalam Kalangi (2006), bahwa sektor pertanian yang handal
merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pengamatan empiris menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian. Struktur perekonomian Sumatera Utara diketahui d idominasi oleh sektor pertanian dan sektor industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor industri. Pada Tabel 1.3. terlihat bahwa lebih dari 25% dari total PDRB Sumatera Utara berasal dari sekt or pertanian. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan yang tetap harus diperhatikan bagi perekonomian Sumatera Utara. Tabel 1.3. Distribusi PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
Persen(%)
SEKTOR
2002 1.Pertanian 26,84 2.Pertambangan&Penggalian 1,52 3.IndustriPengolahan 24,61 4.Listrik,gasdanAirBrsih 0,83 5.Bangunan 5,69 6.perdagangan,Hotel&restoran 18,55 7.Pengangkutan&Komunikasi 7,11 8.Keuangan,Persewaan,&JasaPerusahaan 5,91 9.Jasa-jasa 8,92 TOTALPDRB 100,00 Sumber : BPS (2007)
2003 26,25 1,43 24,49 0,84 5,76 18,21 7,49 6,03 9,49 100,00
TAHUN 2004 25,76 1,21 24,41 0,82 5,86 18,28 8,04 6,09 9,53 100,00
2004 25,25 1,22 24,24 0,81 6,28 18,19 8,40 6,19 9,43 100,00
2006 24,33 1,20 24,08 0,79 6,52 18,32 8,85 6,40 9,51 100,00
Bila dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhan sektoral terhadap PDRB Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2002 -2006 (Tabel 1.4.), terlihat bahwa laju pertumbuhan rata-rata yang terjadi pada sektor pertanian adalah 2,90%. Angka ini masih dibawah laju pertumbuhan rata-rata PDRB Sumatera Utara yaitu 5,35%. Laju pertumbuhan sektor pertanian di Sumatera Utara berada pada level terendah selain sektor pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berjalan lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini tidak boleh terus terjadi mengingat bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan bagi pembangunan perekonomian Sumatera Utara. Hal ini berarti masih perlu dilakukan pembenahan pembenahan strategi dalam sektor pertanian. Salah satu aspek y ang perlu diperhatikan adalah investasi. Tabel 1.4.Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
SEKTOR 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, gas dan Air Brsih 5. Bangunan 6. perdagangan, Hotel & restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8.Keuangan, Persewaan 9. Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB Sumber : BPS (2007)
2002 2,53 -0,50 5,03 7,03 4,64 4,95 12,14 5,59 3,04 4,56
2003 2,51 -1,35 4,29 5,42 6,01 2,88 10,45 6,84 11,55 4,81
TAHUN 2004 3,75 -10,68 5,38 3,09 7,65 6,11 13,49 6,90 6,16 5,74
2005 3,38 6,42 4,76 5,15 12,96 4,95 10,11 7,15 4,36 5,48
2006 2,32 4,17 5,47 3,08 10,33 6,95 11,91 9,87 7,09 6,18
Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian digunakan untuk pengadaan barang yang menunjang kegiatan usaha. Melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian akan mampu meningkatkan output, dan akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan daerah serta percepatan pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu , investasi dapat menciptakan lapangan kerja baru, yang berarti bahwa tingkat pengangguran berkurang. Investasi di sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara merupakan suatu hal yang penting yang harus dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa sektor termasuk salah satu program prioritas pembangunan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah Sumatera Utara. Selain itu, mengingat bahwa sektor pertanian telah menyediakan lapangan kerja yang besar bagi angkatan kerja yang tersedia di Sumatera Utara. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5. Alokasi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi 2003-2006 Persen (%) Sektor Pertanian
2003 56,03
2004 51,60
2005 55,73
2006 49,64
Pertambangan
0,33
0,62
0,02
0,24
Industri Pengolahan
6,00
8,07
6,87
7,08
Listrik, Gas,dan Air Bersih
0,30
0,25
0,37
0,33
Bangunan
3,56
4,11
4,92
3,75
Perdagangan,hotel & Restoran
16,69
17,18
14,86
19,25
Pengangkutan & Komunikasi
5,77
6,28
6,47
6,60
Keuangan, Persewaan
0,98
1,00
0,78
1,35
Jasa-Jasa
10,24
10,78
9,97
11,81
Lainnya
0,09
0,11
0,00
0,00
Sumber : Sumut dalam Angka (BPS), berbagai Terbitan
Investasi di sektor pertanian akan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian daerah baik dalam hal PDRB, kesempatan kerja maupun pemerataan pendapatan. Menurut Sinaga (2003), meskipun Sumatera Utara memiliki kekayaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun letak geografis yang strategis, namun tanpa adanya sumber daya fisik (penanaman modal) maka pembangunan Sumatera Utara akan tetap lambat. Penanaman modal (investasi) a kan mendorong kenaikan daya beli masyarakat Sumatera Utara sebab bertambahnya penciptaan kesempatan kerja.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimana
peranan
perekonomian
daerah
sektor dalam
perta nian
di
pembentukan
Sumatera struktur
Utara
terhadap
permintaan
dan
penawaran, konsumsi, ekspor-impor, investasi, nilai tambah dan output sektoral ? 2. Bagaimana keterkaitan kebelakang dan ke depan (Backward and forward linkage) sektor pertanian dengan sektor ekonom i lainnya ? 3. Apakah seluruh subsektor dalam sektor pertanian termasuk sektor kunci dalam perekonomian Sumatera Utara ? 4. Bagaimana dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output , pendapatan dan tenaga kerja ?
5. Bagaimana
dampak
perubahan
investasi
sektor
pertanian
terhadap
pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja ?
1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah : 1. Menganalisis peranan sektor pertani an di Sumatera Utara terhadap perekonomian daerah
dalam pembentukan
struktur permintaan
dan
penawaran, konsumsi, ekspor -impor, investasi, nilai tambah dan output sektoral 2. Menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan ( Backward and forward linkage) sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Sumatera Utara. 3. Menentukan sektor dalam sektor pertanian yang termasuk dalam sektor kunci pada perekonomian Sumatera Utara. 4. Menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja. 5. Menganalisis dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. sebagai sebuah proses pembelajaran bagi peneliti men genai disiplin ilmu yang diteliti. 2.
Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan daerah umumnya dan pertanian khususnya di Sumatera Utara serta sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman modal di sektor pertanian.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi Teori Investasi adalah teori permintaan modal. Investasi adalah arus pengeluaran yang menambah stok modal fisik atau dengan kata lain investasi adalah jumlah yang dibelanjakan sektor usaha untuk menambah stok modal dalam periode tertentu. Investasi biasanya menempati proporsi yang relatif sedikit dari permintaan agregat, akan tetapi fluktuasi inves tasi menempati sebagian besar pergerakan siklus bisnis dalam PDB. Salah satu alasan mengapa negara -negara dengan pertumbuhan tinggi merupakan negara-negara dengan pertumbuhan tinggi ialah karena mereka mencurahkan bagian substansial dari output mereka ke d alam investasi (dornbush, 2004). Bank Indonesia dan Badat Pusat Statistik mengartikan investasi sebagai suatu kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang. Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ada tiga bentuk pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan, investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2003). Selain ini, investasi dapat dibedakan atas
investasi finansial dan investasi non-finansial. Investasi finansial lebih ditujukan kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti penyertaan, pemilikan saham, obligasi, dan sejenisnya. Sedangkan investasi non -finansial dalam bentuk investasi fisik (kapital dan baran g modal), termasuk pula inventori (persediaan). Menurut Sukirno, S (1999) mengartikan bahwa investasi adalah sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanam -penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan -perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang -barang dan jasa – jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini menunjukkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang -barang modal yang lama yang telah haus dan perlu di depresiasikan. Nanga, M (2005), investasi (investment) dapat didefenisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada ( net addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal ( capital formation) atau akumulasi modal (capital accumulation). Dengan demikian di dalam makroekonomi pengertian investasi tidak sama dengan modal ( capital). Dalam Makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran yang menambah stok modal fisik. Investasi merupakan jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu.
a. Teori Investasi dari Keynes John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas konsep efisiensi marjinal kapital ( Marginal Efficiency of Capital atau MEC ). Sebagai suatu defenisi kerja, MEC dapat didefenisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang diharapkan
(Expected
net
rate
of
return )
atau
pengeluaran
kapital
tambahan.Tepatnya, MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari kapital tambahan. Secara matematis, MEC dapat dinyatakan dala m bentuk formula sebagai berikut : R1
+
(1 + MEC)
1
Ck =
R2
+ ... +
Rn ………………(2.1)
(1 + MEC)
2
(1 + MEC)
3
Dimana R adalah perolehan yang diharapkan ( expected return) dari suatu proyek, dan Ck adalah biaya sekarang ( current cost) dari modal tambahan. Apakah suatu investasi itu dilakukan atau tidak, sangat bergantung pada perbandingan antara present value (PV) di satu pihak dan Current Cost of Additional Capital (Ck) di lain pihak. Kalau PV > Ck, maka diputuskan investasi dilakukan, sebaliknya kalau PV < Ck diputuskan investasi tidak dilakukan. Sedangkan hubungan permintaan investasi dan tingkat bunga (r) dengan MEC tertentu , oleh keynes dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut : I = f (i) (given MEC) .......................................................... (2.2)
Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut : Tingkat bunga (i)
i1 i2 0
I = I (i) Investasi (I)
Sumber : Nanga, M (2005)
Gambar 2.1. Kurva Permintaan Investasi
b. Teori Akselerator Teori akselerator ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara permintaan akan barang modal ( capital goods) dan permintaan akan produk akhir (final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai permintaan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori ini mulai dengan mengasumsikan adanya capital-output ratio (COR) tertentu, yang ditentukan oleh kondisi teknis produksi. Hubungan antara kapital dan output ( COR) tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : K = k ............................................................. ................ (2.3) Y
Dimana K adalah jumlah kapital yang digunakan, Y adalah tingkat output agregat, k adalah rasio kapital -output yang tetap (fixed capital output ratio ). Hal diatas menjelaskan bahwa untuk me ngahsilkan tingkat output Yt pada periode waktu t, membutuhkan jumlah kapital sebesar Kt yang besarnya sama dengan k.Yt. Dari hal diatas, persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi : Kt
= k . Yt
......................... ..................................................( 2.4)
Kt-1 = k . Yt-1 ...........................................................................( 2.5) Karena investasi bersih (net investment ) pada kurun waktu t, It : It
= Kt - Kt-1 = k (Yt – Yt-1) = k. Δ Yt
....................................................................( 2.6)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa investasi netto ( It) adalah sama dengan koefisien akselerator (k) dikali dengan perubahan dalam output agregat selama kurun waktu t (Yt). Oleh karena k diasumsikan konstan, maka investasi netto dengan sendirinya menjadi fungsi dari perubahan di dalam output agregat. Kalau output agregat meningkat, maka investasi netto akan positif. Jika output agregat meningkat dengan jumlah yang semakin besar, maka investasi netto akan meningkat dengan jumlah yang lebih besar lagi.
c. Teori Dana Internal Teori dana internal tentang invest asi (internal funds theory of investment ) mengatakan bahwa stok kapital dan investasi yang diinginkan, bergantung pada tingkat keuntungan. Teori ini salah satunya didukung oleh Jan Tinbergen yang mengatakan bahwa keuntungan yang terjadi secara akurat meref leksikan keuntungan yang diharapkan. Karena investasi bergantung pada keuntungan yang diharapkan, maka investasi memiliki hubungan positif dengan keuntungan yang terjadi. d. Teori Neoklasik Teori Neoklasik tentang investasi merupakan teori tentang akumul asi kapital optimal. Stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output. Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung pada harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendap atan perusahaan. Menurut teori ini, perubahan di dalam output atau harga dari jasa kapital relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi, baik stok kapital maupun investasi yang diinginkan. e. Teori q dari Tobin Teori ini menyatakan bahwa stok kapital dan investasi yang diingikan berhubungan positif dengan q, yaitu rasio antara nilai pasar (market value) dari modal
terpasang perusahaan dengan biaya penggantian (replacement cost) modal terpasang perusahaan. Teori investasi q Tobin dapat diny atakan : I = I (q)
........................................... .......................................(2.7)
Dimana kalau q meningkat, maka I akan meningkat pula. Selanjutnya hubungan q dengan
nilai
pasar
dari
perusahaan
dan
biaya
p enggantian
dari
aset
perusahaan,dinyatakan : Nilai Pasar dari modal terpasang q =
....................(2.8) Biaya Penggantian dari modal terpasang
2.2. Sektor Pertanian Mengutip pernyataan Gunnar Mirdal dalam Todaro (2004) yang menyatakan bahwa dalam sektor pertanianlah ditentukan berhasil atau tidaknya upaya -upaya pembangunan
ekonomi
jangka
panjang.
Jika
s uatu
negara
menghendaki
pembangunan yang lancar dan berkesinambungan maka negara itu harus memulainya dari sektor pertanian khususnya. Intisari yang terkandung dalam masalah kemiskinan yang terus meluas, ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin parah , laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, serta terus melonjaknya tingkat pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran kehidupan perekonomian di s ektor pertanian. Secara tradisional, peranan sektor pertanian da lam pembangunan ekonomi hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Berdasarkan pengalaman
historis dari negara-negara barat, apa yang disebut sebagai pembangu nan ekonomi identik dengan transformasi struktural yang cepat terhadap perekonomian , yakni perekonomian yang bertumpu pada kegiatan pertanian menjadi industri modern dan pelayanan masyarakat yang lebih kompleks. Dengan demikian, peran utama pertanian hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan -bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai “sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan Dewasa ini, nampak jelas bah wa para pakar ilmu ekonomi pembangunan mulai kurang berminat untuk memberikan perhatian yan g besar pada upaya industrialisasi secara cepat. Nampaknya mereka mulai menyadari bahwa daerah pedesaan umumnya, dan sektor pertanian khususnya, ternyata tidak bersifat pasif, tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonom i secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan pada kedudukan sebenarnya, yakni sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan bahkan sangat menentukan dalam strategi -strategi pembangunan secara keseluruhan. Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni : (1) percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusu s dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil, (2) peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang beroirentasi pada upaya pembinaan ketenagakerjaan, (3)diversifikasi kegia tan
pembangunan daerah yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Karena itu, pada skala yang lebih luas, pembangunan sektor pertanian kini diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara keseluruhan oleh banyak pihak. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan/pertanian yang integratif, pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar, dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri t ersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan Pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah -masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan pengangguran. (Todaro, 2004 ). Menurut Analis klasik dari Kuznets (1964) dalam Tambunan.T (2003), pertanian di Negara-negara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi na sional, yaitu sebagai berikut : 1) Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat bergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan -bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor -sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri -industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang -barang dari kulit, dan farmasi. Hal ini kemudian disebut sebagai kontribusi produk.
2) Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama bertahap -tahap awal pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang -barang konsumen. Yang kemudian disebut sebagai kontribusi Pasar 3) Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan output -nya terhadap pembentukan PDB dan andilnya terhadap peny erapan ternaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor -sektor nonpertanian. Hal ini disebut sebagai kontribusi faktor-faktor produksi. 4) Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), b aik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini disebut sebagai kontribusi devisa. Menurut Tambunan. T (2003), kontribusi sektor pertanian di suatu negara terhadap
pendapatan devisa adalah lewat
pertumbuhan ekspor dan/atau pengurangan impor negara tersebut atas komoditi-komoditi pertanian. Tentu, kontribusi sektor pertanian terhadap ekspor juga bisa bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor
atau pengurangan impor produk-produk berbasis pertanian, seperti makanan dan minuman, tekstil, dan produk -profuknya
2.2.1. Keterkaitan dalam Sektor Pertanian Kemampuan sektor pertanian sebagai lokomotif penarif pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lainnya tidak hanya melalui keterkaitan produksi seperti dalam pandangan Hirschman, tetapi juga melalui keterkaitan konsumsi atau pendapatan dan pada banyak kasus juga melalui keterkaitan investasi. Dalam bentuk bentuk keterkaitan ekonomi tersebut, sektor pertania n mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi di sektor -sektor non-pertanian : surplus uang (MS) di sektor pertanian menjadi sumber dana investasi di sektor -sektor lain, kedua, sebagai sumber bahan baku atau input bagi sektor -sektor lainnya, khususnya agroindustri dan sektor perdagangan, ketiga, melalui peningkatan permintaan di pasar output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor -sektor ekonomi lainnya. (Tambunan. T, 2003) Menurut
Tambunan.
T
(2003),
keterkaitan
produksi
menunj ukkan
ketergantungan dalam proses produk si antara satu sektor dengan sek tor-sektor lain.Gambaran keterkaitan sektor pertanian dengan sektor -sektor ekonomi lain terlihat pada Gambar 2.2.
Keterkaitan Ke Belakang : Tidak langsung
Indu stri/Sektor 4
Langsung
5
1
6
7
2
Pusat Pertumbuhan
8
9
3
Sektor Pertanian
Keterkaitan Ke Depan: Langsung 10
11
12
Tidak Langsung 13
14
15
16
17
18
Sumber : Tambunan, T (2003)
Gambar 2.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Perekonomi an Nasional Keterangan : 1-3
: sektor yang outputnya merupakan input bagi sektor pertanian contohnya bibit, pupuk, alsintan 4-9 : sektor hulu yang outputnya merupakan input bagi sektor 1 -3 10-12 : sektor yang inputnya berasal dari sektor pertania n,contohnya Pabrik kelapa sawit, industri pembuatan kopi,dan lainnya 13-18 : sektor yang inputnya berasal dari sektor 10 -12,contohnya industri minyak goreng,keuangan,dan lainnya
2.3. Investasi di Sektor Pertanian Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek
muktahir serta masih menghada pi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sekto r-sektor ekonomi yang berbasis pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik. Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan. Kedua, menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008 -2015. Kondisi ini merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri bagi para investor untuk menan amkan modalnya. Ketiga, sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Keempat, sektor pertanian memiliki karakteristik yang unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan stru ktural dari perekonomian makro. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan -kebijakan negara berupa kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
menyampaikan
pentingnya
sektor
pertanian
dengan
menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini adalah modal atau investasi. Pengembangan investasi di sektor pertanian diperlukan untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani, serta pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.(Indra, 2008) Menurut Soetrisno dan Kalangi (2006) menyatakan bahwa sektor pertanian hanya akan mampu mengangkat kesejahteraan petani kalau produktivitas pertanian ditingkatkan. Produktivitas bukan semata pada output fisik/ satuan input, akan tetapi pada nilai tambah. Untuk itu diperluakan beberapa hal, yaitu : (1) peningkatan kepadatan investasi per satuan luas atau unit usaha pertanian, (2) mengadakan restrukturisasi usaha pertanian menuju skala yang kompetitif dan mendukung kemandirian
ekonomi
dan
dapat
dijalankan
dalam
skala
individual
dan
kelompok/koperasi/ perusahaan, (3) kembalikan pola pertanian dengan model kesatuan yang terkait dengan industri pengolahan dan ekspo r, dan (4) perlu adanya reorientasi kebijakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah kesejahteraan petani. Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Oleh karena itu, mayoritas penduduknya bergantung pad a sektor pertanian. Sehingga untuk pengembang an pertanian secara menyeluruh tentu dibutuhkan jumlah investasi yang besar. Tanpa adanya investasi yang besar dalam pengembangan infrastruktur penunjang serta
peningkatan kualitas produk pertanian maka akan sulit bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara lain di sektor ini.
2.4. Analisis Input-Output Alat analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat hubungan anta rsektor dalam suatu perekonomian. Hubungan antarsektor ini mulai menjadi penting di pertengahan abad ini, sejak analisis pembangunan ekonomi tidak lagi hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga melihat pembagian pertumbuhan antar faktor -faktor produksi, dan jug sumber -sumber pertumbuhan itu sendiri (Nazara, 2005) Boumal (1972) dalam Nazara (2005) menyatakan analisis input -output sebagai usaha memasukan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Analisis input -ouput merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antarpelaku perekonomian. Penekanan utama dalam analisis input -output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam analisis ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai ta hap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir juga kerap dijadikan sebagai variabel endogen.
Analisis Input-Ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara kompr ehensif karena melihat keterkaitan antarsektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu, analisis ini juga ter kait dengan tingkat kemakmuran masyarakat melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat bertambah/berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran berikutnya,misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan fakto r-faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran/keterlibatannya. Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).
2.4.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input Output Analisis input-output memiliki beberapa manfaat/ kegunaan yaitu : a. Menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian suatu wilayah bukan lagi sekedar kumpulan sektor -sektor, melainkan
merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada salah satu sektor akan secara langsung mempengaruhi keseluruhan sektor. b. Dapat digunakan untuk mengetahui daya tarik (backward linkage) dan daya pendorong (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian suatu wilayah. c. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran) d. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan
ekonomi
suatu
wilayah
karena
bisa
melihat
permasalahan secara komprehensif. e. Dapat digunakan sebagai bahan menghitung kebut uhan tenaga kerja dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah, seandainya inputnya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja dan modal.
2.4.2. Tabel Dasar Transaksi Dalam Metode Input -Output Tabel dasar transaksi input -output terdiri atas 4 kuadran yaitu kuadran kuadran yang berisi transaksi -transaksi dalam perekonomian meliputi transaksi sektor
produksi, permintaan akhir, input primer, dan balas jasa. Secara lebih sistematis penjelasan terhadap 4 kuadran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini. Tabel 2.1. Format Dasar Tabel Transaksi Input -Output
Sum ber Input
A lokasi O utput Perm intaan A ntara Perm intaan A khir Jum lah O utput Sektor Produk C I G E K uadran I K uadran II
a. Input A ntara Sektor 1 X 11 Sektor 2 X 21 … Sektor n
X 12 X 13 C 1 X 22 X 23 C 2 … X n1 K uadran III b. Input Prim er W 1 W2 W3 T1 T2 T3 S1 S2 S3 Jum lah Input X 1 X2 X3
I1 I2
G1 G2 …
E1 E2
X1 X2 … Xn
K uadran IV
Sumber : Tarigan (2006)
Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/ kegiatan, yaitu arus barang/jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk digunakan oleh sektor lain (termasuk sektor itu sendiri), baik bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Artinya barang dan jasa itu dibeli untuk kebutuhan proses produksi yang hasil akhirnya akan dijual kembali pada putaran berikutnya. Matriks yang ada dalam kuadran I merupakan sistem produksi dan bersifat endogen, sedangkan matriks yang berada di luar kuadran I (II, III, IV) bersifat eksogen. Endogen artinya tidak mampu berubah karena pengaruh dari dalam diri sendiri, perubahan hanya terjadi karena pengaruh dari luar.
Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat untuk dikonsumsi (habis terpakai) dan untuk investasi. Termasuk permintaan akhir ini adalah barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat umum, dibeli oleh pemerintah, digunakan untuk investasi, diekspor ke luar negeri/ke luar wilayah, dan tidak lagi berada di dalam negeri/wilayah karena habis terpakai. Kuadran III berisikan input primer, yaitu semua daya dan dana yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi diluar kat egori input antara. Termasuk dalam kategori ini adalah tenaga kerja, keahlian, modal, peralatan, bangunan dan tanah. Sumbangan masing-masing pihak dihitung sesuai dengan balas jasa yang diterimanya karena keikutsertaannya dalam proses produksi. Apa yang tertera dalam kuadran III adalah balas jasa bagi faktor -faktor produksi dan karenanya merupakan pendapatan yang menggambarkan kemakmuran masyarakat di suatu wilayah seandainya seluruh faktor produksi dimiliki oleh masyarakt setempat. Jumlah keseluruhan balas jasa tersebut adalah sama dengan nilai tambah bruto wilayah tersebut. Kuadran IV menggambarkan bagaimana balas jasa yang diterima input primer didistribusikan ke dalam permintaan akhir. Karena tidak dibutuhkan dalam analaisis input-output, kuadran ini sering diabaikan di dalam tabel input -output.
2.5. Penelitian Terdahulu Kalangi,L.S (2006) dalam penelitiannya yang ”Dampak Investasi di Sektor Pertanian dan Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi
Pendapatan” dengan menggunakan pendeka tan SAM (Social Accounting Matrix) menyatakan bahwa investasi untuk peningkatan output sektor pertanian memiliki dampak yang lebih besar terhadap faktor produksi tenaga kerja dan peningkatan pendapatan rumah tangga, Persentase penyerapan tenaga kerja terbe sar untuk sektor pertanian terdapat pada sektor tanaman pangan. Semua sektor pertanian dan agroindustri memberikan pengaruh ke rumah tangga akan melewati tenaga kerja non pertanian serta modal swasta dan pemerintah. Berdasarkan skenario yang dilakukan Kalangi, injeksi penanaman modal pada sektor pertanian, agroindustri, dan sektor produksi lainnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing memberikan dampak yang positif bagi peningkatan faktorial, rumah tangga, sektor produksi itu sendiri maupun sektor produksi lainnya. Lena (2004) menyimpulkan bahwa dampak pembangunan di sektor pertanian terjadi secara langsung (direct impact) dan tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung menunjukkan bahwa pembangunan di sektor pertanian akan memiliki pengaruh terhadap kenaikan gross output, value added, kegiatan produksi di sektor sektor lainnya, dan pendapatan masyarakat, jika pembangunan di sektor ini berjalan melalui proses dan kegiatan yang sinergis dengan sektor -sektor lainnya. Susanti (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengaruh peningkatan investasi sektor perikanan terhadap kinerja perekonomian Indonesia secara umum berpengaruh positif, dimana telah menimbulkan peningkatan output sektoral. Sedangkan pengaruh dari perubahan produktivitas juga memberikan hasil yang sama, dimana perubahan produktivitas baik produktivitas total, kapital, maupun tenaga kerja
memberikan pengaruh meningkatkan output sektor perekonomian di Indonesia. Apabila investasi dan produktivitas dirubah sescara bersama -sama maka perubahan output yang terjadi di sektor perikanan relatif lebih besar dibandingkan bila dirubah secara parsial. Konsumsi rumah tangga sektoral mengalami peningkatan akibat peningkatan investasi dan produktivitas. Nurlaela (2003) dengn judul pene litian “Dampak Investasi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Jawa Barat “ dengan menggunakan data Input-output 2000 provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa total investasi yang terbentuk sebesar Rp 394.657 milyar akan menciptakan output tambahan sebesar Rp 428 .508 milyar, nilai tambah sebesar bruto sebesar Rp371.931 milyar, peningkatan pendapatan sebesar Rp 537.80 milyar dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 54.799 orang. Selain itu, subsektor perikanan memiliki nilai multiplier (pengganda) terbesar terha dap output, pendapatan dan tenaga kerja dibanding subsektor lainnya dalam sektor pertanian. Supriana, T (1995) dalam hasil penelitian yang di daerah Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu terlihat bahwa keterkaitan antar sektor pertanian, khususnya sektor tanaman perkebunan kelapa sawit memiliki keterkaitan ke depan baik secara langsung maupun tidak langsung yang tinggi. Sehingga sektor pertanian khususnya sektor tanaman perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi daerah kota pinang, kabupaten Labuhan Batu. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa sektor pertanian efektif dalam mempercepat perkembangan sektor -sektor ekonomi lain dalam wilayah dan perkembangan wilayah secara umum.
2.6. Kerangka Pemikiran Dampak kegiatan dalam suatu perekonomian secara komprehensif dapat diketahui melalui sebuah pendekatan analisis yang komprehensif pula. Dalam suatu perekenomian suatu wilayah, keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya saling berkaitan dan memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Begitu dengan perekonomian yang ada di Sumatera Utara. Sumatera Utara secara umum tetap memprioritas dan menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dalam perekonomian wilayahnya. Sektor pertanian masih memberikan kontribusi (share) yang relatif tinggi terhadap PDRB. Hal ini sektor pertanian juga harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah sehingga diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sektor yang memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, setiap sektor, begitupun dengan sektor pertanian pasti akan memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sektor lainnya. Setiap transaksi atau kegiatan yang dilakukan dalam sektor pertanian pasati memiliki pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung dengan sektor lain diluar sektor pertanian. Peningkatan daya saing sektor pertanian tidak dapat dicapai tanpa adanya kegiatan investasi dalam sektor tersebut. Dengan adanya kegiatan investasi, sektor pertanian akan lebih mampu memanfaat resources (sumberdaya) yang dimiliki secara optimal. Akan tetapi mengingat masih rendahnya nilai investasi yang terjadi di Sumatera utara secara umum, dan investasi sektor pertanian secara khusus serta masih pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian Sumatera Utara maka dengan menggunakan pendekatan analisis Input -Output diharapkan akan mampu melihat
bagaimana peranan sektor pertanian bagi perekonomian di Sumatera Utara secara lebih mendalam, keterkaitan dengan sektor lain, nil ai multiplier yang dihasilkan karena adanya investasi, serta menunjukkan pentingnya suatu kegiatan investasi bagi sektor pertanian di Sumatera Utara. Peran Investasi
Sektor Pertanian
Analisis Kontribusi dalam pembentukan: - Permintaan & Penawaran - Konsumsi - Ekspor-Impor - Investasi - Nilai Tambah - Output Sektoral
Analisis Keterkaitan & Indeks Penyebaran
Penentuan Sektor Kunci
Perekonomian Sumatera Utara Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Analisis Dampak Investasi: - Tenaga Kerja - Output - Pendapatan
Analisis Dampak Perubahan Investasi
2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah dirumuskan diatas, maka hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Sektor pertanian memiliki keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan Langsung dan Tidak Langusng Ke Belakang 2. Sektor Perkebunan merupakan sektor ungggulan dalam sektor Pertanian 3. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian mendapat kontribusi tertinggi dibandingkan terdapat pembentukan output dan pendapatan
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup propinsi Sumate ra Utara. Pemilihan tempat penelitian disebabkan bahwa masih pentingnya investasi serta sektor pertanian merupakan sektor yang diandalkan bagi perekonomian Sumatera Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain atau oleh lembaga pengumpul
data
dan
dipublikasikan
kepada
masyarakat
pengguna
data
(Kuncoro,2003). Data yang digunakan adalah data Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 atas dasar harga produsen serta didukung oleh data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), data ketenagakerjaan, serta data lainnya yang mendukung . Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bainpromsu, BKPM, maupun instansi lain yang diperlukan.
3.3. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada lah analisa inputoutput dengan menggunakan data I nput-Output Sumatera Utara Tahun 2007 atas
dasar harga produsen yang telah diagregasi menjadi 25 sektor ekonomi. Untuk menjawab permasalahan penelitian, maka ada beberapa metode yang lebih spesifik untuk menyelesaikan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel.
3.3.1. Metode RAS Metode RAS (Ricked A Stone) merupakan salah satu metode untuk memproyeksikan suatu tabel input -output yang baru dengan menggunakan koefisien koefisien tabel input-output yang lama (tabel input-output dasar) (Nazara, 2005). Tabel input-output dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input Output Sumatera Utara Tahun 2003. Proses penggunaan metode RAS sebagai berikut: 1. Penetapan tabel Input -Output Dasar. Dalam hal ini Tabel Input-Output Sumatera Utara Tahun 2003. 2.
Menyusun Tabel Input -Output yang baru atau tabel I -O 2007 maka diperlukan data baru Tahun 2007, yaitu : a. Total Permintaan antara dan Input Antara b. Total Permintaan Akhir c. Total Nilai Tambah d. Total Output
3. Tabel Input-Output pada tahun dasar dihitung nilai koefisien input -output 4. Dengan mengasumsikan tidak terjadi perubahan teknologi dari t ahun dasar yaitu Tahun 2003 ke Tahun 2007. Maka diperoleh tingkat permintaan akhir, nilai
tambah, serta output yang baru dengan mengalikan koefisien input -output terhadap tingkat permintaan akhir,nilai tambah, serta output yang baru.
3.3.2.Analisa Kontribusi a) Analisa Kontribusi sebagai Output ( Output Share) Xi Output Share sektor ke-i =
…………………………………….(3.1) ∑ Xi
dimana :
Xi
= jumlah ouput sektor i
∑ Xi = jumlah total output di seluruh sek tor
b)
Analisa Kontribusi sebagai permintaan Antara ( Intermediate Demand) IDi Intermediate Demand Share sektor ke-i =
…...…………….(3.2.) Xi
dimana :
c)
IDi
= jumlah permintaan antara sektor ke -i
Xi
= jumlah output sektor ke-i
Analisa Kontribusi sebagai perm intaan Akhir (Final Demand Share) FDi Final Demand Share sektor ke-i =
………...…………….(3.3.) Xi
dimana : FDi
= jumlah permintaan akhir sektor ke -i
Xi
= jumlah output sektor ke-i
d)
Analisa Kontribusi sebagai Input Antara ( Intermediate Input Share) IAi Intermediate Input Share sektor ke-i =
.................................(3.4.) Xi
dimana : IAi
= jumlah input antara sektor ke -i
Xi
= jumlah output sektor ke-i
e) Analisa Kontribusi sebagai Input Primer/Nilai Tambah (Primary Input) PIi Primary Input Share sektor ke-i =
.................................(3.5.) Xi
dimana : PI i
= jumlah nilai Tambah antara sektor ke-i
Xi
= jumlah output sektor ke-i
3.3.3. Indeks Keterkaitan Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen dalam Nazara (2005) indeks total keterkaitan meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total keterkaitan ke depan. Indeks total keterkaitan ke belakang suatu industri/ sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap total pe mbelian input
semua sektor di dalam suatu
perekonomian. Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan
tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian.
a) Indeks Total Keterkaitan ke Belakang Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai leb ih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang adalah : n BLj = ∑ aij ..................................................................(3.6) I =n dimana BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j aij
= unsur matriks kebalikan Leontief
n
= jumlah sektor
b) Indeks Total Keterkaitan ke Depan Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor - sektor lain yang memakai input dari sektor ini. sektor i dikatakan mempunyai indeks total keterkaitan kedepan yang tinggi apabila nilai FLi lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke depan adalah:
dimana FLi
n FLi = ∑ aij j =1 ................................... ...............................(3.7) = indeks total keterkaitan ke depan sektor j
aij
= unsur matriks kebalikan Leontief
n
= jumlah sektor
3.3.4. Analisis Penentuan Sektor/subsektor Kunci (Prioritas) Penentuan sektor/subsektor yang dijadikan sektor/subsektor kunci dalam perekonomian Sumatera Utara didasarkan pada peringkat nilai daya penyebaran dan derajat kepekaan seperti yang terlihat pada tabel 5. Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas Derajat Kepekaan Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Daya Penyebaran Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Prioritan I II III IV
Sumber : BPS,2004
Daya penyebaran menunjukkan besarnya sumbangan relatif sektor tertentu dalam memenuhi permintaan keseluruhan sektor perekonomian. Sedangkan derajat kepekaan merupakan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika nilai derajat kepekaan lebih dar i satu artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan hilirnya dan sebaliknya.
a. Indeks Daya Penyebaran (Pd) Konsep daya penyebaran ( power of dispersion) ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari perkembangan sektor -sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Selain itu, konsep ini juga digunakan untuk melihat kemampuan suatu sektor dalam meningkatkan industri hulunya. Jika Pd ≥ 1, artinya sektor tersebut mempunyai kemamp uan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulu. Namun jika Pd < 1, artinya kurang memiliki kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan hulunya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif (I -A)-1, rumus matematis untuk mencari nilai daya penyebarannya adalah : n
Pdj =
∑ αij i =1 n n -1
....................................................(3.8)
n ∑ ∑αij i=1j=1
dimana Pdj : Indeks Daya Penyebaran αij : Unsur Matriks Kebalikan
b. Indeks Derajat Kepekaan (ds) Konsep derajat kepekaan ( degree of Sensitivity) ini mempunyai keuntungan yaitu dapat mengetahui kepekaan suatu sektor terhadap sektor -sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika ds ≥ 1 artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Jika ds < 1, maka sektor tersebut
kurang mampu mendorong pertumbuhan hilirnya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif (I-A)-1, rumus untuk mencari nilai indeks derajat kepekaannya adalah : n
dsj =
∑ αij i =1 n n -1
....................................................(3. 9)
n ∑ ∑αij i=1j=1
dimana Pdj : Indeks derajat kepekaan αij : Unsur Matriks Kebalikan
3.3.5. Dampak Investasi Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara digunakan dua pendekatan yakni pendekatan berdasarkan data input output yang terbentuk dan pendekatan dengan menggunakan proses simulasi terhadap kegiatan investasi sektor pertanian. a. Dampak terhadap pembentukan Output (X fid) Xfid = (1 – A )-1 (fid)
.................................................................................(3.10)
b. Dampak terhadap Tenaga Kerja (L ik) Lik = e (1 – A )-1 (fid) ................................................................................. (3. 11) c. Dampak terhadap pendapatan (l) l = ∑ Pxi X Vfid .............................................. ................................(3.12) ∑ Vxi dimana : (1 – A )-1 = matriks kebalikan Leontif
E
= matriks koefisien tenaga kerja
V
= matriks koefisien nilai tambah
Fid = Nilai investasi sektor pertanian Px i
= Nilai upah dan gaji sektor i pada matriks transaksi domestik
Vx i = Nilai tambah bruto sektor i pada matriks transaksi domestik
3.3.6. Analisis Simulasi Suatu analisis dampak dapat menangkap efek variabel eksogen dalam pengertian relatif. Untuk mengetahui dampak perubahan variabel eksogen terhadap output, pendapatan, dan kesempatan kerja maka dilakukan analisis simulasi. Dalam hal ini maka akan dilakukan skenario inje ksi tertentu dan realokasi terhadap variabel eksogen yaitu investasi. Skenario simulasi dapat dilakukan sebagai berikut : A.Simulasi Realokasi Dana Investasi 1. Realokasi investasi sektor industri sebesar 10 persen yang dialihkan ke sektor pertanian. 2. Realokasi investasi sektor Bangunan sebesar 10 persen yang dialihkan ke sektor pertanian. B. Simulasi Peningkatan Dana Investasi 3. Injeksi investasi sebesar 10 persen yang dialokasikan ke sektor pertanian. 4. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor tanama n pangan 5. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor perkebunan 6. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor peternakan
7. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor kehutanan 8. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor perikan an 9. Injeksi investasi sebesar 50 persen terhadap sektor pertanian
3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian a. Output adalah seluruh hasil yang dihasilkan dari suatu proses produksi/ operasi (Juta Rp) b. Permintaan Antara adalah sesuatu permintaan akan barang dan jasa yang membutuhkan proses pengolahan selanjutnya sebelum dikonsumsi oleh konsumen akhir (Juta Rp) c. Permintaan Akhir adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu proses produksi/ operasi yang dimanfaatkan atau dibeli untuk dikonsumsi oleh masyarakat , pemerintah atau luar negeri (Juta Rp) d. Input Antara adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu proses produksi/ operasi oleh suatu sektor ekonomi yang kemudian dimanfaatkan atau dibeli oleh sektor lain untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi/ o perasi sektor lain tersebut (Juta Rp) e. Input Primer (Nilai Tambah) adalah balas jasa yang diciptakan/diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi yang mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung (Juta Rp)
f. Investasi adalah pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang -barang modal baru ditambah dengan perubahan stok (Juta Rp) g. Kontribusi adalah besaran transaksi yang terjadi pada suatu sektor yang dibandingkan terhadap total transaksi yang terjadi pada semua sektor (%) h. Pendapatan adalah upah/ gaji yang merupakan balas jasa yang diberikan kepada buruh/ karyawan (Juta Rp) i. Pembentukan tenaga kerja adalah kemampuan suatu sektor ekonomi dalam menyediakan lapangan kerja ba gi tenaga kerja (orang)
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 - 40 Lintang Utara dan 980 -1000 Bujur Timur. Sebelah Utar a berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan disebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km 2, sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau -pulau Batu serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau 16,97% diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan l uas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wila yah yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara Sumatera Utara merupakan
Provinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km 2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176 jiwa per km 2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 % pertahun, dan pada tahun 2000 -2005 menjadi 1,37% per tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005 – 2006 mencapai 1.57 % Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan. Pada tahun 2006 Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09%. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,94 juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 5,70 juta jiwa (45,11%).
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2007
Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utar a Tahun 2006 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34%, tahun 2005 naik menjadi 71,94%, dan tahun 2006 menjadi 66,90%. Angkatan kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah. Persentase angkatan kerja golongan ini mencapai 37,89%, angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMTP dan SMTA masing-masing sekitar 23,80% dan 32,90% sedangkan sisanya 5,4% berpendidikan diatas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan angkatan kerja memungkinkan produktivitasnya juga masih belum optimal. Jika dilihat dari status pekerjaannya, sepertiga (31,57% ) penduduk yang bekerja di
Sumatera Utara adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang berusaha dengan dibantu anggota keluarga mencapai sekitar 15,92 %, sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 19,48%. Hanya 3,43% penduduk Sumatera Utara yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2006 adalah sebanyak 5,49 juta jiwa yang terdiri dari 4,86 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 632 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Sumatera Utara yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 49,64 %. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 19,21%. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa -jasa, baik jasa perorangan, jasa perusahaan, dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 11,81%, sementara penduduk yang bekerja disektor industri hanya sekitar 7,08 % saja.
4.3. Kondisi Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara Produksi padi Sumatera Utara selama periode 1998 -2006 rata-rata mengalami penurunan sebesar minus 23% per tahun. Penurunan ini disebabkan turunnya produksi padi sawah dengan rata -rata pertumbuhan pertahun sebesar minus 1,13%, sedangkan produksi padi ladang mengalami penurunan rata-rata sebesar minus 3,14% pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak penjajahan Belanda.
Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini antara lain kelapa sawit, karet, kopi,coklat dan tembakau. Bahkan di kota Bremen Jerman Tembakau Deli sangat terkenal. Luas tanaman karet rakyat di Sumatera Utara selama periode 2005-2006 naik sebesar 1,58 %, dimana luas tanaman karet rakyat pada tahun 2005 yakni sebesar 343.068,85 Ha naik menjadi 348.485,80 Ha pada tahun 2006. Kabupaten Labuhan Batu, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan merupakan pusat perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara. Di ketiga daerah tersebut terbentang seluas 197.704,70 Ha kebun karet, atau sama dengan 55,87% dari total luaskebun karet rakyat Sumatera Utara. Sedangkan luas tanam kebun kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 337.121,71 Ha dengan produksi 4.137.020,39 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara. Di daerah ini terdapat sebesar 130.227 Ha kebun sawit rakyat atau 38,63% dari seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara. Produksi kopi Sumatera Utara tahun 2006 adalah sebesar 46.484,07 tondengan luas lahan 87.692,42 Ha. Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara merupakan penghasil kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi Sidikalang sudah dikenal di Pulau Jawa dan Eropa. Di Sumatera Utara terdapat 3 Perkebunan Besar BUMN dan ratusan perkebunan besar swasta. Sama seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman perkebunan besar yang ada di Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, teh, tembakau, dan tebu. Produksi hasil hutan Sumate ra Utara menurut jenis yaitu
kayu log, kayu gergajian, kayu lapis, PULP dan hasil ikutan lainnya seperti rotan, arang dan getah tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2006 adalah kayu log pinus yakni sebesar 1.172.316,74 M 3. Populasi ternak besar yang terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau dan sapi perah. Pada tahun 2006 populasi sapi potong ternak sebanyak 251.488 ekor, kuda sebanyak 4.053 ekor, kerbau sebanyak 261.794 ekor dan sapi perah sebanyak 6.526 ekor. Populasi ternak kecil kambing/ domba dan babi pada 2006 terjadi sedikit kenaikan sebesar 0,87% dan 1,62% dibandingkan pada tahun 2005 , tahun 2006 tercatat 421.296,74 ton, yang terdiri atas 362.082,53 ton ikan laut dan 37.375,78 ton perairan darat serta 21.283,99 ton ikan budidaya air payau dan budi daya laut sebesar 554,44. Jumlah nelayan di Sumatera Utara tahun 2006 adalah 138.687 nelayan yang terdiri dari 95.738 nelayan penuh, 37.103 nelayan sambilan utama dan 6.847 nelayan sambilan tambahan. Jumlah rumah tangga budidaya perikanan tahun 2006 seban yak 33.494 rumah tangga yang terdiri dari 1.775 rumah tangga petambak, 14.539 rumah tangga pemelihara ikan di kolam, 18.905 rumah tangga pemelihara ikan di sawah, 83 rumah tangga di kolam air deras dan 1.075 rumah tangga yang memelihara ikan dengan cara jaring apung, 390 rumah tangga memelihara ikan dikeramba dan 487 rumah tangga yang memelihara ikan dengan budi daya laut .
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap pembentukan Struktur Perekonomian Propinsi Sumatera Utara 5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran Struktur permintaan terhadap barang dan jasa di Propinsi Sumatera Utara meliputi permintaan antara, permintaan akhir domestik, serta permintaan terhadap barang dan jasa untuk di ekspor baik ke propinsi lain maupun ke lua r negeri. Struktur permintaan propinsi Sumatera Utara memperlihatkan bahwa pada Tahun 2007 total permintaan adalah sebesar Rp 357.570.242 juta . Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp 126.540.878 juta, permintaan akhir domestik sebesar Rp 153.749.678 juta serta permintaan ekspor yang berasal dari propinsi lain maupun dari luar negeri sebesar Rp 77.279.685 juta. Angka ini menunjukkan bahwa sebanyak 43% dari total permintaan merupakan konsumsi yang dilakukan oleh konsumen akhir. Kemudian sekitar 35,39% dari total permintaan merupakan konsumsi dari konsumen yang melakukan proses produksi lanjutan dan sisanya sebesar 21,61% merupakan besaran dari total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara yang dikonsumsi oleh pihak luar yang berada di propinsi lain maupun luar negeri. Secara umum proporsi permintaan terbesar adalah pada sektor agroindustri dengan total permintaan sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61%), diikuti sektor
pertanian Rp 57.734.600 juta (16,15%), serta sektor perdagan gan, hotel dan restoran sebesar Rp 45.991.661 juta (12,86%). Secara khusus, dilihat dari proporsi permintaan yang diberikan oleh sektor pertanian, terlihat bahwa peranan sektor pertanian sebesar 16,15% terhadap total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara dikontribusi oleh sektor kelapa sawit (3,78%), padi (1,99%), karet (1,90%), unggas dan peternakan lainnya (1,72%), dan perikanan (1,59%). Berdasarkan angka tersebut dapat terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor dalam sektor pertanian ya ng memberikan peranan terbesar dalam struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara. Nilai sektor kelapa sawit tersebut mencapai Rp 13.522.902 juta. Proporsi permintaan sektor kelapa sawit tersebut sebagian besar dimanfaatkan atau digunakan oleh kon sumen yang akan melakukan pengolaha lebih lanjut atau proses produksi lanjutan (permintaan antara) yang mencapai nilai permintaan antara sebesar Rp 13.381.065 juta atau 98,95% dari total permintaan sektor kelapa sawit merupakan permintaan antara. Sisanya s ebesar Rp 141.837 juta (1,05%) merupakan permintaan akhir dan tidak memiliki nilai ekspor. Hal ini berarti bahwa hasil dari sektor kelapa sawit sepenuhnya dimanfaatkan oleh konsumen yang masih berada dalam propinsi Sumatera Utara yang sebagian besar digunakan oleh industri lanjutan dari pengolahan kelapa sawit tersebut contohnya industri CPO. Sektor selanjutnya yang memiliki kontribusi terbesar kedua dalam sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur permintaan di Sumatera Utara adalah sektor padi. Sektor ini memiliki peranan sebesar 1,99% terhadap total
permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara atau mencapai nilai Rp 7.119.659 juta yang terdiri dari permintaan antara (Rp 7.116.193 juta) dan permintaan akhir (Rp 3.466.000.000,-) dengan tidak ada nilai ekspor. Hal yang sama juga terjadi pada sektor karet yang mencapai nilai Rp 6.794.560 juta dengan permintaan antara sebesar Rp 6.716.376 juta dan permintaan akhir sebesar Rp 78.183 juta. Jika dilihat dari struktur permintaan antara, ma ka dalam sektor pertanian terlihat bahwa sektor kelapa sawit, padi, karet, kehutanan, serta unggas dan peternakan lainnya merupakan 5 sektor yang memiliki peranan terbesar dalam pembentuk permintaan antara. Sedangkan jika dilihat berdasarkan struktur permintaan akhir dapat terlihat bahwa sektor dalam sektor pertanian yang memiliki peranan terbesar meliputi sektor unggas dan peternakan lainnya, sayur -sayuran, perikanan, buah-buahan dan sektor umbi-umbian dan pati. Struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari adanya permintaan yang berasal dari propinsi lain maupun luar negeri (ekspor). Nilai ekspor dalam sektor pertanian terbesar dikontribusi oleh nilai ekspor pada sektor perikanan. Kemudian diikuti oleh sektor buah-buahan, sayur-sayuran, coklat, dan sektor kopi. Nilai ekpor sektor perikanan menunjukkan nilai yang relatif besar yang mencapai Rp 2.081.656 juta atau sebesar 36.61% dari total permintaan pada sektor ini. Strutkur permintaan dan peranannya dalam perekonomian Sumatera Ut ara secara lengkap disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) Permintaan
Kode Sektor I-O
Jumlah
Akhir
Antara
Peranan
Ekspor
Domestik 1 2
Padi Jagung
7.116.193 886.764
3.466 511.681
94.883
7.119.659 1.493.328
1,99 0,42
3
Umbi-umbiandanPati
101.583
598.123
-
699.707
0,20
4
Sayur-sayuran
516.794
4.201.445
424.975
5.143.215
1,44
5
Buah-buahan
570.826
2.323.707
546.804
3.441.338
0,96
6
TanamanBahanmakananLainnya
228.291
214.317
5
442.614
0,12
7
Karet
6.716.376
78.183
-
6.794.560
1,90
8
Coklat
214.010
32
413.843
627.885
0,18
9
Kelapa
256.676
385.992
-
642.668
0,18
13.381.065
141.837
-
13.522.902
3,78
11 Kopi
325.419
57.437
179.055
561.910
0,16
12 TanamanPerkebunanlainnya
504.655
320.254
-
824.909
0,23
13 TernakdanHasilnya
1.446.390
372.889
6.723
1.826.002
0,51
14 Unggas danPeternakanlainnya
1.615.320
4.526.773
145
6.142.238
1,72
15 Kehutanan
2.592.868
106.889
65.812
2.765.569
0,77
16 Perikanan
891.134
2.713.306
2.081.656
5.686.097
1,59
17 Pertambangan
(2.099.299)
7.561
-
18 Agroindustri
27.268.990
37.553.565
51.780.735
116.603.290
32,61
19 NonAgroindustri
23.244.564
12.744.268
7.931.938
43.920.771
12,28
20 Listrik, Gas danAir Minum
3.543.847
3.689.112
-
7.232.959
2,02
21 Bangunan
2.455.066
19.880.929
-
22.335.996
6,25
14.587.678
17.650.873
13.753.110
45.991.661
12,86
23 Pengangkutan&Komunikasi
9.612.808
17.171.493
-
26.784.301
7,49
24 Keuangan, Persewaan
6.240.634
8.212.594
-
14.453.228
4,04
25 Jasa-jasa
4.322.225
20.282.949
-
24.605.175
6,88
126.540.878
153.749.678
77.279.685
357.570.242
10 Kelapa sawit
22 Perdagangan, Hotel, danRestoran
Total
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )
(2.091.739) -0,58
100
Dari sisi penawaran, maka jumlah penawaran ini akan sama dengan jumlah permintaan dalam perekonomian proponsi Sumatera Utara. Hal ini terkait dengan keseimbangan umum yang dianut dalam proses analisis Input -Output. Jumlah penawaran yang terdiri dari impor dan produks i domestik. Jumlah penawaran dalam perekonomian Sumatera Utara mencapai Rp 357.570.342 juta yang terdiri atas 18,21% impor dengan nilai mencapai Rp 65.125.098 juta dan 81,79% atau Rp 292.445.143 juta adalah produksi lokal/domestik. Hal ini menunjukkan bahw a hampir seperlima dari seluruh nilai produk yang beredar di Propinsi Sumatera Utara merupakan nilai barang impor. Produksi produk Sumatera Utara pada tahun 2007 didominasi oleh produk produk yang dihasilkan pada sektor agroindustri yakni sebesar (32,16% ). Kemudian disusul oleh produk yang berasal dari sektor pertanian (16,15%), perdagangan,hotel dan restoran (12,86%), non -agroindustri (12,28%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (7,49%). Kelima sektor inilah yang mampu memberikan sebagian besar pembentuk utama dari produksi dalam perekonomian di Sumatera Utara. Kelima sektor ini dapat dikatakan sebagai roda penggerak bagi berjalannya sektor riil, khususnya sektor agroindustri. Jika dilihat berdasarkan nilai produksi domestik/lokal dari setiap sektor, 50% dari produksi domestik merupakan produk yang berasal dari sektor agroindustri dan sektor pertanian dimana sektor agroindustri mencapai 31,71% dari total produksi dan 19,27% dikontribusi dari sektor pertanian.
Jumlah impor yang terjadi di Sumatera Ut ara yang mencapai Rp 65.126.098 juta atau 18,21% dari total produksi propinsi, terlihat bahwa s ektor yang memiliki nilai impor terbesar adalah sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai Rp 38.018.964 juta,- (58,38%) dan diikuti oleh sektor agroindustri se besar Rp 23.876.118 juta (36,66%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nilai impor di Sumatera Utara diserap oleh sektor industri baik itu yang bersifat non -agroindustri atau agroindustri. Sektor pertanian secara umum memiliki peranan yang cukup besa r dalam menghasilkan produk. Hal ini terlihat bahwa sektor pertanian memiliki peranan sebesar 16,15% dari total produksi di Sumatera Utara. Nilai produksi tersebut dikontribusi terbesar dari kelapa sawit, padi, karet, unggas dan peternakan lainnya, serta perikanan. Kalau kita lihat dari nilai impor terlihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai impor yang sangat kecil dibandingkan sektor non -agroindustri dan agroindustri yang ditunjukan dengan nilai impor sebesar 2,11% dari total impor Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki ketahanan ekonomi yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya. Sektor pertanian di Sumatera Utara tidak begitu memiliki ketergantungan terhadap komponen impor sehingga dapat dikatakan bahwa produksi sektor per tanian secara langsung tidak terpengaruh dengan kondisi internasional. Nilai impor terbesar pada sektor pertanian terdapai pada komoditi jagung dan buah -buahan. Sedangkan untuk komoditi tanaman perkebunan, hanya kopi lah yang memiliki nilai impor yang menc apai nilai Rp 5.370 juta pada
Tahun 2007. Secara lebih sistematis, struktur penawaran dalam prekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 ditunjukkan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) Penawaran
Kode Sektor
I-O 1
Padi
2
Jagung
3
Produksi
Impor
Jumlah
Peranan
Domestik -
7.119.659
7.119.659
1,99
595.748
897.580
1.493.328
0,42
Umbi-umbian dan Pati
71.814
627.892
699.707
0,20
4
Sayur-sayuran
68.817
5.074.398
5.143.215
1,44
5
Buah-buahan
467.663
2.973.675
3.441.338
0,96
6
Tanaman Bahan makanan Lainnya
46.775
395.838
442.614
0,12
7
Karet
-
6.794.560
6.794.560
1,90
8
Coklat
-
627.885
627.885
0,18
9
Kelapa
-
642.668
642.668
0,18
10 Kelapa sawit 11 Kopi
-
13.522.902
13.522.902
3,78
5.370
556.540
561.910
0,16
-
824.909
824.909
0,23
57.699
1.768.303
1.826.002
0,51
14 Unggas dan Peternakan lainnya 15 Kehutanan
14.403
6.127.835
6.142.238
1,72
847
2.764.722
2.765.569
0,77
16 Perikanan 17 Pertambangan
44.357
5.641.740
5.686.097
1,59
1.856.522
(3.948.261)
(2.091.739)
-0,58
23.876.118
92.727.171
116.603.290
32,61
38.018.964
5.901.807
43.920.771
12,28
20 Listrik, Gas dan Air Minum 21 Bangunan
-
7.232.959
7.232.959
2,02
-
22.335.996
22.335.996
6,25
22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 23 Pengangkutan & Komunikasi
-
45.991.661
45.991.661
12,86
-
26.784.301
26.784.301
7,49
65.125.098
14.453.228 24.605.175 292.445.143
14.453.228 24.605.175 357.570.242
4,04 6,88 100
12 Tanaman Perkebunan lainnya 13 Ternak dan Hasilnya
18 Agroindustri 19 Non Agroindustri
24 Keuangan, Persewaan 25 Jasa-jasa Total
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.2. Struktur Konsumsi Struktur konsumsi dalam suatu perekonomian merupakan salah satu unsur dari permintaan akhir khususnya permintaan akhir domestik y ang terdiri dari konsumsi/permintaan
yang dilakukan oleh
perseorangan/rumah tangga dan
pemerintah. Secara umum, nilai konsumsi Sumatera Utara mencapai nilai Rp 122.880.632 juta yang terdri dari Rp 106.284.836 juta konsumsi rumah tangga (C) dan Rp 16.595.796 juta konsumsi pemerintah (G). Nilai konsumsi ini memberikan peranan sebesar 74,1% terhadap PDRB Sumatera Utara dengan 64,01% dari PDRB merupakan konsumsi RT dan 10,09% adalah konsumsi yang dilakukan pemerintah. Konsumsi Rumah Tangga (RT) terbesar berasa l dari sektor Agroindustri yakni mencapai 33,85% atau Rp 35.973.644 juta. Kemudian diikuti konsumsi RT dari sektor pertanian (15,32%), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,18%), dan sebanyak 13,56% konsumsi RT berasal dari sektor perdagangan, hotel dan r estoran. Sedangkan konsumsi terendah terdapat berasal dari sektor pertambangan yakni sebesar Rp 7.528 juta atau hanya sebesar 0,01% dari total konsumsi rumah tangga. Dari sisi konsumsi pemerintah terlihat bahwa sebesar 81,28% atau mencapai nilai Rp 13.489.646 juta merupakan konsumsi pemerintah di sektor jasa -jasa dan sisanya sebesar 18,72% tersebar di sektor pengangkutan dan komunikasi (6,25%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (3,06%), sektor Non -Agroindustri (2,77%), sektor listrik, gas, dan air minum (2,30%), sektor pertambangan (1,73%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (1,60%) serta sektor bangunan (1,00%). Sedangkan
konsumsi RT di sektor pertanian tidak mempunyai nilai pada struktur konsumsi dalam perekonomian Sumatera Utara. Struktur konsumsi sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 terlihat bahwa konsumsi sektor pertanian sepenuhnya berasal dari konsumsi rumah tangga yakni sebesar 15,32% dari total konsumsi rumah tangga. Nilai konsumsi rumah tangga terbesar pad a sektor pertanian terjadi pada sektor unggas dan peternakan lainnya yang mencapai Rp 4.526.279 juta atau 4,26% dari total konsumsi rumah tangga. Kemudian diikuti oleh sektor sayur -sayuran sebesar Rp 4.201.445 juta, sektor perikanan (Rp 2.712.964 juta ), sektor buah-buahan (Rp 2.323.707 juta), dan sektor umbi -umbian (Rp 598.124 juta). Sedangkan untuk sektor padi, karet, coklat, dan kelapa sawit tidak memiliki nilai konsumsi rumah tangga. Hal ini berarti bahwa tidak ada permintaan akhir terhadap keempat sekto r tersebut. Kondisi ini disebabkan bahwa keempat sektor tersebut tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai permintaan akhir, khususnya dalam struktur konsumsi melainkan memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan produk olahan yang merupakan produk derivatif dari komoditi tersebut. Pada sektor pertanian, terlihat bahwa pemerintah tidak memiliki konsumsi pada sektor pertanian secara umum. Struktur konsumsi dalam perekonomian Sumatera Utara yang tertuang pada Tabel Input Output atas dasar harga konsumen tahun 2007 terlihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)
Konsumsi RumahTangga Peranan(%) Pemerintah Peranan(%) 1 Padi 0 0,00 0 0,00 2 Jagung 511.298 0,48 0 0,00 3 Umbi-umbiandanPati 598.124 0,56 0 0,00 4 Sayur-sayuran 4.201.445 3,95 0 0,00 5 Buah-buahan 2.323.707 2,19 0 0,00 6 TanamanBahanmakananLainnya 214.305 0,20 0 0,00 7 Karet 0 0,00 0 0,00 8 Coklat 0 0,00 0 0,00 9 Kelapa 385.954 0,36 0 0,00 10 Kelapasawit 0 0,00 0 0,00 11 Kopi 57.338 0,05 0 0,00 12 TanamanPerkebunanlainnya 320.244 0,30 0 0,00 13 TernakdanHasilnya 307.303 0,29 0 0,00 14 UnggasdanPeternakanlainnya 4.526.279 4,26 0 0,00 15 Kehutanan 121.479 0,11 0 0,00 16 Perikanan 2.712.964 2,55 0 0,00 17 Pertambangan 7.528 0,01 0 0,00 18 Agroindustri 35.973.644 33,85 287.444 1,73 19 NonAgroindustri 5.403.015 5,08 460.029 2,77 20 Listrik, GasdanAir Minum 3.307.016 3,11 382.096 2,30 21 Bangunan 127.408 0,12 165.130 1,00 22 Perdagangan, Hotel, danRestoran 14.416.663 13,56 508.659 3,06 23 Pengangkutan&Komunikasi 16.134.455 15,18 1.037.039 6,25 24 Keuangan, Persewaan&JasaPerusahaan 7.946.841 7,48 265.753 1,60 25 Jasa-jasa 6.687.827 6,29 13.489.646 81,28 Total 106.284.836 100,00 16.595.796 100,00
No
Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.3. Struktur Ekspor-Impor Kegiatan perdagangan dapat ditembuh dengan upaya ekspor maupun impor. Ekspor dimaksudkan untuk mengisi peluang pasar luar negeri dan luar propinsi dalam satu negara, sedangkan impor dimaksudkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau dalam daerah suatu perekonomian daerah. Secara umum, struktur ekspor-impor yang terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara terlihat mencapai nilai sebesar Rp 77.279.685 juta untuk ekspor dan Rp 65.125.098 juta untuk impor. Angka ini menunjukkan bah wa dalam perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 terlihat bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Hal ini berarti bahwa Sumatera Utara mengalami surplus ekonomi dimana kondisi ini merupakan kondisi yang memang diharapkan dalam suatu perekonomian daera h. Surplus ekonomi atau yang sering disebut net -ekspor positif mencapai nilai sebesar Rp 12.154.587 juta atau 7.,33% dari nilai PDRB propinsi Sumatera Utara pada Tahun 2007. Bila dilhat berdasarkan struktur ekspor, terlihat bahwa ekspor terbesar pada perekonomian Sumatera Utara berasal dari produk agroindustri yang mencapai nilai Rp 51.780.735 juta atau 67% dari total ekspor. Angka ini menunjukkan bahwa produk turunan atau produk olahan dari sektor pertanian seperti produk turunan kelapa sawit, karet, dan lainnya dapat dikatakan sebagai komoditi andalan bagi ekspor di Sumatera Utara. Posisi kedua ekspor Sumatera Utara pada Tahun 2007 berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencapai nilai Rp 13.753.110 juta atau sebesar 17,80% dari total ek spor. Sedangkan produk Non -
Agroindustri terdapat pada posisi ketiga dengan nilai sebesar Rp 7.931.938 juta (10,26%). Struktur impor yang terjadi pada perekonomian Sumatera Utara tahun 2007 hanya dikontribusi dari 4 sektor ekonomi utama yakni sektor Non -Agroindustri, kemudian diikuti oleh sektor agroindustri, pertambangan, dan pertanian. Impor terbesar Sumatera Utara dilakukan oleh sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai Rp 38.018.964 juta atau sebesar 58,38% dari total impor. Sedangkan sektor agroindustri mencapai persentase 36,66%, pertambangan (2,85%), dan pertanian (2,11%). Jika dilihat berdasarkan selisih antara ekspor dan impor, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, perdagangan, dan sektor agroindustri mengalami surplus atau net-ekspot yang positif. Sedangkan sektor yang mengalami defisit atau net -ekspor negatif terjadi pada sektor pertambangan dan non -agroindustri. Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94% dari total ekspor dan 2,11% dan total impor. Kondisi m enunjukkan bahwa net-ekspor sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian terjadi pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000, -. Nilai ekspor perikanan ini mencapai 50% dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi. Perikanan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian propinsi Sumatera utara. Kemudian diikuti oleh sektor buah -buahan, sayur-sayuran, coklat, dan jagung. Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya memberikan kontribusi impor sebesar 2,11% dari total impor yang terjadi di Sumatera utata. Nilai impor terbesar terjadi pada sektor jagung yang mencapai Rp
595.748juta, dilanjutkan oleh kontribusi impor sektor buah -buahan (Rp 467.663 juta), jagung (Rp 71.814 juta), sayur-sayuran (Rp 68.817 juta), serta ternak dan hasilnya (Rp 57.699 juta). Secara lebih detail mengenai struktur ekspor -impor ditunjukkan pada Tabel 5.4. dibawah ini. Tabel 5.4. Struktur Ekspor-Impor dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) Ekspor &Impor No Sektor Peranan (%) Peranan(%) Ekspor Impor 1 Padi 0 0,00 0 0,00 2 Jagung 94.883 0,12 595.748 0,91 3 Umbi-umbian dan Pati 0 0,00 71.814 0,11 4 Sayur-sayuran 424.975 0,55 68.817 0,11 5 Buah-buahan 546.804 0,71 467.663 0,72 6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 5 0,00 46.775 0,07 7 Karet 0 0,00 0 0,00 8 Coklat 413.843 0,54 0 0,00 9 Kelapa 0 0,00 0 0,00 10 Kelapa sawit 0 0,00 0 0,00 11 Kopi 179.055 0,23 5.370 0,01 12 Tanaman Perkebunan lainnya 0 0,00 0 0,00 13 Ternak dan Hasilnya 6.723 0,01 57.699 0,09 14 Unggas dan Peternakan lainnya 145 0,00 14.403 0,02 15 Kehutanan 65.812 0,09 847 0,00 16 Perikanan 2.081.656 2,69 44.357 0,07 17 Pertambangan 0 0,00 1.856.522 2,85 18 Agroindustri 51.780.735 67,00 23.876.118 36,66 19 Non Agroindustri 7.931.938 10,26 38.018.964 58,38 20 Listrik, Gas dan Air Minum 0 0,00 0 0,00 21 Bangunan 0 0,00 0 0,00 22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.753.110 17,80 0 0,00 23 Pengangkutan &Komunikasi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 24 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 25 Jasa-jasa 0 0,00 0 0,00 Total 77.279.685 100,00 65.125.098 100,00 Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.4. Struktur Investasi Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input -Output merupakan gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan p erubahan stok yang terjadi pada suatu perekonomian. Secara umum, investasi terbesar yang terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 terj adi pada sektor bangunan yang mencapai persentase sebesar 63,46% dari total investasi atau mencapai nilai Rp 19.588.392 juta. Posisi investasi kedua terjadi pada sektor Non -Agroindustri sebesar 22,29% (Rp 6.881.224 juta) diikuti oleh investasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,83%), dan sektor agroindsutri (4,19%). Pembentukan Modal Tetap Bruto, memperlihatkan bahwa sektor Bangunan sebesar 67,25% (Rp 19.588.392 juta) diikuti sektor Non-Agroindustri sebesar 22,95% (Rp 6.685.951 juta), dan perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,64% (Rp 2.517.869juta). Sedangkan sisanya dikontribusi dari sektor Agroindustri (0,57%), jasa-jasa (0,36%), dan sektor pertanian khususnya ternak dan hasilnya (0,22%). Jika dilihat dari sisi perubahan stok maka peranan tebesar terhadap pembetukan perubahan stok total ditunjukkan oleh sektor Agroindustri sebesar 64,67% (Rp 1. 126.434 juta), kemudian diikuti oleh sektor non agroindustri sebesar 11,21% (Rp195.273 juta). Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89% dari total investasi yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai investasi yang terjadi pad a sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan sektor -
sektor lainnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terjadi pada sektor pertanian hanya terjadi pada sektor peternakan dan hasilnya dengan nilai PMTB mencapai Rp 63.608 juta. Struktur perubahan stok terbesar terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 juta diikuti oleh sektor karet, ternak dan hasilnya dan padi. (Tabel 5.5.)
Tabel 5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor
PembentukanModal Tetap
Nilai
Padi 0 Jagung 0 Umbi-umbiandanPati 0 Sayur-sayuran 0 Buah-buahan 0 TanamanBahanmakananLainnya 0 Karet 0 Coklat 0 Kelapa 0 Kelapa sawit 0 Kopi 0 TanamanPerkebunanlainnya 0 TernakdanHasilnya 63.608 Unggas danPeternakanlainnya 0 Kehutanan 0 Perikanan 0 Pertambangan 0 Agroindustri 166.043 NonAgroindustri 6.685.951 Listrik, Gas danAir Minum 0 Bangunan 19.588.392 Perdagangan, Hotel, danRestoran 2.517.869 Pengangkutan&Komunikasi 0 Keuangan, Persewaan&Jasa Perusahaan 0 Jasa-jasa 105.476 Total 29.127.340
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
(%)
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,57 22,95 0,00 67,25 8,64 0,00 0,00 0,36 100,00
PerubahanStok (%) Nilai 3.466 0,20 383 0,02 0 0,00 0 0,00 0 0,00 12 0,00 78.183 4,49 32 0,00 38 0,00 141.837 8,14 99 0,01 10 0,00 1.977 0,11 495 0,03 -14.590 -0,84 343 0,02 33 0,00 1.126.434 64,67 195.273 11,21 0 0,00 0 0,00 207.682 11,92 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1.741.707 100,00
Total Investasi (%) Nilai 3.466 0,01 383 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 12 0,00 78.183 0,25 32 0,00 38 0,00 141.837 0,46 99 0,00 10 0,00 65.586 0,21 495 0,00 -14.590 -0,05 343 0,00 33 0,00 1.292.477 4,19 6.881.224 22,29 0 0,00 19.588.392 63,46 2.725.551 8,83 0 0,00 0 0,00 105.476 0,34 30.869.047 100,00
5.1.5. Struktur Nilai Tambah Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta p ajak tidak langsung netto. Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer. Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah seti ap sektor ditentukan oleh besarnya output domest ik yang dihasilkan serta nilai b iaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubung an negatif antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto/ imput primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai PDRB berdasarkan penggunaannnya.
Tabel 5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor
Nilai (Juta Rp) Peranan (%) Padi 6.031.200 3,64 Jagung 748.763 0,45 Umbi-umbian dan Pati 518.708 0,31 Sayur-sayuran 4.288.403 2,58 Buah-buahan 2.536.626 1,53 Tanaman Bahan makanan Lainnya 326.837 0,20 Karet 5.245.850 3,16 Coklat 524.986 0,32 Kelapa 540.612 0,33 Kelapa sawit 10.894.171 6,57 Kopi 423.229 0,26 Tanaman Perkebunan lainnya 675.013 0,41 Ternak dan Hasilnya 1.279.102 0,77 Unggas dan Peternakan lainnya 3.677.702 2,22 Kehutanan 2.326.785 1,40 Perikanan 4.248.237 2,56 Pertambangan (3.622.945) -2,18 Agroindustri 24.148.637 14,56 Non Agroindustri 11.639.160 7,02 Listrik, Gas dan Air Minum 2.039.672 1,23 Bangunan 8.256.901 4,98 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 31.435.265 18,95 Pengangkutan & Komunikasi 15.726.093 9,48 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.650.419 7,02 Jasa-jasa 20.344.838 12,26 Total 165.904.265 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )
Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pad a Tahun 2007 yaitu sebesar Rp 44.286.226 juta atau sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya, Sumatera Utara khususnya, masih bersifa t padat karya. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Agroindustri berada pada proporsi setelah sektor pertanian dengan nilai tambah masing -masing sebesar Rp 31.435.265 juta (18,95%) dan Rp 24.148.637 juta (14,56%). Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang mencapai nilai Rp 10.894.171 juta atau seesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari s ektor padi, karet, perikanan, dan sayur -sayur. Kelima sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar 69,34% dari total nilai tambah yang terbentuk pada sektor pertanian.
5.1.6. Struktur Output Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada per tumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor ekonomi yang terdapat dalam suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output
juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing -masing output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor -sektor yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan. Struktur output propinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor agroindustri sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61%). Per ingkat kedua adalah sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 57.734.600 juta (16,15%). Nilai output ini kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (12,86%), dan sektor non-agroindustri (12,28%), sektor pengangkutan dan komu nikasi (7,49%). Khusus, sektor pertanian yang menjadi penyumbang kedua bagi pembentukan output domestik, terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor pemberi kontrbusi output terbesar pada dalam sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp 13.522.902 juta atau 23,4% dari total output pertanian. Kemudian disusul oleh output sektor padi sesar Rp 7.119.659 juta, sektor karet sebesar Rp 6.794.560 juta, sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar Rp 6.142.238juta serta sektor perikanan sebesar Rp 5.686.097 juta. Kontribusi output terendah dalam sektor pertanian berasal dari sektor tanaman bahan makan lainnya sebesar Rp 442.614 juta atau sebesar 0,77% dari total output pertanian. (Tabel 5.7.)
Tabel 5.7. Struktur Output dalam Perekonomian Pro pinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor
Nilai (Juta Rp) Peranan (%) Padi 7.119.659 1,99 Jagung 1.493.328 0,42 Umbi-umbian dan Pati 699.707 0,20 Sayur-sayuran 5.143.215 1,44 Buah-buahan 3.441.338 0,96 Tanaman Bahan makanan Lainnya 442.614 0,12 Karet 6.794.560 1,90 Coklat 627.885 0,18 Kelapa 642.668 0,18 Kelapa sawit 13.522.902 3,78 Kopi 561.910 0,16 Tanaman Perkebunan lainnya 824.909 0,23 Ternak dan Hasilnya 1.826.002 0,51 Unggas dan Peternakan lainnya 6.142.238 1,72 Kehutanan 2.765.569 0,77 Perikanan 5.686.097 1,59 Pertambangan (2.091.739) -0,58 Agroindustri 116.603.290 32,61 Non Agroindustri 43.920.771 12,28 Listrik, Gas dan Air Minum 7.232.959 2,02 Bangunan 22.335.996 6,25 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 45.991.661 12,86 Pengangkutan & Komunikasi 26.784.301 7,49 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 14.453.228 4,04 Jasa-jasa 24.605.175 6,88 Total 357.570.242 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor -Sektor Ekonomi Lainnya Keberadaan sektor pertanian dalam suatu perekonomian daerah akan mempengaruhi segenap sektor ekonomi dalam perekonomian daerah tersebut. Besarnya pengaruh sektor pertanian dapat dilihat berdasarkan besarnya keterkaitan yang terjadi antara sektor pertanian dengan sektor -sektor ekonomi lainnya. Keterkaitan ini dapat berupa penyediaan input bagi sektor lain atau sebagai penerima input dari sektor ekonomi lain. Sehingga sesungguhnya dalam pembentukan suatu perekonomian akan terkait antara satu sektor dengan sektor lainnya baik pada sektor hulu maupun sektor hilir. Hal ini menyebabkan keterkaitan ini dapat berupa ketergantungan pada sektor lain mupun pemacu sektor lain. Analisis keterkaitan ini menunjukkan sejauh mana suatu sektor dapat menyediakan output bagi sektor lain atau keterkaitan ke de pan maupun kebutuhan suatu sektor dari sektor lain untuk menciptakan suatu output tertentu. Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung. Nilai keterkaitan langsung baik ke depan maupun ke belakang dipero leh dengan perhitungan koefisien input, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan memperhitungkan matriks kebalikan Leontif. Selain adanya keterkaitan antar sektor terdapat pula daya penyebaran suatu sektor pada sektor lain baik sebagai pen yedia maupun sebagai sektor yang membutuhkan sektor lain. Daya sebar ini akan memperlihatkan posisi suatu sektor
pada kegiatan perekonomian daerah Semakin tinggi nilainya, menunjukkan bahwa sektor tersebut semakin strategis dalam kegiatan perekonomian.
5.2.1. Analisis Keterkaitan Ke Depan Indeks keterkaitan ke depan sektor pertanian menunjukkan dampak yang terjadi sebagai akibat perubahan output sektor pertanian terhadap input sektor pertanian itu sendiri maupun sektor ekonomi lainnya yang berperan sebag ai industri hilir dari sektor pertanian. a. Analisis Keterkaitan Langsung Ke Depan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pengklasifikasian atas 25 sektor terlihat bahwa sektor non -agroindustri memiliki keterkaitan output langsung terbesar dibandingkan dengan sektor -sektor lainnya sebesar 1,3652. Kondisi ini diiikuti oleh sektor agroindustri dan sektor listrik, gas dan air bersih pada peringkat ketiga dan keempat dengan nilai keterkaitan langsung ke depan masing masing sebesar 1,0824 dan 0,8562. Nilai keterkaitan langsung setiap sektor tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar 1 unit, maka kenaikan output dari sektor tersebut yang dialokasikan kepada sektor lainnya sebesar nilai keterkaitan langsung ke depannya. Berdasarkan nilai keterkaitan yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sektor industri secara umum yang terdiri dari agroindustri dan non -agroindustri merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung terbesar dibandingkan sektor lainnya. Sektor non-agroindustri merupakan sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang terbesar dibandingkan
sektor lainnya. Akan tetapi jika pengklasifikasian sektoral berdasar atas 9 sektor ekonomi maka akan didapat bahwa sektor yang memiliki keterka itan langsung terbesar adalah sektor pertanian dengan nilai keterkaitan langsung sektor pertanian sebesar 1,7811. Tabel 5.8. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor K e te r k a ita n K e D e p a n
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
S e k to r P adi Jagung U m b i-u m b ia n d a n P a ti S a yu r-sa yu ra n B u a h -b u a h a n T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a in n ya K a re t C o k la t K e la p a K e la p a sa w it K opi T a n a m a n P e rk e b u n a n la in n ya T e rn a k d a n H a siln ya U n g g a s d a n P e te rn a k a n la in n ya K e h u ta n a n P e rik a n a n P e rta m b a n g a n A g ro in d u stri N o n A g ro in d u stri L istrik , G a s d a n A ir M in u m B angunan P e rd a g a n g a n , H o te l, d a n R e sto ra n P e n g a n g k u ta n & K o m u n ik a si K e u a n g a n , P e rse w a a n & J a sa P e ru sa h a a n J a sa -ja sa T o ta l
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
L a n g su n g
P e r in g k a t
0 ,1 5 1 6 0 ,0 4 4 3 0 ,0 2 8 3 0 ,0 7 0 7 0 ,0 3 6 8 0 ,1 0 2 1 0 ,2 7 9 3 0 ,3 3 4 3 0 ,0 4 2 7 0 ,2 4 9 1 0 ,0 7 2 9 0 ,1 1 4 6 0 ,0 3 5 5 0 ,0 4 7 9 0 ,0 8 3 9 0 ,0 8 7 2 0 ,1 5 1 8 1 ,0 8 2 4 1 ,3 6 5 2 0 ,8 5 6 2 0 ,2 4 6 6 0 ,5 9 5 9 0 ,3 8 9 3 0 ,3 9 8 9 0 ,2 0 5 9 5 ,2 9 2 2
13 21 25 19 23 15 8 7 22 9 18 14 24 20 17 16 12 2 1 3 10 4 6 5 11
b. Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Depan Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat bahwa seluruh nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan adalah lebih besar dari 1. Hal ini disebabkan bahwa nilai ini sudah memperhitungkan perubahan ou tput sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan. Pada perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 dengan cara melihat matriks kebalikan dari Tabel Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 ( Updating) terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai keterkaitan lan gsung dan tidak langsung ke depan terbesar adalah sektor Non -Agroindustri dengan nilai keterkaitan sebesar 3,7694. Nilai ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar 1 unit, maka kenaikan output dari sektor Non -Agroindustri tersebut yang dialokasikan kepada sektor lainnya dan sektor Non -Agroindustri itu sendiri secara total (langsung dan tidak langsung) sebesar 3,7694 unit. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ini kemudian diikuti oleh sektor agroindustri, listrik, gas, dan air minum, padi, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Akan tetapi, jika keterkaitan langsung dan tidak langsung ini dilihat berdasarkan klasifikasi 9 sektor ekonomi, dimana sektor pertanian diagregasi keseluruhannya, maka dapat disimpulkan bahwa yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung tertinggi adalah sektor pertanian dengan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sebesar 19,9127. Hal ini disebabkan bahwa secara umum, karakteristik produk yang berasal dari sektor pert anian merupakan produk yang memerlukan penanganan lebih lanjut melalui pengolahan maupun perdagangan produk segar pertanian. Sehingga dalam hal ini sektor pertanian dapat dikatakan
sebagai Leading Sector bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 seb gai penyedia input produksi bagi sektor ekonomi lainnya.
Tabel 5.9. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007
Keterkaitan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Langsung dan Peringkat Tidak Langsung
1,3498 1,0692 1,0313 1,0815 1,0507 1,1173 1,8877 1,9999 1,0508 1,6132 1,0866 1,1384 1,0750 1,0873 1,1520 1,1220 1,3417 2,7898 3,7694 2,6839 1,4303 1,9802 1,7707 1,7887 1,3667 38,8340
12 22 25 20 24 17 6 4 23 9 19 15 21 18 14 16 13 2 1 3 10 5 8 7 11
Grafik 5.1. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan 4,0000 3,5000 3,0000 2,5000 2,0000 1,5000 1,0000 0,5000
Pa Um di biJa um g u bia ng nd Ta Sa an P na yu ati ma r-s nB ay ah B ua uran an h-b ma ua ka ha na n nL ain ny a Ka ret Co kla t K Ke elapa Ta l ap na as ma aw nP it erk e Ko bu Un pi Te nan gg rn l as da ak da ainny nP nH a ete rna asiln ya ka nl ain n Ke ya hu tan Pe an r Pe ikan rta an mb a Ag ngan roi Lis N n d o trik , G n Ag ustri roi as n Pe da n A dustr rda ir M i ga ng inu an Ke , ua Ba m Pe Ho ng ng ng tel, an un an da ,P an gku n ers R t an es ew & K tora aa n& om n Ja un sa ika Pe si rus ah aa Jan sa -ja sa
0,0000
Nilai Keterkaitan Langsung dan Sektor Tidak Langsung ke Depam
Gambar 5.1. Nilai Keterkaitan langsung dan Tidak Langsung Ke Depan
5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang Keterkaitan ke belakang suatu sektor tertentu (j) dengan sektor lainnya (sektor i) merupakan indikator keterkaitan dimana sekt or j mampu menarik pertumbuhan sektor i melalui pemanfaatan output dari sektor i yang digunakan sebagian bahan masukan (input) oleh sektor j dalam proses produksinya.
a. Analisis Keterkaitan Langsung Ke Belakang Nilai keterkaitan langusng Ke Belakang dap at ditunjukkan dengan Tabel 5.10 dibawah ini. Tabel 5.10. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 Keterkaitan No Sektor Langsung Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Padi Jagung Um bi-um bian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanam an Bahan m akanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanam an Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Pertam bangan Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas dan Air M inum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan & Kom unikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
0,0594 0,1658 0,0728 0,1549 0,0945 0,1743 0,2800 0,1639 0,1366 0,1944 0,1901 0,1817 0,0516 0,3998 0,2115 0,2470 0,1130 0,6379 0,8483 0,7180 0,8317 0,3165 0,5308 0,1939 0,1048 7,0733
24 16 23 18 22 15 8 17 19 11 13 14 25 6 10 9 20 4 1 3 2 7 5 12 21
Sektor Non-Agroindustri merupakan sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang terbesar dibandingkan sektor lainnya dengan nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0,8483. Kemudian dilanjutkan oleh sektor listrik, gas, dan air minum, non-agroindustri, sektor agroindustri, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa kelima sektor ini merupakan sektor yang melakukan proses produksi terhadap input dari sektor lainnya, sehingga ketergantungan akan input dari sektor lainnya cukup besar. Nilai keterkaitan langsung ke belakang terkecil terdapat pada sektor ternak dan hasilnya dengan nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0,0516. Keterkaitan langsung ke belakang secara lebih sistematis disajikan pada Tabel 5.10.
b. Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Belakang Berdasarkan Tabel 5.11. di bawah , maka diketahui bahwa sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar adalah sektor Bangunan dengan nilai keterkaitan langs ung dan tidak langsung ke belakang sebesar 2,9961. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada permintaan akhir sektor bangunan sebesar 1 unit, maka sektor bangunan membutuhkan input tambahan untuk produksinya dari sektor bangunan itu sendiri mau pun sektor lainnya secara langsung dan tidak langsung sebesar 2,9961 unit. Selanjutnya, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar setelah sektor bangunan adalah listrik, gas, dan air minum, non-agroindustri, pengangkutan dan komunikasi, dan agroindustri. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir sebesar 1 unit,
maka sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung membutuhkan input dari sektor lainnya maupun dari sektor itu sendiri sebesar nilai keterkai tannya. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang paling rendah adalah sektor padi dan sektor ternak dan hasilnya yang ditunjukkan dengan nilai keterkaitan masing-masing sebesar 1,0787 dan 1,1038. Tabel 5.11.Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
S e k to r
K e te r k a ita n L a n g su n g d a n P e r in g k a t T id a k la n g s u n g
P adi 1 ,0 7 8 7 Jagung 1 ,3 0 5 2 U m b i-u m b ia n d a n P a ti 1 ,1 0 7 5 S a y u r-sa y u ra n 1 ,2 8 1 8 B u a h -b u a h a n 1 ,1 5 4 2 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a in n y a 1 ,2 9 5 7 K a re t 1 ,4 7 2 2 C o k la t 1 ,2 8 8 5 K e la p a 1 ,2 4 0 7 K e la p a s a w it 1 ,4 0 7 1 K opi 1 ,3 0 3 9 T a n a m a n P e rk e b u n a n la in n y a 1 ,3 4 6 1 T e rn a k d a n H a s iln y a 1 ,1 0 3 8 U n g g a s d a n P e te rn a k a n la in n y a 1 ,7 7 3 3 K e h u ta n a n 1 ,4 6 8 7 P e rik a n a n 1 ,5 1 4 0 P e rta m b a n g a n 1 ,1 8 5 4 A g ro in d u s tri 2 ,0 4 3 2 N o n A g ro in d u s tri 2 ,5 6 6 9 L is trik , G a s d a n A ir M in u m 2 ,6 0 8 4 B angunan 2 ,9 9 6 1 P e rd a g a n g a n , H o te l, d a n R e s to ra n 1 ,6 2 3 6 P e n g a n g k u ta n & K o m u n ik a s i 2 ,0 5 2 4 K e u a n g a n , P e r s e w a a n & J a s a P e r u s a h a a n 1 ,3 9 2 6 J a s a -ja s a 1 ,2 2 4 3 T o ta l 3 8 ,8 3 4 3
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
25 14 23 18 22 16 9 17 19 11 15 13 24 6 10 8 21 5 3 2 1 7 4 12 20
Grafik 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang 3,5000 3,0000 2,5000 2,0000 1,5000 1,0000 0,5000
Ka ret Co kla t Ke Ke lapa Ta lap na as ma aw nP it erk eb un Un Ko Te an pi gg rna lai as k d nny da nP an a ete H rna asiln ka ya nl ain ny Ke a hu tan Pe an r Pe ikan rta a mb n an g Ag an roi N Lis n trik on A dust ri ,G gro a ind Pe sd ust rda an ri ga Air ng Mi an Ke nu ,H ua m Ba Pe ote ng ng an ng l, d un ,P an an gk an R ers uta es ew n & tor aa a n& Ko n mu Ja sa nik Pe asi rus ah aa n Ja sajas a
Pa Um di biJa um g bia un g nd a Ta Sa n Pa na yu ti ma r-s nB a ah Bu yura an a h-b n ma ua ka ha na n nL ain ny a
0,0000
Nilai Keterkaitan Langsung danSektor Tidak Langsung ke Belakang
Gambar 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang
5.3. Analisis Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan (Ds) Salah satu keunggulan analisis dengan menggunakan model Input -Output adalah dapat digunakan untuk mengetahui berapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan antara sektor produksi. Besarnya tingkat ket erkaitan ke depan (forward linkage) atau dalam hal ini disebut dengan derajat kepekaan. Sedangkan keterkaitan ke belakang (backward linkage) disebut sebagai daya penyebaran. Kemudian dari derajat kepekaan dan daya penyebaran ini dapat diturunkan pula yang dinamakan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Indeks daya penyebaran dan
indeks derjat kepekaan ini oleh banyak ahli digunakan untuk menganalisis dan menentukan sektor – sektor kunci (key sectors) dalam perekonomian suatu daerah.
5.3.1. Indeks Daya Penyebaran (Pd) Indeks daya penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang suatu sektor produksi yang telah dibobot yang kemudian dibagi dengan rata-rata keterkaitan langsung dan tidak langsung yang terjadi pada suatu perekonomian. Sektor yang mempunyai daya penyebaran yang tinggi merupakan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sektor lain. Jika Indeks Daya penyebaran sektoral yang tejadi lebih besar dari 1, artinya sektor tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya atau dengan kata lain daya penyebaran sektor tersebut diatas rata -rata daya penyebaran secara keseluruhan. Berdasarkan Tabel 5.12 diatas diketahui bahwa sektor bangunan memiliki nilai indeks daya penyebaran terbesar dengan nilai indeks sebesar 1,9288. Hal ini berarti bahwa sektor bangunan adalah sektor yang paling mampu menarik pertumbuhan yang terjadi pada sektor dibelakangnya atau sektor hulunya. Nilai indesk daya penyebaran sektor b angunan tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 unit output sektor bangunan akan menyebabkan naiknya output sektor sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar 1,9288 unit. Peringkat kedua yaitu sektor Listrik, gas, dan air bersih dengan indeks daya penyebaran sebesar 1,6792. Sektor berikutnya yang merupakan yang termasuk kedalam 10 sektor yang memiliki
indeks daya penyebaran terbesar adalah sektor Non -Agroindustri, pengangkutan dan komunikasi, agroindustri, unggas dan peternakan lainnya, perdaga ngan, hotel dan restoran, perikanan, karet, serta sektor kehutanan. Tabel 5.12. Indeks Daya Penyebaran dalam Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 No
Sektor
indeks daya Penyebaran
Peringkat
1
Padi
0,6944
25
2
Jagung
0,8402
14
3
Umbi-umbian dan Pati
0,7130
23
4
Sayur-sayuran
0,8252
18
5
Buah-buahan
0,7431
22
6
Tanaman Bahan makanan Lainnya
0,8341
16
7
Karet
0,9478
9
8
Coklat
0,8295
17
9
Kelapa
0,7987
19
10
Kelapa sawit
0,9058
11
11
Kopi
0,8394
15
12
Tanaman Perkebunan lainnya
0,8666
13
13
Ternak dan Hasilnya
0,7106
24
14
Unggas dan Peternakan lainnya
1,1416
6
15
Kehutanan
0,9455
10
16
Perikanan
0,9747
8
17
Pertambangan
0,7631
21
18
Agroindustri
1,3153
5
19
Non Agroindustri
1,6525
3
20
Listrik, Gas dan Air M inum
1,6792
2
21
Bangunan
1,9288
1
22
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
1,0452
7
23 24 25
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
1,3213 0,8965 0,7881
4 12 20
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.3.1. Indeks Derajat Kepekaan (Ds) Indeks derajat kepekaan merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan suatu sektor produksi yang telah dibobot yang kemudian dibagi dengan rata rata keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang terjadi pad a suatu perekonomian.
Sektor yang mempunyai indeks derajat kepekaan yang tinggi
merupakan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut. Atau dengan kata lain, indeks derajat kepekaan diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Hasil analisis Indeks Derajat Kepekaan (Ds) ditunjukkan pada Tabel 5.13. Sektor Non-Agroindustri dalam perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 merupakan sektor yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan tertinggi dengan nilai indeks sebesar 2,4 266. Nilai ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan 1 unit output sektor agroindsutri akan menyebabkan naiknya output sektor -sektor lain yang ada di depannya termasuk sektor itu sendiri secara keseluruhan sebesar 2,4266 unit. Indeks derajat kepekaan sektor n on- agroindustri merupakan nilai yang sangat tinggi dbandingkan sektor lainnya karena hanya sektor non -agroindustri yang memiliki nilai indeks diatas 2. Hal in i berarti bahwa sektor non -agroindustri merupakan sektor yang paling mampu memdorong pertumbuhan output sektor hilirnya ( ke depan). Urutan selanjutnya yang memiliki indeks derajat kepekaan terbesar setelah sektor non-agroindustri dalam perekonomian Sumate ra Utara Tahun 2007 adalah sektor Agroindustri, Listrik, gas dan air minum, coklat, serta
perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini berarti bahwa industri pengolahan baik non-agroindustri maupun agroindusri, ketersediaan listrik, gas dan air minum, ser ta perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor -sektor yang memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sektor yang menggunakan output. Berdasarkan Tabel 5.13. diatas juga dapat diketahui pula sektor yang paling kurang mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan sektor hilirnya adalah sektor buah-buahan dan sektor umbi-umbian dan pati. Tabel 5.13.Indeks Derajat Kepekaan dalam Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 N o
S e k to r
in d e k s D e r a ja t K epekaan 0 ,8 6 8 9
P e r in g k a t
1
Padi
2
Jagung
0 ,6 8 8 3
22
3
U m b i-u m b ia n d a n P a ti
0 ,6 6 3 9
25
4
S a y u r-sa y u ra n
0 ,6 9 6 2
20
5
B u a h -b u a h a n
0 ,6 7 6 4
24
6
T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a in n y a
0 ,7 1 9 3
17
7
K a re t
1 ,2 1 5 2
6
8
C o k la t
1 ,2 8 7 5
4
9
K e la p a
0 ,6 7 6 5
23
10
K e la p a s a w it
1 ,0 3 8 5
9
11
K opi
0 ,6 9 9 5
19
12
T a n a m a n P e rk e b u n a n la in n y a
0 ,7 3 2 9
15
13
T e rn a k d a n H a s iln y a
0 ,6 9 2 1
21
14
U n g g a s d a n P e te rn a k a n la in n y a
0 ,6 9 9 9
18
15
K e h u ta n a n
0 ,7 4 1 6
14
16
P e rik a n a n
0 ,7 2 2 3
16
17
P e rta m b a n g a n
0 ,8 6 3 7
13
18
A g ro in d u s tri
1 ,7 9 6 0
2
19
N o n A g ro in d u s tri
2 ,4 2 6 6
1
20
L is trik , G a s d a n A ir M in u m
1 ,7 2 7 8
3
21
B angunan
0 ,9 2 0 8
10
22
P e rd a g a n g a n , H o te l, d a n R e s to ra n
1 ,2 7 4 8
5
23 24 25
P e n g a n g k u ta n & K o m u n ik a s i K e u a n g a n , P e rse w a a n & Ja sa P e ru sa h a a n J a sa -ja sa
1 ,1 3 9 9 1 ,1 5 1 5 0 ,8 7 9 8
8 7 11
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
12
5.4. Penentuan Sektor Kunci ( key Sector) pada Perekonomian Sumatera Utara Berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan (Ds), sektor-sektor produksi pada perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 dapat diidentifikasi (dikelompokkan) menjadi 4 (empat) kelompok. Urutan dari 4 (empat) kelompok ini juga menunjukkan bagaimana sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor kunci atau sektor yang harus mendapat prioritas. Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor -sektor yang telah diagregasi menjadi 25 sektor dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 dapat dikelompok berdasarkan 4 (empat) kelompok berdasarkan prioritas dalam pengambilan keputusan pembangunan Sumatera Utara. Hal ini meliputi : a. Prioritas I, yakni sektor-sektor yang memiliki Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan yang tinggi daengan nilai indeks lebih besar dari satu. Sektor yang termasuk ke dalam prioritas I menunjukkan bahwa sektor sektor tersebut merupakan sektor -sektor kunci dalam pembangunan ek onomi yang memilik kemampuan tinggi menarik dan mendorong sektor lain. Sektor sektor yang termasuk ke dalam prioritas I dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 meliputi sektor non -Agroindustri, Agroindustri, listrik,gas dan air minum, perdagangan,hote l dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. b. Prioritas II, yakni sektor-sektor yang memiliki Indeks Derajat Kepekaan yang tinggi (lebih besar dari satu) dan Indeks Daya Penyebaran rendah (lebih kecil dari satu). Hal ini berarti bahwa sektor -sektor ekonomi yang termasuk ke
dalam prioritas kedua merupakan sektor yang peringkat prioritas perhatian dibawah dari prioritas I. Sektor -sektor tersebut meliputi sektor karet, coklat, kelapa sawit, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan c. Prioritas III, merupakan sektor-sektor yang memiliki Indeks Derajat Kepekaan yang rendah dan Indeks Daya penyebaran Tinggi. Sektor tersebut meliputi sektor unggas dan peternakan lainnya sektor bangunan. d. Prioritas IV, merupakan sektor -sektor yang memiliki Indeks Derajat kepekaan yang rendah dan Indeks Daya Penyebaran yang rendah. Hal ini berarti bahwa sektor yang termasuk ke dalam sektor prioritas IV dapat dikatakan sebagai sektor yang bukan sektor kunci yang mendapatkan prioritas terendah dalam pembangunan suatu daerah. Sektor-sektor yang termasuk ke dalam prioritas IV adalah sektor padi ,jagung, umbi -umbian dan pati, sayur-dayuran, buahbuahan, tanaman bahan makanan lainnya, kelapa, tanaman perkebunan lainnya, ternak dan hasilnya, kehutanan, perikanan, pertamban gan, dan jasajasa
Tabel 5.14. Peringkat Prioritas Sektor Kunci dalam Perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan &Komunikasi Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
indeks Derajat
indeks daya
Kepekaan
Penyebaran
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Prioritas IV IV IV IV IV IV II II IV II IV IV IV III IV IV IV I I I III I I II IV
Berdasarkan tingkatan prior itas dari setiap sektor ekonomi, maka dapat disimpulkan bahwa sektor industri baik itu non -agroindustri dan agroindustri merupakan sektor yang merupakan sektor kunci (prioritas paling tinggi) dalam perekonomian Sumatera Utara. Selain kedua sektor tersebut terdapat 3 sektor lainnya yang dapat dikatakan sebagai sektor kunci yakni sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Oleh karena itu, pembangunan sektoral pada masa yang akan data ng dengan berdasarkan hasil analisis sektor kunci pada Tahun 2007 diharapkan menitikberatkan pada kelima sektor kunci tersebut. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada satu sektor yang termasuk ke dalam sektor pertanian yang dapat dikatakan sebagai sektor kun ci dalam perekonomian Sumatera Utara. Kondisi ini memberikan arti bahwa telah terjadi transformasi stuktur dari perekonomian Sumatera Utara yang bergerak dari pertanian ke bidang industri pengolahan. Sehingga pertanian merupakan sektor sebagai pendorong bagi kemajuan industri pengolahan sebagai penyedia input produksi. Posisi 25 sektor ekonomi dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005 berdasarkan empat (4) kelompok prioritas dalam digambarkan pada Grafik 5.3. dibawah ini.
19
Prioritas II
18
7
22
24
20
23
10
3
25 1 17
12 13 4 611 15 16 5 9 2
21 14
Prioritas IV
IndeksDayaPenyebaran
8
Prioritas I
Prioritas III
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
Gambar 5.3. Posisi Masing- Masing Sektor Keterangan : 1 .Sektor Padi 2. Sektor Jagung 3. Sektor Umbi -umbian dan Pati 4. Sektor Sayur -sayuran 5. Sektor Buah -buahan 6. Sektor Tanaman Bahan Makanan 7. Sektor Karet 8. Sektor Coklat 9. Sektor Kelapa 10. Sektor Kelapa Sawit 11.Sektor Kopi 12.Sektor Tanaman Perkebunan 13.Sektor Ternak dan Hasilnya
14. Sektor Unggas dan Peternakan lainnya 15. Sektor Kehutanan 16. Sektor Perikanan 17. Sektor Pertambangan 18. Sektor Agroindustri 19. Sektor Non-Agroindustri 20. Sektor Listrik, gas dan air bersih 21. Sektor Bangunan 22. Sektor Perdagangan, Hotel,restoran 23. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 24. Sektor Keuangan, Persewaan 25. Sektor Jasa-jasa
5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja
Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja yang terjadi terhadap perekonomian Sumatera Utara maka dapat dihitung dengan mengalikan nilai total investasi dengan matrik kebalikan leontif.
5.5.1. Dampak Investasi Sektor Padi Nilai investasi sektor padi sebesar Rp 3.466 juta pada tahun 2007 dapat menghasilkan output di seluruh sektor perekonom ian sebesar Rp 3.739 juta atau sekitar 1,08 kali lipat dari nilai investasi yang terjadi. Nilai investasi sektor padi tersebut mampu menciptakan output sektor itu sendiri yang merupakan dampak langsung sebesar 97,28% dan sisanya 2,72% dapat menciptakan output di sektor lain dalam perekonomian. Selain hal itu, dampak investasi sektor padi ini m ampu menciptakan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 699.810.000, - yang terdiri dari pendapatan sektor padi itu sendiri sebesar 98,06% dan sisanya pendapatan di sektor ekonomi lainnya. Investasi di sektor padi dapat menciptakan lapangan kerja atau mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 86 orang. Distribusi tenaga kerja yang mampu terserap meliputi 95,58% pada sektor padi itu sendiri dan 1,88% (sektor coklat), dan 1,22% (sektor non -agroindustri).
Tabel 5.15. Dampak Investasi Sektor Padi Sebesar Rp 3.466 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Output Pendapatan Nilai Persen Nilai Persen Padi 3.636,75 97,28 686,25 98,06 Jagung 0,08 0,00 0,01 0,00 Umbi-umbian dan Pati 0,01 0,00 0,00 0,00 Sayur-sayuran 0,04 0,00 0,01 0,00 Buah-buahan 0,04 0,00 0,01 0,00 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,02 0,00 0,00 0,00 Karet 5,45 0,15 1,50 0,21 Coklat 5,76 0,15 1,19 0,17 Kelapa 0,02 0,00 0,01 0,00 Kelapa sawit 0,98 0,03 0,22 0,03 Kopi 0,02 0,00 0,00 0,00 Tanaman Perkebunan lainnya 0,04 0,00 0,01 0,00 Ternak dan Hasilnya 3,68 0,10 0,65 0,09 Unggas dan Peternakan lainnya 3,79 0,10 0,66 0,09 Kehutanan 0,70 0,02 0,09 0,01 Perikanan 0,64 0,02 0,12 0,02 Pertambangan 3,18 0,09 0,15 0,02 Agroindustri 4,87 0,13 0,22 0,03 Non Agroindustri 25,94 0,69 1,45 0,21 Listrik, Gas dan Air Minum 19,90 0,53 2,21 0,32 Bangunan 6,80 0,18 1,33 0,19 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,13 0,22 1,22 0,18 Pengangkutan & Komunikasi 5,09 0,14 0,84 0,12 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan5,37 0,14 0,90 0,13 Jasa-jasa 1,23 0,03 0,76 0,11 3.738,53 100,00 699,81 100 Total Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Tenaga Kerja Nilai Persen 82,43 95,58 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,19 0,22 1,62 1,88 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,31 0,36 0,09 0,11 0,03 0,04 0,02 0,03 -0,02 -0,02 0,01 0,01 1,05 1,22 0,03 0,04 0,08 0,10 0,19 0,22 0,07 0,08 0,03 0,03 0,04 0,04 86,23 100
5.5.2. Dampak Investasi Sektor Jagung Investasi yang terjadi pada sektor Jagung yakni sebesar Rp 383 juta dampak menciptakan output total sebesar Rp 499.400.000, - atau sebesar 1,30 kali lipat dibandingkan nilai investasi yang terjadi pada Tahun 2007. Nilai investasi sektor jagung itu mampu menciptakan output bagi sektor itu sendiri sebesar 78,95% dari total output (Rp 394.280.000,-). Selain sektor jagung itu sendiri, investasi sektor jagung juga mampu menciptakan output bagi sektor lain terutama sektor agroindustri sebesar 8,38% (Rp 41.860.000, -), kemudian peningkatan output bagi sektor perdagangan, hotel, dan restora n (3,91% atau sebesar Rp 19.500.000, -). Jika dikaitkan dengan peningkatan pendapatan yang ditimbulkan oleh adanya investasi yang terjadi, maka investasi sektor Jagung
akan mempunyai dampak
langsung terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp 62.650.000, - (83,02%) dan dampak tidak langsung sebesar Rp 12.820.000, - (16,98%). Efek total peningkatan pendapatan akibat investasi di sektor jagung adalah sebesarr Rp 75.470.000, -. Selain itu, investasi di sektor Jagung mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 62 orang.
Tabel 5.16. Dampak Investasi Sektor Jagung Sebesar Rp 383 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Output Nilai Persen 4,46 0,89 394,28 78,95 0,05 0,01 0,16 0,03 0,29 0,06 0,14 0,03 1,76 0,35 1,97 0,40 0,15 0,03 8,40 1,68 0,19 0,04 0,32 0,06 1,94 0,39 0,85 0,17 1,42 0,28 0,54 0,11 -2,32 -0,47 41,86 8,38 8,37 1,68 3,72 0,75 3,06 0,61 19,50 3,91 3,57 0,71 3,36 0,67 1,37 0,27 499,40 100,00
Pendapatan Nilai Persen 0,84 1,11 62,65 83,02 0,01 0,01 0,03 0,03 0,05 0,07 0,02 0,02 0,49 0,64 0,41 0,54 0,05 0,07 1,88 2,50 0,03 0,04 0,08 0,10 0,34 0,45 0,15 0,20 0,19 0,25 0,10 0,13 -0,11 -0,15 1,86 2,46 0,47 0,62 0,41 0,55 0,60 0,79 2,94 3,89 0,59 0,78 0,56 0,75 0,85 1,12 75,47 100,00
Tenaga Kerja Nilai Persen 0,10 0,16 59,69 96,12 0,01 0,01 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,06 0,06 0,10 0,55 0,89 0,07 0,12 0,12 0,19 0,04 0,07 0,08 0,13 0,16 0,27 0,02 0,03 0,07 0,11 0,02 0,03 0,01 0,02 0,09 0,14 0,34 0,55 0,01 0,01 0,04 0,06 0,45 0,73 0,05 0,08 0,02 0,03 0,04 0,07 62,10 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
5.5.3. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Ma kanan Lainnya Berdasarkan Tabel 5.17. terlihat bahwa dampak investasi sektor Tanaman Bahan Makanan lainnya pada tahun 2007 dengan nilai investasi sebesar Rp 12 jutadapat menghasilkan output secara keseluruhan sebesar Rp 15.550.000, - atau sebesar 1,30 kali lipat dari nilai investasi. Nilai investasi ini secara langsung
berdampak pada penciptaan output sektor itu sendiri sebesar 82,18% dan dampak tidak langsung sebesar 17,82% terutama pada output sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di sisi lain, nilai i nvestasi sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya ini mampu menciptakan pendapatan sebesar Rp 1.910.000, - yang terdiri dari dampak langsung sebesar Rp 1.570.000, - (82,18%). Sedangkan tenaga kerja yang mampu terserap sebanyak 3 orang. Tabel 5.17. Dampak Investa si Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 12 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Output Nilai Persen 0,06 0,36 0,01 0,04 0,00 0,01 0,00 0,02 0,00 0,03 12,91 83,02 0,11 0,70 0,12 0,75 0,00 0,01 0,11 0,68 0,00 0,02 0,00 0,03 0,02 0,15 0,02 0,10 0,02 0,11 0,01 0,05 0,00 -0,01 0,52 3,37 0,52 3,32 0,13 0,86 0,04 0,25 0,65 4,21 0,13 0,87 0,13 0,84 0,03 0,22 15,55 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
Pendapatan Tenaga Kerja Nilai Persen Nilai Persen 0,01 0,55 0,00 0,04 0,00 0,06 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,04 0,00 0,01 1,57 82,18 3,40 97,48 0,03 1,56 0,00 0,11 0,02 1,25 0,03 0,93 0,00 0,04 0,00 0,03 0,02 1,23 0,00 0,04 0,00 0,02 0,00 0,02 0,00 0,05 0,00 0,03 0,00 0,22 0,00 0,06 0,00 0,14 0,00 0,01 0,00 0,12 0,00 0,03 0,00 0,08 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 1,21 0,00 0,03 0,03 1,51 0,02 0,60 0,01 0,77 0,00 0,01 0,01 0,40 0,00 0,01 0,10 5,15 0,02 0,43 0,02 1,16 0,00 0,05 0,02 1,14 0,00 0,02 0,02 1,08 0,00 0,03 1,91 100,00 3,49 100,00
5.5.4. Dampak Investasi Sektor Karet Nilai investasi sektor karet pada Tahun 2007 yakni sebesar Rp 78.183 jutaakan memiliki dampak positif terhadap peningkatan output sektor itu sendiri maupun output sektor lainnya. Penciptaan output yang terjadi secara keseluruhan mencapai 1,47 kali lipat dari nilai investasi yang terjadi (Rp 115. 102.310.000,-). Nilai output tersebut terdiri dari output yang terjadi sebagai akibat dampak langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung yang terjadi adalah sebesar Rp 86.742.940.000,- atau sebesar 75,36% dari output total yang tercipta. Sedangkan output yang terjadi sebagai akibat dampak tidak langsung dari investasi yang terbesar terjadi pada sektor coklat sebesar 7,85%, sektor non -agorindusitri sebesar 4,33% dari total output, dan sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 3,27%. Dampak investasi sektor Karet ini juga akan bedampak pada penciptaan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 28.437.230.000, - Nilai output tersebut terkontribusi terhadap 5 sektor terbesar yakni pendapatan sektor karet itu sendiri sebesar 84,22%, coklat (6,55%), jasa -jasa (1,74%), listrik, gas, dan air minum (1,47%) dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (1,30%). Selain itu, investasi sebesar Rp 78.183 juta yang terjadi di sektor karet ternyata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5.904 orang yang terdistribusi di s ektor karet itu sendiri (51,05%), sektor coklat (42,98%), dan sektor non -Agroindustri (3,42%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya investasi di sektor Karet tidak hanya mampu menyerap lapangan kerja di sektor itu sendiri, akan te tapi
juga mampu menyerap tenaga kerja di sektor coklat dalam jumlah yang hampir sama dengan penyerapan tenaga kerja di sektor karet itu sendiri. Tabel 5.18. Dampak Investasi Sektor Karet Sebesar Rp 78.183 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No
Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Padi Jagung Umbi-umbiandanPati Sayur-sayuran Buah-buahan TanamanBahanmakananLainnya Karet Coklat Kelapa Kelapasawit Kopi TanamanPerkebunanlainnya TernakdanHasilnya Unggas danPeternakanlainnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Agroindustri NonAgroindustri Listrik, Gas danAir Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, danRestoran Pengangkutan&Komunikasi Keuangan, Persewaan&JasaPerusahaan Jasa-jasa Total
Output Nilai Persen 135,89 17,03 2,07 7,67 10,92 5,12 86.742,94 9.035,75 4,83 256,23 5,90 10,02 36,38 47,07 71,46 48,59 578,08 1.275,72 4.981,25 3.758,98 1.288,19 1.676,86 2.098,07 2.204,56 802,71 115.102,31
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Pendapatan Nilai Persen
0,12 25,64 0,01 2,71 0,00 0,22 0,01 1,26 0,01 2,03 0,00 0,62 75,36 23.949,73 7,85 1.863,17 0,00 1,79 0,22 57,42 0,01 0,89 0,01 2,38 0,03 6,38 0,04 8,18 0,06 9,41 0,04 8,99 0,50 27,75 1,11 56,64 4,33 278,45 3,27 417,25 1,12 251,84 1,46 252,70 1,82 346,81 1,92 369,04 0,70 495,91 100,00 28.437,23
TenagaKerja Nilai Persen
0,09 3,08 0,01 2,58 0,00 0,31 0,00 0,21 0,01 0,58 0,00 1,35 84,22 3.014,21 6,55 2.537,51 0,01 2,39 0,20 3,63 0,00 1,37 0,01 2,46 0,02 3,08 0,03 1,14 0,03 3,50 0,03 1,82 0,10 -3,31 0,20 2,62 0,98 202,14 1,47 5,88 0,89 15,65 0,89 38,76 1,22 28,35 1,30 11,21 1,74 23,80 100,00 5.904,30
0,05 0,04 0,01 0,00 0,01 0,02 51,05 42,98 0,04 0,06 0,02 0,04 0,05 0,02 0,06 0,03 -0,06 0,04 3,42 0,10 0,27 0,66 0,48 0,19 0,40 100,00
5.5.5. Dampak Investasi Sektor Coklat Investasi sektor coklat sebesar Rp 32 juta) pada Tahun 2007 mampu menciptakan output dalam prekonomian Sumatera Utara menca pi 1,30 kali lipat dari nilai investasi yakni sebesar Rp 41.590.000, -. Sebesar 82,34% secara langsung merupakan output sektor itu sendiri, sedangkan dampak tidak langsung dari penciptaan output terjadi pada penciptaaan output di sektor agroindustri, kemudi an diikuti
oleh
sektor
perdagangan,
hotel,
dan
restoran
dan
sektor
non -
agroindustri.Peningkatan output terendah terdapat pada sektor umbi -umbian dan pati. Sedangkan akibat adanya investasi tersebut akan menguarangi output dari sektor pertambangan. Di sisi lain, investasi di sektor coklat tersebut dapat menciptakan pendapatan (upah/gaji) sebesar Rp 7.980.000, - Nilai tersebut meliputi pendapatan sektor coklat sendiri (88,53%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (2,59%), sektor kelapa sawit (1,45%), sektor agroindustri (1,43%), dan sektor jasa -jasa (1,01%).
Tabel 5.19. Dampak Investasi Sektor Coklat sebesar Rp 32 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Output Pendapatan Tenaga Kerja Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Padi 0,27 0,66 0,05 0,65 0,01 0,06 Jagung 0,03 0,08 0,01 0,07 0,01 0,05 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 Sayur-sayuran 0,01 0,02 0,00 0,02 0,00 0,00 Buah-buahan 0,02 0,04 0,00 0,04 0,00 0,01 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,01 0,02 0,00 0,01 0,00 0,02 Karet 0,17 0,41 0,05 0,58 0,01 0,06 Coklat 34,25 82,34 7,06 88,53 9,62 98,60 Kelapa 0,01 0,02 0,00 0,04 0,00 0,05 Kelapa sawit 0,52 1,24 0,12 1,45 0,01 0,07 Kopi 0,01 0,03 0,00 0,02 0,00 0,03 Tanaman Perkebunan lainnya 0,02 0,05 0,00 0,06 0,00 0,05 Ternak dan Hasilnya 0,05 0,13 0,01 0,12 0,00 0,05 Unggas dan Peternakan lainnya 0,05 0,13 0,01 0,12 0,00 0,01 Kehutanan 0,09 0,23 0,01 0,16 0,00 0,05 Perikanan 0,04 0,09 0,01 0,08 0,00 0,01 Pertambangan -0,11 -0,27 -0,01 -0,07 0,00 0,00 Agroindustri 2,57 6,18 0,11 1,43 0,01 0,05 Non Agroindustri 0,80 1,93 0,04 0,56 0,03 0,33 Listrik, Gas dan Air Minum 0,34 0,81 0,04 0,47 0,00 0,01 Bangunan 0,29 0,71 0,06 0,72 0,00 0,04 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,37 3,30 0,21 2,59 0,03 0,33 Pengangkutan &Komunikasi 0,29 0,69 0,05 0,60 0,00 0,04 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 0,35 0,84 0,06 0,74 0,00 0,02 Jasa-jasa 0,13 0,31 0,08 1,01 0,00 0,04 Total 41,59 100,00 7,98 100,00 9,75 100,00 Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.6. Dampak Investasi Sektor Kelapa Dampak investasi sektor kelapa sebesar Rp 38 juta ternyata mampu menciptakan output sebesar 1,23 kali lipat dari investasi yang terjadi yakni sebesar Rp 46.930.000,- Investasi di sektor ini memberikan kontri busi penciptaan output sebesar 83,88% bagi output sektor kelapa itu sendiri. Bagi sektor lain, dampak investasi dirasakan pada penciptaan output di sektor kelapa sawit (3,46%), sektor non-agroindustri (3,12%), sektor listrik, gas, dan air bersih (2,31%), d an sektor perdagangan, hotel dan restoran (1,45%). Dampak investasi sektor kelapa ini terhadap penciptaan output tidak dirasakan atau berarti tidak berpengaruh terhadap perubahan output pad sektor umbi-umbian, tanaman bahan makanan lainnya, dan sektor kopi . Dampak investasi sektor kelapa terhadap pembentukan pendapatan (upah/gaji) mencapai nilai pendapatan sebesar Rp 15.780.000, - Nilai ini meliputi pembentukan pendapatan di sektor itu sendiri sebesar 92,53%. Kemudian peningkatan pendapatan sektor kelapa sawit sebesar 2,30% dari total pendapatan yang terbentuk. Selain itu, investasi di sektor kelapa mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang.
Tabel 5.20.Dampak Investasi Sektor Kelapa sebesar Rp 38 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan T enaga Kerja Tahun 2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Output Pendapatan TenagaKerja Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Padi 0,03 0,07 0,01 0,04 0,00 0,00 Jagung 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 Umbi-umbiandanPati 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sayur-sayuran 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 Buah-buahan 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 TanamanBahanmakananLainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Karet 0,31 0,66 0,08 0,54 0,01 0,05 Coklat 0,33 0,69 0,07 0,43 0,09 0,47 Kelapa 39,36 83,88 14,60 92,53 19,43 98,84 Kelapasawit 1,62 3,46 0,36 2,30 0,02 0,12 Kopi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 TanamanPerkebunanlainnya 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 TernakdanHasilnya 0,01 0,03 0,00 0,01 0,00 0,01 UnggasdanPeternakanlainnya 0,01 0,03 0,00 0,02 0,00 0,00 Kehutanan 0,07 0,14 0,01 0,06 0,00 0,02 Perikanan 0,06 0,13 0,01 0,07 0,00 0,01 Pertambangan 0,18 0,39 0,01 0,06 0,00 0,00 Agroindustri 0,33 0,70 0,01 0,09 0,00 0,00 NonAgroindustri 1,47 3,12 0,08 0,52 0,06 0,30 Listrik, GasdanAirM inum 1,08 2,31 0,12 0,76 0,00 0,01 Bangunan 0,64 1,37 0,13 0,79 0,01 0,04 Perdagangan, Hotel, danRestoran 0,68 1,45 0,10 0,65 0,02 0,08 Pengangkutan&Komunikasi 0,31 0,66 0,05 0,32 0,00 0,02 Keuangan, Persewaan&JasaPerusahaan 0,29 0,62 0,05 0,31 0,00 0,01 Jasa-jasa 0,12 0,26 0,08 0,49 0,00 0,02 Total 46,93 100,00 15,78 100,00 19,66 100,00 Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.7. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit Pada Tahun 2007, investasi yang terdiri dari pembentukan modal tetap dan stok yang terjadi pada sektor kelapa saw it telah berdampak yang baik terhadap pembentuk output, pendapatan, maupun penyerapan lapangan kerja. Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 juta telah menciptakan pembentukan output sebesar 1,41 kali lipat dibandingkan nilai i nvestasi yang terjadi yang mencapai nilai output sebesar Rp 199.575.390.000, - Pembentukan output yang terjadi tidak hanya dirasakn oleh adanya perubahan output pad a sektor itu sendiri melainkan juga berdampak secara tidak langsung pada pembentukan output d i sektor laini dalam perekonomian. Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit secara langsung berdampak terhadap sektor itu sendiri sebesar 72,85% dari total output yang terbentuk. Sektor lain yang mengalami perubahan output terbesar meliputi sektor non-agroindustri (5,42%), sektor agroindustri (4,68%), sektor pengangkutan dan komunikasi (3,00%), sektor bangunan (2,51%), serta sektor listrik, gas, dan air bersih (2,44%). Dampak investasi sektor kelapa sawit terhadap pembentukan output yang memiliki nilai terendah terjadi pada sektor umbi -umbian dan pati (0,01%).
Tabel 5.21. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit sebesar Rp 141.837 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 Output Pendapatan TenagaKerja No Sektor Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen 1 Padi 994,70 0,50 187,70 0,46 22,54 0,59 2 Jagung 122,45 0,06 19,46 0,05 18,54 0,48 3 Umbi-umbiandanPati 10,99 0,01 1,19 0,00 1,62 0,04 4 Sayur-sayuran 33,38 0,02 5,47 0,01 0,92 0,02 5 Buah-buahan 66,02 0,03 12,27 0,03 3,53 0,09 6 TanamanBahanmakananLainnya 33,90 0,02 4,13 0,01 8,93 0,23 7 Karet 2.271,37 1,14 627,12 1,52 78,93 2,06 8 Coklat 2.423,54 1,21 499,73 1,21 680,60 17,77 9 Kelapa 33,09 0,02 12,28 0,03 16,34 0,43 10 Kelapasawit 145.383,51 72,85 32.580,44 79,12 2.060,26 53,79 11 Kopi 43,21 0,02 6,51 0,02 10,01 0,26 12 TanamanPerkebunanlainnya 70,78 0,04 16,79 0,04 17,40 0,45 13 TernakdanHasilnya 623,02 0,31 109,21 0,27 52,82 1,38 14 UnggasdanPeternakanlainnya 183,18 0,09 31,84 0,08 4,44 0,12 15 Kehutanan 619,16 0,31 81,54 0,20 30,34 0,79 16 Perikanan 225,49 0,11 41,74 0,10 8,44 0,22 17 Pertambangan 488,80 0,24 23,46 0,06 -2,80 -0,07 18 Agroindustri 9.343,40 4,68 414,85 1,01 19,17 0,50 19 NonAgroindustri 10.815,50 5,42 604,59 1,47 438,89 11,46 20 Listrik, GasdanAir Minum 4.877,25 2,44 541,37 1,31 7,63 0,20 21 Bangunan 5.006,21 2,51 978,71 2,38 60,83 1,59 22 Perdagangan, Hotel, danRestoran 3.460,76 1,73 521,54 1,27 79,99 2,09 23 Pengangkutan&Komunikasi 5.989,36 3,00 990,04 2,40 80,92 2,11 24 Keuangan, Persewaan&JasaPerusahaan 2.492,01 1,25 417,16 1,01 12,67 0,33 25 Jasa-jasa 3.964,30 1,99 2.449,15 5,95 117,52 3,07 Total 199.575,39 100,00 41.178,30 100,00 3.830,45 100,00 Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit berdampak secara langsung terhadap pembentukan pendapatan sebesar 79,12%. Pendapatan yang terbentuk akibat adanya investasi yang terjadi mencapai nilai Rp 41.178.300.000, - Selain berdampak langsung, investaasi tersebut memiliki dampak tidak langsung terhadap pembentuk output di sektor lain dengan nilai pendapatan yang terbentuk terbesar meliputi sektor jasa-jasa (5,95%), sektor pengangkutan dan komunikasi (2,40%), sektor bangu nan (2,38%) ,sektor non-agroindustri (1,47%) serta sektor listrik, gas, dan air minum (1,31%). Dampak investasi pada sektor kelapa sawit tidak hanya terjadi terhadap pembentukan output, dan pendapatan saja, tetapi juga mampu membentuk penyerapan tenaga kerja yakni sebesar 3.830 orang yang terdistribusi pada seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan. Penyerapan tenaga kerja terbesar terdapat pada sektor kelapa sawit itu sendiri, kemudian sektor coklat, non agroindustri, jasa-jasa, serta pengangkutan dan komunikasi.
5.5.8. Dampak Investasi Sektor Kopi Nilai investasi sektor kopi sebesar Rp 99 juta pada tahun 2007 dapat menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 128.700.000, - atau sekitar 1,30 kali lipat dari nilai investasi yang t erjadi. Nilai investasi sektor kopi tersebut mampu menciptakan output sektor itu sendiri yang merupakan dampak langsung sebesar 82,35% dan sisanya merupakan dampak tidak langsung terhadap pembentukan output di sektor lain dalam perekonomian. Selain hal itu , dampak investasi sektor padi ini mampu menciptakan pendapatan sebesar Rp 19.870.000, -
yang terdiri dari pendapatan sektor kopi itu sendiri sebesar 80,40% dan sisanya pendapatan di sektor ekonomi lainnya dimana pembentukan pendapatan terbesar di sektor lain terjadi pada sektor tanaman perkebunan lainnya (9,05%). Selain itu, investasi di sektor Kopi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 27 orang. Tabel 5.22. Dampak Investasi Sektor Kopi sebesar Rp 99 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Output Nilai Persen Padi 0,13 0,10 Jagung 0,02 0,01 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,00 Sayur-sayuran 0,01 0,01 Buah-buahan 0,01 0,01 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,00 Karet 0,74 0,57 Coklat 0,78 0,61 Kelapa 0,00 0,00 Kelapa sawit 0,25 0,19 Kopi 105,98 82,35 Tanaman Perkebunan lainnya 7,58 5,89 Ternak dan Hasilnya 0,10 0,08 Unggas dan Peternakan lainnya 0,10 0,08 Kehutanan 0,11 0,09 Perikanan 0,09 0,07 Pertambangan 0,39 0,31 Agroindustri 1,24 0,96 Non Agroindustri 3,51 2,73 Listrik, Gas dan Air Minum 2,60 2,02 Bangunan 1,36 1,06 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,69 1,31 Pengangkutan & Komunikasi 0,81 0,63 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,82 0,63 Jasa-jasa 0,37 0,29 Total 128,70 100,00 Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Pendapatan Nilai Persen 0,02 0,13 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,20 1,03 0,16 0,81 0,00 0,01 0,06 0,28 15,97 80,40 1,80 9,05 0,02 0,09 0,02 0,09 0,01 0,07 0,02 0,08 0,02 0,10 0,06 0,28 0,20 0,99 0,29 1,45 0,27 1,34 0,25 1,28 0,13 0,67 0,14 0,69 0,23 1,14 19,87 100,00
Tenaga Kerja Nilai Persen 0,00 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,10 0,22 0,82 0,00 0,01 0,00 0,01 24,54 91,19 1,86 6,92 0,01 0,03 0,00 0,01 0,01 0,02 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,14 0,53 0,00 0,02 0,02 0,06 0,04 0,15 0,01 0,04 0,00 0,02 0,01 0,04 26,91 100,00
5.5.9. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya Nilai inventasi sektor Tanaman Perkebunan lainnya yang terjadi pada Tahun 2007 sebesar Rp 10.000.000, - menciptakan output dalam perekonomian Sumatera Utara sebesar Rp 14.130.000, - atau sekitar 1,41 kali lipat dari total investasi yang terjadi. Dampak investasi tersebut terdiri dari dampak langsung sebesar 77,34% atau mencapai nilai Rp 10.920.000, -. Sedangkan sebesar 22,66% merupakan dampak tidak langsung investasi terhadap pembentukan output dengan penciptaan output terbesar pada sektor agroindustri (7,21%). Selain pembentukan output, dampak investasi juga dapat membentuk pendapatan (gaji/upah) sebesar Rp 3.000.00 0,- Sebesar 86,39% merupakan pembentukan pendapatan terhadap sektor itu sendiri. Sedangkan pendapatan sektor lain yang terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Invetasi di sektor Tanaman Perkebunan lainnya hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3 orang.
Tabel 5.23. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya sebesar Rp 10 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Output Nilai Persen Padi 0,11 0,77 Jagung 0,01 0,09 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 Sayur-sayuran 0,00 0,03 Buah-buahan 0,01 0,05 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,02 Karet 0,08 0,59 Coklat 0,09 0,65 Kelapa 0,00 0,03 Kelapa sawit 0,20 1,45 Kopi 0,00 0,03 Tanaman Perkebunan lainnya 10,92 77,34 Ternak dan Hasilnya 0,04 0,25 Unggas dan Peternakan lainnya 0,02 0,15 Kehutanan 0,04 0,26 Perikanan 0,02 0,11 Pertambangan -0,03 -0,24 Agroindustri 1,02 7,21 Non Agroindustri 0,40 2,82 Listrik, Gas dan Air Minum 0,18 1,24 Bangunan 0,18 1,30 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,47 3,32 Pengangkutan & Komunikasi 0,18 1,26 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,12 0,88 Jasa-jasa 0,06 0,39 Total 14,13 100,00 Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Pendapatan Tenaga Kerja Nilai Persen Nilai Persen 0,00 0,02 0,68 0,09 0,00 0,00 0,07 0,07 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,04 0,01 0,00 0,00 0,01 0,03 0,00 0,02 0,77 0,10 0,03 0,02 0,63 0,92 0,00 0,00 0,04 0,06 0,00 0,05 1,53 0,10 0,00 0,00 0,02 0,04 2,69 2,59 86,39 97,02 0,00 0,01 0,20 0,11 0,00 0,00 0,12 0,02 0,00 0,00 0,16 0,06 0,00 0,00 0,10 0,02 0,00 0,00 -0,06 0,01 0,00 0,05 1,51 0,08 0,02 0,02 0,74 0,58 0,00 0,02 0,65 0,01 0,00 0,04 1,19 0,08 0,01 0,07 2,36 0,39 0,00 0,03 0,98 0,09 0,00 0,02 0,69 0,02 0,00 0,03 1,13 0,06 3,00 100,00 2,77 100,00
5.5.10. Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya Dampak investasi sektor Ternak dan Hasilnya sebesar Rp 65.586 juta ternyata mampu menciptakan output sebesar 1,1 kali lipat dari investasi yang terjadi yakni sebesar Rp 72.394.110.000, - Investasi di sektor ini memberikan kontribusi penciptaan output sebesar 90,91% bagi output sektor ternak dan hasilnya itu sendiri. Bagi sektor lain, dampak investasi dirasakan pada penciptaan output di sektor non -agroindustri (1,91%), sektor listrik, gas, dan air bersih (1,43%) , sektor perdagangan, hotel, dan restoran (0,88%), dan sektor bangunan (0,73%).
Dampak investasi sektor Ternak
dan Hasilnya terhadap pembentukan pendapatan (upah/gaji) mencapai nilai pendapatan sebesar Rp 12.499.880.000, - Nilai ini meliputi pembentukan pen dapatan di sektor itu sendiri sebesar 92,30%. Di sisi lain, investasi di sektor Ternak dan hasilnya sebesar Rp 65.586 juta telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar dari dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor kelapa sawit yakni sebesar .5.826 orang.
Tabel 5.24.Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya sebesar Rp 65.586 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Output Nilai Persen Padi 36,67 0,05 Jagung 85,14 0,12 Umbi-umbian dan Pati 22,13 0,03 Sayur-sayuran 25,03 0,03 Buah-buahan 3,24 0,00 Tanaman Bahan makanan Lainnya 1,38 0,00 Karet 290,10 0,40 Coklat 307,08 0,42 Kelapa 1,32 0,00 Kelapa sawit 67,66 0,09 Kopi 1,56 0,00 Tanaman Perkebunan lainnya 2,70 0,00 Ternak dan Hasilnya 65.814,14 90,91 Unggas dan Peternakan lainnya 236,64 0,33 Kehutanan 367,43 0,51 Perikanan 370,84 0,51 Pertambangan 167,65 0,23 Agroindustri 336,85 0,47 Non Agroindustri 1.381,35 1,91 Listrik, Gas dan Air Minum 1.032,58 1,43 Bangunan 531,75 0,73 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 633,67 0,88 Pengangkutan &Komunikasi 231,03 0,32 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 247,11 0,34 Jasa-jasa 199,09 0,28 72.394,11 100,00 Total Sektor
Pendapatan Tenaga Kerja Nilai Persen Nilai Persen 0,83 6,92 0,06 0,01 12,89 13,53 0,11 0,22 3,27 2,40 0,02 0,06 0,69 4,10 0,03 0,01 0,17 0,60 0,00 0,00 0,36 0,17 0,00 0,01 10,08 80,10 0,64 0,17 86,24 63,32 0,51 1,46 0,65 0,49 0,00 0,01 0,96 15,16 0,12 0,02 0,36 0,23 0,00 0,01 0,66 0,64 0,01 0,01 11.537,22 92,30 5.579,29 94,20 5,74 41,13 0,33 0,10 18,00 48,39 0,39 0,30 13,88 68,64 0,55 0,23 -0,96 8,05 0,06 -0,02 0,69 14,96 0,12 0,01 56,05 77,22 0,62 0,95 1,61 114,62 0,92 0,03 6,46 103,96 0,83 0,11 14,65 95,49 0,76 0,25 3,12 38,19 0,31 0,05 1,26 41,37 0,33 0,02 5,90 123,00 0,98 0,10 12.499,88 100,00 5.922,87 98,31
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
5.5.11. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Petenakan Lainnya Investasi yang terjadi pada Tahun 2007 yang terdiri atas Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan stok pada sektor Unggas dan Peternakan lainnya sebesar Rp 495 juta telah mampu membentukan output se besar 1,77 kali lipatnya dibandingkan
nilai investasi yang ada. Total output yang terbentuk mencapai Rp 876.930.000, Sebanyak 57,64% merupakan dampak langsung yakni pembentukan output pada sektor itu sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang terciptak an terjadi pada sektor agroindustri (20,06%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,80%), kelapa sawit (4,03%), serta sektor non -agroindustri (2,33%). Disisi lain, dampak investasi terhadap pembentukan pendapatan secara langsung berdampak sebesar 66, 97% terhadap pembentukan pendapatan pada sektor itu sendiri. Sedangkan sisanya merupakan dampak tidak langsung yang terjadi terhadap sektor lain meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,85%), sektor kelapa sawit (6,04%), sektor agroindustri (5,9 6%), serta sektor padi (2,95%). Investasi sektor Unggas dan Peternakan Lainnya sebesar Rp 495 juta yang dilakukan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang dengan 12 orang di sektor itu sendiri, 1 oran di sektor coklat, 1 orang di sekto non -agroindustri, serta sisanya diserapkan oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Tabel 5.25. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya sebesar Rp 495 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
O u tp u t N ila i P ersen P adi 2 0 ,4 9 2 ,3 4 Jagung 3 ,4 1 0 ,3 9 U m b i-u m b ia n d a n P a ti 0 ,2 5 0 ,0 3 S a y u r-s a y u ra n 1 ,0 4 0 ,1 2 B u a h -b u a h a n 1 ,4 3 0 ,1 6 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a in n y a 0 ,6 0 0 ,0 7 K a re t 4 ,2 9 0 ,4 9 C o k la t 5 ,0 3 0 ,5 7 K e la p a 0 ,6 1 0 ,0 7 K e la p a s a w it 3 5 ,3 3 4 ,0 3 K opi 0 ,8 1 0 ,0 9 T a n a m a n P e rk e b u n a n la in n y a 1 ,3 3 0 ,1 5 T e rn a k d a n H a s iln y a 3 ,6 8 0 ,4 2 U n g g a s d a n P e te rn a k a n la in n y a 5 0 5 ,4 9 5 7 ,6 4 K e h u ta n a n 5 ,5 4 0 ,6 3 P e rik a n a n 1 ,9 6 0 ,2 2 P e rta m b a n g a n -1 1 ,3 4 -1 ,2 9 A g ro in d u s tri 1 7 5 ,9 5 2 0 ,0 6 N o n A g ro in d u s tri 2 0 ,4 3 2 ,3 3 L is trik , G a s d a n A ir M in u m 1 0 ,2 6 1 ,1 7 B angunan 4 ,6 1 0 ,5 3 P e rd a g a n g a n , H o te l, d a n R e s to ra n 5 9 ,6 6 6 ,8 0 P e n g a n g k u ta n & K o m u n ik a s i 1 1 ,4 8 1 ,3 1 K e u a n g a n , P e rs e w a a n & J a s a P e ru s a h a a n1 0 ,0 0 1 ,1 4 J a s a -ja s a 4 ,5 7 0 ,5 2 T o ta l 8 7 6 ,9 3 1 0 0 ,0 0 S e k to r
P e n d a p a ta n N ila i P ersen 3 ,8 7 2 ,9 5 0 ,5 4 0 ,4 1 0 ,0 3 0 ,0 2 0 ,1 7 0 ,1 3 0 ,2 7 0 ,2 0 0 ,0 7 0 ,0 6 1 ,1 8 0 ,9 0 1 ,0 4 0 ,7 9 0 ,2 3 0 ,1 7 7 ,9 2 6 ,0 4 0 ,1 2 0 ,0 9 0 ,3 2 0 ,2 4 0 ,6 4 0 ,4 9 8 7 ,8 5 6 6 ,9 7 0 ,7 3 0 ,5 6 0 ,3 6 0 ,2 8 -0 ,5 4 -0 ,4 1 7 ,8 1 5 ,9 6 1 ,1 4 0 ,8 7 1 ,1 4 0 ,8 7 0 ,9 0 0 ,6 9 8 ,9 9 6 ,8 5 1 ,9 0 1 ,4 5 1 ,6 7 1 ,2 8 2 ,8 2 2 ,1 5 1 3 1 ,1 8 1 0 0 ,0 0
T en aga N ila i 0 ,4 6 0 ,5 2 0 ,0 4 0 ,0 3 0 ,0 8 0 ,1 6 0 ,1 5 1 ,4 1 0 ,3 0 0 ,5 0 0 ,1 9 0 ,3 3 0 ,3 1 1 2 ,2 6 0 ,2 7 0 ,0 7 0 ,0 6 0 ,3 6 0 ,8 3 0 ,0 2 0 ,0 6 1 ,3 8 0 ,1 6 0 ,0 5 0 ,1 4 2 0 ,1 3
K e r ja P ersen 2 ,3 1 2 ,5 7 0 ,1 8 0 ,1 4 0 ,3 8 0 ,7 8 0 ,7 4 7 ,0 2 1 ,5 1 2 ,4 9 0 ,9 4 1 ,6 3 1 ,5 5 6 0 ,9 1 1 ,3 5 0 ,3 7 0 ,3 2 1 ,7 9 4 ,1 2 0 ,0 8 0 ,2 8 6 ,8 5 0 ,7 7 0 ,2 5 0 ,6 7 1 0 0 ,0 0
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.12. Dampak Investasi Sektor Perikanan Dampak investasi sektor perikanan sebesar Rp 343 juta yang terjadi pada Tahun 2007 telah membentuk perubahan output sebesar 1,51 kali lipatnya dibandingkan nilai invest asi yang terjadi. Pembentukan output yang terjadi terdiri dari dampak langsung sebesar 67,82%. Total output yang terbentuk mencapai nilai Rp 518.610.000,-.Dampak tidak langsung terhadap pembentukan output terbesar dirasakan oleh sektor non-agroindustri (8,46%). Kemudian diikuti oleh pembentukan
output sektor agroindustri (7,15%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (4,29%), serta sektor listrik, gas, dan air minum (2,05%). Pembentukan pendapatan sebagai akibat adanya investasi yang terjadi adalah sebesar Rp 85.590.000,- Dampak terhadap pembentukan pendapatan ini sebesar 76,06% merupakan pendapatan bagi sektor perikanan itu sendiri. Pembentukan pendapatan di sekto lain meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,91%), sektor karet (2,97%), serta sektor non-agroindustri (2,87%). Selain itu, investasi sektor perikanan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang. Tabel 5.26. Dampak Investasi Sektor Perikanan sebesar Rp 343 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2 007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Pertambangan Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total
Output Nilai Persen 3,95 0,76 0,49 0,09 0,05 0,01 0,15 0,03 0,27 0,05 0,13 0,02 9,22 1,78 9,83 1,90 0,13 0,03 7,45 1,44 0,17 0,03 0,28 0,05 0,79 0,15 0,81 0,16 1,71 0,33 351,70 67,82 0,35 0,07 37,09 7,15 43,90 8,46 10,65 2,05 2,63 0,51 22,23 4,29 5,66 1,09 6,58 1,27 2,40 0,46 518,61 100,00
Sumber : Tabel Input –Output 2007 (Diolah)
Pendapatan Nilai Persen 0,75 0,87 0,08 0,09 0,01 0,01 0,03 0,03 0,05 0,06 0,02 0,02 2,55 2,97 2,03 2,37 0,05 0,06 1,67 1,95 0,03 0,03 0,07 0,08 0,14 0,16 0,14 0,16 0,22 0,26 65,10 76,06 0,02 0,02 1,65 1,92 2,45 2,87 1,18 1,38 0,51 0,60 3,35 3,91 0,94 1,09 1,10 1,29 1,48 1,73 85,59 100,00
Tenaga Kerja Nilai Persen 0,09 0,46 0,07 0,38 0,01 0,04 0,00 0,02 0,01 0,07 0,03 0,17 0,32 1,64 2,76 14,15 0,07 0,33 0,11 0,54 0,04 0,20 0,07 0,36 0,07 0,34 0,02 0,10 0,08 0,43 13,17 67,45 0,00 0,00 0,08 0,39 1,78 9,13 0,02 0,09 0,03 0,16 0,51 2,63 0,08 0,39 0,03 0,17 0,07 0,36 19,52 100,00
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan mengenai dampak investasi sektor pertanian yang terjadi terhadap pembentukan output, pendapatan, dan pembentukan, lapangan kerja yang terjadi pada tahun 2007. Investasi yang terjadi pada sektor pertanian menciptakan pembentukan output terbesar yang dilihat berdasarkan rasio investasi yang ada terhadap pembentukan output adalah sektor Unggas dan peternakana lainnya yakni sebesar 1,77. Hal ini berarti bahwa output yang tercipta karena adanya investasi di sektor Unggas dan peternakan lainnya sebesar 1,77 kali lipat dari investasi yang terjadi. Kondisi ini kemudian diikuti oleh sektor perikanan, dan karet. Tabel 5.27. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sektor Padi Jagung Um bi-um biandanPati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanam anBahanm akananLainnya Karet Coklat Kelapa Kelapasawit Kopi Tanam anPerkebunanlainnya TernakdanHasilnya UnggasdanPeternakanlainnya Kehutanan Perikanan Total
Investasi Pem bentukanOutput output/investasi (JutaRp) (JutaRp) 3.466 3.738,53 1,08 383 499,40 1,31 0 0,00 0 0,00 0 0,00 12 15,55 1,34 78.183 115.102,31 1,47 32 41,59 1,29 38 46,93 1,24 141.837 199.575,39 1,41 99 128,70 1,30 10 14,13 1,35 65.586 72.394,11 1,10 495 876,93 1,77 (14.590) (21.428,01) 1,47 343 518,61 1,51 275.893 371.524,15 1,35
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (Diolah)
Dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output yang terjadi secara lebih jelas dapat ditunjukkan pada Grafik 5.4. dibawah ini. Grafik 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output
2,00 1,80
1,77
1,60 1,40
1,34
1,31
1,20
1,47
1,41
1,29
1,30
1,24
1,47
1,35 1,10
1,08
1,00
1,51
0,80 0,60 0,40 0,20
an
an
n
rik
na ta hu
Pe
ya
Un
gg
as
da
Te
nP
et
er
na
Ke
nn
ya
ka n
nH da
ak rn
lai
nn n
na bu rke Pe ma n na
Ta
Rasio Output terhadap Investasi
as iln
ya
pi
lai
sa w a lap
Ke
ak an
nm ha Ba ma n na Ta
Ko
it
a lap Ke
t
kla t Co
re Ka
inn
ya
ha
La an
ah
-b
ua
ur Bu
Sa
0,00
n
0,00
an
ti Pa
r-s ay yu
an
gu Um bi-
um
bia
nd
Ja
Pa
ng
0,00 di
0,00
Gambar 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output
Investasi yang terjadi di sektor pertanian juga memberikan dampak pada pembentukan pendapatan yang merupakan upah/ gaji bagi tenaga kerja yang terserap. Secara umum, terlihat bahwa investasi yang terjadi mampu menci ptakan pendapatan sebesar 21,62 % dari pembentukan output yang terjadi. Bila dilihat secara sektoral, terlihat bahwa sektor kelapa mampu membentuk pendapatan sebesar 33,63% dari output sektor kelapa. Kemudian diikuti oleh sektor karet, kelapa sawit, dan ta naman perkebunana lainnya (Tabel 5.28.)
Tabel 5.28. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Output (Juta Rp) 3.738,53 499,40 15,55 115.102,31 41,59 46,93 199.575,39 128,70 14,13 72.394,11 876,93 (21.428,01) 518,61 371.524,15
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Total
Pembentukan Pendapatan (Juta Rp)
Pendapatan/Output (Persen)
699,81 75,47 0 0 0 1,91 28.437,23 7,98 15,78 41.178,30 19,87 3,00 12.499,88 131,18 (2.830,25) 85,59 80.325,75
18,72 15,11 0,00 0,00 0,00 12,28 24,71 19,19 33,63 20,63 15,44 21,24 17,27 14,96 13,21 16,50 21,62
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah) Grafik 5.5. Dam pak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pem bentukan Pendapatan
40,00 35,00
33,63
30,00 25,00
24,71
20,00
21,24
20,63
19,19
18,72
17,27
15,44
15,11
15,00
16,50
14,96
13,21
12,28 10,00
an
n
ri k an
na ta hu
Pe
la
Un
gg
as
da
n
Pe
te
rn
ak
an
s il Ha
in
ny
a
ny
a ny in n da ak rn Te
an m Ta
na
an m na
la
Ko
un eb Pe
rk
Ke
ha Ba
Um
an
pi
it sa w
pa
pa
la
t
t
la
Ke
k la Co
Ka
La
re
in
n
an
m
ak
an
-b ah
n
Sa
Bu
yu
r-s
ay
ua
ur
ha
an
Pa n
ng bi
-u
m
bi
an
da
gu
di
Ja
Pa
Ta
P endapatan per O utput (% )
Ke
0,00
a
0,00
ny
0,00 ti
0,00
a
5,00
Gambar 5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terh adap Pembentukan Pendapatan
Pembentukan tenaga kerja yang terjadi sebagai akibat adanya investasi di sektor pertanian terbesar terjadi pada sektor karet yakni sebanyak 5.908 orang. Kemudian disusul oleh pembentukan tenaga kerja terbesar selanjutnya p ada sektor ternak dan hasilnya, dan sektor kelapa sawit. Bila dilihat berdasarkan kemampuan produktivitas yang terjadi setiap satuan tenaga kerja, terlihat bahwa tenaga kerja di sektor kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya dengan nilai produktivitas sebesar 52,10 juta rupiah per ternaga kerja. Kemudian pada sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar 43,56 juta rupiah per tenaga kerja dana pada sektor padi sebesar 43,36 juta rupiah per tenaga kerja.
Tabel 5.29. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sektor Padi Jagung Umbi-umbian dan Pati Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Bahan makanan Lainnya Karet Coklat Kelapa Kelapa sawit Kopi Tanaman Perkebunan lainnya Ternak dan Hasilnya Unggas dan Peternakan lainnya Kehutanan Perikanan Total
Output (Juta Rp) 3.738,53 499,40 15,55 115.102,31 41,59 46,93 199.575,39 128,70 14,13 72.394,11 876,93 (21.428,01) 518,61 371.524,15
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Tenaga Kerja Output/Tenaga Kerja (Juta Rp / Orang) (Orang) 86,23 43,36 62,10 8,04 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3,49 4,46 5.907,79 19,48 9,76 4,26 19,66 2,39 3.830,45 52,10 26,91 4,78 2,77 5,10 5.825,64 12,43 20,13 43,56 (976,50) 21,94 19,52 26,57 14.837,95 25,04
Grafik 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja
60,00
52,10
50,00
43,56
43,36
40,00
30,00
26,57
20,00
21,94
19,48 12,43
10,00
8,04
Pa di
2,39
4,78
5,10
Ke lap a Ke lap as aw it
0,00 Co kla t
0,00
Ka ret
0,00
Um Ja bigu um ng bia nd an Pa Sa ti yu r -sa Ta yu na ran ma nB Bu ah ah an -bu ma ah an ka na nL ain ny a
0,00
4,26
Ta na ma nP erk Ko eb pi un an lai Te nn Un rna ya gg kd as a nH da nP as iln ete ya rna ka nl ain ny a Ke hu tan an Pe rik an an
4,46
Produktivita (Output/Tenaga Kerja)
Gambar 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertan ian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja
5.6. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja 5.6.1. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Sektoral Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan mengguna kan Tabel Input-Output Tahun 2007 terlihat bahwa nilai investasi sebesar Rp 30.869.047 juta yang terdiri investasi di sektor pertanian sebesar Rp 275.893 juta atau sebesar 0,89% dari total investasi yang terjadi dan sisanya merupakan investasi non -pertanian telah mampu menciptakan total output dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 83.918.376,69 juta atau sebesar 2,72 kali lipat dari investasi yang terjadi.
Sebesar 15,40% dari total output yang terjadi merupakan total output yang tercipta pada sektor pertanian dengan output terbesar terjadi pada sektor coklat (5,80%), kemudian disusul oleh sektor karet (5,58%), dan sektor kelapa sawit (1,36%). Penelitian ini juga melakukan beberapa simulasi kebijakan investasi yang dilakukan meliputi : 1. Realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Industri Pengolahan yang kemudian dialihkan ke Sektor Pertanian 2. Realokasi investasi sebesar 10%
dari sektor Bangunan yang kemudian
dialihkan ke sektor Pertanian 3. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor pertani an 4. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Tanaman Pangan 5. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor perkebunan 6. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Peternakan 7. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Kehutanan 8. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Perikanan 9. Injeksi investasi sebesar 50% terhadap sektor Pertanian
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari simulasi -simulasi yang dilakukan terlihat bahwa simulasi 2 atau realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Bangunan mampu menciptakan persentase tertinggi dalam pembentukan output sektor pertanian bila dibandingkan dengan total output seluruh sektor yakni sebesar 17,80%. Kemudian pada simulasi 1 sebesar 16.08%. Sedangkan pembentukan output terendah
terjadi pada simulasi 4 dan si mulasi 7 dengan persentase pembentukan output pertanian sama dengan persentase pembentukan output dengan hasil data awal yakni sebesar 15.40%. Secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 5.30. dibawah ini. Tabel 5.30. Dampak perubahan Investasi Sektor Pert anian terhadap Pembentukan Output Sektoral (%) DampakInvestasi TerhadapPembentukanOutput Sektoral ( %) TahunDasar Sim1 Sim2 Sim3 Sim4 Sim5 Sim6 Sim7 Sim8 0,68 0,81 0,64 0,64 0,63 0,63 0,64 0,64 1 0,64 0,14 0,24 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 2 0,08 0,07 0,16 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3 0,01 0,09 0,19 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 4 0,03 0,11 0,20 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 5 0,05 0,09 0,19 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 6 0,02 5,49 5,67 5,58 5,58 5,58 5,58 5,58 5,58 7 5,58 5,71 5,89 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80 8 5,80 0,09 0,18 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 9 0,02 1,40 1,55 1,38 1,36 1,38 1,36 1,36 1,36 10 1,36 0,09 0,19 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 11 0,03 0,11 0,22 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 12 0,05 0,27 0,37 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 13 0,21 0,21 0,31 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 14 0,15 0,80 0,86 0,74 0,73 0,73 0,73 0,74 0,73 15 0,73 0,73 0,78 0,65 0,66 0,65 0,66 0,66 0,66 16 0,66 16,08 17,80 15,43 15,40 15,42 15,41 15,40 15,40 Pertanian 15,40 3,15 3,01 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16 17 3,16 5,77 6,03 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 18 5,92 25,32 25,68 26,06 26,07 26,06 26,06 26,07 26,07 19 26,07 13,64 13,07 13,65 13,65 13,65 13,65 13,65 13,65 20 13,65 24,74 22,97 24,46 24,47 24,46 24,46 24,47 24,47 21 24,47 5,37 5,48 5,33 5,33 5,33 5,33 5,33 5,33 22 5,33 2,39 2,41 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42 23 2,42 2,49 2,50 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52 24 2,52 1,05 1,05 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 25 1,06 84,60 83,92 82,20 84,57 84,60 84,58 84,59 84,60 84,60 Non-Pertanian Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (Diolah)
Sim9 0,64 0,08 0,01 0,03 0,05 0,02 5,62 5,80 0,02 1,44 0,03 0,05 0,25 0,15 0,74 0,65 15,56 3,15 5,92 26,01 13,62 24,41 5,32 2,42 2,52 1,06 84,44
5.6.2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel Input-Output Tahun 2007 terlihat telah mampu menciptakan total pendapatan dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 11.701.021,33 juta atau sebesar 13,94% dari total ouput yang tercipta. Pendapatan sektor per tanian yang tercipta sebesar 25,05% dari total pendapatan dengan pembentukan pendapatan terbesar terjadi pada sektor karet (11,04%), sektor kelapa (8,585 %) dan sektor kelapa sawit (2,19%). Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan pendapatan s ektor Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 28,15% dari total pendapatan yang terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 7 (injeksi 10% terhadap sektor Perikanan) yang mencapai persentase pembentukan pendapatan sebesar 25,05%.
Tabel 5.31. Dampak perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral (%) Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ( %) Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 0,92 1 0,86 1,08 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,16 2 0,09 0,27 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,06 3 0,01 0,13 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,11 4 0,03 0,22 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,14 5 0,06 0,27 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,08 6 0,02 0,16 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 10,78 7 11,04 11,15 11,05 11,04 11,06 11,04 11,04 11,04 8,38 8 8,58 8,66 8,58 8,58 8,58 8,58 8,58 8,58 0,22 9 0,06 0,48 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 2,23 10 2,19 2,47 2,21 2,19 2,21 2,19 2,19 2,19 0,10 11 0,03 0,21 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,19 12 0,08 0,37 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,33 13 0,26 0,46 0,27 0,26 0,26 0,27 0,26 0,26 0,26 14 0,19 0,38 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,75 15 0,69 0,81 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,96 16 0,87 1,03 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 25,67 28,15 25,10 25,06 25,09 25,06 25,06 25,05 Pertanian 25,05 1,07 17 1,09 1,03 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,82 18 1,89 1,91 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 10,07 10,24 10,44 10,45 10,44 10,45 10,45 10,45 19 10,45 10,77 10,34 10,86 10,87 10,86 10,87 10,87 10,87 20 10,87 34,41 32,01 34,28 34,30 34,29 34,30 34,30 34,30 21 34,30 5,76 22 5,76 5,89 5,76 5,76 5,76 5,76 5,76 5,76 2,81 23 2,87 2,84 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87 2,97 24 3,03 2,98 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03 4,64 25 4,68 4,61 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68 74,33 71,85 74,90 74,94 74,91 74,94 74,94 74,95 Non-Pertanian 74,95 Sektor
Sim 9 0,86 0,09 0,01 0,03 0,06 0,02 11,11 8,56 0,06 2,32 0,03 0,08 0,31 0,19 0,70 0,87 25,28 1,08 1,88 10,42 10,83 34,18 5,74 2,87 3,02 4,68 74,72
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.6.3. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 telah mampu menyerap tenaga kerja dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebanyak 2.987.046,29
tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang tercipta sebesar 55,88% dari total tenaga kerja yang terbentuk. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan tenaga kerja sektor Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (rea lokasi investasi 10% dari sektor Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 60,05 % dari total tenaga kerja yang terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 4 dan simulasi 7 yakni sebesar 55,88% dati total tenaga kerja yang terser ap. G r a fik 5 .7 . D a m p a k In v e s ta s i te r h a d a p P e m b e n tu k a n O u tp u t, P e n d a p a ta n , d a n T e n a g a K e r ja S e k to r P e r ta n ia n
7 0 ,0 0 6 0 ,0 0 5 5 ,8 8
5 7 ,3 8
6 0 ,0 5 5 5 ,9 0
5 5 ,8 8
5 5 ,8 9
5 5 ,8 9
5 5 ,8 8
5 5 ,8 8
5 5 ,9 8
2 5 ,1 0
2 5 ,0 6
2 5 ,0 9
2 5 ,0 6
2 5 ,0 6
2 5 ,0 5
2 5 ,2 8
1 5 ,4 3
1 5 ,4 0
1 5 ,4 2
1 5 ,4 1
1 5 ,4 0
1 5 ,4 0
1 5 ,5 6
P e rs e n (% )
5 0 ,0 0 4 0 ,0 0 3 0 ,0 0 2 5 ,0 5
2 5 ,6 7
1 5 ,4 0
1 6 ,0 8
2 0 ,0 0
2 8 ,1 5 1 7 ,8 0
1 0 ,0 0 0 ,0 0 Tahun D asar
S im 1
S im 2
S im 3
S im 4
S im 5
S im 6
S im 7
S im 8
S im 9
D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n O u tp u t S e k to ra l ( % ) D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n P e n d a p a ta n S e k to ra l ( % ) D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n T e n a g a K e rja S e k to ra l ( % )
Gambar 5.7. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Tabel 5.32. Dampak perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral (%) Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ( % ) Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 0,43 1 0,40 0,47 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,59 2 0,33 0,93 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,29 3 0,03 0,63 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,07 4 0,02 0,14 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,16 5 0,07 0,28 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,65 6 0,16 1,30 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 5,27 7 5,44 5,11 5,45 5,44 5,45 5,44 5,44 5,44 44,26 42,94 45,77 45,78 45,78 45,77 45,78 45,78 8 45,78 1,16 9 0,30 2,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,55 10 0,54 0,57 0,55 0,54 0,55 0,54 0,54 0,54 0,59 11 0,18 1,15 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,77 12 0,32 1,38 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,63 13 0,49 0,81 0,51 0,49 0,49 0,51 0,49 0,49 0,14 14 0,10 0,20 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 1,08 15 1,01 1,09 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 0,75 16 0,69 0,76 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 57,38 Pertanian 55,88 60,05 55,90 55,88 55,89 55,89 55,88 55,88 -0,50 -0,45 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 17 -0,51 0,33 18 0,34 0,32 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 28,37 27,04 29,70 29,72 29,71 29,71 29,72 29,72 19 29,72 0,59 20 0,60 0,53 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 8,30 21 8,35 7,24 8,35 8,35 8,35 8,35 8,35 8,35 3,43 22 3,46 3,29 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 0,89 23 0,92 0,84 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,35 24 0,36 0,33 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,86 25 0,88 0,80 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 44,12 42,62 39,95 44,10 44,12 44,11 44,11 44,12 44,12 Non-Pertanian Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Sim 9 0,41 0,33 0,03 0,02 0,07 0,16 5,48 45,71 0,30 0,57 0,18 0,32 0,59 0,10 1,02 0,69 55,98 -0,51 0,34 29,65 0,60 8,33 3,45 0,92 0,36 0,88 44,02
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input -Output Propinsi Sumatera Utara Berdasarkan Atas Harga Produsen pada Tahun 2007 tentang dampak investa si sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Peranan
sektor
pertanian
dalam
perekonomian
Sumatera
utara
dalam
pembentukan struktur perekonomian meliputi pembentukan struktur permintaan dan penawaran (16,15%), struktur konsumsi Rumah Tangga (15,32%), struktur ekspor (4.94%), struktur Impor (2,11%), struktur Penanaman Modal Tetap Bruto (0,22%), struktur Perubahan Stok (12,19%) atau struktur Investasi (0.89%), struktur Nilai Tambah (26,69%), dan struktur Ou tput ( 16,15%). 2)
a. Sektor Coklat, Karet, dan K elapa Sawit merupakan sektor yang memiliki Keterkaitan Langsung Ke Depan dan Keterkaitan Langsung dan tidak Langsung Ke Depan terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian. b. Sektor Unggas, Karet, dan sektor Perikanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung Ke Belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung Ke Belakang terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian.
3) Berdasarkan klasifikasi Tabel Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 dengan agregasi 25 sektor dapat terlihat bahwa seluruh sektor yang terdapat dalam bidang pertanian tidak termasuk ke dalam sektor kunci (Sektor dengan Prioritas I) melainkan masuk dalam Prioritas II yakni sektor Karet, Coklat dan Kelapa Sawit. 4) Dampak Investasi Sektor Pertanian mampu membentuk 1,35 kali lipat dari investasi yang ada dengan pembentukan output terbesar dialami oleh sektor unggas dan peternakan lainnya. Investasi sektor pertanian mampu membentuk pendapatan sebesar Rp 80.325.750.000, - dan membentuk lapangan pekerjaan sebanyak 14.838 orang. 5) Berdasarkan hasil simulasi, pembentukan output terbaik yang dilihat berdasarkan persentase yang terjadi di sektor pertanian terhadap keseluruhan sektor ekonomi terjadi pada hasil simulasi 2 yakni adanya ta mbahan 10% untuk sektor pertanian dari sektor bangunan. Begitupun dalam hal pembentukan pendapatan dan tenaga kerja.
6.2. Saran 1) Kepada para pengambil kebijakan bidang pertanian di Propinsi Sumatera Utara diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sek tor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan keterkaitan yang lebih baik. 2) Sektor Kelapa Sawit, Karet, dan Sektor Coklat p erlu mendapat perhatian serius terhadap keterkaitan sektor lainnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan
langsung dan tidak langsung ke Depan tertinggi, sehingga jika sektor ini ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya. 3) Sektor Unggas, Karet, dan sektor Perikanan memiliki keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang yang tinggi terhadap sektor yang menjadi in putnya sehingga dengan pengembangan di sektor tersebut mampu meningkatkan menggunakan input produksi pada sektor hulunya. 4) Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya menjadi penyumbang terbesar pembentukan output terhadap investasi jika dibandingkan sektor lainnya sehingga investasi sektor tersebut diharapkan dapat ditingkatkan . 5) Kepada pemerintah daerah di Propinsi Sumatera Utara, perlu peningkatan investasi di sektor pertanian karena dapat menciptakan kesempatan kerja yang semakin meningkat ketika terjadi investasi di sektor pertanian. 6) Keterbatasan penelitian dalam kontruksi model yang sederhana sehingga bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa de ngan memperbesar matrik agregasi sektoral.
DAFTAR PUSTAKA BPS Propinsi Sumatera Utara. 2004. Tabel Input-Output tahun 2003 Sumatera Utara. BPS Sumatera Utara _______________________. 2004. Pendapatan Regional (PDRB) Propinsi Sumatera Utara 1998-2003. BPS Sumatera Utara _______________________. 2004. Dampak Pengeluran Pemerintah terhadap Perekonomian Sumatera Utara. BPS Sumatera Utara _______________________. 2007. Produk domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara 2002 -2006. BPS Sumatera Utara. _______________________. 2007. Sumatera Utara dalam Angka 2006. BPS Sumatera Utara. _______________________. 2008. Sumatera Utara dalam Angka 2007. BPS Sumatera Utara. BPS Indonesia. 2000. Kerangka Teori & Analisis Input Output. BPS Pusat. Jakarta BPS _________ 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. BPS Pusat. Jakarta BPS _________. 2007. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. BPS Pusat. Jakarta. Dillon, H.S. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Dornbusch, Rudiger.dkk. 2004. Makroekonomi. Edisi delapan. PT Media Global Edukasi. Jakarta. Ediawan, Agus. 2003. Derivasi Model Input-Output : Suatu Eksperimen Untuk Memahami Pereknomian Kota Batam. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Herliana, Lena. 2004. Peranan Sektor Pertanian dalam Pe rekonomian Indonesia : Analisis Dekomposisi Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Indra. 2008. Pentingnya Memacu Investasi Pertanian : Hasil FGD "Challenge to Current Agriculture Development in Indonesi a: Competition Between BioFuel and Food Security”. www. Ekonomizone.com. didownload Kalangi, L.S. 2006. Dampak Investasi Di Sektor Pertanian dan Agroindustri Dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan. Tesis. Sekolah pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi . Erlangga. Jakarta. _________________. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Mankiw, Gregory. 1999. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta. Nanga, Muana. 2005. MakroEkonomi. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input-Output. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. _____________. 2004. Handout : Analisis Input -Output. Didownload pada bulan Oktober tahun 2008. Nurlaela, Fitria. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input -Output). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Pardede, Ratlan. 2004. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pembangunan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan : Aplikasi Model Input-Output. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rahmanta .2007. Hand Out Perkuliahan : Ekonomi Regional. Medan : Magister Ekonomi Pembangunan USU . Medan Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor : PT Loji Grafika Griya Sarana ______________.2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis : paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT Loji Grafika Griya Sarana. Bogor.
Sinaga, Murbanto. 2003. Pentingnya Peningkatan Investasi Terhadap Percepatan Pembangunan Ekonomi Sumatera Utara. Departemen Ekonomi Pembangunan. Fakultas ekonomi. Universitas Sumatera Utara. Medan Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Supriana, Tavi. 1995. Keterkaitan Sektor Pertanian, Agroindustri, dan Sektor Ekonomi Lain dalam pengembangan Wilayah Pedesaan (Studi Kasus : Kecamatan Kota Pinang, K abupaten Labuhan Batu). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan Susanti, Ervin Nora. 2003. Dampak Perubahan Investasi dan Produktivitas Sektor Perikanan Terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia. (Aplikasi Model Ekonom i Keseimbangan Umum). Tesis Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor Tambunan, Tulus.T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia : Beberapa Isu Penting. Jakarta : Ghalia Indonesia Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional : Teor i dan Aplikasi. PT Aksara.Jakarta
Bumi
Todaro,Michael & Stephen C.Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta. Widiastuti, Mailia. 2003. Peranan Agroindustri Dalam Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.