PERBEDAAN INTAKE ENERGI DARI SUSU BERDASARKAN STATUS KEGEMUKAN PADA BALITA USIA 24-59 BULAN (Studi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigeureung Kota Tasikmalaya Tahun 2013) Maya Nurmalasari1) Nurlina, SKM., M.Kes dan Lilik Hidayati, SKM., M.Si2) Peminatan Gizi Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) Jl. Siliwangi No. 24 PO box 164 Tlp (0265) 330 634 Tasikmalaya 46115 1. 2.
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK
Kegemukan merupakan suatu keadaan akibat terjadinya ketidakseimbangan kalori di dalam tubuh, yakni energi yang masuk melebihi energi yang dikeluarkan dalam bentuk energi (tenaga). Faktor perilaku meliputi pola makan dan aktivitas fisik merupakan hal yang paling berpengaruh untuk terjadi obesitas. Pada usia bayi dan anak–anak mengkonsumsi susu, makan cemilan yang tinggi kalori dan konsumsi makan manis yang berlebihan merupakan penyebab kegemukan pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan intake energi dari susu berdasarkan status kegemukan pada balita usia 24-59 bulan. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Data analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik anova dan korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah balita usia 24-59 bulan yang berada di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya yang berjumlah 1048 anak dengan sampel sebanyak 64 balita yang diambil dengan cara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intake energi dari susu terhadap intake total energi yaitu 31,4%. Berdasarkan hasil uji anova menunjukkan ada perbedaan intake energi dari susu dan intake total energi berdasarkan status kegemukan (p= 0,00), dan hasil uji korelasi pearson menunjukkan ada hubungan antara intake energi dari susu dengan intake total energi (p= 0,00). Disarankan kepada ibu-ibu yang memiliki balita dalam memberikan susu agar dilihat kandungan gizi dan jumlah takaran pada label kemasan agar tidak melebihi intake energi yang dibutuhkan oleh balita. Kata Kunci : intake energi susu, kegemukan, balita. Kepustakaan : 5 (2004-2009)
DIFFERENCE OF ENERGY INTAKE OF MILK BASED ON STATUS OF OBESITY IN CHILDREN AGES 24-59 MONTHS (Studies in the working area UPTD Cigeureung Tasikmalaya Public Health Center in 2013) Maya Nurmalasari1) Nurlina, SKM., M.Kes dan Lilik Hidayanti, SKM., M.Si2) Peminatan Gizi Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) Jl. Siliwangi No. 24 PO box 164 Tlp (0265) 330 634 Tasikmalaya 46115 1. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRACT Obesity is a condition due to an imbalance of calories in the body , the energy intake exceeds energy expended in the form of energy ( power ) . Behavioral factors include diet and physical activity is the most influential thing to happen obesity . At the age of infants and children consume milk , eat snacks that are high in calories and excessive consumption of sweet eating is the cause of obesity in children . The purpose of this study was to analyze differences in energy intake from milk by obesity status in children aged 24-59 months . The research method using a cross sectional survey . Data analysis was performed using ANOVA statistical tests and correlation . The population in this study were children aged 24-59 months residing in the Village Sukamanah Cipedes District of Tasikmalaya , amounting in 1048 with a sample of 64 children under five are taken by simple random sampling . The results showed that the average energy intake of milk to the total energy intake is 31.4 % . Based on the results of the ANOVA test showed no difference in energy intake from milk and total energy intake by overweight status ( p = 0.00 ) , and the Pearson correlation test results showed no relationship between energy intake from milk with total energy intake ( p = 0.00 ) . It is recommended to mothers who have children in order to be seen giving milk nutrient content and the amount of dose on the label so as not to exceed the required energy intake by toddlers. Literature Keywords
: milk energy intake, obesity, toddler. : 5 ( 2004-2009)
1. PENDAHULUAN Prevalensi kegemukan dan obesitas meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Data survei National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2007–2008 menunjukkan bahwa kejadian obesitas telah meningkat. Berdasarkan indikator berat badan dan tinggi badan untuk anak usia 2-19 tahun diperkirakan 16,9% mengalami obesitas, sedangkan untuk anak usia 2-5 tahun angka prevalensi obesitas sebanyak 10% pada tahun 2008 (CDC, 2009). World Health Organization (WHO 2011) menyebutkan hampir 40 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami kegemukan pada tahun 2010. Kegemukan merupakan suatu keadaan akibat terjadinya ketidakseimbangan kalori di dalam tubuh, yakni energi yang masuk melebihi energi yang dikeluarkan dalam bentuk energi (tenaga) dan kelebihan ini ditimbun dalam lemak tubuh dalam jangka waktu tertentu (Arisman, 2004). Kenaikan berat badan juga dipengaruhi kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi, maupun kebiasaan mengkonsumsi makanan ringan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70% dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik. Faktor perilaku lingkungan meliputi pola makan dan aktivitas fisik merupakan hal yang paling berpengaruh untuk terjadi obesitas. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dari pola makan antara lain porsi makan, frekuensi makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, jenis makanan (Nugraha, 2009). Salah satu jenis minuman yang dianggap mengandung zat gizi yang dapat membuat anak tumbuh sehat dan cerdas adalah susu. Pada usia bayi dan anak–anak konsumsi susu, makan cemilan yang tinggi kalori dan konsumsi makan manis yang berlebihan merupakan penyebab kegemukan pada anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amstrong dkk (2002) dalam Roesli (2008) membuktikan bahwa kegemukan jauh lebih tinggi pada anak-anak yang diberi susu formula. Menurut Sekartini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukannya terhadap 100 anak berusia 3-6 tahun asupan gula harian (sukrosa, glukosa, fruktosa dan laktosa) yang biasa dikonsumsi memberikan kontribusi lebih dari 10 persen terhadap total energi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa asupan gula terbanyak dikonsumsi anak-anak tersebut adalah sukrosa 49,45 gram yang berasal dari konsumsi susu. Prosentase ini melebihi batas ambang yang direkomendasikan WHO. Anak yang kurang atau enggan melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Menurut Darmoutomo (2007), Televisi dapat berdampak pada fisik anak. Semakin lama anak menonton televisi makin besar angka kejadian obesitas pada anak. Anak yang menonton televisi lebih dari 1 jam
akan meningkatkan resiko obesitas sebesar 2%. Selain televisi, ternyata komputer dan video games juga turut andil dalam kejadian obesitas pada anak. Meskipun beberapa komputer dan video games memiliki komponen mendidik, namun kebanyakan jauh dari aktivitas pembakaran lemak. Keduanya menjadi berbahaya karena termasuk dalam aktivitas sedentary. Berdasarkan survey awal terhadap 13 anak balita didapatkan sebesar 84,6% (11 anak) mengkonsumsi susu dan 15,3% (2 anak) tidak mengkonsumsi susu. Dilihat dari tempat pemukiman sangat strategis yaitu berada di pusat kota dan dekat dengan pusat perbelanjaan serta sarana transportasi yang memadai sehingga peluang untuk menyediakan susu bagi balita sangat berpengaruh besar. Selain itu tingkat kriminalitas saat ini cukup tinggi sehingga menimbulkan kekhawatiran orang tua untuk mengizinkan anaknya bermain di luar maka orang tua cenderung memberikan fasilitas bermain di rumah seperti menonton televisi, main games dan komputer yang menyebabkan aktivitas fisik rendah.
3. TUJUAN PENELITIAN Mengetahui perbedaan intake energi dari susu berdasarkan status kegemukan pada balita usia 24-59 bulan di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
4. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini di laksanakan di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita usia 24-59 bulan yang berada di kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Jumlah populasi sebanyak 1048 dengan sampel 64 balita. Pengumpulan data asupan makanan dan minuman dilakukan dengan menggunakan Recall 2x24jam dengan waktu yang tidak berurutan. Analisis bivariat menggunakan uji anova untuk variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dengan kategorik dan korelasi untuk variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dengan numerik. Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan program komputer. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika ρ<0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.
5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita Di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (n) 28 36 64
Presentase (%) 43,8 56,2 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 28 balita (43,8%), sedangkan perempuan sebanyak 36 balita (56,2%). Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Balita di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Umur 24-35 bulan 36-47 bulan 48-59 bulan Total
Jumlah (n) 25 15 24 64
Presentase (%) 39,1 23,4 37,5 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang berumur 24-35 bulan sebanyak 25 balita (39,1%), umur 36-47 bulan sebanyak 15 balita (23,4%), umur 48-59 bulan sebanyak 24 orang (37,5%). Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Minum Susu Pada Balita Di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Kebiasaan Minum Susu Ya Tidak Total
Jumlah (n) 44 36 64
Presentase (%) 68,8 31,2 100
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang mengkonsumsi susu sebanyak 44 balita (68,8%) dan yang tidak mengkonsumsi susu sebanyak 20 balita (31,2%).
Tabel 5.4 Penghitungan Nilai Statistik Intake Energi Dari Susu Pada Balita Di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Statistik Mean Standar Deviasi Minimum Maksimum
Nilai 495 280,4 130 1126
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 44 balita yang mengkonsumsi susu, didapatkan rata-rata intake energi susu sebesar 495 Kal ± 280,4 Kal. intake energi susu sampel minimum sebesar 130 Kal dan maksimum sebesar 1126 Kal.
Tabel 5.5 Penghitungan Nilai Statistik Intake Total Energi Pada Balita Di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Statistik Mean Standar Deviasi Minimum Maksimum
Nilai 1359 416,9 715 2466
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 64 balita didapatkan rata-rata intake total energi sebesar 1359 Kal ± 416,9 Kal. intake total energi sampel minimum sebesar 715 Kal dan maksimum sebesar 2466 Kal.
Tabel 5.6 Penghitungan Nilai Statistik Sumbangan Intake Energi Dari Susu Terhadap Intake Total Energi Pada Balita Di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Statistik Mean Standar Deviasi Minimum Maksimum
Nilai (%) 31,44 11,80 11,42 53,94
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 44 balita didapatkan rata-rata sumbangan intake energi dari susu terhadap intake total energi sebesar 31,44 % ± 11,80% standar deviasi. sumbangan intake energi dari susu terhadap intake total energi sampel minimum sebesar 11,42% dan maksimum sebesar 53,94%.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Status Kegemukan Pada Balita Di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Status kegemukan Kurus Normal Gemuk Total
Jumlah (n) 5 19 40 64
Presentase (%) 7,8 29,7 62,5 100
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah sampel dengan kategori kurus sebanyak 5 balita (7,8%), normal sebanyak 19 balita (29,7%), dan gemuk sebanyak 40 balita (62,5%).
B. Analisis Bivariat intake energi dari susu (Kal)
597 600
500 400 300
202
200
132
100 0 gemuk
normal
kurus
Status Kegemukan
Grafik 5.1 Perbedaan Intake Energi dari Susu Berdasarkan Status Kegemukan pada Balita di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Berdasarkan grafik 5.1, dapat diketahui bahwa rata-rata intake energi dari susu pada balita dengan kategori gemuk adalah 597 Kal, kategori normal adalah 202 Kal, dan kategori kurus adalah 132 Kal. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji statistik anova diperoleh nilai p=0,00 (p value kurang dari 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan intake energi dari susu berdasarkan status kegemukan pada balita. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa perbedaan intake energi dari susu yang signifikan antara kelompok gemuk dengan normal dan gemuk dengan kurus.
intake Total Energi (Kal)
1581 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
1014
889
gemuk
normal
kurus
Status Kegemukan
Grafik 5.2 Perbedaan Intake Total Energi Berdasarkan Status Kegemukan pada Balita di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Berdasarkan grafik 5.2, dapat diketahui bahwa rata-rata intake total energi pada balita dengan kategori gemuk adalah 1581 Kal, kategori normal adalah 1014 Kal, dan kategori kurus adalah 889 kal. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji statistik anova diperoleh nilai p=0,00 (p value kurang dari 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan intake total energi berdasarkan status kegemukan pada balita. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa perbedaan intake total energi yang signifikan antara kelompok gemuk dengan normal dan gemuk dengan kurus.
intake Total Energi
2500
2000
1500
1000
500
0
200
400
600
800
1000
intake Energi dari Susu
Grafik 4.3 Hubungan Intake Energi dari Susu dengan Intake Total Energi Pada Balita di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji statistik korelasi pearson diperoleh nilai p=0,00 (p value kurang dari 0,05) maka didapatkan ada hubungan yang signifikan antara intake energi dari susu dengan intake total energi. Hasil yang diperoleh yaitu nilai r=0,805 dan nilai p=0,00 maka kesimpulan dari hasil tersebut hubungan intake energi dari susu dengan intake total energi menunjukkan hubungan yang sangat kuat dan berpola positif artinya semakin banyak intake energi dari susu maka semakin besar intake total energi pada balita.
6. SIMPULAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada balita usia 24-59 bulan di Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota tasikmalaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1) Intake energi dari susu pada balita usia 24-59 bulan dengan nilai minimum sebesar 130 Kal dan maksimum sebesar 1126 Kal. 2) Intake total energi pada balita usia 24-59 bulan dengan nilai minimum 715 Kal dan maksimum sebesar 2466 Kal. 3) Ada perbedaan intake energi dari susu pada balita usia 24-59 bulan dengan nilai p value=0,00
4) Ada perbedaan intake total energi pada balita usia 24-59 bulan dengan nila p value=0,00 5) Ada hubungan intake energi dari susu dengan intake total energi pada balita usia 2459 bulan dengan nilai p value=0,00 B. Saran 1) Bagi Masyarakat Untuk orang tua khususnya ibu-ibu sebaiknya mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi balita agar dapat mencegah terjadinya kegemukan melalui motivasi perilaku untuk menerapkan pola kebiasaan makan yang sehat dan seimbang, dan untuk pemberian susu formula agar dilihat terlebih dahulu kandungan gizi dan pemberian jumlah takaran pada label kemasan agar tidak melebihi intake energi yang dibutuhkan oleh balita. 2) Bagi Peneliti Lain Diharapkan dapat melakukan penelitian yang mendalam mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kegemukan pada balita, serta status kesehatan balita yang merupakan variabel pengganggu sebaiknya diteliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Selain itu, disarankan untuk menggunakan metode lain seperti kasus kontrol agar dalam mengukur sebab akibat tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Awasi Asupan Gula Berlebih pada Susu, 2011, http://lifestyle.okezone.com/read/2011/08/05/195/488730/redirect, September 3013.
akses
Arisman, 2004. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta : EGC. CDC. 2009. Overweight and Obesity. Tersedia online: http://www.cdc.gov, akses 23 September 2013. Darmoutomo, Endang. 2007. Mencegah Penyakit Akibat kegemukan dengan Nutrisi. Tersedia online : www.obesitas.web.id. Nugraha, G. I., 2009. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Jakarta : Sagung Seto, 9-18. Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : Pustaka Bunda.
23