JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 90-98
PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KARIR SISWA CEREBRAL PALSY DI SLB-D YPAC SURABAYA Endang Pudjiastuti Sartinah* Abstrak: Hasil penelitian tindakan terhadap 4 siswa adalah sebagai berikut: 1) siswa cerebral palsy kelas rehabilitasi pravokasional masih perlu diarahkan pada pembimbingan karir yang jelas oleh tenaga ahli; 2) kendala yang menonjol adalah tidak tersedia tenaga ahli, tenaga ahli administrasi, dan sumber dana; 3) program layanan bimbingan karir yang diterapkan adalah Desensitisasi Sistematik, untuk mengeliminasi perilaku-perilaku siswa yang mengarah pada tindakan kebosanan, Rational Emotif Terapi (RET) untuk menanggulangi keyakinan-keyakinan siswa tentang karir yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta Layanan informasi melalui kegiatan bermain peran, eksperimen bersama dan diskusi. Penerapan ketiga program tersebut berhasil memperbaiki pemahaman anak. Abstract: The results of action research conducted to 4 mentally retarded students are; 1) professional counselor are needed to help them have career; 2) the absence of professional counsellors’ administration staff and fund; 3) career-counselling programs yielding significant results comprise Systematic Desensitization, Rational Emotive Therapy and Information service given through role playing, experiment and discussion. Kata kunci: bimbingan karir dan cerebral palsy. Pelayanan pendidikan siswa Cerebral Palsy kenyataannya tidak selalu dapat berjalan dengan mudah, akan tetapi selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan maupun masalah yang diakibatkan oleh faktor intern (kondisi kecacatannya), maupun faktor ekstern (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat), diantaranya masalah sosial, pribadi, belajar, karir dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan Cerebral Palsy menurut Suharso (Widati, 1991:12) adalah cacat yang sifatnya gangguan-gangguan atau kelainan–kelainan dan fungsi otak dan urat syaraf (Neuromuscular disorders), dan yang disebabkan karena sebab-sebab yang terletak didalam otak. Disamping gangguan otak dan urat syaraf tersebut kadang-kadang masih juga terdapat gangguan-gangguan yang mengenai pancaindera (Sensory disorders). Bahkan kadang-kadang terdapat pula gangguangangguan yang mengenai ingatannya (mental disorders); Begitu juga yang terjadi gangguan yang mengenai perasaan dan jiwanya (Psychological disorders). Sedangkan tanda-tanda yang sering dijumpai pada keterlambatan perkembangan motorik anak cerebral palsy menurut Widati (1991: 16-20) adalah sebagai berikut: (1) Kesulitan menelan dan mengisap pada masa bayi, karena adanya gangguan koordinasi pada otot-otot mulut dan tenggorokan, (2) Anak tampak terlalu cepat mampu menegakkan kepala, karena adanya ketegangan otot-otot leher yang berlebihan sehingga kepala melengkung kebelakang. * Dosen Program PLB FIP Universitas Negeri Surabaya 90
Sartinah, Pengembangan Model Bimbingan Karir…..
Hal ini dapat dilihat pada waktu anak umur 3 bulan, pada anak normal umur 3 bulan baru dapat menegakkan kepalanya kalau ditelungkupkan, tetapi pada anak cerebral palsy sebelum umur 3 bulan tampak seperti telah dapat menegakkan kepalanya, (3) Apabila didirikan tungkainya menyilang seperti gunting, karena kekejangan otot-otot kaki, (4) Cara merangkak yang aneh, yaitu mendorong maju lengan dan tungkai pada sisi yang sama. Hal ini dapat disebabkan kelumpuhan sebelah badan, (5) Reflex primitif yang menetap atau lambat menghilangnya, misalnya Assymetrical Tonick Neck Reflex (ATNR) pada anak normal ATNR mulai timbul pada umur 2 bulan dan akan menghilang antara umur 4-6 bulan, tetapi pada anak cerebral palsy ATNR masih menetap sesudah umur 6 bulan, (6) Bayi tampak lembek otot-ototnya (hypotonus) dan gerakan-gerakan sendi lebih luas, misalnya sendi panggul dapat diputar ke samping sampai 160 derajat, (7) Tangan yang selalu menggenggam pada umur lebih dari 3 bulan, karena kekejangan otot tangan. Hasil kajian pendahuluan (pra survey) tentang layanan bimbingan karir yang diberikan kepada siswa Cerebral Palsy di YPAC Surabaya sebetulnya sudah diupayakan secara optimal, namun masih sebatas kemampuan yang dimiliki guru khususnya guru keterampilan. Pada umumnya guru sebagai pembimbing terhadap siswanya, hanya menurut keingingan atau sebatas kemampuan guru dan tidak mencermati kemampuan yang sebenarnya dimiliki siswa. Sebagai contoh: “Siswa yang bisa mengerjakan taplak meja dengan tusuk silang, tetapi hanya diberikan keterampilan membuat taplak meja dengan tusuk festoon saja, sehingga siswa kurang mampu untuk dapat mengembangkan dan menyelesaikan suatu ketrampilan dengan mandiri tanpa bantuan dari guru pembimbing. Oleh karena itu mereka kurang mampu mengoptimalkan anggota gerak terutama anggota gerak atas (tangannya). Karir siswa seperti contoh tersebut menggambarkan adanya keterbatasan kemampuan guru dalam membimbing siswanya. Kondisi demikian dapat terjadi selain karena faktor kurang profesionalnya pembimbing/guru dapat pula karena faktor kondisi sekolah yang kurang menunjang, sehingga pembimbing kurang dapat mengoptimalkan pelayanan bimbingan. Dalam tindakan nyata guru keterampilan, wali kelas dan kepala urusan berupaya memberikan layanan seoptimal mungkin, namun karena keterbatasan kemampuan guru dan siswa sehingga hasilnya kurang optimal. Lebih lanjut ditemukan tentang kemampuan orang tua dalam membimbing khususnya dalam karir terhadap anaknya, diantaranya ada yang terlalu melindungi (dibantu dalam segala hal) dan ada yang bersikap acuh tak acuh tidak atau kurang memperhatikannya, untuk kebutuhan psikis, seperti rasa kasih sayang, latihan keterampilan dan lain-lain, sedangkan mengenai kebutuhan yang bersifat materi hampir sebagian besar memenuhinya. Temuan lain bahwa pada kelas Rehabilitasi Pravokasional YPAC Surabaya berada dalam rentang usia dewasa sehingga permasalahan yang berkaitan dengan karir banyak terjadi dan membutuhkan bimbingan serius yang secara proporsional dengan indikator terjadinya perkembangan karir yang kurang optimal menurut proporsi bimbingan karir pada siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Natawidjaja (1988: 10) bahwa “Karir ialah gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja di luar dirinya, 91
JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 90-98
mempertemukan gambaran dirinya tersebut dengan dunia kerja itu untuk pada akhirnya dapat (1) Memilih bidang pekerjaannya (3) Menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan (3) memasukinya (4) membina karir dalam bidang tersebut. Lebih lanjut dikemukakan Gani (dalam Ahman 1998: 11), “Bahwa karir adalah mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu keputusan tersebut adalah yang paling tepat; sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karir yang dipilihnya”. Memperhatikan adanya gejala-gejala perkembangan karir yang kurang optimal pada siswa kelas Rehabilitasi Pravokasional di YPAC Surabaya, dengan indikator seperti: siswa sudah menginjak dewasa, adanya gangguan gerak atas dan bawah (tangan dan kaki spatis) yang mengakibatkan sulitnya mengerakkan anggota gerak tubuh, sehingga gerak anggota tubuhnya lamban, serta sikap dan kemampuan orangtua ada yang cenderung over portection dan rejection sementara guru belum memposisikan dirinya sebagai guru BP maka berdasar kondisi obyektif tersebut mengisyaratkan perlunya kajian tentang pengembangan program bimbingan karir bagi anak Cerebral Palsy untuk dapat membantu masa depannya sendiri. Adanya beberapa variabel yang perlu diidentifikasi dalam mengkaji permasala han ini, yaitu, pertama, definisi tentang pengembangan model bimbingan pada penelitian ini adalah suatu pola dari pelaksanaan bimbingan yang akan dilakukan pada siswa Cerebral Palsy di SLB-D YPAC Surabaya dengan komponen-komponen pengembangan sebagai berikut: tujuan, pembimbing, yang dibimbing, program, pendekatan yang diguna kan dan evaluasi; kedua, definisi tentang karir pada penelitian ini adalah mengarah kepada pembinaan pravokasional; ketiga, definisi tentang Cerebral Palsy pada penelitian ini adalah anak yang mengalami cacat yang sifatnya gangguan-gangguan dari fungsi otak dan urat syaraf yang menjadi siswa kelas Rehabilitasi Pravokasional di SLB-D YPAC Surabaya. Adapun asumsi-asumsi yang mendasari penelitian ini adalah: Pertama, Siswa yang mengalami Cerebral Palsy yang memiliki IQ 85 ke bawah dan berusia antara 18 s/d 26 tahun kurang mendapat arahan dan bimbingan serta kurang dapat menerima arahan (keterbatasan kamampuan guru dan siswa) untuk memberi dan diberi bekal berbagai macam latihan keterampilan, sehingga terjadi kesenjangan antara tingkat IQ yang dimiliki, dengan usia dan kebutuhan akan pekerjaan, Kedua, ketidakharmonisan perkembangan IQ, usia dengan kebutuhan pekerjan siswa Cerebral Palsy sangat diperlu kan layanan bimbingan karir, Ketiga, Salah satu bentuk layanan bimbingan karir dapat berupa perangkat model program bimbingan karir, Keempat, siswa Cerebral Palsy memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan sebagaimana diperoleh anak normal, Kelima, diperlukan adanya suatu rumusan hipotetik bimbingan yang jelas , tepat dan akurat dan kemudian diberdayakan, sehingga model progam ini dapat diimplementasikan melalui guru/pembimbing bidang studi ketrampilan, wali kelas dan orangtua. Sedangkan lingkup yang menjadi batasan penelitian perlu memperhatikan indikator sebagai berikut: Pertama, optimalisasi peranan guru BP dan wali kelas serta guru keterampilan, Kedua, keterlibatan orangtua secara aktif, Ketiga, kondisi obyektif
92
Sartinah, Pengembangan Model Bimbingan Karir…..
siswa (kondisi fisik, komunikasi sosial dan keadaan IQ), 4) keterbatasan kemampuan guru keterampilan dan siswa. Adapun fokus permasalahan dapat dijabarkan dalam sejumlah pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Kegiatan apa yang selama ini dilakukan oleh guru, wali kelas dan orangtua dalam membimbing karir anak Cerebral Palsy di YPAC Surabaya ?; (2) Kendala-kendala apa yang dhadapi oleh guru, wali kelas dan orangtua siswa untuk memberikan bimbingan karir di YPAC Surabaya ?; (3) Bagaimanakah bentuk pengembangan model bimbingan karir yang efektif dapat diterapkan oleh guru, wali kelas dan orangtua siswa di YPAC Surabaya? Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Menghimpun data tentang layanan bimbingan karir yang selama ini dilakukan oleh guru (ketrampilan), wali kelas dan orangtua di YPAC Surabaya. (2) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru (ketrampilan), wali kelas dan orangtua siswa dalam melaksanakan bimbingan karir pada siswa Cerebral Palsy. (3) Menyusun model bimbingan karir yang efektif dan dapat diimplementasikan dalam tugas nyata yang dilakukan oleh guru (ketrampilan), wali kelas dan orangtua. Adapun manfaat yang didapat (1) Memacu guru (ketrampilan) dan wali kelas untuk meningkatkan layanan bimbingan karir siswa Cerebral Palsy di YPAC Surabaya. (2) Mendorong orangtua yang memiliki anak Cerebral Palsy untuk mau peduli memberi kan layanan bimbingan karir pada anaknya di rumah. (3) Sebagai bahan masukan bagi pakar pendidikan tentang beberapa permasalahan yang memerlukan intervensi layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kondisi obyektif layanan bimbingan pada siswa khususnya siswa pada kelas Rehabilitasi Pravokasional. (4) Sebagai sumbangan terhadap khasanah ilmu khususnya perkembangan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karir pada siswa rehabilitasi pravokasional, sehingga dapat diimplementasikan secara mudah oleh siapapun (guru bidang studi ketrampilan, wali kelas, dan orangtua).
Metode Penelitian ini sebagian besar akan menjawab permasalahan yang bersifat deskriptif. Deskriptif dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran yang utuh terhadap pelayanan karir pada siswa cerebral palsy di YPAC Surabaya khususnya pada kelas Rehabilitasi Pravokasional. Sedangkan secara khusus tentang pengembangan model bimbingan kair dirancang dalam pendekatan kolaboratif (Collaborative Action Research), yaitu kolaboratif antara Guru bidang studi keterampilan, Wali kelas dan orang tua dalam penelitian ini perannya sejajar dengan peneliti untuk menjadi mitera penelitian. Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini terbagi dalam empat tahap, yaitu: (1) Tahap melihat kondisi di lapangan yang meliputi kegiatan apa yang selama ini dilakukan oleh guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua dalam menjalan kan layanan bimbingan karir di YPAC Surabaya pada Kelas Rehabilitasi Pravokasional; Kendala-kendala yang dihadapi. (2) Tahap merumuskan masalah di lapangan yang menjadi kepedulian guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua. Rumusan masalah ini disusun bersama guru bidang studi ketrampilan, wali kelas dan orang tua dengan cara diskusi. Dasar perumusan masalah hasil kegiatan tahap pertama. (3) Tahap merumuskan penerapan bimbingan karir yang dilakukan secara individual oleh guru 93
JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 90-98
bidang studi keterampilan, wali kelas terhadap siswa yang mempunyai masalah karir pada kelas Rehabilitasi Pravokasional, dengan mempertimbangkan kesesuaian antara data impirik, kurikulum SLB-D kelas Rehabilitasi Pravokasional, program BP, teori bimbingan dan teori belajar. (4) Implementasi (uji coba) cara pelayanan bimbingan karir melalui wali kelas dan orang tua secara individual. Langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah: a ) Perencanaan Langkah perencanaan ini ditetapkan aspek bimbingan karir yang akan ditangani yang disesuaikan dengan materi bimbingan yang diajarkan oleh guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua siswa. Pada tahap ini peneliti bersama guru keterampilan, wali kelas dan orang tua merumuskan persiapan penerapan bimbingan untuk uji coba pelaksanaan bimbingan karir bagi siswa Cerebral Palsy. Adapun langkah yang dilalui dalam pembuatan persiapan penerapan untuk uji coba, yaitu: Pertama, merumuskan layanan bimbingan karir yang dilakukan oleh wali kelas dan orang tua; Kedua, menentukan metode penerapan bimbingan yang dapat memfasilitasi siswa agar dapat mencapai tujuan yang harapkan dalam proses layanan bimbingan karir; Ketiga, merumuskan cara mengevaluasi proses dan hasil layanan bimbingan dalam pelaksanaan model bimbingan karir. b) Tindakan ( Action ) Langkah pelaksanaan cara menerapkan layanan bimbingan karir melalui guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua mengenai cara pelaksanaan bimbingan nya terhadap anak Cerebral Palsy dengan menggunakan bimbingan secara individual. c) Observasi Peneliti mengobservasi hasil pelaksanaan penerapan bimbingan karir secara individu oleh guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua. d) Refleksi Peneliti bersama mitra mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan. Apabila pada langkah ini terdapat hasil yang tidak memuaskan, maka peneliti akan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal, sehingga harus membuat kembali baru, secara simultan berlanjut terhadap kesatu, kedua, ketiga dan keempat sampai dengan ditemukan bentuk cara yang tepat dalam menerapkan bimbingan karir. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi (teknik utama) serta ditambah teknik pendamping yakni diskusi dan simulasi. Teknik wawancara dilakukan secara terbuka, dengan harapan peneliti lebih leluasa untuk dapat menggali informasi dengan lebih rinci dan mendalam. Dalam penelitian ini pihak yang diwawancarai adalah kepala urusan, guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua anak Cerebral Palsy. Sedangkan observasi dilakukan secara ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang dilakukan observant (observasi partisipasi). Pihak yang diobservasi adalah karir siswa Cerebral Palsy dan cara guru bidang studi keterampilan serta wali kelas dalam memberi kan bimbingan terhadap siswanya baik situasi di dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun diluar kelas.
94
Sartinah, Pengembangan Model Bimbingan Karir…..
Analisis data direncanakan dengan mengadakan interpretasi logis dan rasional. Sedangkan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut: 1) Member check, yakni dengan cara meminta sebagai mitra peneliti untuk mengecek kebenaran laporan yang sudah disusun . Untuk selanjutnya mengadakan perbaikan sesuai dengan saran wali kelas yang melakukan uji coba; 2) Triangulasi, yaitu dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dengan guru bidang studi keterampilan, wali kelas dan orang tua. Lokasi penelitian ini adalah SLB-D (Tunadaksa) Surabaya, dengan alamat Jl. Semolowaru utara V/2a Surabaya. Mitra penelitian adalah guru bidang studi keterampilan, wali kelas Pravokasional dan orang tua anak Cerebral Palsy.
Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Tahap pertama: Melihat kondisi Objektif Layanan Bimbingan karir di kelas rehabilitasi pravokasional YPAC Surabaya meliputi (1) Kegiatan yang dilakukan oleh guru keterampilan, wali kelas dan orang tua dalam melaksanakan layanan bimbingan karir di kelas rehabilitasi pravokasional YPAC Cabang Surabaya antara (a) Jenis kasus karir siswa cerebral palsy, (b) Pelaksana bimbingan karir siswa cerebral palsy, (c) Teknik pelaksanaan bimbingan karir siswa cerebral palsy. (2) Kendala-kendala pelaksanaan layanan bimbingan karir bagi siswa cerebral palsy di kelas rehabilitasi pravokasional SLB-D YPAC Surabaya meliputi (a) belum adanya tenaga bimbingan yang secara khusus dan professional (tenaga ahli), (b) belum ada personalia layanan bimbingan karir secara khusus belum ada, (c) belum ada tenaga ahli yang dapat mengadministrasi layanan bimbingan karir bagi siswa cerebral palsy, (d) belum dialokasikan anggaran tentang program layanan bimbingan karir. Tahap kedua: Deskripsi tentang program bimbingan karir yang efektif. Deskripsi masalah ini diuraikan berdasar hasil observasi, wawancara dengan wali kelas, guru, orang tua siswa. Untuk mempertajam rumusan masalah yang ada di lapangan, maka dilakukan diskusi bersama guru untuk mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan yang menjadi kepedulian wali kelas dan guru. Rumusan masalah yang ada di lapangan yaitu: (1) Siswa cerebral palsy yang kurang memiliki/mendapat informasi karir khususnya mengenai; menumbuhkan kesadaran atas pentingnya karir, membahas siswa (tentang diri dan lingkungannya), menelaah pasaran kerja, menelaah konsekuensi setiap pilihan, menelaah pilihan-pilihan lain dan memilih arah karir yang pertama. (2) Siswa cerebral palsy yang kurang informasi tentang pengenalan macam/jenis karir yang disesuaikan dengan kemampuan siswa CP meliputi; kerajinan tangan, tata boga, pertokoan /perniagaan kantin, pelukis, penari dan cleaning servis (3) Siswa cerebral palsy kurang dapat menentukan pemilihan karir disesuaikan dengan kemampuan yang masih bisa dikembangkan: kerajinan tangan, tata boga, pertokoan/perniagaan/kantin, pelukis, penari dan cleaning service. (4) Siswa cerebral palsy yang kurang dapat membina/mendalami karir yang dimiliki siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan pangsa pasar; umumnya anak hanya suka melakukan kegiatan dan kadang ada kebosanan misalnya dalam: kerajinan tangan (meronce,melukis), tata boga, pertokoan/ perniagaan/kantin, pelukis, penari dan cleaning service. 95
JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 90-98
Terkait dengan masalah kasus karir siswa cerebral palsy pada kelas rehabilitasi pravokasional SLB/D YPAC Surabaya, di kembangkan suatu program bimbingan karir sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan aktual siswa, yang dikemas dalam bentuk bimbingan mingguan di luar KBM. Sementara teknik bimbingan yang diterapkan adalah desensitisasi sistematik, untuk mengeliminasi perilaku-perilaku siswa yang mengarah pada tindakan kebosanan, rational emotif terapi (RET) untuk menanggulangi keyakinankeyakinan siswa tentang karir yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta layanan informasi melalui kegiatan bermain peran, eksperimen bersama dan diskusi. Pada subjek yang dikenakan dalam uji coba terbatas menunjukkan adanya perubahan karir ke arah yang lebih positif seperti; (1) frekuensi pekerjaan meronce, melukis, menyapu, memasak di dapur dan menjaga kantin semakin menunjukkan keseriusan dan mulai tidak cepat bosan (2) siswa tidak lagi melakukan kebiasaan menunggu bimbingan guru kelasnya atau instrukturnya apabila mengerjakan keterampilan (3) berdasarkan laporan dari orangtua siswa tidak lagi melakukan kebiasaan membiarkan pekerjaan yang ia kerjakan sendiri, tetapi mulai diringkas sendiri atau ditata seperti semula, (4) siswa mulai dapat memahami bahwa karir itu pekerjaan yang setiap hari ia kerjakan untuk ditekuni dan menghasilkan upah/uang.; (5) siswa telah dapat membedakan antara pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, sehingga mereka tidak sekedar mengerjakan sesuai perintah guru; (6) siswa dapat menyadari bahwa karir harus dilakukan secara serius. Pembahasan Hasil penelitian ini telah tergambarkan kondisi riil tentang apa yang sudah dilakukan guru, wali kelas dan orang tua terhadap bimbingan karir ternyata bimbingan karir harus diberikan oleh ahli konselingn agar pelaksanaannya tidak terdapat kekeliruan dan sementara ini unsure di atas haanya sekedar mengarahkan keterampilan anak bukan proses bimbingan dan yang menjadi kendala pelaksanaan bimbingan karir di SLB-D YPAC Surabaya adalah keterbatasan pengetahuan dari guru dan wali kelas, pengelolaam administrasi yang belum terbiasa, dan tidak kalah penting adalah sumber dana yang tidak dianggarkan untuk pembimbingan. Program bimbingan yang disusun oleh peneliti bersama guru, wali kelas, orang tua dan kepala sekolah dapat diberdayagunakan untuk mendukung kepembimbingan karir di kelas rehabilitasi pravokasional YPAC Surabaya. Ditandaskan Fitgerald dan Michael (dalam Sumantri, 1996) bahwa sikap orangtua di rumah dan guru di sekolah merupakan salah satu sumber frustrasi dan stress emosi bagi anak tuna daksa. Lebih lanjut hal ini sesuai dengan pendapat Surya (1999: 1) "Bahwa yang tergolong faktor pembawaan misalnya kelainan atau cacat tubuh, dan sebagainya. Dan yang tergolong faktor lingkungan adalah antara lain situasi keluarga yang kurang menunjang (misalnya rumah tangga yang retak, tidak utuh dan sebagainya), pendidikan keluarga yang tidak atau kurang baik, pergaulan yang salah dan sebagainya". Diperjelas Surya (1999: 2) bahwa "kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini ikut pula memberikan pengaruh yang kuat bagi timbulnya penyimpangan". Hal ini sesuai dengan pendapat Surya, (1994: 37), bahwa konseling merupakan kegiatan profesional artinya dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki kualifikasi profesional dalam pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kualitas Surya (1988: 33) mengemukakan bahwa kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan 96
Sartinah, Pengembangan Model Bimbingan Karir…..
yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja atau asal saja, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis, sengaja, berencana, terus menerus dan terarah pada tujuan. Setiap kegiatan bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan, artinya senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauhmana individu telah berhasil mencapai tujuan dan menyesuaikan diri. Natawidjaja (1988:27) juga berpendapaat bahwa untuk melaksanakan program bimbingan secara efisien dan efektif, sekolah perlu mempunyai petugas bimbingan yang memadai, baik mutunya maupun banyaknya. Lebih lanjut Natawidjaja (1988:28), mengemukakan bahwa di dalam bimbingan di sekolah ada empat jenis petugas pendidikan yang memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan bimbingan. Adapun petugas-petugas itu adalah: (a) kepala sekolah, (b) guru-guru bidang studi, (c) penyuluh, dan (d) guru penyuluh. Lebih lanjut menurut Natawidjaja, (1988:23), mengemukakan bahwa prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan adminstrasi bimbingan adalah meliputi: (a) syarat mutlak bagi administrasi bimbingan yang baik yaitu adanya kartu pribadi dan kartu akademis bagi setiap individu yang dibimbing; (b) harus tersedia anggaran biaya yang memadai; (c) program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan; (d) pembagian waktu harus diatur untuk setiap pembimbing; (e) setiap individu yang dibimbing harus mendapat pelayanan dalam hal studi lanjutan, baik mengenai masalah di dalam ataupun di luar lingkungan sekolah; (f) sekolah yang menyelenggarakan bimbingan harus menyediakan pelayanan dalam situasi kelompok dan individual; (g) sekolah harus bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang berada di luar lingkungan sekolah yang menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan; (h) materi bimbingan harus dapat digunakan dengan mudah; (i) diciptakan suasana kerjasama, saling menghargai; (j) kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan dan perencanaan program bimbingan.
Simpulan dan Saran Kondisi obyektif di sekolah menunjukkan bahwa; pertama, siswa cerebral palsy kelas rehabilitasi pravokasional masih perlu diarahkan pada pembimbingan karir yang jelas oleh tenaga ahli. Kedua, kendala pelaksanaan bimbingan karir di kelas rehabilitasi pravokasional SLB-D YPAC Surabaya yang menonjol adalah tentang (a) belum adanya tenaga bimbingan yang secara khusus dan professional (tenaga ahli), (b) belum ada personalia layanan bimbingan karir secara khusus belum ada, (c) belum ada tenaga ahli yang dapat mengadministrasi layanan bimbingan karir bagi siswa cerebral palsy, (d) belum dialokasikan anggaran tentang program layanan bimbingan karir. Program layanan bimbingan karir yang efektif dikemas dalam bentuk bimbingan mingguan di luar KBM. Sementara teknik bimbingan yang diterapkan adalah Desensitisasi Sistematik, untuk mengeliminasi perilaku-perilaku siswa yang mengarah pada tindakan kebosanan, Rational Emotif Terapi (RET) untuk menanggulangi keyakinan-keyakinan siswa tentang karir yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, serta Layanan informasi melalui kegiatan bermain peran, eksperimen bersama dan diskusi. Pada subjek yang dikenakan dalam uji coba terbatas menunjukkan adanya perubahan karir ke arah yang lebih positif seperti; (1) frekuensi pekerjaan meronce, 97
JURNAL PENDIDIKAN DASAR VOL.7, NO.2, 2006: 90-98
melukis, menyapu, memasak di dapur dan menjaga kantin semakin menunjukkan keseriusan dan mulai tidak cepat bosan (2) siswa tidak lagi melakukan kebiasaan menunggu bimbingan guru kelasnya atau instrukturnya apabila mengerjakan keterampilan (3) berdasarkan laporan dari orangtua siswa tidak lagi melakukan kebiasaan membiarkan pekerjaan yang ia kerjakan sendiri, tetapi mulai diringkas sendiri atau ditata seperti semula, (4) siswa mulai dapat memahami bahwa karir itu pekerjaan yang setiap hari ia kerjakan untuk ditekuni dan menghasilkan upah/uang.; (5) siswa telah dapat membedakan antara pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, sehingga mereka tidak sekedar mengerjakan sesuai perintah guru; (6) siswa dapat menyadari bahwa karir harus dilakukan secara serius. Hasil penelitian berupa “Plan of Action, dan Program Layanan Bimbingan Karir Siswa Cerebral Palsy di kelas rehabilitasi pravokasional SLB-D YPAC Surabaya“ selanjutnya disarankan kepada kepala sekolah bahwa perlunya penghargaan kepada hasil kerja wali kelas dan guru, hendaknya jangan hanya menitik beratkan kepada penilaian terhadap kemampuan dalam segi administratif yang berkaitan dengan karir siswa, tetapi juga harus meliputi penghargaan profesional sebagai wali kelas dan guru yang di dalamnya mencakup aspek sebagai guru pembimbing. Dan kepada orang tua siswa, dalam hal ini orang tua hendaknya senantiasa menjalin kerjasama dengan sekolah, baik dengan guru, wali kelas kepada sekolah, sehingga dengan terjalinnya kerjasama, maka akan terwujud dalam bentuk komunikasi “Plan of Action, dan Program Layanan Bimbingan Karir Siswa Cerebral Palsy di kelas rehabilitasi pravokasional SLB-D” yang baik dengan pihak sekolah. Sehingga kepembimbingan karir siswa yang dilakukan di sekolah juga ada kelanjutannya di rumah (dengan demikian terjadilah kesepahaman dan kontinyuitas baik di sekolah dan di rumah).
Daftar Acuan Ahman, (1998). Bimbingan Perkembangan : Model Bimbingan dan Konseling di SD ( Studi Kasus Kearah Penemuan Model Bimbingan pada Beberapa SD di Jawa Barat). Disertai. PPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan. Natawidjaja, R. (1988). Pedoman Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: FIP IKIP Bandung. _________. (1997). Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: IKIP Bandung. Sutjihati, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Surya, M. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi; Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. _______ . (1994). Dasar-dasar dan Theory Konseling Pendidikan. Bandung: Bhakti Winaya ________. (1999). Perilaku Seksual (Makalah Seminar Kehidupan Remaja dan Seksual) 01 Desember. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI. Widati, S. (1991). Hubungan Gerak Dasar Tubuh dengan Kemampuan Berjalan Anak Cerebral Palsy di SLB Bagian D, YPAC Cabang Bandung: Hasil Penelitian Tidak Dipublikasikan.
98