Edisi 12 Th V Desember 2014
Ajakan Mendikbud: Yuk, Turun Tangan Selesaikan Masalah Orang Tua Harus Aktif Dalam Proses Pendidikan Gallery Talk JIPS 2014 Indonesia Masuki Fase Kesatuan Ekonomi
ISSN: 2355-8156
Empat Misi Bidang Pendidikan
2
Kita Berharap, Semua Guru Bersikap Profesional Membicarakan guru selalu menarik, karena banyak aspek yang dapat dibahas. Pada kesempatan kali ini, kita menguliknya dari aspek profesionalitas guru. Ada pendapat yang mengaitkan profesionalitas guru dengan kesejahteraan dan kompetensi. Kesejahteraan dan kompetensi guru ibarat sebuah mata uang dengan dua sisi yang berbeda tapi menyatu, tidak dapat dipisahkan satu sisi dengan sisi lainnya. Maka, peningkatkan kesejahteraan sebaiknya diikuti dengan peningkatan kompetensi, sedangkan kompetensi akan melahirkan sikap profesional. Hal sanada pernah disampaikan oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Sebagaimana diberitakan, pada kesempatan menghadiri peringatan Hari Guru Nasional 2014 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (27/11), Jusuf Kalla menyatakan bahwa meningkatkan kesejahteraan guru harus diikuti dengan peningkatan kualitas guru. Seorang guru tidak boleh berhenti belajar karena ilmu berkembang dengan sangat cepat. Selain harus mengajar dengan cara yang baik dan menyenangkan, guru juga harus menjadi pembelajar yang baik dan belajar terus menerus. Misalnya dengan rajin mengikuti penataran dan banyak membaca dari berbagai sumber. Anjuran Jusuf Kalla demikian itu menunjukkan bahwa guru harus bersikap profesional dengan melakukan kebiasaan yang dapat meningkatkan kompetensinya sebagai guru. Hanya saja, sebagian besar guru beranggapan, kesejahteraan merupakan bagian dari profesionalitasnya. Jadi, profesionalitas bukan hanya diukur dari kompetensi semata. Guru dinilai kurang bersemangat jika peningkatan kompetensi tanpa disertai peningkatan kesejahteraan. Bahkan bisa jadi guru mencari tambahan dengan menjalankan profesi lainnya untuk menutupi kebutuhan hidupnya, seperti menjadi tukang ojek misalnya. Tentu saja, hal ini akan bisa mengganggu konsentrasi guru dalam menjalankan kewajibannya di depan kelas, di hadapan peserta didik. Sebaliknya, meningkatkan kesejahteraan saja tanpa disertai dengan peningkatkan kompetensi guru, tidak akan menjadikan guru lebih kreatif daripada sebelumnya. Padahal kreativitas sangat dibutuhkan dalam sebuah pembelajaran, agar peserta didik istiqomah dalam mengikuti proses belajar dan lebih mudah dalam menangkap materi pembelajaran. Tanpa ada kreativitas, proses pembelajaran akan terasa membosankan bagi peserta didik. Sebenarnya, sejak Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diundangkan, guru di manapun berada adalah seorang profesional. Selain memiliki keahlian khusus di bidangnya, guru selalu dituntut bersikap lebih mengutamakan untuk terlibat secara aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa. Artinya, menempatkan hal-hal di luar urusan pembelajaran, misalnya kenaikkan gaji/tunjangan, pada urutan yang kesekian. Bukan pada urutan yang pertama. Begitu pula dengan upaya menambah ilmu untuk meningkatkan kompetensinya, sudah menjadi hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru profesional. Menambah ilmu adalah bagian dari profesionalitas itu sendiri. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 itu disebutkan, pendidik merupakan tenaga profesional. Penempatan kedudukan pendidik/guru sebagai tenaga profesional bertujuan meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pendidikan nasional itu sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Mengaca pada UU tersebut, masyarakat menempatkan guru pada posisi sangat strategis dalam membangun generasi muda penenerus bangsa. Guru berperan dalam setiap upaya peningkatan mutu, serta efektivitas dan efisiensi pendidikan. Maka, peningkatan dan pengembangan aspek kompetensi profesional guru merupakan kebutuhan dasar bagi pendidikan. Telah banyak bukti yang dikemukakan bahwa pendidikan, di dalamnya termasuk pengajaran, mengalami kemajuan berkat kepiawan guru dalam menerapkan kompetensi standar yang dimilikinya, termasuk kompetensi profesional. Tidak berlebihan jika kita berharap, semua guru bersikap profesional dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di tengah masyarakat. (*)
Pendidikan Harus Jadi Kegembiraan Foto hitam putih itu menggambarkan sebuah halaman rumah sederhana. Pintu kayu, tembok tanpa pulasan cat, pagar semen setinggi lutut orang dewasa menghiasi halaman tersebut. Tikar pandan menjadi alas sederhana untuk duduk beberapa orang. Sekitar lima belas anak duduk menghadap seorang guru wanita. Mereka sedang bersiap untuk belajar. Halaman di foto tersebut merupakan bagian dari salah satu Sekolah Taman Siswa di Bandung. Guru perempuan yang ada di foto itu adalah Ibu Soerjoadipoetro, salah seorang penggerak pendidikan Taman Siswa. Foto itu kini masih terarsip di Museum Tropen, Belanda. Gambar dua dimensi tersebut boleh jadi sederhana, tapi pesannya begitu nyaring. Bahwa pendidikan adalah sebuah keseharian yang menyenangkan. Murid-murid yang hadir tak memakai seragam tapi semangat mereka tak bisa disepelekan. Pembelajaran di Taman Siswa, Bandung mengingatkan saya pada konsep belajar tiga dinding yang dikenalkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar menyarankan ruang kelas hanya dibangun dengan tiga sisi dinding, sedangkan satu sisi lainnya lainnya terbuka. Ki Hadjar ingin menyatakan bahwa seharusnya tidak ada jarak antara dunia pendidikan di dalam kelas dengan realitas di luarnya. Sekali lagi ini bukti bahwa pendidikan harus hidup dan tumbuh sebagai sebuah keseharian yang menyenangkan. Kini kita kerap menengok Finlandia saat bicara pendidikan. Apa yang dilakukan oleh Finlandia sebenarnya senada dengan konsep Ki Hadjar. Bahwa proses belajar harus menyenangkan. Saatnya kita mengembalikan konsep pendidikan kita seperti yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara. Bagi beliau, sekolah adalah taman, tempat bermain. Proses belajar itu mencerahkan, Pendidikan itu prosesnya equal, tapi merangsang pertumbuhan. Mari kita buat proses belajar itu adiktif. Layaknya candu, ada keinginan untuk belajar terus. Ke depan, yang kita butuhkan bukan spesialis, melainkan learner, pembelajar. Kita harus mendidik orang menjadi pembelajar. Kalau bisa menjadi pembelajar, di peran apa pun dia akan bisa punya makna. Untuk mewujudkan pendidikan menjadi kegembiraan tentu perlu sebuah perspektif baru. Kita bisa menengok kembali pada Ki Hadjar untuk menghadirkan perspektif ini. Pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi yang perlu dikembangkan anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Soal ekstrakurikuler misalnya, minat dan bakat anak-anak itu bervariasi. Tanyakan pada anak-anak ingin ekstrakurikuler apa? Jangan kita yang menentukan minat dan bakatnya. Selama ini ekstrakurikuler kita selera guru, selera dinas, selera yang sudah jadul. Maka jangan salahkan anak-anak ketika mereka memilih pulang daripada aktif di kegiatan ekskul. Anak-anak kita akan hidup di masa depan dan kita mendidik anak-anak kita di zaman ini, bukan di zaman dulu. Untuk melaksanakan itu kita perlu membuka pikiran kita. Tidak ada terobosan, tidak ada inovasi di sekolah, jika tidak ada guru yang inovatif. Guru tidak akan kreatif inovatif kalau tidak ada percikan rangsangan. Karena itu bagian dari tugas kementerian untuk merangsang itu. Adalah tanggungjawab kita bersama untuk menciptakan pendidikan yang menyenangkan, bukan sebuah beban. Yang di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Konsep dari Ki Hadjar tersebut masih relevan sampai saat ini. Kelak ketika kita lengah pada tanggungjawab ini, lihat kembali foto-foto Taman Siswa. Bahkan di masa ketika kita belum bisa teriak merdeka, para pendiri negeri ini telah mendorong pendidikan sebagai sesuatu yang menyenangkan. Bayangkan ketika pulang sekolah nanti anak-anak kita bisa tersenyum sambil menceritakan beragam pengalaman di sekolah. (*) Edisi 12 Th V Desember 2014
Ajakan Mendikbud: Yuk, Turun Tangan Selesaikan Masalah Orang Tua Harus Aktif Dalam Proses Pendidikan Gallery Talk JIPS 2014 Indonesia Masuki Fase Kesatuan Ekonomi
“Ajak seluruh masyarakat menurunkan pengeluaran guru. Beri diskon kepada guru,” kata Mendikbud. Guru dapat diskon, pengeluaran berkurang. Pengeluaran berkurang, kesejahteraan meningkat. Kesejahteraan meningkat, profesionalitas terangkat. Tul, nggak, Bapak/Ibu guru?
Betul, Mas Menteri. Jangan hanya urun angan. Pemda meminta pemerintah pusat lebih memerhatikan daerah 3T. Siap! Murid langsung sampaikan ke Mas Menteri, agar direspons dengan kebijakan dan program yang sesuai.
Empat Misi Bidang Pendidikan ISSN: 2355-8156
Mendikbud mengatakan, “Yuk, turun tangan selesaikan masalah pendidikan.”
Desain Perwajahan & Tata letak: vien.adrian Keterangan Foto: Foto sampul adalah foto yang diikutsertakan dalam Lomba Foto Pendidikan 2012 yang diselenggarakan Pusat Informasi dan Humas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dua orang siswa SD menggunakan “getek”, perahu yang dibuat dari rakitan sejumlah bambu panjang, sebagai alat penyebrangan menuju sekolah mereka.
Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Ainun Na’im; Pengarah: Rahman Ma’mun; Penanggung Jawab: Ibnu Hamad; Pemimpin Redaksi: Dian Srinursih; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Seno Hartono, Aline Rogeleonick, Desliana Maulipaksi, Harriswara Akeda, Denis Sugianto, Ardi Wilda; Fotografer: Ridwan Maulana, Jilan Rifai; Desain dan Artistik: Susilo Widji P., Yus Pajarudin; Sekretaris Redaksi: Tri Susilawati; Redaktur Eksekutif: Priyoko; Alamat Redaksi: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kemdikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 0215701088. Laman: www.kemdikbud.go.id Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI @Kemdikbud_RI
3
Temui Guru Honorer yang Mengabdi Sejak 1974
Pengabdian Maman Dapat Jadi Teladan Sejak kisah singkatnya muncul di media sosial sekitar pertengahan November 2014 lalu, nama Maman Suparman menjadi terkenal. Ia adalah guru honorer berusia 74 tahun yang mendedikasikan dirinya sebagai tenaga pendidikan sejak tahun 1974. Melihat kisahnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, mengajak masyarakat untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap guru. Guru adalah profesi mulia yang tidak ternilai.
Sehari setelah menjawab surat dari pemilik akun Sukamto M.Pd Foto: Ridwan PIH tentang Maman Supratman, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Guru Maman Supratman mengajar kesenian angklung kepada peserta didik di SMP Negeri 17 Bekasi, Jawa Barat, Selasa (2/12). Maman mengabdi sebagai guru honorer sejak tahun 1974. (Mendikbud), Anies Baswedan, menemui Maman, guru honorer aktif Maman pertama kali mengajar di statusnya mendapatkan 22.684 likes mengingatkan agar semua pihak selama 40 tahun di SMP Negeri 17 SMP 1 Pondok Gede, yang sekarang dan dibagikan sebanyak 7.431 kali. melepaskan guru dari semua Bekasi, Jawa Barat, Selasa (2/12). bernama SMP Negeri 6 Bekasi. Menjawab surat tersebut, kepentingan politik praktis, baik di Dalam kesempatan itu Mendikbud Kepala sekolahnya juga adalah Mendikbud mengatakan, kini saatnya pusat maupun di daerah. Mantan memberikan semangat dan apresiasi bekas muridnya dulu. Saat ada mengubah cara pandang masyarakat Rektor Universitas Paramadina ini yang tinggi kepada pria berusia pengangkatan pegawai, dirinya juga terhadap guru. “Kita harus melihat kembali menegaskan agar tidak 74 tahun, pengajar mata pelajaran mengajukan pemberkasan namun guru sebagai profesi yang mulia. memandang masalah pendidikan kesenian angklung tersebut. terkendala usia. “Saya sudah berumur Terlepas dari sebagai tugas pemerintah semata. “Saya, atas 40, sedangkan batas usia saat itu 37 berbagai macam Pendidikan harus menjadi tanggung nama pemerintah tahun,” katanya. persoalan yang jawab semua orang dan jika ini ingin menyampaikan Beberapa tahun kemudian ada meliputi guru, kita dilakukan, maka efeknya akan sangat ucapan terima kasih pemutihan pengangkatan pengawai. harus menjadikan luar biasa. “Peraturan memang dan apresiasi. Insya Batas usianya dinaikkan menjadi 39 mereka sebagai mudah dibuat, namun akan lebih Allah guru seperti Pengabdian Maman tahun. Namun lagi-lagi Maman tidak orang-orang dahsyat jika itu adalah datang dari Pak Maman ini, yang tulus ini dapat bisa diangkat karena usianya saat itu penting. VIP-kan panggilan hati semua orang yang kami menyebutnya sudah 42 tahun. Status honorer tidak guru-guru kita!” sudah merasakan manfaat pendidikan guru mulia, yang menjadi teladan. menjadi halangan tegas Mendikbud di Indonesia,” kata bisa jadi contoh buat Apa yang dikerjakan baginya untuk dalam acara Mendikbud. semua,” katanya. menularkan ilmu Saat tiba Maman tidak ternilai. Silaturahim dengan ke anak didiknya. Kepala Dinas di sekolah ini, Kisah Maman “Saya tidak pikir, Pendidikan Seluruh Mendikbud Kepala Kini murid Maman pokoknya kerja. Indonesia di Plaza Insan Berprestasi, sempat menunggu beberapa waktu SMP Negeri 17 Saya sudah tua Kemendikbud, Jakarta, Senin (1/12). karena Maman sedang mengajar di Bekasi, Untung sudah banyak yang begini cuma ingin Menurut Mendikbud, tugas sekolah lain. Pada kunjungannya, Hartono mengaku sukses. Semua ini menurunkan ilmu,” pemerintah adalah meningkatkan Mendikbud didampingi oleh Direktur termotivasi oleh katanya. kesejahteraan guru. Sementara Jenderal Pendidikan Dasar, Hamid semangat mendidik karena ketulusan Maman tanggung jawab masyarakat adalah Muhammad. Maman. Menurut dia mendidik para mengaku, awalnya menurunkan pengeluaran guru. Mendikbud mengatakan, dia, Maman selalu ia menolak menjadi Jika kedua hal ini sama-sama siswanya. pengabdian Maman yang tulus ini aktif dalam setiap tenaga pendidik,. dilakukan, maka guru akan semakin dapat menjadi teladan. Menurut kegiatan di sekolah. Namun, Maman sejahtera. “Ajak seluruh masyarakat Mendikbud, apa yang dikerjakan “Ke mana pun dia terus dibujuk. “Tidak apa-apa. Ada Maman tidak ternilai. “Dihargai berapa menurunkan biaya. Beri diskon selalu ikut dan mendampingi. Dia kurikulumnya kok,” katanya menirukan kepada guru,” tuturnya. pun tidak ternilai, karena kemuliaan tidak mau ketinggalan,” katanya. ucapan pejabat kepala sekolah, yang Mendikbud memberikan contoh itu tidak bisa dirupiahkan,” katanya. Untung adalah salah satu murid kebetulan adalah adik kelasnya saat partisipasi masyarakat yang Maman menjadi perbincangan di Maman, saat dirinya menempuh di sekolah dulu. media sosial facebook setelah pemilik menurunkan biaya pengeluaran pendidikan di Sekolah Pendidikan guru. Contoh itu datang dari sebuah Akhirnya Maman menyetujui akun Sukamto MPd mengunggah Guru (SPG). bengkel kecil di Yogyakarta yang ajakan untuk menjadi guru. Di cerita tentang Maman di akun Maman mengatakan, dia menjadi sempat ia kunjungi beberapa hari sekolahnya dia mengajar mata facebook-nya. Dia mengunggah profil guru awalnya karena tidak sengaja. pelajaran seni musik dan seni rupa. Maman disertai foto saat mengenakan yang lalu. “Bengkel ini memberikan Saat itu dia bekerja di pabrik kertas diskon 50 persen untuk jasa dan 15 Kini murid Maman sudah banyak yang seragam PGRI pada 25 November dan kemudian berhenti bekerja pada persen untuk suku cadang khusus sukses. Semua ini karena ketulusan lalu, yang bertepatan dengan tahun 1970. Setelah itu dia berjualan untuk guru,” katanya. dia mendidik para siswanya. “Kemarin peringatan Hari Guru Nasional. angklung buatannya sendiri. “Tahun Dalam bahan paparannya di saya kedatangan bekas murid saya. Sukamto adalah guru bahasa 1976 ada sekolah yang pesan alat hadapan perwakilan pemerintah Pangkatnya sudah Brigjen, dia lulusan Indonesia di sekolah yang sama musik angklung. Saya akhirnya daerah yang mengurusi pendidikan tahun 1983,” katanya. Wah. (Agung, dengan tempat Maman mengajar. ditawari menjadi guru kesenian,” dan kebudayaan, Mendikbud Ratih) Sampai Selasa (2/12) siang, katanya.
Empat Misi Bidang Pendidikan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden RI, Joko Widodo, dan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, merumuskan sembilan misi pembangunan yang dinamakan “Nawacita Pemerintahan”. Di bidang pendidikan, setidaknya ada empat misi yang akan dilaksanakan selama lima tahun pemerintahan ini. Melalui misi ini, diharapkan sektor pendidikan Indonesia ke depan menjadi lebih baik dari apa yang telah dicapai hari ini.
Indonesia. Untuk itu, pemerintah memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang dialog antar-warga, mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan dan mengangkat kebudayaan lokal, serta meningkatkan proses pertukaran budaya untuk membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya. “Memberikan ruang ekspresi budaya di mana saja untuk tumbuh. Jadi, keberagaman diikat dengan perasaan tunggal ika,” katanya.
Langkah Ke Depan
Dalam kesempatan itu, Mendikbud menampilkan gambaran tentang potret produk domestik bruto (PDB) sejumlah negara di Asia dalam rentang waktu 1980 hingga 2012. Pada tahun-tahun awal, terlihat bahwa PDB negara-negara Asia ini tidak terlampau jauh perbedaannya. Namun, selama tiga dekade, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand, mampu melesat jauh di atas Indonesia. Program “Indonesia Pintar” adalah satu dari sejumlah misi di bidang “Rupaya mereka melakukan investasi dalam pengembangan kualitas manusia pendidikan yang dicanangkan pemerintah Presiden RI, Joko Widodo, dan dan ini dilakukan dengan serius,” ucapnya. Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Program yang diwujudkan dalam bentuk Kartu Mendikbud kemudian mengajak seluruh pihak untuk membayangkan posisi Indonesia Pintar (KIP) ini diluncurkan pada akhir Oktober Indonesia, layaknya Korea Selatan dan Malaysia di tahun 2014 lalu bersamaan dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan 1980-an. “Mari kita bayangkan, agar 20 tahun kemudian, Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) oleh Presiden Joko Widodo. orang-orang akan mengatakan beruntung Indonesia di Program ini menjamin seluruh warga negara Indonesia usia dekade ini melakukan investasi serius pengembangan sekolah yang memiliki kesulitan ekonomi untuk tetap dapat kualitas manusia. Dan di situ ada jejak pahala Bapak/Ibu mengenyam pendidikan, baik formal maupun informal, tanpa semua, meski yang dikerjakan tidak terlihat, tapi anak-anak Untuk mewujudkan biaya apapun. yang merasakan dampak itu akan terlihat. Inilah bedanya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies revolusi karakter antara yang mengurus pendidikan dan yang tidak. Diperlukan Baswedan, mengatakan, pesan utama pemerintah baru bangsa, cara keikhlasan yang lebih,” jelasnya. adalah akses pada pendidikan yang merata, yaitu wajib Ia mengingatkan, mengelola pendidikan tidaklah mudah. belajar 12 tahun bebas pungutan. Namun, ini adalah proses yang dilakukan di Untuk itu jalinan kerja sama antara pemerintah pusat dan bertahap, sehingga jangan bayangkan ini langsung dapat antaranya adalah daerah sangat diperlukan. Mendikbud menyadari banyak terjadi tahun depan atau beberapa bulan ke depan. “Ini dengan membangun landasan regulasi yang sebenarnya sudah diletakkan, sebagai proses yang bertahap,” tutur Mendikbud dalam acara namun bantuan dari pemerintah pusat bagi daerah untuk silaturahim dengan para kepala dinas pendidikan provinsi, pendidikan mengembangkan kapasitas masih kurang. “Pusat belum dan kabupaten/kota, di kantor Kemendikbud Jakarta, Senin kewarganegaraan, menjadi fasilitator dan mentor bagi daerah. Kami akan (1/12). perbaiki kekurangan ini,” ujar Mendikbud. Dalam paparannya, Mendikbud memaparkan empat dan menghilangkan Maka, cara yang dapat dilakukan bersama-sama adalah misi pemerintahan baru dalam bidang pendidikan. Pertama, model penyeragaman meningkatkan kinerja delapan standar layanan pendidikan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Kedua, dalam sistem di semua sekolah dalam waktu tiga hingga empat tahun, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar tidak ada sekolah yang berada di bawah standar internasional. Ketiga, melakukan revolusi karakter bangsa, pendidikan nasional. sehingga pelayanan minimal. Gerakan meningkatkan kemuliaan dan keempat, memperteguh kebhinekaan dan memperkuat dan mutu guru, serta pembenahan dan penuntasan status restorasi sosial Indonesia. kepegawaian guru. Selain itu, membangun jejaring komunikasi dan kolaborasi Ia menjelaskan, misi tersebut dijabarkan dalam bentuk program praktis, yang lebih baik antarpemerintah daerah untuk saling berbagi praktik-rpaktik seperti membangun sejumlah science and technopark di kawasan politeknik baik, termasuk yang muncul dari masyarakat. Mendorong keterlibatan aktif dan SMK yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana berteknologi terkini. masyarakat dan pihak swasta dalam membantu memecahkan masalah dan “Inilah janji yang akan pemerintah lakukan,” ucapnya. meningkatkan kinerja pendidikan daerah. (Ratih) Sementara itu, untuk mewujudkan revolusi karakter bangsa, cara yang dilakukan di antaranya adalah dengan membangun pendidikan kewarganegaraan, dan menghilangkan model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional. “Justru kita harus memberikan ruang bagi kreativitas, inovasi di daerah, jangan diseragamkan. Ini pesan pemerintah baru. Indonesia punya begitu banyak potensi untuk bisa tumbuh lebih baik,” jelas Mendikbud. Ia menambahkan, revoluasi karakter bangsa juga dilakukan dengan memberikan jaminan hidup yang memadai bagi para guru terutama tenaga pendidik yang ditugaskan di daerah terpencil. “Ini guru-guru pasti langsung setuju,” tambah Mendikbud. Pemerintahan percaya, memperteguh kebhinekaan juga menjadi misi dalam memperkuat sektor pendidikan di
Ajakan Mendikbud:
Yuk, Turun Tangan Selesaikan Masalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, bersilaturahim dengan para kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota, di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (1/12) lalu. Banyak hal yang dibahas, mulai dari perkembangan pendidikan sejak Indonesia merdeka hingga visi misi pendidikan pemerintahan baru. Asah-asuh mencoba menyajikan pembahasan tersebut pada halaman 4, 5, 6, dan 7 serta dilengkapi wawancara dengan kepala dinas pendidikan. Berikut ini laporannya.
Sejak zaman kemerdekaan, pemerintah berusaha memberi layanan pendidikan sebaik-baiknya untuk masyarakat. Tidak terhitung prestasi yang telah diraih, namun tidak sedikit pula masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Dari waktu ke waktu, dari satu kabinet ke kabinet lain, banyak masalah yang tertinggal. Menumpuk di meja pemerintahan baru. Tentu masalah tersebut harus diupayakan diselesaikan demi pembangunan pendidikan nasional, demi membekali anak-anak bangsa dalam menempuh perjalanan jauh menuju sebuah cita-cita luhur: Indonesia sejahtera dan mulia. Masalah yang tertinggal itu, seperti disampaikan oleh Mendikbud, Anies Baswedan, di antaranya standar layanan pendidikan. Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Berdasarkan pemetaan Kita harus Kemendikbud terhadap 40.000 sekolah pada tahun 2012, diketahui bahwa isi, proses, fasilitas, dan berubah. pengelolaan sebagian besar sekolah, masih belum Jangan mulai sesuai dengan standar pendidikan yang baik, sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang. dari saling Selain itu, nilai rata-rata uji kompetensi guru yang menyalahkan. diharapkan berstandar 70, juga belum bisa terpenuhi. “Nilai rata-rata guru kita, yang kita harapkan 70 Sikap paling namun yang sekarang baru 44,5,” ujar Mendikbud, bertanggung di hadapan kepala dinas pendidikan dari berbagai jawab adalah wilayah Indonesia. Hal itu sangat memprihatinkan, karena guru melihat merupakan bagian terpenting dalam sebuah masalah, pembelajaran. Untuk mengejar ketertinggalan, Indonesia harus memiliki lebih banyak lagi guru kemudian berkualitas. Apabila kompetensi guru memenuhi urun tangan standar yang ada, layanan pendidikan yang baik menyelesaikan bakal terwujud. Oleh karena itu, pengembangan dan pembinaan guru menjadi fokus utama pemerintah ke masalah. Mari depan. kita mulai hari Bukan hanya itu, masalah lain ada di hadapan mata adalah kualitas pendidikan. Dari beberapa ini. survei mengenai kualitas pendidikan, pendidikan nasional masih banyak yang perlu dievaluasi dan diperbaiki. Kondisi pendidikan di Indonesia berdasarkan pada pemetaan The Learning Curve-Pearson tentang akses dan mutu pendidikan pada tahun 2013 dan 2014 masuk pada posisi 40 dari 40 negara. Sedangkan pemetaan oleh Universitas 21 pada tahun 2013, Indonesia memperoleh peringkat 49 dari 50 negara. Berdasarkan pemetaan pendidikan dari Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) tahun 2011, Indonesia berada pada peringkat 40 dari 42 negara. Begitu juga kajian yang dibuat oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2012 Indonesia memeroleh peringkat 64 dari 65 negara. Melihat fakta demikian, Mendikbud meminta keseriusan dan dukungan semua pihak dalam memperbaiki kondisi tersebut. “Harus kita renungkan data dan fakta yang memberatkan dan pahit. Kalau kita tidak membuka fakta ini,
Foto: Ratih PIH
Suasana kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Kleco 7, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan meminta agar pemangku kepentingan pendidikan Indonesia tidak berkecil hati menghadapi masalah yang terjadi di dunia pendidikan, karena banyak negara juga pernah mengalami persoalan pendidikan.
maka kita akan selalu merasa nyaman dengan situasi yang ada,” sambungnya.
Jangan Berkecil Hati
Pada kesempatan sama, Mendikbud meminta agar pemangku kepentingan pendidikan Indonesia tidak berkecil hati menghadapi masalah yang terjadi di dunia pendidikan. Banyak negara juga pernah memiliki persoalan pendidikan yang sama besarnya dengan Indonesia. Untuk lepas dari masalah pendidikan, negara-negara tersebut melakukan sejumlah reformasi yang prosesnya berlangsung selama puluhan tahun. Efeknya kemudian dirasakan pada tahuntahun belakangan ini. Ia menyebut Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat, Polandia, Inggris, dan Finlandia, sebagai contoh negara-negara yang berhasil keluar dari persoalan pendidikan. “Mereka kerja serius dan bisa berubah,” tuturnya. Dalam paparannya, Mendikbud menyebut reformasi pendidikan yang dilakukan pemerintah Republik Rakyat China. Reformasi tersebut dilakukan pada Juni 2013 yang mengeluarkan panduan untuk Apabila seluruh provinsi dalam mereformasi model penilaian kompetensi mutu pendidikan. Ada lima area yang menjadi perhatian, yaitu perkembangan moral, perkembangan guru akademik, kesehatan jiwa dan raga, perkembangan memenuhi minat dan bakat unik, serta pengurangan beban akademik. standar yang Contoh lainnya adalah Korea Selatan, yang juga ada, layanan melakukan reformasi pendidikan. Semula sekolah di Korsel berorientasi pada skor atau tes. Bimbingan pendidikan dianggap lebih penting daripada sekolah. Lalu, yang baik bakal belajar pemerintah di sana kemudian melakukan beberapa terwujud. reformasi untuk mengurangi ketergantungan pada tes. Mendikbud menjelaskan, negara-negara tersebut berkaca dan menengok masalah yang terjadi di negaranya masing-masing, lalu melakukan perubahan. Sama dengan Indonesia, masalah yang ada harus dilakukan perubahan. “Kita harus berubah. Jangan mulai dari saling menyalahkan. Sikap paling bertanggung jawab adalah melihat masalah, kemudian turun tangan menyelesaikan masalah. Mari kita mulai hari ini,” kata Mendikbud, mantap. (Seno, Ratih)
Lakukan Analisis Kondisi Pendidikan di Daerah Lain ladang, lain belakang. Lain daerah, lain pula permasalahannya. Termasuk permasalahan di bidang pendidikan. Kondisi geografis dan adat istiadat menjadi tantangan tersendiri bagi pemangku kepentingan pendidikan di Tanah Air. Pemerintah daerah hendaknya melakukan analisis untuk mencari pola penyelesaian masalah pendidikan di daerahnya.
Pemerintah daerah (pemda) diminta menganalisis kondisi pendidikan di daerahnya masingmasing. Analisis tersebut diperlukan untuk memeroleh gambaran bentuk solusi yang bisa dilakukan untuk memajukan pendidikan. Permintaan itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, dalam silaturahim dengan para kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota, di Kantor Kemendikbud, Senin (1/12). Mendikbud mengatakan, terdapat angka-angka yang menunjukkan bahwa kondisi pendidikan Indonesia saat ini sedang bermasalah. Salah satu contohnya adalah 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar pelayanan minimal. “Jangan biarkan masalah ini dianggap sebagai sebuah kelaziman. Dan, pemda jangan hanya urun angan, tapi juga harus turun tangan,” katanya, dalam paparannya. Pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, membuka diri untuk membantu dan berdiskusi dengan pemda. Saat ini hubungan pemerintah pusat dan daerah bukan lagi instruksional, tapi fasilitator dan
mentor. Proyeksi yang dilakukan oleh pemda harus memiliki target penyelesaian. “Jangan melihat ini sebagai bagian-bagian, yuk kita kerjakan bersama-sama,” katanya. Dalam kesempatan ini pula, Mendikbud mengajak pemda untuk mendorong tumbuhnya gerakan pendidikan. Meskipun sederhana, tapi gerakan tersebut penting. Bentuk gerakan ini bisa dimulai dengan keterlibatan pemda dalam kegiatankegiatan pendidikan. “Dinas datang ke sekolah-sekolah, hadiri upacara, datang ke MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKG (Kelompok Kerja Guru),” tuturnya. Meskipun disadari kondisi geografis Indonesia cukup berat, Mendikbud meminta agar hal tersebut jangan dipandang sebagai masalah. Geografis dan kendala alam ini adalah tantangan untuk maju. Merujuk pada cita-cita 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045 nanti, Mendikbud menekankan pemerintah sudah tidak bisa lagi mohon maaf pada anak-anak. Di tahun tersebut, di setiap titik dan setiap tempat, semua harus sudah tercerdaskan. “2045 itu ada upacara bendera yang pasti bersejarah. Semua akan melihat data
Mendikbud mengajak Pemda untuk mendorong tumbuhnya gerakan pendidikan. Meskipun sederhana, tapi gerakan tersebut penting. Bentuk gerakan ini bisa dimulai dengan keterlibatan pemda dalam kegiatan-kegiatan pendidikan.
Foto-foto: Jilan PIH
statistik, semua akan tampak,” katanya. Untuk tujuan tersebut, Mendikbud mendorong agar daerah bertukar inovasi dan pengalaman untuk kemajuan pendidikan. Jika zaman dahulu ilmu pengetahuan ditulis dalam ensiklopedia, maka di zaman yang serba
lain, Mendikbud juga mengajak pemda untuk melahirkan inovasi-inovasi dalam memajukan pendidikan di Indonesia. “Mengukur diri di tempat masingmasing, apa yang bisa dibantu pemerintah pusat, dan diskusi samasama apa yang bisa dilakukan,” ujar Mendikbud. Meningkatkan kinerja delapan standar layanan pendidikan di semua sekolah dalam waktu 3-4 tahun, kata Mendikbud, sangat penting dilakukan. Hal tersebut sebagai upaya agar tidak ada lagi yang berada di bawah standar layanan minimal. Selain itu, penting dilakukan gerakan meningkatkan kemuliaan dan mutu guru. “Dorong keterlibatan aktif masyarakat dan pihak swasta dalam membantu meningkatkan kinerja pendidikan daerah,” tutur Mendikbud. Mendikbud juga mendorong gerakan pendidikan, baik yang diinisiasi oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, agar merebak di seluruh wilayah sebagi upaya memajukan pendidikan di Indonesia. “Begitu banyak inovasi pendidikan lahir dari penjuru Indonesia, ayo kita bertukar praktik terbaik,” pungkas Mendikbud. (Seno, Aline)
Meningkatkan kinerja delapan standar layanan pendidikan di semua sekolah dalam waktu 3-4 tahun sangat penting dilakukan. Hal tersebut sebagai upaya agar tidak ada lagi yang berada di bawah standar layanan minimal. maju sekarang inovasi pun terus berkembang. Salah satu media yang dijadikan rujukan banyak orang adalah Wikipedia. Media ini berisi pengetahuan yang diisi oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Hal yang sama dapat diterapkan di dunia pendidikan, di mana semua orang dapat berkontribusi. “Mari kita selesaikan masalah pendidikan gaya Wikipedia,” ajak Mendikbud. Pada bagian
Orang Tua Harus Aktif Dalam Proses Pendidikan Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik. Tidak mungkin pendidik dapat mengubah padi menjadi jagung, atau sebaliknya. pendidikan anak menjadi salah satu penentu dalam membentuk karakter anak. Pembentukan karakter tersebut pada akhirnya dapat mengubah perilaku belajar anak menjadi lebih baik. “Selain guru, orang tua juga harus terlibat. Tolong kita beri pengertian, orang tua harus aktif, tidak boleh diam,” katanya. Dalam kesempatan yang sama, ia mengatakan bahwa untuk mengembangkan pendidikan harus memiliki tujuan besar dan impian tinggi. Apabila tidak memilikinya, semua pihak Sekolah pertama dan terbaik bagi anak-anak adalah orang tuanya. Hanya akan cepat puas saja, orang tua seperti itu adalah mereka yang selalu siap hadir secara fisik terhadap hal kecil dan emosi di saat anak membutuhkannya. Keterlibatan orang tua pula yang yang sudah diraih dibutuhkan dalam proses pembentukan karakter anak. saat ini. “Yang saya takutkan bukan tidak berhasil meraih mimpi, yang saya takutkan Revolusi mental dalam dunia Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pendidikan harus melibatkan berbagai (Mendikbud), Anies Baswedan, ketika adalah berhasil meraih mimpi, namun mimpi tersebut terlalu rendah,” pihak. Orang tua memberi sambutan menjadi salah satu pada acara silaturahim ujarnya. Ia menjelaskan, keluarga bagian terpenting dengan kepala merupakan salah satu trisentra dalam menyiapkan dinas pendidikan pendidikan yang pertama dan utama. revolusi mental seluruh Indonesia, di Peran orang tua Kinerja akademik anak di sekolah tersebut, karena yang Kantor Kementerian dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar untuk ikut terlibat Pendidikan dan menyiapkan anak terutama rumah. untuk masuk ke dalam Kebudayaan dalam pendidikan (Kemendikbud), Senin sekolah, lingkungan pendidikan Menurut Mendikbud, fakta hari ini anak menjadi adalah orang tua. (1/12). di lapangan yang sering ditemui justru rumah bukan lagi media pendidikan “Orang tua Mendikbud salah satu penentu pertama dan utama bagi anak-anak. merupakan pendidik menjelaskan, peran dalam membentuk orang tua untuk Banyak orang tua yang tidak tahu terpenting yang bagaimana menjadi pendidik yang tidak disiapkan,” ujar ikut terlibat dalam karakter anak.
baik bagi anaknya. Terlebih tuntutan kebutuhan ekonomi yang semakin membengkak mengharuskan orang tua berada di luar rumah untuk mencari rezeki. Dan anak-anak mereka lebih dipercayakan kepada sekolah untuk mendidiknya. Ia mengingatkan, dalam mendidik anak-anak, peran orang tua sangat vital. Orang tua secara aktif harus terlibat dalam proses pendidikan di sekolah agar pembelajaran yang diterima anak bisa selaras dan tidak saling menegasikan. “Sebagai pendidik pertama, orang tua seharusnya memiliki bekal yang cukup. Tapi yang justru terjadi, pendidikan orang tua sering terlewatkan,” katanya. Mengamati kondisi masyarakat hari ini, Mendikbud menganggap perlu menyebarkan program yang mendukung orang tua dalam mendapatkan panduan dan bimbingan dalam mengawal proses pendidikan dan tumbuh kembang anaknya. Program tersebut tidak hanya dari pemerintah pusat, tapi perlu dukungan pemerintah daerah.
Ki Hadjar Dewantara
Di acara yang sama, Mendikbud mengingatkan kembali pesan Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, untuk menjadikan sekolah sebagai Taman Belajar yang menyenangkan. “Kita wajib membaca buku Ki Hadjar Dewantara, untuk mengembalikan cita-cita pendidikan nasional, khususnya menjadikan sekolah sebagai taman penuh kebahagiaan,” ucapnya. Untuk itu, para pemangku kepentingan bidang pendidikan dan kebudayaan harus dapat menciptakan prinsip pendidikan adiktif atau membuat anak-anak menjadi ketagihan dalam belajar. Sudah menjadi tugas pemerintah dan seluruh masyarakat untuk menciptakan dunia pendidikan menjadi dunia yang menyenangkan bagi anak-anak Indonesia. Pesan Ki Hadjar Dewantara lainnya, kata Mendikbud, adalah rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kepentingan hidup kebudayaan, dan kemasyarakatan. Selain itu, jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan lainnya harus menjadi perhatian dan diakomodasi. Ia mengatakan, anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik. Tidak mungkin pendidik dapat mengubah padi menjadi jagung, atau sebaliknya. “Bermain adalah tuntutan jiwa anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup jasmani, maupun rohani,” kata Mendikbud mengingatkan kembali pesan Ki Hadjar Dewantara. (Harriswara, Aline, Seno)
Pemda Minta Pusat Lebih Perhatikan Daerah 3T Komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Bahkan ada pula pemerintah daerah secara mandiri melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Hanya saja, daerah meminta pusat lebih memerhatikan daerah yang kurang beruntung secara geografis.
Foto: Desliana PIH
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bolango, Gorontalo
Marni Nisabu
Saya sangat mengapresiasi niat baik pemerintah pusat yang membuka jalur komunikasi dengan daerah. Di Kabupaten Bone Bolango, Gotontalo, meskipun angka partisipasi murni di tiap jenjang pendidikan sudah bagus, masih ada daerah-daerah terpencil yang membutuhkan perhatian khusus. Olek karena itu pemerintah daerah sangat terbantu dengan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat. Selain itu, program lain seperti bantuan untuk siswa miskin, BOS, dan bantuan fisik seperti alat peraga dan fasilitas untuk laboratorium sekolah juga sangat membantu pendidikan di daerah kami. Program-program dari pemerintah pusat itu juga dijalankan bersamaan dengan program pemda, seperti Prodira (Program Pendidikan untuk Rakyat) dari Pemerintah Provinsi Gorontalo. Melalui Prodira, Pemerintah Provinsi Gorontalo memberi perhatian khusus dalam peningkatan kualitas dan akses masyarakat dalam dunia pendidikan. Bantuan operasional kepada sekolah dan penghargaan kepada guru dan siswa berprestasi, adalah cara-cara mewujudkan visi Gorontalo Cerdas 2019. Namun, ada aturan dalam petunjuk teknis (juknis) DAK yang saya anggap menjadi kesulitan bagi pemerintah daerah. Juknis dalam penggunaan DAK berlaku untuk semua daerah, padahal kondisi daerah berbeda-beda. Bone Bolango, misalnya, memiliki daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau sehingga membutuhkan usaha lebih untuk mencapai daerah tersebut. Kami yang berada di daerah harus
menyediakan dana sharing supaya proyek dapat terlaksana di daerah Bantuan terpencil. Namun, rupanya kondisi operasional geografis seperti itu kepada sekolah tidak dipertimbangan dan penghargaan oleh pemerintah pusat, sehingga kepada guru dan membuat juknis sama siswa berprestasi, untuk semua daerah. Perlu diketahui, kami adalah cara-cara mempunyai daerahmewujudkan visi daerah terpencil yang pembangunannya Gorontalo Cerdas terdapat indeks 2019. kemahalan konstruksi. Jadi, kami di daerah harus menyediakan dana sharing supaya kualitas pembangunannya sama dengan pembangunan yang jadi proyek dalam DAK. Karena itu saya mengusulkan kepada pemerintah pusat agar juknis DAK bisa dibuat berbeda sesuai dengan kondisi daerah, dan DAK boleh digunakan untuk kegiatan penyiapan proyek fisik, sehingga pemda tidak perlu menganggarkan dana sharing dari APBD. (Desliana)
Foto: Seno PIH
pemuda-pemudi berpendidikan di Talaud. Apa yang Mendikbud sampaikan benar. Persoalan pendidikan bukan hanya pekerjaan pemerintah pusat, tetapi juga pekerjaan seluruh pemerintah daerah, dan juga masyarakat Indonesia. Yang disampaikan Mendikbud akan ditindaklanjuti. Kami berkomitmen bahwa pendidikan itu adalah tanggung jawab semua kalangan. Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan pemerintah pusat, khususnya Kemendikbud yang telah memberikan dukungan, seperti memberikan bantuan sosial, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bantuan lainnya sebagai upaya memajukan pendidikan di Kabupaten Kepulauan Talaud. Kepala Dinas Pendidikan dari Kemendikbud sangat membantu kami Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulut Bantuan dalam menyelesaikan persoalan pendidikan di daerah kepulauan lintas laut lepas. Mengenai masalah kekurangan guru, daerah kami sangat terbantu dengan program SM3T Saya sangat mendukung gagasan memajukan (Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar, pendidikan sebagai investasi pembangunan ke Tertinggal) walaupun masih dalam jumlah yang depan. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan terbatas. daerah yang memiliki empat karakteristik, yaitu Sekarang ini permasalahan yang paling daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan rawan mendesak di Kepulauan bencana. Daerah kami yang Talaud, bukan lagi berbatasan langsung dengan kekurangan guru secara Filipina ini memiliki 17 pulau. keseluruhan, tetapi guru Sembilan pulau di antaranya mata pelajaran tertentu, telah didiami, dan delapan seperti Bahasa Inggris dan Saya mengusulkan pulau lainnya belum didiami Matematika. Untuk SMP, masyarakat. Sembilan pulau penambahan jumlah guru setelah analisis kebutuhan, yang telah didiami tersebut dari program SM3T dan SMP kelebihan guru pada memiliki guru sebanyak 1.286 orang tersebar di masingberharap pemerintah pusat mata pelajaran IPA dan IPS. Sementara yang lain masing pulau tersebut. bisa mengirimkan 100 kekurangan guru mata Melihat jumlah guru yang sarjana ke Kepulauan Talaud. pelajaran yang lain. Pada ada, masih belum memadai saat ini Kepulauan Talaud untuk memberikan layanan Pengajar dari program memiliki kekurangan guru pendidikan. Oleh sebab itu SM3T memiliki kualitas dan sekitar 180 orang. peran masyarakat sangat Saya mengusulkan penting dalam mendukung kompetensi yang bagus. penambahan jumlah guru dari penyelenggaraan pendidikan. program SM3T dan berharap Saya mengajak masyarakat pemerintah pusat bisa mengirimkan 100 sarjana yang telah mengenyam pendidikan minimum ke Kepulauan Talaud. Pengajar dari program Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk turut andil SM3T memiliki kualitas dan kompetensi yang dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya di bagus. Tanggapan masyarakat Kepulauan Talaud daerah yang masih kekurangan guru. Pekerjaan atas kehadiran guru SM3T sangat baik.(Seno, seorang guru adalah panggilan hati nurani yang Desliana) mulia. Ini selalu saya sampaikan kepada para
Matius Lalombombuida
Beda Tingkat Kesulitan Bukan Alasan untuk Menyerah Kualitas pendidikan di Tanah Air masih beragam, antara wilayah satu dengan lainnya memiliki tingkat kesulitan berbeda. Namun, kesulitan itu tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menyerah pada keadaan dalam upaya mencerdaskan bangsa. Daerah yang memiliki tingkat kesulitan tinggi harus tetap semangat mencari ide menyiasati kondisi yang dihadapinya.
Foto: Ratih PIH
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota Denpasar, Bali
I.G.N. Eddy Mulya Banyak agenda yang harus kita selesaikan dalam pembangunan pendidikan. Namun, seperti yang disampaikan Mendikbud, Anies Baswedan, bahwa pembangunan pendidikan tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan. Kebersamaan dalam membangun dunia pendidikan diharapkan dapat mempercepat mewujudkan cita-cita bangsa. Saya juga setuju, sekolah harus kita dorong menjadi taman. Artinya, proses pendidikan harus menyenangkan, karena tujuan pendidikan itu bukan sekadar nilai, tetapi juga proses. Generasi kita perlu menjadi sosok yang kreatif, mandiri, dan berkepribadian. Memang pendidikan seperti itu hasilnya tidak bisa kita lihat hari ini, tetapi ini adalah investasi jangka panjang. Saya sangat sepakat, daerah-daerah perlu mendorong hal ini dengan pola pendidikan karakter yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Karakter dibangun dari nilai-nilai kearifan
lokal dan setiap daerah punya nilai ini. Maka, tidak heran kebudayaan sangat erat dengan Saya juga karakter. Contohnya kami di Bali tiada hari setuju, tanpa parade budaya sekolah harus yang sangat baik dalam kita dorong mendorong pembentukan Daerah kami menjadi taman. karakter. termasuk yang sangat Artinya, proses dekat dengan model pembelajaran semacam pendidikan ini. harus Kita perlu juga menyenangkan, memahami, Indonesia dengan mutu pendidikan karena tujuan yang beragam, mungkin pendidikan itu ada daerah dengan zona pendidikan yang sudah bukan sekadar bagus, menengah, dan nilai, tetapi juga sedang dalam perbaikan. Saya percaya standar proses. tetap harus ada, tetapi standar ini tentu harus mengacu pada zona yang sama pula. Sementara standar untuk mengatakan seseorang lulus dari satuan pendidikan tetap diperlukan. Alat ukur mereka bisa menyelesaikan sebuah satuan jenjang pendidikan tetap harus ada. Kami di Bali bersyukur karena kebetulan nuansa pembangunan pendidikan kami sudah cukup baik. Kami juga percaya Kurikulum 2013 sangat baik, menempatkan anak-anak kita dengan karakter. Praktik terbaik dari sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013 sejak awal harus selalu kita jadikan model untuk bisa diikuti oleh teman-teman lainnya, sehingga tercipta taman-taman yang indah itu. Ada baiknya juga bila pertemuan semacam ini diselenggarakan di daerah yang pendidikannya dianggap kurang, sehingga diharapkan dengan menjadi tuan rumah, mereka dapat termotivasi. Kita jangan lupa mendampingi daerah-daerah yang kurang ini. (Ratih)
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Nabire, Papua
Piur Wenda Saya menyambut baik apa yang disampaikan Mendikbud, Anies Baswedan. Saya yakin apa yang disampaikan ini tujuannya adalah untuk mencerdaskan bangsa. Program itu perlu diterjemahkan dengan baik, sehingga kami di daerah dapat melaksanakannya dengan baik pula. Bapak Menteri tadi menyampaikan, tingkat kesulitan jangan sampai dijadikan sebagai alasan. Seperti apapun kondisinya, kita harus tetap bekerja demi kemajuan bangsa. Kami di daerah tentu akan melaksanakan apapun petunjuk teknis (juknis) yang dikeluarkan Kemendikbud. Berbicara potret pendidikan di Papua, provinsi kami terbagi atas beberapa kategori wilayah. Ada daerah yang dapat dengan mudah dijangkau melalui jalur darat, laut, dan udara, tetapi ada juga daerah yang sama sekali tidak dapat dijangkau dengan apapun, kecuali jalan kaki. Kemajuan pendidikan di daerah tersebut sangat tergantung pada kesungguhan pimpinan daerahnya membuat kebijakan yang mendukung hal tersebut. Di Kabupaten Nabire sendiri tingkat partisipasi pendidikan sudah cukup baik. Yang masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama adalah peningkatan
Foto: Seno PIH
mutu. Kendala-kendala geografis terkadang masih menjadi tantangan. Perlu adanya kerja sama dengan Kemendikbud yang bertanggung jawab terhadap pembangunan infrastruktur di daerah kami, agar dapat menembus daerahdaerah sulit. Pendidikan tidak akan maju jika Kendalainfrastruktunya tidak kendala ada. Kalau tidak ada geografis jalan, sulit orang keluar dari kemiskinan dan terkadang kebodohannya, karena masih menjadi mereka tidak dapat pergi ke sekolah. tantangan. Guru sebagai bagian Perlu adanya dari upaya pemerintah untuk mencerdaskan kerja sama kehidupan bangsa dengan melalui pendidikan, perlu Kemendikbud didukung dengan berbagai cara. Salah satu yang yang pemerintah lakukan adalah bertanggung dengan memberikan insentif dan tunjangan bagi jawab guru di daerah terpencil. terhadap Menjadi guru juga berarti pembangunan harus melaksanakan tugasnya dengan baik. infrastruktur di Dengan demikian guru daerah kami, akan menciptakan kader generasi penerus bangsa agar dapat ke depan yang baik. menembus Apa yang telah diberi negara, manfaatkan untuk daerah-daerah mendidik dan membangun sulit. bangsa ini lebih baik. Tugas guru sangat mulia. Seperti pesan Bapak Menteri agar ke depan program kesejahteraan bagi guru harus ditingkatkan, supaya memberi dukungan bagi guru untuk bisa mendidik dan bekerja lebih baik lagi. (Seno, Ratih)
Pameran Foto JIPS 2014
Gugah Kesadaran Masyarakat Atas Negara Maritim
‘City of Waves’ Melihat Keragaman Budaya Bahari
2010: City of Interaction. Ekspresi kreatif yang dimaksud Mendikbud, salah satunya diwujudkan dalam bentuk pameran foto yang mengungkap betapa kaya dan beragamnya Indonesia dilihat dari segi maritim. Seperti yang tersaji pada pameran yang berlangsung hingga 28 Desember 2014 tersebut. “Kita tahu foto mengungkapkan lebih kaya, picture speaks a thousand words. Nah, kesadaran kalau kita hidup di negara maritim, saya pikir harus kita dorong lagi. Dan ikhtiar ini saya rasa Insya Allah akan bisa mendorong ini menjadi lebih cepat,” kata Mendikbud. Dalam pameran ini ditampilkan lebih dari 300 karya fotografi Ekspedisi Cincin Api Kompas, Ekspedisi Pulau Terluar Indonesia, Muaro Jambi, 10 Tahun Tsunami dari Perspektif Fotografer Aceh, partisipasi Vision International Image Festival, komunitas Fotografi Papua, dan The Harbor. Seluruh karya fotografi tersebut merupakan hasil jepretan 89 fotografer dari 12 negara, yaitu Indonesia, Selandia Baru, Austalia, Foto: Ratih PIH Spanyol, Inggris, Italia, Amerika Serikat, Rusia, Peru, Chili, Belanda, dan Swiss. Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud juga menyatakan Picture Speaks a Thousand Words. Perumpamaan itu tepat kebanggaannya bahwa pameran ini tidak hanya menggambarkan betapa foto mampu mengungkap fakta lebih menghadirkan fotografer kaya ketimbang kata-kata. Melalui budaya visual karya para domestik, tetapi juga fotografer, gambaran itu berusaha diceritakan. Pameran foto melibatkan fotografer yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia tahun ini dari negara lain. “Sudah mengambil tema “City of Waves”. saatnya Galeri Nasional menjadi galeri ekspresi untuk dunia, bukan hanya untuk Indonesia,” tuturnya. Kepala Galeri Nasional Diakui atau tidak, sebagian masyarakat kita belum Indonesia, Tubagus Andre Sukmana mengatakan, menyadari bahwa Indonesia adalah negara maritim. pameran ini diharapkan bukan sekadar sebagai Padahal dengan kekayaan lautnya, Indonesia sebuah dokumentasi atau dokumenter, tetapi memiliki potensi yang sangat luar biasa. Untuk juga menjadi karya seni fotografi yang memiliki menyadarkan hal itu, diperlukan usaha lintas sektor, pencapaian-pencapaian artistik tersendiri. “Sekaligus termasuk dari sisi kebudayaan dengan berbagai juga memiliki aspek ketertarikan atau kepedulian macam ekspresi kreatifnya. terhadap kebaharian. Pameran ini juga diharapkan Hal itu diungkapkan Menteri Pendidikan dan menjadi inspirasi kita semua untuk bisa meyakini jati Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, diri kita sebagai sebuah bangsa dengan daratan dan sebelum membuka pameran fotografi “The Jakarta lautan yang tidak terpisahkan,” ujarnya. International Photo Summit (JIPS) 2014” di Galeri Andre juga mengatakan, potensi kekayaan bangsa Nasional Indonesia, Jumat (5/12) malam. JIPS tersebut perlu sama-sama diberdayakan, kemudian merupakan ajang pameran tiga tahunan yang pada dipelihara untuk kejayaan dan kemakmuran bangsa, 2014 ini menjadi penyelenggaraan ketiga kalinya serta kesejahteraan masyarakat. “Ini adalah karya dengan mengetengahkan tema “City of Waves”. yang tentu memberi inspirasi bagi kita semua,” Sebelumnya Galeri Nasional Indonesia juga pernah menyelenggarakan JIPS 2007: City of Hope dan JIPS tambahnya. (Ratih)
Setiap kali penyelenggaraan The Jakarta International Photo Summit (JIPS), Galeri Nasional Indonesia selalu menyajikan tema-tema khusus yang dianggap paling aktual. Tahun ini, tema yang diambil berjudul “City of Waves”. Para kurator pameran ini yaitu Oscar Motuloh, Rizki A. Zaelani, dan Asikin Hasan, berupaya memposisikan tema ‘Maritim’ dan ‘Maritim Global’ sebagai cara untuk melihat keragaman budaya bahari dalam masyarakat, serta untuk melihat tradisi maritim universal seperti rumah betang -rumah damai, tempat pertemuan ide dan komitmen yang beragam untuk masa depan yang lebih baik dan bijaksana. Selain itu, tema tersebut juga memberi keyakinan diri sebagai masyarakat bahari (kepulauan) yang sesungguhnya tidak pernah terlepas dari kebaharian dalam menjalani kehidupan keseharian. Bahari itu sendiri telah memengaruhi kehidupan dalam banyak hal, baik yang mendatangkan keindahan ataupun malapetaka. Karena itu pula dalam pameran ini akan disajikan karya-karya fotografi yang menguak keindahan bahari dan juga bencana yang ditimbulkan dari murka bahari tersebut. Oscar menyebut, melalui pameran ini pengunjung diajak melihat bahwa laut juga menjadi “rumah” bagi sebagian masyarakat. Di samping itu, pameran ini juga menyajikan gambaran dari Ekspedisi Cincin Api yang ingin menunjukkan bahwa saat berbicara tentang samudera, maka akan ada “tuah dan musibah”. “Ada hal yang menguntungkan, yaitu potensi yang kita miliki sebagai kepulauan besar di dunia, tetapi juga juga berada di atas cincin api. Jadi, seluruh muara di pameran ini akan mengantarkan kita pada sebuah peringatan untuk baik-baiklah dengan budaya kita. Dalam fotografi kita memandang lautan,” jelas Oscar. Sementara itu, Asikin menjelaskan, foto-foto Muoro Jambi menjadi pembuka pameran kali ini. Situs bersejarah yang ditemukan pada abad ke-7 ini berada di pinggir sungai Batanghari dan hingga hari ini masih banyak perdebatan yang menyertainya. “Melalui foto-foto yang dipamerkan, kita bisa lihat bersama, bagaimana sungai Batanghari menjadi alat komunikasi antara kawasan Nusantara dengan negara-negara lain pada waktu itu, yaitu China dan India. Ditampilkan pula foto beberapa artefak dan candi yang ada di dalam lingkungan Muoro Jambi,” ungkapnya. Dengan penyelenggaraan pameran ini, diharapkan para insan fotografer dan pencapaian artistiknya mampu membuat dokumentasi sekaligus menunjukkan kepedulian yang kuat untuk menguak sejarah, khususnya perihal kebaharian melalui budaya visual karya-karya fotografi. Pada sisi lain bagi para pecinta fotografi dan masyarakat umum sebagai generasi baru akan dapat menyadari jati dirinya untuk bersamasama mendayagunakan dan memelihara semesta, khususnya bahari secara lebih bijak di masa depan bagi kejayaan bangsa dan kemakmuran masyarakat Indonesia. (Ratih)
Gallery Talk JIPS 2014
Indonesia Masuki Fase Kesatuan Ekonomi Pada 2014 ini, bangsa Indonesia sedang memasuki gerbang sebuah era yang disebut fase kesatuan ekonomi. Pada era itu, semua rakyat Indonesia, termasuk yang berada di daerah terluar/terdepan, memiliki kesamaan nilai dalam hal berkegiatan ekonomi. Sebuah era yang akan menjadi sejarah baru bagi negara maritim.
Indonesia dibangun dengan imajinasi oleh Bung Karno dan kawan-kawan. Waktu itu bangsa-bangsa yang ada diberi istilah suku bangsa. Sebenarnya Bung Karno memberi istilah suku untuk kaki, yaitu kaki bangsa, bukan suku yang dipahami sebagai etnik seperti sekarang ini. Refleksi itu disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, dalam acara Gallery Talk Jakarta International Photo Summit (JIPS) 2014, di Galeri Nasional Indonesia (GNI), Jakarta, Sabtu (13/12). Mendikbud menjelaskan, kaki yang dimaksud para pendiri bangsa itu adalah suku bangsa seperti Jawa, Sunda, Batak, dan Bugis. Kaki itu sebagai penopang sebuah bangsa yang disebut Indonesia. Itulah imajinasi pendirian bangsa Indonesia. “Imajinasi itu sendiri dibangun lewat keterdidikan. Tanpa keterdidikan, barangkali tidak terpikirkan soal Indonesia yang digambarkan Negara Indonesia sebagai sebuah kepualauan Nusantara,” ujar Mendikbud. Yang menarik, tambah Mendikbud, memiliki itu semua dilakukan sebelum ada negara. Tidak batas wilayah banyak bangsa yang bisa menemukan konsep kedaulatan yang seperti itu sebelum ada negara. Bangsa Indonesia memerlukan 17 tahun jelas setelah untuk mendirikan negara, dari deklarasi Sumpah Deklarasi Pemuda 28 Oktober 1928 sampai proklamasi Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945. Dan, Djuanda, 13 menarik, para pendiri bangsa kala itu berani Desember 1957. yang menyepakati satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia, Walau demikian, di tengah lebih dari 600 bahasa yang ada di Nusantara. wilayah Hal itu merupakan satu terobosan yang berani. kedaulatan itu “Saya bayangkan, kalau kita jadi wakil dari pemuda baru diakui dunia sebuah suku bangsa, lalu pulang dari kongres itu, mereka ditanya sama lingkungannya, kenapa tidak pada 1982. diterima bahasa kita, kau ke manakan bahasa ibumu? Hari ini, kalau kita melihat kembali, itu sebuah keputusan visioner, berani, dan jenius,” ujarnya. Setelah itu, munculah ide mendirikan Negara Indonesia, meskipun masih berupa kumpulan titik-titik pulau yang tersebar berdekatan dengan wilayah kedaulatan “negara tetangga”. Negara Indonesia memiliki batas wilayah kedaulatan yang jelas setelah Deklarasi Djuanda, 13 Desember 1957. Walau demikian, wilayah kedaulatan itu baru diakui dunia pada 1982, setelah melalui perjuangan diplomatik yang berliku. “Kalau kita menengok sejarah dari tahun 1957 sampai dengan tahun 1982, mungkin 10 menit selesai. Namun, bagi mereka yang memperjuangkan ini, 25 tahun hidupnya didedikasikan untuk mendapatkan pengakuan dunia atas keutuhan teritorial Indonesia. Dan di situ keluarga Kusumaatmadja menghibahkan waktu seorang Mochtar, karena selama 25 tahun melakukan segala macam negosiasi sampai diakui dunia. Ini luar biasa. Pak Mochtar cerita, beliau berusia 14 tahun hadir di Jenewa ketika proses negosiasi itu berlangsung,” cerita Mendikbud, mengenai Mochtar Kusumaatmadja, Menteri Luar Negeri pada 1978-1988. Mendikbud mengatakan, coba bayangkan 25 tahun dari umur itu dihabiskan untuk sebuah negosiasi demi keutuhan bangsa. Secara pribadi, tidak ada komersial profitnya, kecuali 100 persen untuk negeri ini. “Lagi-lagi kita ketemu contoh orang-orang yang mencintai Indonesia secara tanpa syarat. Ini yang
Foto: Ratih PIH
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan saat menjadi pembicara kunci dalam Gallery Talk bertajuk “Deklarasi Djuanda: Mengukuhkan Indonesia sebagai Tanah Air Kita”, Sabtu (13/12) di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
menurut saya luar biasa dari perjalanan Djuanda. Sekarang Indonesia utuh, satu kesatuan. Kita mensyukuri itu,” ujarnya. “Negeri ini beruntung melahirkan orang-orang yang mau memikirkan negerinya, melebihi waktu yang dihabiskan untuk memikirkan dirinya,” tambahnya.
Fase Keempat
Tantangan ke depan, menurut Mendikbud, adalah menjaga keutuhan sebagai bangsa, tapi bukan dalam jarak geografis lagi. Keutuhan ke depan yang harus dijaga adalah jarak ekonomis. Potret Indonesia dengan jarak ekonomis tidak mencerminkan sebuah unit kesatuan yang menggambarkan integrasi. “Di sini tantangan kita ke depannya,” tegasnya. Mendikbud menjelaskan, bila peta ini yang digunakan sekarang adalah jarak ekonomis dengan menggunakan satuan biaya pengiriman barang, maka mendadak wajah Indonesia berubah karena petanya ekonomisnya langsung berubah. Mengirimkan barang dari Jakarta ke Singapura bisa jadi lebih murah dibandingkan dari Jakarta ke Garut, misalnya. Mendadak potret pulau Jawa wajahnya berubah, karena jarak ekonomisnya juga berbeda. Bila saudara-saudara kita yang berada di Sangihe, kalau digambarkan, mendadak mereka berada luar biasa jauh dari kita. Potret Indonesia dengan jarak ekonomis tidak mencerminkan sebuah unit kesatuan yang menggambarkan integrasi. “Tanggung jawab kita ke depan adalah membuat potret Indonesia dalam skala jarak ekonomis sebagai sebuah kesatuan,” ujarnya. Oleh sebab itu, ketika ada deklarasi bahwa Indonesia akan menggarisbawahi secara ulang sebagai negara maritim, konsekuensinya adalah Pada suatu membangun infrastruktur yang memungkinkan jarak saat nanti, ekonomi itu bisa adil. Begitu jarak ekonomis baik, generasi muda maka ketertinggalan karena faktor keterhubungan dapat diturunkan. Rasanya bangsa Indonesia mengenali bisa menjaga keutuhan, ketika orang Indonesia di manapun juga menyatakan bahwa berinteraksi bahwa fase sesama Indonesia jauh lebih ekonomis, dibandingkan keempat dari berinteraksi dengan orang asing. Namun jika lompatan berinteraksi dengan orang asing dianggap lebih ekonomis daripada berinteraksi dengan sesama orang Indonesia Indonesia, kemungkinan ada sesuatu yang tidak terjadi pada benar di sana. Pada 2014 ini, pemerintah menggarisbawahi 2014. sebagai era di mana Indonesia sebagai negara maritim. Kesadaran demikian mulai dibangun, begitu juga infrastrukturnya. Walau demikian, hendaknya jangan menuntut hasil secepatnya, karena semua dilakukan secara bertahap. Jangan melihatnya dengan perspektif jangka pendek. Boleh jadi apa yang mulai dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia pada 2014 ini merupakan tonggak sejarah baru bagi generasi mendatang. Pada suatu saat nanti, generasi muda mengenali bahwa fase keempat dari lompatan Indonesia terjadi pada 2014. Fase pertama adalah imaginasi sebuah negara, kemudian kemerdeaan, lalu kesatuan teritori, dan kesatuan ekonomi. “Komplet fondasinya. Mudah-mudahan itu menjadi ikhtiar kita bersama dan izinkan kita menjadi bagian dari ikhtiar mulia ini,” kata Mendikbud. Semoga. (Ratih)
Bahari Simpan Begitu Banyak Cerita Kehidupan lautan ternyata menyimpan begitu banyak cerita, seperti yang mampu ditangkap melalui lensa kamera dari sudut pandang fotografer profesional. Pameran foto tiga tahunan yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA ini sengaja mengambil tema “City of Waves”. Para kurator berupaya memosisikan tema maritim sebagai cara untuk melihat keragaman budaya bahari dalam masyarakat. Selain itu, tema ini juga memberi keyakinan diri sebagai masyarakat bahari (kepulauan) yang sesungguhnya tidak pernah lepas dari kebaharian dalam menjalani kehidupan keseharian. Pameran ini menghadirkan lebih dari 300 karya hasil jepretan 89 fotografer dari 12 negara. (Ratih) Foto-foto: Dok. PIH
2015, Delapan Museum Tematik Dibuka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan terus berinovasi untuk memberikan layanan museum terbaik kepada masyarakat. Salah satu contoh konkret yang berada
Foto: Istimewa
di depan mata adalah dibangunnya delapan museum tematik di beberapa wilayah. Direktur Jenderal Kebudayaan, Kacung Maridjan, mengatakan, delapan museum tematik tersebut saat ini dalam tahap pembangunan. Rencananya, di 2015 mendatang museum-museum ini dibuka untuk masyarakat. “Fisik bangunan sudah jadi, sekarang sedang dilakukan tata pamer dan ruang sajinya,” kata Kacung saat menyampaikan capaian kebudayaan tahun 2014 pada jumpa pers di Kantor Kemendikbud, Jumat (12/12). Delapan museum tematik ini adalah: Museum Keris Sriwedari di Solo; Museum dan Monumen PDRI di Kabupaten 50 Koto Sumatera Barat; Museum Maritim di Belitung; Museum Kerinci di Jambi; Museum Islam Nusantara di Jombang; Museum Coelacanth Ark di Manado; Museum Subak di Gianyar Bali; dan Museum Sonyige Malige di Tidore. Selain delapan museum tersebut, Kacung menyebutkan ada 26 museum yang diberi bantuan revitalisasi dan pengembangan dari pemerintah pusat. Jenis museum ini biasanya sudah memiliki fisik bangunan, hanya saja masih perlu dibantu dalam tata letak dan ruang pamer. Revitalisasi dan pembangunan museum termasuk dalam enam program prioritas nasional tahun 2014. Ada 30 museum yang menjadi target revitalisasi tahun ini dan tujuh di antaranya telah selesai direvitalisasi. Ada pula dua museum lagi yang telah dibangun pada tahun ini, yaitu Museum Kepresidenan dan Museum Morotai. Museum-museum ini dibangun karena memiliki nilainilai yang berharga. Museum Kepresidenan dibangun agar masyarakat mengenal sosok-sosok pemimpin bangsa. Sementara Museum Morotai dibangun agar masyarakat mengenal benda-benda peninggalan dari Perang Dunia II. (Aline)
Kejuaraan Catur Pelajar Dunia
Pembinaan Atlet Dilakukan Sejak Dini Kabar gembira datang dari pelajar atlet catur Indonesia. Usai mengikuti kompetisi catur pelajar dunia di Juiz de Fora, Brasil, 26 November – 4 Desember yang lalu, Indonesia berhasil membawa pulang gelar juara umum. Tim catur pelajar Indonesia itu terdiri atas 12 orang itu menyabet empat medali emas, tiga medali perak, dan satu medali perunggu. Medali emas itu masing-masing diraih oleh Novendra Priasmoro di kelompok putra open U-15, Medina Warda Aulia kelompok putri U-17, Afifa Ayyun Faruq di kelompok putri U-15 dan Paulina Theodora Walukow di kelompok putri U-11. Sebagian besar peserta dalam tim catur pelajar Indonesia tersebut terdiri para juara dan hasil seleksi dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2014. Pembinaan terhadap mereka dilakukan sejak dini, yaitu sejak ajang O2SN 2014, kemudian dilakukan pembinaan secara intensif setelah penyelenggaraan O2SN 2014. Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Peserta Didik, Direktorat Foto: Istimewa Pembinaan SMP, Kemdikbud, Supriano mengatakan, pembinaan terhadap atlet-atlet muda yang masih duduk di bangku sekolah, termasuk atlet catur harus terus dilakukan. Salah satunya dengan ajang O2SN, yang dilaksanakan
secara rutin oleh Kemendikbud. “Ini tahun ketujuh Indonesia mengirimkan tim, dan hasilnya sangat memuaskan,” ujar Supriano. Kejuaraan Catur Pelajar Dunia ke-10 ini diikuti 27 negara. Tahun ini adalah tahun ke-7 Indonesia mengirimkan timnya. Kejuaraan dunia antarpelajar ini dilakukan sebagai kerja sama antara Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud bersama Pengurus Besar Persatuan Catur Indonesia (Percasi). Tim catur pelajar Indonesia telah kembali ke tanah air pada Sabtu sore, (6/12). (Desliana)
Unit Pengendalian Gratifikasi Terbaik
Wujud Integritas Bangsa Lewat Pendidikan dan Kebudayaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan patut Gratifikasi. Di samping menyosialisasikan gratifikasi sebagai embrio perilaku berbangga. Selasa (9/12) lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan korupsi yang harus dihindari oleh pejabat di lingkungan Kemendikbud, unit ini (Kemendikbud) kembali meraih prestasi terkait pencegahan korupsi. juga menerima laporan gratifikasi. Pelaporan bisa dilakukan secara elektronik Untuk kedua kalinya, kementerian yang mengurusi bidang pendidikan dan maupun tertulis. (Seno) kebduayaan ini meraih penghargaan sebagai kementerian dengan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) terbaik. Penghargaan tersebut diberikan pada puncak Hari Anti Korupsi se-Dunia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang langsung diterima oleh Mendikbud. Tahun 2013, Kemendikbud menerima penghargaan untuk kategori yang sama. “Alhamdullilah kementerian mendapatkan penghargaan sebagai penolak gratifikasi terbaik,” ucap Mendikbud kepada Asah Asuh usai menerima penghargaan. Mendikbud mengingatkan kembali bahwa membangun integritas bangsa terlebih dahulu dimulai dari dunia pendidikan dan kebudayaan. Bila Kemendikbud sebagai hulu pendidikan dan kebudayaan bersih dari praktik-praktik gratifikasi, maka hilirnya seperti pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat pun akan bersih. Mendikbud optimis Kemendikbud dapat meningkatkan prestasi sebagai penolak gratifikasi. Jika hari ini, lanjut Mendikbud, kementeriannya meraih penghargaan UPG terbaik, maka ke depan, diharapkan dapat menjadi kementerian paling bersih dalam hal gratifikasi. “Kemendikbud harus bersih dari gratifikasi dalam tata kelola pendidikan dan kebudayaan,” tutur Mendikbud. Foto: Andi Pustekkom Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 072/P/2012 tanggal 10 April 2012, Kemendikbud membentuk Satuan Tugas Pengendalian
Pergelaran Orkestra Nasional
Semangati Generasi Muda untuk Berkarya Indonesia memiliki khasanah kesenian dan musik yang sangat beragam. Mendikbud berharap, Pergelaran Orkestra Nasional ini dapat Kekayaan ini harus terus dirawat dan dilestarikan. Kementerian Pendidikan membangkitkan semangat generasi muda untuk terus berkarya. Dengan begitu dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pembinaan Kesenian orkes dapat tetap dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu juga, dan Perfilman menggelar Pergelaran Orkestra Nasional. Pergelaran diadakan melalui pergelaran ini diharapkan dapat meningkatkan rasa cinta dan bakti di ruang konser Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Senin (8/12). generasi muda kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Seno) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, berkesempatan hadir pada acara ini musikal ini, didampingi Direktur Jenderal Kebudayaan, Kacung Marijan. “Orkestra ini dapat menjadi inspirasi lebih banyak lagi musisi Indonesia dalam mengekspresikan musik tradisional,” ucap Mendikbud. Acara yang terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya ini menampilkan Franki Raden dan Purwacaraka. Pergelaran yang berlangsung selama 60 menit ini dimaksudkan sebagai Persiapan Pembentukan Orkestra Negara yang nantinya akan bersaing dengan orkestra negara lain di dunia internasional. Franki Raden dengan tim Indonesian National Orchestra (INO) menampilkan musik etnik tradisional Indonesia dengan komposisi yang didominasi oleh alat musik perkusi, senar, dan instrumen angin yang terbuat dari kayu,bambu, dan bahan alami lainnya. Instrumen tersebut terolah menjadi satu harmoni yang megah, dan unik dengan melibatkan kurang lebih 40 orang seniman dari berbagai daerah di Indonesia lainnya. Sementara Purwacaraka sebagai konduktor tim Foto: Jilan PIH SMK Negeri 2 Yogyakarta menyuguhkan penampilan orkestra, dan paduan suara 160 siswa dari sekolah yang sama.
Apresiasi Bunda PAUD Berprestasi 2014
Sumut Terus Gandeng Mitra Kerja Tingkatkan Mutu PAUD
Foto: WJ PIH
Anak-anak PAUD menikmati waktu bermain. Apresiasi Bunda PAUD Berprestasi diberikan agar Bunda PAUD mulai tingkat desa hingga provinsi termotivasi mendidik anak-anak dini di daerahnya masing-masing.
Sumatera Utara (Sumut) berhasil menjadi pemenang pertama pada Apresiasi Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Berprestasi Tahun 2014 Tingkat Nasional untuk kategori kerja sama dan kemitraan. Penghargaan diserahkan oleh Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbud, Erman Syamsudin, kepada Bunda PAUD Provinsi Sumatera Utara, Sutias Handayani Gatot Pujo Nugrogho di Yogyakarta, Sabtu (6/12). Bunda PAUD Sumut, Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho dinilai berhasil merangkul dan bekerja sama dengan para mitra kerja dalam meningkatkan mutu pendidikan anak didik khususnya pendidikan anak usia dini di Sumut. Kemitraan itu dilakukan untuk menyosialisasikan program PAUD, dan mengajak organisasi mitra mengintegrasikan kegiatan PAUD dengan bidang-bidang lainnya, seperti kesehatan dan gizi. Sumut misalnya, melibatkan Dinas Kesehatan dan BKKBN dalam program pengembangan mutu PAUD, serta kemitraan dengan berbagai pihak swasta dalam program lainnya. Selain memperlombakan kategori kerja sama dan kemitraan, Kemendikbud menyelenggarakan kategori lain, yaitu Kategori Pencapaian Satu Desa Satu PAUD, Angka Partisipasi Kasar, dan Bunda PAUD Terfavorit. Lomba Kategori Satu Desa Satu PAUD dimenangkan oleh Provinsi Bengkulu, sedangkan Kategori Angka Partisipasi Kasar diraih Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kategori Bunda PAUD Favorit diraih Provinsi Lampung. Apresiasi Bunda PAUD Berprestasi 2014 Tingkat Nasional digelar Kemendikbud di Yogyakarta pada tanggal 4-6 Desember 2014. Apresiasi ini diberikan agar Bunda PAUD mulai dari tingkat desa hingga provinsi termotivasi mendidik anak-anak usia dini di daerahnya masing-masing. (Desliana)
Pameran Internasional Pendidikan untuk ABK
Kelemahan Tidak Boleh Jadi Beban Bagi seseorang yang berkebutuhan khusus, akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi masih dirasakan sulit. Padahal cukup banyak sekolah yang menawarkan program pendidikan bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik untuk mengenyam pendidikan tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya menggencarkan informasi tentang layanan pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Di antaranya melalui pameran.
Foto: Jilan PIH
Masyarakat yang tinggal di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dapat memeroleh informasi pada kegiatan Pameran Internasional Pendidikan Layanan Khusus. Pameran ini secara resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, Selasa (9/12). Pameran pendidikan tersebut diselenggarakan selama dua hari hingga Rabu (10/12) di Taman Pintar, Yogyakarta. “Anak berkebutuhan khusus sering kali kesulitan mencari akses sekolah, oleh sebab itu kita harus bantu anak yang dicintai ini untuk bisa mendapatkan akses pendidikan,” demikian disampaikan Mendikbud pada acara pembukaan pameran. Secara konstitusional, Mendikbud mengatakan, pemerintah telah mengatur bahwa pendidikan adalah hak asasi bagi setiap warga negara. Hal ini memiliki arti bahwa dalam kondisi apapun, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, tanpa diskriminasi. “Di tataran konsep kita sudah cukup landasan, tetapi (di tataran) implementasi, kita memerlukan kemauan bersama dalam membantu pemberian akses pendidikan layanan khusus,” kata Mendikbud. Mendikbud mengajak kepada seluruh kalangan masyarakat untuk bersama-sama menggalakkan pemberian akses pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Kesadaran seperti ini, kata Mendikbud, perlu ditanamkan. “Ciptakan terobosan nyata, dan bantu anak-anak kita untuk bisa melampaui mimpi,” ujarnya. Mendikbud meyakinkan bahwa untuk melampaui mimpi, tidak ada hal yang tidak mungkin. Ia pun mencontohkan seseorang dengan keterbatasan dalam penglihatannya yang mampu meraih gelar doktor. Dia adalah Akhmad Soleh yang telah menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang strata 3. Meski dengan keterbatasannya itu, Akhmad mampu mengolah segala sesuatu yang ada di pikirkannya menjadi naskah akademik. Mendikbud mengajak untuk menjadikan Akhmad Soleh sebagai contoh bagi anak-anak muda berkebutuhan khusus. “Akhmad bisa, Anda pun juga bisa. Tidak ada yang tidak mungkin. Kelemahan jangan menjadi beban, tetapi jadikan suatu kesempatan untuk melampaui mimpi,” pungkas Mendikbud. (Seno)
Usianya masih belia, 15 tahun. Tetapi Novendra Priasmoro, siswa SMP YPIA Pengarengan, ini sudah menunjukkan “taringnya” di mata dunia. Ia berhasil meraih medali emas dalam World Schools Chess Championships 2014 di Juiz de Fora, Brasil, yang berlangsung pada 26 November - 4 Desember 2014 lalu. Ini adalah kali kedua ia mengikuti kejuaraan catur tingkat internasional. Ia mengaku mengenal olahraga ini sejak usia lima tahun. Saat itu ia sering melihat sang ayah memainkan bidak-bidak berwarna hitam-putih itu. Dari sekadar melihat-lihat inilah, ia kemudian mulai ikut-ikutan tanpa tahu bagaimana memainkannya dengan benar. Sang ayah kemudian mengajarinya. “Saya menyukai olahraga ini karena melihat ayah saya sangat senang dengan catur. Jadi, saya ikut-ikutan, eh malah jadi suka,” katanya, kepada Asah Asuh, Selasa (9/12). Putra pasangan Djoko Istanto dan Musringatun ini mengikuti kompetisi dunia pertamanya dalam Grand Europe Cup 2014 yang berlangsung di Albena, Bulgaria, Juni lalu. Saat itu ia tampil cukup fenomenal. Menghadapi empat grandmaster (GM) dan empat master internasional (MI) serta seorang pemain non-gelar, ia mampu merebut 5,5 poin dari hasil empat kali menang, tiga kali remis dan dua kali kalah. Satu kemenangannya dicetak saat melawan GM Nenad Ristic dari Serbia. Dukungan terbesar yang selama ini peroleh Novendra datang dari kedua orangtuanya. Ia mengaku selalu mendapat restu dan doa saat dirinya harus bertanding. Bahkan pihak sekolah juga sering memberikan dispensasi kepadanya, jika jadwal pertandingan ada di waktu-waktu sekolah. Lelaki kelahiran Jakarta, 24 November 1999 ini mengakui, keberhasilannya dalam meraih medali emas pada ajang internasional yang lalu adalah buah dari persiapan yang ia lakukan sebelum keberangkatan. “Yang paling penting itu kondisi fisik dan mental yang harus dijaga, serta latihan-latihan untuk menghadapi lawan,” tutur Novendra. Ia berpesan kepada pecatur muda lainnya yang selama ini belum meraih juara untuk tidak mudah menyerah dan terus berlatih. Menurutnya, keberhasilan tidak mungkin diperoleh dengan cara yang mudah dan instan. “Jangan patah semangat, terus berlatih dan berlatih,” katanya. Selamat dan sukses. (Ratih)
Novendra Priasmoro
Medali Catur
Foto: Istimewa
Yadi Mulyadi
Pemain Terbaik
Foto: Aline PIH
Yadi Mulyadi patut bangga. Di usianya yang masih sangat muda, ia bersama rekan-rekannya berhasil mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Ya, bocah berusia 12 tahun ini pada pertengahan November 2014 lalu mewakili Indonesia dalam ajang internasional Final Dunia Danone Nations Cup (DNC) ke-12. Meski akhirnya langkah Indonesia terhenti di babak delapan besar, ia dan rekan satu timnya membuat kagum penikmat sepak bola di Indonesia. Yadi dan 11 temannya tergabung dalam tim ASAD 313 Purwakarta. Sekolah sepak bola ini mengikuti kompetisi DNC dan sukses meraih kemenangan, sehingga mendapat kesempatan melawan tim dari negara lain di Sao Paulo,
Brasil. Penyuka klub Persib Bandung dan Real Madrid ini didaulat sebagai pemain terbaik AQUADNC sekaligus gelandang tim ASAD 313 Purwakarta. Ia juga dipercaya menjadi kapten tim garuda muda. Dilihat sepintas, perawakannya mirip penduduk Asia Tengah, India. Hidung mancung, mata besar, kulit sawo matang, menambah kharisma siswa kelas 1 SMP Negeri 6 Purwakarta ini. Putra kedua pasangan Sunarya dan Liah ini bercita-cita ingin jadi pemain timnas profesional nantinya.”Habis dari Brazil ini nanti mau jadi anggota timnas,” kata Yadi, sebelum berjumpa dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, di Kantor Kemendikbud Jakarta, Rabu (5/11) sore. Menjadi wakil Indonesia di ajang internasional, bagi Yadi tidak datang begitu saja. Disiplin dan kerja keras dilakoninya untuk menggapai cita-citanya sebagai pemain bola profesional. “Latihan disiplin dimulai dari bangun pagi, sholat subuh, dan latihan rutin,” tuturnya. Kecintaannya pada dunia sepak bola dimulai saat usianya tujuh tahun. Sebelum bergabung dengan tim Asli Sepak Bola Anak Desa (ASAD), hampir setiap hari ia selalu menyempatkan diri bermain bola dengan teman-teman di kampungnya, Desa Linggar Sari. Desa ini berlokasi di Pleret yang berjarak satu jam perjalanan dari Purwakarta, Jawa Barat. Untuk menuju kesana, dari Purwakarta bisa menggunakan angkutan umum dan disambung naik ojek selama 20 menit. Disiplin juga dilakukan Yadi dalam mengolah tubuhnya. Lari pagi dan sore dilakukannya untuk menjaga stamina. Rute yang digunakannya tak tanggung-tanggung, dari rumah ia jogging hingga ke Cirata, yang berbatasan dengan Bandung Barat. Bertanding di Brazil menjadi pengalaman tak terlupakan selama hidupnya. Brazil juga menjadi tempat bersejarah buat Yadi karena merupakan kampung halaman pemain sepak bola idolanya, Ronaldo. Bahkan, nomor punggung yang ia gunakan juga sama dengan nomor punggung sang idola, tujuh. “Buat saya, Ronaldo sangat menginspirasi. Skill-nya bagus, pribadinya baik, dan penguasaan bolanya juga bagus,” kesan bocah kelahiran Purwakarta, 11 Februari 2002 ini. (Aline)