Pendugaan Keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp di Propinsi Sumatera Barat dan Jambi serta Potensi Pemanfaatannya dalam Pertanian Bioindustri ( Assesment of Garcinia sp and Nephelium sp Diversity in West Sumatera and Jambi Province and Their Potential Use for Agricultural Bioindustry) Ellina Mansyah dan Edison Hs 1)
1)
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl. Raya Solok-Aripan Km 8 Solok, 27301 E-mail :
[email protected] Abstrak
Sumatera merupakan salah satu pusat keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp di Indonesia. Studi keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp dilakukan pada 8 lokasi yang terdiri dari 6 lokasi di Propinsi Sumatera Barat dan 2 lokasi di Propinsi Jambi. Keragaman tertinggi diperoleh di Nagari Latang, Nagari Kampung Dalam Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Dijumpai 5 Garcinia sp dan 6 Nephelium sp di daerah ini. Dua diantara spesies Garcinia telah dimanfaatkan turun temurun sebagai bumbu masakan tradisional Minangkabau, yaitu asam gelugur (Garcinia atroviridis) dan asam kandis (Garcinia xanthocymus). Selain itu G. atroviridis dan G, griffithii juga telah digunakan sebagai obat batuk oleh masyarakat lokal di sekitar tempat tumbuhnya.Nephelium sp umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi segar dan ada yang dimakan bijinya setelah diolah terlebih dahulu seperti Tambilik dan Borangan (nama lokal). Sebagian besar spesies Garcinia tersebut dijumpai di hutan sekitar perkampungan sedangkan spesies rambutan kebanyakan berada di pekarangan dan kebun.Pada lokasi ini terjadi deforestasi yang cukup mengkhawatirkan yang mengancam keberadaan spesies ini. Garcinia sp dan Nephelium sp yang dijumpai berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional, kosmetika dalam menunjang pembangunan pertanian bio-industri. Kata kunci : Diversitas, Garcinia sp, Nephelium sp, Bioindustri Abstract Sumatera is one of the centres of Garcinia sp and Nephelium sp diversity in Indonesia. A study to assess the diversity of mangosteen and nephelium was carried out in 6 sites and 2 sites in West Sumatera and Jambi provinces, respectively. The richest diversity of Garcinia species found in Nagari Latang, and Jorong Palintangan Nagari Kampung Dalam Sijunjung district, West Sumatera. Five species of Garcinia and Nephelium found in the areas. G. atroviridis (asam gelugur) and G.cowa (asam kandis) used as seasoning for Minangkabau traditional food. G. atroviridis and G. griffithi were also used by local community as cough medicine. Most of Nephelium sp are used for family consumption. Two species, Tambilik and Borangan (local name) seeds were used for traditional food after boiling or processing. Most of the Garcinia sp are found in the forest nearby the village, while Nephelium sp found in home garden. Deforestation or cutting down the trees in the forest occured and replaced with rubber and oil palm trees. This practices threaten the existence of the species and other tropical fruit trees diversity in the area.The wild species found have a good potential to be developed in agricultural bioindustry such as for functional foods and cosmetics. Keywords: Diversity, Garcinia sp, Nephelium sp, Bioindustry Pendahuluan Daerah hutan hujan Sumatera merupakan salah satu wilayah agro-biodiversity yang penting (Stoltonet et al,. 2006). Sebagian besar spesies tanaman buah yang dibudidayakan di daerah ini adalah indigenous dan dan memiliki kerabat liarnya di hutan, terutama Genus Durio, Nephelium, Baccaurea, Citrus, Mangifera, Musa, Salacca (Hammer et al., 2003). Selain itu di Indonesia tercatat 77 species Garcinia dan 22 diantaranya terdapat di
289
Sumatera. Species Garcinia tersebut terdiri dari spesies budidaya, species liar, species dapat dimakan, dan 21 untuk diambil kayunya (Uji, 2007). Diketahui bahwa daerah hutan hujan di dataran rendah Sumatera berada di bawah ancaman resiko kepunahan yang tinggi oleh konversi habitat (66 %) dan rendahnya proteksi (4.9 %). Beberapa sentra keragaman genetik tanaman buah pada daerah ini tidak terkonservasi dengan baik. Deforestasi dan konversi penggunaan lahan merupakan tekanan ekstrernal yang menyebabkan hilangnya sumberdaya genetik liar (FAO, 2003). Kecepatan deforestasi Indonesia adalah sebesar 2.4 juta hektar pertahun (Santoso, 2009). Konversi lahan menyebabkan kehilangan diversitas terutama tanaman berkayu termasuk kerabat liarnya yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan kayu (Stoltonet et al., 2006). Tanaman buah penting sebagai sumber makanan tambahan (supplemental food), dan menjaga keseimbangan nutrisi tubuh. Komoditi ini penting sebagai sumber pendapatan keluarga yang tinggal didaerah tempat tumbuhnya (Soemarwoto and Soemarwoto, 1984). Garcinia sp dan Nephelium sp dipilih untuk dikonservasi berdasarkan keragaman genetik, nilai ekonomi dan pemanfaatannya. Beberapa anggota spesies ini telah diketahui memiliki nila ekonomi yang tinggi dan merupakan komoditas potensial untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu beberapa diantaranya telah digunakan oleh komunitas lokal sebagai bahan makanan, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Kerabat manggis telah dikenal sebagai superanti-oxidant dalam menyembuhkan bebagai penyakit. Konservasi spesies budidaya dan kerabat liarnya sangat mendesak untuk dilaksanakan karena akan memberikan keuntungan langsung terhadap manusia dalam pengembangan produk baru serta fungsinya dalam memelihara ekosistim alami (Maxted 2006). Konservasi on-farm merupakan sistem pertanian yang efektif untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Konservasi on-farm adalah pengelolaan secara berkelanjutan dari sumberdaya genetik lokal yang yang dikembangkan atau dibentuk oleh petani dalam sistim pertanian
tradisional
(Maxted
et
al.,1997).
Konservasi
sumberdaya
genetik
lokal
berkontribusi untuk ketahanan pangan, terutama masyarakat pedesaan. Pada prinsipnya konservasi adalah untuk memaksimalkan proporsi gene pool dari spesies target yang dibangun untuk tujuan pemanfaatannya secara nyata (Stolton et al., 2006). Pengetahuan tentang tingkat keragaman sumberdaya genetik lokal sangat penting untuk, perencanaan, pemanfaatan, pengelolaan dan monitoring populasi (Nunney and Campbell,1993; cit. Veteläinen et al., 2009). Oleh sebab itu untuk melaksanakan kegiatan tersebut diperlukan informasi tentang keragaman dan status pemanfaatannya sampai saat ini yang bertujuan untuk: 1). untuk mengetahui keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp di Sumatera Barat dan Jambi; 2) mengetahui daerah dengan keragaman tertinggi sebagai lokasi konservasi; dan 3) menggali potensi pemanfaatannya.
290
Metodologi Pendugaan keragaman dan pemanfaatan Garcinia sp dan Nephelium sp dilaksanakan di Propinsi Sumatera Barat dan Jambi pada tahun 2014. Tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut: 1.
Penentuan lokasi survey Lokasi survey ditentukan berdasarkan kepada informasi keberadaan Garcinia sp
dan Nephelium sp dari dinas pertanian dan pengalaman peneliti yang pernah bekunjung ke lokasi. Berdasarkan informasi tersebut ditetapkan lokasi survey seperti tercantum pada Tabel 1 Tabel 1. Lokasi survey Garcinia sp dan Nephelium spdi Propinsi Jambi dan Sumatera Barat Propinsi Sumatera Barat
Jambi
2.
Kabupaten Sijunjung
Kecamatan Lubuk Tarok
Padang Pariaman Agam Dharmasraya
Tujuh Koto Palembayan Silago
Tebo
Tebo Tengah
Nagari Latang Kampung Dalam Buluh Kasok Balah Aie Palembayan Koto Nan Ampek di bawah Sungai Alai Aburan
Jorong Taratak Latang Palintangan Taratak Kampung Paneh Pasar Palembayan Ampang Kuranji
Pendugaan keragaman genetik Pendugaan cepat (rapid appraisal) dilakukan melalui metode Focus Group
Discussion (FGD). Pada setiap lokasi digunakan 20 responden masing-masing sebanyak 20 orang komunitas lokal yang terdiri dari 10 orang pria dan 10 orang wanita. Bahan yang digunakan adalah kumpulan gambar spesies Garcinia dan Nephelium. Gambar tersebut diperlihatkan kepada komunitas lokal dan dikonfirmasi apakah mereka mengenal spesies tersebut atau apakah spesies tersebut dijumpai didaerah mereka.Di samping itu juga digali informasi tentang pemanfaatan masing-masing spesies secara tradisional oleh komunitas lokal. Setelah FGD dilakukan pelacakan ke tempat tumbuh spesies tersebut dan dikonfirmasi apakah spesies yang diinformasikan tersebut termasuk kedalam Garcinia sp atau Nephelium sp. Jumlah spesies yang ada pada setiap lokasi dihitung dan lokasi yang memiliki keragaman tertinggi dipilih sebagai lokasi konservasi 3. Pemilihan lokasi konservasi Pada kegiatan ini dari 8 lokasi pada Tabel 1 dipilih dua lokasi yang akan digunakan sebagai daerah konservasi dari kedua spesies ini. Kriteria pemilihan lokasi berdasarkan kepada 8 aspek seperti tercantum pada Tabel 2. Masing-masing aspek diberikan penilaian atau bobot yang berbeda. Penilaian tertinggi diberikan kepada aspek keragaman genetik dengan bobot 30%, sedangkan 7 aspek yang lainnya diberi bobot 10%. Lokasi dengan nilai tertinggi dipilih dan dimanfaatkan untuk aktifitas konservasi selanjutnya.
291
Tabel 2: Kriteria Pemilihan lokasi konservasi Keragaman genetik 1 Keragaman Inter- dan intra spesies Perkiraan jumlah spesies dan varietas yang terdapat pada lokasi target Lingkungan 2 Keragaman agroekologi Logistik 3 Kemudahan operasional, biaya, waktu dan fasilitas untuk mengunjungi dan bekerja di lokasi. kualitas jalan, ketersediaan sarana komunikasi (telepon, internet, dll)
Bobot 30% 10%
10%
Sosial Ekonomi 4 Perkiraan pendapatan per kapita
10%
5 Kepentingan spesies untuk keluarga (perkiraan kontribusi spesies terhadap pendapatan dan tenaga kerja)
10%
Potensi untuk pencapaian peningkatan ekonomi 6 Koneksi dan akses pasar a) Ketersediaan pasar lokal b) Ketersediaan transportasi yang murah c) Ketersediaan informasi pasar d) Ketersediaan materi pengepakan dan vasilitas penyimpanan .
10%
7 Keberadaan institusi lokal Adanya kelompok komunitas sosial lokal yang aktif dan terorganisir dengan baik (misalnya kelompok tani)
10%
8 Apresiasi dan motivasi komunitas lokal dalam memelihara tanaman buah tropika
10%
Jumlah
100% Hasil dan Pembahasan
1. Penentuan lokasi konservasi dan pendugaan keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp Hasil pendugaan cepat keragaman genetik serta pemilihan lokasi melalui Focus Group Discussion (FGD) dan penilaian berdasarkan 8 kriteria seleksi disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria tersebut diketahui bahwa Nagari Latang dan Kampung Dalam, Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat memiliki skor tertinggi yaitu masing 7.1 dan 5.7. Nagari Latang memiliki skor tertinggi pada aspek keragaman genetik yaitu memiliki 5 Garcinia sp dan 5 Nephelium sp. Lokasi ini juga memiliki institusi lokal yang solid berupa kelompok tani yang cukup terorganisir dengan baik,
serta apresiasi serta
motifasi komunitas lokalnya yang besar dalam kegiatan konservasi. Nagari Kampung Dalam memiliki keragaman 5 Garcinia sp dan 4 Nephelium sp dan memiliki skor tertinggi pada aspek agro-ekosistemnya yang pada umumnya datar dan lebih mudah diakses dibandingkan dengan Nagari Latang.Daerah Latang memiliki agro-ekosistem yang beragam yaitu pekarangan, kebun dan hutan. Sebagian besar tanaman target di Nagari Latangberada di hutan berbukit dengan kemiringan 45 sampai 70 derajat dan sulit untuk mencapai lokasi tempat tumbuhnya.Nagari Balah Aie, Kabupaten Padang Pariaman
292
menunjukkan skor tertinggi dalam hal logistik, rata-rata pendapatan dan kontribusi spesies Garcinia terhadap pendapatan, tetepi memiliki keragaman yang rendah dengan total skor 4. Daerah dengan skor terendah adalah desa Aburan Muaro Tebo, Jambi dengan total skor 1,6. Lokasi ini memiliki keragaman genetik yang rendah, akses pasar dan
keberadaan
institusi lokal yang kurang memadai. Berdasarkan hasil penilaian ini untuk selanjutnya kegiatan dipusatkan pada 2 lokasi yang memiliki skor tertinggi yaitu Nagari Latang dan Kampung Dalam, Kecamatan Lubik Tarok Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
a.
Rata-rata pendapatan
Kontribusi terhadap pendapatan
Peringkat
Peringkat
Skor Toral
Peringkat akhir
Peringkat Apresiasi dan motifasi
Logistik Peringkat
Peringkat Keberadaan institusi lokal
Agro-eko sistem Peringkat
Peringkat Akses Pasar Market access
Perkiraan Keragaman
SUMBAR Latang Kampung Dalam BuluhKasok BalahAie Palembayan Koto Nan Ampek Dibawah JAMBI Sungai Alai Aburan
Peringkat
LOKASI
Tabel 3. Hasil Pemilihan lokasi dan peringkat masing-masing
8 7 6 3 2 4
7 8 4 3 2 5
6 3 4 8 7 1
4 1 2 8 5 3
7 6 3 8 5 4
7 5 6 3 8 4
8 7 6 4 5 3
8 6 7 4 2 3
7.1 5.7 5.0 4.7 4.0 3.5
1 2 3 4 6 7
5 1
6 1
5 2
7 6
2 1
2 1
2 1
5 1
4.4 1.6
5 8
Keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp Seperti telah dijelaskan di atas bahwa berdasarkan hasil survey terhadap
pengetahuan masyarakat lokal (indigenous knowledge) diketahui bahwa diversitas tertinggi untuk Garcinia sp dan Nephelium sp dijumpai pada Nagari Latang (lokasi 1) dan Kampung dalam (lokasi 2) Sijunjung, Sumatera Barat. Dijumpai 5 Garcinia sp yaitu G. xanthocymus (kandis), G. atroviridis (gelugur), G. griffithii (manggis jepang/nama lokal), Garcinia sp (manggis hutan) dan spesies budidaya G. mangostana. Dari 5 spesies Garcinia tersebut dapat dibedakan menjadi 7 jenis atau varietas yang terdiri dari dua varietas G. xanthocymus (bulat dan lonjong), dua varietas G. atroviridis (juring dangkal dan dalam) , dua varietas G. Griffithii (kulit buah bergaris dan licin, satu varietas Garcinia sp dan satu varietas G. mangostana.
Nama latin (scientific name dari Garcinia sp ini masih dalam proses
klarifikasi ). Selanjutnya untuk Nephelium sp dijumpai sebanyak 6 spesies, dan nama latinnya masih dalam proses klarifikasi dan untuk sementara dikategorikan sebagai Nephelium sp. Spesies tersebut adalah Nephelium xerospermoides (Mane), N. lappaceum (rambutan
293
kemenyan), N. maingayi (puding tunjuk), Nephelium sp 1 (Oge), Nephelium sp 2 (Tambilik).dan Nephelium sp 3 (Borangan). Keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp serta penampilan morfologinya disajikan pada Tabel 4, Gambar 1 dan 2. Tabel 4. Keragaman Garcinia sp dan Nephelium sp dan tempat tumbuhnyadi Kabupaten Sijunjung Nama Lokal
Nama latin
Lokasi 1
Lokasi 2
Garcinia sp 1
Manggis
2
Asam Kandis type 1 ( bulat)
3
8
Asam Kandis type 2 ( lonjong) Asam Gelugur type 1 (juring sedikit) Asam gelugur type 2 (juring banyak) Manggis Jepang Latang (Permukaan bergaris) ManggisJepang Palintangan (permukaan licin) Manggis liar
1
Nephelium sp Mane
2 3
Kemenyan Pudiang Tunjuk
4 5 6
Oge Tambilik Borang
4 5 6 7
Garcinia mangostana Garcinia xanthocymus Garcinia xanthocymus Garcinia atroviridis Garcinia atroviridis Garcinia griffithii
Pekarangan /Kebun Pekarangan/Kebun Hutan/Kebun
Hutan/Kebun
Hutan/kebun
-
-
Hutan
Hutan
-
Hutan
-
Garcinia griffithii
-
Hutan
Garcinia.sp
Hutan
Hutan
N, Xerospermoides N. lappaceum Nephelium maingayi Nephelium sp 1 Nephelium sp 2 Nephelium sp 3
Pekarangan/kebun
-
Pekarangan Pekarangan/kebun
Pekarangan -
Hutan Hutan
Hutan Hutan
Pada Tabel 4 juga dijelaskan tentang habitat tempat tumbuh dari Garcinia sp dan Nephelium sp pada kedua lokasi. Semua Garcinia sp dijumpai di hutan yang berbatasan dengan pemukiman (buffer zone), kecuali spesies budidayanya (Garcinia mangostana) yang umumnya tumbuh di pekarangan dan kebun. Asam kandis (G. xanthocymus) dijumpai di hutan dan kebun di sekitar daerah pemukiman. Asam kandis lebih sering dimanfaatkan sebagai bumbu masak oleh masyarakat dibandingkan dengan asam gelugur sehingga lebih banyak ditanam disekitar pemukiman. Kandis Bulat (tipe 1), gelugur juring jarang (tipe 1) dan manggis jepang kulit bergaris (tipe 1) dijumpai di Nagari Latang dan sedangkan tipe 2 masing-masing dijumpai di Nagari Kampung Dalam.
294
G. griffithii tipe 1
G. atroviridis1 (asam gelugur)
G. xanthocymus (asam kandis)
Garcinia sp
G. griffithii tipe2
G. atroviridis2 (asam gelugur)
G, xanthocymus
G. mangostana
Gambar 1. Keragaman Garcinia sp di kabupaten Sijunjung
295
Puding tunjuk (Nephelium maingayi)
Rambutan kemenyan (N. Lappaceum)
Tambilik (Nephelium sp2)
Mane (Nephelium xerosperoides)
Oge (Nephelium sp 1)
Borangan (Nephelium sp3)
Gambar 2. Keragaman Nephelium sp di kabupaten Sijunjung Nephelium sp juga lebih banyak dijumpai di dipekarangan dan kebun, karena hampir semua dimanfaatkan untuk konsumsi segar. Spesies yang dijumpai dihutan adalah Oge, Tambilik dan Borangan karena kurang dimanfaatkan. Secara tradisional Tambilik dan Borangan telah dimanfaatkan bijinya sebagai bahan makanan dengan disangrai terlebih dahulu. Penyebaran habitat spesies habitat species Garcinia dan Nephelium ini kelihatannya berhubungan dengan pemanfaatannya. Spesies yang banyak dimanfaatkan lebih banyak
296
dijumpai di kebun dan pekarangan, sedangkan yang jarang atau tidak dimanfaatkan tumbuh liar di dalam hutan. berhubungan dengan status pemanfaatannya oleh masyarakat lokal.
Pemanfaatan dan potensi pengembangan Garcinia sp dan Nephelium sp Pemanfaatan Garcinia sp oleh masyarakat lokal Sijunjung dapat dibedakan atas konsumsi segar (G. mangostana), bumbu masak (G. atroviridis dan G. xanthocymus), dan obat batuk
(G. atroviridis). G. xanthocymus dan G. Atroviridis telah dimanfaatkan turun
temurun dan melekat sebagai budaya masyarakat sebagai bumbu masakan tradisional Minangkabau setelah dikeringkan terlebih dahulu (Gambar 3). Secara komersial G. atroviridis telah dimanfaatkan oleh industri internasional sebagai makanan kesehatan untuk membakar lemak yang sangat ampuh
(pelangsing), menurunkan kolesterol, hypertensi,
rematik, yang diolah dalam bentuk kapsul dan sirup. Buah asam gelugur saat ini telah memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mulai dikomersilkan dengan harga jual yang cukup tinggi yaitu Rp 60.000 per kilogram olahan keringnya. Produk ini telah dipasarkan ke Medan dan Teluk Kuantan dan kewalahan untuk memenuhi permintaan karena kekurangan bahan baku. G. griffithi saat ini telah mulai diolah oleh masyarakat menjadi minuman kesehatan, tetapi belum diketahui kandungan kimianya, sedangkan manggis hutan (Garcinia sp) belum dimanfaatkan sama sekali. Manggis hutan ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif pangan baru , biofarmaka dan kosmetika. Konservasi species ini perlu difasilitasi karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan belum dimanfaatkan secara komersial oleh komunitas lokal. Untuk Nephelium sp diantaranya ada yang dimanfaatkan bijinya (Tambilik dan Borangan) sebagai makanan olahan (disangrai atau direbus) seperti terlihat pada Gambar 4.Pemanfaatan dan potensi pengembangannya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pemanfaatan dan potensi pengembangannya Garcinia sp dan Nephelium sp di Kabupaten Sijunjung Nama Lokal
Nama latin
Pemanfaatan
Potensi pengembangan
Garcinia sp 1
Manggis
2
Asam Kandis
3
Asam Gelugur
4
Manggis Jepang Manggis liar
5
1 2 3 4
Rambutan Kuduk Biawak Mane Kemenyan Rambutan kulum kulum
Garcinia mangostana Garcinia xanthocymus Garcinia atroviridis
Konsumsi segar Bumbu masak
Garcinia griffithii
Bumbu masak, obat batuk Belum digunakan
Garcinia.sp
Belum digunakan
Nephelium sp N, Xerospermoides N. lappaceum N. lappaceum
Konsumsi segar Konsumsi segar Konsumsi segar Konsumsi segar
Biofarmaka, Kosmetika pangan fungsional Biofarmaka, Kosmetika pangan fungsional Biofarmaka, Kosmetika pangan fungsional Biofarmaka, Kosmetika pangan fungsional Perlu digali potensi pemanfaatannya Industri olahan Industri olahan Industri olahan Industri olahan
297
5 6 7 8
Pudiang Tunjuk Oge Tambilik Borang
Nephelium maingayi Nephelium sp (?) Nephelium sp (?) Nephelium sp (?)
Olahan kering G. atroviridis
Konsumsi segar Konsumsi segar Dimakan bijinya Dimakan bijinya
Industri olahan Industri olahan Diversifikasi pangan Diversifikasi pangan
Olahan kering G. xanthocymus
Gambar 4. Olahan kering G. atroviridis dan G. Xanthocymus
Gambar 4. Pemanfaatan biji Borangan (Nephelium sp 3 ) sebagai bahan makanan Kendala yang dihadapi dalam konservasi dan pengembangan tanaman ini antara lain adalah sebagian besar Garcinia sp dan Nephelium sp dijumpai di hutan sehingga sukar untuk memantau musim berbunga, berbuah dan panen. Tanaman target tidak berbuah pada saat observasi sehingga perlu observasi lanjutan berulang kali untuk masuk hutan. Selain itu juga sulit untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan bunga dan buah karena berkompetisi dengan hewan yang ada di hutan seperti kera atau burung serta ukuran pohon yang sangat tinggi. Dalam pelaksanaan pembibitan untukonservasi masalah yang dihadapi adalah waktu panen yang tidak sama untuk masing-masing spesies sehingga waktu semai tidak sama serta perlu biaya tinggi untuk mengambil materi tanaman ke dalam hutan. Program Riset dan Pengembangan yang dibutuhkan Nilai strategis kegiatan/riset ini dapat dibedakan atas tiga aspek yaitu ketahanan pangan, konservasi tanaman dan ekologinya serta mendukung bioindustri berkelanjutan. Status Penelitian sampai saat ini adalah : 1). Kegiatan masih terbatas pada eksplorasi,
298
identifikasi dan karakterisasi serta persiapan bibit untuk konservasi, 2). Parameter yang diamati masih sederhana belum mendalam terutama tentang kandungan kimia dari spesies tersebut untuk menggali potensi pemanfaatannya. Untuk memanfaatkan sumber daya genetik ini dibutuhkan teknologi dan program pengembangan yang efektif dan menyentuh petani.
Oleh
sebab
itu
sangat
mendesak
untuk
melakukan
konservasi
dan
memanfaatkannya secara berkelanjutan. Kegiatan mullti disiplin yang melibatkan pemuliaan, pascapanen, kimia analisis, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Departemen Kehutanan, dan swasta sangat dibutuhkan. Kegiatan riset dan Pengembangan ke depan meliputi 1. Identifikasi morfologi dan molekuler keragaman kerabat manggis dan rambutan indigenous. Kegiatan ini bermanfaat untuk proteksi sumberdaya genetik lokal dan membangun genebank keragaman sumberdaya genetik tanaman buah dan kerabat liarnya. 2. Analisis kandungan kimia Garcinia sp dan Nephelium sp untuk menggali potensi pemanfaatannya. 3. Melanjutkan konservasi Garcinia sp dengan membangun kebun bibit berbasis komunitas lokal dan penanaman kembali di habitat aslinya 4. Pengembangan dan pemanfaatannya untuk diversifikasi pangan, pangan kesehatan baru, dan kosmetika bekerjasama dengan swasta 5. Peningkatan kapasitas dan pengetahuan komunitas lokal tentang konservasi dan nilai tambah produk melalui pelatihan serta memfasilitasi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
Kesimpulan Kabupaten Sijunjung merupakan daerah keragaman Garcinia sp dan Nepheliumsp yang potensial. Di antara spesies tersebut ada yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi belum diketahui dan dimanfaatkan oleh masyaraka tlokal untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu ada yang belum diketahui manfaatnya saat ini sehingga perlu digali potensinya melalui analisis kandungan kimianya. Keberadaan spesies ini perlu dipertahankan melalui konservasi on-farm berbasis komunitas lokal. Dalam jangka panjang kegiatan ini akan memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan, konservasi tanaman dan ekologinya serta mendukung bioindustri berkelanjutan. Kerjasama berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam konservasi dan pemanfaatan sumberdaya genetik ini.
Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bioversity International selaku penyandang dana, Dr. Mizu Istianto dan Dr. Catur Hermanto atas kontribusi dan saran-sarannya dalam pelaksanaan kegiatan ini, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung beserta Staf atas bantuan dan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan kegiatani, Kepala
299
BLPP Lalan Kab. Sijunjung
beserta staf, komunitas lokal Nagari Latang dan Kampung
Dalam Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung atas partisipasinya. Daftar Pustaka FAO. 2003. State of the World’s Forests, FAO, Rome, Italy. Hammer H, GladisTh, Diederichsen A. 2003. In situ and on-farm management of plant genetic resources. Europ. J. Agronomy 19: 509-517 Maxted, N, J G Hawkes, B V Ford-Lloyd and J T Williams.1997. A practical model for in situ genetic conservation, in Maxted, N., Ford-Lloyd, B.V., Hawkes, J.G. (Eds.), Plant Genetic Conservation: the In Situ Approach, Chapman and Hall, London Santoso RP. 2009. How effective is property right to deter deforestation in Indonesia 20012005) The paper presented in International Conference On Public Policy For Sustainable Development 4-5 August 2009 Nikko Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia Soemarwoto, O. and I. Soemarwoto. 1984. The Javanese Rural Ecosystem, Pp 254-287 in An Introduction to Human Ecology Research on Agricultural Systems in Southeast Asia, Stolton S, Maxted N, Ford-Lloyd B, Kell S, Dudley N. 2006. Arguments for Protection Food Stores: Using Protected Areas to Secure Crop Genetic Diversity. A research report by WWF, Equilibrium and the University of Birmingham, UK Written. Written by Published August 2006, WWF – World Wide Fund for Nature Uji T. (2007). Diversity, distribution and potential of genus Garcinia in Indonesia. Hayati 12:129-135. Veteläinen M., Negri V.and Maxted N. (Eds) . 2009. European landraces: onmanfaargmemcoennstearvnadtiouns,e. Bioversity Technical Bulletin No.15.European Cooperative Programme For Plant Genetic Resource. Bioversity International. Rome, Italy Diskusi : 1. Nama Penanya : Sulusi P (Puslitbanghorti) 2. Pertanyaan / Saran /Komentar : Manggis dan Rambutan liar perlu didokumentasikan resep tradisional. Perlu menggali sifat fungsional dari kerabat manggis liar, ex: xanton, dan rambutan liar agar diketahui kandungan kimia dan fungsi tanaman tersebut 3. Jawab : a. Dari segi development, kegiatan ini melakukan pembibitan di nursery untuk kemudian diberikan ke masyarakat agar dikembangkan b. Resep tradisional dari katalog kerabat Manggis dan rambutan merupakan bagian dari output kegiatan ini. c. Salah satu ciri manggis adalah xanton. Akan diupayakan menganalisa kandungan kimia xanton kerabat manggis. d. Sudah diadakan kegiatan diversity fair dimana petani membuat kreasi olahan dari kerabat manggis dan rambutan, perlu diketahui khasiat dari olahan yang dibuat petani e. Tahun 2015 Pemda Sijunjung menganggarkan untuk memberikan mesin pengering asam gelugur kepada petani agar petani lebih bisa mengolah kerabat manggis dengan baik.
300