.
EKSPERIMEN PENGAJARAN KOSAKATA BAHASA MANDARIN DENGAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI KELOMPOK B TKK SAMARIA Elisa Kurnia, Eunike Noviana, Fu Ruomei UniversitasBina Nusantara,Jl. KebonJeruk Raya No. 27, KebonJeruk Jakarta Barat 11530, Indonesia Telp. : (021) 53696969
[email protected];
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research is to prove the benefits and the results (through testing) of the use of instructional media in enhancing students' understanding of Mandarin vocabulary. The research method is to conduct experiments for grade B Samaria Kindergarten and library research method to support the author’s research. Research analysis is conducted by collecting data on test results from the experiment that has been done. The test comes with a result that the use of instructional media is more effective than teaching without appropriate method. The conclusion of the research is that students are more interested and motivated in Mandarin language learning and learning method can help student to know and remember the new vocabulary in Mandarin language.
Key Words: Media Learning, Chinese Vocabulary, Song, Picture, Games.
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan manfaat dari penggunaan media pembelajaran dan membuktikan hasil (melalui tes) dari penggunaan media pembelajaran tersebut dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap kosa kata bahasa Mandarin. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah pemanfaatan media pembelajaran dalam pengajaran bahasa Mandarin memiliki dampak, lebih mudah diterima, dan dapat menstimulasi antusiasme siswa? Metode penelitian yang dilakukan adalah melakukan eksperimen dan metode library reseacrh untuk mendukung penelitian penulis. Analisa penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data hasil test dari eksperimen yang sudah dilakukan. Hasil penelitian adalah penggunaan media dalam pengajaran memiliki pengaruh yang lebih efektif jika dibandingkan dengan pengajaran tanpa menggunakan media (EK/EN)
Kata kunci: Media Pembelajaran, Kosa Kata Bahasa Mandarin, Lagu, Gambar, Permainan.
1
2
PENDAHULUAN Sebagai warga Negara Indonesia yang berbahasa Indonesia, maka mempelajari Bahasa Mandarin termasuk dalam kegiatan pembelajaran bahasa asing/bahasa kedua. Pembelajaran bahasa kedua (second language) menunjuk pada bahasa lain yang yang dipelajari setelah bahasa pertama. (Zhou Xiaobing, 2005: 9). Menurut H. Douglas Brown dalam buku “Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa”, mempelajari bahasa kedua adalah pekerjaan panjang dan kompleks. Bahasa adalah kemampuan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau instruksi formal, dipakai tanpa memahami logika yang mendasarinya, secara kualitatif sama dalam diri setiap orang, dan berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih umum dalam hal memproses informasi atau berperilaku secara cerdas. (H. Douglas Brown, Ed. 5, 2007: 8) Beberapa pemahaman menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa kedua/bahasa asing pada usia dini adalah waktu yang paling cocok, karena adanya konsep hipotesis “tabularasa” yang artinya “kertas kosong”. Konsep ini menganggap bahwa pada waktu dilahirkan anak seperti kertas kosong yang nantinya akan ditulis/diisi dengan pengalaman-pengalaman hidupnya. Yang artinya proses pemerolehan bahasa cenderung dipengaruhi oleh input dari luar. Pada usia 5-6 tahun, anak memiliki karakterisitik pemerolehan bahasa. Salah satu karakteristik kemampuan berbahasa yang dimiliki anak usia 5-6 tahun menurut buku “Early Childhood Language Arts” dalam penguasaan kosa kata adalah anak dapat menggunakan hampir 2.500 kata, dan memahami sekitar 6.000 kata. Untuk memudahkan anak dalam mempelajari kosa kata bahasa Mandarin, diperlukan media pembelajaran yang memiliki fungsi untuk mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh anak, memungkinkan adanya interaksi langsung antara anak dengan lingkungannya, membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. Seperti yang dikatakan oleh Brown (1973) “media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran”. Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian pada siswa kelas TK B (anak usia 5-6 tahun), maka media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bahasa Mandarin pada anak usia dini hendaknya mudah dimengerti, berguna dan memiliki pengaruh yang efektif bagi penerimaan kosakata bahasa Mandarin siswa. Pengajaran bahasa Mandarin pada siswa TK juga hendaknya bersifat menghibur, rekreatif dan mendidik, sehingga siswa senang untuk mempelajari bahasa Mandarin. Acuan dari penelitian ini adalah penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meldaria, mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, yang membuktikan bahwa penggunaan media pembelajaran mampu memberikan peningkatan penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak yang lebih baik daripada pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran.
METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan eksperimen. Penelitian dilakukan setiap hari Jumat yang dimulai pada tanggal 28 November 2014 sampai 19 Desember 2014 di TK Samaria. TK Samaria memiliki 3 kelas, yaitu 1 kelas TK B yang berjumlah 12 siswa, 1 kelas TK A yang berjumlah 10 siswa, dan 1 kelas Play Group yang berjumlah 13 siswa. Eksperimen pengajaran kosa kata bahasa Mandarin dengan menggunakan media pembelajaran ini hanya dilakukan di kelas TK B, dengan waktu pembelajaran adalah 45 menit yang dilakukan 1 kali dalam seminggu. Kelompok B, TK Samaria berjumlah 12 siswa, yaitu 5 orang siswa dan 7 orang siswi. Perbedaan dari metode pengajaran kosa kata bahasa Mandarin yang digunakan penulis dengan metode pengajaran yang lainnya adalah metode pengajaran kosa kata bahasa Mandarin yang lain hanya menggunakan media lagu atau media gambar saja. Dalam eksperimen pengajaran kosa kata bahasa Mandarin ini, penulis menambahkan media permainan yang berhubungan dengan kosa kata yang sedang dipelajari. Sehingga dengan media permainan yang digunakan siswa bukan hanya mendapatkan kesenangan yang didapatkan dari permainan yang dimainkan, tetapi siswa juga mengulang kosa kata yang sudah diajarkan. Penulis berharap agar dengan pengulangan-pengulangan yang dilakukan, siswa dapat semakin mengingat kosa kata yang sudah dipelajari. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah flash card, lagu dan permainan yang sesuai dengan tema kosakata yang akan diajarkan Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi kosakata yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran yang digunakan, penulis memberikan 2 macam tes kepada siswa. Tes yang diberikan kepada siswa berupa oral test dan tes melingkari gambar sesuai perintah. Pada tes oral siswa menyebutkan kosa kata dalam bahasa Mandarin dari gambar yang ditunjuk penulis. Pada tes melingkari yang berupa kertas yang berisi gambar-gambar, siswa melingkari gambar sesuai kosakata yang penulis sebutkan dalam bahasa Mandarin. Setelah mengumpulkan data, penulis menganalisa jawaban para siswa berdasarkan hasil tes yang sudah dilakukan.
3
Bentuk tes dalam 2 bagian: Tes melingkari gambar : 40 pertanyaan Oral test : 10 pertanyaan Adapun cara yang digunakan untuk menentukan nilai dari tes melingkari gambar, penulis melakukan pengolahan data berdasarkan standard penilaian yang diterapkan di Binus University. Perhitungan nilai dilakukan dengan cara menghitung jumlah gambar yang sesuai dengan perintah penulis, yang dilingkari siswa dengan tepat. Penilaian dilakukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 1: Kategori Penilaian Tes Melingkari Gambar Nilai
Kategori
85-100
A
75-84
B
65-74
C
<65
D
Tabel 2: Kategori Penilaian Oral Test Nilai
Kategori
80-100
A
70-79
B
60-69
C
<60
D
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan eksperimen pada siswa kelas TK B di TK Samaria, penulis mencari informasi tentang metode pengajaran bahasa Mandarin yang selama ini dilakukan di TK K Samaria. Penulis mencari informasi dengan mewawancarai guru bahasa Mandarin di sekolah tersebut, serta melakukan observasi selama guru bahasa Mandarin di sekolah tersebut mengajar. Lewat wawancara dan observasi yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa selama ini para siswa kelompok B TK K Samaria diajarkan mengenal bahasa Mandarin dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa Mandarin. Lagu yang diajarkan dinyanyikan dengan disertai gerakan yang mewakili kata dari lirik lagu tersebut. Kemudian guru menjelaskan arti dari lagu yang diajarkan, namun secara garis besarnya saja (tidak dijelaskan kata per kata). Mengacu dari hasil wawancara dan observasi tersebut, maka penulis mulai merancang materi kosa kata yang akan diajarkan dengan menggunakan media gambar, lagu dan permainan kepada siswa kelas TK B di sekolah tersebut. Tahapan penerapan eksperimen pengajaran kosa kata bahasa Mandarin dengan pemanfaatan media pembelajaran di Kelompok B, TK Samaria adalah sebagai berikut: Pengajaran kosa kata hewan/buah-buahan dengan Media Lagu
Pengajaran Kosa kata hewan/buah-buahan dengan media gambar
Pengajaran kosa kata hewan/buah-buahan dengan media permainan
Pengulangan materi kosa kata hewan/buah-buahan dengan media lagu, gambar dan permainan permainan.
4
Pelaksanaan Tes melingkari gambar kosa kata hewan/buah-buahan
Pelaksanaan Oral Test kosa kata hewan/buah-buahan
Kosa kata yang diajarkan pengajar dibagi atas 2 kategori. Yaitu kosa kata hewan dan kosa kata buahbuahan. Kedua kategori kosa kata ini diajarkan dalam bentuk lagu, gambar dan permainan. Di bawah ini adalah daftar kosa kata yang diajarkan:
鸡 (jī) 鸭 (yā) 猫 (māo) 鱼(yú) 狗 (gǒu) 苹果(píngguǒ) 橘子(júzi) 香蕉(xiāngjiāo) 芒果(mángguǒ) 草莓(cǎoméi)
= ayam = bebek = kucing = ikan = anjing = apel = jeruk = pisang = mangga
= strawberry Dari empat kali pertemuan yang dilakukan dalam eksperimen pengajaran kosa kata bahasa Mandarin dengan pemanfaatan media pembelajaran, para siswa memperlihatkan antusiasme yang cukup besar dalam mempelajari bahasa Mandarin. Hal ini dapat dilihat dari sikap para siswa yang terus memperhatikan materi yang diajarkan, serta keikut sertaan siswa dalam mengikuti perintah yang pengajar berikan. Pada pertemuan pertama di tanggal 28 November 2014, kosa kata yang diajarkan adalah 5 kosa kata hewan (ayam, bebek, kucing, ikan dan anjing). Sebelum pengajaran dimulai, pengajar berpura-pura tidak dapat
大家好!请我介绍一下儿,我叫 Nike.你们
berbahasa Indonesia dan menyapa seluruh siswa dengan kalimat “
可以叫我 Nike 老师。”Kemudian pengajar menunjukkan wajah bingung dan bertanya “Apakah anak-anak
mengerti artinya?”, lalu pengajar menerjemahkan sapaan tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, pengajar mengajak para siswa untuk menanyikan sebuah lagu berbahasa Mandarin yang mereka ketahui. Pengajar bersama para siswa menyanyikan lagu yang disebutkan oleh siswa. Selesai menyanyikan lagu berbahasa Mandarin, pengajar mulai mengajak siswa menyanyikan lagu berbahasa Inggris “Hello, how are you?” yang sudah diketahui para siswa sebelumnya. Lagu “Hello, how are you?” ini merupakan lagu yang dinyanyikan secara berbalas-balasan. Setelah menyanyikan lagu berbahasa Inggris tersebut, pengajar mengganti liriknya menjadi bahasa Mandarin “Nihao dajia”. Setiap pengajar menyanyikan bagian lirik “Nihao, nihao, nihao dajia?”, para siswa menjawab dengan lirik “Hen hao, hen hao. Wo xiwang ni yeshi”. Setelah para siswa mulai menguasai lagu berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin yang pengajar ajarkan, maka pengajar mulai mengajarkan materi kosa kata yang sudah direncanakan sebelumnya. Pengajar mulai menyanyikan lagu tersebut dengan mengikutsertakan kosa kata yang
小
akan diajarkan, namun sebelumnya pengajar mengajarkan kosa kata lain, yaitu kata “ ” yang berarti kecil. Setelah mengajarkan kosa kata tersebut, pengajar menggabungkannya dengan kosa kata hewan, yang kemudian
你好小鸡,你好小鸡。小鸡都好吗?
lagu sebelumnya menjadi “ ”. Siswa diajarkan untuk menjawab dengan bunyi suara anak ayam dengan nada lagu yang sedang dinyanyikan“ciap ciap ciap ciap ciap ciap ciap ciap ciap ciap”. Lewat lagu ini, pengajar mengajarkan siswa untuk mengenal kosa kata hewan dalam bahasa Mandarin secara mudah, yaitu anak diajarkan untuk mengetahui bunyi apa yang dapat mewakili kosa kata hewan yang sedang diajarkan. Selanjutnya pengajar mengganti kosa kata hewan yang sudah diajarkan dengan kosa kata hewan lain, dan demikian seterusnya sesuai dengan kosa kata yang sudah pengajar persiapkan. Setelah mengajarkan siswa bernyanyi dan setelah siswa mengenal kosa kata hewan atau pun buah dengan sederhana lewat media lagu, pengajar mulai mengasah ingatan siswa tentang kosa kata yang sedang diajarkan dengan memperlihatkan flash card yang menunjukkan gambar kosa kata tersebut. Pengajar memperlihatkan flash card dari gambar-gambar dari kosa kata yang sedang diajarkan secara berurutan. Pengucapan kosa kata
5
bahasa Mandarin dengan media gambar ini dilakukan dengan metode drill, dimana siswa mengulang-ulang kosa kata yang sedang dipelajari. Tujuan dari penggunaan metode drill ini (mengulang-ulang kata) adalah agar siswa mengucapkan kosa kata secara berulang-ulang, sehingga kata yang diulang-ulang tersebut menjadi ingatan bagi siswa. Pengajar juga melakukan pengajaran dengan metode drill ini dengan cara yang membuat siswa tidak bosan. Misalnya, pengajar mengambil dan memperlihatkan flash card yang ada di tangan pengajar dengan kecepatan yang berbeda-beda, sehingga siswa merasa penasaran dengan gambar yang akan dikeluarkan oleh pengajar. Setelah siswa mengenal dan mendapatkan persepsi dari kosa kata yang pengajar ajarkan, selanjutnya pengajar mengajak para siswa untuk bermain-main dengan flash card yang pengajar punya. Pada permainan di pertemuan pertama, pengajar menaruh kelima flash card yang pengajar punya di depan, kemudian pengajar memberikan pertanyaan (kosa kata bahasa Indonesia) kepada para siswa dan siswa yang dapat dengan cepat menyebutkan kosa kata bahasa Mandarinnya diperbolehkan untuk mengambil gambar dari kosa kata yang pengajar sebutkan. Setelah siswa tersebut mengambil flash card sesuai dengan kosa kata yang pengajar sebutkan, siswa dipersilahkan untuk duduk dengan membawa flash card tersebut ke tempat duduknya. Kegiatan ini dilakukan sampai kelima flash card sudah diambil oleh siswa yang dapat menjawabnya. Kemudian pengajar memanggil nama siswa yang belum mempunyai flash card, lalu pengajar memberikan instruksi agar siswa tersebut mengambil flash card yang ada di meja temannya dan memberikannya pada pengajar. Flash card yang diambil harus sesuai dengan kosa kata yang pengajar sebutkan pada siswa tersebut. Pengajar memanggil nama siswa yang belum mempunyai flash card secara bergantian, dan permainan selesai sampai semua flash card sudah kembali ke tangan pengajar. Cara pemakaian media lagu dan media gambar yang digunakan pengajar dalam pengajaran kosa kata hewan dan buah-buahan hampir sama. Pengajar mengajarkan siswa untuk menyanyikan lagu yang berkaitan dengan kosa kata yang diajarkan, kemudian menunjukkan flash card yang berisi gambar dari kosa kata tersebut dengan metode drill. Namun pengajar menggunakan media permainan yang berbeda-beda. Permainan yang dilakukan pengajar dalam pengajaran kosa kata bahasa Mandarin adalah permainan ambil gambar, permainan estafet kata, dan permainan tebak kata. Pada permainan estafet kata, siswa dibagi menjadi 2 kelompok. 1 kelompok terdiri dari 6 siswa. Semua anggota dari kelompok tersebut berbaris menghadap ke belakang, lalu siswa yang berbaris paling belakang akan diberitahukan sebuah kosa kata beserta artinya yang nantinya harus dibisikan kepada anggota kelompoknya yang ada di depannya. Kepada siswa yang ada di barisan paling belakang, pengajar menyebutkan sebuah kosa kata beserta artinya (misalnya: píngguǒ apel). Setelah siswa mengerti kosa kata yang pengajar sebutkan dan dapat menyebutkan ulang kosa kata tersebut, siswa harus mencolek teman kelompoknya yang persis di depannya, lalu menyebutkan kata yang pengajar sebutkan kepadanya. Jika teman kelompok yang ada di depannya tersebut sudah dibisikan kata yang pengajar berikan, maka ia juga harus mencolek dan menyebutkan kembali kata yang ia dengar pada teman kelompok yang ada di depannya lagi. Begitu seterusnya kata tersebut diberitahukan kepada seluruh anggota kelompok secara berurutan sampai yang paling depan. Kelompok yang semua pemainnya dapat menyebutkan kata yang pengajar sebutkan kepada pemain pertama adalah kelompok yang menang. Pada permainan tebak kata, permainan dilakukan secara perorangan. Pengajar menyebutkan ciri-ciri dari kosa kata yang pengajar maksud dengan bahasa Indonesia, kemudian siswa harus menjawabnya dengan bahasa Mandarin. Siswa yang dapat menyebutkan pertanyaan pengajar dengan tepat adalah pemenangnya. Setelah menggunakan ketiga media tersebut (flash card, lagu dan permainan) dalam pengajaran kosa kata bahasa Mandarin, maka pengajar melakukan 2 tes kepada para siswa. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur pemahaman siswa terhadap kosa kata yang pengajar ajarkan dengan menggunakan media pembelajaran. Tes Melingkari Gambar Pada saat tes melingkari gambar, para siswa diberikan 2 macam kertas tes dengan soal yang berbeda (sesuai dengan kategori kosa katanya), yang dikerjakan pada pertemuan yang berbeda juga. Namun tujuan dan perintah dari kedua tes tersebut adalah sama, yaitu menguji kemampuan siswa dalam memahami kosa kata yang sudah diajarkan dengan penggunaan media pembelajaran. Tes dilakukan secara klasikal, dimana para siswa duduk di tempat duduknya masing-masing dengan kertas dan alat tulis di hadapan mereka. Pengajar berada di depan kelas untuk memberikan instruksi pelaksanaan tes dan para siswa harus memperhatikan dan melakukan instruksi dari pengajar. Pada tes melingkari gambar ini, pengajar menyebutkan satu kosa kata yang sudah diajarkan dan siswa mendengarkan kosa kata yang pengajar sebutkan tersebut. Setelah pengajar memberikan instruksi untuk melingkari gambar yang pengajar sebutkan, barulah siswa diperbolehkan untuk melingkari gambar yang menurut mereka sesuai dengan kosa kata yang sudah disebutkan pengajar. Dan demikian juga dengan nomor-nomor selanjutnya sampai semua soal dijawab oleh para siswa. Dalam soal tes melingkari gambar binatang dan gambar buah-buahan, penulis memberikan soal yang di dalam pengerjaannya terdapat tingkat kesulitan yang berbeda. Pada tes melingkari gambar tiap nomor berisi 3
6
gambar binatang atau buah-buahan. Halaman pertama dan halaman kedua tes melingkari gambar, pada soal nomor 1-10 tiap nomor berisi 1 gambar binatang atau buah-buahan yang sudah dipelajari dan 2 gambar binatang atau buah-buahan yang belum pernah dipelajari. Guru memberikan instruksi agar siswa melingkari gambar dari kosa kata yang sudah dipelajari. Dengan adanya 2 gambar yang belum pernah dipelajari kosa katanya, siswa dapat dengan mudah menjawab dan melingkari gambar yang pengajar sebutkan. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjadikan gambar-gambar yang belum dipelajari siswa sebagai jebakan. Jika siswa menyadari terdapat gambar binatang atau buah-buahan yang belum dipelajari pada soal-soal yang sedang dikerjakan, maka siswa akan merasa mudah dalam mengerjakan soal pada tes tersebut. Pada halaman ketiga soal nomor 11-15, tiap nomor berisi 2 gambar dari binatang atau buah-buahan yang sudah dipelajari dan 1 gambar binatang atau buahbuahan yang belum dipelajari. Pengajar memberikan siswa instruksi untuk melingkari gambar dari kosa kata yang sudah dipelajari. Pada saat siswa melihat ada 2 gambar dari kosa kata yang pernah mereka pelajari, maka siswa akan berpikir lebih untuk melingkari gambar yang tepat. Hal ini dilakukan dengan maksud agar siswa berpikir lebih kompleks. Sedangkan pada halaman keempat soal nomor 16-20 berisi 3 gambar dari binatang atau buah-buahan yang sudah dipelajari siswa. Dari 5 nomor terakhir ini dapat diketahui apakah siswa benar-benar memahami kosa kata yang sudah dipelajari dengan dapat melingkari gambar yang tepat di antara gambargambar kosa kata yang sudah dipelajari. Berikut adalah diagram hasil dari tes melingkari gambar dengan 2 kategori kosa kata, yaitu kosa kata hewan dan kosa kata buah-buahan.
Diagram 1 Hasil Tes Melingkari Gambar Kosa Kata Hewan
Diagram 2 Hasil Tes Melingkari Gambar Kosa Kata Buah-buahan
Dari hasil tes melingkari gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa pada tes melingkari gambar dengan 2 kategori kosa kata (kosa kata hewan dan buah-buahan) dari total 12 siswa, sebagian besar mendapatkan nilai A. Siswa yang mendapat nilai A mencapai 82% dan 92%. Siswa yang mendapatkan nilai B mencapai 8% , siswa yang mendapat nilai C mencapai 8% dan siswa yang mendapat nilai D mencapai 8%. Oral Test
7
Pada saat tes melingkari gambar, siswa diberikan 2 macam kertas tes dengan soal yang berbeda (sesuai dengan kategori kosa katanya), yang juga dikerjakan pada pertemuan yang berbeda. Tujuan dan perintah dari kedua lembar tes tersebut juga sama, yaitu menguji kemampuan siswa dalam memahami kosa kata yang sudah diajarkan dan siswa dapat mengucapkan kosa kata dalam bahasa Mandarin dengan benar. Pelaksanaan oral test dilakukan secara per-orangan. Dalam pelaksanaannya, pengajar menyediakan sebuah kertas yang berisi gambar-gambar kosa kata yang sudah diajarkan sesuai kategorinya (hewan dan buahbuahan). Pengajar menunjuk salah satu gambar yang ada di kertas tes tersebut, kemudian siswa menyebutkan gambar tersebut dalam bahasa Mandarin. Pada oral test ini, pengajar tidak menilai pelafalan atau bunyi nada yang tepat dari kosa kata yang disebutkan oleh siswa. Pengajar hanya menilai pengucapan kosa kata berbahasa Mandarin yang hampir tepat saja, yang menujukkan bahwa siswa dapat mendengar, memahami serta mengucapkan kosa kata yang sudah pengajar ajarkan dalam eksperimen ini. Diagram 3 Hasil Oral Test Kosa Kata Hewan
Diagram 4 Hasil Oral Test Kosa Kata Buah-buahan
Dilihat dari diagram hasil oral test di atas, pada oral test pertama (kosa kata hewan) siswa yang mendapatkan nilai A mencapai 46%. Siswa yang mendapatkan nilai B mencapai 9%, siswa yang mendapat nilai C mencapai 36%, dan siswa yang mendapatkan nilai D mencapai 9%. Sedangkan pada oral test yang kedua (kosa kata buah-buahan), siswa yang mendapat nilai A mencapai 83%. Siswa yang mendapat nilai B mencapai 9% dan siswa yang mencapai nilai D mencapai 8%. 4.1.
Analisa Dilihat dari hasil tes melingkari gambar, dapat dilihat bahwa eksperimen yang dilakukan oleh pengajar dalam pengajaran kosa kata bahasa Mandarin dengan menggunakan media pembelajaran sangat efektif terhadap kemampuan siswa memahami kosa kata yang diajarkan. Sebagian besar siswa dapat mendengar, memahami kosa kata yang diajarkan, serta dapat menunjukkan gambar yang sesuai dengan perintah. Sedangkan pada tes oral, dapat dilihat bahwa pada tes pertama dan tes kedua hasilnya tidak sama. Dilihat dari hasil oral test yang pertama, dapat diketahui bahwa anak yang dapat mengucapkan kosa kata hewan hanyalah setengah dari total semua siswa. Jika hasil kedua soal oral test dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa pada oral test yang kedua kemampuan siswa dalam mengucapkan kosa kata bahasa Mandarin dengan
8
tepat mengalami peningkatan. Menurut pengajar, hal ini terjadi karena siswa sedang melakukan adaptasi pada pengajaran bahasa Mandarin yang sedang dilakukan. Siswa yang baru saja mempelajari kosa kata bahasa Mandarin secara spesifik merasa baru untuk mengucapkan kosa kata bahasa Mandarin secara benar. Karena biasanya siswa hanya diajar untuk dapat menyanyikan lagu yang berlirik bahasa Mandarin saja, sedangkan pada eksperimen ini siswa diminta untuk dapat mengucapkan kosa kata secara spesifik dan benar. Berdasarkan eksperimen yang sudah dilakukan, serta hasil tes dari tes melingkari gambar dan oral test, dapat diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap kosa kata bahasa Mandarin yang diajarkan dengan eksperimen yang dilakukan pengajar berpengaruh efektif. Dari hasil tes melingkari, siswa memperoleh nilai yang baik dalam tes yang diberikan pengajar. Yang artinya, siswa memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap kosa kata yang sudah diajarkan lewat eksperimen pemanfaatan media pembelajaran. Siswa yang sebelumnya tidak mengetahui arti kata dari lirik lagu yang berbahasa Mandarin, sekarang jadi mengerti arti kata dari sebuah lagu berbahasa Mandarin yang dinyanyikannya. Siswa yang sebelumnya tidak mengetahui kosa kata bahasa Mandarin dari sebuah gambar, kini dapat menyebutkan kosa kata dari gambar tersebut. Bahkan siswa dapat mendapatkan pemahaman secara pasti wujud dari kosa kata yang sedang diajarkan, karena siswa melihat sendiri gambaran dari kosa kata tersebut. Pemahaman siswa tentang kosa kata yang sedang diajarkan juga semakin dimantapkan dengan permainan-permaianan yang dilakukan, karena permainan yang dilakukan siswa berhubungan dengan kosa kata yang sedang diajarkan. Siswa yang merupakan anak usia dini yang menyukai permainan merasakan perasaan yang menyenangkan dengan permainan yang dilakukannya tersebut. Tanpa disadari oleh siswa sendiri, perasaan menyenangkan yang dirasakannya dalam permainan mengalihkan perhatian siswa bahwa mereka sedang mempelajari kosa kata dari suatu bahasa yang sulit. Tidak hanya dapat mengartikan kosa kata. Kegiatan menyanyikan lagu berbahasa Mandarin yang berisi kosa kata yang sedang diajarkan dalam eksperimen ini direspon dengan baik oleh para siswa. Para siswa mengikuti lirik lagu dan gerakan yang disertakan dalam lagu yang ber-tema hewan. Siswa juga mengikuti lirik lagu bertema buah-buahan dengan antusias. Siswa perempuan cenderung lebih tertarik dengan kegiatan menyanyi ini, sedangkan 2 dari siswa lakilaki sering tidak mengikuti, karena mereka sering mengobrol dan bercanda satu sama lain. Hal ini bisa disebabkan karena kedua siswa laki-laki tersebut tidak tertarik pada kegiatan menyanyi atau siswa tersebut memiliki hubungan yang sangat akrab, sehingga respon yang satu mempengaruhi respon yang satunya. Namun secara keseluruhan kegiatan menyanyikan lagu berbahasa Mandarin ini diikuti dengan baik oleh hampir semua siswa. Cara pengajaran kosa kata bahasa Mandarin dengan media lagu ini direspon dengan baik oleh siswa karena siswa tidak merasa kesulitan dalam mengikuti pengajaran yang dilakukan oleh pengajar. Karena kosa kata yang sedang mereka pelajari dikemas dalam kegiatan yang selama ini sering mereka lakukan, yaitu menyanyi. Kegiatan pengajaran yang dilakukan dengan media permainan juga mendapatkan respon yang baik dari para siswa. Respon yang baik ini membuat permainan menjadi semakin seru dan menyenangkan. Dalam permainan “estafet kata” yang dilakukan secara berkelompok, siswa mendengarkan dengan baik intruksi yang diberikan oleh pengajar. Siswa juga menunggu dengan antusias giliran dari teman sekelompoknya yang akan membisikkan kata-kata yang sedang dimainkan. Pada permainan “estafet kata” ini, seluruh total siswa dibagi menjadi 3 kelompok, yang anggotanya berisi 4 siswa. Pemilihan kelompok dilakukan berdasarkan tempat duduk siswa. Dalam kelas tersebut posisi tempat duduk siswa dibagi menjadi 3 kolom, sehingga tiap kolom berisi 4 baris siswa. Jumlah siswa adalah 12 siswa, yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Sehingga, 1 kolom tempat duduk ada yang berisi 4 orang siswa perempuan, 1 kolom lagi berisi 4 siswa laki-laki, dan 1 kolom terakhir berisi 3 siswa perempuan dan 1 anak laki-laki. Dalam permainan “estafet kata” ini, kemampuan siswa dalam melafalkan sebuah kosa kata dalam bahasa Mandarin juga menentukan keberhasilan kelompoknya untuk memenangkan permainan ini. Karena dengan pelafalan yang jelas, teman sekelompoknya dapat mendengar dan meniru kosa kata yang dibisikkan tersebut untuk diteruskan kepada teman sekelompoknya yang lain. Pada permaianan “estafet kata” ini, kelompok yang menang adalah kelompok yang seluruh anggotanya bisa meneruskan kosa kata yang sudah diberitahukan oleh pengajar kepada anggota kelompok yang ada di depannya dengan tepat. Kemudian, pengajar menanyakan kepada anggota kelompok yang terakhir kosa kata apa yang sudah dibisikkan oleh anggota kelompoknya. Jika anggota kelompok yang terakhir dapat menjawab dengan tepat, maka kelompoknya dinyatakan menang. Pemenang bukan hanya ditentukan dari kelompok mana yang paling tepat mengulangi kosa kata yang sudah dibisikkan, tetapi juga ditentukan oleh kecepatan kelompok tersebut meneruskan kata yang sudah berikan. Kelompok yang paling sering menang dalam permainan ini adalah kelompok yang berisi 4 siswa perempuan. Hal ini terjadi karena penguasaan kosa kata yang sudah diajarkan dapat diterima dan diingat dengan baik oleh ke-empat siswa perempuan tersebut. Pada kegiatan permainan “estafet kata” kekalahan sering dialami oleh kelompok siswa laki-laki. Hal ini disebabkan karena satu dari siswa laki-laki memang memiliki kesulitan dalam pelafalan kata.
9
Dalam permaian tebak kata, anak-anak mengandalkan kemampuannya sendiri karena permainan dilakukan secara perorangan. Siswa yang memiliki pemahaman yang kuat terhadap kosa kata yang sudah diajarkan, memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi dalam menjawab pertanyaan “tebak kata” yang pengajar berikan. Sehingga, pada saat permainan “tebak kata” dilakukan siswa-siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dengan semangat karena mereka tahu bahwa jawaban yang mereka berikan adalah benar. Siswa yang diajarkan penulis dalam eksperimen pengajaran kosa kata bahasa Mandarin ini lebih menyukai metode permainan, karena dengan permainan yang dilakukan siswa menjadi lebih antusias dalam mempelajari bahasa Mandarin.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa eksperimen pengajaran yang pengajar lakukan dalam mengajarkan kosa kata bahasa Mandarin dengan pemanfaatan media pembelajaran pada siswa kelompok B di TK Samaria sangat efektif. Pengajaran kosa kata bahasa Mandarin dengan menggunakan media pembelajaran ini tidak hanya dapat meningkatkan daya ingat siswa terhadap kosa kata bahasa Mandarin yang sudah diajarkan. Pemanfaatan media pembelajaran ini juga membuat kosa kata bahasa Mandarin yang diajarkan lebih mudah dipahami dan diingat para siswa. Motivasi siswa dalam mempelajari bahasa Mandarin juga meningkat, karena eksperimen pengajaran kosa kata bahasa Mandarin yang dilakukan pengajar dibuat menarik dan menyenangkan, serta tidak menyulitkan para siswa. Beberapa saran yang dapat pengajar berikan adalah sebagai berikut: 1. Saat mengajar siswa TK, pengajar harus memahami karakteristik belajar dan daya tangkap setiap siswa. Setiap anak memiliki minat, daya tangkap dan ketahanan yang berbeda-beda. Dengan pemahaman yang pengajar miliki tersebut, diharapkan agar pengajar dapat sabar dan dapat memaksimalkan kemampuan siswa sesuai karakteristik masing-masing siswa. 2. Pengajar juga dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada, sehingga produk dari teknologi tresebut dapat dijadikan media pembelajaran, yang tujuannya adalah untuk memudahkan siswa dalam belajar. 3. Waktu eskperimen yang lebih panjang dari yang pengajar sudah lakukan juga dapat membuat proses dan hasil eksperimen lebih maksimal.
REFERENSI 1. Arsyad, Azhar. (2011: 25, 119). Media Pembelajaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2. Brown, H. Douglas. (2008: 8). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Jakarta. 3. Agusrina, Vinati. (2008). Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Bahasa Mandarin dengan Pemanfaatan Media Pebelajaran. Laporan tugas akhir. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 4. Djamarah, S. Bahri. (2006). Strategi Belajar-Mengajar. PT Rineka Cipta. 5. Kurniawati, Arisya. (2010). Perancangan Media Pembelajaran Pengenalan Kata Benda dalam Bahasa Mandarin Berbasis Multimedia pada Taman Bermain dan Taman Kanak-Kanak Ceria Yogyakarta. Tugas. 1. Jalongo, Mary Renck. (1992: 9.). Early Childhood Language Arts. Allyn & Bacon. The University of Virginia. USA. 2. Heinich, Robert. (1990). Instructional Media. Macmillan Publishing Company. New York.
李晓东,赵群. 教育心里学.北京大学出版社,2008. [2] 刘占兰.幼儿科学教育.北京:北京师范大学出版社,2002,7. [3] 罗伯特.斯莱文.教育心理学.北京:人民邮电出版社,2010, (3). [4] SISA 汉语文化苑.快乐儿童汉语 1.北京:话语教学出版社,2004,1. [5] 王志明,张慧和.科学.南京:南京师范大学出版社,1999. [6] 叶慧芬,郑小平.思维导图对初级学习者学习汉语词语的有效性. 建国大学中文系,2013. [7] 周小兵,李海鸥.对外汉语教学入门.中山大学出版社,2004,9. [8] 朱志平.跟我学汉语.人民教育出版社. 2005. [9] 朱自强.儿童文学概论.北京:高等教育出版社,2009,(3). [10] 陈吟好,林佩雯.视听媒体作为提高汉语听说能力的辅助方法实验.建国大学中文系, 2013. [11] 郑艳群.汉语多媒体教学.北京:北京语言大学出版社, 2009. [1]
RIWAYAT PENULIS
10
Elisa Kurnia lahir di kota Jakarta pada tanggal 10 Januari 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang sastra pada tahun 2015 dan menamatkan pendidikan SMK di SMK Surya Dharma, Jakarta pada tahun 2008. Saat ini penulis bekerja sebagai guru musik di TK Samaria. Eunike Noviana lahir di kota Pemalang pada tanggal 25 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang sastra pada tahun 2015 dan menamatkan pendidikan SMA di SMA Pius, Tegal pada tahun 2010. Fu Ruomei lahir di Tiongkok. Beliau menamatkan pendidikan S2 di Huaqiao University, Tiongkok pada tahun 2012. Saat ini beliau bekerja sebagai Dosen Sastra Cina di Universitas Bina Nusantara.