PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEK ANALGESIK INFUSA BUNGA SRIGADING (Nyctanthes arbor-tritis L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Eunike Sandjaja NIM : 038114030
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEK ANALGESIK INFUSA BUNGA SRIGADING (Nyctanthes arbor-tritis L.) PADA MENCIT PUTIH BETINA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Eunike Sandjaja NIM : 038114030
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Aku tidak mendapat sesuatu pun yang aku minta Tetapi mendapat semua yang aku butuhkan. Bertentangan dengan keinginanku, doa-doaku yang tak terucapkan terjawab
Banyak perkara yang tak dapat kumengerti... mengapakah harus terjadi di dalam dunia ini. Satu perkara yang kusimpan dalam hati... tiada sesuatu akan terjadi tanpa Allah perduli. Allah mengerti..Allah perduli.. segala persoalan yang Nike hadapi.. Tak akan pernah dibiarkanNya kubergumul sendiri s’bab allah mengerti.. DibukaNya jalanku.. s’bab Allah mengerti... Segala perkara dapat Nike tanggung di dalam Yesus yang memberi kekuatan kepada Eunike Rebecca Sandjaja Filipi 4:13
Kupersembahkan skripsi ini kepada Bapa di Sorga yang selalu mengasihiku... Tuhan Yesus yang selalu memberi segalanya indah pada waktuNya… Roh Kudus... penghiburku yang selalu setia menyertaiku… Keluargaku yang kucintai... Gi dan Ndari yang kusayangi… Almamaterku....
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih setiaNya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Analgesik Infusa Bunga Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) pada Mencit Putih Betina“ ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt selaku pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi ini atas segala dukungan, bimbingan, kritik dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 3. Drs. Mulyono, Apt., selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 4. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini. 5. Ign. Kristio Budiasmoro, M.Si., Mas Sigit, dan Mas Andre, atas bantuan determinasi dan pembuatan herbarium tanaman srigading.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Mas Parjiman, Mas Heru dan Mas Kayat selaku laboran bagian FarmakologiToksikologi, serta Mas Wagiran selaku laboran bagian FarmakognosiFitokimia atas segala bantuan dan dinamika selama di laboratorium. 7. Papa, Mama dan Ciciku yang selalu mendukung terutama dukungan moral, biaya, semangat dan kasih sayang selama ini. 8. Gi yang selalu memberi kepercayaan, semangat dan bantuan selama ini, Nesz dan Ndari yang membantu selama penyusunan skripsi ini, serta Jenny atas persahabatan yang indah. 9. Teman-teman Amakusa Family : Ayu, Tyas beru, Nova, Linda tomat, C’monchan, Cendutz, Dechi, Chipino, Inchan, Hennotz, Mira, Tata, Ita, Yemi, Dewi, Uut, Dian, dan Putri atas persahabatan dan kehebohan yang menyenangkan. 10. Tokol Family dan seluruh PMK Apostolos Family atas persaudaraan dan persahabatan yang indah dalam Tuhan Yesus Kristus. 11. Fen-Fen, Mike, Kezia, Fery, Owen, Ping, Shiang, dan Ricky atas dukungan moril, doa dan persahabatan yang luar biasa. 12. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Farmakologi atas kebersamaan dan keceriaan bersama selama ini. 13. Kelas kuliah A, terlebih kelompok Praktikum B angkatan 2003 atas kebersamaan, suka, dan duka selama ini. 14. Pihak-pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu-persatu.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI Srigading (Nyctanthes arbor-tritis L.) merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan sebagai obat tradisional. Srigading sering digunakan masyarakat untuk mengobati batuk, wasir, encok, eksema, demam, demam nifas (demam sehabis bersalin), perawatan setelah bersalin, haid tidak lancar, rematik, ruam kulit, kusta, dan cacingan pada anak. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui efek analgesik dari infusa bunga srigading terhadap mencit putih betina. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subyek penelitian sejumlah 36 ekor mencit putih betina dikelompokkan dalam 6 kelompok. Kelompok I adalah kontrol negatif menggunakan akuades. Kelompok II adalah kontrol positif menggunakan suspensi asetosal dalam natrium carboksimetilselulose 1% dengan dosis 91 mg/KgBB. Kelompok III-VI adalah subyek infusa bunga srigading dengan dosis 1333,33 mg/KgBB; 2000 mg/KgBB; 2666,67 mg/KgBB; and 3333,33 mg/KgBB. Senyawa uji dan kontrol diberikan secara peroral. Setelah 10 menit, subyek diberi rangsang asam asetat sebesar 1%v/v secara intraperitonial, kemudian respon geliat mencit diamati dan dicatat setiap 5 menit selama 1 jam. Jumlah respon geliat dianalisis menggunakan Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Schefe. Hasil studi ini menunjukkan bahwa infusa bunga srigading memiliki efek analgesik terhadap mencit putih betina. Efek analgesik yang dihasilkan infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB; 2000 mg/KgBB; 2666,67 mg/KgBB; and 3333,33 mg/KgBB adalah 45,033%; 49,413%; 65,158%; dan 60,642%.
Kata kunci : efek analgesik, infusa bunga srigading, rangsang kimia, mencit putih betina.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Coral jasmine (Nyctanthes arbor-tritis L.) is one of plants that used to be developed as a traditional medicine. Coral jasmine is often used by people to cure cough, haemorrhoids, eczema, fever, unfluent menstruation, and rheumatic. the purpose of this study was to know the analgesic effect of coral jasmine infusion forward white female mice. The research was done including research on pure experiment with complete randomize one divided one way statistic. The subject of the research were 36 white female mices divided into 6 groups. Group I was the negative control used aquadest. Group II was the positif control used asetosal suspension in 1% natrium carboksimetilselulose with dose of 91 mg/KgBW. Group III-VI were the the subjects of the coral jasmine flower infusion with dose of 1333,33 mg/KgBW; 2000 mg/KgBW; 2666,67 mg/KgBW; and 3333,33 mg/KgBW. The testing substances and the control’s were given peroral. After 10 minutes, the subject were given acetic acid stimulation about 1% v/v in a intraperitonial way, then the mice’s writhing responses were observed and recorded every 5 minutes in 1 hour. The quantity of writhing responses were analyzed using one way Anova with 95% significance level and were continued with Schefe method. The result of the study shown that the coral jasmine flower infusion have an analgesic effect on white female mice. The analgesic effect produced by 1333,33 mg/KgBW; 2000 mg/KgBW; 2666,67 mg/KgBW; and 3333,33 mg/KgBW of coral jasmine flower infusion were 45,033%; 49,413%; 65,158%; dan 60,642%.
Keyword : analgesic effect, coral jasmine infusion, chemical stimulation, female white mice.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.....................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
PRAKATA....................................................................................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................
ix
INTISARI......................................................................................................
x
ABSTRACT....................................................................................................
xi
DAFTAR ISI.................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xx
BAB I. PENGANTAR ..................................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................................
1
B. Permasalahan ..........................................................................................
3
C. Keaslian Penelitian..................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
3
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................
4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...........................................................
5
A. Tanaman Srigading .................................................................................
5
B. Infusa.......................................................................................................
6
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Nyeri........................................................................................................
8
D. Analgetika ...............................................................................................
17
E. Asetosal ...................................................................................................
18
F. Metode Pengujian Efek Analgesik..........................................................
19
G. Keterangan Empiris.................................................................................
25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
26
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..............................................................
26
B. Metode Penelitian ...................................................................................
26
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .........................................
27
1. Variabel Penelitian ............................................................................
27
2. Definisi Operasional .........................................................................
28
D. Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................
28
1. Bahan Penelitian................................................................................
28
2. Alat Penelitian...................................................................................
29
E. Tata Cara Penelitian ................................................................................
30
1. Determinasi Tanaman .......................................................................
30
2. Pengumpulan Bahan .........................................................................
30
3. Pembuatan simplisia bunga srigading...............................................
30
4. Penyiapan Hewan Uji........................................................................
31
5. Pembuatan Sediaan ...........................................................................
31
6. Penentuan Kriteria Geliat Mencit......................................................
32
7. Penentuan Dosis Infusa Bunga Srigading .........................................
32
8. Penentuan Dosis Asam Asetat ..........................................................
33
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat...........................
33
10. Penentuan Dosis Asetosal .................................................................
34
11. Penentuan Kontrol Negatif................................................................
34
12. Perlakuan Hewan Uji ........................................................................
35
13. Pengujian Efek Analgesik .................................................................
35
14. Tatacara Analisis Hasil .....................................................................
36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .............................
37
A. Determinasi Tanaman .............................................................................
37
B. Uji Pendahuluan ......................................................................................
38
1. Penentuan Dosis Asam Asetat ..........................................................
38
2. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat...........................
41
3. Penentuan Dosis Asetosal .................................................................
44
4. Penentuan Kontrol Negatif................................................................
47
C. Pengujian Efek Analgesik .......................................................................
49
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
59
A. Kesimpulan .............................................................................................
59
B. Saran........................................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
60
LAMPIRAN..................................................................................................
62
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................
87
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat ...................................................................
Tabel II.
Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat........................................
Tabel III.
39
Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat..................................................
Tabel IV.
38
40
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dengan dosis 50 mg/kgBB ...............................................................................
Tabel V.
Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat.
Tabel VI.
46
Hasil uji Scheffe persen proteksi pada penentuan dosis asetosal ..................................................................................
Tabel X.
45
Hasil analisis variansi satu arah persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .......................................................
Tabel IX.
43
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .................................
Tabel VIII.
42
Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat ...................
Tabel VII.
41
46
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif .......................................................................
xv
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XI.
Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok...
Tabel XII.
Analisis variansi satu arah persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..........................................
Tabel XIII.
51
Hasil uji Scheffe persen persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..........................................
Tabel XIV.
49
51
Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok.................
Tabel XV.
54
Ringkasan analisis variansi satu arah rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok...............................................................................
Tabel XVI.
55
Hasil uji Scheffe persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB) pada pengujian
Tabel XVII.
efek analgesik seluruh kelompok ..........................................
56
Data jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat
65
Tabel XVIII. Data jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat...........................................................
67
Tabel XIX.
Data jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asetosal ....
69
Tabel XX.
Data persen proteksi pada penentuan dosis asetosal .............
71
Tabel XXI.
Data jumlah geliat mencit pada penentuan kontrol negatif...
73
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XXII.
Data jumlah geliat mencit pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok ..................................................................
74
Tabel XXIII. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok...
75
Tabel XXIV. Data persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok............................................................................... Tabel XXV.
79
Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok.................
xvii
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Pembentukkan mediator-mediator nyeri ...............................
Gambar 2.
Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari
10
sumsum tulang belakang .......................................................
12
Gambar 3.
Mekanisme Nyeri ..................................................................
14
Gambar 4.
Skema diagram dari gate control system ..............................
15
Gambar 5.
Struktur molekul Asetosal.....................................................
18
Gambar 6.
Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan dosis asam asetat.................................................
Gambar 7.
Gambar 8.
39
Grafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat....
42
(a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat........
45
(b) Diagram batang rata-rata persen proteksi pada penentuan dosis asetosal ....................................................... Gambar 9.
Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif .............................................
Gambar 10.
45
48
(a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada pengujian efek analgesik ......................................................
50
(b) Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian efek analgesik ......................................................
xviii
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 11
Diagram batang rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/kgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok .........................
55
Gambar 12.
Foto Tanaman Srigading .......................................................
63
Gambar 13.
Foto Bunga Srigading ...........................................................
63
Gambar 14.
Foto Serbuk Simplisia ...........................................................
64
Gambar 15.
Foto Infusa Bunga Srigading ................................................
64
Gambar 16.
Foto Geliat mencit.................................................................
64
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Surat Pengesahan Determinasi..............................................
Lampiran 2.
Foto Tanaman Srigading, Bunga Srigading, Serbuk Simplisia, Infusa Bunga Srigading, dan Geliat mencit .........
Lampiran 3.
62
Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asam asetat............................
Lampiran 4.
62
65
Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat......................................................................................
Lampiran 5.
Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asetosal .................................
Lampiran 6.
71
Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan kontrol negatif................................
Lampiran 8.
69
Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asetosal .......................................................
Lampiran 7.
67
73
Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok...............................................................................
Lampiran 9.
74
Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok .........................
79
Lampiran 10. Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok .........................
xx
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan obat tradisional sejak dahulu kala. Obat tradisional digunakan sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Budaya bangsa Indonesia yang berkaitan dengan pemanfaatan alam, khususnya untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit dilaksanakan berdasarkan pengalaman secara turun-temurun. Dari pengalaman tersebut ternyata banyak tumbuhan di alam sekitar memberi manfaat kesehatan bagi penggunanya. Pengalaman tersebut secara turun-temurun dikembangkan dan diwariskan, sehingga obat tradisional dapat dimanfaatkan sampai sekarang sebagai salah satu sarana perawatan kesehatan masyarakat (Soedibyo, 1998). Nyeri merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih perlu ditanggulangi karena nyeri merupakan gejala dari hampir semua penyakit yang keberadaannya
kadang-kadang
sangat
menyiksa.
Hal
ini
menyebabkan
penderitanya berusaha untuk bebas dari rasa nyeri tersebut. Walaupun kadangkadang sangat menyiksa, nyeri sangat berharga sebagai petunjuk dan peringatan tentang adanya sesuatu yang tidak beres dalam tubuh. Salah satu solusi untuk mengatasi rasa nyeri tersebut dengan mengembangkan berbagai upaya pengobatan. (Soedibyo, 1998).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Salah satu bahan alam yang berguna sebagai obat tradisional dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati rasa nyeri adalah srigading (Soedibyo, 1998). Bagian yang sering dimanfaatkan adalah bunga, daun, kulit kayu, dan bijinya. Bunga srigading biasanya digunakan untuk demam habis bersalin, haid tidak teratur, rematik, radang kulit bernanah, dan tonik (Soedibyo, 1998). Masyarakat di daerah Cirebon ternyata juga biasa memanfaatkan bunga srigading untuk mengobati nyeri haid dimana bunga srigading segar atau yang telah dikeringkan tersebut diseduh dengan air panas seperti halnya pada pembuatan teh. Akan tetapi, efek analgesik bunga srigading belum diteliti sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi tentang efek analgesik bunga srigading. Pengujian efek analgesik yang dilakukan terhadap bunga srigading ini menggunakan metode uji rangsang kimia. Hal ini dikarenakan metode rangsang kimia dapat digunakan sebagai langkah pengujian awal untuk mengetahui apakah suatu senyawa memiliki efek analgesik atau tidak, selain itu metode ini sederhana dan mudah dilakukan. Hewan uji yang digunakan dalam metode uji rangsang kimia adalah mencit sebagaimana tercantum dalam acuan (Turner, 1965). Mencit yang dapat digunakan adalah Swiss Webster dan BAPSI. Pada penelitian ini digunakan mencit dengan galur Swiss Webster karena karakternya yang lebih mudah beradaptasi dan tidak mudah stress dibandingkan dengan BAPSI. Selain itu dipilih jenis kelamin betina dengan asumsi lebih peka terhadap rangsang nyeri dibandingkan jenis kelamin jantan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul antara lain adalah sebagai berikut : a. Apakah infusa bunga srigading memiliki efek analgesik terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang kimia? b. Berapa besar efek analgesik infusa bunga srigading terhadap mencit putih betina melalui metode rangsang kimia?
C. Keaslian Penelitian yang pernah dilakukan terhadap tanaman srigading diantaranya adalah penelitian Saikhu Akhmad Husen (1987) tentang pengaruh infus daun srigading 5% dan 10% serta infus bunga srigading 0,5% dan 1% terhadap amplitudo kontraksi otot rahim kelinci terpisah. Akan tetapi sejauh pengetahuan penulis, penelitian efek analgesik infusa bunga srigading belum pernah dilakukan.
D. Manfaat penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut : a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang obat tradisional dalam hal obat analgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat bunga srigading sebagai obat analgesik.
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut : 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat analgesik. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui kemampuan bunga srigading sebagai analgetika terhadap mencit putih betina. b. Untuk mengetahui besar efek analgesik bunga srigading terhadap mencit putih betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Srigading 1. Sistematika Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledonae
Ordo
: Contortae
Familia
: Oleaceae
Subfamilia
: Oleoideae
Genus
: Nyctanthes
Spesies
: Nyctanthes arbor-tritis L. (Backer dan Bakhuizen, 1965) (Lawrence, 1951)
2. Sinonim : Nyctanthes arbodica-charantia L.; Nyctanthes dentate, BI. (Anonim, 2006) 3. Nama daerah Srigading, suruh gading, sarigading, sirih gading, kembang pengantin, daun karangan (Jawa); coral jasmine, sorrowful tree (Inggris); harsinghar, patijataka (India/Pakistan) (Anonim, 2006 ). 4. Morfologi Perdu atau pohon kecil, tinggi ± 9 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, berambut, kasap, putih kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
membulat, ujung runcing, tepi rata, permukaan kasap, tulang menyirip, panjang 4-11cm, lebar 2-8 cm, duduk berhadapan, hijau. Bunga majemuk bentuk malai, harum, kelopak bentuk corong, berambut, panjang ± 7mm, tabung mahkota silindris, jingga, mahkota 3-5, putih, mekar waktu malam hari dan berjatuhan pada pagi hari. Buah kotak, bulat telur, pipih, panjang ± 1,5m, cokelat. Biji keras, cokelat (Anonim, 2006) 5. Kandungan kimia Bunga srigading mengandung minyak atsiri, dan alkaloid niktantina (Anonim, 2006). Selain itu, bunga srigading juga memiliki kandungan sterol/terpen, dan flavonoid (Anonim, 1995a). 6. Kegunaan Bunga srigading berguna untuk mengatasi demam, demam nifas (demam sehabis bersalin), haid tidak lancar, rematik, dan cacingan pada anak (Anonim, 2006). Selain itu, bunga srigading juga berguna untuk mengobati batuk, wasir, dan eksema (Anonim, 1995a).
B. Infusa Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit. Penyarian dengan cara infundasi menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh tidak bisa disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1995b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
Pembuatan infusa sebagai berikut : 1. Simplisia dengan derajat halus yang sesuai (diayak menggunakan ayakan dengan jumlah lubang tiap inchi adalah 35) dicampur dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90˚C, sambil sesekali diaduk. 2. Pada saat masih panas campuran tersebut diserkai melalui kain katun. Selanjutnya ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume infus yang dikehendaki. Apabila simplisia mengandung minyak atsiri maka campuran tersebut diserkai dalam keadaan dingin (Anonim, 1995b). 3. Kecuali dinyatakan lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut digunakan sejumlah yang tertera : a. Kulit kina
: 6 bagian.
b. Daun digitalis
: ½ bagian.
c. Akar ipeka
: ½ bagian.
d. Daun kumis kucing
: ½ bagian.
e. Sekale kornutum
: 3 bagian.
f. Daun sena
: 4 bagian.
g. Rimpang temulawak : 4 bagian. (Anonim, 1995b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
C. Nyeri Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian/peristiwa yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka, inflamasi, atau kanker (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003). Nyeri dapat dibedakan berdasarkan waktu timbulnya nyeri yaitu: nyeri akut dan nyeri kronik (Anonim, 2001). Nyeri akut dengan kecepatan penjalaran antara 6-30 meter per detik biasanya memiliki sebuah penyebab yang dapat ditegaskan dan sering kali berfungsi sebagai perlindungan yang bertindak sebagai peringatan dari ancaman luar atau kegagalan dalam tubuh. Nyeri kronik dengan kecepatan penjalaran antara 0,5-2 meter per detik sering kali tidak menandakan bahaya yang segera menimbulkan pencegahan dan pasien mungkin tidak mengartikan nyeri tersebut sebagai penyakit serius (Greene dan Harris, 2000). Nyeri berdasarkan sumbernya dapat dikategorikan menjadi nyeri somatik dan nyeri viseral. Jika nyeri somatik muncul dari kulit, dinamakan nyeri superfisial. Jika nyeri itu berasal dari otot, sendi, atau jaringan connective, disebut nyeri dalam. Nyeri viseral muncul dari organ dalam dan berbeda bermakna dengan nyeri somatik (Anonim, 2001). Dalam kondisi normal, nyeri berkaitan dengan aktivitas listrik pada serabut saraf aferen utama dengan diameter kecil sari saraf perifer. Ujung saraf sensoris pada jaringan perifer diaktifkan oleh berbagai macam rangsangan (mekanik, suhu, kimia). Berdasarkan rekaman aktivitas pada serabut aferen menun jukkan bahwa rangsang yang cukup untuk merangsang serabut aferen tersebut menumbulkan sensasi nyeri. Banyak dari serabut ini adalah serabut C tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
bemielin dengan kecepatan konduksi yang rendah dimana grup ini dikenal sebagai nosiseptor
C-polimodal.
Lainnya
adalah
serabut
bermielin
(Aδ)
yang
mengonduksi lebih cepat tetapi merespon rangsang perifer yang hampir sama. Nosiseptor polimodal (PMN) merupakan saraf sensorik utama di perifer yang memberikan respon terhadap rangsang bahaya. Sebagian besar adalah serabut C tak bermielin dengan ujung-ujungnya yang merespon terhadap rangsang suhu, mekanik, dan kimia. Zat-zat kimia yang memiliki aksi di PMN dan menimbulkan nyeri meliputi bradikinin, proton, adenosin tripfosfat (ATP) dan vanilloid. Polimoidal nosiseptor (PMN) sendiri disensitisasi oleh prostaglandin, dimana hal ini dapat menjelaskan mengenai aktivitas analgesik dari obat-obat mirip aspirin (Rang dkk, 2003). Berbagai metabolit dan senyawa dilepaskan dari sel-sel yang terluka, atau terinflamasi, termasuk 5-HT, histamin, asam laktat, ATP dan K+ dimana banyak yang mempengaruhi terminal-terminal saraf nosiseptik. Eikosanoid merupakan hasil pembentukkan dari fosfolipid. Mereka termasuk dalam kontrol dari berbagai proses fisiologis serta merupakan mediator dan modulator utama dari reaksi inflamasi. Asam arakidonat ditemukan teresterifikasi dalam fosfolipid. Eikosanoid yang terpenting adalah prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien, walau derivat lain seperti lipoksin juga dihasilkan (Rang dkk., 2003). Pembentukkan mediator derivat fosfolipid dapat dilihat pada Gambar 1. Prostaglandin merupakan mediator yang dihasilkan dari perombakan asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase. Prostaglandin tidak menyebabkan nyeri secara langsung tetapi meningkatkan efek penyebab nyeri dari agen lain secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
kuat seperti bradikinin atau 5-HT. Bradikinin merupakan senyawa penyebab nyeri yang poten, beraksi sebagian dikarenakan lepasnya prostaglandin yang sangat kuat meningkatkan aksi langsung bradikinin pada terminal-terminal saraf (Rang dkk., 2003).
Rangsangan
Gangguan membran sel
Fosfolipida Glukokortikoid (menginduksi terbentuknya lipocortin)
Lyso-glyseril fosforilkolin
Fosfolipase A2 Asam arakhidonat
PAF NSAID Penghambat lipoksigenase Contoh: zileutin
siklooksigenase Vasodilatasi, kemotaksis
Lipooksigenase
leukotrien
prostaglandin
tromboksan
Antagonis PAF Contoh: lexipafant
prostasiklin
mediator nyeri
nyeri
Gambar 1. Pembentukkan mediator-mediator nyeri (Rang dkk, 2003) Keterangan :
= menghambat = membentuk NSAID = Non Steroid Anti Inflammatory Drug PAF = Platelet Activating Factor
Badan sel dari serabut aferen nosiseptik berada di belakang serabut ganglia. Serabut ini memasuki sumsum tulang belakang melalui serabut ganglia dan berakhir di daerah abu-abu pada dorsal horn. Kebanyakan dari serabut aferen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
nosiseptik berakhir pada permukaan dari tulang belakang. Serabut C dan beberapa serabut A masuk ke dalam badan sel pada lamina I dan II. Sementara serabut A lainnya masuk lebih dalam ke dalam tulang (lamina V). Serabut saraf aferen tak bermielin mengandung beberapa neuropeptida terutama substansi P dan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Zat-zat ini dilepaskan sebagai mediator di pusat dan perifer dan berperan penting dalam mekanisme nyeri (Rang dkk., 2003). Tiga kelompok utama reseptor kulit yang telah diidentifikasi adalah : 1. Mekanoreseptor (mendeteksi sentuhan ringan) 2. Termoreseptor (mendeteksi panas) 3. Nosiseptor (mendeteksi luka dan rangsang bahaya) (Greene dan Harris, 2000). Sebagian besar reseptor pada kulit memiliki struktur khusus yang merupakan ujung saraf bebas yang sederhana di perifer. Tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam transmisi nyeri : 1. Serabut A-β : berukuran besar, bermielin, cepat dalam menyalurkan impuls (30-100 m/detik), memiliki ambang nyeri yang rendah dan merespon terhadap sentuhan ringan. 2. Serabut A-δ : berukuran kecil, bermielin tipis, dan memiliki kecapatan konduksi yang lebih rendah (6-30 m/detik). Serabut ini merespon terhadap tekanan, panas, zat kimia, dan memberi reaksi terhadap nyeri yang tajam, serta menimbulkan refleks penarikan diri atau gerakan cepat lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
3. Serabut C : berukuran kecil, tidak bermielin, dan memiliki kecepatan konduksi yang lambat (1-1,25 m/detik). Serabut ini merespon terhadap seluruh jenis rangsang bahaya dan mentransmisikan nyeri yang lambat dan tumpul (Greene dan Harris, 2000).
Mechanoreceptor Mechanoreceptor Nociceptor Nociceptor Thermoreceptor Mechanoreceptor
Gambar 2. Tempat berakhirnya serabut aferen pada 6 lapisan dari sumsum tulang belakang (Rang dkk, 2003) Langkah pertama untuk mencapai sensasi nyeri adalah rangsangan pada ujung-ujung saraf bebas yang dikenal sebagai nosiseptor. Mekanisme rangsang tersebut melepaskan bradikinin, K+, prostaglandin, histamin, leukotrien, serotonin, dan substansi P (diantara yang lainnya) yang mensensitisasi/mengaktivasi nosiseptor. Aktivasi reseptor menimbulkan aksi potensial yang ditransmisikan sepanjang serabut saraf aferen menuju sumsum tulang belakang. Transmisi nociceptive terjadi pada serabut saraf Aδ dan C aferen. Rangsangan pada serabut Aδ yang bermielin dan berdiameter luas membawa nyeri yang tajam dan terlokalisasi, sebagaimana rangsang pada serabut
yang tidak bermielin dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
berdiameter kecil menghasilkan nyeri yang lemah dan tidak terlokalisasi (Dipiro, Tabert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2005). Pada inflamasi yang akut, sebagai respon terhadap terjadinya kerusakan jaringan maka terjadi proteksi terhadap jaringan yang luka dan meningkatkan penyembuhannya. Sejumlah mediator inflamasi dilepaskan, seperti bradikinin, prostaglandin, serotonin, histamin, sitokin, eikosanoid, neuropeptida dan proton. Bradikinin di percaya sebagai mediator pertama yang menyebabkan aktivasi second messenger, menghasilkan peningkatan konduktansi dan sensitisasi channel natrium. Prostaglandin meningkatkan aktivitas bradikinin; oleh sebab itu keduanya berpengaruh besar pada proses inflamasi dan perlu waktu lama sebagai target pada penggunaan terapi farmakologis (Galler, Bradley, Gammaitoni, Arnold, dan Alvarez, 2003). Noksius atau rangsang bahaya yang melewati ambang batas nyeri menimbulkan aktivasi dalam serabut nosiseptor. Nosiseptor banyak terdapat dalam serabut C. Aktivitas yang berupa impuls diteruskan menuju sistem saraf pusat dan menyebabkan eksitasi neuron sehingga menimbulkan nyeri. Aktivasi serabut C memicu pelepasan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Pada jaringan inflamasi akan dilepaskan Neuron Growth Factor (NGF) dan mediator lain seperti bradikinin, serotonin, prostaglandin, dan lain-lain. Penghambatan pada tahap eksitasi oleh analgetika opioid, enkefalin, GABA, aktivasi jalur penghambatan menurun menyebabkan aktivitas analgesik pusat. Analgetika perifer dan NSAID bekerja menghambat pada pelepasan mediator (Rang dkk., 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
Faktor pertumbuhan neuron atau neuron growth factor (NGF) merupakan mediator mirip sitokinin yang dihasilkan oleh jaringan di perifer terutama pada jaringan yang mengalami peradangan dan beraksi secara spesifik pada serabut saraf aferen serta meningkatkan kemosensitifitas dan kandungan senyawa peptida. Senyawa peptida dilepaskan di pusat dan di perifer sebagai mediator yang berperan penting dalam terjadinya nyeri (Rang dkk, 2003).
Gambar 3. Mekanisme Nyeri (Rang dkk, 2003) Keterangan :
+ = menginduksi __ = menghambat BK = Bradikinin 5-HT = 5-Hidroksi triptamin (serotonin) SP = Substansi P PG = Prostaglandin NGF = Neuron Growth Factor (faktor pertumbuhan neuron) CGRP = Calcitonin gene-related peptide NA = Nor Adrenalin GABA = asam γ-aminobutirat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Serabut aferen yang disebut serabut nyeri nosiseptik membentuk sinapsis dalam dorsal horn dari sumsum tulang belakang bersama banyak neuron non-pain transmitting atau neuron non-nociceptive. Sinapsis terjadi pada pain transmission neurons (PTN) atau interconnecting neurons (ICN) yang mengeksitasi PTN. Sebagai tambahan, serabut non-nosiseptik berdiameter besar pada perifer atau neuron yang menurun dari sumsum tulang belakang dapat menghambat baik PTN maupun ICN dalam dorsal horn. Ketika serabut bermielin berdiameter besar terangsang maka mereka memiliki efek menghambat transmisi nyeri. Secara fungsional, pentingnya peristiwa antara serabut-serabut yang berbeda tersebut merupakan suatu bukti respon analgesik yang dihasilkan oleh pengobatan yang merangsang neuron non-nosiseptik berdiameter besar, sebagai contoh, iritasi topikal, dan akupuntur. Teori ini disebut sebagai gate control theory dari transmisi nyeri (Dipiro, Tabert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 1997). Smalldiameter afferents
Pain transmission neurons
Interconnecting neurons
Descending inhibitory systems
Gambar 4. Skema diagram dari gate control system (Dipiro dkk, 1997)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Penghilangan rasa nyeri dapat berpengaruh dimana saja sepanjang jalur nyeri, yaitu pad jalur yang melibatkan persepsi atau reaksi terhadap nyeri. Persepsi merupakan kesadaran terhadap adanya nyeri. Hal ini tidak tergantung pada kondisi kesadaran tetapi tergantung pada jalur aferen yang sempurna pada reseptor, saraf sensori yang menghantarkan impuls ke otak dan talamus dimana persepsi terjadi. Jika sebuah obat bertindak pada poin manapun sepanjang jalur ini dan menghambat tranfer informasi ke otak maka nyeri tidak teramati. Reaksi terhadap nyeri merupakan pengalaman nyeri dan merupakan fenomena yang lebih kompleks yang membutuhkan kesadaran dan kejadian tingkat tinggi pada otak yaitu korteks. Obat dapat menghilangkan nyeri dengan mengubah respon terhadap nyeri. Penggunaan agen-agen penghilang kegelisahan, disebut obat penenang, dapat menurunkan tingkat reaksi terhadap nyeri (Levine, 1978). Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri, diantaranya : 1. Menghilangkan penyebabnya : perbaikan atau pencabutan gigi yang sakit, netralisasi asam lambung pada peptic ulcer. 2. Menggunakan pengukuran fisik : penggunaan panas, dingin, atau tekanan pada bagian yang sakit. 3. Mengalihkan perhatian dari rangsangan nyeri : penggunaan rangsang audiovisual seperti musik, suara aliran air terjun pada proses operasi gigi. 4. Hipnotis. 5. Menggunakan obat-obatan termasuk senyawa farmakologi inaktif seperti plasebo (Levine, 1978).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
D. Analgetika Analgetika adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgetika dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu analgetika opioid (narkotik) dan analgetika non-opioid (non-narkotik) (Anonim, 2000). Obat-obat non-opioid seperti parasetamol dan asetosal (dan NSAID lainnya), khususnya cocok untuk nyeri musculoskeletal, sedangkan analgetika opioid lebih cocok untuk nyeri visceral yang berat (Anonim, 2000). Efek analgesik dari NSAID merupakan hasil penghambatan dari sintesis prostaglandin (Rang dkk., 2003). Analgetika narkotik Efek farmakologi analgetika narkotik relatif selektif, dan pada konsentrasi terapi yang normal, agen-agen ini tidak mempengaruhi indera sensori seperti sensitifitas sentuhan, penglihatan dan pendengaran: tetapi seiring bertambahnya dosis maka meningkat pula efek sampingnya (Dipiro dkk, 2005). Analgetika non narkotika Obat ini merupakan analgetika yang paling efektif dengan efek samping paling sedikit. Asetaminofen dan NSAID sering dipilih untuk mengobati nyeri akut yang ringan sampai sedang. Obat-obat ini (kecuali asetaminofen) mencegah pembentukkan prostaglandin yang muncul akibat rangsang nyeri, sehingga mengurangi jumlah impuls nyeri yang diterima oleh SSP (Dipiro dkk, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
E. Asetosal (Asam Asetilsalisilat) COOH
OCOCH3
Gambar 5. Struktur molekul Asetosal (Asam Asetilsalisilat) Asam asetilsalisilat memiliki pemerian hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Asam asetilsalisilat stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat. Asam asetilsalisilat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan eter, agak sukar larut dalam eter mutlak (Anonim, 1995b). Kerja obat ini adalah menghambat prostaglandin G/H synthase secara ireversibel dan merupakan salah satu dari obat-obat yang paling sering dipakai untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang yang sebabnya beragam, tetapi tidak efektif untuk nyeri organ dalam (viceral pain) (Katzung, 2002). Asam asetilsalisilat tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan 500 mg. Dosis 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan dengan dosis maksimum 4 gram per hari, sedangkan untuk anak tidak dianjurkan (Anonim, 2000). Pada dosis yang biasa, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan gangguan lambung. Dosis yang lebih tinggi menyebabkan pasien dapat mengalami muntah-muntah, tinitus, pendengaran yang berkurang. Dosis lebih tinggi lagi menyebabkan hyperpnea melalui efek langsung pada batang otak (Katzung, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Indikasi lain dari asam asetilsalisilat adalah sebagai : a. Antipiretika : asam asetilsalisilat menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal hanya terpengaruh sedikit. Turunnya suhu dikaitkan dengan meningkatnya panas yang hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan dan disertai keluarnya keringat yang banyak. b. Efek antitrombosit : asam asetilsalisilat mempengaruhi hemostasis. Dosis rendah tunggal asam asetilsalisilat (kira-kira 80 mg sehari) menyebabkan sedikit perpanjangan waktu pendarahan, yang menjadi dua kali lipat bila pemberiannya dilanjutkan selama seminggu. c. Efek antiinflamasi : asam asetilsalisilat menghambat siklooksigenase secara irreversibel dan bahkan dosis rendah dapat efektif dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet (Katzung, 2002).
F. Metode Pengujian Efek Analgesik Pengujian analgetika dapat dilakukan secara in vivo maupun secara in vitro. Pengujian analgetika secara in vitro secara umum dikaitkan dengan ikatan senyawa dengan reseptor yang berhubungan dengan rangsang nyeri sedangkan pengujian secara in vivo berkaitan dengan kemampuan suatu senyawa dalam menurunkan reaksi hewan uji terhadap rangsang nyeri. Metode-metode pengujian aktivitas analgetika secara in vivo dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan uji (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia (Anonim, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Turner (1965) membagi metode pengujian daya analgesik menjadi dua, yaitu berdasarkan jenis analgesiknya. Masing-masing metode tersebut antara lain : 1. Golongan analgetika narkotika Analgetika narkotika adalah analgetika dengan mekanisme kerja sentral. Metode penapisan aktivitas analgesik untuk analgetika narkotika anatara lain sebagai berikut: a. Metode jepitan ekor Sekelompok mencit disuntik dengan senyawa uji dengan dosis tertentu secara subkutan (s.c.) atau intravena (i.v.). tiga puluh menit kemudian, jepitan dipasang pada pangkal ekor mencit selama 30 detik. Mencit yang tidak diberi senyawa uji akan berusaha melepaskan diri dari kekangan tersebut, tetapi mencit yang diberi analgetika akan mengabaikan kekangan tersebut. Dalam rentang waktu tertentu jepitan dipasang kembali. Respon positif yang menunjukkan adanya efek analgesik apabila tidak ada usaha untuk melepaskan jepitan selama 15 detik pada tiga kali pengamatan. b. Metode rangsang panas Hewan percobaan ditempatkan diatas lempeng panas dengan suhu 50oC sampai 55oC sebagai rangsang nyeri. Alat untuk uji ini dilengkapi dengan penangas yang berisi campuran sama banyak aseton dan etil format yang mendidih. Mencit yang sudah diberi senyawa uji secara subkutan atau peroral, diletakkan pada hot plate yang sudah dipersiapkan. Reaksi mencit adalah menjilat kaki depan, kaki belakang lalu meloncat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Selang waktu antara pemberian rangsang nyeri dan terjadinya respon, disebut waktu reaksi. Waktu reaksi dapat diperpanjang oleh obat-obat analgetika. Perpanjangan waktu reaksi selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgesik. c. Metode pengukuran tekanan Metode ini menggunakan suatu alat untuk mengukur tekanan yang diberikan pada ekor tikus secara seragam. Alat tersebut terdiri dari 2 syringe yang dihubungkan ujung dengan ujungnya yang bersifat elastis, fleksibel, dan pipa plastik yang diisi dengan cairan. Sisa pipa dihubungkan dengan manometer. Syringe yang pertama diletakkan secara vertikal dengan ujung menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah penghisap syringe. Ketika tekanan diberikan pada penghisap dari syringe yang kedua, tekanan ini akan berhubungan dengan sistem hidrolik pada syringe yang pertama kemudian dengan ekor tikus. Tekanan yang sama pada syringe yang kedua akan meningkatkan tekanan pada ekor tikus. Manometer akan membaca ketika tikus memberikan respon. Respon tikus yang pertama adalah meronta kemudian akan mengeluarkan suara (mencicit) tanda kesakitan. d. Metode potensi petidin Metode ini kurang baik, karena dibutuhkan hewan uji dalam jumlah besar, tetapi dapat digunakan untuk uji sedatif. Tiap kelompok tikus terdiri dari 20 ekor, setengah kelompok dibagi menjadi 3 kelompok kecil dan diberi petidin dengan dosis berturut-turut yaitu 2, 4, dan 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
mg/kg. Setengah kelompok dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok petidin dan senyawa uji dengan dosis 25% dari LD50. Persen proteksi dihitung dengan bantuan metode rangsang panas. e. Metode antagonis nalorfin Uji analgesik dengan metode ini bertujuan untuk menunjukkan aksi obat-obat
seperti
morfin.
Nalorfin
memiliki
kemampuan
untuk
meniadakan aksi dari morfin. Hewan uji yang biasa digunakan dalam metode ini adalah tikus, mencit, dan anjing. Hewan uji diberi obat dengan dosis toksik kemudian segera diikuti pemberian nalorfin (0,5-10,0 mg/KgBB) secara intravena. Sebuah obat yaitu piritramid dapat menyebabkan respon seperti hilangnya refleks korneal dan refleks bradipnea. Efek tersebut dapat dilawan setelah 1 menit pemberian nalorfin 1,25 mg/KgBB yang disuntikkan secara intravena. Teori menyebutkan bahwa nalorfin dapat menggantikan ikatan morfin dengan reseptornya. f.
Metode kejang oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari posterior, dapat menyebabkan kontraksi uterus sehingga menimbulkan kejang pada tikus. Respon kejang meliputi kontraksi abdominal sehingga menarik pinggang dan kaki belakang. Respon kejang dapat diatasi dengan pemberian morfin atau turunannya. Tikus betina diberi estrogen dengan menanam atau memasukkan 15 mg pelet dietilstilbestrol secara subkutan pada paha tikus. Setelah 10 minggu hewan uji siap diuji analgesik. Senyawa yang akan diuji diberikan 15 menit secara subkutan sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
diberi oksitosin secara intraperitoneal. Penurunan kejang dapat teramati dan ED50 dapat diperkirakan. Selain morfin senyawa analgetika yang bisa diuji dengan metode ini adalah heroin, metadon, kodein, meperidin. g. Metode pencelupan air panas. Sepuluh tikus disuntik intraperitoneal dengan senyawa uji, kemudian ekor tikus dicelupkan dalam air panas (suhu 58oC). respon tikus dilihat dari hentakan ekornya dari air panas. 2. Golongan analgetika nonnarkotika Analgetika nonnarkotika yang mekanisme kerjanya secara perifer. Metode penapisan analgesik untuk anagetika nonnarkotika antara lain sebagai berikut : a. Metode rangsang kimia. Didalam metode ini, rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yaitu fenilbenzokuinon dan asam asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal. Metode ini cukup
peka
untuk
pengujian
senyawa-senyawa
analgetika
yang
mempunyai efek analgesik lemah. Selain peka metode ini juga sederhana, dan reprodusibel. Akan tetapi metode ini memiliki kekurangan yaitu hasilnya tidak spesifik karena senyawa-senyawa selain analgesik seperti obat antihistamin juga memberikan reaksi positif. Pemberian analgetika akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang sampai tidak terjadi geliat sama sekali. Hal ini tergantung pada efek analgesik dari senyawa yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Untuk uji efek analgesik jenis ini senyawa pembanding yang digunakan biasanya adalah analgetika nonnarkotika seperti asetosal, parasetamol, dan sebagainya. Perhitungan persen proteksi mengikuti persamaan sebagai berikut: % Proteksi = 100 – [(P/K) x 100%] Keterangan: P = jumlah geliat kumulatif mencit setelah perlakuan K = jumlah rata-rata geliat mencit kelompok kontrol negatif. Jumlah mencit yang digunakan untuk satu kelompok adalah 6 ekor. Penentuan efek analgesik dengan metode geliat dapat dilakukan dengan bermacam-macam hewan uji antara lain: anjing, marmot, tikus, merpati, dan mencit. Hewan uji mencit yang lebih sering digunakan ialah mencit betina, karena betina lebih peka terhadap rangsang dari pada mencit jantan. Respon mencit yang biasa diamati adalah lompatan dan kontraksi perut dengan disertai tarikan kaki belakang (rentangan) yang disebut geliat (Dewi, 2002). b. Metode pedodolometer Metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya efek analgesik. Alas kandang tikus terbuat dari kepingan metal yang bisa mengalirkan listrik. Tikus diletakkan pada kandang tersebut kemudian dialiri listrik. Respon ditandai dengan teriakan dari tikus tersebut. Pengukuran dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
c. Metode rektodolometer. Tikus diletakkan dalam kandang yang dibuat khusus dengan alas tembaga yang dihubungkan dengan sebuah penginduksi yang berupa gulungan. Ujung lain dari gulungan tersebut kemudian dihubung dengan silinder elektroda tembaga. Sebuah voltmeter yang sensitif untuk mengubah 0,1 volt dihubungkan dengan konduktor yang berada di atas gulungan. Tegangan yang sering digunakan untuk menimbulkan teriakan mencit adalah 1 sampai 2 volt.
G. Keterangan Empiris Penelitian ini bersifat eksploratif untuk mengetahui dan membuktikan apakah infusa bunga srigading memiliki efek analgesik bila diuji dengan metode induksi nyeri dengan rangsang kimia pada mencit putih betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian efek analgesik infusa bunga srigading pada mencit putih betina termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Metode penelitian Metode pengujian efek analgesik yang digunakan pada penelitian ini adalah metode rangsang kimia. Pada metode ini rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yaitu fenilbenzokuinon dan asam asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal. Penelitian ini menggunakan asam asetat sebagai rangsang kimia yang diberikan secara intraperitoneal pada mencit yang telah dipuasakan 18-24 jam sebelumnya dan diberi senyawa uji secara per oral pada 10 menit sebelumnya. Respon nyeri pada mencit yang diamati adalah geliat berupa kontraksi perut disertai tarikan kedua kaki belakang dan perut menempel pada lantai. Geliat diamati dan dihitung setiap 5 menit selama 1 jam. Pemberian senyawa analgesik akan mengurangi rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang. Efek analgesik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Handershot dan Forsaith, yaitu:
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
% Proteksi = 100 – [(P/K) x 100%] Keterangan: P = jumlah geliat kumulatif mencit setelah perlakuan K = jumlah rata-rata geliat mencit kelompok kontrol negatif. Metode ini dipilih karena metode ini sederhana, mudah dilakukan, serta peka untuk pengujian senyawa-senyawa yang memiliki daya analgesik lemah. Akan tetapi metode ini tidak spesifik dimana senyawa-senyawa selain analgesik juga memberikan reaksi positif seperti obat antihistamin. Kriteria yang menentukan senyawa tersebut memiliki efek analgesik atau tidak adalah apabila senyawa tersebut mampu menurunkan jumlah geliat ≥50% dari jumlah geliat pada kontrol negatif (Anonim, 1991).
C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian a. Variabel utama 1) Variabel bebas : infusa bunga srigading. 2) Variabel tergantung : efek analgesik pada mencit putih betina dengan tolok ukur jumlah geliat mencit yang terjadi selama 60 menit. b. Variabel pengacau terkendali : umur mencit 2-3 bulan, berat badan mencit 20-30
gram,
galur
Swiss,
jenis
kelamin
putih
betina,
tempat
tumbuh/pemanenan bunga srigading, umur bunga srigading, dan waktu pemanenan bunga srigading. c. Variabel pengacau tak terkendali : keadaan patofisiologi dan ketahanan mencit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2. Definisi operasional a. Bunga srigading adalah bunga yang diambil dari tanaman srigading, memiliki kelopak berwarna putih dengan tube agak panjang dan berwarna orange. Bunga ini mekar pada malam hari dan gugur pada pagi hari. b. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari 10 gram serbuk bunga srigading dengan 100 ml air pada suhu 90˚C selama 15 menit kemudian diserkai setelah dingin, bila siperoleh volume kurang dari 100 ml maka ditambahkan akuades melalui ampas sampai diperoleh volume 100 ml. c. Efek analgesik adalah kemampuan suatu zat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan/tanpa menghilangkan kesadaran. d. Metode induksi secara rangsang kimia adalah metode yang digunakan untuk mengukur efek analgesik zat uji terhadap subyek uji dengan cara memberi rangsang nyeri dengan pemberian zat kimia tertentu.
D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian a. Hewan uji, yaitu mencit putih betina, galur Swiss Webster, usia 2-3 bulan, dan memiliki berat badan 20-30 gram yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. b. Bahan senyawa uji, yaitu bunga dari tanaman srigading yang diperoleh dari
Kebun
Obat
Fakultas
Farmasi,
Universitas
Sanata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Dharma, Yogyakarta. Bunga yang dikumpulkan adalah bunga yang telah gugur dan keadaannya masih segar. c. Asam asetat glasial diproduksi oleh Merck dan diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. d. Akuades diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. e. Asetosal (diperoleh dari Brataco Chemika) diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. f. CMCNa (diperoleh dari Brataco Chemika) diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2. Alat penelitian a. Oven (Memmert). b. Mesin penyerbuk (Retsch). c. Ayakan. d. Panci infusa dan kain mori. e. Penangas air (Thermolyne). f. Spuit injeksi ukuran 1 ml (Terumo). g. Spuit injeksi peroral ukuran 1 ml (Terumo). h. Seperangkat alat gelas (labu ukur, beker glass, pengaduk, pipet tetes, pipet ukur) (Iwaki/Pyrex).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
i. Kotak kaca tempat pengamatan mencit. j. Stopwatch dengan (Alba). k. Neraca gram/milligram balance (Mettler PM 600). l. Neraca analitik (Mettler Toledo). m. Kamera digital (Ennyah tech).
E. Tatacara Penelitian 1. Determinasi Tanaman. Determinasi tanaman srigading dilakukan dengan menggunakan bagian cabang, daun, biji dan bunga menggunakan acuan (Backer and van den Brink, 1965). 2. Pengumpulan Bahan. Bunga srigading yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanaman srigading yang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Bunga yang dikumpulkan adalah bunga yang tepat mekar dan gugur di pagi hari dengan keadaan masih segar. Pengumpulan bunga srigading dilakukan pada pagi hari selama bulan MeiJuni 2006. 3. Pembuatan simplisia bunga srigading. Bunga srigading yang telah terkumpul kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40°- 45°C dan diserbuk menggunakan mesin penyerbuk di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia. Serbuk simplisia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
kemudian diayak menggunakan ayakan dengan jumlah lubang tiap inchi adalah 35 lubang. 4. Penyiapan Hewan Uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih betina galur Swiss-Webster, usia 2-3 bulan, dan memiliki berat badan 20-30 gram. Mencit yang digunakan sebanyak 36 mencit yang terbagi dalam 6 kelompok. Kelompok I adalah kontrol negatif akuades, Kelompok II adalah kontrol positif asetosal, dan kelompok III-VI adalah kelompok perlakuan infusa bunga srigading yang diberikan secara peroral dengan peringkat dosis tertentu. Sebelum digunakan, mencit dipuasakan dulu selama 20-24 jam dengan tetap diberi minum. 5. Pembuatan Sediaan a. Larutan asam asetat 1% v/v sebanyak 50 ml Larutan asam asetat 1% v/v sebanyak 50 ml dibuat dengan menambahkan 0,476 ml asam asetat glasial dalam akuades sampai 50 ml. b. Larutan CMCNa 1% sebanyak 100 ml Larutan CMCNa 1% dibuat dengan melarutkan 1 gram CMCNa dalam akuades sampai 100 ml. c. Suspensi asetosal 1%, 25 ml dalam CMCNa 1% Suspensi asetosal 1% dibuat dengan mensuspensikan 250 mg asetosal dalam CMCNa 1% sampai 25 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
d. Infusa bunga srigading 10% Infusa bunga srigading dibuat dengan memanaskan 10 gram serbuk simplisia yang telah dicampur akuades 100 ml dalam panci infusa diatas penangas air pada suhu 90˚C selama 15 menit kemudian diserkai setelah dingin sampai 100 ml menggunakan kain katun yang terdapat pada Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia. Penyerkaian infusa dilakukan dalam keadaan dingin dikarenakan bunga srigading mengandung minyak atsiri. 6. Penentuan Kriteria Geliat Mencit Respon hewan uji dalam pengujian efek analgesik sangat bervariasi. Respon mencit pada metode uji efek analgesik dengan rangsang kimia adalah berupa geliat. Kriteria geliat mencit yang diamati dan dihitung adalah gerakan menggeliat dengan menarik kedua kaki ke belakang serta menempelkan perut ke lantai. 7. Penentuan Dosis Infusa Bunga Srigading Dasar penetapan peringkat : a. Bobot tertinggi Mencit b. Pemberian cairan secara per oral maksimal yaitu 1 ml. c. Konsentrasi infusa bunga srigading mengikuti ketentuan konsentrasi infusa menurut Farmakope Indonesia IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Penetapan dosis tertinggi infusa bunga srigading: V x C = BB x D Volume Pemberian x Konsentrasi = Berat Badan x Dosis 1ml x 100 mg/ml = 0,03 kgBB x Dosis Dosis =
100 mg / ml x1 ml = 3333,33 mg/kgBB 0,03 KgBB
Tiga dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan dosis 1/5 kali; 2/5 kali; dan 3/5 kali sehingga didapatkan dosis 2666,67 mg/kgBB; 2000 mg/kgBB; dan 1333,33 mg/kgBB. Peringkat dosis infusa bunga srigading yang digunakan adalah 1333,33 mg/KgBB; 2000 mg/KgBB; 2666,67 mg/KgBB; dan 3333,33 mg/KgBB. 8. Penentuan Dosis Asam Asetat 1% Larutan asam asetat 1% digunakan sebagai senyawa penginduksi rasa nyeri pada mencit. Larutan asam asetat glasial 1% diberikan pada 3 kelompok mencit dengan 3 dosis yang berbeda yaitu 25 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, dan 100 mg/KgBB. Dari ketiga dosis tersebut dicari dosis yang dapat menimbulkan respon nyeri berupa geliat yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. 9. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat Selang waktu pemberian asam asetat ditentukan untuk mengetahui waktu dimana senyawa uji telah terabsorbsi dengan optimal sehingga dapat segera menimbulkan efek. Penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini dilakukan dengan menggunakan asetosal dosis 500 mg yang merupakan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
yang paling banyak digunakan pada obat-obat bebas dengan variasi selang waktu yang dilakukan adalah 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Dosis tersebut kemudian dikonversikan pada mencit putih betina dan diperoleh dosis 91 mg/KgBB. Dari ketiga selang waktu tersebut dicari selang waktu yang dapat menimbulkan respon nyeri berupa geliat yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. 10. Penentuan Dosis Asetosal 1% Dalam penelitian ini, asetosal digunakan sebagai kontrol positif. Dosis yang lazim digunakan adalah 500 mg. Jika dikonversikan ke manusia dengan berat badan 70 kg :
70 × 500 mg = 700 mg 50
Konversi dosis ke mencit dengan berat badan 20 gram dengan faktor konversi manusia dengan berat badan 70 kg ke mencit 20 gram adalah 0,0026 (Tim Lab. Farmakologi USD, 2005) Dosis
= 700 mg x 0,0026 = 1,82 mg / 20 gramBB = 91 mg/KgBB
Dosis asetosal yang akan diujikan yaitu 68,25 mg/KgBB, 91 mg/KgBB, dan 113,75 mg/KgBB. 11. Penentuan Kontrol Negatif
Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek analgesik sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap kontrol positif (asetosal) dan zat yang diuji (infusa bunga srigading). Kontrol negatif yang diuji dalam penelitian ini adalah akuades dan CMC Na 1%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
12. Perlakuan Hewan Uji
Sebelum perlakuan dilakukan, mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 20-24 jam dengan tetap diberi minum. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh makanan terhadap hasil uji. Mencit sebanyak 36 ekor dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor yang dipilih secara acak. Kelompok I adalah kontrol negatif hasil orientasi, Kelompok II adalah kontrol positif dengan pemberian suspensi asetosal 1% dalam CMC Na 1% dengan dosis hasil orientasi, dan kelompok III-VI adalah kelompok perlakuan dengan pemberian infusa bunga srigading secara peroral dengan dosis 1333,33 mg/KgBB; 2000 mg/KgBB; 2666,67 mg/KgBB; dan 3333,33 mg/KgBB Mencit diberikan senyawa uji (kontol negatif,kontrol positif, dan infusa bunga srigading) secara peroral. Setelah selang waktu tertentu, mencit diberikan rangsang kimia berupa asam asetat 1% secara intraperitonial dengan dosis hasil orientasi kemudian respon geliat diamati dam dicatat tiap selang waktu 5 menit selama 1 jam. 13. Penentuan Efek Analgesik
Efek analgesik dihitung dengan menggunakan persamaan Handershot dan Forsaith, yaitu: % Proteksi = 100 – [(P/K) x 100%]
Keterangan: P = jumlah geliat kumulatif mencit setelah perlakuan K = jumlah rata-rata geliat mencit kelompok kontrol negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Untuk melihat perbedaan persen proteksi masing-masing perlakuan terhadap asetosal (kontrol positif) dapat dihitung dengan persamaan: Perubahan persen proteksi = [(A –B) / B] x 100%
Keterangan: A = persen efek analgesik setiap kelompok perlakuan. B = persen efek analgesik rata-rata kontrol positif. 14. Tatacara Analisis Hasil
Data pengamatan geliat selama 1 jam pada masing-masing kelompok dianalisis dengan Kolmogorov–Smirnov untuk melihat distribusi data. Analisis dilanjutkan dengan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antar kelompok. Selanjutnya dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bunga dari tanaman srigading. Oleh karena itu, determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar merupakan tanaman srigading dengan nama ilmiah Nyctanthes arbor tritis L.. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian cabang, daun, biji, dan bunga. Determinasi dilakukan dengan mengunakan acuan (Backer and Bakhuizen, 1965). Kunci determinasi tanaman srigading adalah sebagai berikut: 1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27a-28b29b-30b-31a-32a-33a-34a-35a-36d-37b-38b-39b-41b-42b-44b-45b-46e-50b-51b53b-54b-56b-57b-58b-59d-72b-73b-74a-75b-76a-77a-78b-103c-104b-106b-107a108b-109a-110b-115b-119a-120a-121a- (159…………………………...Oleaceae) 1a-2a-3a- (7...................................... ……………………………….….Nyctanthes) (1.......................................................…………………...Nyctanthes arbor tritis L.)
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B. Uji Pendahuluan 1. Penentuan Dosis Asam Asetat
Penentuan dosis asam asetat dilakukan untuk mencari dosis asam asetat yang dapat menimbulkan geliat yang tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Dalam penelitian ini diberikan 3 variasi dosis asam asetat pada 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 ekor mencit putih betina, yaitu dosis 25 mg/KgBB, 50 mg/KgBB, dan 100 mg/KgBB. Pemberian asam asetat dilakukan secara intra peritoneal (i.p) kemudian respon geliat mencit diamati setiap 5 menit dan dicatat jumlahnya selama 1 jam. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan dosis asam asetat dapat dilihat pada Tabel I. Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat Kelompok perlakuan Subyek Uji asam asetat Dosis 25 mg/KgBB 3 Dosis 50 mg/KgBB 3 Dosis 100 mg/KgBB 3 Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Rata–rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE) 71,00 ± 4,933 108,00 ± 5,292 113,67 ± 2,186
Rata-rata jumlah kumulatif geliat yang muncul pada penentuan dosis asam asetat dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
1 08
120
1 1 3.67
100
71
80 60 40 20 0 25
50
100
do sis asam asetat (mg/KgB B )
Gambar 6. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan dosis asam asetat Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin bertambah dosis asam asetat maka geliat yang terjadi juga semakin bertambah banyak. Untuk melihat adanya perbedaan pada ketiga kelompok tersebut dilakukan analisis variansi satu arah. Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat Sumber Variansi Antar kelompok Dalam kelompok
Jumlah kuadrat 3221,556
Derajat bebas 2
Rata–rata kuadrat 1610,778
230,667
6
38,444
F hitung
Probabilitas
41,899
0,000
Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah diperoleh probabilitasnya adalah 0,000 (<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok dosis tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat dapat dilihat pada Tabel III. Tabel III. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan dosis asam asetat Kelompok Dosis asam asetat 25 mg/KgBB
25 mg/KgBB
50 mg/KgBB
100 mg/KgBB
-
B
B
50 mg/KgBB
B
-
TB
100 mg/KgBB
B
TB
-
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa pemberian asam asetat dosis 25 mg/KgBB berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/KgBB maupun dosis 100 mg/KgBB. Dosis 50 mg/KgBB berbeda bermakna dengan dosis 25 mg/KgBB dan berbeda tidak bermakna dengan dosis 100 mg/KgBB, sedangkan untuk dosis 100 mg/KgBB berbeda bermakna dengan dosis 25 mg/KgBB dan berbeda tidak bermakna dengan dosis 50 mg/KgBB. Pada dosis 50 mg/KgBB dan dosis 100 mg/KgBB terdapat perbedaan jumlah geliat yang tidak bermakna sehingga dapat dikatakan bahwa dosis 50 mg/KgBB dan dosis 100 mg/KgBB memberikan hasil yang sama. Penelitian ini menggunakan asam asetat dosis 50 mg/KgBB karena telah dapat memberikan geliat yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Penentuan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat
Penentuan selang waktu pemberian asam asetat dilakukan untuk mengetahui waktu yang tepat agar asetosal (kontrol positif) dan infusa bunga srigading (senyawa uji) dapat memberikan efek yang optimal. Aksi kerja senyawa tersebut ditunjukkan dengan adanya penurunan pada jumlah geliat yang diamati. Pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan asetosal dosis 500 mg yaitu dosis yang lazim digunakan. Dosis ini kemudian dikonversikan pada mencit menjadi sebesar 91 mg/KgBB. Asam asetat yang digunakan adalah dosis hasil orientasi yaitu 50 mg/KgBB. Variasi selang waktu yang diuji adalah 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dapat dilihat pada Tabel IV. Tabel IV. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dengan dosis 50 mg/KgBB. Kelompok perlakuan selang waktu pemberian 5 menit 10 menit 15 menit Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Subyek Uji 3 3 3
Rata–rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE) 119,67 ± 8,452 62,00 ± 2,082 42,67 ± 3,844
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dapat pula disajikan dalam grafik pada gambar 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
140 120 100 80 60 40 20 0 5
10
15
s elang waktu p emb erian rang s ang nyeri (menit)
Gambar 7. Grafik rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama selang waktu pemberian asam asetat dari saat pemberian asetosal maka jumlah geliat yang terjadi juga semakin berkurang. Untuk melihat adanya perbedaan pada ketiga kelompok tersebut dilakukan analisis variansi satu arah. Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat dapat dilihat pada Tabel V. Tabel V. Hasil analisis variansi satu arah rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat. Sumber Variansi Antar kelompok Dalam kelompok
Jumlah kuadrat 9628,222
Derajat bebas 2
Rata–rata kuadrat 4814,111
543,333
6
90,556
F hitung
Probabilitas
53,162
0,000
Berdasarkan hasil analisis variansi satu arah diperoleh probabilitasnya adalah 0,000 (<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok dosis tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian dosis asam asetat dapat dilihat pada Tabel VI. Tabel VI. Hasil uji Scheffe rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat. Kelompok perlakuan selang waktu pemberian 5 menit
5 menit -
10 menit B
15 menit B
10 menit
B
-
TB
15 menit
B
TB
-
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok selang waktu pemberian 5 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 10 menit dan 15 menit. Kelompok selang waktu pemberian 10 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 5 menit dan berbeda tidak bermakna dengan selang waktu pemberian 15 menit. Kelompok selang waktu pemberian 15 menit berbeda bermakna dengan selang waktu pemberian 5 menit dan berbeda tidak bermakna dengan selang waktu pemberian 10 menit. Jumlah geliat pada selang waktu 5 menit masih terlalu banyak, hal ini mungkin disebabkan asetosal belum bekerja secara optimal. Sedangkan pada selang waktu 10 menit dan 15 menit, terdapat perbedaan jumlah geliat yang tidak bermakna sehingga dapat dikatakan bahwa selang waktu 10 menit dan selang waktu 15 menit memberikan hasil yang sama. Oleh karena itu dipilih selang waktu pemberian asam asetat 10 menit untuk efisiensi waktu pengamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pemilihan selang waktu 10 menit berarti asam asetat diberikan pada 10 menit setelah pemberian asetosal. Selang waktu pemberian asam asetat untuk kelompok kontrol negatif dan kelompok infusa bunga srigading mengikuti selang waktu pemberian dengan senyawa asetosal yaitu 10 menit.
3. Penentuan Dosis Asetosal
Pada penelitian ini, asetosal berfungsi sebagai kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding terhadap infusa bunga srigading maupun akuades. Kontrol positif artinya senyawa tersebut telah terbukti dapat mengurangi secara signifikan jumlah geliat dibandingkan kontrol negatif tetapi masih memberikan sedikit geliat untuk dibandingkan dengan senyawa uji (infusa bunga srigading). Penentuan dosis asetosal dilakukan untuk mendapatkan dosis yang optimal, yaitu memberikan penurunan geliat yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Dosis asetosal yang diujikan pada penelitian ini adalah 68,25 mg/KgBB, 91 mg/KgBB, dan 113,75 mg/KgBB yang diberikan secara peroral. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam dan persen proteksi pada penentuan dosis asetosal dapat dilihat pada Tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel VII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada penentuan dosis asetosal Kelompok perlakuan asetosal
Subyek Uji
Dosis 68,25 mg/KgBB 3 Dosis 91 mg/KgBB 3 Dosis 113,75 mg/KgBB 3 Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = standard error (SD/√n)
Rata–rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE)
Rata-rata % proteksi (X ± SE) 32,940 ± 4,692
76,67 ± 5,364
54,483 ± 0,857
52,00 ± 1,000
56,250 ± 4,317
50,00 ± 4,933
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada penentuan dosis asetosal dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 8. 76.67 80 70
52
60
50
50 40
50 40
56
54
60
33
30
30
20
20
10
10 0 68.25
91
113.8
do sis aseto sal (mg/KgB B )
0 68.25
91
113.8
do sis aseto sal (mg/KgB B )
(a) (b) Gambar 8. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat, (b) Diagram batang rata-rata persen proteksi pada penentuan dosis asetosal. Data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis asetosal maka geliat yang muncul semakin sedikit dan semakin besar persen proteksi yang dihasilkan. Selanjutnya dilakukan analisis variansi satu arah terhadap data persen proteksi untuk melihat perbedaan pada ketiga kelompok tersebut. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
analisis variansi satu arah persen proteksi penentuan dosis asetosal dapat dilihat pada Tabell VIII. Tabel VIII. Hasil analisis variansi satu arah persen proteksi pada penentuan dosis asetosal Sumber Variansi Antar kelompok Dalam kelompok
Jumlah kuadrat 1323,556
Derajat bebas 2
Rata–rata kuadrat 661,778
324,667
6
54,111
Fhit
Probabilitas
12,230
0,008
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya adalah 0,008 (<0,05), hal ini berarti pada ketiga kelompok dosis tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe persen proteksi pada penentuan dosis asetosal dapat dilihat pada Tabel IX. Tabel IX. Hasil uji Scheffe persen proteksi pada penentuan dosis asetosal Kelompok perlakuan asetosal 68,25 mg/KgBB
68,25 mg/KgBB
91 mg/KgBB
-
B
113,75 mg/KgBB B
91 mg/KgBB
B
-
TB
113,75 mg/KgBB
B
TB
-
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa pemberian asetosal dosis 68,25 mg/KgBB berbeda bermakna dengan dosis 91 mg/KgBB maupun dosis 113,75 mg/KgBB. Dosis 91 mg/KgBB berbeda bermakna dengan dosis 68,25 mg/KgBB dan berbeda tidak bermakna dengan dosis 113,75 mg/KgBB,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
sedangkan untuk dosis 113,75 mg/KgBB berbeda bermakna dengan dosis 68,25 mg/KgBB dan berbeda tidak bermakna dengan dosis 91 mg/KgBB. Pada dosis 91 mg/KgBB dan dosis 113,75 mg/KgBB terdapat perbedaan jumlah geliat dan persen proteksi yang tidak bermakna sehingga dapat dikatakan bahwa dosis 91 mg/KgBB dan dosis 113,75 mg/KgBB memberikan hasil yang sama. Penelitian ini menggunakan asetosal dosis 91 mg/KgBB yang sudah dapat menurunkan jumlah geliat yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit dengan persen proteksi sebesar 54,483 %. Persen proteksi pada dosis ini juga memenuhi syarat aktivitas analgesik menurut Anonim (1991) yaitu adanya aktivitas analgesik dinyatakan oleh jumlah terjadinya geliat pada hewan uji lebih sedikitnya ≥ 50% dari kelompok kontrol negatif.
4. Penentuan Kontrol Negatif
Pada penelitian ini terdapat dua kontrol negatif yaitu akuades dan CMCNa dimana dari keduanya akan dipilih salah satu untuk digunakan dalam perhitungan persen proteksi dari asetosal sebagai kontrol positif dan infusa bunga srigading sebagai senyawa uji yang diteliti. Analisis dilakukan menggunakan T-test dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat signifikansi diantara keduanya. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif dapat dilihat pada Tabel X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel X. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif Kelompok Kontrol Negatif Akuades CMCNa
Subyek Uji
Rata–rata jumlah geliat (X ± SE)
Fhit
Probabilitas
3 3
119,67 ± 1,202 117,33 ± 9,838
3,779
0,124
Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 9. 1 1 9.67 120 119.5 119 118.5
54
118 117.5 117 116.5 116 akuades
CMC- Na
do sis aseto sal (mg/KgB B )
Gambar 9. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan kontrol negatif Dari analisis didapat bahwa probabilitasnya sebesar 0.124 dimana lebih besar dari 0.05 yang menunjukkan keduanya berbeda tidak bermakna. Pada penelitian ini dipilih akuades sebagai kontrol negatif dikarenakan akuades digunakan dalam pembuatan senyawa uji yang diteliti yaitu infusa bunga srigading.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
C. Pengujian Efek Analgesik
Pengujian efek analgesik dilakukan setelah seluruh uji pendahuluan selesai dilakukan. Pengujian ini menggunakan asam asetat dosis 50 mg/KgBB, infusa bunga srigading sebagai senyawa uji dengan empat peringkat dosis, asetosal dosis 91 mg/KgBB sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif. Datadata tersebut kemudian dianalisis secara statistik dan akan diperoleh persen proteksi senyawa uji terhadap nyeri yang dibandingkan dengan kontrol negatif dan diperoleh juga perubahan persen proteksi senyawa uji terhadap kontrol positif. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat dilihat pada Tabel XI. Tabel XI. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Kelompok Uji
Subyek Uji
Rata-rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE)
Rata-rata % proteksi (X ± SE)
Akuades
6
114,33 ± 5,103
0,000 ± 0,000
Asetosal 91 mg/KgBB
6
56,33 ± 2,140
50,710 ± 1,863
6
62,83 ± 3,719
45,033 ± 3,246
6
57,83 ± 4,700
49,413 ± 4,111
6
39,83 ± 3,005
65,158 ± 2,629
6
45,17 ± 3,061
60,642 ± 1,059
Infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 2000 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 3333,33 mg/KgBB Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = Standard Error (SD/√n)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang pada gambar 10.
120
114.33
65.158
70
60.642
60
100
50.71
56.33 62.83 57.83
49.413 45.033
50
80
40
60
39.83
45.17
40
30 20
20
10
0
0 I
II
III
IV
V
ke lo m po k pe rla kua n
(a)
VI
0 I
II
III
IV
V
VI
ke lo m po k pe rla kua n
(b)
Gambar 10. (a) Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada pengujian efek analgesik (b) Diagram batang rata-rata persen proteksi pada pengujian efek analgesik Keterangan : I = Kontrol negatif (akuades) II = Kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) III = Infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB IV = Infusa bunga srigading dosis 2000 mg/KgBB V = Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB VI = Infusa bunga srigading dosis 3333,33 mg/KgBB Persen proteksi kelompok perlakuan kemudian dianalisis menggunakan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat apakah diantara kelompok perlakuan mempunyai perbedaan atau tidak. Analisis variansi satu arah persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat dilihat pada Tabel XII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel XII. Analisis variansi satu arah persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Sumber variansi Antar kelompok Dalam kelompok
Jumlah kuadrat 16367,702
Derajat bebas 5
Rata–rata kuadrat 3273,540
1168,172
30
38,939
Fhit
Probabilitas
84,068
0,000
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan probabilitasnya adalah 0,000 (<0,05), hal ini berarti pada ketiga kelompok dosis tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe persen persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat dilihat pada Tabel XIII. Tabel XIII. Hasil uji Scheffe persen persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Kelompok
I
II
III
IV
V
VI
I
-
B
B
B
B
B
II
B
-
TB
TB
B
TB
III
B
TB
-
TB
B
B
IV
B
TB
TB
-
B
TB
V
B
B
B
B
-
TB
VI
B
TB
B
TB
TB
-
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) I = Kontrol negatif (akuades) II = Kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) III = Infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB IV = Infusa bunga srigading dosis 2000 mg/KgBB V = Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB VI = Infusa bunga srigading dosis 3333,33 mg/KgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Besar persen proteksi kelompok infusa bunga srigading dengan peringkat dosis terendah sampai dosis tertinggi berturut-turut adalah 45,033%; 49,413%; 65,158%; dan 60,642%. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif (akuades) memiliki perbedaan persen proteksi yang bermakna dengan kelompok kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) dan keempat kelompok senyawa uji (infusa bunga srigading). Hal ini menunjukkan bahwa akuades tidak mempunyai efek analgesik yang ditunjukkan dengan rata–rata jumlah geliat yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain (114,33 ± 5,103) dan persen proteksi yang paling kecil (0,000 ± 0,000). Pada kelompok kontrol positif asetosal dan keempat kelompok perlakuan infusa bunga srigading terjadi proteksi terhadap nyeri yang ditunjukkan dengan berkurangnya respon geliat dari mencit. Uji
Scheffe menunjukkan bahwa diantara kelompok kontrol positif
(asetosal) dengan kelompok infusa dosis 1333,33 mg/KgBB, dosis 2000 mg/KgBB, dan dosis 3333,33 mg/KgBB terdapat perbedaan persen proteksi yang tidak bermakna. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa ketiga peringkat dosis infusa bunga srigading memberikan efek yang sebanding dengan asetosal. Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap asetosal, infusa dosis 1333,33 mg/KgBB, dan dosis 2000 mg/KgBB sedangkan terhadap infusa dosis 3333,33 mg/KgBB menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini dikarenakan infusa dosis 2666,67 mg/KgBB memiliki persen proteksi (65,158 ± 2,629) yang jauh diatas persen proteksi asetosal sebagai kontrol positif (50,710 ± 1,863), infusa dosis 1333,33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mg/KgBB (45,033 ± 3,246), dan dosis 2000 mg/KgBB (49,413 ± 4,111) tetapi tidak berbeda jauh dengan persen proteksi infusa dosis 3333,33 mg/KgBB (60,642 ± 1,059). Kelompok infusa bunga srigading dosis tertinggi yaitu 3333,33 mg/KgBB menunjukkan perbedaan bermakna terhadap akuades dan infusa dosis 1333,33 mg/KgBB. Hal ini dikarenakan perbedaan persen proteksi yang jauh diantara kedua dosis tersebut. Pada kelompok dosis tertinggi ini terjadi penurunan persen proteksi dibandingkan dengan dosis 2666,67 mg/KgBB. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 3333,33 mg/KgBB kurang dapat menghambat nyeri dibandingkan dosis 2666,67 mg/KgBB. Penurunan persen proteksi ini mungkin dikarenakan dosis optimum penghambatan nyeri oleh infusa bunga srigading berada pada kisaran dosis 2666,67 mg/KgBB dan dosis 3333,33 mg/KgBB. Suatu senyawa uji dikatakan memiliki efek analgesik jika mampu mengurangi ≥50% dari jumlah geliat pada kelompok kontrol negatif (Anonim, 1991). Oleh karena itu walau keempat dosis infusa bunga srigading menunjukkan efek, tetapi hanya dosis 2666,67 mg/KgBB dan dosis 3333,33 mg/KgBB yang memenuhi syarat untuk dapat dikatakan memiliki efek analgesik karena memiliki persen analgesik lebih dari 50%. Berdasarkan hasil perhitungan persen proteksi kemudian dihitung persen perubahan efek analgesik infusa bunga srigading terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB). Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok kontrol negatif, dan kelompok infusa bunga srigading terhadap kontrol positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat dilihat pada Tabel XIV. Tabel XIV. Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Kelompok Perlakuan Akuades Asetosal dosis 91 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 2000 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 3333,33 mg/KgBB Keterangan : X = Mean (Rata–rata) SE = Standard Error (SD/√n)
Rata-rata % Perubahan efek analgesik (X ± SE) -100,258 ± 8,851 0,000 ± 0,000 -11,195 ± 6,40 -2,557 ± 8,107 +28,492 ± 5,183 +19,587 ± 2,087
Data rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat pula disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 11. Persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan kemudian dianalisis menggunakan analisis variansi satu arah untuk melihat apakah diantara kelompok uji memiliki perbedaan. Analisis variansi satu arah rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. dapat dilihat pada Tabel XV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
28.492 19.587 -2.557
% perubahan efek analgesik
40 20 0
0 -11.195
-20 -40 -60 -80 -100 -120
-100.258 I
II
III
IV
V
VI
kelom pok perlakuan
Gambar 11. Diagram batang rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Keterangan : I = Infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB II = Infusa bunga srigading dosis 2000 mg/KgBB III = Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB IV = Infusa bunga srigading dosis 3333,33 mg/KgBB Tabel XV. Ringkasan analisis variansi satu arah rata-rata persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung
Probabilitas
Antar perlakuan Error percobaan (dalam kelompok)
63927,079 6488,208
5 30
12785,416 216,274
59,117
0,000
Hasil analisis variansi satu arah menunjukkan besar probabilitasnya adalah 0,000 (<0,05), hal ini berarti pada ketiga kelompok dosis tersebut terdapat perbedaan. Kemudian dilakukan uji Scheffe untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak. Hasil uji Scheffe persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok dapat dilihat pada Tabel XVI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe persen perubahan efek analgesik terhadap kontrol positif (asetosal dosis 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Kelompok
I
II
III
IV
V
VI
I
-
B
B
B
B
B
II
B
-
TB
TB
TB
TB
III
B
TB
-
TB
B
B
IV
B
TB
TB
-
B
TB
V
B
TB
B
B
-
TB
VI
B
TB
B
TB
TB
-
Keterangan : B = Berbeda bermakna (p≤0,05) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) I = Infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB II = Infusa bunga srigading dosis 2000 mg/KgBB III = Infusa bunga srigading dosis 2666,67 mg/KgBB IV = Infusa bunga srigading dosis 3333,33 mg/KgBB Akuades sebagai kontrol negatif menunjukkan penurunan persen proteksi sebesar 100,258% dibandingkan asetosal. Penurunan ini ditunjukkan dengan nilai negatif yang berarti akuades nyata tidak memiliki efek analgesik. Besar persen perubahan efek analgesik keempat peringkat dosis infusa bunga srigading dari dosis terendah sampai dosis tertinggi terhadap kontrol positif adalah -11,195%, -2,557%, +28,492%, dan +19,587%. Nilai negatif yang terjadi pada kelompok infusa dosis 1333,33 mg/KgBB dan 2000 mg/KgBB menunjukkan penurunan persen proteksi dibandingkan asetosal (pada kelompok dosis 1333,33 mg/KgBB terjadi penurunan persen proteksi sebesar 11,195% dari asetosal, sedangkan pada kelompok dosis 2000 mg/KgBB terjadi penurunan persen proteksi sebesar 2,557% dari asetosal). Akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tetapi, pada kelompok dosis 2666,67 mg/KgBB dan 3333,33 mg/KgBB justru memberikan persen perubahan efek analgesik yang bernilai positif yang berarti kedua kelompok dosis tersebut menunjukkan kenaikkan persen proteksi dibandingkan asetosal (pada kelompok dosis 2666,67 mg/KgBB terjadi kenaikan persen proteksi sebesar 28,492% dari asetosal, sedangkan pada kelompok dosis 3333,33mg/KgBB terjadi kenaikan persen proteksi sebesar 19,587% dari asetosal) Hasil uji Scheffe menunjukkan keempat peringkat dosis infusa bunga srigading memiliki perbedaan persen perubahan efek analgesik yang tidak bermakna dengan asetosal. Hal ini berarti penurunan dan kenaikan persen proteksi dibandingkan asetosal yang terjadi dapat dikatakan tidak memberi pengaruh yang besar. Akan tetapi, walaupun menunjukkan perbedaan persen perubahan efek analgesik yang tidak bermakna, tetap dapat dikatakan bahwa infusa dosis 2666,67 mg/KgBB dan 3333,33 mg/KgBB memberikan efek analgesik yang lebih tinggi dibandingkan asetosal. Selain itu, dosis 2666,67 mg/KgBB ternyata memiliki perbedaan persen proteksi yang berbeda bermakna dengan asetosal tetapi memiliki persen perubahan yang berbeda tidak bermakna. Perbedaan hasil uji ini mungkin dikarenakan perbedaan persen proteksi keduanya yang cukup besar sedangkan perbedaan persen perubahan efek analgesik keduanya tidak terlalu besar. Hasil pengujian efek analgesik dari infusa bunga srigading menunjukkan bahwa keempat peringkat dosis infusa tersebut memberikan efek analgesik dan pada dosis 2666,67 mg/KgBB dan 3333,33 mg/KgBB, keduanya terbukti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
memiliki efek analgesik dengan persen proteksi >50% yaitu sebesar 65,158% dan 60,642%. Efek analgesik yang diberikan diduga karena kandungan flavonoid yang dimiliki oleh bunga srigading. Hal ini dikarenakan sifat infusa yang polar sehingga senyawa-senyawa yang dapat tersari di dalamnya adalah senyawasenyawa yang bersifat polar. Flavonoid bersifat larut dalam air (polar) sedangkan sebagian besar sterol dan terpen cenderung bersifat non polar. Akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan senyawa aktif yang bertanggungjawab dalam efek analgesik tersebut. Hal ini dikarenakan belum adanya informasi yang mencantumkan tentang efek analgesik dari tanaman srigading
khususnya
bagian
bunganya
sehingga
senyawa
aktif
yang
bertanggungjawab atas efek analgesiknya juga belum dapat dipastikan. Penelitian efek analgesik infusa bunga srigading ini menunjukkan bahwa seduhan bunga srigading yang selama ini digunakan untuk meringankan nyeri pada saat haid memang sesuai dengan efek yang dimilikinya yaitu efek analgesik. Hal ini memberikan bukti bahwa bunga srigading berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif obat tradisional yang dapat digunakan sebagai obat analgesik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Infusa bunga srigading memiliki efek analgesik terhadap mencit putih betina. 2. Besar efek analgesik infusa bunga srigading dosis 1333,33 mg/KgBB, 2000 mg/KgBB, 2666,67 mg/KgBB, dan 3333,33 mg/KgBB adalah 45,033%; 49,413%; 65,158%; dan 60,642%.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disarankan serbagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek analgesik dari infusa bunga srigading ini. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis efektif tengah (ED50) analgesik infusa bunga srigading. 3. Perlu dilakukan penelitian efek analgesik infusa bunga srigading dengan metode lain.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991, Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka: Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik, 3-5, Yayasan Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta. Anonim, 1995a, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, 177-181, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995b, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 15, 31, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Infomatorium Obat Nasional Indonesia, 183-191, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2001, Professional’s Handbook of Drug Therapy for Pain, 21-24, Springouse Corporation, PA. Anonim, 2006, Tanaman Obat Indonesia, http//www.google.co.id.search.portal/cakrawala iptek/tanaman obat Indonesia.html. Diakses pada 24 Januari 2006. Backer, C.A. and van den Brink. R.C. Bakhuizen, 1965, Flora of Java, Vol I, 3-12 N.V.P.Noordhoff, Groningen. Backer, C.A. and van den Brink. R.C. Bakhuizen, 1965, Flora of Java, Vol II, 212-213, N.V.P.Noordhoff, Groningen. Dewi P., V.I., 2002, Daya Analgesik Infus Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) terhadap Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dipiro, J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M., 1997, Pharmacotheraphy: A Patiphysiologic Approach, 1259-1262, Appleton and Lange, USA. Dipiro, J.T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, M., 2005, Pharmacotheraphy: A Patiphysiologic Approach, 1089-1091, Mc Graw Hill, Medical Publishing Division, USA. Galler, Bradley, Gammaitoni, Arnold and Alvarez, 2003, Pain, in Dale, David C., et al, Scientific American Medicine, Volume 2, 2056, Web MD Inc., New York.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Greene, R.J., and Harris, N.D., 2000, Pathology and Therapeutics for Pharmacist: A Basic for Clinical Pharmacy Practise, second edition, 572-576, Pharmaceutical Press, London. Husen, S.A., 1987, Pengaruh Infus Daun dan Bunga Sri Gading terhadap Kontraksi Otot Terpisah, Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNAIR, Surabaya. Katzung, B.G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Buku 2, Edisi 8, 449-460, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta. Lawrence, G.H.M., 1951, Taxonomy of Vascular Plants, 438-441, Macmillan Publishing co., INC, New York. Levine, R.R., 1978, Pharmacology : Drug Actions and Reactions, second edition, 454-456, Little, Brown and Company (Inc.), USA. Rang, H.P., Dale M.M., Ritter J.M., and Moore P.K., 2003, Pharmacology, 5th edition, 231-233, 562-570, Churchill Livingstone, London. Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 352, Balai Pustaka, Jakarta. Tim Lab. Farmakologi USD, 2005, Petunjuk Praktikum Farmakologi, 7, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 100-117, academic Press, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 2. Foto Tanaman Srigading, Bunga Srigading, Serbuk Simplisia, Infusa Bunga Srigading, dan Geliat mencit.
Gambar 12. Tanaman Srigading.
Gambar 13. Bunga Srigading.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 14. Serbuk Simplisia.
Gambar 15. Infusa Bunga Srigading
Gambar 16. Foto Geliat mencit .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 3. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asam asetat. Tabel XVII. Data jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asam asetat. Data jumlah geliat pada penentuan dosis Asam Asetat Dosis Dosis Dosis 25 mg/KgBB 50 mg/KgBB 100 mg/KgBB S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 0 0 0 0 1 6 0 1 5 1 15 9 19 17 10 15 6 14 9 11 15 10 13 18 32 27 11 24 8 12 18 17 10 17 14 13 9 10 9 18 17 19 18 9 14 6 7 8 8 5 10 15 7 8 5 4 9 12 4 12 22 8 2 3 4 5 5 6 9 19 5 9 2 3 3 5 2 6 15 7 9 2 1 5 6 7 5 17 6 9 2 2 4 3 7 5 7 10 7 0 5 1 6 6 2 11 11 11 63 70 80 110 102 112 118 111 112
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
NPar Tests Descriptive Statistics N geliat
9
Mean 97.56
Std. Deviation 20.773
Minimum 63
Maximum 118
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test geliat N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
9 97.56 20.773 .281 .163 -.281 .843 .476
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Oneway Descriptives geliat
dosis 25mg/kgBB dosis 50mg/kgBB dosis 100mg/kgBB Total
N 3 3 3 9
Mean 71.00 108.00 113.67 97.56
Std. Deviation 8.544 5.292 3.786 20.773
Std. Error 4.933 3.055 2.186 6.924
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 49.78 92.22 94.86 121.14 104.26 123.07 81.59 113.52
Minimum 63 102 111 63
Maximum 80 112 118 118
Test of Homogeneity of Variances geliat Levene Statistic .901
df1
df2 2
Sig. .455
6
ANOVA geliat
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 3221.556 230.667 3452.222
df 2 6 8
Mean Square 1610.778 38.444
F 41.899
Sig. .000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: geliat Scheffe 95% Confidence Interval
(I) dosis dosis 25mg/kgBB dosis 50mg/kgBB dosis 100mg/kgBB
(J) dosis dosis 50mg/kgBB dosis 100mg/kgBB dosis 25mg/kgBB dosis 100mg/kgBB dosis 25mg/kgBB dosis 50mg/kgBB
Mean Difference (I-J) -37.000* -42.667* 37.000* -5.667 42.667* 5.667
Std. Error 5.063 5.063 5.063 5.063 5.063 5.063
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets geliat Scheffe
a
dosis dosis 25mg/kgBB dosis 50mg/kgBB dosis 100mg/kgBB Sig.
N 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 71.00 108.00 113.67 1.000 .566
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Sig. .001 .000 .001 .566 .000 .566
Lower Bound -53.24 -58.90 20.76 -21.90 26.43 -10.57
Upper Bound -20.76 -26.43 53.24 10.57 58.90 21.90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 4. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat. Tabel XVIII. Data jumlah geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat. Data jumlah geliat pada penentuan selang waktu pemberian Waktu Pemberian Waktu Pemberian Waktu Pemberian 5 menit 10 menit 15 menit Menit S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 5 0 5 0 3 5 4 0 2 3 10 4 12 11 7 10 9 4 5 5 15 12 22 27 9 7 10 6 7 2 20 12 15 15 5 8 10 4 7 8 25 8 10 12 7 5 7 2 6 4 30 13 13 19 3 4 3 1 4 5 35 7 6 12 6 3 7 5 3 3 40 13 12 9 5 6 4 3 4 2 45 9 9 10 7 4 2 3 2 6 50 5 7 7 5 3 5 5 2 3 55 10 5 5 3 2 2 2 3 3 60 11 6 6 3 1 2 0 2 1 Total 104 122 133 63 58 65 35 47 46
NPar Tests Descriptive Statistics N geliat
9
Mean 74.78
Std. Deviation 35.657
Minimum 35
Maximum 133
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test geliat N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
9 74.78 35.657 .275 .275 -.132 .824 .505
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Oneway Descriptives geliat
N 3 3 3 9
selang waktu 5 menit selang waktu 10 menit selang waktu 15 menit Total
Std. Deviation 14.640 3.606 6.658 35.657
Mean 119.7 62.00 42.67 74.78
Std. Error 8.452 2.082 3.844 11.89
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 83.30 156.03 53.04 70.96 26.13 59.21 47.37 102.19
Minimum 104 58 35 35
Maximum 133 65 47 133
Test of Homogeneity of Variances geliat Levene Statistic 2.447
df1
df2 2
Sig. .167
6
ANOVA geliat
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 9628.222 543.333 10171.556
df 2 6 8
Mean Square 4814.111 90.556
F 53.162
Sig. .000
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: geliat Scheffe
(I) waktu selang waktu 5 menit selang waktu 10 menit selang waktu 15 menit
(J) waktu selang waktu 10 menit selang waktu 15 menit selang waktu 5 menit selang waktu 15 menit selang waktu 5 menit selang waktu 10 menit
Mean Difference (I-J) 57.667* 77.000* -57.667* 19.333 -77.000* -19.333
Std. Error 7.770 7.770 7.770 7.770 7.770 7.770
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets geliat a
Scheffe
waktu selang waktu 15 menit selang waktu 10 menit selang waktu 5 menit Sig.
N 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 42.67 62.00 119.67 .119 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Sig. .001 .000 .001 .119 .000 .119
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound 32.75 82.59 52.08 101.92 -82.59 -32.75 -5.59 44.25 -101.92 -52.08 -44.25 5.59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 5. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asetosal. Tabel XIX. Data jumlah geliat mencit pada penentuan dosis asetosal. Data jumlah geliat pada penentuan dosis asetosal Dosis Dosis Dosis 113,75mg/KgBB 68,25 mg/KgBB 91mg/KgBB S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 5 6 0 2 2 0 0 2 0 12 10 2 7 8 5 7 8 7 7 7 7 9 7 7 7 7 9 9 7 10 7 7 8 5 4 7 4 10 4 5 6 6 5 6 5 6 5 6 5 4 4 2 6 6 8 4 4 4 6 5 3 8 6 10 1 10 3 4 3 3 4 3 6 3 12 3 5 4 1 5 3 4 3 11 1 3 4 0 2 3 6 4 12 3 2 3 4 3 0 4 6 9 2 0 2 4 0 2 81 66 83 51 54 51 41 58 51
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
NPar Tests Descriptive Statistics N geliat
9
Mean 59.56
Std. Deviation 14.354
Minimum 41
Maximum 83
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test geliat N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
9 59.56 14.354 .210 .210 -.164 .629 .823
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Oneway Descriptives geliat
dosis 68,25mg/kgBB dosis 91mg/kgBB dosis 113,75mg/kgBB Total
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 53.59 99.75 47.70 56.30
N 3 3
Mean 76.67 52.00
Std. Deviation 9.292 1.732
Std. Error 5.364 1.000
3
50.00
8.544
4.933
28.78
9
59.56
14.354
4.785
48.52
Minimum 66 51
Maximum 83 54
71.22
41
58
70.59
41
83
Test of Homogeneity of Variances geliat Levene Statistic 2.837
df1
df2 2
Sig. .136
6
ANOVA geliat
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 1323.556 324.667 1648.222
df 2 6 8
Mean Square 661.778 54.111
F 12.230
Sig. .008
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: geliat Scheffe 95% Confidence Interval
(I) dosis dosis 68,25mg/kgBB
dosis 91mg/kgBB
dosis 113,75mg/kgBB
(J) dosis dosis 91mg/kgBB dosis 113,75mg/kgBB dosis 68,25mg/kgBB dosis 113,75mg/kgBB dosis 68,25mg/kgBB dosis 91mg/kgBB
Mean Difference (I-J) 24.667*
Std. Error 6.006
Sig. .018
Lower Bound 5.40
Upper Bound 43.93
26.667*
6.006
.013
7.40
45.93
-24.667*
6.006
.018
-43.93
-5.40
2.000
6.006
.947
-17.26
21.26
-26.667*
6.006
.013
-45.93
-7.40
-2.000
6.006
.947
-21.26
17.26
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets geliat a
Scheffe
dosis dosis 113,75mg/kgBB dosis 91mg/kgBB dosis 68,25mg/kgBB Sig.
N 3 3 3
Subset for alpha = .05 1 2 50.00 52.00 76.67 .947 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 6. Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada penentuan dosis asetosal. Tabel XX. Data persen proteksi pada penentuan dosis asetosal Sampel
Dosis 91mg/KgBB
Dosis 113,75mg/KgBB
1
Dosis 68,25 mg/KgBB 29,15
55,34
64,14
2
42,27
52,77
55,34
3
27,40
55,34
49,27
Rata-rata % proteksi (X ± SE)
32,940 ± 4,692
54,483 ± 0,857
56,250 ± 4,317
NPar Tests Descriptive Statistics N % proteksi
Mean 47.8911
9
Std. Deviation 12.54443
Minimum 27.40
Maximum 64.14
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
% proteksi 9 47.8911 12.54443 .210 .165 -.210 .631 .820
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives % proteksi
asetosal 62,25mg/kgBB asetosal 91mg/KgBB asetosal 113,75 mg/KgBB Total
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
Minimum
Maximum
3
32.9400
8.12726
4.692
12.7508 53.1292
27.40
42.27
3
54.4833
1.48379 .85667
50.7974 58.1693
52.77
55.34
3
56.2500
7.47665
4.317
37.6770 74.8230
49.27
64.14
9
47.8911
12.54443
4.181
38.2486 57.5336
27.40
64.14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Test of Homogeneity of Variances % proteksi Levene Statistic 2.890
df1
df2 2
Sig. .132
6
ANOVA % proteksi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 1010.592 248.308 1258.901
df 2 6 8
Mean Square 505.296 41.385
F 12.210
Sig. .008
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: % proteksi Scheffe
(I) perlakuan asetosal 62,25mg/kgBB
asetosal 91mg/KgBB
asetosal 113,75 mg/KgBB
(J) perlakuan asetosal 91mg/KgBB asetosal 113,75 mg/KgBB asetosal 62,25mg/kgBB asetosal 113,75 mg/KgBB asetosal 62,25mg/kgBB asetosal 91mg/KgBB
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound
-21.54333*
5.253
.018
-38.390
-4.6969
-23.31000*
5.253
.013
-40.156
-6.4635
21.54333*
5.253
.018
4.6969
38.3898
-1.76667
5.253
.946
-18.613
15.0798
23.31000*
5.253
.013
6.4635
40.1565
1.76667
5.253
.946
-15.080
18.6131
Mean Difference (I-J)
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets % proteksi a
Scheffe
perlakuan asetosal 62,25mg/kgBB asetosal 91mg/KgBB asetosal 113,75 mg/KgBB Sig.
3 3
Subset for alpha = .05 1 2 32.9400 54.4833
3
56.2500
N
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
.946
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 7. Data jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada penentuan kontrol negatif. Tabel XXI. Data jumlah geliat mencit pada penentuan kontrol negatif. Data jumlah geliat pada penentuan kontrol negatif Akuades CMCNa 1% Menit S1 S2 S3 S1 S2 S3 5 5 4 4 5 7 3 10 12 15 15 19 12 14 15 25 18 18 22 19 6 20 15 18 20 13 9 12 25 9 12 11 16 14 24 30 12 9 9 10 7 9 35 8 10 12 9 10 12 40 10 6 8 10 6 8 45 9 5 8 9 12 6 50 6 10 6 9 9 4 55 3 6 7 7 6 4 60 5 5 4 5 5 3 Total 119 118 122 135 116 101
T-Test Group Statistics
geliat
kontrol aquadest CMC Na
N
Mean 119.67 117.33
3 3
Std. Deviation 2.082 17.039
Std. Error Mean 1.202 9.838
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F geliat
Equal variances 3.779 assumed Equal variances not assumed
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
.124 .235
4
.825
2.333
9.911
-25.183
29.850
.235
2.060
.835
2.333
9.911 -39.146
43.813
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 8. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok Tabel XXII. Data jumlah geliat mencit pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
Data jumlah geliat pada berbagai kelompok uji efek analgesik Kontrol Positif Kontrol Negatif (Asetosal 91 mg/KgBB) (akuades) S1 S2 S3 S4 S5 S6 S1 S2 S3 S4 S5 S6 5 4 4 2 10 8 0 1 0 2 0 1 12 15 15 13 24 16 10 10 8 12 9 13 25 18 18 13 13 13 7 6 11 11 10 7 15 18 20 7 9 9 5 4 6 6 7 8 9 12 11 10 7 14 7 5 7 8 5 6 12 9 9 7 10 8 6 7 4 5 4 5 8 10 12 9 7 8 4 6 6 4 4 6 10 6 8 10 9 12 5 2 4 5 3 3 9 5 8 6 8 9 3 4 5 3 4 4 6 10 6 7 11 10 3 2 3 2 2 2 3 6 7 4 9 8 2 3 4 2 1 2 5 5 4 3 7 7 2 1 2 0 2 1 119 118 113 90 124 122 54 51 60 64 51 58
Data jumlah geliat pada berbagai kelompok uji efek analgesik Dosis 1333,33 mg/KgBB Dosis 2000 mg/KgBB S1 S2 S3 S4 S5 S6 S1 S2 S3 S4 S5 2 0 0 0 3 0 0 1 10 5 0 11 8 11 10 18 7 13 11 10 11 13 7 15 7 14 13 9 6 8 7 10 15 8 10 9 8 2 13 5 6 7 6 8 9 10 7 8 6 10 5 3 6 3 7 6 8 12 5 8 8 9 5 8 5 8 1 5 6 7 1 7 4 4 2 3 7 0 5 0 1 0 3 5 1 6 2 3 1 3 2 2 0 1 4 0 6 5 4 1 0 0 2 5 2 4 1 6 1 3 2 3 0 8 1 3 2 1 3 2 3 3 3 0 3 0 7 0 1 1 5 2 51 67 58 68 57 76 57 42 68 58 73
S6 2 4 5 6 9 4 4 0 6 4 1 4 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Menit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Total
Data jumlah geliat pada berbagai kelompok uji efek analgesik Dosis 2666,67 mg/KgBB Dosis 3333,33 mg/KgBB S1 S2 S3 S4 S5 S6 S1 S2 S3 S4 S5 3 2 1 0 4 1 0 0 4 0 0 10 11 16 1 12 10 11 0 13 7 7 8 10 10 4 2 7 5 5 7 4 6 3 6 8 0 5 0 4 9 3 7 8 6 2 4 2 0 0 5 4 8 6 5 3 0 2 5 4 3 6 3 2 3 6 3 2 2 4 1 0 1 4 2 3 5 1 1 2 3 0 4 5 8 0 9 5 3 4 3 6 2 2 4 5 2 4 0 0 3 1 6 2 2 1 3 0 1 2 1 1 4 3 0 3 1 0 0 2 2 0 0 0 0 3 2 3 1 0 1 0 41 42 53 34 35 34 46 42 41 49 46
S6 4 10 11 6 7 4 2 0 1 0 0 2 47
Tabel XXIII. Data rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Kelompok Uji
Subyek Uji
Akuades
6
Rata-rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE) 114,33 ± 5,103
Asetosal 91 mg/KgBB
6
56,33 ± 2,140
Infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 2000mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/KgBB Infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/KgBB
6
62,83 ± 3,719
6
57,83 ± 4,700
6
39,83 ± 3,005
6
45,17 ± 1,249
NPar Tests Descriptive Statistics N geliat
36
Mean 62.72
Std. Deviation 26.009
Minimum 34
Maximum 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
geliat 36 62.72 26.009 .211 .211 -.135 1.266 .081
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Oneway Descriptives geliat
aquadest asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 1333,33 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 2667,67 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB Total
95% Confidence Interval for Mean Std. Std. Lower Upper N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum 6 114.3 12.501 5.103 101.21 127.45 90 124 6 56.33
5.241 2.140
50.83
61.83
51
64
6 62.83
9.109 3.719
53.27
72.39
51
76
6 57.83
11.514 4.700
45.75
69.92
42
73
6 39.83
7.360 3.005
32.11
47.56
34
53
6 45.17
3.061 1.249
41.95
48.38
41
49
36 62.72
26.009 4.335
53.92
71.52
34
124
Test of Homogeneity of Variances geliat Levene Statistic 1.423
df1
df2 5
30
Sig. .245
ANOVA geliat
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 21363.222 2314.000 23677.222
df 5 30 35
Mean Square 4272.644 77.133
F 55.393
Sig. .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: geliat Scheffe 95% Confidence Interval
(I) kp aquadest
asetosal dosis 91 mg/kgBB
infusa dosis 1333,33 mg/kgBB
infusa dosis 2000 mg/kgBB
infusa dosis 2667,67 mg/kgBB
infusa dosis 3333,33 mg/kgBB
(J) kp asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 1333,33 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 2667,67 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB aquadest infusa dosis 1333,33 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 2667,67 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB aquadest asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 2667,67 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB aquadest asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 1333,33 mg/kgBB infusa dosis 2667,67 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB aquadest asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 1333,33 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB aquadest asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 1333,33 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 2667,67 mg/kgBB
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
58.000*
5.071
.000
39.95
76.05
51.500*
5.071
.000
33.45
69.55
56.500*
5.071
.000
38.45
74.55
74.500*
5.071
.000
56.45
92.55
69.167*
5.071
.000
51.12
87.21
-58.000*
5.071
.000
-76.05
-39.95
-6.500
5.071
.892
-24.55
11.55
-1.500
5.071
1.0
-19.55
16.55
16.500
5.071
.091
-1.55
34.55
11.167
5.071
.452
-6.88
29.21
-51.500*
5.071
.000
-69.55
-33.45
6.500
5.071
.892
-11.55
24.55
5.000
5.071
.962
-13.05
23.05
23.000*
5.071
.006
4.95
41.05
17.667
5.071
.058
-.38
35.71
-56.500*
5.071
.000
-74.55
-38.45
1.500
5.071
1.0
-16.55
19.55
-5.000
5.071
.962
-23.05
13.05
18.000
5.071
.051
-.05
36.05
12.667
5.071
.312
-5.38
30.71
-74.500*
5.071
.000
-92.55
-56.45
-16.500
5.071
.091
-34.55
1.55
-23.000*
5.071
.006
-41.05
-4.95
-18.000
5.071
.051
-36.05
.05
-5.333
5.071
.951
-23.38
12.71
-69.167*
5.071
.000
-87.21
-51.12
-11.167
5.071
.452
-29.21
6.88
-17.667
5.071
.058
-35.71
.38
-12.667
5.071
.312
-30.71
5.38
5.333
5.071
.951
-12.71
23.38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Homogeneous Subsets geliat a
Scheffe
kp infusa dosis 2667,67 mg/kgBB infusa dosis 3333,33 mg/kgBB asetosal dosis 91 mg/kgBB infusa dosis 2000 mg/kgBB infusa dosis 1333,33 mg/kgBB aquadest Sig.
N
1
Subset for alpha = .05 2 3
6
39.83
6
45.17
45.17
6
56.33
56.33
6
57.83
57.83
6
62.83
6 .051
.058
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
114.33 1.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 9. Data persen proteksi dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok Tabel XXIV. Data persen proteksi pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Subyek Uji
S1
S2
S3
S4
S5
S6
Akuades
0
0
0
0
0
0
Asetosal 91 mg/KgBB Infusa 1333,33mg/KgBB Infusa 2000mg/KgBB Infusa 2666,67mg/KgBB Infusa 3333,33mg/KgBB
52,77
55,34
47,52
44,02
55,34
49,27
55,34
41,40
49,27
40,52
50,14
33,53
50,14
63,26
40,52
49,27
36,15
57,14
64,14
63,26
53,64
70,26
69,39
70,26
59,77
63,26
64,14
57,14
59,77
59,77
NPar Tests Descriptive Statistics N % proteksi
36
Mean 45.1375
Std. Deviation 22.81091
Minimum -8.46
Maximum 70.26
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
% proteksi 36 45.1375 22.81091 .211 .135 -.211 1.265 .082
Rata-rata % proteksi (X ± SE) 0,000 ± 0,000 50,710 ± 1,863 45,033 ± 3,246 49,413 ± 4,111 65,158 ± 2,629 60,642 ± 1,059
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Oneway Descriptives % proteksi
N Mean aquadest 6 -.1317 asetosal 91mg/kgBB 6 50.7100 dosis infusa bunga srigading 1333. 6 45.0333 33mg/kgBB dosis infusa bunga 6 49.4133 srigading 2000mg/kg dosis infusa bunga srigading 2666. 6 65.1583 67mg/kgBB dosis infusa bunga srigading 3333. 6 60.6417 33mg/kgBB Total * 45.1375
Std. Std. Deviation Error 10.99547 4.489 4.56340 1.863
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound Minimum Maximum -11.6707 11.4074 -8.46 21.28 45.9210 55.4990 44.02 55.34
7.95176
3.246 36.6885 53.3782
33.53
55.34
10.06963
4.111 38.8459 59.9808
36.15
63.26
6.43854
2.629 58.4015 71.9152
53.64
70.26
2.59365
1.059 57.9198 63.3635
57.14
64.14
22.81091
3.802 37.4194 52.8556
-8.46
70.26
Test of Homogeneity of Variances % proteksi Levene Statistic 1.489
df1
df2 5
Sig. .223
30
ANOVA % proteksi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 16439.141 1772.675 18211.815
df 5 30 35
Mean Square 3287.828 59.089
F 55.642
Sig. .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: % proteksi Scheffe
(I) perlakuan aquadest
asetosal 91mg/kgBB
dosis infusa bunga srigading 1333. 33mg/kgBB
dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB
dosis infusa bunga srigading 2666. 67mg/kgBB
Std. Error 4.43806
Sig. .000
Lower Bound -66.6375
Upper Bound -35.0458
dosis infusa bunga srigading 1333.33mg/kgBB
-45.16500*
4.43806
.000
-60.9609
-29.3691
dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB
-49.54500*
4.43806
.000
-65.3409
-33.7491
dosis infusa bunga srigading 2666.67mg/kgBB
-65.29000*
4.43806
.000
-81.0859
-49.4941
dosis infusa bunga srigading 3333.33mg/kgBB
-60.77333*
4.43806
.000
-76.5692
-44.9775
(J) perlakuan asetosal 91mg/kgBB
aquadest
50.84167*
4.43806
.000
35.0458
66.6375
dosis infusa bunga srigading 1333.33mg/kgBB
5.67667
4.43806
.893
-10.1192
21.4725
dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB
1.29667
4.43806
1.000
-14.4992
17.0925
dosis infusa bunga srigading 2666.67mg/kgBB
-14.44833
4.43806
.090
-30.2442
1.3475
dosis infusa bunga srigading 3333.33mg/kgBB
-9.93167
4.43806
.434
-25.7275
5.8642
aquadest
45.16500*
4.43806
.000
29.3691
60.9609
asetosal 91mg/kgBB
-5.67667
4.43806
.893
-21.4725
10.1192
dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB
-4.38000
4.43806
.962
-20.1759
11.4159
dosis infusa bunga srigading 2666.67mg/kgBB
-20.12500*
4.43806
.006
-35.9209
-4.3291
dosis infusa bunga srigading 3333.33mg/kgBB
-15.60833
4.43806
.054
-31.4042
.1875
aquadest
49.54500*
4.43806
.000
33.7491
65.3409
asetosal 91mg/kgBB
-1.29667
4.43806
1.000
-17.0925
14.4992
dosis infusa bunga srigading 1333.33mg/kgBB
4.38000
4.43806
.962
-11.4159
20.1759
dosis infusa bunga srigading 2666.67mg/kgBB
-15.74500
4.43806
.051
-31.5409
.0509
dosis infusa bunga srigading 3333.33mg/kgBB
-11.22833
4.43806
.298
-27.0242
4.5675
aquadest
65.29000*
4.43806
.000
49.4941
81.0859
asetosal 91mg/kgBB
14.44833
4.43806
.090
-1.3475
30.2442
dosis infusa bunga srigading 1333.33mg/kgBB
20.12500*
4.43806
.006
4.3291
35.9209
dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB
15.74500
4.43806
.051
-.0509
31.5409
4.51667
4.43806
.957
-11.2792
20.3125
60.77333*
4.43806
.000
44.9775
76.5692
9.93167
4.43806
.434
-5.8642
25.7275
dosis infusa bunga srigading 1333.33mg/kgBB
15.60833
4.43806
.054
-.1875
31.4042
dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB
11.22833
4.43806
.298
-4.5675
27.0242
dosis infusa bunga srigading 2666.67mg/kgBB
-4.51667
4.43806
.957
-20.3125
11.2792
dosis infusa bunga srigading 3333.33mg/kgBB dosis infusa bunga srigading 3333. 33mg/kgBB
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J) -50.84167*
aquadest asetosal 91mg/kgBB
*. The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Homogeneous Subsets % proteksi a
Scheffe
perlakuan aquadest dosis infusa bunga srigading 1333. 33mg/kgBB dosis infusa bunga srigading 2000mg/kgBB asetosal 91mg/kgBB dosis infusa bunga srigading 3333. 33mg/kgBB dosis infusa bunga srigading 2666. 67mg/kgBB Sig.
N 6
Subset for alpha = .05 1 2 3 -.1317
6
45.0333
6
49.4133
49.4133
6
50.7100
50.7100
6
60.6417
60.6417
6
65.1583 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
.054
.051
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 10. Data perubahan persen proteksi dan hasil analisis statistik pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok Tabel XXV. Data rata-rata persen perubahan efek analgesik kelompok perlakuan terhadap kontrol positif (asetosal 91 mg/KgBB) pada pengujian efek analgesik seluruh kelompok. Subyek Uji
Akuades
Asetosal 91 mg/KgBB
Infusa 1333,33 mg/KgBB
Infusa 2000 mg/KgBB
Infusa 2666,67 mg/KgBB
Infusa 3333,33 mg/KgBB
S1 S2
-109,56 -106,33
0,00 0,00
9,13 -18,36
1,12 24,75
26,48 24,75
17,87 24,75
S3 S4
-97,71 -58,04
0,00 0,00
-2,84 -20,10
-20,10 -2,84
5,78 38,55
26,48 12,68
S5 S6 Rata-rata % Perubahan efek analgesik (X ± SE)
-116,68 -113,23 -100,258 ± 8,851
0,00 0,00 0,000 ± 0,000
-1,12 -33,88 -11,195 ± 6,402
-28,71 12,68 -2,557 ± 8,107
36,84 38,55 28,492± 5,183
17,87 17,87 19,587 ± 2,087
NPar Tests Descriptive Statistics N perubhan % proteksi
36
Mean -10.9886
Std. Deviation 44.85382
Minimum -116.68
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
perubhan % proteksi 36 -10.9886 44.85382 .267 .135 -.267 1.599 .012
Maximum 38.55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Oneway Descriptives perubhan % proteksi 95% Confidence Interval for Mean Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
-100.2583
21.68042
Minimum
Maximum
8.85099
-123.0105
-77.5061
-116.68
-58.04
6
.0000
.00000
.00000
.0000
.0000
.00
.00
6
-11.1950
15.68224
6.40225
-27.6525
5.2625
-33.88
9.13
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
6
-2.5567
19.85810
8.10703
-23.3965
18.2831
-28.71
24.75
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
6
28.4917
12.69568
5.18299
15.1684
41.8150
5.78
38.55
infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB
6
19.5867
5.11314
2.08743
14.2208
24.9526
12.68
26.48
36
-10.9886
44.85382
7.47564
-26.1650
4.1877
-116.68
38.55
N
Mean
aquadest
6
asetosal 91mg/kgBB infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
Total
Test of Homogeneity of Variances perubhan % proteksi Levene Statistic 3.040
df1
df2 5
Sig. .025
30
ANOVA perubhan % proteksi
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 63927.079 6488.208 70415.287
df 5 30 35
Mean Square 12785.416 216.274
F 59.117
Sig. .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: perubhan % proteksi Scheffe
(I) perlakuan aquadest
asetosal 91mg/kgBB
infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
Std. Error 8.49065
Sig. .000
Lower Bound -130.4781
Upper Bound -70.0386
infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
-89.06333*
8.49065
.000
-119.2831
-58.8436
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
-97.70167*
8.49065
.000
-127.9214
-67.4819
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
-128.75000*
8.49065
.000
-158.9698
-98.5302
infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB
-119.84500*
8.49065
.000
-150.0648
-89.6252
(J) perlakuan asetosal 91mg/kgBB
aquadest
100.25833*
8.49065
.000
70.0386
130.4781
infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
11.19500
8.49065
.880
-19.0248
41.4148
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
2.55667
8.49065
1.000
-27.6631
32.7764
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
-28.49167
8.49065
.075
-58.7114
1.7281
infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB
-19.58667
8.49065
.400
-49.8064
10.6331
aquadest
8.49065
.000
58.8436
119.2831
-11.19500
8.49065
.880
-41.4148
19.0248
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
-8.63833
8.49065
.957
-38.8581
21.5814
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
-39.68667*
8.49065
.004
-69.9064
-9.4669
infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB
-30.78167*
8.49065
.044
-61.0014
-.5619
aquadest
97.70167*
8.49065
.000
67.4819
127.9214
asetosal 91mg/kgBB
-2.55667
8.49065
1.000
-32.7764
27.6631
infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
8.63833
8.49065
.957
-21.5814
38.8581
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
-31.04833*
8.49065
.041
-61.2681
-.8286
infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB
-22.14333
8.49065
.267
-52.3631
8.0764
aquadest
asetosal 91mg/kgBB
89.06333*
128.75000*
8.49065
.000
98.5302
158.9698
asetosal 91mg/kgBB
28.49167
8.49065
.075
-1.7281
58.7114
infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
39.68667*
8.49065
.004
9.4669
69.9064
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
31.04833*
8.49065
.041
.8286
61.2681
8.90500
8.49065
.951
-21.3148
39.1248
infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J) -100.25833*
aquadest
119.84500*
8.49065
.000
89.6252
150.0648
asetosal 91mg/kgBB
19.58667
8.49065
.400
-10.6331
49.8064
infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB
30.78167*
8.49065
.044
.5619
61.0014
infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB
22.14333
8.49065
.267
-8.0764
52.3631
infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB
-8.90500
8.49065
.951
-39.1248
21.3148
*. The mean difference is significant at the .05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Homogeneous Subsets perubhan % proteksi a
Scheffe
perlakuan aquadest infusa bunga srigading dosis 1333,33mg/kgBB infusa bunga srigading dosis 2000mg/kgBB asetosal 91mg/kgBB infusa bunga srigading dosis 3333,33mg/kgBB infusa bunga srigading dosis 2666,67mg/kgBB Sig.
N 6
1 -100.2583
Subset for alpha = .05 2 3
4
6
-11.1950
6
-2.5567
-2.5567
6
.0000
.0000
.0000
19.5867
19.5867
6 6
28.4917 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
.880
.267
.075
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BIOGRAFI PENULIS
Penulis yang bernama Eunike Sandjaja, lahir di Cirebon pada tanggal 26 Januari 1985. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, lahir dari pasangan Lauw Moey Tjing dan Gouw Kim San. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman KanakKanak di TK Kristen I pada tahun 1991. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SD Kristen I sampai tahun 1997. Setelah tamat SD, penulis melanjutkan pendidikan ke Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Kristen I sampai tahun 2000. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SLTA Kristen I sampai tahun 2003. tamat SLTA, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 Farmasi di Unirvesitas Sanata Darma pada tahun 2003. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan PMK Apostolos berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Ketua Panitia Natal PMK Apostolos tahun 2003, Sekretaris
Pengurus PMK Apostolos periode tahun 2004-2005, Ketua
Retreat PMK Apostolos tahun 2004, Panitia Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi tahun 2004, Panitia TITRASI tahun 2005 sebagai Koordinator bidang PubDekDok (Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi), Panitia Pengobatan Gratis tahun 2005 sebagai Koordinator bidang PubDekDok (Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi), Panitia Pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia ISMAFARSI seluruh Indonesia tahun 2005 sebagai anggota bidang P3K, Panitia Sadhar Bermazmur tahun 2005 sebagai anggota bidang PubDekDok (Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi), dan Sekretaris Pengurus PMK Apostolos periode tahun 20052006.