Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
110
Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan di Media Online Detik.com (Identity Construction of Rape Victims and Perpetrators on Detik.com Media Online) Elen Nur Aprilia, Raudlatul Jannah Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 Email:
[email protected] Abstract The media can influence the public mindset. Similarly, the news of rape informed by detik.com online media can affect the public mindset towards rape. Meanwhile, news conveyed by media is the construction result of reality which also cannot be separated from reporters’ subjectivity. How Detik.com online media represents the rape victims and doers in its reporting will affect the way the community members view the rape victims and perpetrators. This research was aimed to identify the identity construction of rape victims and perpetrators on Detik.com online media. The method used in this research was critical discourse analysis by Norman Fairclough. In the critical discourse analysis of Norman Fairclough, the research was conducted only at the text level covering representation, relation and identity. The research results showed that there were two patterns of rape; that is, those committed by family members and those by non-family members. Media construction on the victims, among others, karaoke girl guide, victim lover, female victims with disability, grandmother raped by younger man, poor girl, facebook friends, vegetable seller, public transportation passenger, housewife, victim’s friend, victim's neighbor. Based on all of the identity constructions, the media dominantly still blamed women for causing the rape to occur. Keywords: identity construction, rape victims and rape perpetrators, patriarchal culture Pendahuluan
dilakukan oleh suami, orang tua sendiri,
Menurut laporan Komisi Nasional
bahkan
saudara
dan
keluarga
terdekat.
Perempuan, kasus kekerasan perempuan di
Berdasarkan data tersebut, kekerasan terhadap
Indonesia didominasi angka pemerkosaaan,
perempuan masih tinggi. Media juga mempu
yakni 400.939 dan angka terbanyak yakni
nyai peran penting dalam memberitakan
70.115 atau 17,49% kasus pemerkosaan ter
kepada masyarakat tentang pemerkosaan yang
nyata
dialami perempuan.
dilakukan
dalam
rumah
tangga.
(http://jurnalperempuan.com/2011/11/perkosaa n-dan-kekuasaan/).
Pelaku
pemerkosaan
Media dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Berita yang dimuat di media
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
online
Detik.com
membentuk
setiap
pemikiran
harinya
masyarakat
bisa sesuai
111
dalam merepresentasikan pelaku seringkali media
online
Detik.com
menggambarkan
dengan yang diberitakan oleh media online
bahwa pelaku dalam keadaan khilaf, karena
Detik.com. Sebuah berita yang disampaikan
pengaruh
oleh media online Detik.com merupakan hasil
keluarga, ditinggal istri menjadi TKW, atau
konstruksi identitas atas realita yang tidak
karena tidak dapat menahan nafsu birahi hal
terlepas
wartawan.
ini seakan memberikan sebuah toleransi
Detik.com
kepada
dari
Bagaimana
subjektivitas
media
merepresentasikan
online
dan
para
keras,
ada
pelaku
masalah
pemerkosaan.
pelaku
Pemerkosaan yang mereka lakukan seakan di
pemerkosaan dalam pemberitaannya akan
luar kendali mereka dan terjadi karena
mempengaruhi
pengaruh minuman keras, khilaf, dan ketidak
cara
korban
minuman
pandang
masyarakat
terhadap korban dan pelaku pemerkosaan serta
mampuan mereka menahan hawa nafsu.
dapat menjadi suatu konstruksi identitas korban
dan
pelaku
pemerkosaan
di
masyarakat.
Studi ini menekankan pada kajian bagaimana konstruksi identitas yang dilakukan oleh media online Detik.com terhadap korban
Realita pemberitaan yang digambarkan
dan pelaku pemerkosaan. Pemberitaan media
oleh media online Detik.com selama ini,
online Detik.com mengenai wanita, terutama
cenderung merugikan korban pemerkosaan
dalam
yang merupakan seorang perempuan. Hal
perhatian berlebihan pada penyebab terjadinya
tersebut dapat dilihat dari kosakata yang
kasus tersebut, (2011 http://www.berita2.com
digunakan oleh media online Detik.com untuk
/daerah/sumatera/6057-gadis-cantik-diperkosa-
memberitakan kejadian pemerkosaan. Dalam
ayah-kandung-dan seorang-pemuda.html), yang
pemberitaan korban sering digambarkan oleh
menjelaskan
bahwa
media online Detik.com memiliki tubuh yang
mengungkap
mengapa
molek, paras yang cantik, korban merupakan
ketimbang hukuman apa yang pantas untuk
pekerja tempat karaoke, korban seorang janda,
pelaku
korban mengenakan pakaian seksi dan rok
menggambarkan bahwa penyebab pemerkosaan
mini. Dengan menyampaikan hal tersebut,
karena perempuan sebagai pemicunya. Hal
media
ingin
tersebut membuat korban pemerkosaan yang
menjelasakan bahwa menjadi hal yang lumrah
mengalami tindakan pemerkosaan bukan hanya
ketika pemerkosaan terjadi pada mereka dan
telah mengalami tindak kekerasan sebagai
media online Detik.com juga seakan ingin
seorang
menjelaskan bahwa pemerkosaan tersebut
pemberitaan
online
Detik.com
seakan
terjadi karena dipicu oleh korban. Namun,
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
kasus
pemerkosaan,
“Media
media
cenderung
korban
pemerkosaan.
perempuan,
memberikan
Media
akan
tetapi
tersebut
diperkosa sering
karena membuat
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
masyarakat
seringkali
ikut
menyalahkan
perempuan sebagai korbannya. Melalui
negatif dan seringkali direpresentasikan sebagai pemicu terjadinya pemerkosaan oleh media
mediasinya,
media
sesuatu
kepada
pemerkosaan seringkali direpresentasikan dalam
khalayaknya bagaimana semua kekerasan
keadaan khilaf dan tidak dapat menahan hawa
tersebut diinformasikan dan dikonstruksi agar
nafsu apa yang disampaikan oleh media tersebut
dipahami
seakan memberikan toleransi terhadap pelaku
sejatinya
fungsi
112
menunjukkan
oleh
sebagaimana
publik
adanya
secara (dalam
lumrah setiawan,
online
Detik.com
sedangkan
pelaku
pemerkosaan.
2011:14). Begitu pula pada kasus pemerkosaan
Media yang seharusnya menjadi sarana
di mana kosakata yang digunakan media
yang berimbang dalam menyampaikan berita
online Detik.com cenderung menyalahkan
seringkali juga menyalahkan korban. Pelaku
korban.
dalam
juga lebih memiliki ruang untuk menyampaikan
pemberitaannya seringkali menjelaskan bahwa
pendapatnya. Media yang memiliki peran
korban adalah seorang janda, memiliki paras
penting dalam menyampaikan informasi dapat
yang cantik, digambarkan sebagi sosok yang
mempengaruhi pola pikir masyarakat. Oleh
lemah,
mengenakan
karena itu, artikel ilmiah ini bermaksud
pakaian seksi sehingga pemerkosaan dianggap
mengungkap bagaimana konstruksi identitas
sebagai suatu yang lumrah ketika terjadi pada
yang dilakukan media online detik.com terhadap
mereka, sedangkan dalam merepresentasikan
pelaku dan korban pemerkosaan.
Media
online
kurang
Detik.com
berhati-hati,
pelaku media online Detik.com cenderung memberikan
toleransi
pelaku.
Seringkali
dijelaskan bahwa pelaku terpengaruh minuman
Kerangka Teori Pengetian Pemerkosaan
keras, khilaf atau tidak mampu mengendalikan hawa
nafsunya.
Wirdjono
Prodjodikoro
pemberitaan
(dalam Dwiati, 2007:37) perkosaan adalah:
pemerkosaan pandangan korban seringkali
“Seorang laki-laki yang memaksa seorang
tidak terwakili, karena seringkali pelaku yang
perempuan
dimintai
bersetubuh dengan dia, sehingga sedemikian
keterangan
Dalam
Menurut
dalam
menjelaskan
kejadian tersebut. Alasan
perlu
yang
bukan
istrinya
untuk
rupa ia tidak dapat melawan, maka dengan dilakukan
penelitian
terpaksa ia mau melakukan persetubuhan itu”.
mengenai konstruksi identitas terhadap korban
Jenis-Jenis Korban Perkosaan (dalam Dwiati,
dan pelaku pemerkosaan ini adalah di mana
2007: 40), terdapat beberapa jenis, sebagai
korban pemerkosaan yang seharusnya mendapat
berikut.
pembelaan atas tindak kekerasan yang menimpa
a. Sadistic Rape
dirinya justru seringkali direpresentasikan secara
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
Perkosaan sadistis, artinya pada tipe ini
Yaitu
perkosaan
113
yang
terjadi
seksualitas dan agresif berpadu dalam bentuk
(berlangsung) dengan menempatkan korban
yang merusak. Pelaku perkosaan telah nampak
sebagai pencetusnya.
menikmati kesenangan erotik bukan melalui
f. Exploitation Rape
hubungan
seksnya,
melalui
Perkosaan yang menunjukkan bahwa
serangan yang mengerikan atas alat kelamin
pada setiap kesempatan melakukan hubungan
dan tubuh korban.
seksual yang diperoleh oleh laki-laki dengan
b. Anger Rape
mengambil
Yakni
melainkan
penganiayaan
seksual
keuntungan
yang
berlawanan
yang
dengan posisi perempuan yang bergantung
bercirikan seksualitas yang menjadi sarana
padanya secara ekonomis dan sosial. Misalnya
untuk menyatakan dan melampiaskan rasa
istri yang diperkosa oleh suaminya atau
geram dan marah yang tertahan. Tubuh korban
pembantu rumah tangga yang diperkosa oleh
seakan-akan merupakan objek terhadap siapa
majikannya, sedangkan pembantunya tidak
pelaku yang memproyeksikan pemecahan atas
mempersoalkan atau mengadukan kasusnya ini
frustasi-frustasi, kelemahan, kesulitan dan
kepada pihak yang berwajib.
kekecewaan hidupnya. c. Domination Rape Yaitu suatu perkosaan yang terjadi ketika pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan superioritas terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan seksual. d. Seductive Rape Suatu perkosaan yang terjadi pada situasi-situasi yang merangsang yang tercipta oleh kedua belah pihak. Pada mulanya korban memutuskan bahwa keintiman personal harus dibatasi tidak sampai sejauh persenggamaan. Pelaku pada umumnya mempunyai keyakinan membutuhkan paksaan, oleh karena tanpa itu tidak mempunyai perasaan bersalah yang menyangkut seks. e. Victim Precipitated Rape
Perempuan, Pemerkosaan, dan Budaya Patriarkhi Menurut “selama
ini
Hendrarso
ada
sejumlah
(1996:
3-6),
faktor
yang
menyebabkan penanganan dan usaha untuk memberantas
tindak
pemerkosaan
dan
kejahatan pemerkosaan sulit direalisasi secara optimal. Di berbagai usaha dan keinginan berbagai pihak untuk membuat jera pelaku dan memberantas
pemerkosaan,
sering
terjadi
justru fakta-fakta mengecewakan yang paling memperpuruk korban ke beban penderitaan lain yang tidak kalah meyakitkan”. Sejalan dengan pernyataan tersebut pemerkosaan merupakan tindakan kriminal, akan tetapi perempuan sebagai korban tidak selalu mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pelaku terhadap mereka sebagai korbannya. Hukuman
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
114
yang diterima oleh pelaku terkadang lebih
Sugiharti: Masyarakat seringkali bersikap
ringan dibandingkan penderitaan yang dialami
ambivalensi terhadap korban pemerkosaan.
oleh korban. Dalam proses hukum yang
Pada saat pemerkosaan baru berselang, banyak
berjalan
warga
dalam
penanganan
kasus
masyarakat
mungkin
menyatakan
pemerkosaan seringkali korban pemerkosaan
simpati dan dukungannya kepada korban.
menerima pertanyaan penyelidikan yang justru
Tetapi, di tengah kondisi yang budaya
membuat mereka tersudutkan dan seakan
patriarkhi masih dominan, kendati simpati
mengalami “pemerkosaan bentuk lain” yang
mengalir pada korban, namun kerap kali
tidak kalah hebat. “Masyarakat kita yang
masyarakat bersikap ambivalen. Nilai-nilai
masih menganut budaya patriarkhi perempuan
masyarakat
pemerkosaan baik secara langsung maupun
keperawanan, misalnya sadar atau tidak akan
tidak, seringkali justru menjadi orang yang
mempengaruhi sikap penerimaan masyarakat
disalahkan” (dalam Hendarso,1996:4). Ketika
pada korban pemerkosaan bahwa masyarakat
melaporkan tindak pemerkosaan yang dialami
bersimpati kepada korban (dalam Sugiharti:
korban pemerkosaan juga tidak langsung
1996:13).
dipercaya telah diperkosa mereka masih harus
yang
masih
mengangungkan
Masyarakat masih bersikap ambivalen
membuktikan pemerkosaan yang telah mereka
terhadap
korban
alami. Padahal bukan hal mudah untuk
ketika
perempuan
membuktikan pemerkosaan yang terjadi. Ini
pemerkosaan adalah salah satu dari tetangga
menunjukkan
yang
mereka dan kejadian tersebut baru terjadi
terhadap
dukungan dan simpati akan datang dari
perempuan akan tetapi tidak memberikan
masyarakat untuk memberi motivasi dan
perlindungan
bahkan
semangat kepada korban untuk melupakan
seringkali menyalahkan perempuan sebagai
kejadian tersebut. Akan tetapi, di balik simpati
korbannya.
yang diberikan tidak jarang terjadi masyarakat
merupakan
bahwa tindak pada
pemerkosaan kekerasan perempuan
pemerkosaan. yang
Misalnya, mengalami
ikut menyalahkan korban. Masyarakat juga Pemerkosaan dan Ambivalensi Masyarakat Sikap masyarakat terhadap korban
akan memberikan stigma pada korban sebagai perempuan
korban
pemerkosan
dan
pemerkosaan, masyarakat sering bersikap
masyarakat juga ikut memandang bahwa
ambivalen. Selain merasa simpati terhadap
perempuan
perempuan yang mengalami pemerkosaan
pemerkosaan merupakan perempuan “kotor”.
tidak jarang masyarakat juga ikut menghukum
Stigma tersebut akan melekat pada perempuan
korban baik secara langsung maupun tidak
tersebut seumur hidupnya, bahwa ia adalah
langsung. seperti yang disampaikan oleh
seorang korban pemerkosaan. Belum lagi
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
yang
telah
mengalami
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
perempuan
harus
menjadi
korban
115
dari
5. Perkosaan terjadi di tempat yang beresiko
pemberitaan media online Detik.com atas
tinggi: di luar rumah, sepi, gelap dan di
peristiwa yang menimpa dirinya. Dalam
malam hari.
pemberitaan, media online Detik.com lebih menjelaskan
pada
penyebab
terjadinya
6. Perempuan secara tersamar memang ingin diperkosa.
pemerkosaan daripada hukuman yang pantas
Fakta Pemerkosaan
bagi pelaku.
a. Perkosaan bukanlah nafsu birahi, tidak terjadi
Mitos vs Fakta Pemerkosaan Korban
pemerkosaan
seketika
melainkan
merupakan
kekerasan seksual dan manifestasi kekuasaan seringkali
yang ditujukan pelaku atas korbannya.
menjadi pihak yang disalahkan dan disudutkan
Sebagian
dalam pemberitaan media online Detik.com
tindakan yang direncanakan.
dan dalam masyarakat ketika terjadi pemer
besar
perkosaan
merupakan
b. Banyak pelaku perkosaan adalah orang yang
kosaan. Hal tersebut tidak terlepas dari mitos
dikenal
baik
oleh
yang beredar di masyarakat yang juga
kenyataannya,
cenderung menyalahkan perempuan seperti
menimpa siapa saja, tidak peduli cantik atau
yang diungkapkan oleh Mulyana W. Kusuma,
tidak, semua umur, semua kelas sosial.
banyak
korban.
Pada
perkosaan
bisa
dengan mengutip LSM Kalyanamitra (dalam
c. Perkosaan tidak ada hubungannya dengan
Dwiati, 2007: 43- 44), yang memaparkan
penampilan seseorang. Perkosaan dapat
berbagai mitos dan fakta sekitar perkosaan
terjadi pada anak-anak di bawah umur dan
sebagai berikut dalam perspektif mitos.
juga pada orang lanjut usia.
Mitos Pemerkosaan 1. Perkosaan merupakan tindakan impulsif dan didorong oleh nafsu birahi yang tidak terkontrol.
d. Hampir setengah dari jumlah perkosaan terjadi di rumah korban, di siang hari. e. Korban perkosaan tidak pernah merasa senang dan tidak mengharapkan perkosaan.
2. Korban diperkosa oleh orang asing (tidak
f. Trauma perkosaan sulit hilang seumur hidup.
dikenal korban), orang yang sakit jiwa, yang
Mitos tentang pemerkosaan yang ada
mengintai dari kegelapan. 3. Perkosaan hanya terjadi di antara orangorang miskin dan tidak terpelajar.
di masyarakat cenderung ikut menyalahkan dan menganggap perempuan sebagai pemicu terjadinya tindakan tersebut. Maka dari itu
4. Perempuan diperkosa karena berpenampilan
tidak jarang ketika terjadi kasus pemerkosaan
yang mengundang perkosaan (berpakaian
masyarakat langsung menyalahkan perempuan
minim, berdandan menor, berpenampilan
meskipun pada kenyataannya masyarakat tidak
menggoda, dan sebagainya).
mengetahui kejadian yang sebenarnya.
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
116
Media online Detik.com melakukan konstruksi Konstruksi Identitas
identitas terhadap khalayak dengan menggu
Konstruksi identitas dalam analisis wacana
adalah
seseorang dan objek. Bahasa merupakan
bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan
bagian penting dalam media, dengan bahasa
partisipan berita ditampilkan dan digambarkan
media mampu melakukan sebuah konstruksi
dalam teks (dalam Eriyanto, 2011:289). Begitu
atas realita sosial.
juga
dalam
paradigma
konstruksi
kritis
nakan bahasa untuk menjelaskan peristiwa,
identitas
pada
berita
Dalam
proses
konstruksi
realitas,
pemerkosaan adalah bagaimana identitas war
bahasa adalah unsur utama. Bahasa merupakan
tawan, khalayak, dan partisipan berita ditam
instrumen pokok untuk menceritakan realitas.
pilkan dan digambarkan dalam teks. Biasanya
Seluruh media, baik cetak maupun elektronik
dalam
wartawan
tentu menggunakan bahasa baik itu bahasa
ditampilkan sebagai pemberi informasi yang
verbal maupun non-verbal seperti gambar,
juga melakukan konstruksi terhadap korban.
grafis, foto, angka, tabel, dan gerak-gerik.
Pada berita pemerkosaan, partisipan yang
Seperti
menjelaskan
pemerkosaan
(2004:12) bahwa begitu pentingnya bahasa,
merupakan orang yang memiliki kekuasaan
maka tidak ada berita, cerita, ataupun ilmu
atau
pengetahuan tanpa bahasa (dalam Fitriyani,
berita
pemerkosaan
tentang
laki-laki
dan
berita
penjelasan
yang
disampaikan cenderung menyalahkan korban
oleh
Ibnu
Hamad
Bahasa menjadi unsur yang penting, media
Konstruksi realitas secara sederhana
ditulis
2011: 24).
yang merupakan seorang perempuan. Identitas juga dapat dilihat melalaui bahasa.
yang
menggunakan
bahasa
untuk
menggambarkan realitas. Bagaimana media
dapat dipahami sebagai proses atau kegiatan
online
menceritakan peristiwa, seseorang atau benda
identitas
kepada khalayak (dalam skripsi Jannah,
pencitraan yang dilakukan dapat dilihat dari
2005:21). Pemberitaan tentang perempuan,
bahasa yang digunakan oleh media online
usia, tempat kejadian, mengenakan pakaian
Detik.com untuk menggambarkan objek atau
seksi, rok mini, rusaknya selaput dara, hasil
peristiwa. Oleh karna itu, bahasa menjadi
visum, adalah hasil konstruksi realitas yang
unsur yang penting dalam konstruksi realitas
akhirnya
oleh media online Detik.com.
disebut
dengan
peristiwa
pemerkosaan. Bahasa menjadi bagian yang
Detik.com dalam
.
penting untuk menyampaikan suatu berita atau informasi kepada khalayak. Bahasa menjadi
Media Massa
sangat penting dalam mengkonstruksi realitas.
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
melakukan
konstruksi
pemberitaan,
bagaimana
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
117
Media massa adalah media komunikasi
wartawan dan media bersangkutan dalam
dan informasi yang melakukan penyebaran
keseluruhan proses produksi berita. Paradigma
informasi secara massal dan dapat diakses oleh
pluralis percaya bahwa wartawan dan media
masyarakat secara massal pula (dalam Bungin,
adalah entitas yang otonom, dan berita yang
2009: 72). Dalam Kamus Besar Bahasa
dihasilkan haruslah menggambarkan realitas
Indonesia KBBI), media massa adalah sarana
yang terjadi dilapangan. Sementara paradigma
dan saluran resmi sebagai alat komunikasi
kritis mempertanyakan posisi wartawan dan
untuk menyebarkan berita dan pesan kepada
media dalam keseluruhan struktur sosial dan
masyarakat luas, sedangkan media cetak
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
adalah sarana media massa yang dicetak dan
Pada akhirnya posisi tersebut mempengaruhi
diterbitkan secara berkala seperti surat kabar
berita, bukan pencerminan dari realitas yang
dan majalah.
sesungguhnya.
Media massa merupakan suatu alat
Menurut kaum kritis, berita adalah
yang digunakan untuk menyampaikan segala
hasil dari pertarungan wacana antara berbagai
bentuk informasi yang harus diketahui oleh
kekuatan
khalayak luas, seperti berikut. Media merupa
melibatkan pandangan wartawan atau ideologi
kan alat atau sarana yang digunakan untuk
media. Pada pandangan realis/pluralis, apa
menyampaikan pesan dari komunikator kepada
yang terjadi, apa yang terlihat adalah fakta
khalayak, sedangkan pengertian media massa
yang sebenarnya yang dapat diliput oleh
adala alat yang digunakan dalam penyampaian
wartawan. Hal ini disanggah oleh pandangan
pesan dari sumber kepada khalayak dengan
kritis yang menyatakan bahwa realitas yang
menggunakan alat-alat komunikasi seperti;
hadir didepan wartawan sesungguhnya realitas
surat kabar, film, radio, dan televisi. Media
yang telah terdistorsi. Realitas tersebut telah
massa adalah sarana komunikasi massa di
disaring dan disuarakan oleh kelompok yang
mana proses penyampaian pesan, gagasan,
dominan yang ada dalam masyarakat. Realitas
atau informasi kepada masyarakat secara
pada dasarnya adalah pertarungan antara
serempak (dalam Manulong, 2012: 9).
berbagai kelompok untuk menonjolkan basis
dalam
masyarakat
yang
selalu
penafsiran masing-masing. Sehingga realitas Media dan Berita Dilihat dari Paradigma
yang hadir pada dasarnya bukan realitas yang
Kritis
alamiah, tetapi sudah melalui pemaknaan Paradigma
kritis
mempunyai
pandangan tersendiri terhadap berita, yang
kelompok yang dominan (dalam Eriyanto, 2011: 34- 36).
bersumber pada bagaimana berita tersebut diproduksi
dan
bagaimana
kedudukan
Kaum pluralis melihat media sebagai saluran yang bebas dan netral, yang semua
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
118
pihak dan kepentingan dapat menyampaikan
dapat memisahkan secara tegas antara fakta
posisi
bebas.
dan opini. Ketika mengungkap fakta, ia hanya
Pandangan semacam ini yang ditolak kaum
mengambil apa yang terjadi, pertimbangan-
kritis. Pandangan kritis melihat media bukan
pertimbangan subjektif haruslah dihindari
hanya dari kelompok dominan, tetapi juga
sebisa mungkin. Argumentasi semacam ini
memproduksi
Media
memperoleh kritikan dari pandangan kritis.
membantu kelompok dominan menyebarkan
Persoalannya, wartawan adalah bagian terkecil
gagasannya, mengontrol kelompok lain, dan
dari struktur sosial, ekonomi dan politik yang
membentuk konsensus anggota komunitas. Di
lebih besar. Pengaruh modal dan kepemilikan,
sini, media bukan sarana yang netral yang
politik kelas sangat mempengaruhi fakta apa
menampilkan kekuatan dan kelompok dalam
yang harus diambil dan bagaimana berita itu
masyarakat
dibahasakan (Eriyanto,2011:44-45).
dan
pandangannya
ideologi
secara
secara
dominan.
apa
adanya,
tetapi
kelompok dan ideologi yang dominan itulah yang akan tampil dalam pemberitaan.
Metode Penelitian
Dalam pandangan kritis wartawan
Analisis data dalam penelitian ini
bukan hanya pelopor, karena disadari atau
menggunakan metode analisis wacana kritis/
tidak ia menjadi partisipan dari keberagaman
critical discourse analysis (CDA) Norman
penafsiran subjektivitas dalam publik. Ini
Fairclough. CDA dalam penelitian ini hanya
menunjukkan bahwa apa yang disampaikan
digunakan pada level teks, dari teks tersebut
oleh
dari
akan dianalisis tentang representasi, relasi dan
media.
idenititas korban dan pelaku pemerkosaan.
Subjektivitas wartawan ini juga mempengaruhi
Objek penelitian ini adalah teks berita dari
bagaimana suatu berita ini akan di beritakan
media online Detik.com yang meyampaikan
kepada khalayak, sehingga membentuk suatu
berita pemerkosaan pada bulan Januari sampai
realitas baru yang telah terkonstruksi oleh
dengan Desember tahun 2011.
wartawan
subjektivitasnya
tidak sebagai
lepas pekerja
pekerja media. Selain itu, pilihan kata yang digunakan dan majas yang digunakan oleh pekerja
media
yang
tidak
lepas
Hasil dan Pembahasan
dari
subjektivitasnya akan mempengaruhi bagai mana suatu berita itu ditampilkan atau di beritakan kepada khlayak (Eriyanto,2011:40).
Konstruksi Identitas Pelaku: Pemerkosaan oleh Anggota Keluarga Ayah Kandung yang “Bejat”
Dalam konsep pluralis, wartawan harus menghindari subjektivitas. Upaya menghindari subjektivitas ini dapat diperoleh jika wartawan
Pada berita pemerkosaan pelaku lebih memiliki
ruang
untuk
menyampaikan
pendapatnya dibandingkan korban. Media
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
119
online Detik.com merepresentasikan bahwa
pemerkosaan bukan dilakukan oleh orang yang
perbuatan tersebut terjadi karena khilaf dan
tidak sadar dan dilakukan di tempat gelap
sering cekcok dengan sang istri. Hal tersebut
seperti mitos yang ada di masyarakat. Media
seakan
lebih
online Detik.com menjelaskan bahwa kejadian
daripada
tersebut terjadi karena pelaku dalam keadaan
mengajak
berempati
pembaca
terhadap
menjelaskan
untuk
pelaku,
kenyataan
yang
mabuk yang cenderung memaafkan dan
dialami korban pemerkosaan yang sangat
memberikan toleransi pada pelaku. Padahal
menyakitkan. Teks dalam pemberitaan ini
pada teks juga dijelaskan bahwa perbuatan
secara tidak langsung menjelaskan relasi
tersebut terjadi sampai dua kali. Hal ini
antara pelaku, polisi dan ibu korban yang juga
menunjukkan
merupakan istri pelaku.
dijadikan
Dalam
penderitaan
identitasnya,
media
online
bahwa
alasan
mabuk
terjadinya
tidak
bisa
pemerkosaan
karena pada dasarnya pemerkosaan terjadi
Detik.com tidak memberi ruang pada korban
karena
dan tidak menjelaskan keadaan korban serta
menunjukkan bahwa media online Detik.com
penderitaan yang dialami korban karena
berpihak pada pelaku.
pemerkosaan
yang
dilakukan
oleh
telah
direncanakan.
Hal
ini
ayah
kandungnya tersebut. Dalam pemberitaan ini,
Ayah Tiri yang Biadab
media online Detik.com melakukan konstruksi
Dalam teks pemberitaan ini, media
identitas terhadap pelaku pemerkosaan bahwa
online Detik.com melakukan konstruksi iden
pelaku merupakan ayah kandung korban.
titas terhadap pelaku dengn menjelaskan
Media
juga
bahwa pelaku adalah seorang ayah tiri yang
merepresentasikan bahwa sebenarnya pelaku
melakukan tindakan biadab terhadap anaknya.
adalah
tega
Apa yang ditulis oleh media online Detik.com
memperkosa anak kandungnya sendiri akan
secara tidak langsung dapat membuat khalayak
tetapi
juga
berpikir seperti apa yang diberitakan oleh
yang
media online Detik.com bahwa ayah tiri
online orang
yang
media
menjelaskan
Detik.com “bejat”
online
pelaku
yang
Detik.com
adalah
orang
menyayangi putrinya dan bersedia memper
adalah
orang
tanggungjawabkan perbuatannya.
melakukan
yang
perbuatan
jahat, biadab,
yang
dapat
dan
dapat
memperkosa anak tirinya. Kasus pemerkosaan Ayah yang Pemabuk
yang dilakukan oleh ayah tiri ini termasuk
Pada teks pemberitaan ini media online
dalam jenis pemerkosaan Exploitation Rape.
Detik.com melakukan konstruksi identitas terhadap pelaku, yang merupakan ayah kan dung
korban
dan
membuktikan
bahwa
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
Kakak yang Berhati Iblis
120
menunjukkan bahwa sebenarnya media online
Dalam teks berita ini terdapat beberapa
Detik.com telah memihak pada korban karena
kosakata yang merepresentasikan pelaku di
media
online
Detik.com
mengkonstruksi
antaranya “iblis”. Kosakata ini seakan merepre
bahwa perbuatan pelaku seperti iblis.
sentasikan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh kakak kandung ini merupakan perbuatan yang tidak bermoral seperti iblis. Pemberitaan ini secara tidak langsung menjelaskan relasi
Konstruksi Identitas Pelaku: Pemerkosaan di Luar Anggota Keluarga Lelaki Hidung Belang
polisi, pelaku, dan korban. Dalam pemberitaan
Berdasarkan teks tersebut dapat dilihat
ini, koban tidak memiliki ruang untuk
bagaimana media online Detik.com melakukan
menyampaikan pandangannya mengenai kasus
konstruksi identitas terhadap pelaku. Media
yang menimpa dirinya dan pelaku lebih
online Detik.com menjelaskan bahwa pelaku
memiliki
seorang “lelaki hidung belang” dan telah
ruang
pendapatnya
untuk
mengenai
menyampaikan tersebut
memiliki cucu. Akan tetapi, dalam melakukan
sehingga pandangan korban jarang terwakili.
konstruksi identitas media online Detik.com
Polisi yang merupakan bagian dari penegak
melakukan
hukum menjelaskan bahwa saat ini pelaku
mengkonstruksi bahwa korban adalah seorang
telah ditangkap oleh pihak kepolisian. Sebagai
“lelaki hidung belang” juga mengkonstruksi
sebuah pemberitaan yang bersifat hard news,
bahwa korban juga memiliki andil terhadap
media online Detik.com hanya menampilkan
kejadian tersebut karena korban mau diajak
polisi sebagai bagian dari penegak hokum.
jalan-jalan oleh korbannya. Kasus pemer
Media online Detik.com tidak menjelaskan
kosaan ini termasuk dalam jenis Domination
kronologi
Rape.
kejadian
kejadian
secara
detail.
Kasus
ambiguitas
karena
selain
pemerkosaan yang dilakukan oleh kakak ini termasuk
dalam
jenis
pemerkosaan
Pria Pengangguran
Exploitation Rape.
Representasi
Berdasarkan teks berita ini, konstruksi identitas
yang
oleh
media online Detik.com dengan menjelaskan bahwa pelaku seorang pengangguran dapat
Detik.com terhadap pelaku adalah bahwa
membuat masyarakat beranggapan bahwa
pelaku adalah kakak kandung korban. Media
pengguran identik dengan pelaku tindak
online Detik.com hanya menampilkan polisi
kejahatan. Selain itu juga terdapat representasi
sebagai representasi dari pelaku dan korban.
yang merepresentasikan pelaku di antaranya
Media
“melampiaskan
Detik.com
media
dilakukan
online
online
dilakukan
yang
mengkonstruksi
bahwa perbuatan pelaku seperti iblis. Hal ini
nafsu
bejatnya”.
Kalimat
tersebut merepresentasikan bahwa perbuatan
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
121
yang dilakukan oleh pelaku seakan-akan
memiliki kekuasaan yang tentunya membuat
karena nafsu dan berada di luar kendali
korban takut untuk menentang keinginan
dirinya. Dalam teks pemberitaan tersebut,
pelaku. Dalam teks tersebut juga dijelaskan
pelaku yang lebih memiliki ruang untuk
bahwa sebenarnya pelaku sering mencolak-
menyampaikan pendapatnya.
colek korban dan ternyata pelaku telah
Dalam relasinya teks ini secara tidak
melakukan pemerkosaan sebanyak 10 kali
langsung menjelaskan relasi antara pelaku,
terhadap korbannya. Hal ini menunjukkan
polisi, dan korban. Media online Detik.com
bahwa pemerkosaan terjadi bukan secara
tidak memberikan ruang pada korban tetapi
spontan. Dalam pemberitaan ini terdapat
hanya menjelaskan bahwa pelaku seorang
beberapa frase yang merepresentasikan pelaku
pengangguran.
polisi
di antaranya “nafsu bejat” dan “perbuatan
digambarkan seakan mewakili korban dengan
biadabnya”. Frase tersebut menjelaskan bahwa
menjelaskan bahwa korban tidak langsung
perbuatan pelaku merupakan perbuatan biadab
melaporkan kejadian tersebut. Sebagai sebuah
dan tidak memiliki moral.
pemberitaan
Dalam
hard
teks
news
ini,
media
online
Dalam relasinya secara tidak langsung
Detik.com menjelaskan bahwa saat ini pelaku
menjelaskan relasi antara pelaku, karyawan,
telah ditangkap. Dalam identitasnya teks ini
dan polisi. Dalam teks berita dijelaskan bahwa
sepenuhnya diidentikkan pada polisi sebagai
pelaku merupakan bos korban. Polisi sebagai
bagian dari penegak hukum.
bagian dari penegak hukum seakan mewakili
Berdasarkan teks tersebut dapat dilihat bagaimana
media
online
korban menjelaskan bahwa saat ini korban
Detik.com
tengah stress karena perbuatan pelaku. Selain
mengkonstruksi pelaku dan bahwa pelaku ada
itu juga dijelaskan bahwa pelaku sudah
lah seorang pria pengangguran. Hal ini dapat
melakukan visum. Karyawan (teman korban)
membuat masyarakat beranggapan bahwa
seakan mewakili korban juga menjelaskan
pengangguran identik dengan pelaku kejahatan
bahwa bosnya sering menggoda korban.
khususnya
Berdasarkan
Dalam identitasnya, teks ini sepenuhnya
jenisnya, pemerkosaan ini termasuk dalam
diidentikkan pada polisi sebagai bagian dari
jenis Seductive Rape.
penegak hukum. Media online Detik.com juga
pemerkosaan.
mengajak khalayak untuk berempati terhadap Bos Hidung Belang
korban karena sumber kutipan selain berasal
Pelaku yang merupakan bos korban menunjukkan
pelaku
memiliki
kekuasaan
dari polisi juga berdasarkan hasil visum dari rumah
sakit.
Hasil
visum
tersebut
untuk memaksakan kehendaknya terhadap
membuktikan bahwa korban benar diperkosa
korban karena pelaku merasa bahwa dirinya
dan
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
seakan
mengajak
khalayak
untuk
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
berempati
terhadap
Berdasarkan
bagian dari penegak hukum. Dalam teks
konstruksi identitas media online Detik.com
dijelaskan hukuman yang dikenakan pada
dalam teks berita, polisi ditampilkan sebagai
pelaku dan penjelasan bahwa saat ini pelaku
representasi dari korban dan pelaku. Media
telah ditahan. Dalam teks berita ini, konstruksi
online
identitas
Detik.com
korban.
122
mengkonstruksi
bahwa
yang
dilakukan
media
online
pelaku adalah “bos yang bejat”. Berdasarkan
Detik.com bahwa pelaku adalah seorang
jenis kasus yang terjadi, pemerkosaan ini
“guru” melakukan tindakan tersebut karena
termasuk dalam jenis Exploitation Rape.
“nafsu”, jadi nafsu yang disalahkan bukan moralitas pelaku yang rendah. Pemerkosaan
Guru yang” Bejat” Terdapat
yang terjadi dalam kasus ini termasuk dalam beberapa
frase
yang
jenis pemerkosaan Domination Rape.
menjelaskan pelaku di antaranya “guru” yang
Dalam
teks
berita
media
online
seharusnya menjadi panutan dan seorang
Detik.com memposisikan sebagai penyampai
pendidik tetapi justru melakukan tindakan
informasi, akan tetapi media online Detik.com
“bejat”. Hal tersebut membuktikan bahwa
juga melakukan konstruksi identitas terhadap
pemerkosaan dapat dilakukan oleh siapa saja.
pelaku dengan menjelaskan bahwa pelaku
Pelaku sebagai seorang guru juga memiliki
orang yang “bejat”.
kekuasaan dibandingkan siswa. Hal tersebut membuat korban juga takut untuk melaporkan kejadian tersebut pada polisi. Kekuasaan yang dimiliki pelaku juga membuat pelaku memiliki
Konstruksi Identitas Korban: Pemerkosaan oleh Anggota Keluarga Gadis Bertubuh Molek dan Berparas Cantik
kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya
Terdapat kalimat yang merepresen
terhadap korban. Pada teks berita dijelaskan
tasikan pelaku di antaranya “tergiur kemolek
relasi antara orang tua korban, pelaku, dan
an tubuh sang anak” frase ini merepresen
polisi. Orang tua korban digambarkan sebagai
tasikan bahwa pemerkosaan tersebut terjadi
pihak yang mewakili korban menjelaskan
karena kemolekan tubuh sang anak. Jadi
bahwa
Pelaku
“kemolekan” yang dipersalahkan bukan moral
digambarkan sebagai orang yang “bejat” yang
pelaku yang rendah. Tubuh molek dianggap
meminta siswanya “melayani nafsu bejatnya”.
sebagai pemicu terjadinya tindak pemer
Dalam hal ini, polisi digambarkan sebagai
kosaan.
bagian dari penegak hukum yang akan
perempuan yang merupakan korban dari
memproses laporan dari korban.
tindakan pemerkosaaan tersebut karena tubuh
anaknya
telah
diperkosa.
Hal
ini
tentunya
menyudutkan
Sementara dalam identitasnya, teks ini
molek yang mereka miliki dianggap sebagai
sepenuhnya diidentikkan pada polisi sebagai
pemicu terjadinya tindak pemerkosaan. Teks
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
123
ini secara tidak langsung menjelaskan relasi
korban. Media online Detik.com menampilkan
antara ibu korban, polisi, pelaku dan korban.
korban
Dalam hal ini, media online Detik.com
terjadinya
menjelaskan
menjelaskan
tentang
penyebab
terjadinya
sebagai
representasi
tindak
penyebab
pemerkosaan
“tergiur
dengan
kemolekan
tubuh
tindak pemerkosaan yaitu karena “tergiur oleh
korban”. Apa yang disampaikan oleh media
kemolekan tubuh korban”. Dalam teks berita
online
ini digambarkan pelaku dalam keadaan khilaf,
cenderung menyalahkan korban, karena pada
sedangkan ibu korban sebagai pihak yang
akhirnya khalayak juga akan berpikir bahwa
mewakili korban melaporkan kasus tersebut
pemerkosaan tersebut terjadi karena tubuh
pada polisi dan polisi digambarkan sebagai
molek korban. Dalam pemberitaan ini “tubuh
bagian dari penegak hukum yang menjelaskan
molek” yang dipersalahkan. Hal tersebut
ancaman hukuman yang akan dikenakan pada
menunjukkan bahwa media online Detik.com
pelaku. Selain itu, polisi juga menjelaskan
menyudutkan atau menyalahkan korban atas
bahwa berdasarkan hasil visum, pelaku (Dedi)
pemerkosaan yang terjadi karena korban
terbukti
memiliki
bersalah
dan
polisi
langsung
menangkap pelaku.
Detik.com
tubuh
sebagai
yang
penyebab
molek.
Hal
ini
ini
menunjukkan bahwa konstruksi identitas yang
Sementara dalam identitasnya, teks ini
dilakukan
oleh
media
sepenuhnya diidentikkan pada korban yang
terhadap
korban
dianggap menjadi pemicu terjadinya tindak
“bertubuh molek” dan “berparas cantik”.
adalah
online
Detik.com
bahwa
korban
pemerkosaan tersebut karena “kemolekan tubuh korban”. Polisi ditampilkan sebagai
Anak Tiri
penegak hukum yang menjelaskan ancaman
Jenis
perkosaan
yang
terjadi
ini
hukuman bagi pelaku. Polisi juga menjelaskan
merupakan Exploitation Rape. Dalam teks
berdasarkan hasil visum pelaku terbukti
tersebut terdapat representasi yang menjelaskan
bersalah. Posisi media online Detik.com
korban di antaranya bahwa korban adalah anak
sebagai penyampai informasi pada khalayak,
tiri. Media online Detik.com yang memiliki
akan tetapi dalam penyampaian informasinya
kekuatan
juga melakukan konstruksi identitas terhadap
masyarakat dapat membuat khalayak berpikir
korban. Media online Detik.com menjelaskan
bahwa anak tiri dapat menjadi korban dari tindak
bahwa pemerkosaan tersebut terjadi karena
pemerkosaan yang dilakukan oleh ayahnya
tergiur oleh kemolekan tubuh korban.
meskipun pada dasarnya siapa pun dapat
Berdasarkan
berita
tersebut
untuk
mempengaruhi
pemikiran
dapat
menjadi korban dari tindak pemerkosaan ini.
dilihat bagaimana konstruksi identitas yang
Dalam pemakaian kosakata dalam merepre
dilakukan media online Detik.com terhadap
sentasikan kejadian tersebut, media online
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
124
Detik.com cenderung menggunakan kata yang
dalam pemberitaan ini tidak ada konstruksi
merendahkan korban seperti “hanya layani aku
identitas khusus yang dilakukan oleh media
bersetubuh”. Frase tersebut
online Detik.com dalam merepresentasikan
merupakan frase
yang artinya tidak menghormati korban dan cenderung
menyakiti
korbannya.
korban.
Kosakata
Berdasarkan
teks
tersebut
dapat
“melayani” yang digunakan oleh media online
dilihat bagaimana media online Detik.com
Detik.com
untuk
melakukan
pemerkosaan
cenderung
merepresentasikan menyakiti
hati
konstruksi
identitas
korban
pemerkosaan dalam teks berita ini. Media
perempuan sebagai korbannya, seakan-akan
online
perempuan hanya seorang pelayan bagi “pemuas
sebagai sosok yang lemah dan tidak dapat
kebutuhan” bagi nafsu laki-laki. Teks-teks berita
membela dirinya sendiri atas pemerkosaan
tentang pemerkosaan di atas cenderung memiliki
yang terjadi. Korban yang merupakan anak
makna yang bermakna peyoratif bagi perempuan
tiri,
karena
“merenggut
beranggapan bahwa anak tiri seringkali
kegadisan”, “meniduri” dan “digerayangi dalam
menjadi korban dari tindak pemerkosaan
keadaan telanjang”.
oleh ayah tiri mereka.
penggunaan
kosakata
Detik.com
juga
dapat
menampilkan
membuat
korban
masyarakat
Pada teks menjelaskan relasi antara pelaku, korban dan juga PT Banjarmasin yang menjelaskan bahwa tidak ada pembenaran atas tindakan yang dilakukan oleh pelaku.
Konstruksi Identitas Korban: Pemerkosaan di Luar Anggota Keluarga Gadis Pemandu Karaoke
Media online Detik.com tidak memberikan
Dalam
pemberitaan
ini
terdapat
ruang pada korban. Hal ini dibuktikan dengan
beberapa representasi khusus yang dilakukan
tidak adanya sumber yang menjelaskan
oleh media online Detik.com terhadap korban
keadaan
dalam
pemerkosaan yaitu “pemandu karaoke”. Frase
identitasnya, teks ini sepenuhnya diidentikkan
tersebut menjelaskan bahwa korban adalah
pada korban yang dijelaskan bahwa korban
seorang pemandu karaoke. Pemandu karaoke
diancam. Sebagai berita yang bersifat hard
merupakan
news, teks ini tidak berusaha mengajak
dengan hal yang negatif. Pekerjaan yang
pembaca
dilakukan oleh korban seakan-akan menjadi
korban.
agar
Sementara
ikut
itu
berempati
terhadap
pekerjaan
sebuah
terlihat dari tidak adanya sumber yang dapat
pemberitaan ini dijelaskan bahwa perempuan
menjelaskan keadaan korban saat ini. Media
pemandu karaoke telah dibooking oleh tiga
online
menyampaikan
sebagai
informasi
korban
diidentikkan
kejadian yang dialami oleh korban. Hal ini
Detik.com
alasan
yang
diperkosa.
Dalam
pihak
yang
orang pria. Kata tersebut seakan menjelaskan
bersikap
netral
bahwa perempuan tersebut seakan pantas
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
125
diperkosa karena telah dibooking oleh pria
pula yang dianggap kurang mengantisipasi
tersebut.
dirinya sehingga menjadi korban. Seharusnya
Dalam hal relasi, teks ini secara tidak
bukan hanya perempuan yang diharuskan
langsung mejelaskan relasi antara pelaku,
untuk mengantisipasi tetapi laki-laki juga,
polisi, dan korban. Dalam hal ini media online
karena pada dasarnya pemerkosaan bukanlah
Detik.com tidak memberi ruang pada korban
tindakan yang terjadi begitu saja atau terjadi
untuk menyampaikan pendapatnya. Pihak
secara spontan akan tetapi telah direncanakan.
manajemen
lebih
mnyampaikan Sementara
memiliki
tentang
dalam
ruang
kejadian
identitasnya,
untuk
tersebut. teks
Berdasarkan hal itu, dalam teks berita ini
dapat
dilihat
bagaimana
konstruksi
ini
identitas media online Detik.com terhadap
sepenuhnya diidentikkan pada polisi sebagai
korban dalam teks berita ini. Media online
bagian dari penegak hukum.
Detik.com menampilkan majelis hakim tinggi
Konstruksi identitas yang dilakukan
sebagai representasi dari pelaku. Berdasarkan
oleh media online Detik.com terhadap korban
penjelasan dari majelis hakim media online
pemerkosaan dijelaskan bahwa korban adalah
Detik.com mengkonstruksi identitas korban
seorang pemandu karaoke yang telah di
secara khusus bahwa pemerkosaan dan pembu
booking. Apa yang disampaikan oleh media
nuhan tersebut terjadi karena perempuan yang
tersebut seakan menjadi sebuah pembenaran
tidak mengantisipasi dirinya sehingga menjadi
apabila menjadi korban pemerkosaan karena
korban tindak pemerkosaan. Dalam teks ini
pekerjaan korban sebagai pemandu karaoke.
perempuan disudutkan dan dianggap kurang
Kasus pemerkosaan ini termasuk dalam jenis
mengantisipasi
pemerkosaan Victim Precipitated Rape.
perempuan
terhadap yang
dirinya,
disalahkan.
jadi Kasus
pemerkosaan ini termasuk jenis pemerkosaan Kekasih Korban Pada pemerkosaan yang dilakukan oleh
Victim Precipitated Rape. Korban Perempuan Cacat
kekasih korban ini tidak ada pembelaan
Media
terhadap korban, Korban justru disalahkan dan
menggunakan
dianggap tidak mengantisipasi diri sehingga
menyakiti hati korban seperti “hanya digilir”.
menjadi korban pemerkosaan. Teks tersebut
Kosakata
bersifat patriarkhi yang hanya mengharuskan
kenyataan
seorang perempuan yang menjaga dirinya.
korbannya. Selain itu media online Detik.com
Media online Detik.com merepresentasikan
menjelaskan
perempuan sangat tipikal sehingga ketika
“keterbelakangan mental” yang frase tersebut
terjadi kasus pemerkosaan tersebut perempuan
seakan ingin menjelaskan bahwa perempuan
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
online
Detik.com
kosakata
tersebut
yang
tidak
pemerkosaan bahwa
juga
cederung
menggambarkan yang
korban
menyakiti memiliki
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
yang
memiliki
keterbelakangan
mental
126
Kesimpulan
memiliki peluang untuk menjadi korban
Dalam
konsep
pemerkosaan
oleh
pemerkosaan. Keterbelakangan mental yang
anggota keluarga termasuk jenis pemerkosaan
dimiliki oleh korban seakan menjadi penyebab
Exploitation Rape. Konstruksi identitas yang
terjadinya pemerkosaan tersebut.
dilakukan
oleh
media
online
Detik.com
Teks menjelaskan relasi antara polisi,
terhadap pelaku pemerkosaan oleh anggota
pelaku, dan korban. Dalam pemberitaan ini
keluarga adalah bahwa pelaku adalah ayah
korban
untuk
yang “bejat”, biadab, berhati iblis, dan seorang
menyampaikan pendapatnya. Media online
pemabuk. Konstruksi identitas yang dibangun
Detik.com juga tidak mengajak pembaca untuk
oleh media online Detik.com seakan ingin
berempati terhadap korban. Hal ini dibuktikan
menunjukkan bahwa pelaku adalah orang yang
dengan tidak adanya sumber yang dapat
sangat jahat dan tidak bermoral. Akan tetapi,
menjelaskan keadaan korban. Media online
di satu sisi media online Detik.com juga
Detik.com melakukan konstruksi identitas
menjelaskan bahwa pelaku pemerkosaan yang
bahwa
keterbelakangan
dilakukan oleh anggota keluarga karena khilaf,
mental. Sementara itu dalam identitasnya, teks
tidak dapat menahan hawa nafsunya, sering
ini diidentikkan pada korban yang memiliki
cekcok dengan istr,i seakan-akan memberikan
keterbelakangan mental dan pada teks yang
toleransi yang cenderung memaafkan pelaku.
kedua
Hal tersebut menunjukkan bahwa media online
tidak
memiliki
korban
memiliki
diidentikkan
ruang
pada
korban
yang
merupakan gadis difabel.
Detik.com
bersikap
ambigu
dalam
Berdasarkan teks berita ini dapat
mengkonstruksi pelaku pemerkosaan oleh
dilihat konsruksi identitas yang dilakukan
anggota keluarga. Sementara itu, pemerkosaan
media online Detik.com terhadap korban
di luar anggota keluarga konstruksi identitas
pemerkosaan yang mengkonstruksi bahwa
yang dilakukan oleh media online Detik.com
korban merupakan gadis Tuna Grahita dan
terhadap pelaku adalah pelaku pemerkosaan
gadis difable. Frase tersebut seakan-akan
merupakan tetangga, pacar, bos, preman,
menjelaskan
dialami
polisi, bahkan guru. Hal ini menunjukkan
korban
bahwa pemerkosaan tidak seperti mitos yang
pemerkosaaan. Korban digambarkan sebagai
ada di masyarakat. Bahwa pemerkosaan
perempuan
sehingga
dilakukan oleh orang yang tidak dikenal dan
korban
dilakukan di tempat yang gelap. Pemerkosaan
pemerkosaan
dapat dilakukan oleh siapa saja karena pada
menjadi
menjadi
bahwa peluang “lemah
peluang
pemerkosaan.
cacat
menjadi dan
untuk
Jenis
yang
cacat” menjadi
korban
dalam kasus ini adalah Domination Rape
dasarnya
pemerkosaan
bukan
merupakan
tindakan yang spontan terjadi, akan tetapi
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
127
pelaku telah merencanakan untuk melakukan
perbuatan tersebut. Media online Detik.com
pemerkosaan
dalam
terhadap
korbannya.
Media
mengkonstruksi
identitas
korban
online Detik.com juga menjelaskan bahwa
pemerkosaan yang dilakukan di luar anggota
pelaku dalam keadaan khilaf, tidak dapat
keluarga ini, cenderung menyudutkan dan
menahan hawa nafsunya, kesepian karena
merepresentasikan bahwa perempuan adalah
ditinggal istrinya menjadi TKI. Alasan yang
penyebab terjadinya pemerkosaan.
disampaikan ini seakan memberikan toleransi terhadap tindakan yang dilakukan oleh pelaku. Jenis
pemerkosaan
yang
terjadi
pada
pemerkosaan di luar anggota keluarga ini adalah Domination Rape. Konstruksi identitas yang dilakukan oleh media online Detik.com terhadap korban pemerkosaan oleh anggota keluarga ini pada dasarnya bersikap emansipatoris terhadap korban pemerkosaan. Tidak ada konstruksi identitas khusus yang dilakukan
terhadap
korban. Jenis pemerkosaan yang banyak terjadi adalah Exploitation Rape. Sementara itu, dalam konstruksi identitas yang dilakukan oleh media online Detik.com terhadap korban pemerkosaan di luar anggota keluarga adalah bahwa
korban
adalah
seorang
pemandu
karaoke, seorang perempuan cacat, gadis ABG, pedagang sayur, siswi dan seorang nenek yang cenderung bermakna negatif dan merepresentasikan bahwa perempuan adalah orang yang lemah dan seakan menjadi sebuah pembenaran
apabila
menjadi
korban
pemerkosaan. Konstruksi identitas tersebut juga menunjukkan bahwa pemerkosaan dapat terjadi
pada
siapa
saja
bukan
karena
penampilan korban akan tetapi karena pelaku memang sengaja dan telah merencanakan
Daftar Pustaka Buku: Anonim. 2011. Salahkan Pelaku, Bukan Korban Perkosaan. Memantau Media Massa Seputar Berita Perkosaan. Jurnal Perempuan, Edisi 71, November: 3639. Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Bugin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Darma Aliah, Yoce. 2009. Analisis Wacana Krisis. Bandung: Yrama Widya. Fakih, Mansour. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isaacs R, Harold. 1993. Pemujaan Terhadap Kelompok Etnis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dwiati, Ira. 2007. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Perkosaan Dalam Peradilan Pidana. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Eriyanto. 2011. Analisis Wacana Pengantar analisa teks media . Yogyakarta: LKiS. Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
Elen N.A. dan Raudlatul Jannah, Konstruksi Identitas Korban dan Pelaku Pemerkosaan
Setiawan, Yulianto Budi. 2011. Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Kekerasan Berbasis Gender di Surat Kabar Harian Suara Merdeka. Jurnal Ilmiah Komunikasi, Vol 2 n0 1. Suyanto, Bagong dan Hendarso, Susanti Emy. 1996. Wanita dari subordinasi dan marginalisasi menuju ke pemberdayaan. Surabaya: Airlangga University press. Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Manulong, Patricia Diana. 2012. Representasi Agenda Media dalam Surat Kabar Nasional. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Internet: Mariana, http://jurnalperempuan.com/2011/11/p erkosaan-dan-kekuasaan/ [7 Desember 2012] http://www.berita2.com/daerah/sumatera/6057gadis-cantik-diperkosa-ayah-kandungdan seorang-pemuda.html [24 Juli 2012].
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 110-128]
128