EKSTRAKSI ZAT WARNA DARI KELOPAK BUNGA ROSELLA (STUDY PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT DAN ASAM SITRAT) Farida Ali*, Ferawati, Risma Arqomah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662 Email:
[email protected]
Abstrak Berkembangnya industri pengolahan pangan menyebabkan pemakaian pewarna juga semakin meningkat, terutama jenis pewarna sintetik. Pewarna sintetik mudah diperoleh di pasaran dalam banyak pilihan, tetapi kurang aman untuk dikonsumsi. Untuk itu diperlukan pencarian alternatif yang umumnya lebih alami yang dimanfaatkan sebagai zat warna alami. Salah satu diantaranya adalah pewarna merah dari bunga rosella yang mengandung vitamin C, D, B1 dan B2. Antosianin memiliki kemampuan menurunkan kolesterol, mencegah penggumpalan darah dan membantu sel melawan karsiogenik berbahaya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara memvariasikan konsentrasi solven (asam) dan waktu ekstraksi untuk mengetahui antosianin kelopak bunga rosella. Dari penelitian jumlah pelarut yang paling tinggi dihasilkan dari ekstraksi kelopak bunga rosella dengan konsentrasi asam asetat 50 % dan lama waktu ekstraksi 1 jam sebesar 39,71 %, rendemen 7,85 %, pH 1,40 dan absorbansi 20,000. Kata kunci: Kelopak Bunga Rosella, Ekstraksi, Pewarna alami, dan Antosianin.
Abstract The development of food industries increases the utilization of food colorant, especially synthetic dye. The synthetic dyes are commercially available however some are dangerous to consume. Referring to this case, there should be a safe alternative dye such as the natural dye. One of the natural dye is the red colorant produced from Roselle flower which contains vitamin C, D, B1 and B2. Anthocyanins have the ability to lower cholesterol, prevent blood clotting and helps cells fight harmful karsiogenik. Extraction can be done by varying the concentration of the solvent (acid) and extraction time to determine anthocyanin rosella flower petals. From the research of the highest amount of solvent resulting from the extraction of roselle calyx with 50% acetic acid concentration and the long extraction time of 1 hour 39.71%, yield 7.85%, pH 1.40 and absorbance 20.000. Key word : Bloom shell rosella, Extraction, Natural colorant, Anthocyanins
1.
PENDAHULUAN
Rosella merah (Hibiscus sabdariffa) adalah tanaman asli dari daerah yang terbentang dari India hingga Malaysia yang kini telah menyebar luas di semua negara tropis dan sub tropis, termasuk Indonesia. Rosella mulai dilirik oleh masyarakat karena banyak manfaat yang diperoleh masyarakat setelah mengkonsumsi produk-produk yang terbuat dari kelopak bunga rosella salah satunya untuk zat warna merah
Page 26
alami misalnya pada industri makanan maupun kosmetik (Erianto 2009). Kelopak bunga rosela adalah bagian tanaman yang bisa diproses menjadi produk pangan. Kelopak bunga tanaman ini berwarna merah tua, tebal, dan berair. Kelopak bunga rosela merah yang rasanya sangat masam ini biasanya diproses menjadi jeli, saus, teh, sirup, selai, puding, dan manisan. Bahan penting yang terkandung dalam kelopak bunga rosella adalah gosipetin, antosianin, dan glusida hibiskin. Selain itu kelopak bunga rosella juga Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
mengandung asam organik, polisakarida, dan flavonoid yang bermanfaat mencegah penyakit kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah, dan melancarkan buang air besar (Erianto 2009). Antosianin telah banyak digunakan sebagai pewarna, khususnya minuman, karena banyak pewarna sintetis diketahui bersifat toksik dan karsinogenik. JEFCA ( Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives) telah menyatakan bahwa ekstrak yang mengandung antosianin efek toksisitasnya rendah. Selain berperan sebagai pewarna makanan, antosianin juga dipercaya berperan dalam sistem biologis, termasuk kemampuan sebagai pengikat radikal bebas ( free radical scavenging ), cardio protective capacity dan kemampuan untuk mengambat tahap inisiasi reaksi kimiawi yang menyebabkan karsinogenesis (Ariviani S, 2010). Antosianin dipercaya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Antosianin ini diketahui dapat diabsorbsi dalam bentuk molekul utuh dalam lambung, meskipun absorbsinya jauh dibawah 1%, antosianin setelah ditranspor ke tempat yang memiliki aktivitas metabolik tinggi memperlihatkan aktivitas sistemik seperti antineoplastik, antikarsinogenik, antiatherogenik, antiviral, dan efek anti-inflammatory, menurunkan permeabilitas dan fragilitas kapiler dan penghambatan agregasi platelet serta immunitas, semua aktivitas ini didasarkan pada peranannya sebagai antioksidan. Antosianin yang tidak terabsorbsi memberikan perlindungan terhadap kanker kolon (Ariviani S, 2010). Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk glikosidanya (Santoso, 2006). Kemampuan antioksidatif antosianin timbul dari reaktifitasnya yang tinggi sebagai pendonor hidrogen atau elektron dan kemampuan radikal turunan polifenol untuk menstabilkan dan mendelokalisasi elektron tidak berpasangan, serta kemampuannya mengelat ion logam (terminasi reaksi Fenton) (Ariviani S, 2010). Aktivitas antioksidan antosianin dipengaruhi oleh sistem yang digunakan sebagai substrat dan kondisi yang dipergunakan untuk mengkatalisis reaksi oksidasi. Antosianin banyak ditemukan pada pangan nabati yang berwarna merah, ungu, merah gelap seperti pada beberapa buah, sayur, maupun umbi. Beberapa sumber antosianin telah dilaporkan seperti buah
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
mulberry, bluberry, cherry, rosella, kulit dan sari buah anggur, strawberry, lobak merah dan java plum, namun masih sangat sedikit penelitian tentang sumber antosianin dari bahan local (Ariviani S. 2010). Kandungan dan Kegunaan Rosella yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Semakin pekat warna merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin asam dan kandungan antosianin (antioksidan) semakin tinggi. Antosianin disini berperan menjaga kerusakan sel akibat penyerapan sinar ultraviolet berlebih. Ia melindungi sel-sel tubuh dari perubahan akibat radikal bebas. Tetapi hati-hati sebab kadar antioksidan tersebut menjadi berkurang bila mengalami proses pemanasan dan pengeringan. Antioksidan adalah molekul yang berkemampuan memperlambat ataupun mencegah oksidasi molekul lain. Kandungan antioksidan yang rendah dapat menyebabkan stres oksidatif dan merusak sel-sel tubuh. Oleh karena itu efek pengobatan rosella ini terhadap berbagai penyakit merupakan efek dari Antioksidannya (Mardiah 2010). Kelopak bunga mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh terdapat dalam kelopak bunga rosella, termasuk arginin dan lisin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain itu, rosella juga mengandung protein dan kalsium. Tumbuhan herbal ini ternyata mampu berfungsi sebagai bahan antiseptik, penambah syahwat, dan agen astringen. Tanaman banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti batuk, lesu, demam, tekanan perasaan, gusi berdarah ( skurvi) dan mencegah penyakit hati (Erianto 2009). Tabel 1. Hasil Laboraturium Teknik Kimia dalam 100 gr bunga Rosella mempunyai kandungan zat-zat kimia sebagai berikut: Kalori 49 kal H 2O 84,5 % Protein 1,9 gr Fats 0,1 gr Karbohidrat 12,3 gr Fiber 1,2 gr Kalsium 0,0172 gr Phospor 0,57 gr Besi 0,029 gr B-karotene 3 gr Asam askorbat 0,14 gr Dikutip dari : James A.duke, 1983 ,Hanbook of energy crops.Unpublished
Page 27
Kandungan Kimia dan Nilai Gizi Rosella Tabel 2. Kandungan senyawa kimia dalam kelopak bunga rosella Nama Senyawa Jumlah Campuran asam sitrat dan 13 % asam malat Anthocyanin yaitu gosipetin 2% (hydroxyfla vone) dan hibiscin Vitamin C 0,004 % 0,005 % Protein - Berat segar 6,7 % - Berat kering 7,9 % Sumber : Herti (2008). Antosianin Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa, karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan ditempat gelap serta sebaiknya didinginkan (Eibond L.S, 2004). Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin. Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80% dari pigmen daun tumbuhan, 69% dari buah-buahan dan 50% dari bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin Bagian bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Sianin pada mawar merah berada dalam bentuk fenol, sedangkan cornflower biru, sianin berada dalam bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya. Sianin dapat digunakan sebagai indikator asam-basa (Eibond L.S, 2004). Page 28
Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa susunan turunan dari kation flavium. Dua puluh jenis senyawa telah ditemukan, tetapi hanya enam yang memegang peranan penting dalam bahan pangan, yaitu pelargonidin, sianidin, definidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. Pigmen antosianin terdiri dari aglikon (yaitu antosianin) yang teresterifikasi oleh suatu atau lebih gula (Francis, 1985). Pada setiap inti kation flavin terdapat sejumlah molekul yang berperan sebagai gugus pengganti (Eibond L.S, 2004). Tabel 3. Gugus pengganti pada struktur kation flavium pada antosianin utama* Gugus pada karbon Struktur nomor Antosianin 3 4 5 Pelargonidin (II) H OH H Cyanidin (III) OH OH H Delphinidin (IV) OH OH OH Peonidin (V) Ome OH H Petunidin (VI) Ome OH OH Malvidin (VII) Ome OH OMe *Francis (1982) Metode Ekstraksi Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan Depkes RI 1995). Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentras cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut (Depkes RI 1995).
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
Ekstraksi antosianin dapat dilakukan dengan beberapa jenis solven, seperti air, etanol, metanol, tetapi yang paling efektif adalah dengan menggunakan metanol yang diasamkan dengan HCl. Tetapi karena sifat toksik dari metanol biasanya dalam sistem pangan digunakan air atau etanol yang diasamkan dengan HCl. Suhu dan pH berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi antosianin dan koefisien difusinya, semakin rendah pH maka koefisien distribusi semakin tinggi, demikian juga semakin tinggi temperaturnya. Tetapi antosianin merupakan senyawa fenolik yang labil dan mudah rusak akibat pemanasan, sehingga berakibat pada penurunan biaoktivitasannya. Pengaruh suhu menjadi tidak signifikan dengan penambahan HCl pada pelarut yang digunakan untuk ekstraksi, karena pengaruh HCl lebih besar daripada pengaruh suhu. Penggunaan HCl 1% dalam ekstraksi antosianin akan menyebabkan hidrasi sebagian hingga total antosianin yang terasetilasi sehingga akan mempengaruhi absorbsinya dalam tubuh ( Robert H. Perry, “Perry’s Chemical Engineering Handbook”, 1999 ). Metode ekstraksi terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Metode Soklet 2. Metode ekstraksi menggunakan fluida superkritis (CO2) Variable-variabel yang mempengaruhi dalam suatu proses ekstraksi adalah : 1) Jumlah solvent, 2) Suhu ekstraksi 3) Jenis solvent, 4) Ukuran partikel solid, 5) Waktu ekstraksi, 6) Jumlah tahap (stage), 7) Viskositas pelarut, 8) Laju alir pelarut.
2.
Solven ( Pelarut ) Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut memegang peranan penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya proses ekstraksi tersebut. Pemilihan pelarut umumnya dipengaruhi oleh faktor – faktor :
Proses Destilasi Proses destilasi merupakan lanjutan dari proses ekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan ekstrak antosianin dari pelarutnya. Pada proses evaporasi ini digunakan seperangkat alat destilasi. Pada proses ini, antosianin yang masih bercampur dengan pelarut dimasukkan kelabu dan kemudian dididihkan diatas temperatur pelarutnya. Pelarut yang telah menguap kemudian dikondensasikan dengan bantuan air. Proses ini berlangsung dalam keadaan vakum sehingga pelarut berubah wujud menjadi cair.
1) Selektivitas 2) Kelarutan 3) Reaktivitas 4) Titik Didih 5) Kriteria lain
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
METODOLOGI
Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama ekstraksi ( 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, 2,5 jam, dan 3 jam). Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Rendemen, pH dan Intensitas warna. Alat-alat yang Digunakan 1. Seperangkat peralatan ekstraksi sokhlet 2. Seperangkat alat destilasi 3. Stopwatch 4. pH-meter 5. Neraca analitik 6. Spektrometer Bahan-bahan yang Digunakan 1. Kelopak bunga rosella 2. Aquades 3. Asam sitrat 4. Asam asetat Prosedur Penelitian Proses Ekstraksi Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan sokhelet. Sampel sebanyak 70 gr dimasukkan ke dalam sokhelet yang telah dirangkai dengan kondensor yang berisi air dingin dan labu didih. Solven asam dengan konsentrasi 50%, 70%, dan 90% dim masukkan kedalam labu didih sebanyak 350 ml. Kemudian rangkaian sokhelet tersebut diletakkan diatas pemanas lalu dipanaskan selama 1 jam, 2 jam, dan 3 jam sehingga didapat hasil ekstraksi berupa campuran ekstrak antosianin dengan pelarut.
Page 29
4 3,5 3 asam asetat 70 % asam sitrat 70 % etanol 70 %
2,5 pH
Prosedur Analisa Perhitungan Rendemen 1) Menimbang berat sempel berupa ekstraksi 2) Sampel setelah ekstraksi dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 100 o C selama 1 jam. 3) Menimbang berat sampel setelah ekstraksi. 4) Persen rendemen dihitung dengan menggunakan persamaan : % = 100 %
2 1,5 1 0,5
0
Pengukuran Intensitas Warna Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrometer. Stabilkan dulu spektrometer dengan menggunakan aquadest, lalu lakukan pengenceran terhadap larutan yang akan diuji. Masukkan kedalam tabung spektrometer. Ukur absorbansi yang terjadi dengan panjng gelombang yang ditentukan.
1
1,5 2 2,5 3 3,5 waktu ekstraksi (jam) Gambar 2. Pengaruh waktu ekstraksi dan konsentrasi solven 70 % terhadap pH antosianin
3 2,5 asam asetat 90 % asam sitrat 90 % etanol 90 %
2 pH
Perhitungan pH Hasil ekstrak antosianin yang telah dievaporasi, lalu diukur pH nya menggunakan pH meter.
1,5 1 0,5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
0
pH
1
4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
2
2,5
3
3,5
waktu ekstraksi (jam) asam asetat 50 % asam sitrat 50 % etanol 50 %
1
1,5 2 2,5 3 3,5 waktu ekstraksi (jam)
Gambar 1. Pengaruh waktu ekstraksi dan konsentrasi solven 50 % terhadap pH antosianin Nilai maksimum didapat pada gambar 1. dengan konsentrasi etanol 50 % memiliki nilai pH yang optimum yaitu 3,46 dalam waktu 3 jam, asam asetat 50 % yaitu 1,45 dalam waktu 3 jam dan asam sitrat 50 % yaitu 1,35 dalam waktu 3 jam.
Page 30
1,5
Gambar 3. Pengaruh waktu ekstraksi dan konsentrasi solven 90 % terhadap pH antosianin Dari analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka nilai pH pewarna merah cair dari ekstrak bunga rosella akan semakin meningkat sedangkan perbandingan bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat yang semakin meningkat akan meningkatkan nilai pH. Nilai pH meningkat seiring dengan meningkatnya perbandingan bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat. Peningkatan pH sejalan dengan peningkatan jumlah asam asetat dan asam sitrat yang ditambahkan. Perbandingan Bunga Rosella: asam asetat dan asam sitrat yang lebih tinggi akan menghasilkan volume ekstrak yang lebih besar. Larutan dengan volume yang lebih besar menyebabkan konsentrasi asam lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang volumenya sedikit walaupun jumlah asamnya sama. Francis (1982) menyatakan bahwa semakin rendah nilai pH maka warna konsentrat akan semakin merah. Jika pH mendekati 1 maka antosianin akan semakin stabil. Nilai pH asam cendrung lebih rendah dibandingkan asam karena semakin rendah nilai Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
pH maka semakin tinggi warna merah yang dihasikan dan sebaliknya semakin tinggi nilai pH maka semakin rendah warna merah yang dihasikan. a. Intensitas Warna 25 asam asetat 50 % asam sitrat 50 % etanol 50 %
absorbansi
20 15 10 5 0 400
450 500 550 600 Panjang gelombang
650
Gambar 4. Pengaruh panjang gelombang dan konsentrasi solven 50 % terhadap absorbansi antosianin 7
asam asetat 70 % asam sitrat 70 % etanol 70 %
absorbansi
6 5 4 3 2 1 0 400
450
500
550
600
650
panjang gelombang
absorbansi
Gambar 5. Pengaruh panjang gelombang dan konsentrasi solven 70 % terhadap absorbansi antosianin asam asetat 90 % asam sitrat 90 % etanol 90 %
16 14 12 10 8 6 4 2 0 400
450 500 550 600 panjang gelombang
650
Gambar 6. Pengaruh panjang gelombang dan konsentrasi solven 90 % terhadap absorbansi antosianin
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
Nilai optimum didapat Pada gambar 4. Dengan nilai absorbansi pada konsentrasi asam asetat dan asam sitrat 50 % sama yaitu 20,000. Dan pada konsentrasi etanol 90 % yaitu 0,381. Dari analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Semakin tinggi suhu ekstraksi maka derajat kemerahan pewarna merah cair dari ekstrak bunga rosella akan semakin menurun sedangkan perbandingan rasio bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat yang semakin meningkat akan menurunkan derajat kemerahan. Terjadi peningkatan kecerahan seiring meningkatnya suhu ekstraksi Hal ini dikarenakan antosianin yang terekstrak memiliki kecenderungan berwarna pekat sehingga menyebabkan warna ekstrak bunga rosella yang dihasilkan mengalami penurunan tingkat kecerahan. Selain itu juga diduga karena kerusakan antosianin akibat dekomposisi struktur pigmen oleh panas pada proses ekstraksi sehingga terjadi pemucatan dan menyebabkan warna semakin terang. Penurunan derajat kemerahan ekstrak pewarna akibat rasio bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat dan suhu. Kemerahan ekstrak bunga rosella sangat dipengaruhi oleh konsentrasi antosianin. Hal ini karena semakin banyaknya volume pelarut yang digunakan, konsentrasi antosianin yang terekstrak akan juga semakin kecil. Dengan semakin menurun konsentrasi antosianin akan membuat kemerahan warna larutan tersebut semakin rendah. Pada konsentarsi antosianin tinggi, intensitas warnanya juga tinggi dan jika terjadi penurunan konsentrasi antosianin, intensitas merah juga menurun diiringi dengan meningkatnya nilai kecerahan. Nilai absorbansi etanol cendrung lebih rendah disbanding dengan asam karena semakin tinggi konsentrasi antosianin yang dihasilkan maka semakin tinggi juga nilai absorbansi yang dihasikan. b.
Rendemen Nilai Optimum didapat pada gambar 6 dengan konsentrasi asam sitrat 50 % yaitu 8,64 dalam waktu 3 jam, Konsentrasi asam asetat 50 % dalam waktu 3 jam yaitu 6,50 % dan konsentrasi etanol 50 % yaitu 2,51 dalam waktu 3 jam. Dari analisa yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Rendemen meningkat seiring meningkatnya perbandingan bunga rosella:asam asetat dan asam sitrat dan menurunnya suhu ekstraksi. Semakin banyak pelarut (asam asetat dan asam sitrat) yang digunakan maka akan mengekstrak senyawa organik lebih banyak yang terdapat pada bahan
Page 31
lebih banyak. Semakin banyak bahan pelarut maka perbedaan konsentrasi antara bahan dengan pelarut semakin besar, karena pelarut akan lebih mudah masuk dalam bahan yang mempunyai konsentrasi yang lebih sedikit dan pelarutan senyawa organik dalam hal ini adalah antosianin akan berjalan lebih cepat dibanding jumlah pelarut sedikit. Akibatnya akan semakin banyak komponen yang terekstrak dapat terlarut bersama dengan pelarutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Eskin (1990) bahwa semakin banyak jumlah asam asetat dan asam sitrat pengekstrak maka volume filtrat bunga rosella yang dihasilkan juga semakin besar.
rendemen (%)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
dipengaruhi oleh suhu dimana asam menguap jika dipanaskan sehingga komponen volatil yang teresktrak juga menguap. Dengan semakin meningkatnya suhu ekstraksi maka terlarutnya pigmen antosianin semakin baik, tetapi oksidasi antosianin meningkat dengan meningkatnya suhu. Sedangkan ekstraksi pada suhu rendah menyebabkan kecepatan reaksi tidak secepat suhu kamar, tetapi antosianin yang terlarut tidak mudah teroksidasi. Proses ekstraksi akan lebih cepat apabila dilakukan pada suhu yang tinggi. Akan tetapi suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan komponen tertentu yang bersifat termolabil akan rusak serta proses ekstraksi sebaiknya dilakukan pada kisaran suhu 30-50oC. Nilai pH asam cendrung lebih rendah dibandingkan asam karena semakin rendah nilai pH maka semakin tinggi warna merah yang dihasikan dan sebaliknya semakin tinggi nilai pH maka semakin rendah warna merah yang dihasikan.
asam asetat 50 % asam sitrat 50 % etanol 50 %
1,5
2
2,5
6 rendemen (%)
1
7
3
waktu ekstraksi (jam) Gambar 7. Pengaruh waktu ekstraksi dan konsentrasi solven 50 % terhadap persen rendemen
asam asetat 90 % asam sitrat 90 % etanol 90 %
5 4 3 2 1 0 1
7
1,5
2
2,5
3
waktu ekstraksi (jam)
rendemen (%)
6 Gambar 9. Pengaruh w aktu ekstraksi dan konsentrasi solven 90 % terhadap persen rendemen
5 4 3 2
asam asetat 70 % asam sitrat 70 % etanol 70 %
1
4.
KESIMPULAN
1.
Konsentrasi Asam Asetat dan Asam Sitrat 50 % menghasilkan pH yang tinggi. Semakin tinggi konsentrasi pelarut maka semakin tinggi nilai absorbansi. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin besar persen rendemen. Dari penelitian didapat hasil yang paling tinggi yaitu pada pelarut asam asetat 50 dengan lama waktu ekstraksi 1 jam dan Warna yang paling bagus dihasilkan dari pelarut asam asetat 90 % dan asam sitrat 90 %.
0 1
1,5
2
2,5
3
waktu ekstraksi (jam) Gambar 8. Pengaruh waktu ekstraksi dan konsentrasi solven 70 % terhadap persen rendemen Rendemen perwarna merah cair dari ekstrak bunga Rosella semakin menurun dengan semakin meningkatnya suhu ekstraksi. Hal ini disebabkan karena ekstraksi antosianin juga Page 32
2. 3. 4.
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011a. Asam Asetat. (http://id.wikipedia.org/wiki/ Asam_asetat, diakses tanggal 18 November 2011). Anonim. 2011b. Asam Sitrat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat , diakses tanggal 20 November 2011). Anonim.2008. Klasifikasi Tanaman Rosella Merah. (http://www.plantamor.com /index.php?plant=677, diakses tanggal 6 Mei 2012). Ariviani S. 2010. Total antosianin Ekstrak Buah Salam dan Korelasinya dengan Kapasitas Anti Peroksidasi pada Sistem Linoleat AGROINTEK Vol 4, No. 2 121:127, diakses Agustus 2010). Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Depkes RI. Hal 143-147 : Jakarta. Eskin, N. A. M. 1990. Plant Pigments Flavours and Texture. Academic Press, New York. Francis, F. J. 1982. Analysis of Anathocyanins. Academi Press, New York. Maryani, Herti & Lusi Kristiana, Spt. 2008. Khasiat & Manfaat Rosella.Agromedia Pustaka : Jakarta. Erianto. 2009. Budidaya Rosella [terhubung berkala].(http://makalahbudidayarosella <
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013
James A.duke, 1983 ,Hanbook of energy crops.Unpublished Mardhiah. 2010. Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella dan Batang Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai Pewarna Merah Alami. Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Universitas Djuanda. Maryani. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia Pustaka : Jakarta. Panggabean Debora Natali, dkk. 2010. Ekstraksi Antosianin dari Kelopak Bunga dan Batang Rosella (Hibiscus sabdariffa L) sebagai Pewarna Merah Alami. Program Keahlian Analis Kimia. Institut Teknologi Bogor. (http://www.scribd.com/doc/53454213/ Makalah-KBA,diakses tanggal 7 September 2011). Perry, R.H., 1999, Perry’s Chemical Engineer’s Handbook 7th Edition, McGraw Hill Company, New York. Puspasari Dita. 2010. Pengaruh Konsentrasi Solven dan Waktu Ekstarksi Terhadap Yield Antosianin Kelopak Bunga Rosella. Universitas Sriwijaya.. Risna Sari, 2011, Ekstraksi Antosianin dari Kelopak dan Batang Bunga Rosella (Hibiscus abdariffal). Institut Pertanian Bogor : Bogor. (http://www.scribd.com/doc/53454133/K BA-antosianin, diakses tanggal 9 Desember 2011). Treyball, R., 1980, Mass Transfer Operations, McGraw-Hill Book Company, New York. Widyanto Suryaatmaja Popy dan Nelistya Anne. 2009. Rosella, Aneka Olahan, Khasiat, & Ramuan. Penebar Swadaya : Jakarta. Wahid Mustofiah Dewi. 2011. Bunga - Bunga sekitar Kaya Obat untuk Kesehatan. Buku Biru : Jogjakarta.
Page 33
Page 34
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 19, Januari 2013